Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Ekspose LapAntara Sampah Banggai Laut.pptx
1. STUDY KELAYAKAN DAN DED TEMPAT
PEMPROSESAN AKHIR (TPA) PERSAMPAHAN
KABUPATEN BANGGAI LAUT
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PERHUBUNGAN
KABUPATEN BANGGAI LAUT
PEMERINTAH DAERAH
KABUPATEN BANGGAI LAUT
3. Latar Belakang
Tempat pembuangan akhir sampah pada dasarnya merupakan akhir dari proses
penanganan sampah yang aman dan ramah lingkungan. Namun adanya
keterbatasan biaya dan kapasitas SDM serta pola kumpul-angkut-buang yang ada
selama ini, telah berdampak pada pembebanan yang terlalu berat di TPA baik
ditinjau dari kebutuhan lahan maupun beban pencemaran lingkungan;
Mengacu pada PP 16 / 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum yang didalamya juga mengatur masalah persampahan (bagian ketiga pasal
19 – pasal 22), bahwa penanganan sampah yang memadai perlu dilakukan untuk
perlindungan air baku air minum dan secara tegas dinyatakan bahwa TPA wajib
dilengkapi dengan zona penyangga dan metoda pembuangan akhirnya dilakukan
secara sanitary landfill (kota besar/metropolitan) dan controlled landfill (kota
sedang/kecil);
Menindak lanjuti hal-hal tersebut diatas, diperlukan lokasi TPA yang memenuhi
persyaratan, perencanaan TPA yang memadai, konstruksi TPA yang sesuai dengan
perencanaan dan pengoperasian sesuai dengan standar (SOP);
4. Latar Belakang
Permasalahan terkait lokasi pemprosesan akhir sampah (TPA) yang
belum tersedia di wilayah Kabupaten Banggai Laut, sementara eksisting
sampah masih dibuang ke suatu lokasi secara open dumping selain ke
perairan pantai dan laut;
Permasalahan tipologi Kabupaten Banggai Laut yang terdiri dari wilayah
kepulauan (4 pulau besar, dan pulau-pulau kecil) dengan kepadatan
penduduk masih kecil dan spot-spot permukiman di Pulau-pulau utama;
Berkaitan dengan permasalahan diatas, maka perlu adanya suatu suatu
kajian kelayakan pengelolaan persampahan dengan pemprosesan sampah
di TPA serta dokumen DED TPA sampah. Dan diharapkan hasil dari
perencanaan ini dapat menanggulangi permasalahan persampahan
khususnya di Kabupaten Banggai Laut.
5. Latar Belakang
• Pekerjaan ini akan melakukan mengidentifikasi kebutuhan dan
permasalahan pengelolaan sampah di Kabupaten Banggai Laut,
identifikasi lokasi TPA, kelayakan alternatif TPA yang ada, dan penyiapan
dokumen perencanaan teknis terinci (DED) lokasi TPA terpilih.
Kabupaten
Banggai
Laut
Pertumbuhan Penduduk dan
Kota Pesat
Tipologi Pesisir dan
kepulauan
Daya
Dukung
Lingkungan
Menurun
Kabupaten Otonomi Baru
Limbah Padat, Cair, gas
Limbah Padat
(Sampah)
Aktivitas
Permukiman
dan Kota
TPA
6. Maksud dan Tujuan
A. Maksud Kegiatan
Maksud dilaksanakannya kegiatan ini adalah untuk membantu
pemerintah daerah Kabupaten Banggai Laut dalam Studi Kelayakan
dan Penyusunan Dokumen perencanaan dan menyiapkan Detail
Engineerng Design (DED) TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) sampah
yang efektif, efisien dan berkelanjutan di Kabupaten Banggai Laut.
B. Tujuan Kegiatan
Sedangkan tujuan dilaksanakannya kegiatan ini adalah yaitu
melakukan studi kelayakan pembangunan TPA dan menyusun
Dokumen perencanaan dan Menyiapkan Detail Engineerng Design
(DED) TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) yang efektif, efisien dan
berkelanjutan di Kabupaten Banggai Laut sesuai dengan NSPM
Perencanaan persampahan.
7. Sasaran kegiatan
Sasaran dari kegiatan ini adalah tersedianya Dokumen
Studi Kelayakan dan Dokumen Perencanaan dan DED
pemrosesan Sampah Kabupaten Banggai Laut. sehingga
penanganan persampahan dapat terlaksana dengan efektif,
efisien dan berkelanjutan
8. Ruang Lingkup
1) Melaksanakan koordinasi dengan daerah dan instansi terkait di
wilayah studi, mengkonsolidasi informasi yang terkait dengan
persiapan dan pelaksanaan pekerjaan.
2) Mengumpulkan data awal, informasi dan studi pustaka (buku-buku
referensi) yang berhubungan dengan pekerjaan ini sebagai bahan
referensi untuk penyempurnaan program kerja sehingga akan
dicapai hasil pekerjaan yang maksimal.
3) Mengumpulkan data sekunder sebagai dasar penyusunan evaluasi
kondisi Kabupaten Banggai Laut.
4) Mengkaji kondisi kota/kawasan untuk mengetahui karakteristik dan
arah pengembangan kota sesuai RTRW termasuk penentuan daerah
prioritas penanganan persampahan;
5) Mengevaluasi kondisi eksisting penanganan persampahan di lokasi
studi, menyangkut 5 aspek (teknis, peraturan perundangan,
pembiayaan, kelembagaan, dan peran masyarakar swasta).
9. Ruang Lingkup
6) Survei lapangan untuk mendapatkan data primer (kondisi eksisting), meliputi:
a) Timbulan dan komposisi sampah berdasarkan SNI
b) Identifikasi permasalahan dan kebutuhan pengembangan penanganan sampah
antara lain :
• Tingkat dan cakupan pelayanan yang ada
• Kinerja pelayanan
• Wilayah /daerah prioritas pelayanan
• Kebutuhan pelayanan pengangkutan sampah dan kapasitas penanganan sampah
• Kinerja kelembagaan, sumber daya manusia dan keuangan.
c) Survei pemilihan lokasi TPA (Tempat Pemprosesan Akhir) Sampah (serta
kelayakannya) berdasarkan SNI.
d) Survei pengukuran di lokasi rencana Bangunan Pengelolaan Persampahan di TPA
serta alternatifnya misalnya (TPS 3R, TPST) antara lain : survei topografi, survei
kondisi air tanah dan uji kualitas air permukaan, dan survei daya dukung tanah.
7) Melaksanakan FGD/Sosialisasi dengan mengundang narasumber dan stakeholder
yang mengelola sampah kabupaten Banggai Laut mengenai rencana TPA.
8) Melaporkan hasil penyusunan Studi Kelayakan dan DED Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Banggai Laut.
10. Ruang Lingkup
6) Survei lapangan untuk mendapatkan data primer (kondisi eksisting), meliputi:
a) Timbulan dan komposisi sampah berdasarkan SNI
b) Identifikasi permasalahan dan kebutuhan pengembangan penanganan sampah
antara lain :
• Tingkat dan cakupan pelayanan yang ada
• Kinerja pelayanan
• Wilayah /daerah prioritas pelayanan
• Kebutuhan pelayanan pengangkutan sampah dan kapasitas penanganan sampah
• Kinerja kelembagaan, sumber daya manusia dan keuangan.
c) Survei pemilihan lokasi TPA (Tempat Pemprosesan Akhir) Sampah (serta
kelayakannya) berdasarkan SNI.
d) Survei pengukuran di lokasi rencana Bangunan Pengelolaan Persampahan di TPA
serta alternatifnya misalnya (TPS 3R, TPST) antara lain : survei topografi, survei
kondisi air tanah dan uji kualitas air permukaan, dan survei daya dukung tanah.
7) Melaksanakan FGD/Sosialisasi dengan mengundang narasumber dan stakeholder
yang mengelola sampah kabupaten Banggai Laut mengenai rencana TPA.
8) Melaporkan hasil penyusunan Studi Kelayakan dan DED Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Banggai Laut.
11. Waktu Pelaksanaan
Sebagaimana alokasi waktu yang telah ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja, bahwa
pelaksanaan kegiatan ini untuk jangka waktu 5 (lima) bulan. Menurut Konsultan
merupakan waktu yang cukup pendek untuk pekerjaan Study Kelayakan Dan DED
Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) Persampahan Kabupaten Banggai Laut hanya
saja perlu penyusunan rencana kerja dan penugasan personil yang efektif.
13. Pendekatan Kegiatan
KELAYAKAN TEKNIS
( TECHNICAL FEASIBILITY )
Evaluasi kesesuaian dengan peruntukan ruang
Evaluasi kesesuaian dengan pemanfaatan ruang
Evaluasi daya dukung tanah
Kesesuaian dengan daya dukung sarana dan prasarana
perkotaan
15. Pendekatan Kegiatan
KELAYAKAN LINGKUNGAN
( ENVIRONMENT FEASIBILITY )
Evaluasi Daya Dukung Lingkungan
Evaluasi Keseuaian Lahan
Evaluasi Dampak Lingkungan yang harus dikelola
Evaluasi Kesesuaian Lingkungan Abiotik (A), Biotik (B) dan
Culture (C)
16. Pendekatan Kegiatan
KELAYAKAN SOSIAL
( SOCIAL FEASIBILITY )
Kesejahteraan Masyarakat
Nilai Pranata Sosial
Perubahan Kenyamanan
Peningkatan Status Sosial
18. Pendekatan Kegiatan
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Penarikan kesimpulan studi kelayakan dilakukan dengan
menyusun bobot dan skor dari setiap parameter yang akan
dilakukan penilaian.
Bobot ditentukan untuk setiap parameter kajian untuk aspek
teknis, ekonomis dan lingkungan. Sedangkan Skor merupakan
kualitas dari penilaian setiap parameter.
Hasil penjumlahan perkalian bobt dan skor dibandingkan dengan
nilai tengah dari total. Bila hasil lebih besar dari nilai tengah maka
kesimpulan dinyakatan layak, sedangkan bila lebih rendah maka
kelayakan dinyatakan tidak layak.
19. Pendekatan Kegiatan
STUDI KELAYAKAN (FEASIBILITY STUDY) TPA
Kelayakan Teknis
(Technical Feasibility)
•Kapasitas Lahan sesuai
dengan Proyeksi
Timbulan Sampah ke
TPA.
•Kondisi Tanah: tingkat
kelulusan air diatas
MAT
•Sistem Air Tanah.
•Pemanfaatan Air Tanah
di Wilayah sekitarnya.
•Ketersediaan Tanah
Penutup
•Intensitas Hujan
•Aksesibilitas/Jalan
menuju Lokasi dan
Transportasi Sampah.
•Lalu lintas Lokasi
Kelayakan Lingkungan
(Environment
Feasibility)
•Jarak dari perumahan
terdekat 500 m
•Jarak dari badan air 100
m
•Jarak dari airport 1500
m (pesawat baling-
baling) dan 3000 m
(pesawat jet)
•Muka air tanah > 3 m
•Jenis tanah lempung
dengan konduktivitas
hidrolik < 10 -6 cm / det
•Merupakan tanah tidak
produktif
•Bebas banjir minimal
periode 25 tahun.
•Tidak berada di kawasan
konservasi/cagar alam.
•Biologis
•Kebisingan dan Bau
•Estetika.
Kelayakan Ekonomi dan
Pembiayaan (Financial
Capability)
•Penapatan dan
Pembiayaan
Pengelolaan Sampah
Eksisting;
•Sumber Pendanaan
•Mekanisme Pendanaan,
•Biaya Pembangunan
TPA Sanitary
Landfill/Controled
Landfill
•Kemampuan Pendanaan
Daerah (pembangunan,
O&P TPA)
•Peran Swasta (CSR) dan
Masyarakat (Retribusi,
Tenaga)
Kelayakan Kelembagaan
(Administratif
Operability)
•Kesiapan Organisasi
Pengelola TPA (Dinas
Teknis/UPT/BLU)
•Kesiapan SDM
Kelayakan Aspek
Hukum (Legal Aspect)
•Status Lahan
•Tata guna lahan
(Kesesuaian dengan
RTRW)
•Ijin lokasi
20. Pendekatan Kegiatan
PERENCANAAN TEKNIS TPA SAMPAH
Secara teoritis, aspek-aspek penting dalam pelaksanaan
pengembangan TPA sanitary landfills, yaitu:
(1) pemilihan lokasi,
(2) metode landfilling dan operasi,
(3) pengelolaan gas dan lindi di lokasi, dan
(4) pengembangan dan kontrol terhadap gas metan dan
lindi landfill.
(REFERENSI: Peavy Howard S., Rowe Donald R., Tchobanoglous
George; Environmental Engineering, Mc. Graw Hill, 1985. p. 629).
21. Pendekatan Kegiatan
PEMILIHAN LOKASI TPA
1. Pemilihan Lokasi TPA
Sesuai dengan SNI No. 03-3241-1997 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA,
bahwa lokasi yang memenuhi persyaratan sebagai tempat pembuangan akhir
sampah adalah:
• Jarak dari perumahan terdekat 500 m
• Jarak dari badan air 100 m
• Jarak dari airport 1500 m (pesawat baling-baling) dan 3000 m (pesawat jet)
• Muka air tanah > 3 m
• Jenis tanah lempung dengan konduktivitas hidrolik < 10-6 cm / det
• Merupakan tanah tidak produktif
• Bebas banjir minimal periode 25 tahun
Sulitnya mendapatkan lahan yang memadai didalam kota, maka disarankan
untuk memilih lokasi TPA yang dapat digunakan secara regional. Untuk lokasi
TPA yang terlalu jauh (>25 km) dapat menggunakan sistem transfer station.
22. Pendekatan Kegiatan
DED (DETAIL ENGINEERING DESIGN)
Disain site plan disesuaikan dengan kondisi lahan yang tersedia
Disain fasilitas yang meliputi fasilitas umum (jalan masuk dan jalan operasi,
saluran drainase, kantor TPA, pagar), fasilitas perlindungan lingkungan (tanggul,
lapisan dasar kedap air, jaringan pengumpul dan pengolah lindi, ventilasi gas,
barrier, tanah penutup, sumur uji, alat berat dan lain-lain) dan fasilitas pendukung
(air bersih, bengkel, jembatan timbang dan lain-lain)
Tahapan pembangunan disesuaikan dengan kemampuan pendanaan daerah untuk
membangun suatu TPA sehingga dengan kondisi yang paling minimal TPA
tersebut dapat berfungsi tanpa mencemari lingkungan.
Dokumen DED dilengkapi juga dengan gambar detail, SOP, dokumen tender,
spesifikasi teknis, disain note dan lain-lain.
23. Pendekatan Kegiatan
TPA SANITARY LANDFILL
Sanitary Landfill
Penanganan leachate telah memenuhi syarat lingkungan.
Pada lokasi TPA dilengkapi fasilitas antara lain :
• Pagar
• Pohon / tanaman sebagai barrier
• Saluran drainase
• Kantor dan garasi buldozer (permanen)
• Jembatan timbang
• Jalan masuk
• Pengamatan leachete
• Lapisan penutup tanah harian
• Rencana pengoperasian dan pemanfaatan setelah
selesai.
24. Perencanaan TPA
1. Penentuan lokasi TPA
2. Perhitungan volume sampah masuk TPA.
3. Penentuan diperlukan atau tidaknya proses pelapisan dasar
TPA Sampah.
4. Merencanaan teknik pengumpulan dan pengolahan Leachate
(Lindi).
5. Jalan Masuk
6. Merencanakan drainase TPA Sampah
7. Merencanakan sel penutupan sampah
8. Merencanakan tanggul TPA Sampah.
9. Merencanakan pemadatan sampah dan penutuhpan tanah.
25. Metodologi
Perhitungan Kebutuhan Pengembangan TPA
Pemilihan Lokasi
Perhitungan Teknis TPA
• Perhitungan awal kebutuhan tanah penutup
• Perhitungan awal pengupasan dinding bukit
Perencanaan Sarana dan Prasarana TPA
26. Metodologi [ PEMILIHAN LOKASI TPA ]
A. PEMILIHAN LOKASI TPA
Pertimbangan utama yang harus selalu dimasukkan dalam penentuan loaksi site adalah
[EPA 530-R-95-023, dalam Enri Damanhuri - FTSL ITB, Diktat Landfilling Limbah -
Versi2008]:
Mempertimbangkan penerimaan masyarakat yang akan terkena dampak
Konsisten dengan land-use planning di daerah tersebut
Mudah dicapai dari jalan utama o Mempunyai tanah penutup yang mencukupi
Berada pada daerah yang tidak akan terganggu dengan dioperasikan landfill tersebut
Mempunyai kapasitas tampung yang cukup besar, biasanya 10 sampai 30 tahun
Tidak memberatkan dalam pendanaan pada saat pengembangan, pengoperasian,
penutupan, pemeliharaan setelah ditutup, dan bahkan biaya yang terkait dengan upaya
remediasi.
Rencana pengoperasian hendaknya terkait dengan upaya kegiatan lain yang sangat
dianjurkan, yaitu kegiatan daur-ulang.
− SNI 19-3241-1994
− Metode LeGrand
− Metode Hagerty
28. Metodologi [ PEMILIHAN LOKASI TPA ]
A. PEMILIHAN LOKASI TPA
Lokasi A Lokasi B Lokasi C
Bobot x Nilai
No Parameter Bobot Nilai
Secara ideal, pertimbangan utama dalam pemilihan
lokasi sebuah landfill adalah didasarkan atas berbagai
aspek, terutama:
Kesehatan masyarakat,
Lingkungan hidup,
Biaya, dan
Sosio-ekonomi
disamping aspek-aspek lain yang sangat penting, seperti
aspek politis dan legal yang berlaku disuatu daerah atau
negara.
31. Pola Perencanaan TPA Sampah
PENGUMPULAN DATA:
• Topografi
• Geohidrologi
• Jarak dari sungai
• Jarak terhadap permukiman
terdekat
• Intensitas hujan
• Arah angin
• Umur Rencana TPA
• Data Pasang Surut (TPA Pasang
Surut)
KRITERIA DISAIN
PENGOLAHAN
DATA/ANALISIS
KEBIJAKAN/PENGATURAN
PENGAMANAN LINGKUNGAN
PERENCANAAN TEMPAT PEMPROSESAN AKHIR:
1. Rencana Kebutuhan Lahan
2. Teknik Pengendalian Leachate (lindi)
3. Teknik Pengendalian Gas dan Vektor Penyakit
4. Teknik Operasi Pembuangan/Pemprosesan Sampah
5. Teknik Pengamanan Lingkungan Sekitarnya (Buffer
Zone)
32. Kebutuhan Data
No. Kebutuhan Data Sumber Data
1. Kondisi Teknis Operasional Eksisting Pengelolaan Persampahan
• Daerah pelayanan
• Tingkat Pelayanan
• Produksi /Laju Timbulan sampah
• Komposisi dan karakteristik sampah
• Kondisi pewadahan, pengumpulan pemindahan, pengangkutan dan
pembuangan akhir eksisting, pengelolaan dengan 3 R
o Dinas Pekerjaan
Umum dan
Perhubungan Kab.
Banggai Laut
o Bappeda Kab.
Banggai Laut
o Sumber Lainnya
2. Kondisi Organisasi dan Manajemen
• Bentuk badan pengelolaan dan dasar hukum pembentukan
• Struktur Organisasi
• Personalia
o Dinas Pekerjaan
Umum dan
Perhubungan Kab.
Banggai Laut
o Bappeda Kab.
Banggai Laut
o Sumber Lainnya
3. Pembiayaan
• Anggaran/biaya untuk pengelolaan kebersihan selama 3 tahun terakhir beserta
perinciannya (biaya investasi, operaional, biaya pemeliharaan oleh Dinas
Kebersihan, oleh Dinas Pasar, dan oleh swadaya masyarakat).
• Hasil-hasil retribusi kebersihan selama 3 tahun terakhir, masalah-masalah
yang dihadapi, potensi retribusi yang ada.
• Tarif retribusi untuk pemukiman (HI,MI,LI) komersial (pasar, toko), hotel,
kantor, dan lain-lain.
• Biaya satuan tiap tahap pengelolaan dan tiap jenis/cara pengelolaan.
o Dinas Pekerjaan
Umum dan
Perhubungan Kab.
Banggai Laut
o Dispenda
o Sumber Lainnya
33. Kebutuhan Data
No. Kebutuhan Data Sumber Data
4. Hukum Pengaturan dan Peran Masyarakat/Swasta
• Produk Hukum Perda terkait Pengelolaan Sampah yang Terkait
(Kelembagaan/Organisasi, Retribusi, Larangan Membuang Sampah, dlsb)
• Kegiatan Penegakan Hukum terkait Pengelolaan Sampah.
• Keterlibatan Masyarakat dan Swasta dalam Pengelolaan Sampah
o Dinas Pekerjaan
Umum dan
Perhubungan Kab.
Banggai Laut
o Bappeda Kab.
Banggai Laut
o Biro Hukum Pemda
o Sumber Lainnya
5. Teknis Perencanaan TPA
• Lokasi dan Situasi TPA
• Jarak dari Badan Air
• Kondisi Topografi Lokasi
• Jarak dari permukiman terdekat
• Kondisi air tanah
• Tinggi muka air tanah
• Jenis tanah
• Permeabilitas air tanah
• Struktur tanah
• Kualitas tanah
• Kualitas leachate
• Rencana pengembangan kota/wilayah (RTRW/RDTR)
• Volume sampah dan laju timbulan sampah
• Jenis sampah
• Karakteristk sampah.
o Tinjauan lapangan.
o Hasil Laboratorium.
o Dinas Pekerjaan
Umum dan
Perhubungan Kab.
Banggai Laut
o Bappeda Kab.
Banggai Laut
o Sumber Lainnya
34. Kriteria Design
A. Densitas sampah
Kerapatan jenis sampah yang dipakai sebagai acuan perencanaan sebagai berikut:
1. Densitas sampah = 250 kg/m3
2. Densitas sampah di TPA = 600 kg/m3
B. Tebal lapisan tanah penutup
Tebal lapisan tanah penutup yang dipakai sebagai acuan perencanaan sebagai berikut
(lihat gambar 7.1):
1. Tebal tanah penutup harian (daily earth cover) = 0,2 m
2. Tebal tanah penutup antara (intermediate earth cover) = 0,3 m
3. Tebal tanah penutup akhir (final earth cover) = 0,6 m
35. Kriteria Design
C. Lapisan dasar TPA
• Lapisan dasar TPA dibuat kedap air sehingga lindi terhambat meresap ke
dalam tanah dan tidak mencemari air tanah (ground water) lihat gambar
7.2. Adapun kriteria disainnya adalah sebagai berikut:
• Koefisien permeabilitas lapisan dasar harus < 10-6 cm/detik.
• Pelapisan dasar kedap air dilakukan dengan cara melapisi dasar TPA
dengan tanah lempung yang dipadatkan (30 cm x 2, primary liner dan
secondary liner) atau geomembrane/geotextile (setebal 5 mm x 2, primary
liner dan secondary liner).
36. Kriteria Design
D. Saluran Pengumpulan, Bak Pengumpul dan Penampung Lindi
a) Saluran pengumpul tersier:
• Dipasang memanjang ditengah sub zona penimbunan
• Saluran pengumpul tersebut menerima aliran dari dasar lahan dengan kemiringan minimal 2%.
• Saluran pengumpul terdiri dari rangkaian pipa PVC/HDPE atau bahan material lainnya yang
memenuhi standar sebagai pipa air limbah dan berlubang.
• Saluran pengumpul sekunder:
• Dipasang memanjang ditengah blok/zona penimbunan
• Saluran pengumpul tersebut menerima aliran dari dasar lahan dengan kemiringan minimal 2%.
• Saluran pengumpul terdiri dari rangkaian pipa PVC PVC/HDPE atau bahan material lainnya yang
memenuhi standar sebagai pipa air limbah dan berlubang.
b) Saluran pengumpul primer:
• Menggunakan pipa PVC PVC/HDPE atau bahan material lainnya yang memenuhi standar sebagai
pipa air limbah yang tidak berlubang.
• Dapat dihubungkan dengan hilir saluran sekunder oleh bak kontrol, yang berfungsi pula sebagai
ventilasi yang dikombinasikan dengan pengumpul gas vertikal.
c) Syarat pengaliran lindi:
• Kecepatan pengaliran = 0,6 – 3 meter/detik.
• Kedalaman air dalam saluran/pipa (d/D) maksimal 80%, dimana d= tinggi air dan D = diameter
pipa.
37. Kriteria Design
D. Saluran pengumpulan, Bak Pengumpul Dan Penampung Lindi (lanjutan)
d) Perhitungan disain debit lindi adalah menggunakan model atau dengan perhitungan
yang didasarkan asumsi-asumsi:
• Hujan terpusat pada 4 jam sebanyak 90% (Van Breen), sehingga faktor puncak =
5,4.
• Maksimum hujan yang jatuh 20-30% diantaranya menjadi lindi.
• Dalam 1 bulan, maksimum terjadi 20 hari hujan.
• Data presipitasi diambil berdasarkan data harian atau tahunan maksimum dalam
5 tahun terakhir.
e) Bak pengumpul dan penampung lindi
• Lindi yang mengalir dari saluran sekunder dan primer dapat ditampung
sementara pada bak pengumpul dan bak penampung lindi dengan kriteria teknis
sebagai berikut:
• Bak penampung harus kedap air dan tahan asam
• Ukuran bak pengumpul dan penampung disesuaikan dengan hasil perhitungan
debit lindi dan waktu pengumpulan dan penampungan.
38. Kriteria Design
E. Ventilasi gas
• Ventilasi gas berfungsi untuk mengalirkan dan mengurangi akumulasi tekanan
gas mempunyai kriteria disain berikut:
• Pipa ventilasi gas dipasang dari dasar TPA secara bertahap pada setiap lapisan
sampah dan dapat dihubungkan dengan pipa pengumpul lindi.
• Pipa ventilasi gas berupa pipa PVC berdiameter 150 mm yang dikelilingi oleh
bronjong berdiameter 400 mm dan diisi batu pecah berdiameter 50 – 100 mm.
• Ketinggian pipa ventilasi tergantung pada rencana tinggi timbunan (setiap
lapisan sampah ditambah 50 cm.
• Pipa ventilasi pada akhir timbunan harus ditambah dengan pipa besi berdiameter
150 mm.
• Gas yang keluar dari ujung pipa besi (GIP) harus dibakar atau dimanfaatkan
sebagai energi alternatif.
• Jarak antar pipa ventilasi gas 50 – 100 m.
39. Kriteria Design
F. Perhitungan Teknis TPA (Perhitungan awal kebutuhan lahan
TPA per tahun)
• Rumus:
Dimana:
• L = Luas lahan yang ditimbun setiap tahun (m2)
• V = Volume sampah yang telah dipadatkan (m3/hari)
• V = A x E0/E,
Dimana;
• A = volume sampah yang akan dibuan
• E = tingkat pemadatan (kg/m3) rata-rata 600 kg/m3
• E0= densitas awal = 212,11 kg/m3
40. Kriteria Design
F. Perhitungan Teknis TPA (Perhitungan awal kebutuhan lahan
TPA per tahun)
Kebutuhan luas lahan sebagai berikut:
• Rumus:
Dimana:
• H = luas total lahan (m2)
• L = luas lahan setahun
• I = umur lahan (tahun)
• J = ratio luas lahan total dengan luas lahan efektif 1,2
41. Profil Kab. Banggai Laut
• Kabupaten Banggai Laut adalah salah satu kabupaten di
provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Banggai Laut merupakan hasil
pemekaran dari Kabupaten Banggai Kepulauan yang disahkan dalam
sidang paripurna DPR RI pada 14 Desember 2012 di gedung DPR RI
tentang Rancangan UU Daerah Otonomi Baru (DOB).
• Kabupaten Banggai Laut dibagi menjadi 7 kecamatan, antara lain:
1) Banggai
2) Banggai Utara
3) Banggai Tengah
4) Banggai Selatan
5) Bangkurung
6) Bokan Kepulauan
7) Labobo
43. Citra Landsat (google earth)
Kec. Bangukurung
Kec. Labobo
Kec. Banggai
Kec. Banggai Utara
Kec. Bokan Kepulauan
Kec. Banggai Selatan
Kec. Banggai Tengah
44. Letak Geografis
Kabupaten Banggai Kepulauan terbentuk dari hasil pemekaran wilayah
Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 51 Tahun 1999 Tentang Pembentukan Kabupaten
Morowali, Kabupaten Buol, dan Kabupaten Banggai Kepulauan.
Terpencilnya Kabupaten Balut yang bertetangga dengan Maluku Utara,
karena dikelilingi oleh lautan dan adanya pulau-pulau kecil. Dengan
geografis demikian maka menjadikan perhatian Kementerian
Perhubungan Cq Direktorat Jenderal Perhubungan Laut untuk
melakukan pengembangan Pelabuhan Laut Banggai sejak tahun 2008
hingga 2012 antara lain penambahan panjang dermaga, timbunan untuk
lapangan penumpukan, pemagaran, gudang, rumah dinas dan lain-lain,
yang konon dalam kurun waktu tersebut telah menyerap anggaran
APBN-P sekitar 80 an miliar rupiah.
45. Kependudukan
o Kabupaten Balut yang letaknya terpisah dari daratan Sulawesi Tengah, atau
dapat dikatakan daerah terpencil mempunyai jumlah penduduk sekitar 63.580
jiwa (Data BPS Tahun 2012) yang bermukim di tujuh kecamatan.
NO KECAMATAN
LUAS
WILAYAH
(km2)
DATA KEPENDUDUKAN (TAHUN - JIWA)
2000 2005 2010 2011 2012
A PULAU BANGGAI
1 Banggai 86,95 13.415 14.761 19.977 20.663 21.115
2 Banggai Tengah 68,19 4.481 4.894 6.362 6.554 6.680
3 Banggai Selatan 81,2 3.354 3.641 4.809 4.958 5.057
4 Banggai Utara 58,05 4.839 5.163 6.007 6.117 6.190
B PULAU LABOBO
5 Labobo 85,65 4.955 5.349 5.341 5.375 5.397
C BANGKURUNG
6 Bangkurung 116,55 6.756 7.268 8.196 8.331 8.419
D BOKAN KEPULAUAN
7 Bokan Kepulauan 229,08 9.054 9.913 11.571 11.814 11.971
JUMLAH 725,67 46.854 50.989 62.263 63.812 64.829
46. Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Banggai Laut Eksisting
Pengelolaan sampah masih menggunakan
paradigma lama. Sampah dari sumber sampah,
pewadahan, diangkut oleh truck sampah
langsung ke TPA Tolokibit yang mana masih
diproses secara open dumping.
Untuk operasional pengelolaan sampah:
terdapat 3 truck dump truck kapasitas 6 m3,
yang melayani 3 kelurahan, dimana jadwal
pengangkutan 4 x seminggu. (10,28 m3/hari)
atau hanya ± 10% dari total timbunan harian.
49. Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Banggai Laut Eksisting
o Pendapatan dari Retribusi (2013) setiap bulannya rata-rata
Rp. 7.000.000,- sehingga total setahun Rp. 84.000.000,- dari 625
pelanggan.
o Terdapat struktur tarif: RS -Menengah Rp. 10.000/bulan, Mewah
Rp. 12.000/Bulan, Toko/Bangunan Rp. 30.000/bulan.
o Pembiayaan Sektor Persampahan dari APBD Tingkat II/Kabupaten
2 Unit Kontainer dan 200 unit bak sampah total mencapai Rp.
150.000.000,- (Tahun 2014).
50. Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Banggai Laut Eksisting
o Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan persampahan pada
sumber yang telah berlangsung adalah secara rutin mengumpulkan
sampah pada wadah sampah yang telah disiapkan.
o Secara rutin dilaksanakan gotong royong membersihkan
lingkungan.
51. Arahan Pengembangan Pengelolaan Persampahan
Pengolahan Sampah dengan Reduksi
Sampah dari Sumber Sampah secara
individual dan komunal (TPS 3R) dan
SPA serta Pengolahan Akhir di TPA.
Pengolahan Sampah dengan Reduksi
Sampah dari Sumber Sampah secara
individual dan komunal (TPS 3R) Serta
Pengolahan Akhir di TPST.
Pengolahan Sampah dengan Reduksi
Sampah dari Sumber Sampah secara
individual dan komunal (TPS 3R)
52. Perhitungan Kebutuhan
Lahan TPA
Kab. Banggai Laut Banggai
63.580 44506 100,14 m3/hari
timbulan 2,25 L/or/hari
50,07 m3/hari
E0 250
V 20,86 ET 600
T 12 m
L = 419,85 M2
H = L x I x J
H = 10076,4 M2
H = 1,00764 Ha
55. Diskripsi Alternatif 2
DISKRIPSI
LOKASI
KETERANGAN
Koordinat 1°42'22.80“ LS dan
123°31'42.84" BT
Elevasi Lokasi 35 – 43 m dpl
Jarak dari Pantai 762 m
Jarak dari Permukiman
Terdekat dan Pusat Kota
1.094 meter dan 16,5 km
Potensi Lahan ± 8 Ha
57. Scoring
Lokasi
TPA
LOKASI A LOKASI B LOKASI C
I UMUM
1 Batas Administrasi 5 25 25 25
- Dalam Batas Administrasi 10
- Di luar batas administrasi tetapi dalam satu sistem pengelolaan TPA Sampah terpadu 5 5 5 5
- Di luar batas administrasi dan diluar satu sistem pengelolaan TPA Sampah terpadu 3
- Diluar batas administrasi 1
2 Pemilikan Atas Hak Tanah 3 9 9 30
- Pemerintah daerah/terpusat 10 10
- Pribadi (satu) 7
- Swasta/Perusahaan (Satu) 5
- Lebih dari satu pemilik hak dan atau status kepemilikan 3 3 3
- Organisasi sosial/agama 1
3 Kapasitas Lahan 5 50 50 25
- > 10 tahun 10 10 10
- 5 - 10 tahun 8
- 3 tahun - 5 tahun 5 5
- kurang dari 3 tahun 1
4 Jumlah Pemilik Lahan 3 9 21 30
- 1 (satu) KK 10 10
- 2 - 3 kk 7 7
- 6 - 10 KK 3 3
- Lebih dari 10 KK 1
5 Partisipasi Masyarakat 3 15 30 3
- Spontan 10 10
- Digerakan 5 5
- Negoisasi 1 1
II LINGKUNGAN FISIK
1 Tanah (diatas muka air tanah) 5 35 50 35
- Harga kelulusan air < 10-6 cm/det 10 10
- Harga kelulusan air 10-6 cm/det s.d. 10-9 cm/det 7 7 7
- Harga kelulusan air > 10-9 cm/det (Kecuali ada masukan teknologi) 3
2 Air Tanah 5 40 40 15
- ≥ 10 m dengan kelulusan < 10-6 cm/det 10
- < 10 m dengan kelulusan 10-6 cm/det 8 8 8
- ≥ 10 m dengan kelulusan < 10-6 cm/det - 10-4 cm/det 3 3
- < 10 m dengan kelulusan < 10-6 cm/det - 10-4 cm/det 1
3 Sistem aliran air tanah 3 30 30 30
- Discharge area/lokal 10 10 10 10
- Recharge area dan discharge area/lokal 5
- Recharge area regional dan area/lokal 1
4 Kaitan dengan pemanfaatan air tanah 3 30 30 30
- Kemungkinan pemanfaatan rendah dengan batas hidrolis 10 10 10 10
- Diproyeksikan untuk dimanfaatkan dengan batas hidrolis 5
- Diproyeksikan untuk dimanfaatkan tanpa batas hidrolis 1
BOBOT X NILAI
BOBOT NILAI
PARAMETER
NO
58. Scoring
Lokasi
TPA
LOKASI A LOKASI B LOKASI C
5 Bahaya banjir 2 10 20 20
- Tidak ada bahaya banjir 10 10 10
- Kemungkinan banjir > 25 tahunan 5 5
- Kemungkinan banjir > 25 tahunan, tolak (kecuali ada masukan teknologi) 1
6 Tanah Penutup 4 20 40 20
- Tanah penutup cukup 10 10
- Tanah penutup cukup sampai 1/2 umur pakai 5 5 5
- Tanah penutup tidak ada 1
7 Intensitas Hujan 3 3 3 3
- Dibawah 500 mm per tahun 10
- Antara 500 mm s.d. 1000 mm per tahun 5
- Diatas 1000 mm per tahun 1 1 1 1
8 Jalan menuju lokasi 5 50 50 25
- Datar dengan kondisi baik 10 10 10
- Datar dengan kondisi buruk 5 5
- Naik/Turun 1
9 Transportasi Sampah (satu jalan) 5 40 40 15
- Kurang dari 15 menit dari centroid sampah 10
- Antara 16 menit - 30 menit dari centroid sampah 8 8 8
- Antara 31 menit - 60 menit dari centroid sampah 3 3
- Lebih dari 60 menit dari centroid sampah 1
10 Jalan masuk 4 20 40 40
- Truk sampah tidak melalui daerah permukiman 10 10 10
- Truk sampah melalui daerah permukiman berkepadatan rendah (≤ 300 jiwa/ha) 5 5
- Truk sampah melalui daerah permukiman berkepadatan tinggi (≥ 300 jiwa/ha) 1
11 Lalu Lintas 3 24 24 24
- Terletak 500 m dari jalan umum 10
- Terletak < 500 m dari jalan umum pada lalu lintas berkepadatan rendah 8 8 8 8
- Terletak < 500 m dari jalan umum pada lalu lintas berkepadatan sedang 3
- Terletak pada lalu lintas berkepadatan tinggi 1
12 Tata Guna Lahan 3 15 15 3
- Mempunyai dampak sedikit terhadap tata guna lahan sekitar 10
- Mempunyai dampak sedang terhadap tata guna lahan sekitar 5 5 5
- Mempunyai dampak besar terhadap tata guna lahan sekitar 1 1
13 Pertanian 3 15 15 15
- Berlokasi di lahan tidak produktif 10
- Tidak ada dampak terhadap areal pertanian sekitar 5 5 5 5
- Terdapat pengaruh negatif terhadap pertanian sekitar 3
- Berlokasi di tanah pertanian produktif 1
14 Daerah lindung/Cagar Alam 2 20 20 2
- Tidak ada daerah lindung/cagar alam disekitarnya 10 10 10
- Terdapat daerah lindung/cagar alam disekitarnya yang tidak terkena dampak negatif 5
- Terdapat daerah lindung/cagar alam disekitarnya yang terkena dampak negatif 1 1
15 Biologis 3 30 30 15
- Nilai habitat yang rendah 10 10 10
- Nilai habitat yang tinggi 5 5
- Habitat kritis 1
16 Kebisingan dan Bau 2 10 20 10
- Terdapat zona penyangga 10 10
- Terdapat zona penyangga terbatas 5 5 5
- Tidak terdapat zona penyangga 1
17 Estetika 3 15 30 3
- Operasi penimbunan tidak terlihat dari luar 10 10
- Operasi penimbunan sedikit terlihat dari luar 5 5
- Operasi penimbunan terlihat dari luar 1 1
TOTAL NILAI X BOBOT 77 6,69 8,21 5,43
Keterangan :
Lokasi A = Desa Bentean (Alternatif Lokasi Bandara)
Lokasi B = Dusun 3 Desa Tolokibid
Lokasi C = TPA Open Dumping Tolokibid
BOBOT X NILAI
BOBOT NILAI
PARAMETER
NO