SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
TEORI SOSIAL BUDAYA 
“DIFUSIONISME” 
Nama Kelompok : 
Kartika Sari Berlian 
Prodi : Pendidikan IPS 2012 A 
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 
JL.Rawamangun Muka, Jakarta 13220. 
Telp. : (021)4890046, 489 3982. 
Fax. : (021)489 3726
KATA PENGANTAR 
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai 
macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa 
keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, 
sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh 
manfaat. 
Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta teman-teman 
sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moriil maupun materil, sehingga 
makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan. 
Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan 
serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal 
kelengkapan serta pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian, yang 
kadangkala hanya menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik 
dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makah kami dilain 
waktu. 
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa 
yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang 
ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini sebagai 
tambahan dalam menambah referensi yang telah ada. 
Jakarta , 14 September 2013
DAFTAR ISI 
Kata pengantar …………………………………………………………………… 
Daftar isi …………………………………………………………………………. 
Pendahuluan ……………………………………………………………………… 
 Latar belakang ……………………………………………………………. 
 Rumusan masalah ………………………………………………………… 
 Tujuan penulisan …………………………………………………………. 
Pembahasan ………………………………………………………………………. 
 Pengertian difusionisme ………………………………………………….. 
- Bentuk-bentuk difusi …………………………………………………. 
- Proses difusi …………………………………………………………… 
 Teori-teori difusionisme ………………………………………………….. 
- Gejala Persamaan Unsur-Unsur Kebudayaan ………………………… 
- Sejarah Persebaran Unsur-Unsur Kebudayaan ……………………….. 
- Konsep Kulturkreise Dan Kulturschict Dari F. Graebner …………….. 
- Mazhab Schmidt ………………………………………………………. 
- Teori Difusi Rivers …………………………………………………….. 
- Teori Difusi Elliot Smith dan Perry ……………………………………. 
Penutup 
 Kesimpulan ………………………………………………………………….
BAB I 
PENDAHULUAN 
LATAR BELAKANG 
Dalam rangka menjelaskan asal mula terjadinya aneka ragam masyarakat dan kebudayaan 
manusia diseluruh belahan dunia selain dikenal adanya teori evolusi juga dikenal adanya teori 
difusi. Difusi adalah persebaran kebudayaan yang disebabkan adanya migrasi manusia. 
Perpindahan dari satu tempat ke tempat lain akan menularkan budaya tertentu. Survivalnya 
adalah daya eksis budaya. Survival tidak lain merupakan daya tahan budaya tersebut setelah 
mendapatkan pengaruh budaya lain sehingga menimbulkan makna baru. 
RUMUSAN MASALAH 
1. Apakah yang dimaksud dengan difusionisme? 
2. Apa saja bentuk-bentuk difusionisme? 
3. Bagaimanakah proses difusionisme? 
4. Apa saja teori-teori difusionisme? 
TUJUAN 
Makalah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada mahasiswa dalam mempelajari 
dan mengetahui apa yang dimaksud dengan difusionisme, apa saja teori difusionisme itu 
sehingga bisa bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II 
PEMBAHASAN 
PENGERTIAN DIFUSIONISME 
Pada awal abad ke-20 Difusionisme paradigma ini populer di Inggris dan Jerman. 
Paradigma ini berupaya menjelaskan kesamaan kesamaan antara berbagai kebudayaan. 
Difusionis terkemuka eropa adalah Fritz Graebner (1911) dan Wilhelm Schmidt (1939). 
Difusionisme Teori ini popular pada akhir abad 19 dan abad 20. Tokoh utama 
difusionisme Inggris adalah G. Eliot Smith (1871-1937), William J.Perry (1887-1949) 
dan W.H.R. Rivers (1864-1922). Mereka berpendapat bahwa pada hakikatnya sebagian 
besar manusia tidak menciptakan hal-hal baru tetapi hanya meminjam aspek-aspek 
kebudayaan orang lain yang telah ada. 
Yang dimaksud G. Eliot smith, William J. Perry dan W.H.R. Rivers difusionisme 
adalah manusia melakukan suatu kebiasaan berlandaskan dengan aspek-aspek 
kebudayaan yang telah ada, baik itu kebudayaannya dari barat maupun dari budaya timur. 
Kebudayaan barat seperti makan menggunakan sendok sedangkan budaya timur apabila 
makan mengunakan tangan. Lalu orang lain ada yang mengikutinya budaya tersebut. 
Orang yang mengikutinya tidak menciptakan kebudayaan makan tersebut akan tetapi ia 
makan meminjam kebudayaan barat dan timur. 
Tokoh difusionisme di Jerman dan Austria adalah Fritz Graebner (1877-1934) dan 
Peter Wilhelm Schmidt (1868-1954). Mereka berpandangan bahwa ciri khas kebudayaan 
tertua di dunia dapat direkonstruksikan dari unsur-unsur kebudayaan yang masih 
dipertahankan masyarakat primitive sebagai masyarakat paling tua. 
Sedangkan menurut Fritz Graebner dan Peter Wilhelm bawasannya difusionisme 
kebudayaan paling tertua dapat di bangun kembali dan dipertahankan oleh masyarakat 
primitive. Seperti masyarakat papua yang masih mempertahankan budaya primitivenya.
Tokoh difusionisme di Amerika adalah Clark Wissler (1879-1947) dan Alfred 
Kroeber (1876-1960). Mereka berpendapat bahwa ciri-ciri kebudayaan yang khas terdapat 
dalam wilayah kebudayaan bersumber dari suatu pusat kebudayaan. 
Sedangkan menurut Clark Wissler dan Alfred Kroeber bahwasannya difusionisme 
adalah ciri kebudayaan bersumber dari suatu pusat wilayahnya. Seperti budaya makan 
menggunakan sendok, budaya makan menggunakan sendok adalah budaya barat, tetapi 
bukan hanya orang barat saja yang makan mengunakan sendok. Tetapi mayoritas orang 
Indonesia makan menggunakan sendok. 
Dari pengertian di atas bisa kita simpulkan bahwa difusionisme menekankan pada 
pengaruh masyarakat individual saling bergantung dan meyakini, bahwa perubahan sosial 
terjadi karena sebuah masyarakat menyerap berbagai ciri budaya dari masyarakat lain 
Proses difusi (diffusion) adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan ke 
seluruh dunia. Difusi merupakan salah satu objek ilmu penelitian antropologi, terutama 
sub-ilmu antropologi diakronik. Proses difusi tidak hanya dilihat dari sudut bergeraknya 
unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat ke tempat lain di muka bumi saja, tetapi 
terutama sebagai proses di mana unsur kebudayaan dibawa oleh individu dari suatu 
kebudayaan, dan harus diterima oleh individu-individu dari kebudayaan lain. 
1. Bentuk-bentuk Difusi 
Salah satu bentuk difusi adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang terjadi 
karena dibawa oleh kelompok-kelompok manusia yang bermigrasi dari satu tempat ke 
tempat lain di dunia. Hal ini terutama terjadi pada jaman prehistori, puluhan ribu tahun 
yang lalu, saat manusia yang hidup berburu pindah dari suatu tempat ke tempat lain yang 
jauh sekali, saat itulah unsur kebudayaan yang mereka punya juga ikut berpindah. 
Penyebaran unsur-unsur kebudayaan tidak hanya terjadi ketika ada perpindahan dari 
suatu kelompok manusia dari satu tempat ke tempat lain, tetapi juga dapat terjadi karena 
adanya individu-individu tertentu yang membawa unsur kebudayaan itu hingga jauh
sekali. Individu-individu yang dimaksud adalah golongan pedagang, pelaut, serta 
golongan para ahli agama. 5 Bentuk difusi yang lain lagi adalah penyebaran unsur-unsur 
kebudayaan yang terjadi ketika individu-individu dari kelompok tertentu bertemu dengan 
individu-individu dari kelompok tetangga. Pertemuan-pertemuan antara kelompok-kelompok 
itu dapat berlangsung dengan 3 cara, yaitu : 
a. Hubungan symbiotic 
Hubungan symbiotic adalah hubungan di mana bentuk dari kebudayaan itu masing-masing 
hampir tidak berubah. Contohnya adalah di daerah pedalaman negara Kongo, 
Togo, dan Kamerun di Afrika Tengah dan Barat; ketika berlangsung kegiatan barter hasil 
berburu dan hasil hutan antara suku Afrika dan suku Negrito. Pada waktu itu, hubungan 
mereka terbatas hanya pada barter barang-barang itu saja, kebudayaan masing-masing 
suku tidak berubah. 
b. Penetration pacifique (pemasukan secara damai) 
Salah satu bentuk penetration pacifique adalah hubungan perdagangan. Hubungan 
perdagangan ini mempunyai akibat yang lebih jauh dibanding hubungan symbiotic. Unsur-unsur 
kebudayaan asing yang dibawa oleh pedagang masuk ke kebudayaan penemrima 
dengan tidak disengaja dan tanpa paksaan. Sebenarnya, pemasukan unsur-unsur asing oleh 
para penyiar agama itu juga dilakukan secara damai, tetapi hal itu dilakukan dengan 
sengaja, dan kadang-kadang dengan paksa. 
c. Penetration violante (pemasukan secara kekerasan/tidak damai) 
Pemasukan secara tidak damai ini terjadi pada hubungan yang disebabkan karena 
peperangan atau penaklukan. Penaklukan merupakan titik awal dari proses masuknya 
kebudayaan asing ke suatu tempat. Proses selanjutnya adalah penjajahan, di sinilah proses 
pemasukan unsur kebudayaan asing mulai berjalan. 
Ada juga difusi yang disebut stimulus diffusion. Stimulus diffusion adalah proses 
difusi yang terjadi melalui suatu rangkaian pertemuan antara suatu deret suku-suku 
bangsa. Konsep stimulus diffusion juga kadang dipergunakan ketika ada suatu unsur 
kebudayaan yang dibawa ke dalam kebudayaan lain, di mana unsur itu mendorong 
(menstimulasi) terjadinya unsur-unsur kebudayaan yang dianggap 6 sebagai kebudayaan
yang baru oleh warga penerima, walaupun gagasan awalnya berasal dari kebudayaan asing 
tersebut. 
2. Proses difusi 
Proses difusi terbagi dua macam, yaitu: 
a. Difusi langsung, jika unsur-unsur kebudayaan tersebut langsung menyebar dari suatu 
lingkup kebudayaan pemberi ke lingkup kebudayaan penerima. 
b. Difusi tak langsung terjadi apabila unsur-unsur dari kebudayaan pemberi singgah dan 
berkembang dulu di suatu tempat untuk kemudian baru masuk ke lingkup kebudayaan 
penerima. 
Difusi tak langsung dapat juga menimbulkan suatu bentuk difusi berangkai, jika unsur-unsur 
kebudayaan yang telah diterima oleh suatu lingkup kebudayaan kemudian menyebar lagi 
pada lingkup- lingkup kebudayaan lainnya secara berkesinambungan. 
Contoh-contoh difusi 
Contoh difusi yang terjadi dalam masyarakat Indonesia adalah berbagai kata yang ada dalam 
Bahasa Indonesia. Tanpa kita sadari, Bahasa Indonesia sendiri merupakan contoh hasil dari 
proses difusi yang terjadi dalam masyarakat. Berbagai kata dalam Bahasa Indonesia 
merupakan hasil serapan dari bahasa asing dan bahasa-bahasa daerah, seperti Bahasa Jawa, 
Sunda, dan lain-lain. 
Berbagai kontak budaya yang terjadi dalam masyarakat, menyebabkan terjadinya difusi 
dalam struktur Bahasa Indonesia. Proses difusi yang menyebabkan munculnya kosakata baru 
dalam Bahasa Indonesia terbagi dalam 2 proses, yaitu : 
1. Difusi ekstern yaitu penyerapan kosakata asing oleh Bahasa Indonesia yang 
mengubah Bahasa Indonesia ke arah yang lebih modern. Dampak dari difusi ekstern 
ini terlihat dari kreativitas orang-orang Indonesia, yang memadukan berbagai unsur 
bahasa asing sehingga menjelma menjadi 7 bentuk kata-kata baru, seperti : 
gerilyawan, ilmuwan, sejarawan, Pancasilais, agamis, dan lain-lain.
2. Difusi intern yaitu timbulnya hubungan timbal balik antara bahasa Indonesia dengan 
bahasa Jawa (seperti masuknya kata lugas, busana, pangan dll) atau dengan bahasa 
Sunda (kata-kata nyeri, pakan, tahap, langka) mengenai penyerapan kosakata. 
TEORI-TEORI DIFUSIONISME 
1. Gejala Persamaan Unsur-Unsur Kebudayaan 
Sejak lama para sarjana, tertarik akan adanya bentuk-bentuk yang sama dari unsur-unsur 
kebudayaan di berbagai tempat yang sering kali jauh letaknya satu sama lain. 
Ketika cara berfikir mengenai evolusi kebudayaan berkuasa, para sarjana menguraikan 
gejala persamaan itu dengan keterangan bahwa persamaan-persamaan itu disebabkan 
karena tingkat-tingkat yang sama dalam proses evolusi kebudayaan disebabkan karena 
tingkat yang sama dalam proses evolusi kebudayaan diberbagai tempat di seluruh dunia. 
Sebaliknya ada juga uraian-uraian lain, yang mulai tampak dikalangan ilmu antropologi, 
terutrama cara berfikir mengenai evolusi kebudayaan mulai kehilangan pengaruh, yaitu 
kira-kira pada akhir abad ke-19. Menurut uraian ini, gejala persamaan unsur-unsur 
kebudayaan di berbagai tempat dunia, disebakan oleh persebaran atau difusi dari unsur-unsur 
itu ke tempat-tempat tadi. Dengan demikian, kalo di dua tempat, misalnya di A dan 
di B, yang masing-masing letaknya di Afrika dan Asia tenggara yterdapat kapal-kapal 
yang bercadik dengan bentuk yang sama, maka Adolf S akan berkata bahwa, persamaan 
tadi akibat pengaruh Elementar Gedanken. Seorang penganut cara berfikir mengenai 
evolusi kebudayaan akan berkata bahwa, kepandaian kapal bercadik tadi di A dan di B 
disebabkan karena kebudayaan di A dan B kebetulan ada pada tingkat evolusi yang sama; 
sedangkan konsep baru mengatakan bahwa kepandaian dalam membuat kapl bercadik 
serupa itu telah menyebar dari A ke B atau sebaliknya dalam zaman yang lampau. 
2. Sejarah Persebaran Unsur-Unsur Kebudayaan 
Perkembangan sejarah unsur-unsur kebudayaan manusia di awali oleh seorang sarjana 
bernama F. Ratzel (1844-1904). Dia adalah seorang sarjana Ilmu hayat merangkap ilmu 
bumi, yang memberiakn suatu anggapan bahwa Kebudayaan manusia itu pangkalnya
satu, dan di satu tempat yang tertentu, yaitu pada waktu makhluk manusia baru saja 
muncul di dunia ini. Kemudian, kebudayaan induk itu berkembang, menyebar, dan pecah 
ke dalam banyak kebudayaan baru, karena pengaruh keadaan lingkungan dan waktu. 
Dalam proses pemecahan itu bangsa-bangsa pemangku kebudayaan-kebudayaan baru tadi 
tidak tetap tinggal terpisah. Sepanjang masa di muka bumi ini senantiasa terjadi gerak 
perpindahan bangsa-bangsa yang saling berhubungan serta pengaruh mempengaruhi. 
Tugas terpenting ilmu etnologi menurut para sarjana tadi ialah antara lain untuk mencari 
kembali sejarah perpindahan bangsa-bangsa itu, proses pengaruh mempengaruhi, serta 
persebaran kebudayaan manusia dalam jangka waktu beratusratus ribu tahun yang lalu, 
mulai saat terjadinya manusia hingga sekarang. 
Para sarjana yang melakukan penelitian-penelitian serupa itu seakan-akan mengikuti 
suatu aliran cara berfikir yang tertentu, yang untuk mudahnya akan kita sebut dengan 
teori difusionisme. Para sarjana yang terpenting dalam aliran ini adalah F. Graebner dan 
W. Schmidt (eropa tengah); W.H.R. Rivers (Inggris); dan F. boasadalah sarjana Amerika. 
3. Konsep Kulturkreise Dan Kulturschict Dari F. Graebner 
Penilitian-penelitian yang dilakuakn Oleh F. Ratzel tadi dikembangkan lebih lahjut 
Oleh seorang sarjana Ilmu sejarah dan Ilmu bahasa bernama F. Graebner (1877-1934). 
Konsep yang dikembangkan olehnya adalah Kulturkreise (dalam bahasa Jerman 
“kulturkreise” artinya adalah lingkaran kebudayaan-kebudayaan, maksudnya adalah 
lingkaran di muka bumi yang mempunyai unsur-unsur kebudayaan yang sama). 
Metode klasifikasi unsur-unsur kebudayaan dari berbagai tempat di muka bumi ke 
dalam berbagai Kulturkreise itu diterangkan dalam bukunya yaitu Methode der 
Ethnologie (1911). Prosedur klasifikasinya yaitu : 
1. Seorang peneleliti mula-mula harus melihat di tempat-tempat mana di muka bumi 
terdapat unsur-unsur kebudayaan yang sama. Misalnyadi 3 kebudayaan di tempat 
yang kita sebut A, B, dan c yang letaknya saling berjauhan, terdapat unsur-unsur 
kebudayaan a yang sama, maka unsur itu di A kita sebut a, di B kita sebut a', dan di C 
kita sebut a”. Kesadaran akan persamaan tadi dicapai dengan alasan perbandingan
berupa ciri-ciri, atau kualitas, dari ketiga unsur tadi, dan disebut dengan Qualitats 
Kriterium. 
2. Si peneliti kemudian harus melihat apakah di A ada unsur-unsur lain yang sama 
dengan unsur-unsur lain di B dan C, dan misalkan ada unsur b,c,d, dan e di A yang 
sama dengan b',c', d' dan e' di B, dan yang sama pula dengan unsur-unsur b”,c”,d” dan 
e” di C. Maka alasan pembandingan berupa suatu jumlah banyak (kuantitas) dari 
berbagai unsur kebudayaan tadi disebut Quantitats Kriterium. Tiap kelompok unsur-unsur 
yang sama tadi, yaitu (a b c d e), (a' b' c' d' e') dan (a” b” c “ d” e”), masing-masing 
disebut kultur komplex. 
3. Akhirnya peneliti menggolongkan ketiga tempat itu, yaitu A, B, C, dimana terdapat 
ketiga kulturkomplex tadi, menjadi satu, seolah-olah memasukkan ketiga tempat di 
atas peta bumi itu ke dalam satu lingkaran. Ketiga tempat tadi menjadi satu 
kulturkreis. 
Dengan melanjutkan prosedur tersebut, maka di atas peta bumi akan tergambar berbagai 
Kulturkreise, yang saling bersimpang siur. Dengan demikian akan tampak gambaran 
persebaran atau difusi dari unsur-unsur kebudayaan di masa yang lampau. Dengan klasifikasi 
Kulturkreise itu direkonstruksi dengan kulturhistorie umat manusia, dan tampak kembali 
sejarah persebaran bangsa-bangsa di muka bumi. Dalam kenyataan, klasifikasi kulturkreis itu 
tidak mudah disusun karena banyak yang harus diperhatikan. Itulah sebabnya sampai 
sekarang belum ada ahli yang berhasil mengklasifikasikan semua kebudayaan di dunia itu 
kedalam berbagai kulturkreise tertentu. Karena itu juga kulturhistorie umat manusia juga 
belum pernah dapat direkontruksikan kembali. Celaan atas metode Klasifikasi Graebner ini 
memang ada, namun banyak juga sarjana yang menggunakannya lebih lanjut yaitu a.I. 
Schmidt dan pengikut-pengikutnya. 
4. Mazhab Schmidt 
W. Schmidt menjadi terkenal dalam dunia antropologi sebagai seorang yang telah 
mengembangkan lebih lanjut metode klasifikasi kebudayaan-kebudayaan di dunia dalam 
Kulturkreise. Klasifikasi itu dicita-citakan untuk dilakukan secara besar-besaran, dengan 
tujuan untuk dapat melihat sejarah persebaran dan perkembangan kebudayaan atau 
Kulturhistorie dari seluruh umat manusia dimuka bumi ini. Untuk mengerjakan proyek
raksasa yang dicita-citakannya itu, ia tentu memrlukan bahan keterangan yang luar biasa 
banyaknya, dari semua kebudayaan yang tersebar di dunia. Bahan ini harus diperolehnya dari 
karangan-karangan etnografi tulisan para peneliti di daerah, dan terutama ileh para pendeta 
dari Societas Verbi Divini. Bahan keterangan itu kemudian dikumpulkan, diteliti, dikupas, 
untuk disusun oleh schmidt berdasarkan metode klasifikasi Kulturkreise. 
W. Schmidt juga terkenal dalam kalangan ilmu antropologi karena penelitian-penelitiannya 
mengenai bentuk religi yang tertua. Ia berpendirian bahwa keyakinan akan 
adanya satu Tuhan bukanlah suatu perkembangan yang termuda dalam sejarah kebudayaan 
manusia.Religi yang bersifat monotheisme itu malahn adalah bentuk yang amat sangat tua. 
Sebelumnya, ada sarjana lain yang memilki pendapat seperti itu, yaitu A. Lang. Dia yakin 
bahwa agama berasal dari titah Tuhan yang diturunkan kepada makhluk manusia waktu ia 
mula-mula muncul di muka bumi. Oleh karena itulah adanya tanda-tanda dari suatu 
keyakinan kepada dewa pencipta, justru pada bangsa-bangsa yang paling rendah tingkat 
kebudayaannya (yaitu yang menurut Schmidt paling tua), memperkuat anggapannya tentang 
adanya Titah Tuhan asli, atau Uroffenberung itu. Dengan demikian keyakinan yang asli dan 
bersih kepada Tuhan (keyakian Urmonotheismu) itu malah ada pada bangsa-bangsa yang tua, 
yang hidup dalam zaman ketika kebudayaan manusia masih rendah. Dalam zaman kemudian, 
waktu kebudayaan semakin bertambah maju, keyakian asli terhadap tuhan semakin kabur, 
kebutuhan manusia semkain banyak, maka keyakinan asli itu menjadi makin terdesak oleh 
pemujaan kepada makhluk-makhluk halus, ruh-ruh, dewa-dewa dsb. 
5. Teori Difusi Rivers 
W.H.R. Rivers (1864-1922), mengembangkan suatu metode wawancara yang baru, yang 
menyebabkan bahwa ia berhasil mengumpulkan banyak bahan, terutama mengenai sistem 
kemasyarakatan suku-suku bangsa yang tinggal di daerah (penelitiannya terhadap masyarakat 
Selat Torres). Metode yang oleh Rivers kemudian diuraiakn dala karangan berjudul A 
Genealogical Method of Antropoligical inquiry (1910) itu terbukti merupakan suatu metode 
yang kemudian akan menadi metode pokok dalam sebagian besar penelitian antropologi yang 
berdasarkan Field work. Metode yang digunakannya sebenarnya adalah suatu metode 
wawancara yang akan saya uraikan dengan singkat di bawah ini .
Apabila seorang peneliti datang kepada suatu masyarakat maka sebagian besar dari 
bahan keterangannya akan diperoleh dari seorang informan, dengan berbagai macam metode 
wawancara. Rivers mengalami bahwa banyak bahan keterangan mengenai kehidupan sesuatu 
masyarakat dapat dianalisa dari daftar-daftar asal usul, atau genealogi dari para informan itu. 
Dengan demikian, seorang penelitia harus mengumpulkan sebanyak mungkin daftar asal-usul 
dari individu-individu dalam masyarakat obyek penelitiannya itu. Dengan mengajukan 
pertanyaan-pertanyaan mengenai kaum kerabat dan nenek moyang para individu tadi sebagai 
pangkal, seorang peneliti dapat menembangkan suatu wawancara yang luas sekali, mengenai 
bermacam-macam peristiwa yang menyangkut kaum kerabat dan nenek moyang tadi, dengan 
pertanyaan-pertanyaan yang bersifat konkret. Metode ini sekarang terkenal dengan nama 
metode genealogi, atau genealogical method dan merupakan alat utama bagi tiap peneliti 
antropologi yang akan melakukan field work di daerah.” (koentjoroningrat 1977:hlm 182- 
189) 
6. Teori Difusi Elliot Smith dan Perry 
G. Elliot smith (1871-1937) dan W.J. Perry (1887-1949) adalah seorang ahli antropologi 
dari Inggris. Mereka mengungkapkan bahwa dalam sejarah kebudayaan dunia pada zaman 
purbakala pernah terjadi suatu peristiwa difusi yang besar yang berpangakal dari Mesir, yang 
bergerak ke Timur dan yang meliputi jarak yang sangat jauth, yaitu ke daerah-daerah di 
sekitar Lautan tengah, ke Afrika, ke India, ke Indonesia, ke Polinesia, dan ke Amerika. Teori 
itu kemudian sering disebut Heliolithic Theory, karena menurut Elliot Smith dan Perry unsur-unsur 
penting dari kebudayaan Mesir kuno yang bersebar ke daerah luas tersebut diatas itu 
tampak pada bangunan-bangunan batu besar, atau megalith, dan juga pada suatu komplex 
unsur-unsur keagamaan yang berpusat pada penyembahan matahari, atau helios. 
Teori Heliostik tersebut kemudaian diperguanakan dalam suatu penelitian besar oleh 
W.J. Perry yang mencoba mencari dengan teliti jalan-jalan difusi kebudayaan Heliostik, 
unsur-unsur kebudayaan yang tersangkut dalam gerak persebaran itu, serta sebab-sebab dari 
difusi.Dalam persebarannya dari Mesir ke arah timur sampai ke Amerika Tengah dan selatan 
itu, Perry membukukan hasil penelitiannya dalam buku yang berjudul The Childern of the 
sun (1923).
Namun kemudian, teori Heliostik mendapat banyak kecaman. Salah satu kecaman 
tersebut datang dari seorang yang bernama R.H. Lowie (antropologi Amerika) yang 
menyatakan bahwa bahwa teori Heliostik itu merupakan teori difusi yang ekstrim, yang tidak 
sesuai dengan kenyataan, baik dipandang dari sudut hasil-hasil penggalian-penggalian ilmu 
prehistori, maupun dari sudut konsep-konsep tentang proses difusi dan pertukara unsur-unsur 
kebudayaan antara bangsa-bangsa yang telah diterima dalam kalngan ilmu antropologi waktu 
itu. Pada masa sekarang teori Heliostik itu hanya bisa kita pandang sebagai suatu conth saja 
dari salah suatu cara yang pernah digunakan oleh para ahli persamaan-persamaan unsur-unsur 
kebudayaan di berbagai tempat di dunia. 
Teori difusionisme ini memiliki kelebihan yang patut menjadi catatan dalam kajian 
antropologi. Teori difusi memiliki kelebihan karena merupakan pandangan awal yang 
menyatakan bahwa kebudayaan yang ada merupakan sebaran dari kebudayaan lainnya. Di 
samping itu, dari sini terdapat cara pandang baru yang meletakkan dinamika dan 
perkembangan kebudayaan tidak hanya dalam bentang waktu saja, tetapi juga dalam bentang 
ruang, sebagaimana yang diperlihatkan oleh Perry dan Smith dalam pemikirannnya. 
Kelebihan lainnya adalah para pengusung teori ini telah menggunakan analisis komparatif 
yang berlandaskan pada standar kualitas dan kuantitas dalam menentukan wilayah persebaran 
kebudayaan sebagaimana yang yang mereka yakini. Kelebihan lainnya adalah para 
penyokong teori ini sangat memperhatikan setiap detail catatan mengenai kebudayaan 
sehingga mereka mendapatkan beragam hubungan atau keterkaitan antara satu kebudayaan 
dengan kebudayaan lainnya. Dan kelebihan yang terpenting dari teori ini adalah penekanan 
mereka pada penelitian lapangan untuk mendapatkan data yang lebih dan akurat, 
sebagaimana yang diperlihatkan oleh Boas yang kemudian diikuti oleh para murid yang 
menjadi pengikutnya selanjutnya. 
Teori difusionisme tidak lepas pula dari beragam kelemahan atau kekurangan. Secara 
umum, teori difusi kebudayaan memiliki kelemahan dari sisi data karena tidak memilki 
dukungan data yang cukup dan akurat dan pengumpulan data tidak dilakukan melalui 
prosedur dan metode penelitian yang jelas. Hal ini misalnya tampak pada kesimpulan teori ini 
yang mengatakan bahwa peradaban-peradaban kuno di bumi sebenarnya berasal dari orang-orang 
Mesir. Hal ini memperlihatkan pandangan para pengusungnya yang sangat Mesir- 
Sentris hanya karena kekaguman mereka dan keterpesonaan mereka dengan kebudayaan 
negeri Fir’aun ini setelah lama melakukan penelitian di tempat ini.
Kelemahan lain yang ada dalam teori ini adalah terletak pada metode yang mereka 
gunakan dalam melakukan penelitian yang tidak memperbandingkan kebudayaan-kebudayaan 
yang saling berdekatan. Dalam penelitiannya, para pengusung teori ini hanya 
melakukannya berdasarkan pada ketersediaan data yang ada saja karena pada kenyataannya 
untuk sampai pada sebuah kesimpulan sebagaimana di atas mereka tidak pernah melakukan 
penelitian lapangan yang menjadi tuntutan untuk mengemukakan sebuah pernyataan yang 
berujung pada pembentukan teori. 
Kelemahan lainnya yang terdapat dalam teori ini adalah karena keterikatan mereka 
dengan catatan sejarah sebagai bagian dari model teori yang mereka gunakan. Akibatnya, 
tidak semua sejarah yang berkaitan dengan suku-suku tertentu dapat diungkapkan karena 
beragam sebab yang diantaranya karena belum adanya peneliti yang melakukan kajian 
terhadap suku tersebut. Hal ini sebagaimana yang dikritik oleh Malinowski dan Brown yang 
melakukan penelitian sejarah terhadap suku yang masih sederhana di kalangan orang 
Andaman. Tetapi karena keterbatasan data yang menerangkan mengenai keberadaan mereka, 
maka penelitian dengan menggunakan teori difusi sebagaimana yang dikemukakan oleh Boas 
dan kawan-kawannya. 
Difusionisme Populer khususnya di Inggris dan Jerman pada awal abad kedua puluh, 
paradigma ini berupaya menjelaskan kesaman-kesaman diantara bebagai kebudayaan. 
Kesamaan tersebut terjadi karena adanya kontak-kontak kebudayaan. Difusi adalah proses 
historis dari perubahan kebudayaan melalui transmisi lintas-budaya dari objek-objek materi 
dan perilaku dan keyakinan yang dipelajari. Difusionis Eropa terkemuka adalah Fritz 
Graebner (1911) dan Wilhelm Schmidt (1939). Di Amerika Serikat, paradigma ini 
mengekspresikan dirinya melalui konsep “daerah kebudayaan” dan tampak secara 
mencolok dalam karya Clark Wissler (1917) dan Alfred Kroeber (1939). Namun, 
semenjak pertengahan abad ke-20 difusionisme tak lagi memiliki pendukung yang signifikan. 
Gejala persebaran unsur-unsur kebudayaan merupakan sebuah sejarah perkembangan 
peradaban manusia yang secara evolutif bergerak dengan tingkatnya masing-masing. 
Perbedaan tingkat maupun pola interaksi yang terjadi adalah pola umum yang dapat ditemui 
pada semua kelompok masyarakat. F. Ratzel (1844-1904) seorang sarjana ilmu hayat, 
mempelajari berbagai bentuk senjata busur di berbagai tempat di Afrika. Ia banyak 
menemukan persamaan bentuk pada busur-busur tersebut pada berbagai tempat di Afrika.
Begitu pula dengan unsur kebudayaan lainnya, seperti rumah, topeng, dan pakaian. Temuan 
tersebut mengarahkannnya untuk menarik kesimpulan bahwa pada waktuyang lampau terjalin 
hubungan antara suku-suku bangsa yang mendiami tempat tersebut. 
Fenomena kesamaan unsur-unsur kebudayaan tersebut melahirkan anggapan 
dasar yang menurut Koentjaraningrat bahwa kebudayaan manusia berasal dari satu 
pangkal dan berada di suatu tempat tertentu. Unsur inilah yang kemudian berkembang 
dan menyebar ke tempat lain dan kelompok masyarakat lainnya. Dengan demikian konsep ini 
menyiratkan bahwa sejarah kebudayaan manusia diawali dengan sebuah kebudayaan awal 
sebagai pusat atau intidari sejarah perkembangan kebudayaan manusia. Kebudayaan inti 
(induk) tersebut berkembang dan menyebar, kemudian melahirkan bentuk (unsur)baru karena 
pengaruh lingkungan dan waktu. Oleh karena itu, tugas terpenting dari ilmu etnologi adalah 
mencari kembali sejarah gerak perpindahan bangsa-bangsa itu.
Bab III 
PENUTUP 
KESIMPULAN 
Difusionisme menekankan pada pengaruh masyarakat individual saling bergantung dan 
meyakini, bahwa perubahan sosial terjadi karena sebuah masyarakat menyerap berbagai ciri 
budaya dari masyarakat lain.. Proses difusi (diffusion) adalah proses penyebaran unsur-unsur 
kebudayaan ke seluruh dunia. Difusi merupakan salah satu objek ilmu penelitian antropologi, 
terutama sub-ilmu antropologi diakronik. Proses difusi tidak hanya dilihat dari sudut 
bergeraknya unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat ke tempat lain di muka bumi saja, 
tetapi terutama sebagai proses di mana unsur kebudayaan dibawa oleh individu dari suatu 
kebudayaan, dan harus diterima oleh individu-individu dari kebudayaan lain. 
Bangsa yang terjadi dan hidup sampai sekarang merupakan akibat dari perpindahan dan 
penyebaran kebudayaan dari pangkalnya. Hal tersebut juga di dukung dengan kondisi 
geografis negara-negara tersebut yang mana lama-kelamaan persebaran tersebut terjadi. Salah 
satu contohnya ialah kebudayaan masyarakat Indonesia memiliki kesamaan terhadap 
kebudayaan masyarakat di Filipina. Itu menandakan bahwa ada persebaran kebudayaan yang 
telah dijelaskan oleh F. Graebner.
DAFTAR PUSTAKA 
Koentjaraningrat. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: Gramedia, 1987 
http://wakuadratn.wordpress.com/tag/pengertian-difusi/

More Related Content

What's hot

Hubungan filsafat dan agama
Hubungan filsafat dan agamaHubungan filsafat dan agama
Hubungan filsafat dan agamaBuyung Iskandar
 
Konsep dan defenisi antropologi
Konsep dan defenisi antropologiKonsep dan defenisi antropologi
Konsep dan defenisi antropologiMuslimin B. Putra
 
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwiSoal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwiAlwiAssegaf
 
Ppt sosiologi antropologi
Ppt sosiologi antropologiPpt sosiologi antropologi
Ppt sosiologi antropologiDewi_Sejarah
 
Komunikasi antar budaya 1
Komunikasi antar budaya 1Komunikasi antar budaya 1
Komunikasi antar budaya 1maneicon22
 
Hubungan Agama dan Kebudayaan
Hubungan Agama dan KebudayaanHubungan Agama dan Kebudayaan
Hubungan Agama dan Kebudayaanindra08
 
Budaya, Bahasa, dan Komunikasi
Budaya, Bahasa, dan KomunikasiBudaya, Bahasa, dan Komunikasi
Budaya, Bahasa, dan KomunikasiMuhammad Akhyar
 
Posmodernisme
Posmodernisme Posmodernisme
Posmodernisme Siti Oyim
 
7 Unsur - Unsur Kebudayaan
7 Unsur - Unsur Kebudayaan7 Unsur - Unsur Kebudayaan
7 Unsur - Unsur KebudayaanSansanikhs
 
10 judul penelitian komunikasi beserta konsep penelitian
10 judul penelitian komunikasi beserta konsep penelitian10 judul penelitian komunikasi beserta konsep penelitian
10 judul penelitian komunikasi beserta konsep penelitianpycnat
 
Fungsionalisme struktural emile durkheim dan Auguste Comte
Fungsionalisme struktural emile durkheim dan Auguste ComteFungsionalisme struktural emile durkheim dan Auguste Comte
Fungsionalisme struktural emile durkheim dan Auguste ComteAnissatul Mukhoiriyah
 
Teori pertukaran sosial
Teori pertukaran sosialTeori pertukaran sosial
Teori pertukaran sosialTeddy Ayomi
 
Interaksi sosial
Interaksi sosialInteraksi sosial
Interaksi sosialEl Ibrahimy
 
Filsafat kontemporer
Filsafat kontemporerFilsafat kontemporer
Filsafat kontemporerMahrus Ali
 

What's hot (20)

Hubungan filsafat dan agama
Hubungan filsafat dan agamaHubungan filsafat dan agama
Hubungan filsafat dan agama
 
Paradigma Sosiologi
Paradigma SosiologiParadigma Sosiologi
Paradigma Sosiologi
 
Ppt 11 postmodernisme
Ppt 11 postmodernismePpt 11 postmodernisme
Ppt 11 postmodernisme
 
Konsep dan defenisi antropologi
Konsep dan defenisi antropologiKonsep dan defenisi antropologi
Konsep dan defenisi antropologi
 
Evolusi & difusi kebudayaan
Evolusi & difusi kebudayaanEvolusi & difusi kebudayaan
Evolusi & difusi kebudayaan
 
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwiSoal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
 
Makalah multikulturalisme
Makalah multikulturalismeMakalah multikulturalisme
Makalah multikulturalisme
 
Ppt sosiologi antropologi
Ppt sosiologi antropologiPpt sosiologi antropologi
Ppt sosiologi antropologi
 
Komunikasi antar budaya 1
Komunikasi antar budaya 1Komunikasi antar budaya 1
Komunikasi antar budaya 1
 
Hubungan Agama dan Kebudayaan
Hubungan Agama dan KebudayaanHubungan Agama dan Kebudayaan
Hubungan Agama dan Kebudayaan
 
Budaya, Bahasa, dan Komunikasi
Budaya, Bahasa, dan KomunikasiBudaya, Bahasa, dan Komunikasi
Budaya, Bahasa, dan Komunikasi
 
Posmodernisme
Posmodernisme Posmodernisme
Posmodernisme
 
7 Unsur - Unsur Kebudayaan
7 Unsur - Unsur Kebudayaan7 Unsur - Unsur Kebudayaan
7 Unsur - Unsur Kebudayaan
 
Wujud Kebudayaan
Wujud KebudayaanWujud Kebudayaan
Wujud Kebudayaan
 
10 judul penelitian komunikasi beserta konsep penelitian
10 judul penelitian komunikasi beserta konsep penelitian10 judul penelitian komunikasi beserta konsep penelitian
10 judul penelitian komunikasi beserta konsep penelitian
 
Fungsionalisme struktural emile durkheim dan Auguste Comte
Fungsionalisme struktural emile durkheim dan Auguste ComteFungsionalisme struktural emile durkheim dan Auguste Comte
Fungsionalisme struktural emile durkheim dan Auguste Comte
 
Teori pertukaran sosial
Teori pertukaran sosialTeori pertukaran sosial
Teori pertukaran sosial
 
Kebudayaan Dan Masyarakat (materi kuliah sosiologi)
Kebudayaan Dan Masyarakat (materi kuliah sosiologi)Kebudayaan Dan Masyarakat (materi kuliah sosiologi)
Kebudayaan Dan Masyarakat (materi kuliah sosiologi)
 
Interaksi sosial
Interaksi sosialInteraksi sosial
Interaksi sosial
 
Filsafat kontemporer
Filsafat kontemporerFilsafat kontemporer
Filsafat kontemporer
 

Viewers also liked

Perencanaan program-amin-2014
Perencanaan program-amin-2014Perencanaan program-amin-2014
Perencanaan program-amin-2014Salma Van Licht
 
Teori Difusi Inovasi
Teori Difusi InovasiTeori Difusi Inovasi
Teori Difusi Inovasimankoma2012
 
Kategori adopter
Kategori adopterKategori adopter
Kategori adopterzerosugar
 
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2Syarifudin Amq
 
Proposal+penelitian+(teknis)
Proposal+penelitian+(teknis)Proposal+penelitian+(teknis)
Proposal+penelitian+(teknis)bagusnurdiyanto
 
Teori Difusi dan Inovasi
Teori Difusi dan InovasiTeori Difusi dan Inovasi
Teori Difusi dan Inovasimankoma2013
 
Bab 7 -penyuluhan
Bab 7   -penyuluhanBab 7   -penyuluhan
Bab 7 -penyuluhanrahmat tj
 
Bab 4 peringkat perkembangan guru
Bab 4 peringkat perkembangan guruBab 4 peringkat perkembangan guru
Bab 4 peringkat perkembangan guruAnsar Azman
 
Perencanaan program penyuluhan dalam pengabdian pada masyarakat
Perencanaan program penyuluhan dalam pengabdian pada masyarakatPerencanaan program penyuluhan dalam pengabdian pada masyarakat
Perencanaan program penyuluhan dalam pengabdian pada masyarakatSalma Van Licht
 
Model Difusi Inovasi
Model Difusi InovasiModel Difusi Inovasi
Model Difusi InovasiAtika Rusli
 
PRINSIP-PRINSIP DAN ETIKA PENYULUHAN
PRINSIP-PRINSIP DAN ETIKA PENYULUHANPRINSIP-PRINSIP DAN ETIKA PENYULUHAN
PRINSIP-PRINSIP DAN ETIKA PENYULUHANSri Wahyuni
 
Metode dan teknik komunikasi dalam penyuluhan
Metode dan teknik komunikasi dalam penyuluhanMetode dan teknik komunikasi dalam penyuluhan
Metode dan teknik komunikasi dalam penyuluhanAtika Rusli
 
Teori Difusi Inovasi
Teori Difusi InovasiTeori Difusi Inovasi
Teori Difusi Inovasifazi1801
 
Menyusun materi penyuluhan
Menyusun materi penyuluhanMenyusun materi penyuluhan
Menyusun materi penyuluhanwika_wibowo
 

Viewers also liked (18)

Perencanaan program-amin-2014
Perencanaan program-amin-2014Perencanaan program-amin-2014
Perencanaan program-amin-2014
 
Teori Difusi Inovasi
Teori Difusi InovasiTeori Difusi Inovasi
Teori Difusi Inovasi
 
Kategori adopter
Kategori adopterKategori adopter
Kategori adopter
 
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
 
Proposal+penelitian+(teknis)
Proposal+penelitian+(teknis)Proposal+penelitian+(teknis)
Proposal+penelitian+(teknis)
 
Metode penyuluhan
Metode penyuluhanMetode penyuluhan
Metode penyuluhan
 
Teori Difusi dan Inovasi
Teori Difusi dan InovasiTeori Difusi dan Inovasi
Teori Difusi dan Inovasi
 
Makalah Teori evolusi
 Makalah Teori evolusi Makalah Teori evolusi
Makalah Teori evolusi
 
Bab 7 -penyuluhan
Bab 7   -penyuluhanBab 7   -penyuluhan
Bab 7 -penyuluhan
 
Bab 4 peringkat perkembangan guru
Bab 4 peringkat perkembangan guruBab 4 peringkat perkembangan guru
Bab 4 peringkat perkembangan guru
 
Perencanaan program penyuluhan dalam pengabdian pada masyarakat
Perencanaan program penyuluhan dalam pengabdian pada masyarakatPerencanaan program penyuluhan dalam pengabdian pada masyarakat
Perencanaan program penyuluhan dalam pengabdian pada masyarakat
 
Model Difusi Inovasi
Model Difusi InovasiModel Difusi Inovasi
Model Difusi Inovasi
 
PRINSIP-PRINSIP DAN ETIKA PENYULUHAN
PRINSIP-PRINSIP DAN ETIKA PENYULUHANPRINSIP-PRINSIP DAN ETIKA PENYULUHAN
PRINSIP-PRINSIP DAN ETIKA PENYULUHAN
 
Teknik Penyuluhan
Teknik PenyuluhanTeknik Penyuluhan
Teknik Penyuluhan
 
Metode dan teknik komunikasi dalam penyuluhan
Metode dan teknik komunikasi dalam penyuluhanMetode dan teknik komunikasi dalam penyuluhan
Metode dan teknik komunikasi dalam penyuluhan
 
Teori Difusi Inovasi
Teori Difusi InovasiTeori Difusi Inovasi
Teori Difusi Inovasi
 
Menyusun materi penyuluhan
Menyusun materi penyuluhanMenyusun materi penyuluhan
Menyusun materi penyuluhan
 
Antropologi Sosial & Budaya
Antropologi Sosial & Budaya Antropologi Sosial & Budaya
Antropologi Sosial & Budaya
 

Similar to TEORI SOSIAL BUDAYA

270110130006 erika silviani b tugas ke 3 keanekaragaman budaya dan bahasa daerah
270110130006 erika silviani b tugas ke 3 keanekaragaman budaya dan bahasa daerah270110130006 erika silviani b tugas ke 3 keanekaragaman budaya dan bahasa daerah
270110130006 erika silviani b tugas ke 3 keanekaragaman budaya dan bahasa daerahErika Silviani
 
Bmm3114 bab 1 4 konsep budaya
Bmm3114 bab 1 4 konsep budaya Bmm3114 bab 1 4 konsep budaya
Bmm3114 bab 1 4 konsep budaya Mohammad Yaqin
 
Makalah diferensiasi budaya
Makalah diferensiasi budayaMakalah diferensiasi budaya
Makalah diferensiasi budayaNafeeza Alya
 
(Tugas Presentasi IPS) Potensi Keberagaman Budaya di Indonesia
(Tugas Presentasi IPS) Potensi Keberagaman Budaya di Indonesia(Tugas Presentasi IPS) Potensi Keberagaman Budaya di Indonesia
(Tugas Presentasi IPS) Potensi Keberagaman Budaya di IndonesiaMira Sari
 
Dinamika masyarakat dan kebudayaan
Dinamika masyarakat dan kebudayaanDinamika masyarakat dan kebudayaan
Dinamika masyarakat dan kebudayaanfendy18
 
Kelompok 8 Antropologi_Dinamika Kebudayaan_kelas A scribd.pptx
Kelompok 8 Antropologi_Dinamika Kebudayaan_kelas A scribd.pptxKelompok 8 Antropologi_Dinamika Kebudayaan_kelas A scribd.pptx
Kelompok 8 Antropologi_Dinamika Kebudayaan_kelas A scribd.pptxCiciliaKimberlyOldyS
 
Ilmu Sosial Budaya Dasar ( manusia sebagai makhluk budaya )
Ilmu Sosial Budaya Dasar ( manusia sebagai makhluk budaya )Ilmu Sosial Budaya Dasar ( manusia sebagai makhluk budaya )
Ilmu Sosial Budaya Dasar ( manusia sebagai makhluk budaya )Chatrin Evelin
 
Dinamika kebudayaan. iv
Dinamika kebudayaan. ivDinamika kebudayaan. iv
Dinamika kebudayaan. ivridwanrezy
 
Dinamika kebudayaan dan masyarakat 2017
Dinamika kebudayaan dan masyarakat 2017Dinamika kebudayaan dan masyarakat 2017
Dinamika kebudayaan dan masyarakat 2017Muchlis Soleiman
 
pandangan tentang perubahan kebudayaan dan masyarakat
pandangan tentang perubahan kebudayaan dan masyarakatpandangan tentang perubahan kebudayaan dan masyarakat
pandangan tentang perubahan kebudayaan dan masyarakatLuluk Wulandari Hariyanto
 
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebu...
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebu...Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebu...
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebu...Tri Adnyana
 
Ilmu budaya dasar (modul etika, profesional dan humaniora)
Ilmu budaya dasar (modul etika, profesional dan humaniora)Ilmu budaya dasar (modul etika, profesional dan humaniora)
Ilmu budaya dasar (modul etika, profesional dan humaniora)fikri asyura
 
Bab 1 : konsep konsep asas hubungan etnik
Bab 1 :  konsep konsep asas hubungan etnikBab 1 :  konsep konsep asas hubungan etnik
Bab 1 : konsep konsep asas hubungan etnikDhani Ahmad
 
Benturan peradaban
Benturan peradabanBenturan peradaban
Benturan peradabanMye Gucci
 
Bagaimana perbedaan budaya
Bagaimana perbedaan budayaBagaimana perbedaan budaya
Bagaimana perbedaan budayaRatih Aini
 

Similar to TEORI SOSIAL BUDAYA (20)

Bahan tugas
Bahan tugasBahan tugas
Bahan tugas
 
270110130006 erika silviani b tugas ke 3 keanekaragaman budaya dan bahasa daerah
270110130006 erika silviani b tugas ke 3 keanekaragaman budaya dan bahasa daerah270110130006 erika silviani b tugas ke 3 keanekaragaman budaya dan bahasa daerah
270110130006 erika silviani b tugas ke 3 keanekaragaman budaya dan bahasa daerah
 
Bmm3114 bab 1 4 konsep budaya
Bmm3114 bab 1 4 konsep budaya Bmm3114 bab 1 4 konsep budaya
Bmm3114 bab 1 4 konsep budaya
 
Makalah diferensiasi budaya
Makalah diferensiasi budayaMakalah diferensiasi budaya
Makalah diferensiasi budaya
 
(Tugas Presentasi IPS) Potensi Keberagaman Budaya di Indonesia
(Tugas Presentasi IPS) Potensi Keberagaman Budaya di Indonesia(Tugas Presentasi IPS) Potensi Keberagaman Budaya di Indonesia
(Tugas Presentasi IPS) Potensi Keberagaman Budaya di Indonesia
 
Dinamika masyarakat dan kebudayaan
Dinamika masyarakat dan kebudayaanDinamika masyarakat dan kebudayaan
Dinamika masyarakat dan kebudayaan
 
Kelompok 8 Antropologi_Dinamika Kebudayaan_kelas A scribd.pptx
Kelompok 8 Antropologi_Dinamika Kebudayaan_kelas A scribd.pptxKelompok 8 Antropologi_Dinamika Kebudayaan_kelas A scribd.pptx
Kelompok 8 Antropologi_Dinamika Kebudayaan_kelas A scribd.pptx
 
sample
samplesample
sample
 
Makalah kesenian
Makalah kesenianMakalah kesenian
Makalah kesenian
 
Ilmu Sosial Budaya Dasar ( manusia sebagai makhluk budaya )
Ilmu Sosial Budaya Dasar ( manusia sebagai makhluk budaya )Ilmu Sosial Budaya Dasar ( manusia sebagai makhluk budaya )
Ilmu Sosial Budaya Dasar ( manusia sebagai makhluk budaya )
 
Dinamika kebudayaan. iv
Dinamika kebudayaan. ivDinamika kebudayaan. iv
Dinamika kebudayaan. iv
 
Dinamika kebudayaan dan masyarakat 2017
Dinamika kebudayaan dan masyarakat 2017Dinamika kebudayaan dan masyarakat 2017
Dinamika kebudayaan dan masyarakat 2017
 
Bab 6 DINAMIKA MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN
Bab 6 DINAMIKA MASYARAKAT DAN KEBUDAYAANBab 6 DINAMIKA MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN
Bab 6 DINAMIKA MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN
 
pandangan tentang perubahan kebudayaan dan masyarakat
pandangan tentang perubahan kebudayaan dan masyarakatpandangan tentang perubahan kebudayaan dan masyarakat
pandangan tentang perubahan kebudayaan dan masyarakat
 
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebu...
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebu...Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebu...
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebu...
 
Ilmu budaya dasar (modul etika, profesional dan humaniora)
Ilmu budaya dasar (modul etika, profesional dan humaniora)Ilmu budaya dasar (modul etika, profesional dan humaniora)
Ilmu budaya dasar (modul etika, profesional dan humaniora)
 
Bab 1 : konsep konsep asas hubungan etnik
Bab 1 :  konsep konsep asas hubungan etnikBab 1 :  konsep konsep asas hubungan etnik
Bab 1 : konsep konsep asas hubungan etnik
 
Benturan peradaban
Benturan peradabanBenturan peradaban
Benturan peradaban
 
Bagaimana perbedaan budaya
Bagaimana perbedaan budayaBagaimana perbedaan budaya
Bagaimana perbedaan budaya
 
3. cina
3. cina3. cina
3. cina
 

More from kartika_panjaitan

More from kartika_panjaitan (6)

teori positivisme
teori positivismeteori positivisme
teori positivisme
 
Manajemen konflik
Manajemen konflikManajemen konflik
Manajemen konflik
 
Kelompok 1 ; teori evolusi
Kelompok 1 ; teori evolusiKelompok 1 ; teori evolusi
Kelompok 1 ; teori evolusi
 
Filsafat multikulturalisme
Filsafat multikulturalismeFilsafat multikulturalisme
Filsafat multikulturalisme
 
Kehidupan masyarakat multikultur
Kehidupan masyarakat multikulturKehidupan masyarakat multikultur
Kehidupan masyarakat multikultur
 
Jenis jenis belajar
Jenis jenis belajarJenis jenis belajar
Jenis jenis belajar
 

Recently uploaded

PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 

Recently uploaded (20)

PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 

TEORI SOSIAL BUDAYA

  • 1. TEORI SOSIAL BUDAYA “DIFUSIONISME” Nama Kelompok : Kartika Sari Berlian Prodi : Pendidikan IPS 2012 A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA JL.Rawamangun Muka, Jakarta 13220. Telp. : (021)4890046, 489 3982. Fax. : (021)489 3726
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat. Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moriil maupun materil, sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan. Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal kelengkapan serta pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian, yang kadangkala hanya menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makah kami dilain waktu. Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada. Jakarta , 14 September 2013
  • 3. DAFTAR ISI Kata pengantar …………………………………………………………………… Daftar isi …………………………………………………………………………. Pendahuluan ………………………………………………………………………  Latar belakang …………………………………………………………….  Rumusan masalah …………………………………………………………  Tujuan penulisan …………………………………………………………. Pembahasan ……………………………………………………………………….  Pengertian difusionisme ………………………………………………….. - Bentuk-bentuk difusi …………………………………………………. - Proses difusi ……………………………………………………………  Teori-teori difusionisme ………………………………………………….. - Gejala Persamaan Unsur-Unsur Kebudayaan ………………………… - Sejarah Persebaran Unsur-Unsur Kebudayaan ……………………….. - Konsep Kulturkreise Dan Kulturschict Dari F. Graebner …………….. - Mazhab Schmidt ………………………………………………………. - Teori Difusi Rivers …………………………………………………….. - Teori Difusi Elliot Smith dan Perry ……………………………………. Penutup  Kesimpulan ………………………………………………………………….
  • 4. BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Dalam rangka menjelaskan asal mula terjadinya aneka ragam masyarakat dan kebudayaan manusia diseluruh belahan dunia selain dikenal adanya teori evolusi juga dikenal adanya teori difusi. Difusi adalah persebaran kebudayaan yang disebabkan adanya migrasi manusia. Perpindahan dari satu tempat ke tempat lain akan menularkan budaya tertentu. Survivalnya adalah daya eksis budaya. Survival tidak lain merupakan daya tahan budaya tersebut setelah mendapatkan pengaruh budaya lain sehingga menimbulkan makna baru. RUMUSAN MASALAH 1. Apakah yang dimaksud dengan difusionisme? 2. Apa saja bentuk-bentuk difusionisme? 3. Bagaimanakah proses difusionisme? 4. Apa saja teori-teori difusionisme? TUJUAN Makalah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada mahasiswa dalam mempelajari dan mengetahui apa yang dimaksud dengan difusionisme, apa saja teori difusionisme itu sehingga bisa bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
  • 5. BAB II PEMBAHASAN PENGERTIAN DIFUSIONISME Pada awal abad ke-20 Difusionisme paradigma ini populer di Inggris dan Jerman. Paradigma ini berupaya menjelaskan kesamaan kesamaan antara berbagai kebudayaan. Difusionis terkemuka eropa adalah Fritz Graebner (1911) dan Wilhelm Schmidt (1939). Difusionisme Teori ini popular pada akhir abad 19 dan abad 20. Tokoh utama difusionisme Inggris adalah G. Eliot Smith (1871-1937), William J.Perry (1887-1949) dan W.H.R. Rivers (1864-1922). Mereka berpendapat bahwa pada hakikatnya sebagian besar manusia tidak menciptakan hal-hal baru tetapi hanya meminjam aspek-aspek kebudayaan orang lain yang telah ada. Yang dimaksud G. Eliot smith, William J. Perry dan W.H.R. Rivers difusionisme adalah manusia melakukan suatu kebiasaan berlandaskan dengan aspek-aspek kebudayaan yang telah ada, baik itu kebudayaannya dari barat maupun dari budaya timur. Kebudayaan barat seperti makan menggunakan sendok sedangkan budaya timur apabila makan mengunakan tangan. Lalu orang lain ada yang mengikutinya budaya tersebut. Orang yang mengikutinya tidak menciptakan kebudayaan makan tersebut akan tetapi ia makan meminjam kebudayaan barat dan timur. Tokoh difusionisme di Jerman dan Austria adalah Fritz Graebner (1877-1934) dan Peter Wilhelm Schmidt (1868-1954). Mereka berpandangan bahwa ciri khas kebudayaan tertua di dunia dapat direkonstruksikan dari unsur-unsur kebudayaan yang masih dipertahankan masyarakat primitive sebagai masyarakat paling tua. Sedangkan menurut Fritz Graebner dan Peter Wilhelm bawasannya difusionisme kebudayaan paling tertua dapat di bangun kembali dan dipertahankan oleh masyarakat primitive. Seperti masyarakat papua yang masih mempertahankan budaya primitivenya.
  • 6. Tokoh difusionisme di Amerika adalah Clark Wissler (1879-1947) dan Alfred Kroeber (1876-1960). Mereka berpendapat bahwa ciri-ciri kebudayaan yang khas terdapat dalam wilayah kebudayaan bersumber dari suatu pusat kebudayaan. Sedangkan menurut Clark Wissler dan Alfred Kroeber bahwasannya difusionisme adalah ciri kebudayaan bersumber dari suatu pusat wilayahnya. Seperti budaya makan menggunakan sendok, budaya makan menggunakan sendok adalah budaya barat, tetapi bukan hanya orang barat saja yang makan mengunakan sendok. Tetapi mayoritas orang Indonesia makan menggunakan sendok. Dari pengertian di atas bisa kita simpulkan bahwa difusionisme menekankan pada pengaruh masyarakat individual saling bergantung dan meyakini, bahwa perubahan sosial terjadi karena sebuah masyarakat menyerap berbagai ciri budaya dari masyarakat lain Proses difusi (diffusion) adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan ke seluruh dunia. Difusi merupakan salah satu objek ilmu penelitian antropologi, terutama sub-ilmu antropologi diakronik. Proses difusi tidak hanya dilihat dari sudut bergeraknya unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat ke tempat lain di muka bumi saja, tetapi terutama sebagai proses di mana unsur kebudayaan dibawa oleh individu dari suatu kebudayaan, dan harus diterima oleh individu-individu dari kebudayaan lain. 1. Bentuk-bentuk Difusi Salah satu bentuk difusi adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang terjadi karena dibawa oleh kelompok-kelompok manusia yang bermigrasi dari satu tempat ke tempat lain di dunia. Hal ini terutama terjadi pada jaman prehistori, puluhan ribu tahun yang lalu, saat manusia yang hidup berburu pindah dari suatu tempat ke tempat lain yang jauh sekali, saat itulah unsur kebudayaan yang mereka punya juga ikut berpindah. Penyebaran unsur-unsur kebudayaan tidak hanya terjadi ketika ada perpindahan dari suatu kelompok manusia dari satu tempat ke tempat lain, tetapi juga dapat terjadi karena adanya individu-individu tertentu yang membawa unsur kebudayaan itu hingga jauh
  • 7. sekali. Individu-individu yang dimaksud adalah golongan pedagang, pelaut, serta golongan para ahli agama. 5 Bentuk difusi yang lain lagi adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang terjadi ketika individu-individu dari kelompok tertentu bertemu dengan individu-individu dari kelompok tetangga. Pertemuan-pertemuan antara kelompok-kelompok itu dapat berlangsung dengan 3 cara, yaitu : a. Hubungan symbiotic Hubungan symbiotic adalah hubungan di mana bentuk dari kebudayaan itu masing-masing hampir tidak berubah. Contohnya adalah di daerah pedalaman negara Kongo, Togo, dan Kamerun di Afrika Tengah dan Barat; ketika berlangsung kegiatan barter hasil berburu dan hasil hutan antara suku Afrika dan suku Negrito. Pada waktu itu, hubungan mereka terbatas hanya pada barter barang-barang itu saja, kebudayaan masing-masing suku tidak berubah. b. Penetration pacifique (pemasukan secara damai) Salah satu bentuk penetration pacifique adalah hubungan perdagangan. Hubungan perdagangan ini mempunyai akibat yang lebih jauh dibanding hubungan symbiotic. Unsur-unsur kebudayaan asing yang dibawa oleh pedagang masuk ke kebudayaan penemrima dengan tidak disengaja dan tanpa paksaan. Sebenarnya, pemasukan unsur-unsur asing oleh para penyiar agama itu juga dilakukan secara damai, tetapi hal itu dilakukan dengan sengaja, dan kadang-kadang dengan paksa. c. Penetration violante (pemasukan secara kekerasan/tidak damai) Pemasukan secara tidak damai ini terjadi pada hubungan yang disebabkan karena peperangan atau penaklukan. Penaklukan merupakan titik awal dari proses masuknya kebudayaan asing ke suatu tempat. Proses selanjutnya adalah penjajahan, di sinilah proses pemasukan unsur kebudayaan asing mulai berjalan. Ada juga difusi yang disebut stimulus diffusion. Stimulus diffusion adalah proses difusi yang terjadi melalui suatu rangkaian pertemuan antara suatu deret suku-suku bangsa. Konsep stimulus diffusion juga kadang dipergunakan ketika ada suatu unsur kebudayaan yang dibawa ke dalam kebudayaan lain, di mana unsur itu mendorong (menstimulasi) terjadinya unsur-unsur kebudayaan yang dianggap 6 sebagai kebudayaan
  • 8. yang baru oleh warga penerima, walaupun gagasan awalnya berasal dari kebudayaan asing tersebut. 2. Proses difusi Proses difusi terbagi dua macam, yaitu: a. Difusi langsung, jika unsur-unsur kebudayaan tersebut langsung menyebar dari suatu lingkup kebudayaan pemberi ke lingkup kebudayaan penerima. b. Difusi tak langsung terjadi apabila unsur-unsur dari kebudayaan pemberi singgah dan berkembang dulu di suatu tempat untuk kemudian baru masuk ke lingkup kebudayaan penerima. Difusi tak langsung dapat juga menimbulkan suatu bentuk difusi berangkai, jika unsur-unsur kebudayaan yang telah diterima oleh suatu lingkup kebudayaan kemudian menyebar lagi pada lingkup- lingkup kebudayaan lainnya secara berkesinambungan. Contoh-contoh difusi Contoh difusi yang terjadi dalam masyarakat Indonesia adalah berbagai kata yang ada dalam Bahasa Indonesia. Tanpa kita sadari, Bahasa Indonesia sendiri merupakan contoh hasil dari proses difusi yang terjadi dalam masyarakat. Berbagai kata dalam Bahasa Indonesia merupakan hasil serapan dari bahasa asing dan bahasa-bahasa daerah, seperti Bahasa Jawa, Sunda, dan lain-lain. Berbagai kontak budaya yang terjadi dalam masyarakat, menyebabkan terjadinya difusi dalam struktur Bahasa Indonesia. Proses difusi yang menyebabkan munculnya kosakata baru dalam Bahasa Indonesia terbagi dalam 2 proses, yaitu : 1. Difusi ekstern yaitu penyerapan kosakata asing oleh Bahasa Indonesia yang mengubah Bahasa Indonesia ke arah yang lebih modern. Dampak dari difusi ekstern ini terlihat dari kreativitas orang-orang Indonesia, yang memadukan berbagai unsur bahasa asing sehingga menjelma menjadi 7 bentuk kata-kata baru, seperti : gerilyawan, ilmuwan, sejarawan, Pancasilais, agamis, dan lain-lain.
  • 9. 2. Difusi intern yaitu timbulnya hubungan timbal balik antara bahasa Indonesia dengan bahasa Jawa (seperti masuknya kata lugas, busana, pangan dll) atau dengan bahasa Sunda (kata-kata nyeri, pakan, tahap, langka) mengenai penyerapan kosakata. TEORI-TEORI DIFUSIONISME 1. Gejala Persamaan Unsur-Unsur Kebudayaan Sejak lama para sarjana, tertarik akan adanya bentuk-bentuk yang sama dari unsur-unsur kebudayaan di berbagai tempat yang sering kali jauh letaknya satu sama lain. Ketika cara berfikir mengenai evolusi kebudayaan berkuasa, para sarjana menguraikan gejala persamaan itu dengan keterangan bahwa persamaan-persamaan itu disebabkan karena tingkat-tingkat yang sama dalam proses evolusi kebudayaan disebabkan karena tingkat yang sama dalam proses evolusi kebudayaan diberbagai tempat di seluruh dunia. Sebaliknya ada juga uraian-uraian lain, yang mulai tampak dikalangan ilmu antropologi, terutrama cara berfikir mengenai evolusi kebudayaan mulai kehilangan pengaruh, yaitu kira-kira pada akhir abad ke-19. Menurut uraian ini, gejala persamaan unsur-unsur kebudayaan di berbagai tempat dunia, disebakan oleh persebaran atau difusi dari unsur-unsur itu ke tempat-tempat tadi. Dengan demikian, kalo di dua tempat, misalnya di A dan di B, yang masing-masing letaknya di Afrika dan Asia tenggara yterdapat kapal-kapal yang bercadik dengan bentuk yang sama, maka Adolf S akan berkata bahwa, persamaan tadi akibat pengaruh Elementar Gedanken. Seorang penganut cara berfikir mengenai evolusi kebudayaan akan berkata bahwa, kepandaian kapal bercadik tadi di A dan di B disebabkan karena kebudayaan di A dan B kebetulan ada pada tingkat evolusi yang sama; sedangkan konsep baru mengatakan bahwa kepandaian dalam membuat kapl bercadik serupa itu telah menyebar dari A ke B atau sebaliknya dalam zaman yang lampau. 2. Sejarah Persebaran Unsur-Unsur Kebudayaan Perkembangan sejarah unsur-unsur kebudayaan manusia di awali oleh seorang sarjana bernama F. Ratzel (1844-1904). Dia adalah seorang sarjana Ilmu hayat merangkap ilmu bumi, yang memberiakn suatu anggapan bahwa Kebudayaan manusia itu pangkalnya
  • 10. satu, dan di satu tempat yang tertentu, yaitu pada waktu makhluk manusia baru saja muncul di dunia ini. Kemudian, kebudayaan induk itu berkembang, menyebar, dan pecah ke dalam banyak kebudayaan baru, karena pengaruh keadaan lingkungan dan waktu. Dalam proses pemecahan itu bangsa-bangsa pemangku kebudayaan-kebudayaan baru tadi tidak tetap tinggal terpisah. Sepanjang masa di muka bumi ini senantiasa terjadi gerak perpindahan bangsa-bangsa yang saling berhubungan serta pengaruh mempengaruhi. Tugas terpenting ilmu etnologi menurut para sarjana tadi ialah antara lain untuk mencari kembali sejarah perpindahan bangsa-bangsa itu, proses pengaruh mempengaruhi, serta persebaran kebudayaan manusia dalam jangka waktu beratusratus ribu tahun yang lalu, mulai saat terjadinya manusia hingga sekarang. Para sarjana yang melakukan penelitian-penelitian serupa itu seakan-akan mengikuti suatu aliran cara berfikir yang tertentu, yang untuk mudahnya akan kita sebut dengan teori difusionisme. Para sarjana yang terpenting dalam aliran ini adalah F. Graebner dan W. Schmidt (eropa tengah); W.H.R. Rivers (Inggris); dan F. boasadalah sarjana Amerika. 3. Konsep Kulturkreise Dan Kulturschict Dari F. Graebner Penilitian-penelitian yang dilakuakn Oleh F. Ratzel tadi dikembangkan lebih lahjut Oleh seorang sarjana Ilmu sejarah dan Ilmu bahasa bernama F. Graebner (1877-1934). Konsep yang dikembangkan olehnya adalah Kulturkreise (dalam bahasa Jerman “kulturkreise” artinya adalah lingkaran kebudayaan-kebudayaan, maksudnya adalah lingkaran di muka bumi yang mempunyai unsur-unsur kebudayaan yang sama). Metode klasifikasi unsur-unsur kebudayaan dari berbagai tempat di muka bumi ke dalam berbagai Kulturkreise itu diterangkan dalam bukunya yaitu Methode der Ethnologie (1911). Prosedur klasifikasinya yaitu : 1. Seorang peneleliti mula-mula harus melihat di tempat-tempat mana di muka bumi terdapat unsur-unsur kebudayaan yang sama. Misalnyadi 3 kebudayaan di tempat yang kita sebut A, B, dan c yang letaknya saling berjauhan, terdapat unsur-unsur kebudayaan a yang sama, maka unsur itu di A kita sebut a, di B kita sebut a', dan di C kita sebut a”. Kesadaran akan persamaan tadi dicapai dengan alasan perbandingan
  • 11. berupa ciri-ciri, atau kualitas, dari ketiga unsur tadi, dan disebut dengan Qualitats Kriterium. 2. Si peneliti kemudian harus melihat apakah di A ada unsur-unsur lain yang sama dengan unsur-unsur lain di B dan C, dan misalkan ada unsur b,c,d, dan e di A yang sama dengan b',c', d' dan e' di B, dan yang sama pula dengan unsur-unsur b”,c”,d” dan e” di C. Maka alasan pembandingan berupa suatu jumlah banyak (kuantitas) dari berbagai unsur kebudayaan tadi disebut Quantitats Kriterium. Tiap kelompok unsur-unsur yang sama tadi, yaitu (a b c d e), (a' b' c' d' e') dan (a” b” c “ d” e”), masing-masing disebut kultur komplex. 3. Akhirnya peneliti menggolongkan ketiga tempat itu, yaitu A, B, C, dimana terdapat ketiga kulturkomplex tadi, menjadi satu, seolah-olah memasukkan ketiga tempat di atas peta bumi itu ke dalam satu lingkaran. Ketiga tempat tadi menjadi satu kulturkreis. Dengan melanjutkan prosedur tersebut, maka di atas peta bumi akan tergambar berbagai Kulturkreise, yang saling bersimpang siur. Dengan demikian akan tampak gambaran persebaran atau difusi dari unsur-unsur kebudayaan di masa yang lampau. Dengan klasifikasi Kulturkreise itu direkonstruksi dengan kulturhistorie umat manusia, dan tampak kembali sejarah persebaran bangsa-bangsa di muka bumi. Dalam kenyataan, klasifikasi kulturkreis itu tidak mudah disusun karena banyak yang harus diperhatikan. Itulah sebabnya sampai sekarang belum ada ahli yang berhasil mengklasifikasikan semua kebudayaan di dunia itu kedalam berbagai kulturkreise tertentu. Karena itu juga kulturhistorie umat manusia juga belum pernah dapat direkontruksikan kembali. Celaan atas metode Klasifikasi Graebner ini memang ada, namun banyak juga sarjana yang menggunakannya lebih lanjut yaitu a.I. Schmidt dan pengikut-pengikutnya. 4. Mazhab Schmidt W. Schmidt menjadi terkenal dalam dunia antropologi sebagai seorang yang telah mengembangkan lebih lanjut metode klasifikasi kebudayaan-kebudayaan di dunia dalam Kulturkreise. Klasifikasi itu dicita-citakan untuk dilakukan secara besar-besaran, dengan tujuan untuk dapat melihat sejarah persebaran dan perkembangan kebudayaan atau Kulturhistorie dari seluruh umat manusia dimuka bumi ini. Untuk mengerjakan proyek
  • 12. raksasa yang dicita-citakannya itu, ia tentu memrlukan bahan keterangan yang luar biasa banyaknya, dari semua kebudayaan yang tersebar di dunia. Bahan ini harus diperolehnya dari karangan-karangan etnografi tulisan para peneliti di daerah, dan terutama ileh para pendeta dari Societas Verbi Divini. Bahan keterangan itu kemudian dikumpulkan, diteliti, dikupas, untuk disusun oleh schmidt berdasarkan metode klasifikasi Kulturkreise. W. Schmidt juga terkenal dalam kalangan ilmu antropologi karena penelitian-penelitiannya mengenai bentuk religi yang tertua. Ia berpendirian bahwa keyakinan akan adanya satu Tuhan bukanlah suatu perkembangan yang termuda dalam sejarah kebudayaan manusia.Religi yang bersifat monotheisme itu malahn adalah bentuk yang amat sangat tua. Sebelumnya, ada sarjana lain yang memilki pendapat seperti itu, yaitu A. Lang. Dia yakin bahwa agama berasal dari titah Tuhan yang diturunkan kepada makhluk manusia waktu ia mula-mula muncul di muka bumi. Oleh karena itulah adanya tanda-tanda dari suatu keyakinan kepada dewa pencipta, justru pada bangsa-bangsa yang paling rendah tingkat kebudayaannya (yaitu yang menurut Schmidt paling tua), memperkuat anggapannya tentang adanya Titah Tuhan asli, atau Uroffenberung itu. Dengan demikian keyakinan yang asli dan bersih kepada Tuhan (keyakian Urmonotheismu) itu malah ada pada bangsa-bangsa yang tua, yang hidup dalam zaman ketika kebudayaan manusia masih rendah. Dalam zaman kemudian, waktu kebudayaan semakin bertambah maju, keyakian asli terhadap tuhan semakin kabur, kebutuhan manusia semkain banyak, maka keyakinan asli itu menjadi makin terdesak oleh pemujaan kepada makhluk-makhluk halus, ruh-ruh, dewa-dewa dsb. 5. Teori Difusi Rivers W.H.R. Rivers (1864-1922), mengembangkan suatu metode wawancara yang baru, yang menyebabkan bahwa ia berhasil mengumpulkan banyak bahan, terutama mengenai sistem kemasyarakatan suku-suku bangsa yang tinggal di daerah (penelitiannya terhadap masyarakat Selat Torres). Metode yang oleh Rivers kemudian diuraiakn dala karangan berjudul A Genealogical Method of Antropoligical inquiry (1910) itu terbukti merupakan suatu metode yang kemudian akan menadi metode pokok dalam sebagian besar penelitian antropologi yang berdasarkan Field work. Metode yang digunakannya sebenarnya adalah suatu metode wawancara yang akan saya uraikan dengan singkat di bawah ini .
  • 13. Apabila seorang peneliti datang kepada suatu masyarakat maka sebagian besar dari bahan keterangannya akan diperoleh dari seorang informan, dengan berbagai macam metode wawancara. Rivers mengalami bahwa banyak bahan keterangan mengenai kehidupan sesuatu masyarakat dapat dianalisa dari daftar-daftar asal usul, atau genealogi dari para informan itu. Dengan demikian, seorang penelitia harus mengumpulkan sebanyak mungkin daftar asal-usul dari individu-individu dalam masyarakat obyek penelitiannya itu. Dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai kaum kerabat dan nenek moyang para individu tadi sebagai pangkal, seorang peneliti dapat menembangkan suatu wawancara yang luas sekali, mengenai bermacam-macam peristiwa yang menyangkut kaum kerabat dan nenek moyang tadi, dengan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat konkret. Metode ini sekarang terkenal dengan nama metode genealogi, atau genealogical method dan merupakan alat utama bagi tiap peneliti antropologi yang akan melakukan field work di daerah.” (koentjoroningrat 1977:hlm 182- 189) 6. Teori Difusi Elliot Smith dan Perry G. Elliot smith (1871-1937) dan W.J. Perry (1887-1949) adalah seorang ahli antropologi dari Inggris. Mereka mengungkapkan bahwa dalam sejarah kebudayaan dunia pada zaman purbakala pernah terjadi suatu peristiwa difusi yang besar yang berpangakal dari Mesir, yang bergerak ke Timur dan yang meliputi jarak yang sangat jauth, yaitu ke daerah-daerah di sekitar Lautan tengah, ke Afrika, ke India, ke Indonesia, ke Polinesia, dan ke Amerika. Teori itu kemudian sering disebut Heliolithic Theory, karena menurut Elliot Smith dan Perry unsur-unsur penting dari kebudayaan Mesir kuno yang bersebar ke daerah luas tersebut diatas itu tampak pada bangunan-bangunan batu besar, atau megalith, dan juga pada suatu komplex unsur-unsur keagamaan yang berpusat pada penyembahan matahari, atau helios. Teori Heliostik tersebut kemudaian diperguanakan dalam suatu penelitian besar oleh W.J. Perry yang mencoba mencari dengan teliti jalan-jalan difusi kebudayaan Heliostik, unsur-unsur kebudayaan yang tersangkut dalam gerak persebaran itu, serta sebab-sebab dari difusi.Dalam persebarannya dari Mesir ke arah timur sampai ke Amerika Tengah dan selatan itu, Perry membukukan hasil penelitiannya dalam buku yang berjudul The Childern of the sun (1923).
  • 14. Namun kemudian, teori Heliostik mendapat banyak kecaman. Salah satu kecaman tersebut datang dari seorang yang bernama R.H. Lowie (antropologi Amerika) yang menyatakan bahwa bahwa teori Heliostik itu merupakan teori difusi yang ekstrim, yang tidak sesuai dengan kenyataan, baik dipandang dari sudut hasil-hasil penggalian-penggalian ilmu prehistori, maupun dari sudut konsep-konsep tentang proses difusi dan pertukara unsur-unsur kebudayaan antara bangsa-bangsa yang telah diterima dalam kalngan ilmu antropologi waktu itu. Pada masa sekarang teori Heliostik itu hanya bisa kita pandang sebagai suatu conth saja dari salah suatu cara yang pernah digunakan oleh para ahli persamaan-persamaan unsur-unsur kebudayaan di berbagai tempat di dunia. Teori difusionisme ini memiliki kelebihan yang patut menjadi catatan dalam kajian antropologi. Teori difusi memiliki kelebihan karena merupakan pandangan awal yang menyatakan bahwa kebudayaan yang ada merupakan sebaran dari kebudayaan lainnya. Di samping itu, dari sini terdapat cara pandang baru yang meletakkan dinamika dan perkembangan kebudayaan tidak hanya dalam bentang waktu saja, tetapi juga dalam bentang ruang, sebagaimana yang diperlihatkan oleh Perry dan Smith dalam pemikirannnya. Kelebihan lainnya adalah para pengusung teori ini telah menggunakan analisis komparatif yang berlandaskan pada standar kualitas dan kuantitas dalam menentukan wilayah persebaran kebudayaan sebagaimana yang yang mereka yakini. Kelebihan lainnya adalah para penyokong teori ini sangat memperhatikan setiap detail catatan mengenai kebudayaan sehingga mereka mendapatkan beragam hubungan atau keterkaitan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan lainnya. Dan kelebihan yang terpenting dari teori ini adalah penekanan mereka pada penelitian lapangan untuk mendapatkan data yang lebih dan akurat, sebagaimana yang diperlihatkan oleh Boas yang kemudian diikuti oleh para murid yang menjadi pengikutnya selanjutnya. Teori difusionisme tidak lepas pula dari beragam kelemahan atau kekurangan. Secara umum, teori difusi kebudayaan memiliki kelemahan dari sisi data karena tidak memilki dukungan data yang cukup dan akurat dan pengumpulan data tidak dilakukan melalui prosedur dan metode penelitian yang jelas. Hal ini misalnya tampak pada kesimpulan teori ini yang mengatakan bahwa peradaban-peradaban kuno di bumi sebenarnya berasal dari orang-orang Mesir. Hal ini memperlihatkan pandangan para pengusungnya yang sangat Mesir- Sentris hanya karena kekaguman mereka dan keterpesonaan mereka dengan kebudayaan negeri Fir’aun ini setelah lama melakukan penelitian di tempat ini.
  • 15. Kelemahan lain yang ada dalam teori ini adalah terletak pada metode yang mereka gunakan dalam melakukan penelitian yang tidak memperbandingkan kebudayaan-kebudayaan yang saling berdekatan. Dalam penelitiannya, para pengusung teori ini hanya melakukannya berdasarkan pada ketersediaan data yang ada saja karena pada kenyataannya untuk sampai pada sebuah kesimpulan sebagaimana di atas mereka tidak pernah melakukan penelitian lapangan yang menjadi tuntutan untuk mengemukakan sebuah pernyataan yang berujung pada pembentukan teori. Kelemahan lainnya yang terdapat dalam teori ini adalah karena keterikatan mereka dengan catatan sejarah sebagai bagian dari model teori yang mereka gunakan. Akibatnya, tidak semua sejarah yang berkaitan dengan suku-suku tertentu dapat diungkapkan karena beragam sebab yang diantaranya karena belum adanya peneliti yang melakukan kajian terhadap suku tersebut. Hal ini sebagaimana yang dikritik oleh Malinowski dan Brown yang melakukan penelitian sejarah terhadap suku yang masih sederhana di kalangan orang Andaman. Tetapi karena keterbatasan data yang menerangkan mengenai keberadaan mereka, maka penelitian dengan menggunakan teori difusi sebagaimana yang dikemukakan oleh Boas dan kawan-kawannya. Difusionisme Populer khususnya di Inggris dan Jerman pada awal abad kedua puluh, paradigma ini berupaya menjelaskan kesaman-kesaman diantara bebagai kebudayaan. Kesamaan tersebut terjadi karena adanya kontak-kontak kebudayaan. Difusi adalah proses historis dari perubahan kebudayaan melalui transmisi lintas-budaya dari objek-objek materi dan perilaku dan keyakinan yang dipelajari. Difusionis Eropa terkemuka adalah Fritz Graebner (1911) dan Wilhelm Schmidt (1939). Di Amerika Serikat, paradigma ini mengekspresikan dirinya melalui konsep “daerah kebudayaan” dan tampak secara mencolok dalam karya Clark Wissler (1917) dan Alfred Kroeber (1939). Namun, semenjak pertengahan abad ke-20 difusionisme tak lagi memiliki pendukung yang signifikan. Gejala persebaran unsur-unsur kebudayaan merupakan sebuah sejarah perkembangan peradaban manusia yang secara evolutif bergerak dengan tingkatnya masing-masing. Perbedaan tingkat maupun pola interaksi yang terjadi adalah pola umum yang dapat ditemui pada semua kelompok masyarakat. F. Ratzel (1844-1904) seorang sarjana ilmu hayat, mempelajari berbagai bentuk senjata busur di berbagai tempat di Afrika. Ia banyak menemukan persamaan bentuk pada busur-busur tersebut pada berbagai tempat di Afrika.
  • 16. Begitu pula dengan unsur kebudayaan lainnya, seperti rumah, topeng, dan pakaian. Temuan tersebut mengarahkannnya untuk menarik kesimpulan bahwa pada waktuyang lampau terjalin hubungan antara suku-suku bangsa yang mendiami tempat tersebut. Fenomena kesamaan unsur-unsur kebudayaan tersebut melahirkan anggapan dasar yang menurut Koentjaraningrat bahwa kebudayaan manusia berasal dari satu pangkal dan berada di suatu tempat tertentu. Unsur inilah yang kemudian berkembang dan menyebar ke tempat lain dan kelompok masyarakat lainnya. Dengan demikian konsep ini menyiratkan bahwa sejarah kebudayaan manusia diawali dengan sebuah kebudayaan awal sebagai pusat atau intidari sejarah perkembangan kebudayaan manusia. Kebudayaan inti (induk) tersebut berkembang dan menyebar, kemudian melahirkan bentuk (unsur)baru karena pengaruh lingkungan dan waktu. Oleh karena itu, tugas terpenting dari ilmu etnologi adalah mencari kembali sejarah gerak perpindahan bangsa-bangsa itu.
  • 17. Bab III PENUTUP KESIMPULAN Difusionisme menekankan pada pengaruh masyarakat individual saling bergantung dan meyakini, bahwa perubahan sosial terjadi karena sebuah masyarakat menyerap berbagai ciri budaya dari masyarakat lain.. Proses difusi (diffusion) adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan ke seluruh dunia. Difusi merupakan salah satu objek ilmu penelitian antropologi, terutama sub-ilmu antropologi diakronik. Proses difusi tidak hanya dilihat dari sudut bergeraknya unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat ke tempat lain di muka bumi saja, tetapi terutama sebagai proses di mana unsur kebudayaan dibawa oleh individu dari suatu kebudayaan, dan harus diterima oleh individu-individu dari kebudayaan lain. Bangsa yang terjadi dan hidup sampai sekarang merupakan akibat dari perpindahan dan penyebaran kebudayaan dari pangkalnya. Hal tersebut juga di dukung dengan kondisi geografis negara-negara tersebut yang mana lama-kelamaan persebaran tersebut terjadi. Salah satu contohnya ialah kebudayaan masyarakat Indonesia memiliki kesamaan terhadap kebudayaan masyarakat di Filipina. Itu menandakan bahwa ada persebaran kebudayaan yang telah dijelaskan oleh F. Graebner.
  • 18. DAFTAR PUSTAKA Koentjaraningrat. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: Gramedia, 1987 http://wakuadratn.wordpress.com/tag/pengertian-difusi/