SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
Helmintologi
Helminthologi medik merupakan suatu bidang ilmu tentang cacing yang berperan sebagai parasit.
Jika ditinjau dari klasifikasi hewan, helmint termasuk salah satu golongan invertebrata yaitu hewan
yang tak bertulang belakang.
Berdasarkan bentuknya helmint dibagi menjadi tiga filum yaitu :
1. Nemathelminthes (cacing yang memiliki bentuk bulat silindris), nematoda merupakan salah satu
kelas dari filum nemathelminthes yang berperan sebagai parasit terhadap manusia, meliputi :
Nematoda Usus :
1. Ascaris lumbricoides
2. Toxocara canis dan Toxocara cati
3. Necator americanus dan Ancylostoma duodenale
4. Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum
5. Trichuris trichiura
6. Strongyloides stercoralis
7. Enterobius vermicularis / Oxyuris vermicularis
8. Trichinella spiralis

Nematoda jaringan yang termasuk filaria limfatik :
1. Wuchereria bancrofti
2. Brugia malayi
3. Brugia timori
Yang termasuk filaria non limfatik:
1. Loa-loa
2. Onchocerca volvulus
2. Platyhelminthes (cacing yang memiliki bentuk pipih), meliputi 2 kelas yang bersifat parasit, yaitu :
Pada kelas Trematoda, yang termasuk Trematoda Hati:
1. Clonorchis sinensis
2. Opistorchis felineus
3. Opistorchis viverini
4. Fasciola hepatica
Yang termasuk Trematoda Paru :
1. Parogonimus westremani
Yang termasuk Trematoda Usus :
1. Keluarga Fasciolidae
2. Keluarga Echinostomatidae
3. Keluarga Heterophydae
Yang termasuk Termatoda Darah :
1. Schistosoma haematobium
2. Schistosoma japonicum
3. Schistosoma mansoni

Berikut adalah termasuk kelas Cestoda :
1. Diphyllobothrium latum
2. Hymenolepis nana
3. Echinococus granulosus
4. E. Multiculoris
5. Taenia saginata
6. Taenia solium
3. Annelida (cacing berbentuk bulat silindris dan bersegmen), tidak menyebabkan penyakit, hidup
bebas di dalam tanah biasanya sangat berperan dalam membantu menyuburkan tanah.
Secara umum Helmint memiliki ciri sebagai berikut :
a. berbentuk bulat silindris, pipih seperti pita atau pipih seperti daun
b. bersifat simetris bilateral
c. sudah memiliki system organ yang terpisah walaupun masih sederhana, kecuali system pernafasan
d. alat kelamin sudah terpisah namun sebagian masih ada yang bersifat hermafrodit
e. bagian luar tubuh dilindungi oleh lapisan kutikula yang merupakan turunan dari epidermis.
1. NEMATHELMINTHES
Nemathelminthes adalah dalam bahasa yunani, nema = benang, helminthes = cacing) disebut
sebagai cacing gilig karan tubuhnya berbentuk bulat panjang atau seperti benang.Berbeda dengan
Platyhelminthes yang belum memiliki rongga tubuh, Nemathelminthes sudah memiliki rongga tubuh
meskipun bukan rongga tubuh sejati.Oleh karena memiliki rongga tubuh semu, Nemathelminthes
disebut sebagai hewan Pseudoselomata.
A. Ciri tubuh
Ciri tubuh Nemathelminthes meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh.
B. Ukuran dan bentuk tubuh
Ukuran tubuh Nemathelminthes umunya mikroskopis, meskipun ada yang panjang nya sampai 1
meter.Individu betina berukuran lebih besar daripada individu jantan.Tubuh berbentuk bulat
panjang atau seperti benang dengan ujung-ujung yang meruncing.
C. Struktur dan fungsi tubuh
Permukaan tubuh Nemathelminthes dilapisi kutikula untuk melindungi diri.Kutikula ini lebih kuat
pada cacing parasit yang hidup di inang daripada yang hidup bebas.Kutikula berfungsi untuk
melindungi dari dari enzim pencernaan inang.
Nemathelminthes memiliki sistem percenaan yang lengkap terdiri dari mulut, faring, usus, dan
anus.Mulut terdapat pada ujung anterior, sedangkan anus terdapat pada ujung posterior.Beberapa
Nemathelminthes memiliki kait pada mulutnya.
Nemathelminthes tidak memiliki pembuluh darah. Makanan diedarkan keseluruh tubuh melalui
cairan pada pseudoselom.
Nemathelminthes tidak memiliki sistem respirasi, pernapasan dilakukan secara difusi melalui
permukaan tubuh.Organ reproduksi jantan dan betina terpisah dalam individu berbeda.
D. Cara hidup dan habitat
Nemathelminthes hidup bebas atau parasit pada manusia, hewan, dan tumbuhan.Nemathelminthes
yang hidup bebas berperan sebagai pengurai sampah organik, sedangkan yang parasit memperoleh
makanan berupa sari makanan dan darah dari tubuh inangnya.Habitat cacing ini berada di tanah
becek dan di dasar perairan tawar atau laut.Nemathelminthes parasit hidup dalam inangnya.
E. Reproduksi
Nemathelminthes umumnya melakukan reproduksi secara seksual.Sistem reproduksi bersifat
gonokoris, yaitu organ kelamin jantan dan betina terpisah pada individu yang berbeda.Fertilisasi
terjadi secara internal.Telur hasil fertilisasi dapat membentuk kista dan kista dapat bertahan hidup
pada lingkungan yang tidak menguntungkan.
Pokok bahasan
1. Ciri-ciri Nemathelminthes
2. Ciri tubuh Nemathelminthes
3. Cara Hidup dan Habitat Nemathelminthes
4. Reproduksi Nemathelminthes
5. Klasifikasi Nemathelminthes

Ciri-Ciri Nemathelminthes
1. Merupakan hewan multiseluler avertebrata
2. Hidup parasit di dalam tubuh makhluk hidup lain, dan ada juga yang hidup bebas
3. Merupakan hewan Triploblasik Pseudoselomata
4. Tubuhnya simetri Bilateral
5. Tubuh dilapisi kutikula yang berfungsi untuk melindung diri
6. Memiliki sistem pencernaan
7. Tidak memiliki pembuluh darah dan sistem respirasi
8. Organ reproduksi jantan dan betina terpisah dalam individu yang berbeda
9. Reprduksi secara seksual
10. Telurnya dapat membentuk kista.
Ciri tubuh
Nemathelminthes pada umumnya memiliki ukuran tubuh yang mikroskopis, namun ada juga yang
mencapai panjang 1 meter. Individu betina memiliki ukuran lebih besar daripada individu jantannya.
Permukaan tubuh Nemathelminthes dilapisi oleh Kutikula. Kutikula itu sendiri berfungsi sebagai
pelindung Nemathelminthes dalam menghadapi enzim-enzim pencernaan di dalam tubuh inangnya.
Nemathelminthes sudah memiliki alat pencernaan yang lengkap mulai dari mulut, faring, usus, dan
anus. Mulut nemathelminthes berada di bagian depan (anterior), sedangkan anus berada di ujung
belakang (posterior).
Nemathelminthes tidak memiliki sistem peredaran darah jadi sari sari makanan diedarkan melalui
cairan pada pseudoselom. Nemathelminthes tidak memiliki sistem respirasi. Jadi dia bernafas secara
difusi melalui permukaan tubuh. Organ reproduksi jantan dan betina terpisah dalam individu yang
berbeda.
struktur tubuh Nemathelminthes betina
Cara Hidup dan Habitat Nemathelminthes
Nemathelminthes hidup bebas ataupun parasit. Nemathelminthes yang hidup bebas berperan dalam
penguraian sampah organik. Sedangkan yang hidup secara parasit, dia mengambil makanan dari sari
makanan atau darah inangnya.
Nemathelminthes yang hidup bebas terdapat di tanah becek di dasar perairan tawar atau laut.
Sedangkan Nemathelminthes yang hidup parasit hidup di dalam tubuh makhluk hidup. Hampir
seluruh hewan merupakan habitan bagi si Nemathelminthes.
Reproduksi Nemathelminthes
Nemathelminthes melakukan reproduksi secara seksual yang bersifat gonokoris. Gonokoris yaitu
organ kelamin jantan dan betina terpisah di individu yang berbeda. Proses pembuahan (fertilisasi)
terjadi secara internal. Fertilisasi dapat menghasilkan lebih dari seratus ribu telur per hari. Telur
dapat membentuk kista. Kista ini dapat bertahan hidup di tempat yang tidak menguntungkan.
2. PLATYHELMINTHES
Platyhelminthes (dalam bahasa yunani, platy = pipih, helminthes = cacing) atau cacing pipih adalah
kelompok hewan yang struktur tubuhnya sedah lebih maju dibandingkan porifera dan
Coelenterata.Tubuh Platyhelminthes memiliki tiga lapisan sel (triploblastik), yaitu ekstoderm,
mesoderm, dan endoderm.
A. Ciri tubuh
Ciri tubuh Platyhelminthes meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh.
B. Ukuran dan bentuk tubuh
Platyhelminthes memiliki ukuran tubuh beragam, dari yang berukuran hampir microskopis hingga
yang panjangnya 20 cm.Tubuh Platyhelminthes simetris bilateral dengan bentuk pipih.Diantara
hewan simetris bilateral, Platyhelminthes memiliki tubuh yang paling sederhana.
C. Struktur dan fungsi tubuh
Platyhelminthes tidak memiliki rongga tubuh (selom) sehingga disebut hewan aselomata.Sistem
pencernaan terdiri dari mulut, faring, dan usus (tanpa anus).Usus bercabang-cabang ke seluruh
tubuhnya.Platyhelminthes tidak memiliki sistem peredaran darah (sirkulasi).Platyhelminthes juga
tidak memiliki sistem respirasi dan eksresi.Pernapasan dilakukan secara difusi oleh seluruh sel
tubuhnya.Proses ini terjadi karena tubuhnya yang pipih.Sistem eksresi pada kelompok
Platyhelminthes tertentu berfungsi untuk menjaga kadar air dalam tubuh.
Kelompok Platyhelminthes tertentu memiliki sistem saraf tangga tali.Sistem saraf tangga taki terdiri
dari sepasang simpul saraf (ganglia) dengan sepasang tali saraf yang memanjang dan bercabangcabang melintang seperti tangga.Organ reproduksi jantan (testis) dan organ betina
(Ovarium).Platyhelminthes terdapat dalam satu individu sehingga disebut hewan hemafrodit.Alat
reproduksi terdapat pada bagian ventral tubuh.
D. Cara hidup dan habitat
Platyhelminthes ada yang hidup bebas maupun parasit.Platyhelminthes yang hidup bebas memakan
hewan-hewan dan tumbuhan kecil atau zat organik lainnya seperti sisa organisme.Platyhelminthes
parasit hidup pada jaringan atau cairan tubuh inangnya.Habitat Platyhelminthes yang hidup bebas
adalah di air tawar, laut, dan tempat-tempat yang lembap.Platyhelminthes yang parasit hidup di
dalam tubuh inangnya (endoparasit) pada siput air, sapi, babi, atau manusia.
E. Reproduksi
Reproduksi Platyhelminthes dilakukan secara seksual dan aseksual.Pada reproduksi seksual akan
menghasilkan gamet.Fertilisasi ovum oleh sperma terjadi di dalam tubuh (internal).Fertilisasi dapat
dilakukan sendiri ataupun dengan pasangan lain.Reproduksi aseksual tidak dilakukan oleh semua
Platyhelminthes.Kelompok Platyhelminthes tertentu dapat melakukan reproduksi aseksual dengan
cara membelah diri (fragmentasi), kemudian regenerasi potongan tubuh tersebut menjadi individu
baru.
3.ANNELIDA
Annelida adalah filum luas yang terdiri dari cacing bersegmen, dengan sekitar 15.000 spesies
modern, antara lain cacing tanah dan lintah. Filum ini ditemukan di sebagian besar lingkungan basah,
seperti air tawar dan di laut. Panjang anggotanya mulai dari di bawah satu milimeter sampai tiga
meter. Filum ini dikelompokkan menjadi tiga kelas yaitu Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudenia.

Struktur tubuh Annelida
TERBAGI MENJADI 3 KELAS (berdasarkan keadaan rambut di permukaan tubuh), yaitu :
POLYCHAETA Habitatnya di lautan, tubuhnya terdiri dari banyak rambut (poly = banyak, chaeta =
rambut/bulu).Contoh cacing tersebut adalah : Nereis viren, Eunice viridis (cacing wawo) dan Lysidice
oele (cacing palolo). Dua jenis terakhir sering dikonsumsi oleh orang-orang di Kepulauan maluku.

OLIGOCHAETA Habitatnya di tanah, memiliki sedikit rambut (oligo = sedikit, chaeta = rambut/bulu).
Contoh cacing tersebut adalah : Lumbricus terestris dan Pheretima sp. (keduanya disebut cacing
tanah).Mempunyai organ KIitellum yang berisi semua kelenjar, termasuk kelenjar
kelamin.Pernafasan dilakukan oleh pemukaan tubuhnya.Makanan diedarkan ke seluruh tubuh
dengan sistem peredaran darah.
Moniligaster houtenii (endemik di Sumatera). Contoh lain
HIRUDINAE Tidak memiliki rambut (chaeta) tetapi menghasilkan zat antikoagulasi (anti pembekuan
darah) yang dinarnakan
Hirudin.
Contoh cacing tersebut adalah:
Hirudo medicinalis (lintah)
Hirudin dari lintah sering digunakan dokter-dokter dahulu untuk mengeluarkan darah dan nanah dari
bisul.
Hirudinaria javanica (lintah kuning)
Haemadipsa zeylanica /pacet)
2. Annelida (dalam bahasa latin, annulus = cincin) atau cacing gelang adalah kelompok cacing dengan
tubuh bersegmen.
Berbeda dengan Platyhelminthes dan Nemathelminthes, Annelida merupakan hewan tripoblastik
yang sudah memiliki rongga tubuh sejati (hewan selomata).Namun Annelida merupakan hewan yang
struktur tubuhnya paling sederhana.
A. Ciri tubuh
Ciri tubuh annelida meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh.
B. Ukuran dan bentuk tubuh
Annelida memiliki panjang tubuh sekitar 1 mm hingga 3 m.Contoh annelida yang panjangnya 3 m
adalah cacing tanah Australia.Bentuk tubuhnya simetris bilateral dan bersegmen menyerupai cincin.
C. Struktur dan fungsi tubuh
Annelida memiliki segmen di bagian luar dan dalam tubuhnya.Antara satu segmen dengan segmen
lainya terdapat sekat yang disebut septa.Pembuluh darah, sistem ekskresi, dan sistem saraf di antara
satu segmen dengan segmen lainnya saling berhubungan menembus septa.Rongga tubuh Annelida
berisi cairan yang berperan dalam pergerakkan annelida dan sekaligus melibatkan kontraksi
otot.Ototnya terdiri dari otot melingkar (sirkuler) dan otot memanjang (longitudinal).
Sistem pencernaan annelida sudah lengkap, terdiri dari mulut, faring, esofagus (kerongkongan),
usus, dan anus.Cacing ini sudah memiliki pembuluh darah sehingga memiliki sistem peredaran darah
tertutup.Darahnya mengandung hemoglobin, sehingga berwarna merah.Pembuluh darah yang
melingkari esofagus berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh.
Sistem saraf annelida adalah sistem saraf tangga tali.Ganglia otak terletak di depan faring pada
anterior.Ekskresi dilakukan oleh organ ekskresi yang terdiri dari nefridia, nefrostom, dan
nefrotor.Nefridia ( tunggal – nefridium ) merupaka organ ekskresi yang terdiri dari
saluran.Nefrostom merupakan corong bersilia dalam tubuh.Nefrotor merupaka npori permukaan
tubuh tempat kotoran keluar.Terdapat sepasang organ ekskresi tiap segmen tubuhnya.
D. Cara hidup dan habitat
Sebagian besar annelida hidup dengan bebas dan ada sebagian yang parasit dengan menempel pada
vertebrata, termasuk manusia.Habitat annelida umumnya berada di dasar laut dan perairan tawar,
dan juga ada yang segaian hidup di tanah atau tempat-tempat lembap.Annelida hidup diberbagai
tempat dengan membuat liang sendiri.
E. Reproduksi
Annelida umumnya bereproduksi secara seksual dengan pembantukan gamet.Namun ada juga yang
bereproduksi secara fregmentasi, yang kemudian beregenerasi.Organ seksual annelida ada yang
menjadi satu dengan individu (hermafrodit) dan ada yang terpisah pada individu lain (gonokoris).
F. Klasifikasi
Annelida dibagi menjadi tiga kelas, yaitu Polychaeta (cacing berambut banyak), Oligochaeta (cacing
berambut sedikit), dan Hirudinea.
Polychaeta
polychaeta
Polychaeta (dalam bahasa yunani, poly = banyak, chaetae = rambut kaku) merupakan annelida
berambut banyak.Tubuh Polychaeta dibedakan menjadi daerah kepala (prostomium) dengan mata,
antena, dan sensor palpus.Polychaeta memiliki sepasang struktur seperti dayung yang disebut
parapodia (tunggal = parapodium) pada setiap segmen tubuhnya.Fungsi parapodia adalah sebagai
alat gerak dan mengandung pembuluh darah halus sehingga dapat berfungsi juga seperti insang
untuk bernapas.Setiap parapodium memiliki rambut kaku yang disebut seta yang tersusun dari kitin.
Contoh Polychaeta yang sesil adalah cacing kipas (Sabellastarte indica) yang berwarna
cerah.Sedangkan yang bergerak bebas adalah Nereis virens, Marphysa sanguinea, Eunice
viridis(cacing palolo), dan Lysidice oele(cacing wawo).
Oligochaeta
cacing-tanah
Oligochaeta (dalam bahasa yunani, oligo = sedikit, chaetae = rambut kaku) yang merupakan annelida
berambut sedikit.Oligochaeta tidak memiliki parapodia, namun memiliki seta pada tubuhnya yang
bersegmen.Contoh Oligochaeta yang paling terkenal adalah cacing tanah.Jenis cacing tanah antara
lain adalah cacing tanah Amerika (Lumbricus terrestris), cacing tanah Asia (Pheretima), cacing merah
(Tubifex), dan cacing tanah raksasa Australia (Digaster longmani).Cacing ini memakan oarganisme
hidup yang ada di dalam tanah dengan cara menggali tanah.Kemampuannya yang dapat menggali
bermanfaat dalam menggemburkan tanah.Manfaat lain dari cacing ini adalah digunakan untuk
bahan kosmetik, obat, dan campuran makan berprotein tinggi bagi hewan ternak.
Hirudinea
Hirudinea merupakan kelas annelida yang jenisnya sedikit.Hewan ini tidak memiliki arapodium
maupun seta pada segmen tubuhnya.Panjang Hirudinea bervariasi dari 1 – 30 cm.Tubuhnya pipih
dengan ujung anterior dan posterior yang meruncing.
Pada anterior dan posterior terdapat alat pengisap yang digunakan untuk menempel dan
bergerak.Sebagian besar Hirudinea adalah hewan ektoparasit pada permukaan tubuh
inangnya.Inangnya adalah vertebrata dan termasuk manusia.Hirudinea parasit hidup denga
mengisap darah inangnya, sedangkan Hirudinea bebas hidup dengan memangsa invertebrata kecil
seperti siput.Contoh Hirudinea parasit adalah Haemadipsa (pacet) dan hirudo (lintah).
Saat merobek atau membuat lubang, lintah mengeluarkan zat anestetik (penghilang sakit), sehingga
korbannya tidak akan menyadari adanya gigitan.Setelah ada lubang, lintah akan mengeluarkan zat
anti pembekuan darah yaitu hirudin.Dengan zat tersebut lintah dapat mengisap darah sebanyak
mungkin.

CACING dan PENYAKIT KARENA CACING
A. Nematoda
Nematoda (cacing bulat) mempunyai bebtuk bulat panjang dan tidak bersegmen. Mempunyai jenis
kelamin jantan dan betina. Cacing jantan lebih kecil daripada yang betina dan melengkung kearah
ventral. Ukurannya bervariasi dari beberapa milimeter (misalnya trychinella spiralis) sampai 35 (tiga
puluh lima)cm (misalnya ascaris lumbricoides) bahkan ada yang mendekati 1meter (misalnya
dracunculus medinensis ). Bentuk telurnya bermacam-macam bergantung jenis cacingnya
a. Nematoda intestinal
Siklus hidup nematoda intestinal dapat di bagi dalam tiga golongan yaitu: tipe langsung, modifikasi
dari tipe langsung, dan penetrasi kulit.
1. Tipe langsung
Dalam hal ini cacing dewasa langsung tumbuh dari telur cacing begitu sampai di dalam tractus
intestinalis. Misalnya, trychuris trichiura dan enterobius vermicularis.
2. Modifikasi dari tipe langsung
Telur cacing yang berembrio yang masuk kedalam intestinum menetas menjadi larva. Larva ini
menembus dinding intestinum, masuk kedalam aliran darah. Di dalam paru-Paru larva akan keluar
dari sistem kapiler, naik ke trachea, kemudian masuk ke oesophagus, tertelan ke lambung terus ke
intestinum dan menjadi cacing dewasa, misalnya ascaris lumbrecoides.
3. Tipe penetrasi kulit
Telur yang berasal dari feces penderita, pada tanah yang basah akan menetas menjadi bentuk
rhabditia yang setelah beberapa waktu tumbuh menjadi bentuk filaria. Bentuk filaria ini dapat
menembus kulit yang utuh, kemudian masuk kedalam aliran darah sampai kapiler paru-paru.
Kemudian, keluar dari kapiler paru-paru naik ke trachea, pindah ke oesophagus tertelan untuk
akhirnya sampai di intestinum untuk menjadi dewasa. Misalnya ancylostoma duodenale.
1.1 Nematoda Usus
I. Ascaris lumbricoides (cacing perut)
ascaris2
Cacing ini hidup di dalam usus halus manusia sehingga sering kali disebut cacing perut.Ascaris
lumbricoides merupakan hewan dioseus, yaitu hewan dengan jenis kelamin berbeda, bukan
hemafrodit.Ascaris lumbricoides hanya berkembang biak secara seksual.Ascaris lumbricoides jantan
memiliki sepasang alat berbentuk kait yang menyembul dari anus disebut spikula.Spikula berfungsi
untuk membuka pori kelamin cacing bretina dan memindahkan sperma saat kawin.
Infeksi cacing ini menyebabkan penyakit askariasis atau cacingan, umumnya pada anak-anak.Infeksi
ini terjadi pada saat mengkonsumsi makanan tau minuman yang tercemar telur ascaris.
II. Ancylostoma duodenale (cacing tambang)
Cacing ini dinamakan cacing tambang karena ditemukan di pertambangan daerah tropis.Cacing
tambang dapat hidup sebagai parasit dengan menyerap darah dan cairan tubuh pada usus halus
manusia.Cacing ini memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dari cacing perut.Cacing tambang
Ancylostoma memiliki ujung anterior melengkung membentuk kapsul mulut dengan 1 -4 pasang kait
kitin atau gigi pada sisi ventralnya.Kait kitin berfungsi untuk menempel pada usus inangnnya.Pada
ujung posterior cacing tambang jantan terdapat bursa kopulasi.Alat ini digunakan untuk menangkap
dan memegang cacing betina saat kawin.Cacing betina memiliki vulva (organ kelamin luar) yang
terdapat didekat bagian tengah tubuhnya.
III. Toxocara Canis Toxocara Cati
Daur Hidup (Siklus Hidup)
Siklus hidup Toxocara canis dan Toxocara cati pada anjing atau kucing serupa dengan siklus
askariasis pada manusia.
Siklus hidup Toxocara cati
Sebagian besar cacing gelang mempunyai siklus hidup yang mirip. Kebanyakan telur cacing menetas
dalam waktu dua minggu. Obat cacing membasmi cacing dengan cara merusak sistem syaraf cacing.
Obat cacing tidak bisa membasmi telur cacing karena telur tidak mempunyai sistem syaraf. Oleh
karena itu pemberian obat cacing harus diulang 2 minggu kemudian agar cacing yang berasal dari
telur yang baru menetas dapat segera dibasmi dengan tuntas.
Cacing Toxocara canis, hidup di tanah, lumpur, pasir dan tempat-tempat kotor. Varian lain
diantaranya: Toxocara cati, Toxocara vitulorum, Toxocara pteropodis, Toxocara malayasiensis dll.
Cacing ini daur hidupnya terutama melalui anjing, kucing dan dilaporkan bisa melalui herbivora.
Hospes
Hospes atau inang dari cacing Toxocara adalah anjing (T. canis) dan kucing (T. cati). Pada manusia,
cacing ini dapat hidup sebagai parasit dan disebut parasit pengembara, menyebabkan penyakit yang
disebut visceral larva migrans (pengembaraan larva di jaringan tubuh). Penyakit ini bersifat
kosmopolit, ditemukan juga di Indonesia.
Untuk anjing dan kucing terinfeksi melalui migrasi transplacenta dan migrasi trans mammaria. Telur
cacing dapat ditemukan pada kotoran pada saat anak anjing dan anak kucing sudah berusia 3
minggu. Infeksi pada anjing betina bisa berakhir dengan sendirinya atau tetap (dormant) pada saat
anjing menjadi dewasa. Pada saat anjing bunting larva T. canis menjadi aktif dan menginfeksi fetus
melalui placenta dan menginfeksi anak mereka yang baru lahir melalui susu mereka.
Pada kucing, kucing jantan dan kucing betina sama-sama rentan terhadap infeksi, tidak ada
perbedaan nyata; namun kucing dewasa lebih rentan daripada kucing yang lebih muda.
Nama Penyakit
Toksokariasis (Visceral Larva Migrans) adalah suatu infeksi yang terjadi akibat penyerbuan larva
cacing gelang ke organ tubuh manusia. Toksokariosis bisa disebabkan oleh Toxocara canis ataupun
Toxocara cati.
Telur parasit berkembang di dalam tanah yang terkontaminasi oleh kotoran anjing dan kucing yang
terinfeksi . Telur bisa ditularkan secara langsung ke dalam mulut jika anak-anak bermain di atas
tanah tersebut.
Setelah tertelan, telur menetas di dalam usus. Larva menembus dinding usus dan menyebar melalui
pembuluh darah. Hampir setiap jaringan tubuh bisa terkena , terutama otak, mata, hati, paru-paru,
dan jantung. Larva bertahan hidup selama beebrapa bulan, menyebabkan kerusakan dengan cara
berpindah ke dalam jaringan dan menimbulkan peradangan di sekitarnya.
Enterobius (Oxyuris) vermicularis (cacing kremi)
Penyakit : Enterobiasis / oksiuriasis
Hospes : Manusia
Morfologi :
a. cacing betina berukuran 8-13 mm x 0,4mm, pada ujung anterior ada penebalan kutikulum seperti
sayap (alae)
b. cacing jantan 2-5 mm mempunyai sayap dekornya melingkar, bentuknya seperti tanda tanya (?)
SIKLUS HIDUP
Cacing dewasa hidup di sekum, usus besar dan di usus halus yang berdekatan dengan sekum.
Mereka memakan isi usus penderitanya.Perkawinan (atau persetubuhan) cacing jantan dan betina
kemungkinan terjadi di sekum. Cacing jantan mati setelah kawin dan cacing betina mati setelah
bertelur. Cacing betina yang mengandung 11.000-15.000 butir telur akan bermigrasi ke daerah
sekitar anal (perianal) untuk bertelur. Migrasi ini berlangsung 15 – 40 hari setelah infeksi. Telur akan
matang dalam waktu sekitar 6 jam setelah dikeluarkan, pada suhu tubuh. Dalam keadaan lembab
telur dapat hidup sampai 13 hari.

Patologi dan gejala klinis
a. Iritasi di sekitar anus, perienum dan vagina oleh cacing betina gravid yang bermigrasi ke daerah
anus dan vagina sehingga menyebabkan pruritus local
b. kurang nafsu makan, berat badan turun, aktivitas meninggi, enuresis, cepat marah, gigi
menggeretak, insomnia, dan mastrubasi,tetapi kadang sulit untuk membuktikan sebab cacing kremi.
Pengobatan
Obat piperazin dosis tunggal 3-4 gram(dewasa) atau 25mg/kg berat badan (anak-anak) diminum
dengan segelas air pada pagi hari sehingga obat sampai di sekum dan kolon.
pirantel pamoat dosis 10 mg/ kg berat badan
mebendazol dosis tunggal 100 mg
albendazol dosis tunggal 400 mg
Pencegahan dengan kebersihan lingkungan dan selalu cuci tangan sebelum makan
Pencegahan
1. Mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar
2. Memotong kuku dan menjaga kebersihan kuku
3. Mencuci seprei minimal 2 kali/minggu
4. Mencuci jamban setiap hari
5. Menghindari penggarukan daerah anus karena bisa mencemari jari-jari tangan dan setiap benda
yang dipegang/disentuhnya
6. Menjauhkan tangan dan jari tangan dari hidung dan mulut
Infeksi dan penularan
1. Penularan dari tangan ke mulut (hand to mouth), setelah anak – anak menggaruk daerah sekitar
anus oleh karena rasa gatal, kemudian mereka memasukkan tangan atau jari – jarinya ke dalam
mulut. Kerap juga terjadi, sesudah menggaruk daerah perianal mereka menyebarkan telur kepada
orang lain maupun kepada diri sendiri karena memegang benda-benda maupun pakaian yang
terkontaminasi.
2. Debu merupakan sumber infeksi oleh karena mudah diterbangkan oleh angin sehingga telur yang
ada di debu dapat tertelan.
3. Anjing dan kucing bukan mengandung cacing kremi tetapi dapat menjadi sumber infeksi oleh
karena telur dapat menempel pada bulunya.
dewasa —> kolon/sekum.
Hospes Definitif : manusia
Hospes Perantara : tanah
Nama Penyakit :
Trikhuriasis, trikhosefaliasis

PATOLOGI DAN GEJALA KLINIS
Cacing cambuk pada manusia terutama hidup di sekum dan dapat juga ditemukan di kolon asendes.
Seseorang akan terinfeksi trikuriasis apabila menelan telur cacing cambuk yang telah matang
Telur parasit ini ditemukan pada pemeriksaan tinja mikroskopis berbentuk seperti tong.
Gejala yang ditimbulkan penyakit trikuriasis adalah :
a. nyeri di ulu hati
b. Diare yang sering diselingi dengan sindrom disentri
c. peradangan usus buntu (apendisitis)
d. Rektum menonjol melewati anus (prolapsus rektum) akibat mengejannya penderita pada waktu
defekasi
e. Berat badan turun akibat kehilangan nafsu makan
f. Anemia karena cacing cambuk menghisap darah hospesnya
PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN
PENCEGAHAN
1. Individu
a. Mencuci tangan sebelum & sesudah makan
b. Mencuci sayuran yang dimakan mentah
c. Memasak sayuran di air mendidih
2. Lingkungan
a. Menggunakan jamban ketika buang air besar;
b. Tidak menyiram jalanan dengan air got;
c. Tidak jajan di sembarang tempat.
Dalam membeli makanan, kita harus memastikan bahwa penjual makanan memperhatikan aspek
kebersihan dalam mengolah makanan

B. Hospes dan Nama Penyakit
Manusia merupakan hospes utama cacing ini. Parasit ini dapat menyebabkan penyakit
strongilodiasis. Terdapat 3 tipe:
a. Tipe ringan, tidak memberikan gejala
b. Tipe sedang, menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan.
c. Tipe berat, mengalami gangguan hampir di seluruh tubuh sehingga dapat menyebabkan kematian.
C. Morfologi
Cacing dewasa betina yang hidup bebas panjangnya ± 1 mm, esophagus pendek dengan 2 bulbus,
uterus berisi telur dengan ekor runcing.Cacing dewasa jantan yang hidup bebas panjangnya ± 1 mm,
esophagus pendek dengan 2 bulbus, ekor melingkar dengan spikulum
D. Daur Hidup
Cara berkembang biak secara parthenogenesis Mempunyai 3 macam siklus hidup :
1. Siklus langsung
2. Siklus tidak langsung
3. Autoinfeksi
1. Siklus langsung
2-3 hari di tanah → larva rabditiform → larva filariform → menembus kulit manusia → peredaran
darah vena → jantung kanan → paru-paru → parasit mulai menjadi dewasa → menembus alveolus
→ masuk trakhea dan laring → terjadi refleks batuk & parasit tertelan → sampai di usus halus →
dewasa.
2. Siklus tidak langsung
Larva rabditiform di tanah → cacing jantan & betina bentuk bebas → terjadi pembuahan → telur
menetas menjadi larva rabditiform → larva filariform → masuk dalam hospes baru.
3. Autoinfeksi
Larva rabditiform → larva filariform di usus/ daerah perianal → menembus mukosa usus/ perianal →
menyebabkan strongiloidiasis menahun.
E. Patologi dan Gejala Klinis
Bila larva filariform menembus kulit, timbul creeping eruption disertai rasa gatal yang hebat.
Cacing dewasa menyebabkan kelainan pada mukosa usus muda.
Infeksi ringan tidak menimbulkan gejala Infeksi sedang menyebabkan rasa sakit seperti tertusuktusuk di daerah epigastrium tengah dan tidak menjalar, disertai mual, muntah, diare dan konstipasi.
Pada strongiloidiasis ada kemungkinan terjadi autoinfeksi dan hiperinfeksi.
Pada hiperinfeksi cacing ditemukan di seluruh traktus digestivus, larvanya ditemukan di berbagai alat
dalam (paru, hati, kandung empedu). Dapat menimbulkan kematian.
F. Pencegahan
a. Sanitasi pembuangan tinja
b. Melindungi kulit dari tanah yang terkontaminasi, misal dengan memakai alas kaki
c. Penerangan kepada masyarakat mengenai cara penularan, dan cara pembuatan serta pemakaian
jamban.

Nama Penyakit : Ancylostomiasis
Hospes definitif : kucing dan anjing
Ancylostoma caninum dan Ancylostoma braziliense yang umumnya terdapat pada usus halus anjing,
rubah, srigala, anjing hutan dan karnivora liar lainnya diseluruh dunia.. Ancylostoma ceylanicum
terdapat pada usus halus anjing, kucing, dan karnivora lain bahkan pada manusia.
Patologi dan Gejala Klinis
1) Cacing dewasa melekat pada mukosa usus dan dengan giginya memakan cairan jaringan, biasanya
darah. Cacing ini akan menghasilkan antikoagulan, sehingga luka tetap berdarah beberapa saat
setelah cacing berpindah tempat.
2) Hewan muda akan kehilangan darah dalam jumlah besar, atau mengalami anemia karena
defisiensi Fe. Hewan akan diare, feses bercampur darah, kadang disertai muntah. Gejala klinis yang
lain antara lain anemia, oedema, lemah, kurus, pertumbuhan terhambat, bulu kering dan kusam.
3) Pada manusia, larva tidak menjadi dewasa dan menyebabkan kelainan kulit yang disebut creeping
eruption.
Pengobatan Creeping eruption:
b. Semprotan kloretil
c. Albendazole, dosis tunggal 400 mg selama 3 hari berturut-turut cukup efektif. Pada anak dibawah
umur 2 thn albendazole diberikan dalam bentuk salep 2 %.
Pencegahan dan Pengobatan
Pengobatan pada kucing perlu mempertimbangkan jenis obat cacing yang digunakan dan umur atau
berat minimum si kucing. Beberapa obat seperti diklorofen atau toluen hanya boleh diberikan pada
kucing setidaknya dengan berat badan 1kg dan ivermektin setidaknya pada umur kucing 6 minggu
diberikan selama 3 hari. Pyrantel pamoat dapat diberikan setelah umur 2 minggu sekali saja. adapula
obat yang tidak boleh diberikan pada kucing, seperti golongan Milbemycin.
1.2 Nematoda jaringan ( filaria limfatik )
A. Nematoda yang infestasinya di jaringan tubuh
Filariasis adalah suatu infeksi sistemik yang disebabkan oleh cacing filaria yang cacing dewasanya
hidup dalam saluran limfe dan kelenjar limfe manusia dan ditularkan oleh serangga secara biologik.
Penyakit ini bersifat menahun ( kronis ) dan bila tidak mendapatkan pengobatan akan menimbulkan
cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan, dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki.
Filariasis disebabkan oleh tiga spesies cacing filaria, yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan
Brugia timori.
D. Hospes
Manusia yang mengandung parasit dapat menjadi sumber infeksi bagi orang lain yang rentan (
suseptibel ). Pada umumnya laki-laki lebih dominan terinfeksi, karena memiliki lebih banyak
kesempatan untuk mendapat infeksi ( exposure ).
Hospes reservoir
Malayi yang dapat hidup pada hewan merupakan sumber infeksi untuk manusia. Hewan yang sering
ditemukan mengandung infeksi adalah kucing dan kera terutama jenis Presbytis.
Vektor
Banyak spesies nyamuk yang ditemukan sebagai vektor filariasis, tergantung pada jenis cacing
filarianya. W.bancrofti yang terdapat di daerah perkotaan ( urban ) ditularkan oleh
Cx.quinquefasciatus, menggunakan air kotor dan tercemar sebagai tempat perindukannya.
W.bancrofti yang di daerah pedesaan ( rural ) dapat ditularkan oleh bermacam spesies nyamuk. Di
Irian Jaya, W.bancrofti terutama ditularkan oleh An.farauti yang menggunakan bekas jejak kaki
binatang untuk tempat perindukannya. Di daerah pantai di NTT, W.bancrofti ditularkan oleh
An.subpictus. B.malayi yang hidup pada manusia dan hewan ditularkan oleh berbagai spesies
Mansonia seperti Mn.uniformis, Mn.bonneae, dan Mn.dives yang berkembang biak di daerah rawa
di Sumatera, Kalimantan, dan Maluku. Di daerah Sulawesi, B.malayi ditularkan oleh An.barbirostris
yang menggunakan sawah sebagai tempat perindukannya. B.timori ditularkan oleh An.barbirostris
yang berkembang biak di daerah sawah, baik di dekat pantai maupun di daerah pedalaman. B.timori
hanya ditemukan di daerah NTT dan Timor Timur.
E. Patologi
Perubahan patologi yang utama terjadi akibat kerusakan inflamatorik pada sistem limfatik yang
disebabkan oleh cacing dewasa, bukan mikrofilaria. Cacing dewasa ini hidup dalam saluran limfatik
aferen atau sinus – sinus limfe sehingga menyebabkan dilatasi limfe. Dilatasi ini mengakibatkan
penebalan pembuluh darah di sekitarnya. Akibat kerusakan pembuluh darah, terjadi infiltrasi sel
plasma, eosinofil, dan makrofag di dalam dan sekitar pembuluh darah yang terinfeksi dan bersama
dengan proliferasi endotel serta jaringan ikat, menyebabkan saluran limfatik berkelok – kelok serta
katup limfatik menjadi rusak. Limfedema dan perubahan statis yang kronik terjadi pada kulit
diatasnya.
F. Cara Penularan
Seseorang dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah apabila orang tersebut digigit nyamuk
yang infektif yaitu nyamuk yang mengandung larva stadium III ( L3 ). Nyamuk tersebut mendapat
cacing filarial kecil ( mikrofilaria ) sewaktu menghisap darah penderita mengandung microfilaria atau
binatang reservoir yang mengandung microfilaria. Siklus Penularan penyakit kaiki gajah ini melalui
dua tahap, yaitu perkembangan dalam tubuh nyamuk ( vector ) dan tahap kedua perkembangan
dalam tubuh manusia (hospes) dan reservoair.
Gejala klinis Filariais Akut adalah berupa ; Demam berulang-ulang selama 3 - 5 hari, Demam dapat
hilang bila istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat ; pembengkakan kelenjar getah bening
(tanpa ada luka) didaerah lipatan paha, ketiap (lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan
sakit ; radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal
kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde lymphangitis) ; filarial abses akibat seringnya
menderita pembengkakan kelenjar getah bening, dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah
; pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa
panas (early lymphodema). Gejal klinis yang kronis ; berupa pembesaran yang menetap
(elephantiasis) pada tungkai, lengan, buah dada, buah zakar (elephantiasis skroti).
H. DIAGNOSIS
1.Diagnosis Parasitologi
a) Deteksi parasit : menemukan mikrofilaria di dalam darah, cairan hidrokel atau cairan kiluria pada
pemeriksaan sediaan darah tebal, teknik konsentrasi Knott, membran filtrasi dan tes provokatif DEC.
b) Diferensiasi spesies dan stadium filaria : menggunakan pelacak DNA yang spesies spesifik dan
antibodi monoklonal.
2. Radiodiagnosis
a) Pemeriksaan dengan ultrasonografi ( USG ) pada skrotum dan kelenjar getah bening ingunial.
b) Pemeriksaan limfosintigrafi dengan menggunakan dekstran atau albumin yang ditandai dengan
adanya zat radioaktif.
3. Diagnosis imunologi
Dengan teknik ELISA dan immunochromatographic test ( ICT ), menggunakan
antibodi monoklonal yang spesifik.2
I. Terapi dan Pencegahan
Obat utama yang digunakan adalah dietilkarbamazin sitrat ( DEC ).5 DEC bersifat membunuh
mikrofilaria dan juga cacing dewasa pada pengobatan jangka panjang. Hingga saat ini, DEC
merupakan satu-satunya obat yang efektif, aman, dan relatif murah. Untuk filariasis bankrofti, dosis
yang dianjurkan adalah 6mg/kg berat badan/hari selama 12 hari. Sedangkan untuk filaria brugia,
dosis yang dianjurkan adalah 5mg/kg berat badan/hari selama 10 hari. Efek samping dari DEC ini
adalah demam, menggigil, artralgia, sakit kepala, mual hingga muntah. Pada pengobatan filariasis
brugia, efek samping yang ditimbulkan lebih berat. Sehingga, untuk pengobatannya dianjurkan
dalam dosis rendah, tetapi waktu pengobatan dilakukan dalam waktu yang lebih lama.2
Obat lain yang juga dipakai adalah ivermektin.5 Ivermektin adalah antibiotik semisintetik dari
golongan makrolid yang mempunyai aktivitas luas terhadap nematode dan ektoparasit. Obat ini
hanya membunuh mikrofilaria. Efek samping yang ditimbulkan lebih ringan dibanding DEC.
Pengobatan kombinasi dapat juga dengan dosis tunggal DEC dan Albendazol 400mg, diberikan setiap
tahun selama 5 tahun. Pengobatan kombinasi meningkatkan efek filarisida DEC. Yang dapat diobati
adalah stadium mikrofilaremia, stadium akut, limfedema, kiluria, dan stadium dini elefantiasis.
Terapi suportif berupa pemijatan dan pembebatan juga dilakukan di samping pemberian antibiotika
dan corticosteroid, khususnya pada kasus elefantiasis kronis. Pada kasus-kasus tertentu dapat juga
dilakukan pembedahan.2
Morfologi
1. Cacing dewasa hidup dalam jaringan sub kutan,
2. Betina berukuran 50-70 mm x 0,5 mm
3. Jantan 30-34 mm x 0,35-0,43 mm. Cacing
4. Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria yang beredar dalam darah pada siang hari (diurna).
5. Pada malam hari mikrofilaria berada dalam pembuluh darah paru-paru.
Nama Penyakit
Loa loa filariasis (juga dikenal sebagai loaiasis, Calabar swelling, Fugitive swelling, Tropical swelling
dan Afrika eyeworm) penyakit mata yang disebabkan oleh cacing nematoda, loa loa.
Gejala klinis
1. Menimbulkan gangguan di konjungtiva mata dan pangkal hidung dengan menimbulkan:
• iritasi pada mata,
• mata sendat, sakit,
• pelupuk mata menjadi bengkak.
2. Pembengkakan jaringan yang tidak sakit
3. Ensefalitis
Distribusi geografis
Distribusi geografis loaiasis manusia terbatas pada hutan hujan dan rawa kawasan hutan Afrika
Barat, terutama di Kamerun dan di Sungai Ogowe. Manusia adalah satu-satunya reservoir alami.
Diperkirakan 12-13 juta manusia terinfeksi larva Loa loa.
Siklus Hidup
Parasit ini ditularkan oleh lalat Chrysops. Mikrofilaria yang beredar dalam darah diisap oleh lalat dan
setelah kurang lebih 10 hari di dalam badan serangga, mikrofilaria tumbuh menjadi larva infektif dan
siap ditularkan kepada hospes lainnya. Cacing dewasa tumbuh dalam badan manusia dan dalam
waktu 1 sampai 4 minggu mulai berkopulasi dan cacing betina dewasa mengeluarkan
mikrofilarianya.
Diagnosis
Diagnosis dibuat dengan menemukan mikrofilaria di dalam darah yang diambil pada waktu siang hari
atau menemukan cacing dewasa di konjungtiva mata ataupun dalam jaringan subkutan

Pengobatan
• Penggunaan dietilkarbamasin (DEC) dosis 2 mg/kgBB/hari, 3 x sehari selama 14 hari
• Pembedahan pada mata
PENCEGAHAN
1. Menghindari gigitan Lalat
2. Pemberian obat-obatan 2 bln sekali
3. Jangan sering-sering masuk hutan
Prognosis
Prognosis biasanya baik apabila cacing dewasa telah dikeluarkan dari mata dan pengobatan berhasil
dengan baik
Dracunculus medinensis atau cacing Madinah (dulu endemik dikota Madinah, sekarang dinyatakan
sudah musnah dari sana oleh WHO) merupakan parasit pada manusia dan mamalia di Asia dan
Afrika. Larvanya terdapat pada tubuh Cyclops sp. diperairan tawar.
Morfologi
Cacing ini berbentuk silindris dan memanjang seprti benang. Permukaan tubuh berwarna putih susu
dengan kutikula yang halus. Ujung anterior berbentuk bulat tumpul sedangkan ujung posterior
melengkung membentuk kait. Memiliki mulut yang kecil dan ujung anteriornya dikelilingi paling
sedikit 10 papila. Cacing jantan panjangnya 12-40 mm dan lebarnya 0,4 mm Cacing betina
panjangnya 120 cm dan lebarnya1-2 mm.
Nama Penyakit
Dracunculiasis adalah infeksi yang disebabkan oleh cacing gelang Dracunculus medinensis. Yang
menyebabkan rasa sakit, luka kulit meradang dan radang sendi yang melemahkan. Infeksi tersebut
terjadi sebagian besar pada jalur sempit melintasi beberapa negara di daerah Afrika Selatan dan di
Yaman dan hanya berlangsung pada musim tertentu
Siklus hidup
Bila manusia meminum air mentah mengandung cyclops yang telah terinfeksi oleh larva cacing ini
menetas lalu menembus dinding usus menuju jaringan bawah kulit, jantung atau otak Setahun
kemudian, cacing yang telah dewasa akan bereproduksi dan bergerak menuju permukaan kulit
(umumnya tangan atau kaki), jantan akan mati setelah 3-7 bulan setelah infeksi. Betina yang akan
bereproduksi akan menimbulkan bercak merah yang terasa sangat panas lalu menimbulkan luka
terbuka pada anggota badan tersebut. Pada saat bagian tubuh yang terluka itu direndam air (untuk
mengurangi rasa panas yang ditimbulkan) cacing betina dewasa akan keluar (dapat dilihat dengan
mata) dari luka tersebut dan melepaskan larva muda kemudian larva muda mencari Cyclops dan
siklus kembali terulang. setelah proses ini terselesaikan, betina akan mati, apabila tidak dapat keluar
dari tubuh maka cacing tersebut akan terkristalisasi didalam tubuh inangnya. Luka terbuka yang
diakibatkan oleh penetrasi cacing ini memiliki potansi yang besar terkena infeksi bakteri sekunder
(bakteri tetanus,bakteri pemakan daging dsb) apabila tidak diobati secara tepat.
PENYEBAB
Orang menjadi terinfeksi dengan meminum air yang mengandung semacam binatang air yang
terinfeksi berkulit keras yang kecil, yang selanjutnya menjadi hunian untuk cacing tersebut. setelah
penyerapan, crustacean mati dan melepaskan larva, yang menembus dinding usus. Larva matang
menjadi cacing dewasa sekitar 1 tahun. Setelah dewasa, cacing betina bergerak melalui jaringan di
bawah kulit, biasanya menuju kaki. Di sana, mereka membuat bukaan pada kulit sehingga ketika
mereka melepaskan larva, larva tersebut bisa meninggalkan tubuh, masuk ke air, dan menemukan
hunian crustacean. Jika larva tidak mencapai kulit, mereka mati dan hancur atau mengeras (calcify)
di bawah kulit.
GEJALA
Gejala-gejala diawali ketika cacing tersebut menembus kulit. Sebuah lepuhan terbentuk pada
bukaan. Daerah di sekitar lepuhan gatal, terbakar, dan meradang-bengkak, merah, dan menyakitkan.
Material yang dilepaskan cacing tersebut bisa menyebabkan reaksi alergi, yang bisa mengakibatkan
kesulitan bernafas, muntah, dan ruam yang gatal. Gejala-gejala reda dan lepuhan tersebut sembuh
setelah cacing dewasa meninggalkan tubuh. pada sekitar 50% orang, infeksi bakteri terjadi di sekitar
bukaan karena cacing tersebut. Kadangkala persendian dan tendon di sekitar lepuhan rusak.

Diagnosa
Diagnosa adalah jelas ketika cacing dewasa tampak pada lepuhan. Sinar X kemungkinan dilakukan
untuk menentukan klasifikasi cacing. Dapat dibuat bila terdapat garis linier berliku-liku pada
permukaan kulit dan ditemukannyan papula atau vesikula pada salah satu ujung gris tersebut serta
munculnya prodromal atau sistemik.
Pengobatan
Biasanya, cacing dewasa pelan-pelan diangkat lebih dari sehari sampai seminggu dengan
memutarnya pada sebuah batang. Cacing tersebut bisa diangkat dengan cara operasi setelah bius
lokal digunakan, tetapi pada banyak daerah, metode ini tidak tersedia. Orang yang juga mengalami
infeksi bakteri kadangkala diberikan metronidazole untuk mengurangi peradangan.
PENCEGAHAN
1. Penyaringan air minum melalui kain katun tipis.
2. merebus air hingga mendidih sebelum digunakan.
3. Dan hanya meminum air berklorin membantu mencegah dracunculiasis
2.1 Trematoda Hati
I. Turbellaria (cacing rambut getar)
platyhelm_turbellaria_dugesia
Turbellaria memiliki ukuran tubuh bersilia dengan ukuran 15 – 18 mm.Silia digunakan untuk
bergerak.Pergerakan juga dapat menggunakan otot dengan gerakan seperti gelombang.Pada kalas
ini akan dibahas mengenai ciri salah satu contoh Turbellaria, yaitu Dugesia.
Bagian anterior tubuh Dugesia berbentuk segitiga dan memiliki sistem indera berupa sepasang bintik
mata serta celah yang disebut aurikel.Bintik mata untuk membedakan keadaan gelap dan terang,
sedangkan aurikel berfungsi sebagai indera pembau saat Dugesia mencari makanannya.
Permukaan tubuh bagian ventral Dugesia memiliki silia yang berfungsi untuk pergerakan.Pada
bagian tengah tubuhnya terdapat mulut.Melalui mulut, faring dapat dijulurkan keluar untuk
menangkap mangsa yang selanjutnya dicerna di dalam usus.
Sistem eksresi Dugesia terdiri dari saluran bercabang-cabang yang disebut protonefridia, memanjang
dari pori-pori pada permukaan tubuh bagian dorsal sampai ke sel-sel api dalam tubuhnya.Sel-sel api
yang berbentuk seperti bola lampu dan memiliki silia di dalamnya.Pergerakan silia berfungsi untuk
menggerakkan air dalam sel menyerupai nyala api sehingga sel tersebut dinamakan sel api.

Dugesia merupakan hewan hemafrodit, namun reproduksi seksual tidak dapat dilakukan hanya oleh
satu individu.Fertilisasi dilakukan secara silang oleh dua individu Dugesia.Zigot yang terbentuk
berkembang tanpa melalui proses periode larva.Sedangkan reproduksi aseksual adalah dengan
membelah dirinya dan setiap belahan tubuh akan menjadi individu baru yang dikarenakan oleh daya
regenerasinya yang sangat tinggi.
Trematoda (cacing isap)
platyhelm_trematoda_clonorchis
Trematoda disebut sebagai cacing isap karena cacing ini memiliki alat pengisap.Alat pengisap
terdapat pada mulut di bagian anterior tubuhnya.kegunaan alat isap adalah untuk menempel pada
tubuh inangnya.Pasa saat menempel cacing ini mengisap makanan berupa jaringan atau cairan
tubuh inangnya.Dengan demikian, Trematoda merupakan hewan parasit.
Trematoda dewasa pada umumnya hidup di dalam hati, usus, paru-paru, ginjal, dan pembuluh darah
vertebrata.Trematoda berlindung di dalam tubuh inangnya dengan melapisi permukaan tubuhnya
dengan kutikula dan permukaan tubuhnya tidak memiliki silia.Salah satu contoh Trematoda adalah
cacing hati (Fasciola hepatica).Cacing hati memiliki daur hidup yang kompleks karena melibatkan
sedikitnya dua jenis inang, yaitu inang utama dan inang sebagai perantara.Daur hidup cacing hati
terdiri dari fase seksual dan aseksual.Fase seksual terjadi saat cacing hati dewasa berada di dalam
tubuh inang utama.Fase aseksual dengan membelah diri terjadi saat larva berada di dalam tubuh
inang perantara.

Beberapa jenis cacing hati yang dapat menginfeksi manusia antara lain sebagai berikut :
a) Opisthorchis sinensis ( Cacing hati cina )
cacing dewasa hidup pada organ hati manusia.Inang perantaranya adalah siput air dan ikan.
b) Schistosoma japonicum
Cacing ini hidup di dalam pembuluh darah pad saluran pencernaan manusia.Manusia merupakan
inang utamanya, namun hewan juga dapat terinfeksi seperti tikus, anjing, babi, dan sapi.Inang
perantaranya adalah siput amphibi Oncomelania hupensis.Cacing ini menyebabkan penyakit
skistosomiasis dengan ciri demam, anemia, disentri, berat badan turun, dan pembengkakan hati.
c) Paragonimus westermani
Cacing ini hidup dalam paru-paru manusia.Inang perantaranya adalah udang air tawar.
Ass. nematoda, itu ciri2 morfologinya,cara
perkembangbiakannya gmn? dasr-dasar
pengelompknny gmn?
Klas nematoda terdiri dari bebrapa spesies tidak hanya bersifat parasitik terhadap manusia,
namun juga terhadap binatang, tumbuhan baik yang diusahakan maupun liar.
Nematoda merupakan organisme yang mempunyai struktur sederhana. Nematoda dewasa
tersusun oleh ribuan sel-sel somatik, ratusan sel diantaranya membentuk sistem reproduksi.
Tubuh nematoda berupa tabung yang disebut sebagai pseudocoelomate.
Kutikula: Merupakan bagian dinding tubuh bagian luar yang berfungsi sebagai pelindung
bagian di bawahnya.
Ciri morfologi nematoda:
1. Tubuhnya tidak bersegmen.
2. Bentuknya silindris memanjang, kecuali pada beberapa genera yang berjenis kelamin
betina.
3. Simetris bilateral.
4. Merupakan binatang yang mempunyai tiga lapisan (triploblastik) atau terdiri dari tiga lapis
blastula (lapisan ini terbentuk dan berkembang di dalam telur).
5. Mempunyai rongga tubuh semu.
6. Tubuhnya transparan (dan tidak berwarna).
7. Memiliki sistem organ tubuh lengkap, yang berupa sistem pencernaan (memanjang dengan
bentuk esofagus yang bervariasi) sistem ekskresi, sistem syaraf, sistem pengeluaran, dan
sistem reproduksi. Tidak memiliki sistem peredaran darah.
8. Nematoda parasit tanaman biasanya mempunyai stilet.

More Related Content

What's hot

Cawan petri, jarum ose, spkulum
Cawan petri, jarum ose, spkulum Cawan petri, jarum ose, spkulum
Cawan petri, jarum ose, spkulum Okta Yosiana Dewi
 
Entamoeba hystolitica & entamoeba coli
Entamoeba hystolitica & entamoeba coliEntamoeba hystolitica & entamoeba coli
Entamoeba hystolitica & entamoeba coliArini Utami
 
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasitReaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasitSurya Seftiawan Pratama
 
Media reagen (pembuatan media ssa)
Media reagen (pembuatan media ssa)Media reagen (pembuatan media ssa)
Media reagen (pembuatan media ssa)Tom Pratomo
 
Ppt vitamin dan mineral
Ppt vitamin dan mineral Ppt vitamin dan mineral
Ppt vitamin dan mineral JumiatiCN
 
Pewarnaan Kapsul - Mikrobiologi
Pewarnaan Kapsul - MikrobiologiPewarnaan Kapsul - Mikrobiologi
Pewarnaan Kapsul - MikrobiologiIrawati Nurani
 
Imunologi dasar bag.1
Imunologi dasar bag.1Imunologi dasar bag.1
Imunologi dasar bag.1tristyanto
 
Laporan Mikrobiologi - Pengamatan Morfologi Fungi
Laporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi FungiLaporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi Fungi
Laporan Mikrobiologi - Pengamatan Morfologi FungiRukmana Suharta
 
Parasitologi Loa-Loa, Ochocerca volvulus dan Dracunculus medinensis
Parasitologi Loa-Loa, Ochocerca volvulus dan Dracunculus medinensisParasitologi Loa-Loa, Ochocerca volvulus dan Dracunculus medinensis
Parasitologi Loa-Loa, Ochocerca volvulus dan Dracunculus medinensisNiakhairani
 
Riwayat alamat penyakit1
Riwayat alamat penyakit1Riwayat alamat penyakit1
Riwayat alamat penyakit1HMRojali
 
Mikrobiologi dasar
Mikrobiologi dasarMikrobiologi dasar
Mikrobiologi dasarJoni Iswanto
 

What's hot (20)

Makalah imunologi autoimun
Makalah imunologi autoimun Makalah imunologi autoimun
Makalah imunologi autoimun
 
Cawan petri, jarum ose, spkulum
Cawan petri, jarum ose, spkulum Cawan petri, jarum ose, spkulum
Cawan petri, jarum ose, spkulum
 
Entamoeba hystolitica & entamoeba coli
Entamoeba hystolitica & entamoeba coliEntamoeba hystolitica & entamoeba coli
Entamoeba hystolitica & entamoeba coli
 
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasitReaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
 
Helmintologi
 Helmintologi Helmintologi
Helmintologi
 
Bakteri Staphylococcus aureus
Bakteri Staphylococcus aureusBakteri Staphylococcus aureus
Bakteri Staphylococcus aureus
 
Helmintologi
 Helmintologi Helmintologi
Helmintologi
 
Media reagen (pembuatan media ssa)
Media reagen (pembuatan media ssa)Media reagen (pembuatan media ssa)
Media reagen (pembuatan media ssa)
 
Ppt nematoda.
Ppt nematoda.Ppt nematoda.
Ppt nematoda.
 
Pemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan KehamilanPemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan Kehamilan
 
Ppt vitamin dan mineral
Ppt vitamin dan mineral Ppt vitamin dan mineral
Ppt vitamin dan mineral
 
Pewarnaan Kapsul - Mikrobiologi
Pewarnaan Kapsul - MikrobiologiPewarnaan Kapsul - Mikrobiologi
Pewarnaan Kapsul - Mikrobiologi
 
Imunologi dasar bag.1
Imunologi dasar bag.1Imunologi dasar bag.1
Imunologi dasar bag.1
 
Memahami Autoimun
Memahami AutoimunMemahami Autoimun
Memahami Autoimun
 
Laporan Mikrobiologi - Pengamatan Morfologi Fungi
Laporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi FungiLaporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi Fungi
Laporan Mikrobiologi - Pengamatan Morfologi Fungi
 
Parasitologi Loa-Loa, Ochocerca volvulus dan Dracunculus medinensis
Parasitologi Loa-Loa, Ochocerca volvulus dan Dracunculus medinensisParasitologi Loa-Loa, Ochocerca volvulus dan Dracunculus medinensis
Parasitologi Loa-Loa, Ochocerca volvulus dan Dracunculus medinensis
 
Riwayat alamat penyakit1
Riwayat alamat penyakit1Riwayat alamat penyakit1
Riwayat alamat penyakit1
 
Mikrobiologi dasar
Mikrobiologi dasarMikrobiologi dasar
Mikrobiologi dasar
 
Mencit (mus musculus) sebagai hewan coba
Mencit (mus musculus) sebagai hewan cobaMencit (mus musculus) sebagai hewan coba
Mencit (mus musculus) sebagai hewan coba
 
Makalah leukosit
Makalah leukositMakalah leukosit
Makalah leukosit
 

Similar to HELMINT

Group 4 phylum platyhelminthes
Group 4 phylum platyhelminthesGroup 4 phylum platyhelminthes
Group 4 phylum platyhelminthesMaman Sulaeman
 
Filum Nemathelminthes (Cacing Gilig)
Filum Nemathelminthes (Cacing Gilig)Filum Nemathelminthes (Cacing Gilig)
Filum Nemathelminthes (Cacing Gilig)Ghins GO
 
Nemathelminthes (Nematoda)
Nemathelminthes (Nematoda)Nemathelminthes (Nematoda)
Nemathelminthes (Nematoda)Hevliza Tiara
 
Artikel zooinnnnn nema
Artikel zooinnnnn nemaArtikel zooinnnnn nema
Artikel zooinnnnn nemaYuga Rahmat S
 
Ringkasan invertebrata
Ringkasan invertebrataRingkasan invertebrata
Ringkasan invertebratamegasudarso
 
presentasi filum nematelminthes
presentasi filum nematelminthespresentasi filum nematelminthes
presentasi filum nematelminthesdewii_er
 
Hewan Avertebrata atau Hewan Tidak Bertulang Belakang
Hewan Avertebrata atau Hewan Tidak Bertulang BelakangHewan Avertebrata atau Hewan Tidak Bertulang Belakang
Hewan Avertebrata atau Hewan Tidak Bertulang Belakangtaufan123
 
cacingvermesbiologi-150217115831-conversion-gate01.pdf
cacingvermesbiologi-150217115831-conversion-gate01.pdfcacingvermesbiologi-150217115831-conversion-gate01.pdf
cacingvermesbiologi-150217115831-conversion-gate01.pdfAgathaHaselvin
 
Cacing(vermes) biologi
Cacing(vermes)  biologiCacing(vermes)  biologi
Cacing(vermes) biologiSMA N 90 JKT
 

Similar to HELMINT (20)

1.bahan ajar
1.bahan ajar1.bahan ajar
1.bahan ajar
 
Group 4 phylum platyhelminthes
Group 4 phylum platyhelminthesGroup 4 phylum platyhelminthes
Group 4 phylum platyhelminthes
 
2. power point
2. power point2. power point
2. power point
 
Filum Nemathelminthes (Cacing Gilig)
Filum Nemathelminthes (Cacing Gilig)Filum Nemathelminthes (Cacing Gilig)
Filum Nemathelminthes (Cacing Gilig)
 
Nemathelminthes (Nematoda)
Nemathelminthes (Nematoda)Nemathelminthes (Nematoda)
Nemathelminthes (Nematoda)
 
Artikel zooinnnnn nema
Artikel zooinnnnn nemaArtikel zooinnnnn nema
Artikel zooinnnnn nema
 
2. power point
2. power point2. power point
2. power point
 
plantyhelminthes X
 plantyhelminthes X plantyhelminthes X
plantyhelminthes X
 
Ringkasan invertebrata
Ringkasan invertebrataRingkasan invertebrata
Ringkasan invertebrata
 
presentasi filum nematelminthes
presentasi filum nematelminthespresentasi filum nematelminthes
presentasi filum nematelminthes
 
NEMANTHELMINTHES
NEMANTHELMINTHESNEMANTHELMINTHES
NEMANTHELMINTHES
 
Nemathelminthes
NemathelminthesNemathelminthes
Nemathelminthes
 
1. bahan ajar
1. bahan ajar1. bahan ajar
1. bahan ajar
 
Platyhelminthes
PlatyhelminthesPlatyhelminthes
Platyhelminthes
 
Nemathelminthes
NemathelminthesNemathelminthes
Nemathelminthes
 
Hewan Avertebrata atau Hewan Tidak Bertulang Belakang
Hewan Avertebrata atau Hewan Tidak Bertulang BelakangHewan Avertebrata atau Hewan Tidak Bertulang Belakang
Hewan Avertebrata atau Hewan Tidak Bertulang Belakang
 
Platymelminthes
PlatymelminthesPlatymelminthes
Platymelminthes
 
Platyhelminthes & nematoda
Platyhelminthes & nematodaPlatyhelminthes & nematoda
Platyhelminthes & nematoda
 
cacingvermesbiologi-150217115831-conversion-gate01.pdf
cacingvermesbiologi-150217115831-conversion-gate01.pdfcacingvermesbiologi-150217115831-conversion-gate01.pdf
cacingvermesbiologi-150217115831-conversion-gate01.pdf
 
Cacing(vermes) biologi
Cacing(vermes)  biologiCacing(vermes)  biologi
Cacing(vermes) biologi
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

HELMINT

  • 1. Helmintologi Helminthologi medik merupakan suatu bidang ilmu tentang cacing yang berperan sebagai parasit. Jika ditinjau dari klasifikasi hewan, helmint termasuk salah satu golongan invertebrata yaitu hewan yang tak bertulang belakang. Berdasarkan bentuknya helmint dibagi menjadi tiga filum yaitu : 1. Nemathelminthes (cacing yang memiliki bentuk bulat silindris), nematoda merupakan salah satu kelas dari filum nemathelminthes yang berperan sebagai parasit terhadap manusia, meliputi : Nematoda Usus : 1. Ascaris lumbricoides 2. Toxocara canis dan Toxocara cati 3. Necator americanus dan Ancylostoma duodenale 4. Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum 5. Trichuris trichiura 6. Strongyloides stercoralis 7. Enterobius vermicularis / Oxyuris vermicularis 8. Trichinella spiralis Nematoda jaringan yang termasuk filaria limfatik : 1. Wuchereria bancrofti 2. Brugia malayi 3. Brugia timori Yang termasuk filaria non limfatik: 1. Loa-loa 2. Onchocerca volvulus 2. Platyhelminthes (cacing yang memiliki bentuk pipih), meliputi 2 kelas yang bersifat parasit, yaitu : Pada kelas Trematoda, yang termasuk Trematoda Hati: 1. Clonorchis sinensis 2. Opistorchis felineus 3. Opistorchis viverini 4. Fasciola hepatica Yang termasuk Trematoda Paru : 1. Parogonimus westremani Yang termasuk Trematoda Usus : 1. Keluarga Fasciolidae 2. Keluarga Echinostomatidae 3. Keluarga Heterophydae Yang termasuk Termatoda Darah : 1. Schistosoma haematobium
  • 2. 2. Schistosoma japonicum 3. Schistosoma mansoni Berikut adalah termasuk kelas Cestoda : 1. Diphyllobothrium latum 2. Hymenolepis nana 3. Echinococus granulosus 4. E. Multiculoris 5. Taenia saginata 6. Taenia solium 3. Annelida (cacing berbentuk bulat silindris dan bersegmen), tidak menyebabkan penyakit, hidup bebas di dalam tanah biasanya sangat berperan dalam membantu menyuburkan tanah. Secara umum Helmint memiliki ciri sebagai berikut : a. berbentuk bulat silindris, pipih seperti pita atau pipih seperti daun b. bersifat simetris bilateral c. sudah memiliki system organ yang terpisah walaupun masih sederhana, kecuali system pernafasan d. alat kelamin sudah terpisah namun sebagian masih ada yang bersifat hermafrodit e. bagian luar tubuh dilindungi oleh lapisan kutikula yang merupakan turunan dari epidermis. 1. NEMATHELMINTHES Nemathelminthes adalah dalam bahasa yunani, nema = benang, helminthes = cacing) disebut sebagai cacing gilig karan tubuhnya berbentuk bulat panjang atau seperti benang.Berbeda dengan Platyhelminthes yang belum memiliki rongga tubuh, Nemathelminthes sudah memiliki rongga tubuh meskipun bukan rongga tubuh sejati.Oleh karena memiliki rongga tubuh semu, Nemathelminthes disebut sebagai hewan Pseudoselomata. A. Ciri tubuh Ciri tubuh Nemathelminthes meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh. B. Ukuran dan bentuk tubuh Ukuran tubuh Nemathelminthes umunya mikroskopis, meskipun ada yang panjang nya sampai 1 meter.Individu betina berukuran lebih besar daripada individu jantan.Tubuh berbentuk bulat panjang atau seperti benang dengan ujung-ujung yang meruncing. C. Struktur dan fungsi tubuh Permukaan tubuh Nemathelminthes dilapisi kutikula untuk melindungi diri.Kutikula ini lebih kuat pada cacing parasit yang hidup di inang daripada yang hidup bebas.Kutikula berfungsi untuk melindungi dari dari enzim pencernaan inang. Nemathelminthes memiliki sistem percenaan yang lengkap terdiri dari mulut, faring, usus, dan anus.Mulut terdapat pada ujung anterior, sedangkan anus terdapat pada ujung posterior.Beberapa Nemathelminthes memiliki kait pada mulutnya. Nemathelminthes tidak memiliki pembuluh darah. Makanan diedarkan keseluruh tubuh melalui cairan pada pseudoselom. Nemathelminthes tidak memiliki sistem respirasi, pernapasan dilakukan secara difusi melalui permukaan tubuh.Organ reproduksi jantan dan betina terpisah dalam individu berbeda.
  • 3. D. Cara hidup dan habitat Nemathelminthes hidup bebas atau parasit pada manusia, hewan, dan tumbuhan.Nemathelminthes yang hidup bebas berperan sebagai pengurai sampah organik, sedangkan yang parasit memperoleh makanan berupa sari makanan dan darah dari tubuh inangnya.Habitat cacing ini berada di tanah becek dan di dasar perairan tawar atau laut.Nemathelminthes parasit hidup dalam inangnya. E. Reproduksi Nemathelminthes umumnya melakukan reproduksi secara seksual.Sistem reproduksi bersifat gonokoris, yaitu organ kelamin jantan dan betina terpisah pada individu yang berbeda.Fertilisasi terjadi secara internal.Telur hasil fertilisasi dapat membentuk kista dan kista dapat bertahan hidup pada lingkungan yang tidak menguntungkan. Pokok bahasan 1. Ciri-ciri Nemathelminthes 2. Ciri tubuh Nemathelminthes 3. Cara Hidup dan Habitat Nemathelminthes 4. Reproduksi Nemathelminthes 5. Klasifikasi Nemathelminthes Ciri-Ciri Nemathelminthes 1. Merupakan hewan multiseluler avertebrata 2. Hidup parasit di dalam tubuh makhluk hidup lain, dan ada juga yang hidup bebas 3. Merupakan hewan Triploblasik Pseudoselomata 4. Tubuhnya simetri Bilateral 5. Tubuh dilapisi kutikula yang berfungsi untuk melindung diri 6. Memiliki sistem pencernaan 7. Tidak memiliki pembuluh darah dan sistem respirasi 8. Organ reproduksi jantan dan betina terpisah dalam individu yang berbeda 9. Reprduksi secara seksual 10. Telurnya dapat membentuk kista. Ciri tubuh Nemathelminthes pada umumnya memiliki ukuran tubuh yang mikroskopis, namun ada juga yang mencapai panjang 1 meter. Individu betina memiliki ukuran lebih besar daripada individu jantannya. Permukaan tubuh Nemathelminthes dilapisi oleh Kutikula. Kutikula itu sendiri berfungsi sebagai pelindung Nemathelminthes dalam menghadapi enzim-enzim pencernaan di dalam tubuh inangnya. Nemathelminthes sudah memiliki alat pencernaan yang lengkap mulai dari mulut, faring, usus, dan anus. Mulut nemathelminthes berada di bagian depan (anterior), sedangkan anus berada di ujung belakang (posterior). Nemathelminthes tidak memiliki sistem peredaran darah jadi sari sari makanan diedarkan melalui cairan pada pseudoselom. Nemathelminthes tidak memiliki sistem respirasi. Jadi dia bernafas secara difusi melalui permukaan tubuh. Organ reproduksi jantan dan betina terpisah dalam individu yang berbeda.
  • 4. struktur tubuh Nemathelminthes betina Cara Hidup dan Habitat Nemathelminthes Nemathelminthes hidup bebas ataupun parasit. Nemathelminthes yang hidup bebas berperan dalam penguraian sampah organik. Sedangkan yang hidup secara parasit, dia mengambil makanan dari sari makanan atau darah inangnya. Nemathelminthes yang hidup bebas terdapat di tanah becek di dasar perairan tawar atau laut. Sedangkan Nemathelminthes yang hidup parasit hidup di dalam tubuh makhluk hidup. Hampir seluruh hewan merupakan habitan bagi si Nemathelminthes. Reproduksi Nemathelminthes Nemathelminthes melakukan reproduksi secara seksual yang bersifat gonokoris. Gonokoris yaitu organ kelamin jantan dan betina terpisah di individu yang berbeda. Proses pembuahan (fertilisasi) terjadi secara internal. Fertilisasi dapat menghasilkan lebih dari seratus ribu telur per hari. Telur dapat membentuk kista. Kista ini dapat bertahan hidup di tempat yang tidak menguntungkan. 2. PLATYHELMINTHES Platyhelminthes (dalam bahasa yunani, platy = pipih, helminthes = cacing) atau cacing pipih adalah kelompok hewan yang struktur tubuhnya sedah lebih maju dibandingkan porifera dan Coelenterata.Tubuh Platyhelminthes memiliki tiga lapisan sel (triploblastik), yaitu ekstoderm, mesoderm, dan endoderm. A. Ciri tubuh Ciri tubuh Platyhelminthes meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh. B. Ukuran dan bentuk tubuh Platyhelminthes memiliki ukuran tubuh beragam, dari yang berukuran hampir microskopis hingga yang panjangnya 20 cm.Tubuh Platyhelminthes simetris bilateral dengan bentuk pipih.Diantara hewan simetris bilateral, Platyhelminthes memiliki tubuh yang paling sederhana. C. Struktur dan fungsi tubuh Platyhelminthes tidak memiliki rongga tubuh (selom) sehingga disebut hewan aselomata.Sistem pencernaan terdiri dari mulut, faring, dan usus (tanpa anus).Usus bercabang-cabang ke seluruh tubuhnya.Platyhelminthes tidak memiliki sistem peredaran darah (sirkulasi).Platyhelminthes juga tidak memiliki sistem respirasi dan eksresi.Pernapasan dilakukan secara difusi oleh seluruh sel tubuhnya.Proses ini terjadi karena tubuhnya yang pipih.Sistem eksresi pada kelompok Platyhelminthes tertentu berfungsi untuk menjaga kadar air dalam tubuh. Kelompok Platyhelminthes tertentu memiliki sistem saraf tangga tali.Sistem saraf tangga taki terdiri dari sepasang simpul saraf (ganglia) dengan sepasang tali saraf yang memanjang dan bercabangcabang melintang seperti tangga.Organ reproduksi jantan (testis) dan organ betina (Ovarium).Platyhelminthes terdapat dalam satu individu sehingga disebut hewan hemafrodit.Alat reproduksi terdapat pada bagian ventral tubuh. D. Cara hidup dan habitat Platyhelminthes ada yang hidup bebas maupun parasit.Platyhelminthes yang hidup bebas memakan hewan-hewan dan tumbuhan kecil atau zat organik lainnya seperti sisa organisme.Platyhelminthes parasit hidup pada jaringan atau cairan tubuh inangnya.Habitat Platyhelminthes yang hidup bebas adalah di air tawar, laut, dan tempat-tempat yang lembap.Platyhelminthes yang parasit hidup di dalam tubuh inangnya (endoparasit) pada siput air, sapi, babi, atau manusia.
  • 5. E. Reproduksi Reproduksi Platyhelminthes dilakukan secara seksual dan aseksual.Pada reproduksi seksual akan menghasilkan gamet.Fertilisasi ovum oleh sperma terjadi di dalam tubuh (internal).Fertilisasi dapat dilakukan sendiri ataupun dengan pasangan lain.Reproduksi aseksual tidak dilakukan oleh semua Platyhelminthes.Kelompok Platyhelminthes tertentu dapat melakukan reproduksi aseksual dengan cara membelah diri (fragmentasi), kemudian regenerasi potongan tubuh tersebut menjadi individu baru. 3.ANNELIDA Annelida adalah filum luas yang terdiri dari cacing bersegmen, dengan sekitar 15.000 spesies modern, antara lain cacing tanah dan lintah. Filum ini ditemukan di sebagian besar lingkungan basah, seperti air tawar dan di laut. Panjang anggotanya mulai dari di bawah satu milimeter sampai tiga meter. Filum ini dikelompokkan menjadi tiga kelas yaitu Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudenia. Struktur tubuh Annelida TERBAGI MENJADI 3 KELAS (berdasarkan keadaan rambut di permukaan tubuh), yaitu : POLYCHAETA Habitatnya di lautan, tubuhnya terdiri dari banyak rambut (poly = banyak, chaeta = rambut/bulu).Contoh cacing tersebut adalah : Nereis viren, Eunice viridis (cacing wawo) dan Lysidice oele (cacing palolo). Dua jenis terakhir sering dikonsumsi oleh orang-orang di Kepulauan maluku. OLIGOCHAETA Habitatnya di tanah, memiliki sedikit rambut (oligo = sedikit, chaeta = rambut/bulu). Contoh cacing tersebut adalah : Lumbricus terestris dan Pheretima sp. (keduanya disebut cacing tanah).Mempunyai organ KIitellum yang berisi semua kelenjar, termasuk kelenjar kelamin.Pernafasan dilakukan oleh pemukaan tubuhnya.Makanan diedarkan ke seluruh tubuh dengan sistem peredaran darah. Moniligaster houtenii (endemik di Sumatera). Contoh lain HIRUDINAE Tidak memiliki rambut (chaeta) tetapi menghasilkan zat antikoagulasi (anti pembekuan darah) yang dinarnakan Hirudin. Contoh cacing tersebut adalah: Hirudo medicinalis (lintah) Hirudin dari lintah sering digunakan dokter-dokter dahulu untuk mengeluarkan darah dan nanah dari bisul. Hirudinaria javanica (lintah kuning) Haemadipsa zeylanica /pacet) 2. Annelida (dalam bahasa latin, annulus = cincin) atau cacing gelang adalah kelompok cacing dengan tubuh bersegmen. Berbeda dengan Platyhelminthes dan Nemathelminthes, Annelida merupakan hewan tripoblastik yang sudah memiliki rongga tubuh sejati (hewan selomata).Namun Annelida merupakan hewan yang struktur tubuhnya paling sederhana. A. Ciri tubuh Ciri tubuh annelida meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh. B. Ukuran dan bentuk tubuh
  • 6. Annelida memiliki panjang tubuh sekitar 1 mm hingga 3 m.Contoh annelida yang panjangnya 3 m adalah cacing tanah Australia.Bentuk tubuhnya simetris bilateral dan bersegmen menyerupai cincin. C. Struktur dan fungsi tubuh Annelida memiliki segmen di bagian luar dan dalam tubuhnya.Antara satu segmen dengan segmen lainya terdapat sekat yang disebut septa.Pembuluh darah, sistem ekskresi, dan sistem saraf di antara satu segmen dengan segmen lainnya saling berhubungan menembus septa.Rongga tubuh Annelida berisi cairan yang berperan dalam pergerakkan annelida dan sekaligus melibatkan kontraksi otot.Ototnya terdiri dari otot melingkar (sirkuler) dan otot memanjang (longitudinal). Sistem pencernaan annelida sudah lengkap, terdiri dari mulut, faring, esofagus (kerongkongan), usus, dan anus.Cacing ini sudah memiliki pembuluh darah sehingga memiliki sistem peredaran darah tertutup.Darahnya mengandung hemoglobin, sehingga berwarna merah.Pembuluh darah yang melingkari esofagus berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Sistem saraf annelida adalah sistem saraf tangga tali.Ganglia otak terletak di depan faring pada anterior.Ekskresi dilakukan oleh organ ekskresi yang terdiri dari nefridia, nefrostom, dan nefrotor.Nefridia ( tunggal – nefridium ) merupaka organ ekskresi yang terdiri dari saluran.Nefrostom merupakan corong bersilia dalam tubuh.Nefrotor merupaka npori permukaan tubuh tempat kotoran keluar.Terdapat sepasang organ ekskresi tiap segmen tubuhnya. D. Cara hidup dan habitat Sebagian besar annelida hidup dengan bebas dan ada sebagian yang parasit dengan menempel pada vertebrata, termasuk manusia.Habitat annelida umumnya berada di dasar laut dan perairan tawar, dan juga ada yang segaian hidup di tanah atau tempat-tempat lembap.Annelida hidup diberbagai tempat dengan membuat liang sendiri. E. Reproduksi Annelida umumnya bereproduksi secara seksual dengan pembantukan gamet.Namun ada juga yang bereproduksi secara fregmentasi, yang kemudian beregenerasi.Organ seksual annelida ada yang menjadi satu dengan individu (hermafrodit) dan ada yang terpisah pada individu lain (gonokoris). F. Klasifikasi Annelida dibagi menjadi tiga kelas, yaitu Polychaeta (cacing berambut banyak), Oligochaeta (cacing berambut sedikit), dan Hirudinea. Polychaeta polychaeta Polychaeta (dalam bahasa yunani, poly = banyak, chaetae = rambut kaku) merupakan annelida berambut banyak.Tubuh Polychaeta dibedakan menjadi daerah kepala (prostomium) dengan mata, antena, dan sensor palpus.Polychaeta memiliki sepasang struktur seperti dayung yang disebut parapodia (tunggal = parapodium) pada setiap segmen tubuhnya.Fungsi parapodia adalah sebagai alat gerak dan mengandung pembuluh darah halus sehingga dapat berfungsi juga seperti insang untuk bernapas.Setiap parapodium memiliki rambut kaku yang disebut seta yang tersusun dari kitin. Contoh Polychaeta yang sesil adalah cacing kipas (Sabellastarte indica) yang berwarna cerah.Sedangkan yang bergerak bebas adalah Nereis virens, Marphysa sanguinea, Eunice viridis(cacing palolo), dan Lysidice oele(cacing wawo). Oligochaeta cacing-tanah
  • 7. Oligochaeta (dalam bahasa yunani, oligo = sedikit, chaetae = rambut kaku) yang merupakan annelida berambut sedikit.Oligochaeta tidak memiliki parapodia, namun memiliki seta pada tubuhnya yang bersegmen.Contoh Oligochaeta yang paling terkenal adalah cacing tanah.Jenis cacing tanah antara lain adalah cacing tanah Amerika (Lumbricus terrestris), cacing tanah Asia (Pheretima), cacing merah (Tubifex), dan cacing tanah raksasa Australia (Digaster longmani).Cacing ini memakan oarganisme hidup yang ada di dalam tanah dengan cara menggali tanah.Kemampuannya yang dapat menggali bermanfaat dalam menggemburkan tanah.Manfaat lain dari cacing ini adalah digunakan untuk bahan kosmetik, obat, dan campuran makan berprotein tinggi bagi hewan ternak. Hirudinea Hirudinea merupakan kelas annelida yang jenisnya sedikit.Hewan ini tidak memiliki arapodium maupun seta pada segmen tubuhnya.Panjang Hirudinea bervariasi dari 1 – 30 cm.Tubuhnya pipih dengan ujung anterior dan posterior yang meruncing. Pada anterior dan posterior terdapat alat pengisap yang digunakan untuk menempel dan bergerak.Sebagian besar Hirudinea adalah hewan ektoparasit pada permukaan tubuh inangnya.Inangnya adalah vertebrata dan termasuk manusia.Hirudinea parasit hidup denga mengisap darah inangnya, sedangkan Hirudinea bebas hidup dengan memangsa invertebrata kecil seperti siput.Contoh Hirudinea parasit adalah Haemadipsa (pacet) dan hirudo (lintah). Saat merobek atau membuat lubang, lintah mengeluarkan zat anestetik (penghilang sakit), sehingga korbannya tidak akan menyadari adanya gigitan.Setelah ada lubang, lintah akan mengeluarkan zat anti pembekuan darah yaitu hirudin.Dengan zat tersebut lintah dapat mengisap darah sebanyak mungkin. CACING dan PENYAKIT KARENA CACING A. Nematoda Nematoda (cacing bulat) mempunyai bebtuk bulat panjang dan tidak bersegmen. Mempunyai jenis kelamin jantan dan betina. Cacing jantan lebih kecil daripada yang betina dan melengkung kearah ventral. Ukurannya bervariasi dari beberapa milimeter (misalnya trychinella spiralis) sampai 35 (tiga puluh lima)cm (misalnya ascaris lumbricoides) bahkan ada yang mendekati 1meter (misalnya dracunculus medinensis ). Bentuk telurnya bermacam-macam bergantung jenis cacingnya a. Nematoda intestinal Siklus hidup nematoda intestinal dapat di bagi dalam tiga golongan yaitu: tipe langsung, modifikasi dari tipe langsung, dan penetrasi kulit. 1. Tipe langsung Dalam hal ini cacing dewasa langsung tumbuh dari telur cacing begitu sampai di dalam tractus intestinalis. Misalnya, trychuris trichiura dan enterobius vermicularis. 2. Modifikasi dari tipe langsung Telur cacing yang berembrio yang masuk kedalam intestinum menetas menjadi larva. Larva ini menembus dinding intestinum, masuk kedalam aliran darah. Di dalam paru-Paru larva akan keluar dari sistem kapiler, naik ke trachea, kemudian masuk ke oesophagus, tertelan ke lambung terus ke
  • 8. intestinum dan menjadi cacing dewasa, misalnya ascaris lumbrecoides. 3. Tipe penetrasi kulit Telur yang berasal dari feces penderita, pada tanah yang basah akan menetas menjadi bentuk rhabditia yang setelah beberapa waktu tumbuh menjadi bentuk filaria. Bentuk filaria ini dapat menembus kulit yang utuh, kemudian masuk kedalam aliran darah sampai kapiler paru-paru. Kemudian, keluar dari kapiler paru-paru naik ke trachea, pindah ke oesophagus tertelan untuk akhirnya sampai di intestinum untuk menjadi dewasa. Misalnya ancylostoma duodenale. 1.1 Nematoda Usus I. Ascaris lumbricoides (cacing perut) ascaris2 Cacing ini hidup di dalam usus halus manusia sehingga sering kali disebut cacing perut.Ascaris lumbricoides merupakan hewan dioseus, yaitu hewan dengan jenis kelamin berbeda, bukan hemafrodit.Ascaris lumbricoides hanya berkembang biak secara seksual.Ascaris lumbricoides jantan memiliki sepasang alat berbentuk kait yang menyembul dari anus disebut spikula.Spikula berfungsi untuk membuka pori kelamin cacing bretina dan memindahkan sperma saat kawin. Infeksi cacing ini menyebabkan penyakit askariasis atau cacingan, umumnya pada anak-anak.Infeksi ini terjadi pada saat mengkonsumsi makanan tau minuman yang tercemar telur ascaris. II. Ancylostoma duodenale (cacing tambang) Cacing ini dinamakan cacing tambang karena ditemukan di pertambangan daerah tropis.Cacing tambang dapat hidup sebagai parasit dengan menyerap darah dan cairan tubuh pada usus halus manusia.Cacing ini memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dari cacing perut.Cacing tambang Ancylostoma memiliki ujung anterior melengkung membentuk kapsul mulut dengan 1 -4 pasang kait kitin atau gigi pada sisi ventralnya.Kait kitin berfungsi untuk menempel pada usus inangnnya.Pada ujung posterior cacing tambang jantan terdapat bursa kopulasi.Alat ini digunakan untuk menangkap dan memegang cacing betina saat kawin.Cacing betina memiliki vulva (organ kelamin luar) yang terdapat didekat bagian tengah tubuhnya. III. Toxocara Canis Toxocara Cati Daur Hidup (Siklus Hidup) Siklus hidup Toxocara canis dan Toxocara cati pada anjing atau kucing serupa dengan siklus askariasis pada manusia. Siklus hidup Toxocara cati Sebagian besar cacing gelang mempunyai siklus hidup yang mirip. Kebanyakan telur cacing menetas dalam waktu dua minggu. Obat cacing membasmi cacing dengan cara merusak sistem syaraf cacing. Obat cacing tidak bisa membasmi telur cacing karena telur tidak mempunyai sistem syaraf. Oleh karena itu pemberian obat cacing harus diulang 2 minggu kemudian agar cacing yang berasal dari telur yang baru menetas dapat segera dibasmi dengan tuntas. Cacing Toxocara canis, hidup di tanah, lumpur, pasir dan tempat-tempat kotor. Varian lain diantaranya: Toxocara cati, Toxocara vitulorum, Toxocara pteropodis, Toxocara malayasiensis dll. Cacing ini daur hidupnya terutama melalui anjing, kucing dan dilaporkan bisa melalui herbivora. Hospes Hospes atau inang dari cacing Toxocara adalah anjing (T. canis) dan kucing (T. cati). Pada manusia, cacing ini dapat hidup sebagai parasit dan disebut parasit pengembara, menyebabkan penyakit yang disebut visceral larva migrans (pengembaraan larva di jaringan tubuh). Penyakit ini bersifat kosmopolit, ditemukan juga di Indonesia.
  • 9. Untuk anjing dan kucing terinfeksi melalui migrasi transplacenta dan migrasi trans mammaria. Telur cacing dapat ditemukan pada kotoran pada saat anak anjing dan anak kucing sudah berusia 3 minggu. Infeksi pada anjing betina bisa berakhir dengan sendirinya atau tetap (dormant) pada saat anjing menjadi dewasa. Pada saat anjing bunting larva T. canis menjadi aktif dan menginfeksi fetus melalui placenta dan menginfeksi anak mereka yang baru lahir melalui susu mereka. Pada kucing, kucing jantan dan kucing betina sama-sama rentan terhadap infeksi, tidak ada perbedaan nyata; namun kucing dewasa lebih rentan daripada kucing yang lebih muda. Nama Penyakit Toksokariasis (Visceral Larva Migrans) adalah suatu infeksi yang terjadi akibat penyerbuan larva cacing gelang ke organ tubuh manusia. Toksokariosis bisa disebabkan oleh Toxocara canis ataupun Toxocara cati. Telur parasit berkembang di dalam tanah yang terkontaminasi oleh kotoran anjing dan kucing yang terinfeksi . Telur bisa ditularkan secara langsung ke dalam mulut jika anak-anak bermain di atas tanah tersebut. Setelah tertelan, telur menetas di dalam usus. Larva menembus dinding usus dan menyebar melalui pembuluh darah. Hampir setiap jaringan tubuh bisa terkena , terutama otak, mata, hati, paru-paru, dan jantung. Larva bertahan hidup selama beebrapa bulan, menyebabkan kerusakan dengan cara berpindah ke dalam jaringan dan menimbulkan peradangan di sekitarnya. Enterobius (Oxyuris) vermicularis (cacing kremi) Penyakit : Enterobiasis / oksiuriasis Hospes : Manusia Morfologi : a. cacing betina berukuran 8-13 mm x 0,4mm, pada ujung anterior ada penebalan kutikulum seperti sayap (alae) b. cacing jantan 2-5 mm mempunyai sayap dekornya melingkar, bentuknya seperti tanda tanya (?) SIKLUS HIDUP Cacing dewasa hidup di sekum, usus besar dan di usus halus yang berdekatan dengan sekum. Mereka memakan isi usus penderitanya.Perkawinan (atau persetubuhan) cacing jantan dan betina kemungkinan terjadi di sekum. Cacing jantan mati setelah kawin dan cacing betina mati setelah bertelur. Cacing betina yang mengandung 11.000-15.000 butir telur akan bermigrasi ke daerah sekitar anal (perianal) untuk bertelur. Migrasi ini berlangsung 15 – 40 hari setelah infeksi. Telur akan matang dalam waktu sekitar 6 jam setelah dikeluarkan, pada suhu tubuh. Dalam keadaan lembab telur dapat hidup sampai 13 hari. Patologi dan gejala klinis a. Iritasi di sekitar anus, perienum dan vagina oleh cacing betina gravid yang bermigrasi ke daerah anus dan vagina sehingga menyebabkan pruritus local b. kurang nafsu makan, berat badan turun, aktivitas meninggi, enuresis, cepat marah, gigi menggeretak, insomnia, dan mastrubasi,tetapi kadang sulit untuk membuktikan sebab cacing kremi.
  • 10. Pengobatan Obat piperazin dosis tunggal 3-4 gram(dewasa) atau 25mg/kg berat badan (anak-anak) diminum dengan segelas air pada pagi hari sehingga obat sampai di sekum dan kolon. pirantel pamoat dosis 10 mg/ kg berat badan mebendazol dosis tunggal 100 mg albendazol dosis tunggal 400 mg Pencegahan dengan kebersihan lingkungan dan selalu cuci tangan sebelum makan Pencegahan 1. Mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar 2. Memotong kuku dan menjaga kebersihan kuku 3. Mencuci seprei minimal 2 kali/minggu 4. Mencuci jamban setiap hari 5. Menghindari penggarukan daerah anus karena bisa mencemari jari-jari tangan dan setiap benda yang dipegang/disentuhnya 6. Menjauhkan tangan dan jari tangan dari hidung dan mulut Infeksi dan penularan 1. Penularan dari tangan ke mulut (hand to mouth), setelah anak – anak menggaruk daerah sekitar anus oleh karena rasa gatal, kemudian mereka memasukkan tangan atau jari – jarinya ke dalam mulut. Kerap juga terjadi, sesudah menggaruk daerah perianal mereka menyebarkan telur kepada orang lain maupun kepada diri sendiri karena memegang benda-benda maupun pakaian yang terkontaminasi. 2. Debu merupakan sumber infeksi oleh karena mudah diterbangkan oleh angin sehingga telur yang ada di debu dapat tertelan. 3. Anjing dan kucing bukan mengandung cacing kremi tetapi dapat menjadi sumber infeksi oleh karena telur dapat menempel pada bulunya. dewasa —> kolon/sekum. Hospes Definitif : manusia Hospes Perantara : tanah Nama Penyakit : Trikhuriasis, trikhosefaliasis PATOLOGI DAN GEJALA KLINIS Cacing cambuk pada manusia terutama hidup di sekum dan dapat juga ditemukan di kolon asendes. Seseorang akan terinfeksi trikuriasis apabila menelan telur cacing cambuk yang telah matang Telur parasit ini ditemukan pada pemeriksaan tinja mikroskopis berbentuk seperti tong. Gejala yang ditimbulkan penyakit trikuriasis adalah : a. nyeri di ulu hati b. Diare yang sering diselingi dengan sindrom disentri c. peradangan usus buntu (apendisitis) d. Rektum menonjol melewati anus (prolapsus rektum) akibat mengejannya penderita pada waktu defekasi e. Berat badan turun akibat kehilangan nafsu makan
  • 11. f. Anemia karena cacing cambuk menghisap darah hospesnya PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN PENCEGAHAN 1. Individu a. Mencuci tangan sebelum & sesudah makan b. Mencuci sayuran yang dimakan mentah c. Memasak sayuran di air mendidih 2. Lingkungan a. Menggunakan jamban ketika buang air besar; b. Tidak menyiram jalanan dengan air got; c. Tidak jajan di sembarang tempat. Dalam membeli makanan, kita harus memastikan bahwa penjual makanan memperhatikan aspek kebersihan dalam mengolah makanan B. Hospes dan Nama Penyakit Manusia merupakan hospes utama cacing ini. Parasit ini dapat menyebabkan penyakit strongilodiasis. Terdapat 3 tipe: a. Tipe ringan, tidak memberikan gejala b. Tipe sedang, menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan. c. Tipe berat, mengalami gangguan hampir di seluruh tubuh sehingga dapat menyebabkan kematian. C. Morfologi Cacing dewasa betina yang hidup bebas panjangnya ± 1 mm, esophagus pendek dengan 2 bulbus, uterus berisi telur dengan ekor runcing.Cacing dewasa jantan yang hidup bebas panjangnya ± 1 mm, esophagus pendek dengan 2 bulbus, ekor melingkar dengan spikulum D. Daur Hidup Cara berkembang biak secara parthenogenesis Mempunyai 3 macam siklus hidup : 1. Siklus langsung 2. Siklus tidak langsung 3. Autoinfeksi 1. Siklus langsung 2-3 hari di tanah → larva rabditiform → larva filariform → menembus kulit manusia → peredaran darah vena → jantung kanan → paru-paru → parasit mulai menjadi dewasa → menembus alveolus → masuk trakhea dan laring → terjadi refleks batuk & parasit tertelan → sampai di usus halus → dewasa. 2. Siklus tidak langsung Larva rabditiform di tanah → cacing jantan & betina bentuk bebas → terjadi pembuahan → telur menetas menjadi larva rabditiform → larva filariform → masuk dalam hospes baru. 3. Autoinfeksi
  • 12. Larva rabditiform → larva filariform di usus/ daerah perianal → menembus mukosa usus/ perianal → menyebabkan strongiloidiasis menahun. E. Patologi dan Gejala Klinis Bila larva filariform menembus kulit, timbul creeping eruption disertai rasa gatal yang hebat. Cacing dewasa menyebabkan kelainan pada mukosa usus muda. Infeksi ringan tidak menimbulkan gejala Infeksi sedang menyebabkan rasa sakit seperti tertusuktusuk di daerah epigastrium tengah dan tidak menjalar, disertai mual, muntah, diare dan konstipasi. Pada strongiloidiasis ada kemungkinan terjadi autoinfeksi dan hiperinfeksi. Pada hiperinfeksi cacing ditemukan di seluruh traktus digestivus, larvanya ditemukan di berbagai alat dalam (paru, hati, kandung empedu). Dapat menimbulkan kematian. F. Pencegahan a. Sanitasi pembuangan tinja b. Melindungi kulit dari tanah yang terkontaminasi, misal dengan memakai alas kaki c. Penerangan kepada masyarakat mengenai cara penularan, dan cara pembuatan serta pemakaian jamban. Nama Penyakit : Ancylostomiasis Hospes definitif : kucing dan anjing Ancylostoma caninum dan Ancylostoma braziliense yang umumnya terdapat pada usus halus anjing, rubah, srigala, anjing hutan dan karnivora liar lainnya diseluruh dunia.. Ancylostoma ceylanicum terdapat pada usus halus anjing, kucing, dan karnivora lain bahkan pada manusia. Patologi dan Gejala Klinis 1) Cacing dewasa melekat pada mukosa usus dan dengan giginya memakan cairan jaringan, biasanya darah. Cacing ini akan menghasilkan antikoagulan, sehingga luka tetap berdarah beberapa saat setelah cacing berpindah tempat. 2) Hewan muda akan kehilangan darah dalam jumlah besar, atau mengalami anemia karena defisiensi Fe. Hewan akan diare, feses bercampur darah, kadang disertai muntah. Gejala klinis yang lain antara lain anemia, oedema, lemah, kurus, pertumbuhan terhambat, bulu kering dan kusam. 3) Pada manusia, larva tidak menjadi dewasa dan menyebabkan kelainan kulit yang disebut creeping eruption. Pengobatan Creeping eruption: b. Semprotan kloretil c. Albendazole, dosis tunggal 400 mg selama 3 hari berturut-turut cukup efektif. Pada anak dibawah umur 2 thn albendazole diberikan dalam bentuk salep 2 %. Pencegahan dan Pengobatan Pengobatan pada kucing perlu mempertimbangkan jenis obat cacing yang digunakan dan umur atau berat minimum si kucing. Beberapa obat seperti diklorofen atau toluen hanya boleh diberikan pada kucing setidaknya dengan berat badan 1kg dan ivermektin setidaknya pada umur kucing 6 minggu diberikan selama 3 hari. Pyrantel pamoat dapat diberikan setelah umur 2 minggu sekali saja. adapula obat yang tidak boleh diberikan pada kucing, seperti golongan Milbemycin. 1.2 Nematoda jaringan ( filaria limfatik ) A. Nematoda yang infestasinya di jaringan tubuh
  • 13. Filariasis adalah suatu infeksi sistemik yang disebabkan oleh cacing filaria yang cacing dewasanya hidup dalam saluran limfe dan kelenjar limfe manusia dan ditularkan oleh serangga secara biologik. Penyakit ini bersifat menahun ( kronis ) dan bila tidak mendapatkan pengobatan akan menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan, dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. Filariasis disebabkan oleh tiga spesies cacing filaria, yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. D. Hospes Manusia yang mengandung parasit dapat menjadi sumber infeksi bagi orang lain yang rentan ( suseptibel ). Pada umumnya laki-laki lebih dominan terinfeksi, karena memiliki lebih banyak kesempatan untuk mendapat infeksi ( exposure ). Hospes reservoir Malayi yang dapat hidup pada hewan merupakan sumber infeksi untuk manusia. Hewan yang sering ditemukan mengandung infeksi adalah kucing dan kera terutama jenis Presbytis. Vektor Banyak spesies nyamuk yang ditemukan sebagai vektor filariasis, tergantung pada jenis cacing filarianya. W.bancrofti yang terdapat di daerah perkotaan ( urban ) ditularkan oleh Cx.quinquefasciatus, menggunakan air kotor dan tercemar sebagai tempat perindukannya. W.bancrofti yang di daerah pedesaan ( rural ) dapat ditularkan oleh bermacam spesies nyamuk. Di Irian Jaya, W.bancrofti terutama ditularkan oleh An.farauti yang menggunakan bekas jejak kaki binatang untuk tempat perindukannya. Di daerah pantai di NTT, W.bancrofti ditularkan oleh An.subpictus. B.malayi yang hidup pada manusia dan hewan ditularkan oleh berbagai spesies Mansonia seperti Mn.uniformis, Mn.bonneae, dan Mn.dives yang berkembang biak di daerah rawa di Sumatera, Kalimantan, dan Maluku. Di daerah Sulawesi, B.malayi ditularkan oleh An.barbirostris yang menggunakan sawah sebagai tempat perindukannya. B.timori ditularkan oleh An.barbirostris yang berkembang biak di daerah sawah, baik di dekat pantai maupun di daerah pedalaman. B.timori hanya ditemukan di daerah NTT dan Timor Timur. E. Patologi Perubahan patologi yang utama terjadi akibat kerusakan inflamatorik pada sistem limfatik yang disebabkan oleh cacing dewasa, bukan mikrofilaria. Cacing dewasa ini hidup dalam saluran limfatik aferen atau sinus – sinus limfe sehingga menyebabkan dilatasi limfe. Dilatasi ini mengakibatkan penebalan pembuluh darah di sekitarnya. Akibat kerusakan pembuluh darah, terjadi infiltrasi sel plasma, eosinofil, dan makrofag di dalam dan sekitar pembuluh darah yang terinfeksi dan bersama dengan proliferasi endotel serta jaringan ikat, menyebabkan saluran limfatik berkelok – kelok serta katup limfatik menjadi rusak. Limfedema dan perubahan statis yang kronik terjadi pada kulit diatasnya. F. Cara Penularan Seseorang dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah apabila orang tersebut digigit nyamuk yang infektif yaitu nyamuk yang mengandung larva stadium III ( L3 ). Nyamuk tersebut mendapat cacing filarial kecil ( mikrofilaria ) sewaktu menghisap darah penderita mengandung microfilaria atau binatang reservoir yang mengandung microfilaria. Siklus Penularan penyakit kaiki gajah ini melalui dua tahap, yaitu perkembangan dalam tubuh nyamuk ( vector ) dan tahap kedua perkembangan
  • 14. dalam tubuh manusia (hospes) dan reservoair. Gejala klinis Filariais Akut adalah berupa ; Demam berulang-ulang selama 3 - 5 hari, Demam dapat hilang bila istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat ; pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha, ketiap (lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit ; radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde lymphangitis) ; filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening, dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah ; pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas (early lymphodema). Gejal klinis yang kronis ; berupa pembesaran yang menetap (elephantiasis) pada tungkai, lengan, buah dada, buah zakar (elephantiasis skroti). H. DIAGNOSIS 1.Diagnosis Parasitologi a) Deteksi parasit : menemukan mikrofilaria di dalam darah, cairan hidrokel atau cairan kiluria pada pemeriksaan sediaan darah tebal, teknik konsentrasi Knott, membran filtrasi dan tes provokatif DEC. b) Diferensiasi spesies dan stadium filaria : menggunakan pelacak DNA yang spesies spesifik dan antibodi monoklonal. 2. Radiodiagnosis a) Pemeriksaan dengan ultrasonografi ( USG ) pada skrotum dan kelenjar getah bening ingunial. b) Pemeriksaan limfosintigrafi dengan menggunakan dekstran atau albumin yang ditandai dengan adanya zat radioaktif. 3. Diagnosis imunologi Dengan teknik ELISA dan immunochromatographic test ( ICT ), menggunakan antibodi monoklonal yang spesifik.2 I. Terapi dan Pencegahan Obat utama yang digunakan adalah dietilkarbamazin sitrat ( DEC ).5 DEC bersifat membunuh mikrofilaria dan juga cacing dewasa pada pengobatan jangka panjang. Hingga saat ini, DEC merupakan satu-satunya obat yang efektif, aman, dan relatif murah. Untuk filariasis bankrofti, dosis yang dianjurkan adalah 6mg/kg berat badan/hari selama 12 hari. Sedangkan untuk filaria brugia, dosis yang dianjurkan adalah 5mg/kg berat badan/hari selama 10 hari. Efek samping dari DEC ini adalah demam, menggigil, artralgia, sakit kepala, mual hingga muntah. Pada pengobatan filariasis brugia, efek samping yang ditimbulkan lebih berat. Sehingga, untuk pengobatannya dianjurkan dalam dosis rendah, tetapi waktu pengobatan dilakukan dalam waktu yang lebih lama.2 Obat lain yang juga dipakai adalah ivermektin.5 Ivermektin adalah antibiotik semisintetik dari golongan makrolid yang mempunyai aktivitas luas terhadap nematode dan ektoparasit. Obat ini hanya membunuh mikrofilaria. Efek samping yang ditimbulkan lebih ringan dibanding DEC. Pengobatan kombinasi dapat juga dengan dosis tunggal DEC dan Albendazol 400mg, diberikan setiap tahun selama 5 tahun. Pengobatan kombinasi meningkatkan efek filarisida DEC. Yang dapat diobati adalah stadium mikrofilaremia, stadium akut, limfedema, kiluria, dan stadium dini elefantiasis. Terapi suportif berupa pemijatan dan pembebatan juga dilakukan di samping pemberian antibiotika dan corticosteroid, khususnya pada kasus elefantiasis kronis. Pada kasus-kasus tertentu dapat juga dilakukan pembedahan.2
  • 15. Morfologi 1. Cacing dewasa hidup dalam jaringan sub kutan, 2. Betina berukuran 50-70 mm x 0,5 mm 3. Jantan 30-34 mm x 0,35-0,43 mm. Cacing 4. Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria yang beredar dalam darah pada siang hari (diurna). 5. Pada malam hari mikrofilaria berada dalam pembuluh darah paru-paru. Nama Penyakit Loa loa filariasis (juga dikenal sebagai loaiasis, Calabar swelling, Fugitive swelling, Tropical swelling dan Afrika eyeworm) penyakit mata yang disebabkan oleh cacing nematoda, loa loa. Gejala klinis 1. Menimbulkan gangguan di konjungtiva mata dan pangkal hidung dengan menimbulkan: • iritasi pada mata, • mata sendat, sakit, • pelupuk mata menjadi bengkak. 2. Pembengkakan jaringan yang tidak sakit 3. Ensefalitis Distribusi geografis Distribusi geografis loaiasis manusia terbatas pada hutan hujan dan rawa kawasan hutan Afrika Barat, terutama di Kamerun dan di Sungai Ogowe. Manusia adalah satu-satunya reservoir alami. Diperkirakan 12-13 juta manusia terinfeksi larva Loa loa. Siklus Hidup Parasit ini ditularkan oleh lalat Chrysops. Mikrofilaria yang beredar dalam darah diisap oleh lalat dan setelah kurang lebih 10 hari di dalam badan serangga, mikrofilaria tumbuh menjadi larva infektif dan siap ditularkan kepada hospes lainnya. Cacing dewasa tumbuh dalam badan manusia dan dalam waktu 1 sampai 4 minggu mulai berkopulasi dan cacing betina dewasa mengeluarkan mikrofilarianya. Diagnosis Diagnosis dibuat dengan menemukan mikrofilaria di dalam darah yang diambil pada waktu siang hari atau menemukan cacing dewasa di konjungtiva mata ataupun dalam jaringan subkutan Pengobatan • Penggunaan dietilkarbamasin (DEC) dosis 2 mg/kgBB/hari, 3 x sehari selama 14 hari • Pembedahan pada mata PENCEGAHAN 1. Menghindari gigitan Lalat 2. Pemberian obat-obatan 2 bln sekali 3. Jangan sering-sering masuk hutan Prognosis Prognosis biasanya baik apabila cacing dewasa telah dikeluarkan dari mata dan pengobatan berhasil dengan baik
  • 16. Dracunculus medinensis atau cacing Madinah (dulu endemik dikota Madinah, sekarang dinyatakan sudah musnah dari sana oleh WHO) merupakan parasit pada manusia dan mamalia di Asia dan Afrika. Larvanya terdapat pada tubuh Cyclops sp. diperairan tawar. Morfologi Cacing ini berbentuk silindris dan memanjang seprti benang. Permukaan tubuh berwarna putih susu dengan kutikula yang halus. Ujung anterior berbentuk bulat tumpul sedangkan ujung posterior melengkung membentuk kait. Memiliki mulut yang kecil dan ujung anteriornya dikelilingi paling sedikit 10 papila. Cacing jantan panjangnya 12-40 mm dan lebarnya 0,4 mm Cacing betina panjangnya 120 cm dan lebarnya1-2 mm. Nama Penyakit Dracunculiasis adalah infeksi yang disebabkan oleh cacing gelang Dracunculus medinensis. Yang menyebabkan rasa sakit, luka kulit meradang dan radang sendi yang melemahkan. Infeksi tersebut terjadi sebagian besar pada jalur sempit melintasi beberapa negara di daerah Afrika Selatan dan di Yaman dan hanya berlangsung pada musim tertentu Siklus hidup Bila manusia meminum air mentah mengandung cyclops yang telah terinfeksi oleh larva cacing ini menetas lalu menembus dinding usus menuju jaringan bawah kulit, jantung atau otak Setahun kemudian, cacing yang telah dewasa akan bereproduksi dan bergerak menuju permukaan kulit (umumnya tangan atau kaki), jantan akan mati setelah 3-7 bulan setelah infeksi. Betina yang akan bereproduksi akan menimbulkan bercak merah yang terasa sangat panas lalu menimbulkan luka terbuka pada anggota badan tersebut. Pada saat bagian tubuh yang terluka itu direndam air (untuk mengurangi rasa panas yang ditimbulkan) cacing betina dewasa akan keluar (dapat dilihat dengan mata) dari luka tersebut dan melepaskan larva muda kemudian larva muda mencari Cyclops dan siklus kembali terulang. setelah proses ini terselesaikan, betina akan mati, apabila tidak dapat keluar dari tubuh maka cacing tersebut akan terkristalisasi didalam tubuh inangnya. Luka terbuka yang diakibatkan oleh penetrasi cacing ini memiliki potansi yang besar terkena infeksi bakteri sekunder (bakteri tetanus,bakteri pemakan daging dsb) apabila tidak diobati secara tepat. PENYEBAB Orang menjadi terinfeksi dengan meminum air yang mengandung semacam binatang air yang terinfeksi berkulit keras yang kecil, yang selanjutnya menjadi hunian untuk cacing tersebut. setelah penyerapan, crustacean mati dan melepaskan larva, yang menembus dinding usus. Larva matang menjadi cacing dewasa sekitar 1 tahun. Setelah dewasa, cacing betina bergerak melalui jaringan di bawah kulit, biasanya menuju kaki. Di sana, mereka membuat bukaan pada kulit sehingga ketika mereka melepaskan larva, larva tersebut bisa meninggalkan tubuh, masuk ke air, dan menemukan hunian crustacean. Jika larva tidak mencapai kulit, mereka mati dan hancur atau mengeras (calcify) di bawah kulit. GEJALA Gejala-gejala diawali ketika cacing tersebut menembus kulit. Sebuah lepuhan terbentuk pada bukaan. Daerah di sekitar lepuhan gatal, terbakar, dan meradang-bengkak, merah, dan menyakitkan. Material yang dilepaskan cacing tersebut bisa menyebabkan reaksi alergi, yang bisa mengakibatkan kesulitan bernafas, muntah, dan ruam yang gatal. Gejala-gejala reda dan lepuhan tersebut sembuh
  • 17. setelah cacing dewasa meninggalkan tubuh. pada sekitar 50% orang, infeksi bakteri terjadi di sekitar bukaan karena cacing tersebut. Kadangkala persendian dan tendon di sekitar lepuhan rusak. Diagnosa Diagnosa adalah jelas ketika cacing dewasa tampak pada lepuhan. Sinar X kemungkinan dilakukan untuk menentukan klasifikasi cacing. Dapat dibuat bila terdapat garis linier berliku-liku pada permukaan kulit dan ditemukannyan papula atau vesikula pada salah satu ujung gris tersebut serta munculnya prodromal atau sistemik. Pengobatan Biasanya, cacing dewasa pelan-pelan diangkat lebih dari sehari sampai seminggu dengan memutarnya pada sebuah batang. Cacing tersebut bisa diangkat dengan cara operasi setelah bius lokal digunakan, tetapi pada banyak daerah, metode ini tidak tersedia. Orang yang juga mengalami infeksi bakteri kadangkala diberikan metronidazole untuk mengurangi peradangan. PENCEGAHAN 1. Penyaringan air minum melalui kain katun tipis. 2. merebus air hingga mendidih sebelum digunakan. 3. Dan hanya meminum air berklorin membantu mencegah dracunculiasis 2.1 Trematoda Hati I. Turbellaria (cacing rambut getar) platyhelm_turbellaria_dugesia Turbellaria memiliki ukuran tubuh bersilia dengan ukuran 15 – 18 mm.Silia digunakan untuk bergerak.Pergerakan juga dapat menggunakan otot dengan gerakan seperti gelombang.Pada kalas ini akan dibahas mengenai ciri salah satu contoh Turbellaria, yaitu Dugesia. Bagian anterior tubuh Dugesia berbentuk segitiga dan memiliki sistem indera berupa sepasang bintik mata serta celah yang disebut aurikel.Bintik mata untuk membedakan keadaan gelap dan terang, sedangkan aurikel berfungsi sebagai indera pembau saat Dugesia mencari makanannya. Permukaan tubuh bagian ventral Dugesia memiliki silia yang berfungsi untuk pergerakan.Pada bagian tengah tubuhnya terdapat mulut.Melalui mulut, faring dapat dijulurkan keluar untuk menangkap mangsa yang selanjutnya dicerna di dalam usus. Sistem eksresi Dugesia terdiri dari saluran bercabang-cabang yang disebut protonefridia, memanjang dari pori-pori pada permukaan tubuh bagian dorsal sampai ke sel-sel api dalam tubuhnya.Sel-sel api yang berbentuk seperti bola lampu dan memiliki silia di dalamnya.Pergerakan silia berfungsi untuk menggerakkan air dalam sel menyerupai nyala api sehingga sel tersebut dinamakan sel api. Dugesia merupakan hewan hemafrodit, namun reproduksi seksual tidak dapat dilakukan hanya oleh satu individu.Fertilisasi dilakukan secara silang oleh dua individu Dugesia.Zigot yang terbentuk berkembang tanpa melalui proses periode larva.Sedangkan reproduksi aseksual adalah dengan membelah dirinya dan setiap belahan tubuh akan menjadi individu baru yang dikarenakan oleh daya regenerasinya yang sangat tinggi. Trematoda (cacing isap)
  • 18. platyhelm_trematoda_clonorchis Trematoda disebut sebagai cacing isap karena cacing ini memiliki alat pengisap.Alat pengisap terdapat pada mulut di bagian anterior tubuhnya.kegunaan alat isap adalah untuk menempel pada tubuh inangnya.Pasa saat menempel cacing ini mengisap makanan berupa jaringan atau cairan tubuh inangnya.Dengan demikian, Trematoda merupakan hewan parasit. Trematoda dewasa pada umumnya hidup di dalam hati, usus, paru-paru, ginjal, dan pembuluh darah vertebrata.Trematoda berlindung di dalam tubuh inangnya dengan melapisi permukaan tubuhnya dengan kutikula dan permukaan tubuhnya tidak memiliki silia.Salah satu contoh Trematoda adalah cacing hati (Fasciola hepatica).Cacing hati memiliki daur hidup yang kompleks karena melibatkan sedikitnya dua jenis inang, yaitu inang utama dan inang sebagai perantara.Daur hidup cacing hati terdiri dari fase seksual dan aseksual.Fase seksual terjadi saat cacing hati dewasa berada di dalam tubuh inang utama.Fase aseksual dengan membelah diri terjadi saat larva berada di dalam tubuh inang perantara. Beberapa jenis cacing hati yang dapat menginfeksi manusia antara lain sebagai berikut : a) Opisthorchis sinensis ( Cacing hati cina ) cacing dewasa hidup pada organ hati manusia.Inang perantaranya adalah siput air dan ikan. b) Schistosoma japonicum Cacing ini hidup di dalam pembuluh darah pad saluran pencernaan manusia.Manusia merupakan inang utamanya, namun hewan juga dapat terinfeksi seperti tikus, anjing, babi, dan sapi.Inang perantaranya adalah siput amphibi Oncomelania hupensis.Cacing ini menyebabkan penyakit skistosomiasis dengan ciri demam, anemia, disentri, berat badan turun, dan pembengkakan hati. c) Paragonimus westermani Cacing ini hidup dalam paru-paru manusia.Inang perantaranya adalah udang air tawar.
  • 19. Ass. nematoda, itu ciri2 morfologinya,cara perkembangbiakannya gmn? dasr-dasar pengelompknny gmn? Klas nematoda terdiri dari bebrapa spesies tidak hanya bersifat parasitik terhadap manusia, namun juga terhadap binatang, tumbuhan baik yang diusahakan maupun liar. Nematoda merupakan organisme yang mempunyai struktur sederhana. Nematoda dewasa tersusun oleh ribuan sel-sel somatik, ratusan sel diantaranya membentuk sistem reproduksi. Tubuh nematoda berupa tabung yang disebut sebagai pseudocoelomate. Kutikula: Merupakan bagian dinding tubuh bagian luar yang berfungsi sebagai pelindung bagian di bawahnya. Ciri morfologi nematoda: 1. Tubuhnya tidak bersegmen. 2. Bentuknya silindris memanjang, kecuali pada beberapa genera yang berjenis kelamin betina. 3. Simetris bilateral. 4. Merupakan binatang yang mempunyai tiga lapisan (triploblastik) atau terdiri dari tiga lapis blastula (lapisan ini terbentuk dan berkembang di dalam telur). 5. Mempunyai rongga tubuh semu. 6. Tubuhnya transparan (dan tidak berwarna). 7. Memiliki sistem organ tubuh lengkap, yang berupa sistem pencernaan (memanjang dengan bentuk esofagus yang bervariasi) sistem ekskresi, sistem syaraf, sistem pengeluaran, dan sistem reproduksi. Tidak memiliki sistem peredaran darah. 8. Nematoda parasit tanaman biasanya mempunyai stilet.