1. TATA CARA DAN STUDI KASUS
PEMILIHAN LOKASI TPA
METODE LEGRAND
pemilihan lokasi TPAS Kabupaten Klaten
Randa Anugerah (1210942015)
Seppi Yuliana (1310941015)
Dittia Rahma (1310941027)
Febbi Herdiani (1310942021)
Suci Irawati Hidayatullah (1310942015)
Silvi Septanisa (1410941017)
Nur Indah Lestari (1410941028)
Nyak Nisa Ul Khairani KF (1410942013)
Mikel Faklin (1410942022)
KELOMPOK 6
2. Pertimbangan utama yang harus selalu dimasukkan dalam penentuan lokasi TPA adalah
(EPA 530-R-95-023):
• Mempertimbangkan penerimaan masyarakat yang akan terkena dampak;
• Konsisten dengan land-use planning di daerah tersebut;
• Mudah dicapai dari jalan utama;
• Mempunyai tanah penutup yang mencukupi;
• Berada pada daerah yang tidak akan terganggu dengan dioperasikan landfill tersebut;
• Mempunyai kapasitas tampung yang cukup besar, biasanya 10 sampai 30 tahun;
• Tidak memberatkan dalam pendanaan pada saat pengembangan, pengoperasian,
penutupan, pemeliharaan setelah ditutup, dan bahkan biaya yang terkait dengan upaya
remediasi;
• Rencana pengoperasian hendaknya terkait dengan upaya kegiatan lain yang sangat
dianjurkan, yaitu kegiatan daur-ulang.
TATA CARA PEMILIHAN LOKASI TPA
3. Ada tiga tata cara pemilihan lokasi TPA, yaitu:
• SNI 19-3241-1994
• Metode Hagerty
• Metode LeGrand.
4. Parameter utama yang digunakan dalam metode LeGrand adalah
(Damanhuri,2008):
• Jarak antara lokasi (sumber pencemaran) dengan sumber air minum;
• Kedalaman muka air tanah terhadap dasar lahan-urug;
• Kemiringan hidrolis air tanah dan arah alirannya dalam hubungan dengan pusat
sumber air minum atau aliran air sungai;
• Permeabilitas tanah dan batuan;
• Sifat-sifat tanah dan batuan dalam meredam pencemaran;
• Jenis limbah yang akan diurug di sarana tersebut.
METODE LEGRAND
5. Metode Le Grand ini terdiri dari 4 tahap, yaitu (Damanhuri, 2008):
• Tahap 1 : deskripsi hidrogeologis lokasi (Langkah ke 1 sampaike 7),
• Tahap 2 : derajat keseriusan masalah (Langkah ke 8) ,
• Tahap 3 : gabungan tahap 1 dan tahap 2 (Langkah ke 9),
• Tahap 4 : penilaian setelah perbaikan (Langkah ke 10)
6. Jarak sumber pencemar (calon lokasi) dengan sumber air.
Kedalaman muka air tanah dari dasar sumber pencemar.
8. Kemampuan sorpsi dan permeabilitas, dimana
I=Batuan dasar kedap air dan II=Batuan dasar lolos air.
9. Tingkat keakuratan/ ketelitian data.
• A = kepercayaan terhadap nilai parameter: akurat
• B = kepercayaan terhadap nilai parameter: cukup
• C = kepercayaan terhadap nilai parameter: tidak akurat
10. Parameter 6.1: sumber air sekitar lokasi
• W = jika yang akan tercemar sumur (well)
• S = jika yang akan tercemar mata air (spring) atau sungai (stream)
• B = jika yang akan tercemar daerah lain (boundary)
Parameter 6.2:
informasi tambahan tentang calon lokasi:
• C = memerlukan kondisi khusus yang memerlukan
komentar
• D = terdapat kerucut depresi pemompaan
• E = pengukuran jarak titik tercemar dilakukan dr
pinggir calon lokasi
• F = lokasi berada pada daerah banjir
• K = batuan dasar calon lokasi adalah karst
• M = terdapat tampungan air di bawah timbunan
sampah
• P = lokasi mempunyai angka perkolasi yang tinggi
• Q = akuifer dibawah calon lokasi adalah penting dan
sensitif
• R = pola aliaran air tanah radial sampai sub radial
• T = muka air tanah pada celah/retakan/rongga
batuan dasae
• Y = terdapat satu atau lebih akuifer tertekan
12. Derajat kepekaan akuifer dan jenis limbah. Menggambarkan derajat keseriusan yang
disajikan dalam bentuk matrik yang menggabungkan kepekaan akuifer dengan tingkat
bahaya limbah yang akandiurug/ditimbun.
Merupakan penggabungan langkah 1 sampai 4 dengan langkah 8. Dari posisi lokasi
tersebut dapat diketahui PAR (protection of aquifer rating). Hasil pengurangan PAR dari deskripsi numerik
lokasi, digunakan untuk menentukan tingkat kemungkinan pencemaran yang akan terjadi.
13.
14. Digunakan bila pada lokasi dilakukan tersebut dilakukan masukan teknologi untuk
mengurangi dampak pencemaran yang mungkin terjadi, sehingga diharapkan terjadi
pergeseran nilai PAR.
Masukan teknologi yang mungkin diterapkan pada lokasi ini untuk mengurangi
potensi bahaya pencemaran antara lain:
• Desain saluran drainase di sekitar lokasi dengan baik
• Pembuatan lapisan dasar (liner) yang dapat dilakukan dengan beberapa lapisan
pelindung seperti geomembran
• Desain pipa lindi yang memungkinkan air lindi dapat terkumpul;
• Adanya instalasi pengolahan air lindi sebelum dibuang ke badan air penerima.
15. Judul :
Studi Pemilihan Lokasi (Site Selection) Tempat Pemrosesan Ahir Sampah Kabupaten
Klaten
Penulis:
M. Arief Buihardjo, Ika Bagus Priyambada, Endang Hadiastuti
(Dosen Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro)
STUDI KASUS
16. Metodologi studi yang digunakan dalam studi pemilihan lokasi TPA, secara garis
besar terdiri dari 3 tahap pelaksanaan yaitu
• Tahap persiapan dan pengumpulan data
(survey pendahuluan, studi literatur, pengumpulan data primer dan sekunder),
• Tahap analisis dan pengolahan data
(analisis perhitungan, analisis penyaringan calon lokasi TPA, analisis pembobotan/
penilaian kelayakan),
• Tahap penetapan calon lokasi TPA terpilih
(analisis SWOT dan analisis rona lingkungan).
17. • Kebutuhan lahan TPA Kabupaten Klaten selama 20 Tahun perencanaan adalah
19,54 Ha jika sistem yang digunakan masih menggunakan sistem open dumping.
Sedangkan jika sampah telah mengalamai reduksi akibat komposting dan daur
ulang, maka lahan yang digunakan adalah 9,77 Ha.
• Penyaringan regional meliputi kelayakan rencana tata ruang wilayah, jenis
batuan, rawan becana, hidrologi, topografi dan tata guna lahan. Penyaringan
kriteria penyisih meliputi kelayakan terhadap curah hujan, kawasan lindung, jarak
terhadap pemukiman dan jalan utama. Setelah proses penyaringan tahap
regional dan tahap penyisih didapatkan 3 calon lokasi TPA, yaitu Kecamatan
Pedan (Desa Troketon, Kaligawe, Temuwangi), Bayat (Desa Wiro, Wiro, Tegalrejo,
Ngerangan), dan Gantiwarno (Desa Gesikan, Jabung, Jogoprayan).
• Hasil analisis SWOT yang menjelaskan tentang kelebihan, kekurangan, potensi
dan ancaman/dampak dari masing-masing calon lokasi TPA menunjukkan bahwa
lokasi TPA terpilih adalah calon lokasi di Desa Troketon, Kecamatan Pedan.
18. Parameter Desa Troketon Desa Wiro Desa Jabung Terpilih
Le-Grand
Kelas lahan
13
(Sangat baik)
14
(Sangat Baik)
18
(Cukup)
Desa
Troketon
Potensi pencemaran
limbah terhadap
akifer
20,5
(agak rendah)
20,5
(agak rendah)
20,5
(agak rendah)
Kemungkinan
pencemaraan &
penerimaan limbah
- 7,5
(hampir tidak mungkin
& pasti dapat
diterima)
- 6,5
(mungkin dapat
diterima)
- 2,5
(meragukan)
19. Berdasarkan parameter Le Grand, didapatkan data analisis lingkungan pada lokasi
TPA terpilih sebagai berikut:
• Jarak dengan sungai terdekat adalah 2000 m;
• Kedalaman muka air tanah terhadap dasar lahan urug > 3 m;
• Kemiringan muka air tanah < 2% dan alirannya berlawanan dengan arah aliran
menuju sumber air;
• Permeabilitas tanah 1,82.10-6 cm/dtk;
• Kondisi tanah/ batuan, jenis tanah lempung banyak lanau
Editor's Notes
peringkat situasi standar yang dibutuhkan agar akuifer tidak tercemar =PAR