Modul ini memberikan panduan tentang penatalaksanaan kegawatdaruratan medis untuk jemaah haji. Ia menjelaskan konsep dasar kegawatdaruratan termasuk definisi, jenis-jenisnya, dan langkah-langkah penanganan. Modul ini juga menjelaskan penatalaksanaan kegawatdaruratan khusus di lokasi-lokasi seperti KKHI, sektor, dan armina.
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
Tkr dokter
1. Modul Pelatihan PPIH 2017 1
PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN MEDIK
I. DESKRIPSI SINGKAT
Ibadah haji merupakan salah satu kegiatan ibadah yang membutuhkan
kondisi fisik maupun psikis yang optimal. Dalam perjalanannya, kondisi
kesehatan jemaah sering kaIi mengalami penurunan dari mulai yang ringan
hingga berat.
Kondisi perburukan kesehatan yang terjadi selama menjalankan ibadah haji
dapat menghalangi jemaah haji dalam menjalankan rangkaian ibadah haji,
untuk mengantisipasi keadaan tersebut, diperlukan kemampuan tenaga
kesehatan dalam tatalaksana lebih dini terutama penatalaksanaan
kegawatdaruratan untuk menghindari meningkatnya mortalitas dan
morbiditas.
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum :
Peserta mampu melakukan penatalaksanaan kegawatdaruratan medik
selama bertugas di Arab Saudi
B. Tujuan Pembelajaran Khusus :
1. Menjelaskan konsep kegawatdaruratan
2. Melakukan penatalaksanaan kegawatdaruratan
III. POKOK BAHASAN
1. Konsep dasar kegawatdaruratan
a. Pengertian kegawatdaruratan
b. Jenis-jenis kegawatdaruratan
c. Langkah-langkah penanganan kegawatdaruratan
2. Modul Pelatihan PPIH 2017 2
2. Penatalaksanaan kegawatdaruratan disetiap lokus
a. KKHI
b. Sektor
c. Armina
d. Transportasi
IV. BAHAN AJAR
1. Flipchart
2. Whiteboard
3. Alat tulis (ATK)
4. Bahan ajar/Modul
5. Laptop + LCD proyektor
6. Alat praktek kegawatdaruratan
7. Lembar kasus
8. Panduan simulasi
V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Langkah 1: Penyiapan proses pembelajaran
1. Kegiatan Fasilitator
a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas
b. Fasilitator menyampaikan salam dan menyapa peserta dengan ramah
dan hangat
c. Fasilitator memperkenalkan diri
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis bila diperlukan
b. Menjawab salam
Langkah 2: Penyampaian pokok bahasan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Menggali pendapat pembelajar tentang konsep gawat darurat
b. Menyampaikan pokok bahasan
3. Modul Pelatihan PPIH 2017 3
c. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal
yang masih belum jelas.
d. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan oleh peserta
2. Kegiatan Peserta
a. Memberikan pendapat/jawaban dari pertanyaan Fasilitator
b. Mendengar, mencatat hal-hal yang penting dalam materi
c. Mengajukan pertanyaan kepada Fasilitator bila masih ada yang belum
dipahami.
d. Mengikuti proses diskusi dan simulasi yang diberikam fasilitator
secara proaktif.
Langkah 3: Kesimpulan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Merangkum poin-poin penting dari hasil proses kegiatan
pembelajaran.
b. Mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam.
2. Kegiatan Peserta
a. Mencatat hal-hal yang penting
b. Membalas salam
VI. URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 1. KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN
A. Pengertian gawatdarurat
Definisi dari gawat darurat
- Gawat adalah suatu keadaan karena cedera maupun bukan cedera yang
mengancam nyawa pasien/jemaah
- Darurat adalah suatu keadaan karena cedera maupun bukan cedera
yang membutuhkan pertolongan segera
4. Modul Pelatihan PPIH 2017 4
- Gawat Darurat adalah suatu keadaan karena cedera maupun bukan
cedera yang mengancam nyawa pasien dan membutuhkan pertolongan
segera.
B. Jenis-jenis gawatdarurat
1. Alergi dan Immunologi
• Anafilaktik
Definisi :
Kumpulan gejala klinis yang berat dan mengancam jiwa akibat
reaksi hipersensitivitas sistemik.
Penegakan diagnosis :
✓ Onset yang cepat (dalam beberapa menit)
✓ Gejala klinis : Kelainan kulit/mukosa (urtikaria, bengkak
dibibir atau mata, gatal seluruh tubuh), disfungsi organ,
gangguan pernapasan (sesak, batuk, dan stridor), gangguan
gastrointestinal (kram perut, mual, muntah, dan diare)
✓ Penurunan tekanan darah segera.
Penatalaksanaan :
✓ Hindari faktor penyebab (allergen)
✓ Epinefrin ( konsentrasi 1:1000) dengan dosis 0.3-0.5 ml/ kali
pemberian IM
✓ Oksigen dengan target saturasi 94-98%
✓ Inhalasi B2 Agonis
✓ Antihistamin (Difenhidramin 25-50mg IM atau IV)
✓ Kortikosteroid (Metilprednisolon 1mg/kgBB)
2. Sindrom Stevens-Johnsons (SSJ)
Definisi :
Kumpulan gejala klinis kelainan kulit berupa erupsi jaringan mukokutan
akibat reaksi hipersensitivitas komplek yang bersifat berat dan dapat
menyebabkan kematian.
Penegakan diagnosis :
5. Modul Pelatihan PPIH 2017 5
✓ Adanya pajanan obat dalam waktu kurang dari 60 hari.
✓ Gejala klinis : Lesi berupa lepuhpada mukosa mulut, mata, dan
anogenital, epidermis yang detachable.
Penatalaksanaan :
✓ Hindari pajanan obat yang diduga menyebabkan SSJ
✓ Nutrisi yang optimal ( pasang NGT bila terdapat lesi mukosa yang
berat)
✓ Hidrasi yang optimal
✓ Steroid (Metilprednisolon 1mg/kgBB)
✓ Obat pelindung mukosa lambung (ranitidin atau Proton pump
inhibitor)
Jantung dan Pembuluh darah
3. Edema paru akut
Penegakan diagnosis dan penatalaksanaan sesuai dengan Advanced
Cardiovascular Life Support (ACLS)
4. Sindrom koroner akut
Penegakan diagnosis dan penatalaksanaan sesuai dengan Advanced
Cardiovascular Life Support (ACLS)
5. Cardiac arrest
Penegakkan diagnosis dan penatalaksanaan sesuai dengan Advanced
Cardiovascular Life Support (ACLS)
6. Bradikardia dan Takikardia
Penegakan diagnosis dan penatalaksanaan sesuai dengan Advanced
Cardiovascular Life Support (ACLS)
Traumatologi
7. Fraktur dan Dislokasi
Penegakan diagnosis dan penatalaksanaan sesuai dengan Advanced
Trauma Life Support (ATLS)
Neurologi
8. Stroke
6. Modul Pelatihan PPIH 2017 6
Penegakkan diagnosis dan penatalaksanaan sesuai dengan Advanced
Cardiovascular Life Support (ACLS)
Pulmonologi
9. PPOK Eksaserbasi akut
Definisi :
Perburukan kondisi pada pasien penderita penyakit paru obstruktif
kronik yang biasanya ditandai dengan peningkatan produksi sputum,
sesak nafas, batuk, dan demam.
Penegakan diagnosis :
Gejala klinis : Terdapat riwayat PPOK sebelumnya, sesak nafas yang
memberat, batuk produktif, demam, pada tahap lanjut bisa didapatkan
penurunan kesadaran.
Penatalaksanaan :
✓ Resusitasi bila diperlukan
✓ Inhalasi SABA dengan atau tanpa antikolinergik kerja pendek
direkomendasikan sebagai terapi bronkodilator inisial dalam
tatalaksana eksaserbasi akut
✓ Kortikosteroid sistemik, oksigenasi, dan mempersingkat waktu
pemulihan dan waktu rawat inap.
✓ Antibiotik, saat diindikasikan dapat mempersingkat waktu
pemulihan, mengurangi risiko relaps dan kemungkinan gagal
terapi serta periode rawat di rumah sakit.
✓ Penggunaan metilxantin tidak direkomendasikan karena diduga
memiliki banyak efek samping
✓ Ventilasi mekanik non-invasif direkomendasikan sebagai jenis
ventilasi mekanik yang digunakan bagi pasien PPOK eksaserbasi
dengan gagal nafas akut.
10. Asma eksaserbasi akut
Definisi :
7. Modul Pelatihan PPIH 2017 7
Periode serangan pada pasien dengan riwayat asma dapat ringan,
sedang, maupun berat.
Penegakan diagnosis :
✓ Gejala klinis : Sesak nafas yang memberat, batuk produktif, demam,
pada tahap lanjut bisa didapatkan penurunan kesadaran.
Penatalaksanaan :
✓ Resusitasi bila diperlukan
✓ Inhalasi SABA kerja pendek direkomendasikan sebagai terapi
bronkodilator inisial dalam tatalaksana eksaserbasi akut
✓ Kortikosteroid sistemik, oksigenasi, dan mempersingkat waktu
pemulihan dan waktu rawat inap.
✓ Antibiotik, diindikasikan bila ditemukan tanda infeksi.
Telinga, Hidung, dan Tenggorokan
11. Epistaksis
Definisi :
Keluar darah dari hidung dapat merupakan gangguan lokal ataupun
manifestasi dari penyakit sistemik.
Penegakan diagnosis :
✓ Faktor lokal : Trauma, neoplasma, deviasi septum, reaksi inflamasi,
dan adanya benda asing
✓ Faktor sistemik : Hipertensi, gangguan pembekuan darah, obat-
obatan.
✓ Idiopatik
Penatalaksanaan :
✓ Resusitasi bila diperlukan
✓ Identifikasi sumber perdarahan (Rhinoskopi anterior/posterior)
✓ Hentikan perdarahan (tampon hidung, kauterisasi, ataupun
pembedahan)
8. Modul Pelatihan PPIH 2017 8
Endokrin dan Metabolik
12. Hiperglikemik (Ketoasidosis Diabetikum (KAD) dan Hyperosmolar
Hyperglicemic State (HHS)
Definisi :
Suatu keadaan dimana terdapat defisiensi insulin absolut atau relatif
dan peningkatan hormon kontra regulator (glukagon, katekolamin,
kortisol, dan hormon pertumbuhan)
Ketoasidosis Diabetikum
Penegakan diagnosis :
Gejala klinis : Pernapasan Kussmaul, gejala dehidrasi (mulut kering,
turgor kulit menurun hingga syok)
Glukosa 250-600 mg/dL
pH < 7.3 (Bikarbonat serum < 15mEq/L)
Keton plasma ++
Penatalaksanaan :
✓ Penggantian cairan tubuh dan elektrolit yang hilang
✓ Insulin
✓ Mengatasi pencetus
Hyperosmolar Hyperglicemic State
Penegakan diagnosis :
Gejala klinis : Gejala dehidrasi (mulut kering, turgor kulit menurun
hingga syok), lemah, kadang hingga kejang dan penurunan kesadaran.
Glukosa > 600 mg/dL
Osmolalitas > 320 mOsm//kg
Keton plasma negatif
Bikarbonat > 15 mEq/L
Penatalaksanaan :
✓ Rehidrasi agresif
✓ Penggantian elektrolit
✓ Insulin
9. Modul Pelatihan PPIH 2017 9
✓ Manajemen faktor pencetus
13. Koma Hipoglikemik
Definisi :
Kumpulan gejala klinis yang disebabkan konsentrasi glukosa darah
yang rendah
Penegakan diagnosis :
Triad Whipple (Konsentrasi glukosa darah yang rendah, adanya gejala
hipoglikemia, dan hilangnya gejala setelah glukosa meningkat).
Penatalaksanaan :
✓ Cari faktor penyebab.
✓ Farmakologik
Pasien sadar :
Beri larutan glukosa murni 20-30 gram, pantau glukosa tiap 1 jam
Pasien tidak sadar :
Suntikan 50 cc Dextrose 40%, infus dextrose 10% 6 jam/kolf, pantau
glukosa darah tiap ½ jam
Lingkungan
14. Heat Stroke
Definisi :
Kumpulan gejala klinis yang berat dan mengancam jiwa peningkatan
suhu tubuh.
Penegakan diagnosis :
Peningkatan suhu inti tubuh melebihi 40 oC disertai adanya disfungsi
sistem saraf pusat dan terjadi pada lingkungan dengan suhu yang
tinggi.
10. Modul Pelatihan PPIH 2017 10
Penatalaksanaan :
✓ Pindahkan pasien ke ruangan sejuk dan terlindung dari matahari,
longgarkan pakaian pasien
✓ Semprotkan air dingin pada seluruh tubuh
✓ Berikan kantong es di lipatan2 tubuh seperti ketiak, lipat paha
✓ Bila pasien sadar berikan minum dalam jumlah banyak
✓ Pasang IV lines berikan infus NaCL 0,9%
C. Langkah-langkah penanganan kegawatdaruratan
1. Triase/triage
• Proses khusus memilah dan memilih pasien berdasarkan beratnya
penyakit menentukan prioritas perawatan gawat medik serta
prioritas transportasi
• Sistem yang digunakan dalam mengidentifikasi korban dengan
cedera yang mengancam jiwa untuk kemudian diberikan prioritas
untuk dirawat, dirujuk atau dievakuasi
• Tag label : Hitam, Merah, Kuning, Hijau
2. Kesiapan
• Tim
• Standar Prosedur Operasional
• Alat dan bahan
3. Prinsip 3 aman
• Aman diri
• Aman lingkungan
• Aman pasien
POKOK BAHASAN II. PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN DI
SETIAP LOKUS
A. KKHI
1. Karakteristik KKHI Mekkah
11. Modul Pelatihan PPIH 2017 11
• Fungsi rujukan dari pondokan dan sektor
• Ketersediaan UGD dan ICU
• Standar Prosedur Operasional
• Kelengkapan personil Spesialis
2. Karakteristik KKHI Medinah
• Fungsi rujukan dari pondokan
• Tanpa ICU
• Standar Prosedur Operasional
• Kelengkapan personil Spesialis
3. Karakteristik KKHI Bandara
• Fungsi penanganan awal kedatangan dan pemulangan jemaah
• Tanpa ICU
• Standar Prosedur Operasional
• Kelengkapan personil Spesialis
B. Sektor
1. Karakteristik sektor Mekkah
• Fungsi rujukan dari pondokan
• Penanganan kegawatdaruratan awal dan rawat inap
• Standar Prosedur Operasional
• Kelengkapan personil Spesialis
2. Karakteristik sektor Medinah
• Fungsi koordinasi dengan pondokan
• Tidak ada pelayanan medis
C. Armina
1. Kondisi Arafah
• KKHI Arafah
• Klinik satelit dan Tim TGC
2. Kondisi Muzdalifah
12. Modul Pelatihan PPIH 2017 12
• Tidak ada KKHI Muzdalifah
• Tim TGC Mobile dan Tim Muzdalifah
3. Kondisi Mina
• Penanganan terpusat di KKHI Mina
• Tim TGC Mobile
• Tidak ada klinik satelit
D. Transportasi
1. Ambulance rujukan
• Ketersediaan peralatan di ambulance bandara
• Ketersediaan peralatan di ambulance sektor ke KKHI
• Ketersediaan peralatan di ambulance KKHI ke RSAS
• Tim evakuasi dokter dan perawat
2. Ambulance evakuasi
• Ketersediaan peralatan di ambulance antar kota
• Tim evakuasi dokter dan perawat
VII. DAFTAR PUSTAKA
1. Modul Pelatihan ATLS
2. Modul Pelatihan ACLS
3. Modul Kegawatdaruratan medik, PAPDI
4. Buku Referensi Asma dan PPOK, PDPI, tahun 2011
13. Modul Pelatihan PPIH 2017 1
MEKANISME RUJUKAN DI ARAB SAUDI
I. DESKRIPSI SINGKAT
Pemerintah Indonesia dalam memberikan pelayanan kesehatan kepadajemaah
haji Indonesia, telah menyediakan sarana pelayanan kesehatan terbatas di tiga
daerah kerja yaitu Makkah, Madinah dan Jeddah. Namun sarana dan prasarana
pelayanan kesehatan yang tersedia masih sangat terbatas, sehingga untuk kasus-
kasustertentu yang tidak teratasi pada unit pelayanan kesehatan yang disediakan,
maka jemaah haji sakit akan dikirim kesarana pelayanan yang lebih tinggi dan
lengkap (rujuk). Pemerintah Arab Saudi sesuai dengan Taklimatil Hajj telah
menyiapkan seluruh rumah sakit pemerintah sebagai pusat rujukan tertinggi
secara gratis.
Tujuan dari rujukan adalah terselenggaranya pelayanan kesehatan lanjutan
sebagai upaya tindakan pengobatan dan perawatan yang lebih komprehensif
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan mekanisme rujukan di
Arab Saudi.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu :
1. Menjelaskan konsep dasar rujukan
2. Melakukan tatalaksana rujukan
III.POKOK BAHASAN
1. Konsep dasar rujukan
a. Pengertian rujukan
b. Jenis-jenis rujukan
c. Kriteria/indikasi rujukan
d. Alur rujukan
2. Tatalaksana rujukan
a. Persiapan rujukan
14. Modul Pelatihan PPIH 2017 2
b. Pelaksanaan rujukan
c. Evaluasi rujukan
IV. BAHAN AJAR
1. Kementerian Agama RI, 2015, Modul Pembekalan Operasional Kesehatan
Haji, Bahan Ajar Pelatihan Petugas Haji Tahun 1436 H/2015 M, Jakarta,
Kementerian Agama RI, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
2. Permenkes No.62 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Kesehatan Haji
V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 3 jam pelajaran
(T= 1 jpl, P= 2 jpl, PL= 0 jpl) @45 menit. Untuk mempermudah proses
pembelajaran dan meningkatkan partisipasi seluruh perserta, maka perlu disusun
langkah-langkah kegiatan sebagai berikut :
Langkah 1.Penyiapan proses pembelajaran
1. Kegiatan Fasilitator
a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana di kelas
b. Fasilitator menyampaikan salam dengan menyapa peserta dengan ramah
dan hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah dengan
memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama
lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
d. Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) tentang mekanisme rujukan
jemaah haji sakit di fasilitas kesehatan dengan metode curah pendapat
(brainstorming).
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasa dan tujuan pembelajaran tentang
materi konsep dasar rujukan, dan mekanisme rujukan jemaah haji sakit
yang disampaikan dengan menggunakan bahan tayang (slide power
point).
2. KegiatanPeserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
15. Modul Pelatihan PPIH 2017 3
d. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator bila ada hal-hal yang belum
jelas dan perlu diklarifikasi.
Langkah2 : Review pokok bahasan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan dari materi awal
sampai dengan materi terakhir secara garis besar dalam waktu yang
singkat
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang
masih belum jelas.
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan oleh peserta
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
Langkah3 :Pendalaman pokok bahasan.
1. Kegiatan Fasilitator
a. Meminta kelas dibagi menjadi beberapa kelompok (3 kelompok) dan
setiap kelompok akan diberikan tugas diskusi kelompok.
b. Menugaskan kelompok untuk memilih ketua, sekretaris dan penyaji.
c. Meminta masing-masing kelompok untuk menuliskan hasil dikusi untuk
dipresentasikan.
d. Mengamati peserta dan memberikan bimbingan pada proses diskusi.
e. Memberikan satu simulasi tentang visitasi jemaah haji sakit
2. Kegiatan Peserta
a. Membentuk kelompok diskusi dan memilih ketua, sekretaris dan penyaji.
b. Mendengar, mencatat dan bertanya terhadap hal-hal yang kurang jelas
kepada fasilitator.
16. Modul Pelatihan PPIH 2017 4
c. Melakukan proses diskusi sesuai dengan pokok bahasan /sub pokok
bahasan yang ditugaskan fasilitator dan menuliskan hasil dikusi pada
kertas flipchart untuk dipresentasikan.
d. Mengikuti simulasi yang diberikan oleh fasilitator secara proaktif.
Langkah 4 :Penyajian dan pembahasan hasil pendalaman pokok bahasan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Dari masing-masing kelompok diminta untuk melakukan presentasi dari
hasil diskusi yang telah dilakukan sebelumnya.
b. Memimpin proses tanggapan (Tanya jawab)
c. Memberikan masukan-masukan dari hasil diskusi.
d. Memberikan klarifikasi dari pertanyaan-pertanyaan yang belum dimengerti
jawabannya
e. Merangkum hasil diskusi
f. Melakukan refleksi simulasi yang telah dilakukan oleh peserta.
2. Kegiatan Peserta
a. Mengikuti proses penyajian kelas
b. Berperanaktifdalam proses tanyajawab yang dipimpin oleh fasilitator
c. Bersama dengan fasilitator merangkum hasil presentasi dari masing –
masing pokok bahasan yang telah dipresentasikan dengan baik.
d. Ikut serta dalam refleksi simulasi yang sudah dilakukan sebelumnya.
Langkah 5 : Rangkuman dan evaluasi hasil belajar
1. Kegiatan Fasilitator
a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan 2 pertanyaan sesuai topic
pokok bahasan secara acak kepada peserta.
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing – masing pertanyaan
yang telah diajukan sebelumnya.
c. Bersama peserta merangkum poin-poin penting dari hasil proses
pembelajaran tentang rujukan jemaah haji sakit dalam pelaksanaan
pelayanan kesehatan haji
d. Membuat kesimpulan dapat dilakukan sendiri oleh fasilitator atau secara
bersama-sama dengan mengajak peserta untuk menyimpulkan
17. Modul Pelatihan PPIH 2017 5
2. KegiatanPeserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan fasilitator.
b. Bersama fasilitator merangkum hasil proses pembelajaran mekanisme
rujukan jemaah haji dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan haji.
VI. URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 1. KONSEP DASAR RUJUKAN
A. Pengertian Rujukan
Rujukan adalah upaya pemberian layanan kesehatan yang lebih
komprehensif terhadap jemaah sakit dari satu sarana layanan kesehatan ke
sarana layanan kesehatan yang lebih tinggi. Rujukan adalah suatu sistem di
dalam pelayanan kesehatan dimana terjadi pelimpahan tanggungjawab atas
penderita untuk pengobatan lanjutan pada unit pelayanan yang lebih lengkap
dan lebih tinggi kemampuannya dengan tetap memantau penderita
tersebut.(Kepmenkes 1196/ 2009).
B. Jenis – jenisRujukanPelayananKesehatan haji
1. Rujukan pada saat Pra Armina
- Rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap
- Evaluasi antar daerah kerja
2. Rujukan pada saat Armina
a) Safari Wukuf
- Seleksi dan rujuk ke KKHI Mekkah
b) Arofah
- Rujukan ke sector Arofah
- Rujukan ke RSAS di Arofah
- Evakuasi pasien dari sector Arofah ke KKHI Mekkah
c) Muzdalifah
- Bantuan layanan kesehatan Posko Mabit
- Evakuasi ke sektor Mina
- Rujukan RSAS di Mina
18. Modul Pelatihan PPIH 2017 6
d) Mina
- Rujukan ke sektor Mina
- Rujukan ke RSAS di Mina
- Evakuasi pasien ke KKHI Mekkah
3. Rujukan pada saat Pasca Armina
- Rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap
- Evaluasi antar daerah kerja
C. Kriteria Rujukan
1. Fasilitas yang tersedia (sarana dan prasarana ) tidak/kurang memadai
2. Penderita yang memerlukan tindakan dan perawatan lebih lanjut
3. Kasus-kasus penyakit menular yang perlu tindakan isolasi khusus dan
tindakan khusus
19. Modul Pelatihan PPIH 2017 7
D. Alur Rujukan Kesehatan di Arab Saudi
POKOK BAHASAN 2. TATALAKSANA RUJUKAN
A. Persiapan Rujukan
Sebelum melakukan rujukan maka harus dipersiapkan kelengkapan rujukan
yaitu:
1. Buku Kesehatan Jemaah Haji (BKJH)
2. Formulir rujukan atau Referred Case Report (KHARu)
3. Tanda terima Jemaah haji sakit (KHRuRs)
4. Jemaah haji sakit
5. Petugas kesehatan
6. Pendamping (keluarga/karu/karom)
B. PelaksanaanRujukan
1. Penderita dirujuk dengan kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan
2. Formulir rujukan di serahkan kepada unit pelayanan yang menerima dan
tembusan diserahkan kepada petugas sansur dan arsip
3. Rujukan ke RSAS didampingi denganTenaga Penujang Kesehatan
(TPK) sebagai penghubung dan juru Bahasa
4. Rujukan ke RSAS, penderita ditunggu sampai diketahui posisi
penempatan jemaah sakit
TKHI
SEKTOR
KKHI
RS ARAB SAUDI
20. Modul Pelatihan PPIH 2017 8
Rumah Sakit Rujukan
1. Di Jeddah
✓ Rumah Sakit King Fahd
✓ Rumah Sakit King Abdul aziz
2. Di Madinah
✓ Rumah Sakit King Fahd
✓ Rumah Sakit All Anshor
✓ Rumah Sakit Bir Ali
✓ Rumah Sakit Al Dhar
✓ Rumah Sakit Wiladah
3. Di Makkah
✓ Rumah Sakit Ajyad (sekitar Haram)
✓ Rumah Sakit King Faizal/ Syiza
✓ Rumah Sakit King Abdul Aziz/ Zaher
✓ Rumah Sakit Al Noor
✓ Rumah Sakit Hera (Tan’im)
✓ Rumah Sakit Bersalin Wiladah
✓ Rumah Sakit Al Ashar
C. EvaluasiRujukan
Jemaah haji sakit yang dirujuk ke pelayanan kesehatan yang mempunyai
fasilitas kesehatan lebih lengkap baik di sektor, KKHI dan RS Arab Saudi
selalu dilakukan pemantauan dan kunjungan/ visitasi setiap hari oleh dokter
spesialis untuk mengetahui perkembangan dan tindaklanjut yang diperlukan.
Apabila keadaan Jemaah haji sakit yang dirawat di RS Arab Saudi sudah
membaik dan sudah diperbolehkan pulang kepondokan/kloter oleh dokter
yang menanganinya maka Jemaah haji tersebut harus di bawa ke KKHI
terlebih untuk recovery/ pemulihan dan pemeriksaan kembali oleh dokter
KKHI.
21. Modul Pelatihan PPIH 2017 9
VII. DAFTAR PUSTAKA
1. Kementerian Agama RI, 2015, Modul Pembekalan Operasional Kesehatan
Haji, Bahan Ajar Pelatihan Petugas Haji Tahun 1436 H/2015 M, Jakarta,
Kementerian Agama RI, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah
2. Permenkes No.62 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Kesehatan Haji
22. Modul Pelatihan PPIH 2017 1
MEKANISME EVAKUASI JEMAAH HAJI DI ARAB SAUDI
I. DESKRIPSI SINGKAT
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikutimateriini, peserta mampu melakukan mekanisme evakuasi
Jemaah haji di arab Saudi.
B. TujuanPembelajaranKhusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu :
1. Menjelaskan konsep dasar evakuasi
2. Melakukan tatalaksana evakuasi Jemaah haji di arab saudi
III. POKOK BAHASAN
1. Konsep dasar evakuasi
a. Pengertian evakuasi
b. Jenis-jenis evakuasi
c. Kriteria/indikasi evakuasi
d. Alur evakuasi
2. Tatalaksana evakuasi
a. Persiapan evakuasi
b. Pelaksanaan evakuasi
c. Evaluasi evakuasi
IV. BAHAN AJAR
1.Kementerian Agama RI, 2015, Modul Pembekalan Operasional Kesehatan
Haji, Bahan Ajar Pelatihan Petugas Haji Tahun 1436 H/2015 M, Jakarta,
Kementerian Agama RI, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
2.Permenkes No.62 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Kesehatan Haji
23. Modul Pelatihan PPIH 2017 2
V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 3 jam pelajaran
(T= 1 jpl, P= 2 jpl, PL= 0 jpl) @45 menit. Untuk mempermudah proses
pembelajaran dan meningkatkan partisipasi seluruh perserta, maka perlu disusun
langkah-langkah kegiatan sebagai berikut :
Langkah 1.Penyiapan proses pembelajaran
1. Kegiatan Fasilitator
a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas
b. Fasilitator menyampaikan salam dengan menyapa peserta dengan ramah
dan hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah dengan
memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama
lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
d. Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) tentang mekanisme rujukan
jemaah haji sakit di fasilitas kesehatah dengan metode curah pendapat
(brainstorming).
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran tentang
materi konsepsi dasar evakuasi, dan mekanisme evakuasi jemaah haji
yang disampaikan dengan menggunakan bahan tayang (slide power point).
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator bila ada hal-hal yang belum jelas
dan perlu diklarifikasi.
Langkah2 : Review pokokbahasan
1. Kegiatan Fasilitator
24. Modul Pelatihan PPIH 2017 3
a. Menyampaikan PokokBahasandan sub pokok bahasan dari materi awal
sampai dengan materi terakhir secara garis besar dalam waktu yang
singkat
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang
masih belum jelas.
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan oleh peserta
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
Langkah3 :Pendalaman pokok bahasan.
1. KegiatanFasilitator
a. Meminta kelas dibagi menjadi beberapa kelompok (3 kelompok) dan setiap
kelompok akan diberikan tugas diskusi kelompok.
b. Menugaskan kelompok untuk memilih ketua, sekretaris dan penyaji.
c. Meminta masing-masing kelompok untuk menuliskan hasil dikusi untuk
dipresentasikan.
d. Mengamati peserta dan memberikan bimbingan pada proses diskusi.
e. Memberikan satu simulasi tentang visitasi jemaah haji sakit
2. KegiatanPeserta
a. Membentuk kelompok diskusi dan memilih ketua, sekretaris dan penyaji.
b. Mendengar, mencatat dan bertanya terhadap hal-hal yang kurang jelas
kepada fasilitator.
c. Melakukan proses diskusi sesuai dengan pokok bahasan /sub pokok
bahasan yang ditugaskan fasilitator dan menuliskan hasil dikusi pada
kertas flipchart untuk dipresentasikan.
d. Mengikuti simulasi yang diberikan oleh fasilitator secara proaktif.
25. Modul Pelatihan PPIH 2017 4
Langkah 4 :Penyajian dan pembahasan hasil pendalaman pokok bahasan
1. KegiatanFasilitator
a. Dari masing-masing kelompok diminta untuk melakukan presentasi dari
hasil diskusi yang telah dilakukan sebelumnya.
b. Memimpin proses tanggapan (Tanya jawab)
c. Memberikan masukan-masukan dari hasil diskusi.
d. Memberikan klarifikasi dari pertanyaan-pertanyaan yang belum dimengerti
jawabannya
e. Merangkum hasil diskusi
f. Melakukan refleksi simulasi yang telah dilakukan oleh peserta.
2. Kegiatan Peserta
a. Mengikuti proses penyajian kelas
b. Berperan aktif dalam proses tanyajawab yang dipimpin oleh fasilitator
c. Bersama dengan fasilitator merangkum hasil presentasi dari masing –
masing pokok bahasan yang telah dipresentasikan dengan baik.
d. Ikut serta dalam refleksi simulasi yang sudah dilakukan sebelumnya.
Langkah 5 : Rangkuman dan evaluasi hasil belajar
1. Kegiatan Fasilitator
a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan 2 pertanyaan sesuai topic
pokok bahasan secara acak kepada peserta.
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing – masing pertanyaan yang
telah diajukan sebelumnya.
c. Bersama peserta merangkum poin-poin penting dari hasil proses
pembelajaran tentang evakuasi jemaah haji dalam pelaksanaan pelayanan
kesehatan haji
d. Membuat kesimpulan dapat dilakukan sendiri oleh fasilitator atau secara
bersama-sama dengan mengajak peserta untuk menyimpulkan
26. Modul Pelatihan PPIH 2017 5
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan fasilitator.
b. Bersama fasilitator merangkum hasil proses pembelajaran evakuasi
jemaah haji dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan haji.
VI. URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 1. KONSEP DASAR EVAKUASI
1. Pengertian Evakuasi
Proses pemindahan (evakuasi) jemaah haji sakit dari satu daerah kerja
dengan daerah kerjalain dengan mempergunakan ambulance dan didampingi
petugas pembimbing ibadah dan kesehatan agar Jemaah haji sakit tetap
dalam kondisi perawatan dan pengawasan selama perjalanan serta
sempurna ibadahnya.
Menurut Permenkes No.62 Tahun 2016, Evakuasi Jemaah Haji adalah
kegiatan pemindahan Jemaah Haji sakit dari satu lokasi ke lokasi lainnya
sesuai proses penyelenggaraan ibadah haji.
2. Jenis-jenis Evakuasi
a. Evakuasi Insidentil/emergency
Evakuasi yang dilakukan secara mendadak untuk mengatasi situasi
kegawatdaruratan.
Contohnya pada situasi kebakaran, Kejadian Luar Biasa (KLB), dan
bencana
b. Evakuasi Prosedural
Evakuasi yang dilakukan sesuai prosedur, contohnya Jemaah haji sakit
yang berada di KKHI Mina (pada saat Armina), Jemaah yang masih
dirawat di RSAS setelah pasca operasioanal haji, memindahkan Jemaah
haji pasca rawat di KKHI Madinah/mekkah
c. Evakuasi di rencanakan
27. Modul Pelatihan PPIH 2017 6
Evakuasi yang direncanakan sesuai kondisi kesehatan Jemaah haji yang
apabila ibadahnya dilanjutkan maka akan memperburuk kondisi
kesehatannya Contohnya jemaah yang Tanazul awal untuk gelombang 2,
perjalanan ibadah haji tidak dilanjutkan ke madinah
3. Kriteria Evakuasi
a. Jemaah haji sakit rawat inap yang berdasarkan hasil pemeriksaan medis
sudah layak (transportable) untuk dipindahkan ke tempat pelayanan
kesehatan lain namun tidak memungkinkan untuk meneruskan perjalanan
ibadah bersama kloternya
b. Jemaah haji sakit yang sudah sembuh dan dibenarkan pulang kekloternya
namun lain
4. Alur Evakuasi
POKOK BAHASAN 2. TATALAKSANA EVAKUASI
1. Persiapan Evakuasi
- Jemaah haji sakit yang sudah transportable
- Persiapan dokumen yang diperlukan
- Transportasi/ambulance
- Tim evakuasi dan
- Pendamping Jemaah haji (keluarga) yang akan dievakuasi
DAKER
MEKKAH
DAKER
MADINAH
28. Modul Pelatihan PPIH 2017 7
2. Pelaksanaan Evakuasi
a. Petugas KKHI mengusulkan pengambilan paspor Jemaah haji sakit dan
pendamping yang akan dievakuasi kepada Wakil Kepala Daker Bidang
Hubungan antar Instansi
b. Wakil Kepala Daker Bidang Hubungan antar Instansi melakukan koordinasi
ke muassasah melalui temus (petugas pengambil paspor) untuk
pengambilan paspor Jemaah haji dan pendamping yang akan dievakuasi
c. Penanggungjawab KKHI menentukan petugas kesehatan yang akan
mendampingi Jemaah haji sakit yang akan dievakuasi
d. Petugas KKHI mengusulkan pembuatan surat jalan kepada Kadaker untuk
Tim (petugas kesehatan, petugas pembimbing ibadah, dan supir
ambulance) yang akan dilaksanakan evakuasi beserta Jemaah haji dan
pendamping yang akandievakuasi
e. Tim evakuasi menyiapkan obat-obatan, alat kesehatan, dan dokumen
(resume & BKJH) dan Jemaah haji sakit
f. Evakuasi yang dilakukansebelumwukuf (Madinah-Mekkah), Jemaah haji
dipersiapkan dengan berihram dan miqat di Bir Ali
g. Evakuasi yang dilakukan setelah wukuf agar memastikan bahwa Jemaah
haji telah melaksanakan thawafifadhah
h. Melakukan koordinasi kedaerah kerja tujuan evakuasi
i. Setibanya Jemaah haji sakit di lokasi yang dituju, Jemaah haji
diserahterimakan ke KKHI Daker
j. Dokumen perjalanan diserahkan kepada koordinasi KKHI dan surat jalan
telah ditandatangani dibawa kembali.
3. Evaluasi Evakuasi
Evaluasi evakuasi dilakukan untuk menjamin jemaah haji sakit telah diberikan
pelayanan dan perlindungan sesuia dengan prosedur di arab Saudi. Hal-hal
yang perlu di evaluasi adalah perlengkapan dokumen, kondisi kesehatatan
jemaah haji yang dievakuasi dan surat jalan yang telah ditandatangani oleh
Kasie KKHI yang dituju.
29. Modul Pelatihan PPIH 2017 8
VII. DAFTAR PUSTAKA
1. Kementerian Agama RI, 2015, Modul Pembekalan Operasional Kesehatan
Haji, Bahan Ajar Pelatihan Petugas Haji Tahun 1436 H/2015 M, Jakarta,
Kementerian Agama RI, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah
2. Permenkes No.62 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Kesehatan Haji
30. Modul Pelatihan PPIH 2017 1
MEKANISME PEMULANGAN (TANAZUL) JEMAAH HAJI SAKIT
I. DESKRIPSI SINGKAT
Pemerintah Indonesia dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
jemaahhaji Indonesia, telah menyadiakan sarana pelayanan kesehatan terbatas di
tiga daerah kerja yaitu Makkah, Madinah dan Jeddah. Pemerintah Arab Saudi
sesuai dengan Taklimatul Hajj telah menyiapkan seluruh rumah sakit pemerintah
sebagai pusat rujukan tertinngi secara gratis.
Bagi jemaahhaji yang masih dirawat, bila menurut menilaian dokter tidak laik
meneruskan perjalan ibadahnya bahkan akan memperberat penyakitnya, maka
dapat dilakukan pemulangan lebih awal (dini)/tunda dari jadwal atau kelompok
terbangnya (kloter) yang telah ditelah ditentukan. Sedangkan jemaah haji yang
masih rawat inap di rumah sakit sampai masa operasional haji selesai maka
proses pemulangannya diserahterimakan kepada Konjen RI.
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan mekanisme
pemulangan (tanazul) jemaah haji sakit
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu :
1. Menjelaskan konsep dasar pemulangan jemaah haji sakit
2. Melakukan mekanisme pemulangan (tanazul) jemaah haji sakit
III. POKOK BAHASAN
1.Konsep dasar pemulangan jemaah haji sakit
a. Pengertian pemulangan jemaah haji sakit
b. Kriteria pemulangan jemaah haji sakit
c. Alur pemulangan jemaah haji sakit
2.Tatalaksana pemulangan jemaah haji sakit
a. Persiapan pemulangan jemaah haji sakit
31. Modul Pelatihan PPIH 2017 2
b. Pelaksanaan pemulangan jemaah haji sakit
c. Evaluasi pemulangan jemaah haji sakit
IV. BAHAN AJAR
1.Kementerian Agama RI, 2015, Modul Pembekalan Operasional Kesehatan
Haji, Bahan Ajar Pelatihan Petugas Haji Tahun 1436 H/2015 M, Jakarta,
Kementerian Agama RI, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
2.Permenkes No.62 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Kesehatan Haji
3.Kementerian Agama RI, Standar Operating Procedure PPIH Arab Saudi
Daerah Kerja – Makkah , Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah
V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 3 jam pelajaran
(T= 1 jpl, P= 2 jpl, PL= 0 jpl) @45 menit. Untuk mempermudah proses
pembelajaran dan meningkatkan partisipasi seluruh perserta, maka perlu disusun
langkah-langkah kegiatan sebagai berikut :
Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran
1. Kegiatan Fasilitator
a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas
b. Fasilitator menyampaikan salam dengan menyapa peserta dengan ramah
dan hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah dengan
memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama
lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
d. Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) tentang pemulangan
jemaahhaji sakit/tanazul dengan metode curah pendapat (brainstorming).
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran tentang
materi konsepsi dasar pemulangan jemaahhaji sakit, dan mekanisme
pemulangan jemaahhaji sakit yang disampaikan dengan menggunakan
bahan tayang (slide power point).
32. Modul Pelatihan PPIH 2017 3
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator bila ada hal-hal yang belum
jelas dan perlu diklarifikasi.
Langkah 2 : Review pokok bahasan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan dari materi awal
sampai dengan materi terakhir secara garis besar dalam waktu yang
singkat
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang
masih belum jelas.
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan oleh peserta
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
Langkah 3 : Pendalaman pokok bahasan.
1. Kegiatan Fasilitator
a. Meminta kelas dibagi menjadi beberapa kelompok (3 kelompok) dan
setiap kelompok akan diberikan tugas diskusi kelompok.
b. Menugaskan kelompok untuk memilih ketua, sekretaris dan penyaji.
c. Meminta masing-masing kelompok untuk menuliskan hasil dikusi untuk
dipresentasikan.
d. Mengamati peserta dan memberikan bimbingan pada proses diskusi.
e. Memberikan satu simulasi tentang pemulangan jemaahhaji sakit/tanazul
dalam pada kesempatan penugasan.
33. Modul Pelatihan PPIH 2017 4
2. Kegiatan Peserta
a. Membentuk kelompok diskusi dan memilih ketua, sekretaris dan penyaji.
b. Mendengar, mencatat dan bertanya terhadap hal-hal yang kurang jelas
kepada fasilitator.
c. Melakukan proses diskusi sesuai dengan pokok bahasan/sub pokok
bahasan yang ditugaskan fasilitator dan menuliskan hasil dikusi pada
kertas flipchart untuk dipresentasikan.
d. Mengikuti simulasi yang diberikan oleh fasilitator secara proaktif.
Langkah 4 : Penyajian dan pembahasan hasil pendalaman pokok bahasan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Dari masing-masing kelompok diminta untuk melakukan presentasi dari
hasil diskusi yang telah dilakukan sebelumnya.
b. Memimpin proses tanggapan (tanya jawab)
c. Memberikan masukan-masukan dari hasil diskusi.
d. Memberikan klarifikasi dari pertanyaan-pertanyaan yang belum dimengerti
jawabannya
e. Merangkum hasil diskusi
f. Melakukan refleksi simulasi yang telah dilakukan oleh peserta.
2. Kegiatan Peserta
a. Mengikuti proses penyajian kelas
b. Berperan aktif dalam proses tanya jawab yang dipimpin oleh fasilitator
c. Bersama dengan fasilitator merangkum hasil presentasi dari masing –
masing pokok bahasan yang telah dipresentasikan dengan baik.
d. Ikut serta dalam refleksi simulasi yang sudah dilakukan sebelumnya.
Langkah 5 : Rangkuman dan evaluasi hasil belajar
1. Kegiatan Fasilitator
a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan 2 pertanyaan sesuai topik
pokok bahasan secara acak kepada peserta.
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing– asing pertanyaan yang
telah diajukan sebelumnya.
34. Modul Pelatihan PPIH 2017 5
c. Bersama peserta merangkum poin-poin penting dari hasil proses
pembelajaran tentang pemulangan jemaah haji sakit dalam pelaksanaan
pelayanan kesehatan haji
d. Membuat kesimpulan dapat dilakukan sendiri oleh fasilitator atau secara
bersama-sama dengan mengajak peserta untuk menyimpulkan
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan fasilitator.
b. Bersama fasilitator merangkum hasil proses pembelajaran pemulangan
jemaahhaji sakit dalam pelaksanaan pelayanankesehatan haji.
VI. URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 1. KONSEP DASAR PEMULANGAN JEMAAH HAJI SAKIT
A. Pengertian Pemulangan Jemaah Haji Sakit
Pemulangan jemaah haji sakit terbagi dua yaitu, pemulangan dini/tunda dan
pemulangan akhir.Pemulangan dini/tunda jemaah haji sakit adalah
pemulangan ke Indonesia yang dilakukan lebih dini/tunda dari jadwal atau
kelompok terbangnya (kloter) yang telah di tentukan.Pemulangan dini/tunda
ini ditentukan berdasarkan penilaian dokter dikarenakan jemaah tersebut tidak
laik untuk meneruskan perjalanan ibadahnya bahkan dapat memperberat
penyakitnya.Tetapi dengan catatan jemaah haji telah melaksanakan seluruh
rukun dan wajib rangkaian ibadah haji.
Jemaah haji yang masih rawat inap di Rumah Sakit setelah operasional haji
diserahterimakan kepada Konjen RI.Pemulangan akhir jemaah haji terpaksa
dilaksanakan setelah penyelenggaraan ibadah haji di Arab Saudi selesai.
Tujuan dari pemulangan jemaahhaji sakit baik pemulangan dini/tunda dan
pemulangan akhir adalah terfasilitasinya jemaahhaji sakit yang akan kembali
ke Indonesia lebih awal/akhir dari jadwal kelompok terbangnya atau setelah
masa opersasional dengan aman dan nyaman.
35. Modul Pelatihan PPIH 2017 6
B. Kriteria pemulangan jemaah haji sakit
Kriteria jemaah haji pulang dini/tunda adalah jemaah haji yang menderita sakit
:
1. Penyakit yang menganggu atau membahayakan jemaah haji yang lain,
antara lain: penyakit jiwa
2. Penyakit yang sulit disembuhkan bahkan bisa ditambah berat dalam waktu
dekat misalnya penyakit jantung, Asma, PPOK, dan hipertensi berat
Persyaratan pemulangan dini/tunda:
1. Jema’ah haji yang pulang dini/tunda ditentukan oleh Tim Dokter Kantor
Kesehatan Haji Indonesia (KKHI)
2. Disetujui oleh yang bersangkutan dan keluarga
3. Tersedia tempat di pesawat baik posisi baring maupun posisi duduk
4. Sudah melaksanakan kesempurnaan ibadah haji
5. Telah memenuhi administrasi operasional ibadah haji
Kriteria pemulangan Akhir jemaah haji sakit dilaksankan Karena:
1. Masih dalam perawatan di RSAS yang belum memungkinkan untuk
dipulangkan
2. Kondisi kesehatan jemaah haji tidak laik terbang
36. Modul Pelatihan PPIH 2017 7
Alur pemulangan jemaah haji sakit
POKOK BAHASAN 2. MEKANISME PEMULANGAN JEMAAH HAJI SAKIT
A. Persiapan Pemulangan
Sebelum pemulangan jemaah haji sakit yang dikategorikan sudah tidak
layak untuk meneruskan perjalanan ibadah dan dapat memperberat
penyakitnya dibutuhkan persiapan kelengkapan dokumen-dokumen yang
dibutuhkan untuk proses pemulangan dini, yaitu :
1. Daftar jemaah haji sakit yang perlu dipulangkan dini
37. Modul Pelatihan PPIH 2017 8
2. Informasi & biodata jemaah haji sakit pulang dini/akhir
3. Resume medis dari dokter TKHI dengan mengisi form dalam Bahasa
inggris/arab
4. Informasi fasilitas untuk kepulangan dini jemaah haji terutama
seat/stretcher sesuai dengan penerbangan
5. Mengurus status layak terbang (mdif) :
- Untuk Saudi airline diperlukan surat rekomendasi layak terbang dari
dokter RSAS
- Untuk Garuda airline status layak terbang dibuat oleh dokter
penerbangan garuda/KKHI
6. Surat keterangan kelengkapan ibadah (kelengkapan rukun & wajib haji
jemaah haji sakit)
7. Paspor dan boarding pass jemaah haji sakit
8. Mempersiapkan evakuasi pasien :
- Formulir evakuasi pasien
- Surat jalan evakuasi
Dalam persiapan pemulangan jemaah haji sakit sangat dibutuhkan
komunikasi dan koordinasi pihak- pihak yang terlibat seperti petugas
kesehatan di KKHI, pihak penerbangan terkait, petugas kloter, pihak
muasasah dan pihak daker Makkah.
B. Pelaksanaan Pemulangan
Prosedur pelaksanaan pemulangan dini/tunda jemaah haji :
1. Tim dokter KKHI Jeddah, Makkah, dan Madinah melakukan pemeriksaan
terhadap jemaah haji sakit yang akan dipulangkan dini baik dari kloter,
KKHI, atau RSAS
2. Petugas KKHI menginformasikan nama-nama jemaah haji/keluarga
pendamping yang akan pulang dini kepada Tim pelayanan pemulangan di
Daker masing-masing
3. Tim pelayanan pemulangan Daker menyampaikan informasi kepada
petugas KKHI tentang fasilitas yang tersedia selambat-lambatnya 4 hari
sebelum hari keberangkatan pulang (EDT)
38. Modul Pelatihan PPIH 2017 9
4. Tiga hari (72 hari) sebelum rencana pemulangan, dokter KKHI melakukan
pemeriksaan/memantauan kondisi pasien yang dirawat di KKHI/RSAS
untuk menentukan apakah pasien memenuhi persyaratan laik terbang
sesuai kriteria sebagai berikut :
a) Tidak memerlukan oksigen terus-menerus
b) Tidak ada gangguan “Haemodynamic Cardiovascular”
c) Tidak dalam kondisi gaduh gelisah
5. Bila persyaratan tersebut diatas telah dipenuhi, maka petugas KKHI
berkoordinasi dengan dokter RSAS (untuk penerbangan Saudi) untuk
memperoleh surat keterangan “Laik Terbang” (medif). Bila menggunakan
GIA, maka yang mengeluarkan medif cukup dokter KKHI.
6. Kemudian surat keterangan tersebut diserahkan kepada Tim pemulangan
untuk pengurusan seat jemaah sakit sesuai posisi (duduk atau tidur) di
pesawat.
7. Petugas bimbingan ibadah melakukan pengecekan dan pencatatan
perlengkapan rukun dan wajib haji penderita
8. Khusus bagi jemaah haji sakit yang dirawat di RSAS sebelum
diberangkatan dievaluasi terlebih dalahulu di KKHI selama 24 jam untuk
memantau perkembangan kesehatannya.
9. Tim pemulangan menginformasikan jadwal keberangkatan pasien yang
pulang dini kepada petugas KKHI untuk persiapan jemaah
10.Bagi jemaah haji dalam posisi baring yang memerlukan stretcher (5 seat
untuk pesawat Saudi dan 3 seat untuk garuda) atau tabung oksigen, maka
petugas KKHI harus menginformasikan kepada tim pemulangan 5 hari
sebelum jadwal keberangkatan untuk dilaporkan kepada pihak
penerbangan untuk permintaan kesediaan seatnya.
11.Apabila telah siap untuk diberangkatkan jemaah haji dievakuasi ke
bandara tujuan (di Madinah 1 jam sebelum keberangkatan, ke Jeddah 12
jam sebelum keberangkatan).
Prosedur pelaksanaan pemulangan Akhir jemaah haji :
1. Proses pemulangan akhir jemaah haji sakit menjadi tanggung jawab
Konsul Jendral RI dan setelah kondisi jemaah haji membaik tanpa
didampingi keluarga
39. Modul Pelatihan PPIH 2017 10
2. Setelah jemaah haji laik terbang, maka akan dipulangkan ke Indonesia
dengan didampingi oleh petugas Konjen RI
3. Jemaah haji akan dikembalikan sampai daerah asal dengan didampingi
oelh petugas kementerian Agama
4. Seluruh biaya selama dalam perawatan di RSAS dan perjalanan kembali
ke tanah air ditanggung oleh Pemerintah RI (Kementerian Agama).
Menurut pasal 24 dan 25 Permenkes No.62 tahun 2016, jemaahhaji pasca
rawat dari RSAS yang dipulangkan ke Indonesia pasca operasional haji dan
memerlukan perawatan di rumah sakit,dapat dirujuk ke RS rujukan. Rujukan
jemaahhaji ditentukan oleh dokter pemeriksa pada Kantor Kesehatan
Pelabuhan (KKP) dengan mempertimbangkan surat keterangan RS di Arab
Saudi dan kondisi kesehatan terkini.
C. Evaluasi Pemulangan
Menurut pasal 24 dan 25 Permenkes No.62 tahun 2016, jemaah haji pasca
rawat dari RSAS yang dipulangkan ke Indonesia pasca operasional haji dan
memerlukan perawatan di rumah sakit,dapat dirujuk ke RS rujukan. Rujukan
jemaahhaji ditentukan oleh dokter pemeriksa pada Kantor Kesehatan
Pelabuhan (KKP) dengan mempertimbangkan surat keterangan RS di Arab
Saudi dan kondisi kesehatan terkini.Dokter pada KKP berwenang menilai
transportabilitas jemaahhaji yang sakit untuk penerbangan ke daerah adal
dan merekomendasikan penanganan tertentu selama penerbangan dan/atau
perawatan lanjutan.
Dalam rangka memfasilitasi dukungan kesehatan bagi jemaah haji yang sakit
selama perjalanan kepulangan, KKP yang memiliki wilayah kerja tempat
jemaahhaji mendarat, melakukan koordinasi dengan Kantor Kesehatan
Pelabuhan asal Jemaah haji.
VII. Rangkuman
Jemaah haji sakit yang berdasarkan penilaian dokter tidak laik untuk
meneruskan perjalanan ibadahnya bahkan dapat memperberat penyakitnya,
40. Modul Pelatihan PPIH 2017 11
dilakukan pemulangan ke Indonesia lebih dini/akhir, dengan syarat
jemaahhaji sakit sudah melaksanakan seluruh rukun dan wajib rangkaian
ibadah haji.Kriteria dan persyaratan pemulangan jemaah haji sakit terutama
kelengkapan dokumen harus dipersiapakan dengan melibatkan pihak-pihak
terkait.
VIII. Latihan soal
1. Jelaskan pengertian tentang pemulangan dini/tunda dan pemulangan
akhir?
2. Jelaskan mekanisme pemulangan dini/akhir dan pemulangan akhir?
IX. DAFTAR PUSTAKA
1. Kementerian Agama RI, 2015, Modul Pembekalan Operasional Kesehatan
Haji, Bahan Ajar Pelatihan Petugas Haji Tahun 1436 H/2015 M, Jakarta,
Kementerian Agama RI, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah
2. Permenkes No.62 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Kesehatan Haji
3. Kementerian Agama RI, Standar Operating Procedure PPIH Arab Saudi
Daerah Kerja – Makkah , Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah
41. Modul Pelatihan PPIH 2017 1
VISITASI JEMAAH HAJI SAKIT DI
FASILITASI PELAYANAN KESEHATAN
I. DESKRIPSI SINGKAT
Program visItasi Jemaah haji merupakan salah satu program pembinaan
danperlindungan kesehatan haji kepada jemaah haji sakit yang dilaksanakan di
arab Saudi. Petugas kesehatan haji di Klinik Kesehatan Haji Indonesia
(KKHI) serta di sektor-sektorsengaja mengadakan pendekatan dengan para
jemaah dengan cara secara rutin melakukan kunjungan pendekatan ke
pondokan para jemaah sekaligus memberikan bimbingan di bidang kesehatan
dan konsultasi serta nasihat bagi mewujudkan ibadah secara sehat.
Menurut permenkes no.62 tahun 2016, visitasi dilaksanakan oleh Panitia
Penyelenggara Ibadah Haji (PPHI), Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI),
dan/atau Tenaga pendukung Kesehatan (TPK).
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan visitasi Jemaah haji
sakit di fasilitas pelayanan
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu :
1. Menjelaskan konsep dasar visitasi
2. Melakukan visitasi Jemaah haji sakit di fasilitas kesehatan
III. POKOK BAHASAN
1. Konsep dasar visitasi
a. Pengertian visitasi
b. Prinsip visitasi
2. Mekanisme visitasi
a. Alur visitasi
b. Tenaga pelaksana visitasi
c. Lokasi visitasi (kloter/sector, KKHI, dan RSAS)
42. Modul Pelatihan PPIH 2017 2
IV. BAHAN AJAR
1. Kementerian Agama RI, 2015, Modul Pembekalan Operasional Kesehatan
Haji, Bahan Ajar Pelatihan Petugas Haji Tahun 1436 H/2015 M, Jakarta,
Kementerian Agama RI, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah
2. Permenkes No.62 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Kesehatan Haji
V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 3 jam pelajaran
(T= 1 jpl, P= 2 jpl, PL= 0 jpl) @45 menit. Untuk mempermudah proses
pembelajaran dan meningkatkan partisipasi seluruh perserta, maka perlu disusun
langkah-langkah kegiatan sebagai berikut :
Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran
1. Kegiatan Fasilitator
a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas
b. Fasilitator menyampaikan salam dengan menyapa peserta dengan
ramah dan hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah dengan
memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama
lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
d. Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) tentang visitasi jemaah haji
sakit di fasilitas kesehatah dengan metode curah pendapat
(brainstorming).
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran tentang
materi konsepsi dasar visitasi, dan mekanisme visitasi jemaah haji sakit
yang disampaikan dengan menggunakan bahan tayang (slide power
point).
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator.
43. Modul Pelatihan PPIH 2017 3
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator bila ada hal-hal yang belum
jelas dan perlu diklarifikasi.
Langkah 2 : Review pokok bahasan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan dari materi awal
sampai dengan materi terakhir secara garis besar dalam waktu yang
singkat
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang
masih belum jelas.
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan oleh peserta
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
Langkah 3 : Pendalaman pokok bahasan.
1. Kegiatan Fasilitator
a. Meminta kelas dibagi menjadi beberapa kelompok (3 kelompok) dan
setiap kelompok akan diberikan tugas diskusi kelompok.
b. Menugaskan kelompok untuk memilih ketua, sekretaris dan penyaji.
c. Meminta masing-masing kelompok untuk menuliskan hasil dikusi untuk
dipresentasikan.
d. Mengamati peserta dan memberikan bimbingan pada proses diskusi.
e. Memberikan satu simulasi tentang visitasi jemaah haji sakit
2. Kegiatan Peserta
a. Membentuk kelompok diskusi dan memilih ketua, sekretaris dan penyaji.
b. Mendengar, mencatat dan bertanya terhadap hal-hal yang kurang jelas
kepada fasilitator.
44. Modul Pelatihan PPIH 2017 4
c. Melakukan proses diskusi sesuai dengan pokok bahasan /sub pokok
bahasan yang ditugaskan fasilitator dan menuliskan hasil dikusi pada
kertas flipchart untuk dipresentasikan.
d. Mengikuti simulasi yang diberikan oleh fasilitator secara proaktif.
Langkah 4 : Penyajian dan pembahasan hasil pendalaman pokok bahasan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Dari masing-masing kelompok diminta untuk melakukan presentasi dari
hasil diskusi yang telah dilakukan sebelumnya.
b. Memimpin proses tanggapan (tanya jawab)
c. Memberikan masukan-masukan dari hasil diskusi.
d. Memberikan klarifikasi dari pertanyaan-pertanyaan yang belum dimengerti
jawabannya
e. Merangkum hasil diskusi
f. Melakukan refleksi simulasi yang telah dilakukan oleh peserta.
2. Kegiatan Peserta
a. Mengikuti proses penyajian kelas
b. Berperan aktif dalam proses tanya jawab yang dipimpin oleh fasilitator
c. Bersama dengan fasilitator merangkum hasil presentasi dari masing –
masing pokok bahasan yang telah dipresentasikan dengan baik.
d. Ikut serta dalam refleksi simulasi yang sudah dilakukan sebelumnya.
Langkah 5 : Rangkuman dan evaluasi hasil belajar
1. Kegiatan Fasilitator
a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan 2 pertanyaan sesuai topik
pokok bahasan secara acak kepada peserta.
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing–masing pertanyaan yang
telah diajukan sebelumnya.
c. Bersama peserta merangkum poin-poin penting dari hasil proses
pembelajaran tentang visitasi jemaah haji sakit dalam pelaksanaan
pelayanan kesehatan haji
d. Membuat kesimpulan dapat dilakukan sendiri oleh fasilitator atau secara
bersama-sama dengan mengajak peserta untuk menyimpulkan
45. Modul Pelatihan PPIH 2017 5
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan fasilitator.
b. Bersama fasilitator merangkum hasil proses pembelajaran pemulangan
jemaah haji sakit dalam pelaksanaan pelayanankesehatan haji.
VI. URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 1. KONSEP DASAR VISITASI
A. Pengertian Visitasi
Visitasi jemaah haji adalah upaya yang dilakukan untuk memantau kondisi
kesehatan jemaah haji dan respon nya serta bimbingan kesehatan di
kelompok terbang (kloter) yang dilakukan setiap saat agar tercapainya
jemaah haji sehat.
Sasaran visitasi jemaah hajiadalah semua Jemaah haji dengan prioritas
Jemaah usia lanjut terutama yang ada di pondokan dan jemaah haji sakit
yang dirawat di sektor, KKHI, dan RS Arab Saudi.
B. Prinsip Visitasi
Prinsip visitasi adalah memberikan pembinaan dan terhadap semua jemaah
haji yang berada di arab saudi berupa deteksi dini terutama masalah
kesehatan dan memberikan perlindungan kepada Jemaah haji sakit yang
dirawat di sector, KKHI dan RS Arab Saudi.
POKOK BAHASAN 2. MEKANISME VISITASI
A. Alur Visitasi
PELAKSANA SASARAN/LOKASI
TGC
TKR KKHI
KLOTER
TKHI
RS ARAB SAUDI
SEKTOR
46. Modul Pelatihan PPIH 2017 6
B. Tenaga pelaksana visitasi
Menurut permenkes no.62 tahun 2016, visitasi dilaksanakan oleh Panitia
Penyelenggara Ibadah Haji (PPHI), Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI),
dan/atau Tenaga pendukung Kesehatan (TPK).
Petugas TKHI melakukan visitasi di pondokan setiap hari baik kepada jemaah
haji yang berisiko tinggi maupun jammaah haji yang sehat. Tujuan dari visitasi
ini adalah menjaga agar Jemaah Haji tetap dalam kondisi sehat selama
perjalanan ibadah haji, dan mendeteksi dini suatu penyakit yang cepat
diketahui dan ditangani.
Selain petugas TKHI, petugas PPIH (TGC dan TKR sektor) bersama dengan
Tim Pendukung Kesehatan juga melalukan visitasi dipondokan dan sektor
sedangkan di RS Arab Saudi dilakukan oleh TKR dan TPK yang ada di KKHI.
A. Lokasi Visitasi
1. Visitasi Kloter/sektor
Kegiatan visitasi di kloter berupa pemantauan dan respon serta bimbingan
kesehatan yang lain meliputi:
a. Deteksi adanya masalah kesehatan (menderita sakit atau problem
kesehatan lainnya)
b. Deteksi adanya kondisi yang berpotensi menimbulkan masalah
kesehatan, baik pada diri jemaah, maupun kondisi lingkungan (jammah
lain, atau tempat tinggal)
c. Timbul tindakan pemeriksaan, pengobatan, dan pemeliharaan
kesehatan
d. Timbul tindakan preventif dan promotif dengan sasaran semua
jammah, dan diprioritaskan pada jemaah usia lanjut serta jemaah
dengan penyakit yang secara epidemiologi terbukti menjadi penyebab
kematian terbanyak yaitu: penyakit sistem sirkulasi (hipertensi, infark
miokard akut, penyakit jantung coroner) dan sistem pernafasan
(penyakit paru obstruksi kronik, udem paru).
47. Modul Pelatihan PPIH 2017 7
Cara Visitasi di kloter sebagai berikut:
a. Pada saat pelayanan klinik (jemaah datang berobat, konsultasi
anjangsana). Di samping tindakan terhadap jemaah yang berobat
tersebut, dokter juga melakukan visitasi pada orang-orang yang
sekamar atau satu rombongan yang mengantar jemaah berobat.
b. Visitasi ke kamar-kamar jemaah yang direncanakan dokter atau
perawat melakukan kunjungan ke kamar-kamar jemaah atau tempat-
tempat berkumpulnya jemaah.
Cara praktis yang dapat dilakukan adalah :
a. Bertemu dengan kepala kelompok atau yang ditokohkan, membahas 4
kegiatan visitasi di atas terhadap jemaah, keluarga dan teman-teman
lain dalam satu kamar atau satu rombongan.
b. Melakukan pemeriksaan dengan melihat, bertanya dan atau
memeriksa fisik apabila diperlukan terhadap keseluruhan jemaah yang
ada dalam ruangan tersebut.
Tanda-tanda adanya masalah kesehatan antara lain:
1) Jemaah usia lanjut terlihat menyendiri ada keluarganya
2) Jemaah usia lanjut mengeluh tidak bisa tidur, tidak mau makan,
capai/lemas dan tidak kuat lagi ke mesjid
3) Jemaah demam, batuk, penyakit menular akan cepat sekali
menular dalam satu kamar
4) Kamar dengan penghuni padat orang atau barang, tanpa ventilasi,
pengap,panas
5) Adanya beberapa jemaah sakit dengan gejala sama
mengindikasikan adanya KLB, perlu investigasi lebih teliti.
c. Visitasi tanpa rencana, adalah kegiatan sama dengan nomor b, tetapi
tidak ada rencana. Ini biasanya dilakukan ndalam rangka silaturrahmi
d. Koordinasi dengan petugas kloter, ketua rombongan dan ketua regu
serta jemaah untuk melakukan kegiatan visitasi tersebut di atas sesuai
dengan kemampuannya masing-masing. Jika ada masalah kesehatan
perlu diinformasikan kepada petugas kesehatan.
48. Modul Pelatihan PPIH 2017 8
2. Visitasi KKHI
Visitasi di KKHI dilakukan oleh dokter spesialis (dpjp) sesuai diagnosis
yang sudah ditetapkan. Sasaran visitasi di KKHI yaitu, ruang rawat pria,
ruang rawat wanita, ICU, dan ruang rawat jiwa .
3. Visitasi RS Arab Saudi
Visitasi jemaah sakit di RS Arab Saudi dilakukan oleh Tim Visitasi.
Tugas Tim Visitasi adalah:
a. Menanyakan kondisi /perkembangan kesehatan jemaah sakit kepada
Tim/dokter Rs Arab Saudi
b. Mengetahui tindakan medis yang telah dan akan dilakukan
c. Menanyakan perkembangan keselatan/prognosis nya
d. Apabila jemaah sakit sudah di bolehkan pulang maka jemaah sakit
harus dibawa ke KKHI untuk pemulihan minimal 1 hari tergantung
kondisi jemaah dan hasil pemeriksaan dokter spesialisasi sebelum
dipulangkan ke pondokkan.
VII. DAFTAR PUSTAKA
1. Kementerian Agama RI, 2015, Modul Pembekalan Operasional Kesehatan
Haji, Bahan Ajar Pelatihan Petugas Haji Tahun 1436 H/2015 M, Jakarta,
Kementerian Agama RI, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah
2. Permenkes No.62 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Kesehatan Haji
49. Modul Pelatihan PPIH 2017 1
MEKANISME SAFARI WUKUF PADA JEMAAH HAJI SAKIT
I. DESKRIPSI SINGKAT
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan mekanisme safari
wukuf jemaah haji sakit
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu :
1. Menjelaskan konsep safari wukuf
2. Melakukan safari wukuf pada jemaah haji sakit
III. POKOK BAHASAN
1. Konsep Safari Wukuf
a. Pengertian safari wukuf
b. Kriteria safari wukuf
c. Alur safari wukuf
2. Mekanisme Safari wukuf
a. Persiapan safari wukuf
b. Tenagapelaksana safari wukuf
c. Pelaksanaan safari wukuf
IV. BAHAN AJAR
V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
VI. URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 1. KONSEP SAFARI WUKUF
A. Pengertian Safari Wukuf
Adalah pelaksanaan wukuf bagi jamaah sakit yang dirawat di KKHI, Rumah
Sakit Arab Saudi maupun jamaah sakit yang diusulkan oleh kloter dengan
menggunakan kendaraan khusus dalam posisi berbaring maupun dalam
posisi duduk. Dengan tujuan memberikan pembinaan, pelayanan dan
perlindungan sebaik baiknya melalui sistem dan manajemen
50. Modul Pelatihan PPIH 2017 2
penyelenggaraan yang terpadu dan terkoordinasi antara kabid kesehatan,
kasi kesehatan KKHI dengan pelayanan ibadah dan kasi transportasi daerah
kerja mekah dan kementerian kesehatan Haji Arab Saudi.
B. Kriteria Safari Wukuf
1. Penyakit Jantung
• Congestive Heart Failure Class NYHA III dan IV
• Hipertensi Emergensi (Tekanan Darah diatas 180/ 120mmHg) yang
tidak terkontrol dengan tiga macam obat anti Hipertensi
• Edema Paru kardiogenik dan non Kardiogenik
• Satu bulan masa MCI ( Myocardial Infarct)
2. Penyakit Paru
• PPOK stadium lanjut dengan eksaserbasi akut, atau membutuhkan
long time oksigen therapy atau dukungan ventilator
• Asma persistent berat dengan eksaserbasi akut dengan nilai
spirometri obstruksi berat dan sangat berat
• Karsinoma paru stadium lanjut atau dengan penyulit atau dengan
penyulit serta indeks Karnofski kurang dari 20%
• Hemoptisis Massive atau Hb < 10 %
3. Penyakit Dalam
• Ensefalopati Hepatikum grade 3 dan 4
• Koma Umerikum
• Koma Ketoasidosis dan hiperosmolar state
4. Saraf
• Cerebrovaskular Disease dengan GCS kurang dari 10
• Meningitis dan Ensefalitis
5. Psikiatri
• Demensia ; yang mengalami hilang akal , orientasi terganggu, ingatan
terganggu, perawatan diri terganggu ( makan, minum, mandi serta
ibadah) walaupun dengan bantuan orang lain
• Psikosis ; hilang akal, halusinasi, perawatan diri terganggu dan tidak
dilakukan walaupun dengan bantuan orang lain
51. Modul Pelatihan PPIH 2017 3
• Jamaah dengan gaduh, gelisah dan potensi timbul agitasi ( marah,
mengamuk dan agresifitas)
C. Alur safari wukuf
Dijelaskan didalam pengertian safari wukuf bahwasanya dalam
pelaksanaannya membutuhkan koordinasi berbagai pihak guna
melaksanakan kegiatan tersebut, karenanya diperlukan beberapa tahapan
kegiatan dalam mempersiapkan pelaksanaannya, yaitu :
1. Pertemuan persiapan koordinasi
2. Pendataan Jamaah haji yang akan di safari wukuf kan dan di badalkan
baik yang berada di Rumah Sakit Arab Saudi maupun yang sedang di
rawat di KKHI
Selain itu kloter juga dapat mengajukan jamaahnya untuk di lakukan
pemeriksaan oleh penanggung jawab safari wukuf apakah masuk ke
dalam kriteria
3. Mempersiapkan kebutuhan dan perlengkapan safari wukuf
Kebutuhan disini berupa yang berkaitan dengan pakaian ihram yang
akan digunakan, obat-obatan jamaah, alat kesehatan, tenaga kesehatan,
tenaga pembimbing ibadah
4. Menarik seluruh jamaah sakit yang berada di sektor yang memenuhi
kriteria untuk di safari wukufkan
5. Menyiapkan penandaan (Labeling) untuk seluruh jamaah sakit yang akan
di safari wukufkan
POKOK BAHASAN 2. MEKANISME SAFARI WUKUF
A. Persiapan Safari Wukuf
Persiapan pelaksanaan safari wukuf perlu dilakukan dikarenakan melibatkan
berbagai petugas yang terkait, didalam persiapan dilakukan hal-hal berikut :
52. Modul Pelatihan PPIH 2017 4
• Penentuan kriteria jamaah sakit untuk safari wukuf
• Penentuan fasilitas safari wukuf
✓ Perlengkapan jamaah haji sikit untuk wukuf
✓ Trasnportasi untuk safari wukuf sesuai jumlah jamaah sakit, jenis
kendaraan, posisi jamaah sakit duduk atau berbaring
✓ Persiapan jamaah sakit
✓ Kelengkapan jamaah haji sakit
✓ Obat-obatan dan alat kesehatan
✓ Konsumsi
• Seleksi jamaah haji sakit untuk safari wukuf
• Penampungan jamaah haji sakit pasca seleksi di KKHI
• Penentuan rute dan jam keberangkatan
B. Tenaga Pelaksana Safari Wukuf
Tim pelaksana safari wukuf terdiri dari lintas fungsi secara terpadu yaitu
petugas kesehatan, pelayanan umum dan pembimbing ibadah yang bekerja
di daker dan sektor
C. Pelaksanaan Safari Wukuf
Petugas yang tergabung dalam tim Safari Wukuf hendaknya orang-orang
yang dipilih karena kelebihan-kelebihan yang dimiliki dibanding petugas
lainnya. Pertama-tama mereka harus paham betul manasik haji, baik
manasik haji secara umum maupun manasik haji untuk jemaah haji sakit dan
manasik haji untuk petugas. Karena manasik haji untuk petugas akan
berbeda dengan manasik haji untuk jemaah haji pada umumnya. Kedua
mereka harus paham betul bahwa mereka mendampingi jemaah haji yang
sedang sakit, sehingga mereka harus penuh empati dalam mendampingi
dan melayani jemaah. Sopan santun, penuh perhatian, itu adalah sikap
minimal seorang petugas Safari Wukuf. Dan yang teakhir petugas Safari
Wukuf hendaklah paham kondisi penyakit jemaah yang akan dampinginya,
sesuai dengan kompetensi dan profesi masing-masing petugas. Seorang
dokter spesialis tentu berbeda kompetensinya dengan petugas sanitasi dan
53. Modul Pelatihan PPIH 2017 5
survailens (sansur) maupun petugas tenaga musiman (temus), namun
mereka harus tahu apa yang akan dikerjakan pada waktu dan temat mereka
berada. Jumlah petugas sebaiknya disesuikan dengan jumlah jemaah yang
akan ikut Safari Wukuf secara proporsional disesuaikan dengan menurut
bidang kompetensi masing-masing.
Jenis alat transportasi yang akan digunakan untuk Safari Wukuf harus
menyesuaikan dengan kebutuhan, yaitu untuk mengangkut jemaah sakit dan
petugas yang mendampinginya. Mobile hospital itulah istilah yang paling
tepat untuk alat transportasi jemaah Safari Wukuf yang bisa membawa
jemaah Safari Wukuf dengan posisi duduk maupun berbaring. Tidak harus
steril, minimal bersih tapi memungkinkan untuk membawa obat dan alat-alat
kedokteran, baik alat habis pakai maupun alat kesehatan lainnya. Tabung
oksigen, alat monitor pasien serta DC Shock harus bisa masuk tapi tidak
menggangu kenyamanan jemaah Safari Wukuf maupun mobilitas petugas di
dalam alat ttransportasi tersebut. Namun demikian tidak kalah pentingnya
fasilitas pendukungnya juga harus dipikirkan fungsi dan keberadaannya,
misalnya toilet, tempat sampah serta dukungan logistik makanan dan
minuman untuk jemaah Safari Wukuf dan petugas yang sudah disesuikan
dengan kondisi cuaca dan lamanya durasi perjalanan Safari Wukuf. Dan
yang harus diperhatikan juga adalah kualitas suhu udara di dalam alat
transportasi tadi serta sumber listrik untuk alat-alat kedokteran harus
dipastikan berfungsi dengan baik sebelum berangkat. Masalah kecil namun
penting adalahlabeling alat transportasi dengan memberi nomer tiap alat
transportasi yang di sertasi daftar nama jemaah dan petugas tiap alat
transportasi tadi. Karena penempatan jemaah di tiap alat transportasi harus
disesuaikan dengan kondisi jemaah serta status medisnya.
Unsur yang terakhir adalah jemaah Safari Wukuf itu sendiri. Penentuan
jemaah haji yang masuk jemaah Safari Wukuf sangat penting. Sehingga tim
yang akan melakukan seleksi harus benar-benar dipilih dari petugas yang
expertdibidangnya sesuai profesi masing-masing. Karena tim ini yang akan
membuat kriteria jemaah haji yang bisa diikutkan dalam jemaah Safari
Wukuf. Karena jemaah haji kita paling sedikit 25% adalah masuk dalam
54. Modul Pelatihan PPIH 2017 6
kategori risiko tinggi dan tidak mungkin semua masuk kriteria Safari Wukuf.
Kriteria jemaah Safari Wukuf harus sudah dibuat oleh tim Safari Wukuf
paling lambat H-25 hari Wukuf tanggal 9 Dzulhijjah. Setelah itu harus
dilanjutkan dengan sosialisasi ke jajaran dibawahnya baik Sektor maupun
Kloter. Tahapan berikutnya adalah tahapan seleksi secara berjenjang
dimulai dari unit paling bawah yaitu Kloter, hasil seleksi Kloter sesegera
mungkin disampaikan ke Sektor. Meskipun menggunakan alat seleksi yang
sama antar Kloter dan Sektor, tidak menutup kemungkinan ada beda
persepsi terhadap kriteria jemaah Safari Wukuf, sehingga tidak semua
usulan Kloter akan disetujui oleh Sektor. Pada saat H-10 Sektor harus sudah
menyampaikan usulan jama’af Safari Wukuf di wilayahnya ke tim Safari
Wukuf BPHI dan pada H-5 harus sudah ada daftar jemaah Safari Wukuf
secara keseluruhan yang terdiri dari usulan dar Sektor, dirawat di BPHI dan
dari RSAS.
Prosesi jemaah Safari Wukuf sesungguhnya dimulai pada tanggal 8
Dzulhijjah, pada saat semua jemaah Safari Wukuf sudah terkumpul di BPHI.
Semua petugas harus sudah menempati posisi masing-masing sesuai
dengan bidang tugasnya. Mulai dari pencatatan di UGD maupun bangsal
perwatan BPHI, pengecekan kondisi klinis serta pengecekan kelengkapan
ibadah sampai labeling tiap jemaah Safari Wukuf. Apabila semua petugas
yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu dan bidang keahlian yang beragam,
mengetahui tugas pokok dan fungsinya dalam prosesi Safari wukuf ini, maka
akan terlihat harmoni proses tersebut.
Tahapan berikutnya adalah pemindahan jemaah safari wukuf ke alat
transportasi yang telah disediakan sesuai dengantimeline (jadwal) yang
telah disepakati sebelumnya. Evakuasi jemaah yang sedang sakit berbeda
jauh dengan yang tidak sakit. Apalagi dibawah terik matahari yang cukup
menyengat. Disini diperlukan sentuhan sopan santun penuh perhatian.
Jangan sampai terjadi proses evakuasi kea lat transportasi akan
memperburuk kondisi jemaah Safari wukuf. Lantunan talbiyah begitu
mengharukan dan menyentuh hati sesaat konvoi jemaah safari wukuf
diberangkatkan. Ada rasa harap-harap cemas disaat perjalanan menuju
55. Modul Pelatihan PPIH 2017 7
Arafah, dimana kemacetan sulit diprediksi pada saat hari Arafah dan
petugas tetap harus waspada terhadap kondisi jemaah yang didampinginya.
Dan tetap melakukan bimbingan ibadah sebisa mungkin. Selama di Arafah
saat konvoi mulai berhenti, petugas harus tetap waspada, jangan sampai
terlena berdoa tapi melupakan tugas utama menjaga jemaah yang sedang
sakit saat Wukuf.
VII. DAFTAR PUSTAKA
1. Permenkes Nomor 62 Tahun 2016 Tentang Pelaksanaan Kesehatan Haji
2. Modul Pembekalan Operasional Kesehatan Haji, Kementeraian Agama
Tahun 2015
3. Modul Pelatihan PPIH, Kementerian Agama Tahun 2016
4. Toha Agus Muhammad, Cerita Indah Safari Wukuf,
http://puskeshaji.depkes.go.id/news/156/Cerita-Indah-Safari-Wukuf, 2016
56. Modul Pelatihan PPIH 2017 1
PENCATATAN DAN PELAPORAN
I. DESKRIPSI SINGKAT
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum :
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu melakukan pencatatan pelaporan
selama bertugas di Arab Saudi sebagai Tim Kuratif Rehabilitatif ( TKR ).
B. Tujuan Pembelajaran Khusus :
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu menjelaskan :
1. Pencatatan dan Pelaporan di Sektor
2. Pencatatan dan Pelaporan di KKHI
3. Pencatatan dan pelaporan di Armina
III. POKOK BAHASAN
IV. BAHAN AJAR
V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
VI. URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 1. PENCATATAN DAN PELAPORAN DI SEKTOR
Pencatatan adalah kegiatan atau proses pendokumentasian suatu aktifitas dalam
bentuk tulisan. Pencatatan dilakukan di atas kertas, disket, pita nam, pita film.
Bentuk catatan dapat berupa tulisan, grafik, gambar dan suara. Selanjutnya untuk
melengkapi pencatatan setiap kegiatan yang dilakukan diakhiri dengan
pembuatan laporan. Pelaporan adalah catatan yang memberikan informasi
tentang kegiatan tertentu dan hasilnya disampaikan ke pihak yang berwenang
atau berkaitan dengan kegiatan tertentu. Dengan demikian kegiatan yang
dilakukan selama melakukan tugas tersebut berkaitan dengan pencatatan dan
pelaporan terkait dengan Rawat Jalan, Rawat Inap, Rujukan baik ke KKHI
ataupun RS Arab Saudi dan kunjungan visitasi dokter spesialis dari KKHI
Biasanya jemaah yang di rujuk ke sektor adalah jemaah sakit dan risti yang
memerlukan tindakan yang lebih tinggi dari kloternya, apabila membaik dengan
57. Modul Pelatihan PPIH 2017 2
penanganan maka jemaah tersebut dapat di pulangkan dan apabila tidak akan
dilakukan observasi di sektor. Menurut PERMENKES No:
269/MENKES/PER/III/2008 yang dimaksud rekam medis adalah berkas yang
berisi catatan dan dokumen antara lain identitas pasien, hasil pemeriksaan,
pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien. Catatan merupakan tulisan-tulisan yang dibuat oleh
dokter sektor mengenai tindakan-tindakan yang dilakukan kepada jemaah sakit
dalam rangka palayanan kesehatan. Bentuk Rekam Medis dalam berupa manual
yaitu tertulis lengkap dan jelas dan dalam bentuk elektronik sesuai ketentuan.
Membuat rekam medis dengan data-data sebagai berikut:
1. Jemaah Rawat Jalan
Data jemaah rawat jalan yang dimasukkan dalam form rawat jalan :
a. Identitas Jemaah (Nama Lengkap, Usia, Nomor Paspor, Nomor Kloter,
Embarkasi dan Nomor Rumah)
b. Tanggal dan waktu.
c. Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit).
d. Hasil Pemeriksaan fisik dan penunjang medis.
e. Diagnosis
f. Rencana penatalaksanaan
g. Pengobatan dan atau tindakan
h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
i. Persetujuan tindakan bila perlu.
j. Nama dan Nomor telpon dokter Kloter
2. Jemaah Rawat Inap
Data Jemaah rawat inap yang dimasukkan sekurang-kurangnya antara lain:
a. Identitas Pasien (Nama Lengkap, Usia, Nomor Paspor, Nomor Kloter,
Embarkasi dan Nomor Rumah)
b. Tanggal dan waktu.
c. Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit)
d. Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang medis.
58. Modul Pelatihan PPIH 2017 3
e. Diagnosis
f. Rencana penatalaksanaan
g. Pengobatan dan atau tindakan
h. Persetujuan tindakan bila perlu
i. Catatan obsservasi klinis dan hasil pengobatan
j. Ringkasan pulang (discharge summary)
k. Pelayanan lain yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan tertentu.
l. Nama dan Nomor telphone dokter Kloter
3. Rujukan
Di dalam Permenkes Nomor 001 tahun 2012 tentang sistem rujukan
pelayanan kesehatan perorangan di buatlah pengertian dari sistem rujukan
yaitu merupakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur
pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal
balik baik vertikal maupun horizontal. Hal demikian pada pelaksanaan musim
haji dapat diartikan sebagai bentuk pelayanan dan perlindungan kepada para
jemaah haji dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal,
adapun sistem rujukan dapat dilakukan dari sektor ke KKHI atau dari sektor
langsung ke Rumah Sakit di Arab Saudi. Surat pengantar rujukan sekurang-
kurangnya memuat hal dibawah ini
a. Identitas pasien (Nama Lengkap sesuai lembar DAPIH A, Usia, Nomor
Paspor, Nomor Kloter, Embarkasi dan Nomor Rumah)
b. Hasil pemeriksaan (Anamnesis, Hasil Pemeriksaan Fisik, Hasil
Pemeriksaan Penunjang) yang telah dilakukan
c. Diagnosa kerja
d. Terapi atau tindakan yang sudah diberikan
e. Tujuan dilakukannya rujukan
f. Nama dan nomor telphone dokter sektor/ kloter
Seiring waktu dengan proses ibadah haji yang sangat berkaitan dengan
puncak ibadah haji Armina membuat jumlah jemaah haji sakit bertambah dari
waktu ke waktu, dengan banyak faktor yang mempengaruhinya seperti :
59. Modul Pelatihan PPIH 2017 4
• Tingginya tingkat kelelahan fisik jemaah dalam mengikuti prosesi puncak
ibadah haji di Arafah, Musdalifah dan Mina
• Masih tingginya kelengkapan prosesi ibadah lainnya
• Kapatuhan minum obat
• Ketersediaan obat-obatan
• Kecukupan Gizi
• Kerinduan dengan keluarga
Dengan bertambah tinggi angka kesakitan mengakibatkan jumlah jemaah sakit
menjadi tinggi dan menjadi kendala dan kelemahan pada sistem pencatatan
dan pelaporan di sektor, terutama pada jemaah yang di rujuk langsung ke
rumah sakit di Arab saudi, dokter sektor harus fokus betul dalam pencatatan
dan pelaporan ini dan tidak lupa untuk selalu berkoordinasi dengan dokter
kloter jemaah haji tersebut, adapun hal yang sering terjadi adalah :
1. Rangkaian ibadah yang harus dilakukan oleh jemaah haji yang dirawat
2. Tindakan yang perlu dilakukan oleh Rumah Sakit di Arab Saudi
3. Perkembangan klinis jemaah yang di rawat
4. Di rujuk kembali ke rumah sakit lain oleh Rumah Sakit tersebut
Untuk meningkatkan perlindungan terhadap jemaah haji sakit dan risti maka
dilakukanlah visitasi yang dilakukan oleh dokter spesialis di KKHI ke jemaah
langsung atau di kumpulkan di sektor guna memantau dan memastikan
kondisi jemaah tersebut dalam kelengkapan obat-obatan untuk meningkatkan
istitaah kesehatan, karenanya dokter TKR di sektor sekiranya mampu
menghimpun jemaah sakit dan jemaah risti dari kloter yang berada dalam
sektornya untuk kemudian berkoordinasi dengan dokter spesialis yang akan
visitasi ke sektor. Adapun format yang tersedia berisi hal berikut :
a. Identitas Jemaah (Nama Lengkap sesuai lembar DAPIH A, Usia, Nomor
Paspor, Nomor Kloter, Embarkasi dan Nomor Rumah)
b. Diagnosis
c. Dokter Spesialis yang dituju
d. Obat-obatan
e. Waktu Visitasi
60. Modul Pelatihan PPIH 2017 5
Pelaporan jemaah rawat jalan, rawat inap dan rujukan di entry kedalam
sikohatkes sebagai bentuk laporan sektor
POKOK BAHASAN 2. PENCATATAN DAN PELAPORAN DI KLINIK
KESEHATAN HAJI INDONESIA ( KKHI)
Kegiatan pencatatan dan pelaporan yang dilakukan selama di KKHI adalah rawat
jalan, rawat inap, rujukan, visitasi, tanazul, evakuasi dan Nominasi Safari Wukuf
Untuk kasus rawat jalan biasanya adalah rujukan dari kloter yang berkaitan
dengan kondisi jemaah haji sakit atau risti yang perlu di konsultasikan dengan
dokter spesialisnya, selain itu banyak juga jemaah dengan dengan kasus
perawatan gigi dan perawatan luka. Adapun hal yang perlu dilakukan dalam
pencatatan dan pelaporan rawat jalan dan rawat inap :
1. Jemaah Rawat Jalan
Data jemaah rawat jalan yang dimasukkan dalam form rawat jalan :
a. Identitas Jemaah ( Nama Lengkap, Usia, Nomor Paspor, Nomor Kloter,
Embarkasi dan Nomor Rumah)
b. Tanggal dan waktu.
c. Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit).
d. Hasil Pemeriksaan fisik dan penunjang medis.
e. Diagnosis
f. Rencana penatalaksanaan
g. Pengobatan dan atau tindakan
h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
i. Persetujuan tindakan bila perlu.
j. Nama dan Nomor telpon dokter Kloter
2. Jemaah Rawat Inap
Data Jemaah rawat inap yang dimasukkan sekurang-kurangnya antara lain:
61. Modul Pelatihan PPIH 2017 6
a. Identitas Pasien ( Nama Lengkap, Usia, Nomor Paspor, Nomor Kloter,
Embarkasi dan Nomor Rumah)
b. Tanggal dan waktu.
c. Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit)
d. Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang medis.
e. Diagnosis
f. Rencana penatalaksanaan
g. Pengobatan dan atau tindakan
h. Persetujuan tindakan bila perlu
i. Catatan obsservasi klinis dan hasil pengobatan
j. Ringkasan pulang (discharge summary)
k. Pelayanan lain yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan tertentu.
l. Nama dan Nomor telphon dokter Kloter
3. Rujukan
Sistem rujukan yang terjadi di KKHI adalah untuk merujuk jemaah sakit ke
rumah sakit arab saudi untuk mendapatkan penanganan dan tindakan lebih
lanjut berkenaan dengan penyakitnya, semua ini harus dilakukan pencatatan
dan pelaporan dalam bentuk surat rujukan dan form data jemaah yang dirujuk
untuk membuat didokumentasikan sehingga dapat diakses oleh pihak yang
membutuhkan. Kendala yang pernah terjadi dikarenakan kurang baiknya
sistem pencatatan dan pelaporan pada sistem rujukan di KKHI adalah
sebagai berikut :
• Kloter kesulitan mengakses keberadaan jemaah haji sakit yang awalnya di
rujuk ke KKHI dan akhirnya oleh KKHI di rujuk ke Rumah Sakit Arab Saudi
• Rumah Sakit Arab Saudi mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan
dikarenakan maksud dan tujuan tidak jelas dalam formulir rujukan,
sehingga mengakibatkan jemaah belum mendapatkan penanganan yang
maksimal
Surat pengantar rujukan sekurang-kurangnya memuat hal dibawah ini
62. Modul Pelatihan PPIH 2017 7
a. Identitas pasien (Nama Lengkap sesuai lembar DAPIH A, Usia, Nomor
Paspor, Nomor Kloter, Embarkasi dan Nomor Rumah)
b. Hasil pemeriksaan (Anamnesis, Hasil Pemeriksaan Fisik, Hasil
Pemeriksaan Penunjang) yang telah dilakukan
c. Diagnosa kerja
d. Terapi atau tindakan yang sudah diberikan
e. Tujuan dilakukannya rujukan
f. Nama dan nomor telphone dokter sektor/ kloter
4. Tanazul
Tanazul atau pemulangan dini/ tunda bagi jemaah haji sakit adalah
pemulangan ke Indonesia yang dilakukan lebih dini atau tunda dari jadwal
kelompok terbangnya yang telah di tentukan. Pemulangan dini atau tunda ini
ditentukan berdasarkan penilaian dokter dikarenakan jemaah tersebut tidak
laik untuk meneruskan perjalanan ibadahnya bahkan dapat memperberat
penyakitnya, tetapi dengan catatan jemaah haji telah melaksanakan seluruh
rukun dan wajib rangkaian ibadah haji.
Hal yang perlu di perhatikan bersama adalah apabila ditemui jemaah sakit
yang sudah lama dirawat di KKHI dan mengalami perbaikan kondisi perlu
dilakukan analisa untuk diajukan tanazul sehingga perlu dilakukan koordinasi
dengan dokter spesialis yang merawat serta dokter kloter untuk disiapkan
berbagai kelengkapan administrasi untuk keperluan tanazulnya, sehingga
setelah puncak ibadah haji yaitu armina jemaah tersebut bisa ditazulkan awal.
Disinilah diperlukan ketelitian dan analisis yang baik seorang dokter di KKHI
dalam menilai kesehatan jemaah yang di rawat dengan mempertimbangkan
istitaah kesehatan jemaah tersebut.
Dalam mempersiapkan jemaah tanazul diperlukan koordinasi yang baik
antara dokter spesialis yang merawat jemaah tersebut, rekan-rekan sansur,
dokter kloter, pihak maktab, tim tanazul dan tim evakuasi yang akan
mengantarkan jemaah ke bandara. Sebaiknya dibuatlah format pencatatan
yang isinya mengkoordinasikan berbagai pihak tersebut sehingga proses
pengajuan tanazul seorang jemaah bisa berjalan baik sesuai dengan sistem
63. Modul Pelatihan PPIH 2017 8
yang ada. Kendala yang sering terjadi dalam proses pengajuan tanazul
jemaah sakit adalah sebagai berikut :
• Kurang ketelitian dalam menentukan jemaah mana yang harus di usulkan
untu di tanazulkan dikarenakan kondisi kesehatan yang tidak stabil
• Jemaah sakit yang mulai kedatangan sampai dengan kepulangan berada
di Rumah sakit Arab Saudi dan KKHI
• Ketidaktersediaan kursi penerbangan di Embarkasinya
5. Safari Wukuf
Safari wukuf merupakan wukuf berjemaah bagi jemaah haji sakit yang dirawat
di KKHI, Rumah Sakit Arab Saudi maupun yang diusulkan oleh Kloter.
Pencatatan dan laporan yang sebaiknya di lakukan di mulai dari tahapan
persiapan sampai dengan pemulangan jemaah sakit ke KKHI, Rumah Sakit
Arab Saudi ataupun Sektor.
Tahap persiapan :
• Penentuan kriteria jemaah sakit untuk safari wukuf
• Penentuan fasilitas
Perlengkapan jamah sakit, Transportasi, Persiapan Jemaah sakit,
Kelengkapan data, Obat-obatan dan alat kesehatan serta konsumsi
• Petugas
• Penampungan jemaah pasca seleksi di KKHI
Tahap Pelaksanaan :
• Penempatan jemaah haji sakit dengan kondisi duduk atau berbaring di
kendaraan yang sudah disiapkan
• Kesiapan obat-obatan dan alat kesehatan disesuaikan dengan jemaah
dan jumlah kendaraan
• Kesiapan petugas pendamping
Tahap Pemulangan
64. Modul Pelatihan PPIH 2017 9
• Prioritaskan Jemaah yang akan diturunkan terlebih dahulu
• Rujuk jemaah yang kondisinya semakin memburuk
6. Visitasi
Merupakan upaya perlindungan kepada Jemaah haji yang diselenggarakan di
Rumah Sakit Arab Saudi yang dilakukan oleh PPIH Arab Saudi, TKHI dan
Tenaga pendukung kesehatan. Kegiatan ini bukan hanya di peruntukan untuk
mendata jemaah haji yang dirawat di Rumah Sakit Arab Saudi saja tetapi
dapat menginformasikan keadaan jemaah menyangkut :
• Perkembangan dan kemajuan tindakan yang dilakukan
• Waktu kesiapan jemaah untuk dapat dipulangkan ke KKHI/ Sektor
• Tanggal kepulangan kloter aslinya hal ini untuk mengintegrasikan dengan
pencatatan dan pelaporan jemaah yang akan diusulkan tanazul
• Status Ibadah
Form visitasi baiknya dapat mengakomodirsejumlah informasi tersebut
sehingga berguna untuk sosialisasikan kepada yang membutuhkan
7. Evakuasi
Proses pemindahan jemaah haji sakit dari satu daerah kerja ke daerah kerja
lain dengan mempergunakan ambulance dan didampingi petugas
pembimbing ibadah dan kesehatan agar jemaah haji tetap dalam kondisi
perawatan dan pengawasan selama perjalanan.
Bentuk pencatatan dan pelaporan yang dilakukan adalah berkaitan dengan
Identitas, status kondisi kesehatan jemaah, kesiapan obat-obatan, alat
kesehatan, konsumsi dan status kelengkapan prosesi ibadah haji jemaah
tersebut.
POKOK BAHASAN 3. PENCATATAN DAN PELAPORAN DI ARAFAH
MUSDALIFAH DAN MINA
ARAFAH
65. Modul Pelatihan PPIH 2017 10
Jenis pencatatan yang harus dilakukan oleh rekan-rekan TKR saat operasional di
Arafah adalah Jemaah rawat dan rujukan, bentuk format pencatatan dan
pelaporan harus memuat informasi penanganan kesehatan jemaah selama di
arafah dan lokasi rujukan jemaah yang harus mendapatkan penanganan lanjutan
baik ke KKHI ataupun ke Rumah Sakit Arab Saudi dikarenakan singkatnya masa
operasional di Arafah
MINA
Jenis pencatatan yang harus dilakukan oleh rekan-rekan TKR saat operasional di
Arafah adalah Jemaah rawat jalan, rawat inap dan rujukan.
VII. DAFTAR PUSTAKA
1. Permenkes Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang rekam medis
2. Kepmenkes RI No 1196/Menkes/SK/XII/2009 tentang Pedoman
Penyelenggaraan BPHI di Arab Saudi
3. Permenkes Nomor 001 tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan
Kesehatan Perorangan
4. Permenkes Nomor 62 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Kesehatan Haji
5. Pedoman Pencatatan dan Pelaporan, Pusat Kesehatan Haji, Kementerian
Kesehatan RI, Tahun 2011
6. Modul Pembekalan Operasional Kesehatan Haji, Kementerian Agama RI,
Tahun 2015