SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
No.
1.

Larutan
Campuran homogen, tak
dapat dibedakan
walaupun menggunakan
mikroskop ultra

Koloid
Campuran secara mikroskopis
bersifat homogen tetapi
heterogen jika diamati dengan
mikroskop ultra

Suspensi
Campuran heterogen

2.
3.
4.

Ukuran partikel < 1 nm
Terdiri atas satu fase
Campuran stabil, tidak
memisah
Tidak dapat disaring
dengan kertas saring
biasa maupun penyaring
ultra

Ukuran partikel 1 nm – 100 nm
Terdiri dari dua fase
Campuran metastabil, suatu sat
akan memisah
Tidak dapat disaring dengan
kertas saring biasa kecuali
penyaring ultra

Ukuran partikal > 100 nm
Terdiri atas dua fase
Campuran tidak stabil

Berupa dispersi molekul
Contohnya : larutan
garam, larutan gula,
larutan urea, alkohol,
dan cuka

Berupa dispersi padatan
Contohnya : susu, keju, cat,
tinta, kabut, awan, mentega,
dan sabun

Berupa dispersi padatan
Contohnya : campuran air
dan pasir, air kopi

5.

6.
7.

Dapat disaring dengan
kertas saring biasa
1.Cara Kondensasi
Yaitu cara pembuatan koloid dimana larutan sejati (molekul atau
ion) direaksikan, sehingga menghasilkan suatu senyawa yang sukar
larut dan membentuk partikel koloid. Dilakukan melalui :
a. Reaksi Redoks
Adalah reaksi yang disertai dengan perubahan bilangn oksidasi, contoh :
Pembuatan sol belerang yaitu dengan mengalirkan gas H 2S ke dalam
larutan SO2.
2 H2S(g) + SO2(aq)  2 H2O(l) + 3 S(s)
Pembuatan sol emas yaitu dengan mereaksikan larutan emas (III) klorida
dengan larutan besi (II) sulfat.
AuCl3(aq) + 3 FeSO4(aq)  Au(s) + Fe2(SO4)3(aq) + FeCl3(aq)
b. Hidrolisis
Adalah reaksi suatu zat dengan air. Contoh :
Pembuatan sol Fe(OH)3 dari hidrolisis FeCl3 dengan menambahkan air
mendidih akan terbentuk Fe(OH)3.
FeCl3 (aq) + 3 H2O(l)  3 HCl(aq) + Fe(OH)3(s)
Pembuatan sol Al(OH)3 dari hidrolisis AlCl3 dengan menambahkan air mendidih
akan terbentuk Al(OH)3.
AlCl3 (aq) + 3 H2O(l)  3 HCl(aq) + Al(OH)3(s)

c. Reaksi Penggaraman
Sol garam yang sukar larut seperti AgCl, AgBr, Pbl2, PbSO4, dan BaSO4 dapat
membentuk partikel koloid dengan larutan encer.
Pembuatan Sol AgCl dari reaksi penggaraman perak nitrat dengan asam
florida.
AgNO3(aq) + HCl(aq)  HNO3(aq) + AgCl(s)
d. Reaksi Substitusi/ Penggantian
Sol As2S3 dibuat dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan asam arsenit
(H2AsO3) encer melalui reaksi :
2 H2AsO3(aq) + 3H2S (g)  As2S3(s) + 6 H2O (l)
2. Cara Dispersi
Yaitu cara pembuatan koloid dengan mengubah partikel kasar/
ukuran besar menjadi partikel koloid. Dilakukan melalui :
a. Cara Mekanik
adalah pembuatan koloid dengan cara butir-butir kasar digerus dengan
lumpang atau penggiling koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan
tertentu, kemudian diaduk dengan medium pendispersi. Contoh :
pembuatan sol belerang dengan menggerus serbuk belerang bersamasama dengan suatu zat inert (seperti gula pasir), kemudian mencampur
serbuk halus itu dengan air.

b. Cara Ceptisasi
adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan
dengan bantuan suatu zat pemecah (pemeptisasi) menjadi partikel koloid.
Contoh :
Agar dipeptisasi oleh air, karet dipeptisasi oleh bensin, endapan NiS
dipeptisasi oleh H2S, dan endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.
c. Cara Busur Bredig
adalah pembuatan koloid logam, dengan cara logam yang akan dijadikan
koloid berfungsi sebagai elektrode, dicelupkan dalam medium
pendispersi, lalu diberi loncatan listrik diantara kedua ujungnya.

3. Cara Asosiasi
Terjadi pada sabun dan detergen yang mempunyai bagian polar (kepala)
dan bagian nonpolar (ekor).
1. Efek Tyndall
Adalah peristiwa penghamburan
cahaya oleh partikel-partikel
koloid. Contoh sorot lampu mobil
pada malam yang berkabut,
soreot lampu proyektor dalam
gedung bioskop yang
berasap/berdebu, berkas sinar
matahari melalui celah daun pada
pagi hari yang berkabut, dan
langit tampak biru.
2. Gerak Brown
Adalah gerakan partikel-partikel koloid berbentuk zig-zag. Gerakan
ini terjadi karena partikel koloid mengalami tabrakna dengan
partikel pelarut. Gerak ini merupakan salah astu faktor yang
menstabilkan koloid (koloid tidak mengalami sedimentasi).
3. Elektroforesis
Adalah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan, dimana koloid
yang bermuatan positif akan bergerak ke arah elektrode negatif dan koloid
yang bermuatan negatif akan bergerak ke arah elektrode bermuatan positif,
sehingga dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid. Contoh
koloid positif Fe(OH)3 dan koloid negatif As2S3.

4. Adsorbsi
Adalah peristiwa penyerapan ion-ion oleh partikel koloid, sehingga
partyikel-partikel koloid menjadi bermuatan. Adsorbsu merupakan faktor
yang menstabilakn koloid. Contoh Fe(OH)3 dalam air mengadsorbsi ion
positif sehingga bermuatan positif, sedangkan sol As2S3 mengadsorbsu ion
negatif sehingga bermuatan negatif. Sifat adsorbsi banyak digunakan pada:
a. Pemutihan gula tebu
Gula yang berwarna dilarutkan dalam air kemudian dilarutkan
melalui tanah diatomae. Zat-zat warna dalam gula akan diadsorbsi,
sehingga diperoleh gula yang putih bersih.
b. Norit
adalah tablet yang terbuat dari karbon aktif norit. Da dalam usus norit
membentuk sistem koloid yang dapat mengadsorbsi gas atau zat beracun.

c. Penjernihan
Untuk menjernihan air dapat ditambahkan tawas atau aluminium sulfat
dimana Al(OH)3 yang terbentuk dapat mengadsorbsi zat warna atau zat
pencemar dalam air.
5. Koagulasi
Adalah peristiwa penggumpalan partikel koloid. Koloid yang bermuatan
negatif akan digumpalkan di anode sedangkan koloid yang bermuatan
positif akan digumpalkan di katode. Koagulasi terjadi pada elektroforesis
dan panambahan elektrolit ke sistem koloid. Contoh :
a. pembentukan delta di muara sungai terjadi karena koloid tanah liat
dalam sungai mengalami koagulasi ketika bercampur dengan elektrolit
dalam air laut,
b. karet dalam lateks digumpalkan dengan menambahkan asam formiat.
c. Lumpur koloidal dalam air sungai dapat digumpalkan dengan
menambahkan tawas.
d. Asap/ debu dari pabrik/ industri dapat digumpalkan dengan alat
koagulasi listrik dari cottrel.
6. Dialisis
Adalah suatu proses untuk menghilangkan ion-ion pengganggu sehingga
koloid tersebut menjadi stabil. Contoh proses cuci darah bagi penderita
gagal ginjal.

7. koloid pelindung
adalah koloid yang ditambahkan pada koloid lain untuk menjaga agar
koloid tersebut tidak rusak (penstabil koloid). Contoh :
a. pada pembuatan es krim digunakan gelatin untuk mencegah
pembentukan kristal besar atau gula.
b. Cat dan tinta dapat bertahan lama karena menggunakan suatu koloid
pelindung.
c. Zat-zat pengemulsi seperti sabun dan detergen juga tergolong koloid
pelindung.
8. Koloid Liofob dan Koloid Liofil
 Koloid Liofob adalah koloid yang tidak suka terhadap medium
pendispersinya. Dalam koloid liofob tidak ada atau sangat lemah gaya
tarik–menarik antara fase terdispersi dengan medium pendispersinya
(cair). Koloid yang tidak suka air disebut hidrofob. Koloid liofob tidak
akan stabil dalam medium polar tanpa kehadiran zat pengemulsi atau
pelindung. Contoh koloid hidrofob adalah susu, mayones, sol belerang,
dan sol-sol logam.
 Koloid Liofil adalah koloid yang suka terhadapa medium
pemdispersinya atau pelarutnya. Terjadi karena adanya gaya tarikmenarik yang cukup besar antara fase terdispersi dengan medium
pendispersinya. Koloid yang suka air disebut hidrofil. Koloid hidrofil
mempunyai gugus ionik atau gugus polar di permukaannya, sehingga
mempunyai interaksi yang baik dengan air, butir-butir koloid iofil dapata
mengadsorbsi molekul mediumnya sehingga membentuk auatu
selubung atau jaket yang disebut solvatasi/ hidrasi. Contoh koloid
hidrofil adalah protein, sabun, detergen, agar-agar, kanji, dan gelatin.
1. Pengolahan air bersih menggunakan bahan-bahan:
a.

b.
c.
d.
e.

tawas berguna untuk menggumpalkan lumpur koloidal sehingga
lebih mudah disaring. Tawas membentuk koloidal Al(OH) 3 yang
dapat mengadsorpsi zat-zat warna atau zat-zat pencemar seperti
detergen dan pestisida.
Karbon aktif digunakan jika tingkat kekeruhan air terlalu tinggi.
Pasir berfungsisebagai penyaring.
Klorin atau kaporit berfungsi sebagai pembasmi hama (desinfektan).
Kapur tohor digunakan untuk menaikkan pH, yaitu untuk
menetralkan keasaman yang terjadi karena penggunaan tawas.

2. Pada pencelupan (pewarnaan) bahan tekstil
Menggunakan tawas yang akan membentuk Al(OH) 3 dimana Al(OH)3 akan
mengadsorbsi zat warna sehingga hasilnya tidak mudah luntur.

More Related Content

What's hot

Macam-Macam Cara Pembuatan Sistem Koloid
Macam-Macam Cara Pembuatan Sistem Koloid Macam-Macam Cara Pembuatan Sistem Koloid
Macam-Macam Cara Pembuatan Sistem Koloid Ilham Adiyaksa
 
Sistem Koloid (Pelajaran Kimia kelas XI Kurikulum K-13)
Sistem Koloid (Pelajaran Kimia kelas XI Kurikulum K-13)Sistem Koloid (Pelajaran Kimia kelas XI Kurikulum K-13)
Sistem Koloid (Pelajaran Kimia kelas XI Kurikulum K-13)Gita Ardeny
 
Sistem Koloid, Kelas 2 IPA 3 SMA Budimulia Pematangsiantar
Sistem Koloid, Kelas 2 IPA 3 SMA Budimulia PematangsiantarSistem Koloid, Kelas 2 IPA 3 SMA Budimulia Pematangsiantar
Sistem Koloid, Kelas 2 IPA 3 SMA Budimulia PematangsiantarJean Tambunan
 
KOLOID || Materi Kelas 11 Semester 2
KOLOID || Materi Kelas 11 Semester 2KOLOID || Materi Kelas 11 Semester 2
KOLOID || Materi Kelas 11 Semester 2Amanda Farliana
 
Sistem Koloid SMAN 81 Jakarta
Sistem Koloid SMAN 81 JakartaSistem Koloid SMAN 81 Jakarta
Sistem Koloid SMAN 81 JakartaHanarsp
 
Sistem koloid (presentasi)
Sistem koloid (presentasi)Sistem koloid (presentasi)
Sistem koloid (presentasi)Dian Pratiwi
 
Koloid
KoloidKoloid
Koloidefanda
 
PPT Kimia: Koloid
PPT Kimia: KoloidPPT Kimia: Koloid
PPT Kimia: KoloidUNESA
 

What's hot (20)

Laporan Kimia Koloid
Laporan Kimia KoloidLaporan Kimia Koloid
Laporan Kimia Koloid
 
Macam-Macam Cara Pembuatan Sistem Koloid
Macam-Macam Cara Pembuatan Sistem Koloid Macam-Macam Cara Pembuatan Sistem Koloid
Macam-Macam Cara Pembuatan Sistem Koloid
 
(Kimia) Sistem Koloid
(Kimia) Sistem Koloid(Kimia) Sistem Koloid
(Kimia) Sistem Koloid
 
Sistem Koloid
Sistem KoloidSistem Koloid
Sistem Koloid
 
Sistem koloid
Sistem koloidSistem koloid
Sistem koloid
 
Koloid
KoloidKoloid
Koloid
 
Sistem Koloid (Pelajaran Kimia kelas XI Kurikulum K-13)
Sistem Koloid (Pelajaran Kimia kelas XI Kurikulum K-13)Sistem Koloid (Pelajaran Kimia kelas XI Kurikulum K-13)
Sistem Koloid (Pelajaran Kimia kelas XI Kurikulum K-13)
 
Sistem Koloid, Kelas 2 IPA 3 SMA Budimulia Pematangsiantar
Sistem Koloid, Kelas 2 IPA 3 SMA Budimulia PematangsiantarSistem Koloid, Kelas 2 IPA 3 SMA Budimulia Pematangsiantar
Sistem Koloid, Kelas 2 IPA 3 SMA Budimulia Pematangsiantar
 
Sifat & pembuatan koloid
Sifat & pembuatan koloidSifat & pembuatan koloid
Sifat & pembuatan koloid
 
Bab 10 koloid
Bab 10 koloidBab 10 koloid
Bab 10 koloid
 
KOLOID || Materi Kelas 11 Semester 2
KOLOID || Materi Kelas 11 Semester 2KOLOID || Materi Kelas 11 Semester 2
KOLOID || Materi Kelas 11 Semester 2
 
Sistem Koloid
Sistem KoloidSistem Koloid
Sistem Koloid
 
Sistem Koloid
Sistem KoloidSistem Koloid
Sistem Koloid
 
Sistem Koloid SMAN 81 Jakarta
Sistem Koloid SMAN 81 JakartaSistem Koloid SMAN 81 Jakarta
Sistem Koloid SMAN 81 Jakarta
 
Koloid
Koloid Koloid
Koloid
 
Sistem koloid
Sistem koloidSistem koloid
Sistem koloid
 
Sistem koloid (presentasi)
Sistem koloid (presentasi)Sistem koloid (presentasi)
Sistem koloid (presentasi)
 
Koloid
KoloidKoloid
Koloid
 
PPT Kimia: Koloid
PPT Kimia: KoloidPPT Kimia: Koloid
PPT Kimia: Koloid
 
Handout kimia
Handout kimiaHandout kimia
Handout kimia
 

Viewers also liked

Athresia Esophagus, pengertian Athresia Esophagus, Athresia Esophagus adalah,
Athresia Esophagus, pengertian Athresia Esophagus, Athresia Esophagus adalah, Athresia Esophagus, pengertian Athresia Esophagus, Athresia Esophagus adalah,
Athresia Esophagus, pengertian Athresia Esophagus, Athresia Esophagus adalah, Nindi Yulianti
 
Practice demo2 v2
Practice demo2 v2Practice demo2 v2
Practice demo2 v2nru451
 
Practice demothurs
Practice demothursPractice demothurs
Practice demothursnru451
 
Practice demofri
Practice demofriPractice demofri
Practice demofrinru451
 
Meningokel dan Ensefalokel Poltekkes Surakarta
Meningokel dan Ensefalokel Poltekkes SurakartaMeningokel dan Ensefalokel Poltekkes Surakarta
Meningokel dan Ensefalokel Poltekkes SurakartaNindi Yulianti
 

Viewers also liked (6)

Athresia Esophagus, pengertian Athresia Esophagus, Athresia Esophagus adalah,
Athresia Esophagus, pengertian Athresia Esophagus, Athresia Esophagus adalah, Athresia Esophagus, pengertian Athresia Esophagus, Athresia Esophagus adalah,
Athresia Esophagus, pengertian Athresia Esophagus, Athresia Esophagus adalah,
 
Asuhan intranatal
Asuhan intranatalAsuhan intranatal
Asuhan intranatal
 
Practice demo2 v2
Practice demo2 v2Practice demo2 v2
Practice demo2 v2
 
Practice demothurs
Practice demothursPractice demothurs
Practice demothurs
 
Practice demofri
Practice demofriPractice demofri
Practice demofri
 
Meningokel dan Ensefalokel Poltekkes Surakarta
Meningokel dan Ensefalokel Poltekkes SurakartaMeningokel dan Ensefalokel Poltekkes Surakarta
Meningokel dan Ensefalokel Poltekkes Surakarta
 

Similar to kimia koloid (19)

Kimia koloid
Kimia koloidKimia koloid
Kimia koloid
 
koloid.pptx
koloid.pptxkoloid.pptx
koloid.pptx
 
Sistem koloid
Sistem koloidSistem koloid
Sistem koloid
 
Sistem Koloid (Pengertian)
Sistem Koloid (Pengertian)Sistem Koloid (Pengertian)
Sistem Koloid (Pengertian)
 
Kimia - Sistem Koloid
Kimia - Sistem KoloidKimia - Sistem Koloid
Kimia - Sistem Koloid
 
Sistem koloid veni 2013
Sistem koloid veni 2013Sistem koloid veni 2013
Sistem koloid veni 2013
 
Koloid
KoloidKoloid
Koloid
 
Bab 10 koloid
Bab 10 koloidBab 10 koloid
Bab 10 koloid
 
Bab 9 koloid kelas xi
Bab 9 koloid kelas xiBab 9 koloid kelas xi
Bab 9 koloid kelas xi
 
Bab10 koloid | Kimia Kelas XI
Bab10 koloid | Kimia Kelas XIBab10 koloid | Kimia Kelas XI
Bab10 koloid | Kimia Kelas XI
 
Bab10 kol
Bab10 kolBab10 kol
Bab10 kol
 
Bab9koloidkelasxi 141109050351-conversion-gate02
Bab9koloidkelasxi 141109050351-conversion-gate02Bab9koloidkelasxi 141109050351-conversion-gate02
Bab9koloidkelasxi 141109050351-conversion-gate02
 
9. SISTEM KOLOID (1).pptx
9. SISTEM KOLOID (1).pptx9. SISTEM KOLOID (1).pptx
9. SISTEM KOLOID (1).pptx
 
Koloid
KoloidKoloid
Koloid
 
KOLOID (KIMIA)
KOLOID (KIMIA)KOLOID (KIMIA)
KOLOID (KIMIA)
 
Sistem koloid
Sistem koloidSistem koloid
Sistem koloid
 
Koloid
KoloidKoloid
Koloid
 
Koloid 1
Koloid 1Koloid 1
Koloid 1
 
Bab10 kol
Bab10 kolBab10 kol
Bab10 kol
 

More from Nindi Yulianti

ASUHAN KESEHATAN BAYI BALITA DI KOMUNITAS
ASUHAN KESEHATAN BAYI BALITA  DI KOMUNITASASUHAN KESEHATAN BAYI BALITA  DI KOMUNITAS
ASUHAN KESEHATAN BAYI BALITA DI KOMUNITASNindi Yulianti
 
Asuhan intranatal di kebidanan komunitas
Asuhan intranatal di kebidanan komunitasAsuhan intranatal di kebidanan komunitas
Asuhan intranatal di kebidanan komunitasNindi Yulianti
 
Pengurangan rasa nyeri dalam persalinan
Pengurangan rasa nyeri dalam persalinanPengurangan rasa nyeri dalam persalinan
Pengurangan rasa nyeri dalam persalinanNindi Yulianti
 
Hipospadia/poltekkes surakarta/non reg b/ smt 3
Hipospadia/poltekkes surakarta/non reg b/ smt 3Hipospadia/poltekkes surakarta/non reg b/ smt 3
Hipospadia/poltekkes surakarta/non reg b/ smt 3Nindi Yulianti
 
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTAOBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTANindi Yulianti
 
KELAINAN METABOLIK DAN ENDOKRIN
KELAINAN METABOLIK DAN ENDOKRINKELAINAN METABOLIK DAN ENDOKRIN
KELAINAN METABOLIK DAN ENDOKRINNindi Yulianti
 

More from Nindi Yulianti (8)

ASUHAN KESEHATAN BAYI BALITA DI KOMUNITAS
ASUHAN KESEHATAN BAYI BALITA  DI KOMUNITASASUHAN KESEHATAN BAYI BALITA  DI KOMUNITAS
ASUHAN KESEHATAN BAYI BALITA DI KOMUNITAS
 
Asuhan intranatal di kebidanan komunitas
Asuhan intranatal di kebidanan komunitasAsuhan intranatal di kebidanan komunitas
Asuhan intranatal di kebidanan komunitas
 
Pengurangan rasa nyeri dalam persalinan
Pengurangan rasa nyeri dalam persalinanPengurangan rasa nyeri dalam persalinan
Pengurangan rasa nyeri dalam persalinan
 
Sistem rujukan
Sistem rujukanSistem rujukan
Sistem rujukan
 
HERNIA DIAFRAGMATIKA
HERNIA DIAFRAGMATIKAHERNIA DIAFRAGMATIKA
HERNIA DIAFRAGMATIKA
 
Hipospadia/poltekkes surakarta/non reg b/ smt 3
Hipospadia/poltekkes surakarta/non reg b/ smt 3Hipospadia/poltekkes surakarta/non reg b/ smt 3
Hipospadia/poltekkes surakarta/non reg b/ smt 3
 
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTAOBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
 
KELAINAN METABOLIK DAN ENDOKRIN
KELAINAN METABOLIK DAN ENDOKRINKELAINAN METABOLIK DAN ENDOKRIN
KELAINAN METABOLIK DAN ENDOKRIN
 

Recently uploaded

PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxssuser0239c1
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 

Recently uploaded (20)

PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 

kimia koloid

  • 1.
  • 2. No. 1. Larutan Campuran homogen, tak dapat dibedakan walaupun menggunakan mikroskop ultra Koloid Campuran secara mikroskopis bersifat homogen tetapi heterogen jika diamati dengan mikroskop ultra Suspensi Campuran heterogen 2. 3. 4. Ukuran partikel < 1 nm Terdiri atas satu fase Campuran stabil, tidak memisah Tidak dapat disaring dengan kertas saring biasa maupun penyaring ultra Ukuran partikel 1 nm – 100 nm Terdiri dari dua fase Campuran metastabil, suatu sat akan memisah Tidak dapat disaring dengan kertas saring biasa kecuali penyaring ultra Ukuran partikal > 100 nm Terdiri atas dua fase Campuran tidak stabil Berupa dispersi molekul Contohnya : larutan garam, larutan gula, larutan urea, alkohol, dan cuka Berupa dispersi padatan Contohnya : susu, keju, cat, tinta, kabut, awan, mentega, dan sabun Berupa dispersi padatan Contohnya : campuran air dan pasir, air kopi 5. 6. 7. Dapat disaring dengan kertas saring biasa
  • 3. 1.Cara Kondensasi Yaitu cara pembuatan koloid dimana larutan sejati (molekul atau ion) direaksikan, sehingga menghasilkan suatu senyawa yang sukar larut dan membentuk partikel koloid. Dilakukan melalui : a. Reaksi Redoks Adalah reaksi yang disertai dengan perubahan bilangn oksidasi, contoh : Pembuatan sol belerang yaitu dengan mengalirkan gas H 2S ke dalam larutan SO2. 2 H2S(g) + SO2(aq)  2 H2O(l) + 3 S(s) Pembuatan sol emas yaitu dengan mereaksikan larutan emas (III) klorida dengan larutan besi (II) sulfat. AuCl3(aq) + 3 FeSO4(aq)  Au(s) + Fe2(SO4)3(aq) + FeCl3(aq)
  • 4. b. Hidrolisis Adalah reaksi suatu zat dengan air. Contoh : Pembuatan sol Fe(OH)3 dari hidrolisis FeCl3 dengan menambahkan air mendidih akan terbentuk Fe(OH)3. FeCl3 (aq) + 3 H2O(l)  3 HCl(aq) + Fe(OH)3(s) Pembuatan sol Al(OH)3 dari hidrolisis AlCl3 dengan menambahkan air mendidih akan terbentuk Al(OH)3. AlCl3 (aq) + 3 H2O(l)  3 HCl(aq) + Al(OH)3(s) c. Reaksi Penggaraman Sol garam yang sukar larut seperti AgCl, AgBr, Pbl2, PbSO4, dan BaSO4 dapat membentuk partikel koloid dengan larutan encer. Pembuatan Sol AgCl dari reaksi penggaraman perak nitrat dengan asam florida. AgNO3(aq) + HCl(aq)  HNO3(aq) + AgCl(s)
  • 5. d. Reaksi Substitusi/ Penggantian Sol As2S3 dibuat dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan asam arsenit (H2AsO3) encer melalui reaksi : 2 H2AsO3(aq) + 3H2S (g)  As2S3(s) + 6 H2O (l)
  • 6. 2. Cara Dispersi Yaitu cara pembuatan koloid dengan mengubah partikel kasar/ ukuran besar menjadi partikel koloid. Dilakukan melalui : a. Cara Mekanik adalah pembuatan koloid dengan cara butir-butir kasar digerus dengan lumpang atau penggiling koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan medium pendispersi. Contoh : pembuatan sol belerang dengan menggerus serbuk belerang bersamasama dengan suatu zat inert (seperti gula pasir), kemudian mencampur serbuk halus itu dengan air. b. Cara Ceptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemecah (pemeptisasi) menjadi partikel koloid. Contoh : Agar dipeptisasi oleh air, karet dipeptisasi oleh bensin, endapan NiS dipeptisasi oleh H2S, dan endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.
  • 7. c. Cara Busur Bredig adalah pembuatan koloid logam, dengan cara logam yang akan dijadikan koloid berfungsi sebagai elektrode, dicelupkan dalam medium pendispersi, lalu diberi loncatan listrik diantara kedua ujungnya. 3. Cara Asosiasi Terjadi pada sabun dan detergen yang mempunyai bagian polar (kepala) dan bagian nonpolar (ekor).
  • 8.
  • 9. 1. Efek Tyndall Adalah peristiwa penghamburan cahaya oleh partikel-partikel koloid. Contoh sorot lampu mobil pada malam yang berkabut, soreot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap/berdebu, berkas sinar matahari melalui celah daun pada pagi hari yang berkabut, dan langit tampak biru.
  • 10. 2. Gerak Brown Adalah gerakan partikel-partikel koloid berbentuk zig-zag. Gerakan ini terjadi karena partikel koloid mengalami tabrakna dengan partikel pelarut. Gerak ini merupakan salah astu faktor yang menstabilkan koloid (koloid tidak mengalami sedimentasi). 3. Elektroforesis Adalah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan, dimana koloid yang bermuatan positif akan bergerak ke arah elektrode negatif dan koloid yang bermuatan negatif akan bergerak ke arah elektrode bermuatan positif, sehingga dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid. Contoh koloid positif Fe(OH)3 dan koloid negatif As2S3. 4. Adsorbsi Adalah peristiwa penyerapan ion-ion oleh partikel koloid, sehingga partyikel-partikel koloid menjadi bermuatan. Adsorbsu merupakan faktor yang menstabilakn koloid. Contoh Fe(OH)3 dalam air mengadsorbsi ion positif sehingga bermuatan positif, sedangkan sol As2S3 mengadsorbsu ion negatif sehingga bermuatan negatif. Sifat adsorbsi banyak digunakan pada:
  • 11. a. Pemutihan gula tebu Gula yang berwarna dilarutkan dalam air kemudian dilarutkan melalui tanah diatomae. Zat-zat warna dalam gula akan diadsorbsi, sehingga diperoleh gula yang putih bersih. b. Norit adalah tablet yang terbuat dari karbon aktif norit. Da dalam usus norit membentuk sistem koloid yang dapat mengadsorbsi gas atau zat beracun. c. Penjernihan Untuk menjernihan air dapat ditambahkan tawas atau aluminium sulfat dimana Al(OH)3 yang terbentuk dapat mengadsorbsi zat warna atau zat pencemar dalam air.
  • 12. 5. Koagulasi Adalah peristiwa penggumpalan partikel koloid. Koloid yang bermuatan negatif akan digumpalkan di anode sedangkan koloid yang bermuatan positif akan digumpalkan di katode. Koagulasi terjadi pada elektroforesis dan panambahan elektrolit ke sistem koloid. Contoh : a. pembentukan delta di muara sungai terjadi karena koloid tanah liat dalam sungai mengalami koagulasi ketika bercampur dengan elektrolit dalam air laut, b. karet dalam lateks digumpalkan dengan menambahkan asam formiat. c. Lumpur koloidal dalam air sungai dapat digumpalkan dengan menambahkan tawas. d. Asap/ debu dari pabrik/ industri dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik dari cottrel.
  • 13. 6. Dialisis Adalah suatu proses untuk menghilangkan ion-ion pengganggu sehingga koloid tersebut menjadi stabil. Contoh proses cuci darah bagi penderita gagal ginjal. 7. koloid pelindung adalah koloid yang ditambahkan pada koloid lain untuk menjaga agar koloid tersebut tidak rusak (penstabil koloid). Contoh : a. pada pembuatan es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukan kristal besar atau gula. b. Cat dan tinta dapat bertahan lama karena menggunakan suatu koloid pelindung. c. Zat-zat pengemulsi seperti sabun dan detergen juga tergolong koloid pelindung.
  • 14. 8. Koloid Liofob dan Koloid Liofil  Koloid Liofob adalah koloid yang tidak suka terhadap medium pendispersinya. Dalam koloid liofob tidak ada atau sangat lemah gaya tarik–menarik antara fase terdispersi dengan medium pendispersinya (cair). Koloid yang tidak suka air disebut hidrofob. Koloid liofob tidak akan stabil dalam medium polar tanpa kehadiran zat pengemulsi atau pelindung. Contoh koloid hidrofob adalah susu, mayones, sol belerang, dan sol-sol logam.  Koloid Liofil adalah koloid yang suka terhadapa medium pemdispersinya atau pelarutnya. Terjadi karena adanya gaya tarikmenarik yang cukup besar antara fase terdispersi dengan medium pendispersinya. Koloid yang suka air disebut hidrofil. Koloid hidrofil mempunyai gugus ionik atau gugus polar di permukaannya, sehingga mempunyai interaksi yang baik dengan air, butir-butir koloid iofil dapata mengadsorbsi molekul mediumnya sehingga membentuk auatu selubung atau jaket yang disebut solvatasi/ hidrasi. Contoh koloid hidrofil adalah protein, sabun, detergen, agar-agar, kanji, dan gelatin.
  • 15.
  • 16. 1. Pengolahan air bersih menggunakan bahan-bahan: a. b. c. d. e. tawas berguna untuk menggumpalkan lumpur koloidal sehingga lebih mudah disaring. Tawas membentuk koloidal Al(OH) 3 yang dapat mengadsorpsi zat-zat warna atau zat-zat pencemar seperti detergen dan pestisida. Karbon aktif digunakan jika tingkat kekeruhan air terlalu tinggi. Pasir berfungsisebagai penyaring. Klorin atau kaporit berfungsi sebagai pembasmi hama (desinfektan). Kapur tohor digunakan untuk menaikkan pH, yaitu untuk menetralkan keasaman yang terjadi karena penggunaan tawas. 2. Pada pencelupan (pewarnaan) bahan tekstil Menggunakan tawas yang akan membentuk Al(OH) 3 dimana Al(OH)3 akan mengadsorbsi zat warna sehingga hasilnya tidak mudah luntur.