Teks tersebut memberikan penjelasan mengenai koloid, termasuk definisi, ukuran partikel, sifat, dan berbagai cara pembuatan koloid seperti dispersi langsung, homogenisasi, peptisasi, busur Bredig, reaksi rediksi, oksidasi, hidrolisis, dan penggantian pelarut.
3. Gel adalah emulsi dalam medium pendispersi zat padat atau emulsi padat,dapat juga di artikan
sebagai hasil bentukan dari penggumpalan sebagai sol cair
4. Sifat Larutan Koloid Suspensi
Ukuran 1 nm 1-100 nm > 100 nm
Pengyaringan Filter/membran Filter
Tidak dengan filter atau
membran
Ukuran partikel Tidak nampak
Tampak dengan mikroskop
elektron
Tampak dengan mikroskop
cahaya
Lintasan cahaya Transparan
Kadang tembus
cahaya/buram
Sering kali buram mungkin
tembus cahaya
Jumlah fasa satu dua dua
Contoh
Air teh,larutan
gula,larutan garam dll
Sabun,susu,keju,cat,kabut,
asap
Pasir dalam air
5. KOLOID LIOFIL DAN KOLOID LIOFOB
Koloid Liofil
Sol liofil atau koloid liofil merupakan jenis koloid yang fase terdispersinya dapat mengikat atau
menarik medium pendispersinya. Jika medium pendispersinya air disebut hidrofil.
Contoh : protein, sabun, deterjen, agar-agar, kanji, dan gelatin.
Koloid Liofob
Koloid liofob atau sol liofob merupakan koloid yang fase terdispersinya tidak dapat menarik medium
pendispersinya (tidak suka cairan). Jika medium pendispersinya air disebut hidrofob.Contoh : susu,
mayonaise, sol belerang, sol Fe(OH)3, sol sulfida, dan sol-sol logam. Perbandingan sifat koloid liofil
dengan koloid liofob.
6. PERBANDINGAN SIFAT KOLOID LIOFIL
DENGAN KOLOID LIOFOB
Koloid Liofob
• Tidak mengadsorpsi mediumnya
• Hanya stabil pada konsentrasi kecil
• Mudah menggumpal pada penambahan
elektrolit
• Viskositas hampir sama dengan mediumnya
• Tidak reversibel
• Efek Tyndall lebih jelas
Koloid Liofil
• Mengadsorpsi mediumnya
• Dapat dibuat dengan konsentrasi yang relatif
besar
• Tidak mudah digumpalkan dengan
penambahan elektrolit
• Viskositas(kekentalan) lebih besar daripada
mediumnya
• Bersifat reversibel
• Efek Tyndall lemah
7. SIFAT-SIFAT KOLOID
Efek Tyndall
Adalah peristiwa penghamburan cahaya oleh partikel koloid. Partikel dalam sistem koloid dapat
berupa molekul atau ion yang berukuran cukup besar akan menghamburkan cahaya ke segala arah.
Gerak Brown
Adalah gerak acak (zig-zag) partikel koloid dalam medium pendispersinya. Gerak Brown dalam
sistem koloid menyebabkan partikel koloid tersebar merata dalam medium pendispersinya dan tidak
memisah meskipun didiamkan (stabil).
Adsorpsi
Adalah proses penyerapan suatu zat di permukaan zat lain. Zat yang diserap disebut fase terserap dan
zat yang menyerap disebut adsorpen. Peristiwa adsorpsi disebabkan gaya tarik molekul-molekul
pada permukaan adsorpen.
8. Koagulasi Koloid
Koagulasi adalah peristiwa penggumpalan partikel koloid. Di mana partikel-partikel koloid mengendap sehingga
fase terdispersi terpisah dari medium pendispersinya. Peristiwa koagulasi pada koloid dapat terjadi diakibatkan
oleh peristiwa mekanis (pemanasan dan pendinginan) atau peristiwa kimia (pencampuran kolid yang berbeda
muatan). Contoh penerapan sifat koagulasi: penjernihan air, proses penggumpalan debu atau asap pabrik, dan
pengolahan karet dengan lateks.
Koloid Pelindung
Koloid pelindung adalah koloid yang ditambahkan ke dalam sistem koloid agar menjadi stabil. Koloid pelindung
ini akan membungkus partikel zat terdispersi, sehingga tidak dapat lagi mengelompok. Koloid pelindung
melindungi koloid lain agar tidak mengalami koagulasi (penggumpalan). Contoh penerapan sifat koloid pelindung:
penambahan minyak silikon pada cat, penambahan kasein pada susu, dan penambahan gelatin pada es krim.
9. CARA PEMBUATAN KOLOID (DISPERSI)
Dispersi langsung (mekanik)
Cara ini dilakukan dengan memperkecil zat terdispersi sebelum didispersikan ke dalam medium pendispersi.
Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggiling atau menggerus partikel sampai ukuran tertentu. Sebagai
contoh adalah pembuatan sol belerang dalam air, serbuk belerang dihaluskan terlebih dahulu dengan
menggerus bersama kristal gula secara berulang–ulang. Campuran semen dengan air dapat membentuk koloid
secara langsung karena partikel–partikel semen sudah digiling sedemikian rupa sehingga ukuran partikelnya
menjadi ukuran koloid.
Homogenisasi
Pembuatan susu kental manis yang bebas kasein dilakukan dengan mencampurkan serbuk susu skim ke dalam
air di dalam mesin homogenisasi sehingga partikel – partikel susu berubah menjadi seukuran partikel koloid.
Emulsi obat pada pabrik obat dilakukan dengan proses homogenisasi mengunakan mesin homogenisasi.
10. Peptisasi
Proses peptisasi dilakukan dengan cara memecah partikel – partikel besar, misalnya suspensi, gumpalan, atau
endapan dengan menambahkan zat pemecah tertentu. Sebagai contoh, endapan Al(OH)3 akan berubah menjadi
koloid dengan menambahkan AlCl3 ke dalamnya. Endapan AgCl akan berubah menjadi koloid dengan
menambahkan larutan NH3 secukupnya. Contoh lain, karet bisa dipeptisasi oleh bensin, agar – agar oleh air,
nitroselulosa oleh aseton. Endapan NiS dapat dipeptisasi oleh H2S.
Busur Bredig
Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam.
Logam yang akan dijadikan koloid digunakan sebagai elektrode yang dicelupkan dalam medium dispersi, kemudian
diberi loncatan listrik di antara kedua ujungnya.
Mula-mula atom-atom logam akan terlempar ke dalam air, lalu atom-atom tersebut mengalami kondensasi, sehingga
membentuk partikel koloid. Jadi, cara busur ini merupakan gabungan cara dispersi dan cara kondensasi.
11. CARA PEMBUATAN KOLOID (KONDENSASI)
Reaksi Reduksi
Contoh 1: Sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya dengan melarutkan AuCl3 dalam
pereduksi organik formaldehida HCOH:
2AuCl3(aq) + HCOH(aq) + 3H2O(l) → 2Au(s) + HCOOH(aq) + 6HCl(aq)
Pada reaksi tersebut ion Au3+direduksi menjadi Au (logam). Au padat adalah parikel fase dispersi yang terbentuk dan
menyusun sol emas. Warna sol emas bergantung pada besarnya partikel Au, umumnya berwarna biru sampai merah.
Reaksi Oksidasi
2H2S(g) + SO2 (aq) → 3S(s) + 2H2O(l)
Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Contoh: Pembuatan sol Fe(OH)3 dari hidrolisis FeCl3. Apabila ke dalam
air mendidih ditambahkan larutan FeCl3, maka akan terbentuk sol Fe(OH)3.
AlCl3 (aq) + 3H2O(l) →Al(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
12. Pergantian ion/Metatesis
Adalah reaksi pertukaran pasangan ion dari dua elektrolit. Pada reaksi ini, setidaknya satu produk reaksi
akan membentuk endapan, gas atau elektrolit lemah.
Contoh: Sol As2S3 dapat dibuat dari reaksi antara larutan H3AsO3 dengan larutan H2S.
Sol As2S3 berwarna kuning dan bermuatan negatif, termasuk liofob.
2H3AsO3(aq) + 3H2S(aq) → As2S3(koloid) + 6H2O(l)
Terbentuknya partikel berukuran koloid karena belerang yang terbentuk akan beragregat yang semakin
lama semakin besar sampai berukuran koloid. Bila konsentrasi pereaksi dan suhu reaksi tidak
dikendalikan, dispersi koloid tidak akan terbentuk, sebab partikel belerang akan tumbuh terus menjadi
endapan yang tidak larut dalam air.
13. Penggantian Pelarut
Cara ini dilakukan dengan mengganti medium pendispersi sehingga fasa terdispersi yang semula larut setelah diganti
pelarutanya menjadi berukuran koloid. Misalnya: untuk membuat sol belerang yang sukar larut dalam air, tetapi mudah larut
dalam alkohol dengan medium pendispersi air, belarang harus terlebih dahulu dilarutkan dalam etanol sampai jenuh. Baru
kemudian larutan belerang dalam etanol tersebut ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air sambil diaduk. Sehingga
belerang akan menggumpal menjadi pertikel koloid dikarenakan penurunan kelarutan belerang dalam air.
Reaksi Penggaraman
Pada pereaksi yang encer dapat membentuk partikel koloid dari beberapa sol garam yang sukar larut, seperti BaSO4, PbI2,
AgCl, PbSO4, AgBr.
Contoh:
AgNO3 + NaCl –> AgCl + NaNO3
Pendinginan
Kelarutan zat sebanding dengan suhu sehingga pendinginan dapat menggumpalkan koloid. Contoh : pembuatan sol
belerang dapat dibuat dengan melarutkan belerang ke dalam air panas, kemudian didinginkan.