3. A. Konsep dan Tujuan Industrialisasi
Konsep industrialisasi dalam sejarah pembangunan
ekonomi berawal dari proses revolusi industri dengan
serangkaian penemuan-penemuan baru yang inovativ.
Industrialisasi merupakan proses interaksi antara
pengembangan teknologi, inovasi, spesialisasi, dan
perdaganan antarnegara yang pada gilirannya sejalan
dengan peningkatan pendapatan masyarakat yang
mendorong perubahan struktur ekonomi.
Secara umum pertumbuhan ekonomi dan peningkatan
pendapatan perkapita hanya dapat terjamin lewat
industrialisasi kecuali negara-negara yang sangat kaya
akan SDA, seperti Kuwait dan Libya.
4. Riedel (1992) : Industrialisasi bukanlah tujuan tapi strategi
untuk mendukung proses pembangunan untuk mencapai
peningkatan perdapatan perkapita.
Chenery (1992) : Industrialisasi merupakan tahapan logis
dari perubahan struktur industri yang diwujudkan melalui
kenaikan kontribusi sektor industri manufaktur dalam
permintaan konsumen, produksi, ekspor, dan kesempatan
kerja.
5. B. Faktor-faktor Pendorong Industrialisasi
a) Kemampuan teknologi dan inovasi
b) Laju pertumbuhan pendapatan nasional per kapita
c) Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri. Negara
yang awalnya memiliki industri dasar/primer/hulu seperti
baja, semen, kimia, dan industri tengah seperti mesin alat
produksi akan mengalami proses industrialisasi lebih cepat
d) Besar pangsa pasar DN yang ditentukan oleh tingkat
pendapatan dan jumlah penduduk.Indonesia dengan 200
juta orang menyebabkan pertumbuhan kegiatan ekonomi
6. e) Ciri industrialisasi yaitu cara pelaksanaan industrialisasi
seperti tahap implementasi, jenis industri unggulan dan
insentif yang diberikan.
f) Keberadaan SDA. Negara dengan SDA yang besar
cenderung lebih lambat dalam industrialisasi
g) Kebijakan/strategi pemerintah seperti tax holiday dan
bebas bea masuk bagi industri orientasi ekspor
7. C. Pola Pengembangan Industri
Pengelompokan pola pikir industrialisasi secara
keseluruhan telah tercakup dalam Pola Pengembangan
Indutri Nasional (PPIN) yang dibuat oleh
Departemen Perindustrian (dalam Siahaan, 1996). PPIN
tersebut berintikan 6 butir kebijakan :
1. Pengembangan industri yang diarahkan untuk pendalaman
dan pemantapan struktur industri serta dikaitkan dengan
sektor lainnya.
2. Pengembangan indutri permesinan dan
elektronika penghasil barang modal.
8. 3. Pengembangan industri kecil.
4. Pembangunan ekspor komoditi industri.
5. Pembangunan kemampuan penelitian, pengembangan
dan rancang bangun khususnya perangkat lunak dan
perekayasaan.
6. Pembangunan kemampuan para wiraswasta dan tenaga
kerja industri berupa manajemen,keahlian, kejujuran serta
keterampilan
9. D. Perkembangan Sektor Industri Manufaktur Nasional
Sektor industri manufaktur di banyak Negara berkembang
mengalami perkembangan sangat pesat dalam tiga dekade
terakhir. Asia Timur dan Asia Tenggara dapat dikatakan
sebagai kasus istimewa. Lebih dari 25 tahun terakhir,
dijuluki a miraculous economic karena kinerja ekonominya
sangat hebat. Dari 1970 hinga 1995, industri manufaktur
merupakan kontributor utama.Untuk melihat sejauh mana
perkembangan industri manufaktur di Indonesia selama ini,
perlu dilihat perbandingan kinerjanya dengan sektor yang
sama di Negara-negara lain.
10. Dalam kelompok ASEAN, misalnya kontribusi output dari
sektor industri manufaktur terhadap pembentukan PDB di
Indonesia masih relative kecil, walaupun laju pertumbuhan
output rata-ratanya termasuk tinggi di Negara-negara
ASEAN lainnya. Struktur ini menandakan Indonesia
belum merupakan Negara dengan tingkat industrialisasi
yang tinggi dibandingkan Malaysia dan Thailand.
11. Permasalahan dalam Industri Manufaktur
Secara umum, industri manufaktur di Negara-negara
berkembang masih terbelakang jika dibandingkan dengan
sektor yang sama di Negara maju, walaupun di Negara-
negara berkembang ada Negara-negara yang industrinya
sudah sangat maju.Dalam kasus Indonesia, UNIDO (2000)
dalam studinya mengelompokkan masalah yang dihadapi
industri manufaktur nasional ke dalam 2 kategori, yaitu
kelemahan yang bersifat struktural dan yang bersifat
organisasi.
12. Kelemahan-kelemahan struktural di antaranya
1. Basis ekspor dan pasarnya yang sempit
Empat produk, yakni kayu lapis, pakaian jadi, tekstil dan
alas kaki memiliki pangsa 50% dari nilai total manufaktur
Pasar tekstil dan pakaian jadi sangat terbatas
Tiga Negara (US, Jepang dan Singapura), menyerap 50%
dari total ekspor manufaktur Indonesia, sementara US
menyerap hampir setengah total nilai ekspor tekstil dan
pakaian jadi.
13. Sepuluh produk menyumbang 80% seluruh hasil ekspor
manufaktur.
Banyak produk manufaktur padat karya yang terpilih
sebagai produk unggulan Indonesia mengalami penurunan
harga di pasar dunia akibat persaingan ketat. Banyak
produk manufaktur yang merupakan ekspor
tradisional Indonesia mengalami penurunan daya saing
2. Ketergantungan impor yang sangat tinggi
3. Tidak adanya industri berteknologi menengah
4. Konsentrasi regional
14. Kelemahan-kelemahan organisasi:
1. Industri skala kecil dan menengah (IKM) masih
underdeveloped
2. Konsentrasi pasar
3. Lemahnya kapasitas untuk menyerap dan
mengembangkan teknologi
4. Lemahnya SDM
15. Strategi dan Kebijakan Pembangunan Sektor
Industri
1. Strategi Subtitusi Impor
2. Penerapan strategi subtitusi impor dan hasilnya di
Indonesia
3. Strategi Promosi Ekspor
4. Kebijakan industrialisasi
16. Argumen Bagi Strategi Substritusi Impor
SUMER DAYA ALAM DAN FAKTOR LAIN
PERMINTAAN PASAR DALAM NEGERI
GROWTH POLE INDUSTRI DLM NEGERI
KESEMPATAN KERJA
MENGHEMAT DEVISA DAN KETERGANTUNGAN
DARI LUAR NEGERI
17. TAHAPAN STRATEGI SUBT. IMPOR
MEMBANGUN INDUSTRI BARANG-BARANG
KONSUMSI
MENGEMBANGKAN INDUSTRI HULU (UPSTREAM
INDUSTRIES)
18. PENERAPAN STRATEGI SUBTSTITUSI IMPOR
DI INDONESIA
BENTUK JOINT VENTURE
SKALA BESAR DAN PADAT MODAL
INFANT INDUSTRI ARGUMENT- PROTEKSI
BERLEBIHAN DAN DALAM JANGKA WAKTU
LAMA
HIGH COST ECONOMY-INEFFICIENT
TIDAK PROFESIONAL, DAYA SAING RENDAH
TERGANTUNG IMPORTED CONTENTS
NERACA PEMBAYARAN TERANCAM
19. PENYEBAB KEGAGALAN
(menurut Hasibuan, 1993)
Ketidak siapan bahan baku dan tenaga kerja
Kompetisi pasar kecil atau tidak ada
Ketergantungan pada impor tinggi
Pilihan teknologi produksi yang salah
Nilai tambah yang terus menurun
Proteksi yang tidak mendidik
20. STRATEGI PROMOSI EKSPOR
SYARAT
EFEKTIF
ADA SIGNAL
HARGA YANG
JELAS DI PASAR
PROTEKSI IMPOR
RENDAH
NILAI TUKAR MATA UANG
YANG REALISTIS
INSENTIF YANG
MANTAP DALAM
PENINGKATAN
EKSPOR
21. Pengukuran Daya Saing Industri
Daya saing industri merupakan penomena di tingkat mikro
perusahaan, maka kebijakan pembangunan industri
nasional didahului dengan mengkaji sektor industri secara
utuh sebagai dasar pengukurannya. Analisa difokuskan
pada dua sisi yaitu: Sisi Penawaran dan Sisi Permintaan.
Sisi penawaran diukur dari 2 unsur yaitu: 9, 2010 Kondisi
kemampuan ekonomi Indonesia atau Modal Dasar (SDA,
SDM, Teknologi, daninfrastruktur fisik, Kondisi saat ini
struktur industri manufaktur Indonesia (kemampuan)