SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus
Kegiatan Belajar
1
Pendahuluan		 Uraian Materi		 Rangkuman
II
Setelah mempelajari dan mempraktikkan materi Kegiatan Belajar
2 ini Anda dapat melakukan pemeriksaan telinga, hidung dan
tenggorokan pada pasien dengan gangguan sistem penginderaan
TUJUANPembelajaran Umum
TUJUANPembelajaran Khusus
POKOKMateri
Setelah mempelajari dan mempraktikkan materi Kegiatan Belajar 2
ini Anda dapat melakukan:
1.	 Persiapan pasien
2.	 Prosedur tindakan pemeriksaan tes suara bisik, tes garpu tala,
dan tes pendengaran.
Pokok-pokok materi dalam kegiatan belajar ini meliputi:
1.	 Tes suara bisik
2.	 Tes garpu tala
3.	 Tes pendengaran
Pemeriksaan Tajam Pendengaran
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
2
Pendahuluan		 Uraian Materi		 Rangkuman
Uraian Materi
Ada beberapa tes yang dapat Anda lakukan dalam menilai fungsi
pendengaran. Salah satu tes yang biasa digunakan di klinik adalah tes suara bisik
dan tes garpu tala. Tes ini selain mudah dilakukan, tidak rumit, cepat, alat yang
dibutuhkan sederhana juga memberikan informasi yang terpercaya mengenai
kualitas dan kuantitas ketulian.
Bagaimana cara melakukan tes suara bisik? Caranya adalah sebagai berikut:
Test Suara Bisik
Selanjutnya Anda akan mempelajari bagaimana melakukan tes suara bisik.
Sebelum pemeriksaan ini dilakukan, ada beberapa hal persyaratan yang harus
diperhatikan. Persyaratan yang perlu Anda ingat dalam melakukan test ini ialah:
a.	 Ruangan test. Salah satu sisi atau sudut menyudut ruangan harus ada jarak
sebesar 6 meter. Ruangan harus bebas dari kebisingan. Untuk menghindari
gema diruangan dapat ditaruh kayu di dalamnya.
b.	 Pemeriksa. Sebagai sumber bunyi harus mengucapkan kata-kata dengan
menggunakan ucapan kata-kata sesudah expirasi normal. Kata-kata yang
dibisikkan terdiri dari 2 suku kata (bisyllabic) yang terdiri dari kata-kata
sehari-hari. Setiap suku kata diucapkan dengan tekanan yang sama dan
antara dua suku kata bisyllabic “Gajah Mada P.B.List” karena telah ditera
keseimbangan phonemnya untuk bahasa Indonesia.
c.	 Penderita. Telinga yang akan di test dihadapkan kepada pemeriksa dan
telinga yang tidak sedang ditest harus ditutup dengan kapas atau oleh
tangan si penderita sendiri. Penderita tidak boleh melihat gerakan mulut
pemeriksa.
Bagaimana cara pemeriksaanya? Berikut ini akan di uraikan bagaimana cara Anda
memeriksa tes suara bisik:
Cara pemeriksaan:
Sebelum Anda melakukan pemeriksaan, pasien harus diberi instruksi yang
jelas misalnya Anda akan dibisiki kata-kata dan setiap kata yang didengar harus
3
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan		 Uraian Materi		 Rangkuman
diulangi dengan suara keras. Kemudian Anda melakukan test sebagai berikut:
a.	 Mula-mula penderita pada jarak 6 meter dibisiki beberapa kata bisyllabic.
Bila tidak menyahut, Anda selaku pemeriksa maju 1 meter (5 meter dari
penderita) dan test ini dimulai lagi. Bila masih belum menyahut Anda
maju 1 meter, dan demikian seterusnya sampai pasien dapat mengulangi
8 kata-kata dari 10 kata-kata yang dibisikkan. Jarak dimana pasien dapat
menyahut 8 dari 10 kata diucapkan di sebut jarak pendengaran.
b.	 Cara pemeriksaan yang sama Anda lakukan untuk telinga yang lain sampai
ditemukan satu jarak pendengaran.
Kemudian hasil pemeriksaan pendengaran dievaluasi dengan kategori
sebagai berikut :
a)	 Jarak 6 meter: normal
b)	 Jarak 5 meter: dalam batas normal
c)	 Jarak 4 meter: tuli ringan
d)	 Jarak 3 – 2 meter: tuli sedang
e)	 Jarak 1 meter atau kurang: tuli berat
Dengan test suara bisik ini dapat dipergunakan untuk memeriksa secara
kasar derajat ketulian (kuantitas). Bila sudah berpengalaman test suara bisik dapat
pula secara kasar memeriksa type ketulian misalnya:
a.	 Tuli konduktif sukar mendengar huruf lunak seperti n, m, w (meja dikatakan
becak, gajah dikatakan kaca dan lain-lain).
b.	 Tuli sensori neural sukar mendengar huruf tajam yang umumnya
berfrekwensi tinggi seperti s, sy, c dan lain-lain (cicak dikatakan tidak, kaca
dikatakan gajah dan lain-lain).
Setelah melakukan tes suara bisik, Anda dapat melakukan tes berikutnya
yaitutesgarputala.Bagaimanacaranya?Berikutinicarapemeriksaanpendengaran
dengan metode tes garrpu tala:
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan		 Uraian Materi		 Rangkuman
4
Test Garpu Tala
Sebelum Anda melakukan tes garpu tala, perlu Anda ketahui bahwa test
ini menggunakan seperangkat garpu tala yang terdiri dari 5 garpu tala dari nada
c dengan frekwensi 2048 Hz, 1024 Hz, 512Hz, 256 Hz dan 128 Hz.
Apa keuntungan tes garpu tala? Keuntungan test garpu tala ialah dapat
memperoleh dengan cepat gambaran keadaan pendengaran penderita.
Apakekurangantesgarputala?Kekurangannyaialahtidakdapatditentukan
besarnya intensitas bunyi karena tergantung cara menyentuhkan garpu tala yaitu
makin keras sentuhan garpu tala makin keras pula intensitas yang didengar.
Perlu Anda perhatikan bahwa sentuhan garpu tala harus lunak tetapi masih
dapat didengar oleh telinga normal. Anda dapat melakukan empat macam test
garpu tala yaitu:
a.	 Test garis pendengaran
b.	 Test Weber
c.	 Tets Rinne
d.	 Test Schwabach
Selanjutnya Anda dapat mempelajari satu persatu pemeriksaan tersebut seperti
diuraikan di bawah ini:
Tes Garis Pendengaran
Tujuan test ini adalah untuk mengetahui batas bawah dan batas atas
ambang pendengaran. Telinga kanan dan kiri diperiksa secara terpisah.
Cara pemeriksaan:
Semua garpu tala satu demi satu Anda sentuh secara lunak dan letakkan
kira-kira 2,5 cm di depan telinga penderita dengan kedua kakinya berada pada
garis penghubung meatus acusticus externus kanan dan kiri. Pasien Anda
instruksikan untuk mengangkat tangan bila mendengarkan bunyi. Bila pasien
mendengar, diberi tanda (+) pada frekwensi yang bersangkutan dan bila tidak
mendengar diberi tanda (-) pada frekwensi yang bersangkutan.
5
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan		 Uraian Materi		 Rangkuman
Di bawah ini adalah contoh hasil pemeriksaan garis pendengaran:
Kanan Frekuensi Kiri
- 2.048 +
- 1.024 +
- 512 +
- 256 -
+ 128 -
Hal ini telinga kanan tidak mendengar frekwensi 2.048 Hz dan 1.024Hz sedang
frekwensi-frekwensi lain dapat didengar, telinga kiri tidak mendengar frekwensi
128 Hz dan 256 Hz, sedangkan frekwensi-frekwensi lain dapat didengar.
Evaluasi test garis pendengaranp ada contoh di atas menunjukkan telinga kanan
batas atasnya menurun berarti telinga kanan menderita tuli sensorineural. Pada
telinga kiri batas bawahnya meningkat berarti telinga kiri menderita tuli konduktif.
Selanjutnya Anda dapat mempelajari bagaimana cara pemeriksaan Tes Weber,
sebagai berikut:
Test Weber
Perlu Anda ketahui bahwa prinsip test ini adalah membandingkan hantaran
tulang telinga kiri dan kanan. Telinga normal hantaran tulang kiri dan kanan akan
sama.
Cara pemeriksaannya adalah sebagai berikut: Anda sentuh Garpu tala 256
Hz atau 512 Hz kemudian letakkan pangkalnya pada dahi atau vertex. Kemudian
tanyakan pada pasien apakah mendengar atau tidak. Bila mendengar langsung
ditanyakan di telinga mana didengar lebih keras. Bila terdengar lebih keras di
kanan disebut lateralisasi ke kanan.
Kemudian Anda evaluasi Tets Weber. Bila terjadi lateralisasi ke kanan maka
ada beberapa kemungkinan, yaitu :
1.	 Telinga kanan tuli konduktif, kiri normal
2.	 Telinga kanan tuli konduktif, kiri tuli sensory neural
6
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan		 Uraian Materi		 Rangkuman
3.	 Telinga kanan normal, kiri tuli sensory neural
4.	 Kedua telinga tuli konduktif, kanan lebih berat
5.	 Kedua telinga tuli sensory neural, kiri lebih berat
Dengan kata lain test weber tidak dapat berdiri sendiri. Oleh karena itu,
tidak dapat menegakkan diagnosa secara pasti.
Setelah Anda melakukan tes weber, selanjutnya lakukan tes rinne.
Bagaimana cara pemeriksaan tes rinne? Caranya adalah sebagai berikut:
Test Rinne
Sebelum melakukan pemeriksaan, perlu Anda ketahui bahwa prinsip test
ini adalah membandingkan hantaran tulang dengan hantaran udara pada satu
telinga. Pada telinga normal hantaran udara lebih panjang dari hantaran tulang.
Juga pada tuli sensorneural hantaran udara lebih panjang daripada hantaran
tulang. Dilain pihak pada tuli konduktif hantaran tulang lebih panjang daripada
hantaran udara.
Bagaimana cara pemeriksaannya?
Caranya adalah sebagai berikut: Anda sentuh Garpu tala 256 Hz atau 512
Hz secara lunak dengan tangan, kemudian pangkalnya letakkan pada planum
mastoideum dari telinga yang akan diperiksa. Kemudian tanyakan pada pasien
apakah mendengar dan sekaligus di instruksikan agar mengangkat tangan bila
sudah tidak mendengar. Bila pasien mengangkat tangan, garpu tala dipindahkan
hingga ujung yang bergetar berada kira-kira 3 cm di depan meatus akustikus
eksternus dari telinga yang diperiksa. Bila penderita masih mendengar dikatakan
Rinne (+). Bila tidak mendengar dikatakan Rinne (-).
Kemudian Anda lakukan evaluasi test rinne:
1.	 Rinne positif berarti normal atau tuli sensorineural.
2.	 Rinne negatif berarti tuli konduktif.
3.	 Rinne Negatif Palsu. Dalam melakukan test rinne harus selalu hati-hati dengan
apa yang dikatakan Rinne negatif palsu. Hal ini terjadi pada tuli sensorineural
7
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan		 Uraian Materi		 Rangkuman
yang unilateral dan berat.
Pada waktu meletakkan garpu tala di Planum mastoideum getarannya
ditangkap oleh telinga yang baik dan tidak di test (cross hearing). Kemudian
setelah garpu tala diletakkan di depan meatus acusticus externus getaran tidak
terdengar lagi sehingga dikatakan rinne negatif.
Setelah Anda melakukan tes rinne, selanjutnya lakukan pemeriksaan Tes
Schwabach. Bagaiman caranya? Caranya adalah sebagai berikut:
Test Schwabach
Prinsip tes ini adalah membandingkan hantaran tulang dari pasien dengan
hantaran tulang pemeriksa dengan catatan bahwa telinga pemeriksa harus
normal.
Cara pemeriksaannya, sentuh secara lunak Garpu tala 256 Hz atau 512 Hz,
kemudian letakkan pangkalnya pada planum mastoiedum penderita. Kemudian
tanyakan kepada pasien apakah mendengar, sesudah itu sekaligus diinstruksikan
agar mengangkat tangannya bila sudah tidak mendengar dengungan. Bila
pasien mengangkat tangan, garpu tala segera pindahkan ke planum mastoideum
Anda (pemeriksa). Ada 2 kemungkinan Anda masih mendengar dikatakan
schwabach memendek atau Anda sudah tidak mendengar lagi. Bila Anda tidak
mendengar harus dilakukan cross yaitu garpu tala mula-mula diletakkan pada
planum mastoideum Anda, kemudian bila sudah tidak mendengar lagi garpu tala
segera dipindahkan ke planum mastoideum pasien dan tanyakan apakah pasien
mendengar dengungan. Bila pasien tidak mendengar lagi dikatakan schwabach
normal dan bila masih mendengar dikatakan schwabach memanjang.
Kemudian Anda evaluasi hasil test schwabach, sebagai berikut:
1.	 Schwabach memendek berarti pemeriksa masih mendengar dengungan
dan keadaan ini ditemukan pada tuli sensory neural.
2.	 Schwabach memanjang berarti penderita masih mendengar dengungan
dan keadaan ini ditemukan pada tuli konduktif.
3.	 Schwabach normal berarti pemeriksa dan penderita sama-sama tidak
mendengar dengungan. Karena telinga pemeriksa normal berarti telinga
8
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan		 Uraian Materi		 Rangkuman
penderita normal juga.
Di bawah ini adalah format SOP dan penilaian pemeriksaan telinga. Untuk itu
perhatikan baik-baik:
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMERIKSAAN TELINGA
NO URAIAN Skor
A.	Persiapan Alat (15%) 0 1 2
1.	 Arloji tangan berjarum jam detik
2.	 Garpu talla 512 Hz
3.	 Speculum telinga
4.	 Lampu kepala
5.	 Otoskop
B.	Persiapan pasien dan lingkungan (5%)
1. Jelaskan pada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan.
2. Atur lingkungan sekitar pasien, jaga privasi pasien.
C.	Pelaksanaan prosedur (80%)
1. Cuci tangan
2. Dekatkan alat pada pasien
3. Inspeksi dan palpasi telinga luar
1.	 Bantu klien dalam posisi duduk jika memungkinkan
2.	 Posisi pemeriksa menghadap ke sisi telinga yang dikaji
3.	 Atur pencahayaan dengan menggunakan auroskop,
lampu kepala atau sumber cahaya lain sehingga tangan
pemeriksa bebas bekerja.
4.	 Inspeksi telinga luar terhadap posisi, warna, ukuran,
bentuk, hygiene, adanya lesi/massa dan kesimetrisan.
5.	 Lakukan palpasi dengan memegang telinga
menggunakan telunjuk dan jempol.
6.	 Palpasi kartilago telinga luar secara simetris, mulai dari
jaringan lunak ke jaringan keras dan catat jika ada nyeri.
7.	 Lakukan penekanan pada area tragus ke dalam dan tulang
telinga di bawah daun telinga.
8.	 Bandingkan telinga kiri dan kanan.
9
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan		 Uraian Materi		 Rangkuman
9.	 Inspeksi lubang pendengaran eksternal dengan cara
berikut:
Pada orang dewasa: pegang daun telinga/heliks dan
perlahan-lahan tarik daun telinga ke atas dan ke belakang
sehingga lurus dan menjadi mudah diamati.
Pada anak-anak: tarik daun telinga ke bawah.
10.	Periksa adanya peradangan, perdarahan atau kotoran/
serumen pada lubang telinga.
11.	Dengan hati-hati masukkan otoskop yang menyala ke
dalam
4. Pemeriksaan pendengaran menggunakan bisikan
1.	 Atur posisi klien membelakangi pemeriksa pada jarak 4-6
m.
2.	 Instruksikan klien untuk menutup salah satu telinga yang
tidak diperiksa.
3.	 Bisikkan suatu bilangan, misal “tujuh enam”.
4.	 Minta klien untuk mengulangi bilangan yang didengar.
5.	 Periksa telinga lainnya dengan cara yang sama.
6.	 Bandingkan kemampuan mendengar telinga kanan dan
telinga kiri klien.
5. Pemeriksaan pendengaran menggunakan arloji
1.	 Ciptakan suasana ruangan yang tenang.
2.	 Pegang arloji dan dekatkan ke telinga klien.
3.	 Minta klien untuk memberitahu pemeriksa jika ia
mendengar detak arloji.
4.	 Pindahkan posisi arloji perlahan-lahan menjauhi telinga
dan minta klien untuk memberitahu pemeriksa jika ia
tidak mendengar detak arloji. Normalnya klien masih
mendengar sampai jarak 30 cm dari telinga.
6. Pemeriksaan pendengaran menggunakan garpu talla:
Pemeriksaan Rinne
1.	 Pegang garpu talla pada tangkainya dan pukulkan ke
telapak tangan atau buku jari yang berlawanan.
2.	 Letakkan tangkai garpu talla pada prosesus mastoideus
klien.
3.	 Anjurkan klien untuk memberi tahu pemeriksa jika ia tidak
merasakan getaran lagi (± 2-3 detik)
4.	 Angkat garpu talla dan dengan cepat tempatkan di depan
lubang telinga klien 1-2 cm dengan posisi garpu talla
parallel terhadap lubang telinga luar klien.
10
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan		 Uraian Materi		 Rangkuman
5.	 Instruksikan klien untuk memberitahu apakah ia masih
mendengar suara atau tidak.
6.	 Catat hasil pendengaran pemeriksaan tersebut.
Uji Rinne positif: klien mendengar bunyi di depan telinga
lebih keras dari di belakang telinga (normal atau tuli
sensorineural).
Uji Rinne negatif: bunyi yang terdengar lebih keras saat
garpu talla diletakkan di tulang mastoideus.
Pemeriksaan Weber
1.	 Pegang garpu talla pada tangkainya dan pukulkan ke
telapak tangan atau buku jari yang berlawanan.
2.	 Letakkan tangkai garpu talla di tengah puncak kepala
klien.
3.	 Tanyakan kepada klien apakah bunyi terdengar sama
jelas pada kedua telinga atau lebih jelas pada salah satu
telinga.
4.	 Catat hasil pemeriksaan pendengaran tersebut.
Telinga normal: klien mendengar suara di tengah, atau
tidak dapat membedakan telinga mana yang mendengar
lebih keras.
Tuli sensorineural: lateralisasi ke telinga yang baik/suara
lebih terdengar pada telinga yang baik.
Tuli konduktif: lateralisasi pada telinga yang tuli/suara
lebih jelas terdengar pada telinga yang mengalami tuli
konduktif.
Pemeriksaan Scwabach
1.	 Pegang garpu talla pada tangkainya dan pukulkan ke
telapak tangan atau buku jari yang berlawanan.
2.	 Letakkan tangkai garpu talla pada prosesus mastoideus
klien.
3.	 Anjurkan klien untuk memberi tahu pemeriksa jika ia tidak
merasakan getaran lagi (± 2-3 detik).
4.	 Saat klien sudah tidak mendengar, garpu talla dipindah
segera, tangkainya ditempelkan pada prosesus
mastoideus pemeriksa. Catat apakah pemeriksa masih
dapat merasakan getaran garpu talla.
11
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan		 Uraian Materi		 Rangkuman
5.	 Catat hasil pemeriksaan:
Scwabach normal: hantaran pada tulang pasien hamper
sama dengan pemeriksa.
Scwabach memanjang: hantaran tulang padapasien lebih
panjang dari pemeriksa, pada tuli konduksi.
Scwabach memendek: jika telinga pemeriksa masih dapat
mendengar getaran garpu talla setelah pasien tidak lagi
mendengarnya.
Keterangan :
Skor 0	 : bila prosedur belum mampu dilakukan
Skor 1	 : bila prosedur dilakukan dengan bantuan
Skor 2	 : bila prosedur dilakukan dengan mandiri
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
12
Pendahuluan		 Uraian Materi		 Rangkuman
Rangkuman
	 Selamat Anda telah berhasil mempelajari materi Kegiatan belajar 2 yang
menguraikan tentang prosedur tindakan pemeriksaan fungsi pendengaran pasien
mulai tes bisik, tes garputala dengan beberapa metode yang dapat Anda pelajari
dan praktekkan ke pasien agar Anda terampil dalam melakukannya.

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Luka bakar
Luka bakarLuka bakar
Luka bakar
 
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
 
Hemoroid
HemoroidHemoroid
Hemoroid
 
GCS Tingkat Kesadaran
GCS Tingkat KesadaranGCS Tingkat Kesadaran
GCS Tingkat Kesadaran
 
Abses paru by dr.Yanuarman
Abses paru by dr.Yanuarman Abses paru by dr.Yanuarman
Abses paru by dr.Yanuarman
 
EKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi JantungEKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi Jantung
 
BIBIR SUMBING by Rakhel Sagrim
BIBIR SUMBING by Rakhel SagrimBIBIR SUMBING by Rakhel Sagrim
BIBIR SUMBING by Rakhel Sagrim
 
Trauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
Trauma Kapitis / Cedera Kepala BeratTrauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
Trauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
 
Buku Pedoman Pelayanan Medis IDAI
Buku Pedoman Pelayanan Medis IDAIBuku Pedoman Pelayanan Medis IDAI
Buku Pedoman Pelayanan Medis IDAI
 
P 3b kolesistitis
P 3b kolesistitisP 3b kolesistitis
P 3b kolesistitis
 
Radang
RadangRadang
Radang
 
Isk
IskIsk
Isk
 
ekg-lengkap-ppt
 ekg-lengkap-ppt ekg-lengkap-ppt
ekg-lengkap-ppt
 
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
 
MEKANISME KOMPENSASI JANTUNG
MEKANISME KOMPENSASI JANTUNGMEKANISME KOMPENSASI JANTUNG
MEKANISME KOMPENSASI JANTUNG
 
sirosis hepatis
sirosis hepatissirosis hepatis
sirosis hepatis
 
Manajemen Luka Bakar
Manajemen Luka BakarManajemen Luka Bakar
Manajemen Luka Bakar
 
1 05 209_pendekatan diagnosis limfadenopati(1)
1 05 209_pendekatan diagnosis limfadenopati(1)1 05 209_pendekatan diagnosis limfadenopati(1)
1 05 209_pendekatan diagnosis limfadenopati(1)
 
Stroke case Philjeuwbens
Stroke case Philjeuwbens Stroke case Philjeuwbens
Stroke case Philjeuwbens
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 

Viewers also liked

Pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan
Pemeriksaan Telinga, Hidung dan TenggorokanPemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan
Pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokanpjj_kemenkes
 
Modul 4 kb1 pemeriksaan telinga hidung tenggorokan
Modul 4 kb1 pemeriksaan telinga hidung tenggorokanModul 4 kb1 pemeriksaan telinga hidung tenggorokan
Modul 4 kb1 pemeriksaan telinga hidung tenggorokanUwes Chaeruman
 
Asuhan keperawatan nutrisi enteral dan parenteral
Asuhan keperawatan nutrisi enteral dan parenteralAsuhan keperawatan nutrisi enteral dan parenteral
Asuhan keperawatan nutrisi enteral dan parenteralOkta-Shi Sama
 
Pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan
Pemeriksaan Telinga, Hidung dan TenggorokanPemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan
Pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokanpjj_kemenkes
 
Modul 4 kb2 pemeriksaan fungsi pendengaran
Modul 4 kb2 pemeriksaan fungsi pendengaranModul 4 kb2 pemeriksaan fungsi pendengaran
Modul 4 kb2 pemeriksaan fungsi pendengaranUwes Chaeruman
 
The Essentials of PowerPoint Color Theme
The Essentials of PowerPoint Color ThemeThe Essentials of PowerPoint Color Theme
The Essentials of PowerPoint Color Theme24Slides
 

Viewers also liked (9)

Pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan
Pemeriksaan Telinga, Hidung dan TenggorokanPemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan
Pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan
 
Modul 4 kb1 pemeriksaan telinga hidung tenggorokan
Modul 4 kb1 pemeriksaan telinga hidung tenggorokanModul 4 kb1 pemeriksaan telinga hidung tenggorokan
Modul 4 kb1 pemeriksaan telinga hidung tenggorokan
 
Asuhan keperawatan nutrisi enteral dan parenteral
Asuhan keperawatan nutrisi enteral dan parenteralAsuhan keperawatan nutrisi enteral dan parenteral
Asuhan keperawatan nutrisi enteral dan parenteral
 
Pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan
Pemeriksaan Telinga, Hidung dan TenggorokanPemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan
Pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan
 
Modul 4 kb2 pemeriksaan fungsi pendengaran
Modul 4 kb2 pemeriksaan fungsi pendengaranModul 4 kb2 pemeriksaan fungsi pendengaran
Modul 4 kb2 pemeriksaan fungsi pendengaran
 
Modul 6 kdk ii
Modul 6 kdk iiModul 6 kdk ii
Modul 6 kdk ii
 
Modul 1 kdk 1
Modul 1 kdk 1Modul 1 kdk 1
Modul 1 kdk 1
 
Modul 1 cetak
Modul 1 cetakModul 1 cetak
Modul 1 cetak
 
The Essentials of PowerPoint Color Theme
The Essentials of PowerPoint Color ThemeThe Essentials of PowerPoint Color Theme
The Essentials of PowerPoint Color Theme
 

Similar to Pemeriksaan Telinga

Pengkajian pendengaran dalam Keperawatan by Indah Maharani Nasution
Pengkajian pendengaran dalam Keperawatan by Indah Maharani NasutionPengkajian pendengaran dalam Keperawatan by Indah Maharani Nasution
Pengkajian pendengaran dalam Keperawatan by Indah Maharani NasutionIndah Maharani
 
Asuhan keperawatan gg. pendengaran&wicara
Asuhan keperawatan gg. pendengaran&wicaraAsuhan keperawatan gg. pendengaran&wicara
Asuhan keperawatan gg. pendengaran&wicaraGina Nd
 
FAudiologi dan Njjwjjkskskjsgsvjajajanajaj
FAudiologi dan NjjwjjkskskjsgsvjajajanajajFAudiologi dan Njjwjjkskskjsgsvjajajanajaj
FAudiologi dan Njjwjjkskskjsgsvjajajanajaj4zqps645qm
 
Workshop tuli akibat bising
Workshop tuli akibat bisingWorkshop tuli akibat bising
Workshop tuli akibat bisingAnna Suraya
 
Audiologi - Pelatihan Audiometri Nada Murni.pptx
Audiologi - Pelatihan Audiometri Nada Murni.pptxAudiologi - Pelatihan Audiometri Nada Murni.pptx
Audiologi - Pelatihan Audiometri Nada Murni.pptxAuliandriAndri
 
Laporan Praktikum Kesehatan Kerja Audiometri.pdf
Laporan Praktikum Kesehatan Kerja Audiometri.pdfLaporan Praktikum Kesehatan Kerja Audiometri.pdf
Laporan Praktikum Kesehatan Kerja Audiometri.pdf2440018015FIRMANSYAH
 
Ujian Garpu Tala & Rinoskopi Anteror
Ujian Garpu Tala & Rinoskopi AnterorUjian Garpu Tala & Rinoskopi Anteror
Ujian Garpu Tala & Rinoskopi AnterorMuhammad Nasrullah
 
BLOK Ilmu THT-KL TERBARU LENGKAP NEW.pdf
BLOK Ilmu THT-KL TERBARU LENGKAP NEW.pdfBLOK Ilmu THT-KL TERBARU LENGKAP NEW.pdf
BLOK Ilmu THT-KL TERBARU LENGKAP NEW.pdfIzazFishalShafa
 
Pemeriksaan Fisik Pada Ibu dan Anak
Pemeriksaan Fisik Pada Ibu dan AnakPemeriksaan Fisik Pada Ibu dan Anak
Pemeriksaan Fisik Pada Ibu dan Anakpjj_kemenkes
 
SOP pemeriksaan bayi.docx
SOP pemeriksaan bayi.docxSOP pemeriksaan bayi.docx
SOP pemeriksaan bayi.docxrahmiramadhan
 
pemeriksaan tht.ppt
pemeriksaan tht.pptpemeriksaan tht.ppt
pemeriksaan tht.pptssuserd33ee2
 
Aktiviti pengamatan pendengaran
Aktiviti pengamatan pendengaranAktiviti pengamatan pendengaran
Aktiviti pengamatan pendengaranSiti Rohayu Rohan
 
noise induced hearing loss
noise induced hearing lossnoise induced hearing loss
noise induced hearing lossLetitia Kale
 
FISIOLOGI_PENDENGARAN_KULIAH_AUDIOLOGI (1).ppt
FISIOLOGI_PENDENGARAN_KULIAH_AUDIOLOGI (1).pptFISIOLOGI_PENDENGARAN_KULIAH_AUDIOLOGI (1).ppt
FISIOLOGI_PENDENGARAN_KULIAH_AUDIOLOGI (1).pptFatihAbdullah3
 

Similar to Pemeriksaan Telinga (20)

Pengkajian pendengaran dalam Keperawatan by Indah Maharani Nasution
Pengkajian pendengaran dalam Keperawatan by Indah Maharani NasutionPengkajian pendengaran dalam Keperawatan by Indah Maharani Nasution
Pengkajian pendengaran dalam Keperawatan by Indah Maharani Nasution
 
Asuhan keperawatan gg. pendengaran&wicara
Asuhan keperawatan gg. pendengaran&wicaraAsuhan keperawatan gg. pendengaran&wicara
Asuhan keperawatan gg. pendengaran&wicara
 
FAudiologi dan Njjwjjkskskjsgsvjajajanajaj
FAudiologi dan NjjwjjkskskjsgsvjajajanajajFAudiologi dan Njjwjjkskskjsgsvjajajanajaj
FAudiologi dan Njjwjjkskskjsgsvjajajanajaj
 
Workshop tuli akibat bising
Workshop tuli akibat bisingWorkshop tuli akibat bising
Workshop tuli akibat bising
 
Anis furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Anis furunkel AKPER PEMKAB MUNAAnis furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Anis furunkel AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep serumen
Askep serumenAskep serumen
Askep serumen
 
Audiologi - Pelatihan Audiometri Nada Murni.pptx
Audiologi - Pelatihan Audiometri Nada Murni.pptxAudiologi - Pelatihan Audiometri Nada Murni.pptx
Audiologi - Pelatihan Audiometri Nada Murni.pptx
 
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
 
Laporan Praktikum Kesehatan Kerja Audiometri.pdf
Laporan Praktikum Kesehatan Kerja Audiometri.pdfLaporan Praktikum Kesehatan Kerja Audiometri.pdf
Laporan Praktikum Kesehatan Kerja Audiometri.pdf
 
Modul 4 cetak
Modul 4 cetakModul 4 cetak
Modul 4 cetak
 
Ujian Garpu Tala & Rinoskopi Anteror
Ujian Garpu Tala & Rinoskopi AnterorUjian Garpu Tala & Rinoskopi Anteror
Ujian Garpu Tala & Rinoskopi Anteror
 
BLOK Ilmu THT-KL TERBARU LENGKAP NEW.pdf
BLOK Ilmu THT-KL TERBARU LENGKAP NEW.pdfBLOK Ilmu THT-KL TERBARU LENGKAP NEW.pdf
BLOK Ilmu THT-KL TERBARU LENGKAP NEW.pdf
 
Pemeriksaan Fisik Pada Ibu dan Anak
Pemeriksaan Fisik Pada Ibu dan AnakPemeriksaan Fisik Pada Ibu dan Anak
Pemeriksaan Fisik Pada Ibu dan Anak
 
SOP pemeriksaan bayi.docx
SOP pemeriksaan bayi.docxSOP pemeriksaan bayi.docx
SOP pemeriksaan bayi.docx
 
PEMERIKSAAN FISIK.pptx
PEMERIKSAAN FISIK.pptxPEMERIKSAAN FISIK.pptx
PEMERIKSAAN FISIK.pptx
 
pemeriksaan tht.ppt
pemeriksaan tht.pptpemeriksaan tht.ppt
pemeriksaan tht.ppt
 
Aktiviti pengamatan pendengaran
Aktiviti pengamatan pendengaranAktiviti pengamatan pendengaran
Aktiviti pengamatan pendengaran
 
noise induced hearing loss
noise induced hearing lossnoise induced hearing loss
noise induced hearing loss
 
FISIOLOGI_PENDENGARAN_KULIAH_AUDIOLOGI (1).ppt
FISIOLOGI_PENDENGARAN_KULIAH_AUDIOLOGI (1).pptFISIOLOGI_PENDENGARAN_KULIAH_AUDIOLOGI (1).ppt
FISIOLOGI_PENDENGARAN_KULIAH_AUDIOLOGI (1).ppt
 

More from pjj_kemenkes

Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1pjj_kemenkes
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanpjj_kemenkes
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanpjj_kemenkes
 

More from pjj_kemenkes (20)

Modul 4 MTBS
Modul 4 MTBSModul 4 MTBS
Modul 4 MTBS
 
Modul 3 MTBS
Modul 3 MTBSModul 3 MTBS
Modul 3 MTBS
 
Modul 2 MTBS
Modul 2 MTBSModul 2 MTBS
Modul 2 MTBS
 
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBSModul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
 
Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid III
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid III
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid III
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid III
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid III
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid III
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid III
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid III
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid III
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatan
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatan
 

Recently uploaded

1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 

Recently uploaded (20)

1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 

Pemeriksaan Telinga

  • 1. Tujuan Pembelajaran Umum Tujuan Pembelajaran Khusus Kegiatan Belajar 1 Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman II Setelah mempelajari dan mempraktikkan materi Kegiatan Belajar 2 ini Anda dapat melakukan pemeriksaan telinga, hidung dan tenggorokan pada pasien dengan gangguan sistem penginderaan TUJUANPembelajaran Umum TUJUANPembelajaran Khusus POKOKMateri Setelah mempelajari dan mempraktikkan materi Kegiatan Belajar 2 ini Anda dapat melakukan: 1. Persiapan pasien 2. Prosedur tindakan pemeriksaan tes suara bisik, tes garpu tala, dan tes pendengaran. Pokok-pokok materi dalam kegiatan belajar ini meliputi: 1. Tes suara bisik 2. Tes garpu tala 3. Tes pendengaran Pemeriksaan Tajam Pendengaran
  • 2. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 2 Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Uraian Materi Ada beberapa tes yang dapat Anda lakukan dalam menilai fungsi pendengaran. Salah satu tes yang biasa digunakan di klinik adalah tes suara bisik dan tes garpu tala. Tes ini selain mudah dilakukan, tidak rumit, cepat, alat yang dibutuhkan sederhana juga memberikan informasi yang terpercaya mengenai kualitas dan kuantitas ketulian. Bagaimana cara melakukan tes suara bisik? Caranya adalah sebagai berikut: Test Suara Bisik Selanjutnya Anda akan mempelajari bagaimana melakukan tes suara bisik. Sebelum pemeriksaan ini dilakukan, ada beberapa hal persyaratan yang harus diperhatikan. Persyaratan yang perlu Anda ingat dalam melakukan test ini ialah: a. Ruangan test. Salah satu sisi atau sudut menyudut ruangan harus ada jarak sebesar 6 meter. Ruangan harus bebas dari kebisingan. Untuk menghindari gema diruangan dapat ditaruh kayu di dalamnya. b. Pemeriksa. Sebagai sumber bunyi harus mengucapkan kata-kata dengan menggunakan ucapan kata-kata sesudah expirasi normal. Kata-kata yang dibisikkan terdiri dari 2 suku kata (bisyllabic) yang terdiri dari kata-kata sehari-hari. Setiap suku kata diucapkan dengan tekanan yang sama dan antara dua suku kata bisyllabic “Gajah Mada P.B.List” karena telah ditera keseimbangan phonemnya untuk bahasa Indonesia. c. Penderita. Telinga yang akan di test dihadapkan kepada pemeriksa dan telinga yang tidak sedang ditest harus ditutup dengan kapas atau oleh tangan si penderita sendiri. Penderita tidak boleh melihat gerakan mulut pemeriksa. Bagaimana cara pemeriksaanya? Berikut ini akan di uraikan bagaimana cara Anda memeriksa tes suara bisik: Cara pemeriksaan: Sebelum Anda melakukan pemeriksaan, pasien harus diberi instruksi yang jelas misalnya Anda akan dibisiki kata-kata dan setiap kata yang didengar harus
  • 3. 3 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman diulangi dengan suara keras. Kemudian Anda melakukan test sebagai berikut: a. Mula-mula penderita pada jarak 6 meter dibisiki beberapa kata bisyllabic. Bila tidak menyahut, Anda selaku pemeriksa maju 1 meter (5 meter dari penderita) dan test ini dimulai lagi. Bila masih belum menyahut Anda maju 1 meter, dan demikian seterusnya sampai pasien dapat mengulangi 8 kata-kata dari 10 kata-kata yang dibisikkan. Jarak dimana pasien dapat menyahut 8 dari 10 kata diucapkan di sebut jarak pendengaran. b. Cara pemeriksaan yang sama Anda lakukan untuk telinga yang lain sampai ditemukan satu jarak pendengaran. Kemudian hasil pemeriksaan pendengaran dievaluasi dengan kategori sebagai berikut : a) Jarak 6 meter: normal b) Jarak 5 meter: dalam batas normal c) Jarak 4 meter: tuli ringan d) Jarak 3 – 2 meter: tuli sedang e) Jarak 1 meter atau kurang: tuli berat Dengan test suara bisik ini dapat dipergunakan untuk memeriksa secara kasar derajat ketulian (kuantitas). Bila sudah berpengalaman test suara bisik dapat pula secara kasar memeriksa type ketulian misalnya: a. Tuli konduktif sukar mendengar huruf lunak seperti n, m, w (meja dikatakan becak, gajah dikatakan kaca dan lain-lain). b. Tuli sensori neural sukar mendengar huruf tajam yang umumnya berfrekwensi tinggi seperti s, sy, c dan lain-lain (cicak dikatakan tidak, kaca dikatakan gajah dan lain-lain). Setelah melakukan tes suara bisik, Anda dapat melakukan tes berikutnya yaitutesgarputala.Bagaimanacaranya?Berikutinicarapemeriksaanpendengaran dengan metode tes garrpu tala:
  • 4. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman 4 Test Garpu Tala Sebelum Anda melakukan tes garpu tala, perlu Anda ketahui bahwa test ini menggunakan seperangkat garpu tala yang terdiri dari 5 garpu tala dari nada c dengan frekwensi 2048 Hz, 1024 Hz, 512Hz, 256 Hz dan 128 Hz. Apa keuntungan tes garpu tala? Keuntungan test garpu tala ialah dapat memperoleh dengan cepat gambaran keadaan pendengaran penderita. Apakekurangantesgarputala?Kekurangannyaialahtidakdapatditentukan besarnya intensitas bunyi karena tergantung cara menyentuhkan garpu tala yaitu makin keras sentuhan garpu tala makin keras pula intensitas yang didengar. Perlu Anda perhatikan bahwa sentuhan garpu tala harus lunak tetapi masih dapat didengar oleh telinga normal. Anda dapat melakukan empat macam test garpu tala yaitu: a. Test garis pendengaran b. Test Weber c. Tets Rinne d. Test Schwabach Selanjutnya Anda dapat mempelajari satu persatu pemeriksaan tersebut seperti diuraikan di bawah ini: Tes Garis Pendengaran Tujuan test ini adalah untuk mengetahui batas bawah dan batas atas ambang pendengaran. Telinga kanan dan kiri diperiksa secara terpisah. Cara pemeriksaan: Semua garpu tala satu demi satu Anda sentuh secara lunak dan letakkan kira-kira 2,5 cm di depan telinga penderita dengan kedua kakinya berada pada garis penghubung meatus acusticus externus kanan dan kiri. Pasien Anda instruksikan untuk mengangkat tangan bila mendengarkan bunyi. Bila pasien mendengar, diberi tanda (+) pada frekwensi yang bersangkutan dan bila tidak mendengar diberi tanda (-) pada frekwensi yang bersangkutan.
  • 5. 5 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Di bawah ini adalah contoh hasil pemeriksaan garis pendengaran: Kanan Frekuensi Kiri - 2.048 + - 1.024 + - 512 + - 256 - + 128 - Hal ini telinga kanan tidak mendengar frekwensi 2.048 Hz dan 1.024Hz sedang frekwensi-frekwensi lain dapat didengar, telinga kiri tidak mendengar frekwensi 128 Hz dan 256 Hz, sedangkan frekwensi-frekwensi lain dapat didengar. Evaluasi test garis pendengaranp ada contoh di atas menunjukkan telinga kanan batas atasnya menurun berarti telinga kanan menderita tuli sensorineural. Pada telinga kiri batas bawahnya meningkat berarti telinga kiri menderita tuli konduktif. Selanjutnya Anda dapat mempelajari bagaimana cara pemeriksaan Tes Weber, sebagai berikut: Test Weber Perlu Anda ketahui bahwa prinsip test ini adalah membandingkan hantaran tulang telinga kiri dan kanan. Telinga normal hantaran tulang kiri dan kanan akan sama. Cara pemeriksaannya adalah sebagai berikut: Anda sentuh Garpu tala 256 Hz atau 512 Hz kemudian letakkan pangkalnya pada dahi atau vertex. Kemudian tanyakan pada pasien apakah mendengar atau tidak. Bila mendengar langsung ditanyakan di telinga mana didengar lebih keras. Bila terdengar lebih keras di kanan disebut lateralisasi ke kanan. Kemudian Anda evaluasi Tets Weber. Bila terjadi lateralisasi ke kanan maka ada beberapa kemungkinan, yaitu : 1. Telinga kanan tuli konduktif, kiri normal 2. Telinga kanan tuli konduktif, kiri tuli sensory neural
  • 6. 6 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman 3. Telinga kanan normal, kiri tuli sensory neural 4. Kedua telinga tuli konduktif, kanan lebih berat 5. Kedua telinga tuli sensory neural, kiri lebih berat Dengan kata lain test weber tidak dapat berdiri sendiri. Oleh karena itu, tidak dapat menegakkan diagnosa secara pasti. Setelah Anda melakukan tes weber, selanjutnya lakukan tes rinne. Bagaimana cara pemeriksaan tes rinne? Caranya adalah sebagai berikut: Test Rinne Sebelum melakukan pemeriksaan, perlu Anda ketahui bahwa prinsip test ini adalah membandingkan hantaran tulang dengan hantaran udara pada satu telinga. Pada telinga normal hantaran udara lebih panjang dari hantaran tulang. Juga pada tuli sensorneural hantaran udara lebih panjang daripada hantaran tulang. Dilain pihak pada tuli konduktif hantaran tulang lebih panjang daripada hantaran udara. Bagaimana cara pemeriksaannya? Caranya adalah sebagai berikut: Anda sentuh Garpu tala 256 Hz atau 512 Hz secara lunak dengan tangan, kemudian pangkalnya letakkan pada planum mastoideum dari telinga yang akan diperiksa. Kemudian tanyakan pada pasien apakah mendengar dan sekaligus di instruksikan agar mengangkat tangan bila sudah tidak mendengar. Bila pasien mengangkat tangan, garpu tala dipindahkan hingga ujung yang bergetar berada kira-kira 3 cm di depan meatus akustikus eksternus dari telinga yang diperiksa. Bila penderita masih mendengar dikatakan Rinne (+). Bila tidak mendengar dikatakan Rinne (-). Kemudian Anda lakukan evaluasi test rinne: 1. Rinne positif berarti normal atau tuli sensorineural. 2. Rinne negatif berarti tuli konduktif. 3. Rinne Negatif Palsu. Dalam melakukan test rinne harus selalu hati-hati dengan apa yang dikatakan Rinne negatif palsu. Hal ini terjadi pada tuli sensorineural
  • 7. 7 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman yang unilateral dan berat. Pada waktu meletakkan garpu tala di Planum mastoideum getarannya ditangkap oleh telinga yang baik dan tidak di test (cross hearing). Kemudian setelah garpu tala diletakkan di depan meatus acusticus externus getaran tidak terdengar lagi sehingga dikatakan rinne negatif. Setelah Anda melakukan tes rinne, selanjutnya lakukan pemeriksaan Tes Schwabach. Bagaiman caranya? Caranya adalah sebagai berikut: Test Schwabach Prinsip tes ini adalah membandingkan hantaran tulang dari pasien dengan hantaran tulang pemeriksa dengan catatan bahwa telinga pemeriksa harus normal. Cara pemeriksaannya, sentuh secara lunak Garpu tala 256 Hz atau 512 Hz, kemudian letakkan pangkalnya pada planum mastoiedum penderita. Kemudian tanyakan kepada pasien apakah mendengar, sesudah itu sekaligus diinstruksikan agar mengangkat tangannya bila sudah tidak mendengar dengungan. Bila pasien mengangkat tangan, garpu tala segera pindahkan ke planum mastoideum Anda (pemeriksa). Ada 2 kemungkinan Anda masih mendengar dikatakan schwabach memendek atau Anda sudah tidak mendengar lagi. Bila Anda tidak mendengar harus dilakukan cross yaitu garpu tala mula-mula diletakkan pada planum mastoideum Anda, kemudian bila sudah tidak mendengar lagi garpu tala segera dipindahkan ke planum mastoideum pasien dan tanyakan apakah pasien mendengar dengungan. Bila pasien tidak mendengar lagi dikatakan schwabach normal dan bila masih mendengar dikatakan schwabach memanjang. Kemudian Anda evaluasi hasil test schwabach, sebagai berikut: 1. Schwabach memendek berarti pemeriksa masih mendengar dengungan dan keadaan ini ditemukan pada tuli sensory neural. 2. Schwabach memanjang berarti penderita masih mendengar dengungan dan keadaan ini ditemukan pada tuli konduktif. 3. Schwabach normal berarti pemeriksa dan penderita sama-sama tidak mendengar dengungan. Karena telinga pemeriksa normal berarti telinga
  • 8. 8 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman penderita normal juga. Di bawah ini adalah format SOP dan penilaian pemeriksaan telinga. Untuk itu perhatikan baik-baik: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMERIKSAAN TELINGA NO URAIAN Skor A. Persiapan Alat (15%) 0 1 2 1. Arloji tangan berjarum jam detik 2. Garpu talla 512 Hz 3. Speculum telinga 4. Lampu kepala 5. Otoskop B. Persiapan pasien dan lingkungan (5%) 1. Jelaskan pada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan. 2. Atur lingkungan sekitar pasien, jaga privasi pasien. C. Pelaksanaan prosedur (80%) 1. Cuci tangan 2. Dekatkan alat pada pasien 3. Inspeksi dan palpasi telinga luar 1. Bantu klien dalam posisi duduk jika memungkinkan 2. Posisi pemeriksa menghadap ke sisi telinga yang dikaji 3. Atur pencahayaan dengan menggunakan auroskop, lampu kepala atau sumber cahaya lain sehingga tangan pemeriksa bebas bekerja. 4. Inspeksi telinga luar terhadap posisi, warna, ukuran, bentuk, hygiene, adanya lesi/massa dan kesimetrisan. 5. Lakukan palpasi dengan memegang telinga menggunakan telunjuk dan jempol. 6. Palpasi kartilago telinga luar secara simetris, mulai dari jaringan lunak ke jaringan keras dan catat jika ada nyeri. 7. Lakukan penekanan pada area tragus ke dalam dan tulang telinga di bawah daun telinga. 8. Bandingkan telinga kiri dan kanan.
  • 9. 9 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman 9. Inspeksi lubang pendengaran eksternal dengan cara berikut: Pada orang dewasa: pegang daun telinga/heliks dan perlahan-lahan tarik daun telinga ke atas dan ke belakang sehingga lurus dan menjadi mudah diamati. Pada anak-anak: tarik daun telinga ke bawah. 10. Periksa adanya peradangan, perdarahan atau kotoran/ serumen pada lubang telinga. 11. Dengan hati-hati masukkan otoskop yang menyala ke dalam 4. Pemeriksaan pendengaran menggunakan bisikan 1. Atur posisi klien membelakangi pemeriksa pada jarak 4-6 m. 2. Instruksikan klien untuk menutup salah satu telinga yang tidak diperiksa. 3. Bisikkan suatu bilangan, misal “tujuh enam”. 4. Minta klien untuk mengulangi bilangan yang didengar. 5. Periksa telinga lainnya dengan cara yang sama. 6. Bandingkan kemampuan mendengar telinga kanan dan telinga kiri klien. 5. Pemeriksaan pendengaran menggunakan arloji 1. Ciptakan suasana ruangan yang tenang. 2. Pegang arloji dan dekatkan ke telinga klien. 3. Minta klien untuk memberitahu pemeriksa jika ia mendengar detak arloji. 4. Pindahkan posisi arloji perlahan-lahan menjauhi telinga dan minta klien untuk memberitahu pemeriksa jika ia tidak mendengar detak arloji. Normalnya klien masih mendengar sampai jarak 30 cm dari telinga. 6. Pemeriksaan pendengaran menggunakan garpu talla: Pemeriksaan Rinne 1. Pegang garpu talla pada tangkainya dan pukulkan ke telapak tangan atau buku jari yang berlawanan. 2. Letakkan tangkai garpu talla pada prosesus mastoideus klien. 3. Anjurkan klien untuk memberi tahu pemeriksa jika ia tidak merasakan getaran lagi (± 2-3 detik) 4. Angkat garpu talla dan dengan cepat tempatkan di depan lubang telinga klien 1-2 cm dengan posisi garpu talla parallel terhadap lubang telinga luar klien.
  • 10. 10 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman 5. Instruksikan klien untuk memberitahu apakah ia masih mendengar suara atau tidak. 6. Catat hasil pendengaran pemeriksaan tersebut. Uji Rinne positif: klien mendengar bunyi di depan telinga lebih keras dari di belakang telinga (normal atau tuli sensorineural). Uji Rinne negatif: bunyi yang terdengar lebih keras saat garpu talla diletakkan di tulang mastoideus. Pemeriksaan Weber 1. Pegang garpu talla pada tangkainya dan pukulkan ke telapak tangan atau buku jari yang berlawanan. 2. Letakkan tangkai garpu talla di tengah puncak kepala klien. 3. Tanyakan kepada klien apakah bunyi terdengar sama jelas pada kedua telinga atau lebih jelas pada salah satu telinga. 4. Catat hasil pemeriksaan pendengaran tersebut. Telinga normal: klien mendengar suara di tengah, atau tidak dapat membedakan telinga mana yang mendengar lebih keras. Tuli sensorineural: lateralisasi ke telinga yang baik/suara lebih terdengar pada telinga yang baik. Tuli konduktif: lateralisasi pada telinga yang tuli/suara lebih jelas terdengar pada telinga yang mengalami tuli konduktif. Pemeriksaan Scwabach 1. Pegang garpu talla pada tangkainya dan pukulkan ke telapak tangan atau buku jari yang berlawanan. 2. Letakkan tangkai garpu talla pada prosesus mastoideus klien. 3. Anjurkan klien untuk memberi tahu pemeriksa jika ia tidak merasakan getaran lagi (± 2-3 detik). 4. Saat klien sudah tidak mendengar, garpu talla dipindah segera, tangkainya ditempelkan pada prosesus mastoideus pemeriksa. Catat apakah pemeriksa masih dapat merasakan getaran garpu talla.
  • 11. 11 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman 5. Catat hasil pemeriksaan: Scwabach normal: hantaran pada tulang pasien hamper sama dengan pemeriksa. Scwabach memanjang: hantaran tulang padapasien lebih panjang dari pemeriksa, pada tuli konduksi. Scwabach memendek: jika telinga pemeriksa masih dapat mendengar getaran garpu talla setelah pasien tidak lagi mendengarnya. Keterangan : Skor 0 : bila prosedur belum mampu dilakukan Skor 1 : bila prosedur dilakukan dengan bantuan Skor 2 : bila prosedur dilakukan dengan mandiri
  • 12. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 12 Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Rangkuman Selamat Anda telah berhasil mempelajari materi Kegiatan belajar 2 yang menguraikan tentang prosedur tindakan pemeriksaan fungsi pendengaran pasien mulai tes bisik, tes garputala dengan beberapa metode yang dapat Anda pelajari dan praktekkan ke pasien agar Anda terampil dalam melakukannya.