2. DIABETES MELLITUS
DEFINISI
• Diabetes Mellitus ( DM ) adalah penyakit metabolik
yang kebanyakan herediter, tanda – tanda
hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau
tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik,
sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di
dalam tubuh, gangguan primer terletak pada
metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga
gangguan metabolisme lemak dan protein.
3. ETIOLOGI
• DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana
berbagai lesi dapat menyebabkan insufisiensi
insulin, tetapi determinan genetik biasanya
memegang peranan penting pada mayoritas DM.
4. Faktor lain yang dianggap sebagai
kemungkinan etiologi DM yaitu :
• Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya
sel beta sampai kegagalan sel beta melepas insulin.
• Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel
beta, antara lain agen yang dapat menimbulkan
infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan
gula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan
kehamilan.
• Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat
dilakukan oleh autoimunitas yang disertai
pembentukan sel – sel antibodi antipankreatik dan
mengakibatkan kerusakan sel - sel penyekresi
insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta
oleh virus.
• Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi
gangguan kepekaan jaringan terhadap insulin akibat
kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada
membran sel yang responsir terhadap insulin.
5. TIPE DM
Klasifikasi diabetes mellitus American Diabet Association (1997) sesuai anjuran
PERKENI (Perkumpulan Endrokonologi Indonesia) :
1.
2.
Diabetes tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) / Diabetes Mellitus
Tergantung Insulin (DMTI)).
Disebabkan oleh distruksi sel Beta pulau langerhans akibat proses auto imun dan
idiopatik.
Diabetes tipe 2 (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) / Diabetes
Melitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI).
Disebabkan kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin. Resistensi Insulin
adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa
oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta
tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi
defisiensi insulin, ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin
pada rangsangan glukosa maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan
perangsang sekresi insulin lain, berarti sel beta pankreas mengalami desentisisasi
terhadap glukosa.
6. 3. Diabetes Tipe Lain
Defek genetic fungsi sel beta :
- Maturity Onset Diabetes of the young (MODY) 1,2.
- DNA mitokondria
Defek genetik kerja insulin.
Penyakit eksokrin pancreas
- Pancreatitis
- Tumor / Pankreatektomi
- Pankreatopati fibrokalkulus
4. Diabetes Melitus Gestasional (DMG).
7. PATOFISIOLOGI
• Pasien – pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat
mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi
sesudah makan.
• Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi ambang ginjal normal
( konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml ), akan timbul
glikosuria karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali
semua glukosa.
• Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan
poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat.
• Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi.
8. Cont..
• Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan
mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan
menurun serta cenderung terjadi polifagi
• Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi
sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang
disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh
dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.
• Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis,
penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf
perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.
9. ASUHAN KEPERAWATAN
• Proses keperawatan terdiri dari lima tahapan,
yaitu :
- pengkajian
- diagnosa keperawatan
- perencanaan
- pelaksanaan
- evaluasi
11. A. Pengumpulan Data
Anamnese
Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan,
suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah
sakit dan diagnosa medis.
Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah,
rasa raba yang menurun, adanya luka yang tidak
sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada
luka.
12. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab
terjadinya luka serta upaya yang telah dilakukan oleh
penderita untuk mengatasinya.
Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit
lain yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin
misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit
jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan
medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang
biasa digunakan oleh penderita.
13. Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu
anggota keluarga yang juga menderita DM atau
penyakit keturunan yang dapat menyebabkan
terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan
emosi yang dialami penderita sehubungan dengan
penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap
penyakit penderita.
14. Pemeriksaan Fisik
• Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara,
tinggi badan, berat badan dan tanda – tanda vital.
• Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah
pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang
berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah
sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi
mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah,
apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata
keruh.
15. • Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna
kehitaman bekas luka, kelembaban dan shu kulit
di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan
pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
• Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.
Pada penderita DM mudah terjadi infeksi.
16. • Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia,
kardiomegalis.
• Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar
abdomen, obesitas.
• Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit
saat berkemih.
17. • Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot,
perubahn tinggi badan, cepat lelah, lemah dan
nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
• Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, paresthesia,
letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau
mental, disorientasi.
19. Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada
pasien gangren kaki diabetik adalah sebagai berikut :
• Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan
dengan iskemik jaringan.
• Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan
rasa nyeri pada luka.
• Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
makanan yang kurang.
• Gangguan gambaran diri berhubungan dengan
perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.
• Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa
nyeri pada luka di kaki.
21. Ganguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan
dengan iskemik jaringan
• Tujuan : rasa nyeri hilang/berkurang
• Kriteria hasil :
– Penderita secara verbal mengatakan nyeri
berkurang
– Penderita dapat melakukan metode atau tindakan
untuk mengatasi atau mengurangi nyeri .
22. RENCANA TINDAKAN
RASIONAL
Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang Untuk mengetahui berapa berat nyeri yang
dialami pasien.
dialami pasien.
Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab
timbulnya nyeri.
Pemahaman pasien tentang penyebab nyeri
yang terjadi akan mengurangi ketegangan
pasien dan memudahkan pasien untuk
diajak bekerjasama dalam melakukan
tindakan.
Ciptakan lingkungan yang tenang
Rangasangan yang berlebihan dari
lingkungan akan memperberat rasa nyeri.
Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
Teknik distraksi dan relaksasi dapat
mengurangi rasa nyeri yang dirasakan
pasien.
Atur posisi pasien senyaman mungkin
sesuai keinginan pasien.
Posisi yang nyaman akan membantu
memberikan kesempatan pada otot untuk
relaksasi seoptimal mungkin.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
analgesik.
Obat –obat analgesik dapat membantu
mengurangi nyeri pasien.
23. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan
dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
• Tujuan : Pasien dapat mencapai tingkat
kemampuan aktivitas yang optimal.
• Kriteria Hasil :
– Pergerakan pasien bertambah luas
– Pasien dapat melaksanakan aktivitas sesuai
dengan kemampuan ( duduk, berdiri, berjalan )
– Rasa nyeri berkurang
– Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara
bertahap sesuai dengan kemampuan.
24. RENCANA TINDAKAN
RASIONAL
Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot
pada kaki pasien.
Untuk mengetahui derajat kekuatan otototot kaki pasien.
Beri penjelasan tentang pentingnya
melakukan aktivitas untuk menjaga kadar
gula darah dalam keadaan normal.
Pasien mengerti pentingnya aktivitas
sehingga dapat kooperatif dalam tindakan
keperawatan.
Anjurkan pasien untuk
menggerakkan/mengangkat ekstrimitas
bawah sesui kemampuan.
Untuk melatih otot – otot kaki sehingg
berfungsi dengan baik.
Bantu pasien dalam memenuhi
kebutuhannya.
Agar kebutuhan pasien tetap dapat
terpenuhi.
Kerja sama dengan tim kesehatan lain :
dokter ( pemberian analgesik ) dan tenaga
fisioterapi.
Analgesik dapat membantu mengurangi
rasa nyeri, fisioterapi untuk melatih pasien
melakukan aktivitas secara bertahap dan
benar.
25. Gangguan pemenuhan nutrisi ( kurang dari ) kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake makanan yang kurang.
• Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
• Kriteria hasil :
– Berat badan dan tinggi badan ideal.
– Pasien mematuhi dietnya.
– Kadar gula darah dalam batas normal.
– Tidak ada tanda-tanda
hiperglikemia/hipoglikemia.
26. RENCANA TINDAKAN
RASIONAL
Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.
Untuk mengetahui tentang keadaan dan
kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat
diberikan tindakan dan pengaturan diet
yang adekuat.
Anjurkan pasien untuk mematuhi diet
yang telah diprogramkan.
Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah
komplikasi terjadinya
hipoglikemia/hiperglikemia.
Timbang berat badan setiap seminggu
sekali.
Mengetahui perkembangan berat badan
pasien ( berat badan merupakan salah
satu indikasi untuk menentukan diet )
Identifikasi perubahan pola makan.
Mengetahui apakah pasien telah
melaksanakan program diet
yang ditetapkan.
Kerja sama dengan tim kesehatan lain
Pemberian insulin akan meningkatkan
untuk pemberian insulin dan diet diabetik. pemasukan glukosa ke dalam jaringan
sehingga gula darah menurun,pemberian
diet yang sesuai dapat mempercepat
penurunan gula darah dan mencegah
komplikasi.
27. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
• Tujuan :
Pasien memperoleh informasi yang jelas dan
benar tentang penyakitnya.
• Kriteria Hasil :
– Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet,
perawatan dan pengobatannya dan dapat
menjelaskan kembali bila ditanya.
– Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri
berdasarkan pengetahuan yang diperoleh.
28. RENCANA TINDAKAN
RASIONAL
Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga
tentang penyakit DM dan gangren.
Untuk memberikan informasi pada
pasien/keluarga, perawat perlu mengetahui
sejauh mana informasi atau pengetahuan
yang diketahui pasien/keluarga.
Kaji latar belakang pendidikan pasien.
Agar perawat dapat memberikan penjelasan
dengan menggunakan kata-kata dan kalimat
yang dapat dimengerti pasien sesuai tingkat
pendidikan pasien.
Jelaskan tentang proses penyakit, diet,
perawatan dan pengobatan pada pasien
dengan bahasa dan kata-kata yang mudah
dimengerti.
Agar informasi dapat diterima dengan
mudah dan tepat sehingga tidak
menimbulkan kesalahpahaman.
Jelasakan prosedur yang kan dilakukan,
manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasien
didalamnya.
Dengan penjelasan dan ikut secara langsung
dalam tindakan yang dilakukan, pasien akan
lebih kooperatif dan cemasnya berkurang.
Gunakan gambar-gambar dalam
memberikan penjelasan ( jika ada /
memungkinkan).
Gambar-gambar dapat membantu
mengingat penjelasan yang telah diberikan.
29. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan
perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.
• Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan
bentuk salah satu anggota tubuhnya secar
positif.
• Kriteria Hasil :
– Pasien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan
lingkungan
– Tanpa rasa malu dan rendah diri.
– Pasien yakin akan kemampuan yang dimiliki.
30. RENCANA TINDAKAN
RASIONAL
Lakukan pendekatan dan bina hubungan
saling percaya dengan pasien.
Memudahkan dalam menggali
permasalahan pasien.
Kaji perasaan/persepsi pasien tentang
perubahan gambaran diri berhubungan
dengan keadaan anggota tubuhnya yang
kurang berfungsi secara normal.
Mengetahui adanya rasa negatif pasien
terhadap dirinya.
Tunjukkan rasa empati, perhatian dan
penerimaan pada pasien.
Pasien akan merasa dirinya di hargai.
Bantu pasien untuk mengadakan hubungan
dengan orang lain.
Dapat meningkatkan kemampuan dalam
mengadakan hubungan dengan orang lain
dan menghilangkan perasaan terisolasi.
Beri kesempatan kepada pasien untuk
mengekspresikan perasaan kehilangan.
Untuk mendapatkan dukungan dalam
proses berkabung yang normal.
Beri dorongan pasien untuk berpartisipasi
dalam perawatan diri dan hargai
pemecahan masalah yang konstruktif dari
pasien.
Untuk meningkatkan perilaku yang adiktif
dari pasien.
31. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri
pada luka di kaki
Tujuan : Gangguan pola tidur pasien akan
teratasi.
Kriteria hasil :
– Pasien mudah tidur dalam waktu 30 – 40 menit.
– Pasien tenang dan wajah segar.
– Pasien mengungkapkan dapat beristirahat dengan
cukup.
32. RENCANA TINDAKAN
RASIONAL
Ciptakan lingkungan yang nyaman dan
tenang.
Lingkungan yang nyaman dapat membantu
meningkatkan tidur/istirahat.
Kaji tentang kebiasaan tidur pasien di
rumah.
Mengetahui perubahan dari hal-hal yang
merupakan kebiasaan pasien ketika tidur
akan mempengaruhi pola tidur pasien.
Kaji adanya faktor penyebab gangguan pola
tidur yang lain seperti cemas, efek obatobatan dan suasana ramai.
Mengetahui faktor penyebab gangguan pola
tidur yang lain dialami dan dirasakan pasien.
Anjurkan pasien untuk menggunakan
pengantar tidur dan teknik relaksasi
Pengantar tidur akan memudahkan pasien
dalam jatuh dalam tidur, teknik relaksasi
akan mengurangi ketegangan dan rasa
nyeri.
Kaji tanda-tanda kurangnya pemenuhan
kebutuhan tidur pasien.
Untuk mengetahui terpenuhi atau tidaknya
kebutuhan tidur pasien akibat gangguan
pola tidur sehingga dapat diambil tindakan
yang tepat.
33. Implementasi (Pelaksanaan)
• Pelaksanaan adalah tahap pelaksananan terhadap rencana
tindakan keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat
bersama pasien.
• Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah
dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan
interpersonal, intelektual, teknikal yang dilakukan dengan
cermat dan efisien pada situasi yang tepat dengan selalu
memperhatikan keamanan fisik dan psikologis.
• Setelah selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang
meliputi intervensi yang sudah dilakukan dan bagaimana
respon pasien.
34. Evaluasi
• Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan.
Kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah
dicapai setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yang
diharapkan dalam perencanaan.
• Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh
mana tujuan tercapai:
– Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam
waktu atau tanggal yang ditetapkan di tujuan.
– Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak
sebaik yang ditentukan dalam pernyataan tujuan.
– Belum tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali
menunjukkan prilaku yang diharapakan sesuai dengan
pernyataan tujuan.