SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
BAB I 
PENDAHULUAN 
Latar Belakang 
Hijauan merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia. Berbagai 
upaya peningkatan produksi ternak dalam rangka memenuhi kebutuhan sumber 
protein hewani akan sangat sulit dicapai apabila ketersediaan hijauan tidak 
sebanding dengan kebutuhan dan populasi ternak yang ada. Hijauan pakan 
merupakan salah satu factor terpenting dalam berhasilnya suatu usaha 
pengembangan peternakan (Reksohadiprodjo et al, 2005). 
Kepadatan penduduk yang semakin lama semakin meningkat, 
menyebabakan sebagian lahan praktis beralih fungsi dan sebagian lagi digunakan 
untuk produksi tanaman pangan seperti padi, jagung dan palawija, sehingga tanah 
yang digunakan sebagai pakan hijauan semakain terdesak . Hal ini akan 
membatasi penyediaaan hijauan pakan dan secaralansung akan berpengaruh 
terhadap produksi ternak itu sendiri. 
Pemanfaatan limbah pertanian dan perkebunan yang semula dipandang 
cukup menjanjikan sebagai pengganti hijauan unggul ternyata sulit diaplikasikan 
di lapangan karena rendahnya kandungan gizi dan tingginya faktor pembatas 
seperti lignin dan yang mengakibatkan rendahnya kecernaan dan akhirnya 
menurunkan produksi ternak. 
Rawa terdiri atas dua jenis, yaitu rawa pasang surut dan rawa lebak. Rawa 
pasang surut yangdipengaruhi naik turunnya debit air sungai dan laut luasnya 
mencapai 900 ribu hektar, sedangkan rawa lebak yang bersifat tadah hujan sekitar 
600 ribu hektar. Pemanfaatan rumput rawa sebagai pengganti rumput unggul 
merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan diatas. Hal ini 
mengingat lahan rawa di propinsi Sumatra Selatan cukup luas yaitu 14,6 % dari 
keseluruhan lahan pertanian atau 1.027.447 ha dari total luas lahan pertanian 
7.267.138 ha (BPS Sumsel, 2006). 
Kegiatan usaha tani pada lahan rawa hanya dapat dilakukan pada musim 
kemarau yaitu ketika air surut. Pemanfaatan lahan rawa sebagai penunjang 
produksi hijauan pakan telah dilakukan secara sangat terbatas oleh peternak
tradisional baik sebagai padang penggembalaan musiman bagi kerbau rawa dan 
sapi maupun sebagai sumber hijauan Cut and Carry. 
Kesulitan yang dihadapi selama ini adalah kurangnya informasi tentang 
jenis-jenis rumput apa yang mampu beradaptasi dilahan rawa dengan tingkat 
produksi yang tinggi, bagaimana teknologi pengembangan serta nilai nutrisinya 
untuk ternak ruminansia. 
Rumput rawa beragam jenisnya, sebagian dari yang telah teridentifikasi 
ternyata dapat dikonsumsi ternak dan cukup disukai oleh ternak ruminansia. 
Contoh hijauan yang telah teridentifikasi adalah rumput kumpai minyak 
(Hymenachne amplexicaulis (Rudge, Nees), rumput kumpai tembaga 
(Hymenachne acutigluma), rumput bento rayap (Leersia hexandra Sw.), rumput 
padi-padian (Oryza rufipogon), rumput aleman (Echinochloa polystachya), dan 
rumput kolonjono (Brachiaria muticum). 
Tipe evaluasi pakan pada prisipnya ada 3 yaitu metode In vitro, Insacco, In 
vivo. Tipe evaluasi pakan In vivo merupakan metode penentuan kecernaan pakan 
menggunakan hewan percobaan dengan analisis pakan dan feses. Pencernaan 
ruminansia terjadi secara mekanis, fermentative, dan hidrolisis (Mc Donald et al. 
2002). 
Tipe evaluasi pakan secara in vitro merupakan metode kecernaan pakan 
yang semua kegiatannya di lakukan di laboratorium dengan cara meniru semua 
kegiatan yang terjadi pada mahluk hidup baik itu kegiatan fisik, kimia dan 
biologis persis dengan kegiatan aslinya atau dengan kata lain meniru aktivitas 
kegiatan di luar dari andividu aslinya. Sehingga untuk mengetahui nilai kecernaan 
rumput rawa terutama rumput kumpai tembaga dilakukan analisa secara invitro 
B. Tujuan 
Tujuan dari praktikum ini yaitu: Menambah pengetahuan mahasiswa 
mengenai tekhnik analisa in vitro, mengetahui kecernaan bahan kering dan bahan 
organik serta cara menghitungnya.
BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA 
Hijauan adalah bahan pakan yang mengandung serat kasar 18 % atau lebih 
(dihitung dari bahan kering). Karena di dalam praktek sering didapatkan hal-hal 
yang berada diluar batasan ini. Kualitas hijauan sangat bervariasi ang disebabkan 
oleh beberapa perbedaan dalam spesies, umur, kesuburan tanah, sumber-sumber 
air dan lain sebagainya. Di Indonesia dan di daerah tropis lainnya belum diperoleh 
keterangan secara pasti tentang adanya suatu hijauan yang menonjol kualitasnya 
(Mulyawati, 2009).. 
Rumput kumpai tembaga merupakan kekayaan sumber daya alami lahan 
rawa yang memiliki nilai biologis yang tinggi, juga merupakan salah satu jenis 
rumput rawa yang mempunyai potensi sebagai hijauan pakan. Rumput kumpai 
sudah dimanfaatkan oleh peternak sebagai pakan ternak ruminansia besar yang 
digembalakan pada lahan-lahan yang banyak ditumbuhi rumput kumpai terutama 
di lahan rawa. Faktor pembatas rumput kumpai sebagai pakan ternak ruminansia 
adalah nilai nutrisinya yang rendah akibat relative tingginya serat kasar terutama 
lignin (Aryogi, 2002). 
Di dalam rumen terdapat populasi mikroba yang cukup banyak jumlahnya. 
Mikroba rumen dapat dibagi dalam tiga grup utama yaitu bakteri, protozoa dan 
fungi (Agus, 2008). 
Kehadiran fungi di dalam rumen diakui sangat bermanfaat bagi 
pencernaan pakan serat, karena dia membentuk koloni pada jaringan selulosa 
pakan. Rizoid fungi tumbuh jauh menembus dinding sel tanaman sehingga pakan 
lebih terbuka untuk dicerna oleh enzim bakteri rumen. Protozoa diklasifikasikan 
berdasarkan morfologinya sebab mudah dilihat berdasarkan penyebaran silianya. 
Protozoa rumen diklasifikasikan menurut morfologinya yaitu: Holotrichs yang 
mempunyai silia hampir diseluruh tubuhnya dan mencerna karbohidrat yang 
fermentabel, sedangkan Oligotrichs yang mempunyai silia sekitar mulut 
umumnya merombak karbohidrat yang lebih sulit dicerna (Arora, 2000). 
Kecernaan adalah bagian dari nutrien yang tidak diekskresikan dalam feses 
melainkan diasumsikan sebagai nutrien yang diserap tubuh ternak. Bahan pakan
yang baik adalah bahan pakan yang memiliki kecernaan tinggi sehingga dapat 
meningkatkan konsumsi pakan, dan kebutuhan nutrien ternak dapat terpenuhi, 
sehingga produksi ternak dapat mencapai optimal. Kecernaan pakan biasanya 
dinyatakan berdasarkan BK dan sebagai suatu koefisien atau presentase. 
(McDonald et al., 2002). 
Kecernaan in vitro adalah teknik pengukuran degradabilitas dan kecernaan 
evaluasi ransum secara biologis dapat dilakukan secara laboratorium dengan 
meniru seperti kondisi sebenarnya. Faktor – faktor yang mempengaruhi in vitro 
adalah pencampuran pakan, cairan rumen, pengontrolan temperatur, variasi 
waktu, dan metode analisis (Mulyawati, 2009). 
Kecernaan suatu bahan pakan untuk ternak ruminansia dapat dihitung 
secara akurat pada skala laboratorium dengan percobaan menggunakan cairan 
rumen dan pepsin. Tahapan pertama biasa disebut “two-stage In Vitro” sebuah 
metode yang menginkubasikan sampel selam 48 jam dengan cairan rumen dalam 
kondisi anaerobik. Tahapan kedua, mikrobia dibunuh dengan menggunakan HgCl 
sampai pH 2 dan terjadi pencernaan protein kemudian diinkubasikan dengan 
pepsin. Residu yang tidak larut dikeringkan dan diestimasi kecernaan bahan 
kering (Mc.Donald et al., 2002). Metode dua tahap yang memiliki pengukuran 
nilai kecernaan bahan makanan secara in vitro menggunakan cairan rumen, saliva 
buatan. Keasaman dipertahankan pada pH 6,7-6,9 dan ditambahkan gas CO2 
untuk menghasilkan kondisi anaerob. 
(Mulyawati, 2009) menyatakan bahwa, apabila ukuran sampel bertambah 
maka akan menurunkan kecernaan in vitro, oleh karena itu penting diperhatikan 
agar ukuran sampel harus sama, selanjutnya dinyatakan rumen dan buffer adalah 
1 : 4 dan setiap proporsi cairan rumen akan meningkatkan kecernaan. 
Fermentasi bahan berserat dengan menggunakan cairan rumen akan 
menghasilkan gas, diantaranya adalah gas methan. Emisi gas methan hasil 
fermentasi pada ternak ruminansia selain menyebabkan polusi lingkungan juga 
menyebabkan hilangnya sebagian energy pakan.
BAB III 
PELAKSANAAN PRAKTIKUM 
A. Waktu Dan Tempat 
Pratikum ini dilakukan pada hari senin, tanggal 20 Oktober 2014 di 
Laboratorium Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya 
Indralaya. 
B. Alat Dan Bahan 
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah: 
Timbangan Analitik , Tabung fermentor, Water Bath/ Incubator , Crusible/ 
Cawan, Oven, Tanur, Desicator/ Exicator , Tang/ Klem, Thermos Air Panas, 
Beker Glass, Glass Ukur, centrifuge, pompa pakum, tutup berventilasi 
Bahan- bahan yang digunkan pada pratikum adalah sampel rumput kumpai 
tembaga, asam borat, KCL, NaCl, NaHCO3, Aquadest, CaCl2, Na2Co3 , larutan 
Mc dougall ( saliva buatan), larutan pepsin dan lain-lain. 
C. Cara Kerja 
1. Prosedur Pengambilan cairan rumen 
Ambil 
cairan 
rumen dari 
sapi pistula 
(jika tidak 
ada ambil di 
RPH) 
Peras dan saring 
cairan rumen 
dengan 
menggunakan 
kain saring 
Siapkan termos 
yg telah diisi 
air panas 
hingga 
mencapai suhu 
39° C 
Masukkan 
ke dlm 
termos 
hangat
2. Fermentasi tahap I 
Tambah 8 ml dan 12 
ml larutan 
McDougalcairan 
rumen ke tabung 
fermentor yang sudah 
berisi 1 gr smpel 
Masukkan tabung ke 
dalam sheker bath dg 
suhu 39°C dialiri 
CO2, cek pH tutup dg 
karet berfentilasi. 
fermentasi selama 24 
3. Pengukuran KCBK dan KCBO 
jam 
Setelah 24 jam buka 
tutup karet teteskan 
2-3 tetes HgCl2 untuk 
membunuh mikroba 
Masukkan tabung ke 
centrifuge dg kec 4000 
rpm slm 10 min. 
Endapan akan berada 
dibawah dan substrat 
bening di atas 
Ambil super natan 
untuk analisis 
berikutnya. Substrat 
yg tersisa digunakan 
untuk analisa KCBK 
dan KCBO 
Hasil residu 
ditambahkan 20 ml 
larutan pepsin HCl 
0,2 %. Campuran 
diinkubasikan 
selama 24 jam 
Sisa pengenceran 
disaring dengan 
pompa fakum, 
masukkan cawan 
porselen dan 
dioven 
Ditanur. Dan sbg 
blanko dipakai 
residu asal 
fermentasi tanpa 
sampel bahan 
pakan
BAB IV 
Hasil Dan Pembahasan 
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan pada saat praktikum 
terhadap kecernaan Bahan Kering (KcBK) dan Kecernaan Bahan Organik (KcBO) 
terhadap beberapa kelompok, maka diperoleh data kecernaan bahan kering 
(KcBK) dan kecernaan bahan organik (KcBO) adalah sebagai berikut : 
Kelompok KCBK KCBO N-NH3 
Kelompok 1 
Kelompok 2 
Kelompok 3 
Kelompok 4 
Kelompok 5 
Kecernaan BK yang tinggi pada ternak ruminansia menunjukkan tingginya 
zat nutrisi yang dicerna oleh mikroba rumen (Anitasari, 2010). Faktor-faktor yang 
mempengaruhi kecernaan in vitro diantaranya adalah pencampuran pakan, cairan 
rumen, pengontrolan temperatur, variasi waktu, dan metode analisis (Mulyawati, 
2009). 
Menurut Mulyawati (2009), KcBK dan KcBO rumput rawa secara in vitro 
dengan cairan rumen sapi sebesar 43,31% dan 45,76%. Hasil in vitro rumput rawa 
dengan jenis kumpai tembaga dalam praktikum dibawa angka tersebut. Hal ini 
disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor ukuran partikel bahan pakan, 
frekuensi penggojokan, kondisi anaerob pada saat preparasi Rendahnya berbagai 
bahan pakan didalamnya. 
Menurut Jayanegara (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi Kecernaan 
bahan kering adalah suhu, laju perjalanan melalui alat pencernaan, bentuk fisik 
dari pakan, dan pengaruh dari perbandingan dengan zat lainnya dari bahan pakan 
tersebut. Ditambahkan oleh Tilman et al., (2005) yang menyatakan bahwa faktor-faktor 
yang mempengaruhi kecernaan suatu bahan pakan adalah komposisi kimia
bahan, penyiapan pakan (pemotongan, penggilingan, pemasakan, dan lain-lain), 
umur ternak, dan jumlah ransum. 
Penggunaan saliva buatan atau larutan Mc.Dougall pada proses evaluasi in 
vitro bertujuan untuk mempertahankan pH selama proses fermentasi berlangsung. 
Penggunaan gas CO2 bertujuan untuk mempertahankan pH selama proses 
fermentasi. Penambahan gas CO2 dilakukan secara cepat agar tidak terjadi 
perubahan pH. Penggunaan water bath dan sachker water bath ditujukan untuk 
menirukan gerakan didalam rumen. Suhu fermentasi diusahakan sama dengan 
suhu dalam rumen, yaitu 39 sampai 40oC. Kondisi anaerob diusahakan dengan 
mengalirkan gas CO2 ke dalam larutan buffer sebelum larutan itu digunakan dan 
ke dalam larutan fermentasi sebelum tabung fermentasi ditutup (Hartadi et 
al.,2005).
BAB V 
PENUTUP 
A. Kesimpulan 
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa nilai kecernaan 
bahan kering sudah sesuai dengan nilai standar, sedangkan untuk nilai kecernaan 
bahan organik lebih tinggi dibandingkan standar. Kecernaan suatu bahan pakan 
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain komposisi kimia bahan pakan, 
komposisi ransum, bentuk fisik ransum, tingkat pemberian pakan dan faktor yang 
berasal dari ternak itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecernaan in 
vitro diantaranya adalah pencampuran pakan, cairan rumen, pengontrolan 
temperatur, variasi waktu, dan metode analisis 
B. Saran 
Analisis disarankan untuk memperbanyak replikasi untuk meningkat 
keakuratan data, selain itu bahan pakan yang digunakan disarankan agar lebih 
variasi yaitu terdapat bahan pakan hijauan baik rumput rawa maupun legum 
maupun konsentrat sehingga tidak hanya bahan pakan hijauan.
DAFTAR PUSTAKA 
Agus, A. 2008. Membuat Pakan Ternak Secara Mandiri. PT Citra Adi Parama. 
Yogyakarta. 
. 
Anitasari, A. 2010. Pemanfaatan Senyawa Bioaktif Kembang Sepatu (Hibiscus 
rosa-sinensis) untuk Menekan Produksi Gas Metan pada Ternak 
Ruminansia. Institut Pertanian Bogor. Bogor 
Aryogi, dan U. Umiyasih. 2002. Nilai kecernaan bahan kering dan protein kasar 
pakan penyusun ransum pola crop livestock system padi-sapi di kabupaten 
Lumajang dan Magetan. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan 
Veteriner:143-145. 
Arora. Achmanto.2000. Pemanfaatan Daun gliriddia maculate Dalam Ransum 
Sapi Perah Laktasi. Proc. Pertemuan Ilmiah Ruminansia. Puslitbangnak. 
Bogor. 
Biro Pusat Statistik Sumatera Selatan. 2006. Luas Lahan Menurut Penggunaan di 
Propinsi Sumatera Selatan. Palembang. Sumatera Selatan. 
Devandra, D.C. 2002. Nutritional Potential Of Fooder Trees And Shcrubs As 
Protein Sources In Ruminant Nutrition. in legume trees and other fooder 
trees as protein sources for live stock. Ed. A. S. Peedy and L.P. Pugliese. 
fao Animal Production and healt paper. 
Fariani, A. 2008. Evaluasi Nilai Nutrisi Rumput Rawa sebagai Pakan Ruminansia. 
Prosiding Seminar Nasional, Fakultas Peternakan Universitas Andalas.10- 
11 Oktober 2008. 
Hartadi. H.S., Reksohadiprojo dan A. D. Tillman. D.A. 2005. Tabel Komposisi 
Pakan untuk Indonesia. Cetakan ke IV. Gadjah Mada University Press. 
Yogyakarta. 
Jayanegara, A., A. S. Tjakradidjaja, & T. Sutardi. 2006. Fermentabilitas dan 
kecernaan in vitro ransum limbah agroindustri yang disuplementasi 
kromium organik dan anorganik. Media Peternakan. 29(2): 54-62 
Mulyawati, Y. 2009. Fermentabilitas dan Kecernaan In Vitro Biomineral 
Dienkapsulasi. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. 
McDonald, P., R. A. Edwards, J. F. D. Greenhalgh, and C. A. Morgan. 2002. 
Animal Nutrition. Prentice Hall. London
Lap teknik laboratorium

More Related Content

What's hot

Pemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di Makassar
Pemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di MakassarPemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di Makassar
Pemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di MakassarBBAP takalar
 
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...Repository Ipb
 
Meminimalkan ganti air dalam akuakultur
Meminimalkan ganti air dalam akuakulturMeminimalkan ganti air dalam akuakultur
Meminimalkan ganti air dalam akuakulturIbnu Sahidhir
 
Leaflet budidaya udang windu
Leaflet budidaya udang winduLeaflet budidaya udang windu
Leaflet budidaya udang windusujononasa
 
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...Repository Ipb
 
SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...
SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...
SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...Mustain Adinugroho
 
SPO pembesaran litopenaeus vannamei
SPO pembesaran litopenaeus vannameiSPO pembesaran litopenaeus vannamei
SPO pembesaran litopenaeus vannameiInNo JustforYou
 
Sifat Kimia Entisol Pada Sistem Pertanian Organik
Sifat  Kimia  Entisol Pada Sistem  Pertanian OrganikSifat  Kimia  Entisol Pada Sistem  Pertanian Organik
Sifat Kimia Entisol Pada Sistem Pertanian OrganikMateri Kuliah Online
 
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...Mujiyanto -
 
Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...
Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...
Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...Calvin Talakua
 
PERSIAPAN WADAH DAN MEDIA - BUDIDAYA UDANG VANNAMEI DENGAN TERPAL HDPE
PERSIAPAN WADAH DAN MEDIA - BUDIDAYA UDANG VANNAMEI DENGAN TERPAL HDPEPERSIAPAN WADAH DAN MEDIA - BUDIDAYA UDANG VANNAMEI DENGAN TERPAL HDPE
PERSIAPAN WADAH DAN MEDIA - BUDIDAYA UDANG VANNAMEI DENGAN TERPAL HDPEMustain Adinugroho
 
Mengoptimalkan peran mikroba dalam akuakultur
Mengoptimalkan peran mikroba dalam akuakulturMengoptimalkan peran mikroba dalam akuakultur
Mengoptimalkan peran mikroba dalam akuakulturIbnu Sahidhir
 

What's hot (20)

Pemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di Makassar
Pemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di MakassarPemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di Makassar
Pemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di Makassar
 
Terjemahan Jurnal
Terjemahan JurnalTerjemahan Jurnal
Terjemahan Jurnal
 
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
 
Meminimalkan ganti air dalam akuakultur
Meminimalkan ganti air dalam akuakulturMeminimalkan ganti air dalam akuakultur
Meminimalkan ganti air dalam akuakultur
 
Leaflet budidaya udang windu
Leaflet budidaya udang winduLeaflet budidaya udang windu
Leaflet budidaya udang windu
 
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
 
SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...
SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...
SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...
 
SPO pembesaran litopenaeus vannamei
SPO pembesaran litopenaeus vannameiSPO pembesaran litopenaeus vannamei
SPO pembesaran litopenaeus vannamei
 
Udangvaname
UdangvanameUdangvaname
Udangvaname
 
Sifat Kimia Entisol Pada Sistem Pertanian Organik
Sifat  Kimia  Entisol Pada Sistem  Pertanian OrganikSifat  Kimia  Entisol Pada Sistem  Pertanian Organik
Sifat Kimia Entisol Pada Sistem Pertanian Organik
 
4. sesi pangan
4. sesi pangan4. sesi pangan
4. sesi pangan
 
Bab 2 ekosistem
Bab 2 ekosistemBab 2 ekosistem
Bab 2 ekosistem
 
Afiah49 59-baik
Afiah49 59-baikAfiah49 59-baik
Afiah49 59-baik
 
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...
 
Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...
Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...
Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...
 
TAMBAK DAN UDANG VANNAMEI
TAMBAK DAN UDANG VANNAMEITAMBAK DAN UDANG VANNAMEI
TAMBAK DAN UDANG VANNAMEI
 
PERSIAPAN WADAH DAN MEDIA - BUDIDAYA UDANG VANNAMEI DENGAN TERPAL HDPE
PERSIAPAN WADAH DAN MEDIA - BUDIDAYA UDANG VANNAMEI DENGAN TERPAL HDPEPERSIAPAN WADAH DAN MEDIA - BUDIDAYA UDANG VANNAMEI DENGAN TERPAL HDPE
PERSIAPAN WADAH DAN MEDIA - BUDIDAYA UDANG VANNAMEI DENGAN TERPAL HDPE
 
Mengoptimalkan peran mikroba dalam akuakultur
Mengoptimalkan peran mikroba dalam akuakulturMengoptimalkan peran mikroba dalam akuakultur
Mengoptimalkan peran mikroba dalam akuakultur
 
Jurnal Kimia Industri
Jurnal Kimia IndustriJurnal Kimia Industri
Jurnal Kimia Industri
 
Jurnal kepiting
Jurnal kepitingJurnal kepiting
Jurnal kepiting
 

Viewers also liked

Makalah kimia Pengenalan alat-alat di Laboratorium Kimia (Irdan Arjulian)
Makalah kimia Pengenalan alat-alat  di Laboratorium  Kimia (Irdan Arjulian)Makalah kimia Pengenalan alat-alat  di Laboratorium  Kimia (Irdan Arjulian)
Makalah kimia Pengenalan alat-alat di Laboratorium Kimia (Irdan Arjulian)Irdan Arjulian
 
Teknik Dasar Pekerjaan Laboratorium Kimia
Teknik Dasar Pekerjaan Laboratorium KimiaTeknik Dasar Pekerjaan Laboratorium Kimia
Teknik Dasar Pekerjaan Laboratorium KimialombkTBK
 
fermentabilitas & kecernaan in vitro ransum yang diberi kursin bungkil biji j...
fermentabilitas & kecernaan in vitro ransum yang diberi kursin bungkil biji j...fermentabilitas & kecernaan in vitro ransum yang diberi kursin bungkil biji j...
fermentabilitas & kecernaan in vitro ransum yang diberi kursin bungkil biji j...Aom_Bracho
 
Analisis proksimat Bahan Pakan
Analisis proksimat Bahan PakanAnalisis proksimat Bahan Pakan
Analisis proksimat Bahan PakanYusuf Ahmad
 
Lab Teknik Kimia PNL
Lab Teknik Kimia PNLLab Teknik Kimia PNL
Lab Teknik Kimia PNLAziez Lhok
 
Alat alat kimia beserta kegunannya
Alat alat kimia beserta kegunannyaAlat alat kimia beserta kegunannya
Alat alat kimia beserta kegunannyaZuhriana Hasanah
 
ALAT ALAT LABORATORIUM KIMIA KLINIK
ALAT ALAT LABORATORIUM KIMIA KLINIKALAT ALAT LABORATORIUM KIMIA KLINIK
ALAT ALAT LABORATORIUM KIMIA KLINIKPRAMITHA GALUH
 
pengenalan alat lab laboratorium
pengenalan alat lab laboratoriumpengenalan alat lab laboratorium
pengenalan alat lab laboratoriumYulan Nusi
 
119891062 pengenalan-alat-alat-laboratorium-kimia-beserta-fungsinya
119891062 pengenalan-alat-alat-laboratorium-kimia-beserta-fungsinya119891062 pengenalan-alat-alat-laboratorium-kimia-beserta-fungsinya
119891062 pengenalan-alat-alat-laboratorium-kimia-beserta-fungsinyasayedchairudin
 
Alat lab beserta fungsinya kimia
Alat lab beserta fungsinya kimiaAlat lab beserta fungsinya kimia
Alat lab beserta fungsinya kimiaRada Kusnadi
 
Final acara 1 pengenalan alat dan bahan
Final acara 1 pengenalan alat dan bahanFinal acara 1 pengenalan alat dan bahan
Final acara 1 pengenalan alat dan bahanAlfian Nopara Saifudin
 
Laporan Praktikum Pengenalan Alat di Laboratorium
Laporan Praktikum Pengenalan Alat di LaboratoriumLaporan Praktikum Pengenalan Alat di Laboratorium
Laporan Praktikum Pengenalan Alat di LaboratoriumErnalia Rosita
 
Laporan Akhir Praktikum Kimia Dasar Pengenalan Alat di Laboratorium
Laporan Akhir Praktikum Kimia Dasar Pengenalan Alat di LaboratoriumLaporan Akhir Praktikum Kimia Dasar Pengenalan Alat di Laboratorium
Laporan Akhir Praktikum Kimia Dasar Pengenalan Alat di LaboratoriumTaufik Sukmana
 

Viewers also liked (13)

Makalah kimia Pengenalan alat-alat di Laboratorium Kimia (Irdan Arjulian)
Makalah kimia Pengenalan alat-alat  di Laboratorium  Kimia (Irdan Arjulian)Makalah kimia Pengenalan alat-alat  di Laboratorium  Kimia (Irdan Arjulian)
Makalah kimia Pengenalan alat-alat di Laboratorium Kimia (Irdan Arjulian)
 
Teknik Dasar Pekerjaan Laboratorium Kimia
Teknik Dasar Pekerjaan Laboratorium KimiaTeknik Dasar Pekerjaan Laboratorium Kimia
Teknik Dasar Pekerjaan Laboratorium Kimia
 
fermentabilitas & kecernaan in vitro ransum yang diberi kursin bungkil biji j...
fermentabilitas & kecernaan in vitro ransum yang diberi kursin bungkil biji j...fermentabilitas & kecernaan in vitro ransum yang diberi kursin bungkil biji j...
fermentabilitas & kecernaan in vitro ransum yang diberi kursin bungkil biji j...
 
Analisis proksimat Bahan Pakan
Analisis proksimat Bahan PakanAnalisis proksimat Bahan Pakan
Analisis proksimat Bahan Pakan
 
Lab Teknik Kimia PNL
Lab Teknik Kimia PNLLab Teknik Kimia PNL
Lab Teknik Kimia PNL
 
Alat alat kimia beserta kegunannya
Alat alat kimia beserta kegunannyaAlat alat kimia beserta kegunannya
Alat alat kimia beserta kegunannya
 
ALAT ALAT LABORATORIUM KIMIA KLINIK
ALAT ALAT LABORATORIUM KIMIA KLINIKALAT ALAT LABORATORIUM KIMIA KLINIK
ALAT ALAT LABORATORIUM KIMIA KLINIK
 
pengenalan alat lab laboratorium
pengenalan alat lab laboratoriumpengenalan alat lab laboratorium
pengenalan alat lab laboratorium
 
119891062 pengenalan-alat-alat-laboratorium-kimia-beserta-fungsinya
119891062 pengenalan-alat-alat-laboratorium-kimia-beserta-fungsinya119891062 pengenalan-alat-alat-laboratorium-kimia-beserta-fungsinya
119891062 pengenalan-alat-alat-laboratorium-kimia-beserta-fungsinya
 
Alat lab beserta fungsinya kimia
Alat lab beserta fungsinya kimiaAlat lab beserta fungsinya kimia
Alat lab beserta fungsinya kimia
 
Final acara 1 pengenalan alat dan bahan
Final acara 1 pengenalan alat dan bahanFinal acara 1 pengenalan alat dan bahan
Final acara 1 pengenalan alat dan bahan
 
Laporan Praktikum Pengenalan Alat di Laboratorium
Laporan Praktikum Pengenalan Alat di LaboratoriumLaporan Praktikum Pengenalan Alat di Laboratorium
Laporan Praktikum Pengenalan Alat di Laboratorium
 
Laporan Akhir Praktikum Kimia Dasar Pengenalan Alat di Laboratorium
Laporan Akhir Praktikum Kimia Dasar Pengenalan Alat di LaboratoriumLaporan Akhir Praktikum Kimia Dasar Pengenalan Alat di Laboratorium
Laporan Akhir Praktikum Kimia Dasar Pengenalan Alat di Laboratorium
 

Similar to Lap teknik laboratorium

Acara 5 Praktikum Dasar-dasar Ekologi
Acara 5 Praktikum Dasar-dasar EkologiAcara 5 Praktikum Dasar-dasar Ekologi
Acara 5 Praktikum Dasar-dasar EkologiAinal Chaza
 
Konsep rantaian dan siratan makanan PENGGAL 3
Konsep rantaian dan siratan makanan PENGGAL 3Konsep rantaian dan siratan makanan PENGGAL 3
Konsep rantaian dan siratan makanan PENGGAL 3ellycweety Azuma
 
ANALISIS PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC) DARI YAKULT DAN AIR BERAS
ANALISIS PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC) DARI YAKULT DAN AIR BERASANALISIS PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC) DARI YAKULT DAN AIR BERAS
ANALISIS PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC) DARI YAKULT DAN AIR BERASnursyifatiara
 
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...Hilmansyah16
 
Komponen teknologi kelompok 3
Komponen teknologi kelompok 3Komponen teknologi kelompok 3
Komponen teknologi kelompok 3Reza Fahri
 
Laporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanahLaporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanahArif nor fauzi
 
S umber daya alam
S umber daya alamS umber daya alam
S umber daya alamdabol_ajah
 
Kelompok 3 komponen teknologi sistem surjan
Kelompok 3 komponen teknologi sistem surjanKelompok 3 komponen teknologi sistem surjan
Kelompok 3 komponen teknologi sistem surjanSiswandaPraja
 
Makalah teknologi penaganan dan pengolahan pakan
Makalah teknologi penaganan dan pengolahan pakanMakalah teknologi penaganan dan pengolahan pakan
Makalah teknologi penaganan dan pengolahan pakanPTPN VI
 
PERLADANGAN ORGANIK
PERLADANGAN ORGANIK PERLADANGAN ORGANIK
PERLADANGAN ORGANIK Ayda.N Mazlan
 
Bb batu mengolah limbah tanaman pakan ternak 2014 agustus 14
Bb batu mengolah limbah tanaman pakan ternak 2014 agustus 14Bb batu mengolah limbah tanaman pakan ternak 2014 agustus 14
Bb batu mengolah limbah tanaman pakan ternak 2014 agustus 14BBPP_Batu
 
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benihratnanovianty_
 
Hutan rahmawaty12
Hutan rahmawaty12Hutan rahmawaty12
Hutan rahmawaty12Debby Ochta
 
Hutan rahmawaty12
Hutan rahmawaty12Hutan rahmawaty12
Hutan rahmawaty12Debby Ochta
 
PELESTARIAN SUMBERDAYA LAHAN GAMBUT
PELESTARIAN SUMBERDAYA LAHAN GAMBUTPELESTARIAN SUMBERDAYA LAHAN GAMBUT
PELESTARIAN SUMBERDAYA LAHAN GAMBUTAnnisaRangkuti
 
Produksi Udang Sayur Untuk Memberdayakan Backyard Hatchery
Produksi Udang Sayur  Untuk Memberdayakan Backyard HatcheryProduksi Udang Sayur  Untuk Memberdayakan Backyard Hatchery
Produksi Udang Sayur Untuk Memberdayakan Backyard Hatcherylisa ruliaty 631971
 

Similar to Lap teknik laboratorium (20)

Acara 5 Praktikum Dasar-dasar Ekologi
Acara 5 Praktikum Dasar-dasar EkologiAcara 5 Praktikum Dasar-dasar Ekologi
Acara 5 Praktikum Dasar-dasar Ekologi
 
7. teknologi biofloc
7. teknologi biofloc7. teknologi biofloc
7. teknologi biofloc
 
Konsep rantaian dan siratan makanan PENGGAL 3
Konsep rantaian dan siratan makanan PENGGAL 3Konsep rantaian dan siratan makanan PENGGAL 3
Konsep rantaian dan siratan makanan PENGGAL 3
 
ANALISIS PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC) DARI YAKULT DAN AIR BERAS
ANALISIS PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC) DARI YAKULT DAN AIR BERASANALISIS PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC) DARI YAKULT DAN AIR BERAS
ANALISIS PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC) DARI YAKULT DAN AIR BERAS
 
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
 
Lapporan k ompos
Lapporan k omposLapporan k ompos
Lapporan k ompos
 
Norhasanah 1 5
Norhasanah 1 5Norhasanah 1 5
Norhasanah 1 5
 
Komponen teknologi kelompok 3
Komponen teknologi kelompok 3Komponen teknologi kelompok 3
Komponen teknologi kelompok 3
 
Laporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanahLaporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanah
 
S umber daya alam
S umber daya alamS umber daya alam
S umber daya alam
 
Kelompok 3 komponen teknologi sistem surjan
Kelompok 3 komponen teknologi sistem surjanKelompok 3 komponen teknologi sistem surjan
Kelompok 3 komponen teknologi sistem surjan
 
Makalah teknologi penaganan dan pengolahan pakan
Makalah teknologi penaganan dan pengolahan pakanMakalah teknologi penaganan dan pengolahan pakan
Makalah teknologi penaganan dan pengolahan pakan
 
PERLADANGAN ORGANIK
PERLADANGAN ORGANIK PERLADANGAN ORGANIK
PERLADANGAN ORGANIK
 
Makalah copy
Makalah   copyMakalah   copy
Makalah copy
 
Bb batu mengolah limbah tanaman pakan ternak 2014 agustus 14
Bb batu mengolah limbah tanaman pakan ternak 2014 agustus 14Bb batu mengolah limbah tanaman pakan ternak 2014 agustus 14
Bb batu mengolah limbah tanaman pakan ternak 2014 agustus 14
 
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
 
Hutan rahmawaty12
Hutan rahmawaty12Hutan rahmawaty12
Hutan rahmawaty12
 
Hutan rahmawaty12
Hutan rahmawaty12Hutan rahmawaty12
Hutan rahmawaty12
 
PELESTARIAN SUMBERDAYA LAHAN GAMBUT
PELESTARIAN SUMBERDAYA LAHAN GAMBUTPELESTARIAN SUMBERDAYA LAHAN GAMBUT
PELESTARIAN SUMBERDAYA LAHAN GAMBUT
 
Produksi Udang Sayur Untuk Memberdayakan Backyard Hatchery
Produksi Udang Sayur  Untuk Memberdayakan Backyard HatcheryProduksi Udang Sayur  Untuk Memberdayakan Backyard Hatchery
Produksi Udang Sayur Untuk Memberdayakan Backyard Hatchery
 

Recently uploaded

PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 

Recently uploaded (20)

PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 

Lap teknik laboratorium

  • 1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hijauan merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia. Berbagai upaya peningkatan produksi ternak dalam rangka memenuhi kebutuhan sumber protein hewani akan sangat sulit dicapai apabila ketersediaan hijauan tidak sebanding dengan kebutuhan dan populasi ternak yang ada. Hijauan pakan merupakan salah satu factor terpenting dalam berhasilnya suatu usaha pengembangan peternakan (Reksohadiprodjo et al, 2005). Kepadatan penduduk yang semakin lama semakin meningkat, menyebabakan sebagian lahan praktis beralih fungsi dan sebagian lagi digunakan untuk produksi tanaman pangan seperti padi, jagung dan palawija, sehingga tanah yang digunakan sebagai pakan hijauan semakain terdesak . Hal ini akan membatasi penyediaaan hijauan pakan dan secaralansung akan berpengaruh terhadap produksi ternak itu sendiri. Pemanfaatan limbah pertanian dan perkebunan yang semula dipandang cukup menjanjikan sebagai pengganti hijauan unggul ternyata sulit diaplikasikan di lapangan karena rendahnya kandungan gizi dan tingginya faktor pembatas seperti lignin dan yang mengakibatkan rendahnya kecernaan dan akhirnya menurunkan produksi ternak. Rawa terdiri atas dua jenis, yaitu rawa pasang surut dan rawa lebak. Rawa pasang surut yangdipengaruhi naik turunnya debit air sungai dan laut luasnya mencapai 900 ribu hektar, sedangkan rawa lebak yang bersifat tadah hujan sekitar 600 ribu hektar. Pemanfaatan rumput rawa sebagai pengganti rumput unggul merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan diatas. Hal ini mengingat lahan rawa di propinsi Sumatra Selatan cukup luas yaitu 14,6 % dari keseluruhan lahan pertanian atau 1.027.447 ha dari total luas lahan pertanian 7.267.138 ha (BPS Sumsel, 2006). Kegiatan usaha tani pada lahan rawa hanya dapat dilakukan pada musim kemarau yaitu ketika air surut. Pemanfaatan lahan rawa sebagai penunjang produksi hijauan pakan telah dilakukan secara sangat terbatas oleh peternak
  • 2. tradisional baik sebagai padang penggembalaan musiman bagi kerbau rawa dan sapi maupun sebagai sumber hijauan Cut and Carry. Kesulitan yang dihadapi selama ini adalah kurangnya informasi tentang jenis-jenis rumput apa yang mampu beradaptasi dilahan rawa dengan tingkat produksi yang tinggi, bagaimana teknologi pengembangan serta nilai nutrisinya untuk ternak ruminansia. Rumput rawa beragam jenisnya, sebagian dari yang telah teridentifikasi ternyata dapat dikonsumsi ternak dan cukup disukai oleh ternak ruminansia. Contoh hijauan yang telah teridentifikasi adalah rumput kumpai minyak (Hymenachne amplexicaulis (Rudge, Nees), rumput kumpai tembaga (Hymenachne acutigluma), rumput bento rayap (Leersia hexandra Sw.), rumput padi-padian (Oryza rufipogon), rumput aleman (Echinochloa polystachya), dan rumput kolonjono (Brachiaria muticum). Tipe evaluasi pakan pada prisipnya ada 3 yaitu metode In vitro, Insacco, In vivo. Tipe evaluasi pakan In vivo merupakan metode penentuan kecernaan pakan menggunakan hewan percobaan dengan analisis pakan dan feses. Pencernaan ruminansia terjadi secara mekanis, fermentative, dan hidrolisis (Mc Donald et al. 2002). Tipe evaluasi pakan secara in vitro merupakan metode kecernaan pakan yang semua kegiatannya di lakukan di laboratorium dengan cara meniru semua kegiatan yang terjadi pada mahluk hidup baik itu kegiatan fisik, kimia dan biologis persis dengan kegiatan aslinya atau dengan kata lain meniru aktivitas kegiatan di luar dari andividu aslinya. Sehingga untuk mengetahui nilai kecernaan rumput rawa terutama rumput kumpai tembaga dilakukan analisa secara invitro B. Tujuan Tujuan dari praktikum ini yaitu: Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai tekhnik analisa in vitro, mengetahui kecernaan bahan kering dan bahan organik serta cara menghitungnya.
  • 3. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hijauan adalah bahan pakan yang mengandung serat kasar 18 % atau lebih (dihitung dari bahan kering). Karena di dalam praktek sering didapatkan hal-hal yang berada diluar batasan ini. Kualitas hijauan sangat bervariasi ang disebabkan oleh beberapa perbedaan dalam spesies, umur, kesuburan tanah, sumber-sumber air dan lain sebagainya. Di Indonesia dan di daerah tropis lainnya belum diperoleh keterangan secara pasti tentang adanya suatu hijauan yang menonjol kualitasnya (Mulyawati, 2009).. Rumput kumpai tembaga merupakan kekayaan sumber daya alami lahan rawa yang memiliki nilai biologis yang tinggi, juga merupakan salah satu jenis rumput rawa yang mempunyai potensi sebagai hijauan pakan. Rumput kumpai sudah dimanfaatkan oleh peternak sebagai pakan ternak ruminansia besar yang digembalakan pada lahan-lahan yang banyak ditumbuhi rumput kumpai terutama di lahan rawa. Faktor pembatas rumput kumpai sebagai pakan ternak ruminansia adalah nilai nutrisinya yang rendah akibat relative tingginya serat kasar terutama lignin (Aryogi, 2002). Di dalam rumen terdapat populasi mikroba yang cukup banyak jumlahnya. Mikroba rumen dapat dibagi dalam tiga grup utama yaitu bakteri, protozoa dan fungi (Agus, 2008). Kehadiran fungi di dalam rumen diakui sangat bermanfaat bagi pencernaan pakan serat, karena dia membentuk koloni pada jaringan selulosa pakan. Rizoid fungi tumbuh jauh menembus dinding sel tanaman sehingga pakan lebih terbuka untuk dicerna oleh enzim bakteri rumen. Protozoa diklasifikasikan berdasarkan morfologinya sebab mudah dilihat berdasarkan penyebaran silianya. Protozoa rumen diklasifikasikan menurut morfologinya yaitu: Holotrichs yang mempunyai silia hampir diseluruh tubuhnya dan mencerna karbohidrat yang fermentabel, sedangkan Oligotrichs yang mempunyai silia sekitar mulut umumnya merombak karbohidrat yang lebih sulit dicerna (Arora, 2000). Kecernaan adalah bagian dari nutrien yang tidak diekskresikan dalam feses melainkan diasumsikan sebagai nutrien yang diserap tubuh ternak. Bahan pakan
  • 4. yang baik adalah bahan pakan yang memiliki kecernaan tinggi sehingga dapat meningkatkan konsumsi pakan, dan kebutuhan nutrien ternak dapat terpenuhi, sehingga produksi ternak dapat mencapai optimal. Kecernaan pakan biasanya dinyatakan berdasarkan BK dan sebagai suatu koefisien atau presentase. (McDonald et al., 2002). Kecernaan in vitro adalah teknik pengukuran degradabilitas dan kecernaan evaluasi ransum secara biologis dapat dilakukan secara laboratorium dengan meniru seperti kondisi sebenarnya. Faktor – faktor yang mempengaruhi in vitro adalah pencampuran pakan, cairan rumen, pengontrolan temperatur, variasi waktu, dan metode analisis (Mulyawati, 2009). Kecernaan suatu bahan pakan untuk ternak ruminansia dapat dihitung secara akurat pada skala laboratorium dengan percobaan menggunakan cairan rumen dan pepsin. Tahapan pertama biasa disebut “two-stage In Vitro” sebuah metode yang menginkubasikan sampel selam 48 jam dengan cairan rumen dalam kondisi anaerobik. Tahapan kedua, mikrobia dibunuh dengan menggunakan HgCl sampai pH 2 dan terjadi pencernaan protein kemudian diinkubasikan dengan pepsin. Residu yang tidak larut dikeringkan dan diestimasi kecernaan bahan kering (Mc.Donald et al., 2002). Metode dua tahap yang memiliki pengukuran nilai kecernaan bahan makanan secara in vitro menggunakan cairan rumen, saliva buatan. Keasaman dipertahankan pada pH 6,7-6,9 dan ditambahkan gas CO2 untuk menghasilkan kondisi anaerob. (Mulyawati, 2009) menyatakan bahwa, apabila ukuran sampel bertambah maka akan menurunkan kecernaan in vitro, oleh karena itu penting diperhatikan agar ukuran sampel harus sama, selanjutnya dinyatakan rumen dan buffer adalah 1 : 4 dan setiap proporsi cairan rumen akan meningkatkan kecernaan. Fermentasi bahan berserat dengan menggunakan cairan rumen akan menghasilkan gas, diantaranya adalah gas methan. Emisi gas methan hasil fermentasi pada ternak ruminansia selain menyebabkan polusi lingkungan juga menyebabkan hilangnya sebagian energy pakan.
  • 5. BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM A. Waktu Dan Tempat Pratikum ini dilakukan pada hari senin, tanggal 20 Oktober 2014 di Laboratorium Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Indralaya. B. Alat Dan Bahan Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah: Timbangan Analitik , Tabung fermentor, Water Bath/ Incubator , Crusible/ Cawan, Oven, Tanur, Desicator/ Exicator , Tang/ Klem, Thermos Air Panas, Beker Glass, Glass Ukur, centrifuge, pompa pakum, tutup berventilasi Bahan- bahan yang digunkan pada pratikum adalah sampel rumput kumpai tembaga, asam borat, KCL, NaCl, NaHCO3, Aquadest, CaCl2, Na2Co3 , larutan Mc dougall ( saliva buatan), larutan pepsin dan lain-lain. C. Cara Kerja 1. Prosedur Pengambilan cairan rumen Ambil cairan rumen dari sapi pistula (jika tidak ada ambil di RPH) Peras dan saring cairan rumen dengan menggunakan kain saring Siapkan termos yg telah diisi air panas hingga mencapai suhu 39° C Masukkan ke dlm termos hangat
  • 6. 2. Fermentasi tahap I Tambah 8 ml dan 12 ml larutan McDougalcairan rumen ke tabung fermentor yang sudah berisi 1 gr smpel Masukkan tabung ke dalam sheker bath dg suhu 39°C dialiri CO2, cek pH tutup dg karet berfentilasi. fermentasi selama 24 3. Pengukuran KCBK dan KCBO jam Setelah 24 jam buka tutup karet teteskan 2-3 tetes HgCl2 untuk membunuh mikroba Masukkan tabung ke centrifuge dg kec 4000 rpm slm 10 min. Endapan akan berada dibawah dan substrat bening di atas Ambil super natan untuk analisis berikutnya. Substrat yg tersisa digunakan untuk analisa KCBK dan KCBO Hasil residu ditambahkan 20 ml larutan pepsin HCl 0,2 %. Campuran diinkubasikan selama 24 jam Sisa pengenceran disaring dengan pompa fakum, masukkan cawan porselen dan dioven Ditanur. Dan sbg blanko dipakai residu asal fermentasi tanpa sampel bahan pakan
  • 7. BAB IV Hasil Dan Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan pada saat praktikum terhadap kecernaan Bahan Kering (KcBK) dan Kecernaan Bahan Organik (KcBO) terhadap beberapa kelompok, maka diperoleh data kecernaan bahan kering (KcBK) dan kecernaan bahan organik (KcBO) adalah sebagai berikut : Kelompok KCBK KCBO N-NH3 Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5 Kecernaan BK yang tinggi pada ternak ruminansia menunjukkan tingginya zat nutrisi yang dicerna oleh mikroba rumen (Anitasari, 2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi kecernaan in vitro diantaranya adalah pencampuran pakan, cairan rumen, pengontrolan temperatur, variasi waktu, dan metode analisis (Mulyawati, 2009). Menurut Mulyawati (2009), KcBK dan KcBO rumput rawa secara in vitro dengan cairan rumen sapi sebesar 43,31% dan 45,76%. Hasil in vitro rumput rawa dengan jenis kumpai tembaga dalam praktikum dibawa angka tersebut. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor ukuran partikel bahan pakan, frekuensi penggojokan, kondisi anaerob pada saat preparasi Rendahnya berbagai bahan pakan didalamnya. Menurut Jayanegara (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi Kecernaan bahan kering adalah suhu, laju perjalanan melalui alat pencernaan, bentuk fisik dari pakan, dan pengaruh dari perbandingan dengan zat lainnya dari bahan pakan tersebut. Ditambahkan oleh Tilman et al., (2005) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecernaan suatu bahan pakan adalah komposisi kimia
  • 8. bahan, penyiapan pakan (pemotongan, penggilingan, pemasakan, dan lain-lain), umur ternak, dan jumlah ransum. Penggunaan saliva buatan atau larutan Mc.Dougall pada proses evaluasi in vitro bertujuan untuk mempertahankan pH selama proses fermentasi berlangsung. Penggunaan gas CO2 bertujuan untuk mempertahankan pH selama proses fermentasi. Penambahan gas CO2 dilakukan secara cepat agar tidak terjadi perubahan pH. Penggunaan water bath dan sachker water bath ditujukan untuk menirukan gerakan didalam rumen. Suhu fermentasi diusahakan sama dengan suhu dalam rumen, yaitu 39 sampai 40oC. Kondisi anaerob diusahakan dengan mengalirkan gas CO2 ke dalam larutan buffer sebelum larutan itu digunakan dan ke dalam larutan fermentasi sebelum tabung fermentasi ditutup (Hartadi et al.,2005).
  • 9. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa nilai kecernaan bahan kering sudah sesuai dengan nilai standar, sedangkan untuk nilai kecernaan bahan organik lebih tinggi dibandingkan standar. Kecernaan suatu bahan pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain komposisi kimia bahan pakan, komposisi ransum, bentuk fisik ransum, tingkat pemberian pakan dan faktor yang berasal dari ternak itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecernaan in vitro diantaranya adalah pencampuran pakan, cairan rumen, pengontrolan temperatur, variasi waktu, dan metode analisis B. Saran Analisis disarankan untuk memperbanyak replikasi untuk meningkat keakuratan data, selain itu bahan pakan yang digunakan disarankan agar lebih variasi yaitu terdapat bahan pakan hijauan baik rumput rawa maupun legum maupun konsentrat sehingga tidak hanya bahan pakan hijauan.
  • 10. DAFTAR PUSTAKA Agus, A. 2008. Membuat Pakan Ternak Secara Mandiri. PT Citra Adi Parama. Yogyakarta. . Anitasari, A. 2010. Pemanfaatan Senyawa Bioaktif Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) untuk Menekan Produksi Gas Metan pada Ternak Ruminansia. Institut Pertanian Bogor. Bogor Aryogi, dan U. Umiyasih. 2002. Nilai kecernaan bahan kering dan protein kasar pakan penyusun ransum pola crop livestock system padi-sapi di kabupaten Lumajang dan Magetan. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner:143-145. Arora. Achmanto.2000. Pemanfaatan Daun gliriddia maculate Dalam Ransum Sapi Perah Laktasi. Proc. Pertemuan Ilmiah Ruminansia. Puslitbangnak. Bogor. Biro Pusat Statistik Sumatera Selatan. 2006. Luas Lahan Menurut Penggunaan di Propinsi Sumatera Selatan. Palembang. Sumatera Selatan. Devandra, D.C. 2002. Nutritional Potential Of Fooder Trees And Shcrubs As Protein Sources In Ruminant Nutrition. in legume trees and other fooder trees as protein sources for live stock. Ed. A. S. Peedy and L.P. Pugliese. fao Animal Production and healt paper. Fariani, A. 2008. Evaluasi Nilai Nutrisi Rumput Rawa sebagai Pakan Ruminansia. Prosiding Seminar Nasional, Fakultas Peternakan Universitas Andalas.10- 11 Oktober 2008. Hartadi. H.S., Reksohadiprojo dan A. D. Tillman. D.A. 2005. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Cetakan ke IV. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Jayanegara, A., A. S. Tjakradidjaja, & T. Sutardi. 2006. Fermentabilitas dan kecernaan in vitro ransum limbah agroindustri yang disuplementasi kromium organik dan anorganik. Media Peternakan. 29(2): 54-62 Mulyawati, Y. 2009. Fermentabilitas dan Kecernaan In Vitro Biomineral Dienkapsulasi. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. McDonald, P., R. A. Edwards, J. F. D. Greenhalgh, and C. A. Morgan. 2002. Animal Nutrition. Prentice Hall. London