2. NEMATODA USUS 2
Soil Transmited Helmint
Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat memahami tentang
nematoda usus (Soil Transmited Helmint)
Indikator
Mahasiswa di harapkan dapat :
1. Menjelaskan tentang habitat, distribusi,
morfologi, siklus hidup, patogenesis,
dan pencegahan penyakit akibat
(Strobgyloides stercoralis, Oxyuris
vermicularis,Trichuris trichiura, Trichinela
4. Strobgyloides stercoralis
a. Morfologi dan daur hidup
Larva Rabditiform
Panjangnya ± 225 mikron, ruang mulut:
terbuka, pendek dan lebar.
Esophagus dengan 2 bulbus, ekor runcing.
Larva Filariform
Bentuk infektif, panjangnya ± 700 mikron,
langsing, tanpa sarung, ruang mulut tertutup,
esophagus menempati setengah panjang
badan, bagian ekor berujung tumpul berlekuk
5. cacing dewasa betina :
panjangnya ± 1 mm, esophagus
pendek dengan 2 bulbus, uterus
berisi telur dengan ekor runcing.
Cacing dewasa jantan :
panjangnya ± 1 mm, esophagus
pendek dengan 2 bulbus, ekor
melingkar dengan spikulum
6.
7. Daur Hidup
Mempunyai 3 macam siklus hidup:
1. Siklus langsung
2-3 hari di tanah → larva rabditiform → larva filariform →
menembus kulit manusia → peredaran darah vena → jantung
kanan → paru-paru → parasit mulai menjadi dewasa →
menembus alveolus → masuk trakhea dan laring → terjadi
refleks batuk & parasit tertelan → sampai di usus halus →
dewasa.
2. Siklus tidak langsung
Larva rabditiform di tanah → cacing jantan & betina bentuk
bebas → terjadi pembuahan → telur menetas menjadi larva
rabditiform → larva filariform → masuk dalam hospes baru.
3. Autoinfeksi
Larva rabditiform → larva filariform di usus/ daerah perianal →
menembus mukosa usus/ perianal → menyebabkan
strongiloidiasis menahun.
9. b. Patologi dan gejala klinis
patologi
Bila larva filariform menembus kulit, timbul
rasa gatal yang hebat. Cacing dewasa
menyebabkan kelainan pada mukosa usus
muda.
Gejala klinis
Infeksi ringan tidak menimbulkan gejala
Infeksi sedang menyebabkan rasa sakit seperti
tertusuk-tusuk di daerah epigastrium tengah dan
tidak menjalar, disertai mual, muntah, diare dan
konstipasi.
10. c. Pencegahan dan pengobatan
Pencegahan :
Sanitasi pembuangan tinja
Melindungi kulit dari tanah yang
terkontaminasi
Penerangan kepada masyarakat
mengenai cara penularan, dan cara
pembuatan serta pemakaian jamban.
Pengobatan :
Tiabendazol, dosis 25 mg per kg berat
badan, 1 atau 2 kali sehari selama 2 atau 3
hari.
Albendazol 400 mg, 1 atau 2 kali sehari
11. Oxyuris vermicularis
a. Morfologi dan Daur Hidup
Cacing jantan :
Berukuran 2-5 mm
Sayap dan ekor melingkar seperti tanda tanya
Cacing betina :
Berukuran 8-13 mm x 0,4 mm
Ujung anterior ada pelebaran kutikulum seperti
sayap
Bulbus esofagus jelas, ekor panjang dan
runcing
Uterus cacing yang gravid melebar dan penuh
telur.
13. Telur cacing
oxyuris berbentuk
lonjong dan lebih
datar pd 1 sisi
(asimetrik).
Dinding telur
bening dan agak
lbh tebal
Telur cacing
oxyuris mjd
matang setelah 6
jam dikeluarkan
dan bersifat
resisten thd
desinfektan dan
udara dingin
15. b. Patologi dan gejala klinis
Patologi
karena cacing bermigrasi ke daerah anus
maka dan menyebabkan pruritus ani, maka
penderita menggaruk daerah sekitar anus
sehingga timbul luka garuk.
Gejala klinis
Gejala klinis yang menonjol di sebabkan
iritasi di sekitar anus, perineum dan vagina
oleh cacing betina gravid yang bermigrasi
ke daerah anus dan vagina sehingga
menyebabkan pruritus lokal.
Gejala infeksi : kurang nafsu makan, berat
badan turun, cept marah, aktivitas
meninggi, gigi menggeretak, insomnia dan
16. c. Diagnosis
Dilakukan dengan ditemukannya telur atau
larva cacing pd pemeriksaan mikroskopik
secara 3 hari berturut-turut.
Pengambilan sampel dapat dilakukan dg
cara anal swab
Pengambilan sampel ini dilakukan waktu
pagi hari sebelum anak BAB maupun
cebok.
17. d. Habitat, distribusi, pencegahan dan
pengobatan.
Habitat : cacing dewasa biasanya di
rongga sekum, usus besar dan di usus
halus yang berdekatan dengan rongga
sekum.
Distribusi : di temukan di daerah dingin, hal
ini mungkin di sebabkan pada umumnya
orang di daerah dingin jarang mandi dan
ganti baju dalam.
18. Pencegahan
seluruh anggota keluarga sebaiknya di beri
pengobatan bila di temukan salah
seoragng anggota mengandung Oxyuris
vermicularis
Pengobatan
piperazin
Pirantel pamoat
Mebendazol
19. e. Epidemiologi
Penularan dari tangan ke mulut sesudah
menggaruk daerah perianal atau tangan
dapat menyebarkan telur kepada orang
lain maupun kepada diri sendiri karena
memegang benda-benda maupun yang
terkontaminasi.
Telur cacing dapat di isolasi dari debu di
ruangan.
Retrofeksi melalui anus
20. Trichuris trichiura
Morfologi Cacing Dewasa
1. Bentuk menyerupai cambuk, 3/5
anterior tubuh halus seperti benang
dan pada ujung
terdapat kepala. bagian ini akan
menancapkan dirinya pada mukosa
usus, 2/5 bagian posterior lebih tebal
berisi usus dan seperngkat alat
kelamin.
2. Cacing jantan panjangnya 30-45 mm,
bagian posteriornya melengkung
kedepan membentuk satu lingkarang
penuh
3. Cacing betina panjangnya 30-50 mm,
21. Morfologi Trichuris trichiura
Morfologi Telur
1. Berbentuk seperti tempayan pada
kedua kutubnya terdapat overculum
yang jernih dan menonjol
2. Telur dilapisi 2 buah dinding, sebelah
dalam jernih dan sebelah luar
kecoklatan.
3. Telur akan terapung dalam larutan
garam jenuh
4. Jumlah telur yang dihasilkan oleh
cacing betina antara 3000-10000
25. Siklus Hidup Trichuris
trichiura
Sikluh hidup trichuris trichiura dimulai dari telur infektif
tertelan oleh manusia kemudian larva akan menetas di
usus halus dan menetap sampai dewasa dalam waktu 3-
10 hari di usus halus tersebut. setelah cacing menjadi
dewasa, cacing akan turun ke darah coecum dan
menempel serta mengambil sari-sari makanan dengan
menancapkan bagian anterior yang seperti cambuk pada
mukosa usus. masa pertumbuhan mulai dari tertelan
sampai menjadi cacing dewasa menghasilkan telur
diperlukan waktu sekitar 30-90 hari.
jumlah telur yang dihasilkan oleh cacing betinanya sekitar
3000-10000 butir telur per hari. telur akan terbawa oleh
feses dalam keadaan belum matang keluar tubuh hospes.
pematangan sel telur berada di luar tubuh hospes, yaitu di
lingkungan tanah yang sesuai sekitar 3-4 minggu barulah
telur berisi embrio/larva pertama yang infektif. infeksi ini
terjadi secara langsung tidak memerlukan hospes
parantara.
26. Patologi dan gejala klinik
Habitat cacing dewasa adalah sekum, namun jika
infeksi yang terjadi berat bisa juga di temukan di kolon
atau rektum. Infeksi biasanya ringan tanpa gejala
namun jika tidak di obati bisa menjadi infeksi berat.
penderita dengan infeksi menahun yang berat dapat
menunjukan gejala seperti berikut :
- Anemia berat karena banyak darah yang di hisap oleh
cacing
- Diare sering dengan feses yang bercampur dengan
darah
- Sakit perut, mual dan muntah
- Berat badan menurun
- Terjadi prolapsus rectum akibat mengejan yang
sering
27. Diagnosis
Diagnosis trichuriasis diu buat dengan menemukan telur
di dalam tinja
Epidemiologi
Prevalensi trichuriasis cukup tinggi, beberapa daerah di
indonesia menunjukan prosentase yang cukup tinggi yakni
antara 30-90%. infeksi cacing trichuris trichiura sering di
sertai dengan infeksi cacing ascaris lumbricoides. pemakaian
tinja sebagai pupuk atau penggunaan jamban yang belum
infektif merupakan sumber infeksi yang penting.
kebersihan dalam mengolah makanan
28. Pencegahan
Cara pencegahan penyakit trichuriasis tidak
beda jauh dengan pencegahan penyakit
ascariasis caranya seperti berikut :
1. Individu
Mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan
Mencuci sayuran yang di makan mentah
Memasak sayuran di dalam air mendidih
2. lingkungan
Menggunakan jamban ketika buang air
besar
Tidak menyiram jalanan dengan air got
Dalam mebeli makanan, kita harus
memastikan bahwa penjual makanan
memperhatikan aspek kebersihan dalam
mengolah makanan
29. Trichinella spiralis
a. Morfologi dan daur hidup
cacing jantan
Panjang 1,4 - 1,6 milimeter diameter 0,04
mm-
Bagian anterior lebih ramping dan berisi
stichosome oesophagus.
Ujung posterior lebih tumpul dan mempunyai
2 conical papillae.
Cacing jantan jarang dapat ditemukan karena
biasanya mati sesudah kopulasi
30. cacing betina :
Betina :
Panjang 3-4 milimeter, diameter 0,06 milimeter
Bagian anterior lebih ramping dibanding
posterior.
Vulva terletak 1/5 bagian anterior tubuh.
Betina yang gravid nampak mengandung larva
dalam uterusnya.
Cacing betina berumur lebih panjang daripada
yang jantan (5-7 minggu)
31. Larva :
Panjang kurang lebih 100 mikron, tinggal melingkar di dalam
kista dalam otot bergaris.-
Arah kista biasanya sejajar dengan serat longitudinal otot, dan
terutama pada otot-otot yangaktivitasnya tinggi (kadar glycogen
rendah) seperti: otot diagfragma, m. deltoideus,
m.gastrocnemius, m. pectoralis major, m. intercostalis dsb.
Kista terbentuk dari hasil reaksi jaringan host terhadap parasit.
Di dalam kista larva tumbuh terus dan mengadakan
deferensiasi sexual. Pada manusia larvadalam kista dapat
bertahan sampai beberapa bulan/tahun, dan ukurannya dapat
menjadi 10 Xsemula ( kurang lebih 1 mm). Dalam satu kista
umumnya berisi satu larva-
Otot yang mengandung kista berisi larva hidup ini infektif untuk
host lain yang memakannya.
Satu siklus hidup dapat terjadi dalam tubuh satu host, jadi satu
host dapat menjadi definitif hostdan intermediate host sekaligus.
Sedangkan untuk melanjutkan dan melengkapi siklushidupnya
membutuhkan paling sedikit dua host
32.
33. b. Patologi dan gejala klinis
Perubahan patologis dan gejala klinis dapat
dibagi dalam tiga tahap/fase
1. Tahap /fase invasi (fase incubasi) :
Berlangsung selama 5-7 hari
Excystasi larva yang tertelan kemudian keluar
dari kistanya menyebabkan iritasi dankeradangan
pada dinding mucosa duodenum dan jejunum di
tempat larva yang baru mengalamiexistasi tadi
menembus dinding usus. Gejala yang timbul
adalah nausea, formiting colic,dysentry dan
keringat dingin jadi mirip dengan gejala keracunan
makanan
34. 2. Tahap/fase larviposition dan migrasi larva :
Adanya larva yang lahir, migrasi dan infiltrasi larva
ke dalam otot menimbulkan gejala- gejalanyeri
otot, menunjukkan adanya keradangan otot.
Sering didapatkan kesukaran bernafas,
mengunyah, menelan dan berbicara dan paralysa
spastik dari otot.
Ini terjadi kurang lebih setelah hari ketujuh sampai
kesepuluh, sampai terjadinya kista.
Gejala2 lain yang dapat timbul seperti :
* Suhu badan yang meningkat dan remitten.
* Timbulnya rash pada kulit dan urticaria.
* Nyeri otot dan pembengkakan kelenjar parotis,
mirip gejala parotitis.
* Oedema palpebra.
Pada pemeriksaan darah menujukkan adanya
leucositosis dengan hiper eosinophilia.
35. 3. Tahap/fase Encystasi :
Fase kritis dari penyakit bisa menunjukkan
oedema toxic . Padakasus yang jelas mula-
mula menunjukkan gejala pulsasi nadi yang
cepat dan kuat lalu mendadak turun dan
penderita nampak cyanosis.
Dengan terbentuknya kista, larva dapat
bertahan hidup sampai bertahun-tahun. Bila
terjadipenyembuhan akan terjadi pengapuran
dalam lapisan otot atau di tempat
terbentuknya kista.
Kista yang terbentuk di otak dapat
menimbulkan gejala-gejala neurologis.
Walaupun demikianpada beberapa kasus tak
dijumpai gejala-gejala seperti di atas
36. c. Diagnosa
Anamnese yang menunjang diagnosa
biasanya adalah adanya riwayat memakan
daging babi yang tak dimasak dengan baik.
Gejala klinis berupa nyeri otot, bengkak otot
serta skin rash juga dapat mengarahkan
diagnosa.
Diagnosa pasti dapat ditegakkan dengan
menemukan larva pada biopsi atau autopsi
otot, atau pada pemeriksaan faeces; dan
ditemukannya cacing dewasa atau larva
(sangat jarang terjadi).
Beberapa pemeriksaan pembantu, yang dapat
menunjang diagnosa adalah :
* pemeriksaan darah :hypereosinophilia (15-
50% atau lebih)
* pemeriksaan serologis/khas, tapi sulit.
* pemeriksaan radiologis, mungkin didapatkan
37. d. Habitat, distribusi, pencegahan dan
pengobatan
Habitat :
Cacing dewasa hidup parasitik pada
mukosa usus halus (duodenum/jejunum)
atau menembuskripta-kripta usus dari
definitif hostnya (babi, tikus, manusia).
Larva yang dikeluarkan cacing betina
setelah kopulasi, dapat ditemukan
berada dalam otot bergaris dan
membentuk kista.
Distribusi : kosmopolitan
38. Pengobatan :
Sampai sekarang obat yang dikenal paling efektif
adalah Thiabendazole.
Corticosteroid dan analgetika bisa juga diberikan
untuk meringankan gejala.
e. Epidemiologi
Infeksi pada babi terjadi karena babi makan
tikus yang mengandung larva infektif.
Sebaliknya infeksi pada tikus infeksi karena
makan sisa daging babi.
Infeksi T.spiralis pada manusia tergantung
pada lenyappnya penyakit pada babi.