PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
LukaMoist
1. PROPOSAL POLI RAWAT LUKA
UPTD PUSKESMAS PORONG
Jalan Juwet Utara No.256 Porong 0343-852031 Sidoarjo
PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO
DINAS KESEHATAN
2. 2
PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN DI MASYARAKAT UNTUK
MEWUJUDKAN MASYARAKAT SEHAT MANDIRI.
MELALUI PEMBENTUKAN POLI RAWAT LUKA ULKUS DIABETIKUM
DENGAN METODE “ MOIST ENVIRONMENT OF WOUND HEALING “
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
DM adalah penyakit Degeneratif & kronis yang memerlukan pengobatan jangka
panjang dan perawatan pasien secara mandiri untuk mencegah efek komplikasi akut dan
komplikasi jangka panjang. Angka prevalensi DM di dunia mencapai wabah, WHO
memperkirakan pada Negara berkembang pada tahun 2025 akan muncul 80 % kasus baru (
Atlas, 2006 ). DM merupakan penyakit epidemic tersembunyi yang memakan korban setiap
tahunnya setara dengan angka kematian HIV / AIDS.
Bertambahnya pendapatan perkapita dan perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar,
menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung koroner (PJK),
hipertensi, hiperlipidemia diabetes dan lain-lain. Sebagai penyakit kronis, diabetes melitus (DM) atau
dikenal dengan kencing manis adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang sebagai akibat
meningkatnya kadar gula (glukosa) darah karena kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.
Data World Diabetes Foundation tahun 2010 menunjukkan jumlah penduduk dunia yang menderita
diabetes mellitus adalah 438 juta orang, sementara jumlah penderita diabetes melitus di Indonesia
berdasarkan data WHO tahun 2008 sebesar 8,4 juta orang, sehingga menjadikan Indonesia menempati
peringkat ke-4 setelah China, India, dan Amerika Serikat (Health.okezone.com). Untuk wilayah Jawa
Timur berdasarkan data Dinkes Provinsi Jawa Timur tahun 2011 jumlah penderita diabetes melitus
mencapai 92.504 orang dengan 34.000 penderita berada di Kabupaten Sidoarjo
(www.surabayapost.co.id). Kunjungan pasien diabetes mellitus di Puskesmas Porong tahun 2011
sebesar 1.227 orang dan tahun 2012 mencapai 1.792 orang.
Salah satu komplikasi umum dari diabetes mellitus adalah kaki diabetes. Kaki
diabetes merupakan kelainan tungkai kaki bawah akibat diabetes melitus yang tidak
terkendali pada gangguan pembuluh darah, gangguan persyarafan, dan adanya infeksi.
Dampaknya, muncul beberapa masalah antara lain : kapalan, mata ikan, cantengan, kutil dan
3. 3
radang pada ibu jari kaki. Jika kondisi ini tidak dirawat dengan baik dan benar akan
memudahkan terjadinya luka dan cepat berkembang menjadi gangren diabetik (Tambunan
dan Gultom,2009).
Manajemen perawatan luka akut dan kronis, akhir-akhir ini juga mengalami
peningkatan pesat. Berbagai riset atau studi klinis maupun studi laboratorium banyak
dilakukan oleh para ahli guna mendapatkan metode manajemen luka terbaik bagi pasien.
Saat ini metode perawatan luka yang dapat diterima adalah dengan menjaga lingkungan luka
lembab (moist environment of wound healing). Lingkungan penyembuhan luka lembab,
akan membantu meningkatkan aktivitas sel macrophage dan neutrophil, mendorong proses
granulasi (proliferasi) yang lebih cepat juga proses epithelisasi sehingga masa penyembuhan
luka dapat dipersingkat. Manajemen luka dengan pendekatan moist environment juga
mengurangi rasa nyeri selama proses ganti balutan dan sesudahnya sehingga mengurangi
pemakaian analgesik. Metode ini juga memberikan biaya efektif yang sering menjadi bahan
pertimbangan klinisi dalam memberikan pelayanan perawatan luka.
Belum banyak sarana pelayanan kesehatan yang menggunakan metode perawatan
“Moist environment of Wound Healing “ sehingga banyak pasien ulkus diabetikum dan luka
kronis lainya yang harus dirujuk termasuk puskesmas porong, sehingga memerlukan biaya
perawatan yang besar, apalagi jarak puskesmas Porong dengan RSUD Sidoarjo cukup jauh
sehingga semakin besar biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan pelayanan
tersebut.
Berdasarkan amanat Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 “ Semua warga Negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal”,
Sejalan dengan Visi Puskesmas Porong “ Tercapainya penyelenggaraan pelayanan kesehatan
paripurna yang optimal kepada masyarakat menuju Porong sehat 2015, Harus di wujudkan
dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya .
Peningkatan upaya kesehatan perorangan ( UKP ) di Puskesmas terus menerus di tingkatkan
sejalan dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan penyakit dimasyarakat,
Kunjungan pasien rawat luka di puskesmas porong rentang waktu 3 bulan ( oktober 2012 s/d
4. 4
desember 2012 ) terdapat berbagai kasus luka baik yang akut maupun kronis, Terdapat
pasien luka 117 orang, Ulkus Diabetikum 78 orang, luka dehisen pos operasi 10 orang.
Berdasarkan pemaparan di atas, sangat penting dan mendesak bagi Puskesmas
Porong untuk menyediakan sarana pelayanan perawatan luka bagi pasien berupa Klinik
Perawatan Luka dengan metode “Moist environment of Wound Healing “ sehingga banyak
pasien ulkus diabetikum dan luka kronis lainya dapat terlayani baik dari tatanan rawat jalan,
rawat inap maupun perawatan di rumah (home care).
B. TUJUAN
1. Umum
Meningkatkan kualitas hidup pasien yang mengalami luka akut maupun luka kronis
2. Khusus
Memberikan pelayanan perawatan luka dengan menggunakan protokol yang
didasarkan pada panduan praktek ilmiah.
Memberikan program terapi luka yang komprehensif dan interdisiplin, yang
mengintergrasikan pemberian metode/teknik perawatan luka modern, produk
berkualitas dan pelayanan kolaborasi tingkat lanjut.
Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien luka dan keluarganya.
C. MANFAAT
1. Bagi Pasien Luka:
a. Mendapatkan pelayanan komprehensif dan berkelanjutan yang meliputi pelayanan
rawat inap dan rawat jalan.
b. Memperoleh pelayanan perawatan luka dengan biaya efektif dan efesien serta
mendapatkan hasil perawatan luka yang optimal.
c. Kualitas hidup meningkat.
5. 5
2. Bagi Institusi Puskesmas Porong
a. Memberikan pelayanan profesional dan bermutu guna memenuhi kebutuhan
pelayanan bagi pasien luka.
b. Meningkatkan standar pelayanan perawatan luka di Puskesmas Porong.
c. Meningkatkan pendapatan manajemen Puskesmas Porong melalui pelayanan
Perawatan Luka.
D. PRINSIP
1. Menggunakan kode etik keperawatan dalam melaksanakan praktik keperawatan
manajemen luka.
2. Mengumpulkan data secara sistematis, akurat dan komprehensif.
3. Menggunakan data hasil pengkajian untuk menetapkan diagnosa luka.
4. Mengembangkan rencana manajemen perawatan luka berdasarkan diagnosa luka,
perkembangan atau evaluasi berkelanjutan terhadap kondisi luka.
5. Mengevaluasi hasil perawatan luka dan melakukan kolaborasi dengan tim
interdisiplin lainnya jika diperlukan guna mempercepat proses penyembuhan luka.
6. Bertanggung jawab terhadap pelayanan yang bermutu.
E. TATALAKSANA
Prasyarat penyelenggaraan Klinik Manajemen Luka
1. Ketenagaan:
a. Penanggung Jawab Klinik, dengan kualifikasi :
Minimal Diploma III Keperawatan
Pemegang Sertifikat Enterostomal Therapist Nurse (ETN) / Wound Ostomy and
Continency Nurse (WOCN) atau Sertifikat Pelatihan Manajemen Perawatan Luka
yang diakui oleh Departemen Kesehatan RI.
Pengalaman bekerja di bidang manajemen perawatan luka minimal 3 tahun
Memiliki SIP (Surat Ijin Perawat) dan SIK (Surat Ijin Kerja)
6. 6
b. Pelaksana pelayanan perawatan luka, dengan kualifikasi :
Minimal Diploma III Keperawatan.
Pemegang Sertifikat Pelatihan Manajemen Perawatan Luka diakui oleh
Departemen Kesehatan RI.
Pengalaman bekerja minimal 3 tahun
Memiliki SIP (Surat Ijin Perawat) dan SIK (Surat Ijin Kerja)
c. Tenaga Konsultan (kolaborasi)
Dokter Umum yang mendapakan pelatihan tentang “ WOUND
MANAGEMENT “
2. Alat Kesehatan
a. Set Ganti Balutan, Suture (angkat jahitan), Debridement Mekanis (CSWD):
Pinset anatomis
Pinset chirurgi
Gunting ujung tumpul
Gunting ujung tajam
Gunting benkok besar
Gunting benkok kecil
Tongue spatel
Gunting angkat jahitan
Aggrave tang
Knope sonde
Arteri clamp
Curve scissor
Curetage ortopedi no 0
Curetage ortopedi no 1
b. Instrumen container/bak intrumen (berbagai ukuran)
c. Korntang set
d. Basin/neerbeken
e. Gunting verband
f. Sterilisator
g. Standar / Tiang infus.
h. Kaca mata Gogel
i. Kursi Roda
j. Walker
7. 7
k. Tempat Tidur atau Meja Perawatan pasien
l. Kursi Perawatan Kaki
m. Kursi perawat/pemeriksa
n. Lampu pemeriksaan
o. Tensimeter digital atau Sphigmomanometer air raksa
p. Stetoscope
q. Doppler Vaskuler (dgn probe 4Hz, 5Hz dan 8 Hz)
r. Dispenser untuk Alcohol gel
s. Dispenser untuk sabun cair
t. Tempat tissue paper
u. Trolly dressing
v. Tromol Kassa
w. Tromol Kapas
x. Schort (gown) atau Apron
y. Tempat sampah medis
z. Tempat sampah non medis
3. Alat dan bahan habis pakai
a. Cairan pencuci luka (Normal saline atau NaCl 0,9%)
b. Hydrogel dressing:
c. Hydrofiber Dressing berbagai ukuran:
d. Hydrofiber Dressing with Silver berbagai ukuran:
e. Calcium Alginate Dressing berbagai ukuran:
f. Hydrocolloid Dressing berbagai ukuran:
Duoderm Extrathin: spot, 2x8 inchi, 4x4 inchi
Duoderm CGF: 4x4 inchi, 8x8 inchi
Duoderm Paste 30 gram
Stomahesive Powder 28 gram
g. Stomahesive Skin Barrier: 4x4 inchi, 8x8 inchi
8. 8
h. Surfit Natura one piece drainable pouch (costum cut)
i. Surfit Natura Little One Paediatric pouch
j. Stomahesive Paste
k. Disposable Dressing Set
l. Transparent film (misal: ASGUARD berbagai ukuran).
m. Kassa steril (berbagai ukuran)
n. Kertas Penggaris Luka (disposable)
o. Plester/adhesive non-woven berbagai ukuran
p. Elastic bandages atau self adhesive bandage berbagai ukuran
q. Alkohol 70% atau alkohol swab
r. Desinfektan (Savlon / Hibiscrub dll untuk mencuci alat)
s. Sabun cair antiseptik
t. Alkohol gel
u. Masker tie on
v. Sarung tangan/glove non steril
w. Sarung tangan/glove steril
x. Feeding tube 5 Fr - 8Fr dengan panjang 50 cm
y. IV catheter 18G dan Needle 18G
z. Syringe 10 ml, 30 ml, 50 ml
å. Infus set
ä. Threeway stop kock
ö. Waste bag (kantung sampah) medis dan non medis
aa.Underpad (berbagai ukuran)
bb. Tissue Paper
4. Sarana lain
Formulir informed consent
Formulir Dokumentasi Data Pasien (pengkajian, perencanaan dan
implementasi perawatan luka, evaluasi).
9. 9
Alat dan media pendidikan kesehatan (leaflet / brosur perawatan kaki,
perawatan luka, nutrisi bagi pasien luka, dan lain-lain)
Kamera digital untuk mendokumentasikan kemajuan proses penyembuhan
luka.
Komputer untuk menyimpan data pasien dan foto kemajuan proses
penyembuhan luka.
Meja kerja dan kursi
Lemari arsip data pasien
Lemari alat dan lemari bahan habis pakai
Wastafel
Alat komunikasi
Standar Operasional Prosedur (SOP) Perawatan Luka seperti CSWD, autolitic
debridement, perawatan luka granulasi, dan lain-lain).
F. JENIS LUKA
Jenis luka yang dapat diberikan perawatan atau terapi di Klinik Perawatan Luka antara lain:
1. Ulkus Kaki Diabetik (diabetic ulcer)
2. Ulkus Vena (venous stasis ulcer)
3. Ulkus Arteri (ischemic ulcer)
4. Ulkus Dekubitus (pressure ulcer)
5. Luka Post Trauma
6. Luka Dehiscence
7. Luka Kanker (fungating wound)
8. Luka/ulkus lain yang sulit sembuh atau dengan komplikasi penyakit lain.
G. PEMBIAYAAN
Di sesuaikan dengan tarip perda yang ada.
10. 10
H. KEGIATAN
1. Melakukan pengkajian (kondisi umum pasien, kulit, dan luka)
2. Membuat perencanaan manajemen luka berdasarkan hasil pengkajian:
a. Jadwal pemeriksaan diagnostik yang dibutuhkan (untuk mendapatkan data
penunjang) sesuai kondisi luka serta telah mendapatkan persetujuan pasien dan
dokter yang bersangkutan.
b. Jadwal kunjungan setiap pasien sesuai hasil pengkajian luka.
c. Rencana tindakan keperawatan (perawatan luka/ganti balutan dan prosedur lain
yang dibutuhkan).
d. Menetapkan kriteria hasil (outcome) dari tindakan yang dilakukan.
e. Program pengajaran/penyuluhan kesehatan bagi pasien dan keluarganya tentang
hal-hal yang dapat mendukung proses penyembuhan luka (tergantung jenis
luka).
3. Melakukan tindakan keperawatan ataupun kolaboratif (prodedur lain yang
dibutuhkan) sesuai dengan rencana manajemen luka pasien.
4. Melakukan pemantauan dan evaluasi manajemen luka.
a. Melakukan pencatatan secara periodik tentang kemajuan proses penyembuhan
luka
b. Melakukan pencatatan data-data pendukung lain yang dibutuhkan.
c. Menilai dan mencatat hasil akhir manajemen luka (sembuh, dirujuk, menolak
atau drop out)
d. Monitoring dan evaluasi kepuasan pasien terhadap pelayanan manajemen luka
yang diberikan.
e.
I. PENCATATAN DAN PELAPORAN
1. Pencatatan, yang perlu dilakukan meliputi:
a. Persetujuan pasien (informed consent)
b. Jadwal kunjungan
c. Tindakan keperawatan, tindakan atau prosedur kolaboratif lain yang dilakukan.
11. 11
d. Rujukan (jika ada)
e. Penghentian perawatan disertai alasannya.
2. Materi laporan
a. Jumlah pasien luka (baru) per bulan, yang dikelompokkan berdasarkan jenis luka.
b. Rata-rata jumlah kunjungan per hari, dan dikelompokkan berdasarkan jenis luka.
c. Jenis penyakit penyerta (penyulit).
d. Rata-rata waktu penyembuhan (penutupan) luka, yang dikelompokkan berdasarkan
jenis luka.
e. Jumlah pasien yang dapat pengobatan (antibiotika, khemotherapi, dll).
f. Jumlah pasien yang dirujuk dan drop out.
g. Rata-rata jumlah luka yang sembuh (epithelisasi) dan penghentian perawatan.
h. Jumlah pasien yang drop out sebelum lukanya sembuh.
J. KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1. Puskesmas Porong sebagai sarana pelayanan kesehatan dasar wajib memberikan
pelayanan individu atau private good pada perawatan luka dengan menggunakan
protokol yang didasarkan pada panduan praktek ilmiah dan dikembangkan berdasar
kiat-kiat keperawatan modern atau up to date.
2. Pelayanan program terapi luka yang akan dilaksanakan di Puskesmas Porong
merupakan program yang komprehensif dan interdisiplin, yang mengintergrasikan
pemberian metode/teknik perawatan luka modern, produk berkualitas dan pelayanan
kolaborasi tingkat lanjut.
3. Pengembangan empowerment atau pemberdayaan keluarga dalam perawatan luka
dirumah dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarganya.
12. 12
SARAN
1. Dinas kesehatan Sidoarjo hendaknya menfasilitasi program inovatif yang akan
dikembangkan oleh Puskesmas Porong sesuai dengan kebutuhan masing-masing
uptkes yang sudah dianalisis berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan
tantangan oleh masing-masing uptkes dalam rangka mensukseskan desentralisasi
pelayanan kesehatan.
2. Puskesmas Porong hendaknya membangun sistem pelayanan rawat luka meliputi
analisis situasi, perencanaan, kerjasama lintas program dan lintas sektor, supervisi,
dan pelaporan yang optimal sehingga menghasilkan pelayanan yang berhasilguna
dan berdayaguna.
3. Progam ini bisa dijdikan pilot projek Dinas kesehatan Sidoarjo dalam pembentukan
di puskesmas lain sewilyah kabupaten Sidoarjo.
RENCANA TINDAK LANJUT
1. Pengembangan sumber daya manusia untuk mengikuti diklat Wound Manajemen.
2. Study banding ke tempat pelayanan Poli rawat luka yang lebih maju.
3. Usulan pembuatan PERDA tentang Poli rawat luka dan Home care.
4. Poli rawat luka Ulkus Diabetikum Puskesmas Porong sebagai rujukan Puskesmas yang
ada di sekitar wilayah kerja Puskesmas Porong.