SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
Aklimatisasi Kultur Jaringan Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva
(Rhodophyata, Soliericeae) dalam Sistem Pembibitan di Laut Terbuka
Yoong Soon Yong, Wilson Thau Lym Yong, Vun Yee Thien, Su En Ng, Ann
Anton, Suhaimi Yassir
Institut Penelitian Bioteknologi, Universitas Malaysia Sabah
Jalan UMS, 88400 Kota Kinabula, Sabah, Malaysia
e-mail : wilsonyg@ums.edu.my
1. Pendahuluan
Industri pengolahan rumput laut memiliki permintaan tahunan dari 7,5-8,0
juta ton biomassa dengan sebagian besar berasal dari budidaya Malaysia pada
tahun 1978, industri ini telah meningkatkan kemajuan ekonomi yang signifikan,
khususnya di Sabah. Hal ini disebabkan oleh peran penting dari karagenan
diberbagai industri (Sade et al., 2006; Hayashi et al., 2010). Jenis rumput laut
yang banyak dibudidaya untuk produksi karagenan di Malaysia adalah
Kappaphycus alvarezii, Kappaphycus striatum, dan Eucheuma denticulatum
(McHugh, 2003; Phang, 2006; Sade et al., 2006).
Pemerintah Malaysia telah memperkenalkan program perubahan ekonomi
dan diidentifikasi budidaya rumput laut sebagai salah satu dari 131 proyek entry
point (EPPs) dibawah Nasional Key Ekonomi Areas (NKEAs), yang telah
ditargetkan dapat meningkatkan produksi rumput laut pada tahun 2020 mencapai
150,000 ton (ETP Handbook, 2012). Namun, target ini tampaknya sulit dicapai
dengan praktek budidaya saat ini. Saat ini, masalah yang dihadapi oleh
pembudidaya lokal adalah perubahan lingkungan yang tidak terduga atau
perubahan cuaca, serangan predator, penyakit dan epifit, dimana sebagian besar
kegiatan budidaya akan mengalami kendala dalam memperoleh bibit rumput laut
yang sehat untuk dibudidayakan (Mendoza et al., 2002; Hurtado et al., 2006;
Vairappan 2006; Vairappan et al., 2008; Hayarti et al., 2010).
Hasil kultur jaringan dan aklimatisasi dari rumput laut kultur jaringan ke
laut terbuka adalah sebuah pilihan untuk menyediakan bibit sehat dan bebas epifit,
untuk mengatasi masalah ini sekaligus mencapai tujuan nasional melalui budidaya
komersial (Bixler dan Porse, 2011). Penelitian sebelumnya telah mengungkapkan
bahwa penerapan ekstrak komersial dari rumput laut coklat (Ascophyllum
nodosum) dalam budidaya K. alvarezii telah menghasilkan tingkat pertumbuhan
yang lebih tinggi dan mengurangi serangan epifit pada budidaya (Loureiro et al.,
2010; Borlongan et al., 2011). Meskipun, penelitian kultur jaringan Eucheuma
dan Kappaphycus sudah dimulai pada awal tahun 1990-an, diikuti dengan
optimasi media kultur, pengatur pertumbuhan rumput laut, dan bahkan kondisi
budidaya, tetapi penelitian aklimatisasi masih terbatas (Dawes dan Koch, 1991;
Baweja et al., 2009;.Yong et al., 2011,2014).
Penanaman langsung rumput laut hasil kultur jaringan ke laut terbuka
tanpa melalui fase aklimatisasi bibit rumput laut dapat menyebabkan shock dan
stres karena perubahan kondisi lingkungan yang mendadak akan menurunkan
ketahanan terhadap serangan penyakit dan epifit. Untuk mendapatkan tingkat
pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi, sistem
pembibitan dianjurkan untuk menyediakan kondisi optimum untuk kultur rumput
laut sebelum melakukan adaptasi dilingkungan laut terbuka. Menurut Dunstan dan
Turner (1984), aklimatisasi rumput laut hasil kultur jaringan perlu dilakukan
untuk menyesuaikan kondisi secara in vivo dan ex vivo. Dalam penelitian ini,
proses aklimatisasi untuk hasil kultur jaringan K. alvarezii dilakukan melalui
aplikasi pupuk (ekstrak rumput laut coklat). Pupuk terbaik diantara pupuk yang
diuji ditentukan dan diaplikasikan dalam penelitian aklimatisasi berikutnya yaitu
frekuensi perubahan media dan kepadatan kultur. Parameter yang dikontrol
selama aklimatisasi bibit, seperti nutrisi, salinitas, dan suhu, harus sesuai dengan
kondisi dialam untuk masa transisi agar rumput laut dapat beradaptasi dengan
lingkungan laut terbuka.
2. Bahan dan Metode
2.1 Persiapan Hasil Kultur Jaringan K. alvarezii untuk Aklimatisasi
Hasil kultur jaringan K. alvarezii yang dibudidayakan menurut Yong et
al. (2014), dibawah kondisi kultur optimal. Sampel bibit hasil kultur jaringan K.
alvarezii yang berkisaran 20±5 g dipilih untuk digunakan pada penelitian
aklimatisasi pembibitan di laut terbuka selama musim hujan. Dalam setiap siklus,
K. alvarezii dikultur di sebuah fiberglass berbentuk bujur sangkar dengan
kapasitas 220 L untuk 14 hari, dengan aerasi yang mengalir terus-menerus selama
masa percobaan. Menyaring air laut dengan kain filter dan memompa kedalam
tangki kultur sebelum digunakan untuk percobaan budidaya rumput laut. Salintas
berkisar antara 30 sampai 35 ppt dan suhu air laut berkisaran antara 25 sampai 40
ᵒC pada masing-masing tangki. Berat rumput laut K. alvarezii ditimbang dan
dicatat setiap minggu untuk laju pertumbuhan harian (LPH) ditentukan
menggunakan rumus LPH = {[(Wt / W0)^ (1 / t)]-1} × 100% sebagaimana yang
direkomendasikan oleh Yong et al. (2013). Laju pertumbuhan harian ditentukan
kemudian dianalisa lebih lanjut untuk perbedaan signifikan dengan ANOVA
dengan menggunakan software SPSS versi 16 (SPSS Inc.).
2.2 Aplikasi Pupuk (ekstrak rumput laut coklat)
Sebanyak empat pupuk yang dipilih berdasarkan sumber dari ekstrak
rumput laut dan ketersediaan di pasar Malaysia, yaitu Acadian Marine Plant
Extract Powder (AMPEP), Gofar 600 (GF), dan ekstrak rumput laut alami (NSE) .
AMPEP diekstrak dari A. nodosum (Hurtado et al., 2009), sedangkan GF dan NSE
adalah ekstrak campuran beberapa rumput laut coklat termasuk A. nodosum,
Sargassum, dan Laminaria dengan konsentrasi rasio berbeda sesuai dengan
produsen (Gofar Agro Specialties). Empat perlakuan yang diuji: (a) hanya
menyaring air laut (kontrol), (b) air laut yang disaring dan diperkaya dengan 3 mg
L-1
AMPEP, (c) air laut yang disaring dan diperkaya dengan 3 mgL-1
GF, dan (d)
air laut yang disaring dan diperkaya dengan 3 mg L-1
NSE. Konsentrasi pupuk
ditentukan pada awal percobaan dan selama pembaruan media. Untuk setiap
perlakuan, empat ulangan (n= 4) diuji, dan media diperbaharui setiap 3 hari.
Pupuk yang ditentukan kemudian diterapkan untuk penelitian optimasi parameter
berikutnya.
2. 3 Frekuensi Perubahan Media
Empat perlakuan diuji dengan menggunakan air laut yang disaring dan
diperkaya dengan NSE (dipilih berdasarkan percobaan sebelumnya) : (a)
perubahan media harian, (b) perubahan media setiap 3 hari sekali, (c) perubahan
media setiap 5 hari sekali, dan (d) perubahan media setiap 7 hari sekali. Frekuensi
perubahan media ditentukan kemudian diterapkan untuk tes kepadatan budidaya
berikutnya.
2. 4 Tes Kepadatan Budidaya
Percobaan yang dilakukan dengan air laut yang disaring dan diperkaya
dengan NSE, bersama-sama dengan perubahan media harian, yang dipilih
berdasarkan percobaan sebelumnya. Empat perlakuan yang diuji: (a) 0,40, (b)
0,55, (c) 0,70, dan (d) 0,85 g bibit L-1
. Kepadatan budidaya ditentukan pada awal
pengujian, dan rasio bibit untuk medium diatur melalui kuantitas bibit.
2. 5 Uji Coba Lapangan
Semua empat perlakuan yang diterapkan, bibit dibagi menjadi dua yaitu
sepuluh bibit K. alvarezii yang diaklimatisasi dan sepuluh bibit K. alvarezii yang
tidak diaklimatisasi (sebagai kontrol), berat masing-masing yaitu 45 ± 5 g, diuji
cobakan ke budidaya rumput laut yang terletak di Semporna, Sabah. Kedua
perlakuan yaitu aklimatisasi dan tidak diaklimatisasi bibit kultur jaringan K.
alvarezii yang ditanam di lokasi budidaya rumput laut menggunakan metode
longline. Sesudah 4 minggu dibudidayakan, rumput laut dipelihara kemudian
dipanen. Tingkat kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan rata-rata K. alvarezii
ditentukan untuk mengetahui keberhasilan pembibitan aklimatisasi bibit hasil
kultur jaringan ke laut terbuka. Data yang diperoleh diolah dan dianalisis lebih
lanjut dengan perbedaan signifikan menggunakan ANOVA dengan menggunakan
software SPSS versi 16 (SPSS Inc).
3. Hasil dan Pembahasan
3. 1 Efek Perlakuan Pemupukan
Dalam aklimatisasi K. alvarezii selama 2 minggu untuk memilih pupuk
terbaik di antara AMPEP, GF, dan NSE, hasilnya menunjukkan perbedaan yang
signifikan secara statistik pada tingkat pertumbuhan rumput laut K. alvarezii
sehari-hari (F (3,12) = 18,386, p< 0,05). Laju pertumbuhan harian tertinggi
dicapai dengan pemberian pupuk NSE pada budidaya rumput laut yaitu (5,94 ±
0,21% hari-1
), diikuti pemberian pupuk GF, AMPEP, dan kontrol masing-masing
perlakuan yaitu 5,19 ± 0,39, 4,55 ± 0,17, dan 4,32 ± 0,48% hari-1
seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 1. Secara morfologi, tidak ada perbedaan jelas yang
diamati antara bibit K. alvarezii yang diperoleh dari masing-masing perlakuan.
Dengan demikian, NSE dipilih untuk studi aklimatisasi berikutnya.
Diantara pupuk yang diuji, hanya pupuk AMPEP yang telah dilaporkan
secara luas digunakan dalam percobaan budidaya Cottonii (Hurtado et al., 2009;
Hayashi et al., 2010). Sedangkan, tidak ada laporan literatur yang tersedia pada
penerapan pupuk GF dan NSE dalam budidaya rumput laut. Pupuk ini dipilih
berdasarkan kandungannya, yang terdiri dari ekstrak rumput laut coklat. Dengan
demikian, pupuk yang diyakini mengandung lebih banyak nutrisi alami
dibandingkan dengan nutrisi buatan (Baweja et al., 2009). Seperti dilansir
Hurtado et al. (2009), ekstrak A. nodosum mengandung makronutrien dan
mikronutrien yang diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan rumput laut K.
alvarezii. Dalam penelitian ini, penerapan pupuk NSE dalam media kultur
menunjukkan pertumbuhan K. alvarezii yang lebih baik.
Penelitian sebelumnya pada ekstrak A. nodosum dilaporkan memberikan
pengaruh positif pada pertumbuhan dan kesehatan K. alvarezii (Hurtado et al.,
2009; Loureiro et al., 2010, 2014; Borlongan et al., 2011). Penggunaan ekstrak A.
nodosum pertama kali dilaporkan oleh Hurtado et al. (2009), dengan
penerapannya dalam varietas kultur jaringan Kappaphycus. Penelitian oleh
Hurtado et al. (2009) menunjukkan bahwa, percobaan penambahan ekstrak A.
nodosum dalam media kultur dapat mempercepat pembentukan thallus dari
varietas Kappaphycus dalam waktu yang lebih singkat. Selain itu, budidaya
Kappaphycus juga menunjukkan tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dan
menurunkan serangan epifit setelah perendaman dalam ekstrak A.nodosum
(Loureiro et al., 2010; Borlongan et al., 2011). Selanjutnya, ekstrak A. nodosum
juga ditemukan efisien dalam meningkatkan pertumbuhan K. alvarezii sekaligus
mengurangi dan melindungi dari serangan Neosiphonia sp. (Borlongan et al.,
2011). Ekstrak rumput laut coklat juga berpotensi sebagai elisitor yang dapat
meningkatkan metabolit sekunder rumput laut dan pertahanan alami dari K.
alvarezii terhadap agen patogen serta dapat memperbaiki dampak negatif dari
paparan jangka panjang untuk oksidatif (Loureiro et al., 2012).
Dalam penelitian saat ini, K. alvarezii ternyata memiliki pertumbuhan
yang lebih baik ketika dibudidayakan dengan campuran ekstrak alga yaitu GF dan
NSE. Umumnya, lebih banyak variasi ekstrak alga akan memasok lebih luas
nutrisi ke tanaman. Ada sekitar 400 spesies Sargassum ditemukan di seluruh
perairan, dan Sargassum pertama kali dijelaskan hampir 200 tahun yang lalu oleh
Agardh pada tahun 1820 (Liu et al., 2012). Sekitar 200 senyawa bioaktif, seperti
meroterpenoids, phlorotannins, fucoidans, sterol, dan glikolipid yang telah
diidentifikasi dari genus ini. Sargassum merupakan sumber kaya akan
kandungan farmakologi yang disarankan dalam menjaga kesehatan dan sebagai
antiagen pathogen (Liu et al., 2012). Penggunaan Sargassum tidak terbatas pada
konsumsi manusia saja, tetapi sebagai promotor pertumbuhan tanaman juga
(Williams dan Feagin, 2010; Kumari et al., 2011, 2013.). Alginat dari Sargassum
sinicola telah dilaporkan dapat mempercepat pertumbuhan mikroalga Chlorella
sorokiniana (Yabur et al., 2007).
Laminaria juga memiliki sejarah dalam penentu kesuburan tanah berpasir
yang mengandung sedikit bahan organik (Haslam dan Hopkins, 1996). Peran
rumput laut sebagai penentu kesuburan tanah dikaitkan dengan mineralisasi
biologi rumput laut dan interaksi antara partikel tanah dan senyawa organik baik
yang berasal langsung atau tidak langsung dari rumput laut (Stephenson, 1968).
Thorsen et al. (2010), juga mengungkapkan keuntungan dari penggunaan
Laminaria dalam pertanian sebagai penyedia nutrisi, promotor perkecambahan
biji. Selain itu, Laminaria kaya akan senyawa bioaktif yang telah ditemukan
secara farmakologi sangat penting sebagai antimikroba, antitumor, antioksidan,
antiviral, antikoagulan, dan kegiatan lain yang mungkin berguna dalam mengobati
K. alvarezii yang terinfeksi penyakit ice-ice (Wang et al., 2010; Peng et al., 2012;
Saha et al., 2012; Kim et al., 2013).
Penerapan ekstrak rumput laut sebagai pupuk lebih murah dan ramah
lingkungan. Mempertimbangkan berbagai nutrisi dan pengatur pertumbuhan yang
dipasok dalam ekstrak rumput laut, dapat sepenuhnya diterapkan dan
menggantikan media buatan yang secara kimiawi diproduksi (Hurtado et al.,
2009). Ketika lebih banyak jenis ekstrak rumput laut yang dicampur bersama
dalam pupuk, lebih banyak varietas elemen berfungsi tersedia untuk
meningkatkan pertumbuhan yang lebih cepat dan sehat. Selain itu, masalah
seperti eutrofikasi dan perkembangan alga berbahaya, yang biasanya disebabkan
penggunaan pupuk buatan yang berlebihan sehingga penggunaan ekstrak rumput
laut sebagai pupuk lebih menguntungkan.
3.2 Frekuensi Perubahan Media
K. alvarezii dibudidayakan dengan media harian mencapai tingkat
pertumbuhan tertinggi (6,98 ± 0,12%) dan berbeda secara signifikan dari tiga
perlakuan lainnya (F (3,12) = 8,440, p<0,05) (Gambar 2). Secara morfologi, tidak
ada perbedaan nyata atau kelainan yang ditemukan pada bibit disemua perlakuan.
Jadi, untuk percobaan berikutnya, penambahan pupuk NSE dengan perubahan
media harian digunakan untuk menentukan kepadatan kultur yang optimal.
Frekuensi perubahan media sering dikaitkan dengan ketersediaan nutrisi
dalam media dan periode nutrisi yang akan digunakan. Seperti pada tahap
aklimatisasi, penambahan suplemen nutrisi secara manual harus diminimalkan
untuk menyiapkan eksplan rumput laut untuk beradaptasi dengan lingkungan
baru. Oleh karena itu, hanya pupuk yang ditambahkan, bukan media kultur
lengkap seperti yang digunakan dalam kultur jaringan. Ketersediaan nutrisi hanya
dapat dipertahankan dengan mengubah media, dan frekuensi perubahan media
menentukan kinerja pertumbuhan eksplan rumput laut. Selain itu, perubahan
media harian juga memperhatikan perubahan salinitas dalam pembibitan di laut
terbuka untuk mengatasi desalinasi karena pengendapan garam. Namun, frekuensi
perubahan menengah selalu digunakan sebagai variabel tetap, dari pada variabel
yang dimanipulasi dalam studi budidaya rumput laut lainnya yang di
publikasikan.
Aklimatisasi sel reproduksi K. striatum sebelum dipindahkan ke lapangan
dilakukan didalam tangki beton dengan sistem sirkulasi air untuk
mempertahankan konsentrasi nutrisi dalam media biakan seperti dilansir Luhan
dan Sollesta (2010). Frekuensi perubahan media yang tinggi juga menyiapkan
eksplan rumput laut untuk beradaptasi dengan kondisi laut alami. Namun, biaya
oprasional merupakan faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam pembibitan
yang disiapkan untuk budidaya komersial.
3.3 Kepadatan Kultur
Dalam studi aklimatisasi selama 2 minggu, eksplan K. alvarezii
menunjukkan tingkat pertumbuhan tertinggi yaitu 7,14 ± 0,30% hari-1
pada
kepadatan kultur 0,40 g L-1
yang berbeda nyata (F(3,24)= 50.227, p<0,05) dari
kultur kepadatan lainnya (Gambar 3). Namun, tidak ada perbedaan morfologi
yang diamati atau tanda penyakit di semua kultur.
Mirip dengan penelitian frekuensi perubahan media, penelitian kepadatan
kultur berkaitan erat dengan ketersediaan kandungan gizi dalam media. Seperti
dalam kepadatan budidaya yang lebih tinggi, nutrien tidak cukup untuk semua
eksplan dalam periode tertentu, dan pertumbuhan eksplan dapat terpengaruh.
Selain itu, penetrasi cahaya dapat dikurangi dari kepadatan eksplan rumput laut
(Manríquez-Hernández, 2013). Dengan menurunnya ketersediaan nutrisi dan
penetrasi cahaya yang lebih rendah, laju fotosintesis rumput laut cenderung
menurun, dan akhirnya, kepadatan kultur yang tinggi sebenarnya dapat
mengurangi produktivitas budidaya (Bidwell et al., 1985).
Kepadatan budidaya yang lebih tinggi juga dapat mengurangi aliran air di
dalam media, dan oleh karena itu, rumput laut akan mengalami kehabisan nutrisi.
Menurut Glenn dan Doty (1992), gerakan air mempengaruhi tingkat pertumbuhan
rumput laut dengan menurunkan ketebalan lapisan air yang tidak dibalik di sekitar
thallus, sehingga meningkatkan laju difusi bahan ke dalam dan keluar dari thallus.
Ketika kepadatan kultur meningkat, yang lebih lemah adalah difusi untuk masuk
dan keluarnya bahan ke pusat thallus, dan semakin besar kemungkinan kebutuhan
gerakan air, yang kemudian akan menyebabkan biaya oprasional yang lebih tinggi
dalam budidaya komersial.
3. 4 Uji Coba Lapangan
Di lapangan, tingkat pertumbuhan harian rata-rata dari K. alvarezii yang
diaklimatisasi secara signifikan lebih tinggi (F(1,4)= 12.108, p<0,05)
dibandingkan K. alvarezii yang tidak di aklimatisasi yaitu 3,91 ± 0,16 dan 3,56 ±
0,07 % hari-1
. Hasil ini lebih besar dari hasil yang dilaporkan oleh Yassir (2012),
yang mencatat 3,39 ± 0,18% hari-1
untuk budidaya K. alvarezii (Gambar 4).
Tingkat kelangsungan hidup aklimatisasi K. alvarezii adalah 83,33 ± 5,77%, yang
secara signifikan lebih tinggi (F(1,4)= 25.000, p<0,05) dibandingkan dengan K.
alvarezii yang tidak di aklimatisasi (50,00 ± 10,00%). Kami menyimpulkan
bahwa sebagian bibit K. alvarezii yang diaklimatisasi terlepas dari lokasi
budidaya karena gelombang kuat atau dikonsumsi oleh predator seperti penyu,
sedangkan K. alvarezii yang tidak diaklimatisasi diyakini dipengaruhi oleh epifit
dan penyakit ice-ice. Selain itu, tidak ada epifit yang diamati pada K. alvarezii
yang diaklimatisasi, sedangkan K. alvarezii yang tidak diaklimatisasi yang
dibudidayakan terserang oleh Neosiphonia sp. (Gambar 5).
Menurut Borlongan et al. (2011) dan Loureiro et al. (2012), infeksi epifit
dari K. alvarezii dapat dikurangi dengan penambahan pupuk ekstrak A. nodosum
pada media kultur, baik di laboratorium maupun budidaya rumput laut di laut
terbuka. Penambahan ekstrak A. nodosum pada media kultur K. Alvarezii secara
in vitro ditemukan mampu mengurangi stres dan meningkatkan pertumbuhan
(Loureiro et al., 2014). Dalam budidaya komersial, epifit tidak sepenuhnya dapat
dihilangkan. Menurut Vairappan et al. (2008), sekitar 90% dari budidaya
komersial di negara-negara penghasil rumput laut utama terserang infeksi epifit,
dan masih belum ada solusi efektif untuk menghilangkan epifit dari kegiatan
budidaya.
Terserangnya epifit pada rumput laut yang tidak daklimatisasi diyakini
disebabkan oleh stres karena perubahan lingkungan yang tiba-tiba dan
melemahnya ketahanan terhadap epifit. Menurut Vairappan (2006), wabah epifit
dan penyakit ice-ice lebih umum terjadi ketika rumput laut berada dalam kondisi
stres, terutama selama musim kering dan panas. Setelah terinfeksi oleh
Neosiphonia sp., produktivitas budidaya menurun sekitar 20%, dan kualitas
karagenan menurun juga (Vairappan et al., 2008). Dengan menerapkan kondisi
budidaya yang dioptimalkan di pembibitan laut terbuka, produksi K. alvarezii
yang diaklimatisasi ditemukan lebih menjanjikan dan menarik dibandingkan
dengan rumput laut yang umum dibudidayakan.
4. Kesimpulan
Kesimpulannya, aklimatisasi kultur jaringan K. alvarezii yang
menggunakan air laut yang disaring dengan penambahan NSE, perubahan media
harian, dan kepadatan kultur 0,40 g L-1
di pembibitan K. alvarezii hasil kultur
jaringan di laut terbuka ditemukan dapat meningkatkan pertumbuhan yang lebih
cepat dan tahan terhadap penyakit ice-ice dan epifit. Dengan mengacu pada hasil
budidaya, aklimatisasi bibit K. alvarezii hasil kultur jaringan berhasil dalam
meningkatkan tingkat kelangsungan hidup dan ketahanan terhadap penyakit ice-
ice dan epifit. Temuan ini penting untuk aklimatisasi bibit rumput laut hasil kultur
jaringan sebelum digunakan sebagai bibit dalam industri budidaya komersial
rumput laut.

More Related Content

What's hot

PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI Aeromonas hydrophila PADA IKAN LE...
PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI Aeromonas hydrophila PADA IKAN LE...PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI Aeromonas hydrophila PADA IKAN LE...
PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI Aeromonas hydrophila PADA IKAN LE...Repository Ipb
 
Makalah sawi dan urine kelinci
Makalah sawi dan urine kelinciMakalah sawi dan urine kelinci
Makalah sawi dan urine kelinciBBPP_Batu
 
Aplikasi urine sapi dengan inokulan bakteri dan urea terhadap tanaman padi (...
Aplikasi  urine sapi dengan inokulan bakteri dan urea terhadap tanaman padi (...Aplikasi  urine sapi dengan inokulan bakteri dan urea terhadap tanaman padi (...
Aplikasi urine sapi dengan inokulan bakteri dan urea terhadap tanaman padi (...BBPP_Batu
 
SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...
SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...
SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...Mustain Adinugroho
 
Mengoptimalkan peran mikroba dalam akuakultur
Mengoptimalkan peran mikroba dalam akuakulturMengoptimalkan peran mikroba dalam akuakultur
Mengoptimalkan peran mikroba dalam akuakulturIbnu Sahidhir
 
Meminimalkan ganti air dalam akuakultur
Meminimalkan ganti air dalam akuakulturMeminimalkan ganti air dalam akuakultur
Meminimalkan ganti air dalam akuakulturIbnu Sahidhir
 
Budidaya udang vannamei
Budidaya udang vannameiBudidaya udang vannamei
Budidaya udang vannameiHanapi Suteja
 
Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...
Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...
Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...Calvin Talakua
 
2575 5225-1-sm
2575 5225-1-sm2575 5225-1-sm
2575 5225-1-smmorila mei
 
Pemanfaatan Arus Dalam Meningkatkan Kualitas Ikan Kerapu Macan
Pemanfaatan Arus Dalam Meningkatkan Kualitas Ikan Kerapu MacanPemanfaatan Arus Dalam Meningkatkan Kualitas Ikan Kerapu Macan
Pemanfaatan Arus Dalam Meningkatkan Kualitas Ikan Kerapu MacanBBAP takalar
 
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...Repository Ipb
 
Andrew hidayat 15849-id-persaingan-tanaman-jagung-zea-mays-dan-rumput-teki...
 Andrew hidayat   15849-id-persaingan-tanaman-jagung-zea-mays-dan-rumput-teki... Andrew hidayat   15849-id-persaingan-tanaman-jagung-zea-mays-dan-rumput-teki...
Andrew hidayat 15849-id-persaingan-tanaman-jagung-zea-mays-dan-rumput-teki...Andrew Hidayat
 
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...Mujiyanto -
 
Aplikasi sistem resirkulasi pada induk kepiting bakau (Scylla olivacea)
Aplikasi sistem resirkulasi pada induk kepiting bakau (Scylla olivacea)Aplikasi sistem resirkulasi pada induk kepiting bakau (Scylla olivacea)
Aplikasi sistem resirkulasi pada induk kepiting bakau (Scylla olivacea)CRABERS
 
Biokimia Akuakultur II. Kualitas Air dan Metabolisme
Biokimia Akuakultur II. Kualitas Air dan Metabolisme Biokimia Akuakultur II. Kualitas Air dan Metabolisme
Biokimia Akuakultur II. Kualitas Air dan Metabolisme Ibnu Sahidhir
 

What's hot (20)

Terjemahan Jurnal
Terjemahan JurnalTerjemahan Jurnal
Terjemahan Jurnal
 
PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI Aeromonas hydrophila PADA IKAN LE...
PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI Aeromonas hydrophila PADA IKAN LE...PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI Aeromonas hydrophila PADA IKAN LE...
PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI Aeromonas hydrophila PADA IKAN LE...
 
Makalah sawi dan urine kelinci
Makalah sawi dan urine kelinciMakalah sawi dan urine kelinci
Makalah sawi dan urine kelinci
 
Aplikasi urine sapi dengan inokulan bakteri dan urea terhadap tanaman padi (...
Aplikasi  urine sapi dengan inokulan bakteri dan urea terhadap tanaman padi (...Aplikasi  urine sapi dengan inokulan bakteri dan urea terhadap tanaman padi (...
Aplikasi urine sapi dengan inokulan bakteri dan urea terhadap tanaman padi (...
 
SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...
SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...
SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...
 
Mengoptimalkan peran mikroba dalam akuakultur
Mengoptimalkan peran mikroba dalam akuakulturMengoptimalkan peran mikroba dalam akuakultur
Mengoptimalkan peran mikroba dalam akuakultur
 
Meminimalkan ganti air dalam akuakultur
Meminimalkan ganti air dalam akuakulturMeminimalkan ganti air dalam akuakultur
Meminimalkan ganti air dalam akuakultur
 
Budidaya udang vannamei
Budidaya udang vannameiBudidaya udang vannamei
Budidaya udang vannamei
 
1299 2564-1-pb
1299 2564-1-pb1299 2564-1-pb
1299 2564-1-pb
 
Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...
Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...
Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...
 
Abstrak.bandeng biofloc.2012
Abstrak.bandeng biofloc.2012Abstrak.bandeng biofloc.2012
Abstrak.bandeng biofloc.2012
 
2575 5225-1-sm
2575 5225-1-sm2575 5225-1-sm
2575 5225-1-sm
 
Aplikasi ekstrak temulawak_romi novriadi_bbl batam
Aplikasi ekstrak temulawak_romi novriadi_bbl batamAplikasi ekstrak temulawak_romi novriadi_bbl batam
Aplikasi ekstrak temulawak_romi novriadi_bbl batam
 
Pemanfaatan Arus Dalam Meningkatkan Kualitas Ikan Kerapu Macan
Pemanfaatan Arus Dalam Meningkatkan Kualitas Ikan Kerapu MacanPemanfaatan Arus Dalam Meningkatkan Kualitas Ikan Kerapu Macan
Pemanfaatan Arus Dalam Meningkatkan Kualitas Ikan Kerapu Macan
 
TAMBAK DAN UDANG VANNAMEI
TAMBAK DAN UDANG VANNAMEITAMBAK DAN UDANG VANNAMEI
TAMBAK DAN UDANG VANNAMEI
 
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
 
Andrew hidayat 15849-id-persaingan-tanaman-jagung-zea-mays-dan-rumput-teki...
 Andrew hidayat   15849-id-persaingan-tanaman-jagung-zea-mays-dan-rumput-teki... Andrew hidayat   15849-id-persaingan-tanaman-jagung-zea-mays-dan-rumput-teki...
Andrew hidayat 15849-id-persaingan-tanaman-jagung-zea-mays-dan-rumput-teki...
 
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...
 
Aplikasi sistem resirkulasi pada induk kepiting bakau (Scylla olivacea)
Aplikasi sistem resirkulasi pada induk kepiting bakau (Scylla olivacea)Aplikasi sistem resirkulasi pada induk kepiting bakau (Scylla olivacea)
Aplikasi sistem resirkulasi pada induk kepiting bakau (Scylla olivacea)
 
Biokimia Akuakultur II. Kualitas Air dan Metabolisme
Biokimia Akuakultur II. Kualitas Air dan Metabolisme Biokimia Akuakultur II. Kualitas Air dan Metabolisme
Biokimia Akuakultur II. Kualitas Air dan Metabolisme
 

Similar to Aklimatisasi Rumput Laut

JURNAL TERJEMAHAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
JURNAL TERJEMAHAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUTJURNAL TERJEMAHAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
JURNAL TERJEMAHAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUTSalbiaBia
 
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...Hilmansyah16
 
Terjemahan Jurnal 1
Terjemahan Jurnal 1 Terjemahan Jurnal 1
Terjemahan Jurnal 1 Citra Utami
 
PPT Kultur Jaringan_Bioteknologi.pptx
PPT Kultur Jaringan_Bioteknologi.pptxPPT Kultur Jaringan_Bioteknologi.pptx
PPT Kultur Jaringan_Bioteknologi.pptxMeilingDienaNingrum1
 
terjemahan
terjemahanterjemahan
terjemahanSantyNW
 
3. Tanggapan FGD-Optimallisasi-Tualar Simarmata.pdf
3. Tanggapan FGD-Optimallisasi-Tualar Simarmata.pdf3. Tanggapan FGD-Optimallisasi-Tualar Simarmata.pdf
3. Tanggapan FGD-Optimallisasi-Tualar Simarmata.pdfgilangwira1
 
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP GELONDONGAN IKAN KANCRA (Labeobarbus douro...
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP GELONDONGAN IKAN KANCRA (Labeobarbus douro...PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP GELONDONGAN IKAN KANCRA (Labeobarbus douro...
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP GELONDONGAN IKAN KANCRA (Labeobarbus douro...Repository Ipb
 
PENDAYAGUNAAN ROTIFERA YANG DIBERI PAKAN ALAMI BERBAGAI JENIS MIKROALGAE
PENDAYAGUNAAN ROTIFERA YANG DIBERI PAKAN ALAMI BERBAGAI JENIS MIKROALGAEPENDAYAGUNAAN ROTIFERA YANG DIBERI PAKAN ALAMI BERBAGAI JENIS MIKROALGAE
PENDAYAGUNAAN ROTIFERA YANG DIBERI PAKAN ALAMI BERBAGAI JENIS MIKROALGAERepository Ipb
 
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekotonMt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekotonMarkus T Lasut
 
Presentasi Budidaya Sistem Bioflok.pptx
Presentasi Budidaya Sistem Bioflok.pptxPresentasi Budidaya Sistem Bioflok.pptx
Presentasi Budidaya Sistem Bioflok.pptxAdinDin2
 
ppt perbedaan warna wadah terhadap pertumbuhan dan sintasab larva ikan nila
ppt perbedaan warna wadah terhadap pertumbuhan dan sintasab larva ikan nilappt perbedaan warna wadah terhadap pertumbuhan dan sintasab larva ikan nila
ppt perbedaan warna wadah terhadap pertumbuhan dan sintasab larva ikan nilaIpenII
 
PENAMPILAN REPRODUKSI DAN KUALITAS LARVA RAJUNGAN DENGAN PEMBERIAN BIOMASS A...
PENAMPILAN REPRODUKSI DAN KUALITAS LARVA  RAJUNGAN DENGAN PEMBERIAN BIOMASS A...PENAMPILAN REPRODUKSI DAN KUALITAS LARVA  RAJUNGAN DENGAN PEMBERIAN BIOMASS A...
PENAMPILAN REPRODUKSI DAN KUALITAS LARVA RAJUNGAN DENGAN PEMBERIAN BIOMASS A...lisa ruliaty 631971
 
Analisis matematis pendugaan umur simpan benih cabai merah (capsicum annum l.)
Analisis matematis pendugaan umur simpan benih cabai merah (capsicum annum l.)Analisis matematis pendugaan umur simpan benih cabai merah (capsicum annum l.)
Analisis matematis pendugaan umur simpan benih cabai merah (capsicum annum l.)Young Farmers
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...Sahira dila
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...Sahira dila
 

Similar to Aklimatisasi Rumput Laut (20)

Terjemahan Jurnal
Terjemahan JurnalTerjemahan Jurnal
Terjemahan Jurnal
 
JURNAL TERJEMAHAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
JURNAL TERJEMAHAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUTJURNAL TERJEMAHAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
JURNAL TERJEMAHAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
 
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
 
Terjemahan Jurnal 1
Terjemahan Jurnal 1 Terjemahan Jurnal 1
Terjemahan Jurnal 1
 
7. teknologi biofloc
7. teknologi biofloc7. teknologi biofloc
7. teknologi biofloc
 
Dampak poly β-hydroxybutirate pada pemeliharaan larva udang galah macrobrachi...
Dampak poly β-hydroxybutirate pada pemeliharaan larva udang galah macrobrachi...Dampak poly β-hydroxybutirate pada pemeliharaan larva udang galah macrobrachi...
Dampak poly β-hydroxybutirate pada pemeliharaan larva udang galah macrobrachi...
 
PPT Kultur Jaringan_Bioteknologi.pptx
PPT Kultur Jaringan_Bioteknologi.pptxPPT Kultur Jaringan_Bioteknologi.pptx
PPT Kultur Jaringan_Bioteknologi.pptx
 
terjemahan
terjemahanterjemahan
terjemahan
 
Artikel rumput laut
Artikel rumput lautArtikel rumput laut
Artikel rumput laut
 
3. Tanggapan FGD-Optimallisasi-Tualar Simarmata.pdf
3. Tanggapan FGD-Optimallisasi-Tualar Simarmata.pdf3. Tanggapan FGD-Optimallisasi-Tualar Simarmata.pdf
3. Tanggapan FGD-Optimallisasi-Tualar Simarmata.pdf
 
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP GELONDONGAN IKAN KANCRA (Labeobarbus douro...
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP GELONDONGAN IKAN KANCRA (Labeobarbus douro...PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP GELONDONGAN IKAN KANCRA (Labeobarbus douro...
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP GELONDONGAN IKAN KANCRA (Labeobarbus douro...
 
PENDAYAGUNAAN ROTIFERA YANG DIBERI PAKAN ALAMI BERBAGAI JENIS MIKROALGAE
PENDAYAGUNAAN ROTIFERA YANG DIBERI PAKAN ALAMI BERBAGAI JENIS MIKROALGAEPENDAYAGUNAAN ROTIFERA YANG DIBERI PAKAN ALAMI BERBAGAI JENIS MIKROALGAE
PENDAYAGUNAAN ROTIFERA YANG DIBERI PAKAN ALAMI BERBAGAI JENIS MIKROALGAE
 
Penelitian tanaman
Penelitian tanamanPenelitian tanaman
Penelitian tanaman
 
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekotonMt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
 
Presentasi Budidaya Sistem Bioflok.pptx
Presentasi Budidaya Sistem Bioflok.pptxPresentasi Budidaya Sistem Bioflok.pptx
Presentasi Budidaya Sistem Bioflok.pptx
 
ppt perbedaan warna wadah terhadap pertumbuhan dan sintasab larva ikan nila
ppt perbedaan warna wadah terhadap pertumbuhan dan sintasab larva ikan nilappt perbedaan warna wadah terhadap pertumbuhan dan sintasab larva ikan nila
ppt perbedaan warna wadah terhadap pertumbuhan dan sintasab larva ikan nila
 
PENAMPILAN REPRODUKSI DAN KUALITAS LARVA RAJUNGAN DENGAN PEMBERIAN BIOMASS A...
PENAMPILAN REPRODUKSI DAN KUALITAS LARVA  RAJUNGAN DENGAN PEMBERIAN BIOMASS A...PENAMPILAN REPRODUKSI DAN KUALITAS LARVA  RAJUNGAN DENGAN PEMBERIAN BIOMASS A...
PENAMPILAN REPRODUKSI DAN KUALITAS LARVA RAJUNGAN DENGAN PEMBERIAN BIOMASS A...
 
Analisis matematis pendugaan umur simpan benih cabai merah (capsicum annum l.)
Analisis matematis pendugaan umur simpan benih cabai merah (capsicum annum l.)Analisis matematis pendugaan umur simpan benih cabai merah (capsicum annum l.)
Analisis matematis pendugaan umur simpan benih cabai merah (capsicum annum l.)
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...
 

Recently uploaded

tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 

Recently uploaded (20)

tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 

Aklimatisasi Rumput Laut

  • 1. Aklimatisasi Kultur Jaringan Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva (Rhodophyata, Soliericeae) dalam Sistem Pembibitan di Laut Terbuka Yoong Soon Yong, Wilson Thau Lym Yong, Vun Yee Thien, Su En Ng, Ann Anton, Suhaimi Yassir Institut Penelitian Bioteknologi, Universitas Malaysia Sabah Jalan UMS, 88400 Kota Kinabula, Sabah, Malaysia e-mail : wilsonyg@ums.edu.my 1. Pendahuluan Industri pengolahan rumput laut memiliki permintaan tahunan dari 7,5-8,0 juta ton biomassa dengan sebagian besar berasal dari budidaya Malaysia pada tahun 1978, industri ini telah meningkatkan kemajuan ekonomi yang signifikan, khususnya di Sabah. Hal ini disebabkan oleh peran penting dari karagenan diberbagai industri (Sade et al., 2006; Hayashi et al., 2010). Jenis rumput laut yang banyak dibudidaya untuk produksi karagenan di Malaysia adalah Kappaphycus alvarezii, Kappaphycus striatum, dan Eucheuma denticulatum (McHugh, 2003; Phang, 2006; Sade et al., 2006). Pemerintah Malaysia telah memperkenalkan program perubahan ekonomi dan diidentifikasi budidaya rumput laut sebagai salah satu dari 131 proyek entry point (EPPs) dibawah Nasional Key Ekonomi Areas (NKEAs), yang telah ditargetkan dapat meningkatkan produksi rumput laut pada tahun 2020 mencapai 150,000 ton (ETP Handbook, 2012). Namun, target ini tampaknya sulit dicapai dengan praktek budidaya saat ini. Saat ini, masalah yang dihadapi oleh pembudidaya lokal adalah perubahan lingkungan yang tidak terduga atau perubahan cuaca, serangan predator, penyakit dan epifit, dimana sebagian besar kegiatan budidaya akan mengalami kendala dalam memperoleh bibit rumput laut yang sehat untuk dibudidayakan (Mendoza et al., 2002; Hurtado et al., 2006; Vairappan 2006; Vairappan et al., 2008; Hayarti et al., 2010). Hasil kultur jaringan dan aklimatisasi dari rumput laut kultur jaringan ke laut terbuka adalah sebuah pilihan untuk menyediakan bibit sehat dan bebas epifit, untuk mengatasi masalah ini sekaligus mencapai tujuan nasional melalui budidaya komersial (Bixler dan Porse, 2011). Penelitian sebelumnya telah mengungkapkan bahwa penerapan ekstrak komersial dari rumput laut coklat (Ascophyllum nodosum) dalam budidaya K. alvarezii telah menghasilkan tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dan mengurangi serangan epifit pada budidaya (Loureiro et al., 2010; Borlongan et al., 2011). Meskipun, penelitian kultur jaringan Eucheuma dan Kappaphycus sudah dimulai pada awal tahun 1990-an, diikuti dengan optimasi media kultur, pengatur pertumbuhan rumput laut, dan bahkan kondisi budidaya, tetapi penelitian aklimatisasi masih terbatas (Dawes dan Koch, 1991; Baweja et al., 2009;.Yong et al., 2011,2014).
  • 2. Penanaman langsung rumput laut hasil kultur jaringan ke laut terbuka tanpa melalui fase aklimatisasi bibit rumput laut dapat menyebabkan shock dan stres karena perubahan kondisi lingkungan yang mendadak akan menurunkan ketahanan terhadap serangan penyakit dan epifit. Untuk mendapatkan tingkat pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi, sistem pembibitan dianjurkan untuk menyediakan kondisi optimum untuk kultur rumput laut sebelum melakukan adaptasi dilingkungan laut terbuka. Menurut Dunstan dan Turner (1984), aklimatisasi rumput laut hasil kultur jaringan perlu dilakukan untuk menyesuaikan kondisi secara in vivo dan ex vivo. Dalam penelitian ini, proses aklimatisasi untuk hasil kultur jaringan K. alvarezii dilakukan melalui aplikasi pupuk (ekstrak rumput laut coklat). Pupuk terbaik diantara pupuk yang diuji ditentukan dan diaplikasikan dalam penelitian aklimatisasi berikutnya yaitu frekuensi perubahan media dan kepadatan kultur. Parameter yang dikontrol selama aklimatisasi bibit, seperti nutrisi, salinitas, dan suhu, harus sesuai dengan kondisi dialam untuk masa transisi agar rumput laut dapat beradaptasi dengan lingkungan laut terbuka. 2. Bahan dan Metode 2.1 Persiapan Hasil Kultur Jaringan K. alvarezii untuk Aklimatisasi Hasil kultur jaringan K. alvarezii yang dibudidayakan menurut Yong et al. (2014), dibawah kondisi kultur optimal. Sampel bibit hasil kultur jaringan K. alvarezii yang berkisaran 20±5 g dipilih untuk digunakan pada penelitian aklimatisasi pembibitan di laut terbuka selama musim hujan. Dalam setiap siklus, K. alvarezii dikultur di sebuah fiberglass berbentuk bujur sangkar dengan kapasitas 220 L untuk 14 hari, dengan aerasi yang mengalir terus-menerus selama masa percobaan. Menyaring air laut dengan kain filter dan memompa kedalam tangki kultur sebelum digunakan untuk percobaan budidaya rumput laut. Salintas berkisar antara 30 sampai 35 ppt dan suhu air laut berkisaran antara 25 sampai 40 ᵒC pada masing-masing tangki. Berat rumput laut K. alvarezii ditimbang dan dicatat setiap minggu untuk laju pertumbuhan harian (LPH) ditentukan menggunakan rumus LPH = {[(Wt / W0)^ (1 / t)]-1} × 100% sebagaimana yang direkomendasikan oleh Yong et al. (2013). Laju pertumbuhan harian ditentukan kemudian dianalisa lebih lanjut untuk perbedaan signifikan dengan ANOVA dengan menggunakan software SPSS versi 16 (SPSS Inc.). 2.2 Aplikasi Pupuk (ekstrak rumput laut coklat) Sebanyak empat pupuk yang dipilih berdasarkan sumber dari ekstrak rumput laut dan ketersediaan di pasar Malaysia, yaitu Acadian Marine Plant Extract Powder (AMPEP), Gofar 600 (GF), dan ekstrak rumput laut alami (NSE) .
  • 3. AMPEP diekstrak dari A. nodosum (Hurtado et al., 2009), sedangkan GF dan NSE adalah ekstrak campuran beberapa rumput laut coklat termasuk A. nodosum, Sargassum, dan Laminaria dengan konsentrasi rasio berbeda sesuai dengan produsen (Gofar Agro Specialties). Empat perlakuan yang diuji: (a) hanya menyaring air laut (kontrol), (b) air laut yang disaring dan diperkaya dengan 3 mg L-1 AMPEP, (c) air laut yang disaring dan diperkaya dengan 3 mgL-1 GF, dan (d) air laut yang disaring dan diperkaya dengan 3 mg L-1 NSE. Konsentrasi pupuk ditentukan pada awal percobaan dan selama pembaruan media. Untuk setiap perlakuan, empat ulangan (n= 4) diuji, dan media diperbaharui setiap 3 hari. Pupuk yang ditentukan kemudian diterapkan untuk penelitian optimasi parameter berikutnya. 2. 3 Frekuensi Perubahan Media Empat perlakuan diuji dengan menggunakan air laut yang disaring dan diperkaya dengan NSE (dipilih berdasarkan percobaan sebelumnya) : (a) perubahan media harian, (b) perubahan media setiap 3 hari sekali, (c) perubahan media setiap 5 hari sekali, dan (d) perubahan media setiap 7 hari sekali. Frekuensi perubahan media ditentukan kemudian diterapkan untuk tes kepadatan budidaya berikutnya. 2. 4 Tes Kepadatan Budidaya Percobaan yang dilakukan dengan air laut yang disaring dan diperkaya dengan NSE, bersama-sama dengan perubahan media harian, yang dipilih berdasarkan percobaan sebelumnya. Empat perlakuan yang diuji: (a) 0,40, (b) 0,55, (c) 0,70, dan (d) 0,85 g bibit L-1 . Kepadatan budidaya ditentukan pada awal pengujian, dan rasio bibit untuk medium diatur melalui kuantitas bibit. 2. 5 Uji Coba Lapangan Semua empat perlakuan yang diterapkan, bibit dibagi menjadi dua yaitu sepuluh bibit K. alvarezii yang diaklimatisasi dan sepuluh bibit K. alvarezii yang tidak diaklimatisasi (sebagai kontrol), berat masing-masing yaitu 45 ± 5 g, diuji cobakan ke budidaya rumput laut yang terletak di Semporna, Sabah. Kedua perlakuan yaitu aklimatisasi dan tidak diaklimatisasi bibit kultur jaringan K. alvarezii yang ditanam di lokasi budidaya rumput laut menggunakan metode longline. Sesudah 4 minggu dibudidayakan, rumput laut dipelihara kemudian dipanen. Tingkat kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan rata-rata K. alvarezii ditentukan untuk mengetahui keberhasilan pembibitan aklimatisasi bibit hasil kultur jaringan ke laut terbuka. Data yang diperoleh diolah dan dianalisis lebih lanjut dengan perbedaan signifikan menggunakan ANOVA dengan menggunakan software SPSS versi 16 (SPSS Inc).
  • 4. 3. Hasil dan Pembahasan 3. 1 Efek Perlakuan Pemupukan Dalam aklimatisasi K. alvarezii selama 2 minggu untuk memilih pupuk terbaik di antara AMPEP, GF, dan NSE, hasilnya menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik pada tingkat pertumbuhan rumput laut K. alvarezii sehari-hari (F (3,12) = 18,386, p< 0,05). Laju pertumbuhan harian tertinggi dicapai dengan pemberian pupuk NSE pada budidaya rumput laut yaitu (5,94 ± 0,21% hari-1 ), diikuti pemberian pupuk GF, AMPEP, dan kontrol masing-masing perlakuan yaitu 5,19 ± 0,39, 4,55 ± 0,17, dan 4,32 ± 0,48% hari-1 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Secara morfologi, tidak ada perbedaan jelas yang diamati antara bibit K. alvarezii yang diperoleh dari masing-masing perlakuan. Dengan demikian, NSE dipilih untuk studi aklimatisasi berikutnya. Diantara pupuk yang diuji, hanya pupuk AMPEP yang telah dilaporkan secara luas digunakan dalam percobaan budidaya Cottonii (Hurtado et al., 2009; Hayashi et al., 2010). Sedangkan, tidak ada laporan literatur yang tersedia pada penerapan pupuk GF dan NSE dalam budidaya rumput laut. Pupuk ini dipilih berdasarkan kandungannya, yang terdiri dari ekstrak rumput laut coklat. Dengan demikian, pupuk yang diyakini mengandung lebih banyak nutrisi alami dibandingkan dengan nutrisi buatan (Baweja et al., 2009). Seperti dilansir Hurtado et al. (2009), ekstrak A. nodosum mengandung makronutrien dan mikronutrien yang diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan rumput laut K. alvarezii. Dalam penelitian ini, penerapan pupuk NSE dalam media kultur menunjukkan pertumbuhan K. alvarezii yang lebih baik. Penelitian sebelumnya pada ekstrak A. nodosum dilaporkan memberikan pengaruh positif pada pertumbuhan dan kesehatan K. alvarezii (Hurtado et al., 2009; Loureiro et al., 2010, 2014; Borlongan et al., 2011). Penggunaan ekstrak A. nodosum pertama kali dilaporkan oleh Hurtado et al. (2009), dengan penerapannya dalam varietas kultur jaringan Kappaphycus. Penelitian oleh Hurtado et al. (2009) menunjukkan bahwa, percobaan penambahan ekstrak A. nodosum dalam media kultur dapat mempercepat pembentukan thallus dari varietas Kappaphycus dalam waktu yang lebih singkat. Selain itu, budidaya Kappaphycus juga menunjukkan tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dan menurunkan serangan epifit setelah perendaman dalam ekstrak A.nodosum (Loureiro et al., 2010; Borlongan et al., 2011). Selanjutnya, ekstrak A. nodosum juga ditemukan efisien dalam meningkatkan pertumbuhan K. alvarezii sekaligus mengurangi dan melindungi dari serangan Neosiphonia sp. (Borlongan et al., 2011). Ekstrak rumput laut coklat juga berpotensi sebagai elisitor yang dapat meningkatkan metabolit sekunder rumput laut dan pertahanan alami dari K. alvarezii terhadap agen patogen serta dapat memperbaiki dampak negatif dari paparan jangka panjang untuk oksidatif (Loureiro et al., 2012).
  • 5. Dalam penelitian saat ini, K. alvarezii ternyata memiliki pertumbuhan yang lebih baik ketika dibudidayakan dengan campuran ekstrak alga yaitu GF dan NSE. Umumnya, lebih banyak variasi ekstrak alga akan memasok lebih luas nutrisi ke tanaman. Ada sekitar 400 spesies Sargassum ditemukan di seluruh perairan, dan Sargassum pertama kali dijelaskan hampir 200 tahun yang lalu oleh Agardh pada tahun 1820 (Liu et al., 2012). Sekitar 200 senyawa bioaktif, seperti meroterpenoids, phlorotannins, fucoidans, sterol, dan glikolipid yang telah diidentifikasi dari genus ini. Sargassum merupakan sumber kaya akan kandungan farmakologi yang disarankan dalam menjaga kesehatan dan sebagai antiagen pathogen (Liu et al., 2012). Penggunaan Sargassum tidak terbatas pada konsumsi manusia saja, tetapi sebagai promotor pertumbuhan tanaman juga (Williams dan Feagin, 2010; Kumari et al., 2011, 2013.). Alginat dari Sargassum sinicola telah dilaporkan dapat mempercepat pertumbuhan mikroalga Chlorella sorokiniana (Yabur et al., 2007). Laminaria juga memiliki sejarah dalam penentu kesuburan tanah berpasir yang mengandung sedikit bahan organik (Haslam dan Hopkins, 1996). Peran rumput laut sebagai penentu kesuburan tanah dikaitkan dengan mineralisasi biologi rumput laut dan interaksi antara partikel tanah dan senyawa organik baik yang berasal langsung atau tidak langsung dari rumput laut (Stephenson, 1968). Thorsen et al. (2010), juga mengungkapkan keuntungan dari penggunaan Laminaria dalam pertanian sebagai penyedia nutrisi, promotor perkecambahan biji. Selain itu, Laminaria kaya akan senyawa bioaktif yang telah ditemukan secara farmakologi sangat penting sebagai antimikroba, antitumor, antioksidan, antiviral, antikoagulan, dan kegiatan lain yang mungkin berguna dalam mengobati K. alvarezii yang terinfeksi penyakit ice-ice (Wang et al., 2010; Peng et al., 2012; Saha et al., 2012; Kim et al., 2013). Penerapan ekstrak rumput laut sebagai pupuk lebih murah dan ramah lingkungan. Mempertimbangkan berbagai nutrisi dan pengatur pertumbuhan yang dipasok dalam ekstrak rumput laut, dapat sepenuhnya diterapkan dan menggantikan media buatan yang secara kimiawi diproduksi (Hurtado et al., 2009). Ketika lebih banyak jenis ekstrak rumput laut yang dicampur bersama dalam pupuk, lebih banyak varietas elemen berfungsi tersedia untuk meningkatkan pertumbuhan yang lebih cepat dan sehat. Selain itu, masalah seperti eutrofikasi dan perkembangan alga berbahaya, yang biasanya disebabkan penggunaan pupuk buatan yang berlebihan sehingga penggunaan ekstrak rumput laut sebagai pupuk lebih menguntungkan. 3.2 Frekuensi Perubahan Media K. alvarezii dibudidayakan dengan media harian mencapai tingkat pertumbuhan tertinggi (6,98 ± 0,12%) dan berbeda secara signifikan dari tiga perlakuan lainnya (F (3,12) = 8,440, p<0,05) (Gambar 2). Secara morfologi, tidak
  • 6. ada perbedaan nyata atau kelainan yang ditemukan pada bibit disemua perlakuan. Jadi, untuk percobaan berikutnya, penambahan pupuk NSE dengan perubahan media harian digunakan untuk menentukan kepadatan kultur yang optimal. Frekuensi perubahan media sering dikaitkan dengan ketersediaan nutrisi dalam media dan periode nutrisi yang akan digunakan. Seperti pada tahap aklimatisasi, penambahan suplemen nutrisi secara manual harus diminimalkan untuk menyiapkan eksplan rumput laut untuk beradaptasi dengan lingkungan baru. Oleh karena itu, hanya pupuk yang ditambahkan, bukan media kultur lengkap seperti yang digunakan dalam kultur jaringan. Ketersediaan nutrisi hanya dapat dipertahankan dengan mengubah media, dan frekuensi perubahan media menentukan kinerja pertumbuhan eksplan rumput laut. Selain itu, perubahan media harian juga memperhatikan perubahan salinitas dalam pembibitan di laut terbuka untuk mengatasi desalinasi karena pengendapan garam. Namun, frekuensi perubahan menengah selalu digunakan sebagai variabel tetap, dari pada variabel yang dimanipulasi dalam studi budidaya rumput laut lainnya yang di publikasikan. Aklimatisasi sel reproduksi K. striatum sebelum dipindahkan ke lapangan dilakukan didalam tangki beton dengan sistem sirkulasi air untuk mempertahankan konsentrasi nutrisi dalam media biakan seperti dilansir Luhan dan Sollesta (2010). Frekuensi perubahan media yang tinggi juga menyiapkan eksplan rumput laut untuk beradaptasi dengan kondisi laut alami. Namun, biaya oprasional merupakan faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam pembibitan yang disiapkan untuk budidaya komersial. 3.3 Kepadatan Kultur Dalam studi aklimatisasi selama 2 minggu, eksplan K. alvarezii menunjukkan tingkat pertumbuhan tertinggi yaitu 7,14 ± 0,30% hari-1 pada kepadatan kultur 0,40 g L-1 yang berbeda nyata (F(3,24)= 50.227, p<0,05) dari kultur kepadatan lainnya (Gambar 3). Namun, tidak ada perbedaan morfologi yang diamati atau tanda penyakit di semua kultur. Mirip dengan penelitian frekuensi perubahan media, penelitian kepadatan kultur berkaitan erat dengan ketersediaan kandungan gizi dalam media. Seperti dalam kepadatan budidaya yang lebih tinggi, nutrien tidak cukup untuk semua eksplan dalam periode tertentu, dan pertumbuhan eksplan dapat terpengaruh. Selain itu, penetrasi cahaya dapat dikurangi dari kepadatan eksplan rumput laut (Manríquez-Hernández, 2013). Dengan menurunnya ketersediaan nutrisi dan penetrasi cahaya yang lebih rendah, laju fotosintesis rumput laut cenderung menurun, dan akhirnya, kepadatan kultur yang tinggi sebenarnya dapat mengurangi produktivitas budidaya (Bidwell et al., 1985). Kepadatan budidaya yang lebih tinggi juga dapat mengurangi aliran air di dalam media, dan oleh karena itu, rumput laut akan mengalami kehabisan nutrisi.
  • 7. Menurut Glenn dan Doty (1992), gerakan air mempengaruhi tingkat pertumbuhan rumput laut dengan menurunkan ketebalan lapisan air yang tidak dibalik di sekitar thallus, sehingga meningkatkan laju difusi bahan ke dalam dan keluar dari thallus. Ketika kepadatan kultur meningkat, yang lebih lemah adalah difusi untuk masuk dan keluarnya bahan ke pusat thallus, dan semakin besar kemungkinan kebutuhan gerakan air, yang kemudian akan menyebabkan biaya oprasional yang lebih tinggi dalam budidaya komersial. 3. 4 Uji Coba Lapangan Di lapangan, tingkat pertumbuhan harian rata-rata dari K. alvarezii yang diaklimatisasi secara signifikan lebih tinggi (F(1,4)= 12.108, p<0,05) dibandingkan K. alvarezii yang tidak di aklimatisasi yaitu 3,91 ± 0,16 dan 3,56 ± 0,07 % hari-1 . Hasil ini lebih besar dari hasil yang dilaporkan oleh Yassir (2012), yang mencatat 3,39 ± 0,18% hari-1 untuk budidaya K. alvarezii (Gambar 4). Tingkat kelangsungan hidup aklimatisasi K. alvarezii adalah 83,33 ± 5,77%, yang secara signifikan lebih tinggi (F(1,4)= 25.000, p<0,05) dibandingkan dengan K. alvarezii yang tidak di aklimatisasi (50,00 ± 10,00%). Kami menyimpulkan bahwa sebagian bibit K. alvarezii yang diaklimatisasi terlepas dari lokasi budidaya karena gelombang kuat atau dikonsumsi oleh predator seperti penyu, sedangkan K. alvarezii yang tidak diaklimatisasi diyakini dipengaruhi oleh epifit dan penyakit ice-ice. Selain itu, tidak ada epifit yang diamati pada K. alvarezii yang diaklimatisasi, sedangkan K. alvarezii yang tidak diaklimatisasi yang dibudidayakan terserang oleh Neosiphonia sp. (Gambar 5). Menurut Borlongan et al. (2011) dan Loureiro et al. (2012), infeksi epifit dari K. alvarezii dapat dikurangi dengan penambahan pupuk ekstrak A. nodosum pada media kultur, baik di laboratorium maupun budidaya rumput laut di laut terbuka. Penambahan ekstrak A. nodosum pada media kultur K. Alvarezii secara in vitro ditemukan mampu mengurangi stres dan meningkatkan pertumbuhan (Loureiro et al., 2014). Dalam budidaya komersial, epifit tidak sepenuhnya dapat dihilangkan. Menurut Vairappan et al. (2008), sekitar 90% dari budidaya komersial di negara-negara penghasil rumput laut utama terserang infeksi epifit, dan masih belum ada solusi efektif untuk menghilangkan epifit dari kegiatan budidaya. Terserangnya epifit pada rumput laut yang tidak daklimatisasi diyakini disebabkan oleh stres karena perubahan lingkungan yang tiba-tiba dan melemahnya ketahanan terhadap epifit. Menurut Vairappan (2006), wabah epifit dan penyakit ice-ice lebih umum terjadi ketika rumput laut berada dalam kondisi stres, terutama selama musim kering dan panas. Setelah terinfeksi oleh Neosiphonia sp., produktivitas budidaya menurun sekitar 20%, dan kualitas karagenan menurun juga (Vairappan et al., 2008). Dengan menerapkan kondisi budidaya yang dioptimalkan di pembibitan laut terbuka, produksi K. alvarezii
  • 8. yang diaklimatisasi ditemukan lebih menjanjikan dan menarik dibandingkan dengan rumput laut yang umum dibudidayakan. 4. Kesimpulan Kesimpulannya, aklimatisasi kultur jaringan K. alvarezii yang menggunakan air laut yang disaring dengan penambahan NSE, perubahan media harian, dan kepadatan kultur 0,40 g L-1 di pembibitan K. alvarezii hasil kultur jaringan di laut terbuka ditemukan dapat meningkatkan pertumbuhan yang lebih cepat dan tahan terhadap penyakit ice-ice dan epifit. Dengan mengacu pada hasil budidaya, aklimatisasi bibit K. alvarezii hasil kultur jaringan berhasil dalam meningkatkan tingkat kelangsungan hidup dan ketahanan terhadap penyakit ice- ice dan epifit. Temuan ini penting untuk aklimatisasi bibit rumput laut hasil kultur jaringan sebelum digunakan sebagai bibit dalam industri budidaya komersial rumput laut.