SlideShare a Scribd company logo
1 of 49
Download to read offline
Penelitian
Penelitian
Dengan Subyek Tunggal
Dengan Subyek Tunggal
TJUTJU SOENDARI
Penelitian Dengan Subyek Tunggal
Penelitian Dengan Subyek Tunggal
Adalah penelitian eksperimen yang
Adalah penelitian eksperimen yang
dilaksanakan untuk mengetahui
dilaksanakan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh dari suatu
seberapa besar pengaruh dari suatu
perlakuan (
perlakuan (treatment
treatment) yang diberikan
) yang diberikan
kepada subyek secara berulang
kepada subyek secara berulang-
-ulang
ulang
dalam waktu tertentu.
dalam waktu tertentu.
( Tawney and Gas, 1984)
( Tawney and Gas, 1984)
Penelitian Dengan Subyek Tunggal
Penelitian Dengan Subyek Tunggal
Adalah penelitian eksperimen yang
Adalah penelitian eksperimen yang
dilaksanakan untuk mengetahui
dilaksanakan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh dari suatu
seberapa besar pengaruh dari suatu
perlakuan (
perlakuan (treatment
treatment) yang diberikan
) yang diberikan
kepada subyek secara berulang
kepada subyek secara berulang-
-ulang
ulang
dalam waktu tertentu.
dalam waktu tertentu.
( Tawney and Gas, 1984)
( Tawney and Gas, 1984)
Penelitian
Penelitian
Dengan Subyek Tunggal
Dengan Subyek Tunggal
•
• Bagian yang tidak terpisahkan dari analisis
Bagian yang tidak terpisahkan dari analisis
tingkah laku
tingkah laku
•
• Strategi penelitian yang dikembangkan untuk
Strategi penelitian yang dikembangkan untuk
mendokumentasikan perubahan tingkah laku
mendokumentasikan perubahan tingkah laku
subyek secara individual.
subyek secara individual.
Penelitian
Penelitian
Dengan Subyek Tunggal
Dengan Subyek Tunggal
•
• Bagian yang tidak terpisahkan dari analisis
Bagian yang tidak terpisahkan dari analisis
tingkah laku
tingkah laku
•
• Strategi penelitian yang dikembangkan untuk
Strategi penelitian yang dikembangkan untuk
mendokumentasikan perubahan tingkah laku
mendokumentasikan perubahan tingkah laku
subyek secara individual.
subyek secara individual.
Apakah Perilaku itu?
Apakah Perilaku itu?
•
• Peristilahan: aktivitas, aksi, kinerja, respon, dan reaksi
Peristilahan: aktivitas, aksi, kinerja, respon, dan reaksi
•
• Sesuatu yang dikatakan atau dilakukan oleh seseorang
Sesuatu yang dikatakan atau dilakukan oleh seseorang
(Marthin & Pear,1999:3)
(Marthin & Pear,1999:3)
•
• Tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan
Tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan
atau lingkungan
atau lingkungan
•
• Perilaku yang teramati secara langsung (overt) dan
Perilaku yang teramati secara langsung (overt) dan
perilaku yang tidak dapat diamati secara langsung
perilaku yang tidak dapat diamati secara langsung
(covert)
(covert) 
 dapat diubah dengan teknik
dapat diubah dengan teknik-
-teknik modifikasi
teknik modifikasi
perilaku
perilaku
•
• Peristilahan: aktivitas, aksi, kinerja, respon, dan reaksi
Peristilahan: aktivitas, aksi, kinerja, respon, dan reaksi
•
• Sesuatu yang dikatakan atau dilakukan oleh seseorang
Sesuatu yang dikatakan atau dilakukan oleh seseorang
(Marthin & Pear,1999:3)
(Marthin & Pear,1999:3)
•
• Tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan
Tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan
atau lingkungan
atau lingkungan
•
• Perilaku yang teramati secara langsung (overt) dan
Perilaku yang teramati secara langsung (overt) dan
perilaku yang tidak dapat diamati secara langsung
perilaku yang tidak dapat diamati secara langsung
(covert)
(covert) 
 dapat diubah dengan teknik
dapat diubah dengan teknik-
-teknik modifikasi
teknik modifikasi
perilaku
perilaku
•
• Dalam penelitian SSR dikenal istilah “target
Dalam penelitian SSR dikenal istilah “target
behavior”
behavior”
•
• Istilah target behavior untuk penelitian dalam
Istilah target behavior untuk penelitian dalam
modifikasi perilaku mencakup pikiran perasaan
modifikasi perilaku mencakup pikiran perasaan
atau perbuatan yang dapat dicatat dan diukur
atau perbuatan yang dapat dicatat dan diukur
•
• Oleh karena itu, domain kognitif, psikomotor,
Oleh karena itu, domain kognitif, psikomotor,
dan afektif dalam taksonomi Bloom dapat
dan afektif dalam taksonomi Bloom dapat
dijadikan target behavior
dijadikan target behavior
•
• Dalam penelitian SSR dikenal istilah “target
Dalam penelitian SSR dikenal istilah “target
behavior”
behavior”
•
• Istilah target behavior untuk penelitian dalam
Istilah target behavior untuk penelitian dalam
modifikasi perilaku mencakup pikiran perasaan
modifikasi perilaku mencakup pikiran perasaan
atau perbuatan yang dapat dicatat dan diukur
atau perbuatan yang dapat dicatat dan diukur
•
• Oleh karena itu, domain kognitif, psikomotor,
Oleh karena itu, domain kognitif, psikomotor,
dan afektif dalam taksonomi Bloom dapat
dan afektif dalam taksonomi Bloom dapat
dijadikan target behavior
dijadikan target behavior
Karakteristik Modifikasi Perilaku
Karakteristik Modifikasi Perilaku
•
• Perilaku yang akan dimodifikasi didefinisikan dalam bentuk perilaku
Perilaku yang akan dimodifikasi didefinisikan dalam bentuk perilaku
yang teramati dan terukur (behavioral objective)
yang teramati dan terukur (behavioral objective)
•
• Prosedur dan teknik intervensi yang dipilih diarahkan untuk
Prosedur dan teknik intervensi yang dipilih diarahkan untuk
mengubah lingkungan agar mencapai perilaku yang diharapkan
mengubah lingkungan agar mencapai perilaku yang diharapkan
•
• Lingkungan adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi
Lingkungan adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi
perilaku seseorang (berupa benda,kejadian,manusia)
perilaku seseorang (berupa benda,kejadian,manusia)
•
• Teknik modifikasi perilaku yang digunakan dapat diterapkan pada
Teknik modifikasi perilaku yang digunakan dapat diterapkan pada
lingkungan kehidupan sehari
lingkungan kehidupan sehari-
-hari (oleh banyak orang)
hari (oleh banyak orang)
•
• Berdasar pada prinsip psikologi belajar dan mengacu pada
Berdasar pada prinsip psikologi belajar dan mengacu pada
respondent conditioning dan operant conditioning
respondent conditioning dan operant conditioning
•
• Berdasar pada pengetahuan ilmiah dan semua orang yang terkait
Berdasar pada pengetahuan ilmiah dan semua orang yang terkait
dalam program modifikasi perilaku mempunyai tanggung jawab
dalam program modifikasi perilaku mempunyai tanggung jawab
yang sama
yang sama
•
• Perilaku yang akan dimodifikasi didefinisikan dalam bentuk perilaku
Perilaku yang akan dimodifikasi didefinisikan dalam bentuk perilaku
yang teramati dan terukur (behavioral objective)
yang teramati dan terukur (behavioral objective)
•
• Prosedur dan teknik intervensi yang dipilih diarahkan untuk
Prosedur dan teknik intervensi yang dipilih diarahkan untuk
mengubah lingkungan agar mencapai perilaku yang diharapkan
mengubah lingkungan agar mencapai perilaku yang diharapkan
•
• Lingkungan adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi
Lingkungan adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi
perilaku seseorang (berupa benda,kejadian,manusia)
perilaku seseorang (berupa benda,kejadian,manusia)
•
• Teknik modifikasi perilaku yang digunakan dapat diterapkan pada
Teknik modifikasi perilaku yang digunakan dapat diterapkan pada
lingkungan kehidupan sehari
lingkungan kehidupan sehari-
-hari (oleh banyak orang)
hari (oleh banyak orang)
•
• Berdasar pada prinsip psikologi belajar dan mengacu pada
Berdasar pada prinsip psikologi belajar dan mengacu pada
respondent conditioning dan operant conditioning
respondent conditioning dan operant conditioning
•
• Berdasar pada pengetahuan ilmiah dan semua orang yang terkait
Berdasar pada pengetahuan ilmiah dan semua orang yang terkait
dalam program modifikasi perilaku mempunyai tanggung jawab
dalam program modifikasi perilaku mempunyai tanggung jawab
yang sama
yang sama
Kegiatan Utama
Kegiatan Utama
Proses Modifikasi Perilaku
Proses Modifikasi Perilaku
•
• Mengidentifikasi masalah dan mendefinisikan dalam
Mengidentifikasi masalah dan mendefinisikan dalam
bentuk perilaku yang teramati & terukur (behavioral
bentuk perilaku yang teramati & terukur (behavioral
objective)
objective) 
 target behavior (perilaku sasaran) atau
target behavior (perilaku sasaran) atau
perilaku yang akan diubah atau variabel terikat
perilaku yang akan diubah atau variabel terikat
•
• Menentukan level perilaku yang akan diubah sebelum
Menentukan level perilaku yang akan diubah sebelum
memberikan intervensi (base line)
memberikan intervensi (base line)
•
• Memberikan intervensi
Memberikan intervensi
•
• Menindak lanjuti untuk mengevaluasi apakah perubahan
Menindak lanjuti untuk mengevaluasi apakah perubahan
perilaku yang terjadi menetap atau bersifat sementara
perilaku yang terjadi menetap atau bersifat sementara
•
• Mengidentifikasi masalah dan mendefinisikan dalam
Mengidentifikasi masalah dan mendefinisikan dalam
bentuk perilaku yang teramati & terukur (behavioral
bentuk perilaku yang teramati & terukur (behavioral
objective)
objective) 
 target behavior (perilaku sasaran) atau
target behavior (perilaku sasaran) atau
perilaku yang akan diubah atau variabel terikat
perilaku yang akan diubah atau variabel terikat
•
• Menentukan level perilaku yang akan diubah sebelum
Menentukan level perilaku yang akan diubah sebelum
memberikan intervensi (base line)
memberikan intervensi (base line)
•
• Memberikan intervensi
Memberikan intervensi
•
• Menindak lanjuti untuk mengevaluasi apakah perubahan
Menindak lanjuti untuk mengevaluasi apakah perubahan
perilaku yang terjadi menetap atau bersifat sementara
perilaku yang terjadi menetap atau bersifat sementara
Jenis Ukuran Target Behavior
Jenis Ukuran Target Behavior
•
• Frekuensi, Presentase, Rate, Durasi, Latensi, Magnitude
Frekuensi, Presentase, Rate, Durasi, Latensi, Magnitude
& Trial
& Trial
•
• Frekuensi = number
Frekuensi = number
 menunjukkan berapa kali suatu
menunjukkan berapa kali suatu
peristiwa terjadi pada periode waktu tertentu
peristiwa terjadi pada periode waktu tertentu 
 Contoh
Contoh
•
• Berapa kali anak autis melakukan kontak mata kepada
Berapa kali anak autis melakukan kontak mata kepada
teman sekelasnya setiap lima menit selama belajar di
teman sekelasnya setiap lima menit selama belajar di
kelas
kelas
•
• Berapa jumlah kosakata yang dibaca dengan benar
Berapa jumlah kosakata yang dibaca dengan benar
selama 10 menit
selama 10 menit
•
• Berapa jumlah kosakata yang diucapkan ATGR selama
Berapa jumlah kosakata yang diucapkan ATGR selama
kegiatan makan bersama dalam periode waktu 15 menit
kegiatan makan bersama dalam periode waktu 15 menit
•
• Frekuensi, Presentase, Rate, Durasi, Latensi, Magnitude
Frekuensi, Presentase, Rate, Durasi, Latensi, Magnitude
& Trial
& Trial
•
• Frekuensi = number
Frekuensi = number
 menunjukkan berapa kali suatu
menunjukkan berapa kali suatu
peristiwa terjadi pada periode waktu tertentu
peristiwa terjadi pada periode waktu tertentu 
 Contoh
Contoh
•
• Berapa kali anak autis melakukan kontak mata kepada
Berapa kali anak autis melakukan kontak mata kepada
teman sekelasnya setiap lima menit selama belajar di
teman sekelasnya setiap lima menit selama belajar di
kelas
kelas
•
• Berapa jumlah kosakata yang dibaca dengan benar
Berapa jumlah kosakata yang dibaca dengan benar
selama 10 menit
selama 10 menit
•
• Berapa jumlah kosakata yang diucapkan ATGR selama
Berapa jumlah kosakata yang diucapkan ATGR selama
kegiatan makan bersama dalam periode waktu 15 menit
kegiatan makan bersama dalam periode waktu 15 menit
•
• Persentase = Persen
Persentase = Persen 
 satuan ukuran variabel terikat
satuan ukuran variabel terikat
yang sering digunakan peneliti untuk mengukur perilaku
yang sering digunakan peneliti untuk mengukur perilaku
akademik & sosial, yaitu jumlah terjadinya suatu
akademik & sosial, yaitu jumlah terjadinya suatu
perilaku/peristiwa dibandingkan dengan keseluruhan
perilaku/peristiwa dibandingkan dengan keseluruhan
kemungkinan terjadinya peristiwa tersebut kemudian
kemungkinan terjadinya peristiwa tersebut kemudian
dikalikan dgn 100%
dikalikan dgn 100%
 Contoh:
Contoh:
•
• Berapa persen siswa mampu menjawab soal
Berapa persen siswa mampu menjawab soal
penjumlahan dengan benar (correct response) dari 20
penjumlahan dengan benar (correct response) dari 20
soal yang diberikan dalam waktu tertentu (60 menit)
soal yang diberikan dalam waktu tertentu (60 menit)
•
• Jika siswa mampu menjawab 15 soal dengan benar
Jika siswa mampu menjawab 15 soal dengan benar
maka 15 dibagi 20 kali 100% sama dgn 75%
maka 15 dibagi 20 kali 100% sama dgn 75%
•
• Persentase = Persen
Persentase = Persen 
 satuan ukuran variabel terikat
satuan ukuran variabel terikat
yang sering digunakan peneliti untuk mengukur perilaku
yang sering digunakan peneliti untuk mengukur perilaku
akademik & sosial, yaitu jumlah terjadinya suatu
akademik & sosial, yaitu jumlah terjadinya suatu
perilaku/peristiwa dibandingkan dengan keseluruhan
perilaku/peristiwa dibandingkan dengan keseluruhan
kemungkinan terjadinya peristiwa tersebut kemudian
kemungkinan terjadinya peristiwa tersebut kemudian
dikalikan dgn 100%
dikalikan dgn 100%
 Contoh:
Contoh:
•
• Berapa persen siswa mampu menjawab soal
Berapa persen siswa mampu menjawab soal
penjumlahan dengan benar (correct response) dari 20
penjumlahan dengan benar (correct response) dari 20
soal yang diberikan dalam waktu tertentu (60 menit)
soal yang diberikan dalam waktu tertentu (60 menit)
•
• Jika siswa mampu menjawab 15 soal dengan benar
Jika siswa mampu menjawab 15 soal dengan benar
maka 15 dibagi 20 kali 100% sama dgn 75%
maka 15 dibagi 20 kali 100% sama dgn 75%
•
• Rate hampir sama dengan frekuensi, yaitu bilangan yang menunjukkan
Rate hampir sama dengan frekuensi, yaitu bilangan yang menunjukkan
banyaknya suatu kejadian dalam suatu periode waktu tertentu.
banyaknya suatu kejadian dalam suatu periode waktu tertentu.
•
• Digunakan jika pengukuran dilakukan pada periode waktu yang
Digunakan jika pengukuran dilakukan pada periode waktu yang
berbeda
berbeda-
-beda. Mis.seorang peneliti mengamati terjadinya perilaku
beda. Mis.seorang peneliti mengamati terjadinya perilaku
stereotipe (menggosok
stereotipe (menggosok-
-gosok mata) pada ATN pada hari kesatu selama
gosok mata) pada ATN pada hari kesatu selama
10 menit, hari kedua selama 7 menit, dan hari ketiga selama 8 menit.
10 menit, hari kedua selama 7 menit, dan hari ketiga selama 8 menit.
Adapun terjadinya perilaku stereotipe tersebut selama 3 harimasing
Adapun terjadinya perilaku stereotipe tersebut selama 3 harimasing-
-
masing adalah 5,2,3 kali. Dengan demikian rate perilaku stereotipe ATN
masing adalah 5,2,3 kali. Dengan demikian rate perilaku stereotipe ATN
tsb adalah 10 dibagi 25 = 0,4 kali/menit.
tsb adalah 10 dibagi 25 = 0,4 kali/menit.
•
• Perbedaan antara rate dgn frekuensi adalah pada cara menyajikan
Perbedaan antara rate dgn frekuensi adalah pada cara menyajikan
datanya. Rate ditampilkan dalam bentuk banyaknya respon/kejadian
datanya. Rate ditampilkan dalam bentuk banyaknya respon/kejadian
pada setiap menit atau jam (satuan waktu), sedangkan data frekuensi
pada setiap menit atau jam (satuan waktu), sedangkan data frekuensi
biasanya disajikan dalam bentuk banyaknya respon atau kejadian dalam
biasanya disajikan dalam bentuk banyaknya respon atau kejadian dalam
total waktu tertentu.
total waktu tertentu.
•
• Rate cocok digunakan jika peneliti ingin mengetahui seberapa sering
Rate cocok digunakan jika peneliti ingin mengetahui seberapa sering
suatu kejadian itu terjadi
suatu kejadian itu terjadi 
 akan sangat berguna jika intervensinya
akan sangat berguna jika intervensinya
ditujukan pada perilaku akademik dan sosial
ditujukan pada perilaku akademik dan sosial
 Contoh:
Contoh:
•
• Judi 7 kali ke toilet /jam; Ali menyelesaikan 3 soal matematika/menit;
Judi 7 kali ke toilet /jam; Ali menyelesaikan 3 soal matematika/menit;
Joko melakukan tantrum 8 kali seminggu
Joko melakukan tantrum 8 kali seminggu
•
• Rate hampir sama dengan frekuensi, yaitu bilangan yang menunjukkan
Rate hampir sama dengan frekuensi, yaitu bilangan yang menunjukkan
banyaknya suatu kejadian dalam suatu periode waktu tertentu.
banyaknya suatu kejadian dalam suatu periode waktu tertentu.
•
• Digunakan jika pengukuran dilakukan pada periode waktu yang
Digunakan jika pengukuran dilakukan pada periode waktu yang
berbeda
berbeda-
-beda. Mis.seorang peneliti mengamati terjadinya perilaku
beda. Mis.seorang peneliti mengamati terjadinya perilaku
stereotipe (menggosok
stereotipe (menggosok-
-gosok mata) pada ATN pada hari kesatu selama
gosok mata) pada ATN pada hari kesatu selama
10 menit, hari kedua selama 7 menit, dan hari ketiga selama 8 menit.
10 menit, hari kedua selama 7 menit, dan hari ketiga selama 8 menit.
Adapun terjadinya perilaku stereotipe tersebut selama 3 harimasing
Adapun terjadinya perilaku stereotipe tersebut selama 3 harimasing-
-
masing adalah 5,2,3 kali. Dengan demikian rate perilaku stereotipe ATN
masing adalah 5,2,3 kali. Dengan demikian rate perilaku stereotipe ATN
tsb adalah 10 dibagi 25 = 0,4 kali/menit.
tsb adalah 10 dibagi 25 = 0,4 kali/menit.
•
• Perbedaan antara rate dgn frekuensi adalah pada cara menyajikan
Perbedaan antara rate dgn frekuensi adalah pada cara menyajikan
datanya. Rate ditampilkan dalam bentuk banyaknya respon/kejadian
datanya. Rate ditampilkan dalam bentuk banyaknya respon/kejadian
pada setiap menit atau jam (satuan waktu), sedangkan data frekuensi
pada setiap menit atau jam (satuan waktu), sedangkan data frekuensi
biasanya disajikan dalam bentuk banyaknya respon atau kejadian dalam
biasanya disajikan dalam bentuk banyaknya respon atau kejadian dalam
total waktu tertentu.
total waktu tertentu.
•
• Rate cocok digunakan jika peneliti ingin mengetahui seberapa sering
Rate cocok digunakan jika peneliti ingin mengetahui seberapa sering
suatu kejadian itu terjadi
suatu kejadian itu terjadi 
 akan sangat berguna jika intervensinya
akan sangat berguna jika intervensinya
ditujukan pada perilaku akademik dan sosial
ditujukan pada perilaku akademik dan sosial
 Contoh:
Contoh:
•
• Judi 7 kali ke toilet /jam; Ali menyelesaikan 3 soal matematika/menit;
Judi 7 kali ke toilet /jam; Ali menyelesaikan 3 soal matematika/menit;
Joko melakukan tantrum 8 kali seminggu
Joko melakukan tantrum 8 kali seminggu
•
• Durasi
Durasi
 berguna untuk mengetahui
berguna untuk mengetahui
berapa lama suatu kejadian/menunjukkan
berapa lama suatu kejadian/menunjukkan
berapa lama waktu seseorang melakukan
berapa lama waktu seseorang melakukan
suatu perilaku (on task)
suatu perilaku (on task)
Contoh:
Contoh:
•
• Badu duduk di bangku selama 30 menit;
Badu duduk di bangku selama 30 menit;
Ali mengerjakan soal matematika 20
Ali mengerjakan soal matematika 20
menit; Joko melakukan tantrum selama 45
menit; Joko melakukan tantrum selama 45
menit
menit
•
• Durasi
Durasi
 berguna untuk mengetahui
berguna untuk mengetahui
berapa lama suatu kejadian/menunjukkan
berapa lama suatu kejadian/menunjukkan
berapa lama waktu seseorang melakukan
berapa lama waktu seseorang melakukan
suatu perilaku (on task)
suatu perilaku (on task)
Contoh:
Contoh:
•
• Badu duduk di bangku selama 30 menit;
Badu duduk di bangku selama 30 menit;
Ali mengerjakan soal matematika 20
Ali mengerjakan soal matematika 20
menit; Joko melakukan tantrum selama 45
menit; Joko melakukan tantrum selama 45
menit
menit
•
• Latensi
Latensi 
 menunjukkan waktu yang
menunjukkan waktu yang
diperlukan seseorang untuk melakukan
diperlukan seseorang untuk melakukan
perilaku tertentu (behavior) setelah
perilaku tertentu (behavior) setelah
mendapatkan stimulus
mendapatkan stimulus
 Contoh
Contoh
•
• Berapa menit Ani berhenti melakukan
Berapa menit Ani berhenti melakukan
tantrum setelah gurunya meminta dia
tantrum setelah gurunya meminta dia
untuk berhenti dengan mengatakan “Ani
untuk berhenti dengan mengatakan “Ani
jangan marah, mari kita bermain!”
jangan marah, mari kita bermain!”
•
• Latensi
Latensi 
 menunjukkan waktu yang
menunjukkan waktu yang
diperlukan seseorang untuk melakukan
diperlukan seseorang untuk melakukan
perilaku tertentu (behavior) setelah
perilaku tertentu (behavior) setelah
mendapatkan stimulus
mendapatkan stimulus
 Contoh
Contoh
•
• Berapa menit Ani berhenti melakukan
Berapa menit Ani berhenti melakukan
tantrum setelah gurunya meminta dia
tantrum setelah gurunya meminta dia
untuk berhenti dengan mengatakan “Ani
untuk berhenti dengan mengatakan “Ani
jangan marah, mari kita bermain!”
jangan marah, mari kita bermain!”
•
• Magnitude
Magnitude 
 merupakan satuan ukuran
merupakan satuan ukuran
yang menunjukkan kualitas suatu respon.
yang menunjukkan kualitas suatu respon.
•
• Respon adalah suatu kegiatan tertentu
Respon adalah suatu kegiatan tertentu
yang dapat diukur kualitasnya dgn satuan
yang dapat diukur kualitasnya dgn satuan
tertentu baik menggunakan alat ukur
tertentu baik menggunakan alat ukur
tertentu maupun tidak
tertentu maupun tidak
 Contoh
Contoh
•
• Berat badan Tono 45 kg; Tinggi badan
Berat badan Tono 45 kg; Tinggi badan
Rina 160 cm
Rina 160 cm
•
• Magnitude
Magnitude 
 merupakan satuan ukuran
merupakan satuan ukuran
yang menunjukkan kualitas suatu respon.
yang menunjukkan kualitas suatu respon.
•
• Respon adalah suatu kegiatan tertentu
Respon adalah suatu kegiatan tertentu
yang dapat diukur kualitasnya dgn satuan
yang dapat diukur kualitasnya dgn satuan
tertentu baik menggunakan alat ukur
tertentu baik menggunakan alat ukur
tertentu maupun tidak
tertentu maupun tidak
 Contoh
Contoh
•
• Berat badan Tono 45 kg; Tinggi badan
Berat badan Tono 45 kg; Tinggi badan
Rina 160 cm
Rina 160 cm
•
• Trial
Trial 
 merupakan ukuran variabel terikat yang
merupakan ukuran variabel terikat yang
menunjukkan banyaknya kegiatan (trial) untuk mencapai
menunjukkan banyaknya kegiatan (trial) untuk mencapai
suatu kriteria yang telah ditentukan.
suatu kriteria yang telah ditentukan.
•
• Jenis ukuran ini cocok untuk digunakan pada penelitian
Jenis ukuran ini cocok untuk digunakan pada penelitian
yang intervensinya merupakan pengajaran praktek atau
yang intervensinya merupakan pengajaran praktek atau
mengikuti suatu kriteria tertentu.
mengikuti suatu kriteria tertentu.
•
• Misalnya, Guru mengajarkan keterampilan koordinasi
Misalnya, Guru mengajarkan keterampilan koordinasi
mata dan tangan pada ATG untuk memasukan bola ke
mata dan tangan pada ATG untuk memasukan bola ke
dalam keranjang. Kriteria ketr.melempar bola dianggap
dalam keranjang. Kriteria ketr.melempar bola dianggap
berhasil jika dapat memasukkan bola dalam keranjang
berhasil jika dapat memasukkan bola dalam keranjang
sebanyak 10 kali.
sebanyak 10 kali.
•
• Toni dapat memasukan bola ke dalam keranjang 5 kali
Toni dapat memasukan bola ke dalam keranjang 5 kali
pada sesi satu, sesi ke
pada sesi satu, sesi ke-
-2,3, dan 4 masing
2,3, dan 4 masing-
-masing
masing
6,5,dan 10 kali, maka trial yang dicapai Toni adalah
6,5,dan 10 kali, maka trial yang dicapai Toni adalah
5,6,5, dan 10 masing
5,6,5, dan 10 masing-
-masing unbtuk sesi 1, 2, 3, dan 4
masing unbtuk sesi 1, 2, 3, dan 4
•
• Trial
Trial 
 merupakan ukuran variabel terikat yang
merupakan ukuran variabel terikat yang
menunjukkan banyaknya kegiatan (trial) untuk mencapai
menunjukkan banyaknya kegiatan (trial) untuk mencapai
suatu kriteria yang telah ditentukan.
suatu kriteria yang telah ditentukan.
•
• Jenis ukuran ini cocok untuk digunakan pada penelitian
Jenis ukuran ini cocok untuk digunakan pada penelitian
yang intervensinya merupakan pengajaran praktek atau
yang intervensinya merupakan pengajaran praktek atau
mengikuti suatu kriteria tertentu.
mengikuti suatu kriteria tertentu.
•
• Misalnya, Guru mengajarkan keterampilan koordinasi
Misalnya, Guru mengajarkan keterampilan koordinasi
mata dan tangan pada ATG untuk memasukan bola ke
mata dan tangan pada ATG untuk memasukan bola ke
dalam keranjang. Kriteria ketr.melempar bola dianggap
dalam keranjang. Kriteria ketr.melempar bola dianggap
berhasil jika dapat memasukkan bola dalam keranjang
berhasil jika dapat memasukkan bola dalam keranjang
sebanyak 10 kali.
sebanyak 10 kali.
•
• Toni dapat memasukan bola ke dalam keranjang 5 kali
Toni dapat memasukan bola ke dalam keranjang 5 kali
pada sesi satu, sesi ke
pada sesi satu, sesi ke-
-2,3, dan 4 masing
2,3, dan 4 masing-
-masing
masing
6,5,dan 10 kali, maka trial yang dicapai Toni adalah
6,5,dan 10 kali, maka trial yang dicapai Toni adalah
5,6,5, dan 10 masing
5,6,5, dan 10 masing-
-masing unbtuk sesi 1, 2, 3, dan 4
masing unbtuk sesi 1, 2, 3, dan 4
Sistem Pencatatan Data
Sistem Pencatatan Data
•
• Pencatatan Otomatis
Pencatatan Otomatis
 dgn menggunakan alat teknologi
dgn menggunakan alat teknologi
modern (sistem komputerisasi)
modern (sistem komputerisasi)
 hasilnya lebih akurat,
hasilnya lebih akurat,
tidak mengalami human eror, lebih singkat, dapat diolah
tidak mengalami human eror, lebih singkat, dapat diolah
dengan mudah
dengan mudah
 Contoh: detak jantung sbg parameter
Contoh: detak jantung sbg parameter
tingkat kecemasan, reaksi otot, & kekuatan otot
tingkat kecemasan, reaksi otot, & kekuatan otot
•
• Pencatatan dengan Produk Permanen
Pencatatan dengan Produk Permanen
 dilakukan thd
dilakukan thd
target behavior yang diahsilkan oleh subyek dimana
target behavior yang diahsilkan oleh subyek dimana
datanya secara langsung berada pada dokumen
datanya secara langsung berada pada dokumen
tersebut. Misalnya menjawab soal melalui LKS,
tersebut. Misalnya menjawab soal melalui LKS,
menyelesaikan potongan puzle yang benar & salah
menyelesaikan potongan puzle yang benar & salah
•
• Pencatatan dengan Observasi Langsung: adalah
Pencatatan dengan Observasi Langsung: adalah
pencatatan data target behavior pada saat kejadian atau
pencatatan data target behavior pada saat kejadian atau
perilaku terjadi
perilaku terjadi
 Jenisnya:
Jenisnya: Pencatatan kejadian, durasi,
Pencatatan kejadian, durasi,
latensi, interval, dan sampel waktu
latensi, interval, dan sampel waktu
•
• Pencatatan Otomatis
Pencatatan Otomatis
 dgn menggunakan alat teknologi
dgn menggunakan alat teknologi
modern (sistem komputerisasi)
modern (sistem komputerisasi)
 hasilnya lebih akurat,
hasilnya lebih akurat,
tidak mengalami human eror, lebih singkat, dapat diolah
tidak mengalami human eror, lebih singkat, dapat diolah
dengan mudah
dengan mudah
 Contoh: detak jantung sbg parameter
Contoh: detak jantung sbg parameter
tingkat kecemasan, reaksi otot, & kekuatan otot
tingkat kecemasan, reaksi otot, & kekuatan otot
•
• Pencatatan dengan Produk Permanen
Pencatatan dengan Produk Permanen
 dilakukan thd
dilakukan thd
target behavior yang diahsilkan oleh subyek dimana
target behavior yang diahsilkan oleh subyek dimana
datanya secara langsung berada pada dokumen
datanya secara langsung berada pada dokumen
tersebut. Misalnya menjawab soal melalui LKS,
tersebut. Misalnya menjawab soal melalui LKS,
menyelesaikan potongan puzle yang benar & salah
menyelesaikan potongan puzle yang benar & salah
•
• Pencatatan dengan Observasi Langsung: adalah
Pencatatan dengan Observasi Langsung: adalah
pencatatan data target behavior pada saat kejadian atau
pencatatan data target behavior pada saat kejadian atau
perilaku terjadi
perilaku terjadi
 Jenisnya:
Jenisnya: Pencatatan kejadian, durasi,
Pencatatan kejadian, durasi,
latensi, interval, dan sampel waktu
latensi, interval, dan sampel waktu
Pencatatan Kejadian
Pencatatan Kejadian
menghitung frekuensi dengan cara memberika tanda pada kertas yg
menghitung frekuensi dengan cara memberika tanda pada kertas yg
telah disiapkan setiap kejadian/perilaku terjadi sampai dgn periode
telah disiapkan setiap kejadian/perilaku terjadi sampai dgn periode
waktu yg ditentukan
waktu yg ditentukan
Nama Siswa : Toni
Pengamat : Burhan
Target Behavior (TB) : Memukul teman
Tgl
Tgl Waktu
Waktu
Start
Start -
- stop
stop
Tally terjadinya
Tally terjadinya
TB
TB
Total Kejadian
Total Kejadian
15 Jan 2005
15 Jan 2005 10:00
10:00 -
- 10:20
10:20 lllll
lllll 5
5
16 Jan 2005
16 Jan 2005 10:00
10:00 -
- 10:20
10:20 llllll
llllll 6
6
Pencatatan Durasi
Pencatatan Durasi
pencatatan ttg berapa lama suatu kejadian atau TB terjadi
pencatatan ttg berapa lama suatu kejadian atau TB terjadi
Nama Subyek : Irfan
Pengamat : Efendi
Target Behavior : Menggosok-gosok mata pada ATN
Tgl (sesi)
Tgl (sesi) Waktu
Waktu Durasi
Durasi -
-Menit
Menit
Mulai
Mulai Selesai
Selesai
20
20-
-9
9-
-2005
2005 07.15
07.15 07.17
07.17 2
2
21
21-
-9
9-
-2005
2005 08.00
08.00 08.05
08.05 5
5
22
22-
-9
9-
-2005
2005 07.20
07.20 07.24
07.24 4
4
23
23-
-9
9-
-2005
2005 08.10
08.10 08.18
08.18 8
8
Pencatatan Latensi
Pencatatan Latensi
pencatatan ttg berapa lama waktu yang diperlukan subyek untuk
pencatatan ttg berapa lama waktu yang diperlukan subyek untuk
memulai suatu perilaku setelah mendapat stimulus
memulai suatu perilaku setelah mendapat stimulus
Nama Subyek : Ira
Pengamat : Efendi
Target Behavior : Duduk di kursi
Perintah : Ira,duduklah!
Sesi
Sesi Waktu
Waktu Latensi
Latensi
Pemberian
Pemberian
stimulus
stimulus
Mulai
Mulai
merespon
merespon
1
1 10:15
10:15 10:20
10:20 5 mn
5 mn
2
2 07:30
07:30 07:35
07:35 5 mn
5 mn
3
3 08:00
08:00 08:05
08:05 5 mn
5 mn
Pencatatan Interval
Pencatatan Interval
cara yang dilakukan dengan membagi periode waktu observasi ke dlm
cara yang dilakukan dengan membagi periode waktu observasi ke dlm
interval waktu yg lebih kecil dan mencatat kejadian yg terjadi pada
interval waktu yg lebih kecil dan mencatat kejadian yg terjadi pada
setiap interval waktu tsb
setiap interval waktu tsb
Interval yg digunakan umumnya 10’’,15’’ s/d 30’’
Interval yg digunakan umumnya 10’’,15’’ s/d 30’’
Nama Subyek : Agus Pengamat: Efendi
Tanggal : 12 Juli 2005
Perilaku : Memukul-mukul kepala Waktu : 10:15 - 10:20
Total : 5 Menit Kode : Occurrence (o)
Nonoccurrance (x)
15”
15” 15”
15” 15”
15” 15”
15”
1’
1’ o
o o
o x
x x
x
2’
2’ x
x x
x o
o o
o
3’
3’ x
x o
o o
o o
o
4’
4’ o
o o
o x
x x
x
5’
5’ x
x o
o x
x o
o
Occurrence = 9 Presentase = 9:20 = 45%
Nonoccurrance = 11 Presentase = 11:20 = 55%
Penentuan Pencatatan Data
Penentuan Pencatatan Data
•
• Apakah perilaku yang akan diukur/dicatat berkaitan
Apakah perilaku yang akan diukur/dicatat berkaitan
ddgn dimensi waktu/jumlah?
ddgn dimensi waktu/jumlah?
•
• Jika memiliki dimensi jumlah, apakah berupa data
Jika memiliki dimensi jumlah, apakah berupa data
dikrit/kontinyu?
dikrit/kontinyu?
•
• Jika data deskret, gunakan pencatatan kejadian,
Jika data deskret, gunakan pencatatan kejadian,
sedangkan data kontinyu, gunakan pencatatan interval
sedangkan data kontinyu, gunakan pencatatan interval
•
• Untuk dimensi waktu, jika yang dihitung lamanya
Untuk dimensi waktu, jika yang dihitung lamanya
melakukan perilaku, gunakan pencatatan durasi @ jika
melakukan perilaku, gunakan pencatatan durasi @ jika
pengukuran dilakukan dari saat munculnya stimulus s/d
pengukuran dilakukan dari saat munculnya stimulus s/d
saat melakukan perilaku gunakan pencatatan latensi
saat melakukan perilaku gunakan pencatatan latensi
•
• Apakah perilaku yang akan diukur/dicatat berkaitan
Apakah perilaku yang akan diukur/dicatat berkaitan
ddgn dimensi waktu/jumlah?
ddgn dimensi waktu/jumlah?
•
• Jika memiliki dimensi jumlah, apakah berupa data
Jika memiliki dimensi jumlah, apakah berupa data
dikrit/kontinyu?
dikrit/kontinyu?
•
• Jika data deskret, gunakan pencatatan kejadian,
Jika data deskret, gunakan pencatatan kejadian,
sedangkan data kontinyu, gunakan pencatatan interval
sedangkan data kontinyu, gunakan pencatatan interval
•
• Untuk dimensi waktu, jika yang dihitung lamanya
Untuk dimensi waktu, jika yang dihitung lamanya
melakukan perilaku, gunakan pencatatan durasi @ jika
melakukan perilaku, gunakan pencatatan durasi @ jika
pengukuran dilakukan dari saat munculnya stimulus s/d
pengukuran dilakukan dari saat munculnya stimulus s/d
saat melakukan perilaku gunakan pencatatan latensi
saat melakukan perilaku gunakan pencatatan latensi
•
• Desain penelitian eksperimen secara garis besar dapat dibedakan
Desain penelitian eksperimen secara garis besar dapat dibedakan
menjadi dua kelompok, yaitu: desain kelompok (group design) dan
menjadi dua kelompok, yaitu: desain kelompok (group design) dan
desain subyek tunggal (single subject design)
desain subyek tunggal (single subject design)
•
• Desain kelompok memfokuskan pada data yg berasal dari kelompok
Desain kelompok memfokuskan pada data yg berasal dari kelompok
individu yang digunakan untuk membanding kinerja (performance)
individu yang digunakan untuk membanding kinerja (performance)
antar kelompok individu yg pada umumnya menggunakan analisis
antar kelompok individu yg pada umumnya menggunakan analisis
data skor rata
data skor rata-
-rata (mean) dari variabel terikat yang diteliti
rata (mean) dari variabel terikat yang diteliti
•
• Desain subyek tunggal memfokuskan pada data individu sebagai
Desain subyek tunggal memfokuskan pada data individu sebagai
subyek penelitian
subyek penelitian
 penggunaan skor individu lebih utama daripada
penggunaan skor individu lebih utama daripada
skor rata
skor rata-
-rata kelompok
rata kelompok 
 pengukuran target behavior dilakukan
pengukuran target behavior dilakukan
berulang
berulang-
-ulang dengan periode waktu tertentu
ulang dengan periode waktu tertentu
(perminggu/hari/jam)
(perminggu/hari/jam)
•
• Perbandingan tidak dilakukan antar individu atau kelompok tetapi
Perbandingan tidak dilakukan antar individu atau kelompok tetapi
dibandingkan pada subyek yang sama dalam kondisi yang berbeda
dibandingkan pada subyek yang sama dalam kondisi yang berbeda
(kondisi base line & intervensi)
(kondisi base line & intervensi)
DESAIN SSR
DESAIN SSR
•
• Desain penelitian eksperimen secara garis besar dapat dibedakan
Desain penelitian eksperimen secara garis besar dapat dibedakan
menjadi dua kelompok, yaitu: desain kelompok (group design) dan
menjadi dua kelompok, yaitu: desain kelompok (group design) dan
desain subyek tunggal (single subject design)
desain subyek tunggal (single subject design)
•
• Desain kelompok memfokuskan pada data yg berasal dari kelompok
Desain kelompok memfokuskan pada data yg berasal dari kelompok
individu yang digunakan untuk membanding kinerja (performance)
individu yang digunakan untuk membanding kinerja (performance)
antar kelompok individu yg pada umumnya menggunakan analisis
antar kelompok individu yg pada umumnya menggunakan analisis
data skor rata
data skor rata-
-rata (mean) dari variabel terikat yang diteliti
rata (mean) dari variabel terikat yang diteliti
•
• Desain subyek tunggal memfokuskan pada data individu sebagai
Desain subyek tunggal memfokuskan pada data individu sebagai
subyek penelitian
subyek penelitian
 penggunaan skor individu lebih utama daripada
penggunaan skor individu lebih utama daripada
skor rata
skor rata-
-rata kelompok
rata kelompok 
 pengukuran target behavior dilakukan
pengukuran target behavior dilakukan
berulang
berulang-
-ulang dengan periode waktu tertentu
ulang dengan periode waktu tertentu
(perminggu/hari/jam)
(perminggu/hari/jam)
•
• Perbandingan tidak dilakukan antar individu atau kelompok tetapi
Perbandingan tidak dilakukan antar individu atau kelompok tetapi
dibandingkan pada subyek yang sama dalam kondisi yang berbeda
dibandingkan pada subyek yang sama dalam kondisi yang berbeda
(kondisi base line & intervensi)
(kondisi base line & intervensi)
DESIGN
•
• DESAIN REVERSAL
DESAIN REVERSAL
•
• Desain A
Desain A –
– B
B
•
• Desain A
Desain A –
– B
B –
– A
A
•
• Desain A
Desain A –
– B
B –
– A
A –
– B
B
•
• DESAIN MULTIPLE
DESAIN MULTIPLE
BASELINE
BASELINE
•
• Cross condition
Cross condition
•
• Cross Variables
Cross Variables
•
• Cross subjects
Cross subjects
•
• DESAIN REVERSAL
DESAIN REVERSAL
•
• Desain A
Desain A –
– B
B
•
• Desain A
Desain A –
– B
B –
– A
A
•
• Desain A
Desain A –
– B
B –
– A
A –
– B
B
•
• DESAIN MULTIPLE
DESAIN MULTIPLE
BASELINE
BASELINE
•
• Cross condition
Cross condition
•
• Cross Variables
Cross Variables
•
• Cross subjects
Cross subjects
PROSEDUR PENELITIAN DG DISAIN A
PROSEDUR PENELITIAN DG DISAIN A-
-B
B
TAWNEY & GAST (SUNANTO,2005:58)
TAWNEY & GAST (SUNANTO,2005:58)
•
• Mendefinisikan target behavior sebagai perilaku yang dapat diukur
Mendefinisikan target behavior sebagai perilaku yang dapat diukur
secara akurat
secara akurat
•
• Melaksanakan pengukuran dan pencatatan data pada kondisi
Melaksanakan pengukuran dan pencatatan data pada kondisi
baseline (A) secara kontinyu sekurang
baseline (A) secara kontinyu sekurang-
-kurangnya 3 atau 5 kali (atau
kurangnya 3 atau 5 kali (atau
sampai trend dan level data diketahui secara jelas)
sampai trend dan level data diketahui secara jelas)
•
• Memberikan intervensi (B) setelah kondisi baseline stabil
Memberikan intervensi (B) setelah kondisi baseline stabil
•
• Melakukan pengukuran target behavior pada kondisi intervensi (B)
Melakukan pengukuran target behavior pada kondisi intervensi (B)
secara kontinyu selama periode waktu tertenntu sampai trend dan
secara kontinyu selama periode waktu tertenntu sampai trend dan
level data menjadi stabil
level data menjadi stabil
•
• Menghindari mengambil kesimpulan adanya hubungan fungsional
Menghindari mengambil kesimpulan adanya hubungan fungsional
(sebab akibat) antara variabel terikat dan variabel bebas
(sebab akibat) antara variabel terikat dan variabel bebas
•
• Mendefinisikan target behavior sebagai perilaku yang dapat diukur
Mendefinisikan target behavior sebagai perilaku yang dapat diukur
secara akurat
secara akurat
•
• Melaksanakan pengukuran dan pencatatan data pada kondisi
Melaksanakan pengukuran dan pencatatan data pada kondisi
baseline (A) secara kontinyu sekurang
baseline (A) secara kontinyu sekurang-
-kurangnya 3 atau 5 kali (atau
kurangnya 3 atau 5 kali (atau
sampai trend dan level data diketahui secara jelas)
sampai trend dan level data diketahui secara jelas)
•
• Memberikan intervensi (B) setelah kondisi baseline stabil
Memberikan intervensi (B) setelah kondisi baseline stabil
•
• Melakukan pengukuran target behavior pada kondisi intervensi (B)
Melakukan pengukuran target behavior pada kondisi intervensi (B)
secara kontinyu selama periode waktu tertenntu sampai trend dan
secara kontinyu selama periode waktu tertenntu sampai trend dan
level data menjadi stabil
level data menjadi stabil
•
• Menghindari mengambil kesimpulan adanya hubungan fungsional
Menghindari mengambil kesimpulan adanya hubungan fungsional
(sebab akibat) antara variabel terikat dan variabel bebas
(sebab akibat) antara variabel terikat dan variabel bebas
ANALISIS DATA
ANALISIS DATA
Penelitian dengan subyek/kasus tunggal
menggunakan statistik deskriptif yang
sederhana
KOMPONEN ANALISIS DATA
KOMPONEN ANALISIS DATA
Analisis data dengan `metode analisis visual` ada
beberapa perhatian :
* Banyak skor tiap kondisi
* Banyaknya variabel terikat (yang ingin
diubah)
* Tingkat stabilitas dan perubahan level
data dalam suatu kondisi atau antar kondisi
* Arah perubahan dalam kondisi maupun antar kondisi
Analisis data dengan `metode analisis visual` ada
beberapa perhatian :
* Banyak skor tiap kondisi
* Banyaknya variabel terikat (yang ingin
diubah)
* Tingkat stabilitas dan perubahan level
data dalam suatu kondisi atau antar kondisi
* Arah perubahan dalam kondisi maupun antar kondisi
ANALISIS DALAM KONDISI
ANALISIS DALAM KONDISI
80
60
40
20
0
100
75
50
25
0
Grafik 1
a
b
Baseline dgn stabilitas Beda
80
60
40
20
0
8
6
4
2
0
40
30
20
10
0
100
75
50
25
0
0 1 2 3 4 5
0 1 2 3 4 5
0 1 2 3 4 5
0 1 2 3 4 5
S E S I
S E S I
H A R I
H A R I
d
c
ANALISIS DALAM KONDISI
ANALISIS DALAM KONDISI
Dari Grafik 1 :
•Grafik a menunjukkan 5 data yang stabil. Rentang skornya secara
konsisten berada antara 30 % dan 40 % dari meannya.
(data baseline – indikasi intervensi dapat dimulai)
*Grafik b menampilkan data yang tidak stabil
(pilihan: melanjutkan sampai `stabil` atau mencari penyebab
ketidakstabilan data)
* Grafik c dan d menunjukkan data baseline yang stabil
(meyakinkan intervensi perlu segera dimulai)
Dari Grafik 1 :
•Grafik a menunjukkan 5 data yang stabil. Rentang skornya secara
konsisten berada antara 30 % dan 40 % dari meannya.
(data baseline – indikasi intervensi dapat dimulai)
*Grafik b menampilkan data yang tidak stabil
(pilihan: melanjutkan sampai `stabil` atau mencari penyebab
ketidakstabilan data)
* Grafik c dan d menunjukkan data baseline yang stabil
(meyakinkan intervensi perlu segera dimulai)
ANALISIS DALAM KONDISI
ANALISIS DALAM KONDISI
4
3
2
1
0
80
60
40
20
0
Grafik 2
a
b
Grafik dg Variabilitas Tinggi
4
3
2
1
0
20
15
10
5
0
80
60
40
20
0
80
60
40
20
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 S R J S R J S
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
H A R I
H A R I
S E S I
S E S I
d
c
ANALISIS DALAM KONDISI
ANALISIS DALAM KONDISI
Dari Grafik 2 :
Grafik a menunjukkan data baseline dimana pada sesi-sesi awal bervariasi
dan selanjutnya menjadi stabil
(mungkin subyek belum beradaptasi dengan tugas)
*Grafik b menampilkan kondisi baseline dimana pada sesi-sesi awal stabil
dan selanjutnya tidak stabil/ bervariasi
(diperkirakan setelah melakukan tugas, subyek terganggu
dan mempengaruhi kondisi, mis: sakit, akibat eksternal,dll)
•Grafik c menunjukkan data baseline yang tingkat variasinya cukup tinggi
dan kecenderungan (trend) arahnya menaik
(dicari penyebab ketidakstabilan data dan melanjutkan
pengukuran pada fase baseline sampai diperoleh data stabil)
Grafik d menunjukkan data baseline yang tidak biasa ditemukan dalam
penelitian subyek tunggal.
(adanya siklus yang teratur dimana pada hari dan sesi
tertentu terjadi perubahan target behavior yang mirip/sama)
Dari Grafik 2 :
Grafik a menunjukkan data baseline dimana pada sesi-sesi awal bervariasi
dan selanjutnya menjadi stabil
(mungkin subyek belum beradaptasi dengan tugas)
*Grafik b menampilkan kondisi baseline dimana pada sesi-sesi awal stabil
dan selanjutnya tidak stabil/ bervariasi
(diperkirakan setelah melakukan tugas, subyek terganggu
dan mempengaruhi kondisi, mis: sakit, akibat eksternal,dll)
•Grafik c menunjukkan data baseline yang tingkat variasinya cukup tinggi
dan kecenderungan (trend) arahnya menaik
(dicari penyebab ketidakstabilan data dan melanjutkan
pengukuran pada fase baseline sampai diperoleh data stabil)
Grafik d menunjukkan data baseline yang tidak biasa ditemukan dalam
penelitian subyek tunggal.
(adanya siklus yang teratur dimana pada hari dan sesi
tertentu terjadi perubahan target behavior yang mirip/sama)
ANALISIS ANTAR KONDISI
ANALISIS ANTAR KONDISI
Grafik 3
Perubahan Kecenderungan
Arah Antar Kondisi
Untuk memulai analisis perubahan antar kondisi, data yang stabil harus
mendahului kondisi yang akan dianalisis.
a b
Grafik a dan b menunjukkan data yang tidak stabil dan
terjadi overlap. Kondisi seperti ini sulit untuk diinterpretasi
ada tidaknya pengaruh intervensi terhadap variabel terikat
ANALISIS ANTAR KONDISI
ANALISIS ANTAR KONDISI
Grafik 3
c d
Perubahan Kecenderungan
Arah Antar Kondisi
e
c d
Grafik c menunjukkan perubahan level stabilitas yang cukup tinggi
(dari level rendah ke tinggi): efektifitas intervensi meningkatkan …
Grafik d sama dengan grafik c, tetapi berbeda dalam hal perubahn
levelnya (dari tinggi ke rendah): Efektifitas intervensi menurunkan..
Grafik e menunjukkan tidak adanya perubahan level antara dua
kondisi (baseline A dan Intervensi B mempunyai efek sama). Maka
perlu memberi intervensi yang baru, misalnya intervensi BC,…
e
ANALISIS ANTAR KONDISI
ANALISIS ANTAR KONDISI
Grafik 3
f g
Perubahan Kecenderungan
Arah Antar Kondisi
h
f g
Grafik f s-d l adalah trend yang sering terjadi pada penelitian
dengan subyek tunggal.
Grafik f menunjukkan bahwa trend berubah secara berlawanan
dengan baseline setelah intervensi diberikan.
Grafik g menunjukkan trend yang berhenti setelah intervensi
diberikan.
Grafik h memperlihatkan bahwa terjadi trend yang meningkat
setelah intervensi diberikan.
h
ANALISIS ANTAR KONDISI
ANALISIS ANTAR KONDISI
Grafik 3
i j
Perubahan Kecenderungan
Arah Antar Kondisi
k l
i j
Grafik i memperlihatkan tidak adanya perubahan trend
setelah di intervensi (kemiringan grafik baseline =
intervensi) = grafik e
Grafik j,k,l menunjukkan adanya perubahan trend dan
diikuti perubahan level setelah diberikan intervensi. Kondisi
baseline stabil dan setelah intervensi: grafik j- menurun,
grafik k – mendatar, grafik l – menaik.
k l
ANALISIS ANTAR KONDISI
ANALISIS ANTAR KONDISI
Grafik 4
a
b
Perubahan Kecenderungan
Arah Antar Kondisi
c
Grafik a menunjukkan perubahan level yang sementara
Grafik b menunjukkan tidak adanya perubahan level yang sementara
Grafik a dan c menunjukkan perubahan level yang cukup tinggi setelah
diberikan intervensi, tetapi lambat laun berubah mendekati sama dengan level
baseline (perkiraan: intervensi lemah & ada faktor eksternal di sesi awal)
CONTOH
CONTOH
ANALISIS VISUAL
ANALISIS VISUAL
CONTOH
CONTOH
ANALISIS VISUAL
ANALISIS VISUAL
DALAM KONDISI
DALAM KONDISI
CONTOH
CONTOH
ANALISIS VISUAL
ANALISIS VISUAL
ANTAR KONDISI
ANTAR KONDISI
CONTOH
CONTOH
ANALISIS VISUAL
ANALISIS VISUAL
DALAM KONDISI
DALAM KONDISI
Komponen analisis visual untuk dalam kondisi :
1. Panjang Kondisi
2. Estimasi Kecenderungan Arah
3. Kecenderungan Stabilitas
4. Jejak Data
5. Level Stabilitas dan Rentang
6. Level Perubahan
Komponen analisis visual untuk dalam kondisi :
1. Panjang Kondisi
2. Estimasi Kecenderungan Arah
3. Kecenderungan Stabilitas
4. Jejak Data
5. Level Stabilitas dan Rentang
6. Level Perubahan
CONTOH
CONTOH
ANALISIS VISUAL
ANALISIS VISUAL
DALAM KONDISI
DALAM KONDISI
J
u
m
l
a
h
T
a
l
k
-
O
u
t
s
24
22
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
Baseline (A) Intervensi (B)
J
u
m
l
a
h
T
a
l
k
-
O
u
t
s
24
22
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
(GRAFIK UNTUK CONTOH ANALISIS)
H A R I
CONTOH
CONTOH
ANALISIS VISUAL
ANALISIS VISUAL
DALAM KONDISI
DALAM KONDISI
Langkah ke 1
Kondisi : Beri huruf kapital
Misalnya A untuk baseline & B untuk intervensi, dst.
Langkah ke 2
Menentukan panjang kondisi, panjang interval yang menunjukkan
ada berapa sesi dalam kondisi tersebut.
Pada contoh grafik: baseline A ada 8 sesi
interval B ada 13 sesi
Jadi : Kondisi A/1 B/2
Panjang Kondisi 8 13
CONTOH
CONTOH
ANALISIS VISUAL
ANALISIS VISUAL
DALAM KONDISI
DALAM KONDISI
Langkah ke 3
Estimasi kecenderungan arah dengan metode belah dua (split-
middle)
Langkah 1 : Bagilah data pada fase baseline menjadi dua bagian
Langkah 2a : Dua bagian kanan dan kiri juga dibagi menjadi dua bagian
Langkah 2b : Tentukan posisi median dari masing-masing belahan
Langkah 3 : Tariklah garis sejajar dengan absis (sumbu X) yang meng
hubungkan titik temu antara (2a) dengan (2b).
Dengan memperhatikan pada garis (3) maka diketahui bahwa pada fase
baseline (A) arah trendnya menaik dan pada fase intervensi arah
trendnya menurun
Kondisi A/1 B/2
Estimasi Kecenderungan Arah
Langkah ke 3
Estimasi kecenderungan arah dengan metode belah dua (split-
middle)
Langkah 1 : Bagilah data pada fase baseline menjadi dua bagian
Langkah 2a : Dua bagian kanan dan kiri juga dibagi menjadi dua bagian
Langkah 2b : Tentukan posisi median dari masing-masing belahan
Langkah 3 : Tariklah garis sejajar dengan absis (sumbu X) yang meng
hubungkan titik temu antara (2a) dengan (2b).
Dengan memperhatikan pada garis (3) maka diketahui bahwa pada fase
baseline (A) arah trendnya menaik dan pada fase intervensi arah
trendnya menurun
Kondisi A/1 B/2
Estimasi Kecenderungan Arah
(-) (+)
CONTOH
CONTOH
ANALISIS VISUAL
ANALISIS VISUAL
DALAM KONDISI
DALAM KONDISI
J
u
m
l
a
h
T
a
l
k
-
O
u
t
s
24
22
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
Baseline (A) Intervensi (B)
Langkah ke 3
Estimasi kecenderungan arah dengan
Metode belah dua (Split-Middle)
2a 2a
1
3
1
2a
J
u
m
l
a
h
T
a
l
k
-
O
u
t
s
24
22
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
H A R I
2b
2a
2b
2b
3
CONTOH
CONTOH
ANALISIS VISUAL
ANALISIS VISUAL
DALAM KONDISI
DALAM KONDISI
Langkah ke 4
Kecenderungan Stabilitas, (hal ini digunakan stabilitas 15 %)
Skor Kriteria Rentang
tertinggi X stabilitas = Stabilitas
20 X 0,15 = 3,0
Hitung mean level, cara:
data baseline : 18+20+16+14+18+18+16+19 = 139
139 : 8 = 17,35 (Mean Level)
Batas atas : Mean level + (0,5Xrentang stabilitas)
17,35 + 1,5 = 18,85
Batas bawah : Mean level - (0,5 X rentang stabilitas)
17,35 - 1,5 = 15,85
Langkah ke 4
Kecenderungan Stabilitas, (hal ini digunakan stabilitas 15 %)
Skor Kriteria Rentang
tertinggi X stabilitas = Stabilitas
20 X 0,15 = 3,0
Hitung mean level, cara:
data baseline : 18+20+16+14+18+18+16+19 = 139
139 : 8 = 17,35 (Mean Level)
Batas atas : Mean level + (0,5Xrentang stabilitas)
17,35 + 1,5 = 18,85
Batas bawah : Mean level - (0,5 X rentang stabilitas)
17,35 - 1,5 = 15,85
CONTOH
CONTOH
ANALISIS VISUAL
ANALISIS VISUAL
DALAM KONDISI
DALAM KONDISI
Kecenderungan Stabilitas, (hal ini digunakan stabilitas 15 %)
banyak data point banyak persentase
yang ada dalam : data point = stabilitas
rentang
5 : 8 = 62,5 %
Jika persentase stabilitas sebesar 85 % - 90 % dikatakan stabil
Sedangkan fase baseline diperoleh 62,5 %, maka :
Kecenderungan stabilitas variabel adalah `tidak stabil`
Kecenderungan Stabilitas, (hal ini digunakan stabilitas 15 %)
banyak data point banyak persentase
yang ada dalam : data point = stabilitas
rentang
5 : 8 = 62,5 %
Jika persentase stabilitas sebesar 85 % - 90 % dikatakan stabil
Sedangkan fase baseline diperoleh 62,5 %, maka :
Kecenderungan stabilitas variabel adalah `tidak stabil`
CONTOH
CONTOH
ANALISIS VISUAL
ANALISIS VISUAL
DALAM KONDISI
DALAM KONDISI
Langkah ke 5
Kecenderungan jejak data
Sama denga kecenderungan arah, namun pada fase intervensi (B) pada
sesi 9 - 15 menurun dan sesi 16 - 21 cenderung mendatar
Kondisi A/1 B/2
Kecenderungan Jejak
Langkah ke 5
Kecenderungan jejak data
Sama denga kecenderungan arah, namun pada fase intervensi (B) pada
sesi 9 - 15 menurun dan sesi 16 - 21 cenderung mendatar
Kondisi A/1 B/2
Kecenderungan Jejak
(-)
(=)
(+)
CONTOH
CONTOH
ANALISIS VISUAL
ANALISIS VISUAL
DALAM KONDISI
DALAM KONDISI
Langkah ke 6
Level stabilitas dan rentang
Fase baseline (A) datanya variabel atau tidak stabil rentangnya 14 - 20
Fase intervensi (B) datanya stabil & rentangnya 0 - 15
Kondisi A/1 B/2
Level stabilitas Variabel/tidak stabil Stabil
& Rentang 14 - 20 0 - 15
Langkah ke 6
Level stabilitas dan rentang
Fase baseline (A) datanya variabel atau tidak stabil rentangnya 14 - 20
Fase intervensi (B) datanya stabil & rentangnya 0 - 15
Kondisi A/1 B/2
Level stabilitas Variabel/tidak stabil Stabil
& Rentang 14 - 20 0 - 15
CONTOH
CONTOH
ANALISIS VISUAL
ANALISIS VISUAL
DALAM KONDISI
DALAM KONDISI
Langkah ke 7
Level Perubahan
Tandai data pertama (hari ke 1) dan data terakhir (hari ke 8) pada fase
baseline. Hitung selisih antara kedua data dan tentukan arahnya menaik
atau menurun dan beri tanda (+) bila membaik dan (-) bila memburuk
dan (=) bila tidak ada perubahan.
data yang besar - data yang kecil = persentase
(hari ke 8) (hari ke 1)
19 - 18 = 1
Dengan demikian , level perubahan data adalah :
Kondisi A/1 A/2
Level perubahan 19 - 18 - 12 - 2
(- 1) (+10)
Langkah ke 7
Level Perubahan
Tandai data pertama (hari ke 1) dan data terakhir (hari ke 8) pada fase
baseline. Hitung selisih antara kedua data dan tentukan arahnya menaik
atau menurun dan beri tanda (+) bila membaik dan (-) bila memburuk
dan (=) bila tidak ada perubahan.
data yang besar - data yang kecil = persentase
(hari ke 8) (hari ke 1)
19 - 18 = 1
Dengan demikian , level perubahan data adalah :
Kondisi A/1 A/2
Level perubahan 19 - 18 - 12 - 2
(- 1) (+10)
CONTOH
CONTOH
ANALISIS VISUAL DALAM KONDISI
ANALISIS VISUAL DALAM KONDISI
RANGKUMAN
Kondisi A/1 B/2
1. Panjang Kondisi 8 13
2. Estimasi Kecenderungan
Arah
3. Kecenderungan Stabilitas Variabel/tidak stabil stabil
5. Level Stabilitas Variabel/tidak stabil Stabil
& Rentang ( 14 - 20 ) ( 0 – 15 )
19 - 18 12 - 2
6. Perubahan Level (-1) (+10)
(-) (+)
Kondisi A/1 B/2
1. Panjang Kondisi 8 13
2. Estimasi Kecenderungan
Arah
3. Kecenderungan Stabilitas Variabel/tidak stabil stabil
5. Level Stabilitas Variabel/tidak stabil Stabil
& Rentang ( 14 - 20 ) ( 0 – 15 )
19 - 18 12 - 2
6. Perubahan Level (-1) (+10)
(-) (+)
(-) (+) (=)
CONTOH
CONTOH
ANALISIS VISUAL ANTAR KONDISI
ANALISIS VISUAL ANTAR KONDISI
Langkah ke 1
Perbandingan kondisi B1 / A1
2 : 1
JUMLAH VARIABEL YANG DI UBAH
Kondisi baseline (A) ke Interval (B) adalah 1
Langkah ke 2
Perubahan Kecenderungan Arah
B1 / A1
(2 : 1)
Langkah ke 2
Perubahan Kecenderungan Arah
B1 / A1
(2 : 1)
(-) (+)
Positif
CONTOH
CONTOH
ANALISIS VISUAL ANTAR KONDISI
ANALISIS VISUAL ANTAR KONDISI
RANGKUMAN
Kondisi Yang B/1
dibandingkan A/1 (2 : 1)
1. Panjang Kondisi
2. Jumlah Variabel 1
3. Perubahan Arah
& Efeknya
5. Perubahan Stabilitas Variabel ke stabil
18 - 12
6. Perubahan Level +6
7. Persentase Overlap 7.69 %
Kondisi Yang B/1
dibandingkan A/1 (2 : 1)
1. Panjang Kondisi
2. Jumlah Variabel 1
3. Perubahan Arah
& Efeknya
5. Perubahan Stabilitas Variabel ke stabil
18 - 12
6. Perubahan Level +6
7. Persentase Overlap 7.69 %
(-) (+)
(=)
Positif

More Related Content

What's hot

pbkk3103 CHAPTER 4_UJIAN PERSONALITI.pptx_.pptx
pbkk3103 CHAPTER 4_UJIAN PERSONALITI.pptx_.pptxpbkk3103 CHAPTER 4_UJIAN PERSONALITI.pptx_.pptx
pbkk3103 CHAPTER 4_UJIAN PERSONALITI.pptx_.pptx
BrendaSim3
 
Strategi pembelajaran gabungan
Strategi pembelajaran gabunganStrategi pembelajaran gabungan
Strategi pembelajaran gabungan
Mamat Jemi
 
Teori teori pembelajaran dan pengajaran
Teori teori pembelajaran dan pengajaranTeori teori pembelajaran dan pengajaran
Teori teori pembelajaran dan pengajaran
Sulaiman Shahadan
 
Teori prkembangan
Teori prkembanganTeori prkembangan
Teori prkembangan
Chem Mil
 
14355898 awal-matematik-part-1
14355898 awal-matematik-part-114355898 awal-matematik-part-1
14355898 awal-matematik-part-1
ifa_cs
 
21 DSKP KSSR Pendidikan Khas Masalah Pembelajaran Tahun 1 Asas 3M 09122016.pdf
21 DSKP KSSR Pendidikan Khas Masalah Pembelajaran Tahun 1 Asas 3M 09122016.pdf21 DSKP KSSR Pendidikan Khas Masalah Pembelajaran Tahun 1 Asas 3M 09122016.pdf
21 DSKP KSSR Pendidikan Khas Masalah Pembelajaran Tahun 1 Asas 3M 09122016.pdf
NurulHuzaifah
 
Contoh rancangan pengajaran berdasarkan model assure
Contoh rancangan pengajaran berdasarkan model assureContoh rancangan pengajaran berdasarkan model assure
Contoh rancangan pengajaran berdasarkan model assure
Suraliza Shukor
 
Perkembangan kanak kanak kumpulan 1
Perkembangan kanak kanak kumpulan 1Perkembangan kanak kanak kumpulan 1
Perkembangan kanak kanak kumpulan 1
SK SUNGAI KAJANG
 

What's hot (20)

Reka bentuk kajian.pptx
Reka bentuk kajian.pptxReka bentuk kajian.pptx
Reka bentuk kajian.pptx
 
pbkk3103 CHAPTER 4_UJIAN PERSONALITI.pptx_.pptx
pbkk3103 CHAPTER 4_UJIAN PERSONALITI.pptx_.pptxpbkk3103 CHAPTER 4_UJIAN PERSONALITI.pptx_.pptx
pbkk3103 CHAPTER 4_UJIAN PERSONALITI.pptx_.pptx
 
Minggu 2 reka bentuk penyelidikan
Minggu 2 reka bentuk penyelidikanMinggu 2 reka bentuk penyelidikan
Minggu 2 reka bentuk penyelidikan
 
Strategi pembelajaran gabungan
Strategi pembelajaran gabunganStrategi pembelajaran gabungan
Strategi pembelajaran gabungan
 
Pengajaran dan pembelajaran
Pengajaran dan pembelajaranPengajaran dan pembelajaran
Pengajaran dan pembelajaran
 
Teori teori pembelajaran dan pengajaran
Teori teori pembelajaran dan pengajaranTeori teori pembelajaran dan pengajaran
Teori teori pembelajaran dan pengajaran
 
Teori prkembangan
Teori prkembanganTeori prkembangan
Teori prkembangan
 
14355898 awal-matematik-part-1
14355898 awal-matematik-part-114355898 awal-matematik-part-1
14355898 awal-matematik-part-1
 
objektif kajian tindakan
objektif kajian tindakanobjektif kajian tindakan
objektif kajian tindakan
 
21 DSKP KSSR Pendidikan Khas Masalah Pembelajaran Tahun 1 Asas 3M 09122016.pdf
21 DSKP KSSR Pendidikan Khas Masalah Pembelajaran Tahun 1 Asas 3M 09122016.pdf21 DSKP KSSR Pendidikan Khas Masalah Pembelajaran Tahun 1 Asas 3M 09122016.pdf
21 DSKP KSSR Pendidikan Khas Masalah Pembelajaran Tahun 1 Asas 3M 09122016.pdf
 
Contoh rancangan pengajaran berdasarkan model assure
Contoh rancangan pengajaran berdasarkan model assureContoh rancangan pengajaran berdasarkan model assure
Contoh rancangan pengajaran berdasarkan model assure
 
Pentaksiran Berasaskan Sekolah
Pentaksiran Berasaskan SekolahPentaksiran Berasaskan Sekolah
Pentaksiran Berasaskan Sekolah
 
Model sosial
Model sosialModel sosial
Model sosial
 
Pp pengrsn t laku
Pp pengrsn t lakuPp pengrsn t laku
Pp pengrsn t laku
 
Perbezaan Model Objektif & Model Proses
Perbezaan Model Objektif & Model ProsesPerbezaan Model Objektif & Model Proses
Perbezaan Model Objektif & Model Proses
 
Teori thorndike
Teori thorndikeTeori thorndike
Teori thorndike
 
36039471 perbezaan-teori
36039471 perbezaan-teori36039471 perbezaan-teori
36039471 perbezaan-teori
 
Model Sosial Simulasi
Model Sosial SimulasiModel Sosial Simulasi
Model Sosial Simulasi
 
Aspek seni bahasa &
Aspek seni bahasa &Aspek seni bahasa &
Aspek seni bahasa &
 
Perkembangan kanak kanak kumpulan 1
Perkembangan kanak kanak kumpulan 1Perkembangan kanak kanak kumpulan 1
Perkembangan kanak kanak kumpulan 1
 

Similar to Single Subject Research UPI Bandung.pdf

Pengertian perilaku dan pengubahan perilaku
Pengertian perilaku dan pengubahan  perilakuPengertian perilaku dan pengubahan  perilaku
Pengertian perilaku dan pengubahan perilaku
Octa Pranata
 
Metodologi Penelitian - FD.pptx
Metodologi Penelitian - FD.pptxMetodologi Penelitian - FD.pptx
Metodologi Penelitian - FD.pptx
Frans Dione
 
Rangkuman Pendekatan Konseling
Rangkuman Pendekatan KonselingRangkuman Pendekatan Konseling
Rangkuman Pendekatan Konseling
varizalamir
 
Perilaku dan Teori Perilaku Individu.pptx
Perilaku dan Teori Perilaku Individu.pptxPerilaku dan Teori Perilaku Individu.pptx
Perilaku dan Teori Perilaku Individu.pptx
MarioSatiri
 
Makalah modifikasi perilaku
Makalah modifikasi perilakuMakalah modifikasi perilaku
Makalah modifikasi perilaku
Tiya Widiyanti
 
Kuliah 4 model penyelidikan tindakan
Kuliah 4 model penyelidikan tindakanKuliah 4 model penyelidikan tindakan
Kuliah 4 model penyelidikan tindakan
Amira Farhanah
 
Konsep perilaku kesehatan
Konsep perilaku kesehatanKonsep perilaku kesehatan
Konsep perilaku kesehatan
om_wiez
 
HPM-Ilmu_Perilaku_1-Teori_Perilaku_Individual-Yayi_ 2015.ppt
HPM-Ilmu_Perilaku_1-Teori_Perilaku_Individual-Yayi_ 2015.pptHPM-Ilmu_Perilaku_1-Teori_Perilaku_Individual-Yayi_ 2015.ppt
HPM-Ilmu_Perilaku_1-Teori_Perilaku_Individual-Yayi_ 2015.ppt
BybaMelda
 
Kaedah pengumpulan data pemerhatian
Kaedah pengumpulan data pemerhatianKaedah pengumpulan data pemerhatian
Kaedah pengumpulan data pemerhatian
ANIS IBRAHIM
 
Penelitian__Deskriptif.ppt_[Compatibility_Mode].pdf
Penelitian__Deskriptif.ppt_[Compatibility_Mode].pdfPenelitian__Deskriptif.ppt_[Compatibility_Mode].pdf
Penelitian__Deskriptif.ppt_[Compatibility_Mode].pdf
081245450977
 

Similar to Single Subject Research UPI Bandung.pdf (20)

modifikasi perilaku ASD.pdf
modifikasi perilaku ASD.pdfmodifikasi perilaku ASD.pdf
modifikasi perilaku ASD.pdf
 
Pengertian perilaku dan pengubahan perilaku
Pengertian perilaku dan pengubahan  perilakuPengertian perilaku dan pengubahan  perilaku
Pengertian perilaku dan pengubahan perilaku
 
Bentuk perilaku sehat dan sakit
Bentuk perilaku sehat dan sakitBentuk perilaku sehat dan sakit
Bentuk perilaku sehat dan sakit
 
Metodologi Penelitian - FD.pptx
Metodologi Penelitian - FD.pptxMetodologi Penelitian - FD.pptx
Metodologi Penelitian - FD.pptx
 
Rangkuman Pendekatan Konseling
Rangkuman Pendekatan KonselingRangkuman Pendekatan Konseling
Rangkuman Pendekatan Konseling
 
Perilaku dan Teori Perilaku Individu.pptx
Perilaku dan Teori Perilaku Individu.pptxPerilaku dan Teori Perilaku Individu.pptx
Perilaku dan Teori Perilaku Individu.pptx
 
Pengabdian Masyarakat
Pengabdian MasyarakatPengabdian Masyarakat
Pengabdian Masyarakat
 
KARAKTERISTIK MODIFIKASI PERILAKU.pptx
KARAKTERISTIK MODIFIKASI PERILAKU.pptxKARAKTERISTIK MODIFIKASI PERILAKU.pptx
KARAKTERISTIK MODIFIKASI PERILAKU.pptx
 
Makalah modifikasi perilaku
Makalah modifikasi perilakuMakalah modifikasi perilaku
Makalah modifikasi perilaku
 
Kuliah 4 model penyelidikan tindakan
Kuliah 4 model penyelidikan tindakanKuliah 4 model penyelidikan tindakan
Kuliah 4 model penyelidikan tindakan
 
Bentuk dan Strategi "Perubahan PERILAKU" - Training "CHARACTER BUILDING"
Bentuk dan Strategi  "Perubahan PERILAKU" - Training "CHARACTER BUILDING"Bentuk dan Strategi  "Perubahan PERILAKU" - Training "CHARACTER BUILDING"
Bentuk dan Strategi "Perubahan PERILAKU" - Training "CHARACTER BUILDING"
 
Konsep perilaku kesehatan
Konsep perilaku kesehatanKonsep perilaku kesehatan
Konsep perilaku kesehatan
 
HPM-Ilmu_Perilaku_1-Teori_Perilaku_Individual-Yayi_ 2015.ppt
HPM-Ilmu_Perilaku_1-Teori_Perilaku_Individual-Yayi_ 2015.pptHPM-Ilmu_Perilaku_1-Teori_Perilaku_Individual-Yayi_ 2015.ppt
HPM-Ilmu_Perilaku_1-Teori_Perilaku_Individual-Yayi_ 2015.ppt
 
Modifikasi tingkah laku
Modifikasi tingkah lakuModifikasi tingkah laku
Modifikasi tingkah laku
 
4DX_Bentuk & Strategi Perubahan Perilaku Individu
4DX_Bentuk & Strategi Perubahan Perilaku Individu4DX_Bentuk & Strategi Perubahan Perilaku Individu
4DX_Bentuk & Strategi Perubahan Perilaku Individu
 
Kaedah pengumpulan data pemerhatian
Kaedah pengumpulan data pemerhatianKaedah pengumpulan data pemerhatian
Kaedah pengumpulan data pemerhatian
 
Penelitian__Deskriptif.ppt_[Compatibility_Mode].pdf
Penelitian__Deskriptif.ppt_[Compatibility_Mode].pdfPenelitian__Deskriptif.ppt_[Compatibility_Mode].pdf
Penelitian__Deskriptif.ppt_[Compatibility_Mode].pdf
 
Bab 2 : pbkk 3193 aplikasi teori pembelajaran behavioris dalam bimbingan dan ...
Bab 2 : pbkk 3193 aplikasi teori pembelajaran behavioris dalam bimbingan dan ...Bab 2 : pbkk 3193 aplikasi teori pembelajaran behavioris dalam bimbingan dan ...
Bab 2 : pbkk 3193 aplikasi teori pembelajaran behavioris dalam bimbingan dan ...
 
Metode penelitian
Metode penelitianMetode penelitian
Metode penelitian
 
Jenis jenis-penelitian
Jenis jenis-penelitianJenis jenis-penelitian
Jenis jenis-penelitian
 

Recently uploaded

Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptxAksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
AgusSuarno2
 
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptxPPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
iwidyastama85
 
Penjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwu
Penjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwuPenjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwu
Penjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwu
Khiyaroh1
 
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptxMATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
randikaakbar11
 

Recently uploaded (20)

MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptxAksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptxPPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
 
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docxMateri E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
 
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptxInformatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
 
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptxSlide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
 
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
PPDB SMAN 1 SURADE - PROV JABAR 2024 / 2025
PPDB SMAN 1 SURADE - PROV JABAR 2024 / 2025PPDB SMAN 1 SURADE - PROV JABAR 2024 / 2025
PPDB SMAN 1 SURADE - PROV JABAR 2024 / 2025
 
P5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup b
P5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup bP5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup b
P5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup b
 
Aksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerak
Aksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerakAksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerak
Aksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerak
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Penjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwu
Penjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwuPenjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwu
Penjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwu
 
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdfUAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
 
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptxMATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxLokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
 
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan GaramMateri Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
 

Single Subject Research UPI Bandung.pdf

  • 1. Penelitian Penelitian Dengan Subyek Tunggal Dengan Subyek Tunggal TJUTJU SOENDARI
  • 2. Penelitian Dengan Subyek Tunggal Penelitian Dengan Subyek Tunggal Adalah penelitian eksperimen yang Adalah penelitian eksperimen yang dilaksanakan untuk mengetahui dilaksanakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari suatu seberapa besar pengaruh dari suatu perlakuan ( perlakuan (treatment treatment) yang diberikan ) yang diberikan kepada subyek secara berulang kepada subyek secara berulang- -ulang ulang dalam waktu tertentu. dalam waktu tertentu. ( Tawney and Gas, 1984) ( Tawney and Gas, 1984) Penelitian Dengan Subyek Tunggal Penelitian Dengan Subyek Tunggal Adalah penelitian eksperimen yang Adalah penelitian eksperimen yang dilaksanakan untuk mengetahui dilaksanakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari suatu seberapa besar pengaruh dari suatu perlakuan ( perlakuan (treatment treatment) yang diberikan ) yang diberikan kepada subyek secara berulang kepada subyek secara berulang- -ulang ulang dalam waktu tertentu. dalam waktu tertentu. ( Tawney and Gas, 1984) ( Tawney and Gas, 1984)
  • 3. Penelitian Penelitian Dengan Subyek Tunggal Dengan Subyek Tunggal • • Bagian yang tidak terpisahkan dari analisis Bagian yang tidak terpisahkan dari analisis tingkah laku tingkah laku • • Strategi penelitian yang dikembangkan untuk Strategi penelitian yang dikembangkan untuk mendokumentasikan perubahan tingkah laku mendokumentasikan perubahan tingkah laku subyek secara individual. subyek secara individual. Penelitian Penelitian Dengan Subyek Tunggal Dengan Subyek Tunggal • • Bagian yang tidak terpisahkan dari analisis Bagian yang tidak terpisahkan dari analisis tingkah laku tingkah laku • • Strategi penelitian yang dikembangkan untuk Strategi penelitian yang dikembangkan untuk mendokumentasikan perubahan tingkah laku mendokumentasikan perubahan tingkah laku subyek secara individual. subyek secara individual.
  • 4. Apakah Perilaku itu? Apakah Perilaku itu? • • Peristilahan: aktivitas, aksi, kinerja, respon, dan reaksi Peristilahan: aktivitas, aksi, kinerja, respon, dan reaksi • • Sesuatu yang dikatakan atau dilakukan oleh seseorang Sesuatu yang dikatakan atau dilakukan oleh seseorang (Marthin & Pear,1999:3) (Marthin & Pear,1999:3) • • Tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan Tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan atau lingkungan • • Perilaku yang teramati secara langsung (overt) dan Perilaku yang teramati secara langsung (overt) dan perilaku yang tidak dapat diamati secara langsung perilaku yang tidak dapat diamati secara langsung (covert) (covert)   dapat diubah dengan teknik dapat diubah dengan teknik- -teknik modifikasi teknik modifikasi perilaku perilaku • • Peristilahan: aktivitas, aksi, kinerja, respon, dan reaksi Peristilahan: aktivitas, aksi, kinerja, respon, dan reaksi • • Sesuatu yang dikatakan atau dilakukan oleh seseorang Sesuatu yang dikatakan atau dilakukan oleh seseorang (Marthin & Pear,1999:3) (Marthin & Pear,1999:3) • • Tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan Tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan atau lingkungan • • Perilaku yang teramati secara langsung (overt) dan Perilaku yang teramati secara langsung (overt) dan perilaku yang tidak dapat diamati secara langsung perilaku yang tidak dapat diamati secara langsung (covert) (covert)   dapat diubah dengan teknik dapat diubah dengan teknik- -teknik modifikasi teknik modifikasi perilaku perilaku
  • 5. • • Dalam penelitian SSR dikenal istilah “target Dalam penelitian SSR dikenal istilah “target behavior” behavior” • • Istilah target behavior untuk penelitian dalam Istilah target behavior untuk penelitian dalam modifikasi perilaku mencakup pikiran perasaan modifikasi perilaku mencakup pikiran perasaan atau perbuatan yang dapat dicatat dan diukur atau perbuatan yang dapat dicatat dan diukur • • Oleh karena itu, domain kognitif, psikomotor, Oleh karena itu, domain kognitif, psikomotor, dan afektif dalam taksonomi Bloom dapat dan afektif dalam taksonomi Bloom dapat dijadikan target behavior dijadikan target behavior • • Dalam penelitian SSR dikenal istilah “target Dalam penelitian SSR dikenal istilah “target behavior” behavior” • • Istilah target behavior untuk penelitian dalam Istilah target behavior untuk penelitian dalam modifikasi perilaku mencakup pikiran perasaan modifikasi perilaku mencakup pikiran perasaan atau perbuatan yang dapat dicatat dan diukur atau perbuatan yang dapat dicatat dan diukur • • Oleh karena itu, domain kognitif, psikomotor, Oleh karena itu, domain kognitif, psikomotor, dan afektif dalam taksonomi Bloom dapat dan afektif dalam taksonomi Bloom dapat dijadikan target behavior dijadikan target behavior
  • 6. Karakteristik Modifikasi Perilaku Karakteristik Modifikasi Perilaku • • Perilaku yang akan dimodifikasi didefinisikan dalam bentuk perilaku Perilaku yang akan dimodifikasi didefinisikan dalam bentuk perilaku yang teramati dan terukur (behavioral objective) yang teramati dan terukur (behavioral objective) • • Prosedur dan teknik intervensi yang dipilih diarahkan untuk Prosedur dan teknik intervensi yang dipilih diarahkan untuk mengubah lingkungan agar mencapai perilaku yang diharapkan mengubah lingkungan agar mencapai perilaku yang diharapkan • • Lingkungan adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi Lingkungan adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang (berupa benda,kejadian,manusia) perilaku seseorang (berupa benda,kejadian,manusia) • • Teknik modifikasi perilaku yang digunakan dapat diterapkan pada Teknik modifikasi perilaku yang digunakan dapat diterapkan pada lingkungan kehidupan sehari lingkungan kehidupan sehari- -hari (oleh banyak orang) hari (oleh banyak orang) • • Berdasar pada prinsip psikologi belajar dan mengacu pada Berdasar pada prinsip psikologi belajar dan mengacu pada respondent conditioning dan operant conditioning respondent conditioning dan operant conditioning • • Berdasar pada pengetahuan ilmiah dan semua orang yang terkait Berdasar pada pengetahuan ilmiah dan semua orang yang terkait dalam program modifikasi perilaku mempunyai tanggung jawab dalam program modifikasi perilaku mempunyai tanggung jawab yang sama yang sama • • Perilaku yang akan dimodifikasi didefinisikan dalam bentuk perilaku Perilaku yang akan dimodifikasi didefinisikan dalam bentuk perilaku yang teramati dan terukur (behavioral objective) yang teramati dan terukur (behavioral objective) • • Prosedur dan teknik intervensi yang dipilih diarahkan untuk Prosedur dan teknik intervensi yang dipilih diarahkan untuk mengubah lingkungan agar mencapai perilaku yang diharapkan mengubah lingkungan agar mencapai perilaku yang diharapkan • • Lingkungan adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi Lingkungan adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang (berupa benda,kejadian,manusia) perilaku seseorang (berupa benda,kejadian,manusia) • • Teknik modifikasi perilaku yang digunakan dapat diterapkan pada Teknik modifikasi perilaku yang digunakan dapat diterapkan pada lingkungan kehidupan sehari lingkungan kehidupan sehari- -hari (oleh banyak orang) hari (oleh banyak orang) • • Berdasar pada prinsip psikologi belajar dan mengacu pada Berdasar pada prinsip psikologi belajar dan mengacu pada respondent conditioning dan operant conditioning respondent conditioning dan operant conditioning • • Berdasar pada pengetahuan ilmiah dan semua orang yang terkait Berdasar pada pengetahuan ilmiah dan semua orang yang terkait dalam program modifikasi perilaku mempunyai tanggung jawab dalam program modifikasi perilaku mempunyai tanggung jawab yang sama yang sama
  • 7. Kegiatan Utama Kegiatan Utama Proses Modifikasi Perilaku Proses Modifikasi Perilaku • • Mengidentifikasi masalah dan mendefinisikan dalam Mengidentifikasi masalah dan mendefinisikan dalam bentuk perilaku yang teramati & terukur (behavioral bentuk perilaku yang teramati & terukur (behavioral objective) objective)   target behavior (perilaku sasaran) atau target behavior (perilaku sasaran) atau perilaku yang akan diubah atau variabel terikat perilaku yang akan diubah atau variabel terikat • • Menentukan level perilaku yang akan diubah sebelum Menentukan level perilaku yang akan diubah sebelum memberikan intervensi (base line) memberikan intervensi (base line) • • Memberikan intervensi Memberikan intervensi • • Menindak lanjuti untuk mengevaluasi apakah perubahan Menindak lanjuti untuk mengevaluasi apakah perubahan perilaku yang terjadi menetap atau bersifat sementara perilaku yang terjadi menetap atau bersifat sementara • • Mengidentifikasi masalah dan mendefinisikan dalam Mengidentifikasi masalah dan mendefinisikan dalam bentuk perilaku yang teramati & terukur (behavioral bentuk perilaku yang teramati & terukur (behavioral objective) objective)   target behavior (perilaku sasaran) atau target behavior (perilaku sasaran) atau perilaku yang akan diubah atau variabel terikat perilaku yang akan diubah atau variabel terikat • • Menentukan level perilaku yang akan diubah sebelum Menentukan level perilaku yang akan diubah sebelum memberikan intervensi (base line) memberikan intervensi (base line) • • Memberikan intervensi Memberikan intervensi • • Menindak lanjuti untuk mengevaluasi apakah perubahan Menindak lanjuti untuk mengevaluasi apakah perubahan perilaku yang terjadi menetap atau bersifat sementara perilaku yang terjadi menetap atau bersifat sementara
  • 8. Jenis Ukuran Target Behavior Jenis Ukuran Target Behavior • • Frekuensi, Presentase, Rate, Durasi, Latensi, Magnitude Frekuensi, Presentase, Rate, Durasi, Latensi, Magnitude & Trial & Trial • • Frekuensi = number Frekuensi = number  menunjukkan berapa kali suatu menunjukkan berapa kali suatu peristiwa terjadi pada periode waktu tertentu peristiwa terjadi pada periode waktu tertentu   Contoh Contoh • • Berapa kali anak autis melakukan kontak mata kepada Berapa kali anak autis melakukan kontak mata kepada teman sekelasnya setiap lima menit selama belajar di teman sekelasnya setiap lima menit selama belajar di kelas kelas • • Berapa jumlah kosakata yang dibaca dengan benar Berapa jumlah kosakata yang dibaca dengan benar selama 10 menit selama 10 menit • • Berapa jumlah kosakata yang diucapkan ATGR selama Berapa jumlah kosakata yang diucapkan ATGR selama kegiatan makan bersama dalam periode waktu 15 menit kegiatan makan bersama dalam periode waktu 15 menit • • Frekuensi, Presentase, Rate, Durasi, Latensi, Magnitude Frekuensi, Presentase, Rate, Durasi, Latensi, Magnitude & Trial & Trial • • Frekuensi = number Frekuensi = number  menunjukkan berapa kali suatu menunjukkan berapa kali suatu peristiwa terjadi pada periode waktu tertentu peristiwa terjadi pada periode waktu tertentu   Contoh Contoh • • Berapa kali anak autis melakukan kontak mata kepada Berapa kali anak autis melakukan kontak mata kepada teman sekelasnya setiap lima menit selama belajar di teman sekelasnya setiap lima menit selama belajar di kelas kelas • • Berapa jumlah kosakata yang dibaca dengan benar Berapa jumlah kosakata yang dibaca dengan benar selama 10 menit selama 10 menit • • Berapa jumlah kosakata yang diucapkan ATGR selama Berapa jumlah kosakata yang diucapkan ATGR selama kegiatan makan bersama dalam periode waktu 15 menit kegiatan makan bersama dalam periode waktu 15 menit
  • 9. • • Persentase = Persen Persentase = Persen   satuan ukuran variabel terikat satuan ukuran variabel terikat yang sering digunakan peneliti untuk mengukur perilaku yang sering digunakan peneliti untuk mengukur perilaku akademik & sosial, yaitu jumlah terjadinya suatu akademik & sosial, yaitu jumlah terjadinya suatu perilaku/peristiwa dibandingkan dengan keseluruhan perilaku/peristiwa dibandingkan dengan keseluruhan kemungkinan terjadinya peristiwa tersebut kemudian kemungkinan terjadinya peristiwa tersebut kemudian dikalikan dgn 100% dikalikan dgn 100%  Contoh: Contoh: • • Berapa persen siswa mampu menjawab soal Berapa persen siswa mampu menjawab soal penjumlahan dengan benar (correct response) dari 20 penjumlahan dengan benar (correct response) dari 20 soal yang diberikan dalam waktu tertentu (60 menit) soal yang diberikan dalam waktu tertentu (60 menit) • • Jika siswa mampu menjawab 15 soal dengan benar Jika siswa mampu menjawab 15 soal dengan benar maka 15 dibagi 20 kali 100% sama dgn 75% maka 15 dibagi 20 kali 100% sama dgn 75% • • Persentase = Persen Persentase = Persen   satuan ukuran variabel terikat satuan ukuran variabel terikat yang sering digunakan peneliti untuk mengukur perilaku yang sering digunakan peneliti untuk mengukur perilaku akademik & sosial, yaitu jumlah terjadinya suatu akademik & sosial, yaitu jumlah terjadinya suatu perilaku/peristiwa dibandingkan dengan keseluruhan perilaku/peristiwa dibandingkan dengan keseluruhan kemungkinan terjadinya peristiwa tersebut kemudian kemungkinan terjadinya peristiwa tersebut kemudian dikalikan dgn 100% dikalikan dgn 100%  Contoh: Contoh: • • Berapa persen siswa mampu menjawab soal Berapa persen siswa mampu menjawab soal penjumlahan dengan benar (correct response) dari 20 penjumlahan dengan benar (correct response) dari 20 soal yang diberikan dalam waktu tertentu (60 menit) soal yang diberikan dalam waktu tertentu (60 menit) • • Jika siswa mampu menjawab 15 soal dengan benar Jika siswa mampu menjawab 15 soal dengan benar maka 15 dibagi 20 kali 100% sama dgn 75% maka 15 dibagi 20 kali 100% sama dgn 75%
  • 10. • • Rate hampir sama dengan frekuensi, yaitu bilangan yang menunjukkan Rate hampir sama dengan frekuensi, yaitu bilangan yang menunjukkan banyaknya suatu kejadian dalam suatu periode waktu tertentu. banyaknya suatu kejadian dalam suatu periode waktu tertentu. • • Digunakan jika pengukuran dilakukan pada periode waktu yang Digunakan jika pengukuran dilakukan pada periode waktu yang berbeda berbeda- -beda. Mis.seorang peneliti mengamati terjadinya perilaku beda. Mis.seorang peneliti mengamati terjadinya perilaku stereotipe (menggosok stereotipe (menggosok- -gosok mata) pada ATN pada hari kesatu selama gosok mata) pada ATN pada hari kesatu selama 10 menit, hari kedua selama 7 menit, dan hari ketiga selama 8 menit. 10 menit, hari kedua selama 7 menit, dan hari ketiga selama 8 menit. Adapun terjadinya perilaku stereotipe tersebut selama 3 harimasing Adapun terjadinya perilaku stereotipe tersebut selama 3 harimasing- - masing adalah 5,2,3 kali. Dengan demikian rate perilaku stereotipe ATN masing adalah 5,2,3 kali. Dengan demikian rate perilaku stereotipe ATN tsb adalah 10 dibagi 25 = 0,4 kali/menit. tsb adalah 10 dibagi 25 = 0,4 kali/menit. • • Perbedaan antara rate dgn frekuensi adalah pada cara menyajikan Perbedaan antara rate dgn frekuensi adalah pada cara menyajikan datanya. Rate ditampilkan dalam bentuk banyaknya respon/kejadian datanya. Rate ditampilkan dalam bentuk banyaknya respon/kejadian pada setiap menit atau jam (satuan waktu), sedangkan data frekuensi pada setiap menit atau jam (satuan waktu), sedangkan data frekuensi biasanya disajikan dalam bentuk banyaknya respon atau kejadian dalam biasanya disajikan dalam bentuk banyaknya respon atau kejadian dalam total waktu tertentu. total waktu tertentu. • • Rate cocok digunakan jika peneliti ingin mengetahui seberapa sering Rate cocok digunakan jika peneliti ingin mengetahui seberapa sering suatu kejadian itu terjadi suatu kejadian itu terjadi   akan sangat berguna jika intervensinya akan sangat berguna jika intervensinya ditujukan pada perilaku akademik dan sosial ditujukan pada perilaku akademik dan sosial  Contoh: Contoh: • • Judi 7 kali ke toilet /jam; Ali menyelesaikan 3 soal matematika/menit; Judi 7 kali ke toilet /jam; Ali menyelesaikan 3 soal matematika/menit; Joko melakukan tantrum 8 kali seminggu Joko melakukan tantrum 8 kali seminggu • • Rate hampir sama dengan frekuensi, yaitu bilangan yang menunjukkan Rate hampir sama dengan frekuensi, yaitu bilangan yang menunjukkan banyaknya suatu kejadian dalam suatu periode waktu tertentu. banyaknya suatu kejadian dalam suatu periode waktu tertentu. • • Digunakan jika pengukuran dilakukan pada periode waktu yang Digunakan jika pengukuran dilakukan pada periode waktu yang berbeda berbeda- -beda. Mis.seorang peneliti mengamati terjadinya perilaku beda. Mis.seorang peneliti mengamati terjadinya perilaku stereotipe (menggosok stereotipe (menggosok- -gosok mata) pada ATN pada hari kesatu selama gosok mata) pada ATN pada hari kesatu selama 10 menit, hari kedua selama 7 menit, dan hari ketiga selama 8 menit. 10 menit, hari kedua selama 7 menit, dan hari ketiga selama 8 menit. Adapun terjadinya perilaku stereotipe tersebut selama 3 harimasing Adapun terjadinya perilaku stereotipe tersebut selama 3 harimasing- - masing adalah 5,2,3 kali. Dengan demikian rate perilaku stereotipe ATN masing adalah 5,2,3 kali. Dengan demikian rate perilaku stereotipe ATN tsb adalah 10 dibagi 25 = 0,4 kali/menit. tsb adalah 10 dibagi 25 = 0,4 kali/menit. • • Perbedaan antara rate dgn frekuensi adalah pada cara menyajikan Perbedaan antara rate dgn frekuensi adalah pada cara menyajikan datanya. Rate ditampilkan dalam bentuk banyaknya respon/kejadian datanya. Rate ditampilkan dalam bentuk banyaknya respon/kejadian pada setiap menit atau jam (satuan waktu), sedangkan data frekuensi pada setiap menit atau jam (satuan waktu), sedangkan data frekuensi biasanya disajikan dalam bentuk banyaknya respon atau kejadian dalam biasanya disajikan dalam bentuk banyaknya respon atau kejadian dalam total waktu tertentu. total waktu tertentu. • • Rate cocok digunakan jika peneliti ingin mengetahui seberapa sering Rate cocok digunakan jika peneliti ingin mengetahui seberapa sering suatu kejadian itu terjadi suatu kejadian itu terjadi   akan sangat berguna jika intervensinya akan sangat berguna jika intervensinya ditujukan pada perilaku akademik dan sosial ditujukan pada perilaku akademik dan sosial  Contoh: Contoh: • • Judi 7 kali ke toilet /jam; Ali menyelesaikan 3 soal matematika/menit; Judi 7 kali ke toilet /jam; Ali menyelesaikan 3 soal matematika/menit; Joko melakukan tantrum 8 kali seminggu Joko melakukan tantrum 8 kali seminggu
  • 11. • • Durasi Durasi  berguna untuk mengetahui berguna untuk mengetahui berapa lama suatu kejadian/menunjukkan berapa lama suatu kejadian/menunjukkan berapa lama waktu seseorang melakukan berapa lama waktu seseorang melakukan suatu perilaku (on task) suatu perilaku (on task) Contoh: Contoh: • • Badu duduk di bangku selama 30 menit; Badu duduk di bangku selama 30 menit; Ali mengerjakan soal matematika 20 Ali mengerjakan soal matematika 20 menit; Joko melakukan tantrum selama 45 menit; Joko melakukan tantrum selama 45 menit menit • • Durasi Durasi  berguna untuk mengetahui berguna untuk mengetahui berapa lama suatu kejadian/menunjukkan berapa lama suatu kejadian/menunjukkan berapa lama waktu seseorang melakukan berapa lama waktu seseorang melakukan suatu perilaku (on task) suatu perilaku (on task) Contoh: Contoh: • • Badu duduk di bangku selama 30 menit; Badu duduk di bangku selama 30 menit; Ali mengerjakan soal matematika 20 Ali mengerjakan soal matematika 20 menit; Joko melakukan tantrum selama 45 menit; Joko melakukan tantrum selama 45 menit menit
  • 12. • • Latensi Latensi   menunjukkan waktu yang menunjukkan waktu yang diperlukan seseorang untuk melakukan diperlukan seseorang untuk melakukan perilaku tertentu (behavior) setelah perilaku tertentu (behavior) setelah mendapatkan stimulus mendapatkan stimulus  Contoh Contoh • • Berapa menit Ani berhenti melakukan Berapa menit Ani berhenti melakukan tantrum setelah gurunya meminta dia tantrum setelah gurunya meminta dia untuk berhenti dengan mengatakan “Ani untuk berhenti dengan mengatakan “Ani jangan marah, mari kita bermain!” jangan marah, mari kita bermain!” • • Latensi Latensi   menunjukkan waktu yang menunjukkan waktu yang diperlukan seseorang untuk melakukan diperlukan seseorang untuk melakukan perilaku tertentu (behavior) setelah perilaku tertentu (behavior) setelah mendapatkan stimulus mendapatkan stimulus  Contoh Contoh • • Berapa menit Ani berhenti melakukan Berapa menit Ani berhenti melakukan tantrum setelah gurunya meminta dia tantrum setelah gurunya meminta dia untuk berhenti dengan mengatakan “Ani untuk berhenti dengan mengatakan “Ani jangan marah, mari kita bermain!” jangan marah, mari kita bermain!”
  • 13. • • Magnitude Magnitude   merupakan satuan ukuran merupakan satuan ukuran yang menunjukkan kualitas suatu respon. yang menunjukkan kualitas suatu respon. • • Respon adalah suatu kegiatan tertentu Respon adalah suatu kegiatan tertentu yang dapat diukur kualitasnya dgn satuan yang dapat diukur kualitasnya dgn satuan tertentu baik menggunakan alat ukur tertentu baik menggunakan alat ukur tertentu maupun tidak tertentu maupun tidak  Contoh Contoh • • Berat badan Tono 45 kg; Tinggi badan Berat badan Tono 45 kg; Tinggi badan Rina 160 cm Rina 160 cm • • Magnitude Magnitude   merupakan satuan ukuran merupakan satuan ukuran yang menunjukkan kualitas suatu respon. yang menunjukkan kualitas suatu respon. • • Respon adalah suatu kegiatan tertentu Respon adalah suatu kegiatan tertentu yang dapat diukur kualitasnya dgn satuan yang dapat diukur kualitasnya dgn satuan tertentu baik menggunakan alat ukur tertentu baik menggunakan alat ukur tertentu maupun tidak tertentu maupun tidak  Contoh Contoh • • Berat badan Tono 45 kg; Tinggi badan Berat badan Tono 45 kg; Tinggi badan Rina 160 cm Rina 160 cm
  • 14. • • Trial Trial   merupakan ukuran variabel terikat yang merupakan ukuran variabel terikat yang menunjukkan banyaknya kegiatan (trial) untuk mencapai menunjukkan banyaknya kegiatan (trial) untuk mencapai suatu kriteria yang telah ditentukan. suatu kriteria yang telah ditentukan. • • Jenis ukuran ini cocok untuk digunakan pada penelitian Jenis ukuran ini cocok untuk digunakan pada penelitian yang intervensinya merupakan pengajaran praktek atau yang intervensinya merupakan pengajaran praktek atau mengikuti suatu kriteria tertentu. mengikuti suatu kriteria tertentu. • • Misalnya, Guru mengajarkan keterampilan koordinasi Misalnya, Guru mengajarkan keterampilan koordinasi mata dan tangan pada ATG untuk memasukan bola ke mata dan tangan pada ATG untuk memasukan bola ke dalam keranjang. Kriteria ketr.melempar bola dianggap dalam keranjang. Kriteria ketr.melempar bola dianggap berhasil jika dapat memasukkan bola dalam keranjang berhasil jika dapat memasukkan bola dalam keranjang sebanyak 10 kali. sebanyak 10 kali. • • Toni dapat memasukan bola ke dalam keranjang 5 kali Toni dapat memasukan bola ke dalam keranjang 5 kali pada sesi satu, sesi ke pada sesi satu, sesi ke- -2,3, dan 4 masing 2,3, dan 4 masing- -masing masing 6,5,dan 10 kali, maka trial yang dicapai Toni adalah 6,5,dan 10 kali, maka trial yang dicapai Toni adalah 5,6,5, dan 10 masing 5,6,5, dan 10 masing- -masing unbtuk sesi 1, 2, 3, dan 4 masing unbtuk sesi 1, 2, 3, dan 4 • • Trial Trial   merupakan ukuran variabel terikat yang merupakan ukuran variabel terikat yang menunjukkan banyaknya kegiatan (trial) untuk mencapai menunjukkan banyaknya kegiatan (trial) untuk mencapai suatu kriteria yang telah ditentukan. suatu kriteria yang telah ditentukan. • • Jenis ukuran ini cocok untuk digunakan pada penelitian Jenis ukuran ini cocok untuk digunakan pada penelitian yang intervensinya merupakan pengajaran praktek atau yang intervensinya merupakan pengajaran praktek atau mengikuti suatu kriteria tertentu. mengikuti suatu kriteria tertentu. • • Misalnya, Guru mengajarkan keterampilan koordinasi Misalnya, Guru mengajarkan keterampilan koordinasi mata dan tangan pada ATG untuk memasukan bola ke mata dan tangan pada ATG untuk memasukan bola ke dalam keranjang. Kriteria ketr.melempar bola dianggap dalam keranjang. Kriteria ketr.melempar bola dianggap berhasil jika dapat memasukkan bola dalam keranjang berhasil jika dapat memasukkan bola dalam keranjang sebanyak 10 kali. sebanyak 10 kali. • • Toni dapat memasukan bola ke dalam keranjang 5 kali Toni dapat memasukan bola ke dalam keranjang 5 kali pada sesi satu, sesi ke pada sesi satu, sesi ke- -2,3, dan 4 masing 2,3, dan 4 masing- -masing masing 6,5,dan 10 kali, maka trial yang dicapai Toni adalah 6,5,dan 10 kali, maka trial yang dicapai Toni adalah 5,6,5, dan 10 masing 5,6,5, dan 10 masing- -masing unbtuk sesi 1, 2, 3, dan 4 masing unbtuk sesi 1, 2, 3, dan 4
  • 15. Sistem Pencatatan Data Sistem Pencatatan Data • • Pencatatan Otomatis Pencatatan Otomatis  dgn menggunakan alat teknologi dgn menggunakan alat teknologi modern (sistem komputerisasi) modern (sistem komputerisasi)  hasilnya lebih akurat, hasilnya lebih akurat, tidak mengalami human eror, lebih singkat, dapat diolah tidak mengalami human eror, lebih singkat, dapat diolah dengan mudah dengan mudah  Contoh: detak jantung sbg parameter Contoh: detak jantung sbg parameter tingkat kecemasan, reaksi otot, & kekuatan otot tingkat kecemasan, reaksi otot, & kekuatan otot • • Pencatatan dengan Produk Permanen Pencatatan dengan Produk Permanen  dilakukan thd dilakukan thd target behavior yang diahsilkan oleh subyek dimana target behavior yang diahsilkan oleh subyek dimana datanya secara langsung berada pada dokumen datanya secara langsung berada pada dokumen tersebut. Misalnya menjawab soal melalui LKS, tersebut. Misalnya menjawab soal melalui LKS, menyelesaikan potongan puzle yang benar & salah menyelesaikan potongan puzle yang benar & salah • • Pencatatan dengan Observasi Langsung: adalah Pencatatan dengan Observasi Langsung: adalah pencatatan data target behavior pada saat kejadian atau pencatatan data target behavior pada saat kejadian atau perilaku terjadi perilaku terjadi  Jenisnya: Jenisnya: Pencatatan kejadian, durasi, Pencatatan kejadian, durasi, latensi, interval, dan sampel waktu latensi, interval, dan sampel waktu • • Pencatatan Otomatis Pencatatan Otomatis  dgn menggunakan alat teknologi dgn menggunakan alat teknologi modern (sistem komputerisasi) modern (sistem komputerisasi)  hasilnya lebih akurat, hasilnya lebih akurat, tidak mengalami human eror, lebih singkat, dapat diolah tidak mengalami human eror, lebih singkat, dapat diolah dengan mudah dengan mudah  Contoh: detak jantung sbg parameter Contoh: detak jantung sbg parameter tingkat kecemasan, reaksi otot, & kekuatan otot tingkat kecemasan, reaksi otot, & kekuatan otot • • Pencatatan dengan Produk Permanen Pencatatan dengan Produk Permanen  dilakukan thd dilakukan thd target behavior yang diahsilkan oleh subyek dimana target behavior yang diahsilkan oleh subyek dimana datanya secara langsung berada pada dokumen datanya secara langsung berada pada dokumen tersebut. Misalnya menjawab soal melalui LKS, tersebut. Misalnya menjawab soal melalui LKS, menyelesaikan potongan puzle yang benar & salah menyelesaikan potongan puzle yang benar & salah • • Pencatatan dengan Observasi Langsung: adalah Pencatatan dengan Observasi Langsung: adalah pencatatan data target behavior pada saat kejadian atau pencatatan data target behavior pada saat kejadian atau perilaku terjadi perilaku terjadi  Jenisnya: Jenisnya: Pencatatan kejadian, durasi, Pencatatan kejadian, durasi, latensi, interval, dan sampel waktu latensi, interval, dan sampel waktu
  • 16. Pencatatan Kejadian Pencatatan Kejadian menghitung frekuensi dengan cara memberika tanda pada kertas yg menghitung frekuensi dengan cara memberika tanda pada kertas yg telah disiapkan setiap kejadian/perilaku terjadi sampai dgn periode telah disiapkan setiap kejadian/perilaku terjadi sampai dgn periode waktu yg ditentukan waktu yg ditentukan Nama Siswa : Toni Pengamat : Burhan Target Behavior (TB) : Memukul teman Tgl Tgl Waktu Waktu Start Start - - stop stop Tally terjadinya Tally terjadinya TB TB Total Kejadian Total Kejadian 15 Jan 2005 15 Jan 2005 10:00 10:00 - - 10:20 10:20 lllll lllll 5 5 16 Jan 2005 16 Jan 2005 10:00 10:00 - - 10:20 10:20 llllll llllll 6 6
  • 17. Pencatatan Durasi Pencatatan Durasi pencatatan ttg berapa lama suatu kejadian atau TB terjadi pencatatan ttg berapa lama suatu kejadian atau TB terjadi Nama Subyek : Irfan Pengamat : Efendi Target Behavior : Menggosok-gosok mata pada ATN Tgl (sesi) Tgl (sesi) Waktu Waktu Durasi Durasi - -Menit Menit Mulai Mulai Selesai Selesai 20 20- -9 9- -2005 2005 07.15 07.15 07.17 07.17 2 2 21 21- -9 9- -2005 2005 08.00 08.00 08.05 08.05 5 5 22 22- -9 9- -2005 2005 07.20 07.20 07.24 07.24 4 4 23 23- -9 9- -2005 2005 08.10 08.10 08.18 08.18 8 8
  • 18. Pencatatan Latensi Pencatatan Latensi pencatatan ttg berapa lama waktu yang diperlukan subyek untuk pencatatan ttg berapa lama waktu yang diperlukan subyek untuk memulai suatu perilaku setelah mendapat stimulus memulai suatu perilaku setelah mendapat stimulus Nama Subyek : Ira Pengamat : Efendi Target Behavior : Duduk di kursi Perintah : Ira,duduklah! Sesi Sesi Waktu Waktu Latensi Latensi Pemberian Pemberian stimulus stimulus Mulai Mulai merespon merespon 1 1 10:15 10:15 10:20 10:20 5 mn 5 mn 2 2 07:30 07:30 07:35 07:35 5 mn 5 mn 3 3 08:00 08:00 08:05 08:05 5 mn 5 mn
  • 19. Pencatatan Interval Pencatatan Interval cara yang dilakukan dengan membagi periode waktu observasi ke dlm cara yang dilakukan dengan membagi periode waktu observasi ke dlm interval waktu yg lebih kecil dan mencatat kejadian yg terjadi pada interval waktu yg lebih kecil dan mencatat kejadian yg terjadi pada setiap interval waktu tsb setiap interval waktu tsb Interval yg digunakan umumnya 10’’,15’’ s/d 30’’ Interval yg digunakan umumnya 10’’,15’’ s/d 30’’ Nama Subyek : Agus Pengamat: Efendi Tanggal : 12 Juli 2005 Perilaku : Memukul-mukul kepala Waktu : 10:15 - 10:20 Total : 5 Menit Kode : Occurrence (o) Nonoccurrance (x) 15” 15” 15” 15” 15” 15” 15” 15” 1’ 1’ o o o o x x x x 2’ 2’ x x x x o o o o 3’ 3’ x x o o o o o o 4’ 4’ o o o o x x x x 5’ 5’ x x o o x x o o Occurrence = 9 Presentase = 9:20 = 45% Nonoccurrance = 11 Presentase = 11:20 = 55%
  • 20. Penentuan Pencatatan Data Penentuan Pencatatan Data • • Apakah perilaku yang akan diukur/dicatat berkaitan Apakah perilaku yang akan diukur/dicatat berkaitan ddgn dimensi waktu/jumlah? ddgn dimensi waktu/jumlah? • • Jika memiliki dimensi jumlah, apakah berupa data Jika memiliki dimensi jumlah, apakah berupa data dikrit/kontinyu? dikrit/kontinyu? • • Jika data deskret, gunakan pencatatan kejadian, Jika data deskret, gunakan pencatatan kejadian, sedangkan data kontinyu, gunakan pencatatan interval sedangkan data kontinyu, gunakan pencatatan interval • • Untuk dimensi waktu, jika yang dihitung lamanya Untuk dimensi waktu, jika yang dihitung lamanya melakukan perilaku, gunakan pencatatan durasi @ jika melakukan perilaku, gunakan pencatatan durasi @ jika pengukuran dilakukan dari saat munculnya stimulus s/d pengukuran dilakukan dari saat munculnya stimulus s/d saat melakukan perilaku gunakan pencatatan latensi saat melakukan perilaku gunakan pencatatan latensi • • Apakah perilaku yang akan diukur/dicatat berkaitan Apakah perilaku yang akan diukur/dicatat berkaitan ddgn dimensi waktu/jumlah? ddgn dimensi waktu/jumlah? • • Jika memiliki dimensi jumlah, apakah berupa data Jika memiliki dimensi jumlah, apakah berupa data dikrit/kontinyu? dikrit/kontinyu? • • Jika data deskret, gunakan pencatatan kejadian, Jika data deskret, gunakan pencatatan kejadian, sedangkan data kontinyu, gunakan pencatatan interval sedangkan data kontinyu, gunakan pencatatan interval • • Untuk dimensi waktu, jika yang dihitung lamanya Untuk dimensi waktu, jika yang dihitung lamanya melakukan perilaku, gunakan pencatatan durasi @ jika melakukan perilaku, gunakan pencatatan durasi @ jika pengukuran dilakukan dari saat munculnya stimulus s/d pengukuran dilakukan dari saat munculnya stimulus s/d saat melakukan perilaku gunakan pencatatan latensi saat melakukan perilaku gunakan pencatatan latensi
  • 21. • • Desain penelitian eksperimen secara garis besar dapat dibedakan Desain penelitian eksperimen secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: desain kelompok (group design) dan menjadi dua kelompok, yaitu: desain kelompok (group design) dan desain subyek tunggal (single subject design) desain subyek tunggal (single subject design) • • Desain kelompok memfokuskan pada data yg berasal dari kelompok Desain kelompok memfokuskan pada data yg berasal dari kelompok individu yang digunakan untuk membanding kinerja (performance) individu yang digunakan untuk membanding kinerja (performance) antar kelompok individu yg pada umumnya menggunakan analisis antar kelompok individu yg pada umumnya menggunakan analisis data skor rata data skor rata- -rata (mean) dari variabel terikat yang diteliti rata (mean) dari variabel terikat yang diteliti • • Desain subyek tunggal memfokuskan pada data individu sebagai Desain subyek tunggal memfokuskan pada data individu sebagai subyek penelitian subyek penelitian  penggunaan skor individu lebih utama daripada penggunaan skor individu lebih utama daripada skor rata skor rata- -rata kelompok rata kelompok   pengukuran target behavior dilakukan pengukuran target behavior dilakukan berulang berulang- -ulang dengan periode waktu tertentu ulang dengan periode waktu tertentu (perminggu/hari/jam) (perminggu/hari/jam) • • Perbandingan tidak dilakukan antar individu atau kelompok tetapi Perbandingan tidak dilakukan antar individu atau kelompok tetapi dibandingkan pada subyek yang sama dalam kondisi yang berbeda dibandingkan pada subyek yang sama dalam kondisi yang berbeda (kondisi base line & intervensi) (kondisi base line & intervensi) DESAIN SSR DESAIN SSR • • Desain penelitian eksperimen secara garis besar dapat dibedakan Desain penelitian eksperimen secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: desain kelompok (group design) dan menjadi dua kelompok, yaitu: desain kelompok (group design) dan desain subyek tunggal (single subject design) desain subyek tunggal (single subject design) • • Desain kelompok memfokuskan pada data yg berasal dari kelompok Desain kelompok memfokuskan pada data yg berasal dari kelompok individu yang digunakan untuk membanding kinerja (performance) individu yang digunakan untuk membanding kinerja (performance) antar kelompok individu yg pada umumnya menggunakan analisis antar kelompok individu yg pada umumnya menggunakan analisis data skor rata data skor rata- -rata (mean) dari variabel terikat yang diteliti rata (mean) dari variabel terikat yang diteliti • • Desain subyek tunggal memfokuskan pada data individu sebagai Desain subyek tunggal memfokuskan pada data individu sebagai subyek penelitian subyek penelitian  penggunaan skor individu lebih utama daripada penggunaan skor individu lebih utama daripada skor rata skor rata- -rata kelompok rata kelompok   pengukuran target behavior dilakukan pengukuran target behavior dilakukan berulang berulang- -ulang dengan periode waktu tertentu ulang dengan periode waktu tertentu (perminggu/hari/jam) (perminggu/hari/jam) • • Perbandingan tidak dilakukan antar individu atau kelompok tetapi Perbandingan tidak dilakukan antar individu atau kelompok tetapi dibandingkan pada subyek yang sama dalam kondisi yang berbeda dibandingkan pada subyek yang sama dalam kondisi yang berbeda (kondisi base line & intervensi) (kondisi base line & intervensi)
  • 22. DESIGN • • DESAIN REVERSAL DESAIN REVERSAL • • Desain A Desain A – – B B • • Desain A Desain A – – B B – – A A • • Desain A Desain A – – B B – – A A – – B B • • DESAIN MULTIPLE DESAIN MULTIPLE BASELINE BASELINE • • Cross condition Cross condition • • Cross Variables Cross Variables • • Cross subjects Cross subjects • • DESAIN REVERSAL DESAIN REVERSAL • • Desain A Desain A – – B B • • Desain A Desain A – – B B – – A A • • Desain A Desain A – – B B – – A A – – B B • • DESAIN MULTIPLE DESAIN MULTIPLE BASELINE BASELINE • • Cross condition Cross condition • • Cross Variables Cross Variables • • Cross subjects Cross subjects
  • 23. PROSEDUR PENELITIAN DG DISAIN A PROSEDUR PENELITIAN DG DISAIN A- -B B TAWNEY & GAST (SUNANTO,2005:58) TAWNEY & GAST (SUNANTO,2005:58) • • Mendefinisikan target behavior sebagai perilaku yang dapat diukur Mendefinisikan target behavior sebagai perilaku yang dapat diukur secara akurat secara akurat • • Melaksanakan pengukuran dan pencatatan data pada kondisi Melaksanakan pengukuran dan pencatatan data pada kondisi baseline (A) secara kontinyu sekurang baseline (A) secara kontinyu sekurang- -kurangnya 3 atau 5 kali (atau kurangnya 3 atau 5 kali (atau sampai trend dan level data diketahui secara jelas) sampai trend dan level data diketahui secara jelas) • • Memberikan intervensi (B) setelah kondisi baseline stabil Memberikan intervensi (B) setelah kondisi baseline stabil • • Melakukan pengukuran target behavior pada kondisi intervensi (B) Melakukan pengukuran target behavior pada kondisi intervensi (B) secara kontinyu selama periode waktu tertenntu sampai trend dan secara kontinyu selama periode waktu tertenntu sampai trend dan level data menjadi stabil level data menjadi stabil • • Menghindari mengambil kesimpulan adanya hubungan fungsional Menghindari mengambil kesimpulan adanya hubungan fungsional (sebab akibat) antara variabel terikat dan variabel bebas (sebab akibat) antara variabel terikat dan variabel bebas • • Mendefinisikan target behavior sebagai perilaku yang dapat diukur Mendefinisikan target behavior sebagai perilaku yang dapat diukur secara akurat secara akurat • • Melaksanakan pengukuran dan pencatatan data pada kondisi Melaksanakan pengukuran dan pencatatan data pada kondisi baseline (A) secara kontinyu sekurang baseline (A) secara kontinyu sekurang- -kurangnya 3 atau 5 kali (atau kurangnya 3 atau 5 kali (atau sampai trend dan level data diketahui secara jelas) sampai trend dan level data diketahui secara jelas) • • Memberikan intervensi (B) setelah kondisi baseline stabil Memberikan intervensi (B) setelah kondisi baseline stabil • • Melakukan pengukuran target behavior pada kondisi intervensi (B) Melakukan pengukuran target behavior pada kondisi intervensi (B) secara kontinyu selama periode waktu tertenntu sampai trend dan secara kontinyu selama periode waktu tertenntu sampai trend dan level data menjadi stabil level data menjadi stabil • • Menghindari mengambil kesimpulan adanya hubungan fungsional Menghindari mengambil kesimpulan adanya hubungan fungsional (sebab akibat) antara variabel terikat dan variabel bebas (sebab akibat) antara variabel terikat dan variabel bebas
  • 24. ANALISIS DATA ANALISIS DATA Penelitian dengan subyek/kasus tunggal menggunakan statistik deskriptif yang sederhana
  • 25.
  • 26. KOMPONEN ANALISIS DATA KOMPONEN ANALISIS DATA Analisis data dengan `metode analisis visual` ada beberapa perhatian : * Banyak skor tiap kondisi * Banyaknya variabel terikat (yang ingin diubah) * Tingkat stabilitas dan perubahan level data dalam suatu kondisi atau antar kondisi * Arah perubahan dalam kondisi maupun antar kondisi Analisis data dengan `metode analisis visual` ada beberapa perhatian : * Banyak skor tiap kondisi * Banyaknya variabel terikat (yang ingin diubah) * Tingkat stabilitas dan perubahan level data dalam suatu kondisi atau antar kondisi * Arah perubahan dalam kondisi maupun antar kondisi
  • 27. ANALISIS DALAM KONDISI ANALISIS DALAM KONDISI 80 60 40 20 0 100 75 50 25 0 Grafik 1 a b Baseline dgn stabilitas Beda 80 60 40 20 0 8 6 4 2 0 40 30 20 10 0 100 75 50 25 0 0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4 5 S E S I S E S I H A R I H A R I d c
  • 28. ANALISIS DALAM KONDISI ANALISIS DALAM KONDISI Dari Grafik 1 : •Grafik a menunjukkan 5 data yang stabil. Rentang skornya secara konsisten berada antara 30 % dan 40 % dari meannya. (data baseline – indikasi intervensi dapat dimulai) *Grafik b menampilkan data yang tidak stabil (pilihan: melanjutkan sampai `stabil` atau mencari penyebab ketidakstabilan data) * Grafik c dan d menunjukkan data baseline yang stabil (meyakinkan intervensi perlu segera dimulai) Dari Grafik 1 : •Grafik a menunjukkan 5 data yang stabil. Rentang skornya secara konsisten berada antara 30 % dan 40 % dari meannya. (data baseline – indikasi intervensi dapat dimulai) *Grafik b menampilkan data yang tidak stabil (pilihan: melanjutkan sampai `stabil` atau mencari penyebab ketidakstabilan data) * Grafik c dan d menunjukkan data baseline yang stabil (meyakinkan intervensi perlu segera dimulai)
  • 29. ANALISIS DALAM KONDISI ANALISIS DALAM KONDISI 4 3 2 1 0 80 60 40 20 0 Grafik 2 a b Grafik dg Variabilitas Tinggi 4 3 2 1 0 20 15 10 5 0 80 60 40 20 0 80 60 40 20 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 S R J S R J S 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 H A R I H A R I S E S I S E S I d c
  • 30. ANALISIS DALAM KONDISI ANALISIS DALAM KONDISI Dari Grafik 2 : Grafik a menunjukkan data baseline dimana pada sesi-sesi awal bervariasi dan selanjutnya menjadi stabil (mungkin subyek belum beradaptasi dengan tugas) *Grafik b menampilkan kondisi baseline dimana pada sesi-sesi awal stabil dan selanjutnya tidak stabil/ bervariasi (diperkirakan setelah melakukan tugas, subyek terganggu dan mempengaruhi kondisi, mis: sakit, akibat eksternal,dll) •Grafik c menunjukkan data baseline yang tingkat variasinya cukup tinggi dan kecenderungan (trend) arahnya menaik (dicari penyebab ketidakstabilan data dan melanjutkan pengukuran pada fase baseline sampai diperoleh data stabil) Grafik d menunjukkan data baseline yang tidak biasa ditemukan dalam penelitian subyek tunggal. (adanya siklus yang teratur dimana pada hari dan sesi tertentu terjadi perubahan target behavior yang mirip/sama) Dari Grafik 2 : Grafik a menunjukkan data baseline dimana pada sesi-sesi awal bervariasi dan selanjutnya menjadi stabil (mungkin subyek belum beradaptasi dengan tugas) *Grafik b menampilkan kondisi baseline dimana pada sesi-sesi awal stabil dan selanjutnya tidak stabil/ bervariasi (diperkirakan setelah melakukan tugas, subyek terganggu dan mempengaruhi kondisi, mis: sakit, akibat eksternal,dll) •Grafik c menunjukkan data baseline yang tingkat variasinya cukup tinggi dan kecenderungan (trend) arahnya menaik (dicari penyebab ketidakstabilan data dan melanjutkan pengukuran pada fase baseline sampai diperoleh data stabil) Grafik d menunjukkan data baseline yang tidak biasa ditemukan dalam penelitian subyek tunggal. (adanya siklus yang teratur dimana pada hari dan sesi tertentu terjadi perubahan target behavior yang mirip/sama)
  • 31. ANALISIS ANTAR KONDISI ANALISIS ANTAR KONDISI Grafik 3 Perubahan Kecenderungan Arah Antar Kondisi Untuk memulai analisis perubahan antar kondisi, data yang stabil harus mendahului kondisi yang akan dianalisis. a b Grafik a dan b menunjukkan data yang tidak stabil dan terjadi overlap. Kondisi seperti ini sulit untuk diinterpretasi ada tidaknya pengaruh intervensi terhadap variabel terikat
  • 32. ANALISIS ANTAR KONDISI ANALISIS ANTAR KONDISI Grafik 3 c d Perubahan Kecenderungan Arah Antar Kondisi e c d Grafik c menunjukkan perubahan level stabilitas yang cukup tinggi (dari level rendah ke tinggi): efektifitas intervensi meningkatkan … Grafik d sama dengan grafik c, tetapi berbeda dalam hal perubahn levelnya (dari tinggi ke rendah): Efektifitas intervensi menurunkan.. Grafik e menunjukkan tidak adanya perubahan level antara dua kondisi (baseline A dan Intervensi B mempunyai efek sama). Maka perlu memberi intervensi yang baru, misalnya intervensi BC,… e
  • 33. ANALISIS ANTAR KONDISI ANALISIS ANTAR KONDISI Grafik 3 f g Perubahan Kecenderungan Arah Antar Kondisi h f g Grafik f s-d l adalah trend yang sering terjadi pada penelitian dengan subyek tunggal. Grafik f menunjukkan bahwa trend berubah secara berlawanan dengan baseline setelah intervensi diberikan. Grafik g menunjukkan trend yang berhenti setelah intervensi diberikan. Grafik h memperlihatkan bahwa terjadi trend yang meningkat setelah intervensi diberikan. h
  • 34. ANALISIS ANTAR KONDISI ANALISIS ANTAR KONDISI Grafik 3 i j Perubahan Kecenderungan Arah Antar Kondisi k l i j Grafik i memperlihatkan tidak adanya perubahan trend setelah di intervensi (kemiringan grafik baseline = intervensi) = grafik e Grafik j,k,l menunjukkan adanya perubahan trend dan diikuti perubahan level setelah diberikan intervensi. Kondisi baseline stabil dan setelah intervensi: grafik j- menurun, grafik k – mendatar, grafik l – menaik. k l
  • 35. ANALISIS ANTAR KONDISI ANALISIS ANTAR KONDISI Grafik 4 a b Perubahan Kecenderungan Arah Antar Kondisi c Grafik a menunjukkan perubahan level yang sementara Grafik b menunjukkan tidak adanya perubahan level yang sementara Grafik a dan c menunjukkan perubahan level yang cukup tinggi setelah diberikan intervensi, tetapi lambat laun berubah mendekati sama dengan level baseline (perkiraan: intervensi lemah & ada faktor eksternal di sesi awal)
  • 36. CONTOH CONTOH ANALISIS VISUAL ANALISIS VISUAL CONTOH CONTOH ANALISIS VISUAL ANALISIS VISUAL DALAM KONDISI DALAM KONDISI CONTOH CONTOH ANALISIS VISUAL ANALISIS VISUAL ANTAR KONDISI ANTAR KONDISI
  • 37. CONTOH CONTOH ANALISIS VISUAL ANALISIS VISUAL DALAM KONDISI DALAM KONDISI Komponen analisis visual untuk dalam kondisi : 1. Panjang Kondisi 2. Estimasi Kecenderungan Arah 3. Kecenderungan Stabilitas 4. Jejak Data 5. Level Stabilitas dan Rentang 6. Level Perubahan Komponen analisis visual untuk dalam kondisi : 1. Panjang Kondisi 2. Estimasi Kecenderungan Arah 3. Kecenderungan Stabilitas 4. Jejak Data 5. Level Stabilitas dan Rentang 6. Level Perubahan
  • 38. CONTOH CONTOH ANALISIS VISUAL ANALISIS VISUAL DALAM KONDISI DALAM KONDISI J u m l a h T a l k - O u t s 24 22 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Baseline (A) Intervensi (B) J u m l a h T a l k - O u t s 24 22 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 (GRAFIK UNTUK CONTOH ANALISIS) H A R I
  • 39. CONTOH CONTOH ANALISIS VISUAL ANALISIS VISUAL DALAM KONDISI DALAM KONDISI Langkah ke 1 Kondisi : Beri huruf kapital Misalnya A untuk baseline & B untuk intervensi, dst. Langkah ke 2 Menentukan panjang kondisi, panjang interval yang menunjukkan ada berapa sesi dalam kondisi tersebut. Pada contoh grafik: baseline A ada 8 sesi interval B ada 13 sesi Jadi : Kondisi A/1 B/2 Panjang Kondisi 8 13
  • 40. CONTOH CONTOH ANALISIS VISUAL ANALISIS VISUAL DALAM KONDISI DALAM KONDISI Langkah ke 3 Estimasi kecenderungan arah dengan metode belah dua (split- middle) Langkah 1 : Bagilah data pada fase baseline menjadi dua bagian Langkah 2a : Dua bagian kanan dan kiri juga dibagi menjadi dua bagian Langkah 2b : Tentukan posisi median dari masing-masing belahan Langkah 3 : Tariklah garis sejajar dengan absis (sumbu X) yang meng hubungkan titik temu antara (2a) dengan (2b). Dengan memperhatikan pada garis (3) maka diketahui bahwa pada fase baseline (A) arah trendnya menaik dan pada fase intervensi arah trendnya menurun Kondisi A/1 B/2 Estimasi Kecenderungan Arah Langkah ke 3 Estimasi kecenderungan arah dengan metode belah dua (split- middle) Langkah 1 : Bagilah data pada fase baseline menjadi dua bagian Langkah 2a : Dua bagian kanan dan kiri juga dibagi menjadi dua bagian Langkah 2b : Tentukan posisi median dari masing-masing belahan Langkah 3 : Tariklah garis sejajar dengan absis (sumbu X) yang meng hubungkan titik temu antara (2a) dengan (2b). Dengan memperhatikan pada garis (3) maka diketahui bahwa pada fase baseline (A) arah trendnya menaik dan pada fase intervensi arah trendnya menurun Kondisi A/1 B/2 Estimasi Kecenderungan Arah (-) (+)
  • 41. CONTOH CONTOH ANALISIS VISUAL ANALISIS VISUAL DALAM KONDISI DALAM KONDISI J u m l a h T a l k - O u t s 24 22 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Baseline (A) Intervensi (B) Langkah ke 3 Estimasi kecenderungan arah dengan Metode belah dua (Split-Middle) 2a 2a 1 3 1 2a J u m l a h T a l k - O u t s 24 22 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 H A R I 2b 2a 2b 2b 3
  • 42. CONTOH CONTOH ANALISIS VISUAL ANALISIS VISUAL DALAM KONDISI DALAM KONDISI Langkah ke 4 Kecenderungan Stabilitas, (hal ini digunakan stabilitas 15 %) Skor Kriteria Rentang tertinggi X stabilitas = Stabilitas 20 X 0,15 = 3,0 Hitung mean level, cara: data baseline : 18+20+16+14+18+18+16+19 = 139 139 : 8 = 17,35 (Mean Level) Batas atas : Mean level + (0,5Xrentang stabilitas) 17,35 + 1,5 = 18,85 Batas bawah : Mean level - (0,5 X rentang stabilitas) 17,35 - 1,5 = 15,85 Langkah ke 4 Kecenderungan Stabilitas, (hal ini digunakan stabilitas 15 %) Skor Kriteria Rentang tertinggi X stabilitas = Stabilitas 20 X 0,15 = 3,0 Hitung mean level, cara: data baseline : 18+20+16+14+18+18+16+19 = 139 139 : 8 = 17,35 (Mean Level) Batas atas : Mean level + (0,5Xrentang stabilitas) 17,35 + 1,5 = 18,85 Batas bawah : Mean level - (0,5 X rentang stabilitas) 17,35 - 1,5 = 15,85
  • 43. CONTOH CONTOH ANALISIS VISUAL ANALISIS VISUAL DALAM KONDISI DALAM KONDISI Kecenderungan Stabilitas, (hal ini digunakan stabilitas 15 %) banyak data point banyak persentase yang ada dalam : data point = stabilitas rentang 5 : 8 = 62,5 % Jika persentase stabilitas sebesar 85 % - 90 % dikatakan stabil Sedangkan fase baseline diperoleh 62,5 %, maka : Kecenderungan stabilitas variabel adalah `tidak stabil` Kecenderungan Stabilitas, (hal ini digunakan stabilitas 15 %) banyak data point banyak persentase yang ada dalam : data point = stabilitas rentang 5 : 8 = 62,5 % Jika persentase stabilitas sebesar 85 % - 90 % dikatakan stabil Sedangkan fase baseline diperoleh 62,5 %, maka : Kecenderungan stabilitas variabel adalah `tidak stabil`
  • 44. CONTOH CONTOH ANALISIS VISUAL ANALISIS VISUAL DALAM KONDISI DALAM KONDISI Langkah ke 5 Kecenderungan jejak data Sama denga kecenderungan arah, namun pada fase intervensi (B) pada sesi 9 - 15 menurun dan sesi 16 - 21 cenderung mendatar Kondisi A/1 B/2 Kecenderungan Jejak Langkah ke 5 Kecenderungan jejak data Sama denga kecenderungan arah, namun pada fase intervensi (B) pada sesi 9 - 15 menurun dan sesi 16 - 21 cenderung mendatar Kondisi A/1 B/2 Kecenderungan Jejak (-) (=) (+)
  • 45. CONTOH CONTOH ANALISIS VISUAL ANALISIS VISUAL DALAM KONDISI DALAM KONDISI Langkah ke 6 Level stabilitas dan rentang Fase baseline (A) datanya variabel atau tidak stabil rentangnya 14 - 20 Fase intervensi (B) datanya stabil & rentangnya 0 - 15 Kondisi A/1 B/2 Level stabilitas Variabel/tidak stabil Stabil & Rentang 14 - 20 0 - 15 Langkah ke 6 Level stabilitas dan rentang Fase baseline (A) datanya variabel atau tidak stabil rentangnya 14 - 20 Fase intervensi (B) datanya stabil & rentangnya 0 - 15 Kondisi A/1 B/2 Level stabilitas Variabel/tidak stabil Stabil & Rentang 14 - 20 0 - 15
  • 46. CONTOH CONTOH ANALISIS VISUAL ANALISIS VISUAL DALAM KONDISI DALAM KONDISI Langkah ke 7 Level Perubahan Tandai data pertama (hari ke 1) dan data terakhir (hari ke 8) pada fase baseline. Hitung selisih antara kedua data dan tentukan arahnya menaik atau menurun dan beri tanda (+) bila membaik dan (-) bila memburuk dan (=) bila tidak ada perubahan. data yang besar - data yang kecil = persentase (hari ke 8) (hari ke 1) 19 - 18 = 1 Dengan demikian , level perubahan data adalah : Kondisi A/1 A/2 Level perubahan 19 - 18 - 12 - 2 (- 1) (+10) Langkah ke 7 Level Perubahan Tandai data pertama (hari ke 1) dan data terakhir (hari ke 8) pada fase baseline. Hitung selisih antara kedua data dan tentukan arahnya menaik atau menurun dan beri tanda (+) bila membaik dan (-) bila memburuk dan (=) bila tidak ada perubahan. data yang besar - data yang kecil = persentase (hari ke 8) (hari ke 1) 19 - 18 = 1 Dengan demikian , level perubahan data adalah : Kondisi A/1 A/2 Level perubahan 19 - 18 - 12 - 2 (- 1) (+10)
  • 47. CONTOH CONTOH ANALISIS VISUAL DALAM KONDISI ANALISIS VISUAL DALAM KONDISI RANGKUMAN Kondisi A/1 B/2 1. Panjang Kondisi 8 13 2. Estimasi Kecenderungan Arah 3. Kecenderungan Stabilitas Variabel/tidak stabil stabil 5. Level Stabilitas Variabel/tidak stabil Stabil & Rentang ( 14 - 20 ) ( 0 – 15 ) 19 - 18 12 - 2 6. Perubahan Level (-1) (+10) (-) (+) Kondisi A/1 B/2 1. Panjang Kondisi 8 13 2. Estimasi Kecenderungan Arah 3. Kecenderungan Stabilitas Variabel/tidak stabil stabil 5. Level Stabilitas Variabel/tidak stabil Stabil & Rentang ( 14 - 20 ) ( 0 – 15 ) 19 - 18 12 - 2 6. Perubahan Level (-1) (+10) (-) (+) (-) (+) (=)
  • 48. CONTOH CONTOH ANALISIS VISUAL ANTAR KONDISI ANALISIS VISUAL ANTAR KONDISI Langkah ke 1 Perbandingan kondisi B1 / A1 2 : 1 JUMLAH VARIABEL YANG DI UBAH Kondisi baseline (A) ke Interval (B) adalah 1 Langkah ke 2 Perubahan Kecenderungan Arah B1 / A1 (2 : 1) Langkah ke 2 Perubahan Kecenderungan Arah B1 / A1 (2 : 1) (-) (+) Positif
  • 49. CONTOH CONTOH ANALISIS VISUAL ANTAR KONDISI ANALISIS VISUAL ANTAR KONDISI RANGKUMAN Kondisi Yang B/1 dibandingkan A/1 (2 : 1) 1. Panjang Kondisi 2. Jumlah Variabel 1 3. Perubahan Arah & Efeknya 5. Perubahan Stabilitas Variabel ke stabil 18 - 12 6. Perubahan Level +6 7. Persentase Overlap 7.69 % Kondisi Yang B/1 dibandingkan A/1 (2 : 1) 1. Panjang Kondisi 2. Jumlah Variabel 1 3. Perubahan Arah & Efeknya 5. Perubahan Stabilitas Variabel ke stabil 18 - 12 6. Perubahan Level +6 7. Persentase Overlap 7.69 % (-) (+) (=) Positif