1. Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus
Kegiatan Belajar
1
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman
II
Setelah mempelajari dan mempraktikkan materi Kegiatan Belajar
2 ini Anda dapat melakukan pemeriksaan telinga, hidung dan
tenggorokan pada pasien dengan gangguan sistem penginderaan
TUJUANPembelajaran Umum
TUJUANPembelajaran Khusus
POKOKMateri
Setelah mempelajari dan mempraktikkan materi Kegiatan Belajar 2
ini Anda dapat melakukan:
1. Persiapan pasien
2. Prosedur tindakan pemeriksaan tes suara bisik, tes garpu tala,
dan tes pendengaran.
Pokok-pokok materi dalam kegiatan belajar ini meliputi:
1. Tes suara bisik
2. Tes garpu tala
3. Tes pendengaran
Pemeriksaan Tajam Pendengaran
2. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
2
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman
Uraian Materi
Ada beberapa tes yang dapat Anda lakukan dalam menilai fungsi
pendengaran. Salah satu tes yang biasa digunakan di klinik adalah tes suara bisik
dan tes garpu tala. Tes ini selain mudah dilakukan, tidak rumit, cepat, alat yang
dibutuhkan sederhana juga memberikan informasi yang terpercaya mengenai
kualitas dan kuantitas ketulian.
Bagaimana cara melakukan tes suara bisik? Caranya adalah sebagai berikut:
Test Suara Bisik
Selanjutnya Anda akan mempelajari bagaimana melakukan tes suara bisik.
Sebelum pemeriksaan ini dilakukan, ada beberapa hal persyaratan yang harus
diperhatikan. Persyaratan yang perlu Anda ingat dalam melakukan test ini ialah:
a. Ruangan test. Salah satu sisi atau sudut menyudut ruangan harus ada jarak
sebesar 6 meter. Ruangan harus bebas dari kebisingan. Untuk menghindari
gema diruangan dapat ditaruh kayu di dalamnya.
b. Pemeriksa. Sebagai sumber bunyi harus mengucapkan kata-kata dengan
menggunakan ucapan kata-kata sesudah expirasi normal. Kata-kata yang
dibisikkan terdiri dari 2 suku kata (bisyllabic) yang terdiri dari kata-kata
sehari-hari. Setiap suku kata diucapkan dengan tekanan yang sama dan
antara dua suku kata bisyllabic “Gajah Mada P.B.List” karena telah ditera
keseimbangan phonemnya untuk bahasa Indonesia.
c. Penderita. Telinga yang akan di test dihadapkan kepada pemeriksa dan
telinga yang tidak sedang ditest harus ditutup dengan kapas atau oleh
tangan si penderita sendiri. Penderita tidak boleh melihat gerakan mulut
pemeriksa.
Bagaimana cara pemeriksaanya? Berikut ini akan di uraikan bagaimana cara Anda
memeriksa tes suara bisik:
Cara pemeriksaan:
Sebelum Anda melakukan pemeriksaan, pasien harus diberi instruksi yang
jelas misalnya Anda akan dibisiki kata-kata dan setiap kata yang didengar harus
3. 3
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman
diulangi dengan suara keras. Kemudian Anda melakukan test sebagai berikut:
a. Mula-mula penderita pada jarak 6 meter dibisiki beberapa kata bisyllabic.
Bila tidak menyahut, Anda selaku pemeriksa maju 1 meter (5 meter dari
penderita) dan test ini dimulai lagi. Bila masih belum menyahut Anda
maju 1 meter, dan demikian seterusnya sampai pasien dapat mengulangi
8 kata-kata dari 10 kata-kata yang dibisikkan. Jarak dimana pasien dapat
menyahut 8 dari 10 kata diucapkan di sebut jarak pendengaran.
b. Cara pemeriksaan yang sama Anda lakukan untuk telinga yang lain sampai
ditemukan satu jarak pendengaran.
Kemudian hasil pemeriksaan pendengaran dievaluasi dengan kategori
sebagai berikut :
a) Jarak 6 meter: normal
b) Jarak 5 meter: dalam batas normal
c) Jarak 4 meter: tuli ringan
d) Jarak 3 – 2 meter: tuli sedang
e) Jarak 1 meter atau kurang: tuli berat
Dengan test suara bisik ini dapat dipergunakan untuk memeriksa secara
kasar derajat ketulian (kuantitas). Bila sudah berpengalaman test suara bisik dapat
pula secara kasar memeriksa type ketulian misalnya:
a. Tuli konduktif sukar mendengar huruf lunak seperti n, m, w (meja dikatakan
becak, gajah dikatakan kaca dan lain-lain).
b. Tuli sensori neural sukar mendengar huruf tajam yang umumnya
berfrekwensi tinggi seperti s, sy, c dan lain-lain (cicak dikatakan tidak, kaca
dikatakan gajah dan lain-lain).
Setelah melakukan tes suara bisik, Anda dapat melakukan tes berikutnya
yaitutesgarputala.Bagaimanacaranya?Berikutinicarapemeriksaanpendengaran
dengan metode tes garrpu tala:
4. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman
4
Test Garpu Tala
Sebelum Anda melakukan tes garpu tala, perlu Anda ketahui bahwa test
ini menggunakan seperangkat garpu tala yang terdiri dari 5 garpu tala dari nada
c dengan frekwensi 2048 Hz, 1024 Hz, 512Hz, 256 Hz dan 128 Hz.
Apa keuntungan tes garpu tala? Keuntungan test garpu tala ialah dapat
memperoleh dengan cepat gambaran keadaan pendengaran penderita.
Apakekurangantesgarputala?Kekurangannyaialahtidakdapatditentukan
besarnya intensitas bunyi karena tergantung cara menyentuhkan garpu tala yaitu
makin keras sentuhan garpu tala makin keras pula intensitas yang didengar.
Perlu Anda perhatikan bahwa sentuhan garpu tala harus lunak tetapi masih
dapat didengar oleh telinga normal. Anda dapat melakukan empat macam test
garpu tala yaitu:
a. Test garis pendengaran
b. Test Weber
c. Tets Rinne
d. Test Schwabach
Selanjutnya Anda dapat mempelajari satu persatu pemeriksaan tersebut seperti
diuraikan di bawah ini:
Tes Garis Pendengaran
Tujuan test ini adalah untuk mengetahui batas bawah dan batas atas
ambang pendengaran. Telinga kanan dan kiri diperiksa secara terpisah.
Cara pemeriksaan:
Semua garpu tala satu demi satu Anda sentuh secara lunak dan letakkan
kira-kira 2,5 cm di depan telinga penderita dengan kedua kakinya berada pada
garis penghubung meatus acusticus externus kanan dan kiri. Pasien Anda
instruksikan untuk mengangkat tangan bila mendengarkan bunyi. Bila pasien
mendengar, diberi tanda (+) pada frekwensi yang bersangkutan dan bila tidak
mendengar diberi tanda (-) pada frekwensi yang bersangkutan.
5. 5
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman
Di bawah ini adalah contoh hasil pemeriksaan garis pendengaran:
Kanan Frekuensi Kiri
- 2.048 +
- 1.024 +
- 512 +
- 256 -
+ 128 -
Hal ini telinga kanan tidak mendengar frekwensi 2.048 Hz dan 1.024Hz sedang
frekwensi-frekwensi lain dapat didengar, telinga kiri tidak mendengar frekwensi
128 Hz dan 256 Hz, sedangkan frekwensi-frekwensi lain dapat didengar.
Evaluasi test garis pendengaranp ada contoh di atas menunjukkan telinga kanan
batas atasnya menurun berarti telinga kanan menderita tuli sensorineural. Pada
telinga kiri batas bawahnya meningkat berarti telinga kiri menderita tuli konduktif.
Selanjutnya Anda dapat mempelajari bagaimana cara pemeriksaan Tes Weber,
sebagai berikut:
Test Weber
Perlu Anda ketahui bahwa prinsip test ini adalah membandingkan hantaran
tulang telinga kiri dan kanan. Telinga normal hantaran tulang kiri dan kanan akan
sama.
Cara pemeriksaannya adalah sebagai berikut: Anda sentuh Garpu tala 256
Hz atau 512 Hz kemudian letakkan pangkalnya pada dahi atau vertex. Kemudian
tanyakan pada pasien apakah mendengar atau tidak. Bila mendengar langsung
ditanyakan di telinga mana didengar lebih keras. Bila terdengar lebih keras di
kanan disebut lateralisasi ke kanan.
Kemudian Anda evaluasi Tets Weber. Bila terjadi lateralisasi ke kanan maka
ada beberapa kemungkinan, yaitu :
1. Telinga kanan tuli konduktif, kiri normal
2. Telinga kanan tuli konduktif, kiri tuli sensory neural
6. 6
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman
3. Telinga kanan normal, kiri tuli sensory neural
4. Kedua telinga tuli konduktif, kanan lebih berat
5. Kedua telinga tuli sensory neural, kiri lebih berat
Dengan kata lain test weber tidak dapat berdiri sendiri. Oleh karena itu,
tidak dapat menegakkan diagnosa secara pasti.
Setelah Anda melakukan tes weber, selanjutnya lakukan tes rinne.
Bagaimana cara pemeriksaan tes rinne? Caranya adalah sebagai berikut:
Test Rinne
Sebelum melakukan pemeriksaan, perlu Anda ketahui bahwa prinsip test
ini adalah membandingkan hantaran tulang dengan hantaran udara pada satu
telinga. Pada telinga normal hantaran udara lebih panjang dari hantaran tulang.
Juga pada tuli sensorneural hantaran udara lebih panjang daripada hantaran
tulang. Dilain pihak pada tuli konduktif hantaran tulang lebih panjang daripada
hantaran udara.
Bagaimana cara pemeriksaannya?
Caranya adalah sebagai berikut: Anda sentuh Garpu tala 256 Hz atau 512
Hz secara lunak dengan tangan, kemudian pangkalnya letakkan pada planum
mastoideum dari telinga yang akan diperiksa. Kemudian tanyakan pada pasien
apakah mendengar dan sekaligus di instruksikan agar mengangkat tangan bila
sudah tidak mendengar. Bila pasien mengangkat tangan, garpu tala dipindahkan
hingga ujung yang bergetar berada kira-kira 3 cm di depan meatus akustikus
eksternus dari telinga yang diperiksa. Bila penderita masih mendengar dikatakan
Rinne (+). Bila tidak mendengar dikatakan Rinne (-).
Kemudian Anda lakukan evaluasi test rinne:
1. Rinne positif berarti normal atau tuli sensorineural.
2. Rinne negatif berarti tuli konduktif.
3. Rinne Negatif Palsu. Dalam melakukan test rinne harus selalu hati-hati dengan
apa yang dikatakan Rinne negatif palsu. Hal ini terjadi pada tuli sensorineural
7. 7
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman
yang unilateral dan berat.
Pada waktu meletakkan garpu tala di Planum mastoideum getarannya
ditangkap oleh telinga yang baik dan tidak di test (cross hearing). Kemudian
setelah garpu tala diletakkan di depan meatus acusticus externus getaran tidak
terdengar lagi sehingga dikatakan rinne negatif.
Setelah Anda melakukan tes rinne, selanjutnya lakukan pemeriksaan Tes
Schwabach. Bagaiman caranya? Caranya adalah sebagai berikut:
Test Schwabach
Prinsip tes ini adalah membandingkan hantaran tulang dari pasien dengan
hantaran tulang pemeriksa dengan catatan bahwa telinga pemeriksa harus
normal.
Cara pemeriksaannya, sentuh secara lunak Garpu tala 256 Hz atau 512 Hz,
kemudian letakkan pangkalnya pada planum mastoiedum penderita. Kemudian
tanyakan kepada pasien apakah mendengar, sesudah itu sekaligus diinstruksikan
agar mengangkat tangannya bila sudah tidak mendengar dengungan. Bila
pasien mengangkat tangan, garpu tala segera pindahkan ke planum mastoideum
Anda (pemeriksa). Ada 2 kemungkinan Anda masih mendengar dikatakan
schwabach memendek atau Anda sudah tidak mendengar lagi. Bila Anda tidak
mendengar harus dilakukan cross yaitu garpu tala mula-mula diletakkan pada
planum mastoideum Anda, kemudian bila sudah tidak mendengar lagi garpu tala
segera dipindahkan ke planum mastoideum pasien dan tanyakan apakah pasien
mendengar dengungan. Bila pasien tidak mendengar lagi dikatakan schwabach
normal dan bila masih mendengar dikatakan schwabach memanjang.
Kemudian Anda evaluasi hasil test schwabach, sebagai berikut:
1. Schwabach memendek berarti pemeriksa masih mendengar dengungan
dan keadaan ini ditemukan pada tuli sensory neural.
2. Schwabach memanjang berarti penderita masih mendengar dengungan
dan keadaan ini ditemukan pada tuli konduktif.
3. Schwabach normal berarti pemeriksa dan penderita sama-sama tidak
mendengar dengungan. Karena telinga pemeriksa normal berarti telinga
8. 8
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman
penderita normal juga.
Di bawah ini adalah format SOP dan penilaian pemeriksaan telinga. Untuk itu
perhatikan baik-baik:
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMERIKSAAN TELINGA
NO URAIAN Skor
A. Persiapan Alat (15%) 0 1 2
1. Arloji tangan berjarum jam detik
2. Garpu talla 512 Hz
3. Speculum telinga
4. Lampu kepala
5. Otoskop
B. Persiapan pasien dan lingkungan (5%)
1. Jelaskan pada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan.
2. Atur lingkungan sekitar pasien, jaga privasi pasien.
C. Pelaksanaan prosedur (80%)
1. Cuci tangan
2. Dekatkan alat pada pasien
3. Inspeksi dan palpasi telinga luar
1. Bantu klien dalam posisi duduk jika memungkinkan
2. Posisi pemeriksa menghadap ke sisi telinga yang dikaji
3. Atur pencahayaan dengan menggunakan auroskop,
lampu kepala atau sumber cahaya lain sehingga tangan
pemeriksa bebas bekerja.
4. Inspeksi telinga luar terhadap posisi, warna, ukuran,
bentuk, hygiene, adanya lesi/massa dan kesimetrisan.
5. Lakukan palpasi dengan memegang telinga
menggunakan telunjuk dan jempol.
6. Palpasi kartilago telinga luar secara simetris, mulai dari
jaringan lunak ke jaringan keras dan catat jika ada nyeri.
7. Lakukan penekanan pada area tragus ke dalam dan tulang
telinga di bawah daun telinga.
8. Bandingkan telinga kiri dan kanan.
9. 9
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman
9. Inspeksi lubang pendengaran eksternal dengan cara
berikut:
Pada orang dewasa: pegang daun telinga/heliks dan
perlahan-lahan tarik daun telinga ke atas dan ke belakang
sehingga lurus dan menjadi mudah diamati.
Pada anak-anak: tarik daun telinga ke bawah.
10. Periksa adanya peradangan, perdarahan atau kotoran/
serumen pada lubang telinga.
11. Dengan hati-hati masukkan otoskop yang menyala ke
dalam
4. Pemeriksaan pendengaran menggunakan bisikan
1. Atur posisi klien membelakangi pemeriksa pada jarak 4-6
m.
2. Instruksikan klien untuk menutup salah satu telinga yang
tidak diperiksa.
3. Bisikkan suatu bilangan, misal “tujuh enam”.
4. Minta klien untuk mengulangi bilangan yang didengar.
5. Periksa telinga lainnya dengan cara yang sama.
6. Bandingkan kemampuan mendengar telinga kanan dan
telinga kiri klien.
5. Pemeriksaan pendengaran menggunakan arloji
1. Ciptakan suasana ruangan yang tenang.
2. Pegang arloji dan dekatkan ke telinga klien.
3. Minta klien untuk memberitahu pemeriksa jika ia
mendengar detak arloji.
4. Pindahkan posisi arloji perlahan-lahan menjauhi telinga
dan minta klien untuk memberitahu pemeriksa jika ia
tidak mendengar detak arloji. Normalnya klien masih
mendengar sampai jarak 30 cm dari telinga.
6. Pemeriksaan pendengaran menggunakan garpu talla:
Pemeriksaan Rinne
1. Pegang garpu talla pada tangkainya dan pukulkan ke
telapak tangan atau buku jari yang berlawanan.
2. Letakkan tangkai garpu talla pada prosesus mastoideus
klien.
3. Anjurkan klien untuk memberi tahu pemeriksa jika ia tidak
merasakan getaran lagi (± 2-3 detik)
4. Angkat garpu talla dan dengan cepat tempatkan di depan
lubang telinga klien 1-2 cm dengan posisi garpu talla
parallel terhadap lubang telinga luar klien.
10. 10
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman
5. Instruksikan klien untuk memberitahu apakah ia masih
mendengar suara atau tidak.
6. Catat hasil pendengaran pemeriksaan tersebut.
Uji Rinne positif: klien mendengar bunyi di depan telinga
lebih keras dari di belakang telinga (normal atau tuli
sensorineural).
Uji Rinne negatif: bunyi yang terdengar lebih keras saat
garpu talla diletakkan di tulang mastoideus.
Pemeriksaan Weber
1. Pegang garpu talla pada tangkainya dan pukulkan ke
telapak tangan atau buku jari yang berlawanan.
2. Letakkan tangkai garpu talla di tengah puncak kepala
klien.
3. Tanyakan kepada klien apakah bunyi terdengar sama
jelas pada kedua telinga atau lebih jelas pada salah satu
telinga.
4. Catat hasil pemeriksaan pendengaran tersebut.
Telinga normal: klien mendengar suara di tengah, atau
tidak dapat membedakan telinga mana yang mendengar
lebih keras.
Tuli sensorineural: lateralisasi ke telinga yang baik/suara
lebih terdengar pada telinga yang baik.
Tuli konduktif: lateralisasi pada telinga yang tuli/suara
lebih jelas terdengar pada telinga yang mengalami tuli
konduktif.
Pemeriksaan Scwabach
1. Pegang garpu talla pada tangkainya dan pukulkan ke
telapak tangan atau buku jari yang berlawanan.
2. Letakkan tangkai garpu talla pada prosesus mastoideus
klien.
3. Anjurkan klien untuk memberi tahu pemeriksa jika ia tidak
merasakan getaran lagi (± 2-3 detik).
4. Saat klien sudah tidak mendengar, garpu talla dipindah
segera, tangkainya ditempelkan pada prosesus
mastoideus pemeriksa. Catat apakah pemeriksa masih
dapat merasakan getaran garpu talla.
11. 11
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman
5. Catat hasil pemeriksaan:
Scwabach normal: hantaran pada tulang pasien hamper
sama dengan pemeriksa.
Scwabach memanjang: hantaran tulang padapasien lebih
panjang dari pemeriksa, pada tuli konduksi.
Scwabach memendek: jika telinga pemeriksa masih dapat
mendengar getaran garpu talla setelah pasien tidak lagi
mendengarnya.
Keterangan :
Skor 0 : bila prosedur belum mampu dilakukan
Skor 1 : bila prosedur dilakukan dengan bantuan
Skor 2 : bila prosedur dilakukan dengan mandiri
12. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
12
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman
Rangkuman
Selamat Anda telah berhasil mempelajari materi Kegiatan belajar 2 yang
menguraikan tentang prosedur tindakan pemeriksaan fungsi pendengaran pasien
mulai tes bisik, tes garputala dengan beberapa metode yang dapat Anda pelajari
dan praktekkan ke pasien agar Anda terampil dalam melakukannya.