Faktor yang Berhubungan dengan Kasus Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Mongolato
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan adalah hal mutlak yang harus diperhatikan untuk kemajuan suatu
bangsa selain pendidikan dan ekonomi. Derajat kesehatan masyarakat sangat ditentukan
oleh berbagai faktor yang saling mendukung satu sama lain mulai dari lingkungan,
perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan hingga genetika yang ada di masyarakat.
Lingkungan adalah salah satu faktor yang memengaruhi derajat kesehatan
tersebut. Peranan lingkungan dalam menyebabkan timbulnya penyakit dapat bermacam-
macam. Salah satunya adalah sebagai reservoir bibit penyakit. Reservoir adalah tempat
hidup yang paling sesuai bagi bibit penyakit. Timbul atau tidaknya penyakit pada
manusia tergantung dari sifat-sifat yang dimiliki oleh bibit penyakit atau penjamu (
Hiswani, 2003).
Berkaitan dengan lingkungan, salah satu penyakit menular berbasis lingkungan
yang masih, menjadi masalah kesehatan dan merupakan penyebab kesakitan dan
kematian anak-anak di Indonesia adalah diare. Diare hingga kini masih menjadi salah satu
penyebab utama kesakitan dan kematian. Epidemiologi penyakit diare dapat ditemukan
pada seluruh daerah geografis dunia dan kasus diare dapat terjadi pada semua kelompok
umur, tetapi penyakit berat dengan kematian yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan
anak balita. Di negara berkembang anak-anak menderita diare lebih dari 12 kali dalam
setahun, dan menjadi penyebab kematian dengan Case Fatality Rate 15% sampai dengan
34% dari semua kematian, kebanyakan terjadi pada anak-anak (Aman, 2004).
Penyakit diare sering kali dikaitkan dengan status atan lingkungankeseh. Diare
juga identik dengan jamban. Data dan studi epidemiologi memang kuat menghubungkan
2. fakta tersebut. Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan di negara
berkembang, terutama di Indonesia baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit diare
bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan diikuti
korban yang tidak sedikit. Untuk mengatasi penyakit diare dalam masyarakat baik tata
laksana kasus maupun untuk pencegahannya sudah cukup dikuasai. Akan tetapi
permasalahan tentang penyakit diare masih merupakan masalah yang relatif besar
(Suraatmaja, 2010).
Angka kesakitan diare sekitar 200-400 kejadian di antara 1000 penduduk setiap
tahunnya. Dengan demikian di Indonesia dapat ditemukan sekitar 60 juta kejadian setiap
tahunnya, sebagian besar (70-80%) dari penderita ini adalah Anak di bawah Lima Tahun
(BALITA). Sebagian dari penderita (1- 2%) akan jatuh ke dalam dehidrasi dan kalau
tidak segera ditolong 50- 60% di antaranya dapat meninggal. Kelompok ini setiap
tahunnya mengalami kejadian lebih dari satu kejadian diare.
Pengertian Diare, adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi
defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi
cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir. Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit
secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar
dengan bentuk tinja yang encer atau cair.
Menurut WHO (2006) diare adalah keluarnya tinja yang lunak atau cair dengan
frekuensi 3x atau lebih perhari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja, atau bila
ibu merasakan adanya perubahan konsistensi dan frekuensi buang air besar pada anaknya.
Jadi diare adalah keluarnya tinja yang lunak atau cair pada balita umur 6 bulan sampai 5
tahun dengan frekuensi lebih dari biasanya atau lebih dari 3 kali dalam sehari dengan atau
tanpa darah atau lendir dalam tinja.
3. MenurutWHO(2003), di Negara Berkembang diperkirakan 2 juta kematian pada
tahun 2003 akibat penyakit diare. Kejadian diare tidak kurang dari satu milyare pisode
tiap tahun di seluruh dunia, 25-35 juta diantaranya terjadi di Indonesia
(Wibowo,dkk,2004).
Penyakit ini merupakan salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia, angka
kesakitan penyakit Diare dari tahun ketahun cenderung meningkat. Hasil survey
kesehatan rumah tangga tahun 2005 menunjukkan bahwa diare menempatikisaran urutan
kedua dan ketiga sebagai penyebab kematian bayi diIndonesia. Survei terakhir yang
dilakukan di 10 provinsi di dapatkan data bahwa insiden diare sebesar 127,8%, dengan
kejadian diare pada tiap balita sekitar 1,3 sampai 2,7 episode tiap tahun
(Segeren,dkk,2005). Penduduk Indonesia setiap tahun terdapat 112.000 kasus diare yang
mengalami kematian pada semua golongan umur (DepkesRI,2000).
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT) tahun 2004, menunjukkan angka
kematian akibat diare adalah 23 per 100 ribu penduduk dan pada balita adalah 75 per 100
ribu balita (Depkes RI, 2005).
Menurut Depkes RI (2009), insiden diare berkisar antara 400 kasus per 100
penduduk, di mana 60-70% di antaranya anak-anak di bawah umur 5 tahun. Setiap anak
mengalami diare rata-rata 1 sampai 2 kali setahun dan secara keseluruhan, rata-rata
mengalami 3 kali episode diare per tahun ( Bela dkk, 2009).
Pada tahun 2007, terjadi KLB di 16 provinsi dan 44 daerah tingkat dua di
Indonesia , dan salah satunya adalah Provinsi Sumatera Utara. Jumlah penderitanya
sebesar 10.980 dan 77 penderita meninggal dunia akibat penyakit tersebut (Depkes RI,
2007).
Di Kota Gorontalo Tahun 2011 angka kejadian diare pada balita sebanyak 2560
anak, 8 diantaranya meninggal dunia. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian
4. deskriptif dengan menggunakan desain penelitian pendekatan studi kasus yaitu tentang
pengobatan diare akut tanpa komplikasi pada anak balita di RSUD Otanaha Kota
Gorontalo tahun 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2011 terdapat 48
anak balita penderita diare akut tanpa komplikasi yang berobat di RSUD Otanaha Kota
Gorontalo. Dari 48 anak balita tersebut, 2 anak (4,17%) mendapatkan pengobatan dengan
kategori rasional, sedangkan sisanya 46 anak (95,83%) mendapat pengobatan dengan
kategori tidak rasional.
Berdasarkan latar belakang, peneliti tertarik melakukan penelitian Di Puskesmas
Mongolato sebagai tempat penelitian, Puskesmas ini merupakan salah satu puskesmas
yang ada di Kabupaten Gorontalo. Adapun jumlah penderita yang berada di puskesmas
Anggrek yaitu sebanyak 28 Balita.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “ faktor- faktor yang berhubungan dengan Kasus Kejadian Diare pada Balita di
Wilayah kerja Puskesmas Mongolato
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian diare
pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Mongolato
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian Diare pada balita.
b. Untuk mengetahui hubungan pemberian MP-ASI dengan kejadian Diare pada
balita.
5. c. Untuk mengetahui hubungan kebiasaan mencuci tangan memakai sabun dengan
kejadian diare pada balita.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Ilmiah
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan
bagi mahasiswa mengenai Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu antara Asupan
Makanan dengan Kasus Kejadian Diare pada Balita.
2. Manfaat Praktis
Membuka wacana berfikir peneliti untuk mengetahui dan mengungkapkan apa
yang menjadi latar belakang dari terjadinya Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu
antara Asupan Makanan dengan Kasus Kejadian Diare pada Balita.
3. Manfaat Institusi
Menambah kepustakaan mengenai Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu antara
Asupan Makanan dengan Kasus Kejadian Diare pada Balita.