SlideShare a Scribd company logo
1 of 47
Selasa, 05 Juni 2012 
OBSTRUKSI SALURAN NAPAS 
MAKALAH SISTEM RESPIRASI 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN 
OBSTRUKSI SALURAN NAPAS 
DOSEN PEMBIMBING: 
Ns.Agus Supriyadi,S.Kep 
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN 
TRI MANDIRI SAKTI 
BENGKULU 
2012
KATA PENGANTAR 
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya 
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Asuhan keperawatan pada klien 
denga Obstruksi Saluran Napas. 
Dalam penulisan makalah ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan dukungan serta 
bantuan, terkhusus dari dosen pembimbing yaitu bapak Ns.Agus Supriyadi,S.Kep. Oleh 
karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang tiada hingganya. 
Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca dan dapat 
menunjang kita lebih kreatif dalam sistem belajar mengajar. Dan penulis pun menyadari 
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis berharap khususnya 
kepada pendidik dan umumnya kepada pembaca untuk memberi saran dan kritik yang 
konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya. 
Bengkulu, Mei 2012 
Penulis 
DAFTAR ISI 
HALAMAN JUDUL 
KATA PENGANTAR.................................................................................. i 
DAFTAR ISI................................................................................................. ii 
BAB I PENDAHULUAN 
1.1. Latar Belakang................................................................................ 1 
1.2. Tujuan............................................................................................. 2
1.3. Manfaat........................................................................................... 2 
BAB II TINJAUAN TEORITIS 
2.1. Konsep Dasar Teori 
2.1.1. Definisi................................................................................................... 3 
2.1.2. Etiologi................................................................................................... 3 
2.1.3. Klasifikasi dan Stadium Penyakit............................................... 4 
2.1.4. Patofisiologi................................................................................ 6 
2.1.5. WOC (Web Of Causa)............................................................... 8 
2.1.6. Manifestasi Klinis....................................................................... 9 
2.1.7. Pemeriksaan Penunjang.............................................................. 10 
2.1.8. Penatalaksanaan.......................................................................... 11 
2.1.9. Komplikasi.................................................................................. 16 
2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 
2.2.1. Pengkajian Teoritis Lengkap...................................................... 17 
2.2.2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul........................ 20 
2.2.3. NCP (Nursing Care Planning).................................................... 21 
BAB III TINJAUAN KASUS (Kasus Fiktif) 
3.1... Pengkajian Lengkap..................................................................... 28 
3.2. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul........................................ 31 
3.3. NCP (Nursing Care Planning)....................................................... 32 
3.4. Implementasi Dan Evaluasi SOAP................................................ 37 
BAB IV PENUTUP 
4.1 Kesimpulan..................................................................................... 44 
4.2 Saran............................................................................................... 44 
DAFTAR PUSTAKA 
BAB I 
PENDAHULUAN 
1.1. Latar Belakang 
Seiring dengan pembangunan Nasional Indonesia yang berpedoman pada Garis 
Besar Haluan Negara yang bertujuan mewujudkan suatu kehidupan bermasyarakat yang 
makmur, adil dan merata yang berdasarkan pancasila, dimana pada hakikatnya yaitu 
pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. 
Dalam kaitan ini, pembangunan itu tidak hanya memperbaiki kemajuan lahiriah saja 
tetapi juga memperbaiki kemajuan batiniah. Adapun yang memperbaiki kemajuan lahiriah
seperti sandang pangan, perumahan dan sebagainya, sedangkan hal yang memperbaiki 
kemajuan batiniah seperti adanya rasa kesehatan, kepuasan, kependidikan dan rasa keadilan. 
Maka dari itu, untuk menunjang masalah kesehatan bagi masyarakat, pemerintah 
mengeluarkan keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia No: 938/Menkes/x/1992, 
yang berisikan tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit. 
Sehubungan dengan pentingnya kesehatan bagi setiap makhluk hidup, baik manusia, 
hewan maupun tumbuhan, maka yang sangat berperan dalam meningkatkan kesehatan bagi 
masyarakat yaitu masyarakat itu sendiri dan instansi-instansi kesehatan yang ada. Untuk 
menunjang dalam meningkatkan kuialitas kesehatan, maka rumah sakit (tenaga kesehatan) 
dituntut untuk melaksakan upaya kesehatan yang bermutu terutama dalam proses pemberian 
Asuhan Keperawatan yang profesional terhadap pasien dengan berbagai penyakit yang 
bertujuan untuk kesehatan terhadap pasien. 
Dengan demikian, kita dapat melihat dan merasakan bahwa akan pentingnya 
kesehatan itu dan sehat itu merupakan suatu keadaan yang paling baik dan paling mendukung 
dalam aktivitas apapun. 
Untuk mewujudkan suatu pelayanan serta tindakan dalam pemberian asuhan 
keperawatan yang profesional, mutu pendidikan dan pengetahuan perlu juga ditingkatkan 
agar tujuan yang diinginkan dapat terlaksanakan sesuai dengan apa yang diharapkan. 
Dari uraian di atas maka penulis mencoba mengangkat masalah tentang “Asuhan 
Keperawatan Pada Klien Dengan Obstruksi saluran Napas”. 
Obstruksi saluran napas bagian atas dapat terjadi oleh beberapa sebab. Obstruksi 
jalan napas akut biasanya disebabkan oleh partikel makanan, muntahan, bekuan darah, atau 
partikel lain yang masuk dan mengobstruksi laring atau trakea. Obstruksi saluran napas juga 
dapat terjadi akibat dari adanya sekresi kental atau pembesaran jaringan pada dinding jalan 
napas, seperti: epiglotitis, edema laring, karsinoma laring, atau peritonsilar abses. 
Pasien yang karena beberapa sebab mengalami penurunan kesadaran , sangat 
beresiko mengalami obstruksi jalan napas. Hal tersebut disebabkan karena hilangnya reflek 
proteksi tubuh (batuk dan menelan) dan hilangnya tonus otot faringeal yang menyebabkan 
lidah jatuh kebelakang sehingga menghambat jalan napas. 
Benda asing yang teraspirasi dan tersangkut di laring dapat menyebabkan sumbatan 
total atau persial pada saluran pernapasan. Jenis hambatan ini tergantung dari ukuran, bentuk 
dan posisi benda asing pada rimaglotis. Kadang-kadang sentuhan benda asing pada pita suara 
menyebabkan spasme laring, sehingga benda asing tersebut terjepit diantara pita suara.
Berdasarkan latar belakang diatas kelompok tertarik untuk membahas tentang asuhan 
keperawatan pada klien dengan obstruksi jalan napas. 
1.2. Tujuan 
1.2.1. Tujuan Umum 
Untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien dengan Obstruksi Saluran Napas. 
1.2.2. Tujuan Khusus 
1. Mengetahui konsep dasar teoritis penyakit Obstruksi Saluran Napas. 
2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan Obstruksi Saluran 
Napas, yang meliputi pengkajian, diagnosa keprawatan, dan intervensi. 
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan Obstruksi Saluran Napas, yang 
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi. 
1.3. Manfaat 
1. Makalah ini di harapkan dapat bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan bagi pembaca 
pada umumnya dan Mahasiswa STIKES TMS Bengkulu. 
2. Makalah ini di harapkan dapat menjadi panduan oleh mahasiswa dalam proses belajar. 
BAB II 
TINJAUAN TEORITIS 
2.1. Konsep Dasar Teori 
2.1.1. Definisi 
Obstruksi saluran napas atas adalah gangguan yang menimbulkan penyumbatan pada 
saluran pernapasan bagian atas. (Irman Sumantri, Salemba Medika) 
Obstruksi saluran napas atas adalah kegagalan sistem pernapasan dalam memenuhi 
kebutuhan metabolik tubuh akibat sumbatan saluran napas bagian atas (dari hidung sampai 
percabangan trakea).(www.klikdokter.com) 
Obstruksi saluran napas atas adalah adanya sumbatan pada struktur saluran napas atas, 
sehingga ruang untuk mengalirnya udara inspirasi mengecil yang menyebabkan penderita 
mengalami gangguan pernapasan. 
(http://rofiqahmad.wordpress.com/2008/01/25/saluran-pernafasan). 
Obstruksi jalan napas atas adalah gangguan yang menimbulkan penyumbatan pada 
saluran pernapasan bagian atas. 
2.1.2. Etiologi
A. Obstruksi Nasal 
1. Tumor hidung 
 Idiopatik (belum diketahui) 
2. Karsinoma Nasofaring 
 Virus Epstein Barr 
 Faktor rass 
 Letak geografis 
 Jenis kelamin : laki-laki > wanita 
 Faktor lingkungan (iritasi bahan kimia, kebiasaan memasak dengan bahan/bumbu masakan 
tertentu, asap sejenis kayu tertentu). 
 Faktor genetik 
3. Polip hidung 
 Akibat reaksi hipersensitif / reaksi alergi pada mukosa hidung 
B. Obstruksi Laring 
 Radang akut dan kronis 
 Benda asing 
 Trauma akibat kecelakaan, perkelahian, bunuh diri, senjata tajam dan tindakan medik dengan 
gerakan tangan yang kasar. 
 Tumor ganas atau jinak 
 Kelumpuhan Nervus laringeus rekuren bilateral 
Abses Peritonsil (Quinsy) 
 Disebabkan oleh kuman streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridans dan 
treptsococcus pyogenes. 
 Kuman aerob dan anaerob(Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999) 
2.1.3. Klasifikasi 
Klasifikasi Obstruksi Saluran Napas atas,Terdiri dari: 
A. Obstruksi Nasal 
Perjalanan udara melalui nostril sering kali tersumbat oleh deviasi septum nasi, 
hipertrofi tulang turbinat, atau tekanan polip, yaitu pembengkakan seperti buah jeruk yang 
timbul dari membran mukosa sinus, terutama etmoid. Obstruksi ini juga dapat mengarah pada 
kondisi infeksi kronis hidung dan mengakibatkan episode nasofaringitis yang sering. 
Seringkali, infeksi meluas sampai sinus-sinus hidung (rongga yang dilapisi lendir yang 
dipenuhi oleh udara yang normalnya mengalir ke dalam hidung). Bila terjadi sinusitis dan
drainase dari rongga ini terhambat oleh deformitas atau pembengkakan di dalam hidun, maka 
nyeri akan dialami pada region sinus yang sakit. (Brunner & Suddarth, Keperawatan Medikal 
Bedah, 2001:554) 
Obstruksi nasal merupakan tersumbatnya perjalanan udara melalui nostril oleh deviasi 
septum nasi, hipertrofi tulang torbinat / tekanan polip yang dapat mengakibatkan episode 
nasofaringitis infeksi. (Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999) 
Obstruksi pada nasal meliputi: 
1. Tumor hidung 
Yaitu pertumbuhan sel yang abnormal sebagai akibat radang pada hidung. (Ramis Ahmad, 
2000) 
Ada 2 jenis tumor, yaitu: 
 Tumor jinak, biasanya terjadi di kavum nasi dan sinus paranasal. 
 Tumor ganas, sering ditemukan di papiloma. 
2. Karsinoma Nasofaring 
Merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi difosa 
rosenmuller dan atap nasofaring dan merupakan tumor di daerah leher. (Arif Mansjoer, dkk. 
Kapita Selekta Kedokteran, 1999) 
3. Polip Hidung 
Merupakan masa lunak, berwarna puth, keabu-abuan yang terdapat di dalam ringga hidung, 
paling sering berasal dari sinus etmoid, multipel dan bilateral. (Arif Mansjoer, dkk. Kapita 
Selekta Kedokteran, 1999) 
B. Obstruksi Laring 
Adalah adanya penyumbatan pada ruang sempit pita suara yang berupa 
pembengkakan membran mukosa laring, dapat menutup jalan dengan rapat mengarah pada 
astiksia. (Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999) 
Penyakit obstruksi laring, yaitu : 
 Sumbatan Total Laring 
Sumbatan total laring dapat terjadi karena benda asing yang teraspirasi tersangkut dilaring 
dan menutup seluruh rimaglotis. (Irman Somantri,2008:138) 
 Abses peritonsil (Quinsy)
Yaitu kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsial. (Arif Mansjoer, dkk. 
Kapita Selekta Kedokteran, 1999) 
STADIUM PENYAKIT 
Sumbatan Partial Laring 
Benda asing yang terdapat dilaring akan menyebabkan keluhan sumbatan saluran 
pernapasan berupa batuk tiba-tiba, suara sesak dan sesak napas. Jika sumbatan ini 
berlangsung terus maka akan timbul gejala tambahan yaitu stridor. Pada pemeriksaan fisik 
didapat gejala sumbatan laring yang dibagi dalam empat stadium. (Jackson) 
 Stadium I : Cekungan sedikit pada inspirasi didaerah suprastenal, kadang-kadang belum 
ada stridor. 
 Stadium II : Cekungan di suprastenal dan epigastrium, stridor mulai terdengar. 
 Stadium III : Cekungan terdapat di suprasternal, epigastrium, interkostal dan 
 supraklavikula. Stridor jelas terdengar dan pasien tampak gelisah. 
 Stadium IV : Cekungan bertambah dalam, sianosis, pasien yang mula-mula gelisah, mulai 
tampak bertambah lemah dan akhirnya diam dengan kesadaran menurun. (Irman 
Somantri,2008:140) 
2.1.4. Patofisiologi 
A. Obstruksi Nasal 
1. Tumor hidung 
Tumor hidung dapat diketahui bersama-sama dengan polip nasi dan cenderung kambuh. 
Mempunyai kecenderungan untuk timbul bersama tumor hidung sel skuamosa maligna, lebih 
sering timbul di dinding lateral hidung dan dapat pula menyebabkan obstruksi saluran 
pernapasan hidung, perdarahan intermiten atau keduanya. (Ramis Ahmad, 2000) 
2. Karsinoma Nasofaring 
Agen penyebab masuk ke saluran napas atas dan mengiritasi epitoliuma yang terdapat pada 
dinding mukosa nasofaring sampai berulserasi dan terinfeksi, menyebabkan pertumbuhan 
jaringan baru yang dapat bersifat ganas yang dapat menyebabkan obstruksi saluran 
pernapasan bagian atas. Menyebabkan pertukaran O2 di dalam tubuh terhambat, sehingga 
pemenuhan kebutuhan O2 tidak adekuat. Selain itu, karsinoma nasofaring bisa bermetastase 
ke jaringan / organ tubuh lain.
3. Polip Hidung 
Akibat reaksi alergi pada mukosa hidung, menyebabkan mukosa hidung membengkak dan 
terisi banyak cairan interseluler, sehingga sel menjadi radang kemudian terdorong ke dalam 
rongga hidung oleh gaya berat dan akan menekan jaringan saraf, pembuluh darah dan 
kelenjar pada hidung. Sehingga terbentuklah masa yang mengandung jaringan saraf 
pembuluh darah yang rusak, yang dapat menimbulkan sumbatan hidung yang menetap dan 
rinorea serta terjadinya hiposmig / anemia, sehingga mengakibatkan klien terlihat bersin-bersin 
dan terjadinya iritasi di hidung. 
B. Obstruksi Laring 
Laring merupakan kotak kaku dan mengandung ruangan sempit antara pita suara 
(glotis), dimana udara harus melewati ruang ini. Adanya pembengkakan membran mukosa 
larings dapat menutupi jalan ini yang menjadi penyebab kematian. 
Abses Peritonial (Quinsy) 
Proses infeksi yang disebabkan oleh kuman penyebab tonsilitis di dalam ruang peritonsil 
akan mengalami supurasi (proses terbentuknya nanah karena bakteri piogen, lalu menembus 
kapsul tonsil dan menjalar serta menginfeksi di sekitar gigi, ke spatium parafaringium dan 
pembuluh darah yang dapat menyebabkan sepsis). 
2.1.6. Manifestasi Klinik 
A. Obstruksi Nasal 
1. Tumor Hidung 
Secara makroskopi mirip dengan polip hidung, hanya lebih keras, padat dan tidak mengkilat. 
Ada dua jenis, yaitu aksolitik dan andolitik (papiloma inversi) yang terakhir bersifat sangat
invasif, dapat merusak tulang dan jaringan lunak sekitarnya diduga dapat berubah menjadi 
ganas. 
2. Karsinoma Nasofaring 
Gejalanya dibagi dalam 4 kelompok, yaitu: 
 Gejala nasofaring sendiri, berupa epistaksis ringan, pilek / sumbatan hidung. 
 Gejala telinga, berupa tinitus, rasa tidak nyaman sampai nyeri di telinga. 
 Gejala saraf, berupa gangguan saraf otak seperti diplopia, parestesia di daerah pipi, neurolgia 
trigeminal, parasis / paralisis arkus faring, kelumpuhan otot bahu dan sering tersedak. 
 Gejala / metastatis di leher, berupa benjolan di leher. 
3. Polip Hidung 
 Sumbatan hidung yang menetap dan rinorea. 
 Dapat terjadi hiposmig / anosmia 
 Bersin 
 Iritasi di hidung 
 Pembengakakan mukosa dari mukosa hidung di luar sinus. 
 Masa berupa berwarna putih seperti agar-agar. 
 Bila ditusuk tidak memberikan rasa sakit dan tidak berdarah. 
B. Obstruksi Laring 
 Hipersalivasi 
 Suara sengau 
 Kadang-kadang sulit membuka mulut 
 Pembengkakan 
 Nyeri tekan pada kelenjar submandibular 
 Palatum mole pembengkakan 
 Teraba fruktuasi 
 Tonsil bengkak 
Abses Peritonsil (Quinsy) 
 Demam tinggi 
 Leukositosis 
 Nyeri tenggorokan
 Otalgia 
 Nyeri menelan 
 Muntah 
 Mulut berbau 
 Hiperemis 
2.1.7. Pemeriksaan Penunjang 
A. Obstruksi Nasal 
1. Tumor hidung dan karsinoma 
 Naso endoskopi : untuk menemukan tumor dini 
 CT Scan : perluasan tumor dan destruksi tulang 
 MRI : membedakan jaringan tumor dari jaringan normal 
 Pemeriksaan Radiologik Konvensional : tampak masa jaringan lunak di daerah nasofaring. 
 Tomografi komputer : terlihat adanya simetri dari resesus lateratif, tonus tubarius dan 
dinding posterior nasofaring. 
 Pemeriksaan darah tepi, fungsi hati, ginjal, dll : untuk memastikan adanya tumor, mendeteksi 
kekambuhan / untuk mendeteksi secara dini tumor. 
2. Polip Hidung 
 Rinoskopi anterior → terlihat adanya polip 
 Endoskopi → terlihat polip yang masih sangat kecil dan belum keluar kom. dapat terlihat. 
 Rontgen polos (CT Scan) → mendeteksi adanya simetrif 
 Biopsi → penampakan makroskopis menyerupai keganasan / bila pada foto rontgen ada 
gambaran erosi tulang. 
3. Abses Peritonsil 
Kadang-kadang sukar memeriksa seluruh jaringan, karena trismus-palatum mole 
tampak membengkak dan menonjol ke depan, dapat teraba fluktuasi, uvula bengkak dan 
terdorong ke sisi kontra lateral. Tonsil bengkak, hiperemis, mungkin banyak / detritus dan 
terdorong ke arah tengah, depan dan bawah. 
2.1.8. Penatalaksanaan 
A. Penatalaksanaan Medis
1. Obstrusi Nasal 
Pengobatan obstruksi hidung membutuhkan pengangkatan obstruksi, diikuti dengan 
tindakan untuk mengatasi apakah terdapat infeksi kronis. Pada banyak pasien alergi yang 
mendasari memerlukan pengobatan. Pada waktunya diperlukan tindakan operasi untuk 
mengalirkan sinus nasal. Prosedur spesifik dilakukan tergantung pada jenis obstruksi hidung 
yang ditemukan. Biasanya, operasi dilakukan dibawah anestesi lokal. 
Jika deviasi septum menjadi penyebab obstruksi, maka dokter bedah akan membuat 
insisi kedalam membrane mukosa dan setelah mengangkat membrane mukosa tersebut dari 
tulang, mengangkat tulang dan kartilago yang menyimpang dengan forsep tulang. Mukosa 
kemudian dibiarkan untuk jatuh ke tempatnya dan ditahan dengan sumbat yang kuat. 
Umumnya sumbat dibasahi dalam petrolatum cair sehingga sumbat tersebut dapat dengan 
mudah dilepaskan dalam 24 sampai 36 jam. Operasi ini disebut reseksi submukosa atau 
septoplasti. (Brunner & Sudarth,2001:555) 
1. Tumor hidung 
 Pembedahan luas, bila ada yang tertinggi dapat residif. 
 Radiasi dapat mengecilkan tumor, tapi tidak dianjurkan karena bisa dapat menjadikan ganas. 
2. Karsinoma Nasofaring 
 Radio terapi 
 Dilakukan diseksi leher 
 Pemberian tetrasiklin, faktor transfer, interferon, kemoterapi, seroterapi vaksin dan anti virus. 
 Kemoterapi dengan kombinasi sis-platinum. 
3. Polip hidung 
 Tindakan konservatif dengan kortikosteroid sistemik atau oral, misal Prednison 50 mg/hari 
 Secara lokal disuntikan ke dalam polip, misal Triamsinolon asetonis / prednisolon 0,5 mg 
tiap 5-7 hari. 
 Secara topikal sebagai semprot hidung, misal Beklometason dipropionah 
 Dilakukan ekstraksi polip dengan senar. 
 Operasi etmoidektomi intranasal dan ekstranasal. 
Polip hidung diangkat dengan menjepitnya pada dasarnya dengan kawat senar. 
Turbinat yang mengalami hipertrofi dapat diobati dengan memberikan astringen untuk 
mengerutkan hipertrofi ini mendekati sisi hidung. (Brunner & Sudarth,2001:555) 
2.Obstruksi Laring 
Sumbatan Total Laring
Prinsip Penatalaksanaan adanya benda asing disaluran napas adalah dengan segera 
mengeluarkan benda asing tersebut. Bila sumbatan total berlangsung lebih dari lima menit 
pada orang dewasa atau delapan menit pada anak, maka akan terjadi kerusakan pada jaringan 
otak dan jantung berhenti. Oleh karena itu, diperlukan ketepatan dalam menegakkan 
diagnosis dan kecepatan dalam melakukan tindakan pertolongan. Bila peristiwa ini terjadi 
dimana tidak terdapat peralatan laringoskopi langsung, maka dapat dilakukan : 
a. Perasat Heimlich (Heimlich Maneuver) 
Merupakan suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara total 
atau benda asing ukuran besar yang terletak di hipofaring. Prinsipnya memberi tekanan pada 
paru. Dilakukan tekanan keatas dan kedalam rongga perut sehingga diafragma terdorong 
keatas sehingga udara mendorong sumbatan laring keluar dalam 3-4 kali hentakan. Dapat 
dilakukan pada orang dewasa dan pada anak-anak. ( Abdul Rachman, 2000) 
Perasat Heimlich adalah suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring 
secara total atau benda asing berukuran besar yang terletak dihipofaring. Prinsip mekanisme 
perasat Heimlich adalah dengan memberikan tekanan pada paru-paru. 
Pada Perasat Heimlich lakukanlah tekanan kedalam dan keatas rongga perut sehingga 
menyebabkan diafragma terdorong keatas. Tenaga dorongan ini akan mendesak udara dalam 
paru keluar. Perasat Heimlich ini dapat dilakukan pada orang dewasa dan juga pada anak. 
Tata cara Pelaksanaannya adalah: penolong berdiri dibelakang penderita sambil 
memeluk badannya. Tangan kanan dikepalkan dengan bantuan tangan kiri,kedua tangan 
diletakkan pada perut bagian atas, kemudian dilakukan penekanan rongga perut kearah dalam 
dan keatas dengan hentakan beberapa kali. Diharapkan dengan hentakan 4-5 kali benda asing 
akan terlempar keluar. 
Pada pasien yang tidak sadar atau terbaring, perasat Heimlich dapat juga dilakukan 
denga cara : penolong berlutut dengan kaki pada kedua sisi penderita. Sebelumnya posisi 
muka penderita dan leher harus lurus. Kepalan tangan kanan diletakkan dibawah tangan kiri 
didaerah epigastrium. Dengan hentakan tangan kiri kebawah dan keatas beberapa kali udara 
dalam paru-paru akan mendorong benda asing keluar. 
b. Krikotirotomi 
Krikotirotomi adalah tindakan ‘life saving’ untuk mengatasi sumbatan jalan napas 
dilaring. Hal tersebut dilakukan dengan cara membuka membrane krikotiroid secara cepat. 
Penderita dibaringkan telentang dengan leher ekstensi. Kartilago tiroid diraba, dibuat sayatan
kulit tepat dibawahnya. Jaringan dibawah sayatan dipisahkan tepat pada garis tengah. Setelah 
tepi bawah kartilago tiroid terlihat tusukan pisau dengan arah kebawah untuk menghindari 
tersayatnya pita suara. Masukkan corong atau pipa plastik sebagai ganti kanul. 
c. Laringoskopi 
Laringoskopi merupakan cara terbaik untuk mengeluarkan benda yang tersangkut 
dilaring. Oleh karena itu benda asing tersebut langsung dapat dikeluarkan dengan bantuan 
cunam. Untuk tindakan ini penderita dirujuk kerumah sakit. (Irman Somantri,2008:138) 
3. Abses peritonsial (Quinsy) 
Pada stadium infiltrasi, tindakan yang dilakukan : 
 Berikan antibiotik dosis tinggi (penisilin 600.000 – 1.200.000 unit, ampisilin, dll) 
 Berikan analgesik, antipirotik (parasetamol 3x250 . 500 mg) 
 Anjurkan berkumur dengan antiseptik / air hangat dan kompres dengan air hangat bila telah 
terbentuk abses, perlu dilakukan insisi abses sebagai berikut : 
 
Insisi pada pertemuan garis horizontal melalui vulva dengan garis vertikal melalui arkus 
faringeus. Luka insisi dilebarkan dengan klem, nanah dihisap dengan baik supaya tidak 
masuk ke faring, sebelum insisi dapat diberikan anestesia dengan spray silokain 1 % / 
anastesi blok pada ganglion stenoplatinum. 
 
Setelah selesai, lakukan berkumur dengan larutan bargarisma khan atau larutan betadin / 
larutan peroksid 3% atau larutan PK 0,001 % 
Penatalaksanaan Keperawatan 
Penatalaksanaan keperawatan secara umum adalah : 
1. Posisikan klien dengan posisi semi fowler. 
2. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi. 
3. Berikan makanan dalam bentuk lunak. 
4. Ciptakan lingkungan yang konduktif. 
5. Berikan dukungan pada pasien. 
6. Lakukan perawatan luka dengan kumur antiseptik. 
Terapi Radiasi 
Hasil yang sangat memuaskan dapat dicapai dengan terapi radiasi pada pasien yang 
hanya mengalami satu pita suara yang sakit dan normalnya dapat digerakkan (yaitu; bergerak 
saat fonasi). Selain itu, pasien ini masih memiliki suara yang hampir normal. Beberapa
mungkinmengalami kondritis. (inflamasi cartilage) atau stenosis; sejumlah kecil dari mereka 
yang mengalami stenosis nantinya membutuhkan laringektomi. Terapi radiasi juga dapat 
digunakan secara praoperatif untuk engurangi ukuran tumor. 
Algoritme penatalaksanaan sumbatan/obstruksi komplet dan obsrtuksi sebagian dari 
saluran napas 
1.1.9. Komplikasi 
A. Obstruksi Nasal 
1. Tumor hidung 
Tidak dapat bermetastasis, tetapi sangat destruktif disekitarnya dapat menyebar memenuhi 
nasofaring dan terlihat dari orofaring. 
2. Karsinoma Nasofaring 
Metastasis jauh ke tulang, hati dan paru dengan gejala khas, nyeri pada tulang, batuk-batuk 
dan gangguan fungsi hati. 
3. Polip Hidung 
Terjadinya pertautan endotel yang terbuka, menandakan kebocoran pembuluh darah. 
B. Obstruksi Larings 
Abses Peritonsial (Quinsy) 
 Abses parafaringeal 
 Abses retrofaringeal dan edema larings 
 Dehidrasi perdarahan 
 Aspirasi paru 
 Mediastinitis 
 Trambus sinus kavernosus 
 Meningitis dan abses otak. (Arif Mansjoer, dkk, 1999) 
Berdasarkan pada data pengkajian, potensial komplikasi yang mungkin terjadi termasuk: 
 
Distres pernapasan (hipoksia, obstruksi jalan napas, edema trakea) 
 
Hemoragi 
 
Infeksi. (Brunner & Suddarth,2001:559) 
2.2. KONSEP DASAR ASKEP 
2.2.1. Pengkajian Teoritis Lengkap 
1. Identitas Klien
Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya yang meliputi : Nama, jenis 
kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama dan tanggal pengkajian. 
2. Keluhan Utama 
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah batuk berdahak, 
nyeri dada, sesak napas. 
3. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS) 
Penderita obstruksi jalan napas menampakkan gejala nyeri dada, batuk berdahak , dan disertai 
sesak napas dan adanya edema pada laring. 
4. Riwayat Kesehatan terdahulu (RKD) 
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan pasien 
pernah menderita penyakit sebelumnya seperti: adanya riwayat merokok, penggunaan alcohol 
dan penggunaan obat kontrasepsi oral. 
5. Riwayat kesehatan Keluarga (RKK) 
Riwayat adanya penyakit obstruksi jalan napas pada anggota keluarga yang lain seperti: 
penyakit Asma. 
6. Data Dasar Pengkajian Pasien 
1. Aktivitas/istirahat 
Gejala : Kkelemahan, kelelahan, keletihan, napas pendek. 
Tanda : Frekuensi pernapasan meningkat. 
Perubahan irama pernapasan. 
Takipnea. 
2. Sirkulasi 
Gejala : Riwayat adanya hipertensi. 
Tanda : Kenaikan tekanan darah meningkat. 
Penampilan kemerahan, atau pucat. 
3. Integritas ego 
Gejala : Perasaan takut aka kehilangan suara, mati, terjadinya / berulangnya kanker. 
Kuatir bila pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga, kemampuan kerja dan keuangan. 
Tanda : Ansietas, depresi, marah dan menolak 
Menyangkal. 
4. Eliminasi 
Gejala : gangguan saat ini atau yang lalu / obstruksi riwayat penyakit paru
5. Makanan/cairan 
Gejala : Kesulitan menelan. 
Tanda : Kesulitan menelan, mudah tersedak. 
Bengkak, luka. 
(malnutrisi) 
6. Neurosensori 
Gejala : Diplopia (penglihatan ganda) 
Ketulian. 
Tanda : Parau menetap atau kehilangan suara. 
Kesulitan menelan. 
Ketulian konduksi. 
Kerusakan membranmukosa. 
7. Nyeri/kenyamanan 
Gejala : Sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk) . 
Tanda : Melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi 
gerakan). 
8. Pernafasan 
Gejala : Adanya riwayat merokok/mengunyah tembakau. 
Bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik/serbuk, logam berat. 
Riwayat penggunaan berlebihan suara. 
Riwayat penyakit paru kronis. 
Batuk dengan/tanpa sputum. 
Drainase darah pada nasal. 
Tanda : Sputum dengan darah, hemoptisis . 
Dispnea. 
9. Keamanan 
Gejala : Terpajan sinar matahari berlebihan selama periode bertahun-tahun atau 
radiasi. 
Perubahan penglihatan/pendengaran. 
Tanda : Massa/pembesaran nodul.
10. Penyuluhan/pembelajaran 
Gejala : Penggunaan alcohol berulang/riwayat penyalahgunaan alkohol. 
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat :7,4 hari. 
11. Rencana pemulangan: Bantuan dengan perawatan luka, pengobatan, pengiriman 
:transpormasi, belanja, penyiapan makanan, perawatan diri, perawatan / pemeliharaan rumah. 
12. Pemeriksaan Penunjang : 
 Hasil foto rontgen : menunjukkan pembesaran jarinan pada laring. 
 Pemeriksaan sputum : ditemukan kuman streptococcus beta hemolyticus. 
 Pemeriksaan darah rutin didapatkan: 
1. Leukosit: 16000/mm3 
2. Hb : 11 gr/dl 
3. Trombosit: 265.000/mm3 
4. protein total : 5,85 gr/dl 
 Naso endoskopi : untuk menemukan tumor dini 
 Rontgen polos (CT Scan) → mendeteksi adanya simetrif 
 Biopsi → penampakan makroskopis menyerupai keganasan / bila pada foto rontgen ada 
gambaran erosi tulang. 
13. Prioritas keperawatan 
 Mempertahankan kepatenan jalan napas, ventilasi adekuat 
 Membantu pasien dalam mengembangkan metode komunikasi alternative. 
 Membuat/mempertahankan nutrisi adekuat. 
 Memberikan dukungan emosi untuk penerimaan gambaran diri yang terganggu. 
 Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan pengobatan. 
2.2.2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul 
1. Ansietas berhubungan dengan adanya ancaman kematian.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan terdapatnya benda asing dalam 
saluran pernapasan yang nenyebabkan sumbatan . 
3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan pengangkatan laring dan terhadap edema. 
4. Berisiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan (serebral, cardial, dan pulmoner) yang 
berhubungan dengan menurunnya suplai oksigen sekunder terhadap obstruksi saluran napas. 
2.2.3. NCP (Nursing Care Planning) 
No. Diagnosa 
Keperawatan 
Tujuan Kriteria 
Hasil 
Intervensi Rasional 
1. Ansietas 
berhubungan 
dengan adanya 
ancaman 
kematian. 
Setelah dilakukan 
intervensi selama 
3x24 jam 
diharapkan tidak 
ada lagi perasaan 
cemas 
KH: 
 
Melaporkan 
takut atau 
ansietas hilang 
atau menurun 
sampai tingkat 
yang dapat 
ditangani. 
 
Penampilan 
rileks dan 
Mandiri: 
 
Catat derajat 
ansietas dan 
takut. 
Imformasikan 
pasien/orang 
terdekat bahwa 
perasaannya 
normal dan 
dorong 
 
Pemahaman bahwa 
perasaan (dimana 
berdasarkan situasi 
sters ditambah 
ketidak 
seimbangan 
oksigen yang 
mengancam) 
normal dapat
istirahat atau 
tidur dengan 
tepat. 
mengekspresik 
an perasaan. 
 
Jelaskan proses 
penyakit dan 
prosedur 
dalam tingkat 
kemampuan 
pasien untuk 
memahami 
dan menangani 
informasi. Kaji 
situasi saat ini 
dan tindakan 
yang diambil 
untuk 
mengatasi 
masalah. 
 
Tinggal dengan 
pasien atau 
membuat 
perjanjian 
dengan 
seseorang 
untuk 
menunggu 
selama 
serangan akut. 
 
Berikan 
tindakan 
kenyamanan 
mis. Pijatan 
punggung, 
perubahan 
membantu pasien 
meningkatkan 
beberapa perasaan 
control emosi. 
 
Menghilangkan 
ansietas karena 
ketidaktahuan dan 
menurunkan takut 
tentang keamanan 
pribadi. Pada fase 
dini penjelasan 
perlu diulang 
dengan sering dan 
singkat karena 
pasien mengalami 
penurunan lingkup 
perhatian. 
 
Membantu dalam 
menurunkan 
ansietas yang 
berhubungan 
dengan 
penolakkan adanya 
dispnea berat/ 
perasaan mau 
pingsan. 
 
Alat untuk 
menurunkan stress 
dan perhatian tak 
langsung untuk 
meningkatkan 
relaksasi dan 
kemampuan 
koping. 
 
Memberikan pasien
posisi 
 
Bantu pasien 
untuk 
mengidentifika 
si perilaku 
membantu, 
mis. Posisi 
yang nyaman, 
focus 
bernapas, 
teknik 
relaksasi. 
 
Dukung pasien 
atau orang 
terdekat dalam 
menerima 
realita, situasi, 
khususnya 
rencana untuk 
periode 
penyembuhan 
yang lama. 
Libatkan 
pasien dalam 
perencana dan 
partisipasi 
dalam 
perawatan. 
 
Kembangkan 
program 
aktivitas dalam 
batas 
kemampuan 
tindakan 
mengontrol 
untukmenurunkan 
ansietas dan 
ketegangan otot. 
 
Mekanisme koping 
dan partisipasi 
dalam program 
pengobatan 
mungkin 
meningkatkan 
belajar pasien 
untuk menerima 
hasil yang 
diharapkan dari 
penyakit dan 
meningkatkan 
beberapa rasa 
control. 
 
Memberikan 
kesehatan untuk 
membentuk energy 
dengan perasaan. 
 
Pengembangan 
dalam kapasitas 
ansietas dalam 
memerlukan 
evaluasi lanjut dan 
kemungkinan 
intervensi dengan 
obat antiansietas.
fisik 
 
Waspadai 
untuk perilaku 
diluar control 
atau 
peningkatan 
disfungsi 
kardiopulmona 
l, mis 
memburuknya 
dispnea dan 
takikardia. 
2. Bersihan jalan 
napas tidkefektif 
berhubungan 
dengan 
terdapatnya 
benda asing 
dalam saluran 
pernapasan yang 
nenyebabkan 
sumbatan 
Setelah dilakukan 
intervensi selama 
3x 24 jam 
diharapka bersihan 
jalan napas 
kembali 
efektif,Mempunyai 
jalan napas 
paten,Dapat 
mengeluarkan 
sekret secara 
efektif,Irama dan 
frekuensi napas 
dalam rentang 
normal,Mempunyai 
fungsi paru dalam 
batas 
normal,Mampu 
mendiskripsikan 
rencana untuk 
perawatan di 
rumah 
KH: 
Mempertahankan 
jalan napas paten 
kepatenan jalan 
napas dengan 
bunyi napas 
bersih atau jelas 
Mengeluarkan 
atau 
membersihkan 
sumbatan dan 
bebas aspirasi 
Menujukkan 
perilaku untuk 
memperbaiki/ 
atau 
mempertahankan 
jalan napas 
bersih dalam 
tingkat 
kemampuan/ 
situasi. 
-tidak ada bunyi 
napas tambahan 
-tidak ada 
Mandiri : 
 
Kaji dan 
document 
asikan 
keefektifan 
pemberian 
oksigen, 
pengobatan 
yang 
diresepkan dan 
kaji 
kecenderungan 
pada gas darah 
arteri 
 
Auskultasi 
bagian dada 
anterior dan 
posterior untuk 
mengetahui 
adanya 
penurunan 
atau tidak 
adanya 
ventilasi dan 
adanya bunyi 
tambahan 
 
Tentukan 
kebutuhan 
pengisapan 
oral dan atau 
trakea 
 
Pantau status 
oksigen pasien 
dan status 
hemodinamik 
 
Meningkatkan 
keefektifan upaya 
penapasan dan 
pembersihan 
secret. 
 
Memberikan 
informasi tentang 
aliran udara 
melalui 
trakeobronkial dan 
adanya atau tidak 
adanya 
cairan,obstuksi 
mukosa. 
 
Penghisapan tidak 
harus rutin,dan 
lamanya harus 
dibatasi untuk 
menurunkan 
bahaya hipoksia
Perubahan irama 
dan frekuensi 
pernpasan. 
-tidak ada 
Sianosis 
-Tidak Sulit 
bersuara 
- bunyi napas 
normal 
-tidak gelisah 
lagi 
-Tidak ada 
sputum 
- TTV dalam 
batas normal : 
TD: 120/80 
mmHg 
ND: 60-100 x/i 
RR: 16 -24 x/i 
S :37 oC 
(tingkat Mean 
Arterial 
Pressure dan 
irama jantung) 
segera 
sebelum, 
selama dan 
setelah 
pengisapan 
 
Catat tipe dan 
jumlah sekret 
yang 
dikumpulkan. 
 
Jelaskan 
kepada 
keluarga 
pengunaan 
peralatan 
pendukung 
dengan benar 
(misalnya 
oksigen, 
pengisapan, 
spirometer, 
inhaler). 
 
Informasikan 
kepada pasien 
dan keluarga 
bahwa 
merokok 
merupakan 
kegiatan yang 
dilarang di 
dalam ruang 
perawatan. 
 
Instruksikan 
kepada pasien 
dan keluarga 
dalam rencana 
perawatan di 
rumah (misal 
pengobatan, 
hidrasi, 
nebulisasi, 
peralatan, 
drainase 
postural, tanda 
dan gejala 
komplikasi) 
 
Instruksikan 
kepada pasien 
tentang batuk 
efektif dan 
teknik napas 
dalam untuk 
memudahkan 
keluarnya 
 
Memaksimalkan 
status penghisapan 
oksigen 
 
Kuning/hijau,sputu 
m berbau purulen 
menunjukkan 
infeksi; sputum 
kental,lengket 
diduga dehidrasi
sekresi 
 
Ajarkan untuk 
mencatat dan 
mencermati 
perubahan 
pada sputum 
seperti: warna, 
karakter, 
jumlah dan 
bau 
 
Ajarkan pada 
pasien atau 
keluarga 
bagaimana 
cara 
melakukan 
pengisapan 
sesuai denan 
kebutuhan. 
KOLABORA 
SI 
 
Konsultasikan 
dengan dokter 
atau ahli 
pernapasan 
tentang 
kebutuhan 
untuk perkusi 
dan atau alat 
pendukung 
 
Berikan 
oksigen yang 
telah 
dihumidifikasi 
sesuai protap 
 
Bantu dengan 
memberikan 
aerosol, 
nebulizer dan 
perawatan 
paru lain 
sesuai 
kebijakan 
institusi 
 
Beritahu 
dokter ketika 
analisa gas 
darah arteri 
abnormal 
3. Kerusakan 
komunikasi 
verbal 
berhubungan 
dengan 
pengangkatan 
laring dan 
Setelah dilakukan 
intervensi 
keperawatan 
selama 3x24 jam 
diharapka 
kerusakan 
kmunikasi verbal 
Menyatakan 
kebutuhan dalam 
cara yang efektif 
Mengidentufikasi 
atau 
merencanakan 
pilihan metode 
Mandiri: 
 
Kaji instruksi/ 
atau 
diskusikan 
praoperasi 
mengapa 
bicara dan 
 
Menguatkan 
pendidikan pada 
waktu takut 
terhadap 
pembedahan sudah 
berlalu
terhadap edema 
dapat diatasi 
berbiara yang 
tepat setelah 
sembuh 
bernapas 
terganggu, 
gunakan 
gambaran 
anatomic atau 
model untuk 
membantu 
penjelasan 
 
Tentukan 
apakah pasien 
mempunyai 
gangguan 
komunikasi 
lain 
 
Berikan cara-cara 
yang 
cepat dan 
kntinu untuk 
memanggil 
perawat 
 
Atur 
sebelumnya 
tanda-tanda 
untuk 
mendapatkan 
bantuan cepat 
 
Adanya masalah 
lain akan 
mempengaruhi 
rencana untuk pian 
komunikasi 
 
Pasien 
memerlukan 
keyakinan bahwa 
perawat waspada 
dan akan 
berespons terhadap 
panggilan. 
Kepercayaan dan 
harga diri 
diberikan bila 
perawat yang 
cukup perhatian 
untuk hadir pada 
waktu daripada 
bila di panggil 
pasien 
 
Dapat menurunkan 
ansietas pasien 
tentang ketidak 
mampuan untuk 
berbicara 
 
Kemungkinan 
pasien untuk 
menyatakan
 
Berikan pilihan 
cara 
komunikasi 
yang tepat bagi 
kebutuhan 
pasien 
 
Berikan waktu 
yang cukup 
untuk 
komunikasi 
 
Berikan 
komunikasi 
non- verbal 
 
Dorong 
komunikasi 
terus-menerus 
dengan dunia 
luar 
 
Beri tahu 
kehilangan 
bicara 
kebutuhan/ 
masalah 
 
Kehilangan bicara 
dan stress 
mengganggu 
komunikasi dan 
mnyebabkan 
frustasi dan 
hambatan ekspresi, 
khususnya bila 
perawat terlihat 
terlalu sibuk atau 
bekerjalah d 
 
Mengkomunikasik 
an masalah dan 
memenuhi 
kebutuhan kontak 
dengan orang lain 
 
Mempertahankan 
kontak dengan 
pola hidup normal 
dan melanjutkan 
komunikasi 
melaluai cara lain 
 
Memeberikan 
dorongan dan 
harapan untuk 
masa depan 
dengan 
memikirkan 
pilihan arti 
komunikasi dan 
bicara tersedia dan
sementara 
setelah 
laringektomi 
sebagian dan/ 
tergantung 
pada 
tersedianya 
alat bantu 
suara 
 
Ingatkan 
pasien untuk 
tidak bersuara 
sampai dokter 
member izin 
 
Atur 
pertemuan 
dengan orang 
lain yang 
mempunyai 
pengalaman 
prosedur ini 
dengan cepat 
Kolaborasi : 
Konsul dengan 
anggota tim 
kesehatan 
yang tepat/ 
terapi/ agen 
rehabilitasi 
mungkin 
 
Meningkatkan 
penyembuhan pita 
suara dan 
membatasi 
potensial disfungsi 
pita permanen 
 
Memberikan 
model peran, 
meningkatkan 
motivasi untuk 
pemecahan 
masalah 
danmempelajari 
cara baru untuk 
berkomunikasi 
Kemampuan untu 
menggunakan 
pilihan suara dan 
metode suara 
sangat bervariasi, 
tergantung pada 
luasnya prosedur 
pembedahan, usia 
pasien, status 
emosi, dan 
motvasi untuk 
kembali kehidup 
aktif, waktu 
rehabilitasi dapat 
memanjang dan 
memrlukan 
sejumlah agen atau 
sumber untuk 
menyediakan atau 
mendukung proses 
belajar.
BAB III 
TINJAUAN KASUS 
3.1. Pengkajian Lengkap 
1. Biodata/data biografi: 
 
Nama : Tn. R 
 
Umur : 35 tahun 
 
Suku/ Bangsa : serawai 
 
Status Perkawinan : kawin 
 
Agama : islam 
 
Pendidikan : SMA 
 
Pekerjaan : petani 
 
Alamat : jln. Kapuas raya, bengkulu 
 
Tanggal Masuk RS : 04 mei 2012
 
Tanggal Pengkajian : 06 mei 2012 
 
Catatan Kedatangan : Kursi Roda ( ), Ambulans ( ), Brankar ( ) 
Keluarga Terdekat Yang Dapat Dihubungi : 
 
Nama/ Umur : Ny. B 
 
Pendidikan : SMA 
 
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga 
 
Alamat : Jl. Lingkar Barat 
 
Sumber Informasi : Pasien, keluarga terdekat, status pasien 
 
No.Telepon : (0736)20871 
2. Riwayat kesehatan/keperawatan 
1).Keluhan utama/ alasan masuk rumah sakit: 
Tn. R (36) dating ke RS dr. M Yunus Bengkulu pada tanggal 4 mei 2012 jam 16.00 wib 
dengan keluhan batuk, dan rasa nyeri pada tenggorokan, batuk, sesak napas, kesulitan 
berbicara dan menelan. 
2). Riwayat kesehatan sekarang (RKS) 
 
Faktor pencetus: klien mengatakan rasa sakit pada leher serta batuk 2 hari sebelum masuk ke 
rumah sakit. 
 
Munculnya keluhan (eksaserbasi): klien mengatakan batuk dan sakit pada leher. 
 
Sifat keluhan: klien mengatakan rasa sakit pada leher timbul perlahan-lahan, batuk terus-menerus, 
serta kesulitan menelan setiap kali makan. 
 
Berat ringannya keluhan: klien mengatakan: rasa sakit dan sesak pada leher cendrung 
bertmbah sejak 2 Hari yang lalu. 
 
Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi: klien mengatakan karena seringnya rasa sakit 
pada bagian leher maka klien banyak minum, akibat adanya batuk klien minum obat (komix). 
2. Riwayat kesehatan dahulu 
 
Klien mengataan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, debu, dll. 
 
Klien mengatakan sebelumya tidak pernah menderita sesak napas . 
3. Riwayat kesehatan keluarga(RKK)
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang seperti 
dialaminya dan tidak ada keluarga yang menderita penyakit menular lainnya. 
3.Pola fungsi kesehatan (Gordon): 
1). Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan 
Persepsi terhadap penyakit : memiliki kecemasan yang berlebihan. 
Penggunaan : sehari-harinya pasien merokok 1 bungkus perhari sejak usia 23 tahun 
Alkohol: sering meminum minuman kaleng kurang lebih 3 botol perminggu. 
Alergi : pasien tidak memiliki allergi terhadap obat-obatan dan jenis makanan laut. 
2). Pola nutrisi dan metabolisme 
Diet / suplemen khusus : - 
Instruksi diet sebelumnya : - 
Nafsu makan : menurun karena sering batuk-batuk dan mual. 
Fluktuasi BB 6 bulan terakhir : menurun 
Kesulitan menelan : mengalami kesulitan karena adanya lesi pada tenggorokan 
Gigi : tidak lengkap 
Jumlah minum/24 jam : normal 
Frekuensi makan : menghabiskan porsi makan kecil. 
Jenis makanan : nasi dan lauk seadanya 
3.Pola eliminasi 
Buang air besar (BAB) : 
Frekuensi : sedikit 
Warna : kuning terang 
Buang air kecil (BAK) : 
Frekuensi : normal 
Warna : kuning kecoklatan 
4.Pola aktivitas dan latihan 
Kemampuan perawatan diri : 
0= mandiri 3= dibantu orang lain & peralatan 
1=dengan alat bantu 4=ketergantungan/tidak mampu 
2=dibantu orang lain 
Kegiatan/aktivitas 0 1 2 3 4 
Makan/minum  
Mandi  
Berpakaian  
Toileting  
Mobilisasi dtmpat tidur
Berpindah  
Berjalan  
Menaiki tangga  
Berbelanja  
Memasak  
Pemeliharaan rumah  
Alat bantu : tongkat 
Keluhan saat beraktivitas: sering sesak nafas saat beraktivitas 
5.Pola istirahat dan tidur 
Lama tidur : 5 jam / malam 
Waktu : dari jam 8 – 1 malam 
Masalah tidur : sering terbangun karena sulit bernafas 
6.Pola kognitif dan persepsi 
Status mental : sering emosi 
Bicara : normal( ), tak jelas ( ), gagap ( ), aphasia ekspresif ( ) 
Kemampuan berkomunikasi : ya ( ), tidak ( ) 
Kemampuan memahami : ya ( ), tidak ( ) 
Tingkat ansietas : ringan ( ), sedang ( ), berat ( ), panik ( ) 
Pendengaran : DBN ( ), tuli ( ) kanan/kiri, tinitus ( ), alat bantu dengar ( 0 
Penglihatan : normal 
7.Persepsi diri dan konsep diri 
Perasaan klien tentang masalah kesehatan ini : sangat mengganggu dalam beraktivitas 
sehari-hari 
8.Pola peran hubungan : 
Pekerjaan : petani 
Sistem pendukung : pasangan ( ), tetangga/teman ( ), tidak ada ( ), keluarga serumah ( ), 
keluarga tinggal berjauhan ( ) 
Masalah keluarga berkenaan dengan perawatan diRS : kelurga memiliki masalah dengan 
biaya perawatan diRS dan keluarga yang akan bergantian menjaga pasien selama dirumah 
sakit. 
9.Pola seksual dan reproduksi 
Masalah seksual b.d penyakit : pola seksual menurun 
10.Pola koping dan toleransi stress 
Penggunaan obat untuk menghilangkan stress; tidak menggunakan obat.
Keadaan emosi dalam sehari-hari : memiliki emosi yang tidak stabil 
11.Keyakinan dan kepercayaan 
Agama : islam 
Pengaruh agama dalam kehidupan : sering meninggalkan kewajiban sebagai seorang muslim. 
4.Pemeriksaan fisik : 
 
Keadaan umum : klien tampak lemah, klien tampak kesulitan bernapas dan klien 
tampak gelisah 
 
TTV : 
o TD : 130/90 mmHg 
o ND : 120x/i 
o S : 37,5 
 
BB : 57 (turun 3 kg dari 60 menjadi 57) 
 
TB : 170 
 
Sistem integumen(kulit) : turgor kulit buruk 
 
Kuku : pucat 
 
Hidung : pernapasan cuping hidung 
 
Mulut : mukosa bibir kering dan pucat 
 
Laring 
: takipnea, pernapasan dangkal adanya pembesaran jaringan , edema laring 
Pemeriksaan penunjang 
 
Hasil foto rontgen : menunjukkan pembesaran jarinan pada laring 
 
Pemeriksaan sputum : ditemukan kuman streptococcus beta hemolyticus 
 
Pemeriksaan darah rutin didapatkan: 
o Leukosit: 16000/mm3 
o Hb : 11 gr/dl 
o Trombosit: 265.000/mm3protein total : 5,85 gr/dll.
Analisa data 
Nama kilen : Tn. R 
Ruang Rawat : Ruang RSUD M. Yunus Bengkulu 
Diagnose medic : 
NO. DATA ETIOLOGI MASALAH 
1. 
DS: 
 
Klien mengatakan batuk 
berdahak dan sesak napas 
 
Klien mengatakan nyeri pada 
daerah tenggorokan 
DO: 
 klien tampak lemah, klien 
tampak kesulitan bernapas 
dan klien tampak gelisah 
 TTV: 
TD : 130/90 mmHg 
ND : 120x/i 
S : 37,5 
 Penapasan cuping 
hidung 
 Takipnea 
 pernapasan dangkal 
Terdapatnya penumpukan 
sekret pada saluran napas. 
Bersihan jalan napas 
tidak efektif
2. 
3. 
DS: 
 
klien mengatakan rasa nyeri 
pada tenggorok 
 
klien mengatakan adanya 
kesulitan menelan 
 
klien mengatakan kesulitan 
berbicara 
DO: 
 
adanya bakteri streptococcus 
beta hemolyticus 
 
adanya edema pada laring 
 
adanya pembesaran jaringan 
pada daerah laring 
DS: 
 
pasien mengatakan lemah 
 
pasien mengatakan 
menghabiskan makan ¼ porsi 
setiap kali makan (pagi, siang. 
Sore) 
 
kesulitan menelan 
 
rasa tidak nyaman 
DO: 
 
Berat badan pasien turun 3 kg 
dari 60 kg menjadi 57 kg 
 
Pasien tampak lemah 
 
Pembekakan pada laring 
Adanya lesi pada 
tenggorokan. 
Kesulitan menelan, rasa 
tidak nyaman 
Kerusakan komunikasi 
verbal 
Pola nutrisi kurang dari 
kebutuhan tubuh
3.2. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul 
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret pada saluran pernapasan. 
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan lesi pada tenggorokan akibat bakteri streptococus. 
Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan. 
3.3. NCP (Nursing Care Planning) 
: Tn. R 
: RSUD M. Yunus Bengkulu 
Diagnosa Medik : Obtruksi Saluran Napas 
No. Diagnosa 
Keperawatan 
Tujuan Kriteria 
Hasil 
Intervensi Rasional 
1 
Bersihan jalan 
napas tidak 
efektif 
berhubungan 
dengan 
terdapatnya 
benda asing 
dalam saluran 
pernapasan yang 
menyebabkan 
sumbatan 
Setelah 
dilakukan 
intervensi 
selama 1x 24 
jam diharapka 
bersihan jalan 
napas kembali 
efektif, 
Mempunyai 
jalan napas 
paten, 
Dapat 
mengeluarkan 
sekret secara 
efektif, 
Irama dan 
frekuensi napas 
dalam rentang 
normal, 
Mempunyai 
fungsi paru 
dalam batas 
normal, 
Mampu 
mendiskripsikan 
rencana untuk 
perawatan di 
rumah 
KH: 
 
Mempertahankan 
jalan napas 
paten. 
 
Kepatenan jalan 
napas dengan 
bunyi napas 
bersih atau jelas. 
 
Mengeluarkan 
atau 
membersihkan 
sumbatan dan 
bebas aspirasi. 
 
Menujukkan 
perilaku untuk 
memperbaiki/ 
atau 
mempertahankan 
jalan napas 
bersih dalam 
tingkat 
kemampuan/ 
situasi. 
 
Kaji dan 
document 
asikan 
keefektifan 
pemberian 
oksigen, 
pengobatan 
yang 
diresepkan dan 
kaji 
kecenderungan 
pada gas darah 
arteri 
 
Auskultasi 
bagian dada 
anterior dan 
posterior untuk 
mengetahui 
adanya 
penurunan 
atau tidak 
adanya 
ventilasi dan 
adanya bunyi 
tambahan 
 
Tentukan 
kebutuhan 
pengisapan 
oral dan atau 
trakea. 
 
Pantau status 
 Meningkatkan 
keefektifan upaya 
penapasan dan 
pembersihan 
secret. 
 
Memberikan 
informasi tentang 
aliran udara 
melalui 
trakeobronkial dan 
adanya atau tidak 
adanya 
cairan,obstuksi 
mukosa. 
 
Penghisapan tidak 
harus rutin,dan 
lamanya harus 
dibatasi untuk 
menurunkan 
bahaya hipoksia
 
TTV dalam batas 
normal : 
TD: 120/80 
mmHg 
ND: 60-100 x/i 
RR: 16 -24 x/i 
S :37 oC 
oksigen pasien 
dan status 
hemodinamik 
(tingkat Mean 
Arterial 
Pressure dan 
irama jantung) 
segera 
sebelum, 
selama dan 
setelah 
pengisapan 
 
Catat tipe dan 
jumlah sekret 
yang 
dikumpulkan. 
 
Jelaskan 
kepada 
keluarga 
pengunaan 
peralatan 
pendukung 
dengan benar 
(misalnya 
oksigen, 
pengisapan, 
spirometer, 
inhaler). 
 
Informasikan 
kepada pasien 
dan keluarga 
bahwa 
merokok 
merupakan 
kegiatan yang 
dilarang di 
dalam ruang 
perawatan. 
 
Instruksikan 
kepada pasien 
dan keluarga 
dalam rencana 
perawatan di 
rumah (misal 
pengobatan, 
hidrasi, 
nebulisasi, 
peralatan, 
drainase 
postural, tanda 
dan gejala 
komplikasi) 
 
Instruksikan 
kepada pasien 
tentang batuk 
efektif dan 
teknik napas 
dalam untuk 
memudahkan 
keluarnya 
 
Memaksimalkan 
status penghisapan 
oksigen 
 
Kuning/hijau,sput 
um berbau purulen 
menunjukkan 
infeksi; sputum 
kental,lengket 
diduga dehidrasi
2. 
Setelah 
dilakukan 
intervensi 
selama 3x24 
jam diharapkan 
gangguan 
komunikasi 
verbal teratasi 
Menyatakan 
kebutuhan dalam 
cara yang efektif 
Mengidentufikasi 
atau 
merencanakan 
pilihan metode 
berbiara yang 
tepat setelah 
sembuh 
sekresi 
 
Ajarkan untuk 
mencatat dan 
mencermati 
perubahan 
pada sputum 
seperti: warna, 
karakter, 
jumlah dan 
bau 
 
Ajarkan pada 
pasien atau 
keluarga 
bagaimana 
cara 
melakukan 
pengisapan 
sesuai denan 
kebutuhan. 
KOLABORA 
SI 
 
Konsultasikan 
dengan dokter 
atau ahli 
pernapasan 
tentang 
kebutuhan 
untuk perkusi 
dan atau alat 
pendukung 
 
Berikan 
oksigen yang 
telah 
dihumidifikasi 
sesuai protap 
 
Bantu dengan 
memberikan 
aerosol, 
nebulizer dan 
perawatan 
paru lain 
sesuai 
kebijakan 
institusi 
 
Beritahu 
dokter ketika 
analisa gas 
darah arteri 
abnormal 
 
Menguatkan 
pendidikan pada 
waktu takut 
terhadap 
pembedahan 
sudah berlalu
Kerusakan 
komunikasi 
verbal 
berhubungan 
dengan 
pengangkatan 
laring dan 
terhadap edema. 
. 
Menunjukkan 
pemahaman 
pentingnya 
nutrisi untuk 
proses 
penyembuhan 
dan keeshatan 
Mandiri: 
 
Kaji instruksi/ 
atau 
diskusikan 
praoperasi 
mengapa 
bicara dan 
bernapas 
terganggu, 
gunakan 
gambaran 
anatomic atau 
model untuk 
membantu 
penjelasan 
 
Tentukan 
apakah pasien 
mempunyai 
gangguan 
komunikasi 
lain 
 
Berikan cara-cara 
yang 
cepat dan 
kntinu untuk 
memanggil 
perawat 
 
Adanya masalah 
lain akan 
mempengaruhi 
rencana untuk 
pian komunikasi 
 
Pasien 
memerlukan 
keyakinan bahwa 
perawat waspada 
dan akan 
berespons 
terhadap 
panggilan. 
Kepercayaan dan 
harga diri 
diberikan bila 
perawat yang 
cukup perhatian 
untuk hadir pada 
waktu daripada 
bila di panggil 
pasien 
 
Dapat menurunkan 
ansietas pasien 
tentang ketidak 
mampuan untuk 
berbicara 
 
Kemungkinan 
pasien untuk 
menyatakan 
kebutuhan/ 
masalah 
 
Kehilangan bicara 
dan stress 
mengganggu 
komunikasi dan
3 
Kebutuhan 
nutrisi kurang 
dari kebutuhan 
tubuh 
berhubungan 
dengan kesulitan 
menelan 
Setelah 
dilakukan 
intervensi 
selama 3x 24 
jam diharapkan 
kebutuhan 
nutrisi dapat 
dipnuhi 
umum 
Menunjukkan 
peningkatan 
berat badan 
proggresif 
mencapai tujuan 
dengan nilai 
laboraturium 
normal dan 
penyembuhan 
jaringan seuai 
waktunya 
 
Atur 
sebelumnya 
tanda-tanda 
untuk 
mendapatkan 
bantuan cepat 
 
Berikan pilihan 
cara 
komunikasi 
yang tepat bagi 
kebutuhan 
pasien 
 
Berikan waktu 
yang cukup 
untuk 
komunikasi 
Mandiri 
 Auskultasi 
bunyi usus 
mnyebabkan 
frustasi dan 
hambatan 
ekspresi, 
khususnya bila 
perawat terlihat 
terlalu sibuk atau 
 
Makan dimulai 
hanya setelah 
bunyi usus 
membaik pembed 
 
Selang di masukan 
pada pembedahan 
dan biasanya di 
jahit 
 
Memberikan 
informasi 
sehubumgan 
dengan kebutuhan 
nutrisi dn 
kefektifan terapi 
 
Membantu 
meningkatkan 
keberhasilan 
nutrisi 
 
Kandungan 
makanan dapat 
mengakibatkan 
ketidak 
toleransiian
 Pertahankan 
selang makan 
 Awasi 
masukkan 
berat badan 
sesuai indikasi 
 
Ajarkan pasien 
makan sendiri 
 
belajar Mulai 
dengan makan 
kecil dan 
ditingkatkan 
sesuai 
toleransi 
 
Dorong pasien 
bila belajar 
menelan 
 
Kembangkan 
dan dorong 
lingkungan 
yang nyaman 
untuk makan 
 
Bantu pasien 
atau orang 
terdekat 
mengembangk 
an 
 
Membantu pasien 
mengatasi frustasi 
dan keamanan 
dalam masalah 
menelan 
 
Meningkatkan 
sosialisasi dan 
memaksimalkan 
kenyamanan 
pasien bila 
kesakitan makan 
menyebabkan 
malu 
 
Meningkatkan 
pemahaman 
kebutuhan 
individu dan 
pentingnya nutrisi 
pada 
penyembuhan dan 
proses 
penyembuhan 
 
Berguna dalam 
identifikasi 
kebutuhan nutri 
individu untuk 
meningkatkan 
penyembuhan dan 
regenerasi 
jaringan 
 
Macam-macam 
jenis dapat dibuat 
untuk tambahan 
atau batasan factor 
tertentu seperti 
lemak dan gulaan. 
 
Indicator 
penggunaan 
nutrisi sesuai 
fungsi org
keseimbangan 
nutrisi pada 
rencana makan 
dirumah 
Kolaborasi 
 
Konsul dengan 
ahli gizi atau 
dukungan tim 
nutrisi sesuai 
indikasi 
 
Berikan diet 
nutrisi 
seimbang 
 
3. 4 implementasi dan evaluasi SOAP 
No Hari/tgl Dx kep Implementasi Evaluasi 
1. jumat, 6 
mei 
2012 
Bersihan 
jalan napas 
tidak efektif 
berhubungan 
dengan 
penumpukan 
sekret pada 
saluran 
pernapasan 
Pukul 08. 00 wib 
Mandiri: 
 Mencatat hasil 
pengkajian dan 
kefektifan pemberian 
oksigen, dan gas darah 
arteri. 
Hasil : gas darah dan 
oksigen efektif. 
 
Mencatat adanya bunyi 
nafas , misalnya mengi, 
krekels dan ronki. 
Hasil : Bunyi napas 
mengi. 
 
Memberikan oksigen 
sesuai kebutuhan pasien 
melalui oral. 
Hasil : Pasien mau 
diberikanoksigen melalui 
oral. 
 
Membantu tindakan 
untuk memperbaiki 
keefektifan upaya batuk. 
Hasil : Pasien dapat 
batuk efektif. 
Pukul 10. 00 
wib 
S = 
 
Klien 
mengatakan 
batuk 
berdahak 
berkurang 
dan tidak lagi 
sesak napas 
 
Klien 
mengatakan 
tidak nyeri 
lagi pada 
daerah 
tenggorokan 
O : 
 
klien tampak 
Awasi 
pemeriksaan 
laboraturium
 
Mempertahankan polusi 
lingkungan dari debu 
dan asap rokok. 
Hasil : Lingkungan 
kondusif. 
 
Mengajarkan pasien 
untuk latihan pernapasan 
abdomen atau bibir. 
Hasil : Pasien mau 
latihan pernapasan 
abdomen. 
 
Mengajarkanpasien 
untuk melakukan teknik 
napas dalam. 
Hasil : Pasien dapat 
melakukan tehnik napas 
dalam. 
 
Mengukur TTV. 
Hasil : 
TD: 120/80 mmHg 
ND: 90x/menit 
RR: 20x/menit 
S :37 oC 
KOLABORASI 
 
Memberikan obat sesuai 
indikasi yang dianjurkan 
dokter. 
Hasil : Obat efektif. 
 
Melakukan pemasangan 
nebuliser ultranik atau 
humidifier aerosol 
ruangan. 
Hasil : Pasien mau 
menggunakan nebulizer 
ultranik. 
bergairah, 
 
klien tampak 
tidak 
kesulitan 
bernapas 
 
klien tampak 
tidak gelisah 
lagi 
 
tidak ada 
pernapasan 
cuping 
hidung 
 
Takipnea tidak 
ada 
 
pernapasan 
normal 
 
Klien tampak 
tidak lagi 
menahan rasa 
sakit /nyeri 
pada dada. 
 
Klien tidak 
kesulitan 
bernapas. 
 
Tidak ada 
pucat 
 
Tanda tanda 
vital dalam 
batas normal 
TD: 120/80 
mmHg 
ND: 
90x/menit 
RR: 
20x/menit 
S :37 oC 
A= 
 
Masalah 
teratasi 
 
Batuk 
berdahak 
berkurang, 
napas 
normal, nyeri 
dada tidak 
ada lagi, dan 
TTV dalam 
batas normal. 
P= 
Intervensi di 
hentikan.
2 sabtu, 7 
mei 
2012 
Kerusakan 
komunikasi 
verbal 
berhubungan 
dengan 
adanya lesi 
pada 
tenggorokan 
Pukul 12. 00 wib 
Mandiri: 
 
Memberikan penjelesan 
tentang kondisi yang 
dialami pasien agar 
pasien dapat mengerti 
apa yang sedang 
dialaminya. 
Hasil : Pasien mengerti 
keadaanya saat ini. 
 
Melakukan pemeriksaan 
untuk mengetahui 
apakah pasien memiliki 
gangguan komunikasi 
lainnya. 
Hasil : Pasien tidak 
memiliki gangguan 
komunikasi lain. 
 
Mengajarkan pasien cara-cara 
untuk memanggil 
perawat dengan cepat. 
Hasil : Pasien mengerti 
cara memanggil perawat 
dengan cepat. 
 
Membantu pasien untuk 
memilih cara 
komunikasi yang tepat 
sesuai kebutuhan pasien. 
Hasil : Pasien dapat 
memilih cara 
komunikasi yang tepat 
sesuai kebutuhannya. 
 
Berikan kesempatan 
kepada pasien untuk 
berbicara agar pasien 
merasa dihargai oleh 
perawat dengan 
berkomunikasi dengan 
baik dan memberikan 
cukup waktu untuk 
berkomunikasi. 
Pukul 16. 00 
wib 
S: 
 
Klien 
mengatakan 
tidak ada rasa 
nyeri pada 
tenggorok. 
 
Klien 
mengatakan 
tidak ada 
kesulitan 
menelan. 
 
Klien 
mengatakan 
tidak 
kesulitan 
berbicara 
lagi. 
O: 
 
Tidak ada 
bakteri 
streptococcus 
beta 
hemolyticus. 
 
Tidak ada 
edema pada 
laring. 
 
Tidak ada 
pembesaran 
jaringan pada 
daerah laring. 
 
TTV dalam 
batas normal 
TD: 
120/80mmHg 
RR:22x/i 
ND:90x/i 
S: 37C 
A: 
 
Masalah 
teratasi 
 
Tidak ada lagi
Hasil : Pasien lebih 
percaya diri dalam 
berkomunikasi. 
sakit dan 
nyeri pada 
Laring, tidak 
ada batuk, 
klien rileks, 
TTV dalam 
batas normal. 
P: 
Intervensi di 
hentikan. 
3 minggu, 
8 mei 
2012 
Kebutuhan 
nutrisi 
kurang dari 
kebutuhan 
tubuh 
berhubungan 
dengan 
kesulitan 
menelan. 
Pukul 09. 00 wib 
Mandiri 
 Mencatat derajat 
kesulitan menelan dan 
nilai bunyi usus pasien. 
Hasil : Pasien tidak 
mempunyai kesulitan 
menelan dan bunyi usus. 
 Memberikan makan 
secara rutin untuk 
mencukupi kebutuhan 
pasien. 
Hasil : Nutrisi pasien 
terpenuhi. 
Pukul 13. 00 
wib 
S: 
 
Pasien 
mengatakan 
tidak lemah 
lagi. 
 
Pasien 
mengatakan 
menghabiska 
n makan 1 
porsi setiap 
kali makan 
(pagi, siang. 
Sore).
 
 Menimbang berat badan 
pasien . 
Hasil : Berat badan 
pasien kembali normal. 
 
Membantu pasien untuk 
makan sendiri. 
Hasil : Pasien dapat 
makan sendiri. 
 
Mengajarkan pasien cara 
untuk menelan yang 
baik. 
Hasil : Pasien dapat 
menelan dengan baik. 
Kolaborasi 
 
Mengonsulkan dengan 
ahli gizi atau dukungan 
tim nutrisi sesuai 
indikasi. Hasil : Pasien 
mendapatkan gizi yang 
baik sesuai dengan 
kebutuhan tubuhnya. 
 
Memberikan diet nutrisi 
seimbang. 
Hasil : BB pasien 
normal. 
 
Mengawasi pemeriksaan 
laboraturium. 
Hasil : Tidak terjadi 
kesalahan dalam 
pemeriksaan. 
Pasien tidak 
kesulitan 
menelan lagi. 
 
Pasien merasa 
nyaman. 
O: 
 
Berat badan 
pasien naik 
dari 57 ke 
59kg. 
 
Pasien tampak 
segar. 
 
Tidak ada 
pembekakan 
pada laring. 
A: 
 
Masalah 
teratasi . 
P: 
intervensi di 
hentikan.
BAB IV 
PENUTUP 
4.1. Kesimpulan 
Dari penjelasan diatas dapat kami simpulkan bahwa : 
Obstruksi saluran napas bagian atas dapat terjadi oleh beberapa sebab. Obstruksi 
jalan napas atas adalah gangguan yang menimbulkan penyumbatan pada saluran pernapasan 
bagian atas. Beberapa gangguan yang merupakan obstruksi pada jalan napas atas, diantaranya 
adalah : 
A. Obstruksi Nasal 
1) Tumor hidung 
2) Karsinoma Nasofaring 
3) Polip Hidung 
B. Obstruksi Laring 
1. Sumbatan Total Laring 
2. Abses Peritonsial (Quinsy) 
Dan Dalam Penatalaksanaannya sangat dibutuhkan keahlian. Misalnya dengan metode 
Perasat Heimlich adalah suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara 
total atau benda asing berukuran besar yang terletak dihipofaring. Prinsip mekanisme perasat 
Heimlich adalah dengan memberikan tekanan pada paru-paru. 
4.2. Saran 
 
Diharapkan mahasiswa paham tentang Obstruksi Saluran napas agar tidak salah dalam 
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. 
 
Diharapkan sebagai mahasiswa mengerti cara mengatasi dari Obstruksi Saluran napas.
DAFTAR PUSTAKA 
Somantri,Irman.2008.Askep Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.Jakarta : 
Salembah Medika. 
Doenges Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3 . Jakarta.:EGC 
Mansjoer Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. : Jakarta:FKUI 
Brunner & Suddarth.1997.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC 
Hinchliff,Sue.1999.Kamus Keperawatan Edisi 17.Jakarta : EGC 
cupu.web.id/category/kuliah/anatomi-dan-patofisiologi/ 
http//www.klikdoter.com/2006/ 
Dorlan W.A. Nawman. 2002. Kamus Kedokteran Darkin. Edisi 29. EGC : jakarta. 
Junadi Purnawan, dkk. 1982. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 2. FKUI : Jakarta. 
Ramli Ahmad, dkk. 2000. Kamus Kedokteran. Djambatan : Jakarta. 
Herawati, sri, dkk. 2003. Buku ajar Ilmu penyakit telinga hidung tenggorok untuk mahasiswa 
Fakultas Kedokteran Gigi. EGC : Jakarta 
Iskandar, Nurbaiti. 2006. Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok untuk perawat, edisi 2. 
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta

More Related Content

Viewers also liked (6)

Askep ca paru maya
Askep ca paru mayaAskep ca paru maya
Askep ca paru maya
 
Lp tb
Lp tbLp tb
Lp tb
 
Askep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppokAskep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppok
 
Kumpulan askep
Kumpulan askepKumpulan askep
Kumpulan askep
 
Lung Cancer (kanker Paru paru _ Ilmu.kedokteran)
Lung Cancer (kanker Paru paru _ Ilmu.kedokteran) Lung Cancer (kanker Paru paru _ Ilmu.kedokteran)
Lung Cancer (kanker Paru paru _ Ilmu.kedokteran)
 
Asuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan InfeksiAsuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan Infeksi
 

Similar to Selasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 ereke

ASMA2 YOHANA.pdf
ASMA2 YOHANA.pdfASMA2 YOHANA.pdf
ASMA2 YOHANA.pdfyohana63
 
Laringitis tuberkulosa
Laringitis tuberkulosaLaringitis tuberkulosa
Laringitis tuberkulosaYarah Azzilzah
 
Diare pada bayi
Diare pada bayiDiare pada bayi
Diare pada bayiprikitw
 
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Oksigen
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan OksigenAsuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Oksigen
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Oksigenpjj_kemenkes
 
Asuhan Keperawatan Cidera Kepala
Asuhan Keperawatan Cidera KepalaAsuhan Keperawatan Cidera Kepala
Asuhan Keperawatan Cidera Kepalapjj_kemenkes
 
Asuhan Keperawatan Cidera Kepala
 Asuhan Keperawatan Cidera Kepala   Asuhan Keperawatan Cidera Kepala
Asuhan Keperawatan Cidera Kepala pjj_kemenkes
 
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradangan
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradanganAskep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradangan
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradanganpjj_kemenkes
 
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus brakhialgia ec spondiloarthrosis cervical
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus brakhialgia ec spondiloarthrosis cervicalPenatalaksanaan fisioterapi pada kasus brakhialgia ec spondiloarthrosis cervical
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus brakhialgia ec spondiloarthrosis cervicalVertilia Desy
 
Gagal napas e.c ppok dan pneumonia
Gagal napas e.c ppok dan pneumoniaGagal napas e.c ppok dan pneumonia
Gagal napas e.c ppok dan pneumoniaJemirda Sundari
 
Modul 1 pernafasan ok
Modul 1 pernafasan okModul 1 pernafasan ok
Modul 1 pernafasan okAnton Saja
 
Laporan Hasil DKK Kelompok 3 B7M2 "Teknik Biologi Molekuler"
Laporan Hasil DKK Kelompok 3 B7M2 "Teknik Biologi Molekuler"Laporan Hasil DKK Kelompok 3 B7M2 "Teknik Biologi Molekuler"
Laporan Hasil DKK Kelompok 3 B7M2 "Teknik Biologi Molekuler"elfanidamayanti1
 
Keperawatan kegawat daruratan ii
Keperawatan kegawat daruratan iiKeperawatan kegawat daruratan ii
Keperawatan kegawat daruratan iipjj_kemenkes
 
Modul 4 patologi praktek
Modul 4 patologi praktekModul 4 patologi praktek
Modul 4 patologi praktekpjj_kemenkes
 

Similar to Selasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 ereke (20)

ASMA2 YOHANA.pdf
ASMA2 YOHANA.pdfASMA2 YOHANA.pdf
ASMA2 YOHANA.pdf
 
gastroenteritis
gastroenteritisgastroenteritis
gastroenteritis
 
Makalah sistem pernapasan 9
Makalah sistem pernapasan 9Makalah sistem pernapasan 9
Makalah sistem pernapasan 9
 
Laringitis tuberkulosa
Laringitis tuberkulosaLaringitis tuberkulosa
Laringitis tuberkulosa
 
Diare pada bayi
Diare pada bayiDiare pada bayi
Diare pada bayi
 
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Oksigen
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan OksigenAsuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Oksigen
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Oksigen
 
Asuhan Keperawatan Cidera Kepala
Asuhan Keperawatan Cidera KepalaAsuhan Keperawatan Cidera Kepala
Asuhan Keperawatan Cidera Kepala
 
Asuhan Keperawatan Cidera Kepala
 Asuhan Keperawatan Cidera Kepala   Asuhan Keperawatan Cidera Kepala
Asuhan Keperawatan Cidera Kepala
 
KEL 3 ASMA KELAS C-1.docx
KEL 3 ASMA KELAS C-1.docxKEL 3 ASMA KELAS C-1.docx
KEL 3 ASMA KELAS C-1.docx
 
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradangan
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradanganAskep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradangan
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradangan
 
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus brakhialgia ec spondiloarthrosis cervical
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus brakhialgia ec spondiloarthrosis cervicalPenatalaksanaan fisioterapi pada kasus brakhialgia ec spondiloarthrosis cervical
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus brakhialgia ec spondiloarthrosis cervical
 
Bab i..
Bab i..Bab i..
Bab i..
 
Gagal napas e.c ppok dan pneumonia
Gagal napas e.c ppok dan pneumoniaGagal napas e.c ppok dan pneumonia
Gagal napas e.c ppok dan pneumonia
 
Modul 1 pernafasan ok
Modul 1 pernafasan okModul 1 pernafasan ok
Modul 1 pernafasan ok
 
Laporan Hasil DKK Kelompok 3 B7M2 "Teknik Biologi Molekuler"
Laporan Hasil DKK Kelompok 3 B7M2 "Teknik Biologi Molekuler"Laporan Hasil DKK Kelompok 3 B7M2 "Teknik Biologi Molekuler"
Laporan Hasil DKK Kelompok 3 B7M2 "Teknik Biologi Molekuler"
 
Keperawatan kegawat daruratan ii
Keperawatan kegawat daruratan iiKeperawatan kegawat daruratan ii
Keperawatan kegawat daruratan ii
 
Praktek patologi
Praktek patologiPraktek patologi
Praktek patologi
 
Modul 4 patologi praktek
Modul 4 patologi praktekModul 4 patologi praktek
Modul 4 patologi praktek
 
Praktikum 2
Praktikum 2Praktikum 2
Praktikum 2
 
Praktikum 2
Praktikum 2Praktikum 2
Praktikum 2
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Recently uploaded

ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptSalsabillaPutriAyu
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...OknaRyana1
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISHakamNiazi
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxZefanya9
 
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptBab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptatiakirana1
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalAthoillahEconomi
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaarmanamo012
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IIkaAliciaSasanti
 
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptSlide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptwxmnxfm57w
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxHakamNiazi
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaWahyuKamilatulFauzia
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptFrida Adnantara
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuanganzulfikar425966
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bankzulfikar425966
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnyaIndhasari3
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxRito Doank
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxumusilmi2019
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...ChairaniManasye1
 

Recently uploaded (19)

ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
 
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptBab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
 
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptSlide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
 

Selasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 ereke

  • 1. Selasa, 05 Juni 2012 OBSTRUKSI SALURAN NAPAS MAKALAH SISTEM RESPIRASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN OBSTRUKSI SALURAN NAPAS DOSEN PEMBIMBING: Ns.Agus Supriyadi,S.Kep SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU 2012
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Asuhan keperawatan pada klien denga Obstruksi Saluran Napas. Dalam penulisan makalah ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan dukungan serta bantuan, terkhusus dari dosen pembimbing yaitu bapak Ns.Agus Supriyadi,S.Kep. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang tiada hingganya. Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca dan dapat menunjang kita lebih kreatif dalam sistem belajar mengajar. Dan penulis pun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis berharap khususnya kepada pendidik dan umumnya kepada pembaca untuk memberi saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya. Bengkulu, Mei 2012 Penulis DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR.................................................................................. i DAFTAR ISI................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang................................................................................ 1 1.2. Tujuan............................................................................................. 2
  • 3. 1.3. Manfaat........................................................................................... 2 BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Konsep Dasar Teori 2.1.1. Definisi................................................................................................... 3 2.1.2. Etiologi................................................................................................... 3 2.1.3. Klasifikasi dan Stadium Penyakit............................................... 4 2.1.4. Patofisiologi................................................................................ 6 2.1.5. WOC (Web Of Causa)............................................................... 8 2.1.6. Manifestasi Klinis....................................................................... 9 2.1.7. Pemeriksaan Penunjang.............................................................. 10 2.1.8. Penatalaksanaan.......................................................................... 11 2.1.9. Komplikasi.................................................................................. 16 2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 2.2.1. Pengkajian Teoritis Lengkap...................................................... 17 2.2.2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul........................ 20 2.2.3. NCP (Nursing Care Planning).................................................... 21 BAB III TINJAUAN KASUS (Kasus Fiktif) 3.1... Pengkajian Lengkap..................................................................... 28 3.2. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul........................................ 31 3.3. NCP (Nursing Care Planning)....................................................... 32 3.4. Implementasi Dan Evaluasi SOAP................................................ 37 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan..................................................................................... 44 4.2 Saran............................................................................................... 44 DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan pembangunan Nasional Indonesia yang berpedoman pada Garis Besar Haluan Negara yang bertujuan mewujudkan suatu kehidupan bermasyarakat yang makmur, adil dan merata yang berdasarkan pancasila, dimana pada hakikatnya yaitu pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Dalam kaitan ini, pembangunan itu tidak hanya memperbaiki kemajuan lahiriah saja tetapi juga memperbaiki kemajuan batiniah. Adapun yang memperbaiki kemajuan lahiriah
  • 4. seperti sandang pangan, perumahan dan sebagainya, sedangkan hal yang memperbaiki kemajuan batiniah seperti adanya rasa kesehatan, kepuasan, kependidikan dan rasa keadilan. Maka dari itu, untuk menunjang masalah kesehatan bagi masyarakat, pemerintah mengeluarkan keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia No: 938/Menkes/x/1992, yang berisikan tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit. Sehubungan dengan pentingnya kesehatan bagi setiap makhluk hidup, baik manusia, hewan maupun tumbuhan, maka yang sangat berperan dalam meningkatkan kesehatan bagi masyarakat yaitu masyarakat itu sendiri dan instansi-instansi kesehatan yang ada. Untuk menunjang dalam meningkatkan kuialitas kesehatan, maka rumah sakit (tenaga kesehatan) dituntut untuk melaksakan upaya kesehatan yang bermutu terutama dalam proses pemberian Asuhan Keperawatan yang profesional terhadap pasien dengan berbagai penyakit yang bertujuan untuk kesehatan terhadap pasien. Dengan demikian, kita dapat melihat dan merasakan bahwa akan pentingnya kesehatan itu dan sehat itu merupakan suatu keadaan yang paling baik dan paling mendukung dalam aktivitas apapun. Untuk mewujudkan suatu pelayanan serta tindakan dalam pemberian asuhan keperawatan yang profesional, mutu pendidikan dan pengetahuan perlu juga ditingkatkan agar tujuan yang diinginkan dapat terlaksanakan sesuai dengan apa yang diharapkan. Dari uraian di atas maka penulis mencoba mengangkat masalah tentang “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Obstruksi saluran Napas”. Obstruksi saluran napas bagian atas dapat terjadi oleh beberapa sebab. Obstruksi jalan napas akut biasanya disebabkan oleh partikel makanan, muntahan, bekuan darah, atau partikel lain yang masuk dan mengobstruksi laring atau trakea. Obstruksi saluran napas juga dapat terjadi akibat dari adanya sekresi kental atau pembesaran jaringan pada dinding jalan napas, seperti: epiglotitis, edema laring, karsinoma laring, atau peritonsilar abses. Pasien yang karena beberapa sebab mengalami penurunan kesadaran , sangat beresiko mengalami obstruksi jalan napas. Hal tersebut disebabkan karena hilangnya reflek proteksi tubuh (batuk dan menelan) dan hilangnya tonus otot faringeal yang menyebabkan lidah jatuh kebelakang sehingga menghambat jalan napas. Benda asing yang teraspirasi dan tersangkut di laring dapat menyebabkan sumbatan total atau persial pada saluran pernapasan. Jenis hambatan ini tergantung dari ukuran, bentuk dan posisi benda asing pada rimaglotis. Kadang-kadang sentuhan benda asing pada pita suara menyebabkan spasme laring, sehingga benda asing tersebut terjepit diantara pita suara.
  • 5. Berdasarkan latar belakang diatas kelompok tertarik untuk membahas tentang asuhan keperawatan pada klien dengan obstruksi jalan napas. 1.2. Tujuan 1.2.1. Tujuan Umum Untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien dengan Obstruksi Saluran Napas. 1.2.2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui konsep dasar teoritis penyakit Obstruksi Saluran Napas. 2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan Obstruksi Saluran Napas, yang meliputi pengkajian, diagnosa keprawatan, dan intervensi. 3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan Obstruksi Saluran Napas, yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi. 1.3. Manfaat 1. Makalah ini di harapkan dapat bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan bagi pembaca pada umumnya dan Mahasiswa STIKES TMS Bengkulu. 2. Makalah ini di harapkan dapat menjadi panduan oleh mahasiswa dalam proses belajar. BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Konsep Dasar Teori 2.1.1. Definisi Obstruksi saluran napas atas adalah gangguan yang menimbulkan penyumbatan pada saluran pernapasan bagian atas. (Irman Sumantri, Salemba Medika) Obstruksi saluran napas atas adalah kegagalan sistem pernapasan dalam memenuhi kebutuhan metabolik tubuh akibat sumbatan saluran napas bagian atas (dari hidung sampai percabangan trakea).(www.klikdokter.com) Obstruksi saluran napas atas adalah adanya sumbatan pada struktur saluran napas atas, sehingga ruang untuk mengalirnya udara inspirasi mengecil yang menyebabkan penderita mengalami gangguan pernapasan. (http://rofiqahmad.wordpress.com/2008/01/25/saluran-pernafasan). Obstruksi jalan napas atas adalah gangguan yang menimbulkan penyumbatan pada saluran pernapasan bagian atas. 2.1.2. Etiologi
  • 6. A. Obstruksi Nasal 1. Tumor hidung  Idiopatik (belum diketahui) 2. Karsinoma Nasofaring  Virus Epstein Barr  Faktor rass  Letak geografis  Jenis kelamin : laki-laki > wanita  Faktor lingkungan (iritasi bahan kimia, kebiasaan memasak dengan bahan/bumbu masakan tertentu, asap sejenis kayu tertentu).  Faktor genetik 3. Polip hidung  Akibat reaksi hipersensitif / reaksi alergi pada mukosa hidung B. Obstruksi Laring  Radang akut dan kronis  Benda asing  Trauma akibat kecelakaan, perkelahian, bunuh diri, senjata tajam dan tindakan medik dengan gerakan tangan yang kasar.  Tumor ganas atau jinak  Kelumpuhan Nervus laringeus rekuren bilateral Abses Peritonsil (Quinsy)  Disebabkan oleh kuman streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridans dan treptsococcus pyogenes.  Kuman aerob dan anaerob(Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999) 2.1.3. Klasifikasi Klasifikasi Obstruksi Saluran Napas atas,Terdiri dari: A. Obstruksi Nasal Perjalanan udara melalui nostril sering kali tersumbat oleh deviasi septum nasi, hipertrofi tulang turbinat, atau tekanan polip, yaitu pembengkakan seperti buah jeruk yang timbul dari membran mukosa sinus, terutama etmoid. Obstruksi ini juga dapat mengarah pada kondisi infeksi kronis hidung dan mengakibatkan episode nasofaringitis yang sering. Seringkali, infeksi meluas sampai sinus-sinus hidung (rongga yang dilapisi lendir yang dipenuhi oleh udara yang normalnya mengalir ke dalam hidung). Bila terjadi sinusitis dan
  • 7. drainase dari rongga ini terhambat oleh deformitas atau pembengkakan di dalam hidun, maka nyeri akan dialami pada region sinus yang sakit. (Brunner & Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah, 2001:554) Obstruksi nasal merupakan tersumbatnya perjalanan udara melalui nostril oleh deviasi septum nasi, hipertrofi tulang torbinat / tekanan polip yang dapat mengakibatkan episode nasofaringitis infeksi. (Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999) Obstruksi pada nasal meliputi: 1. Tumor hidung Yaitu pertumbuhan sel yang abnormal sebagai akibat radang pada hidung. (Ramis Ahmad, 2000) Ada 2 jenis tumor, yaitu:  Tumor jinak, biasanya terjadi di kavum nasi dan sinus paranasal.  Tumor ganas, sering ditemukan di papiloma. 2. Karsinoma Nasofaring Merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi difosa rosenmuller dan atap nasofaring dan merupakan tumor di daerah leher. (Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999) 3. Polip Hidung Merupakan masa lunak, berwarna puth, keabu-abuan yang terdapat di dalam ringga hidung, paling sering berasal dari sinus etmoid, multipel dan bilateral. (Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999) B. Obstruksi Laring Adalah adanya penyumbatan pada ruang sempit pita suara yang berupa pembengkakan membran mukosa laring, dapat menutup jalan dengan rapat mengarah pada astiksia. (Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999) Penyakit obstruksi laring, yaitu :  Sumbatan Total Laring Sumbatan total laring dapat terjadi karena benda asing yang teraspirasi tersangkut dilaring dan menutup seluruh rimaglotis. (Irman Somantri,2008:138)  Abses peritonsil (Quinsy)
  • 8. Yaitu kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsial. (Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999) STADIUM PENYAKIT Sumbatan Partial Laring Benda asing yang terdapat dilaring akan menyebabkan keluhan sumbatan saluran pernapasan berupa batuk tiba-tiba, suara sesak dan sesak napas. Jika sumbatan ini berlangsung terus maka akan timbul gejala tambahan yaitu stridor. Pada pemeriksaan fisik didapat gejala sumbatan laring yang dibagi dalam empat stadium. (Jackson)  Stadium I : Cekungan sedikit pada inspirasi didaerah suprastenal, kadang-kadang belum ada stridor.  Stadium II : Cekungan di suprastenal dan epigastrium, stridor mulai terdengar.  Stadium III : Cekungan terdapat di suprasternal, epigastrium, interkostal dan  supraklavikula. Stridor jelas terdengar dan pasien tampak gelisah.  Stadium IV : Cekungan bertambah dalam, sianosis, pasien yang mula-mula gelisah, mulai tampak bertambah lemah dan akhirnya diam dengan kesadaran menurun. (Irman Somantri,2008:140) 2.1.4. Patofisiologi A. Obstruksi Nasal 1. Tumor hidung Tumor hidung dapat diketahui bersama-sama dengan polip nasi dan cenderung kambuh. Mempunyai kecenderungan untuk timbul bersama tumor hidung sel skuamosa maligna, lebih sering timbul di dinding lateral hidung dan dapat pula menyebabkan obstruksi saluran pernapasan hidung, perdarahan intermiten atau keduanya. (Ramis Ahmad, 2000) 2. Karsinoma Nasofaring Agen penyebab masuk ke saluran napas atas dan mengiritasi epitoliuma yang terdapat pada dinding mukosa nasofaring sampai berulserasi dan terinfeksi, menyebabkan pertumbuhan jaringan baru yang dapat bersifat ganas yang dapat menyebabkan obstruksi saluran pernapasan bagian atas. Menyebabkan pertukaran O2 di dalam tubuh terhambat, sehingga pemenuhan kebutuhan O2 tidak adekuat. Selain itu, karsinoma nasofaring bisa bermetastase ke jaringan / organ tubuh lain.
  • 9. 3. Polip Hidung Akibat reaksi alergi pada mukosa hidung, menyebabkan mukosa hidung membengkak dan terisi banyak cairan interseluler, sehingga sel menjadi radang kemudian terdorong ke dalam rongga hidung oleh gaya berat dan akan menekan jaringan saraf, pembuluh darah dan kelenjar pada hidung. Sehingga terbentuklah masa yang mengandung jaringan saraf pembuluh darah yang rusak, yang dapat menimbulkan sumbatan hidung yang menetap dan rinorea serta terjadinya hiposmig / anemia, sehingga mengakibatkan klien terlihat bersin-bersin dan terjadinya iritasi di hidung. B. Obstruksi Laring Laring merupakan kotak kaku dan mengandung ruangan sempit antara pita suara (glotis), dimana udara harus melewati ruang ini. Adanya pembengkakan membran mukosa larings dapat menutupi jalan ini yang menjadi penyebab kematian. Abses Peritonial (Quinsy) Proses infeksi yang disebabkan oleh kuman penyebab tonsilitis di dalam ruang peritonsil akan mengalami supurasi (proses terbentuknya nanah karena bakteri piogen, lalu menembus kapsul tonsil dan menjalar serta menginfeksi di sekitar gigi, ke spatium parafaringium dan pembuluh darah yang dapat menyebabkan sepsis). 2.1.6. Manifestasi Klinik A. Obstruksi Nasal 1. Tumor Hidung Secara makroskopi mirip dengan polip hidung, hanya lebih keras, padat dan tidak mengkilat. Ada dua jenis, yaitu aksolitik dan andolitik (papiloma inversi) yang terakhir bersifat sangat
  • 10. invasif, dapat merusak tulang dan jaringan lunak sekitarnya diduga dapat berubah menjadi ganas. 2. Karsinoma Nasofaring Gejalanya dibagi dalam 4 kelompok, yaitu:  Gejala nasofaring sendiri, berupa epistaksis ringan, pilek / sumbatan hidung.  Gejala telinga, berupa tinitus, rasa tidak nyaman sampai nyeri di telinga.  Gejala saraf, berupa gangguan saraf otak seperti diplopia, parestesia di daerah pipi, neurolgia trigeminal, parasis / paralisis arkus faring, kelumpuhan otot bahu dan sering tersedak.  Gejala / metastatis di leher, berupa benjolan di leher. 3. Polip Hidung  Sumbatan hidung yang menetap dan rinorea.  Dapat terjadi hiposmig / anosmia  Bersin  Iritasi di hidung  Pembengakakan mukosa dari mukosa hidung di luar sinus.  Masa berupa berwarna putih seperti agar-agar.  Bila ditusuk tidak memberikan rasa sakit dan tidak berdarah. B. Obstruksi Laring  Hipersalivasi  Suara sengau  Kadang-kadang sulit membuka mulut  Pembengkakan  Nyeri tekan pada kelenjar submandibular  Palatum mole pembengkakan  Teraba fruktuasi  Tonsil bengkak Abses Peritonsil (Quinsy)  Demam tinggi  Leukositosis  Nyeri tenggorokan
  • 11.  Otalgia  Nyeri menelan  Muntah  Mulut berbau  Hiperemis 2.1.7. Pemeriksaan Penunjang A. Obstruksi Nasal 1. Tumor hidung dan karsinoma  Naso endoskopi : untuk menemukan tumor dini  CT Scan : perluasan tumor dan destruksi tulang  MRI : membedakan jaringan tumor dari jaringan normal  Pemeriksaan Radiologik Konvensional : tampak masa jaringan lunak di daerah nasofaring.  Tomografi komputer : terlihat adanya simetri dari resesus lateratif, tonus tubarius dan dinding posterior nasofaring.  Pemeriksaan darah tepi, fungsi hati, ginjal, dll : untuk memastikan adanya tumor, mendeteksi kekambuhan / untuk mendeteksi secara dini tumor. 2. Polip Hidung  Rinoskopi anterior → terlihat adanya polip  Endoskopi → terlihat polip yang masih sangat kecil dan belum keluar kom. dapat terlihat.  Rontgen polos (CT Scan) → mendeteksi adanya simetrif  Biopsi → penampakan makroskopis menyerupai keganasan / bila pada foto rontgen ada gambaran erosi tulang. 3. Abses Peritonsil Kadang-kadang sukar memeriksa seluruh jaringan, karena trismus-palatum mole tampak membengkak dan menonjol ke depan, dapat teraba fluktuasi, uvula bengkak dan terdorong ke sisi kontra lateral. Tonsil bengkak, hiperemis, mungkin banyak / detritus dan terdorong ke arah tengah, depan dan bawah. 2.1.8. Penatalaksanaan A. Penatalaksanaan Medis
  • 12. 1. Obstrusi Nasal Pengobatan obstruksi hidung membutuhkan pengangkatan obstruksi, diikuti dengan tindakan untuk mengatasi apakah terdapat infeksi kronis. Pada banyak pasien alergi yang mendasari memerlukan pengobatan. Pada waktunya diperlukan tindakan operasi untuk mengalirkan sinus nasal. Prosedur spesifik dilakukan tergantung pada jenis obstruksi hidung yang ditemukan. Biasanya, operasi dilakukan dibawah anestesi lokal. Jika deviasi septum menjadi penyebab obstruksi, maka dokter bedah akan membuat insisi kedalam membrane mukosa dan setelah mengangkat membrane mukosa tersebut dari tulang, mengangkat tulang dan kartilago yang menyimpang dengan forsep tulang. Mukosa kemudian dibiarkan untuk jatuh ke tempatnya dan ditahan dengan sumbat yang kuat. Umumnya sumbat dibasahi dalam petrolatum cair sehingga sumbat tersebut dapat dengan mudah dilepaskan dalam 24 sampai 36 jam. Operasi ini disebut reseksi submukosa atau septoplasti. (Brunner & Sudarth,2001:555) 1. Tumor hidung  Pembedahan luas, bila ada yang tertinggi dapat residif.  Radiasi dapat mengecilkan tumor, tapi tidak dianjurkan karena bisa dapat menjadikan ganas. 2. Karsinoma Nasofaring  Radio terapi  Dilakukan diseksi leher  Pemberian tetrasiklin, faktor transfer, interferon, kemoterapi, seroterapi vaksin dan anti virus.  Kemoterapi dengan kombinasi sis-platinum. 3. Polip hidung  Tindakan konservatif dengan kortikosteroid sistemik atau oral, misal Prednison 50 mg/hari  Secara lokal disuntikan ke dalam polip, misal Triamsinolon asetonis / prednisolon 0,5 mg tiap 5-7 hari.  Secara topikal sebagai semprot hidung, misal Beklometason dipropionah  Dilakukan ekstraksi polip dengan senar.  Operasi etmoidektomi intranasal dan ekstranasal. Polip hidung diangkat dengan menjepitnya pada dasarnya dengan kawat senar. Turbinat yang mengalami hipertrofi dapat diobati dengan memberikan astringen untuk mengerutkan hipertrofi ini mendekati sisi hidung. (Brunner & Sudarth,2001:555) 2.Obstruksi Laring Sumbatan Total Laring
  • 13. Prinsip Penatalaksanaan adanya benda asing disaluran napas adalah dengan segera mengeluarkan benda asing tersebut. Bila sumbatan total berlangsung lebih dari lima menit pada orang dewasa atau delapan menit pada anak, maka akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan jantung berhenti. Oleh karena itu, diperlukan ketepatan dalam menegakkan diagnosis dan kecepatan dalam melakukan tindakan pertolongan. Bila peristiwa ini terjadi dimana tidak terdapat peralatan laringoskopi langsung, maka dapat dilakukan : a. Perasat Heimlich (Heimlich Maneuver) Merupakan suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara total atau benda asing ukuran besar yang terletak di hipofaring. Prinsipnya memberi tekanan pada paru. Dilakukan tekanan keatas dan kedalam rongga perut sehingga diafragma terdorong keatas sehingga udara mendorong sumbatan laring keluar dalam 3-4 kali hentakan. Dapat dilakukan pada orang dewasa dan pada anak-anak. ( Abdul Rachman, 2000) Perasat Heimlich adalah suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara total atau benda asing berukuran besar yang terletak dihipofaring. Prinsip mekanisme perasat Heimlich adalah dengan memberikan tekanan pada paru-paru. Pada Perasat Heimlich lakukanlah tekanan kedalam dan keatas rongga perut sehingga menyebabkan diafragma terdorong keatas. Tenaga dorongan ini akan mendesak udara dalam paru keluar. Perasat Heimlich ini dapat dilakukan pada orang dewasa dan juga pada anak. Tata cara Pelaksanaannya adalah: penolong berdiri dibelakang penderita sambil memeluk badannya. Tangan kanan dikepalkan dengan bantuan tangan kiri,kedua tangan diletakkan pada perut bagian atas, kemudian dilakukan penekanan rongga perut kearah dalam dan keatas dengan hentakan beberapa kali. Diharapkan dengan hentakan 4-5 kali benda asing akan terlempar keluar. Pada pasien yang tidak sadar atau terbaring, perasat Heimlich dapat juga dilakukan denga cara : penolong berlutut dengan kaki pada kedua sisi penderita. Sebelumnya posisi muka penderita dan leher harus lurus. Kepalan tangan kanan diletakkan dibawah tangan kiri didaerah epigastrium. Dengan hentakan tangan kiri kebawah dan keatas beberapa kali udara dalam paru-paru akan mendorong benda asing keluar. b. Krikotirotomi Krikotirotomi adalah tindakan ‘life saving’ untuk mengatasi sumbatan jalan napas dilaring. Hal tersebut dilakukan dengan cara membuka membrane krikotiroid secara cepat. Penderita dibaringkan telentang dengan leher ekstensi. Kartilago tiroid diraba, dibuat sayatan
  • 14. kulit tepat dibawahnya. Jaringan dibawah sayatan dipisahkan tepat pada garis tengah. Setelah tepi bawah kartilago tiroid terlihat tusukan pisau dengan arah kebawah untuk menghindari tersayatnya pita suara. Masukkan corong atau pipa plastik sebagai ganti kanul. c. Laringoskopi Laringoskopi merupakan cara terbaik untuk mengeluarkan benda yang tersangkut dilaring. Oleh karena itu benda asing tersebut langsung dapat dikeluarkan dengan bantuan cunam. Untuk tindakan ini penderita dirujuk kerumah sakit. (Irman Somantri,2008:138) 3. Abses peritonsial (Quinsy) Pada stadium infiltrasi, tindakan yang dilakukan :  Berikan antibiotik dosis tinggi (penisilin 600.000 – 1.200.000 unit, ampisilin, dll)  Berikan analgesik, antipirotik (parasetamol 3x250 . 500 mg)  Anjurkan berkumur dengan antiseptik / air hangat dan kompres dengan air hangat bila telah terbentuk abses, perlu dilakukan insisi abses sebagai berikut :  Insisi pada pertemuan garis horizontal melalui vulva dengan garis vertikal melalui arkus faringeus. Luka insisi dilebarkan dengan klem, nanah dihisap dengan baik supaya tidak masuk ke faring, sebelum insisi dapat diberikan anestesia dengan spray silokain 1 % / anastesi blok pada ganglion stenoplatinum.  Setelah selesai, lakukan berkumur dengan larutan bargarisma khan atau larutan betadin / larutan peroksid 3% atau larutan PK 0,001 % Penatalaksanaan Keperawatan Penatalaksanaan keperawatan secara umum adalah : 1. Posisikan klien dengan posisi semi fowler. 2. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi. 3. Berikan makanan dalam bentuk lunak. 4. Ciptakan lingkungan yang konduktif. 5. Berikan dukungan pada pasien. 6. Lakukan perawatan luka dengan kumur antiseptik. Terapi Radiasi Hasil yang sangat memuaskan dapat dicapai dengan terapi radiasi pada pasien yang hanya mengalami satu pita suara yang sakit dan normalnya dapat digerakkan (yaitu; bergerak saat fonasi). Selain itu, pasien ini masih memiliki suara yang hampir normal. Beberapa
  • 15. mungkinmengalami kondritis. (inflamasi cartilage) atau stenosis; sejumlah kecil dari mereka yang mengalami stenosis nantinya membutuhkan laringektomi. Terapi radiasi juga dapat digunakan secara praoperatif untuk engurangi ukuran tumor. Algoritme penatalaksanaan sumbatan/obstruksi komplet dan obsrtuksi sebagian dari saluran napas 1.1.9. Komplikasi A. Obstruksi Nasal 1. Tumor hidung Tidak dapat bermetastasis, tetapi sangat destruktif disekitarnya dapat menyebar memenuhi nasofaring dan terlihat dari orofaring. 2. Karsinoma Nasofaring Metastasis jauh ke tulang, hati dan paru dengan gejala khas, nyeri pada tulang, batuk-batuk dan gangguan fungsi hati. 3. Polip Hidung Terjadinya pertautan endotel yang terbuka, menandakan kebocoran pembuluh darah. B. Obstruksi Larings Abses Peritonsial (Quinsy)  Abses parafaringeal  Abses retrofaringeal dan edema larings  Dehidrasi perdarahan  Aspirasi paru  Mediastinitis  Trambus sinus kavernosus  Meningitis dan abses otak. (Arif Mansjoer, dkk, 1999) Berdasarkan pada data pengkajian, potensial komplikasi yang mungkin terjadi termasuk:  Distres pernapasan (hipoksia, obstruksi jalan napas, edema trakea)  Hemoragi  Infeksi. (Brunner & Suddarth,2001:559) 2.2. KONSEP DASAR ASKEP 2.2.1. Pengkajian Teoritis Lengkap 1. Identitas Klien
  • 16. Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya yang meliputi : Nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama dan tanggal pengkajian. 2. Keluhan Utama Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah batuk berdahak, nyeri dada, sesak napas. 3. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS) Penderita obstruksi jalan napas menampakkan gejala nyeri dada, batuk berdahak , dan disertai sesak napas dan adanya edema pada laring. 4. Riwayat Kesehatan terdahulu (RKD) Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan pasien pernah menderita penyakit sebelumnya seperti: adanya riwayat merokok, penggunaan alcohol dan penggunaan obat kontrasepsi oral. 5. Riwayat kesehatan Keluarga (RKK) Riwayat adanya penyakit obstruksi jalan napas pada anggota keluarga yang lain seperti: penyakit Asma. 6. Data Dasar Pengkajian Pasien 1. Aktivitas/istirahat Gejala : Kkelemahan, kelelahan, keletihan, napas pendek. Tanda : Frekuensi pernapasan meningkat. Perubahan irama pernapasan. Takipnea. 2. Sirkulasi Gejala : Riwayat adanya hipertensi. Tanda : Kenaikan tekanan darah meningkat. Penampilan kemerahan, atau pucat. 3. Integritas ego Gejala : Perasaan takut aka kehilangan suara, mati, terjadinya / berulangnya kanker. Kuatir bila pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga, kemampuan kerja dan keuangan. Tanda : Ansietas, depresi, marah dan menolak Menyangkal. 4. Eliminasi Gejala : gangguan saat ini atau yang lalu / obstruksi riwayat penyakit paru
  • 17. 5. Makanan/cairan Gejala : Kesulitan menelan. Tanda : Kesulitan menelan, mudah tersedak. Bengkak, luka. (malnutrisi) 6. Neurosensori Gejala : Diplopia (penglihatan ganda) Ketulian. Tanda : Parau menetap atau kehilangan suara. Kesulitan menelan. Ketulian konduksi. Kerusakan membranmukosa. 7. Nyeri/kenyamanan Gejala : Sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk) . Tanda : Melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan). 8. Pernafasan Gejala : Adanya riwayat merokok/mengunyah tembakau. Bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik/serbuk, logam berat. Riwayat penggunaan berlebihan suara. Riwayat penyakit paru kronis. Batuk dengan/tanpa sputum. Drainase darah pada nasal. Tanda : Sputum dengan darah, hemoptisis . Dispnea. 9. Keamanan Gejala : Terpajan sinar matahari berlebihan selama periode bertahun-tahun atau radiasi. Perubahan penglihatan/pendengaran. Tanda : Massa/pembesaran nodul.
  • 18. 10. Penyuluhan/pembelajaran Gejala : Penggunaan alcohol berulang/riwayat penyalahgunaan alkohol. Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat :7,4 hari. 11. Rencana pemulangan: Bantuan dengan perawatan luka, pengobatan, pengiriman :transpormasi, belanja, penyiapan makanan, perawatan diri, perawatan / pemeliharaan rumah. 12. Pemeriksaan Penunjang :  Hasil foto rontgen : menunjukkan pembesaran jarinan pada laring.  Pemeriksaan sputum : ditemukan kuman streptococcus beta hemolyticus.  Pemeriksaan darah rutin didapatkan: 1. Leukosit: 16000/mm3 2. Hb : 11 gr/dl 3. Trombosit: 265.000/mm3 4. protein total : 5,85 gr/dl  Naso endoskopi : untuk menemukan tumor dini  Rontgen polos (CT Scan) → mendeteksi adanya simetrif  Biopsi → penampakan makroskopis menyerupai keganasan / bila pada foto rontgen ada gambaran erosi tulang. 13. Prioritas keperawatan  Mempertahankan kepatenan jalan napas, ventilasi adekuat  Membantu pasien dalam mengembangkan metode komunikasi alternative.  Membuat/mempertahankan nutrisi adekuat.  Memberikan dukungan emosi untuk penerimaan gambaran diri yang terganggu.  Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan pengobatan. 2.2.2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul 1. Ansietas berhubungan dengan adanya ancaman kematian.
  • 19. 2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan terdapatnya benda asing dalam saluran pernapasan yang nenyebabkan sumbatan . 3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan pengangkatan laring dan terhadap edema. 4. Berisiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan (serebral, cardial, dan pulmoner) yang berhubungan dengan menurunnya suplai oksigen sekunder terhadap obstruksi saluran napas. 2.2.3. NCP (Nursing Care Planning) No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional 1. Ansietas berhubungan dengan adanya ancaman kematian. Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam diharapkan tidak ada lagi perasaan cemas KH:  Melaporkan takut atau ansietas hilang atau menurun sampai tingkat yang dapat ditangani.  Penampilan rileks dan Mandiri:  Catat derajat ansietas dan takut. Imformasikan pasien/orang terdekat bahwa perasaannya normal dan dorong  Pemahaman bahwa perasaan (dimana berdasarkan situasi sters ditambah ketidak seimbangan oksigen yang mengancam) normal dapat
  • 20. istirahat atau tidur dengan tepat. mengekspresik an perasaan.  Jelaskan proses penyakit dan prosedur dalam tingkat kemampuan pasien untuk memahami dan menangani informasi. Kaji situasi saat ini dan tindakan yang diambil untuk mengatasi masalah.  Tinggal dengan pasien atau membuat perjanjian dengan seseorang untuk menunggu selama serangan akut.  Berikan tindakan kenyamanan mis. Pijatan punggung, perubahan membantu pasien meningkatkan beberapa perasaan control emosi.  Menghilangkan ansietas karena ketidaktahuan dan menurunkan takut tentang keamanan pribadi. Pada fase dini penjelasan perlu diulang dengan sering dan singkat karena pasien mengalami penurunan lingkup perhatian.  Membantu dalam menurunkan ansietas yang berhubungan dengan penolakkan adanya dispnea berat/ perasaan mau pingsan.  Alat untuk menurunkan stress dan perhatian tak langsung untuk meningkatkan relaksasi dan kemampuan koping.  Memberikan pasien
  • 21. posisi  Bantu pasien untuk mengidentifika si perilaku membantu, mis. Posisi yang nyaman, focus bernapas, teknik relaksasi.  Dukung pasien atau orang terdekat dalam menerima realita, situasi, khususnya rencana untuk periode penyembuhan yang lama. Libatkan pasien dalam perencana dan partisipasi dalam perawatan.  Kembangkan program aktivitas dalam batas kemampuan tindakan mengontrol untukmenurunkan ansietas dan ketegangan otot.  Mekanisme koping dan partisipasi dalam program pengobatan mungkin meningkatkan belajar pasien untuk menerima hasil yang diharapkan dari penyakit dan meningkatkan beberapa rasa control.  Memberikan kesehatan untuk membentuk energy dengan perasaan.  Pengembangan dalam kapasitas ansietas dalam memerlukan evaluasi lanjut dan kemungkinan intervensi dengan obat antiansietas.
  • 22. fisik  Waspadai untuk perilaku diluar control atau peningkatan disfungsi kardiopulmona l, mis memburuknya dispnea dan takikardia. 2. Bersihan jalan napas tidkefektif berhubungan dengan terdapatnya benda asing dalam saluran pernapasan yang nenyebabkan sumbatan Setelah dilakukan intervensi selama 3x 24 jam diharapka bersihan jalan napas kembali efektif,Mempunyai jalan napas paten,Dapat mengeluarkan sekret secara efektif,Irama dan frekuensi napas dalam rentang normal,Mempunyai fungsi paru dalam batas normal,Mampu mendiskripsikan rencana untuk perawatan di rumah KH: Mempertahankan jalan napas paten kepatenan jalan napas dengan bunyi napas bersih atau jelas Mengeluarkan atau membersihkan sumbatan dan bebas aspirasi Menujukkan perilaku untuk memperbaiki/ atau mempertahankan jalan napas bersih dalam tingkat kemampuan/ situasi. -tidak ada bunyi napas tambahan -tidak ada Mandiri :  Kaji dan document asikan keefektifan pemberian oksigen, pengobatan yang diresepkan dan kaji kecenderungan pada gas darah arteri  Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui adanya penurunan atau tidak adanya ventilasi dan adanya bunyi tambahan  Tentukan kebutuhan pengisapan oral dan atau trakea  Pantau status oksigen pasien dan status hemodinamik  Meningkatkan keefektifan upaya penapasan dan pembersihan secret.  Memberikan informasi tentang aliran udara melalui trakeobronkial dan adanya atau tidak adanya cairan,obstuksi mukosa.  Penghisapan tidak harus rutin,dan lamanya harus dibatasi untuk menurunkan bahaya hipoksia
  • 23. Perubahan irama dan frekuensi pernpasan. -tidak ada Sianosis -Tidak Sulit bersuara - bunyi napas normal -tidak gelisah lagi -Tidak ada sputum - TTV dalam batas normal : TD: 120/80 mmHg ND: 60-100 x/i RR: 16 -24 x/i S :37 oC (tingkat Mean Arterial Pressure dan irama jantung) segera sebelum, selama dan setelah pengisapan  Catat tipe dan jumlah sekret yang dikumpulkan.  Jelaskan kepada keluarga pengunaan peralatan pendukung dengan benar (misalnya oksigen, pengisapan, spirometer, inhaler).  Informasikan kepada pasien dan keluarga bahwa merokok merupakan kegiatan yang dilarang di dalam ruang perawatan.  Instruksikan kepada pasien dan keluarga dalam rencana perawatan di rumah (misal pengobatan, hidrasi, nebulisasi, peralatan, drainase postural, tanda dan gejala komplikasi)  Instruksikan kepada pasien tentang batuk efektif dan teknik napas dalam untuk memudahkan keluarnya  Memaksimalkan status penghisapan oksigen  Kuning/hijau,sputu m berbau purulen menunjukkan infeksi; sputum kental,lengket diduga dehidrasi
  • 24. sekresi  Ajarkan untuk mencatat dan mencermati perubahan pada sputum seperti: warna, karakter, jumlah dan bau  Ajarkan pada pasien atau keluarga bagaimana cara melakukan pengisapan sesuai denan kebutuhan. KOLABORA SI  Konsultasikan dengan dokter atau ahli pernapasan tentang kebutuhan untuk perkusi dan atau alat pendukung  Berikan oksigen yang telah dihumidifikasi sesuai protap  Bantu dengan memberikan aerosol, nebulizer dan perawatan paru lain sesuai kebijakan institusi  Beritahu dokter ketika analisa gas darah arteri abnormal 3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan pengangkatan laring dan Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam diharapka kerusakan kmunikasi verbal Menyatakan kebutuhan dalam cara yang efektif Mengidentufikasi atau merencanakan pilihan metode Mandiri:  Kaji instruksi/ atau diskusikan praoperasi mengapa bicara dan  Menguatkan pendidikan pada waktu takut terhadap pembedahan sudah berlalu
  • 25. terhadap edema dapat diatasi berbiara yang tepat setelah sembuh bernapas terganggu, gunakan gambaran anatomic atau model untuk membantu penjelasan  Tentukan apakah pasien mempunyai gangguan komunikasi lain  Berikan cara-cara yang cepat dan kntinu untuk memanggil perawat  Atur sebelumnya tanda-tanda untuk mendapatkan bantuan cepat  Adanya masalah lain akan mempengaruhi rencana untuk pian komunikasi  Pasien memerlukan keyakinan bahwa perawat waspada dan akan berespons terhadap panggilan. Kepercayaan dan harga diri diberikan bila perawat yang cukup perhatian untuk hadir pada waktu daripada bila di panggil pasien  Dapat menurunkan ansietas pasien tentang ketidak mampuan untuk berbicara  Kemungkinan pasien untuk menyatakan
  • 26.  Berikan pilihan cara komunikasi yang tepat bagi kebutuhan pasien  Berikan waktu yang cukup untuk komunikasi  Berikan komunikasi non- verbal  Dorong komunikasi terus-menerus dengan dunia luar  Beri tahu kehilangan bicara kebutuhan/ masalah  Kehilangan bicara dan stress mengganggu komunikasi dan mnyebabkan frustasi dan hambatan ekspresi, khususnya bila perawat terlihat terlalu sibuk atau bekerjalah d  Mengkomunikasik an masalah dan memenuhi kebutuhan kontak dengan orang lain  Mempertahankan kontak dengan pola hidup normal dan melanjutkan komunikasi melaluai cara lain  Memeberikan dorongan dan harapan untuk masa depan dengan memikirkan pilihan arti komunikasi dan bicara tersedia dan
  • 27. sementara setelah laringektomi sebagian dan/ tergantung pada tersedianya alat bantu suara  Ingatkan pasien untuk tidak bersuara sampai dokter member izin  Atur pertemuan dengan orang lain yang mempunyai pengalaman prosedur ini dengan cepat Kolaborasi : Konsul dengan anggota tim kesehatan yang tepat/ terapi/ agen rehabilitasi mungkin  Meningkatkan penyembuhan pita suara dan membatasi potensial disfungsi pita permanen  Memberikan model peran, meningkatkan motivasi untuk pemecahan masalah danmempelajari cara baru untuk berkomunikasi Kemampuan untu menggunakan pilihan suara dan metode suara sangat bervariasi, tergantung pada luasnya prosedur pembedahan, usia pasien, status emosi, dan motvasi untuk kembali kehidup aktif, waktu rehabilitasi dapat memanjang dan memrlukan sejumlah agen atau sumber untuk menyediakan atau mendukung proses belajar.
  • 28. BAB III TINJAUAN KASUS 3.1. Pengkajian Lengkap 1. Biodata/data biografi:  Nama : Tn. R  Umur : 35 tahun  Suku/ Bangsa : serawai  Status Perkawinan : kawin  Agama : islam  Pendidikan : SMA  Pekerjaan : petani  Alamat : jln. Kapuas raya, bengkulu  Tanggal Masuk RS : 04 mei 2012
  • 29.  Tanggal Pengkajian : 06 mei 2012  Catatan Kedatangan : Kursi Roda ( ), Ambulans ( ), Brankar ( ) Keluarga Terdekat Yang Dapat Dihubungi :  Nama/ Umur : Ny. B  Pendidikan : SMA  Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga  Alamat : Jl. Lingkar Barat  Sumber Informasi : Pasien, keluarga terdekat, status pasien  No.Telepon : (0736)20871 2. Riwayat kesehatan/keperawatan 1).Keluhan utama/ alasan masuk rumah sakit: Tn. R (36) dating ke RS dr. M Yunus Bengkulu pada tanggal 4 mei 2012 jam 16.00 wib dengan keluhan batuk, dan rasa nyeri pada tenggorokan, batuk, sesak napas, kesulitan berbicara dan menelan. 2). Riwayat kesehatan sekarang (RKS)  Faktor pencetus: klien mengatakan rasa sakit pada leher serta batuk 2 hari sebelum masuk ke rumah sakit.  Munculnya keluhan (eksaserbasi): klien mengatakan batuk dan sakit pada leher.  Sifat keluhan: klien mengatakan rasa sakit pada leher timbul perlahan-lahan, batuk terus-menerus, serta kesulitan menelan setiap kali makan.  Berat ringannya keluhan: klien mengatakan: rasa sakit dan sesak pada leher cendrung bertmbah sejak 2 Hari yang lalu.  Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi: klien mengatakan karena seringnya rasa sakit pada bagian leher maka klien banyak minum, akibat adanya batuk klien minum obat (komix). 2. Riwayat kesehatan dahulu  Klien mengataan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, debu, dll.  Klien mengatakan sebelumya tidak pernah menderita sesak napas . 3. Riwayat kesehatan keluarga(RKK)
  • 30. Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang seperti dialaminya dan tidak ada keluarga yang menderita penyakit menular lainnya. 3.Pola fungsi kesehatan (Gordon): 1). Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan Persepsi terhadap penyakit : memiliki kecemasan yang berlebihan. Penggunaan : sehari-harinya pasien merokok 1 bungkus perhari sejak usia 23 tahun Alkohol: sering meminum minuman kaleng kurang lebih 3 botol perminggu. Alergi : pasien tidak memiliki allergi terhadap obat-obatan dan jenis makanan laut. 2). Pola nutrisi dan metabolisme Diet / suplemen khusus : - Instruksi diet sebelumnya : - Nafsu makan : menurun karena sering batuk-batuk dan mual. Fluktuasi BB 6 bulan terakhir : menurun Kesulitan menelan : mengalami kesulitan karena adanya lesi pada tenggorokan Gigi : tidak lengkap Jumlah minum/24 jam : normal Frekuensi makan : menghabiskan porsi makan kecil. Jenis makanan : nasi dan lauk seadanya 3.Pola eliminasi Buang air besar (BAB) : Frekuensi : sedikit Warna : kuning terang Buang air kecil (BAK) : Frekuensi : normal Warna : kuning kecoklatan 4.Pola aktivitas dan latihan Kemampuan perawatan diri : 0= mandiri 3= dibantu orang lain & peralatan 1=dengan alat bantu 4=ketergantungan/tidak mampu 2=dibantu orang lain Kegiatan/aktivitas 0 1 2 3 4 Makan/minum  Mandi  Berpakaian  Toileting  Mobilisasi dtmpat tidur
  • 31. Berpindah  Berjalan  Menaiki tangga  Berbelanja  Memasak  Pemeliharaan rumah  Alat bantu : tongkat Keluhan saat beraktivitas: sering sesak nafas saat beraktivitas 5.Pola istirahat dan tidur Lama tidur : 5 jam / malam Waktu : dari jam 8 – 1 malam Masalah tidur : sering terbangun karena sulit bernafas 6.Pola kognitif dan persepsi Status mental : sering emosi Bicara : normal( ), tak jelas ( ), gagap ( ), aphasia ekspresif ( ) Kemampuan berkomunikasi : ya ( ), tidak ( ) Kemampuan memahami : ya ( ), tidak ( ) Tingkat ansietas : ringan ( ), sedang ( ), berat ( ), panik ( ) Pendengaran : DBN ( ), tuli ( ) kanan/kiri, tinitus ( ), alat bantu dengar ( 0 Penglihatan : normal 7.Persepsi diri dan konsep diri Perasaan klien tentang masalah kesehatan ini : sangat mengganggu dalam beraktivitas sehari-hari 8.Pola peran hubungan : Pekerjaan : petani Sistem pendukung : pasangan ( ), tetangga/teman ( ), tidak ada ( ), keluarga serumah ( ), keluarga tinggal berjauhan ( ) Masalah keluarga berkenaan dengan perawatan diRS : kelurga memiliki masalah dengan biaya perawatan diRS dan keluarga yang akan bergantian menjaga pasien selama dirumah sakit. 9.Pola seksual dan reproduksi Masalah seksual b.d penyakit : pola seksual menurun 10.Pola koping dan toleransi stress Penggunaan obat untuk menghilangkan stress; tidak menggunakan obat.
  • 32. Keadaan emosi dalam sehari-hari : memiliki emosi yang tidak stabil 11.Keyakinan dan kepercayaan Agama : islam Pengaruh agama dalam kehidupan : sering meninggalkan kewajiban sebagai seorang muslim. 4.Pemeriksaan fisik :  Keadaan umum : klien tampak lemah, klien tampak kesulitan bernapas dan klien tampak gelisah  TTV : o TD : 130/90 mmHg o ND : 120x/i o S : 37,5  BB : 57 (turun 3 kg dari 60 menjadi 57)  TB : 170  Sistem integumen(kulit) : turgor kulit buruk  Kuku : pucat  Hidung : pernapasan cuping hidung  Mulut : mukosa bibir kering dan pucat  Laring : takipnea, pernapasan dangkal adanya pembesaran jaringan , edema laring Pemeriksaan penunjang  Hasil foto rontgen : menunjukkan pembesaran jarinan pada laring  Pemeriksaan sputum : ditemukan kuman streptococcus beta hemolyticus  Pemeriksaan darah rutin didapatkan: o Leukosit: 16000/mm3 o Hb : 11 gr/dl o Trombosit: 265.000/mm3protein total : 5,85 gr/dll.
  • 33. Analisa data Nama kilen : Tn. R Ruang Rawat : Ruang RSUD M. Yunus Bengkulu Diagnose medic : NO. DATA ETIOLOGI MASALAH 1. DS:  Klien mengatakan batuk berdahak dan sesak napas  Klien mengatakan nyeri pada daerah tenggorokan DO:  klien tampak lemah, klien tampak kesulitan bernapas dan klien tampak gelisah  TTV: TD : 130/90 mmHg ND : 120x/i S : 37,5  Penapasan cuping hidung  Takipnea  pernapasan dangkal Terdapatnya penumpukan sekret pada saluran napas. Bersihan jalan napas tidak efektif
  • 34. 2. 3. DS:  klien mengatakan rasa nyeri pada tenggorok  klien mengatakan adanya kesulitan menelan  klien mengatakan kesulitan berbicara DO:  adanya bakteri streptococcus beta hemolyticus  adanya edema pada laring  adanya pembesaran jaringan pada daerah laring DS:  pasien mengatakan lemah  pasien mengatakan menghabiskan makan ¼ porsi setiap kali makan (pagi, siang. Sore)  kesulitan menelan  rasa tidak nyaman DO:  Berat badan pasien turun 3 kg dari 60 kg menjadi 57 kg  Pasien tampak lemah  Pembekakan pada laring Adanya lesi pada tenggorokan. Kesulitan menelan, rasa tidak nyaman Kerusakan komunikasi verbal Pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
  • 35. 3.2. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret pada saluran pernapasan. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan lesi pada tenggorokan akibat bakteri streptococus. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan. 3.3. NCP (Nursing Care Planning) : Tn. R : RSUD M. Yunus Bengkulu Diagnosa Medik : Obtruksi Saluran Napas No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional 1 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan terdapatnya benda asing dalam saluran pernapasan yang menyebabkan sumbatan Setelah dilakukan intervensi selama 1x 24 jam diharapka bersihan jalan napas kembali efektif, Mempunyai jalan napas paten, Dapat mengeluarkan sekret secara efektif, Irama dan frekuensi napas dalam rentang normal, Mempunyai fungsi paru dalam batas normal, Mampu mendiskripsikan rencana untuk perawatan di rumah KH:  Mempertahankan jalan napas paten.  Kepatenan jalan napas dengan bunyi napas bersih atau jelas.  Mengeluarkan atau membersihkan sumbatan dan bebas aspirasi.  Menujukkan perilaku untuk memperbaiki/ atau mempertahankan jalan napas bersih dalam tingkat kemampuan/ situasi.  Kaji dan document asikan keefektifan pemberian oksigen, pengobatan yang diresepkan dan kaji kecenderungan pada gas darah arteri  Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui adanya penurunan atau tidak adanya ventilasi dan adanya bunyi tambahan  Tentukan kebutuhan pengisapan oral dan atau trakea.  Pantau status  Meningkatkan keefektifan upaya penapasan dan pembersihan secret.  Memberikan informasi tentang aliran udara melalui trakeobronkial dan adanya atau tidak adanya cairan,obstuksi mukosa.  Penghisapan tidak harus rutin,dan lamanya harus dibatasi untuk menurunkan bahaya hipoksia
  • 36.  TTV dalam batas normal : TD: 120/80 mmHg ND: 60-100 x/i RR: 16 -24 x/i S :37 oC oksigen pasien dan status hemodinamik (tingkat Mean Arterial Pressure dan irama jantung) segera sebelum, selama dan setelah pengisapan  Catat tipe dan jumlah sekret yang dikumpulkan.  Jelaskan kepada keluarga pengunaan peralatan pendukung dengan benar (misalnya oksigen, pengisapan, spirometer, inhaler).  Informasikan kepada pasien dan keluarga bahwa merokok merupakan kegiatan yang dilarang di dalam ruang perawatan.  Instruksikan kepada pasien dan keluarga dalam rencana perawatan di rumah (misal pengobatan, hidrasi, nebulisasi, peralatan, drainase postural, tanda dan gejala komplikasi)  Instruksikan kepada pasien tentang batuk efektif dan teknik napas dalam untuk memudahkan keluarnya  Memaksimalkan status penghisapan oksigen  Kuning/hijau,sput um berbau purulen menunjukkan infeksi; sputum kental,lengket diduga dehidrasi
  • 37. 2. Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam diharapkan gangguan komunikasi verbal teratasi Menyatakan kebutuhan dalam cara yang efektif Mengidentufikasi atau merencanakan pilihan metode berbiara yang tepat setelah sembuh sekresi  Ajarkan untuk mencatat dan mencermati perubahan pada sputum seperti: warna, karakter, jumlah dan bau  Ajarkan pada pasien atau keluarga bagaimana cara melakukan pengisapan sesuai denan kebutuhan. KOLABORA SI  Konsultasikan dengan dokter atau ahli pernapasan tentang kebutuhan untuk perkusi dan atau alat pendukung  Berikan oksigen yang telah dihumidifikasi sesuai protap  Bantu dengan memberikan aerosol, nebulizer dan perawatan paru lain sesuai kebijakan institusi  Beritahu dokter ketika analisa gas darah arteri abnormal  Menguatkan pendidikan pada waktu takut terhadap pembedahan sudah berlalu
  • 38. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan pengangkatan laring dan terhadap edema. . Menunjukkan pemahaman pentingnya nutrisi untuk proses penyembuhan dan keeshatan Mandiri:  Kaji instruksi/ atau diskusikan praoperasi mengapa bicara dan bernapas terganggu, gunakan gambaran anatomic atau model untuk membantu penjelasan  Tentukan apakah pasien mempunyai gangguan komunikasi lain  Berikan cara-cara yang cepat dan kntinu untuk memanggil perawat  Adanya masalah lain akan mempengaruhi rencana untuk pian komunikasi  Pasien memerlukan keyakinan bahwa perawat waspada dan akan berespons terhadap panggilan. Kepercayaan dan harga diri diberikan bila perawat yang cukup perhatian untuk hadir pada waktu daripada bila di panggil pasien  Dapat menurunkan ansietas pasien tentang ketidak mampuan untuk berbicara  Kemungkinan pasien untuk menyatakan kebutuhan/ masalah  Kehilangan bicara dan stress mengganggu komunikasi dan
  • 39. 3 Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan Setelah dilakukan intervensi selama 3x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi dapat dipnuhi umum Menunjukkan peningkatan berat badan proggresif mencapai tujuan dengan nilai laboraturium normal dan penyembuhan jaringan seuai waktunya  Atur sebelumnya tanda-tanda untuk mendapatkan bantuan cepat  Berikan pilihan cara komunikasi yang tepat bagi kebutuhan pasien  Berikan waktu yang cukup untuk komunikasi Mandiri  Auskultasi bunyi usus mnyebabkan frustasi dan hambatan ekspresi, khususnya bila perawat terlihat terlalu sibuk atau  Makan dimulai hanya setelah bunyi usus membaik pembed  Selang di masukan pada pembedahan dan biasanya di jahit  Memberikan informasi sehubumgan dengan kebutuhan nutrisi dn kefektifan terapi  Membantu meningkatkan keberhasilan nutrisi  Kandungan makanan dapat mengakibatkan ketidak toleransiian
  • 40.  Pertahankan selang makan  Awasi masukkan berat badan sesuai indikasi  Ajarkan pasien makan sendiri  belajar Mulai dengan makan kecil dan ditingkatkan sesuai toleransi  Dorong pasien bila belajar menelan  Kembangkan dan dorong lingkungan yang nyaman untuk makan  Bantu pasien atau orang terdekat mengembangk an  Membantu pasien mengatasi frustasi dan keamanan dalam masalah menelan  Meningkatkan sosialisasi dan memaksimalkan kenyamanan pasien bila kesakitan makan menyebabkan malu  Meningkatkan pemahaman kebutuhan individu dan pentingnya nutrisi pada penyembuhan dan proses penyembuhan  Berguna dalam identifikasi kebutuhan nutri individu untuk meningkatkan penyembuhan dan regenerasi jaringan  Macam-macam jenis dapat dibuat untuk tambahan atau batasan factor tertentu seperti lemak dan gulaan.  Indicator penggunaan nutrisi sesuai fungsi org
  • 41. keseimbangan nutrisi pada rencana makan dirumah Kolaborasi  Konsul dengan ahli gizi atau dukungan tim nutrisi sesuai indikasi  Berikan diet nutrisi seimbang  3. 4 implementasi dan evaluasi SOAP No Hari/tgl Dx kep Implementasi Evaluasi 1. jumat, 6 mei 2012 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret pada saluran pernapasan Pukul 08. 00 wib Mandiri:  Mencatat hasil pengkajian dan kefektifan pemberian oksigen, dan gas darah arteri. Hasil : gas darah dan oksigen efektif.  Mencatat adanya bunyi nafas , misalnya mengi, krekels dan ronki. Hasil : Bunyi napas mengi.  Memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien melalui oral. Hasil : Pasien mau diberikanoksigen melalui oral.  Membantu tindakan untuk memperbaiki keefektifan upaya batuk. Hasil : Pasien dapat batuk efektif. Pukul 10. 00 wib S =  Klien mengatakan batuk berdahak berkurang dan tidak lagi sesak napas  Klien mengatakan tidak nyeri lagi pada daerah tenggorokan O :  klien tampak Awasi pemeriksaan laboraturium
  • 42.  Mempertahankan polusi lingkungan dari debu dan asap rokok. Hasil : Lingkungan kondusif.  Mengajarkan pasien untuk latihan pernapasan abdomen atau bibir. Hasil : Pasien mau latihan pernapasan abdomen.  Mengajarkanpasien untuk melakukan teknik napas dalam. Hasil : Pasien dapat melakukan tehnik napas dalam.  Mengukur TTV. Hasil : TD: 120/80 mmHg ND: 90x/menit RR: 20x/menit S :37 oC KOLABORASI  Memberikan obat sesuai indikasi yang dianjurkan dokter. Hasil : Obat efektif.  Melakukan pemasangan nebuliser ultranik atau humidifier aerosol ruangan. Hasil : Pasien mau menggunakan nebulizer ultranik. bergairah,  klien tampak tidak kesulitan bernapas  klien tampak tidak gelisah lagi  tidak ada pernapasan cuping hidung  Takipnea tidak ada  pernapasan normal  Klien tampak tidak lagi menahan rasa sakit /nyeri pada dada.  Klien tidak kesulitan bernapas.  Tidak ada pucat  Tanda tanda vital dalam batas normal TD: 120/80 mmHg ND: 90x/menit RR: 20x/menit S :37 oC A=  Masalah teratasi  Batuk berdahak berkurang, napas normal, nyeri dada tidak ada lagi, dan TTV dalam batas normal. P= Intervensi di hentikan.
  • 43. 2 sabtu, 7 mei 2012 Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan adanya lesi pada tenggorokan Pukul 12. 00 wib Mandiri:  Memberikan penjelesan tentang kondisi yang dialami pasien agar pasien dapat mengerti apa yang sedang dialaminya. Hasil : Pasien mengerti keadaanya saat ini.  Melakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah pasien memiliki gangguan komunikasi lainnya. Hasil : Pasien tidak memiliki gangguan komunikasi lain.  Mengajarkan pasien cara-cara untuk memanggil perawat dengan cepat. Hasil : Pasien mengerti cara memanggil perawat dengan cepat.  Membantu pasien untuk memilih cara komunikasi yang tepat sesuai kebutuhan pasien. Hasil : Pasien dapat memilih cara komunikasi yang tepat sesuai kebutuhannya.  Berikan kesempatan kepada pasien untuk berbicara agar pasien merasa dihargai oleh perawat dengan berkomunikasi dengan baik dan memberikan cukup waktu untuk berkomunikasi. Pukul 16. 00 wib S:  Klien mengatakan tidak ada rasa nyeri pada tenggorok.  Klien mengatakan tidak ada kesulitan menelan.  Klien mengatakan tidak kesulitan berbicara lagi. O:  Tidak ada bakteri streptococcus beta hemolyticus.  Tidak ada edema pada laring.  Tidak ada pembesaran jaringan pada daerah laring.  TTV dalam batas normal TD: 120/80mmHg RR:22x/i ND:90x/i S: 37C A:  Masalah teratasi  Tidak ada lagi
  • 44. Hasil : Pasien lebih percaya diri dalam berkomunikasi. sakit dan nyeri pada Laring, tidak ada batuk, klien rileks, TTV dalam batas normal. P: Intervensi di hentikan. 3 minggu, 8 mei 2012 Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan. Pukul 09. 00 wib Mandiri  Mencatat derajat kesulitan menelan dan nilai bunyi usus pasien. Hasil : Pasien tidak mempunyai kesulitan menelan dan bunyi usus.  Memberikan makan secara rutin untuk mencukupi kebutuhan pasien. Hasil : Nutrisi pasien terpenuhi. Pukul 13. 00 wib S:  Pasien mengatakan tidak lemah lagi.  Pasien mengatakan menghabiska n makan 1 porsi setiap kali makan (pagi, siang. Sore).
  • 45.   Menimbang berat badan pasien . Hasil : Berat badan pasien kembali normal.  Membantu pasien untuk makan sendiri. Hasil : Pasien dapat makan sendiri.  Mengajarkan pasien cara untuk menelan yang baik. Hasil : Pasien dapat menelan dengan baik. Kolaborasi  Mengonsulkan dengan ahli gizi atau dukungan tim nutrisi sesuai indikasi. Hasil : Pasien mendapatkan gizi yang baik sesuai dengan kebutuhan tubuhnya.  Memberikan diet nutrisi seimbang. Hasil : BB pasien normal.  Mengawasi pemeriksaan laboraturium. Hasil : Tidak terjadi kesalahan dalam pemeriksaan. Pasien tidak kesulitan menelan lagi.  Pasien merasa nyaman. O:  Berat badan pasien naik dari 57 ke 59kg.  Pasien tampak segar.  Tidak ada pembekakan pada laring. A:  Masalah teratasi . P: intervensi di hentikan.
  • 46. BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan Dari penjelasan diatas dapat kami simpulkan bahwa : Obstruksi saluran napas bagian atas dapat terjadi oleh beberapa sebab. Obstruksi jalan napas atas adalah gangguan yang menimbulkan penyumbatan pada saluran pernapasan bagian atas. Beberapa gangguan yang merupakan obstruksi pada jalan napas atas, diantaranya adalah : A. Obstruksi Nasal 1) Tumor hidung 2) Karsinoma Nasofaring 3) Polip Hidung B. Obstruksi Laring 1. Sumbatan Total Laring 2. Abses Peritonsial (Quinsy) Dan Dalam Penatalaksanaannya sangat dibutuhkan keahlian. Misalnya dengan metode Perasat Heimlich adalah suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara total atau benda asing berukuran besar yang terletak dihipofaring. Prinsip mekanisme perasat Heimlich adalah dengan memberikan tekanan pada paru-paru. 4.2. Saran  Diharapkan mahasiswa paham tentang Obstruksi Saluran napas agar tidak salah dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.  Diharapkan sebagai mahasiswa mengerti cara mengatasi dari Obstruksi Saluran napas.
  • 47. DAFTAR PUSTAKA Somantri,Irman.2008.Askep Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.Jakarta : Salembah Medika. Doenges Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3 . Jakarta.:EGC Mansjoer Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. : Jakarta:FKUI Brunner & Suddarth.1997.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC Hinchliff,Sue.1999.Kamus Keperawatan Edisi 17.Jakarta : EGC cupu.web.id/category/kuliah/anatomi-dan-patofisiologi/ http//www.klikdoter.com/2006/ Dorlan W.A. Nawman. 2002. Kamus Kedokteran Darkin. Edisi 29. EGC : jakarta. Junadi Purnawan, dkk. 1982. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 2. FKUI : Jakarta. Ramli Ahmad, dkk. 2000. Kamus Kedokteran. Djambatan : Jakarta. Herawati, sri, dkk. 2003. Buku ajar Ilmu penyakit telinga hidung tenggorok untuk mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi. EGC : Jakarta Iskandar, Nurbaiti. 2006. Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok untuk perawat, edisi 2. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta