SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
OLEH :


                KELOMPOK I
                   ASTUTI MUHRI

                   NURITA IRIYANTI

                  AYU NURMAYANTI

                TRI KUSUMAWARDHANI

                   NURUL FATWAH




     PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (PSIK)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK) MAKASSAR2012
KATA PENGANTAR




       Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “SIROSIS HEPATIS”.

      Tak lupa kami haturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan tugas ini. Begitupun kepada dosen yang membimbing kami
guna menyelesaikan makalah ini.

        Meskipun masih banyak kekurangan yang terdapat di dalam makalah ini, tapi
kami selalu berusaha agar makalah yang kami buat bisa bermanfaat baik bagi kami
sendiri maupun orang lain.

       Kami sangat berharap kepada siapa saja yang bisa memberikan kritik dan saran
agar kedepannya, kami bisa membuat makalah yang lebih baik lagi.

                                                      Makassar, Maret 2012



                                                           Kelompok I
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................................... i
Kata Pengantar ............................................................................................................. ii
Daftar Isi ...................................................................................................................... iii
BAB I : Pendahuluan ..................................................................................................... 1
BAB II : Pembahasan .................................................................................................... 3
 A. Definisi ............................................................................................................... 3
 B. Etiologi............................................................................................................... 3
 C. Patofisiologis ..................................................................................................... 4
 D. Manifestasi Klinis............................................................................................... 5
 E. Komplikasi ......................................................................................................... 5
 F. Pemeriksaan Penunjang .................................................................................... 5
 G. Penatalaksanaan ............................................................................................... 6
BAB III : Asuhan Keperawatan Sirosis Hepatis ............................................................. 8
 A. Pengkajian ......................................................................................................... 8
 B. Masalah Keperawatan yang Muncul ............................................................... 10
 C. Intervensi......................................................................................................... 10
BAB IV : Penutup ........................................................................................................ 14
 A. Kesimpulan ...................................................................................................... 14
 B. Saran................................................................................................................ 14
Daftar Pustaka ............................................................................................................. iv
BAB I

                                  PENDAHULUAN

       Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia, mempunyai berat sekitar
1.5 kg. Walaupun berat hati hanya 2-3% dari berat tubuh, namun hati terlibat dalam 25-
30% pemakaian oksigen. Sekitar 300 milyar sel-sel hati terutama hepatosit yang
jumlahnya kurang lebih 80%, merupakan tempat utama metabolisme intermedier
(Koolman, J & Rohm K.H, 2001)
       Hati manusia terletak pada bagian atas cavum abdominis, dibawah diafragma,
dikedua sisi kuadran atas, yang sebagian besar terdapat pada sebelah kanan. Beratnya
1200-1600 gram. Permukaan atas terletak bersentuhan di bawah diafragma, permukaan
bawah terletak bersentuhan di atas organ-organ abdomen. Hepar difiksasi secara erat
oleh tekanan intraabdominal dan dibungkus oleh peritonium kecuali di daerah
posterior-posterior yang berdekatan dengan vena cava inferior dan mengadakan kontak
langsung dengan diafragma.
       Hepar dibungkus oleh simpai yang tebal, terdiri dari serabut kolagen dan
jaringan elastis yang disebut Kapsul Glisson. Simpai ini akan masuk ke dalam parenkim
hepar mengikuti pembuluh darah getah bening dan duktus biliaris. Massa dari hepar
seperti spons yang terdiri dari sel-sel yang disusun di dalam lempengan-lempengan/
plate dimana akan masuk ke dalamnya sistem pembuluh kapiler yang disebut sinusoid.
Sinusoid-sinusoid tersebut berbeda dengan kapiler-kapiler di bagian tubuh yang lain,
oleh karena lapisan endotel yang meliputinya terediri dari sel-sel fagosit yang disebut
sel kupfer. Sel kupfer lebih permeabel yang artinya mudah dilalui oleh sel-sel makro
dibandingkan kapiler-kapiler yang lain. Lempengan sel-sel hepar tersebut tebalnya 1 sel
dan punya hubungan erat dengan sinusoid. Pada pemantauan selanjutnya nampak
parenkim tersusun dalam lobuli-lobuli. Di tengah-tengah lobuli terdapat 1 vena sentralis
yang merupakan cabang dari vena-vena hepatika (vena yang menyalurkan darah keluar
dari hepar). Di bagian tepi di antara lobuli-lobuli terhadap tumpukan jaringan ikat yang
disebut traktus portalis / TRIAD yaitu traktus portalis yang mengandung cabang-cabang
V.porta, A.hepatika, ductus biliaris. Cabang dari vena porta dan A.hepatika akan
mengeluarkan isinya langsung ke dalam sinusoid setelah banyak percabangan Sistem
bilier dimulai dari canaliculi biliaris yang halus yang terletak di antara sel-sel hepar dan
bahkan turut membentuk dinding sel. Canaliculi akan mengeluarkan isinya ke dalam
intralobularis, dibawa ke dalam empedu yang lebih besar, air keluar dari saluran
empedu menuju kandung empedu.
        Hati merupakan pusat dari metabolisme seluruh tubuh, merupakan sumber
energi tubuh sebanyak 20% serta menggunakan 20 – 25% oksigen darah. Ada beberapa
fungsi hati yaitu :
    Fungsi hati sebagai metabolisme karbohidrat
    Fungsi hati sebagai metabolisme lemak
    Fungsi hati sebagai metabolisme protein
    Fungsi hati sehubungan dengan pembekuan darah
    Fungsi hati sebagai metabolisme vitamin
    Fungsi hati sebagai detoksifikasi
    Fungsi hati sebagai fagositosis dan imunitas
    Fungsi hemodinamik
BAB II

                                   PEMBAHASAN
A. Definisi
      Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun yang ditandai dengan adanya
   pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses
   peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha
   regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi
   mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul
   tersebut. (Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2001)
      Sirosis hepatis adalah penyakit hati kronik yang dicirikan dengan distorsi
   arsitektur hati normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi
   sel hati, yang tidak berkaitan dengan vaskulatur normal. (Price & Willson, 2005, hal :
   493)
      Sirosis hepatis adalah penyakit kronik hati yang dikarakteristikkan oleh gangguan
   struktur dan perubahan degenerasi, gangguan fungsi seluler, dan selanjutnya aliran
   darah ke hati. (Doenges, dkk, 2000, hal: 544)

B. Etiologi
   1. Ada 3 tipe sirosis hepatis :
         Sirosis portal laennec (alkoholik nutrisional), dimana jaringan parut secara
         khas mengelilingi daerah portal. Sering disebabkan oleh alkoholis kronis.
         Sirosis pasca nekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai
         akibat lanjut dari virus hepatitis yang terjadi sebelumnya.
         Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi di dalam hati di
         sekitar saluran empedu. Terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi.
   2. Etiologi yang diketahui penyebabnya :
         Virus hepatitis B dan C.
         Alcohol
         Kolestasis kronik/sirosis siliar sekunder intra dan ekstra hepatic.
         Obstruksi aliran vena hepatic.
         Gangguan imunologis hepatitis lupoid, hepatitis kronik aktif.
         Toksik dan obat INH, metilpoda.
         Operasi pintas usus halus pada obesitas.
         Malnutrisi, infeksi seperti malaria.
   3. Etiologi tanpa diketahui penyebabnya :
         Sirosis yang tidak dikethui penyebabnya dinamakan sirosis kriptogenik /
         heterogenous.
C. Patofisiologis
       Hati dapat terlukai oleh berbagai macam sebab dan kejadian. Kejadian tersebut
   dapat terjadi dalam waktu yang singkat atau dalam keadaan yang kronis atau
   perlukaan hati yang terus menerus yang terjadi pada peminum alkohol aktif. Hal ini
   kemudian membuat hati merespon kerusakan sel tersebut dengan membentuk
   ekstraselular matriks yang mengandung kolagen, glikoprotein, dan proteoglikans,
   dimana sel yang berperan dalam proses pembentukan ini adalah sel stellata. Pada
   cedera yang akut sel stellata membentuk kembali ekstraselular matriks ini dimana
   akan memacu timbulnya jaringan parut disertai terbentuknya septa fibrosa difus
   dan nodul sel hati sehingga ditemukan pembengkakan pada hati.
       Peningkatan deposisi kolagen pada perisinusoidal dan berkurangnya ukuran dari
   fenestra endotel hepatik menyebabkan kapilerisasi (ukuran pori seperti endotel
   kapiler)dari sinusoid. Sel stellata dalam memproduksi kolagen mengalami kontraksi
   yang cukup besar untuk menekan daerah perisinusoidal. Adanya kapilarisasi dan
   kontraktilitas sel stellata inilah yang menyebabkan penekanan pada banyak vena di
   hati sehingga mengganggu proses aliran darah ke sel hati dan pada akhirnya sel hati
   mati. Kematian hepatocytes dalam jumlah yang besar akan menyebabkan
   banyaknya fungsi hati yang rusak sehingga menyebabkan banyak gejala klinis.
   Kompresi dari vena pada hati akan dapat menyebabkan hipertensi portal yang
   merupakan keadaan utama penyebab terjadinya manifestasi klinis. Mekanisme
   primer penyebab hipertensi portal adalah peningkatan resistensi terhadap aliran
   darah melalui hati. Selain itu, biasanya terjadi peningkatan aliran arteriasplangnikus.
   Kombinasi kedua faktor ini yaitu menurunnya aliran keluar melalui vena hepatika
   dan meningkatnya aliran masuk bersama-sama yang menghasilkan
   beban berlebihan pada sistem portal. Pembebanan sistem portal ini merangsang
   timbulnya aliran kolateral guna menghindari obstruksi hepatik (varises). Hipertensi
   portal ini mengakibatkan penurunan volume intravaskuler sehingga perfusi ginjal
   pun menurun. Hal ini meningkatkan aktivitas plasma rennin sehingga aldosteron
   juga meningkat. Aldosteron berperan dalam mengatur keseimbangan elektrolit
   terutama natrium. Dengan peningkatan aldosteron maka terjadi retensi natrium
   yang pada akhirnya menyebabkan retensi cairan dan lama-kelamaan menyebabkan
   asites dan juga edema. Penjelasan diatas menunjukkan bahwa sirosis
   hepatis merupakan penyakit hati menahun yang ditandai dengan pembentukan
   jaringan ikat disertai nodul dimana terjadi pembengkakan hati. Etiologi sirosis
   hepatis ada yang diketahui penyebabnya, misal dikarenakan alkohol, hepatitis virus,
   malnutrisi, hemokromatis, penyakit Wilson dan juga ada yang tidak diketahui
   penyebabnya yang disebut dengan sirosis kriptogenik. Patofisiologi sirosis hepatis
   sendiri dimulai dengan proses peradangan, lalu nekrosis hati yang meluas yang
   akhirnya menyebabkan pembentukan jaringan ikat yang disertai nodul.
D. Manifestasi Klinis
   1. Penyakit sirosis hepatis mempunyai gejala seperti :
        Ikterus dan febris yang intermiten.
        Adanya pembesaran pada hati dan sel-selnya dipenuhi oleh lemak.
        Hati menjadi keras dan memiliki tepi tajam yang dapat diketahui melalui
        palpasi.
        Nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari pembesaran hati yang cepat.
        Regangan pada selubung fibrosa hati (kapsula glisoni).
   2. Pada perjalanan penyakit yang lebih lanjut :
        Ukuran hati akan berkurang setelah jaringan parut menyebabkan pengerutan
        jaringan hati.
        Apabila dapat dipalpasi, permukaan hati akan teraba benjol-benjol (noduler).
        Obstruksi portal dan asites.
        Semua darah dari organ-organ digestif praktis akan berkumpul dalam vena
        portal dan dibawa ke hati.
        Cenderung menderita dyspepsia kronis atau diare.
        Berat badan pasien secara berangsur-angsur mengalami penurunan.
        Cairan yang kaya protein dan menumpuk di rongga peritoneal akan
        menyebabkan asites.
        Splenomegali juga terjadi.
        Jaring-jaring telangi ektasis, atau dilatasi arteri superfisial menyebabkan jaring
        berwarna biru kemerahan, yang sering dapat dilihat melalui inspeksi terhadap
        wajah dan keseluruhan tubuh.
        Varises gastrointestinal.
        Edema, gejala lanjut lainnya pada sirosis hepatis ditimbulkan oleh gagal hati
        yang kronis.

E. Komplikasi
     Asites.
     Ensefalopati.
     Peritonitis bacterial spontan.
     Sindrom hepatorenal.
     Transformasi kearah kanker hati primer (hepatoma).

F. Pemeriksaan Penunjang
   1. Pemeriksaan Laboratorium
        Pada darah dijumpai HB rendah, anemia normokrom normosister, hipokrom
        mikrosister/hipokrom makrosister.
        Kenaikan kadar enzim transaminase-SGOT, SGPT bukan merupakan petunjuk
        berat ringannya kerusakan parenkim hati, kenaikan kadar ini timbul dalam
serum akibat kebocoran dari sel yang rusak, pemeriksaan billirubin,
         transaminase dan gamma GT tidak meningkat pada sirosis inaktif.
         Albumin akan merendah karena kemampuan sel hati yang berkurang, dan
         juga globulin yang naik merupakan cerminan daya tahan sel hati yang kurang
         dan menghadapi stress.
         Pemeriksaan CHE (kolinesterasi). Ini penting karena bila kadar CHE turun,
         kemampuan sel hati turun, tapi bila CHE normal/tambah turun akan
         menunjukkan prognosis jelek.
         Kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretic dan pembatasan garam
         dalam diet, bila ensefalopati, kadar Na turun dari 4 meg/L menunjukkan
         kemungkinan telah terjadi sindrom hepatorenal.
         Pemeriksaan marker serologi seperti virus, HbsAg/HbsAb, HbcAg, HcvRNA,
         untuk menentukan etiologi sirosis hati dan pemeriksaan AFP (Alfa Feto
         Protein) penting dalam menentukan apakah telah terjadi transformasi ke arah
         keganasan.

   2. Pemeriksaan Penunjang Lainnya
        Radiologi : dengan barium swallow dapat dilihat adanya varises esophagus
        untuk konfirmasi hipertensi portal.
        Esofagoskopi : dapat dilihat varises esophagus sebagai komplikasi sirosis
        hati/hipertensi portal.
        Ultrasonografi : pada saat pemeriksaan USG sudah mulai dilakukan sebagai
        alat pemeriksaan rutin pada penyakit hati.

G. Penatalaksanaan
      Terapi dan prognosis sirosis hati tergantung pada derajat komplikasi kegagalan
   hati dan hipertensi portal. Dengan kontrol pasien yang teratur pada fase dini akan
   dapat dipertahankan keadaan kompensasi dalam jangka panjang dan kita dapat
   memperpanjang timbulnya komplikasi.
   1. Pasien dalam keadaan kompensasi hati yang baik cukup dilakukan control yang
      teratur, istirahat yang cukup, susunan TKTP.
   2. Pasien sirosis hati dengan sebab yang diketahui, seperti : alcohol, dan obat-
      obatan lain dianjurkan menghentikan penggunaannya. Alcohol akan mengurangi
      pemasukan protein ke dalam tubuh. Hemokromatosis, dihentikan pemakaian
      preparat yang mengandung besi atau terapi kelasi (desperioxamine). Dilakukan
      venaseksi 2x seminggu sebanyak 500cc selama setahun. Pada penyakit wilson
      (penyakit metabolic yang diturunkan) diberikan D-penicilamine 20 mg/kg BB/hari
      yang akan mengikat kelebihan cuprum, dan menambah ekskresi melalui urine.
      Pada hepatitis kronik autoimun diberikan kortikosteroid, pada keadaan lain
      dilakukan terapi terhadap komplikasi yang timbul.
a. Untuk asites, diberikan diet rendah garam 0,5 g/hari dan total cairan 1,5
   L/hari. Spirolakton dimulai dengan dosis awal 4 x 25 mg/hari dinaikkan
   sampai total dosis 800 mg sehari, bila perlu dikombinasi dengan
   furosemid.
b. Perdarahan varises esophagus. Pasien dirawat di RS sebagai kasus
   perdarahan saluran cerna. Pertama melakukan pemasangan NGT,
   disamping melakukan aspirasi cairan lambung. Bila perdarahan banyak,
   tekanan sistolik 100 x/menit atau Hb 9 g% dilakukan pemberian
   dekstrosa/salin dan transfusi darah secukupnya. Diberikan vasopresin 2
   amp. 0,1 g dalam 500 cc cairan d 5 % atau salin pemberian selama 4 jam
   dapat diulang 3 kali. Dilakukan pemasangan SB tube untuk menghentikan
   perdarahan varises. Dapat dilakukan skleroterapi sesudah dilakukan
   endoskopi kalau ternyata perdarahan berasal dari pecahnya varises.
   Operasi pintas dilakukan pada child AB atau dilakukan transeksi
   esophagus (operasi Tannerso). Bila tersedia fasilitas dapat dilakukan foto
   koagulasi dengan laser dan heat probe. Bila tidak tersedia fasilitas diatas,
   untuk mencegah rebleeding dapat diberikan propanolol.
c. Untuk ensefalopati dilakukan koreksi faktor pencetus seperti pemberian
   KCL pada hipokalemia, aspirasi cairan lambung bagi pasien yang
   mengalami perdarahan pada varises, dilakukan klisma, pemberian
   neomisin per oral. Pada saat ini sudah mulai dikembangkan transplantasi
   hati dengan menggunakan bahan Cadaveric Liver.
d. Terapi yang diberikan berupa antibiotic seperti cefotaxime 2 g/8 jam IV
   amoxicillin, aminoglikosida.
e. Sindrom hepatorenal/nefropati hepatic, terapinya adalah imbangan air
   dan garam diatur dengan ketat, atasi infeksi dengan pemberian antibiotic,
   dicoba melakukan parasentesis abdominal dengan ekstra hati-hati untuk
   memperbaiki aliran vena cava, sehingga timbul perbaikan pada curah
   jantung dan fungsi ginjal.
BAB III
         ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SIROSIS HEPATIS

A. Pengkajian

   1.   Riwayat Kesehatan Sekarang

        Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluhan utama pasien, sehingga
        dapat ditegakkan prioritas masalah keperawatan yang dapat muncul.

   2.   Riwayat Kesehatan Sebelumnya

        Apakah pasien pernah dirawat dengan penyakit yang sama atau penyakit lain
        yang berhubungan dengan penyakit hati, sehingga menyebabkan penyakit
        Sirosis hepatis. Apakah pernah sebagai pengguna alkohol dalam jangka waktu
        yang lama disamping asupan makanan dan perubahan dalam status jasmani
        serta rohani pasien.

   3.   Riwayat Kesehatan Keluarga

        Adakah penyakit-penyakit yang dalam keluarga sehingga membawa dampak
        berat pada keadaan atau yang menyebabkan Sirosis hepatis, seperti keadaan
        sakit DM, hipertensi, ginjal yang ada dalam keluarga. Hal ini penting dilakukan
        bila ada gejala-gejala yang memang bawaan dari keluarga pasien.

   4.   Riwayat Tumbuh Kembang

        Kelainan-kelainan fisik atau kematangan dari perkembangan dan
        pertumbuhan seseorang yang dapat mempengaruhi keadaan penyakit,
        seperti ada riwayat pernah icterus saat lahir yang lama, atau lahir premature,
        kelengkapan imunisasi, pada form yang tersedia tidak terdapat isian yang
        berkaitan dengan riwayat tumbuh kembang.

   5.   Riwayat Sosial Ekonomi

        Apakah pasien suka berkumpul dengan orang-orang sekitar yang pernah
        mengalami penyakit hepatitis, berkumpul dengan orang-orang yang
        dampaknya mempengaruhi perilaku pasien yaitu peminum alcohol, karena
        keadaan lingkungan sekitar yang tidak sehat.

   6.   Riwayat Psikologi
Bagaimana pasien menghadapi penyakitnya saat ini apakah pasien dapat
     menerima, ada tekanan psikologis berhubungan dengan sakitnya. Kita kaji
     tingkah laku dan kepribadian, karena pada pasien dengan sirosis hepatis
     dimungkinkan terjadi perubahan tingkah laku dan kepribadian, emosi labil,
     menarik diri, dan depresi. Fatique dan letargi dapat muncul akibat perasaan
     pasien akan sakitnya. Dapat juga terjadi gangguan body image akibat dari
     edema, gangguan integument, dan terpasangnya alat-alat invasive (seperti
     infuse, kateter). Terjadinya perubahan gaya hidup, perubahan peran dan
     tanggungjawab keluarga, dan perubahan status financial (Lewis, Heitkemper,
     & Dirksen, 2000).

7.   Pemeriksaan Fisik

     a.   Kesadaran dan keadaan umum pasien

          Perlu dikaji tingkat kesadaran pasien dari sadar - tidak sadar
          (composmentis - coma) untuk mengetahui berat ringannya prognosis
          penyakit pasien, kekacauan fungsi dari hepar salah satunya membawa
          dampak yang tidak langsung terhadap penurunan kesadaran, salah satunya
          dengan adanya anemia menyebabkan pasokan O2 ke jaringan kurang
          termasuk pada otak.

     b.   Tanda - tanda vital dan pemeriksaan fisik Kepala – kaki

          TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari keadaan
          umum pasien / kondisi pasien dan termasuk pemeriksaan dari kepala
          sampai kaki dan lebih focus pada pemeriksaan organ seperti hati, abdomen,
          limpa dengan menggunakan prinsip-prinsip inspeksi, auskultasi, palpasi,
          perkusi), disamping itu juga penimbangan BB dan pengukuran tinggi badan
          dan LLA untuk mengetahui adanya penambahan BB karena retreksi cairan
          dalam tubuh disamping juga untuk menentukan tingakat gangguan nutrisi
          yanag terjadi, sehingga dapat dihitung kebutuhan Nutrisi yang dibutuhkan.

          1) Hati : perkiraan besar hati, bila ditemukan hati membesar tanda awal
             adanya cirosis hepatis, tapi bila hati mengecil prognosis kurang baik,
             konsistensi biasanya kenyal / firm, pinggir hati tumpul dan ada nyeri
             tekan pada perabaan hati. Sedangkan pada pasien Tn.MS ditemukan
             adanya pembesaran walaupun minimal (USG hepar). Dan
             menunjukkan sirosis hati dengan hipertensi portal.
          2) Limpa: ada pembesaran limpa, dapat diukur dengan 2 cara :
             a) Schuffner, hati membesar ke medial dan ke bawah menuju
                 umbilicus (S-I-IV) dan dari umbilicus ke SIAS kanan (S V-VIII)
b) Hacket, bila limpa membesar ke arah bawah saja.
         3) Pada abdomen dan ekstra abdomen dapat diperhatikan adanya vena
            kolateral dan acites, manifestasi diluar perut: perhatikan adanya
            spinder nevi pada tubuh bagian atas, bahu, leher, dada, pinggang,
            caput medussae dan tubuh bagian bawah, perlunya diperhatikan
            adanya eritema palmaris, ginekomastia dan atropi testis pada pria,
            bias juga ditemukan hemoroid.


B. Masalah Keperawatan yang Muncul
   1. Perubahan status nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
      anoreksia dan gangguan gastrointestinal.
   2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan berat
      badan.
   3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pembentukan edema.




   Intervensi

   Diagnosa Keperawatan 1. :

   Perubahan status nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
   intake yang tidak adekuat (anoreksia, nausea, vomitus)

   Tujuan : Status nutrisi baik

   Intervensi :

   o   Kaji intake diet, Ukur pemasukan diit, timbang BB tiap minggu.

       Rasional: Membantu dalam mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan diet.
       Kondisi fisik umum, gejala uremik (mual, muntah, anoreksia, dan ganggguan
       rasa) dan pembatasan diet dapat mempengaruhi intake makanan, setiap
       kebutuhan nutrisi diperhitungan dengan tepat agar kebutuhan sesuai dengan
       kondisi pasien, BB ditimbang untuk mengetahui penambahan dan
       penuruanan BB secara periodik.

   o   Berikan makanan sedikit dan sering sesuai dengan diet.

       Rasional: Meminimalkan anoreksia dan mual sehubungan dengan status
       uremik.
o   Tawarkan perawatan mulut (berkumur/gosok gigi) dengan larutan asetat 25 %
    sebelum makan. Berikan permen karet, penyegar mulut diantara makan.

    Rasional: Membran mukosa menjadi kering dan pecah. Perawatan mulut
    menyejukkan, dan membantu menyegarkan rasa mulut, yang sering tidak
    nyaman pada uremia dan pembatasan oral. Pencucian dengan asam asetat
    membantu menetralkan ammonia yang dibentuk oleh perubahan urea (Black,
    & Hawk, 2005).

o   Identifikasi makanan yang disukai termasuk kebutuhan kultural.

    Rasional: Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam
    perencanaan makan, maka dapat meningkatkan nafsu makan pasien.

o   Motivasi pasien untuk menghabiskan diet, anjurkan makan-makanan lunak.

    Rasional: Membantu proses pencernaan dan mudah dalam penyerapan
    makanan, karena pasien mengalami gangguan sistem pencernaan.

o   Berikan bahan penganti garam pengganti garam yang tidak mengandung
    amonium.

    Rasional: Garam dapat meningkatkan tingkat absorsi dan retensi cairan,
    sehingga perlu mencari alternatif pengganti garam yang tepat.

o   Berikan diet 1700 kkal (sesuai terapi) dengan tinggi serat dan tinggi
    karbohidrat.

    Rasional: Pengendalian asupan kalori total untuk mencapai dan
    mempertahankan berat badan sesuai dan pengendalian kadar glukosa darah

o   Berikan obat sesuai dengan indikasi : Tambahan vitamin, thiamin, besi, asam
    folat dan Enzim pencernaan.

    Rasional: Hati yang rusak tidak dapat menyimpan Vitamin A, B kompleks, D
    dan K, juga terjadi kekurangan besi dan asam folat yang menimbulkan anemia.
    Dan meningkatkan pencernaan lemak dan dapat menurunkan diare.

o   Kolaborasi pemberian antiemetik

    Rasional: untuk menghilangkan mual / muntah dan dapat meningkatkan
    pemasukan oral.
Diagnosa Keperawatan 2. :

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan berat badan.

Tujuan : Peningkatan energi dan partisipasi dalam aktivitas.

Intervensi :

o   Tawarkan diet tinggi kalori, tinggi protein (TKTP).

    Rasional : Memberikan kalori bagi tenaga dan protein bagi proses
    penyembuhan.

o   Berikan suplemen vitamin (A, B kompleks, C dan K)

    Rasional : Memberikan nutrien tambahan.

o   Motivasi pasien untuk melakukan latihan yang diselingi istirahat

    Rasional : Menghemat tenaga pasien sambil mendorong pasien untuk
    melakukan latihan dalam batas toleransi pasien.

o   Motivasi dan bantu pasien untuk melakukan latihan dengan periode waktu
    yang ditingkatkan secara bertahap.

    Rasional : Memperbaiki perasaan sehat secara umum dan percaya diri.


Diagnosa Keperawatan 3. :

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pembentukan edema.

Tujuan : Integritas kulit baik

Intervensi :

o   Batasi natrium seperti yang diresepkan.

    Rasional : Meminimalkan pembentukan edema.

o   Berikan perhatian dan perawatan yang cermat pada kulit.
Rasional : Jaringan dan kulit yang edematus mengganggu suplai nutrien dan
    sangat rentan terhadap tekanan serta trauma.

o   Ubah posisi tidur pasien dengan sering.

    Rasional : Meminimalkan tekanan yang lama dan meningkatkan mobilisasi
    edema.

o   Timbang berat badan dan catat asupan serta haluaran cairan setiap hari.

    Rasional : Memungkinkan perkiraan status cairan dan pemantauan terhadap
    adanya retensi serta kehilangan cairan dengan cara yang paling baik.

o   Lakukan latihan gerak secara pasif, tinggikan ekstremitas edematus.

    Rasional : Meningkatkan mobilisasi edema.

o   Letakkan bantalan busa yang kecil dibawah tumit, maleolus dan tonjolan
    tulang lainnya.

    Rasional : Melindungi tonjolan tulang dan meminimalkan trauma jika
    dilakukan dengan benar.
BAB IV

                                   PENUTUP
A. Kesimpulan
      Mengingat pengobatan sirosis hati hanya merupakan simptomatik dan
   mengobati penyulit, maka prognosa sirosis hepatis bisa jelek. Namun penemuan
   sirosis hati yang masih terkompensasi mempunyai prognosa yang baik. Oleh karena
   itu ketepatan diagnosa dan penanganan yang tepat sangat dibutuhkan dalam
   penatalaksanaan sirosis hati
B. Saran
      Saran penulis kepada pembaca, yaitu perbanyaklah membaca literature yang
      berkaitan dengan penyakit dalam, khususnya yang membahas organ hepar agar
      materi ini bisa lebih dipahami.
      Jika ada kesalahan, Anda bisa memberi saran atau kritik agar penulis bisa
      membuat makalah yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. (2001). Keperawatan medikal bedah 2. (Ed
     8).Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).

Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C. Geisser. (1999). Rencana
    asuhan keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
    perawatan pasien. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).

Tjokronegoro dan Hendra Utama. (1996). Ilmu penyakit dalam jilid 1. Jakarta: FKUI.

Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. (1994). Patofisiologi, konsep klinis proses-proses
      penyakit. Jakarta: Penerbit EGC.

Soeparman. 1987. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta : FKUI.

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

ASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSI
 
Pem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskulerPem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskuler
 
askep demam rematik
askep demam rematikaskep demam rematik
askep demam rematik
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen br
 
Pengkajian b1 b6
Pengkajian b1 b6Pengkajian b1 b6
Pengkajian b1 b6
 
Kuliah 2 Jejas Sel
Kuliah 2 Jejas SelKuliah 2 Jejas Sel
Kuliah 2 Jejas Sel
 
12 nervus cranial
12 nervus cranial 12 nervus cranial
12 nervus cranial
 
Ventilasi, perfusi & difusi ok
Ventilasi, perfusi & difusi okVentilasi, perfusi & difusi ok
Ventilasi, perfusi & difusi ok
 
PPT KARDIOVASKULER
PPT KARDIOVASKULERPPT KARDIOVASKULER
PPT KARDIOVASKULER
 
Tugas askep kasus hipertensi
Tugas askep kasus hipertensiTugas askep kasus hipertensi
Tugas askep kasus hipertensi
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
 
Tipe keluarga
Tipe keluargaTipe keluarga
Tipe keluarga
 
Konstipasi
KonstipasiKonstipasi
Konstipasi
 
Anemia power point 2
Anemia power point 2Anemia power point 2
Anemia power point 2
 
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
 
Makalah penyakit jantung koroner
Makalah penyakit jantung koronerMakalah penyakit jantung koroner
Makalah penyakit jantung koroner
 
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)
 
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasienDialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
 
Patofisiologi pjk fiddien
Patofisiologi pjk fiddienPatofisiologi pjk fiddien
Patofisiologi pjk fiddien
 

Viewers also liked

Pp sirosis hepatis
Pp sirosis hepatisPp sirosis hepatis
Pp sirosis hepatisKANDA IZUL
 
Laporan kasus sirosis hepatis, diana
Laporan kasus sirosis hepatis, dianaLaporan kasus sirosis hepatis, diana
Laporan kasus sirosis hepatis, dianaDiana Arwati
 
Laporan hepatitis ascites
Laporan hepatitis ascitesLaporan hepatitis ascites
Laporan hepatitis ascitesRatna Arditya
 
Hepar hepatitis & cirrhosis hepatis
Hepar hepatitis & cirrhosis hepatisHepar hepatitis & cirrhosis hepatis
Hepar hepatitis & cirrhosis hepatisbkdBella
 
Sirosis hepatis
Sirosis hepatisSirosis hepatis
Sirosis hepatisIrwan Syah
 
farmakoterapi pada pasien gangguan hati
farmakoterapi pada pasien gangguan hatifarmakoterapi pada pasien gangguan hati
farmakoterapi pada pasien gangguan hatiwitanurma
 
Pemeriksaan keadaan umum pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasienPemeriksaan keadaan umum pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasienSulistia Rini
 
Responsi sirosis hati rkg
Responsi sirosis hati  rkgResponsi sirosis hati  rkg
Responsi sirosis hati rkgRudy Kg
 
Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah sd
Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah sdPelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah sd
Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah sdupi kampus cibiru
 

Viewers also liked (13)

Pp sirosis hepatis
Pp sirosis hepatisPp sirosis hepatis
Pp sirosis hepatis
 
sirosis hepatis
sirosis hepatissirosis hepatis
sirosis hepatis
 
Laporan kasus sirosis hepatis, diana
Laporan kasus sirosis hepatis, dianaLaporan kasus sirosis hepatis, diana
Laporan kasus sirosis hepatis, diana
 
Sirosis
SirosisSirosis
Sirosis
 
SIROSIS HEPAR
SIROSIS HEPARSIROSIS HEPAR
SIROSIS HEPAR
 
Laporan hepatitis ascites
Laporan hepatitis ascitesLaporan hepatitis ascites
Laporan hepatitis ascites
 
Hepar hepatitis & cirrhosis hepatis
Hepar hepatitis & cirrhosis hepatisHepar hepatitis & cirrhosis hepatis
Hepar hepatitis & cirrhosis hepatis
 
Makalah protein
Makalah proteinMakalah protein
Makalah protein
 
Sirosis hepatis
Sirosis hepatisSirosis hepatis
Sirosis hepatis
 
farmakoterapi pada pasien gangguan hati
farmakoterapi pada pasien gangguan hatifarmakoterapi pada pasien gangguan hati
farmakoterapi pada pasien gangguan hati
 
Pemeriksaan keadaan umum pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasienPemeriksaan keadaan umum pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasien
 
Responsi sirosis hati rkg
Responsi sirosis hati  rkgResponsi sirosis hati  rkg
Responsi sirosis hati rkg
 
Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah sd
Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah sdPelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah sd
Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah sd
 

Similar to SIROSIS HATI

Referat edema muammar_cardiology
Referat edema muammar_cardiologyReferat edema muammar_cardiology
Referat edema muammar_cardiologyMuammarEdu
 
Hasil Belajar Mandiri Tutorial Skenario A Blok 6 2015 Beta PDU FK Unsri
Hasil Belajar Mandiri Tutorial Skenario A Blok 6 2015 Beta PDU FK UnsriHasil Belajar Mandiri Tutorial Skenario A Blok 6 2015 Beta PDU FK Unsri
Hasil Belajar Mandiri Tutorial Skenario A Blok 6 2015 Beta PDU FK UnsriMuhammad Farhan Habiburrahman
 
Laporan pendahuluan sirosis hepatis
Laporan pendahuluan sirosis hepatisLaporan pendahuluan sirosis hepatis
Laporan pendahuluan sirosis hepatisNurhadijahgaffar
 
Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan continent urostomy
Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan continent urostomyAsuhan keperawatan pada klien dengan gangguan continent urostomy
Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan continent urostomyAlvian P Windiramadhan
 
Kelaianan sirkulasi, cairan tubuh
Kelaianan sirkulasi, cairan tubuhKelaianan sirkulasi, cairan tubuh
Kelaianan sirkulasi, cairan tubuhpjj_kemenkes
 
Kb 3 kelaianan sirkulasi, cairan tubuh
Kb 3 kelaianan sirkulasi, cairan tubuhKb 3 kelaianan sirkulasi, cairan tubuh
Kb 3 kelaianan sirkulasi, cairan tubuhpjj_kemenkes
 
Makalah kelompok 3
Makalah kelompok 3Makalah kelompok 3
Makalah kelompok 3selapon
 
Buku Sistem Ekskresi Manusi dan Hewan
Buku Sistem Ekskresi Manusi dan Hewan Buku Sistem Ekskresi Manusi dan Hewan
Buku Sistem Ekskresi Manusi dan Hewan towikusuma
 
(Kel 1)askep lansia dengan sistem kardiovaskuler
(Kel 1)askep lansia dengan sistem kardiovaskuler(Kel 1)askep lansia dengan sistem kardiovaskuler
(Kel 1)askep lansia dengan sistem kardiovaskulerNonkq Frederic
 
Laporan Hasil DKK Kelompok 3 B7M3 "Molekuler Osteoblast dan Osteoclast"
Laporan Hasil DKK Kelompok 3 B7M3 "Molekuler Osteoblast dan Osteoclast"Laporan Hasil DKK Kelompok 3 B7M3 "Molekuler Osteoblast dan Osteoclast"
Laporan Hasil DKK Kelompok 3 B7M3 "Molekuler Osteoblast dan Osteoclast"elfanidamayanti1
 

Similar to SIROSIS HATI (20)

Referat edema muammar_cardiology
Referat edema muammar_cardiologyReferat edema muammar_cardiology
Referat edema muammar_cardiology
 
Hasil Belajar Mandiri Tutorial Skenario A Blok 6 2015 Beta PDU FK Unsri
Hasil Belajar Mandiri Tutorial Skenario A Blok 6 2015 Beta PDU FK UnsriHasil Belajar Mandiri Tutorial Skenario A Blok 6 2015 Beta PDU FK Unsri
Hasil Belajar Mandiri Tutorial Skenario A Blok 6 2015 Beta PDU FK Unsri
 
Makalah anatomi
Makalah anatomiMakalah anatomi
Makalah anatomi
 
Laporan pendahuluan sirosis hepatis
Laporan pendahuluan sirosis hepatisLaporan pendahuluan sirosis hepatis
Laporan pendahuluan sirosis hepatis
 
Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan continent urostomy
Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan continent urostomyAsuhan keperawatan pada klien dengan gangguan continent urostomy
Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan continent urostomy
 
Tik makalah[1]
Tik makalah[1]Tik makalah[1]
Tik makalah[1]
 
Tik makalah[1]
Tik makalah[1]Tik makalah[1]
Tik makalah[1]
 
Kelaianan sirkulasi, cairan tubuh
Kelaianan sirkulasi, cairan tubuhKelaianan sirkulasi, cairan tubuh
Kelaianan sirkulasi, cairan tubuh
 
Kb 3 kelaianan sirkulasi, cairan tubuh
Kb 3 kelaianan sirkulasi, cairan tubuhKb 3 kelaianan sirkulasi, cairan tubuh
Kb 3 kelaianan sirkulasi, cairan tubuh
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Makalah kelompok 3
Makalah kelompok 3Makalah kelompok 3
Makalah kelompok 3
 
Buku Sistem Ekskresi Manusi dan Hewan
Buku Sistem Ekskresi Manusi dan Hewan Buku Sistem Ekskresi Manusi dan Hewan
Buku Sistem Ekskresi Manusi dan Hewan
 
Lapsus Hipertrofi ProstaT
Lapsus Hipertrofi ProstaTLapsus Hipertrofi ProstaT
Lapsus Hipertrofi ProstaT
 
Patologi. Penuaan Sel
Patologi. Penuaan SelPatologi. Penuaan Sel
Patologi. Penuaan Sel
 
(Kel 1)askep lansia dengan sistem kardiovaskuler
(Kel 1)askep lansia dengan sistem kardiovaskuler(Kel 1)askep lansia dengan sistem kardiovaskuler
(Kel 1)askep lansia dengan sistem kardiovaskuler
 
Laporan Hasil DKK Kelompok 3 B7M3 "Molekuler Osteoblast dan Osteoclast"
Laporan Hasil DKK Kelompok 3 B7M3 "Molekuler Osteoblast dan Osteoclast"Laporan Hasil DKK Kelompok 3 B7M3 "Molekuler Osteoblast dan Osteoclast"
Laporan Hasil DKK Kelompok 3 B7M3 "Molekuler Osteoblast dan Osteoclast"
 
KARDITIS
KARDITISKARDITIS
KARDITIS
 
Makalah tentang sel
Makalah tentang selMakalah tentang sel
Makalah tentang sel
 
SISTEM PEREDARAN DARAH
SISTEM PEREDARAN DARAHSISTEM PEREDARAN DARAH
SISTEM PEREDARAN DARAH
 
Tugas makalah tik
Tugas makalah tikTugas makalah tik
Tugas makalah tik
 

More from KANDA IZUL

Gangguan tidur pada anak usia bawa tiga tahun lima kota di indonesia
Gangguan tidur pada anak usia bawa tiga tahun lima kota di indonesiaGangguan tidur pada anak usia bawa tiga tahun lima kota di indonesia
Gangguan tidur pada anak usia bawa tiga tahun lima kota di indonesiaKANDA IZUL
 
HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN KESETIAAN PASIEN ( SURVEY PADA PASIEN B...
HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN KESETIAAN PASIEN ( SURVEY PADA PASIEN B...HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN KESETIAAN PASIEN ( SURVEY PADA PASIEN B...
HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN KESETIAAN PASIEN ( SURVEY PADA PASIEN B...KANDA IZUL
 
PENGARUH BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL TERHADAP STRES KERJA PADA PERAWAT DI IN...
PENGARUH BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL TERHADAP STRES KERJA PADA PERAWAT DI IN...PENGARUH BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL TERHADAP STRES KERJA PADA PERAWAT DI IN...
PENGARUH BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL TERHADAP STRES KERJA PADA PERAWAT DI IN...KANDA IZUL
 
R O D U K T I F I T A S W A K T U K E R J A P E R A W A T D I R U A N G R A W...
R O D U K T I F I T A S W A K T U K E R J A P E R A W A T D I R U A N G R A W...R O D U K T I F I T A S W A K T U K E R J A P E R A W A T D I R U A N G R A W...
R O D U K T I F I T A S W A K T U K E R J A P E R A W A T D I R U A N G R A W...KANDA IZUL
 
HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA, STRES KERJA DAN TINGKAT KONFLIK DENGAN KELELAHAN...
HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA, STRES KERJA DAN TINGKAT KONFLIK DENGAN KELELAHAN...HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA, STRES KERJA DAN TINGKAT KONFLIK DENGAN KELELAHAN...
HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA, STRES KERJA DAN TINGKAT KONFLIK DENGAN KELELAHAN...KANDA IZUL
 
JURNAL PERSEPSI TERHADAP PERTAHANAN BIROKRASI DAN STRES KERJA PERAWAT
JURNAL PERSEPSI TERHADAP PERTAHANAN BIROKRASI DAN STRES KERJA PERAWATJURNAL PERSEPSI TERHADAP PERTAHANAN BIROKRASI DAN STRES KERJA PERAWAT
JURNAL PERSEPSI TERHADAP PERTAHANAN BIROKRASI DAN STRES KERJA PERAWATKANDA IZUL
 
Studi Deskriptif Burnout dan Coping Stres pada Perawat di Ruang Rawat Inap Ru...
Studi Deskriptif Burnout dan Coping Stres pada Perawat di Ruang Rawat Inap Ru...Studi Deskriptif Burnout dan Coping Stres pada Perawat di Ruang Rawat Inap Ru...
Studi Deskriptif Burnout dan Coping Stres pada Perawat di Ruang Rawat Inap Ru...KANDA IZUL
 
HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN WAKTU TANGGAP PERAWAT GAWAT DARURAT MENURUT PERSE...
HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN WAKTU TANGGAP PERAWAT GAWAT DARURAT MENURUT PERSE...HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN WAKTU TANGGAP PERAWAT GAWAT DARURAT MENURUT PERSE...
HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN WAKTU TANGGAP PERAWAT GAWAT DARURAT MENURUT PERSE...KANDA IZUL
 
Hubungan antara Motivasi Kerja Perawat dengan Kecenderungan mengalami Burnout...
Hubungan antara Motivasi Kerja Perawat dengan Kecenderungan mengalami Burnout...Hubungan antara Motivasi Kerja Perawat dengan Kecenderungan mengalami Burnout...
Hubungan antara Motivasi Kerja Perawat dengan Kecenderungan mengalami Burnout...KANDA IZUL
 
KONTRIBVSI HARDINESS DAN SELF-EFFICACYTERHADAP STRES KERJA (STUDI PADA PERA W...
KONTRIBVSI HARDINESS DAN SELF-EFFICACYTERHADAP STRES KERJA (STUDI PADA PERA W...KONTRIBVSI HARDINESS DAN SELF-EFFICACYTERHADAP STRES KERJA (STUDI PADA PERA W...
KONTRIBVSI HARDINESS DAN SELF-EFFICACYTERHADAP STRES KERJA (STUDI PADA PERA W...KANDA IZUL
 
JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN STRES PADA PERAWAT ICU RUMAH SAKIT TIPE...
JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN STRES PADA PERAWAT ICU RUMAH SAKIT TIPE...JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN STRES PADA PERAWAT ICU RUMAH SAKIT TIPE...
JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN STRES PADA PERAWAT ICU RUMAH SAKIT TIPE...KANDA IZUL
 
PENGUKURAN KINERJA INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KODYA SEMARA...
PENGUKURAN KINERJA INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KODYA SEMARA...PENGUKURAN KINERJA INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KODYA SEMARA...
PENGUKURAN KINERJA INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KODYA SEMARA...KANDA IZUL
 
JURNAL PELAYANAN ASURANSI KESEHATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI RSUD KABUPATEN SE...
JURNAL PELAYANAN ASURANSI KESEHATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI RSUD KABUPATEN SE...JURNAL PELAYANAN ASURANSI KESEHATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI RSUD KABUPATEN SE...
JURNAL PELAYANAN ASURANSI KESEHATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI RSUD KABUPATEN SE...KANDA IZUL
 
Konsep seksualitas
Konsep seksualitasKonsep seksualitas
Konsep seksualitasKANDA IZUL
 
KONSEP KELUARGA
KONSEP KELUARGAKONSEP KELUARGA
KONSEP KELUARGAKANDA IZUL
 
Proses keperawatan
Proses keperawatanProses keperawatan
Proses keperawatanKANDA IZUL
 
Memahami arti dan pentingnya pembukaan uud 19945
Memahami arti dan pentingnya pembukaan uud 19945Memahami arti dan pentingnya pembukaan uud 19945
Memahami arti dan pentingnya pembukaan uud 19945KANDA IZUL
 
KONSEP SEHAT SAKIT
KONSEP SEHAT SAKITKONSEP SEHAT SAKIT
KONSEP SEHAT SAKITKANDA IZUL
 
KONSEP SAKIT DALAM ISLAM
KONSEP SAKIT DALAM ISLAMKONSEP SAKIT DALAM ISLAM
KONSEP SAKIT DALAM ISLAMKANDA IZUL
 
KONSEP HIDUP SEHAT DALAM ISLAM
KONSEP HIDUP SEHAT DALAM ISLAMKONSEP HIDUP SEHAT DALAM ISLAM
KONSEP HIDUP SEHAT DALAM ISLAMKANDA IZUL
 

More from KANDA IZUL (20)

Gangguan tidur pada anak usia bawa tiga tahun lima kota di indonesia
Gangguan tidur pada anak usia bawa tiga tahun lima kota di indonesiaGangguan tidur pada anak usia bawa tiga tahun lima kota di indonesia
Gangguan tidur pada anak usia bawa tiga tahun lima kota di indonesia
 
HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN KESETIAAN PASIEN ( SURVEY PADA PASIEN B...
HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN KESETIAAN PASIEN ( SURVEY PADA PASIEN B...HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN KESETIAAN PASIEN ( SURVEY PADA PASIEN B...
HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN KESETIAAN PASIEN ( SURVEY PADA PASIEN B...
 
PENGARUH BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL TERHADAP STRES KERJA PADA PERAWAT DI IN...
PENGARUH BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL TERHADAP STRES KERJA PADA PERAWAT DI IN...PENGARUH BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL TERHADAP STRES KERJA PADA PERAWAT DI IN...
PENGARUH BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL TERHADAP STRES KERJA PADA PERAWAT DI IN...
 
R O D U K T I F I T A S W A K T U K E R J A P E R A W A T D I R U A N G R A W...
R O D U K T I F I T A S W A K T U K E R J A P E R A W A T D I R U A N G R A W...R O D U K T I F I T A S W A K T U K E R J A P E R A W A T D I R U A N G R A W...
R O D U K T I F I T A S W A K T U K E R J A P E R A W A T D I R U A N G R A W...
 
HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA, STRES KERJA DAN TINGKAT KONFLIK DENGAN KELELAHAN...
HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA, STRES KERJA DAN TINGKAT KONFLIK DENGAN KELELAHAN...HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA, STRES KERJA DAN TINGKAT KONFLIK DENGAN KELELAHAN...
HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA, STRES KERJA DAN TINGKAT KONFLIK DENGAN KELELAHAN...
 
JURNAL PERSEPSI TERHADAP PERTAHANAN BIROKRASI DAN STRES KERJA PERAWAT
JURNAL PERSEPSI TERHADAP PERTAHANAN BIROKRASI DAN STRES KERJA PERAWATJURNAL PERSEPSI TERHADAP PERTAHANAN BIROKRASI DAN STRES KERJA PERAWAT
JURNAL PERSEPSI TERHADAP PERTAHANAN BIROKRASI DAN STRES KERJA PERAWAT
 
Studi Deskriptif Burnout dan Coping Stres pada Perawat di Ruang Rawat Inap Ru...
Studi Deskriptif Burnout dan Coping Stres pada Perawat di Ruang Rawat Inap Ru...Studi Deskriptif Burnout dan Coping Stres pada Perawat di Ruang Rawat Inap Ru...
Studi Deskriptif Burnout dan Coping Stres pada Perawat di Ruang Rawat Inap Ru...
 
HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN WAKTU TANGGAP PERAWAT GAWAT DARURAT MENURUT PERSE...
HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN WAKTU TANGGAP PERAWAT GAWAT DARURAT MENURUT PERSE...HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN WAKTU TANGGAP PERAWAT GAWAT DARURAT MENURUT PERSE...
HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN WAKTU TANGGAP PERAWAT GAWAT DARURAT MENURUT PERSE...
 
Hubungan antara Motivasi Kerja Perawat dengan Kecenderungan mengalami Burnout...
Hubungan antara Motivasi Kerja Perawat dengan Kecenderungan mengalami Burnout...Hubungan antara Motivasi Kerja Perawat dengan Kecenderungan mengalami Burnout...
Hubungan antara Motivasi Kerja Perawat dengan Kecenderungan mengalami Burnout...
 
KONTRIBVSI HARDINESS DAN SELF-EFFICACYTERHADAP STRES KERJA (STUDI PADA PERA W...
KONTRIBVSI HARDINESS DAN SELF-EFFICACYTERHADAP STRES KERJA (STUDI PADA PERA W...KONTRIBVSI HARDINESS DAN SELF-EFFICACYTERHADAP STRES KERJA (STUDI PADA PERA W...
KONTRIBVSI HARDINESS DAN SELF-EFFICACYTERHADAP STRES KERJA (STUDI PADA PERA W...
 
JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN STRES PADA PERAWAT ICU RUMAH SAKIT TIPE...
JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN STRES PADA PERAWAT ICU RUMAH SAKIT TIPE...JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN STRES PADA PERAWAT ICU RUMAH SAKIT TIPE...
JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN STRES PADA PERAWAT ICU RUMAH SAKIT TIPE...
 
PENGUKURAN KINERJA INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KODYA SEMARA...
PENGUKURAN KINERJA INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KODYA SEMARA...PENGUKURAN KINERJA INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KODYA SEMARA...
PENGUKURAN KINERJA INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KODYA SEMARA...
 
JURNAL PELAYANAN ASURANSI KESEHATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI RSUD KABUPATEN SE...
JURNAL PELAYANAN ASURANSI KESEHATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI RSUD KABUPATEN SE...JURNAL PELAYANAN ASURANSI KESEHATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI RSUD KABUPATEN SE...
JURNAL PELAYANAN ASURANSI KESEHATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI RSUD KABUPATEN SE...
 
Konsep seksualitas
Konsep seksualitasKonsep seksualitas
Konsep seksualitas
 
KONSEP KELUARGA
KONSEP KELUARGAKONSEP KELUARGA
KONSEP KELUARGA
 
Proses keperawatan
Proses keperawatanProses keperawatan
Proses keperawatan
 
Memahami arti dan pentingnya pembukaan uud 19945
Memahami arti dan pentingnya pembukaan uud 19945Memahami arti dan pentingnya pembukaan uud 19945
Memahami arti dan pentingnya pembukaan uud 19945
 
KONSEP SEHAT SAKIT
KONSEP SEHAT SAKITKONSEP SEHAT SAKIT
KONSEP SEHAT SAKIT
 
KONSEP SAKIT DALAM ISLAM
KONSEP SAKIT DALAM ISLAMKONSEP SAKIT DALAM ISLAM
KONSEP SAKIT DALAM ISLAM
 
KONSEP HIDUP SEHAT DALAM ISLAM
KONSEP HIDUP SEHAT DALAM ISLAMKONSEP HIDUP SEHAT DALAM ISLAM
KONSEP HIDUP SEHAT DALAM ISLAM
 

SIROSIS HATI

  • 1. OLEH : KELOMPOK I ASTUTI MUHRI NURITA IRIYANTI AYU NURMAYANTI TRI KUSUMAWARDHANI NURUL FATWAH PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (PSIK) SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK) MAKASSAR2012
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “SIROSIS HEPATIS”. Tak lupa kami haturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas ini. Begitupun kepada dosen yang membimbing kami guna menyelesaikan makalah ini. Meskipun masih banyak kekurangan yang terdapat di dalam makalah ini, tapi kami selalu berusaha agar makalah yang kami buat bisa bermanfaat baik bagi kami sendiri maupun orang lain. Kami sangat berharap kepada siapa saja yang bisa memberikan kritik dan saran agar kedepannya, kami bisa membuat makalah yang lebih baik lagi. Makassar, Maret 2012 Kelompok I
  • 3. DAFTAR ISI Halaman Judul ............................................................................................................... i Kata Pengantar ............................................................................................................. ii Daftar Isi ...................................................................................................................... iii BAB I : Pendahuluan ..................................................................................................... 1 BAB II : Pembahasan .................................................................................................... 3 A. Definisi ............................................................................................................... 3 B. Etiologi............................................................................................................... 3 C. Patofisiologis ..................................................................................................... 4 D. Manifestasi Klinis............................................................................................... 5 E. Komplikasi ......................................................................................................... 5 F. Pemeriksaan Penunjang .................................................................................... 5 G. Penatalaksanaan ............................................................................................... 6 BAB III : Asuhan Keperawatan Sirosis Hepatis ............................................................. 8 A. Pengkajian ......................................................................................................... 8 B. Masalah Keperawatan yang Muncul ............................................................... 10 C. Intervensi......................................................................................................... 10 BAB IV : Penutup ........................................................................................................ 14 A. Kesimpulan ...................................................................................................... 14 B. Saran................................................................................................................ 14 Daftar Pustaka ............................................................................................................. iv
  • 4. BAB I PENDAHULUAN Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia, mempunyai berat sekitar 1.5 kg. Walaupun berat hati hanya 2-3% dari berat tubuh, namun hati terlibat dalam 25- 30% pemakaian oksigen. Sekitar 300 milyar sel-sel hati terutama hepatosit yang jumlahnya kurang lebih 80%, merupakan tempat utama metabolisme intermedier (Koolman, J & Rohm K.H, 2001) Hati manusia terletak pada bagian atas cavum abdominis, dibawah diafragma, dikedua sisi kuadran atas, yang sebagian besar terdapat pada sebelah kanan. Beratnya 1200-1600 gram. Permukaan atas terletak bersentuhan di bawah diafragma, permukaan bawah terletak bersentuhan di atas organ-organ abdomen. Hepar difiksasi secara erat oleh tekanan intraabdominal dan dibungkus oleh peritonium kecuali di daerah posterior-posterior yang berdekatan dengan vena cava inferior dan mengadakan kontak langsung dengan diafragma. Hepar dibungkus oleh simpai yang tebal, terdiri dari serabut kolagen dan jaringan elastis yang disebut Kapsul Glisson. Simpai ini akan masuk ke dalam parenkim hepar mengikuti pembuluh darah getah bening dan duktus biliaris. Massa dari hepar seperti spons yang terdiri dari sel-sel yang disusun di dalam lempengan-lempengan/ plate dimana akan masuk ke dalamnya sistem pembuluh kapiler yang disebut sinusoid. Sinusoid-sinusoid tersebut berbeda dengan kapiler-kapiler di bagian tubuh yang lain, oleh karena lapisan endotel yang meliputinya terediri dari sel-sel fagosit yang disebut sel kupfer. Sel kupfer lebih permeabel yang artinya mudah dilalui oleh sel-sel makro dibandingkan kapiler-kapiler yang lain. Lempengan sel-sel hepar tersebut tebalnya 1 sel dan punya hubungan erat dengan sinusoid. Pada pemantauan selanjutnya nampak parenkim tersusun dalam lobuli-lobuli. Di tengah-tengah lobuli terdapat 1 vena sentralis yang merupakan cabang dari vena-vena hepatika (vena yang menyalurkan darah keluar dari hepar). Di bagian tepi di antara lobuli-lobuli terhadap tumpukan jaringan ikat yang disebut traktus portalis / TRIAD yaitu traktus portalis yang mengandung cabang-cabang V.porta, A.hepatika, ductus biliaris. Cabang dari vena porta dan A.hepatika akan mengeluarkan isinya langsung ke dalam sinusoid setelah banyak percabangan Sistem
  • 5. bilier dimulai dari canaliculi biliaris yang halus yang terletak di antara sel-sel hepar dan bahkan turut membentuk dinding sel. Canaliculi akan mengeluarkan isinya ke dalam intralobularis, dibawa ke dalam empedu yang lebih besar, air keluar dari saluran empedu menuju kandung empedu. Hati merupakan pusat dari metabolisme seluruh tubuh, merupakan sumber energi tubuh sebanyak 20% serta menggunakan 20 – 25% oksigen darah. Ada beberapa fungsi hati yaitu : Fungsi hati sebagai metabolisme karbohidrat Fungsi hati sebagai metabolisme lemak Fungsi hati sebagai metabolisme protein Fungsi hati sehubungan dengan pembekuan darah Fungsi hati sebagai metabolisme vitamin Fungsi hati sebagai detoksifikasi Fungsi hati sebagai fagositosis dan imunitas Fungsi hemodinamik
  • 6. BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun yang ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut. (Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2001) Sirosis hepatis adalah penyakit hati kronik yang dicirikan dengan distorsi arsitektur hati normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan dengan vaskulatur normal. (Price & Willson, 2005, hal : 493) Sirosis hepatis adalah penyakit kronik hati yang dikarakteristikkan oleh gangguan struktur dan perubahan degenerasi, gangguan fungsi seluler, dan selanjutnya aliran darah ke hati. (Doenges, dkk, 2000, hal: 544) B. Etiologi 1. Ada 3 tipe sirosis hepatis : Sirosis portal laennec (alkoholik nutrisional), dimana jaringan parut secara khas mengelilingi daerah portal. Sering disebabkan oleh alkoholis kronis. Sirosis pasca nekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat lanjut dari virus hepatitis yang terjadi sebelumnya. Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi di dalam hati di sekitar saluran empedu. Terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi. 2. Etiologi yang diketahui penyebabnya : Virus hepatitis B dan C. Alcohol Kolestasis kronik/sirosis siliar sekunder intra dan ekstra hepatic. Obstruksi aliran vena hepatic. Gangguan imunologis hepatitis lupoid, hepatitis kronik aktif. Toksik dan obat INH, metilpoda. Operasi pintas usus halus pada obesitas. Malnutrisi, infeksi seperti malaria. 3. Etiologi tanpa diketahui penyebabnya : Sirosis yang tidak dikethui penyebabnya dinamakan sirosis kriptogenik / heterogenous.
  • 7. C. Patofisiologis Hati dapat terlukai oleh berbagai macam sebab dan kejadian. Kejadian tersebut dapat terjadi dalam waktu yang singkat atau dalam keadaan yang kronis atau perlukaan hati yang terus menerus yang terjadi pada peminum alkohol aktif. Hal ini kemudian membuat hati merespon kerusakan sel tersebut dengan membentuk ekstraselular matriks yang mengandung kolagen, glikoprotein, dan proteoglikans, dimana sel yang berperan dalam proses pembentukan ini adalah sel stellata. Pada cedera yang akut sel stellata membentuk kembali ekstraselular matriks ini dimana akan memacu timbulnya jaringan parut disertai terbentuknya septa fibrosa difus dan nodul sel hati sehingga ditemukan pembengkakan pada hati. Peningkatan deposisi kolagen pada perisinusoidal dan berkurangnya ukuran dari fenestra endotel hepatik menyebabkan kapilerisasi (ukuran pori seperti endotel kapiler)dari sinusoid. Sel stellata dalam memproduksi kolagen mengalami kontraksi yang cukup besar untuk menekan daerah perisinusoidal. Adanya kapilarisasi dan kontraktilitas sel stellata inilah yang menyebabkan penekanan pada banyak vena di hati sehingga mengganggu proses aliran darah ke sel hati dan pada akhirnya sel hati mati. Kematian hepatocytes dalam jumlah yang besar akan menyebabkan banyaknya fungsi hati yang rusak sehingga menyebabkan banyak gejala klinis. Kompresi dari vena pada hati akan dapat menyebabkan hipertensi portal yang merupakan keadaan utama penyebab terjadinya manifestasi klinis. Mekanisme primer penyebab hipertensi portal adalah peningkatan resistensi terhadap aliran darah melalui hati. Selain itu, biasanya terjadi peningkatan aliran arteriasplangnikus. Kombinasi kedua faktor ini yaitu menurunnya aliran keluar melalui vena hepatika dan meningkatnya aliran masuk bersama-sama yang menghasilkan beban berlebihan pada sistem portal. Pembebanan sistem portal ini merangsang timbulnya aliran kolateral guna menghindari obstruksi hepatik (varises). Hipertensi portal ini mengakibatkan penurunan volume intravaskuler sehingga perfusi ginjal pun menurun. Hal ini meningkatkan aktivitas plasma rennin sehingga aldosteron juga meningkat. Aldosteron berperan dalam mengatur keseimbangan elektrolit terutama natrium. Dengan peningkatan aldosteron maka terjadi retensi natrium yang pada akhirnya menyebabkan retensi cairan dan lama-kelamaan menyebabkan asites dan juga edema. Penjelasan diatas menunjukkan bahwa sirosis hepatis merupakan penyakit hati menahun yang ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul dimana terjadi pembengkakan hati. Etiologi sirosis hepatis ada yang diketahui penyebabnya, misal dikarenakan alkohol, hepatitis virus, malnutrisi, hemokromatis, penyakit Wilson dan juga ada yang tidak diketahui penyebabnya yang disebut dengan sirosis kriptogenik. Patofisiologi sirosis hepatis sendiri dimulai dengan proses peradangan, lalu nekrosis hati yang meluas yang akhirnya menyebabkan pembentukan jaringan ikat yang disertai nodul.
  • 8. D. Manifestasi Klinis 1. Penyakit sirosis hepatis mempunyai gejala seperti : Ikterus dan febris yang intermiten. Adanya pembesaran pada hati dan sel-selnya dipenuhi oleh lemak. Hati menjadi keras dan memiliki tepi tajam yang dapat diketahui melalui palpasi. Nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari pembesaran hati yang cepat. Regangan pada selubung fibrosa hati (kapsula glisoni). 2. Pada perjalanan penyakit yang lebih lanjut : Ukuran hati akan berkurang setelah jaringan parut menyebabkan pengerutan jaringan hati. Apabila dapat dipalpasi, permukaan hati akan teraba benjol-benjol (noduler). Obstruksi portal dan asites. Semua darah dari organ-organ digestif praktis akan berkumpul dalam vena portal dan dibawa ke hati. Cenderung menderita dyspepsia kronis atau diare. Berat badan pasien secara berangsur-angsur mengalami penurunan. Cairan yang kaya protein dan menumpuk di rongga peritoneal akan menyebabkan asites. Splenomegali juga terjadi. Jaring-jaring telangi ektasis, atau dilatasi arteri superfisial menyebabkan jaring berwarna biru kemerahan, yang sering dapat dilihat melalui inspeksi terhadap wajah dan keseluruhan tubuh. Varises gastrointestinal. Edema, gejala lanjut lainnya pada sirosis hepatis ditimbulkan oleh gagal hati yang kronis. E. Komplikasi Asites. Ensefalopati. Peritonitis bacterial spontan. Sindrom hepatorenal. Transformasi kearah kanker hati primer (hepatoma). F. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Laboratorium Pada darah dijumpai HB rendah, anemia normokrom normosister, hipokrom mikrosister/hipokrom makrosister. Kenaikan kadar enzim transaminase-SGOT, SGPT bukan merupakan petunjuk berat ringannya kerusakan parenkim hati, kenaikan kadar ini timbul dalam
  • 9. serum akibat kebocoran dari sel yang rusak, pemeriksaan billirubin, transaminase dan gamma GT tidak meningkat pada sirosis inaktif. Albumin akan merendah karena kemampuan sel hati yang berkurang, dan juga globulin yang naik merupakan cerminan daya tahan sel hati yang kurang dan menghadapi stress. Pemeriksaan CHE (kolinesterasi). Ini penting karena bila kadar CHE turun, kemampuan sel hati turun, tapi bila CHE normal/tambah turun akan menunjukkan prognosis jelek. Kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretic dan pembatasan garam dalam diet, bila ensefalopati, kadar Na turun dari 4 meg/L menunjukkan kemungkinan telah terjadi sindrom hepatorenal. Pemeriksaan marker serologi seperti virus, HbsAg/HbsAb, HbcAg, HcvRNA, untuk menentukan etiologi sirosis hati dan pemeriksaan AFP (Alfa Feto Protein) penting dalam menentukan apakah telah terjadi transformasi ke arah keganasan. 2. Pemeriksaan Penunjang Lainnya Radiologi : dengan barium swallow dapat dilihat adanya varises esophagus untuk konfirmasi hipertensi portal. Esofagoskopi : dapat dilihat varises esophagus sebagai komplikasi sirosis hati/hipertensi portal. Ultrasonografi : pada saat pemeriksaan USG sudah mulai dilakukan sebagai alat pemeriksaan rutin pada penyakit hati. G. Penatalaksanaan Terapi dan prognosis sirosis hati tergantung pada derajat komplikasi kegagalan hati dan hipertensi portal. Dengan kontrol pasien yang teratur pada fase dini akan dapat dipertahankan keadaan kompensasi dalam jangka panjang dan kita dapat memperpanjang timbulnya komplikasi. 1. Pasien dalam keadaan kompensasi hati yang baik cukup dilakukan control yang teratur, istirahat yang cukup, susunan TKTP. 2. Pasien sirosis hati dengan sebab yang diketahui, seperti : alcohol, dan obat- obatan lain dianjurkan menghentikan penggunaannya. Alcohol akan mengurangi pemasukan protein ke dalam tubuh. Hemokromatosis, dihentikan pemakaian preparat yang mengandung besi atau terapi kelasi (desperioxamine). Dilakukan venaseksi 2x seminggu sebanyak 500cc selama setahun. Pada penyakit wilson (penyakit metabolic yang diturunkan) diberikan D-penicilamine 20 mg/kg BB/hari yang akan mengikat kelebihan cuprum, dan menambah ekskresi melalui urine. Pada hepatitis kronik autoimun diberikan kortikosteroid, pada keadaan lain dilakukan terapi terhadap komplikasi yang timbul.
  • 10. a. Untuk asites, diberikan diet rendah garam 0,5 g/hari dan total cairan 1,5 L/hari. Spirolakton dimulai dengan dosis awal 4 x 25 mg/hari dinaikkan sampai total dosis 800 mg sehari, bila perlu dikombinasi dengan furosemid. b. Perdarahan varises esophagus. Pasien dirawat di RS sebagai kasus perdarahan saluran cerna. Pertama melakukan pemasangan NGT, disamping melakukan aspirasi cairan lambung. Bila perdarahan banyak, tekanan sistolik 100 x/menit atau Hb 9 g% dilakukan pemberian dekstrosa/salin dan transfusi darah secukupnya. Diberikan vasopresin 2 amp. 0,1 g dalam 500 cc cairan d 5 % atau salin pemberian selama 4 jam dapat diulang 3 kali. Dilakukan pemasangan SB tube untuk menghentikan perdarahan varises. Dapat dilakukan skleroterapi sesudah dilakukan endoskopi kalau ternyata perdarahan berasal dari pecahnya varises. Operasi pintas dilakukan pada child AB atau dilakukan transeksi esophagus (operasi Tannerso). Bila tersedia fasilitas dapat dilakukan foto koagulasi dengan laser dan heat probe. Bila tidak tersedia fasilitas diatas, untuk mencegah rebleeding dapat diberikan propanolol. c. Untuk ensefalopati dilakukan koreksi faktor pencetus seperti pemberian KCL pada hipokalemia, aspirasi cairan lambung bagi pasien yang mengalami perdarahan pada varises, dilakukan klisma, pemberian neomisin per oral. Pada saat ini sudah mulai dikembangkan transplantasi hati dengan menggunakan bahan Cadaveric Liver. d. Terapi yang diberikan berupa antibiotic seperti cefotaxime 2 g/8 jam IV amoxicillin, aminoglikosida. e. Sindrom hepatorenal/nefropati hepatic, terapinya adalah imbangan air dan garam diatur dengan ketat, atasi infeksi dengan pemberian antibiotic, dicoba melakukan parasentesis abdominal dengan ekstra hati-hati untuk memperbaiki aliran vena cava, sehingga timbul perbaikan pada curah jantung dan fungsi ginjal.
  • 11. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SIROSIS HEPATIS A. Pengkajian 1. Riwayat Kesehatan Sekarang Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluhan utama pasien, sehingga dapat ditegakkan prioritas masalah keperawatan yang dapat muncul. 2. Riwayat Kesehatan Sebelumnya Apakah pasien pernah dirawat dengan penyakit yang sama atau penyakit lain yang berhubungan dengan penyakit hati, sehingga menyebabkan penyakit Sirosis hepatis. Apakah pernah sebagai pengguna alkohol dalam jangka waktu yang lama disamping asupan makanan dan perubahan dalam status jasmani serta rohani pasien. 3. Riwayat Kesehatan Keluarga Adakah penyakit-penyakit yang dalam keluarga sehingga membawa dampak berat pada keadaan atau yang menyebabkan Sirosis hepatis, seperti keadaan sakit DM, hipertensi, ginjal yang ada dalam keluarga. Hal ini penting dilakukan bila ada gejala-gejala yang memang bawaan dari keluarga pasien. 4. Riwayat Tumbuh Kembang Kelainan-kelainan fisik atau kematangan dari perkembangan dan pertumbuhan seseorang yang dapat mempengaruhi keadaan penyakit, seperti ada riwayat pernah icterus saat lahir yang lama, atau lahir premature, kelengkapan imunisasi, pada form yang tersedia tidak terdapat isian yang berkaitan dengan riwayat tumbuh kembang. 5. Riwayat Sosial Ekonomi Apakah pasien suka berkumpul dengan orang-orang sekitar yang pernah mengalami penyakit hepatitis, berkumpul dengan orang-orang yang dampaknya mempengaruhi perilaku pasien yaitu peminum alcohol, karena keadaan lingkungan sekitar yang tidak sehat. 6. Riwayat Psikologi
  • 12. Bagaimana pasien menghadapi penyakitnya saat ini apakah pasien dapat menerima, ada tekanan psikologis berhubungan dengan sakitnya. Kita kaji tingkah laku dan kepribadian, karena pada pasien dengan sirosis hepatis dimungkinkan terjadi perubahan tingkah laku dan kepribadian, emosi labil, menarik diri, dan depresi. Fatique dan letargi dapat muncul akibat perasaan pasien akan sakitnya. Dapat juga terjadi gangguan body image akibat dari edema, gangguan integument, dan terpasangnya alat-alat invasive (seperti infuse, kateter). Terjadinya perubahan gaya hidup, perubahan peran dan tanggungjawab keluarga, dan perubahan status financial (Lewis, Heitkemper, & Dirksen, 2000). 7. Pemeriksaan Fisik a. Kesadaran dan keadaan umum pasien Perlu dikaji tingkat kesadaran pasien dari sadar - tidak sadar (composmentis - coma) untuk mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien, kekacauan fungsi dari hepar salah satunya membawa dampak yang tidak langsung terhadap penurunan kesadaran, salah satunya dengan adanya anemia menyebabkan pasokan O2 ke jaringan kurang termasuk pada otak. b. Tanda - tanda vital dan pemeriksaan fisik Kepala – kaki TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari keadaan umum pasien / kondisi pasien dan termasuk pemeriksaan dari kepala sampai kaki dan lebih focus pada pemeriksaan organ seperti hati, abdomen, limpa dengan menggunakan prinsip-prinsip inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi), disamping itu juga penimbangan BB dan pengukuran tinggi badan dan LLA untuk mengetahui adanya penambahan BB karena retreksi cairan dalam tubuh disamping juga untuk menentukan tingakat gangguan nutrisi yanag terjadi, sehingga dapat dihitung kebutuhan Nutrisi yang dibutuhkan. 1) Hati : perkiraan besar hati, bila ditemukan hati membesar tanda awal adanya cirosis hepatis, tapi bila hati mengecil prognosis kurang baik, konsistensi biasanya kenyal / firm, pinggir hati tumpul dan ada nyeri tekan pada perabaan hati. Sedangkan pada pasien Tn.MS ditemukan adanya pembesaran walaupun minimal (USG hepar). Dan menunjukkan sirosis hati dengan hipertensi portal. 2) Limpa: ada pembesaran limpa, dapat diukur dengan 2 cara : a) Schuffner, hati membesar ke medial dan ke bawah menuju umbilicus (S-I-IV) dan dari umbilicus ke SIAS kanan (S V-VIII)
  • 13. b) Hacket, bila limpa membesar ke arah bawah saja. 3) Pada abdomen dan ekstra abdomen dapat diperhatikan adanya vena kolateral dan acites, manifestasi diluar perut: perhatikan adanya spinder nevi pada tubuh bagian atas, bahu, leher, dada, pinggang, caput medussae dan tubuh bagian bawah, perlunya diperhatikan adanya eritema palmaris, ginekomastia dan atropi testis pada pria, bias juga ditemukan hemoroid. B. Masalah Keperawatan yang Muncul 1. Perubahan status nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan gangguan gastrointestinal. 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan berat badan. 3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pembentukan edema. Intervensi Diagnosa Keperawatan 1. : Perubahan status nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat (anoreksia, nausea, vomitus) Tujuan : Status nutrisi baik Intervensi : o Kaji intake diet, Ukur pemasukan diit, timbang BB tiap minggu. Rasional: Membantu dalam mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan diet. Kondisi fisik umum, gejala uremik (mual, muntah, anoreksia, dan ganggguan rasa) dan pembatasan diet dapat mempengaruhi intake makanan, setiap kebutuhan nutrisi diperhitungan dengan tepat agar kebutuhan sesuai dengan kondisi pasien, BB ditimbang untuk mengetahui penambahan dan penuruanan BB secara periodik. o Berikan makanan sedikit dan sering sesuai dengan diet. Rasional: Meminimalkan anoreksia dan mual sehubungan dengan status uremik.
  • 14. o Tawarkan perawatan mulut (berkumur/gosok gigi) dengan larutan asetat 25 % sebelum makan. Berikan permen karet, penyegar mulut diantara makan. Rasional: Membran mukosa menjadi kering dan pecah. Perawatan mulut menyejukkan, dan membantu menyegarkan rasa mulut, yang sering tidak nyaman pada uremia dan pembatasan oral. Pencucian dengan asam asetat membantu menetralkan ammonia yang dibentuk oleh perubahan urea (Black, & Hawk, 2005). o Identifikasi makanan yang disukai termasuk kebutuhan kultural. Rasional: Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan, maka dapat meningkatkan nafsu makan pasien. o Motivasi pasien untuk menghabiskan diet, anjurkan makan-makanan lunak. Rasional: Membantu proses pencernaan dan mudah dalam penyerapan makanan, karena pasien mengalami gangguan sistem pencernaan. o Berikan bahan penganti garam pengganti garam yang tidak mengandung amonium. Rasional: Garam dapat meningkatkan tingkat absorsi dan retensi cairan, sehingga perlu mencari alternatif pengganti garam yang tepat. o Berikan diet 1700 kkal (sesuai terapi) dengan tinggi serat dan tinggi karbohidrat. Rasional: Pengendalian asupan kalori total untuk mencapai dan mempertahankan berat badan sesuai dan pengendalian kadar glukosa darah o Berikan obat sesuai dengan indikasi : Tambahan vitamin, thiamin, besi, asam folat dan Enzim pencernaan. Rasional: Hati yang rusak tidak dapat menyimpan Vitamin A, B kompleks, D dan K, juga terjadi kekurangan besi dan asam folat yang menimbulkan anemia. Dan meningkatkan pencernaan lemak dan dapat menurunkan diare. o Kolaborasi pemberian antiemetik Rasional: untuk menghilangkan mual / muntah dan dapat meningkatkan pemasukan oral.
  • 15. Diagnosa Keperawatan 2. : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan berat badan. Tujuan : Peningkatan energi dan partisipasi dalam aktivitas. Intervensi : o Tawarkan diet tinggi kalori, tinggi protein (TKTP). Rasional : Memberikan kalori bagi tenaga dan protein bagi proses penyembuhan. o Berikan suplemen vitamin (A, B kompleks, C dan K) Rasional : Memberikan nutrien tambahan. o Motivasi pasien untuk melakukan latihan yang diselingi istirahat Rasional : Menghemat tenaga pasien sambil mendorong pasien untuk melakukan latihan dalam batas toleransi pasien. o Motivasi dan bantu pasien untuk melakukan latihan dengan periode waktu yang ditingkatkan secara bertahap. Rasional : Memperbaiki perasaan sehat secara umum dan percaya diri. Diagnosa Keperawatan 3. : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pembentukan edema. Tujuan : Integritas kulit baik Intervensi : o Batasi natrium seperti yang diresepkan. Rasional : Meminimalkan pembentukan edema. o Berikan perhatian dan perawatan yang cermat pada kulit.
  • 16. Rasional : Jaringan dan kulit yang edematus mengganggu suplai nutrien dan sangat rentan terhadap tekanan serta trauma. o Ubah posisi tidur pasien dengan sering. Rasional : Meminimalkan tekanan yang lama dan meningkatkan mobilisasi edema. o Timbang berat badan dan catat asupan serta haluaran cairan setiap hari. Rasional : Memungkinkan perkiraan status cairan dan pemantauan terhadap adanya retensi serta kehilangan cairan dengan cara yang paling baik. o Lakukan latihan gerak secara pasif, tinggikan ekstremitas edematus. Rasional : Meningkatkan mobilisasi edema. o Letakkan bantalan busa yang kecil dibawah tumit, maleolus dan tonjolan tulang lainnya. Rasional : Melindungi tonjolan tulang dan meminimalkan trauma jika dilakukan dengan benar.
  • 17. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Mengingat pengobatan sirosis hati hanya merupakan simptomatik dan mengobati penyulit, maka prognosa sirosis hepatis bisa jelek. Namun penemuan sirosis hati yang masih terkompensasi mempunyai prognosa yang baik. Oleh karena itu ketepatan diagnosa dan penanganan yang tepat sangat dibutuhkan dalam penatalaksanaan sirosis hati B. Saran Saran penulis kepada pembaca, yaitu perbanyaklah membaca literature yang berkaitan dengan penyakit dalam, khususnya yang membahas organ hepar agar materi ini bisa lebih dipahami. Jika ada kesalahan, Anda bisa memberi saran atau kritik agar penulis bisa membuat makalah yang lebih baik lagi.
  • 18. DAFTAR PUSTAKA Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. (2001). Keperawatan medikal bedah 2. (Ed 8).Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC). Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C. Geisser. (1999). Rencana asuhan keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC). Tjokronegoro dan Hendra Utama. (1996). Ilmu penyakit dalam jilid 1. Jakarta: FKUI. Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. (1994). Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: Penerbit EGC. Soeparman. 1987. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta : FKUI.