Cerita ini menceritakan kisah seorang wanita bernama Farida yang lahir tanpa tangan. Ibunya, Sita, mengalami banyak penderitaan sejak menikah dengan ayah Farida yang kemudian meninggalkan mereka. Sita membesarkan Farida seorang diri sambil bekerja keras membuka warung makan. Meskipun mengalami banyak hinaan dan kesulitan, Sita dan Farida tetap tegar menghadapi cobaan hidup.
1. CERPEN
KARYA : RACHMAH SAFITRI
FARIDA
Namaku farida Utami. Usiaku kini sudah memasuki 30 tahun. Dari bayi
aku tidak pernah mendapatkan kasih sayang ayahku? Yang kutahu hanya mama
yang setia menemaniku,membelaku apabila aku dihina oleh orang lain.Kejadiaan
yang kualami dari kecil selalu tidak menyenangkan,bahkan rasanya ingin ku mati
bunuh diri saja.Namun aku selalu berusaha bangkit dari keterpurukanku.
Wajahku memang cantik,saat aku lahir kata mama wajahku amatlah
putih,hidungku mancung dan mataku sipit.Banyak perawat di rumah sakit ingin
menciumku.Namun sayang aku terlahir dengan tidak sempurna,kedua tangan ku
tidak ada. Mama sebenarnya terpukul sekali dengan keadaanku yang tidak
memiliki kedua tangan.Mama tidak pernah mengeluh dan menangis ia selalu
memberi semangat supaya aku menjadi orang yang kuat,sabar,dan tegar dalam
menjalani semua ujian yang di berikan Allah SWT.
Kata-kata mama yang masih terngiang ditelingaku.” Farida sabar
nak,Allah sayang sama kamu nak, pasti ada kelebihan yang kamu miliki sehingga
nanti kamu bisa menjadi orang yang sukses”.
Ucapan mama adalah benar,aku sekarang menjadi pelukis terkenal.Orang-
orang yang dulu menghinaku kini mereka menghormatiku bahkan selalu
memujiku.Aku tidak pernah dendam dengan mereka.Hinaan merekalah yang
membuat aku menjadi orang yang lebih tegar dan berhasil.
2. Rasanya kehidupan ini terasa sepi, orang yang paling ku sayang yaitu
mamaku telah tiada,kakek Pram yang merawatku kini sudah di panggil sang
pencipta. Ayahku ... entahlah. Suami pun hanya kenangan yang sangat
menyakitkan apabila aku mengingatnya. Apakah kejadian yang menimpa mama
kini menimpaku ini sebagai karma? Tapi aku yakin ini hanyalah ujian hidup yang
harus aku jalani dengan baik. Saat ini aku hanya merawat titipan mu ya Allah...
anak-anak yatim piatu yang tidak punya tempat tinggal. Aku hanya mengharapkan
keberkahan dan keridhoanmu Ya Tuhan,agar di saat aku menutup mata nanti ada
doa yang diucapkan anak-anak yatim itu buatku. Serta aku mewakafkan hartaku
yang aku niatkan untuk mama. Mungkin dengan semua ini aku bisa membuat
mama di akhirat sana bisa menjadi amal.
Tepat hari ini aku berulang tahun tak terasa umurku bertambah dan
sepertinya aku sudah mulai tua. Dalam hati aku hanya tertawa “ hi ..hi ..” air mata
pun mengalir tak terasa jatuh membasahi wajahku. Di malam ini aku termenung
teringat apa yang di ucapkan oleh mama tercinta yang selalu berjuang untuk
membesarkan aku. Hinaan ,cacian dan perlakuan yang kasar sering sekali mama
rasakan. Seminggu sebelum mama meninggal ia menceritakan siapa aku ? Siapa
ayahku ? . Kata mama “ Farida sayang, walaupun ayahmu meninggalkan kita
janganlah membencinya nak”! Berdoalah semoga suatu hari nanti ayahmu mau
mengakuimu”.Janganlah kamu mendengarkan omongan orang-orang di sekitarmu
biarlah mereka menganggapmu anak haram yang cacat dan tak layak berada di
sini , buktikan nak kalau kamu bisa lebih baik dari mereka”.
Mama meninggal 7 tahun yang lalu di saat aku terbuang dan teraniya. Dan
mama tidak sempat merasakan jerih payah yang aku bangun dari nol hingga aku
menjadi seorang pelukis cacat yang terkenal. Bahkan hasil karyaku di sejajarkan
dengan pelukis yang berasal dari luar negri.
3. Lamunanku teringat cerita mama yang sungguh membuat hati sakit
tersayat-sayat. Perasaan ini seakan-akan mama masih ada dan aku merasa kembali
7 tahun silam .Aku punya ayah tapi selama ini oleh orang lain aku di cap “ANAK
HARAM”. Mama merupakan anak yatim piatu yang tinggal di sebuah panti
asuhan di kota Bandung. Kata pengasuh di panti tersebut mama di ketemukan di
dekat pasar dekat sampah, jadi tidak tahu siapa orang tua kandungnya. Mama
bercerita sambil tersenyum, sepanjang hidupnya ia tak pernah marah. Ia selalu
tersenyum walaupun hidup susah dan teraniyaya. Ia ikhlas atas semua pemberian
Illahi Rabbi. Dalam hatiku berkata” sungguh tragis takdir yang harus dijalani
mama,masih beruntung aku walaupun cacat aku masih memiliki mama yang
selalu menemaniku tanpa mengenal lelah.
Mama pun melanjutka ceritanya. Mama memiliki Sita Utami nama
tersebut pemberian dari kepala panti asuhan yang bernama Ibu Sri. Ibu Sri sangat
sayang kepada mama maklumlah beliau tidak memiliki anak. Apalagi mama
memiliki paras yang sangat cantik. Ia hanya tamat SMP saja. Panti asuhannya
kekurangan dana untuk biaya operasional seluruh anak asuhnya.Sita tak pernah
mengeluh setiap hari ia membantu Ibu Sri mencuci,memasak, menyapu, dan
semuanya dilakukan sendiri.
Saat mama berusia 20 tahun, waktu itu pulang dari menjual hasil kerajinan
tangan anak panti di pasar. Tak sengaja mobil sedan biru itu menabrak mama dan
mama pun jatuh pingsan. Entah bagaimana Sita sadar dari pingsannya saat ia
berada di rumah sakit. Ternyata yang menabrak mama itu adalah ayahmu Farida.
Ia sangat tampan dan gagah,penampilannya rapih dan dari kejauhan sudah tercium
wangi aroma parfum yang dipakainya.Sita hanya menunduk malu. Perbedaan usia
antara mama dan ayahmu 10 tahun. Ayahmu bernama Barata Purwa , ia masih
keturunan ningrat dan Belanda. Ayahmu anak tunggal nak, wajar saja ayahmu
mendapatkan fasilitas mewah dari orang tuanya yang merupakan bangsawan dan
pengusaha. Sejak kejadian itu kami sering bertemu dan kemudian Mas Barata
meminang mama untuk menjadi istrinya. Ibu sri tidak setuju “ Jangan kamu
lanjutkan niatmu untuk menikah dengan Barata , kamu tidak akan diterima oleh
4. keluarganya dan kamu akan diusir”. Perkataan Bu Sri tidak mama dengar,
mungkin ini cinta. Mas Barata pun meyakinkan mama kalau dia akan selalu
sayang dan tidak akan meninggalkan apapun yang terjadi. Menikahlah kami di
Panti asuhan dengan acara yang amat sederhana, karena perjuangan ini baru
dimulai.
Setelah menikah Mas Barata mengajakku ke Jakarta untuk bertemu
dengan keluarganya. Benar seperti yang Ibu asuh mama katakan, sampai di rumah
orang tua mas Barata, mama langsung dicaci,dihina ditampar seakan-akan mama
ini bukan manusia. Mereka menganggap mama ini sampah. Mas Barata pun
mengambil keputusan untuk keluar dari rumahnya dan kita hijrah ke daerah
Yogyakarta.
Berbekal tabungan yang dimiliki mas Barata kami membuka rumah
makan, untungnya mama pandai masak.Awalnya rumah makan kami sepi tapi
lama-kelamaan ramai. Banyak masyarakat Yogyakarta yang menyukai masakan
mama.
3 bulan menikah , Alhamdulillah kami di beri anugrah oleh Allah SWT.
Mama hamil! Kami sangat senang, mama selalu menjaga kehamilan mama dan
secara rutin mama selalu ke Bidan supaya mengetahui keadaan kamu nak, apakah
sehat ?.
Setelah 9 bulan lebih 3 hari kamu lahir nak,butuh perjuangan melahirkan
kamu nak karena air ketuban sudah pecah duluan dan akhirnya mama harus di
operasi. Mama bilang ke ayahmu “ Bagaimana dengan biayanya mas? Tenang aja
yang penting kamu melahirkan dengan selamat “.
Kamu lahir nak, berat badanmu saat lahir 3kg dan panjang 50 cm.
Wajahmu putih bersih bersinar bagaikan cahaya bintang menyinari malam.Namun
sangat sayang ya bu anak ibu cacat kedua tangannya tidak ada, maaf y bu kata
perawat rumah sakit.
5. Mama memperhatikan ayahmu, tampak ia sedih dan tak mau berbicara
dengan mama. Mungkin shock saat mengetahui bahwa anaknya tak memiliki
kedua tangan.( Kesal hatiku mendengar ucapan mama). Mama pun berkata” Mas,
bagaimanapun ia tetap anak kita darah daging kita dan hasil cinta kita”.Mama
memberimu nama Farida Utami, karena ayahmu tidak mau memberi
nama.Perselisihan mulai timbul saat mama pulang ke rumah sambil
menggendongmu. Semua tetangga membicarakan kamu nak, istrinya cantik dan
suaminya pun ganteng kok punya anak cacat yah!Jangan-jangan itu bukan anak
kandung suaminya kali...
Sakit perasaan mama mendengar itu.Ayahmu tidak membantah ucapan
orang-orang itu, ia hanya diam. Bahkan ia marah-marah sambil membuang dan
membanting perabotan rumah.Sambil berteriak” Sita saya malu punya anak cacat
tidak punya tangan, kamu tidak mendengar ucapan tetangga kita?’. Atau jangan-
jangan benar ucapan mereka kalau ini bukan anak kanung saya ?. Mama pun
menjawab sambil menangis “ Mas istigfar, tega sekali kamu bicara seperti itu,
kamu pikir aku perempuan murahan !”.
Setiap hari ayahmu hanya mabuk-mabukkan saja dan pulang marah-
marah. Usaha rumah makan yang sudah maju pun menjadi bangkrut. Tepat
usiamu 1bulan , mama ingat malam itu hujan sangat lebat disertai petir yang
menyambar. Ayahmu pulang dalam keadaan mabuk, ia masuk ke dalam rumah
langsung mengambilmu dengan kasar dan ingin membuangmu. Mama langsung
mengambil mu nak dari ayahmu dengan paksa.” Sita kamu harus buang anak ini,
kalau tidak aku yang akan pergi “. Mama pun menjawab dengan tegas:” tidak
mas, saya tidak akan pernah membuang Farida, saya mengandung 9 bulan dengan
susah payah.Apa salah Farida mas ? siapa sih yang mau memiliki anak cacat,
mungkin ini kehendak yang maha kuasa supaya kita lebih bersyukur”.Mas barata
pun berteriak” Baik kalau begitu aku akan pergi “.
6. Mama hanya bisa menangis sayang,sambil menggendongmu dan
memegangi perut yang masih sakit akibat operasi sesar, tapi yang paling
menyakitkan perlakuan ayahmu nak sungguh membuat luka di hati.Mama pun
bingung bagaimana mendapatkan uang supaya kita berdua dapat hidup nak.
Dengan menjual emas yang mama miliki mama gunakan sebagai modal untuk
membuka warung makan yang sudah bangkrut.Alhamduliillah semuanya berjalan
lancar.
Namun saat kamu berusia 7 bulan , tiba-tiba saja datang seorang rentenir
menagih hutang. Mama pun bingung hutang apa? Ternyata ayahmu
menggadaikan sertifikat rumah untuk membayar biaya operasi mama. Dengan
berbekal uang tabungan mama akhirnya memutuskan untuk pergi ke Jakarta
menemui ayahmu. Ayahmu tinggal dengan orang tuanya di kawasan perumahan
elit di Jakarta. Sungguh membuat mama terheran-heran dan menyakitkan saat
mama sampai di rumah nenekmu ada tenda biru dan kelihatanya seperti ada acara
. Mama bertanya dengan satpam penjaga rumah nenek. “ Maaf pak , saya mau
tanya ada acara apa kok sepertinya ada keramaian ?”. Lalu pak satpam menjawab
dengan kasar mengatakan” Den barata sekarang nikah, isterinya sekarang anak
orang kaya juga dan sangat cantik sungguh serasi”. Bagai petir di siang hari
menyambar hatiku. Saat itu kalau mama kalau mama tidak ingat kalau mama
sedang menggendongmu mungkin mama sudah memaki-maki dan mengacak-acak
pesta perkawinan ayahmu. Tapi untuk apa mama lakukan itu hanya menambah
lnambah luka saja.Air mata tak tertahan selalu membasahi wajahku bahkan
sampai mengenai kamu nak.
Mama bingung harus kemana?. Mama berjalan hanya mengikuti langkah
kaki. Uang yang mama miliki hanya sedikit. Mas Barata kau sungguh kejam,apa
salahku sampai engkau tega dengan aku dan anakmu farida.Saat melewati
jembatan sempat terlintas dalam pikiran mama untuk loncat dan bunuh diri saja.
Tapi niat itu langsung mama batalkan, mama pun langsung beristigfar dan jatuh
tertunduk lemas.”Ya Allah apa yang harus saya lakukan” Bagaimana dengan
Farida. ( Mendengar penderitaan mama tangisku tambah pecah). Mama
7. memutuskan dengan menuju ke masjid untuk solat. Setelah solat 2 rakaat hati
mama lebih tenang dan bisa berpikir dengan jernih. Dalam hati mama berjanji
apapun yang terjadi mama harus membesarkan farida dengan sekuat tenaga
walaupun nyawa taruhannya. Mama tidak mungkin pulang ke panti asuhan di
Bandung. Ucapan kepala panti mama menjadi kenyataan.
Alhamdulillah saat di masjid mama bertemu dengan seorang imam masjid,
dan ia bertanya kenapa mama menangis.Lalu mama menceritakan dan akhirnya
imam masjid yang bernama Pak Abdul menawarkan untuk tinggal di
kontrakannya dengan uang sewanya yang cukup murah. Maklumlah kami tinggal
di kawasan Cipinang yang merupakan mayoritas masyarakatnya kalangan
menengah ke bawah.
Meskipun susah tapi mama tetap bersyukur. Berbekal dengan keahlian
mama yang bisa masak, mama membuka warung makan sederhana. Tidak ada
yang membantu mama setiap mama melakukan apapun pasti sambil
menggendongmu nak. Alhamdulillah semakin lama warung makan yang mama
buka menjadi ramai, katanya masakan bu Farida enak.
Ujian kehidupan mama pun berlanjut.Banyak sekali tetangga yang tidak
suka dengan mama. Orang-orang sekitar pun menyebutmu dengan si buntung
sungguh menyakitkan hati mama. Apalagi banyak yang menyebutkan kamu
adalah anak haram.
Sejak kecil kamu mama didik dengan cukup keras. Apapun harus kamu
bisa walaupun kamu tidak punya tangan tapi kamu harus bisa. Sering kamu
menangis dan bilang mama farida tidak bisa. Dalam hati mama menangis tapi ini
semua mama lakukan supaya kamu bisa seperti teman-teman yang lain. Kamu
bisa menulis, membaca dan melakukan apapun dengan menggunakan bantuan
kedua kakimu.
Setiap kamu bermain dengan temanmu, kamu langsung menangis karena
kamu selalu diejek. “ Farida si buntung”. Farida anak haram. Mama hanya
memelukmu dan berkata sabar nak, jangan kamu masukkan ke dalam hati.
8. Mama pun memasukkan mu ke SDN dekat rumah, awalnya kepala sekolah
tidak mengizinkan tapi setelah di tes kamu pun bisa menulis dan membaca.
Alhamdulillah prestasi belajarmu pun baik di sekolah. Sampai kamu bertemu
dengan kakek Pram dan kamu belajar melukis darinya.
Aku hanya ingat pesan mama, suatu saat ayahmu datang maafkanlah ia
jangan kamu pernah membencinya. Kata –kata mama selalu terngiang di
telingaku.
Kini mama sudah tiada. Orang yang paling berjasa setelah mama adalah
kakek Pram. Kakek Pram adalah sebatang kara ia tidak memiliki keluarga.
Seluruh keluarganya meninggal akibat kecelakaan. Awalnya mama tidak setuju
kalau aku dekat dengan kakek Pram. Tapi setelah tahu kakek Pram itu pelukis dan
aku di ajarkan melukis. Ternyata aku berbakat dan sampai aku bisa menjuarai
perlombaan melukis di tingkat internasional.
Saat aku menang dan diliput media massa dan televisi aku menunjukkan
foto mama dan aku bilang kemenangan ini untuk mama dan kakek Pram. Sehari
setelah itu ada yang datang kerumah ku. Laki-laki paruh baya itu menggunakan
mobil mewah dan di antar oleh sopir. “ Benar ini Farida ?”. Benar saya Farida.
Sopir itu lalu mendekati laki-laki paruh baya tersebut. Kemudian mendekatiku
lalu jatuh bersimpuh di hadapanku sambil menangis.Dalam hati bertanya siapakah
orang ini?. “ Farida maafkan ayah, ini ayahmu nak yang selama ini meninggalkan
mama dan kamu”. Kontan saja aku langsung marah dan mendorongnya. Aku
berkata “ Saya tidak punya ayah dan kamu bukan ayahku , pergi kamu dari sini “.
Aku butuh waktu untuk bisa menerima dan memaafkan ayah. Perlakuan
ayah ke mama serta tidak mau menerimaku menjadi anaknya. Setelah aku cari
tahu tentang ayahku ternyata istrinya selingkuh dan menikah lagi. Dan ayah
tinggal seorang diri. Dari wajahnya tampak penyesalan yang mendalam. Tapi aku
harus memaafkan ayah seperti pesan mendiang mama.