SlideShare a Scribd company logo
1 of 56
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Menua atau menjadi tua merupakan tahap akhir dari kehidupan dan pasti
akan terjadi pada semua makhluk hidup. Menua bukanlah suatu penyakit
melainkan proses berangsur-angsur dan berakibat pada perubahan biologis,
psikologis, sosial dan spiritual (Nugroho, 2015). Upaya pemerintah dalam
pembangunan nasional berdampak padatingginya angka harapan hidup
penduduk. Hal ini menyebabkan jumlah penduduk lanjutusia meningkat
(Suardiman, 2011).
Peningkatan jumlah lansia menimbulkan masalah dalam berbagai aspek.
Salah satunya adalah aspek kesehatan. Pada lansia terjadi penurunan struktur
dan fungsi organ tubuh sehingga lansia lebih rentan terhadap berbagai penyakit
baik degeneratif maupun infeksi (Darmojo dan Martono, 2010). Proporsi
penyebab kematian pada lansia paling tinggi adalah stroke (Riset Kesehatan
Dasar,2013).
Stroke menurut WHO (World Health Organisation) adalah gangguan
otak fokal ataupun global secara mendadak yang disebabkan oleh gangguan
vaskuler dan dapat menyebabkan kematian yang berlangsung selama 24 jam
atau lebih. Berdasarkan laporan WHO pada tahun 1999 stroke merupakan
penyebab kematian nomor dua dan penyebab utama kecacatan dengan angka
sekitar 5,54 juta kematian. Jumlah ini merupakan 9,5% dari seluruh kematian
di dunia (Bahrudin, 2012).
Penyakit stroke banyak ditemukan pada masyarakat yang berusia 45
tahun keatas. Stroke terjadi secara mendadak dan dapat berakhir pada kematian
serta kecacatanyang pemanen pada anggota gerak (Lumbantobing, 2010).
Stroke memiliki tingkat mortalitas yang tinggi sebagai penyakit terbanyak
ketiga yang menyebabkan kematian didunia setelah penyakit jantung dan
kanker. Persentase yang meninggal akibat kejadianstroke pertama kali adalah
18% hingga 37% dan 62% untuk kejadian stroke berulang.
2
Data Internasional Classification of Disease yang diambil dari National
Vital Statistics Reports Amerika Serikat untuk tahun 2011 menunjukkan rata-
rata kematian akibat strokeadalah 41,4% dari 100.000 penderita.Prevalensi
stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7 per 1000
penduduk dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1
per1000 penduduk. Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan
tertinggi diSulawesi Utara (10,8 per 1000 penduduk), diikuti DI Yogyakarta
(10,3 per 1000 penduduk), Bangka Belitung dan DKI Jakarta (masing-masing
9,7 per 1000 penduduk).Prevalensi stroke berdasarkan terdiagnosis tenaga
kesehatan dan gejala tertinggi terdapatdi Sulawesi Selatan (17,9 per 1000
penduduk), DI Yogyakarta (16,9 per 1000 penduduk),Sulawesi Tengah (16,6
per 1000 penduduk), diikuti Jawa Timur sebesar 16 per 1000.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.E dengan Gangguan
Sistem Persyarafan (Stroke) Di Gg. Harkat rt 01/02 Kelurahan Karamat
Kecamatan Gunung Puyuh Kota Sukabumi?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.E dengan
Gangguan Sistem Persyarafan (Stroke) Di Gg. Harkat rt 01/02 Kelurahan
Karamat Kecamatan Gunung Puyuh Kota Sukabumi.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk Melakukan Pengkajian Asuhan Keperawatan Gerontik Pada
Ny.E dengan Gangguan Sistem Persyarafan (Stroke) Di Gg.Harkat rt
01/02 Kelurahan Karamat Kecamatan Gunung Puyuh Kota Sukabumi.
b. Untuk Menetapkan Diagnosa Asuhan Keperawatan Gerontik Pada
Ny.E dengan Gangguan Sistem Persyarafan (Stroke) Di Gg.Harkat rt
01/02 Kelurahan Karamat Kecamatan Gunung Puyuh Kota Sukabumi.
3
c. Untuk Menyusun Intervensi Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Pada
Ny.E dengan Gangguan Sistem Persyarafan (Stroke) Di Gg.Harkat rt
01/02 Kelurahan Karamat Kecamatan Gunung Puyuh Kota Sukabumi.
d. Untuk Melaksanakan Implementasi Asuhan Keperawatan Gerontik
Pada Ny.E dengan Gangguan Sistem Persyarafan (Stroke) Di
Gg.Harkat rt 01/02 Kelurahan Karamat Kecamatan Gunung Puyuh
Kota Sukabumi.
e. Untuk Melakukan Evaluasi Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.E
dengan Gangguan Sistem Persyarafan (Stroke) Di Gg.Harkat rt 01/02
Kelurahan Karamat Kecamatan Gunung Puyuh Kota Sukabumi.
f. Untuk Membandingkan Adanya Kesenjangan Antara Teori Dengan
Kenyataan Di Lapangan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Lansia
1. Definisi Lansia
Lanjut usia adalah kelompok manusia yang berusia 60 tahun keatas
(Hardywinoto dan Setiabudhi, 1998). Pada lanjut usia akan terjadi proses
menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan
sehingga tidak dapat bertahan terhdap infeksi dan memperbaiki kerusakan
yang terjadi (Constantinides, 1994). Oleh karena itu, dalam tubuh akan
menumpuk makin banyak distorsi meyabolik dan struktural yang disebut
penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup
dengan episode terminal (Darmojo dan Martono, 1999).
World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang
telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur
pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya.
Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang
disebut Aging Process atau proses penuaan. Batasan umur pada usia lanjut
dari waktu ke waktu berbeda. Menurut World Health Organitation (WHO)
lansia meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun
2. Tipe Lansia
Beberapa tipe lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup,
lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho dalam
Sunaryo, 2016). Tipe tersebut dijabarkan sebagai berikut :
a. Tipe arif bijaksana. Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan
diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah,
5
rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi
panutan.
b. Tipe mandiri. Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang
dengan kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan
teman, serta memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas. Konflik lahir batin menentang proses penuaan
sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit
dilayani, pengkritik, dan banyak menuntut.
d. Tipe pasrah. Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan
agama, dan melakukan pekerjaan apasaja.
e. Tipe bingung. Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh
3. Proses Menua
Ada beberapa teori yang herkaitan dengan proses penuaan, yaitu
teori biologi, teori psikologis, teori sosial dan teori spiritual.
a. Teori Biologi
1. Teori Genetik
Teori genetik ini menyebutkan bahwa manusia dan hewan
terlahir dengan program genetik yang mengatur proses menua
selama rentang hidupnya. Setiap spesies dalam di ddlam intl selnya
memiliki Suatu suatu jam genetik/jam biologis sendiri dan setiap
spesies mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang telah
diputar menurut replikasi tertentu sehlngga bila Jam ini berhenti
berputar maka ia akan mati.
2. Wear and Tear Theory
Menurut teori "pemakaian dan perusakan" (Wear and tear
theory) disebutkan bahwa proses menua terjadi akibat kelebihan
usaha dan stres yang menyebabkan sel tubuh menjadi lelah dan
tidak mampu meremajakan fungsinya. Proses menua merupakan
suatu proses fisiologis.
6
3. Teori Nutrisi
Teori Nutrisi menyatakan bahwa proses menua dan kualitas
proses menua dipengaruhi intake nutrisi seseorang sepanjang
hidupnya. Intake nutrisi yang balk pada setiap tahap
perkemba_ngan akan membantu meningkatkan kualitas kesehatan
seseorang. Semakin lama seseorang mengkonsumsi makanan
bergizi dalam rentang hidupnya, maka ia akan hidup lebih lama
dengan sehat.
4. Teori Mutasi Somatik
Menurut teori ini, penuaan terjadi karena adanya mutasi
somatik akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan
dalam proses transkripsi DNA dan RNA dan dalam proses translasi
RNA protein/ enzim. Kesalahan ini terjadi terus-menerus sehingga
akhirnya akan terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel
normal menjadi sel kanker atau penyakit.
5. Teori Stres
Teori stres mengungkapkan bahwa proses menua terjadi
akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabllan hngkungan
internal, kelebuhan usaha, dan sel yang menyebabkan sel tubuh
lelah terpakai.
6. Slow Immunology
Menurut teori ini, srstem 'mun menjadi efektif dengan
bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh yang dapat
menyebabkan kerusakan organ tubuh.
7. Teori Radikal Bebas
Radikal bebas terfokus di alam bebas, tidak stabilnya radikal
mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti
karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak
dapat melakukan regenerasl.
7
8. Teori Rantai Silang
Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi kimia sel-
sel yang tua dan usang menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya
jaringan kolagen. ikatan ini menyebabkan penurunan elastisltas,
kekacauan, dan hilangnya fungsi sel.
b. Teori Psikologis
1. Teori Kebutuhan Dasar Manusia
Menurut hierarki Maslow tentang kebutuhan dasar manusia,
setiap manusia memiliki kebutuhan dan berusaha untuk memenuhi
kebutuhannya itu. Dalam pemenuhan kebutuhannya, setiap
individu memiliki prioritas. Seorang individu akan berusaha met-
nenuhi kebutuhan di piramida lebih atas ketika kebutuhan di
tingkat piramida di bawahnya telah terpenuhi_ Kebutuhan pada
piramida tertinggi adalah aktualisasi diri. Ketika individu
mengalami proses menua, ia akan berusaha memenuhi kebutuhan
di piramida tertinggi yaitu aktualisasi diri.
2. Teori Individualisme Jung
Menurut teori ini, kepribadian seseorang tidak hanya
IMOrientasi pada dunia luar namun juga pengalaman pribadi.
Keseimbangan merupakan faktor yang sangat penting untuk
menjaga kesehatan mental. Menurut teori ini proses menua
dikatakan berhasil apabila individu mellhat ke dalam dan nilai
dlrinya lebih dari Sekedar kehilangan atau pembatasan fisiknya.
3. Teori Pusat Kehidupan Manusia
Teori ini berfokus pada identifikasi dan pencapaian tujuan
kehidupan seseorang menurut lima fase perkembangan, yaitu:
a) Masa anak-anak; belum memiliki tujuan hidup yang realistik
b) Remaja dan dewasa muda; mulai memiliki konsep tujuan hidup
yang spesifik
c) Dewasa tengah; mulai memiliki tujuan hidup yang lebih
kongkrit dan berusaha untuk mewujudkannya
8
d) Usia pertengahan; melihat ke belakang, mengevaluasi tujuan
yang dicapai
e) Lansia; saatnya berhenti untuk melakukan pencapaian tujuan
hidup.
4. Teori Tugas Perkembangan
Menurut tugas tahapan perkembangan ego Ericksson, tugas
perkembangan lansia adalah integrity versus despair. Jika lansia
dapat menemukan arti dari hidup yang diplaninya, maka lansia
akan memiliki integritas ego untuk menyesuaikan dan mengatur
proses menua yang dialaminya. lika lansia tidak memiliki integritas
maka ia akan marah, depresi dan merasa tidak adekuat, dengan kata
lain mengalami keputusasaan.
c. Teori Sosiologi
1. Teori Interaksi Sosial (Social Exchange Theory)
Menurut teori ini pada lansia terpdi penurunan kekuasaan dan
prestise sehingga interaksi sosial mereka juga berrkurang, yang
tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan mereka untuk
mengikutl penntah.
2. Teori Penarikan Diri (Disengangement Theory)
Kemiskinan yang diderita lansia dari menurutnya derajat
kesehatanmengakibatkan seorang lansia serta perlahan-lahan
menarik diri dari pergaulan di sekitarnya. Lansia mengalami
kehilangan ganda yang meliputi:
a) Kehilangan peran
b) Hambatan social
c) Berkurangnya komitmen
Pokok-pokok teori menarik diri adalah:
a) Pada pria, terjadi kehilangan peran hidup terutama terjadi pada
masa pensiu. Sedangkan pada wanita terjadi pada masa ketika
peran dalam keluarga berkurang, misalknya saat anak beranjak
dewasa serta meninggalkan rumah untuk belajar dan menikah
9
b) Lansia dan masyarakat mampu mengambil manfaat dari hal ini,
karena lansia dapat merasakan bahwa tekanan social berkurang,
sedangkan kaum muda memperoleh kesempatan kerja yang
lebih luas
c) Aspek utama dalam teori ini adalah proses menarik diri yang
terjadi sepanjang hidu[. Proses ini tidak dapat dihindari serta
harus diterima oleh lanisa dan masyarakat.
3. Teori Aktivitas (Activity Theory)
Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung
pada bagaimana seorag lansia merasakan kepuasan dalam
melakukan aktivitas serta mempertahankan aktivitas tersebut lebih
penting dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang dilakukan.
Dari pihak lansia sendiri seikit terdapat anggapan bahwa
proses penuaan merupakan suatu perjuangan untuk tetap muda dan
berusaha untuk mempertahankan perilaku mereka semasa
mudanya.
4. Terori Berkesinambungan (Continuity Theory)
Menurut theory ini, setiap orang pasti berubah menjadi tua,
namun kepribadian dasar dan pola perilaku individu tidak akan
mengalami perubahan. Pengalaman hidup seseorang pada suatu
saat meupakan gambarannya kelak pada saat menjadi lansia.
4. Perubahan Fisiologis
Perubahan pada suatu sistem fisiologik akan mempengaruhi dan
memberikan konsekuensi pada proses penuaan yaitu pada struktur dan
fungsi fisiologis (Mauk, 2010). Efek perubahan fisiologis secara umum
adalah penurunan mekanisme homeostatik dan penurunan respon
immunologic Stanhope & Lancaster (2004). Perubahan fisik pada
lansia yaitu :
1. Sistem Sensori
Lansia dengan kerusakan fungsi pendengaran dapat memberikan
respon yang tidak sesuai sehingga dapat menimbulkan rasa malu
10
dan gangguan komunikasi verbal Watson (2003 dalam Stanley &
Beare, 2007 ). Sedangkan menurut Ebersol (2010) perubahan pada
sistem pendengaran terjadi penurunan pada membrane timpani (
atropi ) sehingga terjadi gangguan pendengaran. Tulang tulang
pendengaran mengalami kekakuan.
2. Sistem Muskulosekeletal
Perubahan normal sistem muskuloskeletal terkait usia pada
lansia, termasuk penurunan tinggi badan, redistribusi masa otot dan
lemak sub kutan, peningkatan porositas tulang, atropi otot,
pergerakan yang lambat, pengurangan kekuatan dan kekakuan
sendi-sendi, Perubahan pada otot, tulang dan sendi mengakibatkan
terjadinya perubahan penampilan, kelemahan dan lambatnya
pergerakan yang menyertai penuaan (Stanley & Beare, 2007).
Kekuatan motorik lansia cenderung kaku sehingga menyebabkan
sesuatu yang dibawa dan dipegangnya akan menjadi tumpah atau
jatuh (Stuart, 2009).
3. Sistem Integumen
Menurut Watson (2003 dalam Stanley & Beare 2007) penuaan
terajadi perubahan khususnya perubahan yang terlihat pada kulit
seperti atropi, keriput dan kulit yang kendur dan kulit mudah rusak.
Perubahan yang terlihat sangat bervariasi, tetapi pada prinsipnya
terjadi karena hubungan antara penuaan intrinsik atau secara alami
dan penuaan ektrinsik atau karena lingkungan. Sedangkan menurut
Stuart (2009) perubahan yang tampak pada kulit, dimana kulit
menjadi kehilangan kekenyalan dan elastisitasnya.
4. Sistem Kardiovaskuler
Penurunan yang terjadi di tandai dengan penurunan tingkat
aktivitas yang mengakibatkan penurunan tingkat aktivitas, yang
mengakibatkan penurunan kebutuhan darah yang terorganisasi
(Stanley & Beare, 2007)
11
5. Sistem Pernafasan
Impliksi klinis menyebabkan kerentanan lansia untuk
mengalami kegagalan respirasi, kanker paru, emboli pulmonal dan
penyakit kronis seperti asma dan penyakit obstruksi menahun
Stanley & Beare (2007). Sedangkan menurut Ebersol (2010)
penambahan usia kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan
otot pernafasan akan menurun, sendi – sendi tulang iga akan
menjadi kaku dan akan mengakibatkan penurunan laju ekspirasi
paksa satu detik sebesar 0,2 liter / decade serta berkurang kapasitas
vital.
6. Sistem Perkemihan
Pada lansia yang mengalami stress atau saat kebutuhan
fisiologik meningkat atau terserang penyakit, penuaan pada saat
sistem renal akan sangat mempengaruhi Stanley & Beare (2007).
Proses penuaan tidak langsung menyebabkam masalah kontinensia,
kondisi yang sering terjadi pada lansia yang dikombinasikan
dengan perubahan terkait usia dapat memicu inkontinensia karena
kehilangan irama di urnal pada produksi urine dan penurunan
filtrasi ginjal Watson, (2003 dalam Stanley & Beare 2007).
Sedangkan menurut Stuart (2009) berkurangnya kemampuan ginjal
untuk mengeluarkan sisa metabolisme melalui urine serta
penurunan kontrol untuk berkemih sehingga terjadi kontinensia
urine pada lansia.
7. Sistem Pencernaan
Hilangnya sokongan tulang turut berperan terhadap kesulitan –
kesulitan yang berkaitan dengan penyediaan sokongan gigi yang
adekuat dan stabil pada usia lebih lanjut Stanley & Beare (2007).
Perubahan fungsi gastrointestinal meliputi perlambatan peristaltik
dan sekresi, mengakibatkan lansia mengalami intoleransi pada
makanan tertentu dan gangguan pengosongan lambung dan
perubahan pada gastrointestinal bawah dapat menyebabkan
12
konstipasi, distensi lambung dan intestinal atau diare Potter &
Perry (2009).
8. Sistem Persyarafan
Perubahan sistem persyarafan menurut Stanley & Beare (2007)
terdapat beberapa efek penuaan pada sistem persyarafan, banyak
perubahan dapat diperlambat dengan gaya hidup sehat. Sedangkan
menurut Potter & Perry (2009) lansia akan mengalami gangguan
persarafan terutama lansia akan mengalami keluhan seperti
perubahan kualitas dan kuantitas tidur. Lansia akan mengalami
kesulitan,kesulitan untuk tetap terjaga, kesulitan untuk kembali
tidur setelah terbangun di malam hari.
5. Perubahan Psikologis
Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya
penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling
berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi
menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa
secara khusus pada lansia. Beberapa masalah dan gangguan psikologis
yang sering terjadi pada lansia :
a. Agresi
Suatu tindakan yang bersifat menyerang disertai kekuatan
b. Kemarahan
Kemarahan adalah rasa tidak senang yang kuat, biasanya karena
konflik atau pertentangan.
c. Penolakan
Ketidakmampuan seseorang untuk mengakui secara sadar
terhadap pikiran, keinginan, perasaan atau kebutuhan pada
kejadian nyata atau sesuatu yang merupakan ancaman
d. Ketergantungan
Meletakan kepercayaan kepada orang lain atau benda-benda lain,
untuk bantuan yang terus menerus, penentram hati serta
pemenuhan kebutuhan.
13
e. Manipulasi
Proses bertingkah lakau seseorang dalam menghadapi orang lain,
dengan tujuan untuk sekedar memuaskan kehendak orang lain
maupun diri sendiri dengan cara yang cerdik atau bahkan tidak
jujur dan penuh muslihat.
f. Depresi
Gangguan depresi merupakan hal yang terpenting dalam problem
lansia. Usia bukan merupakan faktor untuk menjadi depresi tetapi
suatu keadaan penyakit medis kronis dan masalah-masalah yang
dihadapi lansia yang membuat mereka depresi. Gejala depresi
pada lansia dengan orang dewasa muda berbeda dimana pada
lansia terdapat keluhan somatik
g. Cemas
Perasaan tidak menyenanngkan atau ketakutan yang tidak jelas
dan hebat. Ini terjadi sebagai reaksi terhadap suatu yang dialami
seseorang.
h. Demensia
Demensia adalah suatu gangguan intelektual/daya ingat yang
umumnya progresif dan ireversibel. Biasanya ini sering terjadi
pada orang yang berusia > 65 tahun. Faktor resiko yang sering
menyebabkan lanjut usia terkena demensia adalah: usia, riwayat
keluarga, jenis kelamin perempuan. Demensia merupakan suatu
penyakit degeneratif primer pada susunan sistem saraf pusat dan
merupakan penyakit vaskuler.
i. Insomnia
Sulit masuk tidur/mempertahankan tidur atau sulit tertidur lagi
setelah terbangun, kurang tidur atau berlebihan tidur, dampak
kurang tidur, distress, hygiene tidur dan variasi tidur.
14
j. Derilium
Kabur atau tidak dapat mengidentifikasi waktu, tempat, dan orang
serta gangungan akut, disorientasi, melantur, halusinasi, dll.
Penyebab : infeksi, gangguan elektrolit, dll
k. Krisis Kepercayaan Diri
Mungkin krisis ini bisa dikategorikan gangguan mental dimana
seorang lansia merasa bahwa ia jelek dan tua sehingga tak ingin
lagi bertemu siapapun bahkan keluarganya. Meskipun jarang ada
beberapa kejadian yang dialami oleh lansia yang menderita
gangguan mental ini. Cukup mengganggu memang mengingat
banyak lansia yang bersikap layaknya anak-anak dan cukup
menyulitkan.
l. Sensitif
Sensitif merupakan gangguan selanjutnya yang sudah pasti terjadi
pada semua lansia. Dimana mereka menangis dengan mudah,
tertawa dengan mudah, marah dengan mudah dan sebagainya. Hal
tersebut efek dari psikologis seorang lansia yang semakin lama
semakin seperti anak-anak.
m. Halusinasi
Halusinasi merupakan salah satu yang paling sering terjadi.
Mereka yang tidak sadar antara kenyataan dan tidak kenyataan
yang menyebabkan halusinasi lebih indah. Sering juga karena
mereka yang ditinggalkan oleh keluarganya sehingga ia
menghibur diri sendiri dengan halusinasi.
n. Bunuh Diri
Bunuh diri merupakan gangguan terburuk yang mungkin terjadi.
Dimana, mereka merasa mati adalah hal yang akan terjadi baik
cepat atau lambat. Maka dibandingkan menunggu lama mereka
berpikir bahwa mati dengan bunuh diri lebih baik dibandingkan
menunggu kematian.
15
6. Masalah Dan Penyakit Yang Sering Di Hadapi Oleh Lanjut Usia
Jika anda mengamati orang lanjut usia. Anda akan menemukan
beberapa hal yang menarik yang pasti berbeda dari kebanyakan orang
dewasa lainnya. Memang tidak dapat di bantah, jika seseorang
bertambah tua, kemampuan fisik dan mental hidupnya pun akan
perlahan-lahan tetapi pasti menurun. Akibatnya aktivitas hidupnya
akan ikut terpengaruh, yang pada akhirnya akan dapat mengurangi
kesigapan seseorang.
Secara umum menjadi tua atau menua ( ageing process ), di tandai
oleh kemunduran-kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-
gejala kemunduran fisik dan kemampuan kognitif yang sering kali
menimbilkan masalah. Masalah fisik yang sehari-hari yang sering di
temukan pada lansia
a. Mudah jatuh
Menurut reuben, 1996 (Dalam buku Ajar Geriatri, Prof. Dr.
Boedhi Darmojo, 1999) mengatakan bahwa jatuh adalah suatu
kejadian yang di laporkan penderita atau saksi mata yang melihat
kejadian, yang mengakibatkan seseorang mendadak
terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan
atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka. Dalam penelitian (Kane
et al, 1994) di amerika serikat, lanjut usia yang mengalami patah
tulang pangkal paha (fractura columna fernoris) dan 5% akan
mengalami perlukaan jaringan lunak. Perlukaan jaringan lunak
yang sering yaitu sabdural hermatona, memar, dan keseleo otot. Di
nyatakan pula 5% lanjut usia yang jatuh akan mengalami patah
tulang iga (stem), humerus (tulang lengan), dan pelvis.
b. Mudah lelah
Disebabkan oleh:
1) Factor fisikologis (perasaan bosan, keletihan, atau perasaan
depresi)
2) Gangguan organis, misalnya:
16
3) Anemia, kekurangan vitamin, perubahan pada tulang
(osteomalasia), gangguan pencernaan, kelainan metabolism
(diabetes mellitus, hipetiroid), gangguan ginjal dengan
uremia/gangguan faal hati dan gangguan sistem peredaran
darah dan jantung.
4) Pengaruh obat-obatan, misalnya: Obat penenang, obat jantung
dan obat yang melelahkan daya kerja otot.
c. Berat badan menrun
Disebabkan oleh:
1) Pada umumnya nafsu makan menurun karena kurang adanya
gairah hidup atau kelesuan.
2) Adanya penyakit kronis.
3) Gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan
makanan terganggu.
4) Factor-faktor sosioekonomis (pensiun).
d. Sukar menahan baung air besar
Disebabkan oleh:
1) Obat-obat pencahar perut.
2) Keadaan diare.
3) Kelainan pada usus besar
4) Kelainan pada ujung saluran pencernaan (Pada rectum usus)
e. Gangguan pada ketajaman penglihatan
Disebabkan oleh:
1) Presbiop
2) Kelainan lensa mata (refleksi lensa mata kurang)
3) Kekeruhan pada lensa (katarak)
4) Tekanan dalam mata yang meninggi (glaucoma)
5) Radang saraf mata
17
B. Konsep Stroke
1. Definisi Stroke
Stroke adalah suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara
mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam)
dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung
lebih dari 24 jam, disebabkan oleh terhambatnya aliran darah ke otak karena
perdarahan (stroke hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan
gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh
sempurna, sembuh dengan cacat, atau kematian (Junaidi, 2011).
2. Etiologi Stroke
Berdasarkan penyebabnya, ada dua jenis stroke, yaitu:
1. Stroke iskemik. Sekitar 80% stroke adalah jenis stroke iskemik. Stroke
iskemik terjadi ketika pembuluh darah arteri yang membawa darah dan
oksigen ke otak mengalami penyempitan atau terhambat, sehingga
menyebabkan aliran darah ke otak sangat berkurang. Kondisi ini disebut
juga dengan iskemia. Stroke iskemik dapat dibagi lagi ke dalam 2 jenis,
di antaranya:
a. Stroke trombotik, yaitu stroke yang terjadi ketika gumpalan darah
terbentuk di salah satu pembuluh darah arteri yang memasok darah ke
otak. Pembentukan gumpalan darah ini disebabkan oleh timbunan
lemak atau plak yang menumpuk di arteri (aterosklerosis) dan
menyebabkan menurunnya aliran darah.
b. Stroke embolik, yaitu stroke yang terjadi ketika gumpalan darah atau
gumpalan yang terbentuk di bagian tubuh lain, umumnya jantung,
terbawa melalui aliran darah dan tersangkut di pembuluh darah otak,
sehingga menyebabkan arteri otak menyempit. Jenis gumpalan darah
ini disebut embolus. Salah satu gangguan irama jantung, yaitu fibrilasi
atrium, sering menyebabkan stroke embolik.
18
2. Stroke hemoragik. Stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah di
otak pecah dan menyebabkan perdarahan. Pendarahan di otak dapat
dipicu oleh beberapa kondisi yang memengaruhi pembuluh darah.
Kondisi tersebut meliputi:
a) Hipertensi yang tidak terkendali.
b) Melemahnya dinding pembuluh darah (aneurisma otak).
c) Pengobatan dengan antikoagulan (pengencer darah).
Ada dua jenis stroke hemoragik, antara lain:
a. Perdarahan intraserebral. Pada perdarahan intraserebral, pembuluh
darah di otak pecah dan menumpahkan isinya ke jaringan otak di
sekitarnya, sehingga merusak sel otak.
b. Perdarahan subarachnoid. Pada perdarahan subarachnoid, pembuluh
darah arteri yang berada dekat permukaan otak, pecah dan
menumpahkan isinya ke rongga subarachnoid, yaitu ruang antara
permukaan otak dan tulang tengkorak.
3. Manifestasi Klinis Stroke
Tanda dan gejala stroke yang dialami oleh setiap orang berbeda dan
bervariasi, tergantung pada daerah otak mana yang terganggu. Beberapa
tanda dan gejala stroke akut berupa :
a) Terasa semutan/seperti terbakar
b) Lumpuh/kelemahan separuh badan kanan/kiri (Hemiparesis)
c) Kesulitan menelan, sering tersedak
d) Mulut mencong dan sulit untuk bicara
e) Suara pelo, cadel (Disartia)
19
f) Bicara tidak lancar, kurang ucapan atau kesulitan memahami (Afasia)
g) Kepala pusing atau sakit kepala secara mendadak tanpa diketahui
sebabnya
h) Gangguan penglihatan
i) Gerakan tidak terkontrol
j) Bingung/konfulsi, delirium, letargi, stupor atau koma
Gejala stroke yang dapat dikenali
Ada beberapa gejala yang dapat perhatikan, untuk memudahkannya
biasanya disebut dengan “FAST“:
F: Face (wajah), caranya dengan menundukkan wajah Anda, cobalah untuk
tersenyum. Jika Anda tidak bisa mengangkat kedua sisi mulut, maka
mungkin ada sesuatu yang salah.
A: Arm (lengan), cobalah untuk mengangkat lengan. Jika salah satu tangan
Anda jatuh lunglai ke bawah, maka Anda perlu waspada.
S: Speech (bicara), cobalah untuk berbicara, ucapkan kalimat mudah. Jika
terdapat keanehan dalam pelafalan kata, seperti mendadak cadel, maka
Anda harus segera menganalisis gejala lainnya.
T: Time (waktu), Jika semua gejala itu Anda alami, maka jangan buang
waktu lagi, segera pergi ke dokter.
4. Patofisiologi Stroke
1. Stroke non hemoragik/iskemik
Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak
oleh thrombus atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena
20
berkembangnya aterosklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga
arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi
berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia
akhirnya terjadi infark pada jaringan otak sehingga mengakibatkan
vasospasme pada arteri disekitarnya. Emboli disebabkan oleh embolus
yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis. Terjadinya
blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba
berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologist fokal. Perdarahan
otak dapat ddisebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh
emboli.
2. Stroke hemoragik.
Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke
substansi atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan
komponen intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan
komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan
menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan
herniasi otak sehingga timbul kematian. Di samping itu, darah yang
mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid dapat menyebabkan
edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut
menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi
nekrosis jaringan otak sehinggal terjadinya hemiparese/hemiplagia.
21
Pathway
22
5. Pencegahan stroke
Kelebihan berat badan adalah salah satu penyebab yang mesti
dihindari, karena kelebihan berat badan dapat memicu kolestrol tinggi,
diabetes, hingga darah tinggi. Memang penyakit tersebut juga bisa
diturunkan lewat gen. Namun, dengan makan makanan tidak sehat akan
meningkatkan risiko dua kali lipat. Ada beberapa cara lainnya, seperti:
1) Olahraga yang teratur untuk kesehatan tubuh dan menjaga berat badan
yang stabil. Olahraga juga mampu membakar lemak dan kalori, sehingga
tidak terjadi penyumbatan pada pembuluh darah akibat lemak jenuh yang
berkumpul.
2) Diet makan makanan rendah lemak, seperti buah-buahan, sayur-sayuran,
dan gandum utuh.
3) Pantau tekanan darah setiap saat, sehingga kita tahu harus melakukan apa
jika tekanan darah tinggi. Cek juga tingkat kolesterol.
4) Menghindari rokok, narkoba, dan alkohol.
5) Kunjungi dokter untuk konsultasi lebih lanjut.
6. Penatalaksanaan stroke
Penatalaksanaan stroke dilakukan berdasarkan jenis stroke.
Penatalaksanaan stroke biasanya dimulai dengan penanganan akut dalam
kondisi emergensi dan dilanjutkan dengan rehabilitasi pasien jangka
panjang. Selain itu, pemilihan jenis terapi juga dilihat dari waktu masuk
layanan kesehatan dan onset dari stroke. Stroke memiliki jendela terapi tiga
sampai enam jam. Beberapa hal yang harus dilakukan pada
kegawatdaruratan stroke adalah sebagai berikut:
1) Lakukan intubasi bila pasien tidak sadar (Glasgow Coma Scale <8).
Pastikan jalan napas pasien aman jika intubasi tidak dapat dilakukan
2) Jika pasien mengalami hipoksia (saturasi oksigen di bawah 94%),
berikan oksigen. Mulai dari pemberian 2 liter per menit
23
menggunakan nasal kanul dan tingkatkan hingga 4 liter per menit sesuai
kondisi pasien
3) Elevasi kepala 30 derajat tetapi penelitian terbaru mempertanyakan posisi
kepala mana yang lebih baik, apakah elevasi kepala atau tidak
4) Intubasi bila stupor atau koma atau terjadi gagal nafas.
a. Stroke Iskemik
Terapi stroke iskemik bertujuan untuk mempertahankan jaringan
pada ischemic penumbra. Terapi yang dapat diberikan mencakup
pemberian recombinant tissue-type plasminogen activator (rtPA), aspirin,
antikoagulan, dan terapi suportif. Antihipertensi tidak lagi disarankan
karena justru menyebabkan keluaran yang buruk.
1. rtPA
Pemberian rtPA (recombinant tissue-type plasminogen activator)
merupakan pilihan yang biasa dilakukan sebagai upaya revaskularisasi
sebagai agen trombolisis. Pemberian trombolisis harus dipertimbangkan
pada stroke iskemik. Pemberian recombinant tissue-type plasminogen
activator harus segera dilakukan dalam 3 jam sejak onset terjadinya
stroke dan kemungkinan stroke hemoragik telah disingkirkan.
2. Aspirin
Penggunaan antiplatelet juga direkomendasikan oleh The American
Heart Association/American Stroke Association tahun 2018.
Pemberian aspirin diberikan 24-48 jam setelah onset. Pada pasien yang
mendapat r-tPA, pemberian aspirin dilakukan setelah 24 jam. European
Stroke Organization juga melaporkan bahwa pemberian aspirin pada
stroke akut (<48 jam) mengurangi angka kematian dan kejadian stroke.
Dosis yang dapat diberikan adalah 160-325 mg. Terdapat juga studi yang
menemukan pemberian antiplatelet kombinasi aspirin dan
clopidogrel hingga hari ke-21 lebih efektif dibandingkan pemberian
antiplatelet saja, tetapi hal ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
24
Risiko perdarahan akibat penggunaan aspirin terjadi berhubungan
dengan dosis yang diberikan. Perdarahan yang paling sering terjadi
adalah perdarahan gastrointestinal. Walau demikian, hal ini sangat jarang
terjadi.
3. Antikoagulan
Berdasarkan European Stroke Organization, pemberian
antikoagulan seperti heparin tidak memberikan keuntungan pada
keluaran stroke. Hal ini juga didukung oleh The American Heart
Association/American Stroke Association yang menyatakan bahwa
pemberian antikoagulan pada stroke akut tidak diindikasikan.
4. Terapi Suportif
Cek apakah terdapat hipoglikemi atau hiperglikemia, karena
memiliki gejala yang mirip dengan stroke. Keadaan hipoglikemi dan
hiperglikemia harus segera diatasi. Hipoglikemia dapat diatasi dengan
dekstrosa 40%, sedangkan hiperglikemia dapat diatasi dengan
pemberian insulin drip.
5. Antihipertensi
Pada aliran darah otak yang buruk, pembuluh darah pada otak
kehilangan fungsi vasoregulator, sehingga untuk mempertahankan
tekanannya, pembuluh tersebut bergantung pada Mean Arterial
Pressure (MAP) dan cardiac output. Penggunaan antihipertensi dapat
mengurangi perfusi dan memperparah kejadian iskemi.
Berdasarkan Guideline Hipertensi di Kanada, penggunaan
antihipertensi saat terjadi stroke pada pasien yang dapat dilakukan
pemberian trombolitik dengan tekanan darah >185/110 mmHg dapat
diberikan antihipertensi untuk mengurangi risiko kejadian perdarahan.
Akan tetapi, penelitian dengan kualitas yang tinggi (grade A atau B) pada
pasien yang tidak dapat diberikan trombolitik masih sangat sedikit.
Sedangkan, pemberian antihipertensi dapat dilakukan pada pasien pasca
stroke akut iskemik. Pemberian inhibitor ACE dan thiazide atau diuretik
lain merupakan pilihan terapi.
25
The Scandinavian Candesartan Acute Stroke Trial juga
merekomendasikan penurunan tekanan darah bila tekanan darah di atas
220/120 mmHg. Pemberian trombolitik pada pasien dengan tekanan
darah lebih dari 185/110 mmHg merupakan kontraindikasi, sehingga
harus diturunkan terlebih dahulu. Dapat disimpulkan bahwa pemberian
antihipertensi pada saat stroke hanya disarankan bila pasien merupakan
kandidat pemberian trombolitik.
b. Stroke Hemorhagik
Kunci penanganan stroke hemorrhagik adalah menghentikan
perdarahan, penanganan tekanan tinggi intrakranial, serta identifikasi dan
penanganan komplikasi seperti kejang.
1. Penghentian Perdarahan
Identifikasi apakah pasien memiliki diasthesis perdarahan. Jika
pasien menggunakan antikoagulan, lakukan anticoagulant reversal.
2. Kontrol Tekanan Darah
Kontrol tekanan darah dengan cara menurunkan tekanan darah 15-
20% bila tekanan darah >180/>120 mmHg, MAP >130 mmHg, dan
bertambahnya volume darah di intrakranial. Kontrol tekanan darah ini
pada kondisi akut (24 jam pertama) sebaiknya dilakukan secara bertahap.
Penurunan tekanan darah sistolik <140 mmHG ditemukan tidak memiliki
manfaat dan bahkan menunjukkan tanda-tanda kerugian.
3. Penanganan Tekanan Tinggi Intrakranial
Penanganan tekanan tinggi intrakranial dapat menggunakan
mannitol bolus IV 0,25-1 gram / kg berat badan per 30 menit, dan
dilanjutkan dengan 0.25 gram/kg berat badan per 30 menit selama 3-5
hari.
4. Penanganan juga dapat dilakukan dengan pembedahan.
Tindakan bedah dilakukan dengan mempertimbangkan usia pasien
dan letak perdarahan. Sebuah meta analisis mengenai penatalaksanaan
26
bedah pada perdarahan intraserebral supratentorial spontan menunjukkan
hasil yang baik apabila operasi dilakukan 8 jam saat iktus, hematoma 20-
50 mL, Glasgow Coma Scale 9-12, dan usia pasien 50-69 tahun. Pasien
dengan hematoma tanpa perdarahan intraventrikular dapat dilakukan
tindakan bedah.
Head Position in Stroke Trial (HeadpoST) merupakan studi untuk
melihat apakah terdapat perbedaan antara posisi kepala ≥30o dengan
posisi kepala terbaring pada pasien dengan stroke. Penelitian ini
dilakukan pada 11000 pasien di 114 rumah sakit di 9 negara. Pada
penelitian didapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan keluaran pada
kedua posisi kepala, akan tetapi pasien lebih nyaman apabila pada posisi
≥30o.
5. Penanganan Kejang
Penanganan kejang dapat menggunakan diazepam 5-20 mg iv. Tata
laksana untuk keluhan umum lainnya sama dengan stroke iskemik.
6. Rehabilitasi
Pada pasien dengan stroke, dibutuhkan unit khusus yang terdiri
berbagai disiplin ilmu untuk keluaran pasien yang lebih baik. Terapi
rehabilitasi ini dapat terdiri dari terapi bicara, fisioterapi, konseling
psikologi, dan terapi okupasi. Anggota tim tersebut harus meliputi,
dokter, perawat, pekerja sosial, psikolog, terapis okupasi, fisioterapis,
dan terapis bicara dan bahasa.
Selain itu, pasien dapat diberikan edukasi mengenai pencegahan
stroke sekunder, yaitu untuk mencegah stroke berulang. Hal ini meliputi
memperbaiki faktor risiko seperti dislipidemia, tekanan darah tinggi,
metabolisme glukosa terganggu, merokok, sindroma metabolik,
konsumsi alkohol, dan nutrisi.
27
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges pemeriksaan laboratorium meliputi:
a. CT.scan, memperlihatkan adanya cidera, hematoma, iskhemia infark.
b. Angiografi cerebral, membantu menentukan penyebab stroke secara
spesifik seperti: perdarahan, obstruksi, arteri adanya ruptur.
c. Fungsi lumbal, menunjukan adanya tekanan normal dan biasanya ada
trombosis embolis serebral dan tekanan intrakranial(TIK). Tekanan
meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukkan adanya
haemoragik subarachnoid, perdarahan intra kranial.
d. Magnetik Resonance imaging (MRI), Menunjukan ada yang
mengalami infark.
e. Ultrasonografi dopler, mengidentifikasi penyakit artemovena.
f. Elektroencefalogram(EEG), Mengidentifikasi masalah didasarkan
pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang
spesifik.
g. Sinar X tengkorak: menggambarkan perubahan kelenjar lempeng
pineal daerah yang berlawanan dari masa yang meluas klasifikasi
karotis interna terdapat pada trombosis cerebral, klasifikasi parsial
dinding aneurisma pada perdarahan subarachnoid.
28
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
A. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : 2 November 2019
Oleh : kelompok 13
Waktu : 13.00 WIB
1. Identitas klien
Nama : Ny. E
Umur : 68 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Pendidikan terakhir : SD
Agama : Islam
Status perkawinan : Belum Kawin
Alamat : Gg.Harkat rt 01/02 kelurahan karamat
Suku : Sunda
2. Data penanggung jawab
Nama : Tn. R
Jenis kelamin : Laki-Laki
Umur : 25 Tahun
Alamat : Gg.Harkat rt 01/02 kelurahan karamat
Hubungan dengan klien : Cucu dari pinggir
3. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Klien mengeluh lemas pada tangan dan kaki kanan
b. Riwayat kesehatan saat ini
Klien mengatakan lemas pada tangan dan kaki kanan lemas dirasakan
ketika melakukan aktivitas dan beristirahat.
29
4. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan punya riwayat darah tinggi, dan stroke sejak 1 tahun
lalu dan klien mengatakan pernah dirawat di rumah sakit 1 kali karena
stroke serta klien pernah mengikuti terapi.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan di dalam keluarganya ada keturunan riwayat hipertensi
dari orangtua klien yaitu ibu klien.
6. Genogram
Keterangan:
: laki-laki
: perempuan
: sudah meninggal
: Klien
7. Pemeriksaan fisik
a. TPRS ( tanda tanda vtal )
1) Tekanan darah : 130/90 mmHg
2) Nadi : 86x/ menit
3) Respirasi : 22x/menit
4) Suhu : 36,5oC
30
5) GCS : 15 (Composmentis)
b. Antopometri
1) Tinggi badan : 144 Cm
2) Berat badan : 38 Kg
3) Umur : 68 Tahun
4) IMT : 18,3
kategori : Kurus
c. Keadaan Umum
1) Sistem Penglihatan
Bentuk mata simetris, sclera berwarna putih, ukuran pupil 2,5 mm,
pupil isokor, konjungtiva anemis merah muda, klien mengatakan
memakai kaca mata dengan silinder, rabun jauh (+), rabun dekat
(-), tidak terdapat katarak.
2) Sistem pernafasan
Bentuk dada simetris, vocal fremitus kanan kiri sama, bentuk
hidung simetris, tidak terdapat cuping hidung, bulu hidung
berwarna hitam, tidak terdapat benjolan, hidung bersih, penciuman
baik, tidak terdapat sekresi RR: 22x/menit, suara napas vesikuler.
3) Sistem Kardiovaskuler
TD 130/90 mmHg, Nadi: 86 x/menit, CRT <2 detik, akral teraba
hangat, suara kardiovaskuler s1 dan s2 (lup-dup) tidak terdapat
suara tambahan.
4) Sistem Gastrointestinal
Mukosa bibir lembab, lidah tampak kotor, tidak terdapat gangguan
menelan, klien mengatakan nafsu makan berkurang, tidak merasa
mual, keadaan gigi klien tampak masih lengkap,bersih,
5) Sistem Urinaria
Klien tidak mengalami nyeri tekan di punggung kanan dan kiri.
31
6) Sistem Muskuloskeletal
Tidak terdapat atrofi otot, Kedua ekstremitas atas maupun bawah
simetris, jari tangan 10, kaki 10 lengkap, tidak terdapat nyeri tekan,
tidak terdapat edema, tidak terdapat varises, tangan dan kaki
bagian kanan terasa lemas.
Kekuatan Otot:
3 5
4 5
7) Sistem Integumen
Rambut berwarna hitam dan terdapat uban berwarna putih, rambut
klien bersih. Turgor kulit elastis, pada kulit tidak terdapat bercak,
kulit teraba tidak kering.
8) Sistem Endokrin
Tidak teraba adanya pembesaran pada kelenjar thyroid dan
Kelenjar getah bening pada leher klien saat dilakukan palpasi.
9) Sistem Reproduksi
Klien mengatakan tidak merasakan sakit, tidak terdapat
pengeluaran cairan (-), klien mengatakan sudah mengalami
menopose sejak berumur 50 tahun.
10) Sistem Persyarafan
a) Saraf olfaktorius (Nervus I) :
Klien mampu membedakan bau-bauan (bawang putih, kayu
putih, parpum).
b) Saraf optikus (Nervus II) :
Klien buram ketika melihat objek dengan jarak jauh.
c) Saraf okulomotorius (Nervus III) :
Klien mampu menggerakan bola mata ke kiri, ke kanan, bawah,
atas, berputar.
d) Saraf Troklearis (Nervus IV) :
Reaksi pupil klien baik terhadap cahaya, ukuran pupil 2,5 mm,.
32
e) Saraf Trigeminus (Nervus V) :
Klien dapat mengedipkan kelopak mata kiri, dan kanan satu
persatu, klien dapat menutup mata, dan mengatupkan
mulutnya.
f) Saraf Abdusen (Nervus VI) :
Klien dapat membuka dan menutup kelopak mata.
g) Saraf facialis (Nervus VII) :
Klien mampu membedakan rasa manis (gula), pahit, asin
(garam), klien dapat mengontrol ekspresi wajah, mulut simetris
tidak miring ke kiri atau kekanan, dan klien bisa mengerutkan
wajah.
h) Saraf vestibulokoklearis (Nervus VIII) :
Fungsi pendengaran klien jarak dekat baik, jarak jauh kurang,
keseimbangan dan posisi tubuh kurang baik.
i) Saraf Glosofaringeus (Nervus IX) :
Klien mampu merasakan makanan, menelan makanan dan
minuman baik, respon menelan air liur baik, kelenjar air liur
normal.
j) Saraf vagus (Nervus X) :
Klien mampu menggigit, menelan, berbicara baik, klien cepat
merespon, klien mampu menilai dengan baik.
k) Saraf Assesorius (Nervus XI) :
Klien mampu menggerakan kepala kiri, kanan, atas, bawah,
berputar, dan dapat menggerakan bahunya.
l) Saraf Hipoglosus (Nervus XII) :
Klien dapat menggerakan lidahnya kesegara arah.
8. Pemeriksaan Psikososial dan Spiritual
A. Psikososial
1. Kemampuan Sosialisasi
Klien mengatakan bersosialisasi baik dengan tetangga dan warga di
sekitar, dan pengajian di sekitar rumah.
33
2. Sikap klien terhadap orang lain
Klien mengatakan tidak ada masalah, baik-baik saja.
3. Harapan klien dalam bersosialisasi dengan orang lain.
Klien mengatakan ingin mempertahankan bersilaturahmi dengan
orang lain dengan baik.
4. Kepuasan dalam bersosialisasi
Klien mengatakan sangat puas dalam bersosialisasi kerena dapat
mempermudah dalam menjalani bisnis.
B. Identifikasi Masalah Emosional
No Pertanyaan tahap 1 Ya Tidak
1
2
3
4
Apakah klien mengalami sukar tidur?
Apakah klien sering merasa gelisah?
Apakah klien sering murung/menangis
sendiri?
Apakah klien sering was-was/khawatir?
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Jawab 0 4
Interpretasi : Masalah Emosional Negatif (-)
C. Spiritual
1. Masalah Keagamaan
Klien mengatakan tidak ada masalah dalam keaagamaan, klien
percaya dengan ALLAH SWT, serta menjauhi larangannya.
2. Kegiatan Keagamaan
Klien mengatakan tidak pernah ketinggalan dalam beribadah dan
selalu mengikuti pengajian di daerah rumahnya sebanyak 4-5 kali
dalam seminggu.
34
3. Keyakinan /konsep tentang kematian
Klien mengatakan terdapat rasa takut tentang kematian, tetapi
setiap makhluk hidup akan kembali kepada Allah SWT. Sehingga
dari sekarang harus menyiapkan bekal.
4. Harapan klien
Klien mengatakan harapannya yaitu ingin selalu sehat.
9. Pengkajian Kemampuan Fungsional Klien
KATZ Indeks
10. Skor Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke
kamar kecil, berpakaian, dan mandi
B Kemandirian dalam semua hal, kecuali satu dari fungsi
tersebut
C Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu
fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian,
dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian,
ke kamar kecil, dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian,
ke kamar kecil, berpindah, dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut.
H Lain-lain (Minimal ada 2 ketergantungan yang tidak sesuai
dengan kategori diatas )
Interpretasi :
C: Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan
35
Barthel Indeks
No Kriteria
Dengan
Bantuan
Mandiri
Nilai
Klien
Keterangan
1 Makan √ 10
Frekuensi :
3x/hari
Jumlah : 1 porsi
Jenis : nasi, lauk
pauk, sayur
2 Minum √ 10
Frekuensi :
5x/hari
Jumlah : 6-8
gelas
Jenis : Air putih,
susu, dan teh
3
Berpindah dari kursi
roda ke tempat tidur
sebaliknya
Klien tidak
menggunakan
kursi roda
4
Personal toilet (cuci
muka, menyisir
rambut, gosok gigi)
√ 10
Klien
melakukan
personal toilet
mandiri
frekuensi : 2 kali
sehari
5
Keluar masuk toilet
(membuka pakaian,
menyeka tubuh,
menyiram)
√ 10
Klien dapat
melakukan
keluar masuk
toilet secara
mandiri
6 Mandi √ 10
Frekuensi
2x/hari, mandiri
36
7
Jalan di permukaan
datar
√ 5
Klien perlahan
menggunakan
tongkat
8 Naik turun tangga √ 5
Klien tidak
mampu sendiri
9
Mengenakan
pakaian
√ 10
Klien mampu
sendiri
10 Kontrol BAK √ 10
Frekuensi
±5x/hari tanpa
menggunakan
pempers, warna
urin
kuning/bening.
11 Kontrol BAB √ 10
Frekuensi 1x/
hari
Konsistensi :
padat, tidak
sembelit
12 Olahraga/Latihan
Klien tidak
melakukan
olahraga
Total Skor 90
Keterangan :
a. 130 : Mandiri
b. 60-125 : ketergantungan sebagian
c. 55 : ketergantungan total
Interpretasi : skor 90. Ketergantungan sebagian
37
10 . Pengkajian Status Mental Gerontik
SPMSQ
BENAR SALAH NO PERTANYAAN
√ 01 Tanggal berapa hari ini ?
√ 02 Hari apa sekarang ini ?
√ 03 Apa nama tempat ini ?
√ 04 Dimana alamat Anda ?
√ 05 Berapa umur Anda ?
√ 06 Kapan Anda lahir ? (minimal tahun lahir)
√ 07 Siapa Presiden Indonesia sekarang ?
√ 08 Siapa Presiden Indonesia sebelumnya ?
√ 09 Siapa nama ibu Anda ?
√ 10
Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka
baru, semua secara menurun.
Interpretasi hasil :
Salah memiliki 5 poin. Kerusakan intelektual ringan.
38
MMSE
NO ASPEK KOGNITIF
NILAI
MAKS
NILAI
KLIEN
KRITERIA
1A Orientasi 4 Menyebutkan dengan benar :
√Tahun
Musim
√Tanggal
√Hari
√Bulan
1B Orientasi 5 1 Dimana kita sekarang berada ?
Negara Indonesia
Propinsi Jawa Barat
√Kota Sukabumi
 PSTW ……
 Wisma …….
2. Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 obyek (oleh
pemeriksa) 1 detik untuk
mengatakan masing-masing obyek.
Kemudian tanyakan kepada
klienketiga obyek tadi. (Untuk
disebutkan )
√Obyek gelas
√Obyek kaca
√jam dinding
39
3. Perhatian dan
Kalkulasi
5 0 Minta klien untuk memulai dari
angka 100
kemudian dikurangi 7 sampai 5
kali/tingkat.
 93
 86
 79
 72
 65
4 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi
ketiga obyek pada No 2 (registrasi)
tadi. Bila benar, 1 point untuk
masing-masing obyek.
5 Bahasa 9 2 Tunjukkan pada klien suatu benda
dan tanyakan namanya pada klien.
√(misal jam tangan)
√ (misal pensil)
Minta klien untuk mengulang kata
berikut :
“tak ada,jika, dan, atau, tetapi”. Bila
benar,
nilai satu point.
√Pernyataan benar 2 buah : dan,
40
1
3
tetapi.
Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut
yang terdiri dari 3 langkah :
“Ambil kertas di tangan Anda, lipat
dua dan
taruh di lantai”.
√Ambil kertas di tangan Anda
√Lipat dua
√Taruh di lantai
1
1
Perintahkan pada klien untuk hal
berikut (bila aktivitas sesuai
perintah nilai 1 point)
√“Tutup mata Anda”
Perintahkan pada klien untuk
menulis satu kalimat dan menyalin
gambar.
√Tulis satu kalimat
Menyalin gambar
Interpretasi hasil = Nilai pasien 19 : terdapat kerusakan aspek fungsi mental
ringan
41
a. Inventaris Depresi Beck (IDB)
1) Kesedihan
0 Saya tidak merasa sedih
2) Pesimisme
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan
3) Rasa Kegagalan
0 Saya tidak merasa gagal
4) Ketidakpuasan
0 Saya tidak merasa tidak puas
5) Rasa Bersalah
0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah
6) Tidak Menyukai Diri Sensiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri
7) Membahayakan Diri Sendiri
0 Saya tidak mempunyai pikiran mengenai membahayakan diri
sendiri
8) Menarik Diri Dari Sosial
0 Saya tidak kehilangan minat kepada orang lain
9) Keragu-raguan
0 Saya membuat keputusan baik
10) Perubahan Gambaran Diri
0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada
sebelumnya
11) Kesulitan Kerja
0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya
12) Keletihan
0 Saya tidak lebih lelah dari biasanya
13) Anoreksia
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya
Interpretasi: 0: depresi tidak ada atau minimal
42
b. Skala Depresi Geriatrik Yesavage
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah pada dasarnya Anda puas dengan
kehidupan Anda?
√ Tidak
2 Apakah Anda telah banyak menhentikan
aktivitas dan minat-minat Anda
Ya √
3 Apakah Anda merasa bahwa hidup Anda
kosong?
Ya
√
4 Apakah Anda sering bosan? Ya √
5 Apakah Anda banyak menaruh harapan pada
masa depan?
√ Tidak
6 Apakah Anda merasa terganggu dengan
pemikiran bahwa Anda tidak dapat lepas dari
pikiran yang sama?
Ya√
7 Apakah Anda cukup bersemangat dalam
sebagian besar waktu?
√ Tidak
8 Apakah Anda takut bahwa suatu hal yang
buruk akan menimpa Anda?
Ya√
9 Apakah Anda merasa gembira dalam sebagian
besar waktu Anda
√ Tidak
10 Apakah Anda merasa tidak mungkin tertolong Tidak √
11 Apakah Anda sering menjadi gelisah atau
sering/mudah terkejut? Ya √
12 Apakah Anda lebih suka tinggal dirumah
malam hari, daripada keluar dan mengerjakan
sesuatu yang baru?
Ya √
13 Apakah Anda sering mengkhawatirkan masa
depan? Ya√
43
14 Apakah Anda berfikir bahwa memiliki
masalah ingatan lebih banyak dari pada
sebagian besar orang ?
Ya √
15 Apakah Anda berpikir bahwa tetap hidup saat
ini merupakan suatu hal yang menyenangkan? √ Tidak
16 Apakah Anda sering merasa tidak enak hati
atau sedih? Ya √
17 Apakah Anda berpikir bahwa Anda benar-
benar tidak berharga saat ini? Ya √
18 Apakah Anda cukup sering khawatir
mengenai masa lampau? Ya √
19 Apakah Anda merasa bahwa kehidupan ini
menyenangkan ?
√ Tidak
20 Apakah sulit bagi Anda untuk memulai suatu
proyek baru?
Ya √
21 Apakah Anda merasa diri Anda penuh energi? √ Tidak
22 Apakah Anda merasa bahwa situasi yang ada
menggambarkan keputusan?
Ya√
23 Apakah Anda berpikir bahwa sebagian besar
orang lebih baik dari diri Anda sendiri?
Ya √
24 Apakah Anda sering menjadi kesal,
dikarenakan suatu hal kecil?
Ya√
25 Apakah Anda sering merasa menangis? Ya √
26 Apakah Anda mengalami kesulitan untuk
berkonsetrasi?
Ya √
27 Apakah Anda menikmati bangun pada pagi
hari?
√ Tidak
28 Apakah Anda lebih suka menghindar
perkumpulan sosial?
Ya √
44
29 Apakah mudah bagi Anda untuk membuat
suatu keputusan?
Tidak√
30 Apakah pemikiran atau benak Anda sejernih
masa-masa lampau?
Tidak√
Nilai 1 point untuk setiap respons yang cocok dengan jawaban “ya” atau “tidak’
setelah pertanyaan.
Penilaian : a) Normal = 1-14
b) Depresi Ringan = 15 -22
c) Depresi Berat = 23 – 30
Interpretasi: 8 (Normal)
Pengkajian Keseimbangan
KESEIMBANGAN
SKOR
Bisa
(0)
Tdk (1)
Bangun dari kursi 1
Duduk ke kursi 1
Menahan dorongan pada sternum 1
Mata tertutup 0
Perputaran leher 0
Gerakan menggapai sesuatu 0
Membungkuk 1
GAYA BERJALAN
Bisa
(0)
Tdk (1)
Berjalan sesuai perintah 1
Kemampuan mengangkat kaki saat berjalan 1
Kontinuitas langkah kaki saat berjalan 1
Kesimetrisan langkah 1
Penyimpangan jalur pada saat berjalan 1
Berbalik 0
45
J U M L A H 9
Interpretasi : Resiko Jatuh Sedang
11. Pengkajian Resiko Jatuh Ontario Mudified Stratify Sidney Scoring
NO PARAMETER SKRINING JAWABAN KET SKOR
1. Riwayat jatuh Apakah pasien datang
kerumah sakit karena
jatuh?
Ya / Tidak Salah satu
jawaban
Ya= 6
6
Jika tidak, apakah pasien
mengalami jatuh dalam 2
bulan terakhir ini ?
Ya / Tidak
2. Status Mental Apakah Pasien Delirium?
Tidak dapat membuat
keputusan, pola pikir tidak
terorganisir, gangguan
daya ingat?
Ya / Tidak Salah satu
jawaban
Ya= 14
0
Apakah pasien
disorientasi?
Ya / Tidak
Apakah pasien mengalami
agitasi?
Ya / Tidak
3. Penglihatan Apakah pasien memakai
kacamata?
Ya / Tidak Salah satu
jawaban
Ya= 1
2
Apakah pasien mengeluh
adanya penglihatan buram
Ya / Tidak
Apakah pasien mempunyai
Glukoma?
Ya / Tidak
46
Katarak/degenerasi
macula?
4. Kebiasaan
Berkemih
Apakah terdapat
perubahan perilaku
berkemih ?
Ya / Tidak Salah satu
jawaban
Ya= 2
0
5. Transfer (dari
tempat tidur
ke kursi dan
kembali lagi
ke tempat
tidur)
Mandiri (boleh memakai
alat bantu jalan)
ya Jumlah
nilai
transfer
dan
mobilitas,
jika nilai
total 0-3
maka
skor=0.
Jika nilai
total 4-6
maka
skor=7
7
Memerlukan sedikit
bantuan (1 orang)/ dalam
pengawasan
ya
Memerlukan bantuan yang
nyata (2 orang)
Tidak dapat duduk dengan
seimbang, perlu bantuan
total
6. Mobilitas Mandiri (boleh
menggunakan alat bantu
jalan)
ya
Berjalan dengan bantuan
1 orang
ya
Menggunakan kursi roda
Imobilisasi
JUMLAH 15
47
Keterangan Skor :
a) 0-5 : Resiko jatuh rendah
b) 6-16 : Resiko Jatuh Sedang
c) 17-30 : Resiko Jatuh Tinggi
Interpretasi hasil : 15 (Resiko Jatuh Sedang)
48
Nursing Care Plan
NO DATA
DIAGNOSA KEP NOC NIC
KODE DIAGNOSA KODE Kriteria hasil KODE Intervensi
1 DS:
Klien mengatakan lemas
pada tangan dan kaki
kanan
DO:
1. skor pengkajian
keseimbangan 9(6-10) :
resiko jatuh sedang
2. nilai klien 15, resiko
jatuh (sedang)
00155
Domain : 11
Keamanan
&perlindungan
Kelas 2:
Cedera fisik
Diagnosis:
Risiko jatuh
1828
Level 1: Domain IV
Pengetahuan tentang
kesehatan &perilku
Level 2 : Kelas C
Pengetahuan tentang
kesehatan
Level 3: outcomes
Outcomes:
6490
Level 1 : Domain 4
keamanan
Level 2: kelas V
Manajemen Resiko
Level 3 : intervensi
Pencegahan jatuh
1. Identifikasi perilaku
dan faktor yang
mempengaruhi risiko
jatuh
2. Identifikasi
49
182807
182811
182815
182818
Pencegahan jatuh
Pencegahan jatuh
meningkat dari skala 1
(tidak ada pengetahuan )
menjadi 3 (pengetahuan
sedang) tentang :
Penggunaan pencahayaan
lingkungan yang benar
Latihan untuk mengurangu
resiko jatuh
Perubahan tekanan darah
yang meningkatkan risiko
jatuh
Pentingnya menjaga alur
karakteristik dari
lingkungan yang
mungkin mening
katkan potensi jatuh
(misalnya lantai licin
dan tangga terbuka
3. Sediakan pencahyaan
yang cukup dalam
rangka meningkatkan
pandangan
4. Sediakan permukaan
lantai yang tidak licin
dan anti selip
5. Sediakan alas kaki yang
tidak licin untuk
memfalitasi kemudahan
menjangkau
6. Sarankan menggunakan
alas kaki yang aman
50
182819
182821
yang jelas
Penggunaan yang aman dari
bangku & tangga
Strategi untuk menjaga
permukaan lantai tetap
aman
7. Lakukan progam
latihan fisik rutin yang
meliputi berjalan
51
IMPLEMENTASI
No. Dx Kep Hari/tanggal/waktu Implementasi Paraf
Evaluasi
(SOAP)
Paraf
1 Resiko Jatuh Kamis, 28 November
2019
Pukul 11.00 WIB
1.mengidentifikasi yang meningkatkan
potensi jatuh pada lingkungan
R/ klien mengerti dan paham
2.memonitor cara berjalan klien terutama
kecepatannya
R/ klien paham dan mengerti
3.menyarankan gaya berjalan pada klien
terutama kecepatannya
R/ klien paham dan mau melakukan
4. mengajarkan klien bagaimana jika jatuh
untuk meminimalkan cedera
R/ klien paham dan mengerti
5. menyarankan untuk memilih alas kaki
yang tidak licin
R/ klien paham dan sudah melakukannya di
kehidupan sehari-hari
S : klien
mengatakan
paham
mengenai
resiko jatuh
O : klien sudah
menerapkannya
di kehidupan
sehari-hari
A : maslah
teratasi
P :intervensi
dihentikan
52
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 2 November 2019, dengan
menggunakan metode observasi, wawancara, pemeriksaan fisik dan studi
dokumentasi. Saat pengkajian klien tampak ramah dan terbuka serta sangat
kooperatif. Pengkajian pada Ny.E didapatkan data, klien dapat berbicara
dengan kesadaran compos mentis, keadaan umum klien baik dengan hasil GCS
normal 15. Ketika dikaji mengenai keluhan, klien mengatakan lemas pada
tangan dan kaki kanan sejak 1 tahun yang lalu, lemas dirasakan ketika
melakukan aktivitas dan beristirahat.
B. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan pengumpulan data pada Ny. E dan dilakukan analisa
kami menemukan satu diagnosa keperawatan, karena pada saat melakukan
pengkajian keluhan utama yang dirasakan oleh klien adalah lemas pada tangan
dan kaki kanan serta klien memiliki riwayat hipertensi. Maka kami mengambil
diagnosa tersebut.
C. Intervensi
Intervensi tindakan keperawatan pada klien sesuai dengan masalah yang
mempertimbangkan kenyamanan dann etika untuk menyelesaikan satu
diagnosa yang di tegakan. Dalam menetapkan rencana asuhan keperawatan
kelompok berusaha menjalankannya secara sistematis, berkesinambungan dan
efisien. Kelompok juga berusaha agar perencanaan ini dapat mencapai tujuan
asuhan keperawatan yang dibuat sesuai dengan prioritas masalah dan dapat
mengatasi diagnosa keperawatan yang ditetapkan.
53
D. Implementasi
Implementasi dilakukan pada Kamis, 28 November 2019. Dalam tahap
implementasi, kami bekerjasama dengan keluarga besar klien sesuai prioritas
masalah dan kondisi klien. Pada tahap ini Kelompok memberikan penyuluhan
tentang resiko jatuh dan pencegahannya seperti mengidentifikasi apa saja
yang meningkatkan potensi jatuh pada lingkungan sekitar klien, memonitor
cara berjalan klien terutama kecepatannya, menyarankan gaya berjalan pada
klien terutama kecepatannya harus berhati-hati, mengajarkan klien
bagaimana jika jatuh untuk meminimalkan cedera, dan menyarankan untuk
memilih alas kaki yang tidak licin.
Serta Klien diberikan implementasi Latihan Aktif Range Of Motion
(ROM) Setiap tindakan di ulangi sebanyak 3x. Di setiap tindakan menuju
tindakan selanjutnya pasien di beri pertanyaan apakah pasien kelelahan atau
tidak, apakah pasien merasa sakit atau tidak. Jika pasien mengatakan tidak
maka tindakan dilanjutkan sampai langkah terakhir.
Pada saat dilaksanakan implementasi, klien tampak senang dan sangat
kooperatif. Dan klien pun tampak senang dengan dilakukannya penyuluhan
kesehatan dan latihan aktif Range Of Motion (ROM) oleh kelompok.
E. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan pada saat sebelum dan sesudah melaksanakan
tindakan keperawatan. Mengenai reaksi klien dan evaluasi hasil yang
didapatkan klien mengatakan senang diberi penyuluhan dan menjadi tahu
mengenai stroke, resiko jatuh dan pencegahannya. Keberhasilan tindakan
keperawatan dilakukan secara subjektif melalui ungkapan klien yang
mengungkapkan merasa senang, dan pada data objektif klien terlihat tampak
senang dengan adanya penyuluhan yang diberikan oleh kelompok.
54
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia lanjut usia (MANULA) adalah manusia yang sedang mengalami
proses menua atau menjadi yaitu proses alamiah, yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya yaitu anak, dewasa dan tua. Memasuki usia
tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang di tandai
dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran
kurang jelas, penglihatan semakin memburuk dan pigur tubuh yang tidak
proporsional. Manusia lanjut usia dimasukan kedalam kelompok rentang gizi,
meskipun tidak ada hubungannya dengan pertumbuhan badan, bahkan
sebaliknya sudah terjadi imvolusi dan degenerasi jaringan dan sel-selnya.
Timbulnya kerentanan terhadap kondisi gizi di sebabkan kondisi fisik, baik
anatomis maupun fungsionalnya.
Stroke adalah suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara
mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam)
dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung
lebih dari 24 jam, disebabkan oleh terhambatnya aliran darah ke otak karena
perdarahan (stroke hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan
gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh
sempurna, sembuh dengan cacat, atau kematian.
Asuhan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan keperawatan yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan meliputi kebutuhan
biologis, psikologis, social dan spiritual yang di berikan langsung kepada klien.
Asukan keperawatan meliputi pengkajian diagnose keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
55
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini di harapkan dapat memberikan
manfaat bagi orang banyak khususnya bagi mahasiswa keperawatan sehingga
dapat mengaplikasikannya dengan baik dan benar.
56
DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda Nuratif, Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jilid 2. Yogyakarta.
Herdman, T Heather; Kamitsuru, Shigemi. 2018. Nanda-1 Diagnosa
Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC
Moorhead, Sue; Johnson, Marion; L Maas, Maridean; Swanson,
Elizabeth. 2016. Nursing Outcomes Clasifications (NOC): CV Mocomedia
M Bulechek, Gloria; K Butcher, Howard; M Dochterman, Joanne; M
Wagner, Cheryl. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC): CV
Mocomedia
http : // medicastore.com. asuhan keperawatan pada penderita stroke
http://kurnia-xpress.blogspot.com/2010/12/makalah-keperawatan-
gerontik-stroke.html
http://ristalikestar.blogspot.com/2016/03/konsep-dasar-penyakit-stroke-
lansia.html

More Related Content

What's hot

Konsep dasar keperawatan gerontik
Konsep dasar keperawatan gerontikKonsep dasar keperawatan gerontik
Konsep dasar keperawatan gerontikMahzar Wahyudi
 
PERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA DI MASYARAKAT
PERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA  DI MASYARAKATPERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA  DI MASYARAKAT
PERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA DI MASYARAKATBondan Palestin
 
Makalah kelompok 3
Makalah kelompok 3Makalah kelompok 3
Makalah kelompok 3selapon
 
Bab ii tinjauan pustaka (repaired)
Bab ii tinjauan pustaka (repaired)Bab ii tinjauan pustaka (repaired)
Bab ii tinjauan pustaka (repaired)Nika Meiliana
 
PERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA DI MASYARAKAT
PERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA  DI MASYARAKATPERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA  DI MASYARAKAT
PERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA DI MASYARAKATBondan Palestin
 
Terapi Sederhana Menekan Gejala Penyakit Degeneratif
Terapi Sederhana Menekan Gejala Penyakit DegeneratifTerapi Sederhana Menekan Gejala Penyakit Degeneratif
Terapi Sederhana Menekan Gejala Penyakit DegeneratifSii AQyuu
 
Ppt bu anny, gerontik
Ppt bu anny, gerontikPpt bu anny, gerontik
Ppt bu anny, gerontikNs. Lutfi
 
Makalah keperawatan gerontik
Makalah keperawatan gerontikMakalah keperawatan gerontik
Makalah keperawatan gerontikKhairulAnwar237
 
Konsep keperawatan kesehatan lanjut usia
Konsep keperawatan kesehatan lanjut usiaKonsep keperawatan kesehatan lanjut usia
Konsep keperawatan kesehatan lanjut usiaWarung Bidan
 
Konsep dasar keperawatan gerontologi gg
Konsep dasar keperawatan gerontologi ggKonsep dasar keperawatan gerontologi gg
Konsep dasar keperawatan gerontologi ggDestia Mardianty's
 
Intervensi khusus pada lanjut usia
Intervensi khusus pada lanjut usiaIntervensi khusus pada lanjut usia
Intervensi khusus pada lanjut usiaaidasilviana
 
54098757 asuhan-keperawatan-lansia
54098757 asuhan-keperawatan-lansia54098757 asuhan-keperawatan-lansia
54098757 asuhan-keperawatan-lansiaAbi Muhlies
 
Keperawatan gerontik
Keperawatan gerontikKeperawatan gerontik
Keperawatan gerontikTumiur Sormin
 
SINDROM METABOLIK
SINDROM METABOLIKSINDROM METABOLIK
SINDROM METABOLIKSii AQyuu
 

What's hot (16)

Konsep dasar keperawatan gerontik
Konsep dasar keperawatan gerontikKonsep dasar keperawatan gerontik
Konsep dasar keperawatan gerontik
 
PERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA DI MASYARAKAT
PERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA  DI MASYARAKATPERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA  DI MASYARAKAT
PERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA DI MASYARAKAT
 
Makalah kelompok 3
Makalah kelompok 3Makalah kelompok 3
Makalah kelompok 3
 
Makalah lansia yani AKPER PEMDA MUN
Makalah lansia yani AKPER PEMDA MUNMakalah lansia yani AKPER PEMDA MUN
Makalah lansia yani AKPER PEMDA MUN
 
Bab ii tinjauan pustaka (repaired)
Bab ii tinjauan pustaka (repaired)Bab ii tinjauan pustaka (repaired)
Bab ii tinjauan pustaka (repaired)
 
PERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA DI MASYARAKAT
PERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA  DI MASYARAKATPERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA  DI MASYARAKAT
PERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA DI MASYARAKAT
 
Terapi Sederhana Menekan Gejala Penyakit Degeneratif
Terapi Sederhana Menekan Gejala Penyakit DegeneratifTerapi Sederhana Menekan Gejala Penyakit Degeneratif
Terapi Sederhana Menekan Gejala Penyakit Degeneratif
 
Ppt bu anny, gerontik
Ppt bu anny, gerontikPpt bu anny, gerontik
Ppt bu anny, gerontik
 
Makalah keperawatan gerontik
Makalah keperawatan gerontikMakalah keperawatan gerontik
Makalah keperawatan gerontik
 
Konsep keperawatan kesehatan lanjut usia
Konsep keperawatan kesehatan lanjut usiaKonsep keperawatan kesehatan lanjut usia
Konsep keperawatan kesehatan lanjut usia
 
Konsep dasar keperawatan gerontologi gg
Konsep dasar keperawatan gerontologi ggKonsep dasar keperawatan gerontologi gg
Konsep dasar keperawatan gerontologi gg
 
Intervensi khusus pada lanjut usia
Intervensi khusus pada lanjut usiaIntervensi khusus pada lanjut usia
Intervensi khusus pada lanjut usia
 
Proses keperawatan pada lansia
Proses keperawatan pada lansiaProses keperawatan pada lansia
Proses keperawatan pada lansia
 
54098757 asuhan-keperawatan-lansia
54098757 asuhan-keperawatan-lansia54098757 asuhan-keperawatan-lansia
54098757 asuhan-keperawatan-lansia
 
Keperawatan gerontik
Keperawatan gerontikKeperawatan gerontik
Keperawatan gerontik
 
SINDROM METABOLIK
SINDROM METABOLIKSINDROM METABOLIK
SINDROM METABOLIK
 

Similar to Kel 13 stroke

Konsep_Dasar_Keperawatan_Gerontik.docx
Konsep_Dasar_Keperawatan_Gerontik.docxKonsep_Dasar_Keperawatan_Gerontik.docx
Konsep_Dasar_Keperawatan_Gerontik.docxcitraliajanuarty
 
Mempertahankan adl pada lansia
Mempertahankan adl pada lansiaMempertahankan adl pada lansia
Mempertahankan adl pada lansiaWarung Bidan
 
Konsep Dasar Ilmu keperawatan gerontik
Konsep Dasar Ilmu keperawatan gerontikKonsep Dasar Ilmu keperawatan gerontik
Konsep Dasar Ilmu keperawatan gerontikIHSANKURNIAWANJAGOAN
 
Asuhan keperawatan keluarga dengan lansia yang menderita rematik
Asuhan keperawatan keluarga dengan lansia yang menderita rematikAsuhan keperawatan keluarga dengan lansia yang menderita rematik
Asuhan keperawatan keluarga dengan lansia yang menderita rematikupi eka permai
 
Asuhan keperawatan keluarga dengan lansia yang menderita rematik
Asuhan keperawatan keluarga dengan lansia yang menderita rematikAsuhan keperawatan keluarga dengan lansia yang menderita rematik
Asuhan keperawatan keluarga dengan lansia yang menderita rematikupi eka permai
 
Perkembangan Masa Dewasa Akhir
Perkembangan Masa Dewasa AkhirPerkembangan Masa Dewasa Akhir
Perkembangan Masa Dewasa AkhirAi Nurhasanah
 
Kespro Lansia : Faktor Yang Mempengaruhi Kespro Lansia
Kespro Lansia : Faktor Yang Mempengaruhi Kespro LansiaKespro Lansia : Faktor Yang Mempengaruhi Kespro Lansia
Kespro Lansia : Faktor Yang Mempengaruhi Kespro LansiaNuranisah D.
 
Modul 3 kb 4 proses penuaan
Modul 3 kb 4 proses penuaanModul 3 kb 4 proses penuaan
Modul 3 kb 4 proses penuaanpjj_kemenkes
 
Makalah lansia yani
Makalah lansia yaniMakalah lansia yani
Makalah lansia yaniWarnet Raha
 
LAPORAN_PENDAHULUAN_GERONTIK_Rematik.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_GERONTIK_Rematik.docxLAPORAN_PENDAHULUAN_GERONTIK_Rematik.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_GERONTIK_Rematik.docxciaa4
 
TEORI MENUA.pptx
TEORI MENUA.pptxTEORI MENUA.pptx
TEORI MENUA.pptxheri sos
 
KOMUNITAS-AGREGAT LANSIA.ppt
KOMUNITAS-AGREGAT LANSIA.pptKOMUNITAS-AGREGAT LANSIA.ppt
KOMUNITAS-AGREGAT LANSIA.pptTugasPakiyan
 

Similar to Kel 13 stroke (20)

Konsep_Dasar_Keperawatan_Gerontik.docx
Konsep_Dasar_Keperawatan_Gerontik.docxKonsep_Dasar_Keperawatan_Gerontik.docx
Konsep_Dasar_Keperawatan_Gerontik.docx
 
Keperawatan gerontik
Keperawatan gerontikKeperawatan gerontik
Keperawatan gerontik
 
Mempertahankan adl pada lansia
Mempertahankan adl pada lansiaMempertahankan adl pada lansia
Mempertahankan adl pada lansia
 
Konsep Dasar Ilmu keperawatan gerontik
Konsep Dasar Ilmu keperawatan gerontikKonsep Dasar Ilmu keperawatan gerontik
Konsep Dasar Ilmu keperawatan gerontik
 
Asuhan keperawatan keluarga dengan lansia yang menderita rematik
Asuhan keperawatan keluarga dengan lansia yang menderita rematikAsuhan keperawatan keluarga dengan lansia yang menderita rematik
Asuhan keperawatan keluarga dengan lansia yang menderita rematik
 
Asuhan keperawatan keluarga dengan lansia yang menderita rematik
Asuhan keperawatan keluarga dengan lansia yang menderita rematikAsuhan keperawatan keluarga dengan lansia yang menderita rematik
Asuhan keperawatan keluarga dengan lansia yang menderita rematik
 
Perkembangan Masa Dewasa Akhir
Perkembangan Masa Dewasa AkhirPerkembangan Masa Dewasa Akhir
Perkembangan Masa Dewasa Akhir
 
Askep jadi lansia yani
Askep jadi lansia yaniAskep jadi lansia yani
Askep jadi lansia yani
 
Kespro Lansia : Faktor Yang Mempengaruhi Kespro Lansia
Kespro Lansia : Faktor Yang Mempengaruhi Kespro LansiaKespro Lansia : Faktor Yang Mempengaruhi Kespro Lansia
Kespro Lansia : Faktor Yang Mempengaruhi Kespro Lansia
 
Ol 1 ti makalah lansia
Ol 1   ti makalah lansiaOl 1   ti makalah lansia
Ol 1 ti makalah lansia
 
Modul 3 kb 4 proses penuaan
Modul 3 kb 4 proses penuaanModul 3 kb 4 proses penuaan
Modul 3 kb 4 proses penuaan
 
Proses Penuaan
Proses PenuaanProses Penuaan
Proses Penuaan
 
Makalah lansia yani
Makalah lansia yaniMakalah lansia yani
Makalah lansia yani
 
3.new
3.new3.new
3.new
 
LAPORAN_PENDAHULUAN_GERONTIK_Rematik.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_GERONTIK_Rematik.docxLAPORAN_PENDAHULUAN_GERONTIK_Rematik.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_GERONTIK_Rematik.docx
 
Proses penuaan
Proses penuaanProses penuaan
Proses penuaan
 
Lp gerontik
Lp gerontikLp gerontik
Lp gerontik
 
TEORI MENUA.pptx
TEORI MENUA.pptxTEORI MENUA.pptx
TEORI MENUA.pptx
 
KOMUNITAS-AGREGAT LANSIA.ppt
KOMUNITAS-AGREGAT LANSIA.pptKOMUNITAS-AGREGAT LANSIA.ppt
KOMUNITAS-AGREGAT LANSIA.ppt
 
Proses degeneratif siti hamriati
Proses degeneratif siti hamriatiProses degeneratif siti hamriati
Proses degeneratif siti hamriati
 

Recently uploaded

MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxmariaboisala21
 
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxPENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxheru687292
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxrikosyahputra0173
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxzidanlbs25
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Shary Armonitha
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxImahMagwa
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfAuliaAulia63
 

Recently uploaded (7)

MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
 
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxPENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
 

Kel 13 stroke

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Menua atau menjadi tua merupakan tahap akhir dari kehidupan dan pasti akan terjadi pada semua makhluk hidup. Menua bukanlah suatu penyakit melainkan proses berangsur-angsur dan berakibat pada perubahan biologis, psikologis, sosial dan spiritual (Nugroho, 2015). Upaya pemerintah dalam pembangunan nasional berdampak padatingginya angka harapan hidup penduduk. Hal ini menyebabkan jumlah penduduk lanjutusia meningkat (Suardiman, 2011). Peningkatan jumlah lansia menimbulkan masalah dalam berbagai aspek. Salah satunya adalah aspek kesehatan. Pada lansia terjadi penurunan struktur dan fungsi organ tubuh sehingga lansia lebih rentan terhadap berbagai penyakit baik degeneratif maupun infeksi (Darmojo dan Martono, 2010). Proporsi penyebab kematian pada lansia paling tinggi adalah stroke (Riset Kesehatan Dasar,2013). Stroke menurut WHO (World Health Organisation) adalah gangguan otak fokal ataupun global secara mendadak yang disebabkan oleh gangguan vaskuler dan dapat menyebabkan kematian yang berlangsung selama 24 jam atau lebih. Berdasarkan laporan WHO pada tahun 1999 stroke merupakan penyebab kematian nomor dua dan penyebab utama kecacatan dengan angka sekitar 5,54 juta kematian. Jumlah ini merupakan 9,5% dari seluruh kematian di dunia (Bahrudin, 2012). Penyakit stroke banyak ditemukan pada masyarakat yang berusia 45 tahun keatas. Stroke terjadi secara mendadak dan dapat berakhir pada kematian serta kecacatanyang pemanen pada anggota gerak (Lumbantobing, 2010). Stroke memiliki tingkat mortalitas yang tinggi sebagai penyakit terbanyak ketiga yang menyebabkan kematian didunia setelah penyakit jantung dan kanker. Persentase yang meninggal akibat kejadianstroke pertama kali adalah 18% hingga 37% dan 62% untuk kejadian stroke berulang.
  • 2. 2 Data Internasional Classification of Disease yang diambil dari National Vital Statistics Reports Amerika Serikat untuk tahun 2011 menunjukkan rata- rata kematian akibat strokeadalah 41,4% dari 100.000 penderita.Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7 per 1000 penduduk dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per1000 penduduk. Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan tertinggi diSulawesi Utara (10,8 per 1000 penduduk), diikuti DI Yogyakarta (10,3 per 1000 penduduk), Bangka Belitung dan DKI Jakarta (masing-masing 9,7 per 1000 penduduk).Prevalensi stroke berdasarkan terdiagnosis tenaga kesehatan dan gejala tertinggi terdapatdi Sulawesi Selatan (17,9 per 1000 penduduk), DI Yogyakarta (16,9 per 1000 penduduk),Sulawesi Tengah (16,6 per 1000 penduduk), diikuti Jawa Timur sebesar 16 per 1000. B. Rumusan Masalah Bagaimana Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.E dengan Gangguan Sistem Persyarafan (Stroke) Di Gg. Harkat rt 01/02 Kelurahan Karamat Kecamatan Gunung Puyuh Kota Sukabumi? C. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.E dengan Gangguan Sistem Persyarafan (Stroke) Di Gg. Harkat rt 01/02 Kelurahan Karamat Kecamatan Gunung Puyuh Kota Sukabumi. 2. Tujuan Khusus a. Untuk Melakukan Pengkajian Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.E dengan Gangguan Sistem Persyarafan (Stroke) Di Gg.Harkat rt 01/02 Kelurahan Karamat Kecamatan Gunung Puyuh Kota Sukabumi. b. Untuk Menetapkan Diagnosa Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.E dengan Gangguan Sistem Persyarafan (Stroke) Di Gg.Harkat rt 01/02 Kelurahan Karamat Kecamatan Gunung Puyuh Kota Sukabumi.
  • 3. 3 c. Untuk Menyusun Intervensi Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Pada Ny.E dengan Gangguan Sistem Persyarafan (Stroke) Di Gg.Harkat rt 01/02 Kelurahan Karamat Kecamatan Gunung Puyuh Kota Sukabumi. d. Untuk Melaksanakan Implementasi Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.E dengan Gangguan Sistem Persyarafan (Stroke) Di Gg.Harkat rt 01/02 Kelurahan Karamat Kecamatan Gunung Puyuh Kota Sukabumi. e. Untuk Melakukan Evaluasi Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.E dengan Gangguan Sistem Persyarafan (Stroke) Di Gg.Harkat rt 01/02 Kelurahan Karamat Kecamatan Gunung Puyuh Kota Sukabumi. f. Untuk Membandingkan Adanya Kesenjangan Antara Teori Dengan Kenyataan Di Lapangan
  • 4. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Lansia 1. Definisi Lansia Lanjut usia adalah kelompok manusia yang berusia 60 tahun keatas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1998). Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhdap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994). Oleh karena itu, dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi meyabolik dan struktural yang disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo dan Martono, 1999). World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan. Batasan umur pada usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda. Menurut World Health Organitation (WHO) lansia meliputi : a. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun c. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun d. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun 2. Tipe Lansia Beberapa tipe lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho dalam Sunaryo, 2016). Tipe tersebut dijabarkan sebagai berikut : a. Tipe arif bijaksana. Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah,
  • 5. 5 rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan. b. Tipe mandiri. Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, serta memenuhi undangan. c. Tipe tidak puas. Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik, dan banyak menuntut. d. Tipe pasrah. Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apasaja. e. Tipe bingung. Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh 3. Proses Menua Ada beberapa teori yang herkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori biologi, teori psikologis, teori sosial dan teori spiritual. a. Teori Biologi 1. Teori Genetik Teori genetik ini menyebutkan bahwa manusia dan hewan terlahir dengan program genetik yang mengatur proses menua selama rentang hidupnya. Setiap spesies dalam di ddlam intl selnya memiliki Suatu suatu jam genetik/jam biologis sendiri dan setiap spesies mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang telah diputar menurut replikasi tertentu sehlngga bila Jam ini berhenti berputar maka ia akan mati. 2. Wear and Tear Theory Menurut teori "pemakaian dan perusakan" (Wear and tear theory) disebutkan bahwa proses menua terjadi akibat kelebihan usaha dan stres yang menyebabkan sel tubuh menjadi lelah dan tidak mampu meremajakan fungsinya. Proses menua merupakan suatu proses fisiologis.
  • 6. 6 3. Teori Nutrisi Teori Nutrisi menyatakan bahwa proses menua dan kualitas proses menua dipengaruhi intake nutrisi seseorang sepanjang hidupnya. Intake nutrisi yang balk pada setiap tahap perkemba_ngan akan membantu meningkatkan kualitas kesehatan seseorang. Semakin lama seseorang mengkonsumsi makanan bergizi dalam rentang hidupnya, maka ia akan hidup lebih lama dengan sehat. 4. Teori Mutasi Somatik Menurut teori ini, penuaan terjadi karena adanya mutasi somatik akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan dalam proses transkripsi DNA dan RNA dan dalam proses translasi RNA protein/ enzim. Kesalahan ini terjadi terus-menerus sehingga akhirnya akan terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel normal menjadi sel kanker atau penyakit. 5. Teori Stres Teori stres mengungkapkan bahwa proses menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabllan hngkungan internal, kelebuhan usaha, dan sel yang menyebabkan sel tubuh lelah terpakai. 6. Slow Immunology Menurut teori ini, srstem 'mun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh. 7. Teori Radikal Bebas Radikal bebas terfokus di alam bebas, tidak stabilnya radikal mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan regenerasl.
  • 7. 7 8. Teori Rantai Silang Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi kimia sel- sel yang tua dan usang menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. ikatan ini menyebabkan penurunan elastisltas, kekacauan, dan hilangnya fungsi sel. b. Teori Psikologis 1. Teori Kebutuhan Dasar Manusia Menurut hierarki Maslow tentang kebutuhan dasar manusia, setiap manusia memiliki kebutuhan dan berusaha untuk memenuhi kebutuhannya itu. Dalam pemenuhan kebutuhannya, setiap individu memiliki prioritas. Seorang individu akan berusaha met- nenuhi kebutuhan di piramida lebih atas ketika kebutuhan di tingkat piramida di bawahnya telah terpenuhi_ Kebutuhan pada piramida tertinggi adalah aktualisasi diri. Ketika individu mengalami proses menua, ia akan berusaha memenuhi kebutuhan di piramida tertinggi yaitu aktualisasi diri. 2. Teori Individualisme Jung Menurut teori ini, kepribadian seseorang tidak hanya IMOrientasi pada dunia luar namun juga pengalaman pribadi. Keseimbangan merupakan faktor yang sangat penting untuk menjaga kesehatan mental. Menurut teori ini proses menua dikatakan berhasil apabila individu mellhat ke dalam dan nilai dlrinya lebih dari Sekedar kehilangan atau pembatasan fisiknya. 3. Teori Pusat Kehidupan Manusia Teori ini berfokus pada identifikasi dan pencapaian tujuan kehidupan seseorang menurut lima fase perkembangan, yaitu: a) Masa anak-anak; belum memiliki tujuan hidup yang realistik b) Remaja dan dewasa muda; mulai memiliki konsep tujuan hidup yang spesifik c) Dewasa tengah; mulai memiliki tujuan hidup yang lebih kongkrit dan berusaha untuk mewujudkannya
  • 8. 8 d) Usia pertengahan; melihat ke belakang, mengevaluasi tujuan yang dicapai e) Lansia; saatnya berhenti untuk melakukan pencapaian tujuan hidup. 4. Teori Tugas Perkembangan Menurut tugas tahapan perkembangan ego Ericksson, tugas perkembangan lansia adalah integrity versus despair. Jika lansia dapat menemukan arti dari hidup yang diplaninya, maka lansia akan memiliki integritas ego untuk menyesuaikan dan mengatur proses menua yang dialaminya. lika lansia tidak memiliki integritas maka ia akan marah, depresi dan merasa tidak adekuat, dengan kata lain mengalami keputusasaan. c. Teori Sosiologi 1. Teori Interaksi Sosial (Social Exchange Theory) Menurut teori ini pada lansia terpdi penurunan kekuasaan dan prestise sehingga interaksi sosial mereka juga berrkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan mereka untuk mengikutl penntah. 2. Teori Penarikan Diri (Disengangement Theory) Kemiskinan yang diderita lansia dari menurutnya derajat kesehatanmengakibatkan seorang lansia serta perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan di sekitarnya. Lansia mengalami kehilangan ganda yang meliputi: a) Kehilangan peran b) Hambatan social c) Berkurangnya komitmen Pokok-pokok teori menarik diri adalah: a) Pada pria, terjadi kehilangan peran hidup terutama terjadi pada masa pensiu. Sedangkan pada wanita terjadi pada masa ketika peran dalam keluarga berkurang, misalknya saat anak beranjak dewasa serta meninggalkan rumah untuk belajar dan menikah
  • 9. 9 b) Lansia dan masyarakat mampu mengambil manfaat dari hal ini, karena lansia dapat merasakan bahwa tekanan social berkurang, sedangkan kaum muda memperoleh kesempatan kerja yang lebih luas c) Aspek utama dalam teori ini adalah proses menarik diri yang terjadi sepanjang hidu[. Proses ini tidak dapat dihindari serta harus diterima oleh lanisa dan masyarakat. 3. Teori Aktivitas (Activity Theory) Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung pada bagaimana seorag lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas serta mempertahankan aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang dilakukan. Dari pihak lansia sendiri seikit terdapat anggapan bahwa proses penuaan merupakan suatu perjuangan untuk tetap muda dan berusaha untuk mempertahankan perilaku mereka semasa mudanya. 4. Terori Berkesinambungan (Continuity Theory) Menurut theory ini, setiap orang pasti berubah menjadi tua, namun kepribadian dasar dan pola perilaku individu tidak akan mengalami perubahan. Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat meupakan gambarannya kelak pada saat menjadi lansia. 4. Perubahan Fisiologis Perubahan pada suatu sistem fisiologik akan mempengaruhi dan memberikan konsekuensi pada proses penuaan yaitu pada struktur dan fungsi fisiologis (Mauk, 2010). Efek perubahan fisiologis secara umum adalah penurunan mekanisme homeostatik dan penurunan respon immunologic Stanhope & Lancaster (2004). Perubahan fisik pada lansia yaitu : 1. Sistem Sensori Lansia dengan kerusakan fungsi pendengaran dapat memberikan respon yang tidak sesuai sehingga dapat menimbulkan rasa malu
  • 10. 10 dan gangguan komunikasi verbal Watson (2003 dalam Stanley & Beare, 2007 ). Sedangkan menurut Ebersol (2010) perubahan pada sistem pendengaran terjadi penurunan pada membrane timpani ( atropi ) sehingga terjadi gangguan pendengaran. Tulang tulang pendengaran mengalami kekakuan. 2. Sistem Muskulosekeletal Perubahan normal sistem muskuloskeletal terkait usia pada lansia, termasuk penurunan tinggi badan, redistribusi masa otot dan lemak sub kutan, peningkatan porositas tulang, atropi otot, pergerakan yang lambat, pengurangan kekuatan dan kekakuan sendi-sendi, Perubahan pada otot, tulang dan sendi mengakibatkan terjadinya perubahan penampilan, kelemahan dan lambatnya pergerakan yang menyertai penuaan (Stanley & Beare, 2007). Kekuatan motorik lansia cenderung kaku sehingga menyebabkan sesuatu yang dibawa dan dipegangnya akan menjadi tumpah atau jatuh (Stuart, 2009). 3. Sistem Integumen Menurut Watson (2003 dalam Stanley & Beare 2007) penuaan terajadi perubahan khususnya perubahan yang terlihat pada kulit seperti atropi, keriput dan kulit yang kendur dan kulit mudah rusak. Perubahan yang terlihat sangat bervariasi, tetapi pada prinsipnya terjadi karena hubungan antara penuaan intrinsik atau secara alami dan penuaan ektrinsik atau karena lingkungan. Sedangkan menurut Stuart (2009) perubahan yang tampak pada kulit, dimana kulit menjadi kehilangan kekenyalan dan elastisitasnya. 4. Sistem Kardiovaskuler Penurunan yang terjadi di tandai dengan penurunan tingkat aktivitas yang mengakibatkan penurunan tingkat aktivitas, yang mengakibatkan penurunan kebutuhan darah yang terorganisasi (Stanley & Beare, 2007)
  • 11. 11 5. Sistem Pernafasan Impliksi klinis menyebabkan kerentanan lansia untuk mengalami kegagalan respirasi, kanker paru, emboli pulmonal dan penyakit kronis seperti asma dan penyakit obstruksi menahun Stanley & Beare (2007). Sedangkan menurut Ebersol (2010) penambahan usia kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan menurun, sendi – sendi tulang iga akan menjadi kaku dan akan mengakibatkan penurunan laju ekspirasi paksa satu detik sebesar 0,2 liter / decade serta berkurang kapasitas vital. 6. Sistem Perkemihan Pada lansia yang mengalami stress atau saat kebutuhan fisiologik meningkat atau terserang penyakit, penuaan pada saat sistem renal akan sangat mempengaruhi Stanley & Beare (2007). Proses penuaan tidak langsung menyebabkam masalah kontinensia, kondisi yang sering terjadi pada lansia yang dikombinasikan dengan perubahan terkait usia dapat memicu inkontinensia karena kehilangan irama di urnal pada produksi urine dan penurunan filtrasi ginjal Watson, (2003 dalam Stanley & Beare 2007). Sedangkan menurut Stuart (2009) berkurangnya kemampuan ginjal untuk mengeluarkan sisa metabolisme melalui urine serta penurunan kontrol untuk berkemih sehingga terjadi kontinensia urine pada lansia. 7. Sistem Pencernaan Hilangnya sokongan tulang turut berperan terhadap kesulitan – kesulitan yang berkaitan dengan penyediaan sokongan gigi yang adekuat dan stabil pada usia lebih lanjut Stanley & Beare (2007). Perubahan fungsi gastrointestinal meliputi perlambatan peristaltik dan sekresi, mengakibatkan lansia mengalami intoleransi pada makanan tertentu dan gangguan pengosongan lambung dan perubahan pada gastrointestinal bawah dapat menyebabkan
  • 12. 12 konstipasi, distensi lambung dan intestinal atau diare Potter & Perry (2009). 8. Sistem Persyarafan Perubahan sistem persyarafan menurut Stanley & Beare (2007) terdapat beberapa efek penuaan pada sistem persyarafan, banyak perubahan dapat diperlambat dengan gaya hidup sehat. Sedangkan menurut Potter & Perry (2009) lansia akan mengalami gangguan persarafan terutama lansia akan mengalami keluhan seperti perubahan kualitas dan kuantitas tidur. Lansia akan mengalami kesulitan,kesulitan untuk tetap terjaga, kesulitan untuk kembali tidur setelah terbangun di malam hari. 5. Perubahan Psikologis Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia. Beberapa masalah dan gangguan psikologis yang sering terjadi pada lansia : a. Agresi Suatu tindakan yang bersifat menyerang disertai kekuatan b. Kemarahan Kemarahan adalah rasa tidak senang yang kuat, biasanya karena konflik atau pertentangan. c. Penolakan Ketidakmampuan seseorang untuk mengakui secara sadar terhadap pikiran, keinginan, perasaan atau kebutuhan pada kejadian nyata atau sesuatu yang merupakan ancaman d. Ketergantungan Meletakan kepercayaan kepada orang lain atau benda-benda lain, untuk bantuan yang terus menerus, penentram hati serta pemenuhan kebutuhan.
  • 13. 13 e. Manipulasi Proses bertingkah lakau seseorang dalam menghadapi orang lain, dengan tujuan untuk sekedar memuaskan kehendak orang lain maupun diri sendiri dengan cara yang cerdik atau bahkan tidak jujur dan penuh muslihat. f. Depresi Gangguan depresi merupakan hal yang terpenting dalam problem lansia. Usia bukan merupakan faktor untuk menjadi depresi tetapi suatu keadaan penyakit medis kronis dan masalah-masalah yang dihadapi lansia yang membuat mereka depresi. Gejala depresi pada lansia dengan orang dewasa muda berbeda dimana pada lansia terdapat keluhan somatik g. Cemas Perasaan tidak menyenanngkan atau ketakutan yang tidak jelas dan hebat. Ini terjadi sebagai reaksi terhadap suatu yang dialami seseorang. h. Demensia Demensia adalah suatu gangguan intelektual/daya ingat yang umumnya progresif dan ireversibel. Biasanya ini sering terjadi pada orang yang berusia > 65 tahun. Faktor resiko yang sering menyebabkan lanjut usia terkena demensia adalah: usia, riwayat keluarga, jenis kelamin perempuan. Demensia merupakan suatu penyakit degeneratif primer pada susunan sistem saraf pusat dan merupakan penyakit vaskuler. i. Insomnia Sulit masuk tidur/mempertahankan tidur atau sulit tertidur lagi setelah terbangun, kurang tidur atau berlebihan tidur, dampak kurang tidur, distress, hygiene tidur dan variasi tidur.
  • 14. 14 j. Derilium Kabur atau tidak dapat mengidentifikasi waktu, tempat, dan orang serta gangungan akut, disorientasi, melantur, halusinasi, dll. Penyebab : infeksi, gangguan elektrolit, dll k. Krisis Kepercayaan Diri Mungkin krisis ini bisa dikategorikan gangguan mental dimana seorang lansia merasa bahwa ia jelek dan tua sehingga tak ingin lagi bertemu siapapun bahkan keluarganya. Meskipun jarang ada beberapa kejadian yang dialami oleh lansia yang menderita gangguan mental ini. Cukup mengganggu memang mengingat banyak lansia yang bersikap layaknya anak-anak dan cukup menyulitkan. l. Sensitif Sensitif merupakan gangguan selanjutnya yang sudah pasti terjadi pada semua lansia. Dimana mereka menangis dengan mudah, tertawa dengan mudah, marah dengan mudah dan sebagainya. Hal tersebut efek dari psikologis seorang lansia yang semakin lama semakin seperti anak-anak. m. Halusinasi Halusinasi merupakan salah satu yang paling sering terjadi. Mereka yang tidak sadar antara kenyataan dan tidak kenyataan yang menyebabkan halusinasi lebih indah. Sering juga karena mereka yang ditinggalkan oleh keluarganya sehingga ia menghibur diri sendiri dengan halusinasi. n. Bunuh Diri Bunuh diri merupakan gangguan terburuk yang mungkin terjadi. Dimana, mereka merasa mati adalah hal yang akan terjadi baik cepat atau lambat. Maka dibandingkan menunggu lama mereka berpikir bahwa mati dengan bunuh diri lebih baik dibandingkan menunggu kematian.
  • 15. 15 6. Masalah Dan Penyakit Yang Sering Di Hadapi Oleh Lanjut Usia Jika anda mengamati orang lanjut usia. Anda akan menemukan beberapa hal yang menarik yang pasti berbeda dari kebanyakan orang dewasa lainnya. Memang tidak dapat di bantah, jika seseorang bertambah tua, kemampuan fisik dan mental hidupnya pun akan perlahan-lahan tetapi pasti menurun. Akibatnya aktivitas hidupnya akan ikut terpengaruh, yang pada akhirnya akan dapat mengurangi kesigapan seseorang. Secara umum menjadi tua atau menua ( ageing process ), di tandai oleh kemunduran-kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala- gejala kemunduran fisik dan kemampuan kognitif yang sering kali menimbilkan masalah. Masalah fisik yang sehari-hari yang sering di temukan pada lansia a. Mudah jatuh Menurut reuben, 1996 (Dalam buku Ajar Geriatri, Prof. Dr. Boedhi Darmojo, 1999) mengatakan bahwa jatuh adalah suatu kejadian yang di laporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka. Dalam penelitian (Kane et al, 1994) di amerika serikat, lanjut usia yang mengalami patah tulang pangkal paha (fractura columna fernoris) dan 5% akan mengalami perlukaan jaringan lunak. Perlukaan jaringan lunak yang sering yaitu sabdural hermatona, memar, dan keseleo otot. Di nyatakan pula 5% lanjut usia yang jatuh akan mengalami patah tulang iga (stem), humerus (tulang lengan), dan pelvis. b. Mudah lelah Disebabkan oleh: 1) Factor fisikologis (perasaan bosan, keletihan, atau perasaan depresi) 2) Gangguan organis, misalnya:
  • 16. 16 3) Anemia, kekurangan vitamin, perubahan pada tulang (osteomalasia), gangguan pencernaan, kelainan metabolism (diabetes mellitus, hipetiroid), gangguan ginjal dengan uremia/gangguan faal hati dan gangguan sistem peredaran darah dan jantung. 4) Pengaruh obat-obatan, misalnya: Obat penenang, obat jantung dan obat yang melelahkan daya kerja otot. c. Berat badan menrun Disebabkan oleh: 1) Pada umumnya nafsu makan menurun karena kurang adanya gairah hidup atau kelesuan. 2) Adanya penyakit kronis. 3) Gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan terganggu. 4) Factor-faktor sosioekonomis (pensiun). d. Sukar menahan baung air besar Disebabkan oleh: 1) Obat-obat pencahar perut. 2) Keadaan diare. 3) Kelainan pada usus besar 4) Kelainan pada ujung saluran pencernaan (Pada rectum usus) e. Gangguan pada ketajaman penglihatan Disebabkan oleh: 1) Presbiop 2) Kelainan lensa mata (refleksi lensa mata kurang) 3) Kekeruhan pada lensa (katarak) 4) Tekanan dalam mata yang meninggi (glaucoma) 5) Radang saraf mata
  • 17. 17 B. Konsep Stroke 1. Definisi Stroke Stroke adalah suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, disebabkan oleh terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan (stroke hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau kematian (Junaidi, 2011). 2. Etiologi Stroke Berdasarkan penyebabnya, ada dua jenis stroke, yaitu: 1. Stroke iskemik. Sekitar 80% stroke adalah jenis stroke iskemik. Stroke iskemik terjadi ketika pembuluh darah arteri yang membawa darah dan oksigen ke otak mengalami penyempitan atau terhambat, sehingga menyebabkan aliran darah ke otak sangat berkurang. Kondisi ini disebut juga dengan iskemia. Stroke iskemik dapat dibagi lagi ke dalam 2 jenis, di antaranya: a. Stroke trombotik, yaitu stroke yang terjadi ketika gumpalan darah terbentuk di salah satu pembuluh darah arteri yang memasok darah ke otak. Pembentukan gumpalan darah ini disebabkan oleh timbunan lemak atau plak yang menumpuk di arteri (aterosklerosis) dan menyebabkan menurunnya aliran darah. b. Stroke embolik, yaitu stroke yang terjadi ketika gumpalan darah atau gumpalan yang terbentuk di bagian tubuh lain, umumnya jantung, terbawa melalui aliran darah dan tersangkut di pembuluh darah otak, sehingga menyebabkan arteri otak menyempit. Jenis gumpalan darah ini disebut embolus. Salah satu gangguan irama jantung, yaitu fibrilasi atrium, sering menyebabkan stroke embolik.
  • 18. 18 2. Stroke hemoragik. Stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah dan menyebabkan perdarahan. Pendarahan di otak dapat dipicu oleh beberapa kondisi yang memengaruhi pembuluh darah. Kondisi tersebut meliputi: a) Hipertensi yang tidak terkendali. b) Melemahnya dinding pembuluh darah (aneurisma otak). c) Pengobatan dengan antikoagulan (pengencer darah). Ada dua jenis stroke hemoragik, antara lain: a. Perdarahan intraserebral. Pada perdarahan intraserebral, pembuluh darah di otak pecah dan menumpahkan isinya ke jaringan otak di sekitarnya, sehingga merusak sel otak. b. Perdarahan subarachnoid. Pada perdarahan subarachnoid, pembuluh darah arteri yang berada dekat permukaan otak, pecah dan menumpahkan isinya ke rongga subarachnoid, yaitu ruang antara permukaan otak dan tulang tengkorak. 3. Manifestasi Klinis Stroke Tanda dan gejala stroke yang dialami oleh setiap orang berbeda dan bervariasi, tergantung pada daerah otak mana yang terganggu. Beberapa tanda dan gejala stroke akut berupa : a) Terasa semutan/seperti terbakar b) Lumpuh/kelemahan separuh badan kanan/kiri (Hemiparesis) c) Kesulitan menelan, sering tersedak d) Mulut mencong dan sulit untuk bicara e) Suara pelo, cadel (Disartia)
  • 19. 19 f) Bicara tidak lancar, kurang ucapan atau kesulitan memahami (Afasia) g) Kepala pusing atau sakit kepala secara mendadak tanpa diketahui sebabnya h) Gangguan penglihatan i) Gerakan tidak terkontrol j) Bingung/konfulsi, delirium, letargi, stupor atau koma Gejala stroke yang dapat dikenali Ada beberapa gejala yang dapat perhatikan, untuk memudahkannya biasanya disebut dengan “FAST“: F: Face (wajah), caranya dengan menundukkan wajah Anda, cobalah untuk tersenyum. Jika Anda tidak bisa mengangkat kedua sisi mulut, maka mungkin ada sesuatu yang salah. A: Arm (lengan), cobalah untuk mengangkat lengan. Jika salah satu tangan Anda jatuh lunglai ke bawah, maka Anda perlu waspada. S: Speech (bicara), cobalah untuk berbicara, ucapkan kalimat mudah. Jika terdapat keanehan dalam pelafalan kata, seperti mendadak cadel, maka Anda harus segera menganalisis gejala lainnya. T: Time (waktu), Jika semua gejala itu Anda alami, maka jangan buang waktu lagi, segera pergi ke dokter. 4. Patofisiologi Stroke 1. Stroke non hemoragik/iskemik Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena
  • 20. 20 berkembangnya aterosklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak sehingga mengakibatkan vasospasme pada arteri disekitarnya. Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologist fokal. Perdarahan otak dapat ddisebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli. 2. Stroke hemoragik. Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian. Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak sehinggal terjadinya hemiparese/hemiplagia.
  • 22. 22 5. Pencegahan stroke Kelebihan berat badan adalah salah satu penyebab yang mesti dihindari, karena kelebihan berat badan dapat memicu kolestrol tinggi, diabetes, hingga darah tinggi. Memang penyakit tersebut juga bisa diturunkan lewat gen. Namun, dengan makan makanan tidak sehat akan meningkatkan risiko dua kali lipat. Ada beberapa cara lainnya, seperti: 1) Olahraga yang teratur untuk kesehatan tubuh dan menjaga berat badan yang stabil. Olahraga juga mampu membakar lemak dan kalori, sehingga tidak terjadi penyumbatan pada pembuluh darah akibat lemak jenuh yang berkumpul. 2) Diet makan makanan rendah lemak, seperti buah-buahan, sayur-sayuran, dan gandum utuh. 3) Pantau tekanan darah setiap saat, sehingga kita tahu harus melakukan apa jika tekanan darah tinggi. Cek juga tingkat kolesterol. 4) Menghindari rokok, narkoba, dan alkohol. 5) Kunjungi dokter untuk konsultasi lebih lanjut. 6. Penatalaksanaan stroke Penatalaksanaan stroke dilakukan berdasarkan jenis stroke. Penatalaksanaan stroke biasanya dimulai dengan penanganan akut dalam kondisi emergensi dan dilanjutkan dengan rehabilitasi pasien jangka panjang. Selain itu, pemilihan jenis terapi juga dilihat dari waktu masuk layanan kesehatan dan onset dari stroke. Stroke memiliki jendela terapi tiga sampai enam jam. Beberapa hal yang harus dilakukan pada kegawatdaruratan stroke adalah sebagai berikut: 1) Lakukan intubasi bila pasien tidak sadar (Glasgow Coma Scale <8). Pastikan jalan napas pasien aman jika intubasi tidak dapat dilakukan 2) Jika pasien mengalami hipoksia (saturasi oksigen di bawah 94%), berikan oksigen. Mulai dari pemberian 2 liter per menit
  • 23. 23 menggunakan nasal kanul dan tingkatkan hingga 4 liter per menit sesuai kondisi pasien 3) Elevasi kepala 30 derajat tetapi penelitian terbaru mempertanyakan posisi kepala mana yang lebih baik, apakah elevasi kepala atau tidak 4) Intubasi bila stupor atau koma atau terjadi gagal nafas. a. Stroke Iskemik Terapi stroke iskemik bertujuan untuk mempertahankan jaringan pada ischemic penumbra. Terapi yang dapat diberikan mencakup pemberian recombinant tissue-type plasminogen activator (rtPA), aspirin, antikoagulan, dan terapi suportif. Antihipertensi tidak lagi disarankan karena justru menyebabkan keluaran yang buruk. 1. rtPA Pemberian rtPA (recombinant tissue-type plasminogen activator) merupakan pilihan yang biasa dilakukan sebagai upaya revaskularisasi sebagai agen trombolisis. Pemberian trombolisis harus dipertimbangkan pada stroke iskemik. Pemberian recombinant tissue-type plasminogen activator harus segera dilakukan dalam 3 jam sejak onset terjadinya stroke dan kemungkinan stroke hemoragik telah disingkirkan. 2. Aspirin Penggunaan antiplatelet juga direkomendasikan oleh The American Heart Association/American Stroke Association tahun 2018. Pemberian aspirin diberikan 24-48 jam setelah onset. Pada pasien yang mendapat r-tPA, pemberian aspirin dilakukan setelah 24 jam. European Stroke Organization juga melaporkan bahwa pemberian aspirin pada stroke akut (<48 jam) mengurangi angka kematian dan kejadian stroke. Dosis yang dapat diberikan adalah 160-325 mg. Terdapat juga studi yang menemukan pemberian antiplatelet kombinasi aspirin dan clopidogrel hingga hari ke-21 lebih efektif dibandingkan pemberian antiplatelet saja, tetapi hal ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
  • 24. 24 Risiko perdarahan akibat penggunaan aspirin terjadi berhubungan dengan dosis yang diberikan. Perdarahan yang paling sering terjadi adalah perdarahan gastrointestinal. Walau demikian, hal ini sangat jarang terjadi. 3. Antikoagulan Berdasarkan European Stroke Organization, pemberian antikoagulan seperti heparin tidak memberikan keuntungan pada keluaran stroke. Hal ini juga didukung oleh The American Heart Association/American Stroke Association yang menyatakan bahwa pemberian antikoagulan pada stroke akut tidak diindikasikan. 4. Terapi Suportif Cek apakah terdapat hipoglikemi atau hiperglikemia, karena memiliki gejala yang mirip dengan stroke. Keadaan hipoglikemi dan hiperglikemia harus segera diatasi. Hipoglikemia dapat diatasi dengan dekstrosa 40%, sedangkan hiperglikemia dapat diatasi dengan pemberian insulin drip. 5. Antihipertensi Pada aliran darah otak yang buruk, pembuluh darah pada otak kehilangan fungsi vasoregulator, sehingga untuk mempertahankan tekanannya, pembuluh tersebut bergantung pada Mean Arterial Pressure (MAP) dan cardiac output. Penggunaan antihipertensi dapat mengurangi perfusi dan memperparah kejadian iskemi. Berdasarkan Guideline Hipertensi di Kanada, penggunaan antihipertensi saat terjadi stroke pada pasien yang dapat dilakukan pemberian trombolitik dengan tekanan darah >185/110 mmHg dapat diberikan antihipertensi untuk mengurangi risiko kejadian perdarahan. Akan tetapi, penelitian dengan kualitas yang tinggi (grade A atau B) pada pasien yang tidak dapat diberikan trombolitik masih sangat sedikit. Sedangkan, pemberian antihipertensi dapat dilakukan pada pasien pasca stroke akut iskemik. Pemberian inhibitor ACE dan thiazide atau diuretik lain merupakan pilihan terapi.
  • 25. 25 The Scandinavian Candesartan Acute Stroke Trial juga merekomendasikan penurunan tekanan darah bila tekanan darah di atas 220/120 mmHg. Pemberian trombolitik pada pasien dengan tekanan darah lebih dari 185/110 mmHg merupakan kontraindikasi, sehingga harus diturunkan terlebih dahulu. Dapat disimpulkan bahwa pemberian antihipertensi pada saat stroke hanya disarankan bila pasien merupakan kandidat pemberian trombolitik. b. Stroke Hemorhagik Kunci penanganan stroke hemorrhagik adalah menghentikan perdarahan, penanganan tekanan tinggi intrakranial, serta identifikasi dan penanganan komplikasi seperti kejang. 1. Penghentian Perdarahan Identifikasi apakah pasien memiliki diasthesis perdarahan. Jika pasien menggunakan antikoagulan, lakukan anticoagulant reversal. 2. Kontrol Tekanan Darah Kontrol tekanan darah dengan cara menurunkan tekanan darah 15- 20% bila tekanan darah >180/>120 mmHg, MAP >130 mmHg, dan bertambahnya volume darah di intrakranial. Kontrol tekanan darah ini pada kondisi akut (24 jam pertama) sebaiknya dilakukan secara bertahap. Penurunan tekanan darah sistolik <140 mmHG ditemukan tidak memiliki manfaat dan bahkan menunjukkan tanda-tanda kerugian. 3. Penanganan Tekanan Tinggi Intrakranial Penanganan tekanan tinggi intrakranial dapat menggunakan mannitol bolus IV 0,25-1 gram / kg berat badan per 30 menit, dan dilanjutkan dengan 0.25 gram/kg berat badan per 30 menit selama 3-5 hari. 4. Penanganan juga dapat dilakukan dengan pembedahan. Tindakan bedah dilakukan dengan mempertimbangkan usia pasien dan letak perdarahan. Sebuah meta analisis mengenai penatalaksanaan
  • 26. 26 bedah pada perdarahan intraserebral supratentorial spontan menunjukkan hasil yang baik apabila operasi dilakukan 8 jam saat iktus, hematoma 20- 50 mL, Glasgow Coma Scale 9-12, dan usia pasien 50-69 tahun. Pasien dengan hematoma tanpa perdarahan intraventrikular dapat dilakukan tindakan bedah. Head Position in Stroke Trial (HeadpoST) merupakan studi untuk melihat apakah terdapat perbedaan antara posisi kepala ≥30o dengan posisi kepala terbaring pada pasien dengan stroke. Penelitian ini dilakukan pada 11000 pasien di 114 rumah sakit di 9 negara. Pada penelitian didapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan keluaran pada kedua posisi kepala, akan tetapi pasien lebih nyaman apabila pada posisi ≥30o. 5. Penanganan Kejang Penanganan kejang dapat menggunakan diazepam 5-20 mg iv. Tata laksana untuk keluhan umum lainnya sama dengan stroke iskemik. 6. Rehabilitasi Pada pasien dengan stroke, dibutuhkan unit khusus yang terdiri berbagai disiplin ilmu untuk keluaran pasien yang lebih baik. Terapi rehabilitasi ini dapat terdiri dari terapi bicara, fisioterapi, konseling psikologi, dan terapi okupasi. Anggota tim tersebut harus meliputi, dokter, perawat, pekerja sosial, psikolog, terapis okupasi, fisioterapis, dan terapis bicara dan bahasa. Selain itu, pasien dapat diberikan edukasi mengenai pencegahan stroke sekunder, yaitu untuk mencegah stroke berulang. Hal ini meliputi memperbaiki faktor risiko seperti dislipidemia, tekanan darah tinggi, metabolisme glukosa terganggu, merokok, sindroma metabolik, konsumsi alkohol, dan nutrisi.
  • 27. 27 7. Pemeriksaan Penunjang Menurut Doenges pemeriksaan laboratorium meliputi: a. CT.scan, memperlihatkan adanya cidera, hematoma, iskhemia infark. b. Angiografi cerebral, membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti: perdarahan, obstruksi, arteri adanya ruptur. c. Fungsi lumbal, menunjukan adanya tekanan normal dan biasanya ada trombosis embolis serebral dan tekanan intrakranial(TIK). Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukkan adanya haemoragik subarachnoid, perdarahan intra kranial. d. Magnetik Resonance imaging (MRI), Menunjukan ada yang mengalami infark. e. Ultrasonografi dopler, mengidentifikasi penyakit artemovena. f. Elektroencefalogram(EEG), Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik. g. Sinar X tengkorak: menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan dari masa yang meluas klasifikasi karotis interna terdapat pada trombosis cerebral, klasifikasi parsial dinding aneurisma pada perdarahan subarachnoid.
  • 28. 28 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK A. PENGKAJIAN Tanggal pengkajian : 2 November 2019 Oleh : kelompok 13 Waktu : 13.00 WIB 1. Identitas klien Nama : Ny. E Umur : 68 tahun Jenis kelamin : perempuan Pendidikan terakhir : SD Agama : Islam Status perkawinan : Belum Kawin Alamat : Gg.Harkat rt 01/02 kelurahan karamat Suku : Sunda 2. Data penanggung jawab Nama : Tn. R Jenis kelamin : Laki-Laki Umur : 25 Tahun Alamat : Gg.Harkat rt 01/02 kelurahan karamat Hubungan dengan klien : Cucu dari pinggir 3. Riwayat kesehatan a. Keluhan utama Klien mengeluh lemas pada tangan dan kaki kanan b. Riwayat kesehatan saat ini Klien mengatakan lemas pada tangan dan kaki kanan lemas dirasakan ketika melakukan aktivitas dan beristirahat.
  • 29. 29 4. Riwayat kesehatan dahulu Klien mengatakan punya riwayat darah tinggi, dan stroke sejak 1 tahun lalu dan klien mengatakan pernah dirawat di rumah sakit 1 kali karena stroke serta klien pernah mengikuti terapi. 5. Riwayat kesehatan keluarga Klien mengatakan di dalam keluarganya ada keturunan riwayat hipertensi dari orangtua klien yaitu ibu klien. 6. Genogram Keterangan: : laki-laki : perempuan : sudah meninggal : Klien 7. Pemeriksaan fisik a. TPRS ( tanda tanda vtal ) 1) Tekanan darah : 130/90 mmHg 2) Nadi : 86x/ menit 3) Respirasi : 22x/menit 4) Suhu : 36,5oC
  • 30. 30 5) GCS : 15 (Composmentis) b. Antopometri 1) Tinggi badan : 144 Cm 2) Berat badan : 38 Kg 3) Umur : 68 Tahun 4) IMT : 18,3 kategori : Kurus c. Keadaan Umum 1) Sistem Penglihatan Bentuk mata simetris, sclera berwarna putih, ukuran pupil 2,5 mm, pupil isokor, konjungtiva anemis merah muda, klien mengatakan memakai kaca mata dengan silinder, rabun jauh (+), rabun dekat (-), tidak terdapat katarak. 2) Sistem pernafasan Bentuk dada simetris, vocal fremitus kanan kiri sama, bentuk hidung simetris, tidak terdapat cuping hidung, bulu hidung berwarna hitam, tidak terdapat benjolan, hidung bersih, penciuman baik, tidak terdapat sekresi RR: 22x/menit, suara napas vesikuler. 3) Sistem Kardiovaskuler TD 130/90 mmHg, Nadi: 86 x/menit, CRT <2 detik, akral teraba hangat, suara kardiovaskuler s1 dan s2 (lup-dup) tidak terdapat suara tambahan. 4) Sistem Gastrointestinal Mukosa bibir lembab, lidah tampak kotor, tidak terdapat gangguan menelan, klien mengatakan nafsu makan berkurang, tidak merasa mual, keadaan gigi klien tampak masih lengkap,bersih, 5) Sistem Urinaria Klien tidak mengalami nyeri tekan di punggung kanan dan kiri.
  • 31. 31 6) Sistem Muskuloskeletal Tidak terdapat atrofi otot, Kedua ekstremitas atas maupun bawah simetris, jari tangan 10, kaki 10 lengkap, tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat edema, tidak terdapat varises, tangan dan kaki bagian kanan terasa lemas. Kekuatan Otot: 3 5 4 5 7) Sistem Integumen Rambut berwarna hitam dan terdapat uban berwarna putih, rambut klien bersih. Turgor kulit elastis, pada kulit tidak terdapat bercak, kulit teraba tidak kering. 8) Sistem Endokrin Tidak teraba adanya pembesaran pada kelenjar thyroid dan Kelenjar getah bening pada leher klien saat dilakukan palpasi. 9) Sistem Reproduksi Klien mengatakan tidak merasakan sakit, tidak terdapat pengeluaran cairan (-), klien mengatakan sudah mengalami menopose sejak berumur 50 tahun. 10) Sistem Persyarafan a) Saraf olfaktorius (Nervus I) : Klien mampu membedakan bau-bauan (bawang putih, kayu putih, parpum). b) Saraf optikus (Nervus II) : Klien buram ketika melihat objek dengan jarak jauh. c) Saraf okulomotorius (Nervus III) : Klien mampu menggerakan bola mata ke kiri, ke kanan, bawah, atas, berputar. d) Saraf Troklearis (Nervus IV) : Reaksi pupil klien baik terhadap cahaya, ukuran pupil 2,5 mm,.
  • 32. 32 e) Saraf Trigeminus (Nervus V) : Klien dapat mengedipkan kelopak mata kiri, dan kanan satu persatu, klien dapat menutup mata, dan mengatupkan mulutnya. f) Saraf Abdusen (Nervus VI) : Klien dapat membuka dan menutup kelopak mata. g) Saraf facialis (Nervus VII) : Klien mampu membedakan rasa manis (gula), pahit, asin (garam), klien dapat mengontrol ekspresi wajah, mulut simetris tidak miring ke kiri atau kekanan, dan klien bisa mengerutkan wajah. h) Saraf vestibulokoklearis (Nervus VIII) : Fungsi pendengaran klien jarak dekat baik, jarak jauh kurang, keseimbangan dan posisi tubuh kurang baik. i) Saraf Glosofaringeus (Nervus IX) : Klien mampu merasakan makanan, menelan makanan dan minuman baik, respon menelan air liur baik, kelenjar air liur normal. j) Saraf vagus (Nervus X) : Klien mampu menggigit, menelan, berbicara baik, klien cepat merespon, klien mampu menilai dengan baik. k) Saraf Assesorius (Nervus XI) : Klien mampu menggerakan kepala kiri, kanan, atas, bawah, berputar, dan dapat menggerakan bahunya. l) Saraf Hipoglosus (Nervus XII) : Klien dapat menggerakan lidahnya kesegara arah. 8. Pemeriksaan Psikososial dan Spiritual A. Psikososial 1. Kemampuan Sosialisasi Klien mengatakan bersosialisasi baik dengan tetangga dan warga di sekitar, dan pengajian di sekitar rumah.
  • 33. 33 2. Sikap klien terhadap orang lain Klien mengatakan tidak ada masalah, baik-baik saja. 3. Harapan klien dalam bersosialisasi dengan orang lain. Klien mengatakan ingin mempertahankan bersilaturahmi dengan orang lain dengan baik. 4. Kepuasan dalam bersosialisasi Klien mengatakan sangat puas dalam bersosialisasi kerena dapat mempermudah dalam menjalani bisnis. B. Identifikasi Masalah Emosional No Pertanyaan tahap 1 Ya Tidak 1 2 3 4 Apakah klien mengalami sukar tidur? Apakah klien sering merasa gelisah? Apakah klien sering murung/menangis sendiri? Apakah klien sering was-was/khawatir? Tidak Tidak Tidak Tidak Jawab 0 4 Interpretasi : Masalah Emosional Negatif (-) C. Spiritual 1. Masalah Keagamaan Klien mengatakan tidak ada masalah dalam keaagamaan, klien percaya dengan ALLAH SWT, serta menjauhi larangannya. 2. Kegiatan Keagamaan Klien mengatakan tidak pernah ketinggalan dalam beribadah dan selalu mengikuti pengajian di daerah rumahnya sebanyak 4-5 kali dalam seminggu.
  • 34. 34 3. Keyakinan /konsep tentang kematian Klien mengatakan terdapat rasa takut tentang kematian, tetapi setiap makhluk hidup akan kembali kepada Allah SWT. Sehingga dari sekarang harus menyiapkan bekal. 4. Harapan klien Klien mengatakan harapannya yaitu ingin selalu sehat. 9. Pengkajian Kemampuan Fungsional Klien KATZ Indeks 10. Skor Kriteria A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian, dan mandi B Kemandirian dalam semua hal, kecuali satu dari fungsi tersebut C Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan D Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi tambahan E Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, dan satu fungsi tambahan F Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, berpindah, dan satu fungsi tambahan G Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut. H Lain-lain (Minimal ada 2 ketergantungan yang tidak sesuai dengan kategori diatas ) Interpretasi : C: Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan
  • 35. 35 Barthel Indeks No Kriteria Dengan Bantuan Mandiri Nilai Klien Keterangan 1 Makan √ 10 Frekuensi : 3x/hari Jumlah : 1 porsi Jenis : nasi, lauk pauk, sayur 2 Minum √ 10 Frekuensi : 5x/hari Jumlah : 6-8 gelas Jenis : Air putih, susu, dan teh 3 Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur sebaliknya Klien tidak menggunakan kursi roda 4 Personal toilet (cuci muka, menyisir rambut, gosok gigi) √ 10 Klien melakukan personal toilet mandiri frekuensi : 2 kali sehari 5 Keluar masuk toilet (membuka pakaian, menyeka tubuh, menyiram) √ 10 Klien dapat melakukan keluar masuk toilet secara mandiri 6 Mandi √ 10 Frekuensi 2x/hari, mandiri
  • 36. 36 7 Jalan di permukaan datar √ 5 Klien perlahan menggunakan tongkat 8 Naik turun tangga √ 5 Klien tidak mampu sendiri 9 Mengenakan pakaian √ 10 Klien mampu sendiri 10 Kontrol BAK √ 10 Frekuensi ±5x/hari tanpa menggunakan pempers, warna urin kuning/bening. 11 Kontrol BAB √ 10 Frekuensi 1x/ hari Konsistensi : padat, tidak sembelit 12 Olahraga/Latihan Klien tidak melakukan olahraga Total Skor 90 Keterangan : a. 130 : Mandiri b. 60-125 : ketergantungan sebagian c. 55 : ketergantungan total Interpretasi : skor 90. Ketergantungan sebagian
  • 37. 37 10 . Pengkajian Status Mental Gerontik SPMSQ BENAR SALAH NO PERTANYAAN √ 01 Tanggal berapa hari ini ? √ 02 Hari apa sekarang ini ? √ 03 Apa nama tempat ini ? √ 04 Dimana alamat Anda ? √ 05 Berapa umur Anda ? √ 06 Kapan Anda lahir ? (minimal tahun lahir) √ 07 Siapa Presiden Indonesia sekarang ? √ 08 Siapa Presiden Indonesia sebelumnya ? √ 09 Siapa nama ibu Anda ? √ 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka baru, semua secara menurun. Interpretasi hasil : Salah memiliki 5 poin. Kerusakan intelektual ringan.
  • 38. 38 MMSE NO ASPEK KOGNITIF NILAI MAKS NILAI KLIEN KRITERIA 1A Orientasi 4 Menyebutkan dengan benar : √Tahun Musim √Tanggal √Hari √Bulan 1B Orientasi 5 1 Dimana kita sekarang berada ? Negara Indonesia Propinsi Jawa Barat √Kota Sukabumi  PSTW ……  Wisma ……. 2. Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 obyek (oleh pemeriksa) 1 detik untuk mengatakan masing-masing obyek. Kemudian tanyakan kepada klienketiga obyek tadi. (Untuk disebutkan ) √Obyek gelas √Obyek kaca √jam dinding
  • 39. 39 3. Perhatian dan Kalkulasi 5 0 Minta klien untuk memulai dari angka 100 kemudian dikurangi 7 sampai 5 kali/tingkat.  93  86  79  72  65 4 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek pada No 2 (registrasi) tadi. Bila benar, 1 point untuk masing-masing obyek. 5 Bahasa 9 2 Tunjukkan pada klien suatu benda dan tanyakan namanya pada klien. √(misal jam tangan) √ (misal pensil) Minta klien untuk mengulang kata berikut : “tak ada,jika, dan, atau, tetapi”. Bila benar, nilai satu point. √Pernyataan benar 2 buah : dan,
  • 40. 40 1 3 tetapi. Minta klien untuk mengikuti perintah berikut yang terdiri dari 3 langkah : “Ambil kertas di tangan Anda, lipat dua dan taruh di lantai”. √Ambil kertas di tangan Anda √Lipat dua √Taruh di lantai 1 1 Perintahkan pada klien untuk hal berikut (bila aktivitas sesuai perintah nilai 1 point) √“Tutup mata Anda” Perintahkan pada klien untuk menulis satu kalimat dan menyalin gambar. √Tulis satu kalimat Menyalin gambar Interpretasi hasil = Nilai pasien 19 : terdapat kerusakan aspek fungsi mental ringan
  • 41. 41 a. Inventaris Depresi Beck (IDB) 1) Kesedihan 0 Saya tidak merasa sedih 2) Pesimisme 0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan 3) Rasa Kegagalan 0 Saya tidak merasa gagal 4) Ketidakpuasan 0 Saya tidak merasa tidak puas 5) Rasa Bersalah 0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah 6) Tidak Menyukai Diri Sensiri 0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri 7) Membahayakan Diri Sendiri 0 Saya tidak mempunyai pikiran mengenai membahayakan diri sendiri 8) Menarik Diri Dari Sosial 0 Saya tidak kehilangan minat kepada orang lain 9) Keragu-raguan 0 Saya membuat keputusan baik 10) Perubahan Gambaran Diri 0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada sebelumnya 11) Kesulitan Kerja 0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya 12) Keletihan 0 Saya tidak lebih lelah dari biasanya 13) Anoreksia 0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya Interpretasi: 0: depresi tidak ada atau minimal
  • 42. 42 b. Skala Depresi Geriatrik Yesavage No Pertanyaan Ya Tidak 1 Apakah pada dasarnya Anda puas dengan kehidupan Anda? √ Tidak 2 Apakah Anda telah banyak menhentikan aktivitas dan minat-minat Anda Ya √ 3 Apakah Anda merasa bahwa hidup Anda kosong? Ya √ 4 Apakah Anda sering bosan? Ya √ 5 Apakah Anda banyak menaruh harapan pada masa depan? √ Tidak 6 Apakah Anda merasa terganggu dengan pemikiran bahwa Anda tidak dapat lepas dari pikiran yang sama? Ya√ 7 Apakah Anda cukup bersemangat dalam sebagian besar waktu? √ Tidak 8 Apakah Anda takut bahwa suatu hal yang buruk akan menimpa Anda? Ya√ 9 Apakah Anda merasa gembira dalam sebagian besar waktu Anda √ Tidak 10 Apakah Anda merasa tidak mungkin tertolong Tidak √ 11 Apakah Anda sering menjadi gelisah atau sering/mudah terkejut? Ya √ 12 Apakah Anda lebih suka tinggal dirumah malam hari, daripada keluar dan mengerjakan sesuatu yang baru? Ya √ 13 Apakah Anda sering mengkhawatirkan masa depan? Ya√
  • 43. 43 14 Apakah Anda berfikir bahwa memiliki masalah ingatan lebih banyak dari pada sebagian besar orang ? Ya √ 15 Apakah Anda berpikir bahwa tetap hidup saat ini merupakan suatu hal yang menyenangkan? √ Tidak 16 Apakah Anda sering merasa tidak enak hati atau sedih? Ya √ 17 Apakah Anda berpikir bahwa Anda benar- benar tidak berharga saat ini? Ya √ 18 Apakah Anda cukup sering khawatir mengenai masa lampau? Ya √ 19 Apakah Anda merasa bahwa kehidupan ini menyenangkan ? √ Tidak 20 Apakah sulit bagi Anda untuk memulai suatu proyek baru? Ya √ 21 Apakah Anda merasa diri Anda penuh energi? √ Tidak 22 Apakah Anda merasa bahwa situasi yang ada menggambarkan keputusan? Ya√ 23 Apakah Anda berpikir bahwa sebagian besar orang lebih baik dari diri Anda sendiri? Ya √ 24 Apakah Anda sering menjadi kesal, dikarenakan suatu hal kecil? Ya√ 25 Apakah Anda sering merasa menangis? Ya √ 26 Apakah Anda mengalami kesulitan untuk berkonsetrasi? Ya √ 27 Apakah Anda menikmati bangun pada pagi hari? √ Tidak 28 Apakah Anda lebih suka menghindar perkumpulan sosial? Ya √
  • 44. 44 29 Apakah mudah bagi Anda untuk membuat suatu keputusan? Tidak√ 30 Apakah pemikiran atau benak Anda sejernih masa-masa lampau? Tidak√ Nilai 1 point untuk setiap respons yang cocok dengan jawaban “ya” atau “tidak’ setelah pertanyaan. Penilaian : a) Normal = 1-14 b) Depresi Ringan = 15 -22 c) Depresi Berat = 23 – 30 Interpretasi: 8 (Normal) Pengkajian Keseimbangan KESEIMBANGAN SKOR Bisa (0) Tdk (1) Bangun dari kursi 1 Duduk ke kursi 1 Menahan dorongan pada sternum 1 Mata tertutup 0 Perputaran leher 0 Gerakan menggapai sesuatu 0 Membungkuk 1 GAYA BERJALAN Bisa (0) Tdk (1) Berjalan sesuai perintah 1 Kemampuan mengangkat kaki saat berjalan 1 Kontinuitas langkah kaki saat berjalan 1 Kesimetrisan langkah 1 Penyimpangan jalur pada saat berjalan 1 Berbalik 0
  • 45. 45 J U M L A H 9 Interpretasi : Resiko Jatuh Sedang 11. Pengkajian Resiko Jatuh Ontario Mudified Stratify Sidney Scoring NO PARAMETER SKRINING JAWABAN KET SKOR 1. Riwayat jatuh Apakah pasien datang kerumah sakit karena jatuh? Ya / Tidak Salah satu jawaban Ya= 6 6 Jika tidak, apakah pasien mengalami jatuh dalam 2 bulan terakhir ini ? Ya / Tidak 2. Status Mental Apakah Pasien Delirium? Tidak dapat membuat keputusan, pola pikir tidak terorganisir, gangguan daya ingat? Ya / Tidak Salah satu jawaban Ya= 14 0 Apakah pasien disorientasi? Ya / Tidak Apakah pasien mengalami agitasi? Ya / Tidak 3. Penglihatan Apakah pasien memakai kacamata? Ya / Tidak Salah satu jawaban Ya= 1 2 Apakah pasien mengeluh adanya penglihatan buram Ya / Tidak Apakah pasien mempunyai Glukoma? Ya / Tidak
  • 46. 46 Katarak/degenerasi macula? 4. Kebiasaan Berkemih Apakah terdapat perubahan perilaku berkemih ? Ya / Tidak Salah satu jawaban Ya= 2 0 5. Transfer (dari tempat tidur ke kursi dan kembali lagi ke tempat tidur) Mandiri (boleh memakai alat bantu jalan) ya Jumlah nilai transfer dan mobilitas, jika nilai total 0-3 maka skor=0. Jika nilai total 4-6 maka skor=7 7 Memerlukan sedikit bantuan (1 orang)/ dalam pengawasan ya Memerlukan bantuan yang nyata (2 orang) Tidak dapat duduk dengan seimbang, perlu bantuan total 6. Mobilitas Mandiri (boleh menggunakan alat bantu jalan) ya Berjalan dengan bantuan 1 orang ya Menggunakan kursi roda Imobilisasi JUMLAH 15
  • 47. 47 Keterangan Skor : a) 0-5 : Resiko jatuh rendah b) 6-16 : Resiko Jatuh Sedang c) 17-30 : Resiko Jatuh Tinggi Interpretasi hasil : 15 (Resiko Jatuh Sedang)
  • 48. 48 Nursing Care Plan NO DATA DIAGNOSA KEP NOC NIC KODE DIAGNOSA KODE Kriteria hasil KODE Intervensi 1 DS: Klien mengatakan lemas pada tangan dan kaki kanan DO: 1. skor pengkajian keseimbangan 9(6-10) : resiko jatuh sedang 2. nilai klien 15, resiko jatuh (sedang) 00155 Domain : 11 Keamanan &perlindungan Kelas 2: Cedera fisik Diagnosis: Risiko jatuh 1828 Level 1: Domain IV Pengetahuan tentang kesehatan &perilku Level 2 : Kelas C Pengetahuan tentang kesehatan Level 3: outcomes Outcomes: 6490 Level 1 : Domain 4 keamanan Level 2: kelas V Manajemen Resiko Level 3 : intervensi Pencegahan jatuh 1. Identifikasi perilaku dan faktor yang mempengaruhi risiko jatuh 2. Identifikasi
  • 49. 49 182807 182811 182815 182818 Pencegahan jatuh Pencegahan jatuh meningkat dari skala 1 (tidak ada pengetahuan ) menjadi 3 (pengetahuan sedang) tentang : Penggunaan pencahayaan lingkungan yang benar Latihan untuk mengurangu resiko jatuh Perubahan tekanan darah yang meningkatkan risiko jatuh Pentingnya menjaga alur karakteristik dari lingkungan yang mungkin mening katkan potensi jatuh (misalnya lantai licin dan tangga terbuka 3. Sediakan pencahyaan yang cukup dalam rangka meningkatkan pandangan 4. Sediakan permukaan lantai yang tidak licin dan anti selip 5. Sediakan alas kaki yang tidak licin untuk memfalitasi kemudahan menjangkau 6. Sarankan menggunakan alas kaki yang aman
  • 50. 50 182819 182821 yang jelas Penggunaan yang aman dari bangku & tangga Strategi untuk menjaga permukaan lantai tetap aman 7. Lakukan progam latihan fisik rutin yang meliputi berjalan
  • 51. 51 IMPLEMENTASI No. Dx Kep Hari/tanggal/waktu Implementasi Paraf Evaluasi (SOAP) Paraf 1 Resiko Jatuh Kamis, 28 November 2019 Pukul 11.00 WIB 1.mengidentifikasi yang meningkatkan potensi jatuh pada lingkungan R/ klien mengerti dan paham 2.memonitor cara berjalan klien terutama kecepatannya R/ klien paham dan mengerti 3.menyarankan gaya berjalan pada klien terutama kecepatannya R/ klien paham dan mau melakukan 4. mengajarkan klien bagaimana jika jatuh untuk meminimalkan cedera R/ klien paham dan mengerti 5. menyarankan untuk memilih alas kaki yang tidak licin R/ klien paham dan sudah melakukannya di kehidupan sehari-hari S : klien mengatakan paham mengenai resiko jatuh O : klien sudah menerapkannya di kehidupan sehari-hari A : maslah teratasi P :intervensi dihentikan
  • 52. 52 BAB IV PEMBAHASAN A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 2 November 2019, dengan menggunakan metode observasi, wawancara, pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi. Saat pengkajian klien tampak ramah dan terbuka serta sangat kooperatif. Pengkajian pada Ny.E didapatkan data, klien dapat berbicara dengan kesadaran compos mentis, keadaan umum klien baik dengan hasil GCS normal 15. Ketika dikaji mengenai keluhan, klien mengatakan lemas pada tangan dan kaki kanan sejak 1 tahun yang lalu, lemas dirasakan ketika melakukan aktivitas dan beristirahat. B. Diagnosa Keperawatan Setelah dilakukan pengumpulan data pada Ny. E dan dilakukan analisa kami menemukan satu diagnosa keperawatan, karena pada saat melakukan pengkajian keluhan utama yang dirasakan oleh klien adalah lemas pada tangan dan kaki kanan serta klien memiliki riwayat hipertensi. Maka kami mengambil diagnosa tersebut. C. Intervensi Intervensi tindakan keperawatan pada klien sesuai dengan masalah yang mempertimbangkan kenyamanan dann etika untuk menyelesaikan satu diagnosa yang di tegakan. Dalam menetapkan rencana asuhan keperawatan kelompok berusaha menjalankannya secara sistematis, berkesinambungan dan efisien. Kelompok juga berusaha agar perencanaan ini dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan yang dibuat sesuai dengan prioritas masalah dan dapat mengatasi diagnosa keperawatan yang ditetapkan.
  • 53. 53 D. Implementasi Implementasi dilakukan pada Kamis, 28 November 2019. Dalam tahap implementasi, kami bekerjasama dengan keluarga besar klien sesuai prioritas masalah dan kondisi klien. Pada tahap ini Kelompok memberikan penyuluhan tentang resiko jatuh dan pencegahannya seperti mengidentifikasi apa saja yang meningkatkan potensi jatuh pada lingkungan sekitar klien, memonitor cara berjalan klien terutama kecepatannya, menyarankan gaya berjalan pada klien terutama kecepatannya harus berhati-hati, mengajarkan klien bagaimana jika jatuh untuk meminimalkan cedera, dan menyarankan untuk memilih alas kaki yang tidak licin. Serta Klien diberikan implementasi Latihan Aktif Range Of Motion (ROM) Setiap tindakan di ulangi sebanyak 3x. Di setiap tindakan menuju tindakan selanjutnya pasien di beri pertanyaan apakah pasien kelelahan atau tidak, apakah pasien merasa sakit atau tidak. Jika pasien mengatakan tidak maka tindakan dilanjutkan sampai langkah terakhir. Pada saat dilaksanakan implementasi, klien tampak senang dan sangat kooperatif. Dan klien pun tampak senang dengan dilakukannya penyuluhan kesehatan dan latihan aktif Range Of Motion (ROM) oleh kelompok. E. Evaluasi Evaluasi dilaksanakan pada saat sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan keperawatan. Mengenai reaksi klien dan evaluasi hasil yang didapatkan klien mengatakan senang diberi penyuluhan dan menjadi tahu mengenai stroke, resiko jatuh dan pencegahannya. Keberhasilan tindakan keperawatan dilakukan secara subjektif melalui ungkapan klien yang mengungkapkan merasa senang, dan pada data objektif klien terlihat tampak senang dengan adanya penyuluhan yang diberikan oleh kelompok.
  • 54. 54 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Manusia lanjut usia (MANULA) adalah manusia yang sedang mengalami proses menua atau menjadi yaitu proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu anak, dewasa dan tua. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang di tandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk dan pigur tubuh yang tidak proporsional. Manusia lanjut usia dimasukan kedalam kelompok rentang gizi, meskipun tidak ada hubungannya dengan pertumbuhan badan, bahkan sebaliknya sudah terjadi imvolusi dan degenerasi jaringan dan sel-selnya. Timbulnya kerentanan terhadap kondisi gizi di sebabkan kondisi fisik, baik anatomis maupun fungsionalnya. Stroke adalah suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, disebabkan oleh terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan (stroke hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau kematian. Asuhan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan meliputi kebutuhan biologis, psikologis, social dan spiritual yang di berikan langsung kepada klien. Asukan keperawatan meliputi pengkajian diagnose keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
  • 55. 55 B. Saran Semoga dengan adanya makalah ini di harapkan dapat memberikan manfaat bagi orang banyak khususnya bagi mahasiswa keperawatan sehingga dapat mengaplikasikannya dengan baik dan benar.
  • 56. 56 DAFTAR PUSTAKA Amin Huda Nuratif, Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jilid 2. Yogyakarta. Herdman, T Heather; Kamitsuru, Shigemi. 2018. Nanda-1 Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC Moorhead, Sue; Johnson, Marion; L Maas, Maridean; Swanson, Elizabeth. 2016. Nursing Outcomes Clasifications (NOC): CV Mocomedia M Bulechek, Gloria; K Butcher, Howard; M Dochterman, Joanne; M Wagner, Cheryl. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC): CV Mocomedia http : // medicastore.com. asuhan keperawatan pada penderita stroke http://kurnia-xpress.blogspot.com/2010/12/makalah-keperawatan- gerontik-stroke.html http://ristalikestar.blogspot.com/2016/03/konsep-dasar-penyakit-stroke- lansia.html