SlideShare a Scribd company logo
1 of 26
Wonosobo, 7 November 2022
KOMUNIKASI PERUBAHAN
PERILAKU DALAM PENCEGAHAN
STUNTING MELALUI POLA
KONSUMSI, POLA ASUH, HIGIENIS
PRIBADI DAN LINGKUNGAN
A. LATAR BELAKANG
4
KONTEKS DAN
PENYEBAB STUNTING
-Kebijakan Politik,
Ekonomi
- Ketahanan Pangan
- Pendidikan
- Pendapatan Keluarga
- Kurangnya ketersediaan pangan keluarga
- Buruknya perilaku higienitas pribadi & lingkungan
- Kurangnya perilaku pengasuhan & konsumsi
-Kurangnya pengetahuan praktis ttg kebersihan, kesehatan
& gizi
- Budaya dan norma yang kurang mendukung
- Kurangnya kualitas pelayanan kesehatan
- Lingkungan yang kurang baik
Kurangnya
asupan gizi
Buruknya
status infeksi
STUNTING
MASALAH INTERGENERASI
Stunting adalah masalah gizi intergenerasi:
kualitas kehidupan sekarang ditentukan oleh kualitas kehidupan sebelumnya.
Calon ibu stunting berpotensi melahirkan
bayi stunting, termasuk calon ibu
KEK yang tidak mengubah pola makannya
saat hamil.
Begitu juga faktor sosial budaya yg
diturunkan antar generasi:
kemiskinan, kurangnya akses kpd
kebutuhan dasar, ketidak mampuan
menyediakan pangan bergizi bagi keluarga,
serta kondisi lingkungan yg
tidak mendukung, membuat masalah ini
sulit diintervensi & terus berlanjut.
B. TANTANGAN UTAMA
DALAM PERUBAHAN PERILAKU UNTUK
PENCEGAHAN STUNTING
1. POLA KONSUMSI
Tantangan pola konsumsi untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku konsumsi kurang gizi makro, kurang protein hewani, kurang
sayur dan buah, kurang gizi mikro, praktek IMD, ASI Eksklusif 6 bulan,
dan MPASI
PERILAKU
KONSUMSI
KURANG GIZI
MAKRO
Hidangan sehari-hari penduduk Indonesia terbesar dari konsumsi serealia
(257,7 gram/orang/hari), diikuti kelompok ikan (78,4 gram/orang/hari),
kelompok sayur dan olahan (57,1 gram/orang/hari), kacang dan olahan
(56,7 gram/orang/hari), daging dan olahan (42,8 gram/orang/hari) dan
kelompok umbi (27,1 gram/orang/hari). Kelompok bahan makanan lainnya
dikonsumsi lebih sedikit, termasuk susu bubuk dan susu cair.
Pola makan adalah kebiasaan makan seseorang atau sekelompok orang
untuk memilih makanan yang dikonsumsinya yang dipengaruhi oleh
instrinsik - fisiologis, psikologis, dan ekstrinsik – lingkungan alam
(kebiasaan makan pada umumna, pangan lokal), budaya, agama, dan dan
lingkungan sosial.
Tantangan pola konsumsi untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku konsumsi kurang gizi makro, kurang protein hewani, kurang sayur
dan buah, kurang gizi mikro, praktek IMD, ASI Eksklusif 6 bulan, dan MPASI
PERILAKU
KONSUMSI
KURANG
PROTEIN
HEWANI
Rerata konsumsi jeroan & olahan, ikan dan olahan, telur dan
olahan, susu bubuk dan olahan, susu cair, minyak dan olahan serta
gula dan konfeksionari penduduk Indonesia adalah sebesar 2,1
gram, 78,4 gram, 19,7 gram, 4,9 gram , 3,6 gram, 37,4 gram dan
15,7 gram per orang per hari. Dari konsumsi kelompok bahan
makanan sumber protein hewani, terlihat yang banyak dikonsumsi
penduduk adalah ikan dan olahan diikuti telur dan olahan,
sedangkan konsumsi susu bubuk dan olahan, susu cair serta jeroan
dan olahan termasuk yang rendah (Sumber: SKMI 2014).
Tantangan pola konsumsi untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku konsumsi kurang gizi makro, kurang protein hewani, kurang sayur
dan buah, kurang gizi mikro, praktek IMD, ASI Eksklusif 6 bulan, dan MPASI
PERILAKU
KONSUMSI
KURANG
SAYUR &
BUAH
Secara nasional rata-rata total konsumsi sayuran dan buah
penduduk sekitar 108,8 gram. Menurut kelompok umur terlihat
rata-rata konsumsi terkecil pada kelompok umur 0-59 bulan, diikuti
dengan anak sekolah dan remaja.
Dibandingkan dengan anjuran WHO maupun PGS 2014, rata-rata
total konsumsi sayuran dan buah baik nasional, per kelompok
umur maupun menurut provinsi masih lebih rendah dari 400
gram/orang/hari. Berdasarkan proporsi penduduk yang
mengonsumi total sayuran dan buah kurang dari 400
gram/orang/hari masih besar yaitu sekitar 97 persen, proporsinya
hampir sama pada semua kelompok umur.
Tantangan pola konsumsi untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku konsumsi kurang gizi makro, kurang protein hewani, kurang sayur
dan buah, kurang gizi mikro, praktek IMD, ASI Eksklusif 6 bulan, dan MPASI
PRAKTEK IMD,
ASI EKSKLUSIF
6 BULAN DAN
MPASI
ASI sebagai sumber zat gizi terlengkap dan terbaik bagi bayi, dg kolostrum yang
sangat dbutuhkan bayi untuk melawan infeksi, sementara sistem imun tubuhnya
masih berkembang, ternyata dari data RISKESDAS 2013 Dalam Angka, belum
diupayakan kesuksesan pemberiannya kepada bayi. Persentase proses mulai
menyusu pada anak umur 0-23 bulan menurut provinsi mulai dari menyusu kurang
dari satu jam setelah bayi lahir (Inisiasi Menyusu Dini) adalah 34,5 persen, dengan
persentase tertinggi di Nusa Tenggara Barat (52,9%) dan terendah di Papua Barat
(21,7%)
Pemberian prelakteal kepada bayi baru lahir: susu formula (79,8%), susu non
formula (1,6%), madu/madu+air (14,3%), air gula (4,15), air tajin (1,6%), air kelapa
(0,9%), kopi (0,9%), teh manis (1,2%), air putih (13,2%), bubur tepung/bubur saring
(2,7%), pisang dihaluskan (4,1%), nasi dihaluskan (2,3%). Persentase bayi baru lahir
yang diberikan susu formula seiring dengan semakin tingginya tingkat pendidikan
dan kuintil indeks kepemilikan teratas (tertinggi 90,6% dan 89,5%).
2. POLA ASUH
Tantangan pola asuh untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku pengasuhan kesehatan, tumbuh kembang dan afeksi
Kunjungan ANC yang terjadwal sejak
awal kehamilan dan selama
kehamilan sangatlah penting untuk
memantau kondisi kesehatan dan
tumbuh kembangnya, sehingga dapat
mendukung pertumbuhan janin yang
optimal.
(Kuhnt J dan Vollmer S 2017)
PERILAKU
PENGASUHAN
KESE
-
HATAN
ANC
kandungan.
sehingga dapat mencegah dimulai
terjadinya stunting dalam
(Nohora F Ramirez dkk 2012, Schmidt
dkk 2002)
Tantangan pola asuh untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku pengasuhan kesehatan, tumbuh kembang dan afeksi
PERILAKU
PENGASUHAN
KESE
-
HATAN
NEONATAL
Pemantuan kondisi dan kesehatan
Bayi baru lahir atau Kunjungan
Neonatal (KN) yang dilakukan pada
saat bayi berumur 6-48 jam (KN1),
3-7 hari (KN2), dan 8-28 hari (KN3)
sangatlah penting
(Lawn JE dkk 2005)
Riskesdas 2013: cakupan kunjungan neonatal
lengkap masih sangat rendah: 39,3%, tertinggi di
Yogyakarta (58,3%) dan terendah di Papua
Barat (6,8%). Alasan tidak melakukan pemeriksaan
neonatal (kelompok umur 0-5 bulan): bayi tidak sakit
(78,9%), bayi tidak boleh dibawa pergi (8,2%), tempat
pelayanan jauh 11,2%), tidak punya biaya 4,7%).
Tantangan pola asuh untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku pengasuhan kesehatan, tumbuh kembang dan afeksi
PERILAKU
PENGASUHAN
KESEHATAN
-
ANAK BALITA
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan agar anak
baduta sehat tetap sehat dan terhindar dari berbagai
penyakit infeksi (Olofin dkk 2013), agar proses tumbuh
kembangnya tidak terganggu. Secara nasional cakupan
imunisasi dasar pada anak baduta Lengkap: 59,2%;
Tidak lengkap: 32,1%; Tidak imunisasi: 8,7% (Riskesdas
2013).
Keluarga tidak mengijinkan (27,2% / 25,1%)
Takut anak menjadi panas (28,2% / 29,7%)
Anak sering sakit (7,5% / 5,7%)
Tidak tahu tempat imunisasi (5,0% / 8,7%)
Tempat imunisasi jauh (21,5% / 22%)
Sibuk/repot (18,7% / 14,2%)
Tantangan pola asuh untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku pengasuhan kesehatan, tumbuh kembang dan afeksi
PERILAKU PENGASUHAN
TUMBUH KEMBANG
DAN AFEKSI
Tumbuh kembang anak balita TDK dapat
dipenuhi hanya oleh kecukupan gizi &
pengasuhan kesehatannya saja. Tiap
tahap pertumbuhan anak
membutuhkan stimulasi
pengasuhnya khususnya
balita
dari
kasih
sayang/afeksi ibunya, serta
lingkungannya. Tanpa afeksi & stimulasi
ibu & lingkungannya semua upaya
pemberian gizi dan pengasuhan
kesehatan yang diberikan tidak akan
cukup berdampak bagi tumbuh
kembangnya.
Lebih dari
30%
sama sekali tidak pernah
ditimbang
anak balita
3. HIGIENIS PRIBADI - CTPS
• CTPS atau Cuci Tangan Pakai Sabun merupakan
perilaku efektif mencegah diare pada bayi/balita.
• Fakta CTPS:
Lima waktu penting cuci tangan
pakai sabun:
1.sebelum makan
2.sesudah buang air besar
3.sebelum memegang bayi
4.sesudah membersihkan buang air
besar (BAB)
5.sebelum menyiapkan makanan
Riset Curtis & Cairncross (2003),
CTPS di waktu-waktu penting dapat
mengurangi risiko anak terkena diare
sebesar 42 -44% atau bila
diterjemahkan lebih lanjut, CTPS
dapat mencegah 1 juta kematian anak
balita per tahunnya.
4. SOSIAL BUDAYA
Kehamilan diyakini oleh banyak orang dari berbagai budaya sebagai suatu kondisi khusus
yang penuh bahaya. Bahaya bagi ibu hamil dan janinnya dan dianggap dapat terjadi dalam
berbagai situasi, baik dari alam nyata maupun gaib (Swasono 1998:7). Untuk melindungi ibu
dan janinnya berbagai masyaakat di dunia diharuskan mematuhi larangan-larangan tertentu
yang harus dipatuhi oleh ibu hamil dan ibu masa nifas.
Pantang makanan adalah bahan makanan atau
masakan yang tidak boleh dimakan oleh para
individu dalam masyarakat karena alasan yang
bersifat budaya.
(Marsetya & Kartasapoetra, 2002:11)
Adat makanan ditemui di banyak masyarakat di
dunia, termasuk di Indonesia, misalnya
dikalangan wanita Sunda (Penelitian Anggorodi
dan Sukandi 1998), perempuan di Kepulauan
Sangihe dan Talaud (Ulaen 1998), perempuan di
Badaneira, Kabupaten Maluku Tengah
(Penelitian Swasono dan Soselisa 1998), dan
perempuan di Rawa Bogo, Bekasi (Penelitian
Soerachman, Sulistiawati, dan Purwanto
2016). Makanan atau sumber gizi yang dipantang
oleh ibu hamil dan ibu nifas diantaranya: ikan dan
telor, cumi dll
5. EKONOMI KELUARGA
Pekerjaan Orang Tua
Menentukan
pendapatan keluarga
Berdampak pada
kesehatan keluarga
Data Susenas 2016:
Penduduk dengan pengeluaran >
Rp. 500.000/bulan memiliki konsumsi
energi melebihi dr yang dianjurkan
(> 2000 kkal/kap/hari)
Penduduk dengan pengeluaran Rp.
150.000 - Rp. 499.000/bulan memiliki
konsumsi energi dibawah yang dianjurkan
( 1799 – 1374 kkal/kap/hari)
Penelitian Vonny dkk (2013)
Di daerah nelayan di Jayapura
menunjukan balita yang
mempunyai orang tua dengan
tingkat pendapatan kurang
memiliki resiko 4x lebih besar
menderita status gizi kurang
dibanding dengan anak balita yang
memiliki orang tua dengan tingkat
pendapatan cukup
6. PELAYANAN NAKES: BIDAN
Hampir 90 persen ibu hamil memilih
bidan untuk memeriksakan
kehamilannya (Riskesdas 2013)
Diharapkan dapat mengedukasi ibu hamil
untuk mempraktikkan pola asuh dan pola
konsumsi yang baik dan benar
Bidan merupakan salah satu sasaran
dalam upaya perubahan perilaku
C. HIGIENIS LINGKUNGAN RUMAH TANGGA
- Data dari WHO 2012 infeksi diare mengancam kehidupan 1,87 juta anak balita setiap
tahun di seluruh dunia.
- Untuk Indonesia, WHO memperkirakan setiap tahun sekitar 31.200 balita meninggal
karena diare.Artinya, lebih dari 31.000 anak di Indonesia tidak dapat merayakan ulang
tahun yang ke-5.
- Dengan demikian, adalah mandatori untuk memasukkan faktor kontekstual kedalam
program perubahan perilaku untuk pencegahan stunting: air bersih, jernih, tidak berasa,
tidak berbau; jamban leher angsa, berpintu, berdinding kuat, dan beratap; dengan tangki
septik tidak bocor, dikuras terjadwal, jarak minimal 10 meter dari sumber air; rumah sehat,
cukup ventilasi dan cahaya alami, ada tempat penyimpanan makanan yang tertutup; ada
sistem drainase rumah tangga sehingga air limbah rumah tangga tidak mengalir ke
permukaaan tanah.
Hasil Studi IUWASH, (2016) terhadap yang melibatkan 3.458 rumah
tangga kelompok miskin di 15 kabupaten kota di Indonesia
77% memiliki
jamban
65% jamban
memiliki tangki
septik
12% jamban tidak
memiliki tangki
septik/ dibuang ke
tempat terbuka
52% tangki septik
cubluk/ tidak aman
(tidak sedot lumpur
tinja)
13% tangki septik aman
12 % di sedot swasta
(pembuangan tidak
jelas)
1 % di sedot layanan
penyedotan tinja
pemerintah (IPLT)
FAKTA SANITASI
OBJECTIVE
Warga Desa
berperilaku
Stunting”
Lokus
“Sadar
Perilaku Sadar
Stunting menjadi
norma keluarga
Warga
Lokus
Desa
bebas
Intergenerasi
Stunting
“ BERKONTRIBUSI DALAM
PENURUNAN STUNTING
PADA ANAK ”
TUJUAN INTERVENSI KOMUNIKASI
KELOMPOK SASARAN PERUBAHAN PERILAKU
KELOMPOK
KUNCI
(primer)
 REMAJA PUTRI/CALON IBU
 IBU HAMIL, NIFAS, IBU DENGAN ANAK BADUTA, BALITA
 RUMAH TANGGA
KELOMPOK
PENDUKUNG
 SUAMI, KELUARGA, REMAJA PUTRA/PEMUDA
 MASYARAKAT DESA DI MANA KELOMPOK KUNCI BERADA
 TOMA, TOGA, GURU, KOMUNITAS PEDULI
KESEHATAN DAN LINGKUNGAN, DI DESA
 PENYEDIA DEPOT AIR, PENYEDIA JASA SEDOT LUMPUR TINJA
TENAGA KESEHATAN  Bidan
KELOMPOK TERSIER  Pengambilan kebijakan (Bupati) dll
10 KUNCI SUKSES
“ANAKKU SEHAT BANGSAKU KUAT”
1. Calon ibu merencanakan kapan keluarga, mengkonsumsi pangan bergizi seimbang dan aman,
lingkar lengan atas tidak kurang dari 23,5 cm.
2. Calon ibu secara rutin minum tablet besi dan asam folat tanpa absen, mempersiapkan
“SUKSES ASI” dengan mengikuti kelas ibu hamil.
3. Pemeriksaan kehamilan dan konseling di fasilitas kesehatan dilakukan sesuai jadwal.
4. Ibu melahirkan di fasilitas kesehatan dan langsung melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
berkualitas.
5. Ibu memberikan ASI Eksklusif enam bulan penuh, dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
pada saat bayi tepat berusia enam bulan dengan menu makanan bervariasi.
6. Melakukan pemeriksaan kesehatan bayi, Ukur, Timbang, memberikan imunisasi dan vitamin
sesuai jadwal.
7. Ibu rajin bercerita dan bercanda dengan bayi sejak baru lahir sampai remaja.
8. Mengkonsumsi air minum yang sehat, aman, dan bebas dari cemaran.
9. Menggunakan jamban dan tangki septik yang aman sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI)
dengan pengurasan tangki septik terjadwal.
10.Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) dengan air yang mengalir di lima waktu penting (sebelum
menyiapkan makanan, sebelum makan, sebelum memegang bayi, sesudah BAB, sesudah
memegang binatang).
SALAM SEHAT
TERIMA KASIH

More Related Content

What's hot

Gizi pada bayi & balita
Gizi pada bayi & balitaGizi pada bayi & balita
Gizi pada bayi & balitaAgnescia Sera
 
Gizi, pertumbuhan & perkembangan balita
Gizi, pertumbuhan & perkembangan balitaGizi, pertumbuhan & perkembangan balita
Gizi, pertumbuhan & perkembangan balitaCut Ampon Lambiheue
 
Tahapan pemberian makanan pendamping asi
Tahapan pemberian makanan pendamping asiTahapan pemberian makanan pendamping asi
Tahapan pemberian makanan pendamping asiKharima SD
 
Pedoman gizi seimbang
Pedoman gizi seimbangPedoman gizi seimbang
Pedoman gizi seimbangdiansachio
 
Kuesioner pengetahuan kader posyandu
Kuesioner pengetahuan kader posyanduKuesioner pengetahuan kader posyandu
Kuesioner pengetahuan kader posyanduRatna Arditya
 
Kebijakan implementasi asi ekslusif
Kebijakan implementasi asi ekslusifKebijakan implementasi asi ekslusif
Kebijakan implementasi asi ekslusifZakiah dr
 
Materi 4 [Pelatihan Kader Posyandu]
Materi 4 [Pelatihan Kader Posyandu]Materi 4 [Pelatihan Kader Posyandu]
Materi 4 [Pelatihan Kader Posyandu]Manji Lala
 
Ppt mengenal gizi seimbang
Ppt mengenal gizi seimbangPpt mengenal gizi seimbang
Ppt mengenal gizi seimbangVivi Amelia
 
1000 hari-pertama-kehidupan-ppt 2
1000 hari-pertama-kehidupan-ppt 21000 hari-pertama-kehidupan-ppt 2
1000 hari-pertama-kehidupan-ppt 2sitifaizah7
 
Pemberian makan bayi dan anak (PMBA)
Pemberian makan bayi dan anak (PMBA)Pemberian makan bayi dan anak (PMBA)
Pemberian makan bayi dan anak (PMBA)Helliya
 
Modul Pelatihan Kader Posyandu
Modul Pelatihan Kader PosyanduModul Pelatihan Kader Posyandu
Modul Pelatihan Kader PosyanduMuh Saleh
 
STUNTING HARDIKNAS.ppt
STUNTING HARDIKNAS.pptSTUNTING HARDIKNAS.ppt
STUNTING HARDIKNAS.pptAzizatulLaili3
 
Antropometri Presentation Training H N Dan Hs
Antropometri Presentation   Training  H N Dan  HsAntropometri Presentation   Training  H N Dan  Hs
Antropometri Presentation Training H N Dan Hsrsd kol abundjani
 
Materi pelatihan kader posyandu 2016
Materi pelatihan kader posyandu 2016Materi pelatihan kader posyandu 2016
Materi pelatihan kader posyandu 2016Zakiah dr
 

What's hot (20)

Gizi pada bayi & balita
Gizi pada bayi & balitaGizi pada bayi & balita
Gizi pada bayi & balita
 
Materi Stunting 2023.pptx
Materi Stunting 2023.pptxMateri Stunting 2023.pptx
Materi Stunting 2023.pptx
 
Gizi, pertumbuhan & perkembangan balita
Gizi, pertumbuhan & perkembangan balitaGizi, pertumbuhan & perkembangan balita
Gizi, pertumbuhan & perkembangan balita
 
Tahapan pemberian makanan pendamping asi
Tahapan pemberian makanan pendamping asiTahapan pemberian makanan pendamping asi
Tahapan pemberian makanan pendamping asi
 
Pedoman gizi seimbang
Pedoman gizi seimbangPedoman gizi seimbang
Pedoman gizi seimbang
 
SKDN
SKDNSKDN
SKDN
 
Kuesioner pengetahuan kader posyandu
Kuesioner pengetahuan kader posyanduKuesioner pengetahuan kader posyandu
Kuesioner pengetahuan kader posyandu
 
Kebijakan implementasi asi ekslusif
Kebijakan implementasi asi ekslusifKebijakan implementasi asi ekslusif
Kebijakan implementasi asi ekslusif
 
Materi 4 [Pelatihan Kader Posyandu]
Materi 4 [Pelatihan Kader Posyandu]Materi 4 [Pelatihan Kader Posyandu]
Materi 4 [Pelatihan Kader Posyandu]
 
Ppt stunting niken
Ppt stunting nikenPpt stunting niken
Ppt stunting niken
 
Ppt mengenal gizi seimbang
Ppt mengenal gizi seimbangPpt mengenal gizi seimbang
Ppt mengenal gizi seimbang
 
1000 hari-pertama-kehidupan-ppt 2
1000 hari-pertama-kehidupan-ppt 21000 hari-pertama-kehidupan-ppt 2
1000 hari-pertama-kehidupan-ppt 2
 
Pemberian makan bayi dan anak (PMBA)
Pemberian makan bayi dan anak (PMBA)Pemberian makan bayi dan anak (PMBA)
Pemberian makan bayi dan anak (PMBA)
 
Gizi pada-remaja
Gizi pada-remajaGizi pada-remaja
Gizi pada-remaja
 
Modul Pelatihan Kader Posyandu
Modul Pelatihan Kader PosyanduModul Pelatihan Kader Posyandu
Modul Pelatihan Kader Posyandu
 
STUNTING-ppt.ppt
STUNTING-ppt.pptSTUNTING-ppt.ppt
STUNTING-ppt.ppt
 
STUNTING HARDIKNAS.ppt
STUNTING HARDIKNAS.pptSTUNTING HARDIKNAS.ppt
STUNTING HARDIKNAS.ppt
 
Antropometri Presentation Training H N Dan Hs
Antropometri Presentation   Training  H N Dan  HsAntropometri Presentation   Training  H N Dan  Hs
Antropometri Presentation Training H N Dan Hs
 
Materi pelatihan kader posyandu 2016
Materi pelatihan kader posyandu 2016Materi pelatihan kader posyandu 2016
Materi pelatihan kader posyandu 2016
 
Diet hipertensi
Diet hipertensiDiet hipertensi
Diet hipertensi
 

Similar to Komunikasi Perubahan Perilaku Dalam Pencegahan Stunting (40

STUNTING DAN INTERVENSI.pptx
STUNTING DAN INTERVENSI.pptxSTUNTING DAN INTERVENSI.pptx
STUNTING DAN INTERVENSI.pptxmursal sigli
 
PPT-Bid4-3-Juli-2018.pdf
PPT-Bid4-3-Juli-2018.pdfPPT-Bid4-3-Juli-2018.pdf
PPT-Bid4-3-Juli-2018.pdfthamuzfellani
 
PPT Referat Stunting LXI-AB.pptx
PPT Referat Stunting LXI-AB.pptxPPT Referat Stunting LXI-AB.pptx
PPT Referat Stunting LXI-AB.pptxRudiNardoyo
 
pptstuntingdes2022-230116154802-1b3c3ab9.pptx
pptstuntingdes2022-230116154802-1b3c3ab9.pptxpptstuntingdes2022-230116154802-1b3c3ab9.pptx
pptstuntingdes2022-230116154802-1b3c3ab9.pptxagriSagala1
 
Critical Appraisal_Ni Nyoman Widya Kusuma W_42200455.pptx
Critical Appraisal_Ni Nyoman Widya Kusuma W_42200455.pptxCritical Appraisal_Ni Nyoman Widya Kusuma W_42200455.pptx
Critical Appraisal_Ni Nyoman Widya Kusuma W_42200455.pptxAnonymouscdLyeXKB
 
makalah pos gizi 2022 nila.docx
makalah pos gizi 2022 nila.docxmakalah pos gizi 2022 nila.docx
makalah pos gizi 2022 nila.docxElsisRosari
 
CIPTAKAN GENERASI YANG BEBAS STUNTING UNTUK Indonesia LEBIH.pptx
CIPTAKAN GENERASI YANG BEBAS STUNTING UNTUK Indonesia LEBIH.pptxCIPTAKAN GENERASI YANG BEBAS STUNTING UNTUK Indonesia LEBIH.pptx
CIPTAKAN GENERASI YANG BEBAS STUNTING UNTUK Indonesia LEBIH.pptxsugiartysoepardi
 
Penyuluhan stunting PKM KEL. PARI.pptx
Penyuluhan stunting PKM KEL. PARI.pptxPenyuluhan stunting PKM KEL. PARI.pptx
Penyuluhan stunting PKM KEL. PARI.pptxDewiSartika71875
 
Konsumsi Serat pada Anak Sekolah Dasar Kota Denpasar
Konsumsi Serat pada Anak Sekolah Dasar Kota DenpasarKonsumsi Serat pada Anak Sekolah Dasar Kota Denpasar
Konsumsi Serat pada Anak Sekolah Dasar Kota DenpasarSii AQyuu
 
ppt stunting des 2022.pptx
ppt stunting des 2022.pptxppt stunting des 2022.pptx
ppt stunting des 2022.pptxsorayapost
 
Jurnal pantangan prilaku makan pada ibu hamil
Jurnal pantangan prilaku makan pada ibu hamilJurnal pantangan prilaku makan pada ibu hamil
Jurnal pantangan prilaku makan pada ibu hamilnrukmana rukmana
 
paparan-menyusui-dan-mp-asi.pdf
paparan-menyusui-dan-mp-asi.pdfpaparan-menyusui-dan-mp-asi.pdf
paparan-menyusui-dan-mp-asi.pdfkamalia23
 
Triple Burden of Malnutrition.pdf
Triple Burden of Malnutrition.pdfTriple Burden of Malnutrition.pdf
Triple Burden of Malnutrition.pdfMursidTriSusilo2
 
Cegah Stunting itu Penting!.pptx
Cegah Stunting itu Penting!.pptxCegah Stunting itu Penting!.pptx
Cegah Stunting itu Penting!.pptxNisaSalsabila10
 
Gizi Seimbang dan Protein Cegah Masalah Gizi.pptx
Gizi Seimbang dan Protein Cegah Masalah Gizi.pptxGizi Seimbang dan Protein Cegah Masalah Gizi.pptx
Gizi Seimbang dan Protein Cegah Masalah Gizi.pptxFakhrotunNisaSsiSpd
 
BAB 2 masalah stunting.docx
BAB 2 masalah stunting.docxBAB 2 masalah stunting.docx
BAB 2 masalah stunting.docxsatriaaja2
 
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balitaJurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balitanrukmana rukmana
 

Similar to Komunikasi Perubahan Perilaku Dalam Pencegahan Stunting (40 (20)

STUNTING DAN INTERVENSI.pptx
STUNTING DAN INTERVENSI.pptxSTUNTING DAN INTERVENSI.pptx
STUNTING DAN INTERVENSI.pptx
 
PPT-Bid4-3-Juli-2018.pdf
PPT-Bid4-3-Juli-2018.pdfPPT-Bid4-3-Juli-2018.pdf
PPT-Bid4-3-Juli-2018.pdf
 
stunting.pptx
stunting.pptxstunting.pptx
stunting.pptx
 
PPT Referat Stunting LXI-AB.pptx
PPT Referat Stunting LXI-AB.pptxPPT Referat Stunting LXI-AB.pptx
PPT Referat Stunting LXI-AB.pptx
 
pptstuntingdes2022-230116154802-1b3c3ab9.pptx
pptstuntingdes2022-230116154802-1b3c3ab9.pptxpptstuntingdes2022-230116154802-1b3c3ab9.pptx
pptstuntingdes2022-230116154802-1b3c3ab9.pptx
 
Critical Appraisal_Ni Nyoman Widya Kusuma W_42200455.pptx
Critical Appraisal_Ni Nyoman Widya Kusuma W_42200455.pptxCritical Appraisal_Ni Nyoman Widya Kusuma W_42200455.pptx
Critical Appraisal_Ni Nyoman Widya Kusuma W_42200455.pptx
 
makalah pos gizi 2022 nila.docx
makalah pos gizi 2022 nila.docxmakalah pos gizi 2022 nila.docx
makalah pos gizi 2022 nila.docx
 
CIPTAKAN GENERASI YANG BEBAS STUNTING UNTUK Indonesia LEBIH.pptx
CIPTAKAN GENERASI YANG BEBAS STUNTING UNTUK Indonesia LEBIH.pptxCIPTAKAN GENERASI YANG BEBAS STUNTING UNTUK Indonesia LEBIH.pptx
CIPTAKAN GENERASI YANG BEBAS STUNTING UNTUK Indonesia LEBIH.pptx
 
Penyuluhan stunting PKM KEL. PARI.pptx
Penyuluhan stunting PKM KEL. PARI.pptxPenyuluhan stunting PKM KEL. PARI.pptx
Penyuluhan stunting PKM KEL. PARI.pptx
 
Konsumsi Serat pada Anak Sekolah Dasar Kota Denpasar
Konsumsi Serat pada Anak Sekolah Dasar Kota DenpasarKonsumsi Serat pada Anak Sekolah Dasar Kota Denpasar
Konsumsi Serat pada Anak Sekolah Dasar Kota Denpasar
 
ppt stunting des 2022.pptx
ppt stunting des 2022.pptxppt stunting des 2022.pptx
ppt stunting des 2022.pptx
 
Jurnal pantangan prilaku makan pada ibu hamil
Jurnal pantangan prilaku makan pada ibu hamilJurnal pantangan prilaku makan pada ibu hamil
Jurnal pantangan prilaku makan pada ibu hamil
 
paparan-menyusui-dan-mp-asi.pdf
paparan-menyusui-dan-mp-asi.pdfpaparan-menyusui-dan-mp-asi.pdf
paparan-menyusui-dan-mp-asi.pdf
 
Triple Burden of Malnutrition.pdf
Triple Burden of Malnutrition.pdfTriple Burden of Malnutrition.pdf
Triple Burden of Malnutrition.pdf
 
STU.pptx
STU.pptxSTU.pptx
STU.pptx
 
Cegah Stunting itu Penting!.pptx
Cegah Stunting itu Penting!.pptxCegah Stunting itu Penting!.pptx
Cegah Stunting itu Penting!.pptx
 
Gizi Seimbang dan Protein Cegah Masalah Gizi.pptx
Gizi Seimbang dan Protein Cegah Masalah Gizi.pptxGizi Seimbang dan Protein Cegah Masalah Gizi.pptx
Gizi Seimbang dan Protein Cegah Masalah Gizi.pptx
 
BAB 2 masalah stunting.docx
BAB 2 masalah stunting.docxBAB 2 masalah stunting.docx
BAB 2 masalah stunting.docx
 
stunting.pptx
stunting.pptxstunting.pptx
stunting.pptx
 
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balitaJurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
 

Recently uploaded

SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 

Recently uploaded (18)

SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 

Komunikasi Perubahan Perilaku Dalam Pencegahan Stunting (40

  • 2. KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU DALAM PENCEGAHAN STUNTING MELALUI POLA KONSUMSI, POLA ASUH, HIGIENIS PRIBADI DAN LINGKUNGAN
  • 4. 4
  • 5. KONTEKS DAN PENYEBAB STUNTING -Kebijakan Politik, Ekonomi - Ketahanan Pangan - Pendidikan - Pendapatan Keluarga - Kurangnya ketersediaan pangan keluarga - Buruknya perilaku higienitas pribadi & lingkungan - Kurangnya perilaku pengasuhan & konsumsi -Kurangnya pengetahuan praktis ttg kebersihan, kesehatan & gizi - Budaya dan norma yang kurang mendukung - Kurangnya kualitas pelayanan kesehatan - Lingkungan yang kurang baik Kurangnya asupan gizi Buruknya status infeksi STUNTING
  • 6. MASALAH INTERGENERASI Stunting adalah masalah gizi intergenerasi: kualitas kehidupan sekarang ditentukan oleh kualitas kehidupan sebelumnya. Calon ibu stunting berpotensi melahirkan bayi stunting, termasuk calon ibu KEK yang tidak mengubah pola makannya saat hamil. Begitu juga faktor sosial budaya yg diturunkan antar generasi: kemiskinan, kurangnya akses kpd kebutuhan dasar, ketidak mampuan menyediakan pangan bergizi bagi keluarga, serta kondisi lingkungan yg tidak mendukung, membuat masalah ini sulit diintervensi & terus berlanjut.
  • 7. B. TANTANGAN UTAMA DALAM PERUBAHAN PERILAKU UNTUK PENCEGAHAN STUNTING
  • 8. 1. POLA KONSUMSI Tantangan pola konsumsi untuk pencegahan stunting meliputi perilaku konsumsi kurang gizi makro, kurang protein hewani, kurang sayur dan buah, kurang gizi mikro, praktek IMD, ASI Eksklusif 6 bulan, dan MPASI PERILAKU KONSUMSI KURANG GIZI MAKRO Hidangan sehari-hari penduduk Indonesia terbesar dari konsumsi serealia (257,7 gram/orang/hari), diikuti kelompok ikan (78,4 gram/orang/hari), kelompok sayur dan olahan (57,1 gram/orang/hari), kacang dan olahan (56,7 gram/orang/hari), daging dan olahan (42,8 gram/orang/hari) dan kelompok umbi (27,1 gram/orang/hari). Kelompok bahan makanan lainnya dikonsumsi lebih sedikit, termasuk susu bubuk dan susu cair. Pola makan adalah kebiasaan makan seseorang atau sekelompok orang untuk memilih makanan yang dikonsumsinya yang dipengaruhi oleh instrinsik - fisiologis, psikologis, dan ekstrinsik – lingkungan alam (kebiasaan makan pada umumna, pangan lokal), budaya, agama, dan dan lingkungan sosial.
  • 9. Tantangan pola konsumsi untuk pencegahan stunting meliputi perilaku konsumsi kurang gizi makro, kurang protein hewani, kurang sayur dan buah, kurang gizi mikro, praktek IMD, ASI Eksklusif 6 bulan, dan MPASI PERILAKU KONSUMSI KURANG PROTEIN HEWANI Rerata konsumsi jeroan & olahan, ikan dan olahan, telur dan olahan, susu bubuk dan olahan, susu cair, minyak dan olahan serta gula dan konfeksionari penduduk Indonesia adalah sebesar 2,1 gram, 78,4 gram, 19,7 gram, 4,9 gram , 3,6 gram, 37,4 gram dan 15,7 gram per orang per hari. Dari konsumsi kelompok bahan makanan sumber protein hewani, terlihat yang banyak dikonsumsi penduduk adalah ikan dan olahan diikuti telur dan olahan, sedangkan konsumsi susu bubuk dan olahan, susu cair serta jeroan dan olahan termasuk yang rendah (Sumber: SKMI 2014).
  • 10. Tantangan pola konsumsi untuk pencegahan stunting meliputi perilaku konsumsi kurang gizi makro, kurang protein hewani, kurang sayur dan buah, kurang gizi mikro, praktek IMD, ASI Eksklusif 6 bulan, dan MPASI PERILAKU KONSUMSI KURANG SAYUR & BUAH Secara nasional rata-rata total konsumsi sayuran dan buah penduduk sekitar 108,8 gram. Menurut kelompok umur terlihat rata-rata konsumsi terkecil pada kelompok umur 0-59 bulan, diikuti dengan anak sekolah dan remaja. Dibandingkan dengan anjuran WHO maupun PGS 2014, rata-rata total konsumsi sayuran dan buah baik nasional, per kelompok umur maupun menurut provinsi masih lebih rendah dari 400 gram/orang/hari. Berdasarkan proporsi penduduk yang mengonsumi total sayuran dan buah kurang dari 400 gram/orang/hari masih besar yaitu sekitar 97 persen, proporsinya hampir sama pada semua kelompok umur.
  • 11. Tantangan pola konsumsi untuk pencegahan stunting meliputi perilaku konsumsi kurang gizi makro, kurang protein hewani, kurang sayur dan buah, kurang gizi mikro, praktek IMD, ASI Eksklusif 6 bulan, dan MPASI PRAKTEK IMD, ASI EKSKLUSIF 6 BULAN DAN MPASI ASI sebagai sumber zat gizi terlengkap dan terbaik bagi bayi, dg kolostrum yang sangat dbutuhkan bayi untuk melawan infeksi, sementara sistem imun tubuhnya masih berkembang, ternyata dari data RISKESDAS 2013 Dalam Angka, belum diupayakan kesuksesan pemberiannya kepada bayi. Persentase proses mulai menyusu pada anak umur 0-23 bulan menurut provinsi mulai dari menyusu kurang dari satu jam setelah bayi lahir (Inisiasi Menyusu Dini) adalah 34,5 persen, dengan persentase tertinggi di Nusa Tenggara Barat (52,9%) dan terendah di Papua Barat (21,7%) Pemberian prelakteal kepada bayi baru lahir: susu formula (79,8%), susu non formula (1,6%), madu/madu+air (14,3%), air gula (4,15), air tajin (1,6%), air kelapa (0,9%), kopi (0,9%), teh manis (1,2%), air putih (13,2%), bubur tepung/bubur saring (2,7%), pisang dihaluskan (4,1%), nasi dihaluskan (2,3%). Persentase bayi baru lahir yang diberikan susu formula seiring dengan semakin tingginya tingkat pendidikan dan kuintil indeks kepemilikan teratas (tertinggi 90,6% dan 89,5%).
  • 12. 2. POLA ASUH Tantangan pola asuh untuk pencegahan stunting meliputi perilaku pengasuhan kesehatan, tumbuh kembang dan afeksi Kunjungan ANC yang terjadwal sejak awal kehamilan dan selama kehamilan sangatlah penting untuk memantau kondisi kesehatan dan tumbuh kembangnya, sehingga dapat mendukung pertumbuhan janin yang optimal. (Kuhnt J dan Vollmer S 2017) PERILAKU PENGASUHAN KESE - HATAN ANC kandungan. sehingga dapat mencegah dimulai terjadinya stunting dalam (Nohora F Ramirez dkk 2012, Schmidt dkk 2002)
  • 13. Tantangan pola asuh untuk pencegahan stunting meliputi perilaku pengasuhan kesehatan, tumbuh kembang dan afeksi PERILAKU PENGASUHAN KESE - HATAN NEONATAL Pemantuan kondisi dan kesehatan Bayi baru lahir atau Kunjungan Neonatal (KN) yang dilakukan pada saat bayi berumur 6-48 jam (KN1), 3-7 hari (KN2), dan 8-28 hari (KN3) sangatlah penting (Lawn JE dkk 2005) Riskesdas 2013: cakupan kunjungan neonatal lengkap masih sangat rendah: 39,3%, tertinggi di Yogyakarta (58,3%) dan terendah di Papua Barat (6,8%). Alasan tidak melakukan pemeriksaan neonatal (kelompok umur 0-5 bulan): bayi tidak sakit (78,9%), bayi tidak boleh dibawa pergi (8,2%), tempat pelayanan jauh 11,2%), tidak punya biaya 4,7%).
  • 14. Tantangan pola asuh untuk pencegahan stunting meliputi perilaku pengasuhan kesehatan, tumbuh kembang dan afeksi PERILAKU PENGASUHAN KESEHATAN - ANAK BALITA Imunisasi adalah upaya yang dilakukan agar anak baduta sehat tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit infeksi (Olofin dkk 2013), agar proses tumbuh kembangnya tidak terganggu. Secara nasional cakupan imunisasi dasar pada anak baduta Lengkap: 59,2%; Tidak lengkap: 32,1%; Tidak imunisasi: 8,7% (Riskesdas 2013). Keluarga tidak mengijinkan (27,2% / 25,1%) Takut anak menjadi panas (28,2% / 29,7%) Anak sering sakit (7,5% / 5,7%) Tidak tahu tempat imunisasi (5,0% / 8,7%) Tempat imunisasi jauh (21,5% / 22%) Sibuk/repot (18,7% / 14,2%)
  • 15. Tantangan pola asuh untuk pencegahan stunting meliputi perilaku pengasuhan kesehatan, tumbuh kembang dan afeksi PERILAKU PENGASUHAN TUMBUH KEMBANG DAN AFEKSI Tumbuh kembang anak balita TDK dapat dipenuhi hanya oleh kecukupan gizi & pengasuhan kesehatannya saja. Tiap tahap pertumbuhan anak membutuhkan stimulasi pengasuhnya khususnya balita dari kasih sayang/afeksi ibunya, serta lingkungannya. Tanpa afeksi & stimulasi ibu & lingkungannya semua upaya pemberian gizi dan pengasuhan kesehatan yang diberikan tidak akan cukup berdampak bagi tumbuh kembangnya. Lebih dari 30% sama sekali tidak pernah ditimbang anak balita
  • 16. 3. HIGIENIS PRIBADI - CTPS • CTPS atau Cuci Tangan Pakai Sabun merupakan perilaku efektif mencegah diare pada bayi/balita. • Fakta CTPS: Lima waktu penting cuci tangan pakai sabun: 1.sebelum makan 2.sesudah buang air besar 3.sebelum memegang bayi 4.sesudah membersihkan buang air besar (BAB) 5.sebelum menyiapkan makanan Riset Curtis & Cairncross (2003), CTPS di waktu-waktu penting dapat mengurangi risiko anak terkena diare sebesar 42 -44% atau bila diterjemahkan lebih lanjut, CTPS dapat mencegah 1 juta kematian anak balita per tahunnya.
  • 17. 4. SOSIAL BUDAYA Kehamilan diyakini oleh banyak orang dari berbagai budaya sebagai suatu kondisi khusus yang penuh bahaya. Bahaya bagi ibu hamil dan janinnya dan dianggap dapat terjadi dalam berbagai situasi, baik dari alam nyata maupun gaib (Swasono 1998:7). Untuk melindungi ibu dan janinnya berbagai masyaakat di dunia diharuskan mematuhi larangan-larangan tertentu yang harus dipatuhi oleh ibu hamil dan ibu masa nifas. Pantang makanan adalah bahan makanan atau masakan yang tidak boleh dimakan oleh para individu dalam masyarakat karena alasan yang bersifat budaya. (Marsetya & Kartasapoetra, 2002:11) Adat makanan ditemui di banyak masyarakat di dunia, termasuk di Indonesia, misalnya dikalangan wanita Sunda (Penelitian Anggorodi dan Sukandi 1998), perempuan di Kepulauan Sangihe dan Talaud (Ulaen 1998), perempuan di Badaneira, Kabupaten Maluku Tengah (Penelitian Swasono dan Soselisa 1998), dan perempuan di Rawa Bogo, Bekasi (Penelitian Soerachman, Sulistiawati, dan Purwanto 2016). Makanan atau sumber gizi yang dipantang oleh ibu hamil dan ibu nifas diantaranya: ikan dan telor, cumi dll
  • 18. 5. EKONOMI KELUARGA Pekerjaan Orang Tua Menentukan pendapatan keluarga Berdampak pada kesehatan keluarga Data Susenas 2016: Penduduk dengan pengeluaran > Rp. 500.000/bulan memiliki konsumsi energi melebihi dr yang dianjurkan (> 2000 kkal/kap/hari) Penduduk dengan pengeluaran Rp. 150.000 - Rp. 499.000/bulan memiliki konsumsi energi dibawah yang dianjurkan ( 1799 – 1374 kkal/kap/hari) Penelitian Vonny dkk (2013) Di daerah nelayan di Jayapura menunjukan balita yang mempunyai orang tua dengan tingkat pendapatan kurang memiliki resiko 4x lebih besar menderita status gizi kurang dibanding dengan anak balita yang memiliki orang tua dengan tingkat pendapatan cukup
  • 19. 6. PELAYANAN NAKES: BIDAN Hampir 90 persen ibu hamil memilih bidan untuk memeriksakan kehamilannya (Riskesdas 2013) Diharapkan dapat mengedukasi ibu hamil untuk mempraktikkan pola asuh dan pola konsumsi yang baik dan benar Bidan merupakan salah satu sasaran dalam upaya perubahan perilaku
  • 20. C. HIGIENIS LINGKUNGAN RUMAH TANGGA - Data dari WHO 2012 infeksi diare mengancam kehidupan 1,87 juta anak balita setiap tahun di seluruh dunia. - Untuk Indonesia, WHO memperkirakan setiap tahun sekitar 31.200 balita meninggal karena diare.Artinya, lebih dari 31.000 anak di Indonesia tidak dapat merayakan ulang tahun yang ke-5. - Dengan demikian, adalah mandatori untuk memasukkan faktor kontekstual kedalam program perubahan perilaku untuk pencegahan stunting: air bersih, jernih, tidak berasa, tidak berbau; jamban leher angsa, berpintu, berdinding kuat, dan beratap; dengan tangki septik tidak bocor, dikuras terjadwal, jarak minimal 10 meter dari sumber air; rumah sehat, cukup ventilasi dan cahaya alami, ada tempat penyimpanan makanan yang tertutup; ada sistem drainase rumah tangga sehingga air limbah rumah tangga tidak mengalir ke permukaaan tanah.
  • 21. Hasil Studi IUWASH, (2016) terhadap yang melibatkan 3.458 rumah tangga kelompok miskin di 15 kabupaten kota di Indonesia 77% memiliki jamban 65% jamban memiliki tangki septik 12% jamban tidak memiliki tangki septik/ dibuang ke tempat terbuka 52% tangki septik cubluk/ tidak aman (tidak sedot lumpur tinja) 13% tangki septik aman 12 % di sedot swasta (pembuangan tidak jelas) 1 % di sedot layanan penyedotan tinja pemerintah (IPLT) FAKTA SANITASI
  • 22. OBJECTIVE Warga Desa berperilaku Stunting” Lokus “Sadar Perilaku Sadar Stunting menjadi norma keluarga Warga Lokus Desa bebas Intergenerasi Stunting “ BERKONTRIBUSI DALAM PENURUNAN STUNTING PADA ANAK ” TUJUAN INTERVENSI KOMUNIKASI
  • 23. KELOMPOK SASARAN PERUBAHAN PERILAKU KELOMPOK KUNCI (primer)  REMAJA PUTRI/CALON IBU  IBU HAMIL, NIFAS, IBU DENGAN ANAK BADUTA, BALITA  RUMAH TANGGA KELOMPOK PENDUKUNG  SUAMI, KELUARGA, REMAJA PUTRA/PEMUDA  MASYARAKAT DESA DI MANA KELOMPOK KUNCI BERADA  TOMA, TOGA, GURU, KOMUNITAS PEDULI KESEHATAN DAN LINGKUNGAN, DI DESA  PENYEDIA DEPOT AIR, PENYEDIA JASA SEDOT LUMPUR TINJA TENAGA KESEHATAN  Bidan KELOMPOK TERSIER  Pengambilan kebijakan (Bupati) dll
  • 24. 10 KUNCI SUKSES “ANAKKU SEHAT BANGSAKU KUAT” 1. Calon ibu merencanakan kapan keluarga, mengkonsumsi pangan bergizi seimbang dan aman, lingkar lengan atas tidak kurang dari 23,5 cm. 2. Calon ibu secara rutin minum tablet besi dan asam folat tanpa absen, mempersiapkan “SUKSES ASI” dengan mengikuti kelas ibu hamil. 3. Pemeriksaan kehamilan dan konseling di fasilitas kesehatan dilakukan sesuai jadwal. 4. Ibu melahirkan di fasilitas kesehatan dan langsung melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) berkualitas. 5. Ibu memberikan ASI Eksklusif enam bulan penuh, dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada saat bayi tepat berusia enam bulan dengan menu makanan bervariasi. 6. Melakukan pemeriksaan kesehatan bayi, Ukur, Timbang, memberikan imunisasi dan vitamin sesuai jadwal. 7. Ibu rajin bercerita dan bercanda dengan bayi sejak baru lahir sampai remaja. 8. Mengkonsumsi air minum yang sehat, aman, dan bebas dari cemaran. 9. Menggunakan jamban dan tangki septik yang aman sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan pengurasan tangki septik terjadwal. 10.Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) dengan air yang mengalir di lima waktu penting (sebelum menyiapkan makanan, sebelum makan, sebelum memegang bayi, sesudah BAB, sesudah memegang binatang).
  • 25.