2. INDUSTRI
yaitu menyangkut semua kegiatan manusia dalam bidang
ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial. Karena
merupakan kegiatan ekonomi yang luas maka jumlah dan
macam industri berbeda-beda untuk tiap negara atau daerah.
Pada umumnya, makin maju tingkat perkembangan
perindustrian di suatu negara atau daerah, makin banyak
jumlah dan macam industri, dan makin kompleks pula sifat
kegiatan dan usaha tersebut.
3. Klasifikasi industri berdasarkan
bahan baku
a. Industri ekstraktif, yaitu industri yang bahan bakunya
diperoleh langsung dari alam. Misalnya: industri hasil
pertanian, industri hasil perikanan, dan industri hasil
kehutanan.
b. Industri nonekstraktif, yaitu industri yang mengolah lebih
lanjut hasilhasil industri lain. Misalnya: industri kayu lapis,
industri pemintalan, dan industri kain.
c. Industri fasilitatif atau disebut juga industri tertier. Kegiatan
industrinya adalah dengan menjual jasa layanan untuk
keperluan orang lain. Misalnya: perbankan, perdagangan,
angkutan, dan pariwisata.
4. Klasifikasi industri berdasarkan
tenaga kerja
Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang
dari empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga
kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri
biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya:
industri anyaman, industri kerajinan, industri tempe/ tahu, dan industri makanan
ringan.
Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19
orang, Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relative kecil, tenaga
kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara.
Misalnya: industri genteng, industri batubata, dan industri pengolahan rotan.
Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20
sampai 99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar,
tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki
kemapuan manajerial tertentu. Misalnya: industri konveksi, industri bordir, dan
industri keramik.
Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang.
Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif
dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan
khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemapuan dan kelayakan
(fit and profer test). Misalnya: industri tekstil, industri mobil, industri besi baja,
dan industri pesawat terbang.
5. Klasifikasi industri berdasarkan
produksi yang dihasilkan
Industri primer, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda yang
tidak perlu pengolahan lebih lanjut. Barang atau benda yang dihasilkan
tersebut dapat dinikmati atau digunakan secara langsung. Misalnya:
industri anyaman, industri konveksi, industri makanan dan minuman.
Industri sekunder, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda
yang membutuhkan pengolahan lebih lanjut sebelum dinikmati atau
digunakan. Misalnya: industri pemintalan benang, industri ban, industri
baja, dan industri tekstil.
Industri tertier, yaitu industri yang hasilnya tidak berupa barang atau
benda yang dapat dinikmati atau digunakan baik secara langsung maupun
tidak langsung, melainkan berupa jasa layanan yang dapat
mempermudah atau membantu kebutuhan masyarakat. Misalnya: industri
angkutan, industri perbankan, industri perdagangan, dan industri
pariwisata.
6. Faktor-faktor Pendorong
Industrialisasi
• Kemampuan teknologi dan inovasi
• Laju pertumbuhan pendapatan nasional per kapita
• Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri. Negara yang
awalnya memiliki industri dasar/primer/hulu seperti baja, semen,
kimia, dan industri tengah seperti mesin alat produksi akan
mengalami proses industrialisasi lebih cepat
• Besar pangsa pasar DN yang ditentukan oleh tingkat pendapatan
dan jumlah penduduk. Indonesia dengan 200 juta orang
menyebabkan pertumbuhan kegiatan ekonomi
• Ciri industrialisasi yaitu cara pelaksanaan industrialisasi seperti
tahap implementasi, jenis industri unggulan dan insentif yang
diberikan.
• Keberadaan SDA. Negara dengan SDA yang besar cenderung
lebih lambat dalam industrialisasi
• Kebijakan/strategi pemerintah seperti tax holiday dan bebas bea
masuk bagi industri orientasi ekspor.
7. Pola Pengembangan Industri
Pengelompokan pola pikir industrialisasi secara keseluruhan
telah tercakup dalam Pola Pengembangan Indutri Nasional (PPIN)
yang dibuat oleh Departemen Perindustrian (dalam Siahaan, 1996).
PPIN tersebut berintikan 6 butir kebijakan :
Pengembangan industri yang diarahkan untuk pendalaman dan
pemantapan struktur industri serta dikaitkan dengan sektor lainnya.
Pengembangan indutri permesinan dan elektronika penghasil barang
modal.
Pengembangan industri kecil.
Pembangunan ekspor komoditi industri.
Pembangunan kemampuan penelitian, pengembangan dan rancang
bangun khususnya perangkat lunak dan perekayasaan.
Pembangunan kemampuan para wiraswasta dan tenaga kerja
industri berupa manajemen, keahlian, kejujuran serta keterampilan.
8. Perkembangan Sektor Industri
Manufaktur Nasional
Sektor industri manufaktur di banyak Negara berkembang
mengalami perkembangan sangat pesat dalam tiga decade terakhir.
Asia Timur dan Asia Tenggara dapat dikatakan sebagai kasus
istimewa. Lebih dari 25 tahun terakhir, dijuluki a miraculous
economic karena kinerja ekonominya sangat hebat. Dari 1970 hinga
1995, industri manufaktur merupakan contributor utama.
Untuk melihat sejauh mana perkembangan industry manufaktur di
Indonesia selama ini, perlu dilihat perbandingan kinerjanya dengan
sector yang sama di Negara-negara lain. Dalam kelompok ASEAN,
misalnya kontribusi output dari sector industry manufaktur terhadap
pembentukan PDB di Indonesia masih relative kecil, walaupun laju
pertumbuhan output rata-ratanya termasuk tinggi di Negara-negara
ASEAN lainnya. Struktur ini menandakan Indonesia belum
merupakan Negara dengan tingkat industrialisasi yang tinggi
dibandingkan Malaysia dan Thailand.
9. Permasalahan dalam Industri
Manufaktur
1. Basis ekspor dan pasarnya yang sempit
Empat produk, yakni kayu lapis, pakaian jadi, tekstil dan alas kaki memiliki pangsa 50% dari nilai
total manufaktur
Pasar tekstil dan pakaian jadi sangat terbatas
Tiga Negara (US, Jepang dan Singapura), menyerap 50% dari total ekspor manufaktur Indonesia,
sementara
US menyerap hampir setengah total nilai ekspor tekstil dan pakaian jadi
Sepuluh produk menyumbang 80% seluruh hasil ekspor manufaktur
Banyak produk manufaktur padat karya yang terpilih sebagai produk unggulan Indonesia
mengalami penurunan harga di pasar dunia akibat persaingan ketat
Banyak produk manufaktur yang merupakan ekspor tradisional Indonesia mengalami penurunan
daya saing
Ketergantungan impor yang sangat tinggi
Tidak adanya industry berteknologi menengah
Konsentrasi regional
Kelemahan-kelemahan organisasi, di antaranya:
1. Industry skala kecil dan menengah (IKM) masih underdeveloped
2. Konsentrasi pasar
3. Lemahnya kapasitas untuk menyerap dan mengembangkan teknologi
4. Lemahnya SDM
10. Strategi dan Kebijakan Pembangunan Sektor
Industri
1. Strategi Subtitusi Impor
Lebih menekankan pada pengembangan industry yang berorientasi pada pasar domestik
Strategi subtitusi impor adalah industry domestic yang membuat barang menggantikan impor
Dilandasi oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai dengan
mengembangkan industry dalam negeri yang memproduksi barang pengganti impor
Pertimbangan yang lajim digunakan dalam memilih strategi ini adalah:
a. SDA dan factor produksi lain (terutama tenaga kerja) cukup tersedia
b. Potensi permintaan dalam negeri memadai
c. Pendorong perkembangan sector industry manufaktur dalam negeri
d. Dengan perkembangan industry dalam negeri, kesempatan kerja lebih luas
e.Dapat mengurangi ketergantungan impor
2. Penerapan strategi subtitusi impor dan hasilnya di Indonesia
Industry manufaktur nasional tidak berkembang baik selama orde baru
Ekspor manufaktur Indonesia belum berkembang dengan baik
Kebijakan proteksi yang berlebihan selama orde baru menimbulkan high cost economy
Teknologi yang digunakan oleh industry dalam negeri, sangat diproteksi
3. Strategi Promosi Ekspor
Lebih berorientasi ke pasar internasional dalam pengembangan usaha dalam negeri
Tidak ada diskriminasi dalam pemberian insentif dan fasilitas kemudahan lainnya dari pemerintah
Dilandasi pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai jika produk yang dibuat
di dalam negeri dijual di pasar ekspor
Strategi promosi ekspor mempromosikan fleksibilitas dalam pergeseran sumber daya ekonomi yang
ada mengikuti perubahan pola keunggulan komparatif
4. Kebijakan industrialisasi
Dirombaknya system devisa sehingga transaksi luar negeri lebih bebas dan sederhana
Dikuranginya fasilitas khusus yang hanya disediakan bagi perusahaan Negara dan kebijakan
pemerintah untuk mendorong pertumbuhan sector swasta bersama-sama dengan BUMN