SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Download to read offline
119
HUBUNGAN KOMUNITAS FITOPLANKTON DENGAN PRODUKTIVITAS UDANG
VANAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK BIOCRETE
Correlation of Phytoplankton Community and Litopenaeus vannamei Productivity in
Biocrete Pond
T. Budiardi, I. Widyaya dan D. Wahjuningrum
Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga, Bogor 16680
ABSTRACT
Management of phytoplankton is generally conducted by controlling the concentration of organic matter,
fertilization and water exchange. Organic materials are from uneaten feed and excretion of shrimp. By using
post facto method it was found four class of phytoplankton in biocrete pond at one cycle rearing of white
shrimp (Litopenaeus vannamei). Population at early rearing period was dominated by Bacillariophyceae
(50.4%; 13 species) and Cyanophyceae (42.41%; 1 species), followed by Dynophyceae (6.2%; 5 species) and
Chlorophyceae (1.3%; 1 species). Increment in phytoplankton density was followed by increment in
chlorophyll-a and oxygen from photosynthesis, and productivity was 2132 kg/pond.
Keywords: phytoplankton, white shrimp, Litopenaeus vannamei, biocrete pond
ABSTRAK
Pengelolaan fitoplankton umumnya dilakukan dengan mengoptimalkan bahan organik serta pemupukan
dan pergantian air. Bahan organik berasal dari pakan buatan yang tidak terkonsumsi (sisa pakan) dan ekskresi
dari udang. Dengan menggunakan metode post facto selama satu siklus pemeliharaan udang vaname
(Litopenaeus vannamei) pada tambak biocrete diperoleh empat kelas fitoplankton. Dominasi Bacillariophyceae
(50,4%; 13 jenis), Cyanophyceae (42,41%; 1 jenis) terjadi pada awal pemeliharaan yang diiukuti oleh
Dynophyceae (6,2%; 5 jenis) dan Chlorophyceae (1,3%; 1 jenis). Peningkatan kelimpahan fitoplankton secara
keseluruhan diikuti oleh peningkatan kandungan klorofil-a dan oksigen hasil fotosintesis total sehingga
produktifitasnya mencapai 2132 kg/petak
Kata kunci: fitoplankton, udang vaname, Litopenaeus vannamei, tambak biocrete
PENDAHULUAN
Fluktuasi ekstrim berbagai parameter
kualitas air pada perairan tambak pembesaran
udang dapat menyebabkan penurunan
kelangsungan hidup udang yang berlanjut
pada penurunan produksi. Fitoplankton
merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi fluktuasi kualitas air.
Produksi fitoplankton pada budidaya intensif
dipengaruhi oleh keberadaan unsur hara
diperairan, terutama unsur hara dari
kelompok nitrogen (N) dan fosfat (P).
Ketersediaan unsur hara pada budidaya
intensif ditentukan oleh keberadaan jumlah
bahan organik dan tingkat penguraiannya
oleh bakteri. Bahan organik tersebut berasal
dari pakan buatan yang tidak terkonsumsi
(sisa pakan) dan ekskresi dari udang. Seperti
yang dinyatakan oleh Boyd (1979),
peningkatan pemberian pakan buatan akan
meningkatkan kandungan bahan organik
serta unsur hara yang pada batas-batas
tertentu akan meningkatkan produktifitas
primer perairan.
Fitoplankton sangat diharapkan
pertumbuhannya secara optimal di perairan
tambak. Pengelolaan fitoplankton umumnya
dilakukan dengan mengoptimalkan bahan
organik serta pemupukan dan pergantian air.
Karena pentingnya pengelolaan fitoplankton
di tambak, maka diperlukan penelitian untuk
menganaliasis pengelolaan fitoplankton yang
Jurnal Akuakultur Indonesia, 6(2): 119–125 (2007) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai
http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id
120
berkaitan dengan oksigen terlarut serta unsur
hara di perairan tambak udang intensif.
BAHAN & METODE
Tahap persiapan
Sistem pengelolaan budidaya dilakukan
sesuai dengan prosedur operasional baku dari
PT. Bimasena Segara. Proses persiapan
meliputi pengeringan, pembersihan dasar dan
tanggul, pengisian air dan penumbuhan
plankton hingga tambak siap untuk ditebar.
Pengeringan dilakukan selama 7 hari,
meliputi pembersihan/pencucian dasar
tambak, perbaikan instalasi pendukung,
pergantian pasir, pembersihan saluran
pemasukan (inlet) dan pengeluaran (outlet)
serta desinfeksi kincir menggunakan kapur.
Sebelum pengisian air, sipasang saringan
halus pada saluran pemasukan untuk
mencegah masuknya ikan liar kedalam
tambak. Pemupukan awal dilakukan
menggunakan urea dan TSP dengan dosis
masing-masing 9 dan 5 ppm pada tambak
dengan kedalama air 25-30 cm. Tambak yang
berwarna hijau kecoklatan menandakan
bahwa telah banyak plankton yang tumbuh
dan tambak siap digunakan.
Penebaran benur dan pemberian pakan
Penebaran benih stadia PL15 dilakukan
pada pagi hari dengan kepadatan 70–100
ekor/m2
dan melalui proses aklimatisasi
terlebih dahulu. Setelah suhu dan salinitas air
padsa kantong plastik sama dengan tambak,
benih udang ditebar secara perlahan-lahan.
Aklimatisasi dilakuan untuk mengihndari
kematian benih udang akibat perbedaan suhu
dan salinitas secara signifikan.
Pemberian pakan dilakukan dengan
menyebarkannya secara merata terutama
diseluruh bagian pinggir tambak. Untuk
pakan serbuk, dilakukan penambahan air
sebelum pemberian sehingga menggumpal
agar tidak terbawa angin pada saat penebaran
ketambak. Sampai umur 50 hari, pemberian
pakan dilakukan dengan dosis yang
meningkat secara teratur setiap harinya
karena udang masih terlalu kecil untuk
penghitungan biomassanya. Setelah umur 50
hari, jumlah pakan yang diberikan didasarkan
pada persentase biomassa yang diukur
melalui sampling setiap 10 hari. Frekuensi
pemberian pakan dilkaukan 2 atau 3 kali/hari
sampai umur 30 hari, 4 kali/hari pada umur
30–90 hari dan 4–5 kali/hari pada umur 90
sampai penen.
Pemupukan dan pengelolaan air
Pemupukan hanya dilakukan pada 4–6
hari pertama menggunakan urea dan TSP
dengan dosis masing-masing 9–5 ppm.
Pertumbuhan plankton pada petak ditandai
dengan perubahan warna air menjadi hijau
kecoklatan atau coklat kehijauan.
Proses penggantian air berguna untuk
pengenceran bahan organik yang beasal dari
sisa metabolisme dan sisa pakan. Pergantian
air dilakukan setiap dua hari sebanyak 1–5%
(sampai bulan kedua), 5–7% (bulan ketida
dan keempat). Selain penggantian air,
pengenceran bahan organik tersbut juga
dilakukan melalui proses penyiponan yang
dilakukan setiap 2–3 hari sampai tahap
pemanenan. Hal ini dilakukan pada saat
bahan organik mencapai jumlah yang cukup
tingi yaitu setelah udang berumur 60 hari.
Pemanenan dilakukan setelah udang berumur
100 hari atau telah mencapai ukuran 14
kg/ekor. Proses pemanenan dimulai pada
sore hari untuk menghindari tingginya suhu
yang berpengaruh terhadap kualitas udang.
Pengukuran kualitas air
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah post facto dengan mengobservasi 6
petak tambak selama satu siklus
pemeliharaan udang vaname (Litopenaeus
vannamei). Parameter kualitas yang diamati
antara lain suhu, pH, DO, BOD5, amonia,
nitrit, nitrat, ortofosfat, klorofil-a serta jenis
dan kelimpahan plankton. Sampel air yang
diambil diukur di Laboratorium Limnologi,
Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan IPB.
Jenis dan kelimpahan fitoplankton dapat
diketahui dengan mengambil sebanyak 50
liter contoh air dan disaring menggunakan
plankto net. Plankton yang didapatkan
diidentifikasi jenisnya dan dikelompokkan
menurut genus dan kelasnya. Kelimpahan
121
fitoplankton setiap contoh dihitung
menggunakan metode pencacahan dengan
rumus:
E
1
D
C
B
A
nN
Keterangan;
N : kelimpahan fitoplankton
n : jumlah plaknton dalam setiap
lapang pandang
A : luas gelas penutup (20×20 mm2
)
B : luas satu lapang pandang (mm2
)
C : volume air yang tersaring (ml)
D : volume air satu tetes (ml)
E : volume air yang disaring (liter)
HASIL & PEMBAHASAN
Sistem budidaya ditambak terbagi
menjadi sistem tradisional, semi intensif dan
intensif. Kepadatan udang pada tambak
sistem tradisional atau alami sangat rendah
dan kondisi nutrien hanya dipengaruhi oleh
faktor air, tanah serta proses pemupukan.
Sedangkan pada sistem intensif (khususnya
biocrete), selain dipengaruhi kondisi tersebut
juga dipengaruhi oleh bahan organik yang
sebagian besar berasal dari pakan yang tidak
terkonsumsi dan sisa metabolisme udang.
Semakin bertambah umur pemeliharaan
udang maka semakin tinggi jumlah pakan
yang diberikan, sehingga semakin banyak
jumlah pakan yang tidak terkonsumsi. Oleh
karena itu, ketika masa pemeliharaan
memasuki umur 60 hari, sebaiknya intensitas
pengelolaan kualitas air ditingkatkan sebagai
antisipasi terjadinya kematian masal pada
tambak.
Dominasi fitoplankton pada tambak lebih
dikendalikan oleh pengelolaan air melalui
pergantian air sebnayak 20-30% dengan
menggunakan sistem flow trough (mengalir;
pembuangan dan pengisian air dilakukan
bersamaan), dan penyiponan tambak setelah
umur 70 hari. Komunitas fitoplankton yang
dapat ditemukan dalam perairan berasal dari
kelas Chlorophyta (green algae), Cyanophyta
(blue-green algae), Chrysophyta (Diatom),
Euglonophyta dan Pyrrophyta
Dynoflagellata).
Pada masa pemeliharaan, dominasi
Dynophyceae dan Cyanophyceae mulai
terjadi setelah umur pemeliharaan 60, 80 dan
100 hari. Pada umur 70 dan 90 hari, perairan
lebih didominasi kelompok Bacillario-
phyceae dan Chlorophyceae (Tabel 1). Pada
kondisi cuaca Berawan (mendung) dengan
intensitas cahaya matahari rendah,
Dynoflagellata dapat bergerak ke permukaan.
Hal ini disebabkan oleh adanya organ flagel
pada kelompok tersebut yang dapat
memudahkan pergerakannya, sehingga
permukaan perairan didominasi oleh
kelompok ini. Kondisi demikian
menyebabkan penetrasi cahaya matahari
tidak sampai jauh ke kedalaman periran.
Akibat kompetisi tersebut akan terjadi
peristiwa bloomintg dari Dynoflagellata.
Dominasi oleh Dynoflagellata dapat
merugikan karena memiliki kemampuan
untuk berkembang biak dengan cepat dan
mati dalam waktu yang singkat yang dapat
menyebabkan kondisi perairan menjadi
beracun.
Pada kondisi yang sama, Cyanophyceae
dapat mendominasi permukaan karena
memiliki gelembung gas dalam tubuhnya,
sehingga dapat memudahkannya bergerak
menuju permukaan air dan dapat
terakumulasi di permukaan. Keadaan ini
menjadi lebih buruk bila konsentrasi CO2
rendah dan terjadi penurunan nutrien secara
ekstrim yang pada akhirnya mengakibatkan
kematian masal dan menimbulkan penurunan
konsentrasi oksigen terlarut untuk proses
perombakannya. Bila kondisi tersebut terus
berlangsung maka sisa-sisa plankton dapat
menimbulkan racun di perairan.
Rasio N/P sangat berpengaruh terhadap
dominasi komunitas fitoplankton merugikan
yang timbul pada umur 60–100 hari.
Berdasarkan nilai regresi yang diujikan pada
rasio N/P dengan frekuensi dominasi
Dynophyceae dan Cyanophyceae, didapatkan
nilai signifikan sebesar P<0,001
(R=0,848). Dengan nilai korelasi yang
mendekati 1, maka hubungan antara rasio
N/P dengan frekuensi dominasi
Dynophyceae dan Cyanophyceae termasuk
erat.
122
Tabel 1. Frekuensi dominasi Dynophyceae dan Cyanophyceae
Petak
Umur (hari)
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
A1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
A2 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
F4 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1
G3 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
H3 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
H6 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1
Keterangan; 0 : Dominasi oleh Bacillariophyceae dan Chlorophyceae
1 : dominasi oleh Dynophyceae dan Cyanophyceae
Tabel 2. Rasio N/P pada tambak sampai 100 hari
Petak
Umur (hari)
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
A1 22,50 20,45 22,28 15,51 15,87 3,38 16,62 12,09 21,78 7,87
A2 24,01 20,98 21,35 22,58 23,15 18,87 11,20 11,55 2,12 1,94
F4 23,68 20,62 15,77 19,42 13,25 5,49 2,00 2,15 22,93 4,39
G3 20,80 23,74 23,85 20,45 15,20 11,96 10,90 1,48 17,90 4,31
H3 21,17 23,39 23,22 22,64 15,58 13,09 2,32 12,09 29,99 3,27
H6 20,40 21,12 20,19 18,02 14,74 6,14 11,91 2,91 10,70 2,25
Variasi nilai yang ditunjukkan oleh rasio
N/P lebih menggambarkan pergantian
dominasi Cyanophyceae dengan fitoplankton
kelas lainnya. Sesuai dengan penjelasan
FAO/UNDP (1978) dan Ahmad (1988)
dalam Pratiwi (1997) apabila rasio N/P
kurang dari 10 : 1 atau mendekati 1 : 1, maka
perairan akan didominasi oleh
Dynoflagellata. Pada umur 100 hari
pemeliharaan, kelimpahan Dynophyceae dan
Cyanophyceae mendominasi perairan
disemua petak. Hal ini disebabkan kondisi
nutrien lebih didominsi oleh P yang terlihat
dari rasio N/P yang rendah pada umur 100
hari pemeliharaan.
Terjadinya akumulasi kandungan bahan
organik atau Total Organic Matter (TOM)
kemungkinan disebabkan rendahnya oksigen
terlarut dan bakteri pengurai dalam perairan.
Meningkatnya kandungan bahan organik ini
disebabkan oleh sisa-sisa pemberian pakan
serta ekskresi atau feses dari organisme
udang vaname. Hal ini sesuai dengan
Primavera (1994) dalam Goddard (1996)
bahwa pakan yang tidak terkonsumsi sekitar
15% dari berat pakan total pakan yang
diberikan perhari, selanjutnya dari 85%
pakan yang terkonsumsi, 20% akan terbuang
melalui kotoran, 17% akan diserap oleh
tubuh dan sisanya sebesar 48% akan
diekskresikan oleh tubuh dan digunakan
untuk maintenance.
Peningkatan kelimpahan fitoplankton
secara keseluruhan diikuti dengan
peningkatan kandungan klorofil-a dan
oksigen hasil fotosintesis total. Pola
hubungan oksigen total (Y) yang ditimbulkan
oleh klorofil-a (X) mengikuti persamaan Y =
576,71X + 4,5173 dengan R2
= 0,9238.
Persamaan yang dihasilkan pada pola
peningkatan kandungan klorofil-a dengan
peningkatan oksigen total tersebut dapat
digunakan untuk memprediksi jumlah
oksigen total yang dihasilkan.
123
Peningkatan kelimpahan fitoplankton
diikuti dengan peningkatan kandungan
klorofil-a pada setiap pengamatan yang
ditunjukkan dengan nilai determinasi sebesar
92,38%. Fitoplankton tergolong organisme
autotrof sehingga dengan memanfaatkan
energi sinar melalui klorofil dapat mengolah
karbondioksida dan senyawa anorganik
lainnya menjadi senyawa organik melalui
fotosintesis. Kondisi ini diperkuat dengan
peningkatan produksi bersih oksigen sebagai
akibat dari proses fotosintesis yang dilakukan
oleh fitoplankton pada semua. Kelimpahan
fitoplankton selama pengamatan ditunjukkan
oleh nilai kecerahan yang semakin kecil pada
setiap waktu pengamatan. Semakin tingginya
kelimpahan fitoplankton akan meningkatkan
turbiditas (kekeruhan) atau menurunkan
kecerahan air.
Selama masa pengamatan didapat kisaran
biomassa ketika panen sebesar 802–2,132
kg/petak dengan kisaran nilai FCR sebesar
1,19–2,60. Laju pertumbuhan harian masing-
masing petak pengamatan berkisar antara
9,45–9,74%, dengan SR sebesar 26,67–
99,58%. Nilai SR yang tinggi menunjukkan
bahwa kondisi lingkungan dalam perairan
yang digunakan untuk proses produksi cukup
baik. Lingkungan yang baik akan
menciptakan oksigen terlarut yang optimal
bagi metabolisme tubuh serta menghindari
timbulnya senyawa beracun dalam perairan.
Konsdisi lingkungan yang baik akan
meningkatkan produksi udang melalui
peningkatan biomassa udang. Nilai SR
terendah hanya terjadi pada petak H3 yaitu
sebesar 26,67% yang lebih disebabkan
tingginya kepadatan pada petak tersebut,
yaitu 105 ekor/m2
.
Musim pemeliharaan yang dilakukan
ketika penelitian merupakan kondisi ekstrim
dari masa pemeliharaan selama satu tahun.
Pada umumnya, kegiatan pembesaran udang
relatif tidak dilakukan pada musim ini,
terutama bagi tambak udang sistem semi
intensif dan tradisional. Air yang digunakan
selama pemeliharaan merupakan 100% air
laut dengan kisaran salinitas antara 38–40 ppt
dan suhu antara 24,7–30 C. Menurut Palafox
et al., (1996), kisaran salinitas yang optimal
untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup
juvenil Litopenaeus vannamei adalah 33 ppt
jika berada pada kisaran suhu 28–30 C.
Tabel 3. Identifikasi dan kelimpahan total fitoplankton pada tambak sampai umur 100 hari
Umur
(Hari)
Jumlah fitoplankton (Ind./liter)
Kelas
Total
Kelas
Total
Bacillariophyceae Chlorophyceae Dynophyceae Cyanophyceae
10 42669 0 42669 765 1570 2335
20 66023 0 66023 0 5691 5691
30 51420 2040 53460 0 7355 7355
40 281394 11006 292400 1946 40145 42091
50 296239 11785 308024 9503 102652 112155
60 11583 265274 276857 301889 8738 310627
70 367657 3946 371603 26254 235906 262160
80 41877 294999 336876 381241 0 381241
90 575136 0 575136 21529 318197 339726
100 443962 0 443962 139603 598718 738321
124
Tabel 4. Data produksi udang vanamei
Petak
Kepadatan (ekor
m3
)
Produktifitas
(kg)
Laju
pertumbuhan
FCR SR (%)
A1 72 2031 9,58 1,24 93,77
A2 73 2132 9,49 1,33 98,54
F4 73 1748 9,45 1,19 99,58
G3 97 1321 9,67 1,64 54,62
H3 105 802 9,74 2,60 26,97
H6 93 1775 9,71 1,50 70,00
Tabel 5. Kisaran kualitas air pada tambak selama penelitian
Parameter satuan
Petak
A1 A2 F4 G3 H3 H6
Suhu °C 24,0-3,08 24,0-30,8 23,5-30,0 23,8-29,5 24,0-29,5 24,2-29,2
Salinitas ppt 34-41 34-41 34-42 34-43 35-43 35-43
Kecerahan cm 12,0-77,5 14-65 18-103 13-103 15-95 17-98
pH unit 6,5-9,1 6,5-9,2 6,8-9,1 6,8-9,1 6,8-8,8 6,4-8,9
PO4 mg/l 0,0416-0,5230 0,1056-0,3991 0,0152-0,1077 0,0439-0,4079 0,0375-0,5444 0,0030-0,1042
NH3 mg/l 0,0009-0,0269 0,0007-0,0214 0,0001-0,0241 0,0018-0,0168 0,0018-0,0468 0,0009-0,0585
NO2 mg/l 0,0000-0,0787 0,0003-0,0847 0,0000-0,0188 0,0000-0,0474 0,0000-0,0227 0,0000-0,0259
NO3 mg/l 0,0038-0,1737 0,0133-0,9589 0,0133-1,1811 0,0191-0,2026 0,0077-0,2324 0,0147-0,5059
H2S mg/l 0,0036-0,0259 0,0036-0,0259 0,0017-0,0453 0,0000-0,0521 0,0000-0,0633 0,0000-0,0241
Alkalinitas mg/l 96,0-160,0 92,0-138,0 79,2-152,0 86,0-116,0 94,8-129,6 103,6-148,0
TOM mg/l 14,66-225,10 17,7-234,68 11,88-216,12 10,87-214,88 5,81-214,88 10,87-224,87
Kedalaman cm 99-133 83-135 96-131,5 85-115 78-110 75-113
KESIMPULAN
Selama satu siklus pemeliharaan dalam
penelitian diperoleh empat kelas
fitoplankton, yaitu Bacillariophyceae (50,4%;
13 jenis), Cyanophyceae (42,41%; 1 jenis),
Dynophyceae (6,2%; 5 jenis) dan
Chlorophyceae (1,3%; 1 jenis).
Bacillariophyceae dan Chlorophyceae
mendominasi kelompok fitoplankton pada
umur pemeliharaan 10–50 hari sedangkan
Dynophyceae dan Cyanophyceae
mendominasi mulai umur pemeliharaan 60
hari.
Fitoplankton yang baik menghasilkan
peningkatan oksigen terlarut dan penyerapan
nutrien yang baik sehingga produktifitasnya
berkisar antara 802 – 2132 kg/petak. Model
hubungan oksigen total (Y) yang dihasilkan
oleh klorofil-a (X) mengikuti persamaan Y =
576,71 + 4,5173 (R2
= 0,9238).
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad T. 1992. pengelolaan peubah mutu
air yang penting dalam tambak udang
intensif. Kerjasama Direktorat Jendral
Perikanan dan International Development
Research Center. Jakarta.
Boyd, C. E. 1979. Water quality in
warmwater fish ponds. Auburn
University. Alabama.
125
Goddard, S. 1996. Feed management in
intensive aquaculture. Chapman and Hall.
Black Well Sci. Publ., Oxford.
Palafox, J. P., C. A. M. Palacios and L. G.
Ross. 1996. The effects of salinity and
temperature on the growth and survival
rates of juvenile white shrimp, Penaeus
vannamei. Aquaculture 157 (1997): 107-
115.
Pratiwi, N. T. M. 1997. Kepekaan komunitas
fitoplankton terhadap perubahan unsure
hara di tambak bersubstrat pasir. Tesis.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.

More Related Content

What's hot

PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...Repository Ipb
 
PERSIAPAN WADAH DAN MEDIA - BUDIDAYA UDANG VANNAMEI DENGAN TERPAL HDPE
PERSIAPAN WADAH DAN MEDIA - BUDIDAYA UDANG VANNAMEI DENGAN TERPAL HDPEPERSIAPAN WADAH DAN MEDIA - BUDIDAYA UDANG VANNAMEI DENGAN TERPAL HDPE
PERSIAPAN WADAH DAN MEDIA - BUDIDAYA UDANG VANNAMEI DENGAN TERPAL HDPEMustain Adinugroho
 
Penataan kawasan tambak udang dalam upaya revitalisasinya
Penataan kawasan tambak udang dalam upaya revitalisasinyaPenataan kawasan tambak udang dalam upaya revitalisasinya
Penataan kawasan tambak udang dalam upaya revitalisasinyaDidi Sadili
 
Budidaya udang vannamei
Budidaya udang vannameiBudidaya udang vannamei
Budidaya udang vannameiHanapi Suteja
 
Menimbang SIstem Budidaya Udang Berkelanjutan
Menimbang SIstem Budidaya Udang BerkelanjutanMenimbang SIstem Budidaya Udang Berkelanjutan
Menimbang SIstem Budidaya Udang BerkelanjutanSyauqy Nurul Aziz
 
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIPENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIMustain Adinugroho
 
Meminimalkan ganti air dalam akuakultur
Meminimalkan ganti air dalam akuakulturMeminimalkan ganti air dalam akuakultur
Meminimalkan ganti air dalam akuakulturIbnu Sahidhir
 
COVER SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMA...
COVER SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMA...COVER SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMA...
COVER SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMA...Mustain Adinugroho
 
Kinetika Proses dan Rancangan Variabel Pengolahan Limbah Cair
Kinetika Proses dan Rancangan Variabel Pengolahan Limbah CairKinetika Proses dan Rancangan Variabel Pengolahan Limbah Cair
Kinetika Proses dan Rancangan Variabel Pengolahan Limbah CairSyauqy Nurul Aziz
 
Manjemen kualitas air
Manjemen kualitas airManjemen kualitas air
Manjemen kualitas airBBAP takalar
 
Pengolahan air tambak udang
Pengolahan air tambak udangPengolahan air tambak udang
Pengolahan air tambak udangIrf Kartamulia
 
PEMILIHAN DAN PENEBARAN BENUR - BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PEMILIHAN DAN PENEBARAN BENUR - BUDIDAYA UDANG VANNAMEIPEMILIHAN DAN PENEBARAN BENUR - BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PEMILIHAN DAN PENEBARAN BENUR - BUDIDAYA UDANG VANNAMEIMustain Adinugroho
 
Progres Inovasi Budidaya Udang Supra Intensif dan Pengembangan RAS Dalam Upay...
Progres Inovasi Budidaya Udang Supra Intensif dan Pengembangan RAS Dalam Upay...Progres Inovasi Budidaya Udang Supra Intensif dan Pengembangan RAS Dalam Upay...
Progres Inovasi Budidaya Udang Supra Intensif dan Pengembangan RAS Dalam Upay...Syauqy Nurul Aziz
 
Tambak kepiring bakau
Tambak kepiring bakauTambak kepiring bakau
Tambak kepiring bakaunitahabibah
 
Lap teknik laboratorium
Lap teknik laboratoriumLap teknik laboratorium
Lap teknik laboratoriumunsri.ac.id
 
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Mujair
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya MujairPedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Mujair
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya MujairWarta Wirausaha
 
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...Repository Ipb
 
PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIPENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIMustain Adinugroho
 

What's hot (20)

PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
 
Tambak windu
Tambak winduTambak windu
Tambak windu
 
PERSIAPAN WADAH DAN MEDIA - BUDIDAYA UDANG VANNAMEI DENGAN TERPAL HDPE
PERSIAPAN WADAH DAN MEDIA - BUDIDAYA UDANG VANNAMEI DENGAN TERPAL HDPEPERSIAPAN WADAH DAN MEDIA - BUDIDAYA UDANG VANNAMEI DENGAN TERPAL HDPE
PERSIAPAN WADAH DAN MEDIA - BUDIDAYA UDANG VANNAMEI DENGAN TERPAL HDPE
 
Penataan kawasan tambak udang dalam upaya revitalisasinya
Penataan kawasan tambak udang dalam upaya revitalisasinyaPenataan kawasan tambak udang dalam upaya revitalisasinya
Penataan kawasan tambak udang dalam upaya revitalisasinya
 
Budidaya udang vannamei
Budidaya udang vannameiBudidaya udang vannamei
Budidaya udang vannamei
 
Menimbang SIstem Budidaya Udang Berkelanjutan
Menimbang SIstem Budidaya Udang BerkelanjutanMenimbang SIstem Budidaya Udang Berkelanjutan
Menimbang SIstem Budidaya Udang Berkelanjutan
 
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIPENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
 
Meminimalkan ganti air dalam akuakultur
Meminimalkan ganti air dalam akuakulturMeminimalkan ganti air dalam akuakultur
Meminimalkan ganti air dalam akuakultur
 
COVER SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMA...
COVER SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMA...COVER SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMA...
COVER SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMA...
 
Kinetika Proses dan Rancangan Variabel Pengolahan Limbah Cair
Kinetika Proses dan Rancangan Variabel Pengolahan Limbah CairKinetika Proses dan Rancangan Variabel Pengolahan Limbah Cair
Kinetika Proses dan Rancangan Variabel Pengolahan Limbah Cair
 
Manjemen kualitas air
Manjemen kualitas airManjemen kualitas air
Manjemen kualitas air
 
Pengolahan air tambak udang
Pengolahan air tambak udangPengolahan air tambak udang
Pengolahan air tambak udang
 
PEMILIHAN DAN PENEBARAN BENUR - BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PEMILIHAN DAN PENEBARAN BENUR - BUDIDAYA UDANG VANNAMEIPEMILIHAN DAN PENEBARAN BENUR - BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PEMILIHAN DAN PENEBARAN BENUR - BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
 
Progres Inovasi Budidaya Udang Supra Intensif dan Pengembangan RAS Dalam Upay...
Progres Inovasi Budidaya Udang Supra Intensif dan Pengembangan RAS Dalam Upay...Progres Inovasi Budidaya Udang Supra Intensif dan Pengembangan RAS Dalam Upay...
Progres Inovasi Budidaya Udang Supra Intensif dan Pengembangan RAS Dalam Upay...
 
Makalah sumber-daya-lahan
Makalah sumber-daya-lahanMakalah sumber-daya-lahan
Makalah sumber-daya-lahan
 
Tambak kepiring bakau
Tambak kepiring bakauTambak kepiring bakau
Tambak kepiring bakau
 
Lap teknik laboratorium
Lap teknik laboratoriumLap teknik laboratorium
Lap teknik laboratorium
 
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Mujair
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya MujairPedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Mujair
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Mujair
 
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
 
PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIPENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
 

Similar to HUBUNGAN KOMUNITAS FITOPLANKTON DENGAN PRODUKTIVITAS UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK BIOCRETE

KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...Hilmansyah16
 
Presentasi Budidaya Sistem Bioflok.pptx
Presentasi Budidaya Sistem Bioflok.pptxPresentasi Budidaya Sistem Bioflok.pptx
Presentasi Budidaya Sistem Bioflok.pptxAdinDin2
 
Manfaat Pakan Alami dalam Bidang Akuakultur
Manfaat Pakan Alami dalam Bidang Akuakultur Manfaat Pakan Alami dalam Bidang Akuakultur
Manfaat Pakan Alami dalam Bidang Akuakultur arifarifstiawan
 
Produksi Udang Sayur Untuk Memberdayakan Backyard Hatchery
Produksi Udang Sayur  Untuk Memberdayakan Backyard HatcheryProduksi Udang Sayur  Untuk Memberdayakan Backyard Hatchery
Produksi Udang Sayur Untuk Memberdayakan Backyard Hatcherylisa ruliaty 631971
 
Kelompok 4_PPT EUTROFIKASI.pdf
Kelompok 4_PPT EUTROFIKASI.pdfKelompok 4_PPT EUTROFIKASI.pdf
Kelompok 4_PPT EUTROFIKASI.pdfAlyaRizqiNabilah
 
PENGARUH PEMBERIAN SUKROSA SEBAGAI SUMBER KARBON DAN PROBIOTIK TERHADAP DINAM...
PENGARUH PEMBERIAN SUKROSA SEBAGAI SUMBER KARBON DAN PROBIOTIK TERHADAP DINAM...PENGARUH PEMBERIAN SUKROSA SEBAGAI SUMBER KARBON DAN PROBIOTIK TERHADAP DINAM...
PENGARUH PEMBERIAN SUKROSA SEBAGAI SUMBER KARBON DAN PROBIOTIK TERHADAP DINAM...Repository Ipb
 
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...Repository Ipb
 
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...Repository Ipb
 
Aplikasi bioflok untuk budidaya ikan nila -1.pdf
Aplikasi bioflok untuk budidaya ikan nila -1.pdfAplikasi bioflok untuk budidaya ikan nila -1.pdf
Aplikasi bioflok untuk budidaya ikan nila -1.pdfplekucipikuci
 
PENDAYAGUNAAN ROTIFERA YANG DIBERI PAKAN ALAMI BERBAGAI JENIS MIKROALGAE
PENDAYAGUNAAN ROTIFERA YANG DIBERI PAKAN ALAMI BERBAGAI JENIS MIKROALGAEPENDAYAGUNAAN ROTIFERA YANG DIBERI PAKAN ALAMI BERBAGAI JENIS MIKROALGAE
PENDAYAGUNAAN ROTIFERA YANG DIBERI PAKAN ALAMI BERBAGAI JENIS MIKROALGAERepository Ipb
 
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benihratnanovianty_
 
Pertemuan Ke-4 Ekologi Plankton.pptx
Pertemuan Ke-4 Ekologi Plankton.pptxPertemuan Ke-4 Ekologi Plankton.pptx
Pertemuan Ke-4 Ekologi Plankton.pptxnurulmutmainnah51
 
Perbaikan Teknik Pemeliharaan Larva Pada Produksi Masal Benih Rajungan Portun...
Perbaikan Teknik Pemeliharaan Larva Pada Produksi Masal Benih Rajungan Portun...Perbaikan Teknik Pemeliharaan Larva Pada Produksi Masal Benih Rajungan Portun...
Perbaikan Teknik Pemeliharaan Larva Pada Produksi Masal Benih Rajungan Portun...CRABERS
 
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...Repository Ipb
 
Makalah budidaya ikan lele
Makalah budidaya ikan leleMakalah budidaya ikan lele
Makalah budidaya ikan lelejonni yanra
 

Similar to HUBUNGAN KOMUNITAS FITOPLANKTON DENGAN PRODUKTIVITAS UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK BIOCRETE (20)

KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
 
Presentasi Budidaya Sistem Bioflok.pptx
Presentasi Budidaya Sistem Bioflok.pptxPresentasi Budidaya Sistem Bioflok.pptx
Presentasi Budidaya Sistem Bioflok.pptx
 
Manfaat Pakan Alami dalam Bidang Akuakultur
Manfaat Pakan Alami dalam Bidang Akuakultur Manfaat Pakan Alami dalam Bidang Akuakultur
Manfaat Pakan Alami dalam Bidang Akuakultur
 
Produksi Udang Sayur Untuk Memberdayakan Backyard Hatchery
Produksi Udang Sayur  Untuk Memberdayakan Backyard HatcheryProduksi Udang Sayur  Untuk Memberdayakan Backyard Hatchery
Produksi Udang Sayur Untuk Memberdayakan Backyard Hatchery
 
Kelompok 4_PPT EUTROFIKASI.pdf
Kelompok 4_PPT EUTROFIKASI.pdfKelompok 4_PPT EUTROFIKASI.pdf
Kelompok 4_PPT EUTROFIKASI.pdf
 
7. teknologi biofloc
7. teknologi biofloc7. teknologi biofloc
7. teknologi biofloc
 
Plankton.pptx
Plankton.pptxPlankton.pptx
Plankton.pptx
 
PENGARUH PEMBERIAN SUKROSA SEBAGAI SUMBER KARBON DAN PROBIOTIK TERHADAP DINAM...
PENGARUH PEMBERIAN SUKROSA SEBAGAI SUMBER KARBON DAN PROBIOTIK TERHADAP DINAM...PENGARUH PEMBERIAN SUKROSA SEBAGAI SUMBER KARBON DAN PROBIOTIK TERHADAP DINAM...
PENGARUH PEMBERIAN SUKROSA SEBAGAI SUMBER KARBON DAN PROBIOTIK TERHADAP DINAM...
 
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...
 
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...
 
Aplikasi bioflok untuk budidaya ikan nila -1.pdf
Aplikasi bioflok untuk budidaya ikan nila -1.pdfAplikasi bioflok untuk budidaya ikan nila -1.pdf
Aplikasi bioflok untuk budidaya ikan nila -1.pdf
 
PENDAYAGUNAAN ROTIFERA YANG DIBERI PAKAN ALAMI BERBAGAI JENIS MIKROALGAE
PENDAYAGUNAAN ROTIFERA YANG DIBERI PAKAN ALAMI BERBAGAI JENIS MIKROALGAEPENDAYAGUNAAN ROTIFERA YANG DIBERI PAKAN ALAMI BERBAGAI JENIS MIKROALGAE
PENDAYAGUNAAN ROTIFERA YANG DIBERI PAKAN ALAMI BERBAGAI JENIS MIKROALGAE
 
Abstrak.bandeng biofloc.2012
Abstrak.bandeng biofloc.2012Abstrak.bandeng biofloc.2012
Abstrak.bandeng biofloc.2012
 
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
 
Pertemuan Ke-4 Ekologi Plankton.pptx
Pertemuan Ke-4 Ekologi Plankton.pptxPertemuan Ke-4 Ekologi Plankton.pptx
Pertemuan Ke-4 Ekologi Plankton.pptx
 
Perbaikan Teknik Pemeliharaan Larva Pada Produksi Masal Benih Rajungan Portun...
Perbaikan Teknik Pemeliharaan Larva Pada Produksi Masal Benih Rajungan Portun...Perbaikan Teknik Pemeliharaan Larva Pada Produksi Masal Benih Rajungan Portun...
Perbaikan Teknik Pemeliharaan Larva Pada Produksi Masal Benih Rajungan Portun...
 
Pemilihan spesies
Pemilihan spesiesPemilihan spesies
Pemilihan spesies
 
Pendahuluan
PendahuluanPendahuluan
Pendahuluan
 
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
 
Makalah budidaya ikan lele
Makalah budidaya ikan leleMakalah budidaya ikan lele
Makalah budidaya ikan lele
 

More from Repository Ipb

Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Repository Ipb
 
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Repository Ipb
 
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...Repository Ipb
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...Repository Ipb
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...Repository Ipb
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMRepository Ipb
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKRepository Ipb
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIARepository Ipb
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...Repository Ipb
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...Repository Ipb
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...Repository Ipb
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFRepository Ipb
 
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...Repository Ipb
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...Repository Ipb
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...Repository Ipb
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Repository Ipb
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...Repository Ipb
 

More from Repository Ipb (20)

Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
Peta ipb
Peta ipbPeta ipb
Peta ipb
 
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
 
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
 

Recently uploaded

PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 

Recently uploaded (20)

PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 

HUBUNGAN KOMUNITAS FITOPLANKTON DENGAN PRODUKTIVITAS UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK BIOCRETE

  • 1. 119 HUBUNGAN KOMUNITAS FITOPLANKTON DENGAN PRODUKTIVITAS UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK BIOCRETE Correlation of Phytoplankton Community and Litopenaeus vannamei Productivity in Biocrete Pond T. Budiardi, I. Widyaya dan D. Wahjuningrum Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga, Bogor 16680 ABSTRACT Management of phytoplankton is generally conducted by controlling the concentration of organic matter, fertilization and water exchange. Organic materials are from uneaten feed and excretion of shrimp. By using post facto method it was found four class of phytoplankton in biocrete pond at one cycle rearing of white shrimp (Litopenaeus vannamei). Population at early rearing period was dominated by Bacillariophyceae (50.4%; 13 species) and Cyanophyceae (42.41%; 1 species), followed by Dynophyceae (6.2%; 5 species) and Chlorophyceae (1.3%; 1 species). Increment in phytoplankton density was followed by increment in chlorophyll-a and oxygen from photosynthesis, and productivity was 2132 kg/pond. Keywords: phytoplankton, white shrimp, Litopenaeus vannamei, biocrete pond ABSTRAK Pengelolaan fitoplankton umumnya dilakukan dengan mengoptimalkan bahan organik serta pemupukan dan pergantian air. Bahan organik berasal dari pakan buatan yang tidak terkonsumsi (sisa pakan) dan ekskresi dari udang. Dengan menggunakan metode post facto selama satu siklus pemeliharaan udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada tambak biocrete diperoleh empat kelas fitoplankton. Dominasi Bacillariophyceae (50,4%; 13 jenis), Cyanophyceae (42,41%; 1 jenis) terjadi pada awal pemeliharaan yang diiukuti oleh Dynophyceae (6,2%; 5 jenis) dan Chlorophyceae (1,3%; 1 jenis). Peningkatan kelimpahan fitoplankton secara keseluruhan diikuti oleh peningkatan kandungan klorofil-a dan oksigen hasil fotosintesis total sehingga produktifitasnya mencapai 2132 kg/petak Kata kunci: fitoplankton, udang vaname, Litopenaeus vannamei, tambak biocrete PENDAHULUAN Fluktuasi ekstrim berbagai parameter kualitas air pada perairan tambak pembesaran udang dapat menyebabkan penurunan kelangsungan hidup udang yang berlanjut pada penurunan produksi. Fitoplankton merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi fluktuasi kualitas air. Produksi fitoplankton pada budidaya intensif dipengaruhi oleh keberadaan unsur hara diperairan, terutama unsur hara dari kelompok nitrogen (N) dan fosfat (P). Ketersediaan unsur hara pada budidaya intensif ditentukan oleh keberadaan jumlah bahan organik dan tingkat penguraiannya oleh bakteri. Bahan organik tersebut berasal dari pakan buatan yang tidak terkonsumsi (sisa pakan) dan ekskresi dari udang. Seperti yang dinyatakan oleh Boyd (1979), peningkatan pemberian pakan buatan akan meningkatkan kandungan bahan organik serta unsur hara yang pada batas-batas tertentu akan meningkatkan produktifitas primer perairan. Fitoplankton sangat diharapkan pertumbuhannya secara optimal di perairan tambak. Pengelolaan fitoplankton umumnya dilakukan dengan mengoptimalkan bahan organik serta pemupukan dan pergantian air. Karena pentingnya pengelolaan fitoplankton di tambak, maka diperlukan penelitian untuk menganaliasis pengelolaan fitoplankton yang Jurnal Akuakultur Indonesia, 6(2): 119–125 (2007) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id
  • 2. 120 berkaitan dengan oksigen terlarut serta unsur hara di perairan tambak udang intensif. BAHAN & METODE Tahap persiapan Sistem pengelolaan budidaya dilakukan sesuai dengan prosedur operasional baku dari PT. Bimasena Segara. Proses persiapan meliputi pengeringan, pembersihan dasar dan tanggul, pengisian air dan penumbuhan plankton hingga tambak siap untuk ditebar. Pengeringan dilakukan selama 7 hari, meliputi pembersihan/pencucian dasar tambak, perbaikan instalasi pendukung, pergantian pasir, pembersihan saluran pemasukan (inlet) dan pengeluaran (outlet) serta desinfeksi kincir menggunakan kapur. Sebelum pengisian air, sipasang saringan halus pada saluran pemasukan untuk mencegah masuknya ikan liar kedalam tambak. Pemupukan awal dilakukan menggunakan urea dan TSP dengan dosis masing-masing 9 dan 5 ppm pada tambak dengan kedalama air 25-30 cm. Tambak yang berwarna hijau kecoklatan menandakan bahwa telah banyak plankton yang tumbuh dan tambak siap digunakan. Penebaran benur dan pemberian pakan Penebaran benih stadia PL15 dilakukan pada pagi hari dengan kepadatan 70–100 ekor/m2 dan melalui proses aklimatisasi terlebih dahulu. Setelah suhu dan salinitas air padsa kantong plastik sama dengan tambak, benih udang ditebar secara perlahan-lahan. Aklimatisasi dilakuan untuk mengihndari kematian benih udang akibat perbedaan suhu dan salinitas secara signifikan. Pemberian pakan dilakukan dengan menyebarkannya secara merata terutama diseluruh bagian pinggir tambak. Untuk pakan serbuk, dilakukan penambahan air sebelum pemberian sehingga menggumpal agar tidak terbawa angin pada saat penebaran ketambak. Sampai umur 50 hari, pemberian pakan dilakukan dengan dosis yang meningkat secara teratur setiap harinya karena udang masih terlalu kecil untuk penghitungan biomassanya. Setelah umur 50 hari, jumlah pakan yang diberikan didasarkan pada persentase biomassa yang diukur melalui sampling setiap 10 hari. Frekuensi pemberian pakan dilkaukan 2 atau 3 kali/hari sampai umur 30 hari, 4 kali/hari pada umur 30–90 hari dan 4–5 kali/hari pada umur 90 sampai penen. Pemupukan dan pengelolaan air Pemupukan hanya dilakukan pada 4–6 hari pertama menggunakan urea dan TSP dengan dosis masing-masing 9–5 ppm. Pertumbuhan plankton pada petak ditandai dengan perubahan warna air menjadi hijau kecoklatan atau coklat kehijauan. Proses penggantian air berguna untuk pengenceran bahan organik yang beasal dari sisa metabolisme dan sisa pakan. Pergantian air dilakukan setiap dua hari sebanyak 1–5% (sampai bulan kedua), 5–7% (bulan ketida dan keempat). Selain penggantian air, pengenceran bahan organik tersbut juga dilakukan melalui proses penyiponan yang dilakukan setiap 2–3 hari sampai tahap pemanenan. Hal ini dilakukan pada saat bahan organik mencapai jumlah yang cukup tingi yaitu setelah udang berumur 60 hari. Pemanenan dilakukan setelah udang berumur 100 hari atau telah mencapai ukuran 14 kg/ekor. Proses pemanenan dimulai pada sore hari untuk menghindari tingginya suhu yang berpengaruh terhadap kualitas udang. Pengukuran kualitas air Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah post facto dengan mengobservasi 6 petak tambak selama satu siklus pemeliharaan udang vaname (Litopenaeus vannamei). Parameter kualitas yang diamati antara lain suhu, pH, DO, BOD5, amonia, nitrit, nitrat, ortofosfat, klorofil-a serta jenis dan kelimpahan plankton. Sampel air yang diambil diukur di Laboratorium Limnologi, Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan IPB. Jenis dan kelimpahan fitoplankton dapat diketahui dengan mengambil sebanyak 50 liter contoh air dan disaring menggunakan plankto net. Plankton yang didapatkan diidentifikasi jenisnya dan dikelompokkan menurut genus dan kelasnya. Kelimpahan
  • 3. 121 fitoplankton setiap contoh dihitung menggunakan metode pencacahan dengan rumus: E 1 D C B A nN Keterangan; N : kelimpahan fitoplankton n : jumlah plaknton dalam setiap lapang pandang A : luas gelas penutup (20×20 mm2 ) B : luas satu lapang pandang (mm2 ) C : volume air yang tersaring (ml) D : volume air satu tetes (ml) E : volume air yang disaring (liter) HASIL & PEMBAHASAN Sistem budidaya ditambak terbagi menjadi sistem tradisional, semi intensif dan intensif. Kepadatan udang pada tambak sistem tradisional atau alami sangat rendah dan kondisi nutrien hanya dipengaruhi oleh faktor air, tanah serta proses pemupukan. Sedangkan pada sistem intensif (khususnya biocrete), selain dipengaruhi kondisi tersebut juga dipengaruhi oleh bahan organik yang sebagian besar berasal dari pakan yang tidak terkonsumsi dan sisa metabolisme udang. Semakin bertambah umur pemeliharaan udang maka semakin tinggi jumlah pakan yang diberikan, sehingga semakin banyak jumlah pakan yang tidak terkonsumsi. Oleh karena itu, ketika masa pemeliharaan memasuki umur 60 hari, sebaiknya intensitas pengelolaan kualitas air ditingkatkan sebagai antisipasi terjadinya kematian masal pada tambak. Dominasi fitoplankton pada tambak lebih dikendalikan oleh pengelolaan air melalui pergantian air sebnayak 20-30% dengan menggunakan sistem flow trough (mengalir; pembuangan dan pengisian air dilakukan bersamaan), dan penyiponan tambak setelah umur 70 hari. Komunitas fitoplankton yang dapat ditemukan dalam perairan berasal dari kelas Chlorophyta (green algae), Cyanophyta (blue-green algae), Chrysophyta (Diatom), Euglonophyta dan Pyrrophyta Dynoflagellata). Pada masa pemeliharaan, dominasi Dynophyceae dan Cyanophyceae mulai terjadi setelah umur pemeliharaan 60, 80 dan 100 hari. Pada umur 70 dan 90 hari, perairan lebih didominasi kelompok Bacillario- phyceae dan Chlorophyceae (Tabel 1). Pada kondisi cuaca Berawan (mendung) dengan intensitas cahaya matahari rendah, Dynoflagellata dapat bergerak ke permukaan. Hal ini disebabkan oleh adanya organ flagel pada kelompok tersebut yang dapat memudahkan pergerakannya, sehingga permukaan perairan didominasi oleh kelompok ini. Kondisi demikian menyebabkan penetrasi cahaya matahari tidak sampai jauh ke kedalaman periran. Akibat kompetisi tersebut akan terjadi peristiwa bloomintg dari Dynoflagellata. Dominasi oleh Dynoflagellata dapat merugikan karena memiliki kemampuan untuk berkembang biak dengan cepat dan mati dalam waktu yang singkat yang dapat menyebabkan kondisi perairan menjadi beracun. Pada kondisi yang sama, Cyanophyceae dapat mendominasi permukaan karena memiliki gelembung gas dalam tubuhnya, sehingga dapat memudahkannya bergerak menuju permukaan air dan dapat terakumulasi di permukaan. Keadaan ini menjadi lebih buruk bila konsentrasi CO2 rendah dan terjadi penurunan nutrien secara ekstrim yang pada akhirnya mengakibatkan kematian masal dan menimbulkan penurunan konsentrasi oksigen terlarut untuk proses perombakannya. Bila kondisi tersebut terus berlangsung maka sisa-sisa plankton dapat menimbulkan racun di perairan. Rasio N/P sangat berpengaruh terhadap dominasi komunitas fitoplankton merugikan yang timbul pada umur 60–100 hari. Berdasarkan nilai regresi yang diujikan pada rasio N/P dengan frekuensi dominasi Dynophyceae dan Cyanophyceae, didapatkan nilai signifikan sebesar P<0,001 (R=0,848). Dengan nilai korelasi yang mendekati 1, maka hubungan antara rasio N/P dengan frekuensi dominasi Dynophyceae dan Cyanophyceae termasuk erat.
  • 4. 122 Tabel 1. Frekuensi dominasi Dynophyceae dan Cyanophyceae Petak Umur (hari) 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 A1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 A2 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 F4 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 G3 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 H3 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 H6 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 Keterangan; 0 : Dominasi oleh Bacillariophyceae dan Chlorophyceae 1 : dominasi oleh Dynophyceae dan Cyanophyceae Tabel 2. Rasio N/P pada tambak sampai 100 hari Petak Umur (hari) 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 A1 22,50 20,45 22,28 15,51 15,87 3,38 16,62 12,09 21,78 7,87 A2 24,01 20,98 21,35 22,58 23,15 18,87 11,20 11,55 2,12 1,94 F4 23,68 20,62 15,77 19,42 13,25 5,49 2,00 2,15 22,93 4,39 G3 20,80 23,74 23,85 20,45 15,20 11,96 10,90 1,48 17,90 4,31 H3 21,17 23,39 23,22 22,64 15,58 13,09 2,32 12,09 29,99 3,27 H6 20,40 21,12 20,19 18,02 14,74 6,14 11,91 2,91 10,70 2,25 Variasi nilai yang ditunjukkan oleh rasio N/P lebih menggambarkan pergantian dominasi Cyanophyceae dengan fitoplankton kelas lainnya. Sesuai dengan penjelasan FAO/UNDP (1978) dan Ahmad (1988) dalam Pratiwi (1997) apabila rasio N/P kurang dari 10 : 1 atau mendekati 1 : 1, maka perairan akan didominasi oleh Dynoflagellata. Pada umur 100 hari pemeliharaan, kelimpahan Dynophyceae dan Cyanophyceae mendominasi perairan disemua petak. Hal ini disebabkan kondisi nutrien lebih didominsi oleh P yang terlihat dari rasio N/P yang rendah pada umur 100 hari pemeliharaan. Terjadinya akumulasi kandungan bahan organik atau Total Organic Matter (TOM) kemungkinan disebabkan rendahnya oksigen terlarut dan bakteri pengurai dalam perairan. Meningkatnya kandungan bahan organik ini disebabkan oleh sisa-sisa pemberian pakan serta ekskresi atau feses dari organisme udang vaname. Hal ini sesuai dengan Primavera (1994) dalam Goddard (1996) bahwa pakan yang tidak terkonsumsi sekitar 15% dari berat pakan total pakan yang diberikan perhari, selanjutnya dari 85% pakan yang terkonsumsi, 20% akan terbuang melalui kotoran, 17% akan diserap oleh tubuh dan sisanya sebesar 48% akan diekskresikan oleh tubuh dan digunakan untuk maintenance. Peningkatan kelimpahan fitoplankton secara keseluruhan diikuti dengan peningkatan kandungan klorofil-a dan oksigen hasil fotosintesis total. Pola hubungan oksigen total (Y) yang ditimbulkan oleh klorofil-a (X) mengikuti persamaan Y = 576,71X + 4,5173 dengan R2 = 0,9238. Persamaan yang dihasilkan pada pola peningkatan kandungan klorofil-a dengan peningkatan oksigen total tersebut dapat digunakan untuk memprediksi jumlah oksigen total yang dihasilkan.
  • 5. 123 Peningkatan kelimpahan fitoplankton diikuti dengan peningkatan kandungan klorofil-a pada setiap pengamatan yang ditunjukkan dengan nilai determinasi sebesar 92,38%. Fitoplankton tergolong organisme autotrof sehingga dengan memanfaatkan energi sinar melalui klorofil dapat mengolah karbondioksida dan senyawa anorganik lainnya menjadi senyawa organik melalui fotosintesis. Kondisi ini diperkuat dengan peningkatan produksi bersih oksigen sebagai akibat dari proses fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton pada semua. Kelimpahan fitoplankton selama pengamatan ditunjukkan oleh nilai kecerahan yang semakin kecil pada setiap waktu pengamatan. Semakin tingginya kelimpahan fitoplankton akan meningkatkan turbiditas (kekeruhan) atau menurunkan kecerahan air. Selama masa pengamatan didapat kisaran biomassa ketika panen sebesar 802–2,132 kg/petak dengan kisaran nilai FCR sebesar 1,19–2,60. Laju pertumbuhan harian masing- masing petak pengamatan berkisar antara 9,45–9,74%, dengan SR sebesar 26,67– 99,58%. Nilai SR yang tinggi menunjukkan bahwa kondisi lingkungan dalam perairan yang digunakan untuk proses produksi cukup baik. Lingkungan yang baik akan menciptakan oksigen terlarut yang optimal bagi metabolisme tubuh serta menghindari timbulnya senyawa beracun dalam perairan. Konsdisi lingkungan yang baik akan meningkatkan produksi udang melalui peningkatan biomassa udang. Nilai SR terendah hanya terjadi pada petak H3 yaitu sebesar 26,67% yang lebih disebabkan tingginya kepadatan pada petak tersebut, yaitu 105 ekor/m2 . Musim pemeliharaan yang dilakukan ketika penelitian merupakan kondisi ekstrim dari masa pemeliharaan selama satu tahun. Pada umumnya, kegiatan pembesaran udang relatif tidak dilakukan pada musim ini, terutama bagi tambak udang sistem semi intensif dan tradisional. Air yang digunakan selama pemeliharaan merupakan 100% air laut dengan kisaran salinitas antara 38–40 ppt dan suhu antara 24,7–30 C. Menurut Palafox et al., (1996), kisaran salinitas yang optimal untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup juvenil Litopenaeus vannamei adalah 33 ppt jika berada pada kisaran suhu 28–30 C. Tabel 3. Identifikasi dan kelimpahan total fitoplankton pada tambak sampai umur 100 hari Umur (Hari) Jumlah fitoplankton (Ind./liter) Kelas Total Kelas Total Bacillariophyceae Chlorophyceae Dynophyceae Cyanophyceae 10 42669 0 42669 765 1570 2335 20 66023 0 66023 0 5691 5691 30 51420 2040 53460 0 7355 7355 40 281394 11006 292400 1946 40145 42091 50 296239 11785 308024 9503 102652 112155 60 11583 265274 276857 301889 8738 310627 70 367657 3946 371603 26254 235906 262160 80 41877 294999 336876 381241 0 381241 90 575136 0 575136 21529 318197 339726 100 443962 0 443962 139603 598718 738321
  • 6. 124 Tabel 4. Data produksi udang vanamei Petak Kepadatan (ekor m3 ) Produktifitas (kg) Laju pertumbuhan FCR SR (%) A1 72 2031 9,58 1,24 93,77 A2 73 2132 9,49 1,33 98,54 F4 73 1748 9,45 1,19 99,58 G3 97 1321 9,67 1,64 54,62 H3 105 802 9,74 2,60 26,97 H6 93 1775 9,71 1,50 70,00 Tabel 5. Kisaran kualitas air pada tambak selama penelitian Parameter satuan Petak A1 A2 F4 G3 H3 H6 Suhu °C 24,0-3,08 24,0-30,8 23,5-30,0 23,8-29,5 24,0-29,5 24,2-29,2 Salinitas ppt 34-41 34-41 34-42 34-43 35-43 35-43 Kecerahan cm 12,0-77,5 14-65 18-103 13-103 15-95 17-98 pH unit 6,5-9,1 6,5-9,2 6,8-9,1 6,8-9,1 6,8-8,8 6,4-8,9 PO4 mg/l 0,0416-0,5230 0,1056-0,3991 0,0152-0,1077 0,0439-0,4079 0,0375-0,5444 0,0030-0,1042 NH3 mg/l 0,0009-0,0269 0,0007-0,0214 0,0001-0,0241 0,0018-0,0168 0,0018-0,0468 0,0009-0,0585 NO2 mg/l 0,0000-0,0787 0,0003-0,0847 0,0000-0,0188 0,0000-0,0474 0,0000-0,0227 0,0000-0,0259 NO3 mg/l 0,0038-0,1737 0,0133-0,9589 0,0133-1,1811 0,0191-0,2026 0,0077-0,2324 0,0147-0,5059 H2S mg/l 0,0036-0,0259 0,0036-0,0259 0,0017-0,0453 0,0000-0,0521 0,0000-0,0633 0,0000-0,0241 Alkalinitas mg/l 96,0-160,0 92,0-138,0 79,2-152,0 86,0-116,0 94,8-129,6 103,6-148,0 TOM mg/l 14,66-225,10 17,7-234,68 11,88-216,12 10,87-214,88 5,81-214,88 10,87-224,87 Kedalaman cm 99-133 83-135 96-131,5 85-115 78-110 75-113 KESIMPULAN Selama satu siklus pemeliharaan dalam penelitian diperoleh empat kelas fitoplankton, yaitu Bacillariophyceae (50,4%; 13 jenis), Cyanophyceae (42,41%; 1 jenis), Dynophyceae (6,2%; 5 jenis) dan Chlorophyceae (1,3%; 1 jenis). Bacillariophyceae dan Chlorophyceae mendominasi kelompok fitoplankton pada umur pemeliharaan 10–50 hari sedangkan Dynophyceae dan Cyanophyceae mendominasi mulai umur pemeliharaan 60 hari. Fitoplankton yang baik menghasilkan peningkatan oksigen terlarut dan penyerapan nutrien yang baik sehingga produktifitasnya berkisar antara 802 – 2132 kg/petak. Model hubungan oksigen total (Y) yang dihasilkan oleh klorofil-a (X) mengikuti persamaan Y = 576,71 + 4,5173 (R2 = 0,9238). DAFTAR PUSTAKA Ahmad T. 1992. pengelolaan peubah mutu air yang penting dalam tambak udang intensif. Kerjasama Direktorat Jendral Perikanan dan International Development Research Center. Jakarta. Boyd, C. E. 1979. Water quality in warmwater fish ponds. Auburn University. Alabama.
  • 7. 125 Goddard, S. 1996. Feed management in intensive aquaculture. Chapman and Hall. Black Well Sci. Publ., Oxford. Palafox, J. P., C. A. M. Palacios and L. G. Ross. 1996. The effects of salinity and temperature on the growth and survival rates of juvenile white shrimp, Penaeus vannamei. Aquaculture 157 (1997): 107- 115. Pratiwi, N. T. M. 1997. Kepekaan komunitas fitoplankton terhadap perubahan unsure hara di tambak bersubstrat pasir. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.