Teori J.J Bachoven menyatakan bahwa keluarga manusia berevolusi melalui 4 tahap: (1) promiskuitas tanpa ikatan, (2) keluarga inti ibu-anak, (3) kepala keluarga beralih ke ayah, (4) perkawinan di dalam kelompok. Teori ini mempengaruhi ilmu sosial Eropa abad 19. Teori serupa diterapkan untuk memahami perkembangan budaya Indonesia oleh antropolog Belanda G.A. Wilken.
1. Teori Evolusi Keluarga J.J Bachoven
J.J Bachoven adalah ahli antropologi yang merumuskan tentang perkembangan teori
yang beisikan evolusi hokum milik dan evolusi waris, dan erat bersangkutan dengan
teori evolusi dalam bentuk keluarga. Menurutnya, di seluruh dunia keluarga manusia
berkembang melalui empat tingka evolusi.
1. pada saat manusia berada dalam keadaan promiskuitas, di mana manusia hidup
serupa dengan sekawanan binatang berkelompok, antara lelaki dan wanita bebas
melakukan hubungan badan tanpa terikat dengan salah satu dari pasangan yang
mereka “singgahi” dan meskipun dikemudian hari wanita akan melahirkan anak hasil
hubungan tersebut. Dalam tingkatan ini, tentunya keluarga inti belum terbentuk
dikarenakan belum adanya sebuah ikatan antara lelaki dan wanita dengan anak dari
hasil hubungan mereka.
2. dalam tingakatan ini, mulailah terbentuk keluarga inti yang hanya terdiri dari ibu
dan anak dikarenakan manusia semakin sadar akan hubungan seorang ibu dengan
anaknya, di mana anak-anak tersebut hanya mengenal dan dekat dengan ibunya tetapi
tidak mengnal atau bahkan mengetahui siapa ayahnya. Dalam awal mula terbentuknya
keluarga inti ini, ibulah yang menjadi kepala keluarga. Perkawinan antara ibu dan anak
dihindari, yang kemudian timbul adanya exogami. Kelompok-kelompok yang dikepalai
oleh ibu tadi terus berkembang menjadi luas dikarenakan perhitungan garis keturunan
mulai diperhitungkan dari garis ibu, maka timbulah suatu keadaan masyarakat yang
oleh para sarjana pada waktu itu disebut matriachate.
3. pada tingkat ini para lelaki mulai merasa tidak puas dengan keadaan yang terjadi
pada masa itu, sehingga para lelaki mengambil wanita untuk dijadikan pasangannya
dari kelompok-kelompok lain yang kemudian dibawanya dalam kelompok si lelaki.
Dengan demikian diharapkan keturunan yang lahir juga tetap tinggal dalam kelompok si
lelaki. Lambat laun kejadian ini menyebabkan timbulnya perpidahan kepala keluarga dari
wanita atau ibu ke pada lelaki atau ayah. Dan dengan meluasnya kelompok-kelompok
serupa yang dikepalai oleh ayah timbulah keadaan patriarchate.
4. pada tingkatan ini terjadi ketika perkawinan di luar kelompok berlangsung, yaitu
exogami, berubah menjadi endogami dikarenakan beberapa sebab. Endogami atau
perkawinan di dalam batas-batas kelompok menyebabkan bahwa anak-anak sekarang
senantiasa berhubungan langsung denga anggota keluarga ayah maupun ibu. Sehingga,
2. oleh Bachoven sendiri susunan patriarchate yang lambat-laun menghilang berubah
menjadi suatu susunan kekerabatan yang disebut parental.
Teori ini sampai pada akhir abad ke-19 memang mendapat pengaruh yang luas dalam
kalangan ilmu-ilmu social di Eropa Barat dan secara khusus juga mempengaruhi cara
berfikir sejumlah ahli antropologi pada masa itu.
Teori evolusi kebudayaa di Indonesia
Teori evolusi kebudayaan, terutama teori evolusi keluarga oelh J.J Bachiven tadi juga
diterapka di Indonesia oleh ahli antropologi belanda G.A. Wilken (1847-21891)
mengenai aneka warna kebudayaan yang dimilki oleh Indonesia. Dalam karangan
terakhirnya mengenai teori tentang evolusi perkawinan dan keluarga yang berjudul over
de primitieve vormen van het huwelijk en de oorsprong van het gezin (1880-1881),
menerangkan tentang tingkatan-tingkatan evolusi Bachoven mengenai promiskuitas,
matriarkhat, patriarkhat, dan keluarga parental terurai di atas, dengan banyak bahan
contoh yang diambil terutama dari Indonesia, yang terkadang juga membandingan
bahan-bahan dalam karangan etnografi mengenai suku-suku bangsa di bagian dunia
yang lain, seperti suku-suku bangsa Bisaya, Tagala (Tagalo), Fiji, Shoshoni, Abipon,
Arawak, sedangkan ia mempergunakan juga bahan-bahan mengenai kebudayaan-
kebudayaan klasik dari Yunani, Roma, dan bangsa-bangsa Semit di Asia Barat
dengan mengutip ahli-ahli seperti Robertson smith dan lain-lainnya.
Pada umumnya, masalah-maslah serta gejala-gejala masyarakat dan kebudayaan ini
selalu ada ada hubungannya dengan teori dasarnya mengenai evolusi keluarga. Seperti
contoh, angagapan tentang animisme adalah berdasarkan konsepsi seorang ahli yang
menganut konsepsi evolusi kebudayaan bernama E.B Taylor, namun di pihak lain
anggapan tentang totemisme pada mulanya menurutWilken adalah suatu kepercayaan
kepada jenis-jenis binatang yang dianggap keranat, karena dipercaya bahwa jenis-jenis
itu menjadi tempat reinkarnasi roh nenek moyang telah banyak mempengaruhi
anggapan Taylor tentang totemisme. Akhirnya, anggapan Wilken tentang hokum adat di
Indonesia sering dipandang sebagai dasar untuk perkembangan berbagai macam konsep
mengenai hukum adat di Indonesia.
kuliah