SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
Download to read offline
1 
HUBUNGAN KEJADIAN KECACINGAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA 
KELAS 1 SDN 1 PURWOREJO KECAMATAN NEGERI KATON 
KABUPATEN PESAWARAN 
ARI PRASTIONO 
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN 
STIKES AISYAH PRINGSEWU 
JL.A.Yani no 1 A Tambahrejo Kec.Gadingrejo Kabupaten Pringsewu 
Abstrak 
xii + 64 halaman+ 9 tabel + 7 lampiran + 2 gambar 
Kecacingan termasuk dalam 11 dari 20 jenis Neglected Tropical Disease (NTD)/penyakit tropis 
terabaikan yang terdapat di Indonesia. Angka kecacingan di Indonesia tahun 2012 adalah 
22,6%.Kecacingan menimbulkan mual, kembung dan diare, anemia, kurang gizi, mudah sakit, 
kurang aktif dan lemas, sehingga berpengaruh pada IQ anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk 
mengetahui hubungan Kejadian kecacingan dengan prestasi belajar siswa Kelas 1 SDN 1 
Purworejo Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran Tahun 2014 
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional. Objek penelitian ini adalah 
semua siswa kelas 1 SDN 1 Purworejo Tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 30 orang. Penelitian 
dilaksanakan pada 9-12 Juni 2014. 
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang mengalami kejadian kecacingan sebanyak 8 
siswa (26,7%) dengan jenis cacing gelang (Ascaris Lumricoides) sebesar 100%. Prestasi belajar 
siswa kurang baik sebanyak 20 siswa (66,7%). Ada hubungan kejadian kecacingan dengan 
prestasi belajar siswa Kelas 1 SDN 1 Purworejo Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran 
Tahun 2014 p value 0,029 dengan OR=1,8 artinya responden menderita kecacingan berisiko 1,8 
mendapat prestasi belajar kurang baik dibandingkan responden yang tidak menderita kecacingan 
Kata kunci : Kecacingan, Prestasi Belajar 
Kepustakaan : 29 (1989-2014) 
A. Latar Belakang 
Konvensi Hak Anak (KHA) denfinisikan 
anak adalah manusia yang umurnya 
belum mencapai 18 tahun. Hal yang 
sama juga dijelaskan dalam Undang- 
Undang Perlindungan Anak No 23 
Tahun 2002, bahwa anak adalah 
seseorang yang belum berusia 18 tahun 
termasuk anak yang masih dalam 
kandungan. Anak merupakan karunia 
yang terbesar bagi keluarga, agama, 
bangsa dan negara. Dalam kehidupan 
berbangsa dan bernegara, anak adalah 
penerus cita-cita bagi kemajuan suatu 
bangsa. Dari sudut pandang anak sebagai 
aset, anak merupakan salah satu modal 
sumber daya manusia, dan wajib 
dipenuhi semua kebutuhan pangan, 
sandang, papan, pendidikan dan 
kebutuhan sosial ekonomi lainnya.
2 
Pemenuhan kebutuhan ini akan 
membentuk anak tumbuh menjadi 
manusia berkualitas, sebaliknya jika 
kebutuhan anak tidak terpenuhi, 
dikhawatirkan akan menurunkan kualitas 
hidup anak atau sebagian dari mereka 
akan menimbulkan masalah bagi 
keluarga, masyarakat maupun negara 
(Profil Anak, Kementrian pemberdayaan 
Perempuan dan anak, 2012). 
Kesehatan Anak sangat penting. 
Penyakit tersering diderita pada anak 
diantaranya Infeksi saluran pernafasan 
akut, kecacingan, Anemia Gizi, Malaria, 
Asma, PPOK, Diare, Pnemoni, Hepatitis 
dan TB Paru (Riskesdas, 2013 dan 
Evaluasi Prpgram PP dan PL 2010- 
2013). 
Tabel 1.1 
Sepuluh Penyakit tersering diderita 
pada anak tahun 2013 
No Nama 
Penyakit 
Prevalensi 
Rate 
1 Infeksi 
saluran 
pernafasan 
akut 
25,0 % 
2 Kecacingan 22,6 % 
3 Anemia Gizi 17,6% 
4 Malaria 6,0 % 
5 Asma 4,5 % 
6 PPOK 3,7 % 
7 Diare 3,5 % 
8 Pnemonia 1,8 % 
9 Hepatitis 1,2 % 
10 TB Paru 0,4 % 
Kecacingan merupakan salah satu 
diantara 10 besar penyakit anak. Dampak 
kecacingan pada anak dapat menurunkan 
kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan 
produktivitas penderitanya sehingga 
secara ekonomi banyak menyebabkan 
kerugian. Cacingan menyebabkan 
kehilangan karbohidrat dan protein serta 
kehilangan darah, sehingga menurunkan 
kualitas sumber daya manusia. 
(Departemen Kesehatan, 2006). 
Kecacingan merupakan penyakit infeksi 
yang disebabkan oleh masuknya parasit 
berupa cacing ke dalam tubuh manusia. 
Cacing yang sering menginfeksi tubuh 
manusia terdiri atas dua golongan besar 
yaitu Platyhelminthes dan 
Nemahelminthes. Platyhelminthes terdiri 
dari Cestoda dan Trematoda, sedangkan 
Nemahelminthes adalah Nematoda 
(Gandahusada, Ilahude, Pribadi, 1998). 
Manusia merupakan hospes definitif 
beberapa nematoda usus (cacing perut) 
yang ditularkan melalui tanah (soil 
transmitted helminths) diantaranya 
cacing gelang (Ascaris Lumricoides), 
cacing tambang (Ancylostoma 
duodenale, Necator Americamus) dan 
cacing cambuk (Trichuris 
trichiura).(Departemen Kesehatan, 
2006). 
Faktor-faktor yang mempengaruhi 
kecacingan adalah kebersihan 
lingkungan, kebersihan pribadi, 
penyediaan air bersih, kebersihan lantai 
rumah, penggunan jamban sehat, serta 
kebersihan makanan (Departemen 
Kesehatan, 2006). 
Kecacingan termasuk dalam 11 dari 20 
jenis Neglected Tropical Disease 
(NTD)/penyakit tropis terabaikan yang 
terdapat di Indonesia. Angka kecacingan 
di Indonesia tahun 2012 adalah 22,6% 
sedangan target Kementrian Kesehatan 
di 2015 angka kecacingan di Indonesia < 
20%. Di Indonesia terdapat 10 kabupaten 
yang prevalensi kecacingan di atas 20%. 
Prevalensi Kecacingan seluruh Indonesia 
tertinggi berada di Kabupaten Gunung 
Mas (76,67%) dan Kabupaten Lebak 
(62%) sedangkan kabupaten terendah 
adalah kota Yogyakarta (0%), sedangkan 
prevalensi Kecacingan Propinsi 
Lampung tahun 2012 sebesar 63,2%. 
(Kemenkes, 2013). Data Kecacingan di 
Kabupaten Pesawaran tahun 2013 
sebesar 4,12% dan di Kecamatan Negeri
3 
Katon sebesar 38,5% (Dinas Kesehatan 
Kabupaten Pesawaran, 2013). 
Berdasarkan hasil survei pemeriksaan 
tinja pada anak SD di 10 kabupaten/kota 
di Indonesia, tahun 2011 diketahui dari 
sekitar 3.666 siswa di 64 SD, sekitar 829 
anak mengidap cacingan atau 
prevalensinya sekitar 22,6 persen. 
(Kemenkes, 2012). Masalah kecacingan 
tidak dapat dianggap enteng mengingat 
jumlah sekolah dasar di Indonesia adalah 
148.361 buah, Propinsi Lampung 
terdapat 4.603 buah sekolah, di 
Kabupaten pesawaran terdapat 308 buah 
dan di kecamatan negeri Katon terdapat 
46 Sekolah Dasar, artinya terdapat 
populasi risiko kecacingan yang cukup 
besar. 
Kecacingan sangat sulit didiagnosis, 
karena tidak menimbulkan gejala. 
Kecuali jika jumlahnya banyak, maka 
timbul mual, kembung dan diare pada 
anak-anak sampai masalah anemia. 
Akibat yang terburuk, terjadinya kurang 
gizi, mudah sakit, kurang aktif dan 
lemas, sehingga berpengaruh pada IQ 
anak, bahkan cacing dapat menyumbat 
usus.(Departemen Kesehatan, 2006). 
Tiga cacing yang selalu mengancam 
kesehatan anak, yakni cacing gelang, 
cacing tambang, dan cacing cambuk. 
Seekor cacing saja, dapat mengisap 
darah, karbohidrat dan protein, dalam 
sehari cacing gelang dapat mengisap 
0,14 gram karbohidrat dan 0,035 gram 
protein, cacing cambuk mengisap 0,005 
ml darah. (Departemen Kesehatan, 
2006). 
Cacing gelang (Ascaris Lumricoides) 
menyebabkan gangguan pada paru 
disertai demam, batuk dan Eosinofilia 
(keadaan meningkatnya sel darah putih 
jenis eosinofil), gangguan usus ringan 
seperti mual, nafsu makan berkurang, 
diare atau konstipasi. Pada infeksi yang 
berat bisa menyebabkan malabsorbsi 
sehingga memperberat malnutrisi bahkan 
menyebabkan obstruksi usus. Cacing 
tambang (Ancylostoma duodenale, 
Necator Americamus) menyebabkan 
daya tahan tubuh berkurang, prestasi 
kerja menurun serta menurunan kadar 
Hemoglobin darah. Cacing cambuk 
(Trichuris trichiura) menyebabkan 
Diare, diselingi sindrom Disentri, 
Anemia, berat bdan turun dan terkadang 
disertai Prolapsus Rektum. 
(Gandahusada, Ilahude, Pribadi, 1998) 
Upaya pemerintah dalam rangka 
pemberantasan kecacingan adalah 
dikeluarkannya Keputusan Menteri 
Kesehatan Republik Indonesia nomor 
424 tentang Pedoman Pengendalian 
Cacingan yang bertujuan untuk 
menurunkan prevalensi dan intensitas 
Penyakit Cacingan sehingga dapat 
menunjang peningkatan mutu sumber 
daya manusia, guna mewujudkan 
manusia Indonesia yang sehat. Dasar 
utama untuk pengendalian Cacingan 
adalah memutuskan mata rantai 
lingkaran hidup cacing. memutuskan 
mata rantai lingkaran hidup cacing dapat 
dilakukan pada tingkat cacing dalam 
tubuh manusia, lingkungan fisik, 
lingkungan sosial ekonomi dan budaya. 
(Departemen Kesehatan, 2006). 
Sasaran program ini diantaranya adalah 
murid SD dimana kelompok tersebut 
mudah dijangkau melalui organisasi 
sekolah melalui Usaha Kesehatan 
Sekolah (UKS). (Departemen Kesehatan, 
2006). UKS adalah wadah untuk 
meningkatkan kemampuan hidup sehat 
dan derajat kesehatan peserta didik 
sedini mungkin (Ananto, 2006 dalam 
Efendi dan Makhfudli, 2009). Untuk 
tingkat sekolah dasar usaha kesehatan 
sekolah diprioritaskan pada Kelas I, III dan 
Kelas VI dengan alasan bahwa, kelas I 
merupakan fase penyesuaian dalam 
lingkungan sekolah yang baru dan lepas 
dari pengawasan orang tua, kemungkinan 
kontak dengan berbagai penyebab 
penyakit lebih besar karena ketidaktahuan 
dan ketidakmengertiannya tentang 
kesehatan. Disamping itu kelas I adalah
4 
saat yang baik untuk diberikan imunisasi 
ulangan. Pada kelas I ini dilakukan 
penjaringan untuk mendeteksi 
kemungkinan adanya kelainan yang 
mungkin timbul sehingga mempermudah 
pengawasan untuk jenjang berikutnya. 
Pelaksanaan program UKS pada kelas III 
bertujuan untuk mengevaluasi hasil 
pelaksanaan UKS di kelas I dahulu dan 
langkah-langkah selanjutnya yang akan 
dilakukan dalam program pembinaan 
usaha kesehatan sekolah. Kelas VI, dalam 
rangka mempersiapkan kesehatan peserta 
didik kejenjang pendidikan selanjutnya, 
sehingga memerlukan pemeliharaan dan 
pemeriksaan kesehatan yang cukup 
(Effendi, 1998). 
Prestasi Belajar adalah hasil penilaian 
pendidik terhadap proses belajar dan 
hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan 
instruksional yang menyangkut isi 
pelajaran dan perilaku yang diharapkan 
dari siswa (Lanawati, 1999 dalam Akbar 
dan Hawadi, 2011). Pengukuran prestasi 
belajar salah satunya dilakukan melalui 
test sumatif/evaluasi belajar tahap 
akhir/ulangan umum. Test ini untuk 
menentukan berhasil atau tidaknya siswa 
sebagai syarat untuk melanjutkan 
pendidikan pada jenjang yang lebih 
tinggi atau test hasil belajar yang 
dilaksanakan setelah sekumpulan materi 
pelajaran atau satuan program 
pengajaran selesai (Hapsari, 2005). 
Penelitian Seffiyanti, 2006 yang berjudul 
Hubungan penyakit cacingan dengan 
prestasi belajar pada anak Sekolah Dasar 
(Studi kasus pada siswa–siswi MI 
Miftahul Ulum Pesanggrahan Kecamatan 
Kutorejo Kabupaten Mojokerto) 
mendapatkan hasil sebanyak 31.7 % 
siswa MI Miftahul Ulum yang terinfeksi 
penyakit cacingan, siswa (76.92 %) 
terinfeksi oleh cacing Ascaris 
Lumbricoides. prestasi belajar siswa MI 
Miftahul Ulum Pesanggrahan adalah 
cukup baik (41.41%), dimana pada siswa 
yang tidak terinfeksi penyakit cacingan 
prestasi belajarnya yang paling banyak 
adalah cukup baik (82.35%) dan pada 
siswa yang terinfeksi penyakit cacingan 
prestasi belajarnya yang paling banyak 
adalah kurang baik (90.9%). Ada 
hubungan yang bermakna antara 
penyakit cacingan dengan prestasi 
belajar pada anak SD (p=0.000). 
SDN 1 Purworejo adalah salah satu 
sekolah dasar yang berada di wilayah 
Kecamatan Negeri Katon. Desa 
Purworejo adalah salah satu desa dengan 
populasi penduduk terpadat. Studi 
pendahuluan yang dilakukan tanggal 1-2 
November 2013 terhadap 10 orang siswa 
kelas 1 SDN 1 Purworejo menunjukkan 
bahwa 30% siswa menderita kecacingan 
dan 70% mempunyai prestasi raport 
kurang baik (seluruh nilai rapor kelas 1 
semester 1 TA 2013/2014 berada 
dibawah nilai rata-rata kelas. 
B. Tujuan Penelitian 
1. Tujuan Umum 
Diketahuinya hubungan Kejadian 
kecacingan dengan prestasi belajar 
siswa Kelas 1 SDN 1 Purworejo 
Kecamatan Negeri Katon Kabupaten 
Pesawaran. 
2. Tujuan Khusus 
Tujuan khusus penelitian ini 
meliputi: 
a. Diketahuinya distribusi frekwensi 
Kejadian kecacingan siswa Kelas 
1 SDN 1 Purworejo Kecamatan 
Negeri Katon Kabupaten 
Pesawaran. 
b. Diketahuinya distribusi frekwensi 
prestasi belajar siswa Kelas 1 
SDN 1 Purworejo Kecamatan 
Negeri Katon Kabupaten 
Pesawaran 
c. Diketahuinya hubungan kejadian 
kecacingan dengan prestasi 
belajar siswa Kelas 1 SDN 1 
Purworejo Kecamatan Negeri 
Katon Kabupaten Pesawaran.
5 
C. Metode Penelitian 
Jenis penelitian ini merupakan penelitian 
kuantitatif desain analitik dengan 
pendekatan cross sectional yang 
bertujuan menemukan hubungan antara 
kejadian kecacingan dengan prestasi 
belajar. Penelitian Cross sectional adalah 
jenis penelitian dimana seluruh variabel 
diukur sekaligus pada saat yang sama. 
Pengertian saat yang sama disini bukan 
berarti pada satu saat observasi 
dilakukan pada semua subjek atau semua 
variabel, tetapi tiap subjek hanya 
diobservasi satu kali saja menurut 
keadaan atau status waktu diobservasi. 
(Notoatmodjo, 2010). 
D. Hasil Penelitian 
1. Analisa Univariat 
Tujuan dari analisis ini untuk 
menjelaskan/mendeskripsikan 
karakteristik masing-masing variable 
yang diteliti. 
a) Kejadian Kecacingan 
Berdasarkan tabel 4.5 
didapatkan hasil dari 30 
responden terdapat 8 responden 
(26,7%) yang menderita 
kecacingan dan yang tidak 
menderita kecacingan sebanyak 
sebanyak 22 responden (73,3%). 
b) Prestasi belajar 
Berdasarkan tabel 4.6 
didaparkan hasil dari 30 
responden terdapat responden 
yang prestasi belajar kurang baik 
sebanyak 20 responden (66,7%) 
dan yang memiliki prestasi 
belajar baik sebanyak 10 
responden (33,3%). 
c) Analisa Bivariat 
Hasil penelitian didapatkan 
bahwa dari 8 responden yang 
mempunyai menderita kecacingan 
seluruhnya (100%) mempunyai 
prestasi belajar kurang baik. 
Sedangkan diantara 22 responden 
yang tidak menderita kecacingan 
terdapat 12 responden (54,5%) yang 
berprestasi kurang baik dan 10 
responden (45,5%) berprestasi baik. 
Hasil uji statistik diperoleh 
nilai p value =0,029 atau p value < 
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa 
secara statistik ada hubungan yang 
bermakna antara kecacingan dengan 
prestasi belajar. Hasil analisis 
diperoleh pula nilai OR= 1,8 artinya 
responden yang menderita 
kecacingan berisiko 1,8 mendapat 
prestasi belajar kurang baik 
dibandingkan responden yang tidak 
menderita kecacingan. 
E. Pembahasan 
Kecacingan 
Hasil penelitian yang 
dilakukan siswa Kelas 1 SDN 1 
Purworejo Kecamatan Negeri Katon 
Kabupaten Pesawaran Tahun 2014 
diperoleh hasil dari 30 responden 
terdapat 8 responden (26,7%) yang 
menderita kecacingan dan yang tidak 
menderita kecacingan sebanyak 
sebanyak 22 responden (73,3%) 
dengan jenis cacing gelang (Ascaris 
Lumricoides) sebesar 100%. 
Menurut Depkes, 2006 dan 
penelitian Hairani dan Annida (2012) 
Cacing gelang (Ascaris Lumricoides) 
lebih banyak terjadi pada anak 
sekolah dibandingkan cacing lainnya 
sepeti cacing cambuk atau cacing 
tambang. 
Hasil penelitian ini serupa 
dengan penelitian Ningsih, 
Syamsianah dan Meikawati (2010) 
yang mendapatkan hasil infeksi 
kecacingan rata-rata sebesar 0,85 
±2,42 dan sebagian besar siswa pada 
kategori infeksi ringan (11,8%). 
Begitu pula hasil penelitian 
Seffiyanti (2006) mendapatkan hasil 
sebanyak 31.7 % siswa MI Miftahul
6 
Ulum yang terinfeksi penyakit 
cacingan, siswa (76.92 %) terinfeksi 
oleh cacing Ascaris Lumbricoides. 
Menurut Departemen 
Kesehatan (2006) Manusia 
merupakan hospes definitif beberapa 
nematoda usus (cacing perut) yang 
ditularkan melalui tanah (soil 
transmitted helminths) diantaranya 
cacing gelang (Ascaris Lumricoides). 
Kecacingan bersifat parasit 
(merugikan) dan daur hidupnya 
berkaitan dengan perilaku bersih dan 
kondisi sanitasi lingkungan (Purwati, 
2010). 
Penderita cacing gelang 
(Ascaris Lumricoides) mengalami 
keluhan keluhan batuk-batuk akibat 
yang ditimbulkan oleh telur cacing 
serta keluhan yang ditimbulkan 
cacing dewasa seperti gangguan usus 
ringan : mual, nafsu makan 
berkurang, diare dan konstipasi. 
Gejala penyakit cacingan tidak nyata 
dan sering dikacaukan dengan 
penyakit-penyakit lain. Anak yang 
menderita cacingan biasanya lesu, 
tidak bergairah dan konsentrasi 
belajar berkurang. Pada anak yang 
menderita Ascariasis perutnya 
nampak buncit (karena jumlah cacing 
dan perut kembung) biasanya 
matanya pucat dan kotor seperti sakit 
mata (rembes) dan seperti batuk 
pilek. Perut sering sakit, Diare, nafsu 
makan berkurang. Karena anak 
masih dapat berjalan dan bersekolah 
seringkali tidak dianggap sakit, 
namun secara ekonomi sudah 
menunjukan kerugian yaitu 
penurunan produktivitas kerja dan 
mengurangi kemampuan belajar. 
(Departemen Kesehatan, 2006). 
Cacing gelang (Ascaris 
Lumricoides) berbahaya karena dapat 
menyebabkan gangguan penyerapan 
makanan (malabsorbstion), ataupun 
bila cacing menggumpal dalam usus 
dapat menyebabkan terjadi 
penyumbatan pada usus (ileus 
obstructive) (Departemen Kesehatan, 
2006). Cacing dewasa yang 
mengembara ke organ lain akan 
menimbulkan gangguan tersendiri 
misalnya ke saluran empedu, apendik 
atau bronkus. (Mansjoer, Triyanti, 
Savitri, Wardhani, Setiowulan, 
2002). Selama larva sedang 
bermigrasi dapat menyebabkan 
terjadinya reaksi alergi yang berat 
dan Pneumonitis dan bahkan dapat 
menyebabkan timbulnya pnemonia. 
(Mansjoer et al, 2002). 
Diagnosis melalui foto thorak 
terlihat adanya terdapat Eosinofilia 
dan gambaran infiltrat pada foto 
toraks yang akan menghilang dalam 
waktu 3 minggu atau lebih dikenal 
dengan Eosinofelia. Namun 
diagnosis yang paling tepat untuk 
kecacingan adalah pemeriksaan tinja 
dengan menemukan telur-telur 
cacing di dalam tinja tersebut. 
Jumlah telur juga dapat dipakai 
sebagai pedoman untuk menentukan 
beratnya indeksi (dengan menghitung 
telur cacing) (Departemen 
Kesehatan, 2006) 
Dengan adanya jamban sehat 
seperti saat ini, maka penyebaran 
penyakit ini akan berkurang. Tetapi 
bila tanah tempat anak-anak bermain 
dikotori dengan telur-telur dari 
cacing-cacing gelang, telur itu akan 
dengan mudah dipindahkan ke mulut 
melalui jari si anak yang kotor, 
terutama pada anak-anak yang hidup 
dalam lingkungan yang tidak sehat. 
Karena telur-telur cacing gelang ini 
dapat terus hidup di dalam tanah 
berbulan-bulan lamanya, maka 
bahaya kontaminasi lebih besar bila 
kotoran manusia digunakan untuk 
memupuk sayur-sayuran. 
Pencegahan yang teliti harus 
dilakukan untuk memastikan bahwa
7 
semua makanan dibersihkan dengan 
baik dan disterilkan dengan 
memasaknya sebelum dimakan. 
Selama tidak terjadi obstruksi 
oleh cacing dewasa yang bermigrasi, 
maka prognosis kesembuhan baik. 
Pengobatan dapat memberikan 
kesembuhan hingga 80-99% 
(Mansjoer et al, 2002). Menurut 
peneliti hendaknya dilakukan 
pengobatan masal kecacingan dengan 
Albendazole untuk pengobatan 
cacing gelang (Ascaris lumbricoides) 
dengan dosis 500 mg dosis tunggal. 
Menurut pendapat peneliti 
pencegahan kecacingan yang dapat 
dilakukan adalah tetap memakai 
sepatu/alas kaki ketika masuk kelas, 
siswa dianjurkan untuk tidak bermain 
tanah, melakukan pemeriksaan 
personal hygiene teratur semingggu 
sekali terutama tentang kebersihan 
kuku, sebaiknya sekolah membina 
penjual jajanan di sekitar sekolah 
terkait kebersihan, sekolah 
hendaknya menyediakan WC yang 
memenuhi standar serta instalasi cuci 
tangan dengan sabun dan air 
mengalir sebagai upaya pencegahan 
dan pemberantasan kecacingan. 
Pencegahan kecacingan dengan cara 
mengadakan pengobatan massal 
setiap 6 bulan sekali pada daerah 
endemis, memberikan pengobatan 
pada kelompok tertentu dengan 
frekuensi infeksi tinggi seperti anak-anak 
sekolah dasar, memberikan 
pengobatan pada individu 
berdasarkan intensitas penyakit atau 
infeksi yang telah lalu, peningkatan 
kondisi sanitasi, menghentikan 
penggunaan tinja sebagai pupuk dan 
memberikan pendidikan tentang 
cara-cara pencegahan ascariasis 
Prestasi Belajar 
Hasil penelitian yang 
dilakukan siswa Kelas 1 SDN 1 
Purworejo Kecamatan Negeri Katon 
Kabupaten Pesawaran Tahun 2014 
diperoleh hasil dari 30 responden 
terdapat responden yang prestasi 
belajar kurang baik sebanyak 20 
responden (66,7%) dan yang 
memiliki prestasi belajar baik 
sebanyak 10 responden (33,3%). 
Hasil penelitian ini serupa 
dengan hasil penelitian Ningsih, 
Syamsianah dan Meikawati (2010) 
yang mendapatkan hasil rata-rata 
prestasi belajar siswa sebesar 
69,4±4,76 dan sebagian besar 
kategori prestasi siswa kategori 
cukup. Begitu pula hasil penelitian 
Seffiyanti (2006) mendapatkan hasil 
prestasi belajar siswa cukup baik 
(41.41%) dan kategori kurang baik 
(58,9%) dan Wibowo, 2008 yang 
menyatakan dari 52 responden 
terdapat 22 responden (22,6%) 
prestasi buruk dan prestasi baik 41 
responden (77,4%). 
Menurut teori Djaali dan 
Muljono (2008) test untuk 
menentukan berhasil atau tidaknya 
siswa sebagai syarat untuk 
melanjutkan pendidikan pada jenjang 
yang lebih tingi atau test hasil belajar 
yang dilaksanakan setelah 
sekumpulan materi pelajaran atau 
satuan program pengajaran selesai 
diberikan dikenal dengan istilah Test 
sumatif/evaluasi belajar tahap 
akhir/test ulangan umum, 
dilaksanakan dengan tujuan 
menentukan nilai yang menjadi 
lambang keberhasilan siswa setelah 
mereka menempuh proses 
pembelajaran dalam watu tertentu. 
Test ini berguna untuk menentukan 
kedudukan/rangking masing-masing 
siswa dalam kelompoknya, 
menentukan dapat atau tidaknya 
siswa melanjutkan program 
pembelajaran berikutnya dan 
menginformasikan kemajuan siswa
8 
untuk disampaikan kepada pihak lain 
seperti orang tua, sekolah, 
masyarakat dan lapangan kerja. 
Peraturan Menteri Pendidikan 
Nasional Nomor 20 Tahun 2007 
disebutkan bahwa salah satu prinsip 
penilaian dalam kurikulum tingkat 
satuan pendidikan adalah beracuan 
kriteria. Oleh karena itu, satuan 
pendidikan harus menetapkan 
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 
setiap mata pelajaran sebagai dasar 
dalam menilai pencapaian 
kompetensi peserta didik. Penetapan 
kriteria ketuntasan minimal belajar 
merupakan tahapan awal pelaksanaan 
penilaian proses pembelajaran dan 
penilaian hasil belajar. 
Kriteria ketuntasan minimal 
(KKM) berfungsi secagai acuan bagi 
guru dalam menilai kompetensi 
peserta didik sesuai kompetensi dasar 
mata pelajaran yang diikuti dan bagi 
peserta didik dalam menyiapkan diri 
mengikuti penilaian mata pelajaran 
(Panduan Penetapan KKM, Dit 
Pembinaan Sekolah Menengah Atas). 
Pada SDN 1 Purworejo mata 
ajar yang tidak memenuhi KKM 
diantaranya matematika, IPA dan 
IPS. Pendidikan matematika 
merupakan salah satu aspek 
kehidupan yang sangat penting 
peranannya dalam upaya membina 
dan membentuk manusia berkualitas 
tinggi. Dalam perkembangan 
modern, matematika memegang 
peranan penting karena dengan 
bantuan matematika semua ilmu 
pengetahuan sempurna. Namun 
banyak siswa yang tidak menyukai 
matematika karena dianggap sebagai 
bidang studi yang paling sulit. 
Menurut teori penyebab 
prestasi belajar rendah oleh karena 
pendekatan, strategi, model, atau 
metode yang diterapkan oleh guru 
kurang sesuai, atau kompetensi guru 
yang masih kurang, atau sarana 
pembelajaran yang meliputi media, 
alat peraga, dan buku pegangan 
siswa yang terbatas. 
Menurut pendapat peneliti 
untuk meningkatkan prestasi belajar 
siswa adalah guru dalam proses 
pelaksanaan pembelajaran 
hendaknya dalam menyampaikan 
materi pelajaran mampu menciptakan 
kondisi siswa lebih termotivasi 
dalam belajar, seperti tidak hanya 
menerapkan pola pengajaran 
ceramah dan pemberian tugas dikelas 
tanpa melibatkan keaktifan siswa 
untuk berkarya, dalam mengajar 
hendaknya memanfaatkan media 
belajar, menguasai multimedia serta 
penjelasan materi pelajaran lebih 
berpusat pada siswa agar tercipta 
kondisi keaktifan dari siswa. Perlu 
juga upaya untuk meningkatkan 
minat dan motivasi belajar siswa 
dalam mengikuti pelajaran dengan 
cara menggunakan media pelajaran 
serta melengkapi siswa dengan buku 
pelajaran tematik. 
Hubungan Kejadian kecacingan 
dengan prestasi belajar siswa 
Kelas 1 SDN 1 Purworejo 
Kecamatan Negeri Katon 
Kabupaten Pesawaran Tahun 2014 
Hasil penelitian menunjukan 
bahwa ada hubungan yang bermakna 
antara Kejadian kecacingan dengan 
prestasi belajar siswa Kelas 1 SDN 1 
Purworejo Kecamatan Negeri Katon 
Kabupaten Pesawaran Tahun 2014 p 
value < 0,05 yaitu sebesar 0,029. 
Proporsi responden yang 
menderita kecacingan terdapat 8 
responden (100%) yang prestasi 
belajar kurang baik. Sedangkan 
diantara 22 responden yang tidak 
menderita kecacingan terdapat 12 
responden (54,5%) yang berprestasi 
kurang baik dan 10 responden
9 
(45,5%) berprestasi baik. Hasil 
analisis diperoleh pula nilai OR= 1,8 
artinya responden yang menderita 
kecacingan berisiko 1,8 mendapat 
prestasi belajar kurang baik 
dibandingkan responden yang tidak 
menderita kecacingan. 
Hasil penelitian ini serupa 
dengan penelitian Seffiyanti (2006) 
yang menyatakan ada hubungan yang 
bermakna antara penyakit cacingan 
dengan prestasi belajar pada anak SD 
(p=0.000). Begitu pula hasil 
penelitian Wibowo (2008) yang 
menyatakan Analisa dengan Rasio 
Prevalens (RP), menunjukan bahwa 
infeksi cacing Soil Transmitted 
Helminth merupakan faktor resiko 
prestasi belajar kurang (RP=1,69). 
Begitu pulan penelitian Hutabarat 
(2008) yang menyatakan terdapat 
hubungan infeksi soil transmitted 
helminthes dengan prestasi belajar 
anak sekolah dasar (p value = 0,046 
OR= 8,8). Namun hasil penelitian ini 
berbeda dengan hasil penelitian 
Ningsih, Syamsianah dan Meikawati 
(2010) yang menyatakan tidak 
terdapat hubungan antara infeksi 
kecacingan dengan prestasi belajar. 
Menurut teori Piaget, tahap 
tahap perkembangan kognitif 
individu yang ketiga yaitu: 
Operational Kongkrit (pada umur 
7‐11tahun) penggunaan logika sudah 
memadai dimana pada tahap ini 
individu telah memahami operasi 
logis dengan bantuan benda konkrit. 
Tujuan umum Pengendalian 
Penyakit Kecacingan adalah 
menurunkan prevalensi dan intensitas 
penyakit kecacingan sehingga 
meningkatkan mutu sumber daya 
manusia guna mewujudkan manusia 
Indonesia yang sehat. Dasar utama 
memutuskan mata rantai lingkaran 
hidup cacing pada saat tingkat cacing 
dalam tubuh manusia, lingkungan 
fisik, lingkungan sosial ekonomi dan 
budaya. 
Kecacingan merupakan salah 
satu diantara 10 besar penyakit anak. 
Dampak kecacingan pada anak dapat 
menurunkan kondisi kesehatan, gizi, 
kecerdasan dan produktivitas 
penderitanya sehingga secara 
ekonomi banyak menyebabkan 
kerugian. Cacingan menyebabkan 
kehilangan karbohidrat dan protein 
serta kehilangan darah, sehingga 
menurunkan kualitas sumber daya 
manusia. (Departemen Kesehatan, 
2006). 
Menurut pendapat peneliti 
kegiatan penanggulangan kecacingan 
dapat diintegrasikan bersama 
program Usaha Kesehatan Sekolah 
(UKS). Melalui Trias UKS, yaitu: 
pendidikan Kesehatan, pelayanan 
Kesehatan dan pembinaan Sekolah 
Lingkungan Sehat dengan bantuan 
dokter cilik dibawah bimbingan guru 
agar dapat menularkan pengetahun 
tentang pencegahan kecacingan pada 
teman sebaya. UKS di SDN 1 
Purworejo sudah berjalan namun 
tidak berjalan secara optimal 
dikarenakan adanya hambatan seperti 
tidak ada ruangan khusus untuk 
kegiatan UKS serta kurangnya 
pembinaan kepada sekolah 
mengingat Petugas Pembina UKS 
dari puskesmas Kalirejo hanya 1 
orang sedangkan jumlah PAUD ada 
11 buah, TK ada 11 buah, sekolah 
dasar ada 21 buah, 7 SMP dan 3 
SMA/SMK. Anak usia sekolah dasar 
merupakan sasaran utama 
pengendalian cacingan khususnya 
siswa kelas 1 karena merupakan fase 
penyesuaian dalam lingkungan sekolah 
yang baru dan lepas dari pengawasan 
orang tua, kemungkinan kontak 
dengan berbagai penyebab penyakit 
lebih besar karena ketidaktahuan dan 
ketidakmengertiannya tentang 
kesehatan. Disamping itu kelas I
10 
adalah saat yang baik untuk diberikan 
imunisasi ulangan. Pada kelas I ini 
dilakukan penjaringan untuk 
mendeteksi kemungkinan adanya 
kelainan yang mungkin timbul 
sehingga mempermudah pengawasan 
untuk jenjang berikutnya. Hendaknya 
sekolah menyediakan sarana UKS 
seperti sarana cuci tangan dengan air 
mengalir dan sabun, pengawasan 
sekolah terhadap jajanan siswa, 
penyediaan fasilitas jamban sehat di 
sekolah serta pemberlakukan peraturan 
internal sekolah terkait kebersihan 
perseorangan. 
F. Kesimpulan 
Dari hasil uraian mengenai hubungan 
Kejadian kecacingan dengan prestasi 
belajar siswa Kelas 1 SDN 1 Purworejo 
Kecamatan Negeri Katon Kabupaten 
Pesawaran Tahun 2014 dapat 
disimpulkan sebagai berikut: 
1. Siswa yang mengalami kejadian 
kecacingan sebanyak 8 siswa 
(26,7%) dengan jenis cacing gelang 
(Ascaris Lumricoides) sebesar 100%. 
2. Prestasi belajar siswa kurang baik 
sebanyak 20 siswa (66,7%). 
3. Ada hubungan kejadian kecacingan 
dengan prestasi belajar siswa Kelas 1 
SDN 1 Purworejo Kecamatan Negeri 
Katon Kabupaten Pesawaran Tahun 
2014 p value 0,029 dengan OR=1,8 
artinya responden menderita 
kecacingan berisiko 1,8 mendapat 
prestasi belajar kurang baik 
dibandingkan responden yang tidak 
menderita kecacingan 
DAFTAR PUSTAKA 
Akbar, Reni., Hawadi. 2011. Akselerasi. A-Z 
informasi program percepatan 
belajar dan anak berbakat 
intelektual. Jakarta: Grasindo. 
Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran. 
2013. Profil Kesehatan Kabupaten 
Pesawaran Tahun 2013. 
Departemen Kesehatan. 2006. Keputusan 
Menteri Kesehatan No 
424/menkes/sk/VI/2006 tentang 
Pedoman pengendalian cacingan. 
Djaali,Pudji Muljono. 2008.Pengukuran 
Dalam Bidang Pendidikan Grasindo. 
Jakarta. 
Endrawati,Heni. 2012. Pemeriksaan Tinja 
Metode Pemeriksaan Kato Katz 
dalam 
http://habibi.staff.ub.ac.id/files/2012/ 
11/PEMERIKSAAN-TINJA-METODE- 
KATO-KATZ.pdf diakses 
tangal 3 Januari 2014 
Gandahusada, Ilahude, Pribadi. 1998. 
Parasitologi Kedokteran. Edisi 
ketiga. Fakultas Kedokteran 
Universitas Indonesia. 
Hapsari, Sri. 2005.Bimbingan dan Konseling 
SMA Kelas XI. Jakarta: Grasindo. 
Hastono, Priyo Sutanto. 2007. Analisa data 
Kesehatan. Fakultas Kesehatan 
Masyarakat Universitas Indonesia. 
Depok. 
Hutabarat, Rodinda Marsha Ruth. 2013. 
Hubungan infeksi soil transmitted 
helminthes dengan prestasi belajar 
anak sekolah dasar di SDN 060972 
Simalingkar B Medan 
Judarwanto.Widodo,SpA. 2008. 10 Penyakit 
Tersering Pada Anak. Jakarta. Dalam 
http://childrenclinic.wordpress.com/2 
008/12/29/10-penyakit-tersering-pada- 
anak/ diakses tanggal 3 Januari 
2014 
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 
2013. Kemenkes Berkomitkmen 
Eleminasi filariasis dan kecacingan. 
Dalam
11 
http://www.depkes.go.id/index.php?v 
w=2&id=2382 diakses tangal 3 
Januari 2014 
-----------Profil Pengendalian Penyakit dan 
Penyehatan Lingkungan Tahun 2012. 
2013. Direktorat Jendral 
pengendalian penyakit dan 
penyehatan lingkungan. Jakarta. 
----------Anak SD Masih Rawan Cacingan. 
2012. Dalam 
http://www.sanitasi.or.id/index.php? 
option=com_content&task=view&id 
=358&Itemid=1 diakses tanggal 3 
Januari 2013. 
Kementrian pemberdayaan Perempuan dan 
anak. 2012. Profil Anak Indonesia 
2012. Jakarta. Kerjasama Kementrian 
Pemberdayaan Perempuan dan 
Perlindungan Anak dengan Badan 
Pusat Statistik. 
Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa. 
1989. Konvensi tentang Hak-Hak 
Anak. 20 November 1989. 
Mansjoer, Arif, et al, 2000. Kapita Selekta 
Kedokteran, Edisi 3, Medica 
Aesculpalus, FKUI, Jakarta. 
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi 
Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. 
Jakarta. 
Natadisastra, Djaenudin. Agoes, Ridad. 
2009. Parasitologi Kedokteran: 
ditinjau dari Organ Tubuh yang 
diserang. EGC. Jakarta. 
Perserikatan Bangsa-Bangsa. 1989. 
Konvensi Hak Anak. 20 November 
1989. 
Presiden Republik Indonesia. 2002. Undang- 
Undang Perlindungan Anak No 23 
Tahun 2002. 
Purwati Widya, Ningsih. Syamsianah 
Agustin, Meikawati Wulandari. 
2010. Hubungan infeksi kecacingan, 
tingkat konsumsi energi dan protein 
dengan prestasi belajar siswa SD 
Bandarharjo Swasta Kelurahan 
Tanjung Mas Kecamatan Semarang 
Utara Kota Semarang. Dalam 
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/ 
104/jtptunimus-gdl-purwantiwi- 
5194-1-abstrak.pdf diakses tanggal 3 
Januari 2014 
Seffiyanti, Yeni. 2006. Hubungan penyakit 
cacingan dengan prestasi belajar 
pada anak Sekolah Dasar (Studi 
kasus pada siswa – siswi MI 
Miftahul Ulum Pesanggrahan 
Kecamatan Kutorejo Kabupaten 
Mojokerto). Dalam 
http://eprints.umm.ac.id/7550/1/H 
UBUNGAN_PENYAKIT_CACIN 
GAN_DENGAN_PRESTASI_BEL 
AJAR_PADA_ANAK_SEKOLAH 
_DASAR.pdf diakses tanggal 3 
Januari 2014 
Sunaryo. 2004.Psikologi untuk 
Keperawatan. Jakarta: EGC. 
Setiawati Mexitalia, SpA, Prasetyo 
Wijayanto dr, Dahsyat Wasis Setiadi 
dr. 2002. Hubungan Kecerdasan 
Emosional, Status Gizi dengan 
Prestasi Belajar. Semarang. 
Penelitian Dosen Muda Fakultas 
Kedokteran Universitas Diponegoro. 
Sugiyanto.2011. Karakteristik Anak Usia 
SD. Dalam 
http://staff.uny.ac.id/sites/default/file 
s/tmp/Karakteristik%20Siswa%20SD 
.pdf diakses tanggal 3 Januari 2014 
Efendi, Fery, Makhfudli, 2009. 
Keperawatan Kesehatan Komunitas, 
Teori dan Praktik dalam
12 
Keperawatan. Salemba Medika, 
Jakarta 
Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-Dasar 
Keperawatan Kesehatan 
Masyarakat. EGC. Jakarta. 
Simamora, Raymond.2008. Buku Ajar 
Pendidikan dalam Keperawatan. 
EGC. Jakarta. 
Wibowo, Joko Rudi. 2008. Hubungan 
antara infeksi soil transmitted 
helminthes dengan prestasi belajar 
anak Sekolah Dasar 03 
Pringapus,Kabupaten Semarang 
Jawa Tengah. 
Penulis penanggung jawab 
Hardono, S.Kep., Ners., M.Kep dan Didi 
Suswanto,SKM., M.Kes.

More Related Content

What's hot

Ankilostmiasis dan necatoriasis
Ankilostmiasis dan necatoriasisAnkilostmiasis dan necatoriasis
Ankilostmiasis dan necatoriasisKelsy qoridisa
 
Ascaris lumbricoides
Ascaris lumbricoidesAscaris lumbricoides
Ascaris lumbricoidesMulkan Fadhli
 
Pengendalian Vektor Lalat
Pengendalian Vektor LalatPengendalian Vektor Lalat
Pengendalian Vektor LalatInoy Trisnaini
 
Infeksi cacing parasitologi
Infeksi cacing parasitologi Infeksi cacing parasitologi
Infeksi cacing parasitologi inayah9
 
Jaringan 1 converted
Jaringan 1 convertedJaringan 1 converted
Jaringan 1 convertedhenirahayu8
 
Pengantar Parasitologi
Pengantar Parasitologi Pengantar Parasitologi
Pengantar Parasitologi pjj_kemenkes
 
Skripsi perilaku masyarakat terhadap penyakit filariasis di desa kanyurang ke...
Skripsi perilaku masyarakat terhadap penyakit filariasis di desa kanyurang ke...Skripsi perilaku masyarakat terhadap penyakit filariasis di desa kanyurang ke...
Skripsi perilaku masyarakat terhadap penyakit filariasis di desa kanyurang ke...bagadang s
 
Mengenal siklus hidup cacing kremi (Enterobius vermicularis)
Mengenal siklus hidup cacing kremi (Enterobius vermicularis)Mengenal siklus hidup cacing kremi (Enterobius vermicularis)
Mengenal siklus hidup cacing kremi (Enterobius vermicularis)Bahrul Singo
 
Makalah penanganan malaria
Makalah penanganan malariaMakalah penanganan malaria
Makalah penanganan malariaWarnet Raha
 
Taenia solium.
Taenia solium.Taenia solium.
Taenia solium.Google
 
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralisPPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralisRiskymessyana99
 

What's hot (19)

Ankilostmiasis dan necatoriasis
Ankilostmiasis dan necatoriasisAnkilostmiasis dan necatoriasis
Ankilostmiasis dan necatoriasis
 
Ascaris lumbricoides
Ascaris lumbricoidesAscaris lumbricoides
Ascaris lumbricoides
 
Pengendalian Vektor Lalat
Pengendalian Vektor LalatPengendalian Vektor Lalat
Pengendalian Vektor Lalat
 
Infeksi cacing parasitologi
Infeksi cacing parasitologi Infeksi cacing parasitologi
Infeksi cacing parasitologi
 
Helmintologi
 Helmintologi Helmintologi
Helmintologi
 
Parasitologi. Nematoda
Parasitologi. NematodaParasitologi. Nematoda
Parasitologi. Nematoda
 
Jaringan 1 converted
Jaringan 1 convertedJaringan 1 converted
Jaringan 1 converted
 
Pengantar Parasitologi
Pengantar Parasitologi Pengantar Parasitologi
Pengantar Parasitologi
 
Skripsi perilaku masyarakat terhadap penyakit filariasis di desa kanyurang ke...
Skripsi perilaku masyarakat terhadap penyakit filariasis di desa kanyurang ke...Skripsi perilaku masyarakat terhadap penyakit filariasis di desa kanyurang ke...
Skripsi perilaku masyarakat terhadap penyakit filariasis di desa kanyurang ke...
 
Usus converted
Usus convertedUsus converted
Usus converted
 
Mengenal siklus hidup cacing kremi (Enterobius vermicularis)
Mengenal siklus hidup cacing kremi (Enterobius vermicularis)Mengenal siklus hidup cacing kremi (Enterobius vermicularis)
Mengenal siklus hidup cacing kremi (Enterobius vermicularis)
 
Makalah penanganan malaria
Makalah penanganan malariaMakalah penanganan malaria
Makalah penanganan malaria
 
Bahan ajar2 nemathelminthes
Bahan ajar2 nemathelminthesBahan ajar2 nemathelminthes
Bahan ajar2 nemathelminthes
 
Cacing Gelang
Cacing GelangCacing Gelang
Cacing Gelang
 
Taenia solium.
Taenia solium.Taenia solium.
Taenia solium.
 
Ppt parasit iv
Ppt parasit ivPpt parasit iv
Ppt parasit iv
 
cestoda
cestodacestoda
cestoda
 
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralisPPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
 
Makalah kaki gajah
Makalah kaki gajahMakalah kaki gajah
Makalah kaki gajah
 

Viewers also liked

Kaleidoskop 2012 Ditjen PP dan PL
Kaleidoskop 2012 Ditjen PP dan PLKaleidoskop 2012 Ditjen PP dan PL
Kaleidoskop 2012 Ditjen PP dan PLDitjen P2P
 
Jurnal ahmad rizki aditama
Jurnal ahmad rizki aditamaJurnal ahmad rizki aditama
Jurnal ahmad rizki aditamasapakademik
 
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2012
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2012Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2012
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2012humasditjenppdanpl
 
WARTA DITJEN PP DAN PL EDISI III TAHUN 2015
WARTA DITJEN PP DAN PL EDISI III TAHUN 2015WARTA DITJEN PP DAN PL EDISI III TAHUN 2015
WARTA DITJEN PP DAN PL EDISI III TAHUN 2015Ditjen P2P Kemenkes
 
WARTA DITJEN PP DAN PL EDISI IV TAHUN 2015
WARTA DITJEN PP DAN PL EDISI IV TAHUN 2015WARTA DITJEN PP DAN PL EDISI IV TAHUN 2015
WARTA DITJEN PP DAN PL EDISI IV TAHUN 2015Ditjen P2P Kemenkes
 
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2013
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun  2013Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun  2013
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2013humasditjenppdanpl
 
Jurnal Ditjen PP dan PL Tahun 2014
Jurnal Ditjen PP dan PL Tahun 2014Jurnal Ditjen PP dan PL Tahun 2014
Jurnal Ditjen PP dan PL Tahun 2014Ditjen P2P Kemenkes
 
Jurnal PP dan PL Edisi 5 Tahun 2015
Jurnal PP dan PL Edisi 5 Tahun 2015Jurnal PP dan PL Edisi 5 Tahun 2015
Jurnal PP dan PL Edisi 5 Tahun 2015Ditjen P2P Kemenkes
 
Gambaran pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut
Gambaran pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulutGambaran pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut
Gambaran pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulutOperator Warnet Vast Raha
 
Buku informasi pp pl 2013
Buku informasi pp pl 2013Buku informasi pp pl 2013
Buku informasi pp pl 2013Ditjen P2P
 
Buku evaluasi indikator 2010 2012
Buku evaluasi indikator 2010   2012Buku evaluasi indikator 2010   2012
Buku evaluasi indikator 2010 2012Ditjen P2P
 
How to Make Awesome SlideShares: Tips & Tricks
How to Make Awesome SlideShares: Tips & TricksHow to Make Awesome SlideShares: Tips & Tricks
How to Make Awesome SlideShares: Tips & TricksSlideShare
 
Getting Started With SlideShare
Getting Started With SlideShareGetting Started With SlideShare
Getting Started With SlideShareSlideShare
 

Viewers also liked (19)

Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
Kaleidoskop 2012 Ditjen PP dan PL
Kaleidoskop 2012 Ditjen PP dan PLKaleidoskop 2012 Ditjen PP dan PL
Kaleidoskop 2012 Ditjen PP dan PL
 
Lakip 2014
Lakip 2014Lakip 2014
Lakip 2014
 
Jurnal ahmad rizki aditama
Jurnal ahmad rizki aditamaJurnal ahmad rizki aditama
Jurnal ahmad rizki aditama
 
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2012
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2012Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2012
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2012
 
WARTA DITJEN PP DAN PL EDISI III TAHUN 2015
WARTA DITJEN PP DAN PL EDISI III TAHUN 2015WARTA DITJEN PP DAN PL EDISI III TAHUN 2015
WARTA DITJEN PP DAN PL EDISI III TAHUN 2015
 
Newsletter Edisi 4 Tahun 2016
Newsletter Edisi 4 Tahun 2016Newsletter Edisi 4 Tahun 2016
Newsletter Edisi 4 Tahun 2016
 
WARTA DITJEN PP DAN PL EDISI IV TAHUN 2015
WARTA DITJEN PP DAN PL EDISI IV TAHUN 2015WARTA DITJEN PP DAN PL EDISI IV TAHUN 2015
WARTA DITJEN PP DAN PL EDISI IV TAHUN 2015
 
Tugas makalah ibu halimah
Tugas makalah ibu halimahTugas makalah ibu halimah
Tugas makalah ibu halimah
 
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2013
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun  2013Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun  2013
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2013
 
Jurnal Ditjen PP dan PL Tahun 2014
Jurnal Ditjen PP dan PL Tahun 2014Jurnal Ditjen PP dan PL Tahun 2014
Jurnal Ditjen PP dan PL Tahun 2014
 
Jurnal PP dan PL Edisi 5 Tahun 2015
Jurnal PP dan PL Edisi 5 Tahun 2015Jurnal PP dan PL Edisi 5 Tahun 2015
Jurnal PP dan PL Edisi 5 Tahun 2015
 
Gambaran pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut
Gambaran pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulutGambaran pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut
Gambaran pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut
 
Buku informasi pp pl 2013
Buku informasi pp pl 2013Buku informasi pp pl 2013
Buku informasi pp pl 2013
 
Buku evaluasi indikator 2010 2012
Buku evaluasi indikator 2010   2012Buku evaluasi indikator 2010   2012
Buku evaluasi indikator 2010 2012
 
Profil PP dan PL Tahun 2014
Profil PP dan PL Tahun 2014Profil PP dan PL Tahun 2014
Profil PP dan PL Tahun 2014
 
Renstra 2015-2019
Renstra 2015-2019Renstra 2015-2019
Renstra 2015-2019
 
How to Make Awesome SlideShares: Tips & Tricks
How to Make Awesome SlideShares: Tips & TricksHow to Make Awesome SlideShares: Tips & Tricks
How to Make Awesome SlideShares: Tips & Tricks
 
Getting Started With SlideShare
Getting Started With SlideShareGetting Started With SlideShare
Getting Started With SlideShare
 

Similar to Jurnal ari prastiono

Askep disentri
Askep disentriAskep disentri
Askep disentriSri Nala
 
Jurnal status gizi yang berhubungan dengan kejadian diare
Jurnal status gizi yang berhubungan dengan kejadian diareJurnal status gizi yang berhubungan dengan kejadian diare
Jurnal status gizi yang berhubungan dengan kejadian diarenrukmana rukmana
 
Masalah kesehatan pada anak sekolah
Masalah kesehatan pada anak sekolahMasalah kesehatan pada anak sekolah
Masalah kesehatan pada anak sekolahAmalia Senja
 
12. naskah publikasi
12. naskah publikasi12. naskah publikasi
12. naskah publikasiAdi Pusaka
 
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKE...
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKE...ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKE...
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKE...Adil Athilshipate
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE Fransiska Oktafiani
 
Kejadian stunting (1)
Kejadian stunting (1)Kejadian stunting (1)
Kejadian stunting (1)triebintangp
 
BAB 2 masalah stunting.docx
BAB 2 masalah stunting.docxBAB 2 masalah stunting.docx
BAB 2 masalah stunting.docxsatriaaja2
 
stbmdanstunting-230316074652-ca2adcd4.pptx
stbmdanstunting-230316074652-ca2adcd4.pptxstbmdanstunting-230316074652-ca2adcd4.pptx
stbmdanstunting-230316074652-ca2adcd4.pptxekoprihantono3
 
PPT-Bid4-3-Juli-2018.pdf
PPT-Bid4-3-Juli-2018.pdfPPT-Bid4-3-Juli-2018.pdf
PPT-Bid4-3-Juli-2018.pdfthamuzfellani
 

Similar to Jurnal ari prastiono (20)

Askep disentri
Askep disentriAskep disentri
Askep disentri
 
Jurnal status gizi yang berhubungan dengan kejadian diare
Jurnal status gizi yang berhubungan dengan kejadian diareJurnal status gizi yang berhubungan dengan kejadian diare
Jurnal status gizi yang berhubungan dengan kejadian diare
 
JURNAL RACHEL.pdf
JURNAL RACHEL.pdfJURNAL RACHEL.pdf
JURNAL RACHEL.pdf
 
Masalah kesehatan pada anak sekolah
Masalah kesehatan pada anak sekolahMasalah kesehatan pada anak sekolah
Masalah kesehatan pada anak sekolah
 
12. naskah publikasi
12. naskah publikasi12. naskah publikasi
12. naskah publikasi
 
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKE...
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKE...ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKE...
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKE...
 
Bab 1 fix
Bab 1 fixBab 1 fix
Bab 1 fix
 
Gastritis remaja
Gastritis remajaGastritis remaja
Gastritis remaja
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
 
Kejadian stunting
Kejadian stuntingKejadian stunting
Kejadian stunting
 
Kejadian stunting
Kejadian stuntingKejadian stunting
Kejadian stunting
 
Kejadian stunting
Kejadian stuntingKejadian stunting
Kejadian stunting
 
Kejadian stunting (1)
Kejadian stunting (1)Kejadian stunting (1)
Kejadian stunting (1)
 
PPT STUNTING.pptx
PPT STUNTING.pptxPPT STUNTING.pptx
PPT STUNTING.pptx
 
Proposal
Proposal Proposal
Proposal
 
BAB 2 masalah stunting.docx
BAB 2 masalah stunting.docxBAB 2 masalah stunting.docx
BAB 2 masalah stunting.docx
 
stbmdanstunting-230316074652-ca2adcd4.pptx
stbmdanstunting-230316074652-ca2adcd4.pptxstbmdanstunting-230316074652-ca2adcd4.pptx
stbmdanstunting-230316074652-ca2adcd4.pptx
 
PPT-Bid4-3-Juli-2018.pdf
PPT-Bid4-3-Juli-2018.pdfPPT-Bid4-3-Juli-2018.pdf
PPT-Bid4-3-Juli-2018.pdf
 
BAB I gizi
BAB I giziBAB I gizi
BAB I gizi
 
STBM dan STUNTING.ppt
STBM dan STUNTING.pptSTBM dan STUNTING.ppt
STBM dan STUNTING.ppt
 

More from sapakademik

Konsep sehat sakit keperawatan transkultural
Konsep sehat sakit keperawatan transkulturalKonsep sehat sakit keperawatan transkultural
Konsep sehat sakit keperawatan transkulturalsapakademik
 
Komunikasi keperawatan transkultural
Komunikasi keperawatan transkulturalKomunikasi keperawatan transkultural
Komunikasi keperawatan transkulturalsapakademik
 
Kaldik 2014 2015 ganjil
Kaldik 2014 2015 ganjilKaldik 2014 2015 ganjil
Kaldik 2014 2015 ganjilsapakademik
 
Daftar buku perpustakaan stikes aisyah pringsewu tahun 2011
Daftar buku perpustakaan stikes aisyah pringsewu tahun 2011Daftar buku perpustakaan stikes aisyah pringsewu tahun 2011
Daftar buku perpustakaan stikes aisyah pringsewu tahun 2011sapakademik
 
Beasiswa ppa bbm
Beasiswa ppa bbmBeasiswa ppa bbm
Beasiswa ppa bbmsapakademik
 
Panduan akses siakad mahasiswa
Panduan akses siakad mahasiswaPanduan akses siakad mahasiswa
Panduan akses siakad mahasiswasapakademik
 
Jadwal pengawas UTS Ganjil T.A 2014-2015
Jadwal pengawas UTS Ganjil T.A 2014-2015Jadwal pengawas UTS Ganjil T.A 2014-2015
Jadwal pengawas UTS Ganjil T.A 2014-2015sapakademik
 
JADWAL UTS SEMESTER GANJIL T.A 2014-2015
JADWAL UTS SEMESTER GANJIL T.A 2014-2015JADWAL UTS SEMESTER GANJIL T.A 2014-2015
JADWAL UTS SEMESTER GANJIL T.A 2014-2015sapakademik
 
Silabus bahasa inggris semester 5
Silabus bahasa inggris semester 5Silabus bahasa inggris semester 5
Silabus bahasa inggris semester 5sapakademik
 
Contoh pengisian krs d4 bidan pendidik
Contoh pengisian krs d4 bidan pendidikContoh pengisian krs d4 bidan pendidik
Contoh pengisian krs d4 bidan pendidiksapakademik
 
Contoh pengisian krs s1 keperawatan
Contoh pengisian krs s1 keperawatanContoh pengisian krs s1 keperawatan
Contoh pengisian krs s1 keperawatansapakademik
 
Jurnal Hery Wismono
Jurnal Hery WismonoJurnal Hery Wismono
Jurnal Hery Wismonosapakademik
 
Jurnal Fitria Ramadani
Jurnal Fitria RamadaniJurnal Fitria Ramadani
Jurnal Fitria Ramadanisapakademik
 
Jurnal deni asnawi
Jurnal deni asnawiJurnal deni asnawi
Jurnal deni asnawisapakademik
 
Jurnal Cindra Ramadhani Sampurna
Jurnal Cindra Ramadhani SampurnaJurnal Cindra Ramadhani Sampurna
Jurnal Cindra Ramadhani Sampurnasapakademik
 
Jurnal aris budi susilo
Jurnal aris budi susiloJurnal aris budi susilo
Jurnal aris budi susilosapakademik
 
Jurnal cecep kuswanto
Jurnal cecep kuswantoJurnal cecep kuswanto
Jurnal cecep kuswantosapakademik
 

More from sapakademik (20)

Konsep sehat sakit keperawatan transkultural
Konsep sehat sakit keperawatan transkulturalKonsep sehat sakit keperawatan transkultural
Konsep sehat sakit keperawatan transkultural
 
Komunikasi keperawatan transkultural
Komunikasi keperawatan transkulturalKomunikasi keperawatan transkultural
Komunikasi keperawatan transkultural
 
Kaldik 2014 2015 ganjil
Kaldik 2014 2015 ganjilKaldik 2014 2015 ganjil
Kaldik 2014 2015 ganjil
 
Daftar buku perpustakaan stikes aisyah pringsewu tahun 2011
Daftar buku perpustakaan stikes aisyah pringsewu tahun 2011Daftar buku perpustakaan stikes aisyah pringsewu tahun 2011
Daftar buku perpustakaan stikes aisyah pringsewu tahun 2011
 
Beasiswa ppa bbm
Beasiswa ppa bbmBeasiswa ppa bbm
Beasiswa ppa bbm
 
Beasiswa ppa
Beasiswa ppaBeasiswa ppa
Beasiswa ppa
 
Panduan akses siakad mahasiswa
Panduan akses siakad mahasiswaPanduan akses siakad mahasiswa
Panduan akses siakad mahasiswa
 
Jadwal pengawas UTS Ganjil T.A 2014-2015
Jadwal pengawas UTS Ganjil T.A 2014-2015Jadwal pengawas UTS Ganjil T.A 2014-2015
Jadwal pengawas UTS Ganjil T.A 2014-2015
 
JADWAL UTS SEMESTER GANJIL T.A 2014-2015
JADWAL UTS SEMESTER GANJIL T.A 2014-2015JADWAL UTS SEMESTER GANJIL T.A 2014-2015
JADWAL UTS SEMESTER GANJIL T.A 2014-2015
 
Silabus bahasa inggris semester 5
Silabus bahasa inggris semester 5Silabus bahasa inggris semester 5
Silabus bahasa inggris semester 5
 
Contoh pengisian krs d4 bidan pendidik
Contoh pengisian krs d4 bidan pendidikContoh pengisian krs d4 bidan pendidik
Contoh pengisian krs d4 bidan pendidik
 
Contoh pengisian krs s1 keperawatan
Contoh pengisian krs s1 keperawatanContoh pengisian krs s1 keperawatan
Contoh pengisian krs s1 keperawatan
 
Jurnal Hery Wismono
Jurnal Hery WismonoJurnal Hery Wismono
Jurnal Hery Wismono
 
Jurnal Fitria Ramadani
Jurnal Fitria RamadaniJurnal Fitria Ramadani
Jurnal Fitria Ramadani
 
Jurnal firnando
Jurnal firnandoJurnal firnando
Jurnal firnando
 
Jurnal elyasari
Jurnal elyasariJurnal elyasari
Jurnal elyasari
 
Jurnal deni asnawi
Jurnal deni asnawiJurnal deni asnawi
Jurnal deni asnawi
 
Jurnal Cindra Ramadhani Sampurna
Jurnal Cindra Ramadhani SampurnaJurnal Cindra Ramadhani Sampurna
Jurnal Cindra Ramadhani Sampurna
 
Jurnal aris budi susilo
Jurnal aris budi susiloJurnal aris budi susilo
Jurnal aris budi susilo
 
Jurnal cecep kuswanto
Jurnal cecep kuswantoJurnal cecep kuswanto
Jurnal cecep kuswanto
 

Recently uploaded

Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 

Recently uploaded (20)

Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 

Jurnal ari prastiono

  • 1. 1 HUBUNGAN KEJADIAN KECACINGAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS 1 SDN 1 PURWOREJO KECAMATAN NEGERI KATON KABUPATEN PESAWARAN ARI PRASTIONO PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKES AISYAH PRINGSEWU JL.A.Yani no 1 A Tambahrejo Kec.Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Abstrak xii + 64 halaman+ 9 tabel + 7 lampiran + 2 gambar Kecacingan termasuk dalam 11 dari 20 jenis Neglected Tropical Disease (NTD)/penyakit tropis terabaikan yang terdapat di Indonesia. Angka kecacingan di Indonesia tahun 2012 adalah 22,6%.Kecacingan menimbulkan mual, kembung dan diare, anemia, kurang gizi, mudah sakit, kurang aktif dan lemas, sehingga berpengaruh pada IQ anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Kejadian kecacingan dengan prestasi belajar siswa Kelas 1 SDN 1 Purworejo Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran Tahun 2014 Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional. Objek penelitian ini adalah semua siswa kelas 1 SDN 1 Purworejo Tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 30 orang. Penelitian dilaksanakan pada 9-12 Juni 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang mengalami kejadian kecacingan sebanyak 8 siswa (26,7%) dengan jenis cacing gelang (Ascaris Lumricoides) sebesar 100%. Prestasi belajar siswa kurang baik sebanyak 20 siswa (66,7%). Ada hubungan kejadian kecacingan dengan prestasi belajar siswa Kelas 1 SDN 1 Purworejo Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran Tahun 2014 p value 0,029 dengan OR=1,8 artinya responden menderita kecacingan berisiko 1,8 mendapat prestasi belajar kurang baik dibandingkan responden yang tidak menderita kecacingan Kata kunci : Kecacingan, Prestasi Belajar Kepustakaan : 29 (1989-2014) A. Latar Belakang Konvensi Hak Anak (KHA) denfinisikan anak adalah manusia yang umurnya belum mencapai 18 tahun. Hal yang sama juga dijelaskan dalam Undang- Undang Perlindungan Anak No 23 Tahun 2002, bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan. Anak merupakan karunia yang terbesar bagi keluarga, agama, bangsa dan negara. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah penerus cita-cita bagi kemajuan suatu bangsa. Dari sudut pandang anak sebagai aset, anak merupakan salah satu modal sumber daya manusia, dan wajib dipenuhi semua kebutuhan pangan, sandang, papan, pendidikan dan kebutuhan sosial ekonomi lainnya.
  • 2. 2 Pemenuhan kebutuhan ini akan membentuk anak tumbuh menjadi manusia berkualitas, sebaliknya jika kebutuhan anak tidak terpenuhi, dikhawatirkan akan menurunkan kualitas hidup anak atau sebagian dari mereka akan menimbulkan masalah bagi keluarga, masyarakat maupun negara (Profil Anak, Kementrian pemberdayaan Perempuan dan anak, 2012). Kesehatan Anak sangat penting. Penyakit tersering diderita pada anak diantaranya Infeksi saluran pernafasan akut, kecacingan, Anemia Gizi, Malaria, Asma, PPOK, Diare, Pnemoni, Hepatitis dan TB Paru (Riskesdas, 2013 dan Evaluasi Prpgram PP dan PL 2010- 2013). Tabel 1.1 Sepuluh Penyakit tersering diderita pada anak tahun 2013 No Nama Penyakit Prevalensi Rate 1 Infeksi saluran pernafasan akut 25,0 % 2 Kecacingan 22,6 % 3 Anemia Gizi 17,6% 4 Malaria 6,0 % 5 Asma 4,5 % 6 PPOK 3,7 % 7 Diare 3,5 % 8 Pnemonia 1,8 % 9 Hepatitis 1,2 % 10 TB Paru 0,4 % Kecacingan merupakan salah satu diantara 10 besar penyakit anak. Dampak kecacingan pada anak dapat menurunkan kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan produktivitas penderitanya sehingga secara ekonomi banyak menyebabkan kerugian. Cacingan menyebabkan kehilangan karbohidrat dan protein serta kehilangan darah, sehingga menurunkan kualitas sumber daya manusia. (Departemen Kesehatan, 2006). Kecacingan merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh masuknya parasit berupa cacing ke dalam tubuh manusia. Cacing yang sering menginfeksi tubuh manusia terdiri atas dua golongan besar yaitu Platyhelminthes dan Nemahelminthes. Platyhelminthes terdiri dari Cestoda dan Trematoda, sedangkan Nemahelminthes adalah Nematoda (Gandahusada, Ilahude, Pribadi, 1998). Manusia merupakan hospes definitif beberapa nematoda usus (cacing perut) yang ditularkan melalui tanah (soil transmitted helminths) diantaranya cacing gelang (Ascaris Lumricoides), cacing tambang (Ancylostoma duodenale, Necator Americamus) dan cacing cambuk (Trichuris trichiura).(Departemen Kesehatan, 2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi kecacingan adalah kebersihan lingkungan, kebersihan pribadi, penyediaan air bersih, kebersihan lantai rumah, penggunan jamban sehat, serta kebersihan makanan (Departemen Kesehatan, 2006). Kecacingan termasuk dalam 11 dari 20 jenis Neglected Tropical Disease (NTD)/penyakit tropis terabaikan yang terdapat di Indonesia. Angka kecacingan di Indonesia tahun 2012 adalah 22,6% sedangan target Kementrian Kesehatan di 2015 angka kecacingan di Indonesia < 20%. Di Indonesia terdapat 10 kabupaten yang prevalensi kecacingan di atas 20%. Prevalensi Kecacingan seluruh Indonesia tertinggi berada di Kabupaten Gunung Mas (76,67%) dan Kabupaten Lebak (62%) sedangkan kabupaten terendah adalah kota Yogyakarta (0%), sedangkan prevalensi Kecacingan Propinsi Lampung tahun 2012 sebesar 63,2%. (Kemenkes, 2013). Data Kecacingan di Kabupaten Pesawaran tahun 2013 sebesar 4,12% dan di Kecamatan Negeri
  • 3. 3 Katon sebesar 38,5% (Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran, 2013). Berdasarkan hasil survei pemeriksaan tinja pada anak SD di 10 kabupaten/kota di Indonesia, tahun 2011 diketahui dari sekitar 3.666 siswa di 64 SD, sekitar 829 anak mengidap cacingan atau prevalensinya sekitar 22,6 persen. (Kemenkes, 2012). Masalah kecacingan tidak dapat dianggap enteng mengingat jumlah sekolah dasar di Indonesia adalah 148.361 buah, Propinsi Lampung terdapat 4.603 buah sekolah, di Kabupaten pesawaran terdapat 308 buah dan di kecamatan negeri Katon terdapat 46 Sekolah Dasar, artinya terdapat populasi risiko kecacingan yang cukup besar. Kecacingan sangat sulit didiagnosis, karena tidak menimbulkan gejala. Kecuali jika jumlahnya banyak, maka timbul mual, kembung dan diare pada anak-anak sampai masalah anemia. Akibat yang terburuk, terjadinya kurang gizi, mudah sakit, kurang aktif dan lemas, sehingga berpengaruh pada IQ anak, bahkan cacing dapat menyumbat usus.(Departemen Kesehatan, 2006). Tiga cacing yang selalu mengancam kesehatan anak, yakni cacing gelang, cacing tambang, dan cacing cambuk. Seekor cacing saja, dapat mengisap darah, karbohidrat dan protein, dalam sehari cacing gelang dapat mengisap 0,14 gram karbohidrat dan 0,035 gram protein, cacing cambuk mengisap 0,005 ml darah. (Departemen Kesehatan, 2006). Cacing gelang (Ascaris Lumricoides) menyebabkan gangguan pada paru disertai demam, batuk dan Eosinofilia (keadaan meningkatnya sel darah putih jenis eosinofil), gangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan berkurang, diare atau konstipasi. Pada infeksi yang berat bisa menyebabkan malabsorbsi sehingga memperberat malnutrisi bahkan menyebabkan obstruksi usus. Cacing tambang (Ancylostoma duodenale, Necator Americamus) menyebabkan daya tahan tubuh berkurang, prestasi kerja menurun serta menurunan kadar Hemoglobin darah. Cacing cambuk (Trichuris trichiura) menyebabkan Diare, diselingi sindrom Disentri, Anemia, berat bdan turun dan terkadang disertai Prolapsus Rektum. (Gandahusada, Ilahude, Pribadi, 1998) Upaya pemerintah dalam rangka pemberantasan kecacingan adalah dikeluarkannya Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 424 tentang Pedoman Pengendalian Cacingan yang bertujuan untuk menurunkan prevalensi dan intensitas Penyakit Cacingan sehingga dapat menunjang peningkatan mutu sumber daya manusia, guna mewujudkan manusia Indonesia yang sehat. Dasar utama untuk pengendalian Cacingan adalah memutuskan mata rantai lingkaran hidup cacing. memutuskan mata rantai lingkaran hidup cacing dapat dilakukan pada tingkat cacing dalam tubuh manusia, lingkungan fisik, lingkungan sosial ekonomi dan budaya. (Departemen Kesehatan, 2006). Sasaran program ini diantaranya adalah murid SD dimana kelompok tersebut mudah dijangkau melalui organisasi sekolah melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). (Departemen Kesehatan, 2006). UKS adalah wadah untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik sedini mungkin (Ananto, 2006 dalam Efendi dan Makhfudli, 2009). Untuk tingkat sekolah dasar usaha kesehatan sekolah diprioritaskan pada Kelas I, III dan Kelas VI dengan alasan bahwa, kelas I merupakan fase penyesuaian dalam lingkungan sekolah yang baru dan lepas dari pengawasan orang tua, kemungkinan kontak dengan berbagai penyebab penyakit lebih besar karena ketidaktahuan dan ketidakmengertiannya tentang kesehatan. Disamping itu kelas I adalah
  • 4. 4 saat yang baik untuk diberikan imunisasi ulangan. Pada kelas I ini dilakukan penjaringan untuk mendeteksi kemungkinan adanya kelainan yang mungkin timbul sehingga mempermudah pengawasan untuk jenjang berikutnya. Pelaksanaan program UKS pada kelas III bertujuan untuk mengevaluasi hasil pelaksanaan UKS di kelas I dahulu dan langkah-langkah selanjutnya yang akan dilakukan dalam program pembinaan usaha kesehatan sekolah. Kelas VI, dalam rangka mempersiapkan kesehatan peserta didik kejenjang pendidikan selanjutnya, sehingga memerlukan pemeliharaan dan pemeriksaan kesehatan yang cukup (Effendi, 1998). Prestasi Belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan instruksional yang menyangkut isi pelajaran dan perilaku yang diharapkan dari siswa (Lanawati, 1999 dalam Akbar dan Hawadi, 2011). Pengukuran prestasi belajar salah satunya dilakukan melalui test sumatif/evaluasi belajar tahap akhir/ulangan umum. Test ini untuk menentukan berhasil atau tidaknya siswa sebagai syarat untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi atau test hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan materi pelajaran atau satuan program pengajaran selesai (Hapsari, 2005). Penelitian Seffiyanti, 2006 yang berjudul Hubungan penyakit cacingan dengan prestasi belajar pada anak Sekolah Dasar (Studi kasus pada siswa–siswi MI Miftahul Ulum Pesanggrahan Kecamatan Kutorejo Kabupaten Mojokerto) mendapatkan hasil sebanyak 31.7 % siswa MI Miftahul Ulum yang terinfeksi penyakit cacingan, siswa (76.92 %) terinfeksi oleh cacing Ascaris Lumbricoides. prestasi belajar siswa MI Miftahul Ulum Pesanggrahan adalah cukup baik (41.41%), dimana pada siswa yang tidak terinfeksi penyakit cacingan prestasi belajarnya yang paling banyak adalah cukup baik (82.35%) dan pada siswa yang terinfeksi penyakit cacingan prestasi belajarnya yang paling banyak adalah kurang baik (90.9%). Ada hubungan yang bermakna antara penyakit cacingan dengan prestasi belajar pada anak SD (p=0.000). SDN 1 Purworejo adalah salah satu sekolah dasar yang berada di wilayah Kecamatan Negeri Katon. Desa Purworejo adalah salah satu desa dengan populasi penduduk terpadat. Studi pendahuluan yang dilakukan tanggal 1-2 November 2013 terhadap 10 orang siswa kelas 1 SDN 1 Purworejo menunjukkan bahwa 30% siswa menderita kecacingan dan 70% mempunyai prestasi raport kurang baik (seluruh nilai rapor kelas 1 semester 1 TA 2013/2014 berada dibawah nilai rata-rata kelas. B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Diketahuinya hubungan Kejadian kecacingan dengan prestasi belajar siswa Kelas 1 SDN 1 Purworejo Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini meliputi: a. Diketahuinya distribusi frekwensi Kejadian kecacingan siswa Kelas 1 SDN 1 Purworejo Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran. b. Diketahuinya distribusi frekwensi prestasi belajar siswa Kelas 1 SDN 1 Purworejo Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran c. Diketahuinya hubungan kejadian kecacingan dengan prestasi belajar siswa Kelas 1 SDN 1 Purworejo Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran.
  • 5. 5 C. Metode Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif desain analitik dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan menemukan hubungan antara kejadian kecacingan dengan prestasi belajar. Penelitian Cross sectional adalah jenis penelitian dimana seluruh variabel diukur sekaligus pada saat yang sama. Pengertian saat yang sama disini bukan berarti pada satu saat observasi dilakukan pada semua subjek atau semua variabel, tetapi tiap subjek hanya diobservasi satu kali saja menurut keadaan atau status waktu diobservasi. (Notoatmodjo, 2010). D. Hasil Penelitian 1. Analisa Univariat Tujuan dari analisis ini untuk menjelaskan/mendeskripsikan karakteristik masing-masing variable yang diteliti. a) Kejadian Kecacingan Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan hasil dari 30 responden terdapat 8 responden (26,7%) yang menderita kecacingan dan yang tidak menderita kecacingan sebanyak sebanyak 22 responden (73,3%). b) Prestasi belajar Berdasarkan tabel 4.6 didaparkan hasil dari 30 responden terdapat responden yang prestasi belajar kurang baik sebanyak 20 responden (66,7%) dan yang memiliki prestasi belajar baik sebanyak 10 responden (33,3%). c) Analisa Bivariat Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 8 responden yang mempunyai menderita kecacingan seluruhnya (100%) mempunyai prestasi belajar kurang baik. Sedangkan diantara 22 responden yang tidak menderita kecacingan terdapat 12 responden (54,5%) yang berprestasi kurang baik dan 10 responden (45,5%) berprestasi baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value =0,029 atau p value < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa secara statistik ada hubungan yang bermakna antara kecacingan dengan prestasi belajar. Hasil analisis diperoleh pula nilai OR= 1,8 artinya responden yang menderita kecacingan berisiko 1,8 mendapat prestasi belajar kurang baik dibandingkan responden yang tidak menderita kecacingan. E. Pembahasan Kecacingan Hasil penelitian yang dilakukan siswa Kelas 1 SDN 1 Purworejo Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran Tahun 2014 diperoleh hasil dari 30 responden terdapat 8 responden (26,7%) yang menderita kecacingan dan yang tidak menderita kecacingan sebanyak sebanyak 22 responden (73,3%) dengan jenis cacing gelang (Ascaris Lumricoides) sebesar 100%. Menurut Depkes, 2006 dan penelitian Hairani dan Annida (2012) Cacing gelang (Ascaris Lumricoides) lebih banyak terjadi pada anak sekolah dibandingkan cacing lainnya sepeti cacing cambuk atau cacing tambang. Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian Ningsih, Syamsianah dan Meikawati (2010) yang mendapatkan hasil infeksi kecacingan rata-rata sebesar 0,85 ±2,42 dan sebagian besar siswa pada kategori infeksi ringan (11,8%). Begitu pula hasil penelitian Seffiyanti (2006) mendapatkan hasil sebanyak 31.7 % siswa MI Miftahul
  • 6. 6 Ulum yang terinfeksi penyakit cacingan, siswa (76.92 %) terinfeksi oleh cacing Ascaris Lumbricoides. Menurut Departemen Kesehatan (2006) Manusia merupakan hospes definitif beberapa nematoda usus (cacing perut) yang ditularkan melalui tanah (soil transmitted helminths) diantaranya cacing gelang (Ascaris Lumricoides). Kecacingan bersifat parasit (merugikan) dan daur hidupnya berkaitan dengan perilaku bersih dan kondisi sanitasi lingkungan (Purwati, 2010). Penderita cacing gelang (Ascaris Lumricoides) mengalami keluhan keluhan batuk-batuk akibat yang ditimbulkan oleh telur cacing serta keluhan yang ditimbulkan cacing dewasa seperti gangguan usus ringan : mual, nafsu makan berkurang, diare dan konstipasi. Gejala penyakit cacingan tidak nyata dan sering dikacaukan dengan penyakit-penyakit lain. Anak yang menderita cacingan biasanya lesu, tidak bergairah dan konsentrasi belajar berkurang. Pada anak yang menderita Ascariasis perutnya nampak buncit (karena jumlah cacing dan perut kembung) biasanya matanya pucat dan kotor seperti sakit mata (rembes) dan seperti batuk pilek. Perut sering sakit, Diare, nafsu makan berkurang. Karena anak masih dapat berjalan dan bersekolah seringkali tidak dianggap sakit, namun secara ekonomi sudah menunjukan kerugian yaitu penurunan produktivitas kerja dan mengurangi kemampuan belajar. (Departemen Kesehatan, 2006). Cacing gelang (Ascaris Lumricoides) berbahaya karena dapat menyebabkan gangguan penyerapan makanan (malabsorbstion), ataupun bila cacing menggumpal dalam usus dapat menyebabkan terjadi penyumbatan pada usus (ileus obstructive) (Departemen Kesehatan, 2006). Cacing dewasa yang mengembara ke organ lain akan menimbulkan gangguan tersendiri misalnya ke saluran empedu, apendik atau bronkus. (Mansjoer, Triyanti, Savitri, Wardhani, Setiowulan, 2002). Selama larva sedang bermigrasi dapat menyebabkan terjadinya reaksi alergi yang berat dan Pneumonitis dan bahkan dapat menyebabkan timbulnya pnemonia. (Mansjoer et al, 2002). Diagnosis melalui foto thorak terlihat adanya terdapat Eosinofilia dan gambaran infiltrat pada foto toraks yang akan menghilang dalam waktu 3 minggu atau lebih dikenal dengan Eosinofelia. Namun diagnosis yang paling tepat untuk kecacingan adalah pemeriksaan tinja dengan menemukan telur-telur cacing di dalam tinja tersebut. Jumlah telur juga dapat dipakai sebagai pedoman untuk menentukan beratnya indeksi (dengan menghitung telur cacing) (Departemen Kesehatan, 2006) Dengan adanya jamban sehat seperti saat ini, maka penyebaran penyakit ini akan berkurang. Tetapi bila tanah tempat anak-anak bermain dikotori dengan telur-telur dari cacing-cacing gelang, telur itu akan dengan mudah dipindahkan ke mulut melalui jari si anak yang kotor, terutama pada anak-anak yang hidup dalam lingkungan yang tidak sehat. Karena telur-telur cacing gelang ini dapat terus hidup di dalam tanah berbulan-bulan lamanya, maka bahaya kontaminasi lebih besar bila kotoran manusia digunakan untuk memupuk sayur-sayuran. Pencegahan yang teliti harus dilakukan untuk memastikan bahwa
  • 7. 7 semua makanan dibersihkan dengan baik dan disterilkan dengan memasaknya sebelum dimakan. Selama tidak terjadi obstruksi oleh cacing dewasa yang bermigrasi, maka prognosis kesembuhan baik. Pengobatan dapat memberikan kesembuhan hingga 80-99% (Mansjoer et al, 2002). Menurut peneliti hendaknya dilakukan pengobatan masal kecacingan dengan Albendazole untuk pengobatan cacing gelang (Ascaris lumbricoides) dengan dosis 500 mg dosis tunggal. Menurut pendapat peneliti pencegahan kecacingan yang dapat dilakukan adalah tetap memakai sepatu/alas kaki ketika masuk kelas, siswa dianjurkan untuk tidak bermain tanah, melakukan pemeriksaan personal hygiene teratur semingggu sekali terutama tentang kebersihan kuku, sebaiknya sekolah membina penjual jajanan di sekitar sekolah terkait kebersihan, sekolah hendaknya menyediakan WC yang memenuhi standar serta instalasi cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebagai upaya pencegahan dan pemberantasan kecacingan. Pencegahan kecacingan dengan cara mengadakan pengobatan massal setiap 6 bulan sekali pada daerah endemis, memberikan pengobatan pada kelompok tertentu dengan frekuensi infeksi tinggi seperti anak-anak sekolah dasar, memberikan pengobatan pada individu berdasarkan intensitas penyakit atau infeksi yang telah lalu, peningkatan kondisi sanitasi, menghentikan penggunaan tinja sebagai pupuk dan memberikan pendidikan tentang cara-cara pencegahan ascariasis Prestasi Belajar Hasil penelitian yang dilakukan siswa Kelas 1 SDN 1 Purworejo Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran Tahun 2014 diperoleh hasil dari 30 responden terdapat responden yang prestasi belajar kurang baik sebanyak 20 responden (66,7%) dan yang memiliki prestasi belajar baik sebanyak 10 responden (33,3%). Hasil penelitian ini serupa dengan hasil penelitian Ningsih, Syamsianah dan Meikawati (2010) yang mendapatkan hasil rata-rata prestasi belajar siswa sebesar 69,4±4,76 dan sebagian besar kategori prestasi siswa kategori cukup. Begitu pula hasil penelitian Seffiyanti (2006) mendapatkan hasil prestasi belajar siswa cukup baik (41.41%) dan kategori kurang baik (58,9%) dan Wibowo, 2008 yang menyatakan dari 52 responden terdapat 22 responden (22,6%) prestasi buruk dan prestasi baik 41 responden (77,4%). Menurut teori Djaali dan Muljono (2008) test untuk menentukan berhasil atau tidaknya siswa sebagai syarat untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tingi atau test hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan materi pelajaran atau satuan program pengajaran selesai diberikan dikenal dengan istilah Test sumatif/evaluasi belajar tahap akhir/test ulangan umum, dilaksanakan dengan tujuan menentukan nilai yang menjadi lambang keberhasilan siswa setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam watu tertentu. Test ini berguna untuk menentukan kedudukan/rangking masing-masing siswa dalam kelompoknya, menentukan dapat atau tidaknya siswa melanjutkan program pembelajaran berikutnya dan menginformasikan kemajuan siswa
  • 8. 8 untuk disampaikan kepada pihak lain seperti orang tua, sekolah, masyarakat dan lapangan kerja. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 disebutkan bahwa salah satu prinsip penilaian dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah beracuan kriteria. Oleh karena itu, satuan pendidikan harus menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setiap mata pelajaran sebagai dasar dalam menilai pencapaian kompetensi peserta didik. Penetapan kriteria ketuntasan minimal belajar merupakan tahapan awal pelaksanaan penilaian proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) berfungsi secagai acuan bagi guru dalam menilai kompetensi peserta didik sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti dan bagi peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti penilaian mata pelajaran (Panduan Penetapan KKM, Dit Pembinaan Sekolah Menengah Atas). Pada SDN 1 Purworejo mata ajar yang tidak memenuhi KKM diantaranya matematika, IPA dan IPS. Pendidikan matematika merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting peranannya dalam upaya membina dan membentuk manusia berkualitas tinggi. Dalam perkembangan modern, matematika memegang peranan penting karena dengan bantuan matematika semua ilmu pengetahuan sempurna. Namun banyak siswa yang tidak menyukai matematika karena dianggap sebagai bidang studi yang paling sulit. Menurut teori penyebab prestasi belajar rendah oleh karena pendekatan, strategi, model, atau metode yang diterapkan oleh guru kurang sesuai, atau kompetensi guru yang masih kurang, atau sarana pembelajaran yang meliputi media, alat peraga, dan buku pegangan siswa yang terbatas. Menurut pendapat peneliti untuk meningkatkan prestasi belajar siswa adalah guru dalam proses pelaksanaan pembelajaran hendaknya dalam menyampaikan materi pelajaran mampu menciptakan kondisi siswa lebih termotivasi dalam belajar, seperti tidak hanya menerapkan pola pengajaran ceramah dan pemberian tugas dikelas tanpa melibatkan keaktifan siswa untuk berkarya, dalam mengajar hendaknya memanfaatkan media belajar, menguasai multimedia serta penjelasan materi pelajaran lebih berpusat pada siswa agar tercipta kondisi keaktifan dari siswa. Perlu juga upaya untuk meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa dalam mengikuti pelajaran dengan cara menggunakan media pelajaran serta melengkapi siswa dengan buku pelajaran tematik. Hubungan Kejadian kecacingan dengan prestasi belajar siswa Kelas 1 SDN 1 Purworejo Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran Tahun 2014 Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara Kejadian kecacingan dengan prestasi belajar siswa Kelas 1 SDN 1 Purworejo Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran Tahun 2014 p value < 0,05 yaitu sebesar 0,029. Proporsi responden yang menderita kecacingan terdapat 8 responden (100%) yang prestasi belajar kurang baik. Sedangkan diantara 22 responden yang tidak menderita kecacingan terdapat 12 responden (54,5%) yang berprestasi kurang baik dan 10 responden
  • 9. 9 (45,5%) berprestasi baik. Hasil analisis diperoleh pula nilai OR= 1,8 artinya responden yang menderita kecacingan berisiko 1,8 mendapat prestasi belajar kurang baik dibandingkan responden yang tidak menderita kecacingan. Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian Seffiyanti (2006) yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara penyakit cacingan dengan prestasi belajar pada anak SD (p=0.000). Begitu pula hasil penelitian Wibowo (2008) yang menyatakan Analisa dengan Rasio Prevalens (RP), menunjukan bahwa infeksi cacing Soil Transmitted Helminth merupakan faktor resiko prestasi belajar kurang (RP=1,69). Begitu pulan penelitian Hutabarat (2008) yang menyatakan terdapat hubungan infeksi soil transmitted helminthes dengan prestasi belajar anak sekolah dasar (p value = 0,046 OR= 8,8). Namun hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Ningsih, Syamsianah dan Meikawati (2010) yang menyatakan tidak terdapat hubungan antara infeksi kecacingan dengan prestasi belajar. Menurut teori Piaget, tahap tahap perkembangan kognitif individu yang ketiga yaitu: Operational Kongkrit (pada umur 7‐11tahun) penggunaan logika sudah memadai dimana pada tahap ini individu telah memahami operasi logis dengan bantuan benda konkrit. Tujuan umum Pengendalian Penyakit Kecacingan adalah menurunkan prevalensi dan intensitas penyakit kecacingan sehingga meningkatkan mutu sumber daya manusia guna mewujudkan manusia Indonesia yang sehat. Dasar utama memutuskan mata rantai lingkaran hidup cacing pada saat tingkat cacing dalam tubuh manusia, lingkungan fisik, lingkungan sosial ekonomi dan budaya. Kecacingan merupakan salah satu diantara 10 besar penyakit anak. Dampak kecacingan pada anak dapat menurunkan kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan produktivitas penderitanya sehingga secara ekonomi banyak menyebabkan kerugian. Cacingan menyebabkan kehilangan karbohidrat dan protein serta kehilangan darah, sehingga menurunkan kualitas sumber daya manusia. (Departemen Kesehatan, 2006). Menurut pendapat peneliti kegiatan penanggulangan kecacingan dapat diintegrasikan bersama program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Melalui Trias UKS, yaitu: pendidikan Kesehatan, pelayanan Kesehatan dan pembinaan Sekolah Lingkungan Sehat dengan bantuan dokter cilik dibawah bimbingan guru agar dapat menularkan pengetahun tentang pencegahan kecacingan pada teman sebaya. UKS di SDN 1 Purworejo sudah berjalan namun tidak berjalan secara optimal dikarenakan adanya hambatan seperti tidak ada ruangan khusus untuk kegiatan UKS serta kurangnya pembinaan kepada sekolah mengingat Petugas Pembina UKS dari puskesmas Kalirejo hanya 1 orang sedangkan jumlah PAUD ada 11 buah, TK ada 11 buah, sekolah dasar ada 21 buah, 7 SMP dan 3 SMA/SMK. Anak usia sekolah dasar merupakan sasaran utama pengendalian cacingan khususnya siswa kelas 1 karena merupakan fase penyesuaian dalam lingkungan sekolah yang baru dan lepas dari pengawasan orang tua, kemungkinan kontak dengan berbagai penyebab penyakit lebih besar karena ketidaktahuan dan ketidakmengertiannya tentang kesehatan. Disamping itu kelas I
  • 10. 10 adalah saat yang baik untuk diberikan imunisasi ulangan. Pada kelas I ini dilakukan penjaringan untuk mendeteksi kemungkinan adanya kelainan yang mungkin timbul sehingga mempermudah pengawasan untuk jenjang berikutnya. Hendaknya sekolah menyediakan sarana UKS seperti sarana cuci tangan dengan air mengalir dan sabun, pengawasan sekolah terhadap jajanan siswa, penyediaan fasilitas jamban sehat di sekolah serta pemberlakukan peraturan internal sekolah terkait kebersihan perseorangan. F. Kesimpulan Dari hasil uraian mengenai hubungan Kejadian kecacingan dengan prestasi belajar siswa Kelas 1 SDN 1 Purworejo Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran Tahun 2014 dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Siswa yang mengalami kejadian kecacingan sebanyak 8 siswa (26,7%) dengan jenis cacing gelang (Ascaris Lumricoides) sebesar 100%. 2. Prestasi belajar siswa kurang baik sebanyak 20 siswa (66,7%). 3. Ada hubungan kejadian kecacingan dengan prestasi belajar siswa Kelas 1 SDN 1 Purworejo Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran Tahun 2014 p value 0,029 dengan OR=1,8 artinya responden menderita kecacingan berisiko 1,8 mendapat prestasi belajar kurang baik dibandingkan responden yang tidak menderita kecacingan DAFTAR PUSTAKA Akbar, Reni., Hawadi. 2011. Akselerasi. A-Z informasi program percepatan belajar dan anak berbakat intelektual. Jakarta: Grasindo. Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran. 2013. Profil Kesehatan Kabupaten Pesawaran Tahun 2013. Departemen Kesehatan. 2006. Keputusan Menteri Kesehatan No 424/menkes/sk/VI/2006 tentang Pedoman pengendalian cacingan. Djaali,Pudji Muljono. 2008.Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan Grasindo. Jakarta. Endrawati,Heni. 2012. Pemeriksaan Tinja Metode Pemeriksaan Kato Katz dalam http://habibi.staff.ub.ac.id/files/2012/ 11/PEMERIKSAAN-TINJA-METODE- KATO-KATZ.pdf diakses tangal 3 Januari 2014 Gandahusada, Ilahude, Pribadi. 1998. Parasitologi Kedokteran. Edisi ketiga. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hapsari, Sri. 2005.Bimbingan dan Konseling SMA Kelas XI. Jakarta: Grasindo. Hastono, Priyo Sutanto. 2007. Analisa data Kesehatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok. Hutabarat, Rodinda Marsha Ruth. 2013. Hubungan infeksi soil transmitted helminthes dengan prestasi belajar anak sekolah dasar di SDN 060972 Simalingkar B Medan Judarwanto.Widodo,SpA. 2008. 10 Penyakit Tersering Pada Anak. Jakarta. Dalam http://childrenclinic.wordpress.com/2 008/12/29/10-penyakit-tersering-pada- anak/ diakses tanggal 3 Januari 2014 Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Kemenkes Berkomitkmen Eleminasi filariasis dan kecacingan. Dalam
  • 11. 11 http://www.depkes.go.id/index.php?v w=2&id=2382 diakses tangal 3 Januari 2014 -----------Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2012. 2013. Direktorat Jendral pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan. Jakarta. ----------Anak SD Masih Rawan Cacingan. 2012. Dalam http://www.sanitasi.or.id/index.php? option=com_content&task=view&id =358&Itemid=1 diakses tanggal 3 Januari 2013. Kementrian pemberdayaan Perempuan dan anak. 2012. Profil Anak Indonesia 2012. Jakarta. Kerjasama Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dengan Badan Pusat Statistik. Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa. 1989. Konvensi tentang Hak-Hak Anak. 20 November 1989. Mansjoer, Arif, et al, 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Medica Aesculpalus, FKUI, Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Natadisastra, Djaenudin. Agoes, Ridad. 2009. Parasitologi Kedokteran: ditinjau dari Organ Tubuh yang diserang. EGC. Jakarta. Perserikatan Bangsa-Bangsa. 1989. Konvensi Hak Anak. 20 November 1989. Presiden Republik Indonesia. 2002. Undang- Undang Perlindungan Anak No 23 Tahun 2002. Purwati Widya, Ningsih. Syamsianah Agustin, Meikawati Wulandari. 2010. Hubungan infeksi kecacingan, tingkat konsumsi energi dan protein dengan prestasi belajar siswa SD Bandarharjo Swasta Kelurahan Tanjung Mas Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang. Dalam http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/ 104/jtptunimus-gdl-purwantiwi- 5194-1-abstrak.pdf diakses tanggal 3 Januari 2014 Seffiyanti, Yeni. 2006. Hubungan penyakit cacingan dengan prestasi belajar pada anak Sekolah Dasar (Studi kasus pada siswa – siswi MI Miftahul Ulum Pesanggrahan Kecamatan Kutorejo Kabupaten Mojokerto). Dalam http://eprints.umm.ac.id/7550/1/H UBUNGAN_PENYAKIT_CACIN GAN_DENGAN_PRESTASI_BEL AJAR_PADA_ANAK_SEKOLAH _DASAR.pdf diakses tanggal 3 Januari 2014 Sunaryo. 2004.Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC. Setiawati Mexitalia, SpA, Prasetyo Wijayanto dr, Dahsyat Wasis Setiadi dr. 2002. Hubungan Kecerdasan Emosional, Status Gizi dengan Prestasi Belajar. Semarang. Penelitian Dosen Muda Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Sugiyanto.2011. Karakteristik Anak Usia SD. Dalam http://staff.uny.ac.id/sites/default/file s/tmp/Karakteristik%20Siswa%20SD .pdf diakses tanggal 3 Januari 2014 Efendi, Fery, Makhfudli, 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas, Teori dan Praktik dalam
  • 12. 12 Keperawatan. Salemba Medika, Jakarta Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. EGC. Jakarta. Simamora, Raymond.2008. Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan. EGC. Jakarta. Wibowo, Joko Rudi. 2008. Hubungan antara infeksi soil transmitted helminthes dengan prestasi belajar anak Sekolah Dasar 03 Pringapus,Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Penulis penanggung jawab Hardono, S.Kep., Ners., M.Kep dan Didi Suswanto,SKM., M.Kes.