2. Konsep dan Tujuan Industrialisasi
Konsep Industrialisasi Dalam Sejarah Pembangunan Ekonomi
Berawal Dari Proses Revolusi Industri Dengan Serangkaian
Penemuan-penemuan Baru Yang Inovativ. Industrialisasi Merupakan
Proses Interaksi Antara Pengembangan Teknologi, Inovasi,
Spesialisasi, Dan Perdaganan Antar Negara Yang Pada Gilirannya
Sejalan Dengan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Yang
Mendorong Perubahan Struktur Ekonomi.
Secara Umum Pertumbuhan Ekonomi Dan Peningkatan Pendapatan
Perkapita Hanya Dapat Terjamin Lewat Industrialisasi Kecuali
Negara-negara Yang Sangat Kaya akan SDA.
Industrialisasi Juga Dapat Diartikan Sebagai Proses Modernisasi
Ekonomi Yang Mencakup Semua Sektor Ekonomi Yang Terkait
Langsung Maupun Tidak Langsung Dengan Industri Manufatur
3. PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR
NASIONAL
Sector Industry Manufaktur Di Banyak Negara Berkembang Mengalami
Perkembangan Sangat Pesat Dalam Tiga Decade Terakhir. Asia Timur Dan
Asia Tenggara Dapat Dikatakan Sebagai Kasus Istimewa. Lebih Dari 25
Tahun Terakhir, Dijuluki A Miraculous Economic Karena Kinerja Ekonominya
Sangat Hebat.
Dari 1970 Hinga 1995, Industry Manufaktur Merupakan Contributor
Utama. Untuk Melihat Sejauh Mana Perkembangan Industry Manufaktur Di
Indonesia Selama Ini, Perlu Dilihat Perbandingan Kinerjanya Dengan Sector
Yang Sama Di Negara-negara Lain. Dalam Kelompok ASEAN, Misalnya
Kontribusi Output Dari Sector Industry Manufaktur Terhadap Pembentukan
PDB Di Indonesia Masih Relative Kecil, Walaupun Laju Pertumbuhan
Output Rata-ratanya Termasuk Tinggi Di Negara-negara ASEAN Lainnya.
Struktur Ini Menandakan Indonesia Belum Merupakan Negara Dengan
Tingkat Industrialisasi Yang Tinggi Dibandingkan Malaysia Dan Thailand.
4. PERMASALAHAN DALAM INDUSTRI MANUFAKTUR
Secara Umum, Industry Manufaktur Di Negara-negara
Berkembang Masih Terbelakang Jika Dibandingkan
Dengan Sector Yang Sama Di Negara Maju, Walaupun Di
Negara-negara Berkembanga Ada Negara-negara Yang
Industrinya Sudah Sangat Maju.
Dalam Kasus Indonesia, UNIDO (2000) Dalam Studinya
Mengelompokkan Masalah Yang Dihadapi Industry
Manufaktur Nasional Ke Dalam 2 Kategori, Yaitu
Kelemahan Yang Bersifat Structural Dan Yang Bersifat
Organisasi.
5. I. Kelemahan-kelemahan Struktural
1. BASIS EKSPOR DAN PASAR YANG SEMPIT
Tergantung 4 Produk: Kayu Lapis, Pakaian Jadi, Tekstil, Dan Alas Kaki
Dengan Pangsa 50%. Sepuluh (10) Produk Menguasai 80% Total Ekspor.
Pasar Terbatas Kepada Negara-negara Yang Menerapkan Kuota (The
Multi-fibre Agreement, Mfa) Seperti Usa, Ec, Kanada, Norway, Dan
Turkey. Tiga Negara Menyerap 50% Ekspor Manufaktur, Sementara
50% Ekspor Pakaian Jadi Dan Tekstil Diserap USA.
Tiga Negara (Us, Jepang Dan Singapura), Menyerap 50% Dari Total
Ekspor Manufaktur Indonesia, Sementara Us Menyerap Hampir
Setengah Total Nilai Ekspor Tekstil Dan Pakaian Jadi
Banyak Produk Manufaktur Padat Karya Yang Terpilih Sebagai Produk
Unggulan Indonesia Mengalami Penurunan Harga Di Pasar Dunia
Akibat Persaingan Ketat.
Faktor Eksternal Berpengaruh Signifikan Dalam Penurunan Daya Saing
Ekspor.
6. 2. Ketergantungan Pada Impor Sangat Tinggi
Karena Terlalu Besar Bergantung Pada PMA, Industri-
industri Berteknologi Tinggi Seperti Farmasi, Kimia,
Elektronik, Barang-barang Konsumsi, Alat-alat Listrik,
Dan Otomotif, Maka Industri Manufaktur Indonesia
Tidak Sebenarnya Tapi Hanya Merupakan
Penggabungan, Pengepakan.
7. 3. Tidak adanya/kurangnya Industri berteknologi
mengengah
Kontribusi Industri-industri Berteknologi Menengah
Seperti Industri Karet Dan Plastik, Semen, Logam
Dasar, Dan Barang-barang Sederhana Dari Logam
Terus Menurun.. Kontribusi Produk-produk Padat
Modal Seperti Material Plastik, Pupuk, Bubuk Kertas
Dan Kertas, Besi Dan Baja Turun. Kecendrungan Ini
Berbeda Dengan Negara-negara Lain Dengan Derajat
Industrialisasi Yang Relatif Sama.
9. II. Kelemahan-kelemahan Organisasi
Industry Skala Kecil Dan Menengah (IKM) Masih
Underdeveloped
Konsentrasi Pasar
Lemahnya Kapasitas Untuk Menyerap Dan
Mengembangkan Teknologi
Lemahnya SDM
11. Strategi Substritusi Impor
Lebih Menekankan Pada Pengembangan Industry
Yang Berorientasi Pada Pasar Domestic
Strategi Subtitusi Impor Adalah Industry Domestic
Yang Membuat Barang Menggantikan Impor
Dilandasi Oleh Pemikiran Bahwa Laju Pertumbuhan
Ekonomi Yang Tinggi Dapat Dicapai Dengan
12. Mengembangkan Industry Dalam Negeri Yang
Memproduksi Barang Pengganti Impor
SDA Dan Factor Produksi Lain (Terutama Tenaga
Kerja) Cukup Tersedia
Potensi Permintaan Dalam Negeri Memadai
Pendorong Perkembangan Sector Industry
Manufaktur Dalam Negeri
Dengan Perkembangan Industry Dalam Negeri,
Kesempatan Kerja Lebih Luas
Dapat Mengurangi Ketergantungan Impor
13. Penerapan Strategi Subtitusi Impor Dan Hasilnya Di
Indonesia
Industry Manufaktur Nasional Tidak Berkembang Baik
Selama Orde Baru
Ekspor Manufaktur Indonesia Belum Berkembang
Dengan Baik
Kebijakan Proteksi Yang Berlebihan Selama Orde
Baru Menimbulkan High Cost Economy
Teknologi Yang Digunakan Oleh Industry Dalam
Negeri, Sangat Diproteksi
14. Strategi Promosi Ekspor
Lebih Berorientasi Ke Pasar Internasional Dalam
Pengembangan Usaha Dalam Negeri
Tidak Ada Diskriminasi Dalam Pemberian Insentif Dan Fasilitas
Kemudahan Lainnya Dari Pemerintah
Dilandasi Pemikiran Bahwa Laju Pertumbuhan Ekonomi Yang
Tinggi Dapat Dicapai Jika Produk Yang Dibuat Di Dalam Negeri
Dijual Di Pasar Ekspor
Strategi Promosi Ekspor Mempromosikan Fleksibilitas Dalam
Pergeseran Sumber Daya Ekonomi Yang Ada Mengikuti
Perubahan Pola Keunggulan Komparatif
15. Kebijakan Industrialisasi
Dirombaknya System Devisa Sehingga Transaksi Luar
Negeri Lebih Bebas Dan Sederhana
Dikuranginya Fasilitas Khusus Yang Hanya Disediakan
Bagi Perusahaan Negara Dan Kebijakan
Pemerintah Untuk Mendorong Pertumbuhan Sector
Swasta Bersama-sama Dengan BUMN