SlideShare a Scribd company logo
1 of 31
Biomarker Laboratorium pada Rheumatoid
Arthritis
Yolanda Njotowibowo
Pembimbing:
DR.dr. Tinny E. Hernowati, SpPK (K)
Tinjauan Pustaka Immunology
Pendahuluan
RA  penyakit inflamasi kronis, progresif, penyakit autoimun inflamasi yang
berhubungan dengan artikular, ekstra-artikular dan efek sistemik
Sel T, sel B dan interaksi sitokin pro-inflamasi memainkan peran penting dalam
patofisiologi RA dimana sitokin yang paling langsung terlibat dalam proses ini
adalah TNF-α dan IL-6; IL-1 dan IL-17.
Serum antibodi untuk cyclic citrulinated peptides (anti-CCPs) sekarang telah
menjadi penanda penting dari diagnosis dan prognosis.
Kemajuan akan penggunaan ultrasonografi dan resonansi magnetik dapat
meningkatkan kemampuan kita untuk mendeteksi inflamasi dan kerusakan sendi pada
rhematoid arthritis
Rheumatoid Arthritis
Epidemiologi
Rheumatoid
arthritis (2012)
• Dunia : 0.5-1%
• Amerika : 0.6 % (1.06% wanita)
• China & Jepang : 0.2-0.3 %)
RA dipengaruhi faktor genetik & prevalensi RA tiap
daerah berbeda dipengaruhi oleh lingkungan.
Thn 2012: sebanyak 46.030 pasien dengan dx RA, dua pertiganya
perempuan, berusia paruh baya & lansia. ( rata-rata usia 57 tahun).
Di Indonesia, data penderita RA belum banyak dikaji.
Secara genetis, RA dipengaruhi oleh ekspresi dari gen HLA yang merupakan
gen pembentuk MHC. Penelitian mengungkapkan, 70% individu dengan gen
HLA terekspresi mengalami RA.
Definisi
Penyakit inflamasi kronik yang tidak diketahui pasti
penyebabnya yang ditandai dengan poliarthritis perifer dan
simetris
RA menimbulkan berbagai manifestasi ekstraarticular, termasuk
kelelahan, nodul pada lapisan subcutaneous, lung involvement,
pericarditis, neuropati perifer, vaskulitis dan keabnormalan dari
hematologi
• Faktor genetik
Hubungan HLA class II histocompatibility antigen, DRB1-
9 beta chain (HLA-DRB1) dengan kejadian RA telah
diketahui dengan baik, walaupun beberapa lokus non-
HLA juga berhubungan dengan RA seperti daerah 18q21
dari gen TNFRSR11A yang mengkode aktivator reseptor
nuclear factor kappa B (NF-κB). Gen ini berperan
penting dalam resorpsi tulang pada RA.
• Hormon Seks
Prevalensi RA lebih besar pada perempuan
dibandingkan dengan laki-laki, sehingga diduga hormon
seks berperanan dalam perkembangan penyakit ini
Etiologi & Predisposisi
• Faktor Infeksi
Dugaan faktor infeksi sebagai penyebab RA juga timbul
karena umumnya onset penyakit ini terjadi secara
mendadak dan timbul dengan disertai oleh gambaran
inflamasi yang mencolok. Agen infeksius yang diduga
merupakan penyebab RA antara lain adalah bakteri,
mycoplasma atau virus. Walaupun hingga saat ini belum
berhasil dilakukan isolasi suatu mikroorganisme dari
jaringan sinovial.
Etiologi & Predisposisi
Patofisiologi
RA sering dihubungkan dengan adanya hipersensitivitas tipe III & adanya
kelainan autoimun yang memicu teraktivasinya sistem ini secara berlebihan.
Sinovium merupakan bagian penting dari sendi dan secara fisiologis berfungsi
dalam transpor nutrien ke dalam rongga sendi serta mengeluarkan sisa
metabolismenya, membantu stabilitas sendi dan bersifat low-friction lining.
Pada RA ditemukan pada sinovium adanya hyperplasia yang didominasi oleh sel
sinoviosit A dan sinoviosit B pada bagian luar. Selain hyperplasia sinovium
ditemukan juga vaskularisasi yang meningkat dan infiltrasi sel-sel inflamasi
terutama sel limfosit T CD4, yang merupakan peran utama pada respon imun
seluler.
Patofisiologi RA terkait hipersensitivitas tipe III
Rheumatoid
arthritis
• Penyebab internal (genetik)
• Penyebab eksternal (antigen-antigen
khusus: toksin bakteri & rokok)
Penyebab Internal: apabila
DNA nya terdapat gen HLA-
DRB1 yang diekspresikan 
perubahan epitope sel limfosit
& berikatan dgn MHC &
menghasilkan ab IgG yg
berbeda (ACPA)  berikatan
dgn protein2 tersitrulinasi &
terjadi kompleks imun pada
sendi yg disebut RF
Penyebab Eksternal: Paling
banyak rokok  memicu
terjadinya sitrunilasi pada
protein-protein yang berada
dalam jaringan ikat terutama
persendian (vimetin
tersitrunilasi), sekret bakteri
juga dapat menyebabkan
sitrunilasi tersebut.
Patofisiologi RA terkait hipersensitivitas tipe III
Peradangan sendi akibat reaksi imun pada RA
Cairan Sinovial
penderita RA
Terdapat banyak sel myeloid & sel dendrit dimana
sel ini teraktivasi dgn adanya antigen berupa
protein tersitrunilasi.
Thelper (Th1 &
Th17)
Teraktivasi akan menghasilkan mediator-mediator
inflamasi (IL-17, IL-17F, IL-22 & TNF- α)
Sel dendrit &
myeloid Akan menghasilkan IL-1β, IL-6, IL-21, & TGF-β)
diferensiasi IL-17 & diferensiasi sel Treg.
Adanya inflamasi pada daerah persendian
Peradangan sendi akibat reaksi imun pada RA
Pada orang dengan alel HLA-DRB1, IgG yang dihasilkan merupakan IgG
dengan Fc anti protein tersitrunilasi (ACPA)  membentuk kompleks imun
dengan protein tersitrunilasi  komplemen teraktivasi (jalur klasik)  kerusakan
pada persendian
Makrofag
Mensekresikan mediator inflamasi IL-1, IL-6 &
TNF-α, selain itu juga memfagositosis sel tulang
pada persendian.
Neutrofil Mensintesis sitokin & senyawa oksigen reaktif.
Sel mast Mensintesis beberapa kemokin & amino vasoaktif
penyebab inflamasi & sendi
Molekul & sinyal mediator yang terlibat dalam
patogenesis RA
Molekul & sinyal mediator yang terlibat dalam
patogenesis RA
Diagnosis
Perbandingan kriteria RA tahun 1987 & kriteria 2010
Diagnosis
Perbandingan kriteria RA tahun 1987 & kriteria 2010
Biomarker Laboratorium pada RA
Autoantigen & antibodi yang muncul pada RA
Biomarker Laboratorium pada RA
Rheumatoid Factor
Autoantibodi mengikat bagian Fc dari IgG (ditemukan 75-80% pada
pasien RA
Jika hasil positif, sampel darah lebih lanjut dianalisis menggunakan
pengenceran untuk titernya. Titer tinggi juga berkorelasi dengan
keparahan penyakit. Beberapa tes RF kini dilaporkan dalam IU
(International Unit).
Penting sebagai indikator RA.
Metode penentuan RF meliputi
presipitasi kapiler, radioimmunoassay,
nephelometry, & tes agglutination
particle.
Biomarker Laboratorium pada RA
ACPA
Melihat kehadiran antibodi yang mengenali antigen tertentu yang
mengandung citrulline (non-standar asam amino yang dibuat dengan
modifikasi enzimatik arginin  citrullination)
Berkontribusi untuk patogenesis penyakit dengan mengaktifkan sel-sel
kekebalan tubuh dan sistem komplemen. Kemungkinan merupakan
respon B-cell T-cell-dependent.
Antibody anti-citrunillated peptide (anti-CCP)
Tes ACPA didasarkan pada deteksi autoantibodi dengan ELISA atau MEIA
atau immunoenzymofluorimetry. Pemeriksaan ACPA meliputi anti-cyclic
citrullinated peptide (anti-CCP) & anti-mutated citrullinated vimentin (anti-
MCV)
Peran ACPA
Biomarker Laboratorium pada RA
Biomarker Laboratorium pada RA
Anti-Cyclic Citrullinated Peptide (Anti-CCP)
Protein yang diproduksi sebagai bagian dari proses yang mengarah ke
peradangan sendi pada Rheumatoid Arthritis.
Anti-CCP adalah penanda paling spesifik untuk RA dengan spesifisitas
sekitar 98%.
Pada pasien RA sering menghasilkan autoantibodi diarahkan terhadap
protein dan peptida yang mengandung citrulline asam amino. Citrulline
dihasilkan dalam lingkungan inflamasi oleh modifikasi asam amino arginine
oleh enzim peptidylarginine deiminase.
Perbandingan RF dengan anti-CCP
Biomarker Laboratorium pada RA
Anti-Mutated Citrullinated Vimentin (Anti-MCV)
Suatu isoform antigenik baru dari vimentin yang ditemukan pada pasien
RA, dan termasuk dalam golongan ACPA.
Menunjukkan sensitivitas yang lebih tinggi dibanding anti-CCP maupun
RF untuk diagnosis RA.
Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR)
Untuk memastikan keparahan inflamasi dan digunakan untuk memonitor
perkembangan pengobatan RA
Pada RA, ESR biasanya meningkat, merefleksikan inflamasi dari penyakit.
Biomarker Laboratorium pada RA
C-Reactive Protein (CRP)
Selama proses inflamasi, protein abnormal spesifik CRP muncul dalam
darah pada respon inflamasi sitokin seperti IL-6. Level CRP dapat
meningkat dengan cepat setelah trauma parah, infeksi bakteri, inflamasi,
pasca bedah atau proliferasi neoplastik.
Biomarker Sinovial
Matriks Metaloproteinase-3 (MMP-3)
Proteinase yang disekresikan oleh fibroblat sinovial & kondrosit.
Aktiviasnya dihasilkan dari degradasi aggrecan core protein, cartilage link
protein, fibronectin & collagen types IV, VII, IX & XI.
Terkait dengan tingginya kerusakan sendi pada RA
Glucosyl-Galactosyl-Pyridinoline (GLC-Gal-PYD)
dapat dilihat di urine dan dikaitkan dengan perubahan erosi, Joint Space
Narrowing (JSN) & Total Sharp Score
Nitrated type III collagen (IIINys)
Berkaitan dengan jaringan sinovial
yang inflamasi
Biomarker Tulang Rawan
3 biomarker tulang rawan  2 biomarker cartilage breakdown, yang ketida
adalah biomarker cartilage formation.
Pada RA, ada ketidakseimbangan yang mendukung penghancuran.
CTX-II (Collagen type II C-telopeptide)  berasal dari carboxy-terminal
part of type II collagen (fragmen degradasi).
COMP (Cartilage oligomeric matrix protein)  non kolagen protein
matriks ekstraseluler terutama ditemukan di tulang rawan untuk mejaga
integritas jaringan kolagen
PIIANP (Propeptide of type IIA procollagen)  biomarker pembentukan
tulang rawan.
Biomarker Tulang
Homeostasis tulang diatur oleh keseimbangan pembentukan tulang baru &
penghapusan tulang lama.
Osteoklas: mendegradasi matriks tulang; Osteoblas: membentuk matriks
baru. (Type I collagen: merupakan 90% matriks tulang).
Marker pembentukan tulang:
-Serum total osteocalcin (OC)
- alkaline phospatase bone
isoenzyme (BALP)
- C dan N-propeptide dari type I
collagen (PICP dan PINP)
Degradasi tulang di dorong oleh
osteoklas dan menghasilkan
situlasi oleh RANKL diinduksi oleh
IL- 1β, IL-6, atau TNF.
Osteoklas mensekresi cathepsin
K, yg mendegradasi type I
collagen & melepaskan C-
terminal crosslinked
telopeptide of type I collagen
(CTX-I), atau N terminal
telopeptide of type I collagen
(NTX) neoepitope
Tabel marker dari turnover tulang & tulang rawan yang
diperiksa pada serum, urine & cairan sinovial
Tabel marker dari turnover tulang & tulang rawan yang
diperiksa pada serum, urine & cairan sinovial
Tabel marker dari turnover tulang & tulang rawan yang
diperiksa pada serum, urine & cairan sinovial
Kesimpulan
• Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit
inflamasi kronis, progresif, penyakit autoimun
inflamasi yang berhubungan dengan artikular,
ekstra-artikular dan efek sistemik.
• Etiologi RA diketahui kemungkinan terdapat
interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan
lingkungan, hormon seks dan adanya faktor
infeksi
• Biomarker laboratorium untuk RA ada banyak,
tetapi yang terkait dengan kriteria ACR 2010 yaitu
RF, ACPA, ESR dan CRP. Sedangkan ada banyak
marker lain seperti biomarker sinovial contohnya
MMP-3, biomarker tulang rawan contohnya CTX-
II, biomarker tulang contohnya OC, BALP.
Yola -2015

More Related Content

What's hot

What's hot (17)

150095252 makalah-imser-imunodefisiensi-komplemen
150095252 makalah-imser-imunodefisiensi-komplemen150095252 makalah-imser-imunodefisiensi-komplemen
150095252 makalah-imser-imunodefisiensi-komplemen
 
Tatalaksana osteoporosis komprehensif
Tatalaksana osteoporosis komprehensifTatalaksana osteoporosis komprehensif
Tatalaksana osteoporosis komprehensif
 
Peranan glutamin dan arginin pada pengelolaan sepsis
Peranan glutamin dan arginin pada pengelolaan sepsisPeranan glutamin dan arginin pada pengelolaan sepsis
Peranan glutamin dan arginin pada pengelolaan sepsis
 
Mekanisme Respon Imun Inflamasi
Mekanisme Respon Imun InflamasiMekanisme Respon Imun Inflamasi
Mekanisme Respon Imun Inflamasi
 
Kul 3. Morfologi jejas sel
Kul 3. Morfologi jejas selKul 3. Morfologi jejas sel
Kul 3. Morfologi jejas sel
 
Kuliah 1 Patologi
Kuliah 1 PatologiKuliah 1 Patologi
Kuliah 1 Patologi
 
MAKALAH IMUNOLOGI "LUPUS"
MAKALAH IMUNOLOGI "LUPUS"MAKALAH IMUNOLOGI "LUPUS"
MAKALAH IMUNOLOGI "LUPUS"
 
125450041 13-penyakit-autoimun-ppt
125450041 13-penyakit-autoimun-ppt125450041 13-penyakit-autoimun-ppt
125450041 13-penyakit-autoimun-ppt
 
Peran anti C1q pada penderita SLE
Peran anti C1q pada penderita SLEPeran anti C1q pada penderita SLE
Peran anti C1q pada penderita SLE
 
Penyakit auto imun bag.8
Penyakit auto imun bag.8Penyakit auto imun bag.8
Penyakit auto imun bag.8
 
Modulhistologi blok imunologi
Modulhistologi  blok imunologiModulhistologi  blok imunologi
Modulhistologi blok imunologi
 
Imunologi darah
Imunologi darahImunologi darah
Imunologi darah
 
Makalah imunoglobin wa ida
Makalah imunoglobin wa idaMakalah imunoglobin wa ida
Makalah imunoglobin wa ida
 
Makalah imunoglobin 8
Makalah imunoglobin 8Makalah imunoglobin 8
Makalah imunoglobin 8
 
Makalah imunoglobin sitti alma findra
Makalah imunoglobin  sitti alma findraMakalah imunoglobin  sitti alma findra
Makalah imunoglobin sitti alma findra
 
Makalah imunologi autoimun
Makalah imunologi autoimun Makalah imunologi autoimun
Makalah imunologi autoimun
 
Askep all
Askep allAskep all
Askep all
 

Similar to Biomarker RA

Artritis Reumatoid
Artritis ReumatoidArtritis Reumatoid
Artritis ReumatoidAmee Hidayat
 
Non Inflammatory Osteoarthritis.pptx
Non Inflammatory Osteoarthritis.pptxNon Inflammatory Osteoarthritis.pptx
Non Inflammatory Osteoarthritis.pptxaditya romadhon
 
Artritis reumatoid
Artritis reumatoidArtritis reumatoid
Artritis reumatoidfikri asyura
 
NEUTROFIL-LIMFOSIT RATIO (NLR) Edit.pptx
NEUTROFIL-LIMFOSIT RATIO (NLR) Edit.pptxNEUTROFIL-LIMFOSIT RATIO (NLR) Edit.pptx
NEUTROFIL-LIMFOSIT RATIO (NLR) Edit.pptxFadlyMuchtar2
 
Nyeri Sendi (Revisi).pptx
Nyeri Sendi (Revisi).pptxNyeri Sendi (Revisi).pptx
Nyeri Sendi (Revisi).pptxGalihShift1
 
PPT_Leukemia_Siti Jazirotul Jannah .pptx
PPT_Leukemia_Siti Jazirotul Jannah .pptxPPT_Leukemia_Siti Jazirotul Jannah .pptx
PPT_Leukemia_Siti Jazirotul Jannah .pptxSiti Jazirotul Jannah
 
SEL SEL IMUN INTERAKSI HOST DAN BAKTERI PADA PENYAKIT PERIODONTAL.pptx
SEL SEL IMUN INTERAKSI HOST DAN BAKTERI PADA PENYAKIT PERIODONTAL.pptxSEL SEL IMUN INTERAKSI HOST DAN BAKTERI PADA PENYAKIT PERIODONTAL.pptx
SEL SEL IMUN INTERAKSI HOST DAN BAKTERI PADA PENYAKIT PERIODONTAL.pptxjeongjaehyunkiyowo14
 
Antinflamasi dan il 6.af.id
Antinflamasi dan il 6.af.idAntinflamasi dan il 6.af.id
Antinflamasi dan il 6.af.idHeruSigit3
 
218675-gangguan-imunodefisiensi-primer-pid.pdf
218675-gangguan-imunodefisiensi-primer-pid.pdf218675-gangguan-imunodefisiensi-primer-pid.pdf
218675-gangguan-imunodefisiensi-primer-pid.pdfnovi26674
 
Dengue Haemorraghic Fever - UNUSA S1 KEP 3C
Dengue Haemorraghic Fever - UNUSA S1 KEP 3C Dengue Haemorraghic Fever - UNUSA S1 KEP 3C
Dengue Haemorraghic Fever - UNUSA S1 KEP 3C Iqbal Sumbarta
 
PPT Peran Interleukin 6 Terhadap Nyeri Neuropati.pptx
PPT Peran Interleukin 6 Terhadap Nyeri Neuropati.pptxPPT Peran Interleukin 6 Terhadap Nyeri Neuropati.pptx
PPT Peran Interleukin 6 Terhadap Nyeri Neuropati.pptxfatimahsyam7
 
Chronic inflamatory demyelinating polyneuropathy
Chronic inflamatory demyelinating polyneuropathyChronic inflamatory demyelinating polyneuropathy
Chronic inflamatory demyelinating polyneuropathyVertilia Desy
 
Pleno skenario 5 blok dms kelompok 11
Pleno skenario 5 blok dms kelompok 11Pleno skenario 5 blok dms kelompok 11
Pleno skenario 5 blok dms kelompok 11Fariz Fadhly
 

Similar to Biomarker RA (20)

Artritis Reumatoid
Artritis ReumatoidArtritis Reumatoid
Artritis Reumatoid
 
Non Inflammatory Osteoarthritis.pptx
Non Inflammatory Osteoarthritis.pptxNon Inflammatory Osteoarthritis.pptx
Non Inflammatory Osteoarthritis.pptx
 
Artritis reumatoid
Artritis reumatoidArtritis reumatoid
Artritis reumatoid
 
Catatan pbl 2
Catatan pbl 2Catatan pbl 2
Catatan pbl 2
 
NEUTROFIL-LIMFOSIT RATIO (NLR) Edit.pptx
NEUTROFIL-LIMFOSIT RATIO (NLR) Edit.pptxNEUTROFIL-LIMFOSIT RATIO (NLR) Edit.pptx
NEUTROFIL-LIMFOSIT RATIO (NLR) Edit.pptx
 
Nyeri Sendi (Revisi).pptx
Nyeri Sendi (Revisi).pptxNyeri Sendi (Revisi).pptx
Nyeri Sendi (Revisi).pptx
 
PPT_Leukemia_Siti Jazirotul Jannah .pptx
PPT_Leukemia_Siti Jazirotul Jannah .pptxPPT_Leukemia_Siti Jazirotul Jannah .pptx
PPT_Leukemia_Siti Jazirotul Jannah .pptx
 
ASKEP_SLE_DAN_HIPERSENSITIFITAS.doc
ASKEP_SLE_DAN_HIPERSENSITIFITAS.docASKEP_SLE_DAN_HIPERSENSITIFITAS.doc
ASKEP_SLE_DAN_HIPERSENSITIFITAS.doc
 
14
1414
14
 
SEL SEL IMUN INTERAKSI HOST DAN BAKTERI PADA PENYAKIT PERIODONTAL.pptx
SEL SEL IMUN INTERAKSI HOST DAN BAKTERI PADA PENYAKIT PERIODONTAL.pptxSEL SEL IMUN INTERAKSI HOST DAN BAKTERI PADA PENYAKIT PERIODONTAL.pptx
SEL SEL IMUN INTERAKSI HOST DAN BAKTERI PADA PENYAKIT PERIODONTAL.pptx
 
Antinflamasi dan il 6.af.id
Antinflamasi dan il 6.af.idAntinflamasi dan il 6.af.id
Antinflamasi dan il 6.af.id
 
218675-gangguan-imunodefisiensi-primer-pid.pdf
218675-gangguan-imunodefisiensi-primer-pid.pdf218675-gangguan-imunodefisiensi-primer-pid.pdf
218675-gangguan-imunodefisiensi-primer-pid.pdf
 
Kuliah Inflamasi.pptx
Kuliah Inflamasi.pptxKuliah Inflamasi.pptx
Kuliah Inflamasi.pptx
 
Aspek imunologi sle
Aspek imunologi sleAspek imunologi sle
Aspek imunologi sle
 
Dengue Haemorraghic Fever - UNUSA S1 KEP 3C
Dengue Haemorraghic Fever - UNUSA S1 KEP 3C Dengue Haemorraghic Fever - UNUSA S1 KEP 3C
Dengue Haemorraghic Fever - UNUSA S1 KEP 3C
 
PPT Peran Interleukin 6 Terhadap Nyeri Neuropati.pptx
PPT Peran Interleukin 6 Terhadap Nyeri Neuropati.pptxPPT Peran Interleukin 6 Terhadap Nyeri Neuropati.pptx
PPT Peran Interleukin 6 Terhadap Nyeri Neuropati.pptx
 
Chronic inflamatory demyelinating polyneuropathy
Chronic inflamatory demyelinating polyneuropathyChronic inflamatory demyelinating polyneuropathy
Chronic inflamatory demyelinating polyneuropathy
 
Pleno skenario 5 blok dms kelompok 11
Pleno skenario 5 blok dms kelompok 11Pleno skenario 5 blok dms kelompok 11
Pleno skenario 5 blok dms kelompok 11
 
Kep.kritis sepsis
Kep.kritis sepsisKep.kritis sepsis
Kep.kritis sepsis
 
Asuhan keperawatan pada sistem imunitas
Asuhan keperawatan pada sistem imunitasAsuhan keperawatan pada sistem imunitas
Asuhan keperawatan pada sistem imunitas
 

Recently uploaded

Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptxATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptxDesiNatalia68
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfAyundaHennaPelalawan
 

Recently uploaded (20)

Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptxATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
 

Biomarker RA

  • 1. Biomarker Laboratorium pada Rheumatoid Arthritis Yolanda Njotowibowo Pembimbing: DR.dr. Tinny E. Hernowati, SpPK (K) Tinjauan Pustaka Immunology
  • 2. Pendahuluan RA  penyakit inflamasi kronis, progresif, penyakit autoimun inflamasi yang berhubungan dengan artikular, ekstra-artikular dan efek sistemik Sel T, sel B dan interaksi sitokin pro-inflamasi memainkan peran penting dalam patofisiologi RA dimana sitokin yang paling langsung terlibat dalam proses ini adalah TNF-α dan IL-6; IL-1 dan IL-17. Serum antibodi untuk cyclic citrulinated peptides (anti-CCPs) sekarang telah menjadi penanda penting dari diagnosis dan prognosis. Kemajuan akan penggunaan ultrasonografi dan resonansi magnetik dapat meningkatkan kemampuan kita untuk mendeteksi inflamasi dan kerusakan sendi pada rhematoid arthritis
  • 3. Rheumatoid Arthritis Epidemiologi Rheumatoid arthritis (2012) • Dunia : 0.5-1% • Amerika : 0.6 % (1.06% wanita) • China & Jepang : 0.2-0.3 %) RA dipengaruhi faktor genetik & prevalensi RA tiap daerah berbeda dipengaruhi oleh lingkungan. Thn 2012: sebanyak 46.030 pasien dengan dx RA, dua pertiganya perempuan, berusia paruh baya & lansia. ( rata-rata usia 57 tahun). Di Indonesia, data penderita RA belum banyak dikaji. Secara genetis, RA dipengaruhi oleh ekspresi dari gen HLA yang merupakan gen pembentuk MHC. Penelitian mengungkapkan, 70% individu dengan gen HLA terekspresi mengalami RA.
  • 4. Definisi Penyakit inflamasi kronik yang tidak diketahui pasti penyebabnya yang ditandai dengan poliarthritis perifer dan simetris RA menimbulkan berbagai manifestasi ekstraarticular, termasuk kelelahan, nodul pada lapisan subcutaneous, lung involvement, pericarditis, neuropati perifer, vaskulitis dan keabnormalan dari hematologi
  • 5. • Faktor genetik Hubungan HLA class II histocompatibility antigen, DRB1- 9 beta chain (HLA-DRB1) dengan kejadian RA telah diketahui dengan baik, walaupun beberapa lokus non- HLA juga berhubungan dengan RA seperti daerah 18q21 dari gen TNFRSR11A yang mengkode aktivator reseptor nuclear factor kappa B (NF-κB). Gen ini berperan penting dalam resorpsi tulang pada RA. • Hormon Seks Prevalensi RA lebih besar pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki, sehingga diduga hormon seks berperanan dalam perkembangan penyakit ini Etiologi & Predisposisi
  • 6. • Faktor Infeksi Dugaan faktor infeksi sebagai penyebab RA juga timbul karena umumnya onset penyakit ini terjadi secara mendadak dan timbul dengan disertai oleh gambaran inflamasi yang mencolok. Agen infeksius yang diduga merupakan penyebab RA antara lain adalah bakteri, mycoplasma atau virus. Walaupun hingga saat ini belum berhasil dilakukan isolasi suatu mikroorganisme dari jaringan sinovial. Etiologi & Predisposisi
  • 7. Patofisiologi RA sering dihubungkan dengan adanya hipersensitivitas tipe III & adanya kelainan autoimun yang memicu teraktivasinya sistem ini secara berlebihan. Sinovium merupakan bagian penting dari sendi dan secara fisiologis berfungsi dalam transpor nutrien ke dalam rongga sendi serta mengeluarkan sisa metabolismenya, membantu stabilitas sendi dan bersifat low-friction lining. Pada RA ditemukan pada sinovium adanya hyperplasia yang didominasi oleh sel sinoviosit A dan sinoviosit B pada bagian luar. Selain hyperplasia sinovium ditemukan juga vaskularisasi yang meningkat dan infiltrasi sel-sel inflamasi terutama sel limfosit T CD4, yang merupakan peran utama pada respon imun seluler.
  • 8. Patofisiologi RA terkait hipersensitivitas tipe III Rheumatoid arthritis • Penyebab internal (genetik) • Penyebab eksternal (antigen-antigen khusus: toksin bakteri & rokok) Penyebab Internal: apabila DNA nya terdapat gen HLA- DRB1 yang diekspresikan  perubahan epitope sel limfosit & berikatan dgn MHC & menghasilkan ab IgG yg berbeda (ACPA)  berikatan dgn protein2 tersitrulinasi & terjadi kompleks imun pada sendi yg disebut RF Penyebab Eksternal: Paling banyak rokok  memicu terjadinya sitrunilasi pada protein-protein yang berada dalam jaringan ikat terutama persendian (vimetin tersitrunilasi), sekret bakteri juga dapat menyebabkan sitrunilasi tersebut.
  • 9. Patofisiologi RA terkait hipersensitivitas tipe III
  • 10. Peradangan sendi akibat reaksi imun pada RA Cairan Sinovial penderita RA Terdapat banyak sel myeloid & sel dendrit dimana sel ini teraktivasi dgn adanya antigen berupa protein tersitrunilasi. Thelper (Th1 & Th17) Teraktivasi akan menghasilkan mediator-mediator inflamasi (IL-17, IL-17F, IL-22 & TNF- α) Sel dendrit & myeloid Akan menghasilkan IL-1β, IL-6, IL-21, & TGF-β) diferensiasi IL-17 & diferensiasi sel Treg. Adanya inflamasi pada daerah persendian
  • 11. Peradangan sendi akibat reaksi imun pada RA Pada orang dengan alel HLA-DRB1, IgG yang dihasilkan merupakan IgG dengan Fc anti protein tersitrunilasi (ACPA)  membentuk kompleks imun dengan protein tersitrunilasi  komplemen teraktivasi (jalur klasik)  kerusakan pada persendian Makrofag Mensekresikan mediator inflamasi IL-1, IL-6 & TNF-α, selain itu juga memfagositosis sel tulang pada persendian. Neutrofil Mensintesis sitokin & senyawa oksigen reaktif. Sel mast Mensintesis beberapa kemokin & amino vasoaktif penyebab inflamasi & sendi
  • 12. Molekul & sinyal mediator yang terlibat dalam patogenesis RA
  • 13. Molekul & sinyal mediator yang terlibat dalam patogenesis RA
  • 14. Diagnosis Perbandingan kriteria RA tahun 1987 & kriteria 2010
  • 15. Diagnosis Perbandingan kriteria RA tahun 1987 & kriteria 2010
  • 16. Biomarker Laboratorium pada RA Autoantigen & antibodi yang muncul pada RA
  • 17. Biomarker Laboratorium pada RA Rheumatoid Factor Autoantibodi mengikat bagian Fc dari IgG (ditemukan 75-80% pada pasien RA Jika hasil positif, sampel darah lebih lanjut dianalisis menggunakan pengenceran untuk titernya. Titer tinggi juga berkorelasi dengan keparahan penyakit. Beberapa tes RF kini dilaporkan dalam IU (International Unit). Penting sebagai indikator RA. Metode penentuan RF meliputi presipitasi kapiler, radioimmunoassay, nephelometry, & tes agglutination particle.
  • 18. Biomarker Laboratorium pada RA ACPA Melihat kehadiran antibodi yang mengenali antigen tertentu yang mengandung citrulline (non-standar asam amino yang dibuat dengan modifikasi enzimatik arginin  citrullination) Berkontribusi untuk patogenesis penyakit dengan mengaktifkan sel-sel kekebalan tubuh dan sistem komplemen. Kemungkinan merupakan respon B-cell T-cell-dependent. Antibody anti-citrunillated peptide (anti-CCP) Tes ACPA didasarkan pada deteksi autoantibodi dengan ELISA atau MEIA atau immunoenzymofluorimetry. Pemeriksaan ACPA meliputi anti-cyclic citrullinated peptide (anti-CCP) & anti-mutated citrullinated vimentin (anti- MCV)
  • 20. Biomarker Laboratorium pada RA Anti-Cyclic Citrullinated Peptide (Anti-CCP) Protein yang diproduksi sebagai bagian dari proses yang mengarah ke peradangan sendi pada Rheumatoid Arthritis. Anti-CCP adalah penanda paling spesifik untuk RA dengan spesifisitas sekitar 98%. Pada pasien RA sering menghasilkan autoantibodi diarahkan terhadap protein dan peptida yang mengandung citrulline asam amino. Citrulline dihasilkan dalam lingkungan inflamasi oleh modifikasi asam amino arginine oleh enzim peptidylarginine deiminase.
  • 22. Biomarker Laboratorium pada RA Anti-Mutated Citrullinated Vimentin (Anti-MCV) Suatu isoform antigenik baru dari vimentin yang ditemukan pada pasien RA, dan termasuk dalam golongan ACPA. Menunjukkan sensitivitas yang lebih tinggi dibanding anti-CCP maupun RF untuk diagnosis RA. Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) Untuk memastikan keparahan inflamasi dan digunakan untuk memonitor perkembangan pengobatan RA Pada RA, ESR biasanya meningkat, merefleksikan inflamasi dari penyakit.
  • 23. Biomarker Laboratorium pada RA C-Reactive Protein (CRP) Selama proses inflamasi, protein abnormal spesifik CRP muncul dalam darah pada respon inflamasi sitokin seperti IL-6. Level CRP dapat meningkat dengan cepat setelah trauma parah, infeksi bakteri, inflamasi, pasca bedah atau proliferasi neoplastik.
  • 24. Biomarker Sinovial Matriks Metaloproteinase-3 (MMP-3) Proteinase yang disekresikan oleh fibroblat sinovial & kondrosit. Aktiviasnya dihasilkan dari degradasi aggrecan core protein, cartilage link protein, fibronectin & collagen types IV, VII, IX & XI. Terkait dengan tingginya kerusakan sendi pada RA Glucosyl-Galactosyl-Pyridinoline (GLC-Gal-PYD) dapat dilihat di urine dan dikaitkan dengan perubahan erosi, Joint Space Narrowing (JSN) & Total Sharp Score Nitrated type III collagen (IIINys) Berkaitan dengan jaringan sinovial yang inflamasi
  • 25. Biomarker Tulang Rawan 3 biomarker tulang rawan  2 biomarker cartilage breakdown, yang ketida adalah biomarker cartilage formation. Pada RA, ada ketidakseimbangan yang mendukung penghancuran. CTX-II (Collagen type II C-telopeptide)  berasal dari carboxy-terminal part of type II collagen (fragmen degradasi). COMP (Cartilage oligomeric matrix protein)  non kolagen protein matriks ekstraseluler terutama ditemukan di tulang rawan untuk mejaga integritas jaringan kolagen PIIANP (Propeptide of type IIA procollagen)  biomarker pembentukan tulang rawan.
  • 26. Biomarker Tulang Homeostasis tulang diatur oleh keseimbangan pembentukan tulang baru & penghapusan tulang lama. Osteoklas: mendegradasi matriks tulang; Osteoblas: membentuk matriks baru. (Type I collagen: merupakan 90% matriks tulang). Marker pembentukan tulang: -Serum total osteocalcin (OC) - alkaline phospatase bone isoenzyme (BALP) - C dan N-propeptide dari type I collagen (PICP dan PINP) Degradasi tulang di dorong oleh osteoklas dan menghasilkan situlasi oleh RANKL diinduksi oleh IL- 1β, IL-6, atau TNF. Osteoklas mensekresi cathepsin K, yg mendegradasi type I collagen & melepaskan C- terminal crosslinked telopeptide of type I collagen (CTX-I), atau N terminal telopeptide of type I collagen (NTX) neoepitope
  • 27. Tabel marker dari turnover tulang & tulang rawan yang diperiksa pada serum, urine & cairan sinovial
  • 28. Tabel marker dari turnover tulang & tulang rawan yang diperiksa pada serum, urine & cairan sinovial
  • 29. Tabel marker dari turnover tulang & tulang rawan yang diperiksa pada serum, urine & cairan sinovial
  • 30. Kesimpulan • Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit inflamasi kronis, progresif, penyakit autoimun inflamasi yang berhubungan dengan artikular, ekstra-artikular dan efek sistemik. • Etiologi RA diketahui kemungkinan terdapat interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan lingkungan, hormon seks dan adanya faktor infeksi • Biomarker laboratorium untuk RA ada banyak, tetapi yang terkait dengan kriteria ACR 2010 yaitu RF, ACPA, ESR dan CRP. Sedangkan ada banyak marker lain seperti biomarker sinovial contohnya MMP-3, biomarker tulang rawan contohnya CTX- II, biomarker tulang contohnya OC, BALP.