1. OLEH KELOMPOK III :
ADRIANUS PANDONG
AISYAH
IYAN TOMIA
IRMAWATI
NUZULYA RAHMADHANI
RUSDIN
SRI NALA
YOVITA SELA PARUBANG
YULIKE SARIMANELLA
S1 Keperawatan
STIKES GRAHA EDUKASI MAKASSAR
2014
2. KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena atas berkat dan pertolongan-Nya, kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini berisi tentang konsep medis dan konsep keperawatan dari
Sistem Endokrin. Makalah ini menjelaskan secara terperinci tentang
Hiperparatiroid dan hipoparatiroid.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini kedepan.
Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya kita selaku Mahasiswa Keperawatan.
Makassar, Maret 2014
Penyusun
3. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penderita dengan kelainan hormon paratiroid, tidak tampak jelas pada kehidupan
sehari-hari. Kebanyakan pasien dengan kelainan hormon paratiroid mengalami gangguan dari
metabolisme kalsium dan fosfat. Adapun penyakit yang disebabkan oleh kelainan hormon
paratiroid yakni hipoparatiroid dan hiperparatiroid. Penyebab kelainan hormon paratiroid
sendiri secara spesifik belum diketahui, namun penyebab yang biasa ditemukan yakni
hiperplasia paratiroid, adenoma soliter dan karsinoma paratiroid. Parathormon yang
meningkat menyebabkan resorpsi tulang, ekskresi ginjal menurun dan absorpsi kalsium oleh
usus meningkat. Pada keadaan ini dapat menyebabkan peningkatan sekresi kalsium sehingga
manifestasi klinis yang terjadi pada kerusakan pada area tulang dan ginjal.Prevalensi penyakit
hipoparatiroid di Indonesia jarang ditemukan. Kira-kira 100 kasus dalam.
Di Amerika Serikat sekitar 100.000 orang diketahui terkena penyakit hiperparatiroid
tiap tahun. Perbandingan wanita dan pria sekitar 2 banding 1. Pada wanita yang berumur 60
tahun keatas sekitar 2 dari 10.000 bisa terkena hiperparatiroidisme. Hiperparatiroidisme
primer merupakan salah satu dari 2 penyebab tersering hiperkalsemia; penyebab yang lain
adalah keganasan. Kelainan ini dapat terjadi pada semua usia tetapi yang tersering adalah
pada dekade ke-6 dan wanita lebih serinbg 3 kali dibandingkan laki-laki. Insidensnya
mencapai 1:500-1000. Bila timbul pada anak-anak harus dipikirkan kemungkinan
endokrinopati genetik seperti neoplasia endokrin multipel tipe I dan II.
Kelenjar paratiroid berfungsi mensekresi parathormon (PTH), senyawa yang
membantu memelihara keseimbangan dari kalsium dan phosphorus dalam tubuh. Oleh karena
itu yang terpenting hormon paratiroid penting sekali dalam pengaturan kadar kalsium dalam
tubuh sesorang. Dengan mengetahui fungsi dan komplikasi yang dapat terjadi pada kelainan
atau gangguan pada kelenjar paratiroid ini maka perawat dianjurkan untuk lebih peka dan
teliti dalam mengumpulkan data pengkajian awal dan menganalisa suatu respon tubuh pasien
terhadap penyakit, sehingga kelainan pada kelenjar paratiroid tidak semakin berat.
B. Tujuan
1. Memahami pengertian hiperparatiroid
4. 2. Dapat mengetahui klasifikasi hiperparatiroid
3. Mampu memahami etiologi hiperparatiroid
4. Memahami patofisiologi hiperparatiroid
5. Mampu memahami manifestasi klinik hiperparatiroid
6. Mampu memahami komplikasi hiperparatiroid
7. Mampu memahami pemeriksaan penunjang hiperparatiroid
8. Mampu memahami penatalaksanaan hiperparatiroid
9. Mampu memahami konsep dasar asuhan keperawatan hiperparatiroid.
5. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Medis Hiperparatiroid
a. Defenisi
Hiperparatiroidisme adalah berlebihnya produksi hormon paratiroid oleh kelenjar
paratiroid ditandai dengan dekalsifikasi tulang dan terbentuknya batu ginjal yang
mengandung kalsium. Hiperparatiroidisme dibagi menjadi 2, yaitu hiperparatiroidisme primer
dan sekunder. Hiperparatiroidisme primer terjadi dua atau tiga kali lebih sering pada wanita
daripada laki-laki dan pada pasien-pasien yang berusia 60-70 tahun. Sedangkan
hiperparatiroidisme sekunder disertai manifestasi yang sama dengan pasien gagal ginjal
kronis. Rakitisi ginjal akibat retensi fosfor akan meningkatkan stimulasi pada kelenjar
paratiroid dan meningkatkan sekresi hormon paratiroid. (Brunner & Suddath, 2001)
Hiperparatiroidisme adalah karakter penyakit yang disebabkan kelebihan sekresi
hormone paratiroid, hormon asam amino polipeptida. Sekresi hormon paratiroid diatur secara
langsung oleh konsentrasi cairan ion kalsium. Efek utama dari hormon paratiroid adalah
meningkatkan konsentrasi cairan kalsium dengan meningkatkan pelepasan kalsium dan fosfat
dari matriks tulang, meningkatkan penyerapan kalsium oleh ginjal, dan meningkatkan
produksi ginjal. Hormon paratiroid juga menyebabkan phosphaturia, jika kekurangan cairan
fosfat. hiperparatiroidisme biasanya terbagi menjadi primer, sekunder dan tersier. (Lawrence
Kim, MD,2005, section 2).
Klasifikasi
1. Hiperparatiroidisme primer (Primary hyperparathyroidism).
Kebanyakan orang yang menderita hiperparatiroidisme primer mempunyai konsentrasi
serum hormon paratiroid yang tinggi. Kira-kira 85% dari keseluruhan hiperparatiroid primer
disebabkan oleh adenoma tunggal. Sedangkan 15% lainnya melibatkan berbagai kelenjar
(contoh berbagai adenoma atau hiperplasia). Sedikit hiperparatiroidisme utama disebabkan
oleh paratiroid karsinoma.
2. Hiperparatiroidisme sekunder (Secondary hyperparathyroidisme)
Hiperparatiroidisme sekunder adalah produksi hormon paratiroid yang berlebihan kerana
rangsangan produksi yang tidak normal. Secara khusus, kelainan ini berkaitan dengan
kegagalan ginjal akut. Penyebab umum lainnya adalah disebabkan oleh kekurangan vitamin
D.
6. 3. Hiperparatiroidisme tersier (Tertiary hyperparathyroidisme)
Hiperparatiroidisme tersier adalah perkembangan dari hiperparatiroidisme sekunder yang
telah diderita lama. Penyakit hiperparatiroidisme tersier ini ditandai dengan perkembangan
hipersekresi hormon paratiroid dan ini akan menyebabkan peningkatan kalsium di dalam
darah yaitu hiperkalsemia(hypercalcemia).
b. Etiologi
Menurut Lawrence Kim, MD. 2005,etiologi hiperparatiroid yaitu:
1. Kira-kira 85% dari kasus hiperparatiroid primer disebabkan oleh adenoma tunggal.
2. Sedangkan 15% lainnya melibatkan berbagai kelenjar (contoh berbagai adenoma atau
hyperplasia).Biasanya herediter dan frekuensinya berhubungan dengan kelainan
endokrin lainnya.
3. Sedikit kasus hiperparatiroidisme utama disebabkan oleh paratiroid karsinoma.
Etiologi dari adenoma dan hyperplasia pada kebanyakan kasus tidak diketahui. Kasus
keluarga dapat terjadi baik sebagai bagian dari berbagai sindrom endrokin neoplasia,
syndrome hiperparatiroid tumor atau hiperparatiroidisme turunan. Familial
hypocalcuric dan hypercalcemia dan neonatal severe hyperparathyroidism juga
termasuk kedalam kategori ini.
4. Beberapa ahli bedah dan ahli patologis melaporkan bahwa pembesaran dari kelenjar
yang multiple umumnya jenis adenoma yang ganda. Pada ± 15 % pasien semua
kelenjar hiperfungsi; chief cell parathyroid hyperplasia.
c. Patofisiologi
Hiperparatiroidisme dapat bersifat primer (yaitu yang disebabkan oleh hiperplasia
atau neoplasma paratiroid) atau sekunder, dimana kasus biasanya berhubungan dengan gagal
ginjal kronis.
Pada 80% kasus, hiperparatiroidisme primer disebabkan oleh adenoma paratiroid
jinak; 18% kasus diakibatkan oleh hiperplasia kelenjar paratiroid: dan 2% kasus disebabkan
oleh karsinoma paratiroid (damjanov,1996). Normalnya terdapat empat kelenjar paratiroid.
Adenoma atau karsinoma paratiroid ditandai oleh pembesaran satu kelenjar, dengan kelenjar
lainnya tetap normal. Pada hiperplasia paratiroid, keempat kelenja membesar. Karena
diagnosa adenoma atau hiperplasia tidak dapat ditegakan preoperatif, jadi penting bagi ahli
bedah untuk meneliti keempat kelenjar tersebut. Jika teridentifikasi salah satu kelenjar
tersebut mengalami pembesaran adenomatosa, biasanya kelenjar tersebut diangkat dan
7. laninnya dibiarkan utuh. Jika ternyata keempat kelenjar tersebut mengalami pembesaran ahli
bedah akan mengangkat ketiga kelenjar dan meninggalkan satu kelenjar saja yang seharusnya
mencukupi untuk mempertahankan homeostasis kalsium-fosfat.
Hiperparatiroidisme ditandai oleh kelebihan PTH dalam sirkulasi. PTH terutama
bekerja pada tulang dan ginjal. Dalam tulang, PTH meningkatkan resorpsi kalsium dari limen
tubulus ginjal. Dengan demikian mengurangi eksresi kalsium dalam urine. PTH juga
meningkatkan bentuk vitamin D3 aktif dalam ginjal, yang selanjutnya memudahkan ambilan
kalsium dari makanan dalam usus. Sehingga hiperkalsemia dan hipofosatmia kompensatori
adalah abnormlitas biokimia yang dideteksi melalui analisis darah. Konsentrasi PTH serum
juga meningkat. ( Rumahorbor, Hotma,1999)
Pada saat kadar kalsium serum mendekati 12 mg/dL, tubular ginjal mereabsorpsi
kalsium secara berlebihan sehingga terjadi keadaan hiperkalsiuria. Hal ini dapat
meningkatkan insidens nefrolithiasis, yang mana dapt menimbulkan penurunan kreanini
klearens dan gagal ginjal. Peningkatan kadar kalsium ekstraselular dapat mengendap pada
jaringan halus. Rasa sakit timbul akibat kalsifikasi berbentuk nodul pada kulit, jaringan
subkutis, tendon (kalsifikasi tendonitis), dan kartilago (khondrokalsinosis). Vitamin D
memainkan peranan penting dalam metabolisme kalsium sebab dibutuhkan oleh PTH untuk
bekerja di target organ.
d. Manifestasi Klinik
Pasien mungkin tidak atau mengalami tanda-tanda dan gejala akibat terganggunya
beberapa sistem organ. Gejala apatis, keluhan mudah lelah, kelemahan otot, mual, muntah,
konstipasi, hipertensi dan aritmia jantung dapat terjadi; semua ini berkaitan dengan
peningkatan kadar kalsium dalam darah. Manifestasi psikologis dapat bervariasi mulai dari
emosi yang mudah tersinggung dan neurosis hingga keadaan psikosis yang disebabkan oleh
efek langsung kalsium pada otak serta sistem saraf. Peningkatan kadar kalsium akan
menurunkan potensial eksitasi jaringan saraf dan otot.
Gejala muskuloskeletal yang menyertai hiperparatiroidisme dapat terjadi akibat
demineralisasi tulang atau tumor tulang, yang muncul berupa sel-sel raksasa benigna akibat
pertumbuhan osteoklast yang berlebihan. Pasien dapat mengalami nyeri skeletal dan nyeri
tekan, khususnya di daerah punggung dan persendian; nyeri ketika menyangga tubuh; fraktur
patologik; deformitas; dan pemendekkan badan. Kehilangan tulang yang berkaitan dengan
hiperparatiroidisme merupakan faktor risiko terjadinya fraktur.
8. Insidens ulkus peptikum dan prankreatis meningkat pada hiperparatiroidisme dan
dapat menyebabkan terjadinya gejala gastroitestinal. (Brunner & Suddath, 2001)
e. Penatalaksanaan
Kausal: Tindakan bedah, ekstirpasi tumor.
Simptomatis: Hiperkalsemia ringan (12 mgr % atau 3 mmol / L) dan Hidrasi dengan
infuse
Sodium chloride per os
Dosis-dosis kecil diuretika (furosemide) Hiperkalsemia berat (> 15 mgr % atau 3,75
mmol / L):
Koreksi (rehidrasi) cepat per infuse
Forced diuresis dengan furosemide
Plicamycin (mitramcin) 25 ug / kg BB sebagai bolus atau infus perlahn-lahan (1-2
kali seminggu)
Fosfat secara intravena (kalau ada indikasi)
Dialysis peritoneal, kalau ada insufisiensi ginjal.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan
memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau
kelenjar tiroid.
Bebas T4 (tiroksin)
Bebas T3 (triiodotironin)
Kalsium serum meninggi
Fosfat serum rendah
Fosfatase alkali meninggi
Kalsium dan fosfat dalam urin bertambah
Rontgen.
f. Komplikasi
Peningkatan ekskresi kalsium dan fosfor
Dehidrasi
Batu ginja
Hiperkalsemia
9. Osteoklastik
Osteitis fibrosa cystica
g. Pencegahan
a. Minum banyak cairan, khususnya air putih. Meminum banyak cairan dapat mencegah
pembentukan batu ginjal.
b. Latihan. Ini salah satu cara terbaik untuk membentuk tulang kuatn dan memperlambat
pengraphan tulang.
c. Penuhi kebutuhan vitamin D. sebelum berusia 50 tahun, rekomendasi minimal
vitamin D yang harus dipenuhi setiap hari adalah 200 International Units (IU). Setelah
berusisa lebih dari 50 tahun, asupan vitamin D harus lebih tinggi, sekitar 400-800 IU
perhari.
d. Jangan merokok. Merokok dapat meningkatkan pengrapuhan tulang seiring
meningkatnya masalah kesehatan, termasuk kanker.
e. Waspada terhadap kondisi yang dapat meningkatkan kadar kalsium. Kondisi tertentu
seperti penykit gastrointestinal dapat menyebabkan kadar kalsium dalam darah
meningkat
h. Penyimpangan KDM
10. Konsep Keperawatan Hiperparatiroid
1. Pengkajian
Tidak tedapat manifestasi yang jelas tentang hiperparatiroid. Diperlukan riwayat
kesehatan yang lengkap dari klien untuk mencari apakah terdapat factor resiko.
Beberapa riwayat kesehatan yang dapat diperoleh dari pasien antara lain:
Data Subyektif
Data subyektif berikut diperoleh dari pasien :
Adanya ketidaknyamanan ( nyeri tulang ), lemah atau parestesia.
Pola eliminasi ( konstipasi, poliuria )
Penggunaan obat
Riwayat diet
Pengetahuan mengenai kondisi
Data obyektif
Data obyektif meliputi hal- hal berikut :
Status mental ( tanda- tanda perubahan perilaku )
Asupan dan keluaran setiap 8 jam
Berat badan tiap hari
Kelemahan otot –otot
Kadar elektrolit ( kalsium, fosfor )
Keadaan kulit, rambut, dan kuku
Klien mungkin menunjukkan perubahan psikologis seperti letargi, mengantuk, penurunan
memory, dan labilitas emosional, semua manifestasi yang tampak pada hiperkalsemia.
Pengkajian keperawatan yang rinci mencakup :
Riwayat kesehatan klien
Riwayat penyakit dalam keluarga
Keluhan utama antara lain :
Gangguan pencernaan seperti mual, muntah, anoreksia, obstipasi, dan
nyeri lambung yang akan disertai penurunan BB
Depresi
Nyeri tulang dan sendi
Riwayat trauma atau fraktur tulang
Riwayat radiasi daerah leher dan kepala
Pemeriksaan fisik yang mencakup
11. Obsevasi dan palpasi adanya deformitas tulang
Amati warna kulit apakah tampak pucat
Perubahan tingkat kesadaran
Bila kadar kalsium tetap tinggi, maka akan tampak tanda psikosis organic seperti
bingung bahkan koma dan bila tidak ditangani dapat menyebabkan kematian
Pemeriksaan Diagnostik
Karena keseimbangan metabolisme kalsium dan fosfor melibatkan berbagai system di
samping paratiriod ( skeletal, gastrointestinal, dan system urinarius ). Pada saat dilakukan
pemeriksaan fungsi paratiroid, maka pasien perlu menjalani diagnostik untuk sistem- sistem
tersebut. Hal ini perlu untuk menentukan apakah masalah metabolisme kalsium dan fosfor
disebabkan karena gangguan pada metabolisme paratiroid atau karena keadaan penyakit lain.
Selain itu, EEG dan EKG serta pemeriksaan konduksi syaraf juga dilakukan untuk
mendeteksi hipotonitas atau iritabilitas neuromuskuler.
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk menentukan kadar kalsium dalam plasma
yang merupakan pemeriksaan terpenting dalam menegakkan kondisi hiperparatiroid. Hasil
pemeriksaan pada hiperparatiroid primer akan ditemukan peningkatan kadar kalsium serum;
penurunan kadar serum anorganik, sedangkan kadar kalsium dan fosfat urine akan mengalami
peningkatan.
Pada pemeriksaan radiology, akan tampak penipisan tulang dan berbentuk kista dan
trabekula pada tulang.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin dijumpai pada kasus hiperparatiroid antara
lain:
1. Nyeri akut (00132) berhubungan dengan agen cedera fisik (penyakit)
2. Intoleransi aktivitas (00092) berhubungan dengan kelemahan otot
3. Kekurangan volume cairan (00027) berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif
4. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebuthan tubuh (00002)
berhubungan dengan anoreksia
3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan & KH Intervensi Rasional
1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1.Kaji secara 1.Dapat membantu
12. (00132)
Defenisi :
Pengalaman
sensori dan emosi
yang tidak
menyenangkan
akibat adanya
kerusakan
jaringan yang
aktual atau
potensial, atau
digambarkan
dengan istilah
seperti
(International
Association for
the Study of
Pain); awitan
yang tiba-tiba
atau perlahan
dengan intensitas
ringan sampai
berat dengan
akhir yang dapat
diantisipasi atau
dapat diramalkan
dan durasinya
kurang dari enam
bulan
Faktor yang
berhubungan :
agen cedera
fisik
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam nyeri
pada klien
berkurang/hilang
Kriteria Hasil :
Klien mengatakan nyeri
berkurang
Ekspresi wajah
tenang
komprehensif
tentang nyeri,
meliputi : lokasi,
karakteristik, dan
onset, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas /
beratnya nyeri,
dan factor- factor
predisposisi.
2. Anjurkan pasien
untuk melakukan
tindakan kenyamanan
yang efektif seperti :
distraksi, relaksasi,
atau kompres
hangat/dingin
Lakukan perubahan
posisi
Bantu pasien untuk
lebih berfokus pada
aktivitas, bukan pada
nyeri dan rasa tidak
nyaman dengan
melakukan pengalihan
melalui televisi, radio,
tape, dan interaksi
dngan pengunjung
3.Berikan informasi
tentang nyeri, seperti
penyebab nyeri,
berapa lama akan
berlangsung, dan
dalam menentukan
intervensi
selanjutnya
2.Bisa mengurangi
nyeri yang diderita
klien.
3.Agar klien dan
keluarga mengerti
dengan nyeri yang
dialami oleh klien
4.Pereda nyeri
13. (penyakit)
Batasan
karakteristik :
Mengungkapk
an secara
verbal atau
melaporkan
nyeri
Wajah topeng
(nyeri)
antisipasi
ketidaknyamanan
akibat prosedur.
4.Kolaborasi :
berikan obat anti
nyeri (analgetik)
yang efektif
pada pasien
untuk
mengurangi
sensasi nyeri
dari dalam.
2. Intoleransi
aktivitas
(00092)
Defenisi :
Ketidakcukup
an energi
fisiologis atau
psikologis
untuk
melanjutkan
atau
menyelesaika
n aktivitas
sehari-hari
yang ingin
atau harus
dilakukan
Faktor yang
berhubungan :
Kelemahan
otot
Batasan
karakteristik :
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
3x24 jam, pasien
dapat melakukan
aktivitas dengan
normal
Kriteria hasil :
Saturasi oksigen dalam
batas normal
TD dalam batas normal
saat beraktivitas
Rata- rata respirasi
dalam batas normal
saat beraktivitas
Melaporkan adanya
kekuatan otot
Mampu memenuhi
kebutuhan sehari-
hari
1. kaji respons
emosi, sosial, dan
spiritual terhadap
aktivitas
2. bantu pasien
untuk
mengidentifikasi
pilihan aktivitas
3. ajarkan tentang
pengaturan
aktivitas dan
teknik manajemen
waktu
4.kolaborasikan
dengan ahli terapi
fisik
1.untuk
mengetahui
perkembangan
pasien
2.Memudahkan
pasien untuk
beraktivitas
3. untuk
mencegah
kelelahan
4.untuk latihan
ketahanan
14. Melaporkan
keletihan atau
kelemahan
3. Kekurangan
volume cairan
(00027)
Defenisi :
Penurunan
cairan
intravaskuler,
interstisial,
atau intrasel.
Diagnosis ini
merujuk pada
dehidrasi yang
merupakan
kehilangan
cairan saja
tanpa
perubahan
kadar natrium
Faktor yang
berhubungan :
Kehilangan
volume cairan
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
3x24 jam
diharapkan
kebutuhan cairan
dapat terpenuhi
Kriteria hasil :
Kulit dan membran
mukosa lembab
1.pantau status
hidrasi (
kelembapan
membran mukosa,
keadekuatan nadi)
2.tingkatkan
asupan oral
(berikan cairan
diantara waktu
makan)
3. anjurkan pasien
untuk
menginformasikan
perawat bila haus
4. kolaborasi :
berikan terapi IV
1. Mengetahui
perkembangan
pasien setelah
dilakukan
perawatan
2. untuk
menambah
cairan yang
hilang
3.untuk
memenuhi
asupan cairan
pasien
4.Untuk
memenuhi
asupan cairan
pasien
15. aktif
Batasan
karakteristik :
Kulit dan
membran
mukosa
kurang
4. Ketidakseimb
angan nutrisi :
kurang dari
kebutuhan
tubuh (00002)
Defenisi :
Asupan nutrisi
tidak
mencukupi
untuk
memenuhi
kebutuhan
metaboik
Faktor yang
berhubungan :
Anoreksia
Mual dan
muntah
Batasan
karakteristik :
Penurunan BB
Nyeri
abdomen
karena
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
3x24 jam
diharapkan nutrisi
klien terpenuhi
Kriteria hasil :
Adanya
peningkatan BB
sesuai dengan
tujuan
Tidak ada tanda –
tanda malnutrisi
tidak adanya
penurunan BB yang
berarti
1.Pantau
kandungan nutrisi
dan kalori
2. berikan pasien
minuman dan
kudapan bergizi,
tinggi protein,
tinggi kalori yang
siap dikonsumsi
3. instruksikan ke
pasien agar
menarik napas
dalam, perlahan
dan menelan
secara sadar 4.
berikan obat
antiemetik
1. memenuhi
kandungan
nutrisi dan
kalori yang
seimbang
2. agar nutrisi
terpenuhi
dengan baik
3. untuk
mengurangi
mual dan
muntah
4. mengurangi
mual muntah
16. penyakit
Membran
mukosa pucat
4. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang ada
5. Evaluasi
1. Nyeri akut (00132) berhubungan dengan agen cedera fisik (penyakit)
Klien mengatakan nyeri berkurang
Ekspresi wajah tenang
2. Intoleransi aktivitas (00092) berhubungan dengan kelemahan otot
Saturasi oksigen dalam batas normal
TD dalam batas normal saat beraktivitas
Rata- rata respirasi dalam batas normal saat beraktivitas
Melaporkan adanya kekuatan otot
Mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari
3. Kekurangan volume cairan (00027) berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
Kulit dan membran mukosa lembab
4. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebuthan tubuh (00002) berhubungan
dengan anoreksia
Adanya peningkatan BB sesuai dengan tujuan
Tidak ada tanda –tanda malnutrisi tidak adanya penurunan BB yang berarti
17. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penderita dengan kelainan hormon paratiroid, tidak tampak jelas pada kehidupan
sehari-hari. Kebanyakan pasien dengan kelainan hormon paratiroid mengalami gangguan dari
metabolisme kalsium dan fosfat. Adapun penyakit yang disebabkan oleh kelainan hormon
paratiroid yakni hipoparatiroid dan hiperparatiroid. Penyebab kelainan hormon paratiroid
sendiri secara spesifik belum diketahui, namun penyebab yang biasa ditemukan yakni
hiperplasia paratiroid, adenoma soliter dan karsinoma paratiroid.
Parathormon yang meningkat menyebabkan resorpsi tulang, ekskresi ginjal menurun
dan absorpsi kalsium oleh usus meningkat. Pada keadaan ini dapat menyebabkan peningkatan
sekresi kalsium sehingga manifestasi klinis yang terjadi pada kerusakan pada area tulang dan
ginjal.
Prevalensi penyakit hipoparatiroid di Indonesia jarang ditemukan. Kira-kira 100 kasus
dalam setahun yang dapat diketahui, sedangkan di negara maju seperti Amerika Serikat
penderita penyakit hipoparatiroid lebih banyak ditemukan, kurang lebih 1000 kasus dalam
setahun. Pada Wanita mempunyai resiko untuk terkena hipoparatiroidisme lebih besar dari
pria. Prevalensi penyakit hiperparatiroid di Indonesia kurang lebih 1000 orang tiap tahunnya.
Wanita yang berumur 50 tahun keatas mempunyai resiko yang lebih besar 2 kali dari pria. Di
Amerika Serikat sekitar 100.000 orang diketahui terkena penyakit hiperparatiroid tiap tahun.
Perbandingan wanita dan pria sekitar 2 banding 1. Pada wanita yang berumur 60 tahun keatas
sekitar 2 dari 10.000 bisa terkena hiperparatiroidisme. Hiperparatiroidisme primer merupakan
salah satu dari 2 penyebab tersering hiperkalsemia; penyebab yang lain adalah keganasan.
Kelainan ini dapat terjadi pada semua usia tetapi yang tersering adalah pada dekade ke-6 dan
wanita lebih sering 3 kali dibandingkan laki-laki. Insidensnya mencapai 1:500-1000. Bila
timbul pada anak-anak harus dipikirkan kemungkinan endokrinopati genetik seperti neoplasia
endokrin multipel tipe I dan II Kelenjar paratiroid berfungsi mensekresi parathormon (PTH),
senyawa yang membantu memelihara keseimbangan dari kalsium dan phosphorus dalam
tubuh. Oleh karena itu yang terpenting hormon paratiroid penting sekali dalam pengaturan
kadar kalsium dalam tubuh seseorang.
Dengan mengetahui fungsi dan komplikasi yang dapat terjadi pada kelainan atau
gangguan pada kelenjar paratiroid ini maka perawat dianjurkan untuk lebih peka dan teliti
18. dalam mengumpulkan data pengkajian awal dan menganalisa suatu respon tubuh pasien
terhadap penyakit, sehingga kelainan pada kelenjar paratiroid tidak semakin berat.
B. Tujuan
1. Dapat menjelaskan anatomi kelenjar hipoparatiroid
2. Dapat menjelaskan fisiolohis kelenjar paratiroid
3. Dapat menjelaskan definisi hipoparatiroid
4. Dapat menjelaskan etiologi dari hipoparatiroid
5. Dapat menjelaskan patofisiologi dari hipoparatiroid
6. Dapat menjelaskan manifestasi klinis dari hipoparatiroid
7. Dapat menjelaskan klasifikasi dari hipoparatiroid
8. Dapat menjelaskan pemeriksaan-pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada
klien hipoparatiroid
9. Dapat menjelaskan penatalaksaan medis pada klien hipoparatiroid
10. Dapat menjelaskan komplikasi dari hipoparatiroid
11. Dapat menjelaskan asuhan keperawatan pada klien hipoparatiroid
19. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep medis hipoparatiroid
a. Defenisi
i. Hipoparatiroid adalah defisiensi kelenjar paratiroid dengan tetani sebagai gejala utama
(Haznam).
ii. Hipoparatiroid adalah hipofungsi kelenjar paratiroid sehingga tidak dapat mensekresi
hormon paratiroid dalam jumlah yang cukup. (Guyton).
iii. Hipoparatiroidisme adalah kondisi dimana tubuh tidak membuat cukup hormon
paratiroid atau parathyroid hormone (PTH).
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hipoparatiroid hipofungsi dari
kelenjar paratiroid sehingga hormon paratiroid tidak dapat disekresi dalam jumlah yang
cukup, dengan gejala utamanya yaitu tetani.
Hipoparatiroid terjadi akibat hipofungsi paratiroid atau kehilangan fungsi kelenjar
paratiroid sehingga menyebabkan gangguan metabolisme kalsium dan fosfor; serum kalsium
menurun (bisa sampai 5 mg %), serum fosfor meninggi (9,5-12,5 mg%). Keadaan ini jarang
sekali ditemukan dan umumnya sering disebabkan oleh kerusakan atau pengangkatan
kelenjar paratiroid pada saat operasi paratiroid atau tiroid, dan yang lebih jarang lagi ialah
tidak adanya kelenjar paratiroid (secara congenital).
b. Etiologi
Hypoparatiroidisme dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
a. Sekresi hormone paratiroid yang kurang adekuat akibat suplai darah terganggu.
hypofungsi paratiroid atau kehilangan fungsi kelenjar paratiroid. Hal ini
merupakan penyebab hypoparatiroidisme yang paling sering ditemukan.
b. Komplikasi pembedahan pada jaringan kelenjar paratiroid diangkat pada saat
dilakukan tiroidektomi, paratiroidektomi, atau diseksi radikal leher.
c. Radiasi atas kelenjar tiroid
d. Gangguan autoimun genetik
e. Cedera leher
f. Hemoksomatosis
20. c. Patofisiologi
Gejala hipoparatiroidisme disebabkan oleh defisiensi parathormon yang
mengakibatkan kenaikan kadar fosfat darah (hiperfosfatemia) dan penurunan konsentrasi
kalsium darah (hipokalsemia). Tanpa adanya parathormon akan terjadi penurunan absorpsi
intestinal kalsium dari makanan dan penurunan resorpsi kalsium dari tulang dan di sepanjang
tubulus renalis. Penurunan eksresi fosfat melalui ginjal menyebabkan hipofosfaturia dan
kadar kalsium serum yang rendah mengakibatkan hipokalsiuria.
Skema:
Defisiensi parathormon
Kenaikan kadar fosfat (hyperfosfatemia) dan
penurunan konsentrasi kalsium darah (hipokalsemia)
Penurunan absorpsi intestinal kalsium dari makanan
Penurunan resorpsi kalsium dari tulang dan sepanjang tubulus renalis
Penurunan ekskresi fosfat
Hypoparatiroidisme
d. Manifestasi klinik
Hipokalsemia menyebabkan iritabilitas sistem neuromuscular dan turut menimbulkan gejala
utama hypoparatiroidisme yang berupa tetanus.
Tetanus merupakan hipertonia otot menyeluruh dengan disertai:
Tremor
Konstriksi spasmodic/ tak ter koordinasi yang terjadi dengan atau tanpa upaya
untuk melakukan gerakan volunteer
1. Pada Tetanus Laten
a. Gejala patirasa
b. Kesemutan dan kram pada ekstremitas dengan keluhan perasaaan kaku pada kedua belah
tangan serta kaki. Pada tetanus laten, ditunjukkan oleh tanda Trousseau atau tanda Chvostek
yang positif.
21. Tanda trousseau dianggap positif apabila terjadi spasme karpopedal yang ditimbulkan
akibat penyumbatan aliran darah ke lengan selama 3 menit dengan manset tensimeter.
Tanda chvostek menunjukkan hasil positif apabila pengetukan yang dilakukan secara
tiba-tiba di daerah nervus fasialis tepat di depan kelenjar parotis dan di sebelah
anterior telinga menyebabkan spasme atau gerakan kedutan di mulut, hidung, dan
mata
2. Pada Tetanus yang Nyata (Overt):
a. Bronkospasme
b. Spasme laring
c. Spasme karpopedal (fleksi sendi siku serta pergelangan tangan dan ekstensi sensi
karpofalangeal)
d. Disfagia
e. Fotofobia
f. Aritmia jantung
g. Kejang
h. Ansietas
i. Iritabilitas
j. Depresi, kemunduran mental, psikosis
k. Kulit bersisik dan kuku patah
e. Penatalaksanaan
Tujuan terapi adalah untuk menaikkan kadar kalsium serum sampai 9 hingga 10 mg/dl (2,2
hingga ,5 mmol/L) dan menghilangkan gejala hypoparatiridisme serta hipokalsemia
1. Apabila terjadi hipokalsemia dan tetanus pascatiroidektomi, terapi yang harus diberikan
adalah pemberian kalsium glukonas intravena. Jika terapi ini tidak segera menurunkan
iritabilitas neuromuscular dan serangan kejang, preparat sedative, seperti pentobarbital dapat
diberikan.
2. Pemberian preparat parathormon parenteral dapat dilakukan untuk mengatasi
hipoparatiroidisme akut disertai tetanus. Namun demikian, akibat tingginya insidens reaksi
alergi pada penyuntikan parathormon, maka penggunaaan preparat ini dibatasi hanya pada
pasien hipokalsemia akut. Pasien yang mendapatkan parathormon memerlukan pemantauan
akan adanya perubahan kadar kalsium serum dan reaksi alergi.
22. 3. Preparat vitamin D dengan dosis yang bervariasi biasanya diperlukan dan akan
meningkatkan absorpsi kalsium dari traktus gastrointestinal.
a. Dihidrotakiserol (AT 10 atau Hytakerol)
b. Ergokal siferol (vitamin D2)
c. Kolekalsiferol (vitamin D3)
4. Trakeostomi atau ventilasi mekanis mungkin dibutuhkan bersama dengan obatobat
bronkodilator jika pasien mengalami gangguan pernapasan.
5. Diet tinggi kalsium rendah fosfor
Meskipun susu, produk susu dan kuning telur merupakan makanan yang tinggi
kalsium, jenis makanan ini harus dibatasi karena kandungan fosfornya tinggi.
Bayam juga perlu dihindari karena mengandung oksalat yang akan membentuk garam
kalsium yang tidak larut.
Tablet oral garam kalsium, seperti kalsium glukonat,dapat diberikan suplemen dalam
diet.
Gel alumunium hidroksida atau alumunium karbonat (gelusil, amphojel) diberikan
sesudah makan untuk mengikat fosfat dan meningkatkan ekskresi lewat traktus
gastrointestinal.
6. Pengaturan lingkungan yang bebas dari suara bising, hembusan angin yang tiba-tiba,
cahaya yang terang atau gerakan yang mendadak. Adanya iritabilitas neuromuskuler,
penderita hipokalsemia sangat memerlukan lingkungan tersebut.
f. Komplikasi
1. Hipokalsemia
Keadaan klinis yang disebabkan oleh kadar kalsium serum kurang dari 9 mg/100ml.
Kedaan ini mungkin disebabkan oleh terangkatnya kelenjar paratiroid waktu
pembedahan atau sebagai akibat destruksi autoimun dari kelenjar-kelenjar tersebut.
2. Insufisiensi ginjal kronik
Pada keadaan ini kalsium serum rendah, fosfor serum sangat tinggi, karena retensi
dari fosfor dan ureum kreatinin darah meninggi. Hal ini disebabkan tidak adanya kerja
hormon paratiroid yang diakibatkan oleh keadaan seperti diatas (etiologi).
23. g. Penyimpangan KDM
Defisiensi Parathormon
↓
Peningkatan kadar fosfat darah
& penurunan konsentrasi Ca darah
↓
Iritabilitas sistem neuromuskuler
↓
Tetanus kejang
Resiko cedera
Laten Nyata
Ekstremitas kaku Bronkospasme Disfagia
Intoleransi aktivitas Gangguan Pola gangguan pola
Napas nutrisi
24. Konsep keperawatan Hipoparatiroid
1. Pengkajian
Kaji dengan cermat klien yang berisiko untuk mengalami hypoparatiroidisme akut, seperti
pada klien pascatireidektomi, terhadap terjadinya hipokalsemia.tanyakan tentang adanya
manifestasi bekas atau semutan di sekitar mulut atau ujung jari tangan atau jari kaki.
Periksa terhadap tanda chvosteks atau trousseaus positif
Mengkaji manifestasi distress pernafasan sekunder terhadap laringospasme
Perubahan fisik nyata seperti kulit dan rambut kering
Kaji terhadap sindrom Parkinson atau adanya katarak
1. Riwayat penyakit
sejak kapan klien menderita penyakit
apakah ada anggota keluarga yang berpenyakit sama
apakah klien pernah mangalami tindakan operasi khususnya pengangkatan
kelenjar paratiroid atau kelenjar tiroid
apakah ada riwayat penyinaran leher
2. Keluhan utama, meliputi:
kelainan bentuk tulang
perdarahan yang sulit berhenti
kejang-kejang, kesemutan dan lemah
3. Pemeriksaan fisik, mencakup:
kelainan bentuk tulang
tetani
tanda trosseaus dan chovsteks
pernapasan berbunyi (stridor)
rambut jarang dan tipis; pertumbuhan kuku buruk,deformitas dan
mudah patah; kulit kering dan kasar
Pemeriksaan Penunjang
1. Sample darah dan urine
Untuk pemeriksaan kadar kalsium serum
Kadar kalsium serum berkisar dari 5-6 mg/dl (1, hingga 1,5 mmol/L) atau
lebih rendah lagi, kadar fosfat dalam serum meningkat.
2. EKG
25. 3. Sinar X dari tulang untuk mendeteksi peningkatan densitas tulang.
Hasil pemeriksaan sinar X tulang akan memperlihatkan peningkatan densitas.
Klasifikasi akan terlihat pada foto roentgen yang dilakukan terhadap jaringan
subkutan atau basal ganglia otak.
1. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas (00032) b.d. keletihan otot pernapasan
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
b.d.ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrien.
3. Intoleransi aktivitas (00092) b.d. kekakuan ekstremitas, imobilitas
4. Resiko cedera (00035) b.d. kejang
2. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan & KH Intervensi Rasional
1. Ketidakefektifan pola
napas (00032)
Defenisi :
Inspirasi dan/atau
ekspirasi yang tidak
memberi ventilasi yang
adekuat
Faktor yang
berhubungan :
keletihan otot
pernapasan
Batasan karakteristik :
Pernapasan berbunyi
(stridor)
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x24 jam,
diharapkan Pola
napas kembali
normal dan efektif
Kriteria hasil :
a. Kekuatan
kontraksi otot
b. Irama otot
c. Massa otot
d. Kecepatan
bergerak
e. Kontrol
pergerakan
1. Pantau kecepatan,
irama, kedalaman dan
upaya pernapasan
Auskultasi suara napas
2. Bimbing pasien
menggunakan teknik
pernapasan bibir
mencucu dan
pernapasan terkontrol
Atur posisi pasien untuk
mengoptimalkan
pernapasan
3. Informasikan kepada
pasien dan keluarga
bahwa tidak boleh
merokok didalam
ruangan
4. kolaborasi : berikan
obat (bronkodilator)
1.untuk mengetahui
penurunan/tidak
adanya ventilasi
dan adanya suara
napas tambahan
2. agar pernapasan
pasien terkontrol
dan optimal
3.untuk
mengoptimalkan
oksigen dalam
ruangan
4. untuk
melebaarkan jalan
26. napas
2. Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh
(00002)
Defenisi :
Asupan nutrisi tidak
mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan
metabolik
Faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
untuk mengabsorpsi
nutrien
Batasan karakteristik :
rambut jarang dan tipis
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x24 jam,
diharapkan
Kebutuhan nutrisi
terpenuhi
Kriteria hasil
a. Laporkan nutrisi
adekuat
b. Masukan
makanan dan
cairan adekuat
c. Energi adekuat
d. Massa tubuh
normal
e. Ukuran biokimia
normal
1. Pantau kandungan
nutrisi dan kalori pada
catatan asupan
Ketahui makanan
kesukaan pasien
2. berikan pasien
minuman dan kudapan
bergizi, tinggi protein,
tinggi kalori yang siap
dikonsumsi
3. berikan informasi
yang tepat tentang
kebutuhan nutrisi dan
bagaimana
memenuhinya.
4. Kolaborasi: Tentukan
makanan yang tepat
sebagai program
diet
1.untuk mengetahui
kandungan nutrisi
dalam perawatan
2. untuk memenuhi
nutrisi klien
3.agar
pasien/keluarga
mengerti dengan
kebutuhan nutrisi
pasien
4.untuk
mendukung proses
perawatan
3. Intoleransi aktivitas
(00092)
Defenisi :
Ketidakcukupan energi
fisiologis atau
psikologis untuk
melanjutkan atau
menyelesaikan
aktivitas sehari-hari
yang ingin atau harus
dilakukan
Faktor yang
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x24 jam,
diharapkan
Aktivitas (ADL)
kembali normal
Kriteria hasil
a. Makan
b. Memakai
pakaian
c. Mandi
1. Pantau respons
emosi, fisik, social, dan
spiritual dalam
aktivitas.
2. Bantu memilih
aktivitas yang sesuai
dengan
Kemampuannya
3. ajarkan tentang
pengaturan aktivitas dan
teknik manajemen
waktu
1.untuk mengetahui
respons klien
terhadap aktivitas
2.untuk
menghindari
kelelahan
3.untuk
menghindari
kelelahan
27. berhubungan :
kekakuan ekstremitas,
imobilitas
Batasan karakteristik :
Ketidaknyamanan atau
dispnea saat
beraktivitas
Melaporkan keletihan
atau kelemahan
d. Jalan
e. Duduk
4. kolaborasi dengan
ahli terapi fisik
4. untuk latihan
ketahanan
4. Resiko cedera (00035)
Defenisi :
Berisiko mengalami
cedera sebagai akibat
dari kondisi
lingkungan yang
berinteraksi dengan
sumber-sumber adaptif
dan pertahanan
individu
Faktor risiko :
kejang
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x24 jam,
diharapkan Resiko
cedera terkontrol
dan berkurang
Kriteria hasil
a. Mengetahui
resiko
b. Memonitor
faktor resiko
lingkungan
c. Memonitor
faktor resiko
perilaku individu
d.
Mengembangkan
strategi kontrol
resiko yang
efektif
e. Memonitor
perubahan status
kesehatan
1. Pantau lingkungan
dan manipulasi
lingkungan fisik
2. Awasi pasien
terhadap tindakan yang
Membahayakan
3. berikan materi edukai
yang berhubungan
dengan strategi dan
tindakan
4. kolaborasi : rujuk ke
kelas pendidikan dalam
komunitas
1.untuk
memfasilitasi
keamanan pasien
2.untuk
menghindari cedera
3.untuk
menghindari cedera
4.untuk
mendukung
perawatan
28. 3. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang ada
4. Evaluasi
1. Ketidakefektifan pola napas (00032) b.d. keletihan otot pernapasan
a. Kekuatan kontraksi otot
b. Irama otot
c. Massa otot
d. Kecepatan bergerak
e. Kontrol pergerakan
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh (00002) b.d.
Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrien.
a. Laporkan nutrisi adekuat
b. Masukan makanan dan cairan adekuat
c. Energi adekuat
d. Massa tubuh normal
e. Ukuran biokimia normal
3. Intoleransi aktivitas (00092) b.d. kekakuan ekstremitas, imobilitas
a. Makan
b. Memakai pakaian
c. Mandi
d. Jalan
e. Duduk
4. Resiko cedera (00035) b.d. kejang
a. Mengetahui resiko
b. Memonitor faktor resiko lingkungan
c. Memonitor faktor resiko perilaku individu
d. Mengembangkan strategi kontrol resiko yang
efektif
e. Memonitor perubahan status kesehatan
29. BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Hypoparatiroidisme adalah penurunan produksi hormone oleh kelenjar paratiroid,
menyebabkan kadar kalsium dalam darah rendah. Hipokalsemia menyebabkan eksitabilitas
neuromuskular dan kontraksi muscular. Risiko terjadinya hypoparatiroidisme meningkat
apabila terdapat infeksi, kehamilan, serta penggunaan obat diuretik. Gejala utama
hypoparatiroidisme yaitu berupa tetanus yang disertai dengan tremor dan konstriksi
spasmodic/ tak terkoordinasi yang terjadi dengan atau tanpa upaya untuk melakukan gerakan
volunter. Pemeriksaan yang dapat digunakan untuk mengetahui terjadinya
hypoparatiroidisme yaitu pemeriksaan darah, urine, EKG, dan sinar-X
b. Saran
Setiap pasien hipoparatiroid dianjurkan untuk selalu menjaga kondisi tubuhnya yaitu
dengan diet tinggi kalsium rendah fosfor secara teratur.
Perhatikan jenis makanan dan minuman yang dapat dikonsumsi dan jika perlu
dikusikan dengan ahlinya.
Monitor selalu tingkat kesehatan dengan pergi ke pelayanan kesehatan
30. Daftar Pustaka
Alvian, 2011, Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan, diakses pada tanggal 4 Maret
2014
(http://google.com)
Ramadhan, 2012, Askep hipoparatiroid, diakses pada tanggal 4 Maret 2014
(http://supariant.blogspot.com/2012/01/askep-hipo-paratiroid.html)
Izza,2012, Askep hipoparatiroid,diaksespadatanggal 4 Maret 2014
(http://izzh4.blogspot.com/2012/12/askep-hipoparatiroid.html)
Fauan, 2011, Asuhan keperawatan hiperparatiroid, diakses pada 4 Maret 2014
(file:///D:/materi%20kuliah/semester%20IV/kelompok%203/data%20hiperparatiroid/Hiperparatiroi
disme%20%20%20Kumpulan%20Asuhan%20Keperawatan.htm)
Lissa,2012, Askep hiperparatiroid,diaksespada4 Maret 2014
(file:///D:/materi%20kuliah/semester%20IV/kelompok%203/data%20hiperparatiroid/Sw33t%20me
mory%20%20ASKEP%20Hiperparatiroid.htm)