SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Download to read offline
Reprint:
JURNALILMU-ILMUPERAIRANDANPERIKANANINDONESIA
ISSN 0854-3194
Juni 2004, Jilid 11, Nomor 1
Halaman 5 – 10
Kondisi Telur pada Berbagai
Bagian Cabang Karang Acropora nobilis
(Eggs Condition on Different Parts of Branch Coral Acropora nobilis)
Chair Rani, Dedi Soedharma, Ridwan Affandi dan Suharsono
Alamat Penyunting dan Tata Usaha: Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor - Jl. Lingkar Akademik, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Wing C, Lantai 4 - Telepon (0251)
622912, Fax. (0251) 622932. E-mail : jippi@centrin.net.id
Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional No. 22/DIKTI/Kep /2002 tanggal 8
Mei 2002 tentang Hasil Akreditasi Jurnal Ilmiah Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Tahun 2002, Jurnal Ilmu-ilmu Perairan
dan Perikanan Indonesia (JIPPI) diakui sebagai jurnal nasional terakreditasi.
5
KONDISI TELUR PADA BERBAGAI
BAGIAN CABANG KARANG Acropora nobilis
(Eggs Condition on Different Parts of Branch Coral Acropora nobilis)
Chair Rani1
, Dedi Soedharma2
, Ridwan Affandi2
dan Suharsono3
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi telur menurut tingkat perkembangannya, rataan
jumlah telur per polip dan proporsi polip yang reproduktif pada berbagai bagian cabang karang A. nobilis.
Sebanyak 10 koloni A. nobilis yang berdiameter > 15 cm diambil contohnya secara acak di bagian barat laut
perairan terumbu karang Pulau Barrang Lompo, Kepulauan Spermonde, Makassar pada tanggal 27 Januari
2002 (satu hari sebelum bulan purnama). Polip dari tiga bagian cabang (apikal, tengah dan basal) diperiksa
jumlah telur yang dikandungnya secara histologis. Terdapat interaksi antara pertumbuhan dan reproduksi ter-
hadap alokasi sumber daya pada berbagai bagian koloni karang. Alokasi sumber daya terhadap fungsi biologi
tertentu akan mengorbankan fungsi biologi lainnya. Pertumbuhan karang yang terlokalisasi pada bagian ter-
tentu suatu koloni karang berhubungan dengan rendahnya aktivitas reproduksi. Hasil penelitian menunjuk-
kan adanya perbedaan yang nyata (p < 0.001) distribusi telur menurut tingkat perkembangannya pada berba-
gai bagian cabang karang. Bagian tengah cabang memiliki proporsi polip karang yang berkaitan dengan lo-
kasi energi untuk pertumbuhan yang lebih reproduktif (100%) dengan kandungan rataan jumlah telur yang le-
bih tinggi (5.22 butir/potongan polip) dibanding bagian apikal dan basal cabang.
Kata kunci: Distribusi, telur, cabang karang, Acropora nobilis
ABSTRACT
The aim of the research was to reveal the egg distribution in each development stage, the mean of
eggs number per polyp and reproductive polyp proportion on different parts of branching coral Acropora no-
bilis. Ten colonies A. nobilis with >15 cm diameter were taken randomly in NW of coral reef waters, Barrang
Lompo Island, Spermonde Islands, Makassar on 28 January 2002 (one day before full moon). Egg number
from three parts of branch polyps (apical, middle, and basal) was investigated histologi cally. The results
showed that there were interaction between growth and reproduction on resources allocation on several parts
of coral colony. The resources allocation on certain biology function will sacrifice of other biological func-
tions. Growth localization in certain part of coral colony was correlated to lower of reproduction activities.
The egg distribution in each development stage from various branches were different significantly (p<0.001).
Polyp proportion in the middle of branch was more fertile (100%) with eggs number average was greater (522
eggs/polyp slice) than apical and basal branches.
Key words: Distribution, eggs, coral branches, Acropora nobilis
PENDAHULUAN
Karang memiliki keterbatasan sumber-
daya energi yang harus dibagi antara berbagai
fungsi biologi, mencakup reproduksi aseksual
dan seksual, pertumbuhan, pemeliharaan dan
perbaikan sel. Interaksi antara pertumbuhan dan
reproduksi merupakan bagian penting karena
secara fungsional mereka bersaing dalam peng-
gunaan energi yang tersisa setelah terpenuhinya
kebutuhan dasar untuk pemeliharaan dan perba-
ikan sel (Harrison dan Wallace, 1990).
Laju pertumbuhan pada kebanyakan spe-
sies karang menurun dengan meningkatnya u-
kuran, dan mungkin disebabkan oleh permulaan
reproduksi seksual dan peningkatan fekunditas
seiring pertumbuhan karang (Kojis dan Quinn,
1981). Szmant-Froelich (1985) menduga bah-
wa gametogenesis dan proses pertunasan pada
karang mungkin berinteraksi dan berkompetisi
terhadap sumberdaya yang tersedia untuk per-
tumbuhan sel-sel interstisial, seperti halnya pa-
da Hydra (Tardent 1975).
Beberapa hasil penelitian tentang pertum-
buhan (kalsifikasi) karang memperlihatkan ada-
1
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanud-
din, Makassar.
2
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
3
Pusat Penelitian Oseanologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indo-
nesia, Jakarta.
6 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Juni 2004, Jilid 11, Nomor 1: 5-10
nya variasi densitas rangka karang menurut bu-
lan atau musim, dan diduga berhubungan de-
ngan siklus reproduksi (Buddemeier dan Kin-
zie, 1976; Wellington dan Glynn, 1983). Me-
nurunnya pertumbuhan atau berkurangnya kal-
sifikasi diduga berlangsung ketika energi dialo-
kasikan untuk aktivitas reproduksi (Wellington
dan Glynn, 1983). Demikian pula sebaliknya,
pertumbuhan yang terlokalisasi pada bagian ter-
tentu koloni karang juga bertanggung jawab ter-
hadap rendahnya fekunditas.
Genera karang Acropora umumnya me-
miliki bentuk morfologi koloni yang bercabang
dan salah satu komponen utama pembangun te-
rumbu karang. Pertumbuhan karang bercabang
berlangsung lebih cepat pada bagian ujung ca-
bang tanpa zooxantela dibandingkan dengan ba-
gian basal (Goreau, 1959; Pearse dan Musca-
tine, 1971; Oliver, 1984, Rinkevich dan Loya,
1984). Jika terdapat hubungan dan kompetisi
dalam alokasi sumber daya antara pertumbuhan
dan reproduksi pada berbagai bagian cabang,
maka diharapkan terdapat perbedaan jumlah te-
lur di antara bagian-bagian cabang tersebut dan
pada bagian ujung cabang yang tumbuh lebih
cepat diduga memiliki jumlah telur yang lebih
sedikit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengeta-
hui distribusi telur menurut tingkat perkem-
bangannya, rataan jumlah telur per potongan
polip dan proporsi polip yang reproduktif pada
berbagai bagian cabang karang Acropora nobi-
lis dan membuktikan hipotesis bahwa ada inter-
aksi antara pertumbuhan dan reproduksi terha-
dap sumber daya yang tersedia.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilakukan di terumbu ka-
rang Pulau Barrang Lompo, Kepulauan Sper-
monde, Makassar. Pengambilan contoh karang
A. nobilis Dana (1846) dilakukan pada bagian
barat laut pulau (Gambar 1). Di lokasi ini dida-
patkan distribusi koloni A. nobilis yang luas.
Sebanyak 10 koloni karang diambil con-
tohnya secara acak dalam kelompok-kelompok
koloni yang ditemukan di sebelah barat laut pu-
lau. Cabang karang dipatahkan dengan palu a-
tau pahat. Pengambilan contoh dilakukan pada
tanggal 27 Januari 2002 (satu hari sebelum bu-
lan purnama). Di perairan Selat Lombok bagi-
an timur, karang ini diprediksi memijah pada
bulan Desember sampai Februari pada saat bu-
lan purnama (Bachtiar, komunikasi pribadi).
Gambar 1. Peta Lokasi dan Pengambilan Contoh Karang Acropora nobilis di Bagian Barat Laut Pulau
Barrang Lompo, Kepulauan Spermonde, Makasar.
Karang Acropora sebagian besar bere-
produksi dengan cara memijahkan gamet-ga-
metnya, dan mulai reproduktif pada umur 3-5
tahun dengan ukuran koloni saat pertama bere-
Rani, C, D. Soedharma, R. Affandidan Suharsono, Kondisi Telur pada Berbagai Bagian Cabang … 7
produksi antara 4-7cm (Wallace 1985). Dengan
mempertimbangkan bahwa karang di daerah
tropik tumbuh lebih cepat (suhu relatif konstan
sepanjang tahun) maka koloni karang yang di-
ambil contohnya dan berdiameter lebih dari 15
cm diprediksi tergolong ukuran yang reproduk-
tif (Gambar 2).
Gambar 2. Karang Acropora nobilis yang Me-
rupakan Salah Satu Komponen U-
tama Pembangun Terumbu Karang
di Perairan Pulau Barrang Lompo,
Makassar.
Pada 10 koloni karang yang terpilih, se-
lanjutnya diseleksi cabang yang panjangnya ±
20 cm dan dibagi menjadi tiga bagian potongan,
yaitu bagian ujung cabang (apikal), bagian te-
ngah, dan bagian pangkal cabang (basal) de-
ngan panjang masing-masing potongan tersebut
± 5 cm.
Potongan cabang yang diambil kemudian
diawetkan dalam larutan fiksatif formalin 5%
(pengenceran dengan air laut) selama minimum
satu minggu, kemudian didekalsifikasi dengan
larutan 12N HCl 10% (dilarutkan dalam akua-
des) selama 4-6 jam atau lebih (Wallace 1985,
Glynn et al 1991, 1994). Polip-polip yang telah
didekalsifikasi selanjutnya disimpan dalam wa-
dah khusus (tissue cassette) dan dicuci dalam
air kran mengalir selama 24 jam untuk menghi-
langkan HCl pada permukaan jaringan. Polip-
polip tersebut kemudian disimpan dalam larutan
alkohol 70% untuk sementara waktu (Fadlallah
& Pearse 1982, Glynn et al 1994) sebelum dila-
kukan persiapan untuk histologinya.
Penyiapan sediaan histologi mengikuti
proses teknik jaringan standar (Humason 1962,
Wallace 1985, Kiernan 1990, Glynn et al 1991,
1994). Pertama-tama dilakukan proses dehidra-
si dengan menggunakan seri alkohol bertingkat
(70% - 100%), dijernihkan dengan larutan xylol
dan kemudian diinfiltrasi dengan parafin cair.
Polip-polip tersebut selanjutnya ditanam dalam
blok parafin (embedding) dan diorientasikan
untuk pemotongan secara membujur (potongan
vertikal). Jaringan polip disayat dengan mikro-
tom setebal 4-6 µm, dan di warnai dengan pe-
warna Harris hematoxylin dan eosin.
Bagian tengah dan potongan polip diam-
bil sebanyak 2-3 sayatan per slide untuk penga-
matan perkembangan gonad dan distribusi oosit
di bawah mikroskop dengan pembesaran 10x
dan 20x. Polip-polip yang dinilai hanya untuk
sayatan-sayatan yang mengandung jaringan me-
senteri lebih dari 50% (Glynn et al 1991). Un-
tuk mendapatkan perbandingan yang sah secara
statistika maka dilakukan pengamatan histolo-
gis terhadap lima polip untuk setiap potongan
cabang (Wallace 1985). Sediaan histologi polip
pada bagian tersebut dianalisis untuk menentu-
kan bagian cabang yang paling reproduktif.
Penentuan tahap perkembangan telur di-
dasarkan atas ukuran sel dan bentuk morfologi-
nya serta karakter warna yang ditampilkan ber-
dasarkan hasil pewarnaan Hematoxylin dan Eo-
sin. Perkembangan telur dibagi dalam empat
tahap (Tahap I-IV) berdasarkan kriteria Glynn
et al (1991, 1994).
Jumlah telur menurut tahap perkembang-
annya dicatat dan dikelompokkan menurut ba-
gian cabang karang (apik al, tengah dan basal).
Perbedaan distribusi jumlah telur menurut ting-
kat perkembangannya dan proporsi polip yang
reproduktif (50 polip) pada masing-masing ba-
gian cabang dianalisis dengan uji Khi-kuadrat.
Sedangkan perbedaan rataan jumlah telur per
potongan polip pada setiap bagian cabang dia-
nalisis dengan uji Kruskal-Wallis (Sokal &
Rohlf 1969). Proses perhitungan dilakukan de-
ngan bantuan perangkat lunak komputer Statis-
tix 1.0.
HASIL
Acropora nobilis merupakan salah satu
komponen utama pembangun terumbu karang
di perairan Pulau Barrang Lompo. Penyebaran-
nya sangat luas karena ditemukan pada semua
sisi pulau dengan membentuk kelompok dalam
8 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Juni 2004, Jilid 11, Nomor 1: 5-10
jumlah yang melimpah. Spesies ini memiliki
bentuk percabangan arboresen yang menyeru-
pai tanduk rusa (staghorn-like) dengan panjang
percabangan bisa mencapai 20-25 cm sehingga
memungkinkan mengambil cuplikan bagian ca-
bang sepanjang ± 5 cm pada tiga bagian cabang,
yaitu apikal, tengah dan basal.
Dari 50 polip yang diperiksa pada setiap
bagian cabang memperlihatkan adanya perbeda-
an distribusi jumlah telur yang nyata (p<0.00l)
menurut tahap perkembangannya. Pada bagian
tengah cabang didapatkan semua tingkat kema-
tangan telur dengan jumlah telur yang lebih
tinggi dibandingkan dengan bagian basal dan
apikalcabang (Gambar 3).
Gambar 3. Distribusi Jumlah Telur Menurut
Tahap Perkembangannya (I-IV) pa-
da Berbagai Bagian Cabang Karang
Acropora nobilis. ** berbeda nyata
(?2
=127.12; p<0.001).
Demikian pula rataan jumlah telur per
potongan polip dan proporsi polip yang repro-
duktif antara bagian cabang menunjukkan per-
bedaan yang nyata (Gambar 4). Rataan jumlah
telur pada bagian tengah cabang sebesar 5.22
butir/polip lebih tinggi dan berbeda nyata (Nilai
Kruskal-Wallis = 73.08; p<0.000l) dengan bagi-
an basal (1.62 butir/polip) dan bagian apikal
(0.76 butir/polip). Hal yang sama juga ditun-
jukkan oleh perbedaan yang nyata (?2
= 12.86;
p<0.01) dan proporsi polip (n = 50 polip) yang
reproduktif pada bagian-bagian cabang tersebut.
PEMBAHASAN
Data dan jumlah telur serta tingkat per-
kembangannya menegaskan bahwa bagian api-
kal dan basal percabangan karang terkesan ku-
rang reproduktif dan lebih terlambat tingkat ke-
matangannya dibandingkan dengan bagian te-
ngah cabang. Hal yang sama ditunjukkan pula
oleh data rataan jumlah telur per potongan polip
dan jumlah polip yang reproduktif.
Paradigma yang diterima para ahli biolo-
gi karang yaitu reproduksi, pertumbuhan dan
regenerasi pada karang merupakan proses “pem-
belanjaan energi yang mahal” dan harus dibelan-
jakan dalam alokasi sumberdaya di antara mere-
ka (Rinkevich & Loya 1989, Harrison & Wallace
1990). Dengan demikian lokalisasi pertumbuh-
an pada bagian tertentu suatu koloni bertang-
gung jawab terhadap rendahnya fekunditas yang
dikandung pada bagian tersebut atau dengan ka-
ta lain, alokasi sumberdaya untuk suatu fungsi
biologi tertentu akan mengorbankan fungsi bio-
logi lainnya.
Penurunan aktivitas reproduksi, sebagai
hasil dan terbatasnya sumberdaya energi dan a-
lokasi energi di antara berbagai fungsi biologi
pada karang menyebabkan adanya perbedaan
fekunditas dan pertumbuhan di antara koloni a-
tau bagian koloni termasuk pada bagian cabang
karang. Sebagai contoh, laju pertumbuhan pada
karang masif Goniastrea dan Platygyra menu-
run setelah permulaan reproduksi (Babcock
1988) dan pada koloni Pocillopora damicornis
yang reproduktif (mengandung larva), pertum-
buhan linearnya lebih lambat daripada koloni
yang tidak reproduktif (Ward 1995). Demikian
pula pada ujung cabang pelbagai karang Acro-
pora, didapatkan polip-polip dengan fekunditas
yang rendah (beberapa di antaranya steril) di-
banding bagian tengah cabang (Wallace 1985).
Morfologi karang A. nobilis memperli-
hatkan adanya tunas atau anakan cabang di se-
kitar ujung cabang, demikian pula pada bagian
basal cabang. Selain adanya pertunasan di seki-
tar ujung cabang, beberapa penelitian membuk-
tikan bahwa kalsifikasi atau pertumbuhan pada
ujung cabang berlangsung lebih cepat diban-
dingkan dengan bagian basal (Goreau 1959,
Pearse & Muscatine 1971, Oliver 1984, Rinke-
vich & Loya 1984). Pertumbuhan yang cepat
pada ujung cabang dikarenakan aktifnya trans-
lokasi molekul organik hasil fotosintesis dan
polip bagian bawah cabang ke bagian ujung ca-
bang. Konsumsi terhadap metabolit organik pa-
da bagian ujung cabang juga berlangsung cepat
yang dibuktikan dengan tingginya kandungan
ATP sebagai sumber energi dalam kalsifikasi
(Fang et al 1989). Pola pertumbuhan yang le-
bih cepat pada bagian ujung cabang dan pem-
bentukan tunas atau anakan pada bagian basal
Rani, C, D. Soedharma, R. Affandidan Suharsono, Kondisi Telur pada Berbagai Bagian Cabang … 9
cabang dapat menjelaskan rendahnya jumlah te-
lur yang dikandung suatu polip pada bagian ter-
sebut (Gambar 4).
Gambar 4. Rataan Jumlah Telur dan Proporsi
Polip yang Reproduktif pada Pelba-
gai Bagian Cabang Acropora nobilis.
** berbeda nyata (?2
=12.86; p<0.01).
Huruf yang Berbeda di Atas Grafik
Menunjukkan Perbedaan yang Nya-
ta (p<0.0001) Menurut Uji Kruskal-
Wallis.
Hasil penelitian ini mengesankan bahwa
terdapat pembagian fungsi biologi tertentu di
antara bagian cabang, yaitu pada bagian ujung
cabang sumber daya dialokasi lebih banyak un-
tuk pertumbuhan vertikal dan pertunasan, demi-
kian pula di bagian basal cabang lebih banyak
ditujukan untuk pembentukan tunas. Sedang-
kan di bagian tengah cabang sumberdaya lebih
diperuntukan untuk aktivitas reproduksi seksu-
al.
Data hasil penelitian ini juga menyokong
hipotesis “adanya interaksi antara pertumbuh-
an dan reproduksi terhadap sumber daya yang
tersedia” karena fungsi mereka secara potensial
bersaing untuk sumberdaya yang tersisa setelah
kebutuhan dasar untuk pemeliharaan dan perba-
ikan terpenuhi (Harrison & Wallace 1990). A-
lokasi sumber daya untuk pentumbuhan tam-
paknya mengorbankan atau menurunkan aktivi-
tas reproduksi.
KESIMPULAN
Terdapat perbedaan yang nyata distribusi
jumlah telur menurut tingkat perkembangannya
di antara bagian cabang karang A. nobilis. Ba-
gian tengah cabang karang memiliki proporsi
polip yang lebih subur dengan rataan jumlah te-
lur per potongan polip yang lebih tinggi, yaitu
sebesar 5.22 butir dan berbeda nyata dengan ba-
gian apikal dan basal cabang yang masing-ma-
sing memiliki jumlah telur per potongan polip
hanya sebesar 0.76 butir dan 1.62 butir.
PUSTAKA
Babcock, R. C. 1988. Age-structure, Survivorship and
Fecundity in Populations of Massive Corals. Proc
6th
Int. Coral Reef Symp., Australia. 2: 625-633.
Buddemeier, R. W. and R. A. Kinzie. 1976. Coral Growth.
Oceanogr. Mar. Biol. Ann. Rev., 14: 183-225.
Fadlallah, Y. H. and J. S. Pearse. 1982. Sexual Repro-
duction in Solitary Corals: Synchronous Gameto-
genesis and Broadcast Spawning in Paracyathus
stearnsii. Mar. Biol., 71: 233-239.
Fang, L., Y. J. Chen and C. Chen. 1989. Why Does the
White Tip of Stony Coral Grow So Fast without
Zooxanthellae? Mar. Biol., 103: 359-363.
Glynn, P. W., N. J. Gassman, C. M. Eakin, J. Cortés, D. B.
Smith and H. M. Guzmân. 1991. Reef Coral Nepro-
duction in the Eastern Pacific: Costa Rica, Pana-
ma and Galapagos Islands (Ecuador). I. Pocillo-
poridae. Mar. Biol., 109: 355-368.
Glynn, P. W., S. B. Colley, C. M. Eakin, D. B. Smith, J.
Cortés, N. J. Gassman, H. M. Guzmán, J. B. Del Rosa-
rio and J. S. Feingold. 1994. Reef Coral Reproduc-
tion in the Eastern Pacifik: Costa Rica, Panama,
and Galapagos Islands (Ecuador). II. Ponitidae.
Mar. Biol., 118: 191-208.
Goreau, T. F. 1959. The Physiology of Skeleton Forma-
tion in Corals. 1: A Method for Measuring the Rate
of Calcium Deposition under Different Conditions.
Biol. Bull. Mar. Biol. Lab., Woods Hole, 116: 59-75
Harrison, P. L., C. C. Wallace. 1990. Reproduction, Dis-
persal and Recruitment of Scleractinian Corals. In:
Dubinsky (ed.). Coral Reefs: Ecosystems of the
World 25. Amsterdam – Oxford - New York – Tokyo,
Elsevier. p132-207.
Humason, G. L. 1962. Animal Tissue Techniques. San
Fransisco and London: WH. Freeman and Company.
Kiernan, J. A. 1990. Histological and Histochemical
Methods: Theory and Practice. San Francisco &
London: Pergamon Pr.
Kojis, B. L. and N. J. Quinn. 1981. Reproductive Stra-
tegies in Four Species of Porites (Scleractinia). Proc.
4th
Int. Coral Reef Symp., Manila, 2: 145-151.
Oliver, L. K. 1984. Intra-colony Variation in the Growth
of Acropora formosa Extension Rate and Skeletal
Structure of White (Zooxantheillae-free) and
Brown-tipped Branches. Coral Reefs, 3: 139-147.
Pearse, V. B. and L. Muscatine. 1971. Role of Symbiotic
Algae (Zooxanthellae) in Coral Calcification. Biol.
Bull. Mar. Biol. Lab., Woods Hole, 141: 350-363.
Rinkevich, B. and Y. Loya. 1984. Does Light Enhance
Calcification in Hermatypic Corals? Mar. Biol., 80:
1-6.
10 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Juni 2004, Jilid 11, Nomor 1: 5-10
Rinkevich, B. and Y. Loya. 1989. Reproduction in
Regenerating Colonies of the Coral Stylophora
pislillata. In: Spanier, E., Y. Steinberger and M.
Luria (ed). Environmental Quality and Ecosystem
Stability. Jerussalem, ISEQES. p257-265.
Sokal, R. R. and F. J. Rohlf. 1969. Biometry: The Princi-
ples and Practice of Statistics in Biological Re-
search. San Francisco, WH. Freeman and Comp.
Szmant-Froelich, A. M. 1985. The Effect of Coloni Size
on the Reproductive Ability of the Caribbean Coral
Montastrea annulanis (Ellis and Solander). Proc 5th
Int. Coral Reef Tahiti, 4: 295-300.
Tardent, P. 1975. Sex and Sex Determination in
Coelenterates. In: R. Reinboth (ed). Intersexuality
in the Animal Kingdom. Berlin, Springer-Verlag. p
1-13.
Wallace, C. C. 1985. Reproduction, Recruitment and
Fragmentation in Nine Sympatic Species of the
Coral Genus Acropora. Mar. Biol., 88: 217-233.
Ward, S. 1995. Two Patterns of Energy Allocation for
Growth, Reproduction and Lipid Storage in the
Scleractinian Coral Pocillopora damicornis. Coral
Reefs, 14: 87-90.
Wellington, G. M. and P. W. Glynn. 1983. Environmen-
tal Influences on Skeletal Banding in Eastern Paci-
fic (Panama) Corals. Coral Reefs, 1: 215-222.

More Related Content

What's hot

Aspek biologi ikan juwi (selar boops) di area mangrove kepulauan karimunjawa
Aspek biologi ikan juwi (selar boops) di area mangrove kepulauan karimunjawaAspek biologi ikan juwi (selar boops) di area mangrove kepulauan karimunjawa
Aspek biologi ikan juwi (selar boops) di area mangrove kepulauan karimunjawaMujiyanto -
 
Kajian populasi echinodermata pada ekosistem padang lamun di kawasan perairan...
Kajian populasi echinodermata pada ekosistem padang lamun di kawasan perairan...Kajian populasi echinodermata pada ekosistem padang lamun di kawasan perairan...
Kajian populasi echinodermata pada ekosistem padang lamun di kawasan perairan...Mujiyanto -
 
SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...
SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...
SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...Mustain Adinugroho
 
Pengaruh perbedaan substrat terhadap pertumbuhan
Pengaruh perbedaan substrat terhadap pertumbuhanPengaruh perbedaan substrat terhadap pertumbuhan
Pengaruh perbedaan substrat terhadap pertumbuhanSteven Steven
 
Inventarisasi divisi phaeophyta dan rhodophyta di pantai teluk lombok sangatt...
Inventarisasi divisi phaeophyta dan rhodophyta di pantai teluk lombok sangatt...Inventarisasi divisi phaeophyta dan rhodophyta di pantai teluk lombok sangatt...
Inventarisasi divisi phaeophyta dan rhodophyta di pantai teluk lombok sangatt...Eci Oktaviani
 
Minggu ke 4 t.p. udang penaeid vannameii
Minggu ke 4  t.p. udang penaeid vannameiiMinggu ke 4  t.p. udang penaeid vannameii
Minggu ke 4 t.p. udang penaeid vannameiiSyawalina Soerbakti
 
Makalah Dinamika Populasi Ikan tentang Mengetahui Umur dan Pertumbuhan Ikan
Makalah Dinamika Populasi Ikan tentang Mengetahui Umur dan Pertumbuhan IkanMakalah Dinamika Populasi Ikan tentang Mengetahui Umur dan Pertumbuhan Ikan
Makalah Dinamika Populasi Ikan tentang Mengetahui Umur dan Pertumbuhan IkanAmos Pangkatana
 
29190 article text-95073-2-10-20200220
29190 article text-95073-2-10-2020022029190 article text-95073-2-10-20200220
29190 article text-95073-2-10-20200220Muhammad Sahibuddin
 

What's hot (13)

1
11
1
 
Aspek biologi ikan juwi (selar boops) di area mangrove kepulauan karimunjawa
Aspek biologi ikan juwi (selar boops) di area mangrove kepulauan karimunjawaAspek biologi ikan juwi (selar boops) di area mangrove kepulauan karimunjawa
Aspek biologi ikan juwi (selar boops) di area mangrove kepulauan karimunjawa
 
TINGKAH LAKU REPRODUKSI IKAN PLATI PEDANG (Xiphophorus helleri)
TINGKAH LAKU REPRODUKSI IKAN PLATI PEDANG (Xiphophorus helleri)TINGKAH LAKU REPRODUKSI IKAN PLATI PEDANG (Xiphophorus helleri)
TINGKAH LAKU REPRODUKSI IKAN PLATI PEDANG (Xiphophorus helleri)
 
Tingkat kematangan gonad ikan bilih (Mystacoleucus padangensis)
Tingkat kematangan gonad ikan bilih (Mystacoleucus padangensis)Tingkat kematangan gonad ikan bilih (Mystacoleucus padangensis)
Tingkat kematangan gonad ikan bilih (Mystacoleucus padangensis)
 
Kajian populasi echinodermata pada ekosistem padang lamun di kawasan perairan...
Kajian populasi echinodermata pada ekosistem padang lamun di kawasan perairan...Kajian populasi echinodermata pada ekosistem padang lamun di kawasan perairan...
Kajian populasi echinodermata pada ekosistem padang lamun di kawasan perairan...
 
SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...
SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...
SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...
 
Pengaruh perbedaan substrat terhadap pertumbuhan
Pengaruh perbedaan substrat terhadap pertumbuhanPengaruh perbedaan substrat terhadap pertumbuhan
Pengaruh perbedaan substrat terhadap pertumbuhan
 
494 981-1-sm
494 981-1-sm494 981-1-sm
494 981-1-sm
 
Inventarisasi divisi phaeophyta dan rhodophyta di pantai teluk lombok sangatt...
Inventarisasi divisi phaeophyta dan rhodophyta di pantai teluk lombok sangatt...Inventarisasi divisi phaeophyta dan rhodophyta di pantai teluk lombok sangatt...
Inventarisasi divisi phaeophyta dan rhodophyta di pantai teluk lombok sangatt...
 
Minggu ke 4 t.p. udang penaeid vannameii
Minggu ke 4  t.p. udang penaeid vannameiiMinggu ke 4  t.p. udang penaeid vannameii
Minggu ke 4 t.p. udang penaeid vannameii
 
Makalah Dinamika Populasi Ikan tentang Mengetahui Umur dan Pertumbuhan Ikan
Makalah Dinamika Populasi Ikan tentang Mengetahui Umur dan Pertumbuhan IkanMakalah Dinamika Populasi Ikan tentang Mengetahui Umur dan Pertumbuhan Ikan
Makalah Dinamika Populasi Ikan tentang Mengetahui Umur dan Pertumbuhan Ikan
 
29190 article text-95073-2-10-20200220
29190 article text-95073-2-10-2020022029190 article text-95073-2-10-20200220
29190 article text-95073-2-10-20200220
 
biologi Jenis alga
biologi Jenis algabiologi Jenis alga
biologi Jenis alga
 

Similar to KONDISI TELUR PADA BERBAGAI BAGIAN CABANG KARANG Acropora nobilis

PENDEKATAN PENENTUAN KUOTA KARANG HIAS EKSPOR UNTUK MENUNJANG PEMANFAATAN SEC...
PENDEKATAN PENENTUAN KUOTA KARANG HIAS EKSPOR UNTUK MENUNJANG PEMANFAATAN SEC...PENDEKATAN PENENTUAN KUOTA KARANG HIAS EKSPOR UNTUK MENUNJANG PEMANFAATAN SEC...
PENDEKATAN PENENTUAN KUOTA KARANG HIAS EKSPOR UNTUK MENUNJANG PEMANFAATAN SEC...Dr. Mauli Kasmi
 
TUGAS REVIEW ESDAL 4 habibulah.docx
TUGAS REVIEW ESDAL 4 habibulah.docxTUGAS REVIEW ESDAL 4 habibulah.docx
TUGAS REVIEW ESDAL 4 habibulah.docxnelvameyriani1
 
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...Mujiyanto -
 
KAJIAN POTENSI BIOAKTIF KARANG LUNAK (OCTORALLIA: ALCYONACEA) DI PERAIRAN KEP...
KAJIAN POTENSI BIOAKTIF KARANG LUNAK (OCTORALLIA: ALCYONACEA) DI PERAIRAN KEP...KAJIAN POTENSI BIOAKTIF KARANG LUNAK (OCTORALLIA: ALCYONACEA) DI PERAIRAN KEP...
KAJIAN POTENSI BIOAKTIF KARANG LUNAK (OCTORALLIA: ALCYONACEA) DI PERAIRAN KEP...Repository Ipb
 
Lampiran 2. jurnal pertumbuhan dan sintasan karang hasil transplantasi di lap...
Lampiran 2. jurnal pertumbuhan dan sintasan karang hasil transplantasi di lap...Lampiran 2. jurnal pertumbuhan dan sintasan karang hasil transplantasi di lap...
Lampiran 2. jurnal pertumbuhan dan sintasan karang hasil transplantasi di lap...KasimMansyur1
 
Bioteknologi Laut - Metode Jaring, Rangka dan Substrat
Bioteknologi Laut - Metode Jaring, Rangka dan SubstratBioteknologi Laut - Metode Jaring, Rangka dan Substrat
Bioteknologi Laut - Metode Jaring, Rangka dan SubstratLuhur Moekti Prayogo
 
STUDI KONDISI DAN POTENSI EKOSISTEM PADANG LAMUN SEBAGAI DAERAH ASUHAN BIOTA ...
STUDI KONDISI DAN POTENSI EKOSISTEM PADANG LAMUN SEBAGAI DAERAH ASUHAN BIOTA ...STUDI KONDISI DAN POTENSI EKOSISTEM PADANG LAMUN SEBAGAI DAERAH ASUHAN BIOTA ...
STUDI KONDISI DAN POTENSI EKOSISTEM PADANG LAMUN SEBAGAI DAERAH ASUHAN BIOTA ...Repository Ipb
 
Keberadaan ikan napoleon (cheilinus undulatus) di perairan kepulauan sembilan...
Keberadaan ikan napoleon (cheilinus undulatus) di perairan kepulauan sembilan...Keberadaan ikan napoleon (cheilinus undulatus) di perairan kepulauan sembilan...
Keberadaan ikan napoleon (cheilinus undulatus) di perairan kepulauan sembilan...Mujiyanto -
 
Peremajaan ikan yang terlepas dari budidaya ikan dalam kja waduk ir h djuanda...
Peremajaan ikan yang terlepas dari budidaya ikan dalam kja waduk ir h djuanda...Peremajaan ikan yang terlepas dari budidaya ikan dalam kja waduk ir h djuanda...
Peremajaan ikan yang terlepas dari budidaya ikan dalam kja waduk ir h djuanda...Mujiyanto -
 
Analisis Perbedaan Jantan dan Betina Pada Kepiting Bakau (Scylla serrata) Ber...
Analisis Perbedaan Jantan dan Betina Pada Kepiting Bakau (Scylla serrata) Ber...Analisis Perbedaan Jantan dan Betina Pada Kepiting Bakau (Scylla serrata) Ber...
Analisis Perbedaan Jantan dan Betina Pada Kepiting Bakau (Scylla serrata) Ber...Muhammad Ardianto
 
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...Repository Ipb
 
64 reproduksi perkembangan larva
64 reproduksi perkembangan larva64 reproduksi perkembangan larva
64 reproduksi perkembangan larvaYuga Rahmat S
 
INVENTARISASI JENIS- JENIS IKAN KARANG
INVENTARISASI  JENIS- JENIS IKAN KARANGINVENTARISASI  JENIS- JENIS IKAN KARANG
INVENTARISASI JENIS- JENIS IKAN KARANGAmos Pangkatana
 
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...robert peranginangin
 
Laporan Manajemen Akuakultur Laut
Laporan Manajemen Akuakultur LautLaporan Manajemen Akuakultur Laut
Laporan Manajemen Akuakultur Lautaryati97
 
Baung 3 populasi jojo-jra- 2015
Baung 3 populasi jojo-jra- 2015Baung 3 populasi jojo-jra- 2015
Baung 3 populasi jojo-jra- 2015Jojo Subagja
 
Makalah ikhtiologi ikan nilem
Makalah ikhtiologi ikan nilemMakalah ikhtiologi ikan nilem
Makalah ikhtiologi ikan nilemRatih Sulistyo
 

Similar to KONDISI TELUR PADA BERBAGAI BAGIAN CABANG KARANG Acropora nobilis (20)

PENDEKATAN PENENTUAN KUOTA KARANG HIAS EKSPOR UNTUK MENUNJANG PEMANFAATAN SEC...
PENDEKATAN PENENTUAN KUOTA KARANG HIAS EKSPOR UNTUK MENUNJANG PEMANFAATAN SEC...PENDEKATAN PENENTUAN KUOTA KARANG HIAS EKSPOR UNTUK MENUNJANG PEMANFAATAN SEC...
PENDEKATAN PENENTUAN KUOTA KARANG HIAS EKSPOR UNTUK MENUNJANG PEMANFAATAN SEC...
 
TUGAS REVIEW ESDAL 4 habibulah.docx
TUGAS REVIEW ESDAL 4 habibulah.docxTUGAS REVIEW ESDAL 4 habibulah.docx
TUGAS REVIEW ESDAL 4 habibulah.docx
 
Tgs
TgsTgs
Tgs
 
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...
 
KAJIAN POTENSI BIOAKTIF KARANG LUNAK (OCTORALLIA: ALCYONACEA) DI PERAIRAN KEP...
KAJIAN POTENSI BIOAKTIF KARANG LUNAK (OCTORALLIA: ALCYONACEA) DI PERAIRAN KEP...KAJIAN POTENSI BIOAKTIF KARANG LUNAK (OCTORALLIA: ALCYONACEA) DI PERAIRAN KEP...
KAJIAN POTENSI BIOAKTIF KARANG LUNAK (OCTORALLIA: ALCYONACEA) DI PERAIRAN KEP...
 
Disertasi Mauli Kasmi
Disertasi Mauli KasmiDisertasi Mauli Kasmi
Disertasi Mauli Kasmi
 
Lampiran 2. jurnal pertumbuhan dan sintasan karang hasil transplantasi di lap...
Lampiran 2. jurnal pertumbuhan dan sintasan karang hasil transplantasi di lap...Lampiran 2. jurnal pertumbuhan dan sintasan karang hasil transplantasi di lap...
Lampiran 2. jurnal pertumbuhan dan sintasan karang hasil transplantasi di lap...
 
Bioteknologi Laut - Metode Jaring, Rangka dan Substrat
Bioteknologi Laut - Metode Jaring, Rangka dan SubstratBioteknologi Laut - Metode Jaring, Rangka dan Substrat
Bioteknologi Laut - Metode Jaring, Rangka dan Substrat
 
Terjemahan Jurnal
Terjemahan JurnalTerjemahan Jurnal
Terjemahan Jurnal
 
STUDI KONDISI DAN POTENSI EKOSISTEM PADANG LAMUN SEBAGAI DAERAH ASUHAN BIOTA ...
STUDI KONDISI DAN POTENSI EKOSISTEM PADANG LAMUN SEBAGAI DAERAH ASUHAN BIOTA ...STUDI KONDISI DAN POTENSI EKOSISTEM PADANG LAMUN SEBAGAI DAERAH ASUHAN BIOTA ...
STUDI KONDISI DAN POTENSI EKOSISTEM PADANG LAMUN SEBAGAI DAERAH ASUHAN BIOTA ...
 
Keberadaan ikan napoleon (cheilinus undulatus) di perairan kepulauan sembilan...
Keberadaan ikan napoleon (cheilinus undulatus) di perairan kepulauan sembilan...Keberadaan ikan napoleon (cheilinus undulatus) di perairan kepulauan sembilan...
Keberadaan ikan napoleon (cheilinus undulatus) di perairan kepulauan sembilan...
 
Peremajaan ikan yang terlepas dari budidaya ikan dalam kja waduk ir h djuanda...
Peremajaan ikan yang terlepas dari budidaya ikan dalam kja waduk ir h djuanda...Peremajaan ikan yang terlepas dari budidaya ikan dalam kja waduk ir h djuanda...
Peremajaan ikan yang terlepas dari budidaya ikan dalam kja waduk ir h djuanda...
 
Analisis Perbedaan Jantan dan Betina Pada Kepiting Bakau (Scylla serrata) Ber...
Analisis Perbedaan Jantan dan Betina Pada Kepiting Bakau (Scylla serrata) Ber...Analisis Perbedaan Jantan dan Betina Pada Kepiting Bakau (Scylla serrata) Ber...
Analisis Perbedaan Jantan dan Betina Pada Kepiting Bakau (Scylla serrata) Ber...
 
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...
 
64 reproduksi perkembangan larva
64 reproduksi perkembangan larva64 reproduksi perkembangan larva
64 reproduksi perkembangan larva
 
INVENTARISASI JENIS- JENIS IKAN KARANG
INVENTARISASI  JENIS- JENIS IKAN KARANGINVENTARISASI  JENIS- JENIS IKAN KARANG
INVENTARISASI JENIS- JENIS IKAN KARANG
 
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...
 
Laporan Manajemen Akuakultur Laut
Laporan Manajemen Akuakultur LautLaporan Manajemen Akuakultur Laut
Laporan Manajemen Akuakultur Laut
 
Baung 3 populasi jojo-jra- 2015
Baung 3 populasi jojo-jra- 2015Baung 3 populasi jojo-jra- 2015
Baung 3 populasi jojo-jra- 2015
 
Makalah ikhtiologi ikan nilem
Makalah ikhtiologi ikan nilemMakalah ikhtiologi ikan nilem
Makalah ikhtiologi ikan nilem
 

More from Repository Ipb

Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Repository Ipb
 
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Repository Ipb
 
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...Repository Ipb
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...Repository Ipb
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...Repository Ipb
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMRepository Ipb
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKRepository Ipb
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIARepository Ipb
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...Repository Ipb
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...Repository Ipb
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...Repository Ipb
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFRepository Ipb
 
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...Repository Ipb
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...Repository Ipb
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...Repository Ipb
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Repository Ipb
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...Repository Ipb
 

More from Repository Ipb (20)

Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
Peta ipb
Peta ipbPeta ipb
Peta ipb
 
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
 
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
 

Recently uploaded

Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfsdn3jatiblora
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptxSirlyPutri1
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 

Recently uploaded (20)

Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 

KONDISI TELUR PADA BERBAGAI BAGIAN CABANG KARANG Acropora nobilis

  • 1. Reprint: JURNALILMU-ILMUPERAIRANDANPERIKANANINDONESIA ISSN 0854-3194 Juni 2004, Jilid 11, Nomor 1 Halaman 5 – 10 Kondisi Telur pada Berbagai Bagian Cabang Karang Acropora nobilis (Eggs Condition on Different Parts of Branch Coral Acropora nobilis) Chair Rani, Dedi Soedharma, Ridwan Affandi dan Suharsono Alamat Penyunting dan Tata Usaha: Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor - Jl. Lingkar Akademik, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Wing C, Lantai 4 - Telepon (0251) 622912, Fax. (0251) 622932. E-mail : jippi@centrin.net.id Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional No. 22/DIKTI/Kep /2002 tanggal 8 Mei 2002 tentang Hasil Akreditasi Jurnal Ilmiah Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Tahun 2002, Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia (JIPPI) diakui sebagai jurnal nasional terakreditasi.
  • 2. 5 KONDISI TELUR PADA BERBAGAI BAGIAN CABANG KARANG Acropora nobilis (Eggs Condition on Different Parts of Branch Coral Acropora nobilis) Chair Rani1 , Dedi Soedharma2 , Ridwan Affandi2 dan Suharsono3 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi telur menurut tingkat perkembangannya, rataan jumlah telur per polip dan proporsi polip yang reproduktif pada berbagai bagian cabang karang A. nobilis. Sebanyak 10 koloni A. nobilis yang berdiameter > 15 cm diambil contohnya secara acak di bagian barat laut perairan terumbu karang Pulau Barrang Lompo, Kepulauan Spermonde, Makassar pada tanggal 27 Januari 2002 (satu hari sebelum bulan purnama). Polip dari tiga bagian cabang (apikal, tengah dan basal) diperiksa jumlah telur yang dikandungnya secara histologis. Terdapat interaksi antara pertumbuhan dan reproduksi ter- hadap alokasi sumber daya pada berbagai bagian koloni karang. Alokasi sumber daya terhadap fungsi biologi tertentu akan mengorbankan fungsi biologi lainnya. Pertumbuhan karang yang terlokalisasi pada bagian ter- tentu suatu koloni karang berhubungan dengan rendahnya aktivitas reproduksi. Hasil penelitian menunjuk- kan adanya perbedaan yang nyata (p < 0.001) distribusi telur menurut tingkat perkembangannya pada berba- gai bagian cabang karang. Bagian tengah cabang memiliki proporsi polip karang yang berkaitan dengan lo- kasi energi untuk pertumbuhan yang lebih reproduktif (100%) dengan kandungan rataan jumlah telur yang le- bih tinggi (5.22 butir/potongan polip) dibanding bagian apikal dan basal cabang. Kata kunci: Distribusi, telur, cabang karang, Acropora nobilis ABSTRACT The aim of the research was to reveal the egg distribution in each development stage, the mean of eggs number per polyp and reproductive polyp proportion on different parts of branching coral Acropora no- bilis. Ten colonies A. nobilis with >15 cm diameter were taken randomly in NW of coral reef waters, Barrang Lompo Island, Spermonde Islands, Makassar on 28 January 2002 (one day before full moon). Egg number from three parts of branch polyps (apical, middle, and basal) was investigated histologi cally. The results showed that there were interaction between growth and reproduction on resources allocation on several parts of coral colony. The resources allocation on certain biology function will sacrifice of other biological func- tions. Growth localization in certain part of coral colony was correlated to lower of reproduction activities. The egg distribution in each development stage from various branches were different significantly (p<0.001). Polyp proportion in the middle of branch was more fertile (100%) with eggs number average was greater (522 eggs/polyp slice) than apical and basal branches. Key words: Distribution, eggs, coral branches, Acropora nobilis PENDAHULUAN Karang memiliki keterbatasan sumber- daya energi yang harus dibagi antara berbagai fungsi biologi, mencakup reproduksi aseksual dan seksual, pertumbuhan, pemeliharaan dan perbaikan sel. Interaksi antara pertumbuhan dan reproduksi merupakan bagian penting karena secara fungsional mereka bersaing dalam peng- gunaan energi yang tersisa setelah terpenuhinya kebutuhan dasar untuk pemeliharaan dan perba- ikan sel (Harrison dan Wallace, 1990). Laju pertumbuhan pada kebanyakan spe- sies karang menurun dengan meningkatnya u- kuran, dan mungkin disebabkan oleh permulaan reproduksi seksual dan peningkatan fekunditas seiring pertumbuhan karang (Kojis dan Quinn, 1981). Szmant-Froelich (1985) menduga bah- wa gametogenesis dan proses pertunasan pada karang mungkin berinteraksi dan berkompetisi terhadap sumberdaya yang tersedia untuk per- tumbuhan sel-sel interstisial, seperti halnya pa- da Hydra (Tardent 1975). Beberapa hasil penelitian tentang pertum- buhan (kalsifikasi) karang memperlihatkan ada- 1 Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanud- din, Makassar. 2 Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. 3 Pusat Penelitian Oseanologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indo- nesia, Jakarta.
  • 3. 6 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Juni 2004, Jilid 11, Nomor 1: 5-10 nya variasi densitas rangka karang menurut bu- lan atau musim, dan diduga berhubungan de- ngan siklus reproduksi (Buddemeier dan Kin- zie, 1976; Wellington dan Glynn, 1983). Me- nurunnya pertumbuhan atau berkurangnya kal- sifikasi diduga berlangsung ketika energi dialo- kasikan untuk aktivitas reproduksi (Wellington dan Glynn, 1983). Demikian pula sebaliknya, pertumbuhan yang terlokalisasi pada bagian ter- tentu koloni karang juga bertanggung jawab ter- hadap rendahnya fekunditas. Genera karang Acropora umumnya me- miliki bentuk morfologi koloni yang bercabang dan salah satu komponen utama pembangun te- rumbu karang. Pertumbuhan karang bercabang berlangsung lebih cepat pada bagian ujung ca- bang tanpa zooxantela dibandingkan dengan ba- gian basal (Goreau, 1959; Pearse dan Musca- tine, 1971; Oliver, 1984, Rinkevich dan Loya, 1984). Jika terdapat hubungan dan kompetisi dalam alokasi sumber daya antara pertumbuhan dan reproduksi pada berbagai bagian cabang, maka diharapkan terdapat perbedaan jumlah te- lur di antara bagian-bagian cabang tersebut dan pada bagian ujung cabang yang tumbuh lebih cepat diduga memiliki jumlah telur yang lebih sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk mengeta- hui distribusi telur menurut tingkat perkem- bangannya, rataan jumlah telur per potongan polip dan proporsi polip yang reproduktif pada berbagai bagian cabang karang Acropora nobi- lis dan membuktikan hipotesis bahwa ada inter- aksi antara pertumbuhan dan reproduksi terha- dap sumber daya yang tersedia. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilakukan di terumbu ka- rang Pulau Barrang Lompo, Kepulauan Sper- monde, Makassar. Pengambilan contoh karang A. nobilis Dana (1846) dilakukan pada bagian barat laut pulau (Gambar 1). Di lokasi ini dida- patkan distribusi koloni A. nobilis yang luas. Sebanyak 10 koloni karang diambil con- tohnya secara acak dalam kelompok-kelompok koloni yang ditemukan di sebelah barat laut pu- lau. Cabang karang dipatahkan dengan palu a- tau pahat. Pengambilan contoh dilakukan pada tanggal 27 Januari 2002 (satu hari sebelum bu- lan purnama). Di perairan Selat Lombok bagi- an timur, karang ini diprediksi memijah pada bulan Desember sampai Februari pada saat bu- lan purnama (Bachtiar, komunikasi pribadi). Gambar 1. Peta Lokasi dan Pengambilan Contoh Karang Acropora nobilis di Bagian Barat Laut Pulau Barrang Lompo, Kepulauan Spermonde, Makasar. Karang Acropora sebagian besar bere- produksi dengan cara memijahkan gamet-ga- metnya, dan mulai reproduktif pada umur 3-5 tahun dengan ukuran koloni saat pertama bere-
  • 4. Rani, C, D. Soedharma, R. Affandidan Suharsono, Kondisi Telur pada Berbagai Bagian Cabang … 7 produksi antara 4-7cm (Wallace 1985). Dengan mempertimbangkan bahwa karang di daerah tropik tumbuh lebih cepat (suhu relatif konstan sepanjang tahun) maka koloni karang yang di- ambil contohnya dan berdiameter lebih dari 15 cm diprediksi tergolong ukuran yang reproduk- tif (Gambar 2). Gambar 2. Karang Acropora nobilis yang Me- rupakan Salah Satu Komponen U- tama Pembangun Terumbu Karang di Perairan Pulau Barrang Lompo, Makassar. Pada 10 koloni karang yang terpilih, se- lanjutnya diseleksi cabang yang panjangnya ± 20 cm dan dibagi menjadi tiga bagian potongan, yaitu bagian ujung cabang (apikal), bagian te- ngah, dan bagian pangkal cabang (basal) de- ngan panjang masing-masing potongan tersebut ± 5 cm. Potongan cabang yang diambil kemudian diawetkan dalam larutan fiksatif formalin 5% (pengenceran dengan air laut) selama minimum satu minggu, kemudian didekalsifikasi dengan larutan 12N HCl 10% (dilarutkan dalam akua- des) selama 4-6 jam atau lebih (Wallace 1985, Glynn et al 1991, 1994). Polip-polip yang telah didekalsifikasi selanjutnya disimpan dalam wa- dah khusus (tissue cassette) dan dicuci dalam air kran mengalir selama 24 jam untuk menghi- langkan HCl pada permukaan jaringan. Polip- polip tersebut kemudian disimpan dalam larutan alkohol 70% untuk sementara waktu (Fadlallah & Pearse 1982, Glynn et al 1994) sebelum dila- kukan persiapan untuk histologinya. Penyiapan sediaan histologi mengikuti proses teknik jaringan standar (Humason 1962, Wallace 1985, Kiernan 1990, Glynn et al 1991, 1994). Pertama-tama dilakukan proses dehidra- si dengan menggunakan seri alkohol bertingkat (70% - 100%), dijernihkan dengan larutan xylol dan kemudian diinfiltrasi dengan parafin cair. Polip-polip tersebut selanjutnya ditanam dalam blok parafin (embedding) dan diorientasikan untuk pemotongan secara membujur (potongan vertikal). Jaringan polip disayat dengan mikro- tom setebal 4-6 µm, dan di warnai dengan pe- warna Harris hematoxylin dan eosin. Bagian tengah dan potongan polip diam- bil sebanyak 2-3 sayatan per slide untuk penga- matan perkembangan gonad dan distribusi oosit di bawah mikroskop dengan pembesaran 10x dan 20x. Polip-polip yang dinilai hanya untuk sayatan-sayatan yang mengandung jaringan me- senteri lebih dari 50% (Glynn et al 1991). Un- tuk mendapatkan perbandingan yang sah secara statistika maka dilakukan pengamatan histolo- gis terhadap lima polip untuk setiap potongan cabang (Wallace 1985). Sediaan histologi polip pada bagian tersebut dianalisis untuk menentu- kan bagian cabang yang paling reproduktif. Penentuan tahap perkembangan telur di- dasarkan atas ukuran sel dan bentuk morfologi- nya serta karakter warna yang ditampilkan ber- dasarkan hasil pewarnaan Hematoxylin dan Eo- sin. Perkembangan telur dibagi dalam empat tahap (Tahap I-IV) berdasarkan kriteria Glynn et al (1991, 1994). Jumlah telur menurut tahap perkembang- annya dicatat dan dikelompokkan menurut ba- gian cabang karang (apik al, tengah dan basal). Perbedaan distribusi jumlah telur menurut ting- kat perkembangannya dan proporsi polip yang reproduktif (50 polip) pada masing-masing ba- gian cabang dianalisis dengan uji Khi-kuadrat. Sedangkan perbedaan rataan jumlah telur per potongan polip pada setiap bagian cabang dia- nalisis dengan uji Kruskal-Wallis (Sokal & Rohlf 1969). Proses perhitungan dilakukan de- ngan bantuan perangkat lunak komputer Statis- tix 1.0. HASIL Acropora nobilis merupakan salah satu komponen utama pembangun terumbu karang di perairan Pulau Barrang Lompo. Penyebaran- nya sangat luas karena ditemukan pada semua sisi pulau dengan membentuk kelompok dalam
  • 5. 8 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Juni 2004, Jilid 11, Nomor 1: 5-10 jumlah yang melimpah. Spesies ini memiliki bentuk percabangan arboresen yang menyeru- pai tanduk rusa (staghorn-like) dengan panjang percabangan bisa mencapai 20-25 cm sehingga memungkinkan mengambil cuplikan bagian ca- bang sepanjang ± 5 cm pada tiga bagian cabang, yaitu apikal, tengah dan basal. Dari 50 polip yang diperiksa pada setiap bagian cabang memperlihatkan adanya perbeda- an distribusi jumlah telur yang nyata (p<0.00l) menurut tahap perkembangannya. Pada bagian tengah cabang didapatkan semua tingkat kema- tangan telur dengan jumlah telur yang lebih tinggi dibandingkan dengan bagian basal dan apikalcabang (Gambar 3). Gambar 3. Distribusi Jumlah Telur Menurut Tahap Perkembangannya (I-IV) pa- da Berbagai Bagian Cabang Karang Acropora nobilis. ** berbeda nyata (?2 =127.12; p<0.001). Demikian pula rataan jumlah telur per potongan polip dan proporsi polip yang repro- duktif antara bagian cabang menunjukkan per- bedaan yang nyata (Gambar 4). Rataan jumlah telur pada bagian tengah cabang sebesar 5.22 butir/polip lebih tinggi dan berbeda nyata (Nilai Kruskal-Wallis = 73.08; p<0.000l) dengan bagi- an basal (1.62 butir/polip) dan bagian apikal (0.76 butir/polip). Hal yang sama juga ditun- jukkan oleh perbedaan yang nyata (?2 = 12.86; p<0.01) dan proporsi polip (n = 50 polip) yang reproduktif pada bagian-bagian cabang tersebut. PEMBAHASAN Data dan jumlah telur serta tingkat per- kembangannya menegaskan bahwa bagian api- kal dan basal percabangan karang terkesan ku- rang reproduktif dan lebih terlambat tingkat ke- matangannya dibandingkan dengan bagian te- ngah cabang. Hal yang sama ditunjukkan pula oleh data rataan jumlah telur per potongan polip dan jumlah polip yang reproduktif. Paradigma yang diterima para ahli biolo- gi karang yaitu reproduksi, pertumbuhan dan regenerasi pada karang merupakan proses “pem- belanjaan energi yang mahal” dan harus dibelan- jakan dalam alokasi sumberdaya di antara mere- ka (Rinkevich & Loya 1989, Harrison & Wallace 1990). Dengan demikian lokalisasi pertumbuh- an pada bagian tertentu suatu koloni bertang- gung jawab terhadap rendahnya fekunditas yang dikandung pada bagian tersebut atau dengan ka- ta lain, alokasi sumberdaya untuk suatu fungsi biologi tertentu akan mengorbankan fungsi bio- logi lainnya. Penurunan aktivitas reproduksi, sebagai hasil dan terbatasnya sumberdaya energi dan a- lokasi energi di antara berbagai fungsi biologi pada karang menyebabkan adanya perbedaan fekunditas dan pertumbuhan di antara koloni a- tau bagian koloni termasuk pada bagian cabang karang. Sebagai contoh, laju pertumbuhan pada karang masif Goniastrea dan Platygyra menu- run setelah permulaan reproduksi (Babcock 1988) dan pada koloni Pocillopora damicornis yang reproduktif (mengandung larva), pertum- buhan linearnya lebih lambat daripada koloni yang tidak reproduktif (Ward 1995). Demikian pula pada ujung cabang pelbagai karang Acro- pora, didapatkan polip-polip dengan fekunditas yang rendah (beberapa di antaranya steril) di- banding bagian tengah cabang (Wallace 1985). Morfologi karang A. nobilis memperli- hatkan adanya tunas atau anakan cabang di se- kitar ujung cabang, demikian pula pada bagian basal cabang. Selain adanya pertunasan di seki- tar ujung cabang, beberapa penelitian membuk- tikan bahwa kalsifikasi atau pertumbuhan pada ujung cabang berlangsung lebih cepat diban- dingkan dengan bagian basal (Goreau 1959, Pearse & Muscatine 1971, Oliver 1984, Rinke- vich & Loya 1984). Pertumbuhan yang cepat pada ujung cabang dikarenakan aktifnya trans- lokasi molekul organik hasil fotosintesis dan polip bagian bawah cabang ke bagian ujung ca- bang. Konsumsi terhadap metabolit organik pa- da bagian ujung cabang juga berlangsung cepat yang dibuktikan dengan tingginya kandungan ATP sebagai sumber energi dalam kalsifikasi (Fang et al 1989). Pola pertumbuhan yang le- bih cepat pada bagian ujung cabang dan pem- bentukan tunas atau anakan pada bagian basal
  • 6. Rani, C, D. Soedharma, R. Affandidan Suharsono, Kondisi Telur pada Berbagai Bagian Cabang … 9 cabang dapat menjelaskan rendahnya jumlah te- lur yang dikandung suatu polip pada bagian ter- sebut (Gambar 4). Gambar 4. Rataan Jumlah Telur dan Proporsi Polip yang Reproduktif pada Pelba- gai Bagian Cabang Acropora nobilis. ** berbeda nyata (?2 =12.86; p<0.01). Huruf yang Berbeda di Atas Grafik Menunjukkan Perbedaan yang Nya- ta (p<0.0001) Menurut Uji Kruskal- Wallis. Hasil penelitian ini mengesankan bahwa terdapat pembagian fungsi biologi tertentu di antara bagian cabang, yaitu pada bagian ujung cabang sumber daya dialokasi lebih banyak un- tuk pertumbuhan vertikal dan pertunasan, demi- kian pula di bagian basal cabang lebih banyak ditujukan untuk pembentukan tunas. Sedang- kan di bagian tengah cabang sumberdaya lebih diperuntukan untuk aktivitas reproduksi seksu- al. Data hasil penelitian ini juga menyokong hipotesis “adanya interaksi antara pertumbuh- an dan reproduksi terhadap sumber daya yang tersedia” karena fungsi mereka secara potensial bersaing untuk sumberdaya yang tersisa setelah kebutuhan dasar untuk pemeliharaan dan perba- ikan terpenuhi (Harrison & Wallace 1990). A- lokasi sumber daya untuk pentumbuhan tam- paknya mengorbankan atau menurunkan aktivi- tas reproduksi. KESIMPULAN Terdapat perbedaan yang nyata distribusi jumlah telur menurut tingkat perkembangannya di antara bagian cabang karang A. nobilis. Ba- gian tengah cabang karang memiliki proporsi polip yang lebih subur dengan rataan jumlah te- lur per potongan polip yang lebih tinggi, yaitu sebesar 5.22 butir dan berbeda nyata dengan ba- gian apikal dan basal cabang yang masing-ma- sing memiliki jumlah telur per potongan polip hanya sebesar 0.76 butir dan 1.62 butir. PUSTAKA Babcock, R. C. 1988. Age-structure, Survivorship and Fecundity in Populations of Massive Corals. Proc 6th Int. Coral Reef Symp., Australia. 2: 625-633. Buddemeier, R. W. and R. A. Kinzie. 1976. Coral Growth. Oceanogr. Mar. Biol. Ann. Rev., 14: 183-225. Fadlallah, Y. H. and J. S. Pearse. 1982. Sexual Repro- duction in Solitary Corals: Synchronous Gameto- genesis and Broadcast Spawning in Paracyathus stearnsii. Mar. Biol., 71: 233-239. Fang, L., Y. J. Chen and C. Chen. 1989. Why Does the White Tip of Stony Coral Grow So Fast without Zooxanthellae? Mar. Biol., 103: 359-363. Glynn, P. W., N. J. Gassman, C. M. Eakin, J. Cortés, D. B. Smith and H. M. Guzmân. 1991. Reef Coral Nepro- duction in the Eastern Pacific: Costa Rica, Pana- ma and Galapagos Islands (Ecuador). I. Pocillo- poridae. Mar. Biol., 109: 355-368. Glynn, P. W., S. B. Colley, C. M. Eakin, D. B. Smith, J. Cortés, N. J. Gassman, H. M. Guzmán, J. B. Del Rosa- rio and J. S. Feingold. 1994. Reef Coral Reproduc- tion in the Eastern Pacifik: Costa Rica, Panama, and Galapagos Islands (Ecuador). II. Ponitidae. Mar. Biol., 118: 191-208. Goreau, T. F. 1959. The Physiology of Skeleton Forma- tion in Corals. 1: A Method for Measuring the Rate of Calcium Deposition under Different Conditions. Biol. Bull. Mar. Biol. Lab., Woods Hole, 116: 59-75 Harrison, P. L., C. C. Wallace. 1990. Reproduction, Dis- persal and Recruitment of Scleractinian Corals. In: Dubinsky (ed.). Coral Reefs: Ecosystems of the World 25. Amsterdam – Oxford - New York – Tokyo, Elsevier. p132-207. Humason, G. L. 1962. Animal Tissue Techniques. San Fransisco and London: WH. Freeman and Company. Kiernan, J. A. 1990. Histological and Histochemical Methods: Theory and Practice. San Francisco & London: Pergamon Pr. Kojis, B. L. and N. J. Quinn. 1981. Reproductive Stra- tegies in Four Species of Porites (Scleractinia). Proc. 4th Int. Coral Reef Symp., Manila, 2: 145-151. Oliver, L. K. 1984. Intra-colony Variation in the Growth of Acropora formosa Extension Rate and Skeletal Structure of White (Zooxantheillae-free) and Brown-tipped Branches. Coral Reefs, 3: 139-147. Pearse, V. B. and L. Muscatine. 1971. Role of Symbiotic Algae (Zooxanthellae) in Coral Calcification. Biol. Bull. Mar. Biol. Lab., Woods Hole, 141: 350-363. Rinkevich, B. and Y. Loya. 1984. Does Light Enhance Calcification in Hermatypic Corals? Mar. Biol., 80: 1-6.
  • 7. 10 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Juni 2004, Jilid 11, Nomor 1: 5-10 Rinkevich, B. and Y. Loya. 1989. Reproduction in Regenerating Colonies of the Coral Stylophora pislillata. In: Spanier, E., Y. Steinberger and M. Luria (ed). Environmental Quality and Ecosystem Stability. Jerussalem, ISEQES. p257-265. Sokal, R. R. and F. J. Rohlf. 1969. Biometry: The Princi- ples and Practice of Statistics in Biological Re- search. San Francisco, WH. Freeman and Comp. Szmant-Froelich, A. M. 1985. The Effect of Coloni Size on the Reproductive Ability of the Caribbean Coral Montastrea annulanis (Ellis and Solander). Proc 5th Int. Coral Reef Tahiti, 4: 295-300. Tardent, P. 1975. Sex and Sex Determination in Coelenterates. In: R. Reinboth (ed). Intersexuality in the Animal Kingdom. Berlin, Springer-Verlag. p 1-13. Wallace, C. C. 1985. Reproduction, Recruitment and Fragmentation in Nine Sympatic Species of the Coral Genus Acropora. Mar. Biol., 88: 217-233. Ward, S. 1995. Two Patterns of Energy Allocation for Growth, Reproduction and Lipid Storage in the Scleractinian Coral Pocillopora damicornis. Coral Reefs, 14: 87-90. Wellington, G. M. and P. W. Glynn. 1983. Environmen- tal Influences on Skeletal Banding in Eastern Paci- fic (Panama) Corals. Coral Reefs, 1: 215-222.