Laporan praktikum genetika Keanekaragaman Pada hewan DanHukum Mendel (1&2)
1. LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA
KEANEKARAGAMAN PADA HEWAN DAN TUMBUHAN
DAN HUKUM MENDEL (I DAN II)
Nuramelia 109016100066
Mirna Mardianah 109016100047
Bangga Praharja 109016100057
Dwi Septiana 109016100061
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan IPA
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2010
2. PRAKTIKUM I
KEANEKARAGAMAN PADA HEWAN DAN TUMBUHAN
I. Tujuan Praktikum
1. Mendeskripsikan berbagai variasi pada hewan atau tumbuhan berdasarkan hasil
pengamatannya.
2. Membuat dendogram Indeks Kesamaan Sorenson
II. Dasar Teori
Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yang
menunjukkan keseluruhan variasi gen, spesies dan ekosistem di suatu daerah. Ada dua
faktor penyebab keanekaragaman hayati, yaitu faktor genetik dan faktor luar. Faktor
genetik bersifat relatif konstan atau stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme.
Sebaliknya, faktor luar relatif stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme.
Lingkungan atau faktor eksternal seperti makanan, suhu, cahaya matahari, kelembaban,
curah hujan dan faktor lainnya bersama-sama faktor menurun yang diwariskan dari kedua
induknya sangat berpengaruh terhadap fenotip suatu individu. Dengan demikian fenotip
suatu individu merupakan hasil interaksi antara genotip dengan lingkungannya
Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari
organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi. Misalnya dari mahluk bersel
satu hingga mahluk bersel banyak dan tingkat organisasi kehidupan individu sampai
tingkat interaksi kompleks, misalnya dari spesies sampai ekosistem.
Secara garis besar, keanekaragaman hayati terbagi menjadi tiga tingkat, yaitu :
1. Keanekaragaman gen
Setiap sifat organisme hidup dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan (gen)
yang berasal dari kedua induknya Keanekaragaman tingkat ini dapat ditunjukkan
dengan adanya variasi dalam satu jenis.
3. 2. Keanekaragaman jenis (spesies)
Keanekaragaman ini lebih mudah diamati daripada keanekaragaman gen.
Keanekaragaman hayati tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya beraneka
macam jenis mahluk hidup baik yang termasuk kelompok hewan, tumbuhan dan
mikroba.
3. Keanekaragaman ekosistem
Keanekaragaman tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya variasi dari
ekosistem di biosfir.
Ketiga macam keanekaragaman tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain.
Ketiganya dipandang sebagai suatu keseluruhan atau totalitas yaitu sebagai
keanekaragaman hayati.
III. Bahan
Tumbuhan : mawar, soka, aster, dahlia dan bougenville
IV. Cara Kerja
1. Tentukan bahan yang hendak digunakan dan sifat yang diamati, meliputi: warna,
ukuran, dan ciri khas lainnya.
2. Pengamatan meliputi sifat dari bahan yang telah ditentukan, dan carilah variasinya.
3. Carilah seluruh pengamatan pada LKS dan lengkapi dengan foto dari variasi sifat
yang diamati.
V. Hasil Pengamatan
Tumbuhan yang diamati: mawar, soka, aster, dahlia dan bougenville
Sifat yang
Mawar Soka Aster Dahlia bougenville
diamati
Warna mahkota Merah merah Ungu Putih putih
4. Ukuran mahkota sedang Kecil Kecil Kecil Sedang
Belah
Bentuk mahkota Bulat Segitiga Lonjong bulat telur
ketupat
Berduri, Keras,
Tangkai bunga Kecil, lunak Kecil Keras, besar
keras sedang
Putik Ada Ada Ada Ada Ada
Benang sari ada Ada Tidak ada Tidak ada Ada
Kelopak ada Tidak ada Tidak ada Ada Ada
Jml mahkota banyak 4 3 banyak Banyak
Keterangan gambar:
mawar soka bougenvillee
aster dahlia
5. VI. Pembahasan
Pada kegiatan praktikum tentang keanekaragaman pada tumbuhan, kami
melakukan identifikasi pada beberapa tanaman yang berbeda yang telah ditentukan.
Tumbuhan yang kami identifikasi merupakan beberapa jenis tanaman dengan beberapa
variasi yang berbeda. Jenis tanaman yang kamiamati adalah tanaman Bunga Mawar
(Rosa sp), Soka (Ixora paludosa), Bougenvill (Bougenvilia spectabilis), Aster (Aster
novae-angeliae), dan Dahlia (Dahlia pinata). Dari kelima tanaman tersebut sifat atau
karakter yang kami amati, antara lain: warna mahkota, ukuran mahkota, bentuk mahkota,
tangkai bunga, adanya putik, adanya benang sari, kelopak, dan jumlah mahkota.
Setiap tumbuhan memiliki karakter yang berbeda-beda, hal ini menunjukkan
adanya variasi sifat dari masing-masing individu. Terdapat beberapa perbedaan dan
persamaan dari setip individu yang diamati. Perbedaan setiap individu terdapat pada
warna mahkota, bentuk mahkota, tangkai bunga, dan jumlah mahkotanya. Persamaan
masing-masing individu terdapat pada adanya putik, adanya benang sari, kelopak.
VII. Kesimpulan
Dalam beberapa spesies, terdapat beragam variasi dan karakteristik dari masing-
masing individu. Individu yang memiliki kesamaan karakteristik berdasarkan percobaan
yang kami lakukan dan amati terdapat pada tanaman bunga Aster dan Dahlia, yaitu pada
adanya putik dan bentuknya, selain itu pada tangkai sama-sama keras, bentuk daunya pun
serupa namun Dahlia ukurannya lebih besar, helaian mahkotanya lepas(tidak berlekatan),
berbau, sama-sama tidak memiliki kelenjar madu.
Perbedaan yang kami temukan pada objek pengamatan kami misalnya pada bunga
Soka dan Bougenville, sangat jauh perbedaannya, mulai dari helaian mahkota, tangkai,
bentuk mahkota dll. Soka memiliki mahkota yang lebih kecil namun tidak lunak,
sedangkan Bougenvill memiliki mahkota yang tipis, agak besar dan sedikit berkerut di
permukaannya.
Memang secara fisik kelima objek yang kami gunakan dalam praktikum memiliki
kesamaan, namun secara genetik terdapat perbedaan karena tidak dalam satu sepsies dan
genus.
VIII. Pertanyaan pascalab
1. Sebutkan variasi sifat dari objek pengamatan?
6. Jawab: warna mahkota, ukuran mahkota, bentuk mahkota, tangkai bunga, putik,
benang sari, kelopak dan jumlah mahkota.
2. Adakah persamaan dan perbedaannya?
Jawab: ada, dapat dilihat pada table hasil pengamatan.
3. Variasi apakah yang paling banyak dijumpai pada objek pengamatan?
Jawab: warna mahkota bunga dan bentuk mahkotanya.
4. Hitung indeks kesamaan dari objek yang diamati!
Jawab: tidak disertakan
5. Buatlah kesimpulan dari hasil pengamatan!
Jawab: terlampir
7. PRAKTIKUM II
KEANEKARAGAMAN PADA HEWAN DAN TUMBUHAN
I. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum adalah membuktikan perbandingan menurut Mendel 1:2:1
untuk rasio genotip dan 3:1 untuk rasio fenotip pada persilangan monohibrid serta
perbandingan fenotip 9:3:3:1
II. Dasar Teori
Salah satu aspek yang penting pada organisme hidup adalah kemampuannya
untuk melakukan reproduksi dan dengan demikian dapat melestarikan jenisnya. Pada
organisme yang berkembangbiak secara seksual, individu baru adalah hasil kombinasi
informasi genetis yangdisumbangkan oleh 2 gamet yang berbeda yang berasal dari
keduaparentalnya.
George Mendel adalah seorang yang telah berhasil dalam percobaan-percobaannya pada
bidang hibridasi. Mendel menyusun beberapa postulatnya, antara lain :
1. Sifat materai herediter berupa benda atau partikel & bukan berupa
cairan/homurai.
2. Sifat tersebut berpasangan.
3. Sifat yang tertutup dapat muncul kembali,artinya sifat yang resesif akan terlihat
ekspresinya dalam keadaan yangtertentu.
1. Persilangan Monohibrid
Dalam hukum mendel I yang dikenal dengan The Law of
Segretation of Allelic Genesatau Hukum Pemisahan Gen yang Sealel
dinyatakan bahwa dalam pembentukan gamet, pasangan alel akan
memisah secara bebas. Peristiwa pemisahan ini terlihat ketika pembetukan
gamet individu yang memiliki genotif heterozigot, sehingga tiap gamet
mengandung salah satu alel tersebut. Dalam inidisebut juga hukum
8. segregasi yang berdasarkan percobaan persilangandua individu yang
mempunyai satu karakter yang berbeda. Berdasarkan hal ini, persilangan
dengan satu sifat beda akan menghasilkan perbandingan fenotif 1:2:1,
yaitu ekspresi gen dominan resesif = 3 : 1. Namun kadang-kadang
individu hasil perkawinan tidakdidominasi oleh salah satu induknya.
Dengan kata lain, sifat dominasitidak muncul secara penuh. Peristiwa ini
menunjukkan adanya sifat intermedier.
2. Persilangan Dihibrid
Dalam hukum mendel II atau dikenal dengan The Law of
Independent assortmen of genesatau Hukum Pengelompokan Gen Secara
Bebas dinyatakan bahwa selama pembentukan gamet, gen-gen sealel akan
memisah secara bebas dan mengelompok dengan gen lain yang bukan
alelnya. Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid atau polihibrid, yaitu
persilangan dari 2 individu yang memiliki satu ataulebih karakter yang
berbeda. Monohibrid adalah hibrid dengan 1 sifat beda, dan dihibrid
adalah hibrid dengan 2 sifat beda, akan menghasilakn perbandingan
9:3:3:1. Fenotif adalah penampakan/ perbedaan sifat dari suatu individu
tergantung dari susunan genetiknya yang dinyatakan dengan kata-kata
(misalnya mengenai ukuran, warna, bentuk, rasa, dsb). Genotif adalah
susunan genetik dari suatu inidividu yang ada hubungannyadengan fenotif;
biasanya dinyatakan dengan simbol/tanda huruf.
III. Bahan
1. alat kancing genetika warna merah, putih, kuning, hijau (@25 pasang)
2. 2 stoples
IV. Cara Kerja
Praktikum I (monohibrid):
1. Pisahkan 25 kancing (warna cerah dominan) menjadi dua bagian masing- masing
terdiri dari 25 buah kancing berlekuk sebagai gamet betina dan 25 buah kancing yang
menonjol untuk gamet jantan.
9. 2. Campurkan 25 kancing merah dan 25 kancing putih sebagai gamet betina dalam
stoples yang sama (stoples I), demikian pula untuk 25 kancing merah dan 25 kancing
putih sebagai gamet jantan dicampur dalam stoples yang lain.
3. Lakukan pengambilan secara acak satu kancing dari stoples I dan 1 kancing dari
stoples II, kemudian pasangkan dan catat macam dan junlah fenotip serta genotip
dalam table.
4. Hitung perbandingan yang diperoleh baik fenotip maupun genotip.
Praktikum II (dihibrid):
1. Pisahkan 25 pasang kancing dari setiap warna masing- masing menjadi 2 bagian yang
sama sebagai gamet jantan (kancing menonjol) dan gamet betina (kancing
melengkung)
2. Campurkan gamet jantan masing- masing dari kancing merah (M) dan kancing putih
(m) juga gamet betina masing- masing dari kancing merah (M) dan kancing putih (m)
kemudian pasangkan secara acak (kelompok kancing ini disebut kelompok A)
3. Lakukan langkah seperti point nomer 2 untuk kancing hijau (H) dengan kancing
kuning (h) (kelompok kancing ini disebut kelompok B)
4. Pertemukan setiap pasangan dari kelompok A dan B sampai habis, catat macam dan
jumlah fenotip yang dihasilkan pada tabel.
5. Hitung perbandingan yang diperoleh.
V. Data Hasil Percobaan
Praktikum I (monohibrid):
Genotip Frekuensi
MM 12
Mm 25
mm 13
Fenotip Frekuensi
Merah 37
Putih 13
10. Jumlah 50
Praktikum II (dihibrid):
Fenotip Frekuensi
Merah hijau 27
Merah kuning 10
Putih hijau 9
Putih kuning 4
jumlah 50
VI. Pembahasan
Praktikum I (monohibrid):
Pada percobaan ini, gamet jantan dan gamet betina dari masing- masing kancing
berwarna dipisahkan, kemudian dikawinkan bebas sehingga bersifat 2n dengan cara
mengambilnya secara acak. Setelah dicermati dengan seksama ternyata hasil dari
pengamatan ini sesuai dengan bunyi hukum Mendel 1 atau hukum pemisahan gen yang
menyatakan bahwa pada saat pembentukan gamet terjadi segregasi alel- alel suatu gen
secara bebas dari diploid menjadi haploid. Perbandingan genotip berdasarkan percobaan
ini MM:Mm:mm adalah12:25:13 atau kira- kira 1:2:1. Sementara perbandingan
fenotipnya merah:putih adalah 37:13 atau hampir setara dengan 1:3.
Parental 1 MM x mm
Gamet M dan m
F1 Mm
Parental 2 Mm x Mm
F2 MM, Mm, Mm, mm
Perbandingan genotip MM:Mm:mm = 1:2:1
Perbandingan fenotip Merah: putih = 2:1
11. Praktikum II (dihibrid):
Pada percobaan ini, 4 kancing berwarna tersebut menunjukkan individu
monohibrid yang kemudian dikawinkan secara acak menjadi individu dihibrid. Ketika
kami memasangkan kancing- kancing pada langkah kerja nomer 4, maka akan didapatkan
perbandingan fenotip merah hijau: merah kuning: putih hijau: putih kuning adalah
27:10:9:4 atau kira- kira 9:3:3:1. Hasil ini mendukung postulat Mendel pada Hukum
Mendel II yaitu
Parental 1 MMHH x mmhh
Gamet MH dan mh
F1 MH, Mh, mH, mh
Parental 2 MH, Mh, mH, mh x MH, Mh, mH, mh
F2 MMHH, MMHh, MmHH, MmHh, MMhh, MMhh, MmHh,
Mmhh, MmHH, MmHh, mmHH, mmHh, MmHh, Mmhh,
mmHH, mmhh
Perbandingan fenotip Merah hijau: marah kuning: putih hijau: putih kuning =
9:3:3:1
VII. Kesimpulan
Praktikum I (monohibrid):
Persilangan monohybrid menghasilkan rasio genotip 1:2:1 sedan rasio fenotipnya 3:1
Praktikum II (dihibrid):
Persilangan dihibrid menghasilkan rasio genotip 9:3:3:1
VIII. Pertanyaan pascalab
Praktikum I (monohibrid):
1. Apakah arti dari masing- masing pasangan kancing pada ke-25 pasangan kancing
yang berwarna merah dan putih sebelum dipisahkan?
12. Jawab: kancing merah sebagai induk dominan homozigot sementara kancing
putih sebagai induk resesif homozigot
2. Gamet jantan pada generasi apa yang ditunjukkan dengan kancing merah dan
putih pada stoples I?
Jawab: generasi pertama / F1
3. Generasi apakah yang ditunjukkan dengan hasil perbandingan fenotip dan genotip
yang dihasilkan dari pengamatan ini?
Jawab: monohibrid generasi pertama/ F1
4. Bagaimanakah kesimpulan dari pengamatan ini?
Jawab: terlampir
Praktikum II (dihibrid):
1. Pada waktu dilakukan pemasangan antara kancing merah dan putih, saudara akan
mendapatkan pasangan kancing merah merah, merah putih dan putih- putih
(kelompok kancing A) . Sebenarnya masing- masing pasangan kancing pada
kelompok A menunjukan apa?
Jawab: parental
2. Setiap dua pasang kancing dari kelompok A dan B menunjukkan keturunan kedua
/ F2 dari keturunan pertama/ F1
3. Cara kerja nomor berapa yang menunjukkan peristiwa independent assortment?
Jawab: nomor 4
4. Bagaimana kesimpulan dari pengamatan ini?
Jawab: terlampir