SlideShare a Scribd company logo
1 of 109
Download to read offline
Modul Pelatihan PPIH 2017 1
PENGELOLAAN OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN HAJI
I. DESKRIPSI SINGKAT
Dalam rangka pelayanan kesehatan haji berdasarkan Keputusan Menkes No.
1394/2002 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji Indonesia dan
Keputusan Menkes No. 511/2007 tentang Pedoman Perekrutan Petugas Kesehatan
haji Indonesia, maka peran petugas penyelenggara ibadah haji (PPIH) menjadi
sangat penting dan turut menentukan kesuksesan pelayanan kesehatan haji secara
keseluruhan. Secara umum tugas petugas penyelenggara kesehatan ibadah haji
(PPIH) adalah memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan kesehatan
terhadap jamaah, serta tugas-tugas administrasi selama menjalankan tugas di Arab
Saudi.
Sebagai bagian dari Tim Kuratif – Rehabilitatif (TKR), tenaga kefarmasian diharapkan
dapat terlibat aktif dalam memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan
kesehatan terhadap jamaah, serta tugas-tugas administrasi selama menjalankan
tugas di Arab Saudi. Tentunya tenaga kefarmasian melakukan kegiatan penunjang
medis yang berupa pengelolaan obat dan alat kesehatan menurut pada siklus
pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan. Kegiatan tersebut meliputi pemilihan,
seleksi, perencanaan, pengadaan, distribusi, penggunaan, serta evaluasi obat dan
perbekalan kesehatan (perbekes) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan pengelolaan obat dan
perbekalan kesehatan haji
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah selesai pelatihan, peserta mampu:
1. Menjelaskan siklus pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan secara umum
2. Menjelaskan pemilihan dan seleksi
3. Menguraikan perencanaan
4. Menguraikan proses pengadaan obat dan perbekes
5. Menjelaskan distribusi obat dan perbekes
6. Menerapkan penggunaan obat dan perbekes
7. Menjelaskan monitoring dan evaluasi
2
III. POKOK BAHASAN
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan-pokok bahasan sebagai berikut yaitu :
Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan:
1. Siklus Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan
a. Pengertian Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan berdasarkan
manajemen logistik satu pintu
b. Penggunaan IT dalam pengelolaan obat dan perbekes
- E-FORNAS
- E-Catalogue
- E-Monev Catalogue
- E-SISKOHATKES
2. Pemilihan dan seleksi
a. Pemilihan
b. Seleksi
3. Perencanaan
a. Tahap kompilasi pemakaian obat dan perbekes
b. Penghitungan obat dan perbekes
c. Penyesuaian rencana pengadaan
4. Pengadaan obat dan perbekes
5. Distribusi Obat
a. Proses penyimpanan obat dan perbekes (good storage practice)
b. Distibusi obat dan perbekes (good distribution practice)
6. Penggunaan Obat
a. Pengolahan obat dan perbekes (Good pharmacy practice)
b. Peresepan obat dan perbekes (Good prescribing practuce)
c. POR (Penggunaan Obat Rasional)
7. Monitoring dan Evaluasi
a. Monitoring
b. Evaluasi
IV. BAHAN BELAJAR
1. Modul TKR FARMASI MIK 1: Pengelolaan Obat Dan Perbekalan Kesehatan Haji
2. Petunjuk diskusi kelompok.
3. Panduan simulasi.
4. Internet online (E-FORNAS, E-Catalogue, E-Monev Catalogue, dan E-
SISKOHATKES)
3
V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 3 jam pelajaran
(T= 1 jpl, P= 2 jpl, PL= 0 jpl) @45 menit. Untuk mempermudah proses
pembelajaran dan meningkatkan partisipasi seluruh perserta, maka perlu
disusun langkah-langkah kegiatan sebagai berikut:
Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran
1. Kegiatan Fasilitator
a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas
b. Fasilitator menyampaikan Salam dengan menyapa peserta dengan
ramah dan hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah dengan
memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama
lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
d. Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) tentang pengelolaan obat
dan alat kesehatan haji dengan metode curah pendapat
(brainstorming).
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran
tentang materi pengelolaan obat dan alat kesehatan haji yang
disampaikan dengan menggunakan bahan tayang (slide power point).
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator bila ada hal-hal yang belum
jelas dan perlu diklarifikasi.
Langkah 2 : Review pokok bahasan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan dari materi
awal sampai dengan materi terakhir secara garis besar dalam waktu
yang singkat
b. Melengkapinya dengan menayangkan/ demonstrasi perangkat yang
sifatnya online
c. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal
yang masih belum jelas.
d. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan oleh peserta
4
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting.
b. Ikut serta membuka perangkat online yang didemonstrasikan di laptop
masing-masing.
c. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
d. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
Langkah 3 : Pendalaman pokok bahasan.
1. Kegiatan Fasilitator
a. Meminta kelas dibagi menjadi beberapa kelompok (3 kelompok) dan
setiap kelompok akan diberikan tugas diskusi kelompok.
b. Menugaskan kelompok untuk memilih ketua, sekretaris dan penyaji.
c. Meminta masing-masing kelompok untuk menuliskan hasil dikusi
untuk dipresentasikan.
d. Mengamati peserta dan memberikan bimbingan pada proses diskusi.
e. Memberikan satu simulasi tentang kerja sama tim dalam
pendampingan internship dokter Indonesia pada kesempatan
penugasan.
2. Kegiatan Peserta
a. Membentuk kelompok diskusi dan memilih ketua, sekretaris dan
penyaji.
b. Mendengar, mencatat dan bertanya terhadap hal-hal yang kurang jelas
kepada fasilitator.
c. Melakukan proses diskusi sesuai dengan pokok bahasan / sub pokok
bahasan yang ditugaskan fasilitator dan menuliskan hasil dikusi pada
kertas flipchart untuk dipresentasikan.
d. Mengikuti simulasi yang diberikan oleh fasilitator secara proaktif.
Langkah 4 : Penyajian dan pembahasan hasil pendalaman pokok bahasan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Dari masing-masing kelompok diminta untuk melakukan presentasi
dari hasil diskusi yang telah dilakukan sebelumnya.
b. Memimpin proses tanggapan (tanya jawab)
c. Memberikan masukan-masukan dari hasil diskusi.
d. Memberikan klarifikasi dari pertanyaan-pertanyaan yang belum
dimengerti jawabannya
e. Merangkum hasil diskusi
f. Melakukan refleksi simulasi yang telah dilakukan oleh peserta.
5
2. Kegiatan Peserta
a. Mengikuti proses penyajian kelas
b. Berperan aktif dalam proses tanya jawab yang dipimpin oleh
fasilitator
c. Bersama dengan fasilitator merangkum hasil presentasi dari masing –
masing pokok bahasan yang telah dipresentasikan dengan baik.
d. Ikut serta dalam refleksi simulasi yang sudah dilakukan sebelumnya.
Langkah 5 : Rangkuman dan evaluasi hasil belajar
1. Kegiatan Fasilitator
a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan 3 pertanyaan sesuai topik
pokok bahasan secara acak kepada peserta.
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing – masing pertanyaan
yang telah diajukan sebelumnya.
c. Bersama peserta merangkum poin-poin penting dari hasil proses
pembelajaran.
d. Membuat kesimpulan dapat dilakukan sendiri oleh fasilitator atau
secara bersama-sama dengan mengajak peserta untuk
menyimpulkan.
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan fasilitator.
b. Bersama fasilitator merangkum hasil proses pembelajaran
pengelolaan obat dan alat kesehatan haji.
VI. URAIAN MATERI
1. Siklus Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan
a. Pengertian Pengelolaan Obat dan Alat Kesehatan berdasarkan manajemen
logistik satu pintu
Menurut pada Pedoman Perencanaan dan Pengelolaan Obat dari Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, terkhusus manajemen obat dan alat kesehatan satu pintu,
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.189/Menkes/SK/III/2006
tentang Kebijakan Obat Nasional, dan Peraturan Menteri Kesehatan (PMK)
nomor 75 tahun 2014 tentang fasilitas pelayanan kesehatan primer, maka
pelayanan kefarmasian, terutama pengelolaan obat dan alat kesehatan
6
merupakan rangkaian kegiatan dimulai dari pemilihan (seleksi) obat dan alat
kesehatan sampai pada monitoring serta evaluasi.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1196/Menkes/SK/XII/2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Balai
Pengobatan Haji Indonesia di Arab Saudi, pelayanan kefarmasian adalah
serangkaian kegiatan penyimpanan dan pendistribusian alat kesehatan habis
pakai dan obat untuk pasien di BPHI. Pelayanan farmasi secara khusus meliputi
penyediaan dan distribusi semua perbekalan farmasi, pelayanan farmasi klinik,
serta membuat informasi dan menjamin kualitas pelayanan yang berhubungan
dengan penggunaan obat.
Berbagai kegiatan dilakukan dalam pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan
sehingga membentuk suatu urutan atau siklus pengelolaan obat dan perbekalan
kesehatan, yaitu:
1) Pemilihan/ Seleksi
2) Perencanaan
3) Pengadaan
4) Distribusi
5) Penggunaan
6) Monitoring dan Evaluasi
b. Penggunaan IT dalam pengelolaan obat dan perbekalan
Teknologi Informasi (IT) akhir-akhir ini sudah banyak digunakan dan
mempermudah pengelolaan berbagai hal. Tentunya dalam pengelolaan obat
dan perbekalan kesehatan sudah dikenal berbagai perangkat IT baik berupa
software maupun sudah berbasis internet. Beberapa perangkat IT yang lazim
digunakan dalam pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan akan kita bahas
berikut ini.
1) E-FORNAS
E-FORNAS (electronic- Formularium Nasional) merupakan perangkat online
yang dapat diunduh dan dibaca melalui internet berisikan berbagai jenis obat
7
dan perbekalan kesehatan berikut keterangannya, yang dapat digunakan secara
legal dalam pengobatan atau pelayanan kesehatan lainnya di Indonesia.
2) E-Catalogue
E-Catalogue merupakan perangkat yang secara online dipergunakan untuk
memilih dan melakukan seleksi obat dan perbekalan kesehatan yang akan
diadakan atau dipesan oleh instansi pelayanan kesehatan, terutama instansi
pemerintah. Pembagian jenis obat hamper mirip dengan E-Fornas, namun lebih
berfokus pada perencanaan jumlah obat dan perbekalan kesehatan disesuaikan
dengan peranan dalam pelayanan dan jenis instansinya.
3) E-Monev Catalogue
Berbeda dengan E-Catalogue, E-Monev Catalogue merupakan perangkat
(software) berbasis internet yang dipergunakan dalam proses pengadaan obat
dan perbekalan kesehatan di institusi pemerintah. Perangkat ini berisikan
bagian-bagian yang secara berurutan diisi oleh petugas pengadaan mulai dari
pemilihan sampai pada transaksi pemesanan obat/ perbekalan kesehatan.
4) E-SISKOHATKES
E-Siskohatkes (electronic- Sistim Informasi dan Komunikasi Haji Terpadu bidang
Kesehatan) merupakan perangkat online yang dipergunakan dalam pencatatan
dan pelaporan kegiatan petugas haji, terutama saat bertugas di Arab Saudi.
Perangkat ini selain berisikan identitas petugas, juga berisikan isian butir-butir
kegiatan yang lazim dilakukan petugas haji selama memberikan pelayanan
kesehatan, baik rekam medik jamaah haji, dokumentasi kegiatan visitasi
jamaah, pencatatan dan pelaporan obat dan alat kesehatan di kloter, dan
sebagainya.
2. Pemilihan dan Seleksi
a. Pemilihan Obat
8
Tentunya pemilihan dan seleksi obat harus berdasarkan rujukan atau referensi
yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Beberapa kepustakaan baik ilmu
kefarmasian maupun farmakologi dapat membantu memilih dan melakukan
seleksi obat dan perbekalan kesehatan yang akan dipergunakan dalam
pelayanan kesehatan, disamping data-data permasalahan kesehatan yang
membutuhkan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan tertentu.
b. Seleksi Obat
Berbeda dengan pemilihan obat/ perbekalan kesehatan yang lebih berfokus
pada efektivitas obat/ perbekalan kesehatan dalam mengatasi permasalahan
kesehatan, maka dalam seleksi obat beberapa hal lain diperhitungkan seperti
ketersediaan dana, kemampuan petugas pelaksana, kebutuhan real pelayanan
kesehatan, kemudahan distribusi dan penggunaan obat/ perbekalan kesehatan
tersebut, serta hal-hal lain terkait ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan
bagi pasien/ pelanggan. Selama ini pemilihan dan seleksi obat/ perbekalan
kesehatan lazimnya berdasarkan formularium nasional yang dapat diunduh
secara online menggunakan E-FORNAS.
3. Perencanaan Obat dan Perbekalan Kesehatan
Secara umum, perencanaan obat dan perbekalan kesehatan didasarkan pada
rencana kerja operasional masing-masing instansi pemberi pelayanan
kesehatan. Dalam menentukan jumlah dan jenis obat/ perbekalan kesehatan
dalam proses perencanaan dapat mempergunakan beberapa metode yang
lazim yaitu metode morbiditas, metode konsumsi, dan analisis ABC-VEN.
a. Metode Morbiditas
Metode ini dipakai untuk menghitung jumlah obat atau perbekalan kesehatan
berdasarkan angka kesakitan dari masalah kesehatan terkait. Kekurangan
metode ini adalah hanya bisa menghitung secara kasar kebutuhan obat secara
keseluruhan berdasarkan jumlah kasus kesehatan tertentu.
Contoh: Angka kesakitan ISPA pada jamaah haji sebanyak 75%, membutuhkan
selain antibiotika, juga obat batuk sirup. Sekali berobat sampai sembuh,
9
penderita ISPA menghabiskan rata-rata sebanyak 2 botol obat batuk sirup.
Jumlah jamaah haji tahun ini sebanyak 12.000 jiwa. Maka jumlah obat batuk
sirup yang harus disiapkan menjadi:
Jumlah obat batuk sirup = angka kesakitan ISPA x Jumlah jamaah haji x jumlah
kebutuhan obat sirup/kasus
= 75% x 12.000 x 2/1
= 1,5 x 12.000
= 18.000 botol
b. Metode Konsumsi
Jumlah obat yang direncanakan pada metode ini menggunakan rumus:
A = B + C + D - E – F
Keterangan: A adalah jumlah obat/ perbekalan kesehatan yang direncanakan
untuk diusulkan pada tahun depan
B adalah rata-rata jumlah pemakaian total obat/ perbekalan
kesehatan selama setahun
C adalah 10 – 20% dari B
D adalah Jumlah pemakaian obat/ perbekalan kesehatan selama 3 -
6 bulan
E adalah sisa stok yang masih ada
F adalah jumlah obat/ perbekalan kesehatan yang diterima pada
bulan berjalan
Dengan menggunakan metode ini jumlah obat/ perbekalan kesehatan yang
diusulkan dalam perencanaan dihitung berdasarkan data dan fakta sehingga
diharapkan sesuai dengan kebutuhan instansi. Namun metode ini lebih
berfokus pada jumlah yang dibutuhkan, padahal pengadaan obat/ perbekalan
kesehatan tergantung juga pada factor-faktor lain, terutama penerapan prinsip
efektivitas dan efisiensi dalam pelayanan di suatu instansi.
c. Analisa ABC-VEN
10
Lebih spesifik dari metode konsumsi, analisa ini melengkapinya dengan
memetakannya disesuaikan dengan faktor-faktor pengaruh dalam pelayanan,
terutama dalam hal ini ketersediaan anggaran di suatu instansi. Analisis ini
menggunakan matriks sebagai berikut:
PENGGUNAAN ANGGARAN
BESAR -------------------------------------------- KECIL
A B C
VITAL AV BV CV
ESSENSIAL AE BE CE
NON ESSENSIAL AN BN CN
Dengan menggunakan matriks tersebut, obat-obat ditulis dan dikelompokkan
menurut kolom dan barisnya. Sebagai contoh obat-obatan/ perbekalan
kesehatan yang terkelompok dalam kelompok CV dapat diprioritaskan untuk
direncanakan karena sangat vital bagi pelayanan dan harganya paling murah.
Sebaliknya kelompok AN sangat tidak perlu direncanakan karena sangat tidak
essensial bagi pelayanan dan berharga sangat mahal.
4. Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan
Ketentuan pengadaan obat/ perbekalan kesehatan di instansi pelayanan
kesehatan, terutama instansi pemerintah tentunya menurut pada ketentuan
yang berlaku dalam pengadaan barang dan jasa. Pada prakteknya, pengadaan
obat dan perbekalan kesehatan dapat diproses secara online menggunakan E-
MONEV dan E-CATALOGUE.
5. Distribusi Obat dan Perbekalan Kesehatan
Agar proses distribusi obat dan perbekalan kesehatan berjalan efektif dan
efisien, tentunya perlu menggunakan prinsip Good Distribution Practice dan
Good Storage Practice. Kedua prinsip tersebut tidak lepas dari pelaksanaan
rantai distribusi secara terpadu, serta penyimpanan obat/ perbekalan kesehatan
11
yang baik, sehingga terjaga kualitasnya sampai ke tangan pengguna. Beberapa
hal terkait distribusi obat dan perbekalan kesehatan yang perlu dikelola secara
baik adalah:
a. Penerimaan Obat/ Perbekalan Kesehatan
Dalam penerimaan obat/ perbekalan kesehatan tentunya sangat perlu
menggunakan berita acara penerimaan, apalagi dalam instansi pemerintah. Hal
ini berguna baik sebagai dokumentasi dalam monitoring/ evaluasi, juga sebagai
berkas pertanggungjawaban dalam pengelolaan obat/ perbekes. Proses recheck
dan uji fungsi juga perlu dilakukan pada saat penerimaan obat/ perbekalan
kesehatan, agar dapat berfungsi optimal dan tidak salah dalam menerima obat/
perbekes.
b. Penyimpanan Obat/ Perbekalan Kesehatan
Beberapa hal yang perlu dikontrol saat menyimpan obat/ perbekalan kesehatan
diantaranya luas dan tata ruangan penyimpanan, konsistensi suhu, kelembaban
ruangan, penerapan prinsip FEFO (First Enter First Out) dalam menyusun obat/
perbekes, serta pencatatan stok secara cermat dan lengkap.
c. Distribusi Obat/ Perbekalan Kesehatan
Hal penting dalam distribusi obat/ perbekes adalah pencatatan dan pelaporan.
Beberapa perangkat digunakan dalam pencatatan/ pelaporan obat/ perbekes,
salah satu contohnya adalah penggunaan kartu obat/ perbekes. Selama proses
distribusi/ pengantaran obat, penggunaan perangkat carrier (pembawa) yang
baik juga perlu diterapkan agar obat/ perbekes yang diantar tidak mengalami
kerusakan.
6. Penggunaan Obat dan Perbekalan Kesehatan
Istilah penggunaan ini dimaksudkan sebagai utilisasi (pemakaian, pemanfaatan)
obat/ perbekalan kesehatan. Proses penggunaan obat dan perbekalan kesehatan
tidak lepas dari penerapan prinsip Good Prescribing Practice (Peresepan Obat
yang Baik), Good Pharmacy Practice (Pengolahan Obat yang Baik), serta prinsip
12
penggunaan obat secara rasional. Demikian pula dengan proses pengembalian
atau pemusnahan sisa stok obat/ perbekes yang rusak dan tidak dapat
dipergunakan lagi, perlu menggunakan prinsip dan prosedur yang benar sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
7. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dimaksudkan sebagai pemantauan secara terus menerus dan
berkesinambungan mulai dari proses pemilihan, sampai pada penggunaan
obat/ perbekalan kesehatan. Tindak lanjut dapat dilakukan bila ditemukan hasil
yang menyimpang dari perencanaan sebelumnya, atau jika ditemukan
beberapa hal yang membutuhkan perbaikan segera tanpa menunggu semua
proses pengelolaan obat/ perbekalan kesehatan selesai terlebih dahulu. Peran
pencatatan, pelaporan, dan dokumentasi yang cermat menjadi sangat penting
agar pelaksanaan monitoring berjalan dengan baik dan efektif.
Berbeda halnya dengan evaluasi, yang merupakan analisis hasil rekapan semua
pencatatan dan pelaporan selama proses pelayanan berlangsung. Kegiatan
evaluasi lebih kearah menilai cakupan atau hasil pengelolaan obat/ perbekalan
kesehatan dibandingkan dengan perencanaan yang disepakati sebelumnya.
Tentunya evaluasi dilakukan setelah semua proses pengelolaan obat/
perbekalankesehatan selesai dalam jangka waktu tertentu. Dengan melakukan
evaluasi, pengelola obat/ perbekalan kesehatan dapat menentukan berbagai
hambatan, tindakan penanggulangan hambatan yang tepat, serta menjadi
dasar perencanaan obat/ perbekalan kesehatan selanjutnya.
Pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan dalam penyelenggaraan haji dikoordinasikan
oleh Kementerian Kesehatan khususnya oleh Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan. Tenaga yang ditugaskan untuk melakukan pengelolaan obat dan perbekalan
kesehatan adalah tenaga di bidang farmasi seperti Apoteker dan Tenaga Teknis
Kefarmasian.
Pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan tidak sepenuhnya dilakukan oleh Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Untuk perencanaan dilakukan Tim
Formularium yang dibentuk atas SK Menkes dan didasarkan atas hasil laporan penggunaan
obat dan perbekalan kesehatan tahun sebelumnya sedangkan Pengadaan dilakukan oleh
13
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Selanjutnya penyimpanan,
pendistribusian dan pencatatan/pelaporan dilakukan oleh tenaga farmasi.
Adapun persyaratan Obat dan Perbekalan Kesehatan
1. Obat dan perbekalan kesehatan sudah “terdaftar” di Kemenkes atau Badan POM RI
2. Obat yang akan dipakai dilegalisasi di Deputi I Badan POM RI
3. Obat yang akan dipakai dilegalisasi di Deputi I Badan POM RI, kemudian dibuat surat
rekomendasi dan Daftar Obat dilegalisasi dengan bukti cap
4. Perbekalan kesehatan yang akan dipakai dilegalisasi di Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI, kemudian dibuat Surat Rekomendasi dan
Daftar Perbekalan Kesehatan dilegalisasi dengan bukti cap
5. Faktur pembelian diisi dengan lengkap dengan nama obat atau perbekes, jumlah, no
batch, tanggal kadaluarsa, nomor registrasi dan harga
Drug supply perencanaan obat harus didukung dengan beberapa data yang dapat
digunakan dalam perhitungan seperti jumlah konsumsi obat, pola penyakit, jumlah
kunjungan dan sisa stok. Perencanaan ini akan lebih baik jika melihat juga data kondisi dua
tahun sebelumnya untuk mengetahui tren penggunaan obat. Jadi untuk perencanaan obat
data yang diperlukan bukan hanya pemakaian tahun lalu, akan tetapi juga harus
memperhatikan data-data yang lainnya seperti aspek “Farmakoterapi Bioavailabilitas (BA)”
dan “Benefit Cost Ratio”.
Proses seleksi dilakukan dengan pelelangan, yang dipilih rekanan yang bertanggung jawab
terhadap
A. Mutu, keamanan dan manfaat
B. Terdaftar di Kemenkes RI dan Badan POM RI
C. Tanggal kadaluarsa tercantum pada masing-masing kemasan
D. Harga terjangkau
Obat dan perbekalan kesehatan yang terpilih sesuai dengan formularium obat dan
perbekalan kesehatan Haji Indonesia, harus tiba di Arab Saudi 3 bulan sebelum jamah haji
datang. Sehingga obat dan perbekalan kesehatan sudah dapat didistribusikan ke masing-
masing Daker Mekkah, Madinah dan Bandara yang kemudian Daker mendistribusikan ke
masing-masing sektor dan apotik BPHI sebelum jamaah tiba sehingga seluruh sektor dan
apotik BPHI siap dalam melaksanakan tugas pelayanan kesehatan jamaah haji
Penggunaan obat dan perbekalan kesehatan pada pelayanan kesehatan Haji adalah dengan
melayani resep dokter untuk pasien rawat jalan dan rawat inap serta melayani permintaan
kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan. Selain itu ada juga penggunaan dana emergensi
14
dimana anggaran digunakan hanya untuk pengadaan obat dan perbekalan kesehatan habis
pakai, perbekalan kesehatan yang tidak mungkin bisa diadakan di Indonesia seperti oksigen,
adanya kenaikan kunjungan yang mengakibatkan ketersediaan tidak mencukupi sementara
pelayanan harus terus berjalan. Agar ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan, baik
jenis dan jumlah yang cukup dengan mutu terjamin, di Depo Daker, Sektor, Kloter,
Ambulance, petugas farmasi melakukan monitoring dan evaluasi selama masa Pra - Armina
- Pasca.
VII. RANGKUMAN
Prinsip pengelolaan logistik satu pintu menghendaki penerapan siklus pengelolaan
obat/ perbekes mulai dari pemilihan/ seleksi sampai pada monitoring/ evaluasi.
Penerapan siklus ini perlu dilakukan secara cermat dan berkesinambungan,
menggunakan prinsip-prinsip khusus dan metode tertentu agar tidak terjadi
kesalahan dalam pengadaan dan penggunaan obat/ perbekes yang akhirnya dapat
mempengaruhi pelayanan kesehatan pada pasien.
Pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan haji merupakan salah satu pelayanan
kesehatan pendukung dalam Pelayanan Kesehatan Haji Indonesia maka itu perlu
pengelolaan yang benar, efisien, efektif secara berkesinambungan. Koordinasi yang baik
dan terbuka antara pihak terkait dari Depo Pusat hingga kloter agar dapat diterapkan
pengelolaan obat dan perbekes yang baik untuk tercapainya tepat jumlah, tepat jenis, tepat
penyimpanan, tepat pendistribusian, tepat penggunaan dan tepat mutunya di setiap
pelayanan kesehatan sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi fisik
maupun kelancaran pelaksanaan kesehatan haji yang harus dijamin keamanan, mutu
maupun khasiatnya.
VIII. LATIHAN SOAL
1. Sebutkan siklus pengelolaan obat/ perbekes dan jelaskan!
2. Sebutkan beberapa prinsip “GOOD” yang penting dalam pengelolaan obat/
perbekes dan jelaskan!
3. Aplikasi online apa saja yang terkait dengan pengelolaan obat/ perbekes?
IX. DAFTAR PUSTAKA :
1. Permenkes no 75 tahun 2014 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
2. E – Catalogue
3. E – Monev Catalogue
4. E – FORNAS
15
5. E – SISKOHATKES
6. Depkes RI, 1990. Pedoman Perencanaan dan Pengelolaan Obat. Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia : Jakarta
7. Depkes RI, 2006. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.189/Menkes/SK/III/2006 tentang Kebijakan Obat Nasional.
DepartemenKesehatan Republik Indonesia, Jakarta
8. Kepmenkes RI No. 1196 / Menkes/SK/XII/2009 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Balai Pengobatan Haji Indonesia di Arab Saudi
9.
Kementerian Agama RI, 2015. Pembekalan Operasional Kesehatan Haji. Direktorat Jenderal
Penyelenggaran Haji dan Umrah Kementerian Agama RepublikIndonesia
Kementerian Agama RI, 2015. Uraian Tugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab
Saudi (Petugas Non Kloter). Direktorat Jenderal Penyelenggaran Haji dan Umrah
Kementerian Agama RepublikIndonesia
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 1
MEKANISME PENYIMPANAN, DISTRIBUSI OBAT DAN
PERBEKALAN KESEHATAN PELAYANAN KESEHATAN
HAJI
I. DESKRIPSI SINGKAT
Dalam rangka pelayanan kesehatan haji berdasarkan Keputusan Menkes
No. 1394/2002 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji
Indonesia dan Keputusan Menkes No. 511/2007 tentang Pedoman
Perekrutan Petugas Kesehatan haji Indonesia, maka peran petugas
penyelenggara ibadah haji (PPIH) menjadi sangat penting dan turut
menentukan kesuksesan pelayanan kesehatan haji secara
keseluruhan.Secara umum tugas petugas penyelenggara kesehatan
ibadah haji (PPIH) adalah memberikan pembinaan, pelayanan dan
perlindungan kesehatan terhadap jamaah, serta tugas-tugas administrasi
selama menjalankan tugas di Arab Saudi.
Sebagai bagian dari Tim Kuratif – Rehabilitatif (TKR), tenaga kefarmasian
diharapkan dapat terlibat aktif dalam memberikan pembinaan, pelayanan
dan perlindungan kesehatan terhadap jamaah, serta tugas-tugas
administrasi selama menjalankan tugas di Arab Saudi. Tentunya tenaga
kefarmasian melakukan kegiatan Menjelaskan mekanisme penerimaan
obat dan perbekes yang baik.
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami mekanisme
distribusi obat dan perbekalankesehatan haji
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah selesai pelatihan, peserta mampu:
1. Menjelaskan mekanisme penerimaan obat dan perbekes yang
baik
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 2
2. Menjelaskan mekanisme penyimpanan obat dan alkes yang baik
3. Menjelaskan distribusi obat dan perbekes
III. POKOK BAHASAN
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan-pokok bahasan
sebagai berikut yaitu :
1. Mekanisme penerimaan obat dan perbekes:
a. Pengecekan stok obat dan perbekes sesuai dengan dokumen.
b. Pengecekan kondisi obat dan perbekes
c. Pengecekan jumlah dan jenis obat dan perbekes
d. Pengecekan tanggal kadaluwarsa obat dan perbekes
e. Pembuatan berita acara serah terima barang.
2. Mekanisme penyimpanan obat dan perbekes:
a. Penyimpanan obat berdasarkan kelas terapi, alfabetis, bentuk
sediaan, FEFO-FIFO.
b. Penyimpanan dan mengelompokan perbekes berdasarkan
fungsinya.
c. Penyimpanan narkotik dan psikotropik
3. Distibusi obat dan perbekes (good distribution practice):
a. Penyiapan obat dan perbekes untuk tas kloter.
b. Penyiapan obat emergensi di ambulance.
c. Penyiapan stok awal dan mendistribusikan obat ke BPHI
sesuai wilayah kerja.
d. Pelayanan permintaan obat dan perbekes yang kurang.
e. Laporan pendistribusian obat dan perbekes.
IV. BAHAN BELAJAR
1. Modul TKR FARMASI MIK 2 : Mekanisme Penyimpanan,
Distribusi Obat dan Perbekalan Kesehatan Pelayanan
Kesehatan Haji
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 3
2. Petunjuk diskusi kelompok.
3. Panduan simulasi.
V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 3 jam
pelajaran (T= 1 jpl, P= 2 jpl, PL= 0 jpl) @45 menit. Untuk
mempermudah proses pembelajaran dan meningkatkan partisipasi
seluruh perserta, maka perlu disusun langkah-langkah kegiatan
sebagai berikut
Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran
1. Kegiatan Fasilitator
a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana
dikelas
b. Fasilitator menyampaikan Salam dengan menyapa peserta
dengan ramah dan hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah
dengan memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi
yang akan disampaikan.
d. Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) tentang
pengelolaan obat danalat kesehatan hajidengan metode curah
pendapat (brainstorming).
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan
pembelajaran tentang materi pengelolaan obat dan alat
kesehatan hajiyang disampaikan dengan menggunakan bahan
tayang (slide power point).
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator bila ada hal-hal
yang belum jelas dan perlu diklarifikasi.
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 4
Langkah 2 : Review pokok bahasan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan dari
materi awal sampai dengan materi terakhir secara garis besar
dalam waktu yang singkat
b. Melengkapinya dengan menayangkan/ demonstrasi perangkat
yang sifatnya online
c. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan
hal-hal yang masih belum jelas.
d. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan oleh
peserta
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang
dianggap penting.
b. Ikut serta membuka perangkat online yang didemonstrasikan
di laptop masing-masing.
c. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan
kesempatan yang diberikan.
d. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan
fasilitator.
Langkah 3 : Pendalaman pokok bahasan.
1. Kegiatan Fasilitator
a. Meminta kelas dibagi menjadi beberapa kelompok (3
kelompok) dan setiap kelompok akan diberikan tugas diskusi
kelompok.
b. Menugaskan kelompok untuk memilih ketua, sekretaris dan
penyaji.
c. Meminta masing-masing kelompok untuk menuliskan hasil
dikusi untuk dipresentasikan.
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 5
d. Mengamati peserta dan memberikan bimbingan pada proses
diskusi.
e. Memberikan satu simulasi tentang kerja sama tim dalam
pendampingan internship dokter Indonesia pada kesempatan
penugasan.
2. Kegiatan Peserta
a. Membentuk kelompok diskusi dan memilih ketua, sekretaris
dan penyaji.
b. Mendengar, mencatat dan bertanya terhadap hal-hal yang
kurang jelas kepada fasilitator.
c. Melakukan proses diskusi sesuai dengan pokok bahasan / sub
pokok bahasan yang ditugaskan fasilitator dan menuliskan
hasil dikusi pada kertas flipchart untuk dipresentasikan.
d. Mengikuti simulasi yang diberikan oleh fasilitator secara
proaktif.
Langkah 4 : Penyajian dan pembahasan hasil pendalaman pokok
bahasan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Dari masing-masing kelompok diminta untuk melakukan
presentasi dari hasil diskusi yang telah dilakukan
sebelumnya.
b. Memimpin proses tanggapan (tanya jawab)
c. Memberikan masukan-masukan dari hasil diskusi.
d. Memberikan klarifikasi dari pertanyaan-pertanyaan yang
belum dimengerti jawabannya
e. Merangkum hasil diskusi
f. Melakukan refleksi simulasi yang telah dilakukan oleh peserta.
2. Kegiatan Peserta
a. Mengikuti proses penyajian kelas
b. Berperan aktif dalam proses tanya jawab yang dipimpin oleh
fasilitator
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 6
c. Bersama dengan fasilitator merangkum hasil presentasi dari
masing – masing pokok bahasan yang telah dipresentasikan
dengan baik.
d. Ikut serta dalam refleksi simulasi yang sudah dilakukan
sebelumnya.
Langkah 5 : Rangkuman dan evaluasi hasil belajar
1. Kegiatan Fasilitator
a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan 3 pertanyaan
sesuai topik pokok bahasan secara acak kepada peserta.
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing – masing
pertanyaan yang telah diajukan sebelumnya.
c. Bersama peserta merangkum poin-poin penting dari hasil
proses pembelajaran.
d. Membuat kesimpulan dapat dilakukan sendiri oleh fasilitator
atau secara bersama-sama dengan mengajak peserta untuk
menyimpulkan.
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan fasilitator.
b. Bersama fasilitator merangkum hasil proses pembelajaran
pengelolaan obat dan alat kesehatan haji.
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 7
Kegiatan belajar 1
Mekanisme penerimaan obat dan perbekes
IV URAIAN MATERI
Deskripsi
Penerimaan adalah suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan yang
diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit pengelola di
bawahnya. Penerimaan obat harus dilaksanakan oleh petugas pengelola
obat atau petugas lain yang diberi kuasa oleh Kepala Program.
Pokok bahasanMekanisme penerimaan obat dan perbekes yang baik,
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam
kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
Semua dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.
Mekanisme penerimaan obat dan perbekes:
a. Pengecekan stok obat dan perbekes sesuai dengan dokumen.
b. Pengecekan kondisi obat dan perbekes
c. Pengecekan jumlah dan jenis obat dan perbekes
d. Pengecekan tanggal kadaluwarsa obat dan perbekes
e. Pembuatan berita acara serah terima barang.
Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian
a. Melakukan pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan haji.
b. Memahami mekanisme distribusi obat dan perbekalan kesehatan
pada pelayanan kesehatan haji.
c. Melakukan pelayanan obat dan perbekalan kesehatan haji.
d. Melakukan pencatatan dan pelaporan obat dan perbekalan kesehatan
haji.
Tujuan
a. Penerimaan obat bertujuan agar obat yang diterima sesuai dengan
b. kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Daker.
Petugas Farmasi sektor dan Apotek BPHI membantu Depo Daker sambil
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 8
menyiapkan tempat pelayanan dimasing-masing ruang kerjanya
Tempat : BPHI Daker Mekkah, Madinah, Jeddah
Kegiatan :
1. Penerimaan persediaan awal (barang sdh digudang)
2. Persiapan ruangan depo dan apotek
3. Penyiapan perbekkes dan obat
4. Pelaksanaan stok opname
5. Pendistribusian obat dan perbekkes ke apotek BPHI dan Sektor-
Sektor
( Mekah..termasuk bed, kursi roda footstep, skerm, tiang infus,
linen,dll)
Fungsi Gudang Farmasi di Apotek BPHI membantu Depo Daker:
a. Melakukanpenerimaan,penyimpanan,pemeliharaandan
pendistribusian obat, alat kesehatan dan perbekalan farmasi.
b. Melakukan penyiapan,penyusunan rencana,pencatatan dan
pelaporan mengenai persediaan dan penggunaan obat,alat kesehatan
dan perbekalan farmasi.
c. Melakukan pengamatan mutu dan khasiat obat secara umum baik
yang ada dalam persedian maupun yang didistribusikan.
d. Melakukan urusan tata usaha keuangan kepegawaian dan urusan
dalam. GF merupakan titik sentral pengelolaan obat di Apotek BPHI.
Untuk meningkatkan efektifitas dan efisien pengelolaan obat
diperlukan adanya koordinasi dengan unit-unit yang terkait langsung
antara lain Pemda Dati II,Dinas Kesehatan Dati II,Kandep Trans,PHB
Cabang.
Proses pengelolaan obat adalah suatu hal yang wajib.Salah satunya yaitu
mengetahui pengelolaan perbekalan farmasi di gudang farmasi yang ada
di kabupaten atau kota.Gudang farmasi adalah tempat penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, dan juga pemeliharaan persediaan farmasi
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 9
berupa obat, alat kesehatan, dan perbekalan kesehatan lainnya.Gudang
farmasi memiliki tugas untuk melaksanakan pengelolaan, penerimaan,
penyimpanan, dan pendistribusian perbekalan farmasi dan alat kesehatan
dalam rangka mencukupi kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat di
kabupaten atau kota.
Selain memiliki tugas yang jelas, gudang farmasi juga memiliki beberapa
fungsi, yaitu :
1 Melakukan penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan, dan
pendistribusian obat, alat kesehatan serta perbekalan farmasi
2 Melakukan penyiapan, penyusunan rencana, pencatatan dan
pelaporan mengenai mutasi (keluar masuknya) perbekalan farmasi
3 Melakukan pengamatan mutu dan khasiat obat secara umum
4 Melakukan urusan tata usaha dan berbagai urusan administrasi yang
mencakup pengelolaan sediaan farmasi
Tata cara pengelolaan perbekalan farmasi di gudang farmasi tidak jauh
berbeda dengan instansi farmasi lain seperti apotek dan toko obat.
Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi
yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas, dan obat
jadi yang belum didistribusikan. Selain untuk penyimpanan, gudang juga
berfungsi untuk melindungi bahan (baku dan pengemas) dan obat jadi dari
pengaruh luar dan binatang pengerat, serangga, serta melindungi obat
dari kerusakan. Agar dapat menjalankan fungsi tersebut, maka harus
dilakukan pengelolaan pergudangan secara benar atau yang sering
disebut dengan manajemen pergudangan (Priyambodo, 2007).
Manfaat Pergudangan
Manfaat pergudangan adalah untuk;
1. Terjaganya kualitas dan kuantitas perbekalan kesehatan.
2. Tertatanya perbekalan kesehatan.
3. Peningkatan pelayanan pendistribusian.
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 10
4. Tersedianya data dan informasi yang lebih akurat, aktual, dan dapat
dipertanggungjawabkan
5. Kemudahan akses dalam pengendalian dan pengawasan.
6. Tertib administrasi (Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2009)
Syarat-syarat Gudang
Agar dapat menjalankan fungsinya dengan benar, maka gudang harus
memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan dalam cara
pembuatan obat yang baik (CPOB), diantaranya:
1. Harus ada prosedur tetap (Protap) yang mengatur tata cara kerja
bagian gudang termasuk di dalamnya mencakup tentang tata cara
penerimaan barang, penyimpanan, dan distribusi barang atau produk.
2. Gudang harus cukup luas, terang dan dapat menyimpan bahan dalam
keadaan kering, bersuhu sesuai dengan persyaratan, bersih dan
teratur.
3. Harus terdapat tempat khusus untuk menyimpan bahan yang mudah
terbakar atau mudah meledak (misalnya alkohol atau pelarut-pelarut
organik).
4. Tersedia tempat khusus untuk produk atau bahan dalam status
‘karantina’ dan ‘ditolak’.
5. Tersedia tempat khusus untuk melakukansampling(sampling room)
dengan kualitas ruangan seperti ruang produksi(grey area).
6. Pengeluaran bahan harus menggunakan prinsip FIFO (First In
FirstOut) atau FEFO (First Expired First Out) (Priyambodo, 2007).
Bangunan
Area penyimpanan harus dirancang untuk memastikan kondisi
penyimpanan yang baik sebagai berikut:
a. Kebersihan danhygiene.
b. Kelembaban (kelembaban relatif tidak lebih dari 60%).
c. Suhu harus berada dalam batasan yang diterima (8-250C)
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 11
d. Bahan dan material yang disimpan tidak boleh bersentuhan
langsung dengan lantai.
e. Jarak antar bahan mempermudah pembersihan dan inspeksi.
f. Pallet harus disimpan dalam kondisi yang bersih dan terawat
(United Arab Emirates Ministry of Health Drug Control Department,
2006).
Denah Bangunan
Gudang harus mempunyai tata letak ruang yang baik untuk memudahkan
penerimaan, penyimpanan, penyusunan, pemeliharaan, pencarian,
pendistribusian dan pengawasan material dan peralatan (Badan Nasional
Penanggulangan Bencana, 2009).
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang tata letak
gudang adalah sebagai berikut:
1. Untuk kemudahan bergerak, gudang jangan disekat-sekat, kecuali
jika diperlukan. Perhatikan posisi dinding dan pintu untuk
mempermudah gerakan.
2. Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran material dan
peralatan, tata letak ruang gudang perlu memiliki lorong yang ditata
berdasarkan sistem:
a. Arah garis lurus.
b. Arah huruf U.
c. Arah huruf L.
3. Pengaturan sirkulasi udara. Salah satu faktor penting dalam
merancang gudang adalah adanya sirkulasi udara yang cukup di
dalam ruangan, termasuk pengaturan kelembaban udara dan
pengaturan pencahayaan.
4. Penggunaan rak danpalletyang tepat dapat meningkatkan sirkulasi
udara, perlindungan terhadap banjir, serangan hama, kelembaban
dan efisiensi penanganan (Badan Nasional Penanggulangan
Bencana, 2009).
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 12
Pembagian Area Gudang
Gudang di industri farmasi terbagi dalam beberapa area antara lain:
1. Area penyimpanan Area penyimpanan harus memiliki kapasitas yang
memadai untuk menyimpan dengan rapi dan teratur. Bahan-bahan
yang disimpan dalam gudang antara lain bahan awal, bahan
pengemas, produk antara, produk ruahan, produk jadi, produk dalam
status karantina, produk yang telah diluluskan, produk yang ditolak,
produk yang dikembalikan atau produk yang ditarik dari peredaran.
Produk ditangani dan disimpan dengan cara yang sesuai untuk
mencegah pencemaran, campur baur dan pencemaran silang. Area
penyimpanan diberikan pencahayaan yang memadai sehingga semua
kegiatan dapat dilakukan secara akurat dan aman. Bahan atau produk
yang membutuhkan kondisi penyimpanan khusus (seperti suhu dan
kelembaban) harus dikendalikan, dipantau dan dicatat, seperti:
a. Obat, vaksin dan serum memerlukan tempat khusus seperti lemari
pendingin khusus (cold chain) dan harus dilindungi dari
kemungkinan putusnya aliran listrik.
b. Bahan kimia harus disimpan dalam bangunan khusus yang terpisah
dari gudang induk.
c. Peralatan besar/alat berat memerlukan tempat khusus yang cukup
untuk penyimpanan dan pemeliharaannya.
2. Area penerimaan dan pengiriman Area penerimaan dan pengiriman
barang harus dapat memberikan perlindungan terhadap bahan dan
produk dari pengaruh cuaca. Area penerimaan harus didesain dan
dilengkapi dengan peralatan untuk pembersihan wadah barang. Suhu
penyimpanan pada area ini sesuai dengan suhu kamar (≤30oC).
3. Area karantina Area karantina harus dibuat terpisah dengan penandaan
yang jelas berupa label kuning untuk produk karantina dan label hijau
untuk produk yang diluluskan dan hanya boleh diakses oleh personil
yang berwenang.
4. Area pengambilan sampel Area pengambilan sampel dibuat terpisah
dengan lingkungan yang dikendalikan dan dipantau untuk mencegah
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 13
pencemaran atau pencemaran silang dan tersedia prosedur
pembersihan yang memadai untuk ruang pengambilan sampel.
5. Area bahan dan produk yang ditolak Bahan dan produk yang ditolak
disimpan dalam area terpisah dan terkunci serta mempunyai
penandaan yang jelas berupa label merah dan hanya boleh diakses
oleh personil yang berwenang.
6. Area bahan dan produk yang ditarik Produk yang ditarik kembali dari
peredaran karena rusak atau kadaluarsa harus disimpan dalam area
terpisah dan terkunci sertamempunyai penandaan yang jelas dan
hanya boleh diakses oleh personil yang berwenang.
7. Area penyimpanan produk berpotensi tinggi Bahan yang berpotensi
tinggi, narkotika, psikotropika, dan bahan yang mudah terbakar atau
meledak disimpan di daerah yang terjamin keamanannya.
8. Area bahan pengemas Bahan pengemas cetak merupakan bahan yang
kritis karena menyatakan kebenaran produk. Bahan label disimpan di
tempat terkunci (BPOM, 2006).
Spesifikasi Gudang
Gudang di industri farmasi mempunyai spesifikasi antara lain:
1. Lantai:
a. Terbuat dari beton padat denganhardener, bersifat menahan debu dan
tidak tahan terhadap tumpahan larutan bahan kimia.
b. Terbuat dari beton dilapisi ubin keramik berwarna putih dengan kriteria
harus tahan terhadap bahan kimia dan goresan, mudah diperbaiki,
memerlukan penutupan celah, keras, dan licin bila basah.
2. Pencahayaan: 200 Lux (satuan kekuatan cahaya) (BPOM, 2009).
Pembagian Gudang
Gudang di industri farmasi diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Berdasarkan Suhu Penyimpanan, yaitu:
a. Gudang suhu kamar (≤30oC).
b. Gudang ber AC (≤25oC).
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 14
c. Gudang dingin (2-8oC).
d. Gudang beku (<0oC).
2. Berdasarkan Jenis, yaitu:
a. Gudang bahan baku: gudang bahan padat dan bahan cair.
b. Gudang bahan pengemas.
c. Gudang bahan beracun.
d. Gudang bahan mudah meledak/mudah terbakar (Gudang api).
e. Gudang bahan yang ditolak.
f. Gudang karantina obat jadi.
g. Gudang obat jadi (BPOM, 2009).
Kapasitas Gudang
Salah satu yang sangat mempengaruhi berfungsi atau tidaknya suatu
gudang adalah kapasitas gudang itu sendiri. Dalam menentukan kapasitas
gudang, maka keadaan yang harus dipertimbangkan adalah keadaan
maksimum. Gudang mencapai keadaan maksimum pada saat bahan
pengemas belum dipakai, terjadi keterlambatan pemakaian bahan,
sedangkan pesanan datang lebih cepat (Lachman, 2008). Untuk
menghitung besarnya kapasitas gudang yang harus dipenuhi, maka
diperlukan data tentang:
1. Jumlah pesanan (order quantity) dalam suatu periode tertentu yang
dilakukan.
2. Banyaknya bahan pengemas yang dibutuhkan.
3. Variasi lead time.
4. Fluktuasi pemakaian (Lachman, 2008)
Pengelolaan obat di gudang farmasi dilakukan sebagai berikut:
Melakukan penerimaan, penyimpaan, pemeliharaan,dan pendistribusikan
obat, alat kesehatan dan perbekalan farmasi. Melakukan penyimpanan,
penyusunan,rencana pencatatan dan pelaporan mengenai mengenai
persediaan dan penggunaan obat,alat kesehatan dan perbekalan farmasi.
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 15
Melakukan pengamatan terhadap mutu dan khasiat obat secara umum
dan baik yang ada dalam persediaan maupun yang akan didistribusikan
,melakukan urusan tata usaha,keuangan,kepegawaian dan urusan dalam.
Dokumen-dokumen/ Formulir yang harus ada di Gudang Farmasi saat
terjadi pengelolaan obat sebagai berikut:
a. Dokumen pada saat perencanaan pengadaan obat.
Formulir I :Kartu kompilasi pemakaian obat
Formulir II :Data 10 Penyakit terbesar
Formulir III :Lembar kerja perencanaan pengadaan obat
Formulir IV :Penyesuaian rencana pengadaan obat (untuk semua
sumber anggaran).
b. Dokumen pada saat pengadaan barang.
Formulir V :Berita acara pemeriksaan penerimaan obat.
Formulir Va :Lampiran berita acara pemeriksaan penerimaan obat.
Formulir VI :Buku harian penerimaan obat.
Formulir VII :Formulir realisasi pengadaan obat.
c. Dokumen pada saat penyimpanan barang.
Formulir VIII :Kartu stok
Formulir IX :Kartu stok indukd. Dokumen pada saat distribusi obat.
Formulir X :Kartu rencana distribusi
Formulir XI :Buku harian pengeluaran obat
Formulir XII :Lembaran pemakaian dan lembar permintaan obat
(LPLPO)
Formulir XIII :Form surat kiriman obate. Dokumen pada saat
pencatatan dan pelaporan.
Formulir XIV :Laporan mutasi obat
Formulir XV :Laporan kegiatan distribusi
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 16
Formulir XVI :Berita acara pencacahan akhir tahun anggaran
Formulir XVIa :Laporan pencacahan obat akhir tahun anggaran
Formulir XVII :Berita acara pemeriksaan/penelitian obat untuk dihapus
FormulirXVIIa :Lampiran laporan berita acara pemeriksaan/penelitian
obat untuk dihapus.
Pencatatan dan pelaporan
1. Siskohatkes (penjelasan khusus oleh tim)
2. Penerimaan awal persediaan dibuat berita acara serah terima
barang dan lampiranya,
3. Buat buku penerimaan barang
4. Kartu stok (back up siskohat)
5. Lembar resep (siskohat +cadangan manual)
6. Buku rekapan pelayanan resep dan kloter (back up siskohat)
7. Buku belanja (khusus Depo Daker dan Pusat)
8. Buku pengeluaran tabung Oksigen (Apotek BPHI/ Depo Daker) dan
pengeluaran ambulan
9. Lembar permintaan kloter/ PIHK (back up siskohat)
10. Laporan harian & periodik (pra, armina dan pasca)
11. Berita acara pengembalian akhir Perbekkes
RANGKUMAN
Melakukan penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan, dan pendistribusian
obat, alat kesehatan serta perbekalan farmasi melalui prosedur yang
sesuai dengan undang-undang obat dan perbekalan farmasi baik obat
bebas ,bebas terbatas , obat keras , narkotika dan psikotropika. Betuk
sediaan , suhu mempengaruhi tempat penyimpanan.
Melakukan penyiapan, penyusunan rencana, pencatatan dan pelaporan
mengenai mutasi (keluar masuknya) perbekalan farmasi kegiatan lainnya
melakukan pengamatan mutu dan khasiat obat secara umum, melakukan
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 17
urusan tata usaha dan berbagai urusan administrasi yang mencakup
pengelolaan sediaan farmasi
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 18
Kegiatan belajar 2
Menjelaskan mekanisme penyimpanan obat dan alkes yang baik
Deskripsi
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-
obatanyang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan
fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin.
Tujuan
Penyimpanan bertujuan agar obat yang tersedia di Unit
pelayanankesehatan terjamin mutu dan keamanannya.
Mekanisme penyimpanan obat dan perbekes:
a. penyimpanan obat berdasarkan kelas terapi, alfabetis, bentuk
sediaan, FEFO-FIFO.
Pengaturan penyimpanan obat
1. Obat di susun secara alfabetis untuk setiap bentuk sediaan.
penyimpanan obat berdasarkan kelas terapi, alfabetis, bentuk
sediaan,
2. Penyimpanan lemari khusus obat narkotik dan psikotropik
3. Obat dirotasi dengan sistem FEFO dan FIFO.
4. Obat disimpan pada rak.
5. Obat yang disimpan pada lantai harus di letakan diatas palet.
6. Tumpukan dus sebaiknya harus sesuai dengan petunjuk.
7. Sediaan obat cairan dipisahkan dari sediaan padatan.
8. Sera, vaksin dan supositoria disimpan dalam lemari pendingin.
9. Lisol dan desinfektan diletakkan terpisah dari obat lainnya.
Untuk menjaga mutu obat perlu diperhatikan kondisi penyimpanan
sebagai berikut :
a) Kelembaban
Udara lembab dapat mempengaruhi obat-obatan sehingg mempercepat
kerusakan. Untuk menghindari udara lembab tersebut maka perlu
dilakukan upaya-upaya berikut :
a. Ventilasi harus baik, jendela dibuka
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 19
b. Simpan obat ditempat yang kering.
c. Wadah harus selalu tertutup rapat, jangan dibiarkan terbuka
d. Bila memungkinkan pasang kipas angin atau AC. Karena makin
panas udara di dalam ruangan maka udara semakin lembab.
e. Biarkan pengering (silica gel) tetap dalam wadah tablet dan kapsul.
f. Kalau ada atap yang bocor harus segera diperbaiki.
Sinar Matahari
Sebagian besar cairan, larutan dan injeksi cepat rusak karena pengaruh
sinar matahari. Sebagai contoh, Injeksi Klorpromazin yang terkena sinar
matahari akan berubah warna menjadi kuning terang sebelum tanggal
kadaluwarsa.
Cara mencegah kerusakan karena sinar matahari antara lain:
a. Jendela-jendela diberi gorden.
b. Kaca jendela dicat putih.
Temperatur/Panas
Obat seperti salep, krim dan supositoria sangat sensitif terhadap pengaruh
panas, dapat meleleh. Oleh karena itu hindarkan obat dari udara panas.
Sebagai contoh, Salep Oksitetrasiklin akan lumer bila suhu penyimpanan
tinggi dan akan mempengaruhi kualitas salep tersebut.
Ruangan obat harus sejuk, beberapa jenis obat harus disimpan di dalam
lemari pendingin pada suhu 4 – 8 oC, seperti:
1. Vaksin
2. Sera dan produk darah
3. Antitoksin
4. Insulin
5. Injeksi antibiotika yang sudah dipakai (sisa)
6. Injeksi oksitosin
7. Injeksi Metil Ergometrin
Untuk DPT, DT, TT, vaksin atau kontrasepsi jangan dibekukan karena
akan menjadi rusak.
Cara mencegah kerusakan karena panas antara lain :
1. Bangunan harus memiliki ventilasi/sirkulasi udara yang memadai
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 20
2. Hindari atap gedung dari bahan metal.
3. Jika memungkinkan dipasang Exhaust Fan atau AC
Kerusakan Fisik
Untuk menghindari kerusakan fisik dapat dilakukan antara lain:
Penumpukan dus obat harus sesuai dengan petunjuk padakarton, jika
tidak tertulis pada karton maka maksimal ketinggian tumpukan delapan
dus, karena obat yang ada di dalam dus bagian tengah ke bawah dapat
pecah dan rusak, selain itu akan menyulitkan pengambilan obat. Hindari
kontak dengan benda - benda yang tajam
Kontaminasi
Wadah obat harus selalu tertutup rapat. Apabila wadah terbuka, maka
obat mudah tercemar oleh bakteri atau jamur.
Pengotoran
Ruangan yang kotor dapat mengundang tikus dan serangga lain
yang kemudian merusak obat. Etiket dapat menjadi kotor dan sulit
terbaca. Oleh karena itu bersihkan ruangan setiap hari. Lantai disapu dan
dipel, dinding dan rak dibersihkan.
Bila ruang penyimpanan kecil :
Dapat digunakan sistem dua rak. Bagi obat menjadi dua bagian.
Obat yang siap dipakai diletakkan di bagian rak A sedangkan sisanya di
bagian rak B. Pada saat obat di rak A hampir habis maka pesanan mulai
dikirimkan ke gudangfarmasi, sementara itu obat di rak B digunakan. Pada
saat obat di rak B hampir habis diharapkan obat yang dipesan sudah
datang. Jumlah obat yang disimpan di rak A atau rak B tergantung dari
berapa lama waktu yang diperlukan saat mulai memesan sampai obat
diterima (waktu tunggu).
Misalnya permintaan dilakukan setiap satu bulan dan waktu yang
diperlukan saat mulai memesan sampai obat tiba adalah dua minggu.
Maka jumlah pemakaian satu bulan dibagi sama rata untuk rak A dan rak
B. Apabila waktu tunggu yang diperlukan hanya satu B.
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 21
Tata Cara Penyusunan Obat
a. Penerapan sistem FEFO dan FIFO
b. Penyusunan dilakukan dengan sistem First Expired First Out
(FEFO) untuk masing-masing obat, artinya obat yang lebihawal
kadaluwarsa harus dikeluarkan lebih dahulu dari obat
yangkadaluwarsa kemudian, dan First In First Out (FIFO)
untukmasing-masing obat, artinya obat yang datang pertama
kaliharus dikeluarkan lebih dahulu dari obat yang datang kemudian.
Hal ini sangat penting karena obat yang sudah terlalu
lamabiasanya kekuatannya atau potensinya berkurang.
Beberapaobat seperti antibiotik mempunyai batas waktu
pemakaianartinya batas waktu dimana obat mulai berkurang
efektivitasnya.
c. Pemindahan harus hati-hati supaya obat tidak pecah/rusak.
Golongan antibiotik harus disimpan dalam wadah tertutup rapat,
terhindar dari cahaya matahari, disimpan di tempat kering.
d. Vaksin dan serum harus dalam wadah yang tertutup rapat,
terlindung dari cahaya dan disimpan dalam lemari pendingin (suhu
4 – 8 oC). Kartu temperatur yang ada harus selalu diisi setiap pagi
dan sore.
e. Obat injeksi disimpandalam tempat yang terhindar dari cahaya
matahari langsung.
f. Bentuk dragee (tablet salut)disimpan dalam wadah tertutuprapat
dan pengambilannya menggunakan sendok.
g. Untuk obat dengan waktu kadaluwarsa yang sudah dekatsupaya
diberi tanda khusus, misalnya dengan menuliskan waktu
kadaluarsa pada dus luar dengan mengunakan spidol.
h. Penyimpanan obat dengan kondisi khusus, seperti lemari tertutup
rapat, lemari pendingin, kotak kedap udara dan lain sebagainya.
i. Cairan diletakkan di rak bagian bawah.
j. Kondisi penyimpanan beberapa obat.
1. ¾ Beri tanda/kode pada wadah obat.
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 22
2. ¾ Beri tanda semua wadah obat dengan jelas.
3. ¾ Apabila ditemukan obat dengan wadah tanpa etiket, jangan
digunakan.
4. ¾ Apabila obat disimpan di dalam dus besar maka pada dus
harus tercantum :
Jumlah isi dus misalnya :
• 20 kaleng @ 500 tablet.
• Kode lokasi.
• Tanggal diterima.
• Tanggal kadaluwarsa.
• Nama produk/obat. Beri tanda khusus untuk obat yang akan habis
masa pakainya pada tahun tersebut.
• Jangan menyimpan vaksin lebih dari satubulan di unit pelayanan
kesehatan (Puskesmas).
4) Pengamatan mutu
Setiap pengelola obat, perlu melakukan pengamatan mutu obat
secara berkala, setiap bulan. Pengamatan mutu obat dilakukan secara
visual dengan melihat tanda–tanda sebagai berikut :
Jangan menggunakan obat yang sudah rusak atau kadaluwarsa
Hal ini penting untuk diketahui terutama penggunaan antibiotik yang
sudah kadaluwarsa karena dapat menimbulkan resistensi mikroba.
Resistensi mikroba berdampak terhadap mahalnya biaya pengobatan.
Obat dapat berubah menjadi toksis
Selama penyimpanan beberapa obat dapat terurai menjadi substansi-
substansi yang toksik. Sebagai contoh Tetrasiklin dari serbuk warna
kuning dapat berubah menjadi warna coklat yang toksik
b. Penyimpanan dan mengelompokan perbekes berdasarkan
fungsinya
obat bebas , obat bebas terbatas , obatkeras
Golongan obat adalah penggolonga yang dimaksud untuk peningkatan
keamanan dan ketepatan penggunaan distribusi yang terdiri dari obat
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 23
bebas, obat keras, psikotropika dan narkotika, obat bebas terbatas yang
akan dibahas secara mendetail pada pembahasan selanjutnya.
penggolongan-penggolongannya sehingga mengapa obat obat tersebut
agar keamanannya dapat terjaga.penggunaannya, maka menggolongkan
obat sebagai berikut :
1.Obat Bebas yakni obat yang dijual bebas, contoh :Tablet vitamin C,
minyak kayu putih, Obat batuk putih, Obat batuk hitam, Tablet
paracetamol.
2. Obat yang termasuk dalam golongan Obat Bebas Terbatas (dulu
disebut daftar W), yaitu obat keras dengan batasan jumlah dan kadar isi
berkhasiat dan harus ada tanda peringatan (P) boleh dijual
bebas.contoh :antimo,
3. Obat keras (dulu disebut obat daftar G = gevaarlijik= berbahaya) yaitu
obat berkhasiat keras yang untuk memperolehnya harus dengan resep
dokter. Contoh :antibiotik
4. Obat Narkotik (dulu disebut obat daftra O=opiat) untuk memperoleh
harus dengan resep dokter dan apotek diwajibkan melaporkan jumlah
dan macamnya. Contoh :morfin, codein, heroin.
5.Psikotropika yakni obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau
merangsang susunan syaraf pusatdan menimbulkan kelainan perilaku.
Contoh :Ectasy, sabu-sabu.
6. OWA (Obat Wajib Apotek) yakni obat keras tertentu yang dapat
diserahkan oleh apoteker kepada pasien tanpa resep dokter. Contoh
:krim antiseptic
Menurut definisi yang lengkap, obat merupakan bahan kimia atau
paduan/campuran bahan yang digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosa (fungsi diagnostik), pencegahan (fungsi profilaktik),
dan penyembuhan penyakit (fungsi terapeutik), termasuk di dalamnya
peredaan gejala, pemulihan, perbaikan dan peningkatan kesehatan serta
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 24
pengubahan fungsi organik, baik pada manusia ataupun hewan.
Termasuk di dalamnya kontrasepsi dan sediaan biologis lainnya
Secara garis besar, bahan dasar obat dapat dibedakan menjadi 2 (dua)
macam, yaitu berasal dari:
a. Bahan-bahan yang secara alami disintesis di dalam tubuh, baik
manusia, hewan, tumbuhan, atau makhluk hidup lainnya, termasuk di
dalamnya obat herbal/ tradisional (TR)
b. Bahan-bahan kimia yang secara alami tidak disintesis di dalam tubuh,
oleh masyarakat disebut sebagai “obat kimia”, termasuk di dalamnya
obat sintetik dan obat semi-sintetik.
Obat-obatan kimia dapat digolongkan menjadi 5 (lima) kategori, yang
dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan
serta pengamanan distribusi masing-masing. Kelima kategori tersebut
apabila diurutkan dari yang paling longgar hingga yang paling ketat
mengenai peraturan pengamanan, penggunaan, dan distribusinya adalah
sebagai berikut:
1. Obat Bebas
2. Obat Bebas Terbatas (Daftar W atau ”Waarschuwing”, waspada)
3. Obat Keras (Daftar G atau ”Gevaarlijk”, berbahaya)
4. Obat Psikotropika (OKT, Obat Keras Terbatas)
5. Obat Narkotika (Daftar O atau ”Opium”)
Yang termasuk di dalam kelima golongan tersebut di atas adalah obat
yang dibuat dengan bahan-bahan kimia dan/atau dengan bahan-bahan
dari unsur tumbuhan dan hewan yang sudah dikategorikan sebagai bahan
obat atau campuran/paduan keduanya, sehingga berupa obat sintetik dan
obat semi-sintetik, secara berturut-turut. Obat herbal/ tradisional (TR) tidak
termasuk dalam kelompok ini. Baca mengenai Penggolongan Obat
Tradisional di SINI.
Berikut penjabaran untuk masing-masing golongan tersebut:
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 25
1. OBAT BEBAS (OB)
Pada kemasannya terdapat tanda lingkaran hijau bergaris tepi hitam.
Merupakan obat yang paling “aman”, boleh digunakan untuk menangani
penyakit-penyakit simptomatis ringan yang banyak diderita masyarakat
luas yang penanganannya dapat dilakukan sendiri oleh penderita atauself
medicatio (penanganan sendiri). Obat ini telah digunakan dalam
pengobatan secara ilmiah (modern) dan terbukti tidak memiliki risiko
bahaya yang mengkhawatirkan.
OB dapat dibeli secara bebas tanpa resep dokter, baik di
apotek,counterobat di supermarket/toko swalayan, toko kelontong, bahkan
di warung, disebut juga obat OTC (Over the Counter). Penderita dapat
membeli dalam jumlah yang sangat sedikit, seperlunya saja saat obat
dibutuhkan. Jenis zat aktif pada OB relatif aman sehingga penggunaanya
tidak memerlukan pengawasan tenaga medis selama diminum sesuai
petunjuk yang tertera pada kemasan obat. Oleh karena itu sebaiknya OB
tetap dibeli bersama kemasannya.
OB digunakan untuk mengobati gejala penyakit yang ringan yang bersifat
nonspesifik, misalnya: beberapa analgetik atau pain killer (obat penghilang
rasa nyeri), obat gosok, obat luka luar, beberapa antipiretik (obat penurun
panas), beberapa analgetik-antipiretik (obat pereda gejala flu), antasida,
beberapa suplemen vitamin dan mineral, dll.
2. OBAT BEBAS TERBATAS (OBT)
Pada kemasannya terdapat tanda lingkaran biru bergaris tepi hitam.
Obat ini sebenarnya termasuk dakam kategori obat keras, akan tetapi
dalam jumlah tertentu masih dapat diperjualbelikan secara bebas tanpa
resep dokter. Sebagai obat keras, penggunaan obat ini diberi batas untuk
setiap takarannya. Seharusnya obat ini hanya dapat dijual bebas di toko
obat berizin yang dipegang oleh seorang asisten apoteker, serta apotek
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 26
yang hanya boleh beroperasi jika ada apoteker. Hal ini karena diharapkan
pasien memperoleh informasi obat yang memadai saat membeli obat
yang termasuk golongan ini.
dengan tulisan sebagai berikut:
Contoh OBT adalah:pain relief(analgesik), obat batuk, obat pilek, obat
influenza, obat penghilang rasa nyeri dan penurun panas pada saat
demam (analgetik-antipiretik), beberapa suplemen vitamin dan mineral,
obat-obat antiseptik, obat tetes mata untuk iritasi ringan, dll.
OB dan OBT harus menyebutkan informasi obat sebagai berikut:
1. Nama obat (merek dagang dan kandungannya)
2. Daftar dan jumlah bahan berkhasiat yang terkandung di dalamnya
3. Nama dan alamat produsen tertulis dengan jelas
4. Izin beredar ditunjukkan dengan adanya nomor batch dan nomor
registrasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) atau
Departemen Kesehatan (DepKes)
5. Kondisi obat masih baik. Perhatikan tanggal kadaluwarsa (masa
berlaku) obat
6. Indikasi (petunjuk kegunaan obat)
7. Kontra-indikasi (petunjuk penggunaan obat yang tidak
diperbolehkan)
8. Efek samping (efek negatif yang timbul, yang bukan merupakan
kegunaan obat)
9. Petunjuk cara penggunaan
10.Dosis (takaran) dan aturan penggunaan obat
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 27
11.Cara penyimpanan obat
12.Peringatan
13.Informasi tentang interaksi obat yang bersangkutan dengan obat
lain yang digunakan dan/atau dengan makanan yang dikonsumsi
3. OBAT KERAS (OK)
Pada kemasannya terdapat tanda lingkaran merah bergaris tepi hitam
dengan tulisan huruf K di dalamnya.
Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini berkhasiat keras dan bila
dipakai sembarangan bisa berbahaya bahkan meracuni tubuh,
memperparah penyakit, memicu munculnya penyakit lain sebagai efek
negatifnya, hingga menyebabkan kerusakan organ-organ tubuh, bahkan
dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu, golongan obat ini hanya
boleh diberikan atas resep dokter umum/spesialis, dokter gigi, dan dokter
hewan.
Yang termasuk ke dalam golongan OK adalah:
1.“Daftar G”, seperti: antibiotika, obat-obatan yang mengandung hormon,
antidiabetes, antihipertensi, antihipotensi, obat jantung, obat ulkus
lambung, dll.
2.“Daftar O”atau obat bius/anestesi, yaitu golongan obat-obat narkotika
3.Obat Keras Tertentu (OKT)ataupsikotropika, seperti: obat penenang,
obat sakit jiwa, obat tidur, dll.
4.Obat Generikdan Obat Wajib Apotek(OWA), yaitu obat yang dapat
dibeli dengan resep dokter, namun dapat pula diserahkan oleh apoteker
kepada pasien di apotek tanpa resep dokter dengan jumlah tertentu,
seperti antihistamin, obat asma, pil antihamil, beberapa obat kulit tertentu,
antikoagulan, sulfonamida dan derivatnya, obat injeksi, dll.
a.Obat yang dibungkus sedemikian rupa, digunakan secara enteral
maupun parenteral, baik dengan cara suntikan maupun dengan cara lain
yang sigatnya invasif.
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 28
b.Obat baru yang belum tercantum di dalam kompedial/farmakope
terbaru yang berlaku di Indonesia
c.Obat-obatan lain yang ditetapkan sebagai obat keras melalui SK
MenKes RI
4. PSIKOTROPIKA
Tanda pada kemasannya sama dengan tanda pada Obat Keras.
Obat-obatan golongan ini mulai dari pembuatannya, pengemasan,
distribusi, sampai penggunaannya diawasi secara ketat oleh pemerintah
(BPOM dan DepKes) dan hanya boleh diperjualbelikan di apotek atas
resep dokter. Tiap bulan apotek wajib melaporkan pembelian dan
peenggunaannya kepada pemerintah.
Psikotropika atau biasa disebut sebagai ”obat penenang” (transquilizer),
adalah zat/ obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang
bersifat psikoaktif melalui pengaruh stimulatif selektif pada susunan syaraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku. Fungsi psikotropika adalah sebagai berikut:
1. Antidepresan:meredakan kegiatan syaraf, menurunkan aktivitas otak
dan fungsi tubuh, atau sebagai penenang.Contohnya: phenobarbital,
diazepam, alprazolam
2. Stimulan:merangsang stimulasi kegiatan syaraf dan fungsi tubuh
sehingga mengurangi rasa mengantuk, lapar, serta menimbulkan rasa
gembira dan semangat yang berlebihan (efek euforia).Contohnya:
amfetamin, metamfetamin, dan derivatnya
3. Halusinogen:menimbulkan halusinasi dan ilusi (mengkhayal),
gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan (mood), kesadaran
diri, dan tingkat emosional terhadap orang lain sehingga tidak mampu
membedakan yang realitas dan fantasi.Contohnya: THC, LSD,
psilobisin
Berdasarkan UU RI No.5 Tahun 1997 tentang psikotropika, obat ini
dapat dibagi dibagi menjadi 4 (empat) golongan yaitu:
Psikotropika gol. I:Hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam terapi pengobatan, serta
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 29
mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan.Contoh: Meskalina, MDMA (ekstasi), LSD, STP
Psikotropika gol. II:Berkhasiat untuk pengobatan dan dapat digunakan
dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.Contoh:
Amfetamin, Metamfetamin (sabu), Fensiklidin, Ritalin
Psikotropika gol. III:Berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantunganContoh:
Pentobarbital, Amobarbital, Flunitrazepam, Pentazosina
Psikotropika gol. IV:Berkhasiat untuk pengobatan yang sangat luas,
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma
ketergantunagan.Contoh: Alprazolam, Diazepam, Klobozam, Fenobarbital,
Barbital, Klorazepam, Klordiazepoxide, Nitrazepam
Lebih lanjut, silakan baca/unduh undang-undang tentang psikotropika
selengkapnya diSINI
5. NARKOTIKA
Pada kemasannya terdapat tanda seperti medali berwarna merah.
Secara awam obat narkotika disebut sebagai “obat bius”. Hal ini karena
dalam bidang kedokteran, obat-obat narkotika umum digunakan sebagai
anestesi/obat bius dan analgetik/obat penghilang rasa nyeri.
Seperti halnya psikotropika, obat narkotika sangat ketat dalam hal
pengawasan mulai dari pembuatannya, pengemasan, distribusi, sampai
penggunaannya. Obat golongan ini hanya boleh diperjualbelikan di apotek
atas resep dokter, dengan menunjukkan resep asli dan resep tidak dapat
dicopy. Tiap bulan apotek wajib melaporkan pembelian dan
penggunannya kepada pemerintah.
Menurut UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, obat-obatan
yang tergolong sebagai Narkotika adalah zat/obat yang berasal dari
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 30
tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan tingkat kesadaran (fungsi
anestesia), hilangnya rasa, menghilangkan rasa nyeri (sedatif), munculnya
rangsangan semangat (euforia), halusinasi atau timbulnya khayalan-
khayalan, dan dapat menimbulkan efek ketergantungan bagi
penggunanya.
Narkotika dapat dibedakan lagi menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu:
Narkotika gol.I:berpotensi sangat tinggi menyebabkan ketergantungan
sehingga dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan
pengobatan. Dalam jumlah terbatas dapat digunakan untuk kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, reagensia diagnostik,
dan reagensia laboratorium.Contoh: heroin, kokain, ganja/marijuana
Narkotikagol.II:berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan. Dapat
digunakan untuk terapi pengobatan, namun sebagai pilihan
terakhir.Contoh: morfin, petidin, metadon
Narkotikagol.III:berpotensi ringan menyebabkan ketergantungan. Banyak
digunakan dalam terapi pengobatan, namun tetap dalam pengawasan
yang sangat ketat.Contoh: kodein
RANGKUMAN
Tata cara penyimpanan obat merupakan kopetensi yang harus
dimiliki oleh apoteker maupun asisten apoteker ,maka harus
diperhatikan:
1. Tata ruang --- kemudahan bergerak
2. Sirkulasi udara yang baik
3. Suhu & kelembaban udara
4. Keamanan
5. Sarana pendukung : lemari, pallet, rak
6. Kartu stok
7. Bersih, bebas dari kecoa/ tikus, rapi
Sesuai dengan Pengaturan peredaran, penyimpanan, pemusnahan
dan pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dalam
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 31
Peraturan Menteri ini meliputi Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi untuk kepentingan pelayanan kesehatan atau pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Dasar Pemilihan Item Obat dan
Vaksin Indikator Obat dan vaksin yang dipilih sebagai obat dan vaksin
indikator merupakan obat dan vaksin pendukung program kesehatan
ibu, kesehatan anak, penanggulangan penyakit, serta obat pelayanan
kesehatan dasar yang banyak digunakan dan terdapat di dalam
Formularium Nasional. Item obat dan vaksin indikator
Kegiatan belajar 3
Menjelaskan distribusi obat dan perbekalan kesehatan
Distibusi obat dan perbekes (good distribution practice):
a. Penyiapan obat dan perbekes untuk tas kloter.
b. Penyiapan obat emergensi di ambulance.
c. Penyiapan stok awal dan mendistribusikan obat ke BPHI sesuai
wilayah kerja.
d. Pelayanan permintaan obat dan perbekes yang kurang.
e. Laporan pendistribusian obat dan perbekes.
Distribusi Obat
a. Deskripsi
Distribusi/penyaluran adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan
obat secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-sub
unit pelayanan kesehatan antara lain :
1) Sub unit pelayanan kesehatan di bawahnya.
2) Daker.
b. Tujuan
Memenuhi kebutuhan obat sub unit pelayanan kesehatan yang ada di
wilayah kerja dengan jenis, jumlah dan waktu yang tepat serta mutu
terjamin.
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 32
c.Kegiatan
1) Menentukan frekuensi distribusi. Dalam menentukan frekuensi
distribusi perlu dipertimbangkan :
a) Jarak sub unit pelayanan.
b) Biaya distribusi yang tersedia.
2) Menentukan jumlah dan jenis obat yang diberikan. Dalam
menentukan jumlah obat perlu dipertimbangkan :
a) Pemakaian rata-rata per periode untuk setiap jenis obat.
b) Sisa stok.
c) Pola penyakit.
d) Jumlah kunjungan di masing-masing sub unit pelayanan
kesehatan.
3) Melaksanakan penyerahan obat dan menerima sisa obat dari
subsubunit. Penyerahan obat dapat dilakukan dengan cara :
a) Puskesmas menyerahkan/mengirimkan obat dan diterima di
subunitpelayanan.
b) Obat diambil sendiri oleh sub-sub unit pelayanan. Obatdiserahkan
bersama-sama dengan formulir LPLPO sub unityang
ditandatangani oleh penanggungjawab sub unit
pelayananPenyimpanan dan Distribusi Obat
Penyiapan obat dan perbekes untuk tas kloter.
a. Penyiapan obat dan perbekes untuk tas kloter.
Sistem Pelayanan Kesehatan di Arab Saud ,Tim Kesehatan haji
Indonesia di Saudi Arabia di ketuai seorang Wakadaker. Kesehatan
sebagai koordinator, yang bertanggung jawab atas semua hal yang
berkaitan dengan kesehatan jemaah. Koordinator berkedudukan di
Jeddah, akan dibantu oleh seorang sekretaris dan bendahara. Untuk
setiap kota Jeddah, Mekkah dan Madinah terdapat seorang Waka
daker/ Wakil kepala Daerah Kerja bidang kesehatan yang bertanggung
jawab kepada koordinator akan semua hal yang berkaitan dengan
kesehatan.
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 33
Sistem Pelayanan kesehatan di Arab Saudi ada beberapa tingkatan
tergantung
daerah atau lokasi jemaah haji Indonesia banyak berada.
Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI)
Merupakan Balai Pengobatan Haji Indonesia yang mempunyai fasilitas
perawatan bagi para jamaah haji. Di Arab Saudi terdapat 3 BPHI yaitu
Jeddah,
Mekkah, dan di Medinah.
Formularium Obat dan Perbekalan Kesehatan pada Pelayanan Kesehatan
Haji sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kesatu merupakan daftar obat
dan perbekalan kesehatan yang terpilih dan dibutuhkan serta harus
tersedia dalam rangka pelaksanaan pelayanan kesehatan
haji.Formularium Obat dan Perbekalan Kesehatan pada Pelayanan
Kesehatan Haji digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pelayanan
kesehatan haji.
Sesuai Dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.02.02/Menkes/492/2014 Tentang Formularium Obat Dan Perbekalan
Kesehatan Pada Pelayanan Kesehatan Haji
Daftar terlampir
b. Penyiapan obat emergensi di ambulance.
Hasil pertemuan dengan Menteri Kesehatan Arab Saudi dapat
dirangkum sebagai berikut:
• Kerja sama bidang kesehatan antara Pemerintah RI dan Pemerintah
Arab Saudi sangat penting termasuk pelayanan jamaah haji dan
umrah. Pemerintah RI berkomitmen untuk terus meningkatkan
kualitas penyelenggaraan haji, termasuk persiapan kesehatan
Jemaah, mulai dari tahap persiapan keberangkatan, selama
menjalankan ibadah haji di Saudi Arabia, hingga sekembalinya dari
melaksanakan ibadah haji.
• Pemerintah Arab Saudi memberikan dukungan dan fasilitas kepada
jemaah haji dan umrah dari Indonesia. Menteri Kesehatan Arab
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 34
Saudi juga menyatakan perlunya peningkatan kerjasama
penanganan berbagai penyakit seperti MERS Cov, antara Arab
Saudi dengan Indonesia. Selain itu dikemukakan juga keinginan
Arab Saudi untuk merekrut tenaga kerja profesional di bidang
kesehatan dari Indonesia, seperti dokter dan perawat.
c. Pemerintah Indonesia menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah
Arab Saudi atas segala dukungan dan fasilitas yang diberikan kepada
jemaah haji dan umrah Indonesia khususnya terkait isu kesehatan.
Beberapa hal yang menjadi fokus guna memberikan pelayanan dan
perlindungan yang lebih baik kepada jemaah haji dan umroh Indonesia,
kami mengharapkan kepada Pemerintah Arab Saudi sebagai berikut :
• Peningkatan pelayanan Clean Water Access, Sanitation dan
Hygiene, penambahan fasilitas toilet dan tempat wudhu,
pembuangan sampah dan pengangkutan sampah secara berkala
di Mina, Musdalifa dan Arafah.
• Penambahan fasilitas seperti AC dan water cooler di tenda, air
dingin dan es di sekitar tenda untuk mengurangi terjadinya heat
stroke pada jemaah haji Indonesia yang sebagian besar berusia
lanjut (diatas 80 tahun).
• Perluasan akses masuk bagi kendaraan ambulan Pemerintah RI di
Mina, Musdalifa dan Arafah.
• Persetujuan pengadaan 15 unit kendaraan ambulan baru
menggantikan ambulan lama.
• Pemberian ijin untuk pendirian tenda emergency care unit
Pemerintah RI di sekitar tenda jemaah haji di Mina dan Arafah.
• Penetapan beberapa Rumah Sakit sebagai Rumah Sakit rujukan
bagi jemaah haji dan umroh Indonesia.
• Persetujuan visa non haji untuk petugas kesehatan Indonesia
seperti dokter, perawat dan tenaga kesehatan sebanyak 70 orang.
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 35
• Persetujuan visa bagi pejabat Kementerian Kesahatan yang
diperbantukan di KJRI Jeddah untuk persiapan haji tahun 2016.
• Persetujuan pendirian Rumah Sakit Indonesia bagi jemaah haji
dan umroh Indonesia yang bekerjasama dengan Arab Saudi.
• Penambahan quota bagi jemaah haji Indonesia.
d. Menanggapi permintaan Indonesia tersebut, Menteri Kesehatan Arab
Saudi menyampaikan hal sebagi berikut :
• Pemerintah Arab Saudi telah memutuskan untuk tahun 2016,
jumlah qouta jemaah haji, termasuk jemaah haji Indonesia sama
seperti tahun sebelumnya.
• Jemaah haji Indonesia merupakan contoh yang baik bagi jemaah
haji lainnya mengingat jemaah haji Indonesia sangat terorganisir,
sangat tertib dan berperilaku baik.
• Permintaan Menteri Kesehatan RI terkait isu sanitasi dan hygiene
akan ditindaklanjuti.
• Penambahan AC di tenda – tenda jemaah haji dilakukan secara
bertahap dan selama lima tahun mendatang semua AC di tenda –
tenda jemaah haji akan diganti dengan AC baru.
• Penambahan air dingin dan es akan dipenuhi sesuai kemampuan.
• Penambahan akses bagi ambulan di Mna, Musdalifa dan Arafah
diatur oleh Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi.
• Permintaan persetujuan pengadaan mobil ambulan yang baru
akan disampaikan kepada pihak yang berwenang.
• Pemerintah Arab Saudi telah menetapkan tujuh rumah sakit di
Makkah dan enam rumah sakit di Madinah sebagai rumah sakit
rujukan termasuk bagi jemaah Indonesia.
• Pemerintah Arab Saudi sedang membahas usulan Indonesia untuk
membangun rumah sakit bagi jemaah haji dan umrah Indonesai.
Terdapat berbagai persyaratan yang harus dipenuhi Indonesia dan
perlu ada pembahasan lebih lanjut.
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 36
• Perlu disepakati Memorandum of Understanding antara
Kementerian Kesehatan Arab Saudi dan Kementerian Kesehatan
RI dibidang kerjasama kesehatan termasuk pelayanan kesehatan
bagi jemaah haji dan umrah Indonesia.
e. Tenaga kerja profesional Indonesia dibidang kesehatan, sesuai
permintaan Menteri Kesehatan Arab Saudi, kami telah melakukan
pertemuan dengan Deputi Menteri Kesehatan bidang SDM Arab
Saudi mebutuhkan perawat dan dokter untuk berbagai rumah sakit
Pemerintah Arab Saudi, sangat diharapkan Indonesia dapat
memenuhi kebutuhan tersebut. Perekrutan perawat dan dokter
tersebut dilakukan melalui mekanisme G to G (antara Pemerintah)
atau perusahaan rekruitmen tenaga kerja. Kementerian Kesehatan
Arab Saudi sebagai sponsor (penanggung jawab) perawat dan
dokter tersebut selama bekerja di Arab Saudi.
f. Perawat dan dokter Indonesia tersebut. Mengingat di Indonesia
yang menangani hal perekruitmen tenaga kerja Indonesia dalam
hal ini BNP2TKI, maka tawaran tersebut akan disampaikan kepada
BNP2TKI .
C.Penyiapan stok awal dan mendistribusikan obat ke BPHI sesuai wilayah
kerja.
STOK OPNAME OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN HAJI DI ARAB
SAUDI
Pelayanan kesehatan merupakan hak semua warga negara yang di jamin
dlam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang harus diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan
yang setinggi-tinginya. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji memberikan tugas dan tanggung jawab
kepada Kementerian Kesehatan dalam penyelenggaraan pelayanan
Kesehatan Haji. Kesehatan jamaah haji `yang prima merupakan salah
satu syarat agar pelaksanaan haji dapat dilaksanakan dengan baik.
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 37
Stokopname dilaksanakan oleh. Tim pelaksana Stok Opname dalam hal
ini dapaat dilakukan oleh PNS dari Sesditjen Binfar dan Alkes.
Pelaksanaan kegiatan dilakukan secara bertahap di 3 lokasi, yaitu :
a. Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) di Makkah
b. Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) di Madinah
c. Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) di Jeddah.
Kegiatan dilakukan dalam pelaksanaan stok opname obat dan
perbekalan kesehatan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Identifikasi obat dan perbekalan kesehatan Haji termasuk Tas Dokter
Kloter yang meliputi, jumlah, kondisi fisik dan masa kadaluarsa .
b. Pemilahan pengelompokkan obat dan perbekalan kesehatan Haji
c. Pengemasan sisa obat dan perbekalan kesehatan Haji.
d. Pengelompokan obat dan perbekalan kesehatah Haji berdasarkan
kelas terapi dalam rangka penyimpanan.
e. Pencatatan data sisa stok obat dan perbekalan kesehatan Haji
f. Rekapitulasi data stok obat dan perbekalan kesehatan Haji
g. Penyusunan laporan stok opname obat dan perbekalan kesehatan Haji
sebagai tindak lanjut Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan stok
opname obat dan perbekalan kesehatan Haji di Arab Saudi perlu
dilakukanperbaikan dalam sistem pengelolaan seperti sarana dan
prasaran penyimpanan, penyusunan protap pengelolaan obat dan
perbekalan kesehatan Haji , perencanaan kebutuhan obat dan perbekalan
kesehatan Haji dan jadwal tentang kepulangan petugas farmasi
d.Pelayanan permintaan obat dan perbekes yang kurang.
Petugas mengajukan usulan permintaan obat dan perbekes yang kurang
dengan menghitung kebutuhan kekurang yang ada baik jumlah atau jenis
obat dan perbekes dengan menggunakan formulir permintaan obat dan
perbekes dan dengan mengacu kepada Peraturan kepala badan
pengawas obat dan makanan republik indonesia nomor
hk.03.1.34.11.12.7542 tahun 2012 tentang pedoman teknis cara distribusi
obat yang baik, Bahan Obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 38
tidak berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat dengan standar
dan mutu sebagai bahan baku farmasi termasuk baku pembanding.
Instalasi Sediaan Farmasi yang menyelenggarakan pengadaan,
penyimpanan, dan penyaluran obat dan/atau bahan obat juga wajib
menerapkan Pedoman Teknis CDOB. Fasilitas distribusi harus
menetapkan dan mempertahankan prosedur untuk identifikasi,
pengumpulan, penomoran, pencarian, penyimpanan, pemeliharaan,
pemusnahan dan akses ke semua dokumen yang berlaku.
Tugas dan tanggung jawab harus didefinisikan secara jelas dan dipahami
oleh personil yang bersangkutan serta dijabarkan dalam uraian tugas.
Kegiatan tertentu yang memerlukan perhatian khusus, misalnya
pengawasan kinerja, dilakukan sesuai dengan ketentuan dan peraturan.
Personil yang terlibat di rantai distribusi harus diberi penjelasan dan
pelatihan yang memadai mengenai tugas dan tanggung jawabnya.
Personil yang bertanggungjawab dalam kegiatan manajerial dan teknis
harus memiliki kewenangan dan sumber daya yang diperlukan untuk
menyusun, mempertahankan, mengidentifikasi dan memperbaiki
penyimpangan sistem mutu
Manajemen puncak di fasilitas distribusi harus menunjuk seorang
penanggung jawab. Penanggung jawab harus memenuhi tanggung
jawabnya, bertugas purna waktu dan memenuhi persyaratan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Jika penanggung jawab fasilitas
distribusi tidak dapat melaksanakan tugasnya dalam waktu yang
ditentukan, maka harus dilakukan pendelegasian tugas kepada tenaga
teknis kefarmasian. Tenaga kefarmasian yang mendapat pendelegasian
wajib melaporkan kegiatan yang dilakukan kepada penanggung jawab
Fasilitas distribusi harus menetapkan kualifikasi dan/atau validasi yang
diperlukan untuk pengendalian kegiatan distribusi. Ruang lingkup dan
metode validasi harus ditetapkan berdasarkan pendekatan analisis risiko.
Kegiatan validasi harus direncanakan dan didokumentasikan.
Perencanaan harus memuat kriteria yang dipersyaratkan.
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 39
Pengadaan obat dan/atau bahan obat harus dikendalikan dengan
prosedur tertulis dan rantai pasokan harus diidentifikasi serta
didokumentasikan.
Proses penerimaan bertujuan untuk memastikan bahwa kiriman obat
dan/atau bahan obat yang diterima benar, berasal dari pemasok yang
disetujui, tidak rusak atau tidak mengalami perubahan selama
transportasi.
Dokumen untuk pengiriman obat dan/atau bahan obat harus disiapkan
dan harus mencakup sekurang-kurangnya informasi berikut:
1.Tanggal pengiriman;
2.Nama lengkap,
3.alamat (tanpa akronim),
4.nomor telepon dan status dari penerima (misalnya Apotek, rumah sakit
atau klinik);
5.Deskripsi obat dan/atau bahan obat, misalnya nama, bentuk sediaan
dan kekuatan (jika perlu)
6.nomor bets dan tanggal kedaluwarsa
7.Kuantitas obat dan/atau bahan obat, yaitu jumlah kontainer dan
kuantitas per kontainer (jika perlu);
8.Nomor dokumen untuk identifikasi order pengiriman
Transportasi yang digunakan mencakup nama dan alamat perusahaan
ekspedisi serta tanda tangan dan nama jelas personil ekspedisi yang
menerima (jika menggunakan jasa ekspedisi) dan kondisi penyimpanan;
e).Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan
Pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
memonitor transaksi perbekalan farmasi yang keluar dan masuk di
lingkungan IFRS. Adanya pencatatan akan memudahkan petugas
untuk melakukan penelusuran bila terjadi adanya mutu obat yang sub
standar dan harus ditarik dari peredaran. Pencatatan dapat dilakukan
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 40
dengan menggunakan bentuk digital maupun manual. Kartu yang
umum digunakan untuk melakukan pencatatan adalah Kartu Stok dan
Kartu Stok Induk(Anonim,2012).
Fungsi:
1) Kartustok digunakan untuk mencatat mutasi perbekalan farmasi
(penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak, atau kadaluwarsa)
2) Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukkan mencatat data mutasi
1(satu) jenis perbekalan farmasi yang berasal dari 1 (satu) sumber
anggaran,
3) Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan,
perencanaan pengadaan distribusi dan sebagai pembanding
terhadap keadaan fisik perbekalan farmasi dalam tempat
penyimpanan (Depkes RI,2008)
Hal-hal yang harus diperhatikan:
1) Kartu stok diletakkan bersamaan/berdekatan dengan perbekalan
farmasi bersangkutan,
2) Pencatatan dilakukan secara rutin dari hari ke hari,
3) Setiap terjadi mutasi perbekalan farmasi (penerimaan, pengeluaran,
hilang, rusak/kadaluwarsa) langsung dicatat di dalam kartu stok,
4) Penerimaan dan pengeluaran dijumlahkan pada setiap akhir bulan
(Depkes RI,2008)
Informasi yang didapat:
1) Jumlah perbekalan farmasi yang tersedia (sisa stok),
2) Jumlah perbekalan farmasi yang diterima,
3) Jumlah perbekalan farmasi yang keluar,
4) Jumlah perbekalan farmasi yang hilang/ rusak/ kadaluwarsa,
5) Jangka waktu kekosongan perbekalan farmasi.
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 41
Manfaat informasi yang didapat:
1) Untuk mengetahui dengan cepat jumlah persediaan perbekalan
farmasi,
2) Penyusunan laporan,
3) Perencanaan pengadaan dan distribusi,
4) Pengendalian persediaan,
5) Untuk pertanggungjawaban bagi petugas penyimpanan dan
pendistribusian,
6) Sebagai alat bantu kontrol bagi Kepala IFRS.
Hal-hal yang harus Diperhatikan
1) Petugas pencatatan dan evaluasi, mencatat segala penerimaan dan
pengeluaran perbekalan farmasi di Kartu Stok Induk.
2) Kartu Stok Induk adalah :
a)Sebagai pencerminan perbekalan farmasi yang ada di gudang,
b)Alat bantu bagi petugas untuk pengeluaran perbekalan farmasi,
c)Alat bantu dalam menentukan kebutuhan.
3) Bagian judul pada kartu induk persediaan perbekalan farmasi
diisi dengan :
a) Nama perbekalan farmasi tersebut,
b) Sumber/asal perbekalan farmasi,
c).Jumlah persediaan minimum yang harus ada dalam persediaan,
dihitung sebesar waktu tunggu,
d).Jumlah persediaan maksimum yang harus ada dalam
persediaan=sebesar stok kerja+waktu tunggu+stok pengaman.
4) Kolom-kolom pada Kartu Stok Induk persediaan perbekalan farmasi
diisi dengan:
a) Tanggal diterima atau dikeluarkan perbekalan farmasi,
b) Nomor dan tanda bukti misalnya nomor faktur dan lain-lain,
c) Dari siapa diterima perbekalan farmasi atau kepada siapa dikirim,
d) Jumlah perbekalan farmasi yang diterima berdasarkan sumber
anggaran,
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 42
e) Jumlah perbekalan farmasi yang dikeluarkan,
f) Sisa stok perbekalan farmasi dalam persediaan
g).Keterangan yang dianggap perlu, misalnya tanggal dan tahun
kadaluwarsa, nomor batch dan lain-lain.
Pelaporan
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan
administrasi perbekalan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan
yang disajikan kepada pihakyangberkepentingan.
Tujuan:
• Tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi,
• Tersedianya informasi yang akurat,
• Tersedianya arsip yang memudahkan penelusuran surat dan
laporan,
• Mendapat data yang lengkap untuk membuat perencanaan
(Depkes RI,2008)
Jenis laporan yang sebaiknya dibuat oleh IFRS meliputi:
No Jenis Laporan Kegunaan Ket.
1.
Keuangan (laporan
yang telah
dikeluarkan oleh
IFRS)
Untuk keperluan audit,
wajib dibuat
2. Mutasi perbekalan
farmasi
Untuk keperluan
perencanaan, wajib
dibuat
3.
Penulisan resep
generik dan non
generik
Untuk keperluan
pengadaan, wajib dibuat
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 43
4. Narkotika dan
Psikotropika
Untuk audit POM dan
keperluan perencanaan,
wajib dibuat
5.
Stok opname
Untuk keperluan audit
dan perencanaan, wajib
dibuat
6.
Pendistribusian,
berupa jumlah dan
rupiah
Untuk keperluan audit
dan perencanaan, wajib
dibuat
7. Penggunaan obat
program
Untuk keperluan audit
dan perencanaan, wajib
dibuat
8.
Pemakaian
perbekalan farmasi
Jaminan Kesehatan
bagi Masyarakat Miskin
Untuk keperluan audit
dan perencanaan, wajib
dibuat
9. Jumlah resep Untuk keperluan
perencanaan
10. Kepatuhan terhadap
formularium
Untuk keperluan
perencanaan,
informasikan untuk KFT
11. Penggunaan obat
terbesar
Untuk keperluan
perencanaan,
informasikan untuk KFT
12. Penggunaan
antibiotik
Untuk keperluan
perencanaan,
informasikan untuk KFT
13. Kinerja Untuk audit
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 44
Monitoring dan Evaluasi
Salah satu upaya untuk terus mempertahankan mutu
pengelolaan perbekalan farmasi dirumah sakit adalah dengan
melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi. Kegiatan ini juga
bermanfaat sebagai masukan guna penyusunan perencanaandan
pengambilan keputsan. Pelaksanaan evaluasi dapat dilakukan secara
periodic dan berjenjang. Keberhasilan evaluasi ditentukan oleh
supervisor maupun alat yang digunakan (Depkes RI,2008).
Monitoring
Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan pengukuran
kemajuan atas objektif program/memantau perubahan yang fokus pada
proses masuk dan keluar.
1).Monitoring melibatkan perhitungan atas apa yang kita lakukan
2).Monitoring melibatkan pengamatan atas kualitas dari layanan yang
kita berikan (Depkes RI,2008)
Evaluasi
Evaluasi adalah penggunaan metode penelitian sosial secara
sistematis menginvestigasi efektifitas program dan menilai kontribusi
program terhadap perubahan (Goal/objektif) dan menilai kebutuhan
perbaikan, kelanjutan atau perluasan program (rekomendasi)
1) Evaluasi memerlukan desain studi/penelitian,
2).Evaluasi terkadang membutuhkan kelompok kontrol atau kelompok
pembanding,
3) Evaluasi melibatkan pengukuran seiring dengan berjalannya waktu,
4) Evaluasi melibatkan studi/penelitian khusus.
Hubungan antara Monitoring dan Evaluasi adalah evaluasi memerlukan
hasil dari monitoring dan digunakan untuk kontribusi program (Anonim,
2012).
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 45
Monitoring bersifat spesifik program, sedangkan Evaluasi tidak hanya
dipengaruhi oleh program itu sendiri, melainkan variabel-variabel dari
luar. Tujuan dari Evaluasi adalah evalausi efektifitas dan cost
effectiveness.
Tujuan : meningkankan produktivitas para pengelola perbekalan
farmasi di rumah sakit agar dapat ditingkatkan secara optimum
(Depkes RI,2008)
Pelayanan farmasi klinik
Pelayan farmasi klinik adalah pendekatan profesional yang
bertangggung jawab dalam menjamin penggunaan sediaan farmasi
dan alat kesehatan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh
pasien melalui penerapan pengetahuan, keahlian, keterampilan dan
prilaku tenaga farmasi serta bekerja sama dengan profesi kesehatan
yang lain. Tujuan pelayanan farmasi klinik adalah:
1).Memberikan pelayanan farmasi yang dapat menjamin efektivitas,
keamanan dan efisiensi penggunaan obat,
2).Meningkatkan kerjasama dengan pasien dan profesi kesehatan lain
yang terkait dalam pelayanan farmasi,
3).Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan farmasi di
rumah sakit,
4).Melaksanakan kebijakan obat dirumah sakit dalam rangka
meningkatkan penggunaan obat secara rasional (Anonim.2012).
Karakteristik pelayanan farmasi klinik di rumah sakit adalah :
1) Berorientasi kepada pasien,
2) Terlibat langsung di ruang perawatan di rumah sakit (bangsal),
3) Bersifat pasif, dengan melakukan intervensi setelah pengobatan
dimulai dan memberi informasi bila diperlukan,
4) Bersifat aktif, dengan memberi masukkan kepada dokter sebelum
pengobatan dimulai, atau menerbitkan buletin informasi obat atau
pengobatan,
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 46
5) Bertanggungjawab atas semua saran atau tindakan yang dilakukan,
6) Menjadi mitra dan pendamping dokter.
Sistem pelayanan kesehatan pada konteks farmasi klinik, farmasi
adalah ahli pengobatan dalam terapi. Mereka bertugas melakukan
evalusi pengobatan dan memberikan rekomendasi pengobatan, baik
kepada pasien maupun tenaga kesehatan lain. Farmasis merupakan
sumber utama informasi ilmiah terkait dengan penggunaan obat yang
aman, tepat dan cost effective.
Kegiatan pelayanan farmasi klinik meliputi:
a).Pengkajian resep, yaitu merupakan kegiatan dalam pelayanan
kefarmasian yang dimulai dari seleksi persyaratan administrasi,
persyaratan farmasi dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat
inap maupun rawat jalan,
b).Dispensing, yaitu merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari
tahap validasi, interprestasi, menyiapkan/meracik obat, memberikan
label/tiket, penyerahan obat dengan memberikan informasi obat
yang memadai disertai sistem dokumentasi. Dispensing dibedakan
berdasarkan atas sifat sediaan, yaitu dispensing sediaan farmasi
khusus (nutrisi parental dan pencampuran obat steril) dan
dispensings ediaan farmasi berbahaya (penanganan obat kanker
secara aseptis),
c).Pemantauan dan pelaporan efek samping obat, yaitu merupakan
pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak
diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada
manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi,
d).Pelayanan informasi obat (PIO), yaitu kegiatan pelayanan yang
dilakukan oleh tenaga farmasi untuk memberikan informasi secara
akurat, tidak bias dan terkini kepada perawat, profesi kesehatan
lainnya dan pasien.
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 47
Tujuan dari PIO adalah:
1) Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien atau
keluarganya dan tenaga kesehatan dilingkungan rumah sakit,
2) Menyediakan inforamasi untuk kebijakan yang berhubungan dengan
obat yang ditetapkan PFT,
3) Meningkatkan profesionalisme tenaga farmasi,
4) Menunjang pengolahan dan terapi obat yang rasional dan
berorientasi pada pasien,
5) Konseling,adalah suatu proses sistematik untuk mengidentifikasi
dan menyelesaikan masalah pasien yang berkaitan dengan
pengambilan dan penggunaan obat pasien rawat jalan dan rawat
inap,
6) Pemantauan kadar obat dalam darah, yaitu melakukan pemeriksaan
kadar beberapa obat tertentu atas permintaan dokter yang merawat
karena indeks terapi yang sempit,
7) Ronde/visite pasien, yaitu kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap
bersama tim dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Hal ini bertujuan:
pemilihan obat, menerapkan secara langsung pengetahuan
farmakologi terapik, menilai kemajuan pasien, bekerja sama dengan
tenaga kesehatan lain,
8) Pengkajian penggunaan obat, yaitu program evaluasi penggunaan
obat yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat-
obatan yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan
terjangkau oleh pasien (Anonim,2001).
RANGKUMAN
Kegiatan penditrisbusian merupakan kegiatan yang harus mendapat
perhatian ketika dalam melakukan penyimpanan yang baik dan benar, .
keterbatasan keterjagaan baik jumlah jenis, disuaikan dengan undang-
undang
Dan peraturan penyimpanan cara distribusi obatdan perbekalan .
Mengelola Fasilitas dan BahanFasilitas produksi maupun fasilitas produksi
Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 48
sangat diperlukan perusahaan untuk menunjang keberhasilan usaha.
Kelengkapan fasilitas yang diperlukan perusahaan harus dapat dan
menambah efisiensi dalam menyelesaikan pekerjaan.
Modul Pelatihan PPIH 2017 1
PELAYANAN OBAT DAN ALAT KESEHATAN HAJI
I. DESKRIPSI SINGKAT
Dalam rangka pelayanan kesehatan haji berdasarkan Keputusan Menkes
No. 1394/2002 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji
Indonesia dan Keputusan Menkes No. 511/2007 tentang Pedoman
Perekrutan Petugas Kesehatan haji Indonesia, maka peran petugas
penyelenggara ibadah haji (PPIH) menjadi sangat penting dan turut
menentukan kesuksesan pelayanan kesehatan haji secara keseluruhan.
Secara umum tugas petugas penyelenggara kesehatan ibadah haji (PPIH)
adalah memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan kesehatan
terhadap jamaah, serta tugas-tugas administrasi selama menjalankan tugas
di Arab Saudi.
Sebagai bagian dari Tim Kuratif – Rehabilitatif (TKR), tenaga kefarmasian
diharapkan dapat terlibat aktif dalam memberikan pembinaan, pelayanan dan
perlindungan kesehatan terhadap jamaah, serta tugas-tugas administrasi
selama menjalankan tugas di Arab Saudi. Tentunya tenaga kefarmasian
melakukan kegiatan penunjang medis yang berupa pelayanan obat dan
perbekalan kesehatan haji.
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan pelayanan obat dan
perbekalan kesehatan haji
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah selesai pelatihan, peserta mampu:
1. Menjelaskan pelayanan obat dan perbekalan kesehatan secara baik
2. Mlakukan pelayanan obat dan perbekalan kesehatan sesuai permintaan
III. POKOK BAHASAN
2
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan-pokok bahasan sebagai
berikut yaitu :
Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan:
1. Pelayanan Obat dan Perbekalan Kesehatan (Good pharmacy practice)
A. Prinsip Good pharmacy practice
B. Pelayanan obat dan perbekes di depo obat
C. Pelayanan obat dan perbekes di apotik
D. Pelayanan obat dan perbekes di Armina
2. Pelayanan obat dan perbekes
IV. BAHAN BELAJAR
1. Modul TKR FARMASI MIK 1: Pengelolaan Obat Dan Alat Kesehatan Haji
2. Petunjuk diskusi kelompok.
3. Panduan simulasi.
4. Internet online (E-FORNAS, E-Catalogue, E-Monev Catalogue, dan E-
SISKOHATKES)
V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 3 jam
pelajaran (T= 1 jpl, P= 2 jpl, PL= 0 jpl) @45 menit. Untuk mempermudah
proses pembelajaran dan meningkatkan partisipasi seluruh perserta,
maka perlu disusun langkah-langkah kegiatan sebagai berikut:
Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran
1. Kegiatan Fasilitator
a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana
dikelas
b. Fasilitator menyampaikan Salam dengan menyapa peserta
dengan ramah dan hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah
dengan memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan
3
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi
yang akan disampaikan.
d. Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) tentang pengelolaan
obat dan alat kesehatan haji dengan metode curah pendapat
(brainstorming).
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran
tentang materi pengelolaan obat dan alat kesehatan haji yang
disampaikan dengan menggunakan bahan tayang (slide power
point).
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator bila ada hal-hal yang
belum jelas dan perlu diklarifikasi.
Langkah 2 : Review pokok bahasan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan dari
materi awal sampai dengan materi terakhir secara garis besar
dalam waktu yang singkat
b. Melengkapinya dengan menayangkan/ demonstrasi perangkat
yang sifatnya online
c. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan
hal-hal yang masih belum jelas.
d. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan oleh
peserta
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting.
b. Ikut serta membuka perangkat online yang didemonstrasikan di
laptop masing-masing.
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi

More Related Content

What's hot

Ppt mi 7. sk yanfar alkes
Ppt mi 7. sk yanfar alkesPpt mi 7. sk yanfar alkes
Ppt mi 7. sk yanfar alkesrickygunawan84
 
Sop pelimpahan wewenang apoteker (2)
Sop pelimpahan wewenang apoteker (2)Sop pelimpahan wewenang apoteker (2)
Sop pelimpahan wewenang apoteker (2)Wahyu Sukana
 
Petunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
Petunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian di puskesmasPetunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
Petunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian di puskesmasLinaNadhilah2
 
Pedoman Penerapan Formularium Nasional
Pedoman Penerapan Formularium NasionalPedoman Penerapan Formularium Nasional
Pedoman Penerapan Formularium NasionalErie Gusnellyanti
 
Pedoman organisasi instalasi farmasi rs
Pedoman organisasi instalasi farmasi rsPedoman organisasi instalasi farmasi rs
Pedoman organisasi instalasi farmasi rserna yanti
 
Mi 1 6. pengendalian obat di puskesmas
Mi 1   6. pengendalian obat di puskesmasMi 1   6. pengendalian obat di puskesmas
Mi 1 6. pengendalian obat di puskesmasLinaNadhilah2
 
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)Ulfah Hanum
 
Anastesi dan bedah klinik.pdf
Anastesi dan bedah klinik.pdfAnastesi dan bedah klinik.pdf
Anastesi dan bedah klinik.pdfFahmiMuhammad40
 
Mi 1 8. pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat di puskesmas
Mi 1   8. pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat di puskesmasMi 1   8. pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat di puskesmas
Mi 1 8. pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat di puskesmasLinaNadhilah2
 
Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
Standar pelayanan kefarmasian di puskesmasStandar pelayanan kefarmasian di puskesmas
Standar pelayanan kefarmasian di puskesmasdinasintia
 
P6. Pelayanan Informasi Obat.pdf
P6. Pelayanan Informasi Obat.pdfP6. Pelayanan Informasi Obat.pdf
P6. Pelayanan Informasi Obat.pdfMuhammadRidlo14
 
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP di Puskesmas
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP di PuskesmasPengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP di Puskesmas
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP di Puskesmasemaviaza
 
Pelayanan farmasi klinik
Pelayanan farmasi klinik Pelayanan farmasi klinik
Pelayanan farmasi klinik Sri Suratini
 
Mi 1 6. pengendalian obat di puskesmas batch 2
Mi 1   6. pengendalian obat di puskesmas batch 2Mi 1   6. pengendalian obat di puskesmas batch 2
Mi 1 6. pengendalian obat di puskesmas batch 2LinaNadhilah2
 
Pedoman pelayanan pkpo fix
Pedoman pelayanan pkpo fixPedoman pelayanan pkpo fix
Pedoman pelayanan pkpo fixDina Lestari
 
SOP KONSELING OBAT.docx
SOP KONSELING OBAT.docxSOP KONSELING OBAT.docx
SOP KONSELING OBAT.docxJumhe1
 

What's hot (20)

Ppt mi 7. sk yanfar alkes
Ppt mi 7. sk yanfar alkesPpt mi 7. sk yanfar alkes
Ppt mi 7. sk yanfar alkes
 
Sop pelimpahan wewenang apoteker (2)
Sop pelimpahan wewenang apoteker (2)Sop pelimpahan wewenang apoteker (2)
Sop pelimpahan wewenang apoteker (2)
 
Petunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
Petunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian di puskesmasPetunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
Petunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
 
Pedoman Penerapan Formularium Nasional
Pedoman Penerapan Formularium NasionalPedoman Penerapan Formularium Nasional
Pedoman Penerapan Formularium Nasional
 
Pedoman organisasi instalasi farmasi rs
Pedoman organisasi instalasi farmasi rsPedoman organisasi instalasi farmasi rs
Pedoman organisasi instalasi farmasi rs
 
Mi 1 6. pengendalian obat di puskesmas
Mi 1   6. pengendalian obat di puskesmasMi 1   6. pengendalian obat di puskesmas
Mi 1 6. pengendalian obat di puskesmas
 
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)
 
Anastesi dan bedah klinik.pdf
Anastesi dan bedah klinik.pdfAnastesi dan bedah klinik.pdf
Anastesi dan bedah klinik.pdf
 
Mi 1 8. pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat di puskesmas
Mi 1   8. pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat di puskesmasMi 1   8. pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat di puskesmas
Mi 1 8. pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat di puskesmas
 
Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
Standar pelayanan kefarmasian di puskesmasStandar pelayanan kefarmasian di puskesmas
Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
 
P6. Pelayanan Informasi Obat.pdf
P6. Pelayanan Informasi Obat.pdfP6. Pelayanan Informasi Obat.pdf
P6. Pelayanan Informasi Obat.pdf
 
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP di Puskesmas
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP di PuskesmasPengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP di Puskesmas
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP di Puskesmas
 
Pelayanan farmasi klinik
Pelayanan farmasi klinik Pelayanan farmasi klinik
Pelayanan farmasi klinik
 
Pengembalian obat ke produsen
Pengembalian obat ke produsenPengembalian obat ke produsen
Pengembalian obat ke produsen
 
Mi 1 6. pengendalian obat di puskesmas batch 2
Mi 1   6. pengendalian obat di puskesmas batch 2Mi 1   6. pengendalian obat di puskesmas batch 2
Mi 1 6. pengendalian obat di puskesmas batch 2
 
Pedoman pelayanan pkpo fix
Pedoman pelayanan pkpo fixPedoman pelayanan pkpo fix
Pedoman pelayanan pkpo fix
 
SOP KONSELING OBAT.docx
SOP KONSELING OBAT.docxSOP KONSELING OBAT.docx
SOP KONSELING OBAT.docx
 
Pelayanan kefarmasian di pkm
Pelayanan kefarmasian di pkmPelayanan kefarmasian di pkm
Pelayanan kefarmasian di pkm
 
Job desk 2017
Job desk 2017Job desk 2017
Job desk 2017
 
Pemantauan Terapi Obat, Binfar 2009
Pemantauan Terapi Obat, Binfar 2009Pemantauan Terapi Obat, Binfar 2009
Pemantauan Terapi Obat, Binfar 2009
 

Similar to Farmasi

Pelaksanaan keperawatan keluarga
 Pelaksanaan keperawatan keluarga Pelaksanaan keperawatan keluarga
Pelaksanaan keperawatan keluargapjj_kemenkes
 
Pelaksanaan keperawatan keluarga
 Pelaksanaan keperawatan keluarga Pelaksanaan keperawatan keluarga
Pelaksanaan keperawatan keluargapjj_kemenkes
 
Contoh RP Microteaching.docx
Contoh RP Microteaching.docxContoh RP Microteaching.docx
Contoh RP Microteaching.docxiswanto16
 
Bahan ajar (modul) elektromedis tahun 2020
Bahan ajar (modul) elektromedis tahun 2020Bahan ajar (modul) elektromedis tahun 2020
Bahan ajar (modul) elektromedis tahun 2020rickygunawan84
 
Evaluasi keperawatan keluarga
Evaluasi  keperawatan keluargaEvaluasi  keperawatan keluarga
Evaluasi keperawatan keluargapjj_kemenkes
 
Evaluasi keperawatan keluarga
Evaluasi  keperawatan keluargaEvaluasi  keperawatan keluarga
Evaluasi keperawatan keluargapjj_kemenkes
 
Panduan pkl edit 140717 edit masukan rapat
Panduan pkl edit 140717 edit masukan rapatPanduan pkl edit 140717 edit masukan rapat
Panduan pkl edit 140717 edit masukan rapatIcapDicaprio
 
Prosedur Pemberian Nutrisi Per Oral
Prosedur Pemberian Nutrisi Per OralProsedur Pemberian Nutrisi Per Oral
Prosedur Pemberian Nutrisi Per Oralpjj_kemenkes
 
KDK III Modul 3 Kb 1
KDK III Modul 3 Kb 1KDK III Modul 3 Kb 1
KDK III Modul 3 Kb 1pjj_kemenkes
 
Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan pjj_kemenkes
 
Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan pjj_kemenkes
 
Standar Asuhan Kebidanan
Standar Asuhan KebidananStandar Asuhan Kebidanan
Standar Asuhan Kebidananpjj_kemenkes
 
Prosedur Pemberian Terapi Nebulizer
Prosedur Pemberian Terapi NebulizerProsedur Pemberian Terapi Nebulizer
Prosedur Pemberian Terapi Nebulizerpjj_kemenkes
 
KDK III Modul 2 Kb 3
KDK III Modul 2 Kb 3KDK III Modul 2 Kb 3
KDK III Modul 2 Kb 3pjj_kemenkes
 

Similar to Farmasi (20)

Pelaksanaan keperawatan keluarga
 Pelaksanaan keperawatan keluarga Pelaksanaan keperawatan keluarga
Pelaksanaan keperawatan keluarga
 
Pelaksanaan keperawatan keluarga
 Pelaksanaan keperawatan keluarga Pelaksanaan keperawatan keluarga
Pelaksanaan keperawatan keluarga
 
Contoh RP Microteaching.docx
Contoh RP Microteaching.docxContoh RP Microteaching.docx
Contoh RP Microteaching.docx
 
Bahan ajar (modul) elektromedis tahun 2020
Bahan ajar (modul) elektromedis tahun 2020Bahan ajar (modul) elektromedis tahun 2020
Bahan ajar (modul) elektromedis tahun 2020
 
Mi 6 akreditasi
Mi 6 akreditasiMi 6 akreditasi
Mi 6 akreditasi
 
Evaluasi keperawatan keluarga
Evaluasi  keperawatan keluargaEvaluasi  keperawatan keluarga
Evaluasi keperawatan keluarga
 
Evaluasi keperawatan keluarga
Evaluasi  keperawatan keluargaEvaluasi  keperawatan keluarga
Evaluasi keperawatan keluarga
 
Panduan pkl edit 140717 edit masukan rapat
Panduan pkl edit 140717 edit masukan rapatPanduan pkl edit 140717 edit masukan rapat
Panduan pkl edit 140717 edit masukan rapat
 
Panduan ol mp
Panduan ol mpPanduan ol mp
Panduan ol mp
 
Kb 2
Kb 2Kb 2
Kb 2
 
Kb 2
Kb 2Kb 2
Kb 2
 
Modul tpp
Modul tppModul tpp
Modul tpp
 
Prosedur Pemberian Nutrisi Per Oral
Prosedur Pemberian Nutrisi Per OralProsedur Pemberian Nutrisi Per Oral
Prosedur Pemberian Nutrisi Per Oral
 
KDK III Modul 3 Kb 1
KDK III Modul 3 Kb 1KDK III Modul 3 Kb 1
KDK III Modul 3 Kb 1
 
Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan
 
Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan
 
Standar Asuhan Kebidanan
Standar Asuhan KebidananStandar Asuhan Kebidanan
Standar Asuhan Kebidanan
 
Dokter gigi
Dokter gigiDokter gigi
Dokter gigi
 
Prosedur Pemberian Terapi Nebulizer
Prosedur Pemberian Terapi NebulizerProsedur Pemberian Terapi Nebulizer
Prosedur Pemberian Terapi Nebulizer
 
KDK III Modul 2 Kb 3
KDK III Modul 2 Kb 3KDK III Modul 2 Kb 3
KDK III Modul 2 Kb 3
 

More from rickygunawan84

7121 format baru modul kurikulum komunikasi ilmiah
7121 format baru modul  kurikulum komunikasi ilmiah7121 format baru modul  kurikulum komunikasi ilmiah
7121 format baru modul kurikulum komunikasi ilmiahrickygunawan84
 
Pokok Bahan 1 Distribusi Kusta
Pokok Bahan 1 Distribusi KustaPokok Bahan 1 Distribusi Kusta
Pokok Bahan 1 Distribusi Kustarickygunawan84
 
Kebijakan pelatihan sdmk
Kebijakan pelatihan sdmkKebijakan pelatihan sdmk
Kebijakan pelatihan sdmkrickygunawan84
 
Sistem Pembelajaran Jarak Jauh
Sistem Pembelajaran Jarak Jauh Sistem Pembelajaran Jarak Jauh
Sistem Pembelajaran Jarak Jauh rickygunawan84
 
05. transportasi pasien gadar
05. transportasi pasien gadar05. transportasi pasien gadar
05. transportasi pasien gadarrickygunawan84
 
03. initial assessment
03. initial assessment03. initial assessment
03. initial assessmentrickygunawan84
 
02. bantuan hidup dasar ns 2020 revisi
02. bantuan hidup dasar ns 2020 revisi02. bantuan hidup dasar ns 2020 revisi
02. bantuan hidup dasar ns 2020 revisirickygunawan84
 
Petunjuk pengisian sipk p theo(1)
Petunjuk pengisian sipk p theo(1)Petunjuk pengisian sipk p theo(1)
Petunjuk pengisian sipk p theo(1)rickygunawan84
 
Review formulir indikator pendukung lainnya
Review formulir indikator pendukung lainnyaReview formulir indikator pendukung lainnya
Review formulir indikator pendukung lainnyarickygunawan84
 
Ppt review mi 5 penyuluhan dan konseling
Ppt review mi 5 penyuluhan dan konselingPpt review mi 5 penyuluhan dan konseling
Ppt review mi 5 penyuluhan dan konselingrickygunawan84
 
Review pdf mi 4. catpor pb 2 pelaporan
Review  pdf mi 4. catpor pb 2 pelaporanReview  pdf mi 4. catpor pb 2 pelaporan
Review pdf mi 4. catpor pb 2 pelaporanrickygunawan84
 
11c g. form 11c sampai g rekap laporan kemoprofilaksis kusta (lampiran pencat...
11c g. form 11c sampai g rekap laporan kemoprofilaksis kusta (lampiran pencat...11c g. form 11c sampai g rekap laporan kemoprofilaksis kusta (lampiran pencat...
11c g. form 11c sampai g rekap laporan kemoprofilaksis kusta (lampiran pencat...rickygunawan84
 
11c g. form 11c sampai g rekap laporan kemoprofilaksis kusta (lampiran pencat...
11c g. form 11c sampai g rekap laporan kemoprofilaksis kusta (lampiran pencat...11c g. form 11c sampai g rekap laporan kemoprofilaksis kusta (lampiran pencat...
11c g. form 11c sampai g rekap laporan kemoprofilaksis kusta (lampiran pencat...rickygunawan84
 
11b. form 11b kemoprofilaksis pendekatan blanket (lampiran pencatatan 11b)
11b. form 11b kemoprofilaksis pendekatan blanket (lampiran pencatatan 11b)11b. form 11b kemoprofilaksis pendekatan blanket (lampiran pencatatan 11b)
11b. form 11b kemoprofilaksis pendekatan blanket (lampiran pencatatan 11b)rickygunawan84
 
11a. form 11a kemoprofilaksis pendekatan kontak (lampiran pencatatan 11a)
11a. form 11a kemoprofilaksis pendekatan kontak (lampiran pencatatan 11a)11a. form 11a kemoprofilaksis pendekatan kontak (lampiran pencatatan 11a)
11a. form 11a kemoprofilaksis pendekatan kontak (lampiran pencatatan 11a)rickygunawan84
 
10. formulir pemantauan setelah pengobatan (lampiran pencatatan 10)
10. formulir pemantauan setelah pengobatan (lampiran pencatatan 10)10. formulir pemantauan setelah pengobatan (lampiran pencatatan 10)
10. formulir pemantauan setelah pengobatan (lampiran pencatatan 10)rickygunawan84
 
9. formulir hasil pemeriksaan kontak (lampiran pencatatan 9)
9. formulir hasil pemeriksaan kontak (lampiran pencatatan 9)9. formulir hasil pemeriksaan kontak (lampiran pencatatan 9)
9. formulir hasil pemeriksaan kontak (lampiran pencatatan 9)rickygunawan84
 
8. formulir evaluasi pengobatan prednison atau pengobatan reaksi berat (lampi...
8. formulir evaluasi pengobatan prednison atau pengobatan reaksi berat (lampi...8. formulir evaluasi pengobatan prednison atau pengobatan reaksi berat (lampi...
8. formulir evaluasi pengobatan prednison atau pengobatan reaksi berat (lampi...rickygunawan84
 

More from rickygunawan84 (20)

7121 format baru modul kurikulum komunikasi ilmiah
7121 format baru modul  kurikulum komunikasi ilmiah7121 format baru modul  kurikulum komunikasi ilmiah
7121 format baru modul kurikulum komunikasi ilmiah
 
Lo ko mpor
Lo ko mporLo ko mpor
Lo ko mpor
 
Pokok Bahan 1 Distribusi Kusta
Pokok Bahan 1 Distribusi KustaPokok Bahan 1 Distribusi Kusta
Pokok Bahan 1 Distribusi Kusta
 
Kebijakan pelatihan sdmk
Kebijakan pelatihan sdmkKebijakan pelatihan sdmk
Kebijakan pelatihan sdmk
 
Sistem Pembelajaran Jarak Jauh
Sistem Pembelajaran Jarak Jauh Sistem Pembelajaran Jarak Jauh
Sistem Pembelajaran Jarak Jauh
 
05. transportasi pasien gadar
05. transportasi pasien gadar05. transportasi pasien gadar
05. transportasi pasien gadar
 
03. initial assessment
03. initial assessment03. initial assessment
03. initial assessment
 
02. bantuan hidup dasar ns 2020 revisi
02. bantuan hidup dasar ns 2020 revisi02. bantuan hidup dasar ns 2020 revisi
02. bantuan hidup dasar ns 2020 revisi
 
Petunjuk pengisian sipk p theo(1)
Petunjuk pengisian sipk p theo(1)Petunjuk pengisian sipk p theo(1)
Petunjuk pengisian sipk p theo(1)
 
Review pb2 supervisi
Review   pb2 supervisiReview   pb2 supervisi
Review pb2 supervisi
 
Review formulir indikator pendukung lainnya
Review formulir indikator pendukung lainnyaReview formulir indikator pendukung lainnya
Review formulir indikator pendukung lainnya
 
Ppt review mi 5 penyuluhan dan konseling
Ppt review mi 5 penyuluhan dan konselingPpt review mi 5 penyuluhan dan konseling
Ppt review mi 5 penyuluhan dan konseling
 
Review pdf mi 4. catpor pb 2 pelaporan
Review  pdf mi 4. catpor pb 2 pelaporanReview  pdf mi 4. catpor pb 2 pelaporan
Review pdf mi 4. catpor pb 2 pelaporan
 
11c g. form 11c sampai g rekap laporan kemoprofilaksis kusta (lampiran pencat...
11c g. form 11c sampai g rekap laporan kemoprofilaksis kusta (lampiran pencat...11c g. form 11c sampai g rekap laporan kemoprofilaksis kusta (lampiran pencat...
11c g. form 11c sampai g rekap laporan kemoprofilaksis kusta (lampiran pencat...
 
11c g. form 11c sampai g rekap laporan kemoprofilaksis kusta (lampiran pencat...
11c g. form 11c sampai g rekap laporan kemoprofilaksis kusta (lampiran pencat...11c g. form 11c sampai g rekap laporan kemoprofilaksis kusta (lampiran pencat...
11c g. form 11c sampai g rekap laporan kemoprofilaksis kusta (lampiran pencat...
 
11b. form 11b kemoprofilaksis pendekatan blanket (lampiran pencatatan 11b)
11b. form 11b kemoprofilaksis pendekatan blanket (lampiran pencatatan 11b)11b. form 11b kemoprofilaksis pendekatan blanket (lampiran pencatatan 11b)
11b. form 11b kemoprofilaksis pendekatan blanket (lampiran pencatatan 11b)
 
11a. form 11a kemoprofilaksis pendekatan kontak (lampiran pencatatan 11a)
11a. form 11a kemoprofilaksis pendekatan kontak (lampiran pencatatan 11a)11a. form 11a kemoprofilaksis pendekatan kontak (lampiran pencatatan 11a)
11a. form 11a kemoprofilaksis pendekatan kontak (lampiran pencatatan 11a)
 
10. formulir pemantauan setelah pengobatan (lampiran pencatatan 10)
10. formulir pemantauan setelah pengobatan (lampiran pencatatan 10)10. formulir pemantauan setelah pengobatan (lampiran pencatatan 10)
10. formulir pemantauan setelah pengobatan (lampiran pencatatan 10)
 
9. formulir hasil pemeriksaan kontak (lampiran pencatatan 9)
9. formulir hasil pemeriksaan kontak (lampiran pencatatan 9)9. formulir hasil pemeriksaan kontak (lampiran pencatatan 9)
9. formulir hasil pemeriksaan kontak (lampiran pencatatan 9)
 
8. formulir evaluasi pengobatan prednison atau pengobatan reaksi berat (lampi...
8. formulir evaluasi pengobatan prednison atau pengobatan reaksi berat (lampi...8. formulir evaluasi pengobatan prednison atau pengobatan reaksi berat (lampi...
8. formulir evaluasi pengobatan prednison atau pengobatan reaksi berat (lampi...
 

Recently uploaded

BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 

Recently uploaded (20)

BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 

Farmasi

  • 1. Modul Pelatihan PPIH 2017 1 PENGELOLAAN OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN HAJI I. DESKRIPSI SINGKAT Dalam rangka pelayanan kesehatan haji berdasarkan Keputusan Menkes No. 1394/2002 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji Indonesia dan Keputusan Menkes No. 511/2007 tentang Pedoman Perekrutan Petugas Kesehatan haji Indonesia, maka peran petugas penyelenggara ibadah haji (PPIH) menjadi sangat penting dan turut menentukan kesuksesan pelayanan kesehatan haji secara keseluruhan. Secara umum tugas petugas penyelenggara kesehatan ibadah haji (PPIH) adalah memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan kesehatan terhadap jamaah, serta tugas-tugas administrasi selama menjalankan tugas di Arab Saudi. Sebagai bagian dari Tim Kuratif – Rehabilitatif (TKR), tenaga kefarmasian diharapkan dapat terlibat aktif dalam memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan kesehatan terhadap jamaah, serta tugas-tugas administrasi selama menjalankan tugas di Arab Saudi. Tentunya tenaga kefarmasian melakukan kegiatan penunjang medis yang berupa pengelolaan obat dan alat kesehatan menurut pada siklus pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan. Kegiatan tersebut meliputi pemilihan, seleksi, perencanaan, pengadaan, distribusi, penggunaan, serta evaluasi obat dan perbekalan kesehatan (perbekes) sesuai dengan ketentuan yang berlaku. II. TUJUAN PEMBELAJARAN A. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan haji B. Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah selesai pelatihan, peserta mampu: 1. Menjelaskan siklus pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan secara umum 2. Menjelaskan pemilihan dan seleksi 3. Menguraikan perencanaan 4. Menguraikan proses pengadaan obat dan perbekes 5. Menjelaskan distribusi obat dan perbekes 6. Menerapkan penggunaan obat dan perbekes 7. Menjelaskan monitoring dan evaluasi
  • 2. 2 III. POKOK BAHASAN Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan-pokok bahasan sebagai berikut yaitu : Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan: 1. Siklus Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan a. Pengertian Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan berdasarkan manajemen logistik satu pintu b. Penggunaan IT dalam pengelolaan obat dan perbekes - E-FORNAS - E-Catalogue - E-Monev Catalogue - E-SISKOHATKES 2. Pemilihan dan seleksi a. Pemilihan b. Seleksi 3. Perencanaan a. Tahap kompilasi pemakaian obat dan perbekes b. Penghitungan obat dan perbekes c. Penyesuaian rencana pengadaan 4. Pengadaan obat dan perbekes 5. Distribusi Obat a. Proses penyimpanan obat dan perbekes (good storage practice) b. Distibusi obat dan perbekes (good distribution practice) 6. Penggunaan Obat a. Pengolahan obat dan perbekes (Good pharmacy practice) b. Peresepan obat dan perbekes (Good prescribing practuce) c. POR (Penggunaan Obat Rasional) 7. Monitoring dan Evaluasi a. Monitoring b. Evaluasi IV. BAHAN BELAJAR 1. Modul TKR FARMASI MIK 1: Pengelolaan Obat Dan Perbekalan Kesehatan Haji 2. Petunjuk diskusi kelompok. 3. Panduan simulasi. 4. Internet online (E-FORNAS, E-Catalogue, E-Monev Catalogue, dan E- SISKOHATKES)
  • 3. 3 V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 3 jam pelajaran (T= 1 jpl, P= 2 jpl, PL= 0 jpl) @45 menit. Untuk mempermudah proses pembelajaran dan meningkatkan partisipasi seluruh perserta, maka perlu disusun langkah-langkah kegiatan sebagai berikut: Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran 1. Kegiatan Fasilitator a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas b. Fasilitator menyampaikan Salam dengan menyapa peserta dengan ramah dan hangat. c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah dengan memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan. d. Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) tentang pengelolaan obat dan alat kesehatan haji dengan metode curah pendapat (brainstorming). e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran tentang materi pengelolaan obat dan alat kesehatan haji yang disampaikan dengan menggunakan bahan tayang (slide power point). 2. Kegiatan Peserta a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan. b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator. c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. d. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator bila ada hal-hal yang belum jelas dan perlu diklarifikasi. Langkah 2 : Review pokok bahasan 1. Kegiatan Fasilitator a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan dari materi awal sampai dengan materi terakhir secara garis besar dalam waktu yang singkat b. Melengkapinya dengan menayangkan/ demonstrasi perangkat yang sifatnya online c. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang masih belum jelas. d. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan oleh peserta
  • 4. 4 2. Kegiatan Peserta a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap penting. b. Ikut serta membuka perangkat online yang didemonstrasikan di laptop masing-masing. c. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan yang diberikan. d. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator. Langkah 3 : Pendalaman pokok bahasan. 1. Kegiatan Fasilitator a. Meminta kelas dibagi menjadi beberapa kelompok (3 kelompok) dan setiap kelompok akan diberikan tugas diskusi kelompok. b. Menugaskan kelompok untuk memilih ketua, sekretaris dan penyaji. c. Meminta masing-masing kelompok untuk menuliskan hasil dikusi untuk dipresentasikan. d. Mengamati peserta dan memberikan bimbingan pada proses diskusi. e. Memberikan satu simulasi tentang kerja sama tim dalam pendampingan internship dokter Indonesia pada kesempatan penugasan. 2. Kegiatan Peserta a. Membentuk kelompok diskusi dan memilih ketua, sekretaris dan penyaji. b. Mendengar, mencatat dan bertanya terhadap hal-hal yang kurang jelas kepada fasilitator. c. Melakukan proses diskusi sesuai dengan pokok bahasan / sub pokok bahasan yang ditugaskan fasilitator dan menuliskan hasil dikusi pada kertas flipchart untuk dipresentasikan. d. Mengikuti simulasi yang diberikan oleh fasilitator secara proaktif. Langkah 4 : Penyajian dan pembahasan hasil pendalaman pokok bahasan 1. Kegiatan Fasilitator a. Dari masing-masing kelompok diminta untuk melakukan presentasi dari hasil diskusi yang telah dilakukan sebelumnya. b. Memimpin proses tanggapan (tanya jawab) c. Memberikan masukan-masukan dari hasil diskusi. d. Memberikan klarifikasi dari pertanyaan-pertanyaan yang belum dimengerti jawabannya e. Merangkum hasil diskusi f. Melakukan refleksi simulasi yang telah dilakukan oleh peserta.
  • 5. 5 2. Kegiatan Peserta a. Mengikuti proses penyajian kelas b. Berperan aktif dalam proses tanya jawab yang dipimpin oleh fasilitator c. Bersama dengan fasilitator merangkum hasil presentasi dari masing – masing pokok bahasan yang telah dipresentasikan dengan baik. d. Ikut serta dalam refleksi simulasi yang sudah dilakukan sebelumnya. Langkah 5 : Rangkuman dan evaluasi hasil belajar 1. Kegiatan Fasilitator a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan 3 pertanyaan sesuai topik pokok bahasan secara acak kepada peserta. b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing – masing pertanyaan yang telah diajukan sebelumnya. c. Bersama peserta merangkum poin-poin penting dari hasil proses pembelajaran. d. Membuat kesimpulan dapat dilakukan sendiri oleh fasilitator atau secara bersama-sama dengan mengajak peserta untuk menyimpulkan. 2. Kegiatan Peserta a. Menjawab pertanyaan yang diajukan fasilitator. b. Bersama fasilitator merangkum hasil proses pembelajaran pengelolaan obat dan alat kesehatan haji. VI. URAIAN MATERI 1. Siklus Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan a. Pengertian Pengelolaan Obat dan Alat Kesehatan berdasarkan manajemen logistik satu pintu Menurut pada Pedoman Perencanaan dan Pengelolaan Obat dari Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, terkhusus manajemen obat dan alat kesehatan satu pintu, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.189/Menkes/SK/III/2006 tentang Kebijakan Obat Nasional, dan Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) nomor 75 tahun 2014 tentang fasilitas pelayanan kesehatan primer, maka pelayanan kefarmasian, terutama pengelolaan obat dan alat kesehatan
  • 6. 6 merupakan rangkaian kegiatan dimulai dari pemilihan (seleksi) obat dan alat kesehatan sampai pada monitoring serta evaluasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1196/Menkes/SK/XII/2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Balai Pengobatan Haji Indonesia di Arab Saudi, pelayanan kefarmasian adalah serangkaian kegiatan penyimpanan dan pendistribusian alat kesehatan habis pakai dan obat untuk pasien di BPHI. Pelayanan farmasi secara khusus meliputi penyediaan dan distribusi semua perbekalan farmasi, pelayanan farmasi klinik, serta membuat informasi dan menjamin kualitas pelayanan yang berhubungan dengan penggunaan obat. Berbagai kegiatan dilakukan dalam pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan sehingga membentuk suatu urutan atau siklus pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan, yaitu: 1) Pemilihan/ Seleksi 2) Perencanaan 3) Pengadaan 4) Distribusi 5) Penggunaan 6) Monitoring dan Evaluasi b. Penggunaan IT dalam pengelolaan obat dan perbekalan Teknologi Informasi (IT) akhir-akhir ini sudah banyak digunakan dan mempermudah pengelolaan berbagai hal. Tentunya dalam pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan sudah dikenal berbagai perangkat IT baik berupa software maupun sudah berbasis internet. Beberapa perangkat IT yang lazim digunakan dalam pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan akan kita bahas berikut ini. 1) E-FORNAS E-FORNAS (electronic- Formularium Nasional) merupakan perangkat online yang dapat diunduh dan dibaca melalui internet berisikan berbagai jenis obat
  • 7. 7 dan perbekalan kesehatan berikut keterangannya, yang dapat digunakan secara legal dalam pengobatan atau pelayanan kesehatan lainnya di Indonesia. 2) E-Catalogue E-Catalogue merupakan perangkat yang secara online dipergunakan untuk memilih dan melakukan seleksi obat dan perbekalan kesehatan yang akan diadakan atau dipesan oleh instansi pelayanan kesehatan, terutama instansi pemerintah. Pembagian jenis obat hamper mirip dengan E-Fornas, namun lebih berfokus pada perencanaan jumlah obat dan perbekalan kesehatan disesuaikan dengan peranan dalam pelayanan dan jenis instansinya. 3) E-Monev Catalogue Berbeda dengan E-Catalogue, E-Monev Catalogue merupakan perangkat (software) berbasis internet yang dipergunakan dalam proses pengadaan obat dan perbekalan kesehatan di institusi pemerintah. Perangkat ini berisikan bagian-bagian yang secara berurutan diisi oleh petugas pengadaan mulai dari pemilihan sampai pada transaksi pemesanan obat/ perbekalan kesehatan. 4) E-SISKOHATKES E-Siskohatkes (electronic- Sistim Informasi dan Komunikasi Haji Terpadu bidang Kesehatan) merupakan perangkat online yang dipergunakan dalam pencatatan dan pelaporan kegiatan petugas haji, terutama saat bertugas di Arab Saudi. Perangkat ini selain berisikan identitas petugas, juga berisikan isian butir-butir kegiatan yang lazim dilakukan petugas haji selama memberikan pelayanan kesehatan, baik rekam medik jamaah haji, dokumentasi kegiatan visitasi jamaah, pencatatan dan pelaporan obat dan alat kesehatan di kloter, dan sebagainya. 2. Pemilihan dan Seleksi a. Pemilihan Obat
  • 8. 8 Tentunya pemilihan dan seleksi obat harus berdasarkan rujukan atau referensi yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Beberapa kepustakaan baik ilmu kefarmasian maupun farmakologi dapat membantu memilih dan melakukan seleksi obat dan perbekalan kesehatan yang akan dipergunakan dalam pelayanan kesehatan, disamping data-data permasalahan kesehatan yang membutuhkan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan tertentu. b. Seleksi Obat Berbeda dengan pemilihan obat/ perbekalan kesehatan yang lebih berfokus pada efektivitas obat/ perbekalan kesehatan dalam mengatasi permasalahan kesehatan, maka dalam seleksi obat beberapa hal lain diperhitungkan seperti ketersediaan dana, kemampuan petugas pelaksana, kebutuhan real pelayanan kesehatan, kemudahan distribusi dan penggunaan obat/ perbekalan kesehatan tersebut, serta hal-hal lain terkait ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan bagi pasien/ pelanggan. Selama ini pemilihan dan seleksi obat/ perbekalan kesehatan lazimnya berdasarkan formularium nasional yang dapat diunduh secara online menggunakan E-FORNAS. 3. Perencanaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Secara umum, perencanaan obat dan perbekalan kesehatan didasarkan pada rencana kerja operasional masing-masing instansi pemberi pelayanan kesehatan. Dalam menentukan jumlah dan jenis obat/ perbekalan kesehatan dalam proses perencanaan dapat mempergunakan beberapa metode yang lazim yaitu metode morbiditas, metode konsumsi, dan analisis ABC-VEN. a. Metode Morbiditas Metode ini dipakai untuk menghitung jumlah obat atau perbekalan kesehatan berdasarkan angka kesakitan dari masalah kesehatan terkait. Kekurangan metode ini adalah hanya bisa menghitung secara kasar kebutuhan obat secara keseluruhan berdasarkan jumlah kasus kesehatan tertentu. Contoh: Angka kesakitan ISPA pada jamaah haji sebanyak 75%, membutuhkan selain antibiotika, juga obat batuk sirup. Sekali berobat sampai sembuh,
  • 9. 9 penderita ISPA menghabiskan rata-rata sebanyak 2 botol obat batuk sirup. Jumlah jamaah haji tahun ini sebanyak 12.000 jiwa. Maka jumlah obat batuk sirup yang harus disiapkan menjadi: Jumlah obat batuk sirup = angka kesakitan ISPA x Jumlah jamaah haji x jumlah kebutuhan obat sirup/kasus = 75% x 12.000 x 2/1 = 1,5 x 12.000 = 18.000 botol b. Metode Konsumsi Jumlah obat yang direncanakan pada metode ini menggunakan rumus: A = B + C + D - E – F Keterangan: A adalah jumlah obat/ perbekalan kesehatan yang direncanakan untuk diusulkan pada tahun depan B adalah rata-rata jumlah pemakaian total obat/ perbekalan kesehatan selama setahun C adalah 10 – 20% dari B D adalah Jumlah pemakaian obat/ perbekalan kesehatan selama 3 - 6 bulan E adalah sisa stok yang masih ada F adalah jumlah obat/ perbekalan kesehatan yang diterima pada bulan berjalan Dengan menggunakan metode ini jumlah obat/ perbekalan kesehatan yang diusulkan dalam perencanaan dihitung berdasarkan data dan fakta sehingga diharapkan sesuai dengan kebutuhan instansi. Namun metode ini lebih berfokus pada jumlah yang dibutuhkan, padahal pengadaan obat/ perbekalan kesehatan tergantung juga pada factor-faktor lain, terutama penerapan prinsip efektivitas dan efisiensi dalam pelayanan di suatu instansi. c. Analisa ABC-VEN
  • 10. 10 Lebih spesifik dari metode konsumsi, analisa ini melengkapinya dengan memetakannya disesuaikan dengan faktor-faktor pengaruh dalam pelayanan, terutama dalam hal ini ketersediaan anggaran di suatu instansi. Analisis ini menggunakan matriks sebagai berikut: PENGGUNAAN ANGGARAN BESAR -------------------------------------------- KECIL A B C VITAL AV BV CV ESSENSIAL AE BE CE NON ESSENSIAL AN BN CN Dengan menggunakan matriks tersebut, obat-obat ditulis dan dikelompokkan menurut kolom dan barisnya. Sebagai contoh obat-obatan/ perbekalan kesehatan yang terkelompok dalam kelompok CV dapat diprioritaskan untuk direncanakan karena sangat vital bagi pelayanan dan harganya paling murah. Sebaliknya kelompok AN sangat tidak perlu direncanakan karena sangat tidak essensial bagi pelayanan dan berharga sangat mahal. 4. Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Ketentuan pengadaan obat/ perbekalan kesehatan di instansi pelayanan kesehatan, terutama instansi pemerintah tentunya menurut pada ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang dan jasa. Pada prakteknya, pengadaan obat dan perbekalan kesehatan dapat diproses secara online menggunakan E- MONEV dan E-CATALOGUE. 5. Distribusi Obat dan Perbekalan Kesehatan Agar proses distribusi obat dan perbekalan kesehatan berjalan efektif dan efisien, tentunya perlu menggunakan prinsip Good Distribution Practice dan Good Storage Practice. Kedua prinsip tersebut tidak lepas dari pelaksanaan rantai distribusi secara terpadu, serta penyimpanan obat/ perbekalan kesehatan
  • 11. 11 yang baik, sehingga terjaga kualitasnya sampai ke tangan pengguna. Beberapa hal terkait distribusi obat dan perbekalan kesehatan yang perlu dikelola secara baik adalah: a. Penerimaan Obat/ Perbekalan Kesehatan Dalam penerimaan obat/ perbekalan kesehatan tentunya sangat perlu menggunakan berita acara penerimaan, apalagi dalam instansi pemerintah. Hal ini berguna baik sebagai dokumentasi dalam monitoring/ evaluasi, juga sebagai berkas pertanggungjawaban dalam pengelolaan obat/ perbekes. Proses recheck dan uji fungsi juga perlu dilakukan pada saat penerimaan obat/ perbekalan kesehatan, agar dapat berfungsi optimal dan tidak salah dalam menerima obat/ perbekes. b. Penyimpanan Obat/ Perbekalan Kesehatan Beberapa hal yang perlu dikontrol saat menyimpan obat/ perbekalan kesehatan diantaranya luas dan tata ruangan penyimpanan, konsistensi suhu, kelembaban ruangan, penerapan prinsip FEFO (First Enter First Out) dalam menyusun obat/ perbekes, serta pencatatan stok secara cermat dan lengkap. c. Distribusi Obat/ Perbekalan Kesehatan Hal penting dalam distribusi obat/ perbekes adalah pencatatan dan pelaporan. Beberapa perangkat digunakan dalam pencatatan/ pelaporan obat/ perbekes, salah satu contohnya adalah penggunaan kartu obat/ perbekes. Selama proses distribusi/ pengantaran obat, penggunaan perangkat carrier (pembawa) yang baik juga perlu diterapkan agar obat/ perbekes yang diantar tidak mengalami kerusakan. 6. Penggunaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Istilah penggunaan ini dimaksudkan sebagai utilisasi (pemakaian, pemanfaatan) obat/ perbekalan kesehatan. Proses penggunaan obat dan perbekalan kesehatan tidak lepas dari penerapan prinsip Good Prescribing Practice (Peresepan Obat yang Baik), Good Pharmacy Practice (Pengolahan Obat yang Baik), serta prinsip
  • 12. 12 penggunaan obat secara rasional. Demikian pula dengan proses pengembalian atau pemusnahan sisa stok obat/ perbekes yang rusak dan tidak dapat dipergunakan lagi, perlu menggunakan prinsip dan prosedur yang benar sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 7. Monitoring dan Evaluasi Monitoring dimaksudkan sebagai pemantauan secara terus menerus dan berkesinambungan mulai dari proses pemilihan, sampai pada penggunaan obat/ perbekalan kesehatan. Tindak lanjut dapat dilakukan bila ditemukan hasil yang menyimpang dari perencanaan sebelumnya, atau jika ditemukan beberapa hal yang membutuhkan perbaikan segera tanpa menunggu semua proses pengelolaan obat/ perbekalan kesehatan selesai terlebih dahulu. Peran pencatatan, pelaporan, dan dokumentasi yang cermat menjadi sangat penting agar pelaksanaan monitoring berjalan dengan baik dan efektif. Berbeda halnya dengan evaluasi, yang merupakan analisis hasil rekapan semua pencatatan dan pelaporan selama proses pelayanan berlangsung. Kegiatan evaluasi lebih kearah menilai cakupan atau hasil pengelolaan obat/ perbekalan kesehatan dibandingkan dengan perencanaan yang disepakati sebelumnya. Tentunya evaluasi dilakukan setelah semua proses pengelolaan obat/ perbekalankesehatan selesai dalam jangka waktu tertentu. Dengan melakukan evaluasi, pengelola obat/ perbekalan kesehatan dapat menentukan berbagai hambatan, tindakan penanggulangan hambatan yang tepat, serta menjadi dasar perencanaan obat/ perbekalan kesehatan selanjutnya. Pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan dalam penyelenggaraan haji dikoordinasikan oleh Kementerian Kesehatan khususnya oleh Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Tenaga yang ditugaskan untuk melakukan pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan adalah tenaga di bidang farmasi seperti Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian. Pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan tidak sepenuhnya dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Untuk perencanaan dilakukan Tim Formularium yang dibentuk atas SK Menkes dan didasarkan atas hasil laporan penggunaan obat dan perbekalan kesehatan tahun sebelumnya sedangkan Pengadaan dilakukan oleh
  • 13. 13 Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Selanjutnya penyimpanan, pendistribusian dan pencatatan/pelaporan dilakukan oleh tenaga farmasi. Adapun persyaratan Obat dan Perbekalan Kesehatan 1. Obat dan perbekalan kesehatan sudah “terdaftar” di Kemenkes atau Badan POM RI 2. Obat yang akan dipakai dilegalisasi di Deputi I Badan POM RI 3. Obat yang akan dipakai dilegalisasi di Deputi I Badan POM RI, kemudian dibuat surat rekomendasi dan Daftar Obat dilegalisasi dengan bukti cap 4. Perbekalan kesehatan yang akan dipakai dilegalisasi di Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI, kemudian dibuat Surat Rekomendasi dan Daftar Perbekalan Kesehatan dilegalisasi dengan bukti cap 5. Faktur pembelian diisi dengan lengkap dengan nama obat atau perbekes, jumlah, no batch, tanggal kadaluarsa, nomor registrasi dan harga Drug supply perencanaan obat harus didukung dengan beberapa data yang dapat digunakan dalam perhitungan seperti jumlah konsumsi obat, pola penyakit, jumlah kunjungan dan sisa stok. Perencanaan ini akan lebih baik jika melihat juga data kondisi dua tahun sebelumnya untuk mengetahui tren penggunaan obat. Jadi untuk perencanaan obat data yang diperlukan bukan hanya pemakaian tahun lalu, akan tetapi juga harus memperhatikan data-data yang lainnya seperti aspek “Farmakoterapi Bioavailabilitas (BA)” dan “Benefit Cost Ratio”. Proses seleksi dilakukan dengan pelelangan, yang dipilih rekanan yang bertanggung jawab terhadap A. Mutu, keamanan dan manfaat B. Terdaftar di Kemenkes RI dan Badan POM RI C. Tanggal kadaluarsa tercantum pada masing-masing kemasan D. Harga terjangkau Obat dan perbekalan kesehatan yang terpilih sesuai dengan formularium obat dan perbekalan kesehatan Haji Indonesia, harus tiba di Arab Saudi 3 bulan sebelum jamah haji datang. Sehingga obat dan perbekalan kesehatan sudah dapat didistribusikan ke masing- masing Daker Mekkah, Madinah dan Bandara yang kemudian Daker mendistribusikan ke masing-masing sektor dan apotik BPHI sebelum jamaah tiba sehingga seluruh sektor dan apotik BPHI siap dalam melaksanakan tugas pelayanan kesehatan jamaah haji Penggunaan obat dan perbekalan kesehatan pada pelayanan kesehatan Haji adalah dengan melayani resep dokter untuk pasien rawat jalan dan rawat inap serta melayani permintaan kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan. Selain itu ada juga penggunaan dana emergensi
  • 14. 14 dimana anggaran digunakan hanya untuk pengadaan obat dan perbekalan kesehatan habis pakai, perbekalan kesehatan yang tidak mungkin bisa diadakan di Indonesia seperti oksigen, adanya kenaikan kunjungan yang mengakibatkan ketersediaan tidak mencukupi sementara pelayanan harus terus berjalan. Agar ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan, baik jenis dan jumlah yang cukup dengan mutu terjamin, di Depo Daker, Sektor, Kloter, Ambulance, petugas farmasi melakukan monitoring dan evaluasi selama masa Pra - Armina - Pasca. VII. RANGKUMAN Prinsip pengelolaan logistik satu pintu menghendaki penerapan siklus pengelolaan obat/ perbekes mulai dari pemilihan/ seleksi sampai pada monitoring/ evaluasi. Penerapan siklus ini perlu dilakukan secara cermat dan berkesinambungan, menggunakan prinsip-prinsip khusus dan metode tertentu agar tidak terjadi kesalahan dalam pengadaan dan penggunaan obat/ perbekes yang akhirnya dapat mempengaruhi pelayanan kesehatan pada pasien. Pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan haji merupakan salah satu pelayanan kesehatan pendukung dalam Pelayanan Kesehatan Haji Indonesia maka itu perlu pengelolaan yang benar, efisien, efektif secara berkesinambungan. Koordinasi yang baik dan terbuka antara pihak terkait dari Depo Pusat hingga kloter agar dapat diterapkan pengelolaan obat dan perbekes yang baik untuk tercapainya tepat jumlah, tepat jenis, tepat penyimpanan, tepat pendistribusian, tepat penggunaan dan tepat mutunya di setiap pelayanan kesehatan sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi fisik maupun kelancaran pelaksanaan kesehatan haji yang harus dijamin keamanan, mutu maupun khasiatnya. VIII. LATIHAN SOAL 1. Sebutkan siklus pengelolaan obat/ perbekes dan jelaskan! 2. Sebutkan beberapa prinsip “GOOD” yang penting dalam pengelolaan obat/ perbekes dan jelaskan! 3. Aplikasi online apa saja yang terkait dengan pengelolaan obat/ perbekes? IX. DAFTAR PUSTAKA : 1. Permenkes no 75 tahun 2014 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer 2. E – Catalogue 3. E – Monev Catalogue 4. E – FORNAS
  • 15. 15 5. E – SISKOHATKES 6. Depkes RI, 1990. Pedoman Perencanaan dan Pengelolaan Obat. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta 7. Depkes RI, 2006. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.189/Menkes/SK/III/2006 tentang Kebijakan Obat Nasional. DepartemenKesehatan Republik Indonesia, Jakarta 8. Kepmenkes RI No. 1196 / Menkes/SK/XII/2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Balai Pengobatan Haji Indonesia di Arab Saudi 9. Kementerian Agama RI, 2015. Pembekalan Operasional Kesehatan Haji. Direktorat Jenderal Penyelenggaran Haji dan Umrah Kementerian Agama RepublikIndonesia Kementerian Agama RI, 2015. Uraian Tugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi (Petugas Non Kloter). Direktorat Jenderal Penyelenggaran Haji dan Umrah Kementerian Agama RepublikIndonesia
  • 16. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 1 MEKANISME PENYIMPANAN, DISTRIBUSI OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN PELAYANAN KESEHATAN HAJI I. DESKRIPSI SINGKAT Dalam rangka pelayanan kesehatan haji berdasarkan Keputusan Menkes No. 1394/2002 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji Indonesia dan Keputusan Menkes No. 511/2007 tentang Pedoman Perekrutan Petugas Kesehatan haji Indonesia, maka peran petugas penyelenggara ibadah haji (PPIH) menjadi sangat penting dan turut menentukan kesuksesan pelayanan kesehatan haji secara keseluruhan.Secara umum tugas petugas penyelenggara kesehatan ibadah haji (PPIH) adalah memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan kesehatan terhadap jamaah, serta tugas-tugas administrasi selama menjalankan tugas di Arab Saudi. Sebagai bagian dari Tim Kuratif – Rehabilitatif (TKR), tenaga kefarmasian diharapkan dapat terlibat aktif dalam memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan kesehatan terhadap jamaah, serta tugas-tugas administrasi selama menjalankan tugas di Arab Saudi. Tentunya tenaga kefarmasian melakukan kegiatan Menjelaskan mekanisme penerimaan obat dan perbekes yang baik. II. TUJUAN PEMBELAJARAN A. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami mekanisme distribusi obat dan perbekalankesehatan haji B. Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah selesai pelatihan, peserta mampu: 1. Menjelaskan mekanisme penerimaan obat dan perbekes yang baik
  • 17. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 2 2. Menjelaskan mekanisme penyimpanan obat dan alkes yang baik 3. Menjelaskan distribusi obat dan perbekes III. POKOK BAHASAN Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan-pokok bahasan sebagai berikut yaitu : 1. Mekanisme penerimaan obat dan perbekes: a. Pengecekan stok obat dan perbekes sesuai dengan dokumen. b. Pengecekan kondisi obat dan perbekes c. Pengecekan jumlah dan jenis obat dan perbekes d. Pengecekan tanggal kadaluwarsa obat dan perbekes e. Pembuatan berita acara serah terima barang. 2. Mekanisme penyimpanan obat dan perbekes: a. Penyimpanan obat berdasarkan kelas terapi, alfabetis, bentuk sediaan, FEFO-FIFO. b. Penyimpanan dan mengelompokan perbekes berdasarkan fungsinya. c. Penyimpanan narkotik dan psikotropik 3. Distibusi obat dan perbekes (good distribution practice): a. Penyiapan obat dan perbekes untuk tas kloter. b. Penyiapan obat emergensi di ambulance. c. Penyiapan stok awal dan mendistribusikan obat ke BPHI sesuai wilayah kerja. d. Pelayanan permintaan obat dan perbekes yang kurang. e. Laporan pendistribusian obat dan perbekes. IV. BAHAN BELAJAR 1. Modul TKR FARMASI MIK 2 : Mekanisme Penyimpanan, Distribusi Obat dan Perbekalan Kesehatan Pelayanan Kesehatan Haji
  • 18. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 3 2. Petunjuk diskusi kelompok. 3. Panduan simulasi. V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 3 jam pelajaran (T= 1 jpl, P= 2 jpl, PL= 0 jpl) @45 menit. Untuk mempermudah proses pembelajaran dan meningkatkan partisipasi seluruh perserta, maka perlu disusun langkah-langkah kegiatan sebagai berikut Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran 1. Kegiatan Fasilitator a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas b. Fasilitator menyampaikan Salam dengan menyapa peserta dengan ramah dan hangat. c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah dengan memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan. d. Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) tentang pengelolaan obat danalat kesehatan hajidengan metode curah pendapat (brainstorming). e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran tentang materi pengelolaan obat dan alat kesehatan hajiyang disampaikan dengan menggunakan bahan tayang (slide power point). 2. Kegiatan Peserta a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan. b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator. c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. d. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator bila ada hal-hal yang belum jelas dan perlu diklarifikasi.
  • 19. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 4 Langkah 2 : Review pokok bahasan 1. Kegiatan Fasilitator a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan dari materi awal sampai dengan materi terakhir secara garis besar dalam waktu yang singkat b. Melengkapinya dengan menayangkan/ demonstrasi perangkat yang sifatnya online c. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang masih belum jelas. d. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan oleh peserta 2. Kegiatan Peserta a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap penting. b. Ikut serta membuka perangkat online yang didemonstrasikan di laptop masing-masing. c. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan yang diberikan. d. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator. Langkah 3 : Pendalaman pokok bahasan. 1. Kegiatan Fasilitator a. Meminta kelas dibagi menjadi beberapa kelompok (3 kelompok) dan setiap kelompok akan diberikan tugas diskusi kelompok. b. Menugaskan kelompok untuk memilih ketua, sekretaris dan penyaji. c. Meminta masing-masing kelompok untuk menuliskan hasil dikusi untuk dipresentasikan.
  • 20. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 5 d. Mengamati peserta dan memberikan bimbingan pada proses diskusi. e. Memberikan satu simulasi tentang kerja sama tim dalam pendampingan internship dokter Indonesia pada kesempatan penugasan. 2. Kegiatan Peserta a. Membentuk kelompok diskusi dan memilih ketua, sekretaris dan penyaji. b. Mendengar, mencatat dan bertanya terhadap hal-hal yang kurang jelas kepada fasilitator. c. Melakukan proses diskusi sesuai dengan pokok bahasan / sub pokok bahasan yang ditugaskan fasilitator dan menuliskan hasil dikusi pada kertas flipchart untuk dipresentasikan. d. Mengikuti simulasi yang diberikan oleh fasilitator secara proaktif. Langkah 4 : Penyajian dan pembahasan hasil pendalaman pokok bahasan 1. Kegiatan Fasilitator a. Dari masing-masing kelompok diminta untuk melakukan presentasi dari hasil diskusi yang telah dilakukan sebelumnya. b. Memimpin proses tanggapan (tanya jawab) c. Memberikan masukan-masukan dari hasil diskusi. d. Memberikan klarifikasi dari pertanyaan-pertanyaan yang belum dimengerti jawabannya e. Merangkum hasil diskusi f. Melakukan refleksi simulasi yang telah dilakukan oleh peserta. 2. Kegiatan Peserta a. Mengikuti proses penyajian kelas b. Berperan aktif dalam proses tanya jawab yang dipimpin oleh fasilitator
  • 21. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 6 c. Bersama dengan fasilitator merangkum hasil presentasi dari masing – masing pokok bahasan yang telah dipresentasikan dengan baik. d. Ikut serta dalam refleksi simulasi yang sudah dilakukan sebelumnya. Langkah 5 : Rangkuman dan evaluasi hasil belajar 1. Kegiatan Fasilitator a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan 3 pertanyaan sesuai topik pokok bahasan secara acak kepada peserta. b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing – masing pertanyaan yang telah diajukan sebelumnya. c. Bersama peserta merangkum poin-poin penting dari hasil proses pembelajaran. d. Membuat kesimpulan dapat dilakukan sendiri oleh fasilitator atau secara bersama-sama dengan mengajak peserta untuk menyimpulkan. 2. Kegiatan Peserta a. Menjawab pertanyaan yang diajukan fasilitator. b. Bersama fasilitator merangkum hasil proses pembelajaran pengelolaan obat dan alat kesehatan haji.
  • 22. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 7 Kegiatan belajar 1 Mekanisme penerimaan obat dan perbekes IV URAIAN MATERI Deskripsi Penerimaan adalah suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan yang diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit pengelola di bawahnya. Penerimaan obat harus dilaksanakan oleh petugas pengelola obat atau petugas lain yang diberi kuasa oleh Kepala Program. Pokok bahasanMekanisme penerimaan obat dan perbekes yang baik, Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik. Mekanisme penerimaan obat dan perbekes: a. Pengecekan stok obat dan perbekes sesuai dengan dokumen. b. Pengecekan kondisi obat dan perbekes c. Pengecekan jumlah dan jenis obat dan perbekes d. Pengecekan tanggal kadaluwarsa obat dan perbekes e. Pembuatan berita acara serah terima barang. Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian a. Melakukan pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan haji. b. Memahami mekanisme distribusi obat dan perbekalan kesehatan pada pelayanan kesehatan haji. c. Melakukan pelayanan obat dan perbekalan kesehatan haji. d. Melakukan pencatatan dan pelaporan obat dan perbekalan kesehatan haji. Tujuan a. Penerimaan obat bertujuan agar obat yang diterima sesuai dengan b. kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Daker. Petugas Farmasi sektor dan Apotek BPHI membantu Depo Daker sambil
  • 23. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 8 menyiapkan tempat pelayanan dimasing-masing ruang kerjanya Tempat : BPHI Daker Mekkah, Madinah, Jeddah Kegiatan : 1. Penerimaan persediaan awal (barang sdh digudang) 2. Persiapan ruangan depo dan apotek 3. Penyiapan perbekkes dan obat 4. Pelaksanaan stok opname 5. Pendistribusian obat dan perbekkes ke apotek BPHI dan Sektor- Sektor ( Mekah..termasuk bed, kursi roda footstep, skerm, tiang infus, linen,dll) Fungsi Gudang Farmasi di Apotek BPHI membantu Depo Daker: a. Melakukanpenerimaan,penyimpanan,pemeliharaandan pendistribusian obat, alat kesehatan dan perbekalan farmasi. b. Melakukan penyiapan,penyusunan rencana,pencatatan dan pelaporan mengenai persediaan dan penggunaan obat,alat kesehatan dan perbekalan farmasi. c. Melakukan pengamatan mutu dan khasiat obat secara umum baik yang ada dalam persedian maupun yang didistribusikan. d. Melakukan urusan tata usaha keuangan kepegawaian dan urusan dalam. GF merupakan titik sentral pengelolaan obat di Apotek BPHI. Untuk meningkatkan efektifitas dan efisien pengelolaan obat diperlukan adanya koordinasi dengan unit-unit yang terkait langsung antara lain Pemda Dati II,Dinas Kesehatan Dati II,Kandep Trans,PHB Cabang. Proses pengelolaan obat adalah suatu hal yang wajib.Salah satunya yaitu mengetahui pengelolaan perbekalan farmasi di gudang farmasi yang ada di kabupaten atau kota.Gudang farmasi adalah tempat penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, dan juga pemeliharaan persediaan farmasi
  • 24. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 9 berupa obat, alat kesehatan, dan perbekalan kesehatan lainnya.Gudang farmasi memiliki tugas untuk melaksanakan pengelolaan, penerimaan, penyimpanan, dan pendistribusian perbekalan farmasi dan alat kesehatan dalam rangka mencukupi kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat di kabupaten atau kota. Selain memiliki tugas yang jelas, gudang farmasi juga memiliki beberapa fungsi, yaitu : 1 Melakukan penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan, dan pendistribusian obat, alat kesehatan serta perbekalan farmasi 2 Melakukan penyiapan, penyusunan rencana, pencatatan dan pelaporan mengenai mutasi (keluar masuknya) perbekalan farmasi 3 Melakukan pengamatan mutu dan khasiat obat secara umum 4 Melakukan urusan tata usaha dan berbagai urusan administrasi yang mencakup pengelolaan sediaan farmasi Tata cara pengelolaan perbekalan farmasi di gudang farmasi tidak jauh berbeda dengan instansi farmasi lain seperti apotek dan toko obat. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas, dan obat jadi yang belum didistribusikan. Selain untuk penyimpanan, gudang juga berfungsi untuk melindungi bahan (baku dan pengemas) dan obat jadi dari pengaruh luar dan binatang pengerat, serangga, serta melindungi obat dari kerusakan. Agar dapat menjalankan fungsi tersebut, maka harus dilakukan pengelolaan pergudangan secara benar atau yang sering disebut dengan manajemen pergudangan (Priyambodo, 2007). Manfaat Pergudangan Manfaat pergudangan adalah untuk; 1. Terjaganya kualitas dan kuantitas perbekalan kesehatan. 2. Tertatanya perbekalan kesehatan. 3. Peningkatan pelayanan pendistribusian.
  • 25. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 10 4. Tersedianya data dan informasi yang lebih akurat, aktual, dan dapat dipertanggungjawabkan 5. Kemudahan akses dalam pengendalian dan pengawasan. 6. Tertib administrasi (Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2009) Syarat-syarat Gudang Agar dapat menjalankan fungsinya dengan benar, maka gudang harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan dalam cara pembuatan obat yang baik (CPOB), diantaranya: 1. Harus ada prosedur tetap (Protap) yang mengatur tata cara kerja bagian gudang termasuk di dalamnya mencakup tentang tata cara penerimaan barang, penyimpanan, dan distribusi barang atau produk. 2. Gudang harus cukup luas, terang dan dapat menyimpan bahan dalam keadaan kering, bersuhu sesuai dengan persyaratan, bersih dan teratur. 3. Harus terdapat tempat khusus untuk menyimpan bahan yang mudah terbakar atau mudah meledak (misalnya alkohol atau pelarut-pelarut organik). 4. Tersedia tempat khusus untuk produk atau bahan dalam status ‘karantina’ dan ‘ditolak’. 5. Tersedia tempat khusus untuk melakukansampling(sampling room) dengan kualitas ruangan seperti ruang produksi(grey area). 6. Pengeluaran bahan harus menggunakan prinsip FIFO (First In FirstOut) atau FEFO (First Expired First Out) (Priyambodo, 2007). Bangunan Area penyimpanan harus dirancang untuk memastikan kondisi penyimpanan yang baik sebagai berikut: a. Kebersihan danhygiene. b. Kelembaban (kelembaban relatif tidak lebih dari 60%). c. Suhu harus berada dalam batasan yang diterima (8-250C)
  • 26. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 11 d. Bahan dan material yang disimpan tidak boleh bersentuhan langsung dengan lantai. e. Jarak antar bahan mempermudah pembersihan dan inspeksi. f. Pallet harus disimpan dalam kondisi yang bersih dan terawat (United Arab Emirates Ministry of Health Drug Control Department, 2006). Denah Bangunan Gudang harus mempunyai tata letak ruang yang baik untuk memudahkan penerimaan, penyimpanan, penyusunan, pemeliharaan, pencarian, pendistribusian dan pengawasan material dan peralatan (Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2009). Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang tata letak gudang adalah sebagai berikut: 1. Untuk kemudahan bergerak, gudang jangan disekat-sekat, kecuali jika diperlukan. Perhatikan posisi dinding dan pintu untuk mempermudah gerakan. 2. Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran material dan peralatan, tata letak ruang gudang perlu memiliki lorong yang ditata berdasarkan sistem: a. Arah garis lurus. b. Arah huruf U. c. Arah huruf L. 3. Pengaturan sirkulasi udara. Salah satu faktor penting dalam merancang gudang adalah adanya sirkulasi udara yang cukup di dalam ruangan, termasuk pengaturan kelembaban udara dan pengaturan pencahayaan. 4. Penggunaan rak danpalletyang tepat dapat meningkatkan sirkulasi udara, perlindungan terhadap banjir, serangan hama, kelembaban dan efisiensi penanganan (Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2009).
  • 27. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 12 Pembagian Area Gudang Gudang di industri farmasi terbagi dalam beberapa area antara lain: 1. Area penyimpanan Area penyimpanan harus memiliki kapasitas yang memadai untuk menyimpan dengan rapi dan teratur. Bahan-bahan yang disimpan dalam gudang antara lain bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan, produk jadi, produk dalam status karantina, produk yang telah diluluskan, produk yang ditolak, produk yang dikembalikan atau produk yang ditarik dari peredaran. Produk ditangani dan disimpan dengan cara yang sesuai untuk mencegah pencemaran, campur baur dan pencemaran silang. Area penyimpanan diberikan pencahayaan yang memadai sehingga semua kegiatan dapat dilakukan secara akurat dan aman. Bahan atau produk yang membutuhkan kondisi penyimpanan khusus (seperti suhu dan kelembaban) harus dikendalikan, dipantau dan dicatat, seperti: a. Obat, vaksin dan serum memerlukan tempat khusus seperti lemari pendingin khusus (cold chain) dan harus dilindungi dari kemungkinan putusnya aliran listrik. b. Bahan kimia harus disimpan dalam bangunan khusus yang terpisah dari gudang induk. c. Peralatan besar/alat berat memerlukan tempat khusus yang cukup untuk penyimpanan dan pemeliharaannya. 2. Area penerimaan dan pengiriman Area penerimaan dan pengiriman barang harus dapat memberikan perlindungan terhadap bahan dan produk dari pengaruh cuaca. Area penerimaan harus didesain dan dilengkapi dengan peralatan untuk pembersihan wadah barang. Suhu penyimpanan pada area ini sesuai dengan suhu kamar (≤30oC). 3. Area karantina Area karantina harus dibuat terpisah dengan penandaan yang jelas berupa label kuning untuk produk karantina dan label hijau untuk produk yang diluluskan dan hanya boleh diakses oleh personil yang berwenang. 4. Area pengambilan sampel Area pengambilan sampel dibuat terpisah dengan lingkungan yang dikendalikan dan dipantau untuk mencegah
  • 28. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 13 pencemaran atau pencemaran silang dan tersedia prosedur pembersihan yang memadai untuk ruang pengambilan sampel. 5. Area bahan dan produk yang ditolak Bahan dan produk yang ditolak disimpan dalam area terpisah dan terkunci serta mempunyai penandaan yang jelas berupa label merah dan hanya boleh diakses oleh personil yang berwenang. 6. Area bahan dan produk yang ditarik Produk yang ditarik kembali dari peredaran karena rusak atau kadaluarsa harus disimpan dalam area terpisah dan terkunci sertamempunyai penandaan yang jelas dan hanya boleh diakses oleh personil yang berwenang. 7. Area penyimpanan produk berpotensi tinggi Bahan yang berpotensi tinggi, narkotika, psikotropika, dan bahan yang mudah terbakar atau meledak disimpan di daerah yang terjamin keamanannya. 8. Area bahan pengemas Bahan pengemas cetak merupakan bahan yang kritis karena menyatakan kebenaran produk. Bahan label disimpan di tempat terkunci (BPOM, 2006). Spesifikasi Gudang Gudang di industri farmasi mempunyai spesifikasi antara lain: 1. Lantai: a. Terbuat dari beton padat denganhardener, bersifat menahan debu dan tidak tahan terhadap tumpahan larutan bahan kimia. b. Terbuat dari beton dilapisi ubin keramik berwarna putih dengan kriteria harus tahan terhadap bahan kimia dan goresan, mudah diperbaiki, memerlukan penutupan celah, keras, dan licin bila basah. 2. Pencahayaan: 200 Lux (satuan kekuatan cahaya) (BPOM, 2009). Pembagian Gudang Gudang di industri farmasi diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Berdasarkan Suhu Penyimpanan, yaitu: a. Gudang suhu kamar (≤30oC). b. Gudang ber AC (≤25oC).
  • 29. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 14 c. Gudang dingin (2-8oC). d. Gudang beku (<0oC). 2. Berdasarkan Jenis, yaitu: a. Gudang bahan baku: gudang bahan padat dan bahan cair. b. Gudang bahan pengemas. c. Gudang bahan beracun. d. Gudang bahan mudah meledak/mudah terbakar (Gudang api). e. Gudang bahan yang ditolak. f. Gudang karantina obat jadi. g. Gudang obat jadi (BPOM, 2009). Kapasitas Gudang Salah satu yang sangat mempengaruhi berfungsi atau tidaknya suatu gudang adalah kapasitas gudang itu sendiri. Dalam menentukan kapasitas gudang, maka keadaan yang harus dipertimbangkan adalah keadaan maksimum. Gudang mencapai keadaan maksimum pada saat bahan pengemas belum dipakai, terjadi keterlambatan pemakaian bahan, sedangkan pesanan datang lebih cepat (Lachman, 2008). Untuk menghitung besarnya kapasitas gudang yang harus dipenuhi, maka diperlukan data tentang: 1. Jumlah pesanan (order quantity) dalam suatu periode tertentu yang dilakukan. 2. Banyaknya bahan pengemas yang dibutuhkan. 3. Variasi lead time. 4. Fluktuasi pemakaian (Lachman, 2008) Pengelolaan obat di gudang farmasi dilakukan sebagai berikut: Melakukan penerimaan, penyimpaan, pemeliharaan,dan pendistribusikan obat, alat kesehatan dan perbekalan farmasi. Melakukan penyimpanan, penyusunan,rencana pencatatan dan pelaporan mengenai mengenai persediaan dan penggunaan obat,alat kesehatan dan perbekalan farmasi.
  • 30. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 15 Melakukan pengamatan terhadap mutu dan khasiat obat secara umum dan baik yang ada dalam persediaan maupun yang akan didistribusikan ,melakukan urusan tata usaha,keuangan,kepegawaian dan urusan dalam. Dokumen-dokumen/ Formulir yang harus ada di Gudang Farmasi saat terjadi pengelolaan obat sebagai berikut: a. Dokumen pada saat perencanaan pengadaan obat. Formulir I :Kartu kompilasi pemakaian obat Formulir II :Data 10 Penyakit terbesar Formulir III :Lembar kerja perencanaan pengadaan obat Formulir IV :Penyesuaian rencana pengadaan obat (untuk semua sumber anggaran). b. Dokumen pada saat pengadaan barang. Formulir V :Berita acara pemeriksaan penerimaan obat. Formulir Va :Lampiran berita acara pemeriksaan penerimaan obat. Formulir VI :Buku harian penerimaan obat. Formulir VII :Formulir realisasi pengadaan obat. c. Dokumen pada saat penyimpanan barang. Formulir VIII :Kartu stok Formulir IX :Kartu stok indukd. Dokumen pada saat distribusi obat. Formulir X :Kartu rencana distribusi Formulir XI :Buku harian pengeluaran obat Formulir XII :Lembaran pemakaian dan lembar permintaan obat (LPLPO) Formulir XIII :Form surat kiriman obate. Dokumen pada saat pencatatan dan pelaporan. Formulir XIV :Laporan mutasi obat Formulir XV :Laporan kegiatan distribusi
  • 31. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 16 Formulir XVI :Berita acara pencacahan akhir tahun anggaran Formulir XVIa :Laporan pencacahan obat akhir tahun anggaran Formulir XVII :Berita acara pemeriksaan/penelitian obat untuk dihapus FormulirXVIIa :Lampiran laporan berita acara pemeriksaan/penelitian obat untuk dihapus. Pencatatan dan pelaporan 1. Siskohatkes (penjelasan khusus oleh tim) 2. Penerimaan awal persediaan dibuat berita acara serah terima barang dan lampiranya, 3. Buat buku penerimaan barang 4. Kartu stok (back up siskohat) 5. Lembar resep (siskohat +cadangan manual) 6. Buku rekapan pelayanan resep dan kloter (back up siskohat) 7. Buku belanja (khusus Depo Daker dan Pusat) 8. Buku pengeluaran tabung Oksigen (Apotek BPHI/ Depo Daker) dan pengeluaran ambulan 9. Lembar permintaan kloter/ PIHK (back up siskohat) 10. Laporan harian & periodik (pra, armina dan pasca) 11. Berita acara pengembalian akhir Perbekkes RANGKUMAN Melakukan penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan, dan pendistribusian obat, alat kesehatan serta perbekalan farmasi melalui prosedur yang sesuai dengan undang-undang obat dan perbekalan farmasi baik obat bebas ,bebas terbatas , obat keras , narkotika dan psikotropika. Betuk sediaan , suhu mempengaruhi tempat penyimpanan. Melakukan penyiapan, penyusunan rencana, pencatatan dan pelaporan mengenai mutasi (keluar masuknya) perbekalan farmasi kegiatan lainnya melakukan pengamatan mutu dan khasiat obat secara umum, melakukan
  • 32. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 17 urusan tata usaha dan berbagai urusan administrasi yang mencakup pengelolaan sediaan farmasi
  • 33. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 18 Kegiatan belajar 2 Menjelaskan mekanisme penyimpanan obat dan alkes yang baik Deskripsi Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat- obatanyang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin. Tujuan Penyimpanan bertujuan agar obat yang tersedia di Unit pelayanankesehatan terjamin mutu dan keamanannya. Mekanisme penyimpanan obat dan perbekes: a. penyimpanan obat berdasarkan kelas terapi, alfabetis, bentuk sediaan, FEFO-FIFO. Pengaturan penyimpanan obat 1. Obat di susun secara alfabetis untuk setiap bentuk sediaan. penyimpanan obat berdasarkan kelas terapi, alfabetis, bentuk sediaan, 2. Penyimpanan lemari khusus obat narkotik dan psikotropik 3. Obat dirotasi dengan sistem FEFO dan FIFO. 4. Obat disimpan pada rak. 5. Obat yang disimpan pada lantai harus di letakan diatas palet. 6. Tumpukan dus sebaiknya harus sesuai dengan petunjuk. 7. Sediaan obat cairan dipisahkan dari sediaan padatan. 8. Sera, vaksin dan supositoria disimpan dalam lemari pendingin. 9. Lisol dan desinfektan diletakkan terpisah dari obat lainnya. Untuk menjaga mutu obat perlu diperhatikan kondisi penyimpanan sebagai berikut : a) Kelembaban Udara lembab dapat mempengaruhi obat-obatan sehingg mempercepat kerusakan. Untuk menghindari udara lembab tersebut maka perlu dilakukan upaya-upaya berikut : a. Ventilasi harus baik, jendela dibuka
  • 34. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 19 b. Simpan obat ditempat yang kering. c. Wadah harus selalu tertutup rapat, jangan dibiarkan terbuka d. Bila memungkinkan pasang kipas angin atau AC. Karena makin panas udara di dalam ruangan maka udara semakin lembab. e. Biarkan pengering (silica gel) tetap dalam wadah tablet dan kapsul. f. Kalau ada atap yang bocor harus segera diperbaiki. Sinar Matahari Sebagian besar cairan, larutan dan injeksi cepat rusak karena pengaruh sinar matahari. Sebagai contoh, Injeksi Klorpromazin yang terkena sinar matahari akan berubah warna menjadi kuning terang sebelum tanggal kadaluwarsa. Cara mencegah kerusakan karena sinar matahari antara lain: a. Jendela-jendela diberi gorden. b. Kaca jendela dicat putih. Temperatur/Panas Obat seperti salep, krim dan supositoria sangat sensitif terhadap pengaruh panas, dapat meleleh. Oleh karena itu hindarkan obat dari udara panas. Sebagai contoh, Salep Oksitetrasiklin akan lumer bila suhu penyimpanan tinggi dan akan mempengaruhi kualitas salep tersebut. Ruangan obat harus sejuk, beberapa jenis obat harus disimpan di dalam lemari pendingin pada suhu 4 – 8 oC, seperti: 1. Vaksin 2. Sera dan produk darah 3. Antitoksin 4. Insulin 5. Injeksi antibiotika yang sudah dipakai (sisa) 6. Injeksi oksitosin 7. Injeksi Metil Ergometrin Untuk DPT, DT, TT, vaksin atau kontrasepsi jangan dibekukan karena akan menjadi rusak. Cara mencegah kerusakan karena panas antara lain : 1. Bangunan harus memiliki ventilasi/sirkulasi udara yang memadai
  • 35. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 20 2. Hindari atap gedung dari bahan metal. 3. Jika memungkinkan dipasang Exhaust Fan atau AC Kerusakan Fisik Untuk menghindari kerusakan fisik dapat dilakukan antara lain: Penumpukan dus obat harus sesuai dengan petunjuk padakarton, jika tidak tertulis pada karton maka maksimal ketinggian tumpukan delapan dus, karena obat yang ada di dalam dus bagian tengah ke bawah dapat pecah dan rusak, selain itu akan menyulitkan pengambilan obat. Hindari kontak dengan benda - benda yang tajam Kontaminasi Wadah obat harus selalu tertutup rapat. Apabila wadah terbuka, maka obat mudah tercemar oleh bakteri atau jamur. Pengotoran Ruangan yang kotor dapat mengundang tikus dan serangga lain yang kemudian merusak obat. Etiket dapat menjadi kotor dan sulit terbaca. Oleh karena itu bersihkan ruangan setiap hari. Lantai disapu dan dipel, dinding dan rak dibersihkan. Bila ruang penyimpanan kecil : Dapat digunakan sistem dua rak. Bagi obat menjadi dua bagian. Obat yang siap dipakai diletakkan di bagian rak A sedangkan sisanya di bagian rak B. Pada saat obat di rak A hampir habis maka pesanan mulai dikirimkan ke gudangfarmasi, sementara itu obat di rak B digunakan. Pada saat obat di rak B hampir habis diharapkan obat yang dipesan sudah datang. Jumlah obat yang disimpan di rak A atau rak B tergantung dari berapa lama waktu yang diperlukan saat mulai memesan sampai obat diterima (waktu tunggu). Misalnya permintaan dilakukan setiap satu bulan dan waktu yang diperlukan saat mulai memesan sampai obat tiba adalah dua minggu. Maka jumlah pemakaian satu bulan dibagi sama rata untuk rak A dan rak B. Apabila waktu tunggu yang diperlukan hanya satu B.
  • 36. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 21 Tata Cara Penyusunan Obat a. Penerapan sistem FEFO dan FIFO b. Penyusunan dilakukan dengan sistem First Expired First Out (FEFO) untuk masing-masing obat, artinya obat yang lebihawal kadaluwarsa harus dikeluarkan lebih dahulu dari obat yangkadaluwarsa kemudian, dan First In First Out (FIFO) untukmasing-masing obat, artinya obat yang datang pertama kaliharus dikeluarkan lebih dahulu dari obat yang datang kemudian. Hal ini sangat penting karena obat yang sudah terlalu lamabiasanya kekuatannya atau potensinya berkurang. Beberapaobat seperti antibiotik mempunyai batas waktu pemakaianartinya batas waktu dimana obat mulai berkurang efektivitasnya. c. Pemindahan harus hati-hati supaya obat tidak pecah/rusak. Golongan antibiotik harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari cahaya matahari, disimpan di tempat kering. d. Vaksin dan serum harus dalam wadah yang tertutup rapat, terlindung dari cahaya dan disimpan dalam lemari pendingin (suhu 4 – 8 oC). Kartu temperatur yang ada harus selalu diisi setiap pagi dan sore. e. Obat injeksi disimpandalam tempat yang terhindar dari cahaya matahari langsung. f. Bentuk dragee (tablet salut)disimpan dalam wadah tertutuprapat dan pengambilannya menggunakan sendok. g. Untuk obat dengan waktu kadaluwarsa yang sudah dekatsupaya diberi tanda khusus, misalnya dengan menuliskan waktu kadaluarsa pada dus luar dengan mengunakan spidol. h. Penyimpanan obat dengan kondisi khusus, seperti lemari tertutup rapat, lemari pendingin, kotak kedap udara dan lain sebagainya. i. Cairan diletakkan di rak bagian bawah. j. Kondisi penyimpanan beberapa obat. 1. ¾ Beri tanda/kode pada wadah obat.
  • 37. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 22 2. ¾ Beri tanda semua wadah obat dengan jelas. 3. ¾ Apabila ditemukan obat dengan wadah tanpa etiket, jangan digunakan. 4. ¾ Apabila obat disimpan di dalam dus besar maka pada dus harus tercantum : Jumlah isi dus misalnya : • 20 kaleng @ 500 tablet. • Kode lokasi. • Tanggal diterima. • Tanggal kadaluwarsa. • Nama produk/obat. Beri tanda khusus untuk obat yang akan habis masa pakainya pada tahun tersebut. • Jangan menyimpan vaksin lebih dari satubulan di unit pelayanan kesehatan (Puskesmas). 4) Pengamatan mutu Setiap pengelola obat, perlu melakukan pengamatan mutu obat secara berkala, setiap bulan. Pengamatan mutu obat dilakukan secara visual dengan melihat tanda–tanda sebagai berikut : Jangan menggunakan obat yang sudah rusak atau kadaluwarsa Hal ini penting untuk diketahui terutama penggunaan antibiotik yang sudah kadaluwarsa karena dapat menimbulkan resistensi mikroba. Resistensi mikroba berdampak terhadap mahalnya biaya pengobatan. Obat dapat berubah menjadi toksis Selama penyimpanan beberapa obat dapat terurai menjadi substansi- substansi yang toksik. Sebagai contoh Tetrasiklin dari serbuk warna kuning dapat berubah menjadi warna coklat yang toksik b. Penyimpanan dan mengelompokan perbekes berdasarkan fungsinya obat bebas , obat bebas terbatas , obatkeras Golongan obat adalah penggolonga yang dimaksud untuk peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan distribusi yang terdiri dari obat
  • 38. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 23 bebas, obat keras, psikotropika dan narkotika, obat bebas terbatas yang akan dibahas secara mendetail pada pembahasan selanjutnya. penggolongan-penggolongannya sehingga mengapa obat obat tersebut agar keamanannya dapat terjaga.penggunaannya, maka menggolongkan obat sebagai berikut : 1.Obat Bebas yakni obat yang dijual bebas, contoh :Tablet vitamin C, minyak kayu putih, Obat batuk putih, Obat batuk hitam, Tablet paracetamol. 2. Obat yang termasuk dalam golongan Obat Bebas Terbatas (dulu disebut daftar W), yaitu obat keras dengan batasan jumlah dan kadar isi berkhasiat dan harus ada tanda peringatan (P) boleh dijual bebas.contoh :antimo, 3. Obat keras (dulu disebut obat daftar G = gevaarlijik= berbahaya) yaitu obat berkhasiat keras yang untuk memperolehnya harus dengan resep dokter. Contoh :antibiotik 4. Obat Narkotik (dulu disebut obat daftra O=opiat) untuk memperoleh harus dengan resep dokter dan apotek diwajibkan melaporkan jumlah dan macamnya. Contoh :morfin, codein, heroin. 5.Psikotropika yakni obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan syaraf pusatdan menimbulkan kelainan perilaku. Contoh :Ectasy, sabu-sabu. 6. OWA (Obat Wajib Apotek) yakni obat keras tertentu yang dapat diserahkan oleh apoteker kepada pasien tanpa resep dokter. Contoh :krim antiseptic Menurut definisi yang lengkap, obat merupakan bahan kimia atau paduan/campuran bahan yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa (fungsi diagnostik), pencegahan (fungsi profilaktik), dan penyembuhan penyakit (fungsi terapeutik), termasuk di dalamnya peredaan gejala, pemulihan, perbaikan dan peningkatan kesehatan serta
  • 39. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 24 pengubahan fungsi organik, baik pada manusia ataupun hewan. Termasuk di dalamnya kontrasepsi dan sediaan biologis lainnya Secara garis besar, bahan dasar obat dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu berasal dari: a. Bahan-bahan yang secara alami disintesis di dalam tubuh, baik manusia, hewan, tumbuhan, atau makhluk hidup lainnya, termasuk di dalamnya obat herbal/ tradisional (TR) b. Bahan-bahan kimia yang secara alami tidak disintesis di dalam tubuh, oleh masyarakat disebut sebagai “obat kimia”, termasuk di dalamnya obat sintetik dan obat semi-sintetik. Obat-obatan kimia dapat digolongkan menjadi 5 (lima) kategori, yang dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi masing-masing. Kelima kategori tersebut apabila diurutkan dari yang paling longgar hingga yang paling ketat mengenai peraturan pengamanan, penggunaan, dan distribusinya adalah sebagai berikut: 1. Obat Bebas 2. Obat Bebas Terbatas (Daftar W atau ”Waarschuwing”, waspada) 3. Obat Keras (Daftar G atau ”Gevaarlijk”, berbahaya) 4. Obat Psikotropika (OKT, Obat Keras Terbatas) 5. Obat Narkotika (Daftar O atau ”Opium”) Yang termasuk di dalam kelima golongan tersebut di atas adalah obat yang dibuat dengan bahan-bahan kimia dan/atau dengan bahan-bahan dari unsur tumbuhan dan hewan yang sudah dikategorikan sebagai bahan obat atau campuran/paduan keduanya, sehingga berupa obat sintetik dan obat semi-sintetik, secara berturut-turut. Obat herbal/ tradisional (TR) tidak termasuk dalam kelompok ini. Baca mengenai Penggolongan Obat Tradisional di SINI. Berikut penjabaran untuk masing-masing golongan tersebut:
  • 40. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 25 1. OBAT BEBAS (OB) Pada kemasannya terdapat tanda lingkaran hijau bergaris tepi hitam. Merupakan obat yang paling “aman”, boleh digunakan untuk menangani penyakit-penyakit simptomatis ringan yang banyak diderita masyarakat luas yang penanganannya dapat dilakukan sendiri oleh penderita atauself medicatio (penanganan sendiri). Obat ini telah digunakan dalam pengobatan secara ilmiah (modern) dan terbukti tidak memiliki risiko bahaya yang mengkhawatirkan. OB dapat dibeli secara bebas tanpa resep dokter, baik di apotek,counterobat di supermarket/toko swalayan, toko kelontong, bahkan di warung, disebut juga obat OTC (Over the Counter). Penderita dapat membeli dalam jumlah yang sangat sedikit, seperlunya saja saat obat dibutuhkan. Jenis zat aktif pada OB relatif aman sehingga penggunaanya tidak memerlukan pengawasan tenaga medis selama diminum sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan obat. Oleh karena itu sebaiknya OB tetap dibeli bersama kemasannya. OB digunakan untuk mengobati gejala penyakit yang ringan yang bersifat nonspesifik, misalnya: beberapa analgetik atau pain killer (obat penghilang rasa nyeri), obat gosok, obat luka luar, beberapa antipiretik (obat penurun panas), beberapa analgetik-antipiretik (obat pereda gejala flu), antasida, beberapa suplemen vitamin dan mineral, dll. 2. OBAT BEBAS TERBATAS (OBT) Pada kemasannya terdapat tanda lingkaran biru bergaris tepi hitam. Obat ini sebenarnya termasuk dakam kategori obat keras, akan tetapi dalam jumlah tertentu masih dapat diperjualbelikan secara bebas tanpa resep dokter. Sebagai obat keras, penggunaan obat ini diberi batas untuk setiap takarannya. Seharusnya obat ini hanya dapat dijual bebas di toko obat berizin yang dipegang oleh seorang asisten apoteker, serta apotek
  • 41. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 26 yang hanya boleh beroperasi jika ada apoteker. Hal ini karena diharapkan pasien memperoleh informasi obat yang memadai saat membeli obat yang termasuk golongan ini. dengan tulisan sebagai berikut: Contoh OBT adalah:pain relief(analgesik), obat batuk, obat pilek, obat influenza, obat penghilang rasa nyeri dan penurun panas pada saat demam (analgetik-antipiretik), beberapa suplemen vitamin dan mineral, obat-obat antiseptik, obat tetes mata untuk iritasi ringan, dll. OB dan OBT harus menyebutkan informasi obat sebagai berikut: 1. Nama obat (merek dagang dan kandungannya) 2. Daftar dan jumlah bahan berkhasiat yang terkandung di dalamnya 3. Nama dan alamat produsen tertulis dengan jelas 4. Izin beredar ditunjukkan dengan adanya nomor batch dan nomor registrasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) atau Departemen Kesehatan (DepKes) 5. Kondisi obat masih baik. Perhatikan tanggal kadaluwarsa (masa berlaku) obat 6. Indikasi (petunjuk kegunaan obat) 7. Kontra-indikasi (petunjuk penggunaan obat yang tidak diperbolehkan) 8. Efek samping (efek negatif yang timbul, yang bukan merupakan kegunaan obat) 9. Petunjuk cara penggunaan 10.Dosis (takaran) dan aturan penggunaan obat
  • 42. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 27 11.Cara penyimpanan obat 12.Peringatan 13.Informasi tentang interaksi obat yang bersangkutan dengan obat lain yang digunakan dan/atau dengan makanan yang dikonsumsi 3. OBAT KERAS (OK) Pada kemasannya terdapat tanda lingkaran merah bergaris tepi hitam dengan tulisan huruf K di dalamnya. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini berkhasiat keras dan bila dipakai sembarangan bisa berbahaya bahkan meracuni tubuh, memperparah penyakit, memicu munculnya penyakit lain sebagai efek negatifnya, hingga menyebabkan kerusakan organ-organ tubuh, bahkan dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu, golongan obat ini hanya boleh diberikan atas resep dokter umum/spesialis, dokter gigi, dan dokter hewan. Yang termasuk ke dalam golongan OK adalah: 1.“Daftar G”, seperti: antibiotika, obat-obatan yang mengandung hormon, antidiabetes, antihipertensi, antihipotensi, obat jantung, obat ulkus lambung, dll. 2.“Daftar O”atau obat bius/anestesi, yaitu golongan obat-obat narkotika 3.Obat Keras Tertentu (OKT)ataupsikotropika, seperti: obat penenang, obat sakit jiwa, obat tidur, dll. 4.Obat Generikdan Obat Wajib Apotek(OWA), yaitu obat yang dapat dibeli dengan resep dokter, namun dapat pula diserahkan oleh apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter dengan jumlah tertentu, seperti antihistamin, obat asma, pil antihamil, beberapa obat kulit tertentu, antikoagulan, sulfonamida dan derivatnya, obat injeksi, dll. a.Obat yang dibungkus sedemikian rupa, digunakan secara enteral maupun parenteral, baik dengan cara suntikan maupun dengan cara lain yang sigatnya invasif.
  • 43. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 28 b.Obat baru yang belum tercantum di dalam kompedial/farmakope terbaru yang berlaku di Indonesia c.Obat-obatan lain yang ditetapkan sebagai obat keras melalui SK MenKes RI 4. PSIKOTROPIKA Tanda pada kemasannya sama dengan tanda pada Obat Keras. Obat-obatan golongan ini mulai dari pembuatannya, pengemasan, distribusi, sampai penggunaannya diawasi secara ketat oleh pemerintah (BPOM dan DepKes) dan hanya boleh diperjualbelikan di apotek atas resep dokter. Tiap bulan apotek wajib melaporkan pembelian dan peenggunaannya kepada pemerintah. Psikotropika atau biasa disebut sebagai ”obat penenang” (transquilizer), adalah zat/ obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang bersifat psikoaktif melalui pengaruh stimulatif selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Fungsi psikotropika adalah sebagai berikut: 1. Antidepresan:meredakan kegiatan syaraf, menurunkan aktivitas otak dan fungsi tubuh, atau sebagai penenang.Contohnya: phenobarbital, diazepam, alprazolam 2. Stimulan:merangsang stimulasi kegiatan syaraf dan fungsi tubuh sehingga mengurangi rasa mengantuk, lapar, serta menimbulkan rasa gembira dan semangat yang berlebihan (efek euforia).Contohnya: amfetamin, metamfetamin, dan derivatnya 3. Halusinogen:menimbulkan halusinasi dan ilusi (mengkhayal), gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan (mood), kesadaran diri, dan tingkat emosional terhadap orang lain sehingga tidak mampu membedakan yang realitas dan fantasi.Contohnya: THC, LSD, psilobisin Berdasarkan UU RI No.5 Tahun 1997 tentang psikotropika, obat ini dapat dibagi dibagi menjadi 4 (empat) golongan yaitu: Psikotropika gol. I:Hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam terapi pengobatan, serta
  • 44. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 29 mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.Contoh: Meskalina, MDMA (ekstasi), LSD, STP Psikotropika gol. II:Berkhasiat untuk pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.Contoh: Amfetamin, Metamfetamin (sabu), Fensiklidin, Ritalin Psikotropika gol. III:Berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantunganContoh: Pentobarbital, Amobarbital, Flunitrazepam, Pentazosina Psikotropika gol. IV:Berkhasiat untuk pengobatan yang sangat luas, digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantunagan.Contoh: Alprazolam, Diazepam, Klobozam, Fenobarbital, Barbital, Klorazepam, Klordiazepoxide, Nitrazepam Lebih lanjut, silakan baca/unduh undang-undang tentang psikotropika selengkapnya diSINI 5. NARKOTIKA Pada kemasannya terdapat tanda seperti medali berwarna merah. Secara awam obat narkotika disebut sebagai “obat bius”. Hal ini karena dalam bidang kedokteran, obat-obat narkotika umum digunakan sebagai anestesi/obat bius dan analgetik/obat penghilang rasa nyeri. Seperti halnya psikotropika, obat narkotika sangat ketat dalam hal pengawasan mulai dari pembuatannya, pengemasan, distribusi, sampai penggunaannya. Obat golongan ini hanya boleh diperjualbelikan di apotek atas resep dokter, dengan menunjukkan resep asli dan resep tidak dapat dicopy. Tiap bulan apotek wajib melaporkan pembelian dan penggunannya kepada pemerintah. Menurut UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, obat-obatan yang tergolong sebagai Narkotika adalah zat/obat yang berasal dari
  • 45. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 30 tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan tingkat kesadaran (fungsi anestesia), hilangnya rasa, menghilangkan rasa nyeri (sedatif), munculnya rangsangan semangat (euforia), halusinasi atau timbulnya khayalan- khayalan, dan dapat menimbulkan efek ketergantungan bagi penggunanya. Narkotika dapat dibedakan lagi menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu: Narkotika gol.I:berpotensi sangat tinggi menyebabkan ketergantungan sehingga dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan pengobatan. Dalam jumlah terbatas dapat digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, reagensia diagnostik, dan reagensia laboratorium.Contoh: heroin, kokain, ganja/marijuana Narkotikagol.II:berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan. Dapat digunakan untuk terapi pengobatan, namun sebagai pilihan terakhir.Contoh: morfin, petidin, metadon Narkotikagol.III:berpotensi ringan menyebabkan ketergantungan. Banyak digunakan dalam terapi pengobatan, namun tetap dalam pengawasan yang sangat ketat.Contoh: kodein RANGKUMAN Tata cara penyimpanan obat merupakan kopetensi yang harus dimiliki oleh apoteker maupun asisten apoteker ,maka harus diperhatikan: 1. Tata ruang --- kemudahan bergerak 2. Sirkulasi udara yang baik 3. Suhu & kelembaban udara 4. Keamanan 5. Sarana pendukung : lemari, pallet, rak 6. Kartu stok 7. Bersih, bebas dari kecoa/ tikus, rapi Sesuai dengan Pengaturan peredaran, penyimpanan, pemusnahan dan pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dalam
  • 46. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 31 Peraturan Menteri ini meliputi Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi untuk kepentingan pelayanan kesehatan atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dasar Pemilihan Item Obat dan Vaksin Indikator Obat dan vaksin yang dipilih sebagai obat dan vaksin indikator merupakan obat dan vaksin pendukung program kesehatan ibu, kesehatan anak, penanggulangan penyakit, serta obat pelayanan kesehatan dasar yang banyak digunakan dan terdapat di dalam Formularium Nasional. Item obat dan vaksin indikator Kegiatan belajar 3 Menjelaskan distribusi obat dan perbekalan kesehatan Distibusi obat dan perbekes (good distribution practice): a. Penyiapan obat dan perbekes untuk tas kloter. b. Penyiapan obat emergensi di ambulance. c. Penyiapan stok awal dan mendistribusikan obat ke BPHI sesuai wilayah kerja. d. Pelayanan permintaan obat dan perbekes yang kurang. e. Laporan pendistribusian obat dan perbekes. Distribusi Obat a. Deskripsi Distribusi/penyaluran adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-sub unit pelayanan kesehatan antara lain : 1) Sub unit pelayanan kesehatan di bawahnya. 2) Daker. b. Tujuan Memenuhi kebutuhan obat sub unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja dengan jenis, jumlah dan waktu yang tepat serta mutu terjamin.
  • 47. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 32 c.Kegiatan 1) Menentukan frekuensi distribusi. Dalam menentukan frekuensi distribusi perlu dipertimbangkan : a) Jarak sub unit pelayanan. b) Biaya distribusi yang tersedia. 2) Menentukan jumlah dan jenis obat yang diberikan. Dalam menentukan jumlah obat perlu dipertimbangkan : a) Pemakaian rata-rata per periode untuk setiap jenis obat. b) Sisa stok. c) Pola penyakit. d) Jumlah kunjungan di masing-masing sub unit pelayanan kesehatan. 3) Melaksanakan penyerahan obat dan menerima sisa obat dari subsubunit. Penyerahan obat dapat dilakukan dengan cara : a) Puskesmas menyerahkan/mengirimkan obat dan diterima di subunitpelayanan. b) Obat diambil sendiri oleh sub-sub unit pelayanan. Obatdiserahkan bersama-sama dengan formulir LPLPO sub unityang ditandatangani oleh penanggungjawab sub unit pelayananPenyimpanan dan Distribusi Obat Penyiapan obat dan perbekes untuk tas kloter. a. Penyiapan obat dan perbekes untuk tas kloter. Sistem Pelayanan Kesehatan di Arab Saud ,Tim Kesehatan haji Indonesia di Saudi Arabia di ketuai seorang Wakadaker. Kesehatan sebagai koordinator, yang bertanggung jawab atas semua hal yang berkaitan dengan kesehatan jemaah. Koordinator berkedudukan di Jeddah, akan dibantu oleh seorang sekretaris dan bendahara. Untuk setiap kota Jeddah, Mekkah dan Madinah terdapat seorang Waka daker/ Wakil kepala Daerah Kerja bidang kesehatan yang bertanggung jawab kepada koordinator akan semua hal yang berkaitan dengan kesehatan.
  • 48. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 33 Sistem Pelayanan kesehatan di Arab Saudi ada beberapa tingkatan tergantung daerah atau lokasi jemaah haji Indonesia banyak berada. Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Merupakan Balai Pengobatan Haji Indonesia yang mempunyai fasilitas perawatan bagi para jamaah haji. Di Arab Saudi terdapat 3 BPHI yaitu Jeddah, Mekkah, dan di Medinah. Formularium Obat dan Perbekalan Kesehatan pada Pelayanan Kesehatan Haji sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kesatu merupakan daftar obat dan perbekalan kesehatan yang terpilih dan dibutuhkan serta harus tersedia dalam rangka pelaksanaan pelayanan kesehatan haji.Formularium Obat dan Perbekalan Kesehatan pada Pelayanan Kesehatan Haji digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan haji. Sesuai Dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.02.02/Menkes/492/2014 Tentang Formularium Obat Dan Perbekalan Kesehatan Pada Pelayanan Kesehatan Haji Daftar terlampir b. Penyiapan obat emergensi di ambulance. Hasil pertemuan dengan Menteri Kesehatan Arab Saudi dapat dirangkum sebagai berikut: • Kerja sama bidang kesehatan antara Pemerintah RI dan Pemerintah Arab Saudi sangat penting termasuk pelayanan jamaah haji dan umrah. Pemerintah RI berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas penyelenggaraan haji, termasuk persiapan kesehatan Jemaah, mulai dari tahap persiapan keberangkatan, selama menjalankan ibadah haji di Saudi Arabia, hingga sekembalinya dari melaksanakan ibadah haji. • Pemerintah Arab Saudi memberikan dukungan dan fasilitas kepada jemaah haji dan umrah dari Indonesia. Menteri Kesehatan Arab
  • 49. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 34 Saudi juga menyatakan perlunya peningkatan kerjasama penanganan berbagai penyakit seperti MERS Cov, antara Arab Saudi dengan Indonesia. Selain itu dikemukakan juga keinginan Arab Saudi untuk merekrut tenaga kerja profesional di bidang kesehatan dari Indonesia, seperti dokter dan perawat. c. Pemerintah Indonesia menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Arab Saudi atas segala dukungan dan fasilitas yang diberikan kepada jemaah haji dan umrah Indonesia khususnya terkait isu kesehatan. Beberapa hal yang menjadi fokus guna memberikan pelayanan dan perlindungan yang lebih baik kepada jemaah haji dan umroh Indonesia, kami mengharapkan kepada Pemerintah Arab Saudi sebagai berikut : • Peningkatan pelayanan Clean Water Access, Sanitation dan Hygiene, penambahan fasilitas toilet dan tempat wudhu, pembuangan sampah dan pengangkutan sampah secara berkala di Mina, Musdalifa dan Arafah. • Penambahan fasilitas seperti AC dan water cooler di tenda, air dingin dan es di sekitar tenda untuk mengurangi terjadinya heat stroke pada jemaah haji Indonesia yang sebagian besar berusia lanjut (diatas 80 tahun). • Perluasan akses masuk bagi kendaraan ambulan Pemerintah RI di Mina, Musdalifa dan Arafah. • Persetujuan pengadaan 15 unit kendaraan ambulan baru menggantikan ambulan lama. • Pemberian ijin untuk pendirian tenda emergency care unit Pemerintah RI di sekitar tenda jemaah haji di Mina dan Arafah. • Penetapan beberapa Rumah Sakit sebagai Rumah Sakit rujukan bagi jemaah haji dan umroh Indonesia. • Persetujuan visa non haji untuk petugas kesehatan Indonesia seperti dokter, perawat dan tenaga kesehatan sebanyak 70 orang.
  • 50. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 35 • Persetujuan visa bagi pejabat Kementerian Kesahatan yang diperbantukan di KJRI Jeddah untuk persiapan haji tahun 2016. • Persetujuan pendirian Rumah Sakit Indonesia bagi jemaah haji dan umroh Indonesia yang bekerjasama dengan Arab Saudi. • Penambahan quota bagi jemaah haji Indonesia. d. Menanggapi permintaan Indonesia tersebut, Menteri Kesehatan Arab Saudi menyampaikan hal sebagi berikut : • Pemerintah Arab Saudi telah memutuskan untuk tahun 2016, jumlah qouta jemaah haji, termasuk jemaah haji Indonesia sama seperti tahun sebelumnya. • Jemaah haji Indonesia merupakan contoh yang baik bagi jemaah haji lainnya mengingat jemaah haji Indonesia sangat terorganisir, sangat tertib dan berperilaku baik. • Permintaan Menteri Kesehatan RI terkait isu sanitasi dan hygiene akan ditindaklanjuti. • Penambahan AC di tenda – tenda jemaah haji dilakukan secara bertahap dan selama lima tahun mendatang semua AC di tenda – tenda jemaah haji akan diganti dengan AC baru. • Penambahan air dingin dan es akan dipenuhi sesuai kemampuan. • Penambahan akses bagi ambulan di Mna, Musdalifa dan Arafah diatur oleh Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi. • Permintaan persetujuan pengadaan mobil ambulan yang baru akan disampaikan kepada pihak yang berwenang. • Pemerintah Arab Saudi telah menetapkan tujuh rumah sakit di Makkah dan enam rumah sakit di Madinah sebagai rumah sakit rujukan termasuk bagi jemaah Indonesia. • Pemerintah Arab Saudi sedang membahas usulan Indonesia untuk membangun rumah sakit bagi jemaah haji dan umrah Indonesai. Terdapat berbagai persyaratan yang harus dipenuhi Indonesia dan perlu ada pembahasan lebih lanjut.
  • 51. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 36 • Perlu disepakati Memorandum of Understanding antara Kementerian Kesehatan Arab Saudi dan Kementerian Kesehatan RI dibidang kerjasama kesehatan termasuk pelayanan kesehatan bagi jemaah haji dan umrah Indonesia. e. Tenaga kerja profesional Indonesia dibidang kesehatan, sesuai permintaan Menteri Kesehatan Arab Saudi, kami telah melakukan pertemuan dengan Deputi Menteri Kesehatan bidang SDM Arab Saudi mebutuhkan perawat dan dokter untuk berbagai rumah sakit Pemerintah Arab Saudi, sangat diharapkan Indonesia dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Perekrutan perawat dan dokter tersebut dilakukan melalui mekanisme G to G (antara Pemerintah) atau perusahaan rekruitmen tenaga kerja. Kementerian Kesehatan Arab Saudi sebagai sponsor (penanggung jawab) perawat dan dokter tersebut selama bekerja di Arab Saudi. f. Perawat dan dokter Indonesia tersebut. Mengingat di Indonesia yang menangani hal perekruitmen tenaga kerja Indonesia dalam hal ini BNP2TKI, maka tawaran tersebut akan disampaikan kepada BNP2TKI . C.Penyiapan stok awal dan mendistribusikan obat ke BPHI sesuai wilayah kerja. STOK OPNAME OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN HAJI DI ARAB SAUDI Pelayanan kesehatan merupakan hak semua warga negara yang di jamin dlam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang harus diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tinginya. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji memberikan tugas dan tanggung jawab kepada Kementerian Kesehatan dalam penyelenggaraan pelayanan Kesehatan Haji. Kesehatan jamaah haji `yang prima merupakan salah satu syarat agar pelaksanaan haji dapat dilaksanakan dengan baik.
  • 52. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 37 Stokopname dilaksanakan oleh. Tim pelaksana Stok Opname dalam hal ini dapaat dilakukan oleh PNS dari Sesditjen Binfar dan Alkes. Pelaksanaan kegiatan dilakukan secara bertahap di 3 lokasi, yaitu : a. Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) di Makkah b. Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) di Madinah c. Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) di Jeddah. Kegiatan dilakukan dalam pelaksanaan stok opname obat dan perbekalan kesehatan tersebut adalah sebagai berikut : a. Identifikasi obat dan perbekalan kesehatan Haji termasuk Tas Dokter Kloter yang meliputi, jumlah, kondisi fisik dan masa kadaluarsa . b. Pemilahan pengelompokkan obat dan perbekalan kesehatan Haji c. Pengemasan sisa obat dan perbekalan kesehatan Haji. d. Pengelompokan obat dan perbekalan kesehatah Haji berdasarkan kelas terapi dalam rangka penyimpanan. e. Pencatatan data sisa stok obat dan perbekalan kesehatan Haji f. Rekapitulasi data stok obat dan perbekalan kesehatan Haji g. Penyusunan laporan stok opname obat dan perbekalan kesehatan Haji sebagai tindak lanjut Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan stok opname obat dan perbekalan kesehatan Haji di Arab Saudi perlu dilakukanperbaikan dalam sistem pengelolaan seperti sarana dan prasaran penyimpanan, penyusunan protap pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan Haji , perencanaan kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan Haji dan jadwal tentang kepulangan petugas farmasi d.Pelayanan permintaan obat dan perbekes yang kurang. Petugas mengajukan usulan permintaan obat dan perbekes yang kurang dengan menghitung kebutuhan kekurang yang ada baik jumlah atau jenis obat dan perbekes dengan menggunakan formulir permintaan obat dan perbekes dan dengan mengacu kepada Peraturan kepala badan pengawas obat dan makanan republik indonesia nomor hk.03.1.34.11.12.7542 tahun 2012 tentang pedoman teknis cara distribusi obat yang baik, Bahan Obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun
  • 53. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 38 tidak berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat dengan standar dan mutu sebagai bahan baku farmasi termasuk baku pembanding. Instalasi Sediaan Farmasi yang menyelenggarakan pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran obat dan/atau bahan obat juga wajib menerapkan Pedoman Teknis CDOB. Fasilitas distribusi harus menetapkan dan mempertahankan prosedur untuk identifikasi, pengumpulan, penomoran, pencarian, penyimpanan, pemeliharaan, pemusnahan dan akses ke semua dokumen yang berlaku. Tugas dan tanggung jawab harus didefinisikan secara jelas dan dipahami oleh personil yang bersangkutan serta dijabarkan dalam uraian tugas. Kegiatan tertentu yang memerlukan perhatian khusus, misalnya pengawasan kinerja, dilakukan sesuai dengan ketentuan dan peraturan. Personil yang terlibat di rantai distribusi harus diberi penjelasan dan pelatihan yang memadai mengenai tugas dan tanggung jawabnya. Personil yang bertanggungjawab dalam kegiatan manajerial dan teknis harus memiliki kewenangan dan sumber daya yang diperlukan untuk menyusun, mempertahankan, mengidentifikasi dan memperbaiki penyimpangan sistem mutu Manajemen puncak di fasilitas distribusi harus menunjuk seorang penanggung jawab. Penanggung jawab harus memenuhi tanggung jawabnya, bertugas purna waktu dan memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Jika penanggung jawab fasilitas distribusi tidak dapat melaksanakan tugasnya dalam waktu yang ditentukan, maka harus dilakukan pendelegasian tugas kepada tenaga teknis kefarmasian. Tenaga kefarmasian yang mendapat pendelegasian wajib melaporkan kegiatan yang dilakukan kepada penanggung jawab Fasilitas distribusi harus menetapkan kualifikasi dan/atau validasi yang diperlukan untuk pengendalian kegiatan distribusi. Ruang lingkup dan metode validasi harus ditetapkan berdasarkan pendekatan analisis risiko. Kegiatan validasi harus direncanakan dan didokumentasikan. Perencanaan harus memuat kriteria yang dipersyaratkan.
  • 54. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 39 Pengadaan obat dan/atau bahan obat harus dikendalikan dengan prosedur tertulis dan rantai pasokan harus diidentifikasi serta didokumentasikan. Proses penerimaan bertujuan untuk memastikan bahwa kiriman obat dan/atau bahan obat yang diterima benar, berasal dari pemasok yang disetujui, tidak rusak atau tidak mengalami perubahan selama transportasi. Dokumen untuk pengiriman obat dan/atau bahan obat harus disiapkan dan harus mencakup sekurang-kurangnya informasi berikut: 1.Tanggal pengiriman; 2.Nama lengkap, 3.alamat (tanpa akronim), 4.nomor telepon dan status dari penerima (misalnya Apotek, rumah sakit atau klinik); 5.Deskripsi obat dan/atau bahan obat, misalnya nama, bentuk sediaan dan kekuatan (jika perlu) 6.nomor bets dan tanggal kedaluwarsa 7.Kuantitas obat dan/atau bahan obat, yaitu jumlah kontainer dan kuantitas per kontainer (jika perlu); 8.Nomor dokumen untuk identifikasi order pengiriman Transportasi yang digunakan mencakup nama dan alamat perusahaan ekspedisi serta tanda tangan dan nama jelas personil ekspedisi yang menerima (jika menggunakan jasa ekspedisi) dan kondisi penyimpanan; e).Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan Pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memonitor transaksi perbekalan farmasi yang keluar dan masuk di lingkungan IFRS. Adanya pencatatan akan memudahkan petugas untuk melakukan penelusuran bila terjadi adanya mutu obat yang sub standar dan harus ditarik dari peredaran. Pencatatan dapat dilakukan
  • 55. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 40 dengan menggunakan bentuk digital maupun manual. Kartu yang umum digunakan untuk melakukan pencatatan adalah Kartu Stok dan Kartu Stok Induk(Anonim,2012). Fungsi: 1) Kartustok digunakan untuk mencatat mutasi perbekalan farmasi (penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak, atau kadaluwarsa) 2) Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukkan mencatat data mutasi 1(satu) jenis perbekalan farmasi yang berasal dari 1 (satu) sumber anggaran, 3) Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan, perencanaan pengadaan distribusi dan sebagai pembanding terhadap keadaan fisik perbekalan farmasi dalam tempat penyimpanan (Depkes RI,2008) Hal-hal yang harus diperhatikan: 1) Kartu stok diletakkan bersamaan/berdekatan dengan perbekalan farmasi bersangkutan, 2) Pencatatan dilakukan secara rutin dari hari ke hari, 3) Setiap terjadi mutasi perbekalan farmasi (penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak/kadaluwarsa) langsung dicatat di dalam kartu stok, 4) Penerimaan dan pengeluaran dijumlahkan pada setiap akhir bulan (Depkes RI,2008) Informasi yang didapat: 1) Jumlah perbekalan farmasi yang tersedia (sisa stok), 2) Jumlah perbekalan farmasi yang diterima, 3) Jumlah perbekalan farmasi yang keluar, 4) Jumlah perbekalan farmasi yang hilang/ rusak/ kadaluwarsa, 5) Jangka waktu kekosongan perbekalan farmasi.
  • 56. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 41 Manfaat informasi yang didapat: 1) Untuk mengetahui dengan cepat jumlah persediaan perbekalan farmasi, 2) Penyusunan laporan, 3) Perencanaan pengadaan dan distribusi, 4) Pengendalian persediaan, 5) Untuk pertanggungjawaban bagi petugas penyimpanan dan pendistribusian, 6) Sebagai alat bantu kontrol bagi Kepala IFRS. Hal-hal yang harus Diperhatikan 1) Petugas pencatatan dan evaluasi, mencatat segala penerimaan dan pengeluaran perbekalan farmasi di Kartu Stok Induk. 2) Kartu Stok Induk adalah : a)Sebagai pencerminan perbekalan farmasi yang ada di gudang, b)Alat bantu bagi petugas untuk pengeluaran perbekalan farmasi, c)Alat bantu dalam menentukan kebutuhan. 3) Bagian judul pada kartu induk persediaan perbekalan farmasi diisi dengan : a) Nama perbekalan farmasi tersebut, b) Sumber/asal perbekalan farmasi, c).Jumlah persediaan minimum yang harus ada dalam persediaan, dihitung sebesar waktu tunggu, d).Jumlah persediaan maksimum yang harus ada dalam persediaan=sebesar stok kerja+waktu tunggu+stok pengaman. 4) Kolom-kolom pada Kartu Stok Induk persediaan perbekalan farmasi diisi dengan: a) Tanggal diterima atau dikeluarkan perbekalan farmasi, b) Nomor dan tanda bukti misalnya nomor faktur dan lain-lain, c) Dari siapa diterima perbekalan farmasi atau kepada siapa dikirim, d) Jumlah perbekalan farmasi yang diterima berdasarkan sumber anggaran,
  • 57. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 42 e) Jumlah perbekalan farmasi yang dikeluarkan, f) Sisa stok perbekalan farmasi dalam persediaan g).Keterangan yang dianggap perlu, misalnya tanggal dan tahun kadaluwarsa, nomor batch dan lain-lain. Pelaporan Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan administrasi perbekalan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan yang disajikan kepada pihakyangberkepentingan. Tujuan: • Tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi, • Tersedianya informasi yang akurat, • Tersedianya arsip yang memudahkan penelusuran surat dan laporan, • Mendapat data yang lengkap untuk membuat perencanaan (Depkes RI,2008) Jenis laporan yang sebaiknya dibuat oleh IFRS meliputi: No Jenis Laporan Kegunaan Ket. 1. Keuangan (laporan yang telah dikeluarkan oleh IFRS) Untuk keperluan audit, wajib dibuat 2. Mutasi perbekalan farmasi Untuk keperluan perencanaan, wajib dibuat 3. Penulisan resep generik dan non generik Untuk keperluan pengadaan, wajib dibuat
  • 58. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 43 4. Narkotika dan Psikotropika Untuk audit POM dan keperluan perencanaan, wajib dibuat 5. Stok opname Untuk keperluan audit dan perencanaan, wajib dibuat 6. Pendistribusian, berupa jumlah dan rupiah Untuk keperluan audit dan perencanaan, wajib dibuat 7. Penggunaan obat program Untuk keperluan audit dan perencanaan, wajib dibuat 8. Pemakaian perbekalan farmasi Jaminan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin Untuk keperluan audit dan perencanaan, wajib dibuat 9. Jumlah resep Untuk keperluan perencanaan 10. Kepatuhan terhadap formularium Untuk keperluan perencanaan, informasikan untuk KFT 11. Penggunaan obat terbesar Untuk keperluan perencanaan, informasikan untuk KFT 12. Penggunaan antibiotik Untuk keperluan perencanaan, informasikan untuk KFT 13. Kinerja Untuk audit
  • 59. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 44 Monitoring dan Evaluasi Salah satu upaya untuk terus mempertahankan mutu pengelolaan perbekalan farmasi dirumah sakit adalah dengan melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi. Kegiatan ini juga bermanfaat sebagai masukan guna penyusunan perencanaandan pengambilan keputsan. Pelaksanaan evaluasi dapat dilakukan secara periodic dan berjenjang. Keberhasilan evaluasi ditentukan oleh supervisor maupun alat yang digunakan (Depkes RI,2008). Monitoring Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan pengukuran kemajuan atas objektif program/memantau perubahan yang fokus pada proses masuk dan keluar. 1).Monitoring melibatkan perhitungan atas apa yang kita lakukan 2).Monitoring melibatkan pengamatan atas kualitas dari layanan yang kita berikan (Depkes RI,2008) Evaluasi Evaluasi adalah penggunaan metode penelitian sosial secara sistematis menginvestigasi efektifitas program dan menilai kontribusi program terhadap perubahan (Goal/objektif) dan menilai kebutuhan perbaikan, kelanjutan atau perluasan program (rekomendasi) 1) Evaluasi memerlukan desain studi/penelitian, 2).Evaluasi terkadang membutuhkan kelompok kontrol atau kelompok pembanding, 3) Evaluasi melibatkan pengukuran seiring dengan berjalannya waktu, 4) Evaluasi melibatkan studi/penelitian khusus. Hubungan antara Monitoring dan Evaluasi adalah evaluasi memerlukan hasil dari monitoring dan digunakan untuk kontribusi program (Anonim, 2012).
  • 60. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 45 Monitoring bersifat spesifik program, sedangkan Evaluasi tidak hanya dipengaruhi oleh program itu sendiri, melainkan variabel-variabel dari luar. Tujuan dari Evaluasi adalah evalausi efektifitas dan cost effectiveness. Tujuan : meningkankan produktivitas para pengelola perbekalan farmasi di rumah sakit agar dapat ditingkatkan secara optimum (Depkes RI,2008) Pelayanan farmasi klinik Pelayan farmasi klinik adalah pendekatan profesional yang bertangggung jawab dalam menjamin penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien melalui penerapan pengetahuan, keahlian, keterampilan dan prilaku tenaga farmasi serta bekerja sama dengan profesi kesehatan yang lain. Tujuan pelayanan farmasi klinik adalah: 1).Memberikan pelayanan farmasi yang dapat menjamin efektivitas, keamanan dan efisiensi penggunaan obat, 2).Meningkatkan kerjasama dengan pasien dan profesi kesehatan lain yang terkait dalam pelayanan farmasi, 3).Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan farmasi di rumah sakit, 4).Melaksanakan kebijakan obat dirumah sakit dalam rangka meningkatkan penggunaan obat secara rasional (Anonim.2012). Karakteristik pelayanan farmasi klinik di rumah sakit adalah : 1) Berorientasi kepada pasien, 2) Terlibat langsung di ruang perawatan di rumah sakit (bangsal), 3) Bersifat pasif, dengan melakukan intervensi setelah pengobatan dimulai dan memberi informasi bila diperlukan, 4) Bersifat aktif, dengan memberi masukkan kepada dokter sebelum pengobatan dimulai, atau menerbitkan buletin informasi obat atau pengobatan,
  • 61. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 46 5) Bertanggungjawab atas semua saran atau tindakan yang dilakukan, 6) Menjadi mitra dan pendamping dokter. Sistem pelayanan kesehatan pada konteks farmasi klinik, farmasi adalah ahli pengobatan dalam terapi. Mereka bertugas melakukan evalusi pengobatan dan memberikan rekomendasi pengobatan, baik kepada pasien maupun tenaga kesehatan lain. Farmasis merupakan sumber utama informasi ilmiah terkait dengan penggunaan obat yang aman, tepat dan cost effective. Kegiatan pelayanan farmasi klinik meliputi: a).Pengkajian resep, yaitu merupakan kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasi dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan, b).Dispensing, yaitu merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap validasi, interprestasi, menyiapkan/meracik obat, memberikan label/tiket, penyerahan obat dengan memberikan informasi obat yang memadai disertai sistem dokumentasi. Dispensing dibedakan berdasarkan atas sifat sediaan, yaitu dispensing sediaan farmasi khusus (nutrisi parental dan pencampuran obat steril) dan dispensings ediaan farmasi berbahaya (penanganan obat kanker secara aseptis), c).Pemantauan dan pelaporan efek samping obat, yaitu merupakan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi, d).Pelayanan informasi obat (PIO), yaitu kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh tenaga farmasi untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
  • 62. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 47 Tujuan dari PIO adalah: 1) Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien atau keluarganya dan tenaga kesehatan dilingkungan rumah sakit, 2) Menyediakan inforamasi untuk kebijakan yang berhubungan dengan obat yang ditetapkan PFT, 3) Meningkatkan profesionalisme tenaga farmasi, 4) Menunjang pengolahan dan terapi obat yang rasional dan berorientasi pada pasien, 5) Konseling,adalah suatu proses sistematik untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat pasien rawat jalan dan rawat inap, 6) Pemantauan kadar obat dalam darah, yaitu melakukan pemeriksaan kadar beberapa obat tertentu atas permintaan dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit, 7) Ronde/visite pasien, yaitu kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Hal ini bertujuan: pemilihan obat, menerapkan secara langsung pengetahuan farmakologi terapik, menilai kemajuan pasien, bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain, 8) Pengkajian penggunaan obat, yaitu program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat- obatan yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien (Anonim,2001). RANGKUMAN Kegiatan penditrisbusian merupakan kegiatan yang harus mendapat perhatian ketika dalam melakukan penyimpanan yang baik dan benar, . keterbatasan keterjagaan baik jumlah jenis, disuaikan dengan undang- undang Dan peraturan penyimpanan cara distribusi obatdan perbekalan . Mengelola Fasilitas dan BahanFasilitas produksi maupun fasilitas produksi
  • 63. Modul Pelatihan PPIH Tahun 2017 48 sangat diperlukan perusahaan untuk menunjang keberhasilan usaha. Kelengkapan fasilitas yang diperlukan perusahaan harus dapat dan menambah efisiensi dalam menyelesaikan pekerjaan.
  • 64. Modul Pelatihan PPIH 2017 1 PELAYANAN OBAT DAN ALAT KESEHATAN HAJI I. DESKRIPSI SINGKAT Dalam rangka pelayanan kesehatan haji berdasarkan Keputusan Menkes No. 1394/2002 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji Indonesia dan Keputusan Menkes No. 511/2007 tentang Pedoman Perekrutan Petugas Kesehatan haji Indonesia, maka peran petugas penyelenggara ibadah haji (PPIH) menjadi sangat penting dan turut menentukan kesuksesan pelayanan kesehatan haji secara keseluruhan. Secara umum tugas petugas penyelenggara kesehatan ibadah haji (PPIH) adalah memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan kesehatan terhadap jamaah, serta tugas-tugas administrasi selama menjalankan tugas di Arab Saudi. Sebagai bagian dari Tim Kuratif – Rehabilitatif (TKR), tenaga kefarmasian diharapkan dapat terlibat aktif dalam memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan kesehatan terhadap jamaah, serta tugas-tugas administrasi selama menjalankan tugas di Arab Saudi. Tentunya tenaga kefarmasian melakukan kegiatan penunjang medis yang berupa pelayanan obat dan perbekalan kesehatan haji. II. TUJUAN PEMBELAJARAN A. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan pelayanan obat dan perbekalan kesehatan haji B. Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah selesai pelatihan, peserta mampu: 1. Menjelaskan pelayanan obat dan perbekalan kesehatan secara baik 2. Mlakukan pelayanan obat dan perbekalan kesehatan sesuai permintaan III. POKOK BAHASAN
  • 65. 2 Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan-pokok bahasan sebagai berikut yaitu : Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan: 1. Pelayanan Obat dan Perbekalan Kesehatan (Good pharmacy practice) A. Prinsip Good pharmacy practice B. Pelayanan obat dan perbekes di depo obat C. Pelayanan obat dan perbekes di apotik D. Pelayanan obat dan perbekes di Armina 2. Pelayanan obat dan perbekes IV. BAHAN BELAJAR 1. Modul TKR FARMASI MIK 1: Pengelolaan Obat Dan Alat Kesehatan Haji 2. Petunjuk diskusi kelompok. 3. Panduan simulasi. 4. Internet online (E-FORNAS, E-Catalogue, E-Monev Catalogue, dan E- SISKOHATKES) V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 3 jam pelajaran (T= 1 jpl, P= 2 jpl, PL= 0 jpl) @45 menit. Untuk mempermudah proses pembelajaran dan meningkatkan partisipasi seluruh perserta, maka perlu disusun langkah-langkah kegiatan sebagai berikut: Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran 1. Kegiatan Fasilitator a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas b. Fasilitator menyampaikan Salam dengan menyapa peserta dengan ramah dan hangat. c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah dengan memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan
  • 66. 3 menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan. d. Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) tentang pengelolaan obat dan alat kesehatan haji dengan metode curah pendapat (brainstorming). e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran tentang materi pengelolaan obat dan alat kesehatan haji yang disampaikan dengan menggunakan bahan tayang (slide power point). 2. Kegiatan Peserta a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan. b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator. c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. d. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator bila ada hal-hal yang belum jelas dan perlu diklarifikasi. Langkah 2 : Review pokok bahasan 1. Kegiatan Fasilitator a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan dari materi awal sampai dengan materi terakhir secara garis besar dalam waktu yang singkat b. Melengkapinya dengan menayangkan/ demonstrasi perangkat yang sifatnya online c. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang masih belum jelas. d. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan oleh peserta 2. Kegiatan Peserta a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap penting. b. Ikut serta membuka perangkat online yang didemonstrasikan di laptop masing-masing.