SlideShare a Scribd company logo
1 of 24
MAKALAH
WASTING SYNDROME atau CACHEXIA
       BLOK ENDOKRIN-I




            DISUSUN OLEH:
             KELOMPOK 3


     TUTOR: dr. Diah Andriana, SpB




    FAKULTAS KEDOKTERAN
  UNIVERSITAS ISLAM MALANG
                 2012

                                     1
MAKALAH
WASTING SYNDROME / CACHEXIA
        BLOK ENDOKRIN 1




   DISUSUN OLEH KELOMPOK 3:
   M. Fathan Rasyid. A         209.121.0003
   Septian Ifriansyah          209.121.0008
   Mucahamad Zubaid            209.121.0011
   Dian Ayu Sri Utami          209.121.0018
   Devi Kurniyanti Ningsih     209.121.0021
   Ananda Arantika W.A         209.121.0028
   Ahmad Haerul Umam           209.121.0029
   Prajatiwi Novia Dilla       209.121.0036
   Arista Kautsar Rahman       209.121.0037
   M. Sukri                    209.121.0045
   Iffah Nadhiefah             209.121.0054
   Hanis Putriana              209.121.0055
   Zahrotun Nisa               209.121.0060
   Baiq Sholatia               209.121.0063




   FAKULTAS KEDOKTERAN
 UNIVERSITAS ISLAM MALANG
                        2012

                                              2
KATA PENGANTAR


Assalamuallaikum Wr. Wb.
       Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik
dan hidayah-Nya pada kami selaku tim penyusun sehingga dapat menyelesaikan pembuatan
makalah kelompok BLOK ENDOKRIN-I ini dengan lancar.
       Makalah ini berisi tentang MANIFESTASI KLINIS DAN LABORATORIS, PENEGAKAN
DIAGNOSA DAN DEFERENTIAL DOAGNOSE, PATOFISIOLOGI, dan PENATALAKSANAAN
serta REHABILITASI. Dengan demikian, kami berharap makalah ini dapat dipergunakan sebagai
panduan belajar dalam mengikuti kegiatan belajar.
       Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan yang perlu
diperbaiki untuk meningkatkan fungsinya sebagai laporan tugas bagi mahasiswa, suatu
kebanggaan bagi kami apabila para pembaca makalah ini dapat memberikan saran, kritik dan
masukan kepada kami untuk mengembangkan              dan menyempurnakan makalah-makalah
berikutnya.
       Demikian pengantar dari kami, semoga laporan makalah kelompok mahasiswa ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamualaikum Wr. Wb.




                                                    Malang, Juni 2012
                                                    Atas Nama Penyusun
                                                    Kelompok 3
                                                    Mahasiswa Fakultas Kedokteran, UNISMA,
                                                    Angkatan 2009




                                                                                         3
DAFTAR ISI

Halaman judul ............................................................................................ 1
Nama Anggota Kelompok ………………………………………………... 2
Kata Pengantar ……………………………………………………... ….. 3
Daftar Isi ………………………………………………………………… 4
Bab I. Pendahuluan
        I.1. Latar Belakang ........................................................................... 5
        I.2.Rumusan Masalah ..………………………………………..….. 5
        I.3.Tujuan ......................…………………………………………… 5
        I.4. Manfaat ....................………………………………….............. 6
Bab II.Tinjauan Pustaka
       II.1. Epedemiologi …………………………………………………… 7
      II.2. Etiologi …………………………………………………………. 7
       II.3. Patofisiologi …………………………………………………… 8
       II.4. Manifestasi Klinis dan Pemeriksaan Laboratorium …………… 15
       II.5. Penegakan Diagnosa dan Differential Diagnosa ………………. 16
      II.6. Penatalaksanaan dan Rehabilitasi……………………………….. 18
Bab III. Penutup
       III.1. Kesimpulan ….………………………………………………… 24
       III.2.Saran …………………………………………………………… 24




                                                                                                               4
BAB I

                                  PENDAHULUAN


   I.1. LATAR BELAKANG

       Cachexia berasal dari bahasa Yunani “kakos” dan “hexis” yang berarti “keadaan yang
buruk”. Cachexia atau wasting syndrome merupakan suatu symptom yang sering dikaitkan
dengan kanker dan AIDS dimana pasien mengalami penurunan berat badan yang berkaitan
dengan anoreksia, asthenia (lemah atau kurang bertenaga), anemia dan perubahan fungsi
metabolism serta imunitas.
       Asthenia merupakan gejala yang menonjol dengan gambaran kelemahan secara
umum, baik fisik maupun mental dimana sering dijumpai kehilangan massa otot. Cachexia
kanker ditemukan pada >80% pasien yang menderita keganasan tahap lanjut dan menjadi
penyebab kematian pada >20% kasus. Untuk itu pentingnya pengetahuan yang rinci
mengenai Cachexia menjadi dasar dari pembuatan makalah ini.



   I.2. RUMUSAN MASALAH

       I.2.1. Bagaimana epidemiologi dari Cachexia?
       I.2.2. Apa etiologi dari Cachexia?
       I.2.3. Bagaimana patofisiologi Cachexia?
       I.2.4. Bagaimana manifestasi klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium dari
            Cachexia?
       I.2.5. Bagaimana penegakan diagnosa dan differential diagnosa?
       I.2.6. Bagaimana penatalaksanaan dan rehabilitasi pada Cachexia?



   I.3. TUJUAN

       I.3.1. Mengetahui epidemiologi dari Cachexia.


                                                                                       5
I.3.2. Mengetahui etiologi dari Cachexia.

       I.3.3. Mengetahui patofisiologi dari Cachexia.

       I.3.4. Mengetahui manifestasi klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium dari
            Cachexia.

       I.3.5. Mengetahui penegakan diagnosa dan differential diagnosa.

       I.3.6. Mengetahui penatalaksanaan dan rehabilitasi Cachexia.




   I.4. MANFAAT

       Setelah pembuatan makalah ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan
baik bagi penulis ataupun pembaca, yang nantinya akan bermanfaat untuk kepentingan klinis.




                                                                                         6
BAB II

                                   TINJAUAN PUSTAKA


       II.1. EPIDEMIOLOGI

       Cachexia adalah sindrom klinis yang ditandai dengan penurunan berat badan yang
parah, anoreksia, cepat kenyang, kelemahan dan edema. Cachexia hampir selalu ditemukan
pada penyakit      kronis termasuk       kanker, penyakit     paru     obstruktif     kronik, gagal
jantung kronis, gagal ginjal kronis, gagal hati kronis, artritis rematoid dan AIDS.

       Cachexia kanker dialami oleh 80% pasien kanker stadium lanjut, khususnya mereka
dengan keganasan gastrointestinal, pankreas, toraks, kepala dan leher. Cachexia berkaitan
dengan 20% kematian kanker. Kehilangan berat badan sering diamati sebagai tanda pertama
pada pasien kanker, kira-kira pada 30% sampai 80% pasien. Kehilangan berat badan parah (>
10%) diamati pada kira-kira 15% pasien. Pada sebagian pasien kanker, kehilangan berat badan
merupakan gejala paling sering, dan sampai 66% pasien menjadi kurus kering selama perjalanan
penyakit. Penurunan berat badan lebih dari 10% dari berat sebelum sakit dapat terjadi pada
sampai 45% pasien rawat-inap dewasa dengan kanker.




       II.2. ETIOLOGI

                a. Kanker
                b. AIDS
                c. Usia Lanjut
                d. Tumor
                e. PPOK
                f. Gagal ginjal kronik
                g. Gagal jantung kongestif




                                                                                                 7
II.3. PATOFISIOLOGI

       3.1. Sitokin
       Sitokin merupakan protein yang diproduksi oleh sel inflamasi yang berfungsi
sebagai mediator antar sel parakrin. Inflamasi sistemik dimediasi melalui cidera sel
sehingga menyebabkan aktivasi system imun yang hasil akhirnya memicu respon
inflamasi akut dan menyebabkan elaborasi sitokin yang berlebih. Sitokin memainkan
peran utama dalam immunomodulator dan telah terlibat dalam penyebab anoreksia,
penurunan berat badan, disfungsi kognitif, anemia, dan kelelahan. Elaborasi berlebihan
sitokin proinflamasi seperti interleukin 1, interleukin 2, interferon y, dan tumor necrosis
faktor alfa diduga merupakan penyebab paling umum dari cachexia yang diamati pada
pasien yang mengalami inflamsi akut.(Gambar. 1)




       Sitokin mengaktifasi faktor transkripsi kB nuklir (NF-kB) yang menyebabkan
penurunan sintesis muskulus. Aktifasi sitokin juga menurunkan produksi protein MyoD,
dimana MyoD yang bertanggung jawab sebagai faktor transkripsi yang memodulasi jalur
sinyal yang terlibat dalam perkembangan muskulus dengan cara mengikat myosin rantai
IIb daerah promoter yang di perlukan untuk ekspresi myosin dalam kecepatan gerak otot.
TNF-alfa dan interferon y secara sinergis menghambat aktivasi dari messenger RNA
untuk sintesis rantai myosin. Selain itu TNF-alfa dan Interferon y juga sangat spesifik
untuk merangsang proteolisis rantai myosin.

                                                                                         8
Sitokin juga mengaktifasi system ubiquitin-dimediasi proteolitik, dimana system
ini terlibat dalam penyakit yang berhubungan dengan hiperkatabolisme. Ubiquitin
merupakan susunan 76 asam amino yang membentuk polipeptida sebagai target spesifik
dalam muskulus yang dapat menyebabkan proteolisis otot. Proteolisis otot ini selanjutnya
menghasilkan asam amino dan oligopeptida yang akan dimetabolisme di hepar untuk
sintesis protein seperti protein C-reaktif dan peptide amiloid serum. System ubiquitin-
protease juga secara tidak langsung memodulasi sintesis protein melalui penghambatan
degradasi k protein regulasi B (IKB) gen NF-Kb. Selain itu sitokin juga merangsang
pelepasan hormone kortisol dan ketokolamin dari kelenjar adrenal. Hormone kortisol
selanjutnya menyebabkan aktivasi system ubiquitin-protease, dan ketokolamin dapat
meningkatkan resting metabolic rate. Sitokin juga menginduksi lipolisis dan Beta-
oksidasi, lemak dan lipoprotein dalam hepar juga mengalami penurunan aktivasi. Terjadi
peningkatan aktivasi reseptor LDL di dalam hepatosit. Hal ini menyebabkan peningkatan
sintesis VLDL dan lipoprotein menurun, sehingga terjadi hipertrigliseridemia. Semua
proses ini menghasilkan keseimbangan energy negative dan penurunan berat badan,
dengan manifestasi klinis lemah, letih, lesu, malaise,dan anhedonia. Keadaan seperti ini
harus ditangani dengan asupan makanan yang tinggi kalori dan beberapa obat yang
bersifat        antagonis      sitokin     seperti      pada      tabel     berikut      :




                                                                                        9
3.2. Testosteron

       Testosterone dapat menstimulasi myoblast dan meningkatkan sel satelit, sehingga
dapat terjadi peningkatan sintesis protein dalam memperbaiki sel otot yang rusak.
Testosterone juga dapat menghambat pelepasan sitokin proinflamasi seperti TNF-alfa,
IL-1beta, dan IL-6 dan menstimulasi produksi IL-10 sebagai sitokin anti inflamasi. Kadar
hormone testosterone dapat menurun pada keadaan penuaan dan akibat peningkatan
kadar leptin serum, dimana leptin merupakan hormone anorectic dan lipolitik yang di
hasilkan oleh sel lemak. Perubahan ini diduga sebagai penyebab anoreksia, penurunan
berat badan, dan chachexia pada beberapa pria hipogonadisme.




       3.3. Insulin Growth Faktor I (IGF-1)

       IGF-1 sangat sensitive terhadap asupan makanan, yang akan meningkat tajam
selama puasa. Status gizi, komposisi mikro dan makronutrien dari asupan makanan juga
menentukan konsentrasi IGF-1. IGF-1 meningkatkan sintesis protein otot dengan
meningkatkan konsentrasi hormone pertumbuhan dan testosterone. Kadar IGF-1 yang
rendah pada manusia yang mengalami kekurangan gizi dapat menjadi tanda dalam
pathogenesis cachexia.




       3.4. Myostatin

       Myostatin adalah hormone yang diproduksi           dalam otot yang menekan
pertumbuhan otot dengan menghambat proliferasi myoblast. Namun untuk bukti bahwa
pengaruh myostatin dalam pathogenesis cachexia masih berada di tingkat preklinis
dengan menghapus gen myostatin pada hewan coba sehingga menyebabkan hipertrofi
otot pada hewan coba.




       3.5. Hormon Adrenal



                                                                                     10
Glukokortikoid menekan penyerapan glukosa dan asam amino otot melalui
inhibisi transport tingkat seluler. Glukokortikoid memiliki efek pada regulasi dari
messenger RNA dan selanjutnya berefek pada system ubiquitin-protease dalam otot.
Glukokortikoid juga menghambat sintesis protein dan menyebabkan glukoneogenesis,
yang berkontribusi    terhadap   steroid-induced   miopathy dan     toleransi   glukosa.
Glukokortikoid meningkat pada pasien kurus yang dapat menyebabkan proteolitik yang
sedang berlangsung dan menyebabkan gangguan sintesis protein.




       3.6. Penyakit Jantung pada Cachexia




       Adanya peningakatan kadar sitokin proinflamasi sistemik terlibat dalam penyakit
jantung cachexia. Dalam penelitian Framingham, subyek lansia tanpa riwayat infark
miokard atau gagal jantung kongestif mengalami peningkatan signifikan resiko gagal
jantung kongestif perkenaikan konsentrasi sitokin (60% untuk TNF-alfa dan 68% untuk
serum IL-6). Data juga menunjukkan peningkatan kadar TNF-alfa berhubungan dengan
status sosial ekonomi yang rendah dengan gagal jantung kongestif.


                                                                                     11
3.7. Gagal Ginjal Kronis
       Lebih dari 25% pasien yang melakukan hemodialisis adalah malnutrisi. 2 tipe dari
malnutrisi    terjadi   pada   gagal   ginjal   kronis   yaitu   kelaparan   dan   cachexia.




       pada kelaparan hanya terjadi kekuranga energy, sebaliknya pada cachexia
dikaitkan dengan adanya peradangan sistemik, proteolisis, stress oksidatif yang
berlebihan.




       3.8. Penyakit Paru Obstruktif Kronis

       Penurunan berat badan pada pasien ini dikaitkan dengan kelemahan otot,
disfungsi diafragma, gagal nafas, dan kualitas hidup yang menurun, bahkan kematian.
Hal ini dapat disebabkan karena faktor-faktor seperti hiperkatabolisme, obat, anoreksia,
dan pengaruh efek termis asupan dan pengeluaran energy total. Pasien dengan PPOK
secara signifikan terjadi peningkatan kadar TNF-alfa               yang endingnya dapat
menggannggu sintesis protein dan menjadi salah satu penyebab cachexia.




       3.9. Anorexia-Cachexia Sindrom pada Kanker



                                                                                         12
Peningkatan kadar sitokin pada keganasan dapat meningkatkan corticotrophin,
agen anorectic, dan menginduksi prostaglandin dapat menekan produksi agen
neuropeptida y orexigenic. Proteolisis terjadi pada otot akibat aktivasi system proteosom
dan faktor transkripsi NF-kB. Sitokin juga dapat menunda pengosongan lambung,
menurunkan konsentrasi albumin, dan meningkatkan liposlisis.




                                                                                      13
3.10. Reumatoid Arthritis dan Cachexia

       RA berhubungan dengan peningkatan sitokin proinflamasi yang berlebih sehingga
terjadi mekanisme seperti yang di jelaskan di atas terutama TNF-alfa dan IL-beta.




       3.11. Cachexia Terkait AIDS




       3.12. Penuaan dan Penurunan Berat Badan
       Penuaan dikaitkan dengan peningkatan konsentrasi TNF-alfa, IL-6,IL1 antagonis
reseptor diduga sebagai penyebab utama. Selain itu juga terjadi peningkatan C-reaktif
protein dan serum amyloid A yang menandakat terjadinya kaskade inflamasi.
       Penurunan berat badan pada penuaan juga dikaitkan secara fisiologis yang
dikaitkan dengan usia dismotilitas lambung, dan gangguan fundus yang menyebabkan
rasa kenyang. Faktor yang lain berkaitan dengan cholesistokinin dan peningkatan

                                                                                    14
konsentrasi amylin. Anoreksia bisa juga diakibatkan oleh adanya hyperleptinemia pada
pria hipogonadism dan wanita pascamenopouse.




II.4. MANIFESTASI KLINIS dan PEMERIKSAAN LABORATORIUM

   II.4.1. Manifestasi Klinis

       Cachexia merupakan penyakit yang pada umumnya ditandai dengan kelemahan
dan penurunan berat badan. Cachexia biasa dihubungkan dengan penyakit berat seperti
kanker dan penyakit kardiopulmonal tahap akhir. Pada dasarnya pasien Cachexia
mengalami kehilangan jaringan adipose yang berguna untuk melindungi tonjolan tulang
dari tekanan ( Potter & Perry, 2005).
       Gejala klinis pada pasien Cachexia diantaranya :

       4.1.1. Anoreksia

               Menurunnya asupan makanan dilaporkan berkaitan dengan kelainan
       pengecapan dan pada pusat kontrol nafsu makan. Dasar dari kelainan metabolik
       ini masih belum sepenuhnya dipahami, namun diduga peranan faktor tertentu di
       dalam darah misalnya Tumor Necrosis Factor ( TNF ) dan Interleukin-1 ( IL-1 )
       yang dikeluarkan oleh makrofag aktif, mungkin berperan. Tumor Necrosis Factor
       ( TNF ) berperan menekan nafsu makan dan menghambat kerja lipoprotein lipase,
       yang menghambat pembesaran asam lemak bebas dari lipoprotein.

       4.1.2. Nyeri

               Terjadinya nyeri pada pasien Cachexia diduga akibat adanya kerusakan sel
       yang menyebabkan pengeluaran mediator – mediator inflamasi serta diduga pula
       nyeri timbul akibat penyakit kanker dan penyakit kardiopulmonal tahap akhir
       yang menyertai pasien kakeksia.



       4.1.3. Penurunan Berat Bandan



                                                                                    15
Pada pasien Cachexia, misalnya akibat dari penyakit kanker pada
       umumnya terjadi penurunan asupan makanan namun pengeluaran kalori tetap
       tinggi, dan laju metabolisme basal meningkat. Akibat adanya ketidakseimbangan
       ini menyebabkan pasien mengalami penurunan berat badan.

       4.1.4. Kelemahan Otot

              Hal ini disebabkan karena kurangnya asupan nutrisi pada sel – sel otot
       yang mengakibatkan sel – sel otot melakukan metabolisme anaerob sehingga
       terjadi penumpukan asam laktat dan terjadi kelemahan otot.




   II.4.2. Pemeriksaan Laboratorium

       Pada pasien dengan wasting syndrome mengalami malnutrisi berat. Pasien dengan
status nutrisi buruk biasanya mengalami hipoalbuminemia (level albumin serum di bawah
3g/100ml) dan anemia (penurunan level hemoglobin). Albumin adalah ukuran variabel
yang biasa digunakan untuk mengevaluasi status protein pasien. Walaupun kadar albumin
serum kurang tepat memperlihatkan perubahan protein viseral, tapi albumin merupakan
prediktor malnutrisi yang terbaik. Nutrisi buruk juga dapat mengakibatkan gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit.




II.5. PENEGAKAN DIAGNOSA dan DIFFERENTIAL DIAGNOSE

   II.5.1. Penegakan Diagnosa

       Penyebab terjadinya sindrom wasting sangat kompleks kompleks, sehingga untuk
mendiagnosisnya yang pertama dilakukan adalah meyingkirkan efek dari obat infeksi
oportunistikk (TB, MAC, kriptosporidiosis dan mikrosporidiosis). Jika sudah
disiningkirkan, maka perlu dipikirkan mengenai penyebab terjadinya sindrom wasting
seperti gangguan metabolisme, hipogonadisme, gizi buruk dan sindrom malabsorpsi.




                                                                                   16
Dalam penegakan diagnose sindrom wasting, riwayat pasien secara menyeluruh
sangat bermanfaat. Harus digali lagi mengenai Apakah pasien memiliki diet yang
normal? Bagaimana pemberian makanan setiap harinya? Apakah pasien mengalami
depresi? Apakah pasien pernah mengkonsumsi obat ART?

       Penurunan berat badan yang signifikan juga sering terjadi pada gangguan
interferon (Garcia-Benayas 2002), tetapi cepat sembuh setelah melakukan pengobatan.
Selain itu, penyakit hipogonadisme dapat disingkirkan dengan pengukuran testosteron.
Meskipun ada beberapa tes sederhana untuk sindrom malabsorpsi, namun lebih efektif
untuk melakukan pengujian albumin serta tingkat TSH dan kolesterol lebih dulu.

       Pemeriksaan lebih lanjut seperti pemyerapan D-xilosa atau biopsi dari usus kecil
hanya dapat dilakukan setelah berkonsultasi dengan dokter spesialis. Tes lain, seperti
DEXA, densitrometry, analisis impedansi bioelectrical, harus dilakukan di pusat-pusat
penelitian yang lebih berpengalaman untuk mendiagnosis sindrom wasting pada pasien
AIDS untuk menentukan komposisi tubuh pasien.



   II.5.2. Differential Diagnosa

       Sindrom berkurangnya masa otot mengacu pada hilangnya masa tubuh atau pun
ukurannya, khususnya masa otot (biasanya mengacu pada menghilangnya kemak pada
masa tubuh). Biasanya terjadi dalam waktu yang sama. Hal ini mungkin terjadi pada
orang yang kehilangan berat badan tetapi tidak kehilangan masa otot. Juga mungkin
terjadi pada kehilangan masa otot tetapi tidak kehilangan berat badan.

       Berkurangnya protein dalam darah mungkin terjadi pada sebagian orang jika
seseorang   tidak   mengkonsumsi      protein   ketika   mereka    sakit   tubuh   segera
mengkompensasinya dengan mengambil sebagian sumber protein dari tubuh yaitu otot.
Jadi hipoproteinemia, dan terjadi bergantung pada energy yang dibutuhkan tubuh, berapa
lama sakitnya berlangsung.

       Ada dua jenis sindrom yaitu tipe pertama tipe dimana periode tubuh kehilangan
berat badan dan masa otot secara cepat. Biasanya terdapat pada pasien dengan infeksi

                                                                                      17
oportunis seperti tuberculosis atau Pneumocytis pneumonia (PCP). Tipe kedua
kehilangan keduanya yaitu kehilangan baik masa otot dan berat badan. Tidak seperti tipe
pertama, tipe ini terjadi pada penderita AIDS dan terjadi pada saat yang bersamaan.

       Beberapa diagnose lain yang ditemukan antara lain :

                      a) Mual
                      b) Muntah
                      c) Anoreksia
                      d) Hiponatremi
                      e) Malabsorbsi
                      f) Diare
                      g) Lemas
                      h) Anemia
                      i) Demam

       Beberapa tahun yang lalu, sejumlah penelitian yang focus terhadap masalah
metaabolisme yang menyebabkan kehilangan masa otot. Metabolism mereka menjadi
turun baik itu katabolisme untuk pembentukan energy atau anabolisme untuk pemecahan
energy. Pada pasien HIV, meningkatnya level gula dalam darah dan hyperlipidemia. Juga
ditemukan negatifnya keseimbangan nitrogen (marker kehilangan masa otot).

       Pada penderita HIV terjadi penurunan hormonal seperti penurunan produksi
insulin-like growth factor (precursor dari hormone pertumbuhan) dan testosterone.
Penurunan testosterone (hypogonadisme) yang biasanya ditemukan pada pasien HIV.




II.6. PENATALAKSANAAN dan REHABILITASI

   II.6.1. Penatalaksanaan

       Pada umumnya terapi pada cachexia dilakukan terapi yang memungkinkan
mendasari penyebab kanker. Namun pada sebuah studi disebutkan bahwa terapi yang
diberikan lebih baik bersifat paliatif dari pada kuratif. Terdapat berbagai macam terapi


                                                                                      18
baik yaitu diet, farmakologi dan non-farmakologi. Sebelum kita melakukan terapi diet
sebelumnya kita harus mengetahui skor malnutrisi dari seorang pasien dengan keluhan
cachexia. Selanjutnya dapat diberikan terapi farmakologi sesuai dengan tabel 4.




                                                                                  19
20
II.6.2. Rehabilitasi

   6.2.1. Maintenance Kebutuhan Makronutrien

           Kebutuhan makronutrien (karbohidrat, lemak dan protein) penderita
   kanker sangat individual beberapa penelitian mendapatkan data bahwa 50-60%
   penderita kanker rawat inap mengalami abnormalitas resting energy expenditur

                                                                            21
(REE) yang sangat bervariasi sehingga sulit untuk menentukan kebutuhan kalori
secara umum (Baron, 2005). Untuk menentukan kebutuhan kalori, harus
ditetapkan lebih dahulu tujuan dari terapi nutrisi dan mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhinya seperti status nutrisi, jenis tumor, terapi tumor yang
diberikan, adanya infeksi dan lamanya penyakit. Kebutuhan kalori untuk tujuan
maintenance adalah 115 – 130% dari REE, sedangkan untuk meningkatkan BB
diperlukan       sampai   150% REE (Boediwarsono,       2006).   Pengukuran REE
berdasarkan rumus Harnis Benedict: untuk pria REE (kcal/hari) = 666 + (13,7 x
BB) + (5 x TB)-(6,8 x umur); wanita REE (kcal/hari) = 655 + (9,5 x BB) + (1,8
x TB) – (4,7 x umur). BB adalah berat badan dalam kilogram, TB adalah tinggi
bdan dalam cm, umur dalam tahun. Pada penderita dapat ditambahkan sekitar 20-
50% dari REE yang diberikan dalam bentuk kalori non protein untuk memenuhi
energy expenditur selama aktivitas atau sehubungan dengan penyakitnya.
Kebutuhan energi juga dapat diperkirakan dengan cara perkalian sebagai berikut
: BB x 30 – 35 kcal/hari. Kebutuhan protein adalah 0,8 – 1,2 gram per kg BB
perhari. Pada penderita dengan malnutrisi dapat diberikan 1,5 g/kg BB/
hari. Diperlukan polyunsaturated fatty acid (linoleic acid) sekitar 2-4% dari total
kalori dan kolesterol < 200 mg/hari (Baron, 2005; Boediwarsono, 2006).

6.2.2. Maintenance Kebutuhan Mikronutrien

         Mikronitrien terdiri dari vitamin, mineral dan frace elemen. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa defisiensi vitamin tertentu, mineral dan frace
elemen berhubungan dengan penyakit         kanker    tertentu.   Anjuran konsumsi
vitamin adalah        : Vitamin C 300–400 mg/hari namun beberapa peneliti
menganjurkan intake Vitamin C 300–1000 mg menurunkan resiko dari penyakit
kanker, Vitamin A (β – carotene) sebagai anti oksidan 25.000–50.000            IU,
Vitamin      E     100–400   unit/hari   sebagai    antioksidan. Anjuran konsumsi
kalium, natrium dan khlorida masing-masing 45 – 145 meq/hari, kalsium 60
meq/hari, magnesium 35 meq/hari, dan fosfat 23 mmol (Trujillo, 2004; Baron,
2005).



                                                                                22
Panduan terkini untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan umum,
antara lain ;

                a)   Makanlah makanan yang kaya gizi, dalam batasan kalori yang
                     tepat.
                b)   Jagalah berat badan yang sehat.
                c)   Olah raga teratur.
                d)   Makanlah berbagai jenis buah-buahan, sayuran, padi-padian,
                     dan produk susu rendah-lemak setiap hari.
                e)   Kurangi konsumsi lemak dan hindari asam lemak jenis trans
                     (lemak trans).
                f)   Sering mengkonsumsi padi-padian, buah-buahan, dan sayuran
                     yang kaya serat.
                g)   Kurangi konsumsi makanan yang mengandung banyak garam.
                     Pilih lebih banyak makanan yang kaya potasium (seperti
                     pisang, bayam dan kentang).
                h)   Mereka yang meminum minuman beralkohol tidak boleh
                     mengkonsumsi alkohol dalam jumlah yang terlalu banyak.
                     Bahkan, orang tertentu harus menghindari alkohol sama sekali.
                i)   Jagalah keamanan makanan saat membuat, menyimpan dan
                     menyajikan makanan.




                                                                                23
BAB III

                                           PENUTUP


       III.1. KESIMPULAN

       Cachexia atau wasting syndrome merupakan suatu symptom yang sering dikaitkan
dengan kanker dan AIDS dimana pasien mengalami penurunan berat badan yang berkaitan
dengan anoreksia, asthenia (lemah atau kurang bertenaga), anemia dan perubahan fungsi
metabolism serta imunitas. Kehilangan berat badan yang parah pada ODHA ini bisa
menyebabkan otot menjadi kisut sehingga terjadi kelemahan otot. Hal ini bisa saja terjadi
meskipun tidak ada infeksi lain.

       Cachexia kanker ditemukan pada lebih dari 80% pasien yang menderita keganasan
stadium lanjut dan menjadi penyebab kematian pada lebih dari 20% kasus.




       III.2. SARAN

       Pada pasien, pemeriksaan secara anamnesis sangat penting, penyebab atau kausa harus
disembuhkan terlebih dahulu agar tidak terjadi komplikasi lain dan komplikasi yang lebih parah.
Dan untuk penatalaksanaan lanjutan juga harus memperhatikan variable-variabel lain yang
mempengaruhinya.




                                                                                            24

More Related Content

What's hot

Laporan pbl modul Kegemukan
Laporan pbl modul KegemukanLaporan pbl modul Kegemukan
Laporan pbl modul KegemukanAulia Amani
 
Kajian jurnal biometrik ismi
Kajian jurnal biometrik ismiKajian jurnal biometrik ismi
Kajian jurnal biometrik ismiismichio
 
Proses menua dan implikasinya
Proses menua dan implikasinyaProses menua dan implikasinya
Proses menua dan implikasinyaMulkan Fadhli
 
Asuhan keperawatan pada luka diabetes mellitus..
Asuhan keperawatan pada luka diabetes mellitus..Asuhan keperawatan pada luka diabetes mellitus..
Asuhan keperawatan pada luka diabetes mellitus..Falah123
 
askep diabetes melitus
askep diabetes melitusaskep diabetes melitus
askep diabetes melitusSo Ra
 
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
SINDROM METABOLIK
SINDROM METABOLIKSINDROM METABOLIK
SINDROM METABOLIKSii AQyuu
 
Hubungan imt dengan gd2 pp ivan ho
Hubungan imt dengan gd2 pp ivan hoHubungan imt dengan gd2 pp ivan ho
Hubungan imt dengan gd2 pp ivan hoivanho86
 
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUSLAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUSAulia Kauri
 
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...Sii AQyuu
 
Bab ii tinjauan pustaka i11ama
Bab ii tinjauan pustaka  i11amaBab ii tinjauan pustaka  i11ama
Bab ii tinjauan pustaka i11amanurleli
 
Asuhan Keperawatan Hiperparatiroid dan Hipoparatiroid
Asuhan Keperawatan Hiperparatiroid dan HipoparatiroidAsuhan Keperawatan Hiperparatiroid dan Hipoparatiroid
Asuhan Keperawatan Hiperparatiroid dan HipoparatiroidSri Nala
 
PBL 3b Kulit Kuning
PBL 3b Kulit KuningPBL 3b Kulit Kuning
PBL 3b Kulit KuningAi Coryde
 

What's hot (20)

Laporan pbl modul Kegemukan
Laporan pbl modul KegemukanLaporan pbl modul Kegemukan
Laporan pbl modul Kegemukan
 
Makalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitusMakalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitus
 
Kajian jurnal biometrik ismi
Kajian jurnal biometrik ismiKajian jurnal biometrik ismi
Kajian jurnal biometrik ismi
 
Proses menua dan implikasinya
Proses menua dan implikasinyaProses menua dan implikasinya
Proses menua dan implikasinya
 
Asuhan keperawatan pada luka diabetes mellitus..
Asuhan keperawatan pada luka diabetes mellitus..Asuhan keperawatan pada luka diabetes mellitus..
Asuhan keperawatan pada luka diabetes mellitus..
 
Askep keluarga dengan dm AKPER PEMKAB MUNA
Askep keluarga dengan dm AKPER PEMKAB MUNA Askep keluarga dengan dm AKPER PEMKAB MUNA
Askep keluarga dengan dm AKPER PEMKAB MUNA
 
askep diabetes melitus
askep diabetes melitusaskep diabetes melitus
askep diabetes melitus
 
Pre diabetes
Pre diabetesPre diabetes
Pre diabetes
 
Proses penuaan
Proses penuaanProses penuaan
Proses penuaan
 
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
 
SINDROM METABOLIK
SINDROM METABOLIKSINDROM METABOLIK
SINDROM METABOLIK
 
Hubungan imt dengan gd2 pp ivan ho
Hubungan imt dengan gd2 pp ivan hoHubungan imt dengan gd2 pp ivan ho
Hubungan imt dengan gd2 pp ivan ho
 
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUSLAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
 
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...
 
Bab ii tinjauan pustaka i11ama
Bab ii tinjauan pustaka  i11amaBab ii tinjauan pustaka  i11ama
Bab ii tinjauan pustaka i11ama
 
Asuhan Keperawatan Hiperparatiroid dan Hipoparatiroid
Asuhan Keperawatan Hiperparatiroid dan HipoparatiroidAsuhan Keperawatan Hiperparatiroid dan Hipoparatiroid
Asuhan Keperawatan Hiperparatiroid dan Hipoparatiroid
 
PBL 3b Kulit Kuning
PBL 3b Kulit KuningPBL 3b Kulit Kuning
PBL 3b Kulit Kuning
 
Asuhan keperawatan pada n1 AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada n1 AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan pada n1 AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada n1 AKPER PEMKAB MUNA
 
Pengkajian sistem endokrin
Pengkajian sistem endokrinPengkajian sistem endokrin
Pengkajian sistem endokrin
 
Pbl 1 malnutrition
Pbl 1 malnutritionPbl 1 malnutrition
Pbl 1 malnutrition
 

Similar to Makalah kelompok 3

Selasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 ereke
Selasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 erekeSelasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 ereke
Selasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 erekeOperator Warnet Vast Raha
 
Diare pada bayi
Diare pada bayiDiare pada bayi
Diare pada bayiprikitw
 
Makalah sirosis hepatis
Makalah sirosis hepatisMakalah sirosis hepatis
Makalah sirosis hepatisKANDA IZUL
 
Kanker serviks (sistem reproduksi)
Kanker serviks (sistem reproduksi)Kanker serviks (sistem reproduksi)
Kanker serviks (sistem reproduksi)Okta-Shi Sama
 
Kelaianan sirkulasi, cairan tubuh
Kelaianan sirkulasi, cairan tubuhKelaianan sirkulasi, cairan tubuh
Kelaianan sirkulasi, cairan tubuhpjj_kemenkes
 
Kb 3 kelaianan sirkulasi, cairan tubuh
Kb 3 kelaianan sirkulasi, cairan tubuhKb 3 kelaianan sirkulasi, cairan tubuh
Kb 3 kelaianan sirkulasi, cairan tubuhpjj_kemenkes
 
Makalah sindrom cushing
Makalah sindrom cushingMakalah sindrom cushing
Makalah sindrom cushingKANDA IZUL
 
Asuhan Keperawatan Emfisema
Asuhan Keperawatan EmfisemaAsuhan Keperawatan Emfisema
Asuhan Keperawatan EmfisemaAmee Hidayat
 
Asuhan Keperawatan Cidera Kepala
Asuhan Keperawatan Cidera KepalaAsuhan Keperawatan Cidera Kepala
Asuhan Keperawatan Cidera Kepalapjj_kemenkes
 
Asuhan Keperawatan Cidera Kepala
 Asuhan Keperawatan Cidera Kepala   Asuhan Keperawatan Cidera Kepala
Asuhan Keperawatan Cidera Kepala pjj_kemenkes
 
Kb 1 tahap kematian jaringan dan nekrosis sel
Kb 1 tahap kematian jaringan dan nekrosis selKb 1 tahap kematian jaringan dan nekrosis sel
Kb 1 tahap kematian jaringan dan nekrosis selpjj_kemenkes
 
Tahap kematian jaringan dan nekrosis sel
Tahap kematian jaringan dan nekrosis selTahap kematian jaringan dan nekrosis sel
Tahap kematian jaringan dan nekrosis selpjj_kemenkes
 
Makalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatan
Makalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatanMakalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatan
Makalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatanOperator Warnet Vast Raha
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S gangren.docx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S gangren.docxASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S gangren.docx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S gangren.docxAyuAndira59
 
Biokimia bagi Perawat
Biokimia bagi Perawat Biokimia bagi Perawat
Biokimia bagi Perawat pjj_kemenkes
 
Proses Pencernaan dan Metabolisme Lipin
 Proses Pencernaan dan Metabolisme Lipin Proses Pencernaan dan Metabolisme Lipin
Proses Pencernaan dan Metabolisme Lipinpjj_kemenkes
 
Biokimia bagi Perawat
Biokimia bagi PerawatBiokimia bagi Perawat
Biokimia bagi Perawatpjj_kemenkes
 

Similar to Makalah kelompok 3 (20)

Selasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 ereke
Selasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 erekeSelasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 ereke
Selasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 ereke
 
Diare pada bayi
Diare pada bayiDiare pada bayi
Diare pada bayi
 
Makalah sirosis hepatis
Makalah sirosis hepatisMakalah sirosis hepatis
Makalah sirosis hepatis
 
Kanker serviks (sistem reproduksi)
Kanker serviks (sistem reproduksi)Kanker serviks (sistem reproduksi)
Kanker serviks (sistem reproduksi)
 
Kelaianan sirkulasi, cairan tubuh
Kelaianan sirkulasi, cairan tubuhKelaianan sirkulasi, cairan tubuh
Kelaianan sirkulasi, cairan tubuh
 
Kb 3 kelaianan sirkulasi, cairan tubuh
Kb 3 kelaianan sirkulasi, cairan tubuhKb 3 kelaianan sirkulasi, cairan tubuh
Kb 3 kelaianan sirkulasi, cairan tubuh
 
Makalah sindrom cushing
Makalah sindrom cushingMakalah sindrom cushing
Makalah sindrom cushing
 
Asfeksia haidir
Asfeksia haidirAsfeksia haidir
Asfeksia haidir
 
Asuhan Keperawatan Emfisema
Asuhan Keperawatan EmfisemaAsuhan Keperawatan Emfisema
Asuhan Keperawatan Emfisema
 
Atonia uteri
Atonia uteriAtonia uteri
Atonia uteri
 
Asuhan Keperawatan Cidera Kepala
Asuhan Keperawatan Cidera KepalaAsuhan Keperawatan Cidera Kepala
Asuhan Keperawatan Cidera Kepala
 
Asuhan Keperawatan Cidera Kepala
 Asuhan Keperawatan Cidera Kepala   Asuhan Keperawatan Cidera Kepala
Asuhan Keperawatan Cidera Kepala
 
Kb 1 tahap kematian jaringan dan nekrosis sel
Kb 1 tahap kematian jaringan dan nekrosis selKb 1 tahap kematian jaringan dan nekrosis sel
Kb 1 tahap kematian jaringan dan nekrosis sel
 
Tahap kematian jaringan dan nekrosis sel
Tahap kematian jaringan dan nekrosis selTahap kematian jaringan dan nekrosis sel
Tahap kematian jaringan dan nekrosis sel
 
Makalah sistem pernapasan 9
Makalah sistem pernapasan 9Makalah sistem pernapasan 9
Makalah sistem pernapasan 9
 
Makalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatan
Makalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatanMakalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatan
Makalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatan
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S gangren.docx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S gangren.docxASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S gangren.docx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S gangren.docx
 
Biokimia bagi Perawat
Biokimia bagi Perawat Biokimia bagi Perawat
Biokimia bagi Perawat
 
Proses Pencernaan dan Metabolisme Lipin
 Proses Pencernaan dan Metabolisme Lipin Proses Pencernaan dan Metabolisme Lipin
Proses Pencernaan dan Metabolisme Lipin
 
Biokimia bagi Perawat
Biokimia bagi PerawatBiokimia bagi Perawat
Biokimia bagi Perawat
 

Recently uploaded

Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfAyundaHennaPelalawan
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 

Recently uploaded (20)

Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 

Makalah kelompok 3

  • 1. MAKALAH WASTING SYNDROME atau CACHEXIA BLOK ENDOKRIN-I DISUSUN OLEH: KELOMPOK 3 TUTOR: dr. Diah Andriana, SpB FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG 2012 1
  • 2. MAKALAH WASTING SYNDROME / CACHEXIA BLOK ENDOKRIN 1 DISUSUN OLEH KELOMPOK 3: M. Fathan Rasyid. A 209.121.0003 Septian Ifriansyah 209.121.0008 Mucahamad Zubaid 209.121.0011 Dian Ayu Sri Utami 209.121.0018 Devi Kurniyanti Ningsih 209.121.0021 Ananda Arantika W.A 209.121.0028 Ahmad Haerul Umam 209.121.0029 Prajatiwi Novia Dilla 209.121.0036 Arista Kautsar Rahman 209.121.0037 M. Sukri 209.121.0045 Iffah Nadhiefah 209.121.0054 Hanis Putriana 209.121.0055 Zahrotun Nisa 209.121.0060 Baiq Sholatia 209.121.0063 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG 2012 2
  • 3. KATA PENGANTAR Assalamuallaikum Wr. Wb. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya pada kami selaku tim penyusun sehingga dapat menyelesaikan pembuatan makalah kelompok BLOK ENDOKRIN-I ini dengan lancar. Makalah ini berisi tentang MANIFESTASI KLINIS DAN LABORATORIS, PENEGAKAN DIAGNOSA DAN DEFERENTIAL DOAGNOSE, PATOFISIOLOGI, dan PENATALAKSANAAN serta REHABILITASI. Dengan demikian, kami berharap makalah ini dapat dipergunakan sebagai panduan belajar dalam mengikuti kegiatan belajar. Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan fungsinya sebagai laporan tugas bagi mahasiswa, suatu kebanggaan bagi kami apabila para pembaca makalah ini dapat memberikan saran, kritik dan masukan kepada kami untuk mengembangkan dan menyempurnakan makalah-makalah berikutnya. Demikian pengantar dari kami, semoga laporan makalah kelompok mahasiswa ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Wassalamualaikum Wr. Wb. Malang, Juni 2012 Atas Nama Penyusun Kelompok 3 Mahasiswa Fakultas Kedokteran, UNISMA, Angkatan 2009 3
  • 4. DAFTAR ISI Halaman judul ............................................................................................ 1 Nama Anggota Kelompok ………………………………………………... 2 Kata Pengantar ……………………………………………………... ….. 3 Daftar Isi ………………………………………………………………… 4 Bab I. Pendahuluan I.1. Latar Belakang ........................................................................... 5 I.2.Rumusan Masalah ..………………………………………..….. 5 I.3.Tujuan ......................…………………………………………… 5 I.4. Manfaat ....................………………………………….............. 6 Bab II.Tinjauan Pustaka II.1. Epedemiologi …………………………………………………… 7 II.2. Etiologi …………………………………………………………. 7 II.3. Patofisiologi …………………………………………………… 8 II.4. Manifestasi Klinis dan Pemeriksaan Laboratorium …………… 15 II.5. Penegakan Diagnosa dan Differential Diagnosa ………………. 16 II.6. Penatalaksanaan dan Rehabilitasi……………………………….. 18 Bab III. Penutup III.1. Kesimpulan ….………………………………………………… 24 III.2.Saran …………………………………………………………… 24 4
  • 5. BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Cachexia berasal dari bahasa Yunani “kakos” dan “hexis” yang berarti “keadaan yang buruk”. Cachexia atau wasting syndrome merupakan suatu symptom yang sering dikaitkan dengan kanker dan AIDS dimana pasien mengalami penurunan berat badan yang berkaitan dengan anoreksia, asthenia (lemah atau kurang bertenaga), anemia dan perubahan fungsi metabolism serta imunitas. Asthenia merupakan gejala yang menonjol dengan gambaran kelemahan secara umum, baik fisik maupun mental dimana sering dijumpai kehilangan massa otot. Cachexia kanker ditemukan pada >80% pasien yang menderita keganasan tahap lanjut dan menjadi penyebab kematian pada >20% kasus. Untuk itu pentingnya pengetahuan yang rinci mengenai Cachexia menjadi dasar dari pembuatan makalah ini. I.2. RUMUSAN MASALAH I.2.1. Bagaimana epidemiologi dari Cachexia? I.2.2. Apa etiologi dari Cachexia? I.2.3. Bagaimana patofisiologi Cachexia? I.2.4. Bagaimana manifestasi klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium dari Cachexia? I.2.5. Bagaimana penegakan diagnosa dan differential diagnosa? I.2.6. Bagaimana penatalaksanaan dan rehabilitasi pada Cachexia? I.3. TUJUAN I.3.1. Mengetahui epidemiologi dari Cachexia. 5
  • 6. I.3.2. Mengetahui etiologi dari Cachexia. I.3.3. Mengetahui patofisiologi dari Cachexia. I.3.4. Mengetahui manifestasi klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium dari Cachexia. I.3.5. Mengetahui penegakan diagnosa dan differential diagnosa. I.3.6. Mengetahui penatalaksanaan dan rehabilitasi Cachexia. I.4. MANFAAT Setelah pembuatan makalah ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan baik bagi penulis ataupun pembaca, yang nantinya akan bermanfaat untuk kepentingan klinis. 6
  • 7. BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. EPIDEMIOLOGI Cachexia adalah sindrom klinis yang ditandai dengan penurunan berat badan yang parah, anoreksia, cepat kenyang, kelemahan dan edema. Cachexia hampir selalu ditemukan pada penyakit kronis termasuk kanker, penyakit paru obstruktif kronik, gagal jantung kronis, gagal ginjal kronis, gagal hati kronis, artritis rematoid dan AIDS. Cachexia kanker dialami oleh 80% pasien kanker stadium lanjut, khususnya mereka dengan keganasan gastrointestinal, pankreas, toraks, kepala dan leher. Cachexia berkaitan dengan 20% kematian kanker. Kehilangan berat badan sering diamati sebagai tanda pertama pada pasien kanker, kira-kira pada 30% sampai 80% pasien. Kehilangan berat badan parah (> 10%) diamati pada kira-kira 15% pasien. Pada sebagian pasien kanker, kehilangan berat badan merupakan gejala paling sering, dan sampai 66% pasien menjadi kurus kering selama perjalanan penyakit. Penurunan berat badan lebih dari 10% dari berat sebelum sakit dapat terjadi pada sampai 45% pasien rawat-inap dewasa dengan kanker. II.2. ETIOLOGI a. Kanker b. AIDS c. Usia Lanjut d. Tumor e. PPOK f. Gagal ginjal kronik g. Gagal jantung kongestif 7
  • 8. II.3. PATOFISIOLOGI 3.1. Sitokin Sitokin merupakan protein yang diproduksi oleh sel inflamasi yang berfungsi sebagai mediator antar sel parakrin. Inflamasi sistemik dimediasi melalui cidera sel sehingga menyebabkan aktivasi system imun yang hasil akhirnya memicu respon inflamasi akut dan menyebabkan elaborasi sitokin yang berlebih. Sitokin memainkan peran utama dalam immunomodulator dan telah terlibat dalam penyebab anoreksia, penurunan berat badan, disfungsi kognitif, anemia, dan kelelahan. Elaborasi berlebihan sitokin proinflamasi seperti interleukin 1, interleukin 2, interferon y, dan tumor necrosis faktor alfa diduga merupakan penyebab paling umum dari cachexia yang diamati pada pasien yang mengalami inflamsi akut.(Gambar. 1) Sitokin mengaktifasi faktor transkripsi kB nuklir (NF-kB) yang menyebabkan penurunan sintesis muskulus. Aktifasi sitokin juga menurunkan produksi protein MyoD, dimana MyoD yang bertanggung jawab sebagai faktor transkripsi yang memodulasi jalur sinyal yang terlibat dalam perkembangan muskulus dengan cara mengikat myosin rantai IIb daerah promoter yang di perlukan untuk ekspresi myosin dalam kecepatan gerak otot. TNF-alfa dan interferon y secara sinergis menghambat aktivasi dari messenger RNA untuk sintesis rantai myosin. Selain itu TNF-alfa dan Interferon y juga sangat spesifik untuk merangsang proteolisis rantai myosin. 8
  • 9. Sitokin juga mengaktifasi system ubiquitin-dimediasi proteolitik, dimana system ini terlibat dalam penyakit yang berhubungan dengan hiperkatabolisme. Ubiquitin merupakan susunan 76 asam amino yang membentuk polipeptida sebagai target spesifik dalam muskulus yang dapat menyebabkan proteolisis otot. Proteolisis otot ini selanjutnya menghasilkan asam amino dan oligopeptida yang akan dimetabolisme di hepar untuk sintesis protein seperti protein C-reaktif dan peptide amiloid serum. System ubiquitin- protease juga secara tidak langsung memodulasi sintesis protein melalui penghambatan degradasi k protein regulasi B (IKB) gen NF-Kb. Selain itu sitokin juga merangsang pelepasan hormone kortisol dan ketokolamin dari kelenjar adrenal. Hormone kortisol selanjutnya menyebabkan aktivasi system ubiquitin-protease, dan ketokolamin dapat meningkatkan resting metabolic rate. Sitokin juga menginduksi lipolisis dan Beta- oksidasi, lemak dan lipoprotein dalam hepar juga mengalami penurunan aktivasi. Terjadi peningkatan aktivasi reseptor LDL di dalam hepatosit. Hal ini menyebabkan peningkatan sintesis VLDL dan lipoprotein menurun, sehingga terjadi hipertrigliseridemia. Semua proses ini menghasilkan keseimbangan energy negative dan penurunan berat badan, dengan manifestasi klinis lemah, letih, lesu, malaise,dan anhedonia. Keadaan seperti ini harus ditangani dengan asupan makanan yang tinggi kalori dan beberapa obat yang bersifat antagonis sitokin seperti pada tabel berikut : 9
  • 10. 3.2. Testosteron Testosterone dapat menstimulasi myoblast dan meningkatkan sel satelit, sehingga dapat terjadi peningkatan sintesis protein dalam memperbaiki sel otot yang rusak. Testosterone juga dapat menghambat pelepasan sitokin proinflamasi seperti TNF-alfa, IL-1beta, dan IL-6 dan menstimulasi produksi IL-10 sebagai sitokin anti inflamasi. Kadar hormone testosterone dapat menurun pada keadaan penuaan dan akibat peningkatan kadar leptin serum, dimana leptin merupakan hormone anorectic dan lipolitik yang di hasilkan oleh sel lemak. Perubahan ini diduga sebagai penyebab anoreksia, penurunan berat badan, dan chachexia pada beberapa pria hipogonadisme. 3.3. Insulin Growth Faktor I (IGF-1) IGF-1 sangat sensitive terhadap asupan makanan, yang akan meningkat tajam selama puasa. Status gizi, komposisi mikro dan makronutrien dari asupan makanan juga menentukan konsentrasi IGF-1. IGF-1 meningkatkan sintesis protein otot dengan meningkatkan konsentrasi hormone pertumbuhan dan testosterone. Kadar IGF-1 yang rendah pada manusia yang mengalami kekurangan gizi dapat menjadi tanda dalam pathogenesis cachexia. 3.4. Myostatin Myostatin adalah hormone yang diproduksi dalam otot yang menekan pertumbuhan otot dengan menghambat proliferasi myoblast. Namun untuk bukti bahwa pengaruh myostatin dalam pathogenesis cachexia masih berada di tingkat preklinis dengan menghapus gen myostatin pada hewan coba sehingga menyebabkan hipertrofi otot pada hewan coba. 3.5. Hormon Adrenal 10
  • 11. Glukokortikoid menekan penyerapan glukosa dan asam amino otot melalui inhibisi transport tingkat seluler. Glukokortikoid memiliki efek pada regulasi dari messenger RNA dan selanjutnya berefek pada system ubiquitin-protease dalam otot. Glukokortikoid juga menghambat sintesis protein dan menyebabkan glukoneogenesis, yang berkontribusi terhadap steroid-induced miopathy dan toleransi glukosa. Glukokortikoid meningkat pada pasien kurus yang dapat menyebabkan proteolitik yang sedang berlangsung dan menyebabkan gangguan sintesis protein. 3.6. Penyakit Jantung pada Cachexia Adanya peningakatan kadar sitokin proinflamasi sistemik terlibat dalam penyakit jantung cachexia. Dalam penelitian Framingham, subyek lansia tanpa riwayat infark miokard atau gagal jantung kongestif mengalami peningkatan signifikan resiko gagal jantung kongestif perkenaikan konsentrasi sitokin (60% untuk TNF-alfa dan 68% untuk serum IL-6). Data juga menunjukkan peningkatan kadar TNF-alfa berhubungan dengan status sosial ekonomi yang rendah dengan gagal jantung kongestif. 11
  • 12. 3.7. Gagal Ginjal Kronis Lebih dari 25% pasien yang melakukan hemodialisis adalah malnutrisi. 2 tipe dari malnutrisi terjadi pada gagal ginjal kronis yaitu kelaparan dan cachexia. pada kelaparan hanya terjadi kekuranga energy, sebaliknya pada cachexia dikaitkan dengan adanya peradangan sistemik, proteolisis, stress oksidatif yang berlebihan. 3.8. Penyakit Paru Obstruktif Kronis Penurunan berat badan pada pasien ini dikaitkan dengan kelemahan otot, disfungsi diafragma, gagal nafas, dan kualitas hidup yang menurun, bahkan kematian. Hal ini dapat disebabkan karena faktor-faktor seperti hiperkatabolisme, obat, anoreksia, dan pengaruh efek termis asupan dan pengeluaran energy total. Pasien dengan PPOK secara signifikan terjadi peningkatan kadar TNF-alfa yang endingnya dapat menggannggu sintesis protein dan menjadi salah satu penyebab cachexia. 3.9. Anorexia-Cachexia Sindrom pada Kanker 12
  • 13. Peningkatan kadar sitokin pada keganasan dapat meningkatkan corticotrophin, agen anorectic, dan menginduksi prostaglandin dapat menekan produksi agen neuropeptida y orexigenic. Proteolisis terjadi pada otot akibat aktivasi system proteosom dan faktor transkripsi NF-kB. Sitokin juga dapat menunda pengosongan lambung, menurunkan konsentrasi albumin, dan meningkatkan liposlisis. 13
  • 14. 3.10. Reumatoid Arthritis dan Cachexia RA berhubungan dengan peningkatan sitokin proinflamasi yang berlebih sehingga terjadi mekanisme seperti yang di jelaskan di atas terutama TNF-alfa dan IL-beta. 3.11. Cachexia Terkait AIDS 3.12. Penuaan dan Penurunan Berat Badan Penuaan dikaitkan dengan peningkatan konsentrasi TNF-alfa, IL-6,IL1 antagonis reseptor diduga sebagai penyebab utama. Selain itu juga terjadi peningkatan C-reaktif protein dan serum amyloid A yang menandakat terjadinya kaskade inflamasi. Penurunan berat badan pada penuaan juga dikaitkan secara fisiologis yang dikaitkan dengan usia dismotilitas lambung, dan gangguan fundus yang menyebabkan rasa kenyang. Faktor yang lain berkaitan dengan cholesistokinin dan peningkatan 14
  • 15. konsentrasi amylin. Anoreksia bisa juga diakibatkan oleh adanya hyperleptinemia pada pria hipogonadism dan wanita pascamenopouse. II.4. MANIFESTASI KLINIS dan PEMERIKSAAN LABORATORIUM II.4.1. Manifestasi Klinis Cachexia merupakan penyakit yang pada umumnya ditandai dengan kelemahan dan penurunan berat badan. Cachexia biasa dihubungkan dengan penyakit berat seperti kanker dan penyakit kardiopulmonal tahap akhir. Pada dasarnya pasien Cachexia mengalami kehilangan jaringan adipose yang berguna untuk melindungi tonjolan tulang dari tekanan ( Potter & Perry, 2005). Gejala klinis pada pasien Cachexia diantaranya : 4.1.1. Anoreksia Menurunnya asupan makanan dilaporkan berkaitan dengan kelainan pengecapan dan pada pusat kontrol nafsu makan. Dasar dari kelainan metabolik ini masih belum sepenuhnya dipahami, namun diduga peranan faktor tertentu di dalam darah misalnya Tumor Necrosis Factor ( TNF ) dan Interleukin-1 ( IL-1 ) yang dikeluarkan oleh makrofag aktif, mungkin berperan. Tumor Necrosis Factor ( TNF ) berperan menekan nafsu makan dan menghambat kerja lipoprotein lipase, yang menghambat pembesaran asam lemak bebas dari lipoprotein. 4.1.2. Nyeri Terjadinya nyeri pada pasien Cachexia diduga akibat adanya kerusakan sel yang menyebabkan pengeluaran mediator – mediator inflamasi serta diduga pula nyeri timbul akibat penyakit kanker dan penyakit kardiopulmonal tahap akhir yang menyertai pasien kakeksia. 4.1.3. Penurunan Berat Bandan 15
  • 16. Pada pasien Cachexia, misalnya akibat dari penyakit kanker pada umumnya terjadi penurunan asupan makanan namun pengeluaran kalori tetap tinggi, dan laju metabolisme basal meningkat. Akibat adanya ketidakseimbangan ini menyebabkan pasien mengalami penurunan berat badan. 4.1.4. Kelemahan Otot Hal ini disebabkan karena kurangnya asupan nutrisi pada sel – sel otot yang mengakibatkan sel – sel otot melakukan metabolisme anaerob sehingga terjadi penumpukan asam laktat dan terjadi kelemahan otot. II.4.2. Pemeriksaan Laboratorium Pada pasien dengan wasting syndrome mengalami malnutrisi berat. Pasien dengan status nutrisi buruk biasanya mengalami hipoalbuminemia (level albumin serum di bawah 3g/100ml) dan anemia (penurunan level hemoglobin). Albumin adalah ukuran variabel yang biasa digunakan untuk mengevaluasi status protein pasien. Walaupun kadar albumin serum kurang tepat memperlihatkan perubahan protein viseral, tapi albumin merupakan prediktor malnutrisi yang terbaik. Nutrisi buruk juga dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. II.5. PENEGAKAN DIAGNOSA dan DIFFERENTIAL DIAGNOSE II.5.1. Penegakan Diagnosa Penyebab terjadinya sindrom wasting sangat kompleks kompleks, sehingga untuk mendiagnosisnya yang pertama dilakukan adalah meyingkirkan efek dari obat infeksi oportunistikk (TB, MAC, kriptosporidiosis dan mikrosporidiosis). Jika sudah disiningkirkan, maka perlu dipikirkan mengenai penyebab terjadinya sindrom wasting seperti gangguan metabolisme, hipogonadisme, gizi buruk dan sindrom malabsorpsi. 16
  • 17. Dalam penegakan diagnose sindrom wasting, riwayat pasien secara menyeluruh sangat bermanfaat. Harus digali lagi mengenai Apakah pasien memiliki diet yang normal? Bagaimana pemberian makanan setiap harinya? Apakah pasien mengalami depresi? Apakah pasien pernah mengkonsumsi obat ART? Penurunan berat badan yang signifikan juga sering terjadi pada gangguan interferon (Garcia-Benayas 2002), tetapi cepat sembuh setelah melakukan pengobatan. Selain itu, penyakit hipogonadisme dapat disingkirkan dengan pengukuran testosteron. Meskipun ada beberapa tes sederhana untuk sindrom malabsorpsi, namun lebih efektif untuk melakukan pengujian albumin serta tingkat TSH dan kolesterol lebih dulu. Pemeriksaan lebih lanjut seperti pemyerapan D-xilosa atau biopsi dari usus kecil hanya dapat dilakukan setelah berkonsultasi dengan dokter spesialis. Tes lain, seperti DEXA, densitrometry, analisis impedansi bioelectrical, harus dilakukan di pusat-pusat penelitian yang lebih berpengalaman untuk mendiagnosis sindrom wasting pada pasien AIDS untuk menentukan komposisi tubuh pasien. II.5.2. Differential Diagnosa Sindrom berkurangnya masa otot mengacu pada hilangnya masa tubuh atau pun ukurannya, khususnya masa otot (biasanya mengacu pada menghilangnya kemak pada masa tubuh). Biasanya terjadi dalam waktu yang sama. Hal ini mungkin terjadi pada orang yang kehilangan berat badan tetapi tidak kehilangan masa otot. Juga mungkin terjadi pada kehilangan masa otot tetapi tidak kehilangan berat badan. Berkurangnya protein dalam darah mungkin terjadi pada sebagian orang jika seseorang tidak mengkonsumsi protein ketika mereka sakit tubuh segera mengkompensasinya dengan mengambil sebagian sumber protein dari tubuh yaitu otot. Jadi hipoproteinemia, dan terjadi bergantung pada energy yang dibutuhkan tubuh, berapa lama sakitnya berlangsung. Ada dua jenis sindrom yaitu tipe pertama tipe dimana periode tubuh kehilangan berat badan dan masa otot secara cepat. Biasanya terdapat pada pasien dengan infeksi 17
  • 18. oportunis seperti tuberculosis atau Pneumocytis pneumonia (PCP). Tipe kedua kehilangan keduanya yaitu kehilangan baik masa otot dan berat badan. Tidak seperti tipe pertama, tipe ini terjadi pada penderita AIDS dan terjadi pada saat yang bersamaan. Beberapa diagnose lain yang ditemukan antara lain : a) Mual b) Muntah c) Anoreksia d) Hiponatremi e) Malabsorbsi f) Diare g) Lemas h) Anemia i) Demam Beberapa tahun yang lalu, sejumlah penelitian yang focus terhadap masalah metaabolisme yang menyebabkan kehilangan masa otot. Metabolism mereka menjadi turun baik itu katabolisme untuk pembentukan energy atau anabolisme untuk pemecahan energy. Pada pasien HIV, meningkatnya level gula dalam darah dan hyperlipidemia. Juga ditemukan negatifnya keseimbangan nitrogen (marker kehilangan masa otot). Pada penderita HIV terjadi penurunan hormonal seperti penurunan produksi insulin-like growth factor (precursor dari hormone pertumbuhan) dan testosterone. Penurunan testosterone (hypogonadisme) yang biasanya ditemukan pada pasien HIV. II.6. PENATALAKSANAAN dan REHABILITASI II.6.1. Penatalaksanaan Pada umumnya terapi pada cachexia dilakukan terapi yang memungkinkan mendasari penyebab kanker. Namun pada sebuah studi disebutkan bahwa terapi yang diberikan lebih baik bersifat paliatif dari pada kuratif. Terdapat berbagai macam terapi 18
  • 19. baik yaitu diet, farmakologi dan non-farmakologi. Sebelum kita melakukan terapi diet sebelumnya kita harus mengetahui skor malnutrisi dari seorang pasien dengan keluhan cachexia. Selanjutnya dapat diberikan terapi farmakologi sesuai dengan tabel 4. 19
  • 20. 20
  • 21. II.6.2. Rehabilitasi 6.2.1. Maintenance Kebutuhan Makronutrien Kebutuhan makronutrien (karbohidrat, lemak dan protein) penderita kanker sangat individual beberapa penelitian mendapatkan data bahwa 50-60% penderita kanker rawat inap mengalami abnormalitas resting energy expenditur 21
  • 22. (REE) yang sangat bervariasi sehingga sulit untuk menentukan kebutuhan kalori secara umum (Baron, 2005). Untuk menentukan kebutuhan kalori, harus ditetapkan lebih dahulu tujuan dari terapi nutrisi dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti status nutrisi, jenis tumor, terapi tumor yang diberikan, adanya infeksi dan lamanya penyakit. Kebutuhan kalori untuk tujuan maintenance adalah 115 – 130% dari REE, sedangkan untuk meningkatkan BB diperlukan sampai 150% REE (Boediwarsono, 2006). Pengukuran REE berdasarkan rumus Harnis Benedict: untuk pria REE (kcal/hari) = 666 + (13,7 x BB) + (5 x TB)-(6,8 x umur); wanita REE (kcal/hari) = 655 + (9,5 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x umur). BB adalah berat badan dalam kilogram, TB adalah tinggi bdan dalam cm, umur dalam tahun. Pada penderita dapat ditambahkan sekitar 20- 50% dari REE yang diberikan dalam bentuk kalori non protein untuk memenuhi energy expenditur selama aktivitas atau sehubungan dengan penyakitnya. Kebutuhan energi juga dapat diperkirakan dengan cara perkalian sebagai berikut : BB x 30 – 35 kcal/hari. Kebutuhan protein adalah 0,8 – 1,2 gram per kg BB perhari. Pada penderita dengan malnutrisi dapat diberikan 1,5 g/kg BB/ hari. Diperlukan polyunsaturated fatty acid (linoleic acid) sekitar 2-4% dari total kalori dan kolesterol < 200 mg/hari (Baron, 2005; Boediwarsono, 2006). 6.2.2. Maintenance Kebutuhan Mikronutrien Mikronitrien terdiri dari vitamin, mineral dan frace elemen. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa defisiensi vitamin tertentu, mineral dan frace elemen berhubungan dengan penyakit kanker tertentu. Anjuran konsumsi vitamin adalah : Vitamin C 300–400 mg/hari namun beberapa peneliti menganjurkan intake Vitamin C 300–1000 mg menurunkan resiko dari penyakit kanker, Vitamin A (β – carotene) sebagai anti oksidan 25.000–50.000 IU, Vitamin E 100–400 unit/hari sebagai antioksidan. Anjuran konsumsi kalium, natrium dan khlorida masing-masing 45 – 145 meq/hari, kalsium 60 meq/hari, magnesium 35 meq/hari, dan fosfat 23 mmol (Trujillo, 2004; Baron, 2005). 22
  • 23. Panduan terkini untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan umum, antara lain ; a) Makanlah makanan yang kaya gizi, dalam batasan kalori yang tepat. b) Jagalah berat badan yang sehat. c) Olah raga teratur. d) Makanlah berbagai jenis buah-buahan, sayuran, padi-padian, dan produk susu rendah-lemak setiap hari. e) Kurangi konsumsi lemak dan hindari asam lemak jenis trans (lemak trans). f) Sering mengkonsumsi padi-padian, buah-buahan, dan sayuran yang kaya serat. g) Kurangi konsumsi makanan yang mengandung banyak garam. Pilih lebih banyak makanan yang kaya potasium (seperti pisang, bayam dan kentang). h) Mereka yang meminum minuman beralkohol tidak boleh mengkonsumsi alkohol dalam jumlah yang terlalu banyak. Bahkan, orang tertentu harus menghindari alkohol sama sekali. i) Jagalah keamanan makanan saat membuat, menyimpan dan menyajikan makanan. 23
  • 24. BAB III PENUTUP III.1. KESIMPULAN Cachexia atau wasting syndrome merupakan suatu symptom yang sering dikaitkan dengan kanker dan AIDS dimana pasien mengalami penurunan berat badan yang berkaitan dengan anoreksia, asthenia (lemah atau kurang bertenaga), anemia dan perubahan fungsi metabolism serta imunitas. Kehilangan berat badan yang parah pada ODHA ini bisa menyebabkan otot menjadi kisut sehingga terjadi kelemahan otot. Hal ini bisa saja terjadi meskipun tidak ada infeksi lain. Cachexia kanker ditemukan pada lebih dari 80% pasien yang menderita keganasan stadium lanjut dan menjadi penyebab kematian pada lebih dari 20% kasus. III.2. SARAN Pada pasien, pemeriksaan secara anamnesis sangat penting, penyebab atau kausa harus disembuhkan terlebih dahulu agar tidak terjadi komplikasi lain dan komplikasi yang lebih parah. Dan untuk penatalaksanaan lanjutan juga harus memperhatikan variable-variabel lain yang mempengaruhinya. 24