Makalah Dinamika Populasi Ikan tentang Populasi IkanAmos Pangkatana
Populasi adalah kumpulan individu dari suatu jenis organisme. Pengertian ini dikemukakan untuk menjelaskan bahwa individu- individu suatu jenis organisme dapat tersebar luas di muka bumi, namun tidak semuanya dapat saling berhubungan untuk mengadakan perkawinan atau pertukaran informasi genetik, karena tempatnya terpisah
Makalah Dinamika Populasi Ikan tentang Populasi IkanAmos Pangkatana
Populasi adalah kumpulan individu dari suatu jenis organisme. Pengertian ini dikemukakan untuk menjelaskan bahwa individu- individu suatu jenis organisme dapat tersebar luas di muka bumi, namun tidak semuanya dapat saling berhubungan untuk mengadakan perkawinan atau pertukaran informasi genetik, karena tempatnya terpisah
Materi Biologi kelas 10 IPA SMA
Terima kasih telah memperhatikan presentasi ini:) Dan Jangan lupa untuk memberikan pendapat/saran untuk ppt selanjutnya, dengan cara,
Email me at: tiaramaheswarinabila@gmail.com
check this link for the further information about the subject:
https://bit.ly/2Sq88vX
Syukron;)
Biology subject for first grader in ID high school
Thank you for your attention:) Please feel free to share your thoughts for this presentation also your suggestion for the next presentation by contact me via email:
tiaramaheswarinabila@gmail.com
check this link for the further information about the subject:
https://bit.ly/2Sq88vX
Syukron;)
Materi Biologi kelas 10 IPA SMA
Terima kasih telah memperhatikan presentasi ini:) Dan Jangan lupa untuk memberikan pendapat/saran untuk ppt selanjutnya, dengan cara,
Email me at: tiaramaheswarinabila@gmail.com
check this link for the further information about the subject:
https://bit.ly/2Sq88vX
Syukron;)
Biology subject for first grader in ID high school
Thank you for your attention:) Please feel free to share your thoughts for this presentation also your suggestion for the next presentation by contact me via email:
tiaramaheswarinabila@gmail.com
check this link for the further information about the subject:
https://bit.ly/2Sq88vX
Syukron;)
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
BIOLOGI_M5KB2
1. No Kode: DAR2/PROFESIONAL/190/05/2019
PENDALAMAN MATERI BIOLOGI
MODUL 5
EKOLOGI DAN LINGKUNGAN
KEGIATAN BELAJAR 2
POPULASI DAN KOMUNITAS
Drs. Puji Prastowo, M.Si.
Dra. Cicik Suriani, M.Si.
Dr. Martina Restuati, M.Si.
Dr. Fauziyah Harahap, M.Si.
Ahmad Shafwan S. Pulungan, S.Pd. M.Si.
Wasis Wuyung Wisnu Brata, M.Pd.
Eko Prasetya, M.Sc.
Nanda Pratiwi, M.Pd.
KEMENTERIAN PENDIDIDKAN DAN KEBUDAYAAN
2019
2.
3. DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
DAFTAR ISI i
1. PENDAHULUAN 1
1.1 Deskripsi Singkat 1
1.2 Relevansi 1
1.3 Petunjuk Belajar 1
2. INTI 3
2.1 Capaian Pembelajaran 3
2.2 Pokok Materi 3
2.3 Uraian Materi 4
i
4.
5. 1
1. PENDAHULUAN
1.1 Deskripsi Singkat
Kegiatan Belajar 2 pada Modul 5 ini mengkaji tentang Populasi dan Stuktur
Komunitas. Pada materi ini akan dibahas tentang Konsep Populasi, Pertumbuhan
Populasi, Komunitas, Interaksi Organisme. Pada materi konsep populasi, akan
dibahas tentang pengertian populasi, dan pola sebaran populasi. Pada
Pertumbuhan Populasi akan dibicarakan faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan populasi dan dinamika pertumbuhan. Untuk materi Komunitas, akan
dibahas tentang pengertian komunitas, parameter dalam komunitas, rantai
makanan dan jarring-jaring makanan. Sedangkan pada interaksi organisme
dibahas tentang interaksi antar komponen dalam ekosistem.
1.2 Relevansi
Kegiatan Belajar 2 pada Modul 5 memiliki relevansi sebagai pendalaman
materi bagi guru untuk mempelajari konsep populasi dan komunitas. Pada bagian
modul ini akan disajikan informasi yang cukup mendalam mengenai populasi dan
komunitas dan interaksi organisme yang terjadi dalam tingkatan organisasi
ekologi tersebut. Untuk itu, setelah mempelajari modul ini, diharapkan peserta
dapat:
1) Memahami konsep populasi
2) Memahami pertumbuhan dan dinamika populasi
3) Memahami rantai makanan dan jarring-jaaring makanan
4) Memahami berbagai bentuk interaksi organisme.
1.3 Petunjuk Belajar
Untuk lebih mudah memahami materi pada modul ini, beberapa langkah
yang dapat kita lakukan adalah:
1) Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan kegiatan belajar ini agar Anda
memahami keterkaitan pokok materi yang dibahas pada kegiatan belajar dan
mengetahui kemampuan yang diharapkan dari pembelajaran di kegiatan
belajar ini.
6. 2
2) Pelajari setiap pokok materi dari kegiatan belajar dan beri tanda pada konsep-
konsep penting sesuai dengan kemampuan yang diharapkan.
3) Kerjakan latihan dan tes formatif yang tersedia untuk mengetahui sejauh
mana pemahaman Anda terhadap materi yang telah dipelajari.
4) Untuk lebih mendalam, diharapkan Anda membaca buku referensi yang
terkait pokok materi dalam kegiatan belajar ini serta manfaatkanlah peluang
pertemuan dengan instruktur dan teman sejawat untuk mendiskusikan hal-hal
yang Anda kurang pahami, oleh karena itu persiapkanlah bahan sebelum anda
melaksanakan tutorial atau berdiskusi dengan instruktur dan teman sejawat.
7. 3
2. INTI
2.1 Capaian Pembelajaran
Capaian pembelajaran yang diharapkan dari Modul ini adalah menguasai
materi esensial Mata Pelajaran Biologi SMA termasuk advance material materi
bidang studi biologi yang mencakup:
1) keragaman dan keseragaman dalam makhluk hidup;
2) Struktur dan Fungsi dalam makhluk hidup;
3) Pertumbuhan, perkembangan dan diferensiasi;
4) Interaksi dan interdependensi;
5) Energi, materi dan organisasi kehidupan;
6) Prinsip emeliharaan keseimbangan yang dinamis; dan
7) Pewarisan sifat dan Evolusi termasuk advance materials yang dapat
menjelaskan aspek ‘apa’ (konten), ‘mengapa’ (filosofi) dan ‘bagaimana’
(penerapan dalam kehidupan keseharian) dalam kerangka biologi sebagai
inkuiri.
Sub-capaian pembelajaran untuk Kegiatan Belajar 2 pada Modul 5 ini
adalah peserta mampu:
1) Mengidentifikasi ragam interaksi yang terjadi pada populasi.
2) Memprediksi yang akan terjadi pada populasi yang ada jika ada pengurangan
pada satu atau dua populasi tertentu
2.2 Pokok Materi
Pada kegiatan belajar 2 Modul 5 tentang Populasi dan Komunitas, pokok-
pokok materi yang akan dibahas adalah :
1) Konsep Populasi
2) Pertumbuhan Populasi
3) Struktur Komunitas
4) Interaksi Organisme
8. 4
2.3 Uraian Materi
Dalam tingkatan organisasi ekologi, populasi menempati tingkatan
organisasi yang paling sederhana atau merupakan unit terkecil dalam kajian
ekologi. Populasi merupakan kumpulan individu-individu yang sejenis yang
berada pada tempat dan waktu yang sama. Didalam populasi kita juga dapat
menemukan beberagai bentuk interaksi yang dikenal dengan istilah interaksi
intraspesifik. Interaksi bisa dalam bentuk interaksi sosial maupun kompetisi.
Tingkatan organisasi ekologi berikutnya adalah komunitas. Komunitas merupakan
kumpulan dari populasi-populasi yang berada pada suatu tempat tertentu. Nama
suatu komunitas biasanya diidentikkan dengan nama habitatnya atau bisa juga
didasarkan pada jenis tumbuhan yang paling dominan. Pada komunitas biasanya
terjadi interaksi antar populasi yang disebut interaksi interspesifik. Interaksi ini
dapat berupa proses makan memakan yang membentuk suatu rantai makanan
tertentu yang pada akhirnya menghasilkan jaring-jaring makanan pada kamunitas
tersebut. Interaksi juga dapat berupa simbiosis mutualisme, komensalisme,
parasitisme, predatorisme dan kompetisi.
Pada bagian ini kita akan dibahas tentang populasi dan komunitas. Pada
materi populasi kita akan membahas tentang konsep populasi, faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan populasi, dinamika populasi dan pola sebaran
populasi. Sedangkan untuk komunitas kita akan membahas tentang struktur
komunitas dan interaksi di dalam komunitas yang pada akhirnya akan membentuk
rantai makanan dan jaring-jaring makanan.
2.3.1 Konsep Dasar Populasi
Populasi merupakan kumpulan individu-individu yang sejenis yang berada
pada suatu tempat pada waktu tertentu. Suatu kelompok organisme dikatakan
sejenis apabila terjadi biak-silang antara individu jantan dengan betina yang fertil
akan menghasilkan keturunan yang fertil pula. Artinya individu-individu hasil
biaksilang dari keturunannya akan mampu menghasilkan keturunan juga. Pada
dasarnya ukuran suatu populasi sangat terikat pada ruang dan waktu. Terikat
dengan waktu mengandung makna bahwa ukuran suatu populasi tergantung kapan
9. 5
populasi tersebut diukur, misalnya populasi harimau sumatera tahun 2007 adalah
400 ekor, tetapi tiga tahun kemudian (2010) populasi harimau sumatera adalah
325 ekor. Sedangkan terikat dengan waktu mengandung makna pada dimana
populasi tersebut berada ruang, misalnya jumlah populasi Harimau Sumatera di
Taman Nasional Gunung Leuser diperkirakan sekitar 100 individu, sedangkan di
Taman Nasional Kerinci Seblat berjumlah sekitar 150 individu.
Dalam hal pemberian nama suatu populasi, umumnya didasarkan pada jenis
organisme yang menjadi anggota populasi tersebut. Misalnya populasi ayam,
berarti seluruh anggotanya adalah jenis ayam. Sedangkan besar – kecilnya suatu
populasi sangat tergantung pada ukuran populasi tersebut yang sering dinyatakan
dengan jumlah individunya. Suatu populasi pada dasarnya memiliki ciri-ciri
tertentu yang membedakan dari populasi lainnya. Ciri suatu populasi dapat
ditandai berdasarkan persfektif biologi maupun dari persfektif statistik.
Berdasarkan persfektif biologi, populasi memiliki ciri-ciri antara lain:
a. Mempunyai struktur dan organisasi tertentu yang dapat bersifat fluktuatif
maupun konstan seiring dengan berjalannya waktu.
b. Mempunyai sejarah ontogeni (dari mulai lahir, tumbuh, dewasa menjadi tua
hingga mati atau punah).
c. Dapat dikenai faktor-faktor lingkungan sebagai bentuk respon terhadap
perubahan lingkungan
d. Mempunyai sifat hereditas dalam bentuk gen pool (genangan gen).
e. Terintegrasi oleh faktor-faktor hereditas dan lingkungan yang mempengaruhi
kestabilannya.
Sedangkan berdasarkan persfektif statistik, populasi memiliki ciri-ciri :
a. Mempunyai kelimpahan dan kerapatan/kepadatan (densitas).
b. Mempunyai sebaran dan struktur umur
c. Memiliki pola dispersi (pola sebaran individu intra-populasi)
d. Memiliki genangan gen (gen pool)
Kepadatan suatu populasi sering dinyatakan sebagai jumlah individu per-
satuan luas atau volume (debit air untuk organisme perairan). Sedangkan
kelimpahan suatu populasi dinyatakan dengan jumlah individu pada suatu habitat
10. 6
tanpa mempertimbangkan luas area atau volume. Jadi istilah kepadatan dan
kelimpahan adalah dua istilah yang sama-sama dinyatakan dengan banyaknya
individu suatu populasi. Sedangkan perbedaannya adalah kepadanya dinyatakan
dengan satuan ukuran tertentu (misalnya luas atau volume), sedangkan
kelimpahan lebih bersifat kualitatif, yaitu satuan habitat.
Kelimpahan merupakan besarnya jumlah individu dalam suatu populasi
dalam suatu habitat. Sedangkan kepadatan atau kerapatan (density) merupakan
ukuran besarnya populasi dalam satuan ruang atau volume. Jadi, kepadatan
menyatakan banyaknya individu dalam satuan ruang, sedangkan kelimpahan
hanya dinyatakan sebagai banyaknya individu. Ukuran besarnya populasi untuk
kepadatan suatu organisme dapat digambarkan sebagai jumlah individu (untuk
populasi-populasi yang punya ukuran tubuh cenderung sama), atau biomassa
(untuk populasi-populasi yang memiliki ukuran tubuh cenderung sangat berbeda)
persatuan ruang atau volume.
Salah satu metode yang paling sering digunakan untuk mengetahui
kelimpahan suatu hewan pada suatu habitat adalah metode sensus. Namun apabila
habitat terlalu luas dan area yang sulit untuk mengkoleksi hewan, menjadikan
metode sensus sulit untuk dapat dilaksanakan. Untuk itu penggunaan metode
pencuplikan atau sampling merupakan jalan alternatif untuk menaksir kepadatan
dan kelimpahan pada suatu habitat, dengan catatan sampel yang diambil harus
bersifat refresentatif. Untuk kelimpahan, metode sampling yang digunakan dapat
berupa metode penandaan atau CMR (Capture Mark Release dan Recapture
Methods), metode pemindahan (removal methods), metode perangkap jebak
(seperti light trap, fitfall trap, feromon trap), cacah butir tinja hingga frekuensi
vokalisasi. Sedangkan untuk mengukur kepadatan populasi teknik sampling yang
paling sering digunakan adalah metode plot (baik kuadrat, lingkaran, segitiga,
segienam dan sebagainya) ataupun metode transek (line transec, kuadran).
Pada dasarnya kelimpahan populasi suatu species hewan mengandung dua
aspek, yaitu aspek Intensitas dan aspek prevalensi. Intensitas menunjukkan aspek
tinggi-rendahnya kepadatan populasi dalam area-area yang dihuni suatu populasi
hewan. Sedangkan prevalensi menunjukkan jumlah dan ukuran area-area yang
11. 7
ditempati species dalam konteks daerah yang lebih luas (masalah sebaran). Suatu
populasi hewan yang memiliki intensitas dan prevalensi tinggi dinyatakan sebagai
populasi yang berlimpah, sebaliknya populasi hewan yang terlokalisasi dan
intensitasnya rendah dinyatakan sebagai species langka. Kelangkaan suatu
populasi hewan dapat diakibatkan oleh satu atau beberapa penyebab, antara lain:
a. Area yang dihuni species hewan tersebut menjadi sempit atau jarang.
b. Tempat yang dihuni populasi hewan tersebut hanya cocok-huni untuk waktu
yang singkat saja.
c. Kehadiran species lain yang berperan sebagai kompetitor, parasit atau
predatornya.
d. Ketersediaan sumber daya yang penting (seperti makanan dan tempat
berbiak) menjadi berkurang.
e. Variasi genetik relatif rendah.
f. Kisaran toleransi sempit (plastisitas fenotifik individu-individu species hewan
sangat rendah).
Salah satu ciri populasi yang lain adalah memiliki pola sebaran (pola
dispersi). Pola sebaran hewan secara umum bergantung pada sifat fisiko-kimia
lingkungan maupun keistimewaan biologis hewan itu sendiri. Secara umum
dikenal ada tiga pola sebaran populasi, yaitu:
a. Acak (random); dimana individu-individu anggota populasi menyebar dalam
beberapa tempat secara tidak teratur.
b. Seragam (uniform); dimana individu-individu anggota populasi menyebar
dalam beberapa tempat tertentu secara teratur.
c. Mengelompok atau agregasi (clumped); dimana individu-individu anggota
populasi selalu ada dalam kelompok dan sangat jarang terlihat sendiri secara
terpisah.
Sebaran acak umumnya terjadi apabila faktor-faktor lingkungan di area
yang ditempati populasi tersebut bersifat seragam atau homogen. Hal ini berarti
bahwa peluang setiap individu untuk menempati suatu tempat tidak berbeda
dengan menempati tempat lainnya dan kehadiran suatu individu disuatu tempat
tidak akan mempengaruhi kehadiran individu lainnya. Namun pada kenyataannya,
12. 8
pola sebaran acak ini sangat jarang dijumpai pada populasi-populasi alami. Hal ini
disebabkan lingkungan itu umumnya bersifat heterogen, dan jarang sekali yang
homogen, artinya kualitas sumberdaya antar tempat yang satu dengan lain tidak
sama. sehingga ada kecenderungan individu-individu anggota populasi akan
berkumpul di habitat yang menyediakan kualitas sumberdaya yang lebih baik.
Pola sebaran seragam juga jarang dijumpai di lingkungan alami, meskipun
tidak sejarang pola acak. Pola seragam terjadi apabila di antara individu-individu
populasi terjadi persaingan yang keras atau karena ada teritorialisme. Persaingan
yang ketat dapat terjadi apabila sumberdaya yang tersedia sangat terbatas.
Sedangkan teritorialisme menyangkut masalah naluri hewan untuk menguasai
sumberdaya pada wilayah tertentu. Dalam dunia tumbuhan, populasi dengan pola
seragam ini dapat dijumpai diberbagai lingkungan binaan seperti pertanian atau
perkebunan.
Pola sebaran populasi yang paling umum terjadi di habitat alami adalah
mengelompok. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor, antara lain:
a. Kualitas sumberdaya di habitat alami yang cenderung bersifat heterogen,
sehingga ada kecenderungan individu-individu anggota populasi akan
berkumpul di habitat yang menyediakan kualitas sumberdaya yang lebih baik.
b. Individu-individu anggota populasi cenderung memberikan respon yang sama
terhadap suatu kondisi lokal yang baik maupun kurang baik.
c. Sebagai hasil dari aktivitas perkembangbiakan; adanya kelompok-kelompok
kawin yang selanjutnya menghasilkan kelompok induk dan anak-anaknya.
d. Sifat sosial hewan; adanya atraksi-atraksi sosial yang menghasilkan
pengelompokan aktif membentuk koloni, sehingga peluang individu dalam
kelompok untuk survive akan meningkat.
13. 9
(a) (b) (c)
Gambar 2.1. Pola sebaran populasi: (a) pola acak; (b) pola seragam; (c) pola
mengelompok.
Pola dispersi suatu populasi dapat ditentukan secara statistik dengan melihat
perbandingan antara nilai rataan dengan variansi dari jumlah pencuplikan. Secara
statistik hubungan antara rataan (x) dan variansinya (S2
) yang menentukan pola
dispersi suatu hewan dapat ditentukan sebagai berikut:
Bila S2
= x berarti hewan menyebar secara acak
Bila S2
> x berarti hewan pola dispersi hewan berkelompok (agregat)
Bila S2
< x berarti hewan pola dispersi hewan seragam (uniform)
S2
= n ∑ X2 – (∑X)2
n(n-1)
2.3.2 Pertumbuhan Populasi
Pada dasarnya tidak ada satupun populasi dengan jumlah individu yang
selalu konstan, namun selalu berfluktuasi Kelimpahan suatu populasi sejalan
dengan waktu akan mengalami perubahan, akibat beroperasinya faktor-faktor
yang meningkatkan dan menurunkan jumlah individu dalam populasi. Pada
dasarnya ada 4 parameter utama yang menentukan kelimpahan suatu populasi,
yaitu:
a. Natalitas; menunjukkan angka kelahiran individu dalam populasi dan
memberikan efek meningkatnya kelimpahan populasi.
b. Mortalitas; menunjukkan angka kematian individu dalam populasi dan
memberikan efek menurunnya kelimpahan populasi.
14. 10
c. Imigrasi; merupakan masuknya individu-individu dari area lain ke dalam
populasi dan memberikan efek meningkatnya tingkat kelimpahan populasi itu.
d. Emigrasi; menunjukkan perpindahan individu-individu suatu populasi keluar
dari area populasi dan memberikan efek menurunnya kelimpahan populasi
tersebut.
NATALITAS
EMIGRASI
IMIGRASI
MORTALITAS
Gambar 2.1. Parameter-parameter yang mempengaruhi ukuran suatu populasi.
Tinggi rendahnya laju natalitas suatu populasi tergantung pada banyak
faktor, secara garis besar dibedakan menjadi dua faktor, yaitu:
a. Faktor bawaan; meliputi kemampuan berbiak (fekunditas dan fertilitasnya)
dan kemampuan induk dalam perawatan anaknya.
b. Faktor lingkungan; meliputi tersediaan sumber daya (seperti ruang, makanan
dan kondisi yang sesuai).
Kemampuan berbiak menyangkut dua aspek, yaitu fekunditas dan fertilitas.
Fekunditas menunjukkan potensi suatu populasi untuk menghasilkan individu
baru, laju fekunditas manusia misalnya, adalah rata-rata 1 bayi per 9 – 11 bulan
per-wanita usia subur. Sedangkan fertilitas lebih menunjukkan kinerja
perkembangbiakan yang direalisasikan dalam populasi dengan kata lain fertilitas
lebih menunjukkan pada jumlah anak yang dihasilkan.
Untuk menjaga kesintasan dari setiap species, suatu species secara umum
mempunyai strategi yang dapat berbeda-beda dalam kemampuannya berbiak. Hal
ini didasarkan pada kemampuan induk suatu species dalam memelihara, merawat,
menjaga dan melindungi anaknya serta ketersediaan sumber daya bagi species
POPULASI
15. 11
tersebut. Ada dua macam strategi berbiak hewan dalam mempertahankan
kesintasan jenisnya, yaitu strategi-r dan strategi-k.
Secara umum dapat dikatakan bahwa species-species hewan yang
dikategorikan sebagai species-r memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Biasanya mempunyai daya biak yang tinggi dan nilai koefesien laju
pertumbuhan populasi (r) yang tinggi pula atau memiliki jumlah keturunan
yang besar.
b. Biasanya mampu untuk menempati habitat-habitat yang belum mantap (tidak
menentu dan tidak dapat diramal) atau lebih mampu secara cepat menempati
area-area atau lahan-lahan yang tandus dan yang masih kosong kehidupan.
c. Relatif cepat dewasa seksualnya (memiliki siklus hidup yang pendek) atau
waktu generasi yang pendek.
d. Berukuran tubuh kecil dan mungkin semelpar.
e. Kemampuan mengurus anak rendah, sehingga resiko kematian tinggi (laju
mortalitas tinggi).
f. Ukuran populasi sangat dipengaruhi oleh lingkungan (bukan oleh kepadatan
populasi itu sendiri).
Sedangkan hewan yang memiliki strategi-k memiliki ciri-ciri yang
merupakan kebalikannya, yaitu:
a. Koefesien laju pertumbuhan populasinya rendah (jumlah anak sedikit).
b. Kemampuan daya bersaingnya tinggi, sehingga mampu menjaga tingkat
kelimpahan populasinya agar sekitar tingkat daya dukung lingkungannya (K).
c. Habitat yang ditempatinya adalah yang sudah mapan, konstan atau bersifat
musiman (dapat diramal). Habitat-habitat yang demikian tidak mengalami
fluktuasi kondisi lingkungan yang bersifat acak dan populasi-populasi species
yang menempati habitat demikian kerapatannya relatif konstan.
d. Memiliki masa hidup yang panjang (daur hidup dan waktu generasi panjang)
e. Kemampuan dalam menjaga keturunannya sangat baik (mortalitas anak
rendah).
f. Ukuran populasinya sangat dipengaruhi oleh kepadatan populasinya sendiri
16. 12
Seperti halnya natalitas, mortalitas juga tidak selalu dalam keadaan
konstan, melainkan mengalami perubahan dan bervariasi menurut stadia
perkembangan (umur). Kebanyakan species hewan menunjukkan mortalitas pada
spesifik umur. Mortalitas ini juga sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan
lingkungan dan interaksinya dengan populasi lain. Perubahan lingkungan dapat
disebabkan oleh perubahan ketersediaan makanan dan ruang, perubahan kondisi
fisiko-kimiawi lingkungan. Sedangkan interaksi yang berpotensi dapat menekan
ukuran suatu populasi dapat berupa kompetisi, predatorisme, parasitisme maupun
parasitoidisme.
Jumlah individu dalam populasi hewan tidak pernah konstan. Kelimpahan
populasi tersebut sejalan dengan waktu akan mengalami perubahan akibat
beroperasinya faktor-faktor yang meningkatkan atau menurunkan jumlah individu
dalam populasi. Ada empat parameter utama yang menentukan tingkat
kelimpahan populasinya, yaitu; natalitas, mortalitas dan migrasi (emigrasi dan
migrasi).
Apabila sejumlah kecil individu species tertentu menyerbu (menginvasi)
suatu habitat baru dan disukai, jumlah mereka akan semakin bertambah sampai
mencapai suatu maksimum yang dapat di dukung oleh lingkungan. Jika suatu
populasi dibiarkan tumbuh dalam keadaan ideal, maka populasi hewan akan
tumbuh secara logistik, dimana kurva pertumbuhan akan berbentuk huruf–S atau
sigmoid (gambar 2.2.a). Pada model kurva-S ini akan memperlihatkan tahapan
pertumbuhan yang lambat, fase pertumbuhan terpacu (sangat cepat), dan fase
pertumbuhan melambat kembali dan akhirnya suatu masa kesetimbangan.
Sebaliknya ketika kondisi dan sumber daya pendukung kehidupan suatu hewan
ada dalam keadaan tak terbatas, maka pupulasi hewan akan tumbuh secara
eksponensial atau berbentuk huruf-J (gambar 2.2.b)
Pada awalnya pertumbuhan populasi memperlihatkan fase pertumbuhan
lambat, hal ini disebabkan pada awalnya individu yang merupakan hewan yang
meninvasi pertama kali membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitarnya yang baru, menemukan pasangan dan menghasilkan
individu muda. Pada fase berikutnya, pertumbuhan populasi berada pada fase
17. 13
dengan laju yang lebih cepat. Hal ini disebabkan tekanan lingkungan lebih kecil
dan laju pertambahan terutama bergantung pada kapasitas organisme untuk
berjuang dan berkembangbiak. Ini adalah fase pertumbuhan terpacu.
140
120
Jumlah
individu
100
80
60
Jumlah
individu
40
20
(a)
0
1 2 3 4 5 6 7 8
waktu
waktu
25
20
15
10
5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
(b) (b)
Gambar 2.2. Grafik pertumbuhan populasi: (a) kurva eksponensial; (b) kurva
logistik.
Fase pertumbuhan terpacu berlanjut sampai laju pertumbuhan mencapai
tingkat maksimum. Selanjutnya laju pertambahan populasi semakin melambat
yang ditandai dengan semakin sedikitnya anggota baru yang ditambahkan dalam
satuan waktu tertentu. Akhirnya populasi akan cenderung menstabilkan diri, tanpa
kenaikan atau penurunan jumlah individu.
Kenyataan di alam, meskipun daya makanan dan tempat sebenarnya masih
mampu mendukung, sering populasi tidak selalu berkembang, namun cenderung
menjadi stabil. Hal ini mencirikan bahwa pertumbuhan populasi tidak hanya
18. 14
diatur oleh faktor-faktor lingkungan luar, tetapi juga oleh faktor-faktor di dalam
populasi itu sendiri. Untuk itu harus diperhitungkan pula interaksi suatu populasi
tertentu dengan populasi-populasi species lainnya yang menghuni habitat yang
sama. Umumnya dalam suatu komunitas yang mantap, dengan banyak species
yang hidup dalam lingkungan relatif tetap, tingkat populasi cenderung tetap.
Gambar 2.3. Kurva stasioner dari pertumbuhan populasi: a) fase lag; b) fase
eksponensial; c) fase stasioner; d) fase penurunan
2.3.3 Komunitas
Komunitas merupakan kesatuan dari populasi-populasi pada suatu ruang
dan waktu tertentu. Komunitas merupakan komponen biotik dalam ekosistem.
Struktur suatu komunitas tidak hanya dipengaruhi oleh hubungan antar species,
tetapi oleh jumlah relatif organisme dari species-species tersebut. Keseimbangan
dan kestabilan suatu komunitas sering dikaitkan dengan kompleksitas
keanekaragaman jenis penyusun komunitas tersebut. Keanekaragaman jenis pada
komunitas sering dijadikan sebagai indikatoralat ukur keseimbangan dan
kestabilan suatu komunitas. Keanekaragaman jenis yang tinggi menunjukkan
bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas yang tinggi. Kompleksitas yang
tinggi akan menyebabkan tingginya interaksi species di dalam komunitas tersebut.
Berdasarkan sumber makanannya, komponen komunitas dapat kita
kelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu:
a. Produsen; sering juga disebut organisme autotroph, yaitu organisme yang
punya kemampuan dalam mengubah bahan an-organik menjadi bahan organic
19. 15
dengan memanfaatkan cahaya mataharai sebagai sumber energy utama.
Kelompok organisme produsen adalah organisme yang memiliki pigmen
fotosintesis, seperti tumbuhan, dan mikro-organisme fotosintetis lainnya.
b. Konsumen; sering juga disebut organisme hetrotrof, yaitu organisme yang
memanfaatkan organisme lain sebagai sumber makanannya (memakan bahan
organik). Konsumen dapat menjadikan produsen sebagai sumber makanannya,
tetapi juga dapat memakan konsumen lainnya. Berdasarkan jenis makanannya,
konsumen dapat kita bedakan menjadi:
- Herbivora; organisme yang memanfaatkan produsen sebagai sumber
makanannya, seperti kambing (memakan rumput), lebah (menghisap
nectar), lalat buah (makan buah), burung pipit (makan biji-bijian), larva
kumbang (makan batang tanaman), larva kupu-kupu (makan daun), dan
sebagainya.
- Carnivora; organisme yang memakan konsumen lain sebagi sumber
makanannya. Kelompok organisme ini meliputi organisme predator dan
parasit.
- Omnivora; organisme yang makanannya berupa produsen atau konsumen
lainnya.
c. Dekomposer; adalah organisme yang memakan bahan organic dari organisme
lain yang telah mati.
Interaksi makan dan dimakan pada komunitas pada akhirnya akan
membentuk rantai makanan dan jarring-jaring makanan. Rantai makanan adalah
urutan makan dan dimakan yang terjadi pada suatu komunitas. Dalam rantai
makanan, produsen selalu menempati dasar pyramid makanan. Sedangkan jaring-
jaring makanan merupakan peristiwa makan memakan yang lebih kompleks.
Suatu jaring-jaring makanan dapat tersusun dari banyak rantai makanan.
Demikian pula halnya suatu jenis organisme dapat menempati lebih dari satu
tingkatan tropik. Misalnya ayam, selain makan padi (sebagai konsumen 1) ayam
juga makan belalang (sebagai konsumen II).
Ukuran suatu komunitas, dapat dinyatakan dengan keanekaragaman.
Keanekaragaman banyak digunakan untuk mengidentifikasikan kondisi
20. 16
lingkungan suatu ekosistem. Keanekaragaman suatu komunitas, dapat dinyatakan
dengan kekayaan species (species richness) atau indeks keanekaragaman.
Kekayaan species dinyatakan sebagai banyaknya species pada suatu komunitas
tanpa mempertimbangkan besarnya ukuran populasi suatu species. Sedangkan
indeks keanekaragaman yang sering digunakan untuk menyatakan
keanekaragaman suatu komunitas yang mempertimbangkan jumlah individu dari
masing-masing jenis. Salah indeks keanekaragaman yang sering digunakan untuk
menyatakan keanekaragaman suatu komunitas adalah indeks keanekaragaman
Shanon-Wienner (H’) dengan rumus sebagai berikut:
H’ = - ∑ pi ln pi
pi = Jumlah individu suatu species
Jumlah individu total
Berikut ini beberapa indeks yang sering digunakan dalam mengukur
keanekaragaman suatu komunitas (tabel: 2.1)
Tabel 2.1 Perbandingan efektifitas pengukuran keanekaragaman pada beberapa
indeks keanekargaman.
Indeks
Kemampuan
mengukur
Sensitifitas
pada ukuran
sampel
Penghitungan
Keluasan
digunakan
S (kekayaan
species)
Baik Tinggi Sederhana Ya
Margalef Baik Tinggi Sederhana Tidak
Shannon-
Wienner
Sedang Sedang Sedang Ya
Brillouin Sedang Sedang Kompleks Tidak
MacIntosh Baik Sedang Sedang Tidak
Simson Sedang Rendah Sedang Ya
Barger-Parker rendah Rendah Sederhana tidak
Sumber: Stiling (1996)
Pada dasarnya antara komunitas yang satu dengan yang lainnya tidaklah
sama. Hal ini sangat tergantung pada jenis organisme yang menyusun komunitas
tersebut. Jenis dan kualitas sumberdaya lingkungan sangat mempengaruhi
kehadiran dan kelimpahan suatu jenis. Untuk membandingkan komposisi dua
komunitas yang berbeda, dapat dilakukan dengan menghitung indeks similarity
21. 17
atau indeks kesamaan. Pengukuran indeks similarity dapat dilakukan
menggunakan rumus Indeks Similarity Bray-Curtis (Krebs, 1994):
2z
IS =
x + y
IS = Indeks similarity (kesamaan)
z = jumlah species yang ditemukan pada habitat A
x = Jumlah species yang ditemukan pada habaitat B
y = Jumlah species yang ditemukan pada kedua habitat.
2.3.4 Interaksi Organisme
Pada dasarnya tidak ada individu yang hidup sendiri. Setiap individu selalu
melakukan interaksi dengan orgnisme lain. Interaksi tersebut dapat terjadi antar
individu yang masing satu jenis (satu Populasi) maupun dengan jenis yang lain
(beda populasi). Untuk itu, berdasarkan jenis organisme yang berinteraksi, ada
dua bentuk interaksi antar organisme yaitu:
a. Interaksi intraspesifik (intraspecies); yaitu interaksi yang terjadi diantara
individu yang sejenis (dalam satu populasi). Interaksi intraspesifik bisa dalam
bentuk mutualisme maupun kompetisi. Dalam bentuk mutualisme misalnya
saling bekerjasamanya individu dalam populasi untuk mempertahankan teritori
dari populasi lain atau saling bekerjasama dalam mendapatkan makanan.
Interaksi intraspesifik juga bisa dalam bentuk kompetisi. Interaksi ini dapata
terjadi mengingat individu yang dalam populasi sama-sama membutuhkan
jenis sumberdaya yang sama. Bila jumlahnya sangaat terbatas, akan terjadi
kompetisi yang sangat kuat.
b. Interaksi interspesifik (intraspecies); yaitu interaksi yang terjadi antar individu
yang berbeda species. Interaksi interspesifik terjadi lebih kompleks dan dapat
terjadi karena memperebutkan sumberdaya maupun akibat eksploitasi suatu
populasi terhadap populasi lain. Berikut ini disajikan tentang bentuk-bentuk
interaksi interspesifik sebagaimana tertuang dalam tabel 2.2.
22. 18
Tabel 2.2 Macam-macam interaksi pada hewan yang diuntungkan (+); dirugikan
(-); dan tidak memberikan pengaruh (0).
Dampak
interaksi
Bagi yang kuat/lebih besar
+ 0 -
Bagi yang
lemah/lebih
kecil
+
Mutualisme;
Protokoperasi
Komensalisme
Parasitisme;
Parasitoidisme
0 Alotropi Netralisme Alini
- Predatorisme Amensalisme Kompetisi
Berdasarkan dampak yang terjadi pada organisme yang berinteraksi, dikenal
istilah interaksi posistif (yang menguntungkan), interaksi negatif (yang
merugikan) dan interaksi netra (tidak berdampak). Tipe interaksi positif
merupakan interaksi yang memberikan keuntungan bagi organisme yang
berinteraksi. Keuntungan tersebut bisa dirasakan oleh kedua organisme yang
berinteraksi (misalnya mutualisme dan protokooperasi) maupun bagi salah satu
organisme tanpa menyebabkan kerugian bagi organisme yang lainnya (misalnya
komensalisme).
Mutualisme merupakan interaksi yang menguntungkan kedua organisme
yang saling berinteraksi. Interaksi mutualisme bersifat mutlak, artinya interaksi
kedua individu tersebut harus terjadi, bila tidak justru akan berdampak buruk bagi
kelangsungan hidup keduanya. Misalnya interaksi bakteri Rhyzobium
leguminosarum dengan tumbuhan kacang-kacangan. Bakteri membutuhkan akar
kacang-kacangan sebagai habitat tempat hidupnya, sedangkan tanaman kacang-
kacangan mendapatkan unsur nitrogen dari hasil fiksasi oelh bakteri Rhyzobium.
Bila interaksi tidak terjadi bakteri dapat hidup karena habitatnya bersifat spesifik,
sebaliknya pertumbuhan tanaman kacang-kacangan akan terganggu akibat
kekurangan unsur nitrogen. Contoh interaksi mutualisme yang lain adalah jamur
dengan alga yang membentuk Lichens, demikian juga dengan interaksi bakteri
penghasil selulase yang hidup di lambung hewan pemamah biak dengan inangnya
tersebut.
23. 19
Sedangkan protokooperasi merupakan interaksi yang saling menguntungkan
kedua organisme yang berinteraksi, namun sifatnya fakultatif atau tidak mutlak
Hal ini berarti meskipun tidak terjadi interaksi pada keduanya, namun tidak terlalu
memberikan dampak yang signifikan bagi kelangsungan hidup keduanya.
Misalnya interaksi burung jalak dengan kerbau, dimana burung jalak
mendapatkan makanan berupa kutu kerbau sedangkan kerbau terbantu
membersihkan parasite dari tubuhnya. Meskipun tanpa terjadi interaksi tersebut,
kerbau dapat membersihkan parasite kutu dengan berkubang, demikianpula
dengan burung jalak masih bisa mendapatkan makanan yang lain.
Sedangkan tipe interaksi negatif, ditunjukkan oleh interaksi parasitisme,
predasi, parasitodisme, kompetisi dan amensalisme. Neutralisme yang benar-
benar, jarang dijumpai di alam, hal ini mungkin ada interaksi tidak langsung antar
semua populasi yang terjadi di dalam suatu ekosistem.
Interaksi predaotrisme, parasitisme dan parasitoidisme merupakan interaksi
yang menguntungkan salah satu pihan yang berinteraksi dan merugikan bagi
pihak yang lain. Bedanya adalah pada predatorisme yang diuntungkan adalah
organisme yang biasanya lebih besar dan kuat yang disebut predator, sedangkan
yanag dirugiakan disebut mangsa. Dalam interaksi ini biasanya berdampak
langsung yang menyebabkan mangsanya mati. Sedangkan pada parasitisme dan
parasitoidisme biasanya yang diuntungkan adalah organisme yang berukuran lebih
kecil. Beda keduanya adalah pada parasitisme umumnya tidak langsung
menyebabkan inangnya mati, melainkan parasit (organisme yang diuntungkan)
akan mengeksploitasi inangnya (yang dirugikan) secara perlahan-lahan sesuai
kebutuhan parasit tersebut, meskipun dalam jangka panjang dapat menyebabkan
inangnya mati. Sedangkan parasitoidisme umumnya dapat menyebabkan inangnya
mati dalam jangka pendek. Contoh parasit adalah Fasciola hepatica dengan
manusia. Sedangkan contoh parasitoidisme adalah larva lebah tetabuhan dengan
larva kupu-kupu.
Interaksi negatif yang lain adalah kompetisi. Pada awalnya interaksi ini
menyebabkan kerugian bagi kedua organisme yang berinteraksi, namun bagi
pemenang kompetisi akan mendapat keuntungan melebihi biaya yang dikeluarkan
24. 20
untuk kompetisi, sedangkan bagi yang kalah akan kehilangan sumberdaya akibat
terluka atau kehilangan sejumlah energi yang sudah dikeluarkan selama
berkompetisi yang diperebutkan. Kompeetisi biasanya terjadi akibat kebutuhan
sumberdaya yang sama dengan jumlah yang terbatas. Sumberdaya yang
diperebutkan bisa menyangkut makanan maupun ruang atau tempat tinggal.