Teks tersebut membahas tentang keanekaragaman makhluk hidup dan klasifikasi organisme. Ia menjelaskan bahwa terdapat keanekaragaman individu, populasi, dan sumber variasi antar organisme. Teks tersebut juga membahas penggolongan makhluk hidup untuk memudahkan studinya, serta pengaruh lingkungan terhadap kehidupan di Bumi.
1. 10 KEANEKARAGAMAN DAN KLASIFIKASI ORGANSIME
Pengantar
A. Keanekaragaman Makhluk Hidup
Pendahuluan
Sebelum kita menjelaskan bentuk dan ukuran dari suatu organisme, biasanya kita
membuat gambaran apakah itu tumbuhan atau hewan. Umumnya orang mengenal sifat-
sifat umum dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Kalau kita menyebut pohon, orang akan
segera mengenalnya bahwa yang dimaksud adalah tumbuh-tumbuhan. Akan tetapi jika
terdapat banyak pohon, perkataan pohon saja kurang memberi gambaran yang jelas
pohon mana yang dimaksud.
Ahli ilmu pengetahuan memperkirakan bahwa dibumi ini terdapat jutaan organisme
hidup, untuk dapat mengklasifikasikan dengan seksama harus dipikirkan adanya susunan
dari organisme tersebut.
Keanekaragaman makhluk hidup adalah suatu produk dari proses evolusi, yakni
suatu produk yang muncul dari prinsip-prinsip adaptasi, yang mendasari tentang
keanekaragaman adaptasi terhadap cara-cara kehidupan yang berbeda-beda. Oleh karena
itu, untuk dapat mempelajari tentang masalah “Keanekaragaman Makhluk Hidup”
dengan baik, maka diperlukan syarat-syarat untuk memahami terlebih dahulu tentang :
1. Proses-proses dasar evolusi, dan
2. Adaptasi evolusi
Mempelajari keanekaragaman makhluk hidup, berarti kita akan menghadapi suatu
kenyataan bahwa tidak mungkin dijumpai dua individu makhluk hidup apapun yang
memiliki kesamaan yang mutlak, antara lain tentang bentuk luarnya, tetapi sekaligus juga
akan menghadapi kenyataan bahwa di antara bentuk-bentuk yang sama atau yang
beranekaragan tersebut, masih dapat dicari pola-pola kesamaannya.
Oleh karena itu, setiap bentuk yang ada di alam ini memiliki kedudukan tertentu
dalam pola klasifikasi (penggolongan) yang selalu didasarkan atas pola-pola kesamaan
dan ketidak samaan makhluk hidup ini penting, karena selalu membawa konsentrasi juga
2. pada tuntutan untuk mempelajari klasifikasi makhluk hidup atas dasar adanya persamaan
dan ketidaksamaan ciri-cirinya. Dapat dikatakan bahwa hasil klasifikasi makhluk hidup
merupakan salah satu gambaran tentang kedudukan sistematik suatu populasi makhluk
hidup dalam sistem komunitas makhluk hidup sehingga lebih mudah untuk dipelajari.
Maka dapat pula dikatakan, bahwa mempelajari keanekaragaman makhluk hidup dengan
segala aspeknya adalah sangat bermanfaat untuk mempelajari makhluk hidup lebih lanjut.
1. Keanekaragaman Individu
Masing-masing dari kita manusia merupakan individu makhluk hidup. Begitu pula
halnya dengan tiap seekor sapi dalam kawanannya, setiap ekor ikan dalam kelompoknya,
setiap batang pohon karet dalam suatu perkebunan, dan lain sebagainya merupakan
individu-individu makhluk hidup. Dengan demikian, maka di dunia ini penuh dengan
individu makhluk hidup yang tidak terhingga banyaknya, berupa hewan (termasuk
manusia), tumbuh-tumbuhan dan juga mikroorganisme.
Pada umumnya kita dapat membedakan antara satu individu makhluk hidup dengan
individu-individu makhluk hidup lainnya, karena pada dasarnya memang di dunia ini
tidak ada dua individu makhluk hidup apapun yang benar-benar sama segala-galanya.
Setiap individu makhluk hidup mempunyai ciri-ciri antara individu makhluk hidup
tersebut.
Karena jumlah individu dan keanekaragaman makhluk hidup di muka bumi ini
terlalu banyak, tidak mungkin manusia dapat mengenal dan mempelajarinya satu persatu,
maka dicarilah cara untuk memudahkan mempelajarinya.
Setiap jenis terdiri dari sejumlah individu, antara jenis yang satu dengan jenis yang
lainnya, bahkan antara individu satu dengan individu lainnya terdapat perbedaan. Lebih
teliti kita dapat mengamati perbedaan dan persamaan antar jenis yang satu dengan jenis
yang lainnya. Semakin banyak persamaan jenis semakin dekat hubungan kekerabatannya,
dan sebaliknya semakin perbedaan atau semakin sedikit persamaan, maka semakin jauh
hubungan kekerabatan jenis tersebut.
Keanekaragaman individu ini dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain struktur
morfologis dan anatomis, aktivitas fisiologis, cara perkembangbiakan, susunan kimia
tubuh, ekologis dan lain-lain. Keanekaragaman antar satu organisme dalam satu jenis
3. disebut keanekaragaman gen, dan keanekaragaman yang terdapat antar satu jenis dengan
jenis lainnya disebut keanekaragaman jenis.
2. Keanekaragaman Populasi
Telah dikatakan, bahwa setiap individu makhluk hidup tersebut di samping
memiliki ciri-ciri khususnya sendiri-sendiri, juga memiliki persamaan ciri-ciri dengan
individu-individu makhluk hidup yang lain. Persamaan ciri-ciri dari individu-individu
makhluk hidup tersebut merupakan faktor pengikat yang mengikat individu-individu
makhluk hidup itu ke dalam satu kelompok makhluk hidup yang serupa atau sejenis. Jadi
atas dasar adanya persamaan ciri-ciri yang dimiliki oleh individu-individu makhluk hidup
ini, akan terbentuk satu kelompok makhluk hidup yang sejenis.
Di alam sekitar banyak dijumpai berbagai macam kelompok makhluk hidup yang
sejenis itu, antara lain seperti kelompok manusia, sekandang ayam, tanaman padi, pohon
mangga dan lain sebagainya.
Dalam biologi, kelompok individu yang sejenis itu disebut dengan populasi.
Apabila kita bicara tentang populasi makhluk hidup, kita harus menyebut nama jenis
individu makhluk hidup yang merupakan anggota populasi itu, dan kita membatasi
mengenai waktu dan tempatnya, misalnya :
- populasi murid dalam suatu sekolah
- populasi pohon karet dalam suatu perkebunan
- populasi burung elang dalam suatu pulau
Jadi, populasi makhluk hidup selalu menyangkut tentang nama jenis individu, waktu dan
di mana tempatnya. Di samping itu biasanya kita juga berhadapan dengan masalah
kuantitas atau jumlah dari populasi tersebut, misalnya :
- jumlah populasi badak dalam tahun 1970 di Ujung Kulon
- jumlah populasi kuda dalam tahun 1995 di Pulau Sumba
Nama-nama jenis individu yang telah disebutkan di atas menunjukkan nama
kelompok makhluk hidup dari populasi, dan bukan nama-nama individual makhluk hidup
sebab seperti yang telah kita ketahui bahwa populasi makhluk hidup disini, ialah
kelompok makhluk hidup yang serupa atau sejenis.
4. Selanjutnya yang harus kita perhatikan adalah mengenai kata serupa atau sejenis.
Kalau dalam sekelompok makhluk hidup terdapat adanya keserupaan, maka akibatnya
tentu ada perbedaan antara kelompok-kelompok individu makhluk hidup tersebut.
Sebagai contoh, antara kelompok kuda dengan kelompok keledai. Di dalam masing-
masing kelompok kuda ataupun keledai mempunyai unsur-unsur keserupaan, tetapi
antara kelompok kuda dengan kelompok keledai terdapat perbedaan, yaitu tubuh keledai
lebih kecil dibanding tubuh kuda, telinga keledai lebih panjang dibanding telinga kuda,
suara keledai berbeda dengan suara kuda dan lain sebagainya.
Dengan adanya perbedaan tersebut maka akhirnya para ahli biologipun setuju
bahwa antara kelompok kuda dengan kelompok keledai merupakan dua kelompok hewan
yang berlainan rupa dan jenisnya. Dan dengan menggunakan istilah biologi dikatakan,
bahwa antara kuda dan keledai berlainan spesiesnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka ternyata bahwa di dunia ini terdapat banyak sekali
populasi makhluk hidup yang masing-masing memiliki jenisnya atau spesiesnya sendiri-
sendiri, atau dengan kata lain bahwa setiap populasi makhluk hidup itu memiliki ciri-ciri
khusus. Ciri-ciri khusus setiap populasi makhluk hidup inilah yang menyebabkan
populasi makhluk hidup itu berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Dan ini pula
yang menunjukkan kepada kita akan adanya keanekaragaman populasi makhluk hidup di
dunia ini, dan spesies merupakan unit populasi yang berarti.
3. Sumber Keanekaragaman (Variasi)
Ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh setiap individu makhluk hidup yang dapat
membedakan antara individu yang satu terhadap individu-individu yang lainnya, tidak
hanya berupa ciri-ciri yang bersifat lahirnya atau yang terlihat saja, tetapi juga berupa
ciri-ciri yang tidak terlihat. Ciri-ciri yang terlihat dapat menimbulkan keanekaragaman
fenotip, antara lain keanekaragaman morfologis dari individu-individu makhluk hidup
itu, misalnya :
- pada manusia : keanekaragaman dalam bentuk tubuh, raut wajah, warna kulit, tinggi
badan, bentuk hidung, warna rambut, dan lain sebagainya.
- Pada hewan : keanekaragaman dalam besar tubuh, warna bulu, sifat menyusui atau
tidak, dan lain sebagainya.
5. - Pada tumbuhan : keanekaragam dalam hal besar buah, banyaknya daun, warna bunga,
tinggi tanaman, bentuk daun, dan lain sebagainya.
Sedangkan ciri-ciri yang tidak terlihat dapat menimbulkan keanekaragaman fenotip,
antara lain keanekaragaman jumlah kromosom yang terdapat pada inti setiap sel
penyusun tubuh individu makhluk hidup. Ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh setiap
individu makhluk hidup, baik yang terlihat ataupun yang tidak terlihat, semuanya
merupakan peristiwa-peristiwa kehidupan dalam tubuh setiap individu makhluk hidup
tersebut. Peristiwa kehidupan dalam tubuh setiap individu makhluk hidup itu merupakan
sifat-sifat menurun atau hereditas yang diwariskan dari induk (orang tua) kepada
keturunan (anak-anak)-nya.
A. Penggolongan Makhluk Hidup (Klasifikasi)
Makhluk hidup yang ada di bumi ini sangat banyak dan sangat beraneka ragam, bila
makhluk hidup itu kita pilih sebagai objek studi, maka menghadapi objek studi yang
demikian besar jumlah dan sangat beraneka ragam itu tidak ada jalan lain kecuali
mengadakan penggolongan (klasifikasi) atau kelompok-kelompok (unit-unit) dan
memberikan nama kepada masing-masing kelompok tadi.
Tujuan adanya pengelompokkan atau klasifikasi antara lain :
1. Untuk menyeragamkan pemberian nama objek ilmiah, baik untuk tumbuh-tumbuhan
ataupun untuk hewan
2. Untuk mengelompokkan baik tumbuh-tumbuhan ataupun hewan ke dalam suatu
golongan tertentu
3. Menghindari kesalahpahaman dalam pengenalan, baik terhadap tumbuh-tumbuhan
ataupun terhadap hewan
Dalam mengadakan klasifikasi dan memberikan nama kepada kelompok-kelompok
makhluk hidup itu diterapkan sistem-sistem tertentu dan dari sinilah lahir istilah
Sistematika, yang hingga sekarang digunakan sebagai nama suatu cabang ilmu biologi
yang ruang lingkupnya mencakup dua aspek utama yaitu : klasifikasi (pengelompokkan)
dan pemberian nama (tata nama). Kelompok atau unit yang terbentuk dalam
mengklasifikasikan makhluk hidup disebut pula takson dan dari istilah ini dijabarkan kata
6. Taksonomi yang merupakan nama lain dari Sistematika, yang sekarang banyak
digunakan oleh ahli-ahli biologi. Oleh karena itu, kita dapat pahami mengapa Sistematika
atau Taksonomi didefenisikan sebagai cabang biologi yang bertugas untuk mengadakan
identifikasi semua makhluk hidup, baik yang sekarang masih ada maupun yang dahulu
pernah ada. Dalam arti menentukan nama dan tempatnya dalam sistem klasifikasi,
sehingga diperoleh suatu rangkuman, ringkasan, atau gambaran mengenai seluruh
makhluk hidup di dunia ini.
Dari defenisi di atas, jelas bahwa objek studi sistimatik atau taksonomi itu
mencakup pula sisa-sisa makhluk hidup yang berupa fosil-fosil baik yang masih utuh,
maupun yang hanya tinggal fragmennya saja. Dapat kiranya diketahui bahwa kegiatan
dalam bidang taksonomi atau sistematik tentunya telah dimulai bersama-sama dengan
lahirnya manusia di bumi ini. Untuk mempertahankan hidupnya, manusia memerlukan
bahan-bahan yang berasal dari tumbuhan dan hewan. Jadi sejak adanya manusia di bumi,
pasti mereka berusaha mengenali tumbuhan dan hewan di lingkungannya, dan pasti pula
telah membeda-bedakan makhluk hidup (tumbuhan dan hewan) yang sudah dikenali itu,
serta memberikan nama-nama kepada tiap kelompok tumbuhan dan hewan tersebut.
Geografi Kehidupan di Bumi
1. Faktor Lingkungan.
Suatu faktor yang sangat menentukan adanya perbedaan jenis-jenis-jenis makhluk
hidup yang tinggal di suatu tempat di permukaan bumi ini adalah lingkungan hidup dari
tempat itu. Lingkungan hidup ini termasuk lingkungan abiotik, misalnya tanah, air dan
iklim di tempat itu. Iklim pada hakekatnya terdiri dari suhu dan curah hujan, sedangkan
temperartur tergantung dari banyaknya sinar matahari. Lingkungan biotik sangat besar
pengaruhnya, contohnya hewan tertentu memerlukan tumbuhan tertentu untuk hidupnya,
sedangkan tumbuhan itu memerlukan kondisi lingkungan abiotik tertentu untuk bisa
hidup. Jadi lingkungan dengan kondisi tertentu menentukan jenis tumbuhan atau hewan
yang mampu hidup di lingkungan tersebut, hal ini dapat dilihat pada lingkungan kita
sendiri.
2. Faktor Sejarah.
7. Yang dimaksud sejarah di sini adalah sejarah geologi, dahulu (2000 tahun yang lalu)
hanya ada satu benua, kemudian benua itu retak dan bergeser. Pergeseran tersebut
berlangsung secara lambat dan akhirnya menjadi 5 benua seperti yang kita tempati
sekarang ini. Pergeseran ini yang dimulai pada zaman Mesozoikum sampai awal
Cenozoikum mencapai bentuknya yang sekarang. Pada zaman itu bumi telah di huni oleh
berbagai jenis ikan, reptil, burung sampai hewan-hewan menyusui, serta tumbuh-
tumbuhan atau hewan-hewan di daratan. Pergeseran benua menjadi anak benua
mengakibatkan makhluk hidup yang dibawanya mengalami perubahan lingkungan
hidupnya, misalnya iklimnya berbeda sehingga makhluk yang tahan terhadap kondisi ini
akan bertahan hidup dan yang tidak tahan akan musnah. Jadi sejarah geologi ikut
menentukan geografi kehidupan di bumi, baik ditinjau dari persamaan maupun dari
perbedaan makhluk hidup tersebut.
3. Faktor Hambatan Penyebaran.
Bagi makhluk daratan, air merupakan hambatan (Water barrier), sebaliknya bagi
makhluk air daratan merupakan hambatan (Land barrier). Daratan yang sempit juga dapat
menjadi hambatan, misalnya daerah Costarica di Amerika Tengah, merupakan hambatan
berupa filter (saringan) bagi penyebaran makhluk daratan Amerika Utara dan Selatan.
Selat Panama merupakan filter makhluk hidup di Samudra Atlantik dan Pasifik.
Sebaliknya kepulauan dapat menjadikan jembatan penyebaran makhluk Eurasia dan
Australia.
Ketiga faktor itulah yang sangat menentukan adanya variabilitas yang menyebabkan
terjadinya variasi genetik hasil perkawinan dan adanya mutasi genetik.
Dalam zaman pra sejarah, orang telah mengenal tumbuhan penghasil bahan pangan
yang penting seperti yang kita kenal sekarang ini. Jenis-jenis tumbuhan tersebut
diperkirakan telah ada semenjak 7 – 10 ribu tahun yang lalu dibudidayakan oleh bangsa
Mesir. Kita tahu pula bahwa bangsa Mesir telah mengenal berbagai jenis hewan, yang
terbukti dengan adanya jenis hewan tertentu yang mereka anggap suci. Juga peninggalan-
peninggalan mereka berupa ‘ sphinks’ telah dibuat dalam hubungannya dengan jenis-
jenis hewan yang mereka kenal, meskipun entah dalam bentuk bagaimana sifat hubungan
tersebut. Tidak hanya bangsa Mesir yang menempati lembah bagian Hilir sungai Nil di
8. Afrika, tetapi juga bangsa China di Asia Timur, bangsa Asiria di lembah sungai Eufrat
dan Tigris di Timur Tengah, dan bangsa-bangsa Indian di Amerika Utara dan Selatan
sejak beberapa ribu tahun yang lalu telah mengenal berbagai jenis tumbuhan yang
merupakan penghasil bahan pangan, sandang dan obat-obatan, yang berarti bahwa
mereka itu telah menerapkan suatu sistem klasifikasi, dalam hal yang berdasarkan atas
manfaat tumbuhan yang dikenalnya.
Maka jelaslah, bahwa sejak berpuluh-puluh abad yang lalu orang telah terjun dalam
kegiatan-kegiatan Sistematik atau Taksonomi, meskipun pengetahuan yang telah
terkumpul belum begitu banyak dan belum pula di tata, sehingga belum dapat disebut
sebagai ILMU (Sciense) menurut ukuran sekarang ini. Sekalipun tidak ada bukti-bukti
berupa dokumen-dokumen atau karya-karya tulis lainnya, tidak perlu diragukan lagi
bahwa permulaan Sistematik atau Taksonomi harus dicari dari kedalaman sejarah
kelahiran manusia di bumi.
Sejak dahulu kala manusia telah mampu membedakan makhluk bumi ini menjadi
dua takson besar yang masing-masing diberi nama dunia tumbuhan (Regnum Plantarum)
dan dunia hewan (Regnum Animalia). Pembagian makhluk hidup menjadi dua takson
atau golongan itu hingga kini diterima sebagai suatu kewajaran, dan mereka yang
mendalami biologi saja yang dengan kesadaran ilmiahnya mengetahui bahwa
sesungguhnya tidak semudah yang di kira orang untuk dapat membedakan tumbuhan dari
hewan.
Sejalan dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan, belakangan ini para ahli
biologi mulai mempertimbangkan, apakah makhluk hidup cukup dibedakan dalam dunia
tumbuhan dan hewan saja, ataukah kelompok-kelompok yang sampai sekarang masih
digolongkan ke dalam dunia tumbuhan misalnya tidak perlu diangkat menjadi dunia
makhluk hidup tersendiri, terlepas dari dunia tumbuhan dan dunia hewan. Oleh karena itu
tidak perlulah kita heran, bila sampai sekarang telah diperkenalkan kepada kita adanya
alga (ganggang) dan fungi (jamur) sebagai dunia alga (regnum alga) dan dunia jamur
(regnum fungorum) yang berdiri sendiri-sendiri sebagai takson yang dianggap setingkat
dengan dunia tumbuhan dan dunia hewan yang kita kenal sampai sekarang ini.
Interpretasi Bentuk dan Penggolongan.
9. Telah disebutkan di atas, bahwa makhluk hidup di dunia ini demikian banyaknya
dan demikian beraneka ragam, sehingga pengklasifikasian atau penggolongan merupakan
sesuatu yang sangat diperlukan. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa klasifikasi atau
penggolongan makhluk hidup itu bertujuan untuk menyederhanakan objek studi, yaitu
makhluk hidup di dunia yang amat banyak jumlahnya dan amat beraneka ragam itu untuk
dapat lebih mudah dipelajari.
Klasifikasi atau penggolongan tidak lain adalah pembentukan kelas-kelas,
kelompok, unit atau teknis ilmiah disebut takson, melalui pencarian keseragaman dalam
keanekaragaman tadi. Jadi makhluk hidup yang diklasifikasikan dalam suatu unit tentu
mempunyai keseragaman atau persamaan-persamaan sifat atau ciri-ciri, apakah sedikit
atau banyak.
Unit atau takson yang anggotanya hanya menunjukkan sedikit persamaan ciri-ciri,
tentulah lebih besar daripada takson yang warganya mempunyai lebih banyak persamaan
ciri-ciri antara yang satu dengan yang lainnya.
Dalam taksonomi makhluk hidup memang diusulkan penggunaan sederetan takson
dari yang besar sampai yang kecil, yang masing-masing diberi batasan, kedudukan dan
tingkat tertentu, diantaranya yang paling banyak ditetapkan dalam praktek berturut-turut
dari yang tinggi (besar) ke tingkat yang rendah (kecil).
Urutan Kategori Pokok Takson dalam Klasifikasi
Untuk Tumbuhan Untuk Hewan Bahasa Indonesia
Regnum Kingdom Dunia / Kerajaan
Divisio Phyllum Divisi / Filum
Classis Classis Kelas
Ordo Ordo Bangsa
Familia Familia Suku
Genus Genus Marga
Spesies Spesies Jenis / Spesies
Spesies merupakan unit dasar dalam taksonomi, terdiri dari individu yang
bentuknya sangat serupa dan sifat fisiologisnya sama, jika dikawinkan sesamanya akan
menghasilkan turunan yang serupa dengan induknya, kromosomnya sama yang mungkin
10. bervariasi adalah gen. Oleh sebab itu perbedaan yang muncul pada organisme sejenis
disebut keanekaragaman gen.
Kegunaan Klasifikasi/Taksonomi
Beberapa cabang biologi ternyata menunjukkan ketergantungan pada taksonomi,
cabang tersebut antara lain:
1. Ekologi, hampir tidak ada survey ekologi yang tidak memerlukan identifikasi spesies,
yang berarti harus membicarakan taksonomi.
2. Geologi dan geografi, ilmu ini memerlukan identifikasi fosil, di mana fosil itu
dibentuk dari spesies tertentu hewan atau tumbuhan, berarti kunci kajiannya adalah
spesies.
3. Ilmu Kesehatan, dengan mempelajari ciri-ciri dan sifat-sifat serta habitat dari hewan
yang dapat menimbulkan penyakit atau sebagai vektor. Dari hasil temuan ini kita
akan lebih mudah menentukan langkah dalam pemberantasan penyakit.
4. Berdasarkan kajian taksonomi yang banyak melihat hubungan kekerabatan antar
tumbuhan, dapat dicari jenis tumbuhan yang mengandung zat-zat tertentu yang dapat
dijadikan sebagai obat-obatan, atau tumbuhan yang anti serangga sehingga baik
dijadikan untuk perabot atau kayu perumahan.
Banyak lagi kegunaan ilmu taksonomi ini terutama dalam ilmu terapan seperti
kedokteran, pertanian, konservasi alam, pengelolaan sumber daya dan lain-lain.
Sejarah Perkembangan dan dasar-dasar Klasifikasi.
Sejarah perkembangan klasifikasi atau taksonomi ini mengalami beberapa fase yang
masing-masingnya mempunyai dasar dan warna tersendiri.
1. Pada zaman sebelum Aristoteles, taksonomi ini belum tertulis sehingga di
komunikasikan secara lisan saja. Dasar yang digunakan untuk klasifikasi adalah hasil
observasi dan kegunaan dari objek, umpamanya hewan berbahaya dengan hewan
tidak berbahaya; hewan yang berguna, tumbuhan obat-obatan, tumbuhan pangan dan
lain sebagainya.
2. Zaman Aristoteles, pada zaman ini telah dimulai berupa ilmu, sudah muncul karya
tulis tentang hewan dan tumbuhan, mempunyai dasar yang mantap. Tetapi belum
11. terorganisir, sehingga muncul suatu organisme sejenis dengan bermacam-macam
nama (sebutan) dan jenis yang sama mempunyai nama yang berbeda.
3. Pada abad ke 17 John Ray, seorang ahli bangsa Inggris mulai mengembangkan sistim
yang agak mantap, lebih dapat dipercaya kebenarannya karena sudah mempunyai
dasar pengertian jenis (spesies). Jenis adalah kelompok individu yang serupa,
mempunyai nenek moyang yang sama; suatu jenis tidak dihasilkan oleh jenis yang
lain ; organisme memperlihatkan perbedaan yang kecil dapat dimasukkan ke dalam
suatu jenis yang berasal dari nenel moyang yang sama.
4. Pada abad ke 18 Carolus Linneaus, seorang ahli bangsa Swedia mengembangkan
sistem klasifikasi John Ray. Menurut Linneaus yang dimaksud dengan spesies adalah
sekelompok organisme yang mempunyai bentuk tubuh, susunan alat gerak dan
susunan alat dalam yang sama, suatu spesies tidak akan pernah mengalami
perubahan.
5. Setelah munculnya teori evolusi, maka klasifikasi dilakukan tidak hanya berdasarkan
persamaan strukturnya saja, tetapi juga berdasarkan atas asumsi bagaimana suatu
bentuk kehidupan itu berasal atau berevolusi dari bentuk kehidupan yang lain.
Di dalam teori evolusi sebenarnya telah termaktub suatu gagasan bahwa organisme
yang mempunyai struktur yang sama mempunyai hubungan kekerabatan yang erat. Jadi
persamaan struktur tetap dipergunakan sebagai dasar pengelompokkan. Perbedaannya
adalah sekarang ini orang menginterprestasikan persamaan tersebut berdasarkan teori
evolusi. Klasifikasi yang memasukkan teori evolusi ini disebut klasifikasi filogeni.
Klasifikasi praktis yang berdasarkan kegunaan dan klasifikasi empiris yang
berdasarkan pengamatan di lapangan (hewan air, hewan bertelur, hewan beranak, dll)
masih banyak dipakai sampai sekarang sebagai klasifikasi regional atau nasional. Hal ini
terbukti banyaknya buku yang ditulis khusus untuk membicarakan sekelompok
organisme, seperti tanaman hortikultura, tanaman obat-obatan, serangga hama pada
tanaman padi, dan lain-lain. Tetapi klasifikasi yang dipakai secara Internasional harus
telah mempunyai tata cara ilmiah yang akan dipelajari pada pelajaran selanjutnya.
Seperti yang telah diungkapkan pada awal bahasan ini, bahwa klasifikasi atau
sistematik ini hanya buatan manusia yang bertujuan untuk memudahkan dalam
12. mempelajari organisme yang ada di atas bumi ini, oleh karena itu klasifikasi yang ada
lebih dari satu.
Perbedaan klasifikasi ini terjadi karena :
1. Sangat kompleknya keanekaragaman organisme yang diklasifikasikan
2. Dasar dan tujuan dari klasifikasi yang berbeda
3. Keterbatasan ilmu yang menyusun klasifikasi
4. Perbedaan persepsi dan kebijaksanaan dalam menentukan ciri dan sifat yang
digunakan untuk dasar klasifikasi.
5. Keterbatasan data yang dijumpai oleh si pembuat klasifikasi
6. Kemajuan ilmu pengetahuan yang dapat menambah kelengkapan data.
Pada klasifikasi terakhir ini orang selalu mengaitkan pada keanekaragaman struktur
morfologi, anatomi, fisiologi, habitat dan evolusi.
C. PENAMAAN (NOMENKLATUR)
Penamaan (nomenklatur) merupakan terjemahan dari kata Nomenclature yang
berasal dari bahasa latin yaitu : nomen (nama) dan clature (menyebut). Jadi penamaan
berarti menyebut nama dan memberi nama kepada semua organisme dalam berbagai
takson (tingkatan). Nama untuk makhluk hidup sebetulnya telah diberi semenjak dahulu
kala. Nama yang diberikan itu adalah nama dalam bahasa induk orang yang memberi
nama, dengan demikian nama yang diberikan untuk satu jenis organisme berbeda-beda
sesuai dengan bahasa orang yang memberikannya. Sebagai contoh, pisang dalam bahasa
Indonesia ; oleh orang Belanda dan Inggris banana ; orang Jawa menyebutnya gedang
dan orang Sunda menamakan cauk. Nama yang berbeda-beda untuk satu organisme,
menurut bahasa yang memberi nama tadi, yang dalam taksonomi disebut nama biasa atau
nama daerah atau nama lokal. Nama seperti ini tidak praktis karena masing-masing
daerah mempunyai nama sendiri-sendiri, sehingga orang dari satu daerah tidak akan
dapat mengenal jenis tumbuhan atau hewan di daerah lain dengan hanya menyebut nama
daerahnya.
Kemudian para ahli taksonomi terdahulu sudah menetapkan untuk pemberian nama
dari tumbuhan atau hewan dalam bahasa latin, dengan alasan bahwa bahasa latin mudah
13. untuk diucapkan oleh bangsa-bangsa di dunia, bahasa latin sudah merupakan bahasa mati
dan tidak berkembang lagi.
Sebelum abad ke 18 ahli taksonomi memberi nama tumbuhan atau hewan
berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda dari tumbuhan dan hewan tersebut. Sistem
penamaan pada waktu itu disebut polynomial names (banyak kata).
Misalnya :
1. Canis albus oculis rubrais pilis longis cauda cordata = anjing putih bermata merah
berambut panjang dan berekor melengkung.
2. Sambucus caule arboreo ramosa floribus umbelatis = sambucus dengan batang
berkayu bercabang-cabang dengan bunga berbentuk payung.
Nama-nama seperti di atas dianggap terlalu panjang dan tidak praktis, sehingga susah
untuk dipelajari dan di ingat.
Pada abad ke-18 seorang ahli taksonomi botani yang bernama Carolus Linnaeus
membuat aturan pemberian nama tumbuhan yang disebut dengan binomial names
(pemberian nama dengan dua suku kata) atau disebut juga scientific names (nama ilmiah)
penamaan dengan binomial sistem ini juga berlaku untuk hewan.
Penamaan tumbuhan atau hewan harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang ada dalam
buku Kode Internasional Tata Nama Tumbuhan dan Hewan. Tata nama hewan dan
tumbuhan berdiri sendiri-sendiri, karena masing-masing memiliki peraturan yang tidak
sama.
Intisari sistem binomial sangat sederhana, yaitu jenis dari hewan atau tumbuhan
terdiri dari dua kata. Kata pertama menyatakan nama genus (marga) dan kata kedua
merupakan sebutan jenis (spesies), dan gabungan kedua kata tersebut disebut nama
ilimiah (scientific name).
Contoh nama ilmiah untuk tanaman padi adalah : Oryza sativa
Oryza = nama genus (marga)
Sativa = sebutan untuk jenis (spesies)
Ketentuan dalam pemberian nama-nama takson adalah menurut tingkatnya (kategori).
1. Nama jenis (spesies)
14. Baik tumbuhan atau hewan nama ilmiah takson pada tingkat (kategori) yang paling
rendah, jenis harus bersifat ganda (terdiri atas 2 kata), berbentuk tunggal dan dalam
bahasa latin atau bahasa lain yang sudah dilatinkan. Kata pertama merupakan nama genus
(marga) dan kata kedua sebutan jenis (epitheton specificum).
Contoh : - Oryza sativa (oryza = genus ; sativa = sebutan jenis)
- Manis javanica (manis = genus ; javanica = sebutan jenis).
Huruf pertama nama genus harus dengan huruf besar, sedangkan huruf yang lainnya
termasuk sebutan jenis semua ditulis dengan huruf kecil. Sebutan jenis tidak boleh terdiri
atas kata yang merupakan ulangan yang sama (kata pertama) atau hampir sama dengan
marga ini untuk tumbuhan, tetapi nama hewan masih dibenarkan, seperti nama ilmiah
untuk ayam adalah Gallus gallus. Penulisan nama jenis harus di garis bawahi atau dicetak
dengan huruf miring.
2. Nama marga (genus).
Bagi tumbuhan atau hewan, nama marga terdiri atas satu kata benda berbentuk
tunggal. Huruf pertama ditulis dengan huruf besar dan huruf yang berikutnya dengan
huruf kecil, dan seluruh huruf dalam kata itu dicetak miring atau di garis bawahi.
Contoh : - Oryza atau Oryza
- Manis atau Manis
3. Nama suku (familia)
Nama suku merupakan satu kata sifat yang diperlakukan sebagai kata benda yang
berbentuk jamak. Biasanya diambil dari nama marga (salah satu marga yang termasuk
dalam suku tersebut dan dipilih sebagai tipe). Untuk tumbuhan akhiran katanya ditambah
aceae, sedangkan untuk hewan ditambah akhiran idea, dan tidak dicetak miring ataupun
di garis bawahi.
Contoh : - Amaranthaceae (tumbuhan)
- Angilostomidae (hewan)
Ada nama beberapa takson tingkat suku tumbuhan yang menyimpang dari ketentuan ini,
karena sudah semenjak dahulu digunakan, seperti :
- Graminae, nama lain dari Poaceae
- Compositae, nama lain dari Asteraceae.
4. Nama bangsa (Ordo).
15. Nama bangsa merupakan kata benda berbentuk jamak yang diambil dari satu ciri
khas yang dimiliki seluruh warga bangsa yang bersangkutan. Misalnya Contortae (bunga
dengan kuncup terpilin), Tricocae (buah mempunyai ruang 3), Umbelliferae (bunga
tersusun seperti payung). Nama bangsa yang demikian disebut nama deskriptif. Nama
bangsa dapat pula automatis bertipe tata nama, bila terbentuk dari salah satu suku yang
dibawahi yang merupakan tipe tata namanya dengan mengganti akhiran nama suku aceae
dengan akhiran ales.
Contohnya : - Poaceae menjadi Poales
- Malvaceae menjadi Malvales
5. Nama Kelas (Clasis).
Sama seperti nama ordo, kelas merupakan kata benda berbentuk jamak yang
diambil dari salah satu ciri yang dimiliki seluruh warga kelas yang bersangkutan.
Misalnya Dycotiledoneae (tumbuhan yang bijinya berkeping dua dan punya dua daun
lembaga), namun disarankan untuk mempergunakan akhiran phyceae bagi tumbuhan
Algae, mycetes bagi tumbuhan fungi (jamur), dan opsida bagi tumbuhan Cormophyta.
Contoh : - Chlorophyceae (alga hijau)
- Ascomycetes (jamur dengan ascus)
- Magnoliopsida (tumbuhan tingkat tinggi)
6. Nama Divisi (Divisio)
Untuk nama-nama divisi sebaiknya digunakan satu kata majemuk berbentuk jamak
yang di ambil dari ciri khas yang berlaku untuk semua warga divisi dengan ditambah
akhiran phyta, kecuali untuk jamur disarankan untuk diberi akhiran mycota.
Contoh : - Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
- Eumycota (jamur)
7. Nama Pencipta (Author)
Dalam karya-karya ilmiah nama-nama takson tingkat suku ke bawah seringkali
diikuti oleh dengan satu nama atau lebih yang lazimnya ditulis dalam bentuk singkatan.
Tambahan nama di belakang nama ilmiah itu bukanlah merupakan bagian nama ilmiah
itu, tetapi merupakan nama orang yang memberi atau menciptakan nama ilmiah yang
16. tertulis di depannya itu. Nama pencipta itu biasanya ditulis dengan HURUF TEGAK dan
tidak di garis bawahi.
Contoh : - Rosa ceae Juss.
- Rosa hybrida L. (Linn)
Semua cara pemberian nama-nama takson diatur dalam suatu tata nama yaitu :
“International Code of Botanical Nomenclature” (kode internasional tata nama botani),
dan begitu juga untuk hewan harus mengikuti kode internasional tata nama hewan.
D. KEANEKARAGAMAN JENIS
Dahulu penggolongan makhluk hidup di alam dibedakan dalam dua golongan besar
yaitu golongan tumbuh-tumbuhan (plantae), dan golongan hewan/binatang (animalia).
Tetapi kemudian ada makhluk hidup yang tidak tepat bila digolongkan kedalam kedua
kelompok tersebut, maka muncul golongan ketiga yaitu Protista. Dengan ditemukannya
teknik baru dalam mikroskop elektron, struktur dalam sel makhluk hidup dapat dibedakan
adanya dua tipe sel yaitu tipe sel eukaryotik dan tipe sel prokaryotik.
Pada protista ternyata ada yang tipe selnya eukaryotik dan ada pula yang tipe selnya
prokaryotik, maka akhirmya muncul pula golongan yang ke empat yaitu Monera.
Sehingga sekarang makhluk hidup di alam digolongkan dapat digolongkan menjadi 4
golongan (dunia) yaitu :
1. Dunia (kingdom) Monera
2. Dunia (kingdom) Protista
3. Dunia (kingdom) Metaphyta
4. Dunia (kingdom) Metazoa
1. Kingdom Monera
Merupakan kelompok organisme yang bersifat prokaryotik dengan karakteristik
antara lain :
a. organisme satu sel dan dapat hidup berkoloni
b. inti prokaryon
c. mempunyai satu kromosom dan tidak memiliki histon yang bergabung dengan
kromosom tersebut
17. d. tidak mempunyai mikrotubula, sentriol, gelendong atau badan-badan basal
e. beberapa jenis ada yang mempunyai flagella, tetapi struktur ini tidak dibangun dari
mikrotubula sebagaimana cilia dan flagella pada eukaryota
f. ribosom perokaryota berbeda dengan ribosom eukaryota
g. berkembang biak secara aseksual
Contoh Monera adalah :
- Divisio Schyzophyta, mencakup berbagai macam bakteri yang mempunyai bentuk
coccus, bacillus, vibrio dan spirillum. Bakteri ini ada yang berguna dan ada pula yang
merugikan seperti : Escherichia coli, Shigella sp, Rhizobium dan Azotobacter.
- Divisio Cyanophyta, termasuk berbagai macam ganggang biru yang mengandung
pigmen klorofil, fikosianin dan fikoeritrin, misalnya Croococcus, Oscilatoria, Nostoc,
dan Anabaena sp.
2. Kingdom Protista.
Protista mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a. organisme uniselluler atau berkoloni
b. inti nyata dan mempunyai dinding inti
c. memiliki jaringan sederhana
Contoh protista adalah berbagai jenis ganggang (algae), jamur (cendawan) dan protozoa.
3. Kingdom Metaphyta
Kingdom metaphyta memiliki karakteristik sebagai berikut, yaitu :
a. tumbuhan multi selluler, mengandung klorofil
b. habitat di darat dan sering dapat beradaptasi dengan air
c. terdapat jaringan pengangkut yang disesuaikan untuk kehidupan di darat
d. mempunyai akar sejati
e. ada organ reproduksi, bersel banyak yang komplek dan terjadi stadium embrio selama
perkembangan dari telur hingga dewasa
Kingdom Metaphyta meliputi Bryophyta (lumut), Pteridophyta (paku-pakuan) dan
Spermatophyta (tumbuhan sejati).
18. 4. Kingdom Metazoa
Kingdim metazoa mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a. hewan bersel banyak
b. bersifat heterotrop, yaitu memerlukan nutrisi berupa zat organik yang berasal dari
organisme lain
c. makanan atau nutrisi diperoleh secara bebas atau sebagai parasit serta hasil simbiosis
Struktur yang digunakan dalam klassifikasi antara lain :
- simetri (asimetri, simetri radial, simetri bilateral)
- pembentukan mesoderm dan coelom oleh ketiga lapisan germinal (ektoderm,
mesoderm dan endoderm).
Secara garis besar, hewan dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu :
1. Invertebrata, hewan yang tidak bertulang belakang, meliputi Protozoa, Porifera,
Coelenterata, Molusca, Vermes, Echinodermata, Arthropoda dan Insecta.
2. Vertebrata, hewan-hewan yang mempunyai tulang belakang, meliputi Pisces,
Amphibia, Reptilia, Aces dan Mammalia.
Ringkasan
Latihan
Tolong lebih diringkas dan dilengkapi dengan Pengantar, Latihan, Rangkuman, dan
Tes Formatif