SlideShare a Scribd company logo
1 of 71
PLENO SKENARIO 5
  “NYERI LUTUT”
          KELOMPOK 11

 BLOK DERMATOMUSKULOSKELETAL

   Program Studi Pendidikan Dokter
         Fakultas Kedokteran
        Universitas Lampung
                2012
Anggota Kelompok 11
1. Annisa Nuraisa Djausal    1118011010
2. Cici Yuliana Sari         1118011025
3. Fariz Fadly Tanjung       1118011039
4. Ferina Dwi Marinda        1118011044
5. Jihan Nurlela             1118011063
6. Muhammad Yogie Fadli      1118011082
7. Niluh Ita Pasyanti        1118011085
8. Ratih Nur Indah Siregar   1118011106
9. Selvia Farahdina          1118011124
10. Tegar Dwi Prakoso N       1118011133
SKENARIO
Seorang perempuan umur 57 tahun, ibu Rumah Tangga,
dibawa ke poliklinik denga keluhan nyeri kedua lutut
yang dialami sejak 4 bulan terakhir ini, terutama saat
beraktivitas, sulit berdiri dari posisi jongkok. Bengkak
dan kemerahan pada kedua lutut. Nyeri juga dirasakan
pada jari-jari tangan. Berat badan 65 kg, Tinggi Badan
158 cm. Akibat nyeri yang terus-menerus pasien
mengaku menjadi sulit tidur, sering berdebar-debar
karena mengkhawatirkan penyakitnya yang tak kunjung
sembuh meskipun telah berulang kali minum obat yang
dibeli di warung. Setelah dilakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik, dokter memberikan obat dan
merujuk ke bagian fisioterapi.
Gejala pada pasien dan DD
• Umur > 50 tahun dan wanita (OA)
• Nyeri kedua lutut (simetris) sejak 4
  bulan (RA)
• Nyeri saat aktivitas (OA)
• Bengkak kemerahan simetris (RA)
• IMT = 26 / gemuk (OA)
• Nyeri pada jari tangan (OA,RA,Gout)
Pembahasan DD
Osteoartritis
                       STANDAR KOMPETENSI : 4
• DEFINISI
Osteoartritis (OA) ialah gangguan pada
sendi yang bergerak. Penyakit ini bersifat
kronik, berjalan progresif lambat, tidak
meradang, dan ditandai oleh adanya
dterioasi dan abrasi rawan sendi dan
adanya pembentukan tulang baru pada
permukaan     persendian.  (Patofisiologi,
Sylvia)
Faktor Resiko
1. UMUR
Hampir tidak pernah pada anak-anak
Jarang pada umur < 40 tahun
Sering pada umur > 60 tahun

2. JENIS KELAMIN
< 45 tahun Pria = Wanita
> 50 tahun Pria < Wanita
3. SUKU BANGSA
Pada kulit hitam dan asia lebih jarang dari
  pada Kaukasia.

4. GENETIK
Adanya mutasi dalam gen prokolagen II
5. KEGEMUKAN DAN PENYAKIT
  METABOLIK
• Obesitas meningkatkan resiko OA.
• Selain faktor mekanis akibat obesitas
  maka faktor metabolik juga berperan.
• Pasien OA mempunyai resiko penyakit
  jantung Koroner dan Hipertesi yang
  lebih besar dapiada orang-orang tanpa
  OA.
6. CEDERA SENDI, PEKERJAAN, DAN
  OLAH RAGA
• Pekerjaan berat maupun dengan
  pemakaian satu sendi yang terus
  menerus meningkatkan resiko OA.
• Cedera sendi dan olah raga yang sering
  menimbulkan cedera sendi berkaitan
  dengan OA yang lebih tinggi.
7. KELAIANAN PERTUMBUHAN
• Kelainan kongenital dan pertumbuhan
  paha (misalnya penyakit Perthes dan
  dislokasi   kongenital paha)   telah
  dikaitkan dengan timbulnya OA paha
  pada usia muda.
KLASIFIKASI OA
 Osteoartritis primer disebabkan oleh tekanan
  yang berlebihan pada sendi yang menahan berat
  tubuh atau tekanan yang normal pada sendi yang
  lemah.
 OA primer sering menyerang sendi jari-jari,
  panggul dan lutut, tulang belakang servikal dan
  lumbal, serta ibu jari.
 Obesitas juga meningkatkan tekanan pada sendi
  yang menahan berat badan.
 OA primer sering dicetuskan kerusakan enzim,
  penyakit tulang, dan gangguan fungsi hati.
KLASIFIKASI OA
Osteoartritis sekunder disebabkan oleh trauma kronik
atau tiba-tiba pada sendi. OA sekunder dapat terjadi
pada beberapa sendi. OA sekunder berhubungan
dengan beberapa faktor, antara lain:
1. Trauma, termasuk trauma olah raga
2. Stress yang berulang berhubungan dengan
   pekerjaan
3. Episode artritis gout atau artritis septik yang
   berulang
4. Postur tubuh yang kurang baik atau kelainan tulang
   yang disebabkan oleh perkembangan yang tidak
   normal
5. Kelainan metabolik dan endokrin
Patogenesis OA
A. Tulang rawan sendi
  Stage I : Gangguan atau perubahan matriks kartilago.
   peningkatan konsentrasi air o.k gangguan mekanik, degradasi
  makromolekul matriks, atau perubahan metabolisme kondrosit.

  Stage II : Respon kondrosit terhadap gangguan atau perubahan
  matriks.
   Respon ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun.

  Stage III : Penurunan respon kondrosit.
   Kegagalan respon kondrosit untuk menggantikan atau
  mempertahankan jaringan mengakibatkan kerusakan tulang rawan
  sendi disertai dan diperparah oleh penurunan respon kondrosit.
B. Perubahan Tulang.
 • peningkatan densitas tulang subchondral,
 • pembentukan rongga-rongga yang menyerupai kista yang
   mengandung jaringan myxoid, fibrous, atau kartilago.
 • Peningkatan densitas tulang merupakan akibat dari
   pembentukan lapisan tulang baru pada trabekula biasanya
   merupakan tanda awal dari penyakit degenerasi sendi
   pada tulang subchondral.
 • Remodeling tulang disertai dengan kerusakan tulang
   sendi rawan mengubah bentuk sendi dan dapat
   mengakibatkan shortening dan ketidakstabilan tungkai
   yang terlibat.
 • Pertumbuhan osteofit diikuti dengan perubahan tulang
   rawan sendi serta tulang subchondral dan metafiseal.
C. Jaringan Periartikuler.
 Kerusakan tulang rawan sendi mengakibatkan
 perubahan sekunder dari synovium, ligamen,
 kapsul, serta otot yang menggerakan sendi yang
 terlibat. Membran sinovial sering mengalami
 reaksi inflamasi ringan serta sedang dan dapat
 berisi fragmen-fragmen dari tulang rawan
 sendi.Semakin lama ligamen, kapsul dan otot
 menjadi contracted. Kurangnya penggunaan sendi
 dan penurunan ROM mengakibatkan atropi otot.
 Perubahan sekunder ini sering mengakibatkan
 kekakuan sendi dan kelemahan tungkai.
PATOFISIOLOGI OA
Perubahan morfologi pada OA
1. kerusakan fokal kartilago sendi yang
   progresif
2. pembentukan tulang baru (osteofit)

Hal tersebut terjadi karena ketidak
seimbangan faktor degradatif dan
regeneratif.
DEGRADATIF                                 REGENERATIF
ENZIM                                        ENZIM
lisosomal protease (cathepsin),              Tissue inhibitor of metalloproteinases
Plasmin                                      (TIMP)
Matrix metalloproteinases / MMPs             Plasminogen activator inhibitor-1 (PAI-1)
(stromelysin, collagenase, dan gelatinase)

SITOKIN                                      FAKTOR PERTUMBUHAN
Interleukin-1 (IL-1)                         Insulin-like growth factor-1 (IGF-1),
                                             Transforming growth factor- β (TGF-β)
                                             Basic fibroblast growth factor yang
                                             berfungsi merangsang sintesis
                                             proteoglikan.

RADIKAL BEBAS
Nitric oxide (NO)
Genetic predisposition                   Multiple etiological factors




    Changed chondrocyte function /               Mechanical stress
    Release of destructive enzymes




    Alteration of proteoglikan matrix            Alteration of collagen matrix




      Mineralization                      Cartilage changes




      Synovial inflamation




                                          Cartilage destruction




                                        Symptomatic Osteoarthritis
SENDI-SENDI YANG TERKENA
PERBANDINGAN SENDI
NORMAL DAN ARTRITIS
GAMBARAN KLINIS
• Nyeri sendi
• Nyeri bersifat tumpul dan bertambah
  dengan gerakan dan sedikit berkurang
  dengan istirahat.
• Nyeri malam hari, yang mengganggu tidur.
• Nyeri pada OA akibat radikulopati,
  misalnya pada OA servikal dan lumbal. OA
  lumbal yang menimbulkan stenosis spinal
  mungkin menimbulkan keluhan nyeri di
  betis,   yang     biasa  disebut   dengan
  claudicatio intermitten.
• Hambatan gerakan sendi
• Gangguan ini biasanya semakin
  bertambah berat dengan pelan-pelan
  sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.

• Kaku pagi
• Kurang dari 30 menit.
• Krepitasi
• Rasa gemertak (kadang-kadang dapat
  terdengar) pada sendi yang sakit. Muncul
  pada keadaan yang lebih lanjut dari OA.

• Pembesaran sendi
• Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah
  satu sendinya (seringkali terlihat di lutut
  atau tangan) secara pelan-pelan membesar.
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN FISIK
1. Krepitasi
2. Hambatan gerak
3. Pembengkakan sendi yang seringkali
   asimetri
4. Tanda-tanda peradangan
5. Perubahan bentuk (deformitas) sendi yang
   permanen
6. Perubahan gaya berjalan
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
• Radiografi sendi yang terkena
Gambaran radiografi sendi yang menyokong diagnosis
OA ialah :
1. Penyempitan celah / rongga sendi yang seringkali
   asimetris (lebih berat pada bagian yang
   menganggung beban)
2. Peningkatan densitas (sklerosis) tulang subkondral
3. Kista tulang
4. Osteofit pada pinggir sendi (marginal osteophytes)
5. Perubahan struktur anatomi sendi
Kriteria perubahan radiologi
    menurut Kellgren & Lawrence
KRITERIA                           PERUBAHAN

    1      Pembentukan osteofit pada sisi sendi atau pada perlekatan
           ligamentum
    2      Periarticular ossicles (kista), ditemukan terutama pada
           sendi DIP dan PIP
    3      Penyempitan rongga sendi disebabkan karena sklerosis
           tulang subkondral
    4      Daerah kista dengan dinding sklerotik pada tulang
           subkondral
    5      Perubahan bentuk ujung tulang, sebagian besar pada kaput
           femoralis
Gambaran Radiologi pada
        Osteoartritis




Gambaran sendi tungkai normal   Adanya pembentukan osteofit
                                dan penyempitan celah sendi
                                pada sendi tungkai
Gambaran Radiologi pada
        Osteoartritis




Gambaran sendi panggul normal   Adanya pembentukan osteofit
                                pada sendi panggul
Gambaran Radiologi pada
      Osteoartritis
                    Pembentukan
                      sklerosis
                     subkondral




 Osteofit pada              Osteoartritis erosif
sendi jari tangan           (pada tahap lanjut)
    (DIP 1)
Gambaran Radiologi pada
    Osteoartritis
KRITERIA DIAGNOSA
           (Altman dkk,1986)
Klinis
  1. Umur >50 th
  2. Stifness<30 menit
  3. Krepitasi
  4. Nyeri tekan
  5. Pembesaran tulang daerah sendi
  6. Tak terlihat tanda radang
  (Nyeri sendi+minimal 3 dari 6 gejala di atas)
KRITERIA DIAGNOSA
        (Altman dkk,1986)
Klinis dan Radiologis
 1. Umur > 50 tahun
 2. Stiffness<30 menit
 3. Krepitasi
 4. Osteofit
 ( Osteofit + minimal 1 dari 3 gejala
   klinis di atas)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
               LAIN
 • Arthroscopy
 Arthroscopy merupakan metode langsung
 untuk melihat sinovium dan
 mengklasifikasikan tingkat keparahan
 berdasarkan gambaran kartilago.
Grade                              Description
        Swelling and softening of cartilage. Edema and cellular
  1
        infiltrate
  2     Superficial fibrillation
  3     Deeper and large cartilage fibrillation
  4     Visualisation of underlying subchondral bone
PENATALAKSANAAN
Early
   Hilangkan nyeri
   Latihan gerak sendi
   Kurangi BB

Intermediate
   Dekompresi subkondral
   Redistribusi BB pada tulang rawan yg sehat

Late
   Operasi(Artrodesis,Osteotomie,Artroplasty)
FARMAKOLOGI
Pada dasarnya terapi farmakologi pada OA dapat
dikelompokkan ke dalam 3 kelompok, yaitu :
1. Medikamentosa sistemik
   •Analgesik
   •Anti-inflamasi non steroid (AINS)
   •Obat-obat penghambat progresivitas penyakit
2. Medikamentosa topikal
3. Medikamentosa intraartikular
   Kortikosteroid
   Viscosupplementation
Medikamentosa sistemik
Analgesik
• Parasetamol (asetamonifen) dosis 2,6 – 4
  g/hari.

Anti-inflamasi non steroid (AINS)
• Ibuprofen 400 mg PO; maksimal 2400
  mg/hari.
• Aspirin
• COX-2 (COX-2 inhibitors), seperti
  :Rofecoxib, Celecoxib.
Medikamentosa sistemik
Obat-obat penghambat progresivitas penyakit.
Chondroprotective agent
   Menghambat Degradasi Matriks
   • Tetrasiklin dan derivat
   • Glikosaminoglikan
   • Vitamin C, superoksida dismutase

   Meningkatkan sintesis matriks
   • Asam Hialurotan
   • Glikosaminoglikan
   • Kondroin sulfat.
Medikamentosa topikal
• Capsaicin
• Lidoqaine topikal
Medikamentosa intraartikular
• Kortikosteroid

• Viscosupplementation
• Asam Hialuronat
• Platelete Rich Plasma (PRP)
Non Farmakologik
• Perlindungan sendi
• Menggunakan tongkat, tidak beraktivitas
  berlebihan, istirahat yang periodik.

• Diet
• Obesitas meningkatkan faktor resiko perkembangan
  osteoartritis
• Defisiensi vitamin C akan memicu perkembangan
  kartilago menjadi lemah
• Defisiensi Vitamin D meningkatkan resiko
  terjadinya penyempitan celah sendi dan
  perkembangan OA.
Non Farmakologik
• Fisioterapi
Fisioterapi      berperan
penting              pada
penatalaksanaan OA, yang
meliputi pemakaian panas
dan dingin dan program
latihan     yang    tepat.
Program latihan bertujuan
untuk memperbaiki gerak
sendi dan memperkuat
otot yang biasanya atropik
pada sekitar sendi OA.
OPERASI
• osteotomi :untuk mengoreksi
  ketidaklurusan atau ketidaksesuaian.
• Debridemen sendi: menghilangkan
  fragmen tulang rawan sendi.
• Pembersihan osteofit, atroplasti total
  atau parsial, dan atrodesis. Kondroplasti
  (atroplasti abrasi) telah mempeoleh
  perhatian untuk pengobatan OA.
• Total Knee Replacement
TOTAL KNEE REPLACEMENT
KOMPLIKASI
Komplikasi yang utama pada OA adalah nyeri. Tingkat nyeri berbeda-
beda, dari ringan menjadi berat.

PENCEGAHAN
Pencegahan primer dan sekunder sebaiknya dipikirkan dalam pengobatan
OA. Mengatur berat badan ideal merupakan faktor utama untuk
mencegah OA pada sendi-sendi yang menahan tubuh.

Asupan vitamin D juga mempengaruhi osteoarthritis. Asupan yang
kurang berhubungan dengan peningkatan progresifitas OA.

PROGNOSIS
Prognosis OA umumnya baik. Dengan obat-obat konservatif, sebagian
besar nyeri pasien dapat teratasi. Hanya kasus-kasus yang berat
memerlukan operasi
RHEUMATOID ARTHRITIS
                        STANDAR KOMPETENSI : 2
• DEFINISI
• Rheumatoid arthritis (RA) adalah penyakit
  autoimun kronik yang menyerang sendi dan
  disebabkan adanya peradangan oleh sitokin,
  kemokin dan metaloprostease.
• Artritis Reumatoid ditandai dengan adanya
  peradangan dari lapisan selaput sendi
  (sinovium) yang mana menyebabkan sakit,
  kekakuan, hangat, bengkak dan merah.
  Peradangan sinovium dapat menyerang dan
  merusak tulang dan kartilago.
Epidemiologi
Prevalensi Artritis Reumatoid adalah
sekitar 1 persen populasi (berkisar antara
0,3 sampai 2,1 persen).15 Artritis
Reumatoid lebih sering dijumpai pada
wanita, dengan perbandingan wanita dan
pria sebesar 3:1.7 Perbandingan ini
mencapai 5:1 pada wanita dalam usia
subur.
Etiologi
Penyebab Artritis Reumatoid masih belum
diketahui secara pasti tetapi terdapat beberapa
kemungkinan.
1. Genetik, seseorang dengan HLA-DR4 memiliki
   resiko relatif 4:1 untuk menderita penyakit ini.
2. Hormonal,     Kecenderungan     wanita   untuk
   menderita AR dan sering dijumpainya remisi
   pada wanita yang sedang hamil.
3. Infeksi, Walaupun hingga kini belum berhasil
   dilakukan isolasi suatu mikroorganisme dari
   jaringan sinovial. Agen infeksiusnya adalah
   adalah bakteri, mikoplasma atau virus
PATOFISIOLOGI
Pada arthritis rheumatoid, reaksi autoimun
terjadi    dalam   jaringan    synovial. Proses
fagosistosis menghasilkan enzim-enzim dalam
sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah
kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi
membrane synovial dan akhirnya pembentukkan
pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan
dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah
menghilangnya permukaan sendi yang akan
mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena
karena serabut otot akan mengalami perubahan
degenerative dengan menghilangnya elastisitas
otot dan kekuatan kontraksi otot.
GAMBARAN KLINIS
• Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat
  badan menurun dan demam.
• Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk
  sendi-sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-
  sendi interfalangs distal.
• Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat
  generalisata tatapi terutama menyerang sendi-sendi.
• Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran
  radiologik.
• Deformitas: kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi
  dengan perjalanan penyakit.
• Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan
  pada sekitar sepertiga orang dewasa penderita arthritis
  rheumatoid.
• Manifestasi ekstra-artikular: artritis reumatoid juga dapat
  menyerang organ-organ lain di luar sendi.
GAMBARAN KLINIS PADA
      TANGAN
PENATALAKSANAAN
Farmakologi
Terapi simptomatis.
   Analgesik
   Antiinflamasi
   Kortikosteroid
   NSAID
Terapi kausatif
   DISEASE-MODIFYING ANTI-
    RHEUMATIC DRUGS (DMARDs)
TERAPI SIMPTOMATIS.
1. Analgetic :                       4. Anti inflamasi non steroid (NSAID)
     paracetamol (1-2 gr/hari)             Ibuprofen (600-1200
     codein (30 mg tiap 4 jam)             mg/hari)
                                            Naproxen (375-750 mg/hari)
                                            Piroxicam (10-40 mg/hari)
2. Anti inflamasi :
                                            Profenid (100-600 mg/hari)
     Aspirin ( 5 gr/ hari)                 Ketoprofen (100-200
     Indomethasin (25-150 mg/hari)         mg/hari)
     Phenylbutazone (200-400 mg/hari)
     Oxyphenbutazone (200-400 mg/hari)

3. Corticosteroid :
     Diberikan pada nyeri yang kuat
     Dosis minimal
     Prednisone 10 -15 mg/hari
     Hydrocortisone asetate intra articular 20-50
       mg
TERAPI KAUSATIF
• Klorokuin, paling banyak digunakan karena
  harganya terjangkau, namun efektivitasnya
  lebih rendah dibandingkan dengan yang lain.
  Dosis anjuran klorokuin fosfat 250 mg/hari
  hidrosiklorokuin 400 mg/hari.

• Sulfasalazin dalam bentuk tablet bersalut
  enteric digunakan dalam dosis 1 x 500 mg/hari,
  ditingkatkan 500 mg per minggu, sampai
  mencapai dosis 4 x 500 mg. Setelah remisi
  tercapai, dosis dapat diturunkan hingga 1 g/hari
  untuk dipakai dalam jangka panjang sampai
  tercapai remisi sempurna.
DISEASE-MODIFYING ANTI-
 RHEUMATIC DRUGS (DMARDs)
• D-penisilamin, kurang disukai karena bekerja
  sangat lambat. Digunakan dalam dosis 250-300
  mg/hari, kemudian dosis ditingkatkan setiap 2-4
  minggu sebesar 250-300 mg/hari untuk
  mencapai dosis total 4x 250-300 mg/hari.

• Metotreksat sangat mudah digunakan dan waktu
  mula kerjanya relatif pendek dibandingkan
  dengan yang lain. Dosis dimulai 5-7,5 mg setiap
  minggu. Bila dalam 4 bulan tidak menunjukkan
  perbaikan, dosis harus ditingkatkan. Dosis
  jarang melebihi 20 mg/minggu.
DISEASE-MODIFYING ANTI-
 RHEUMATIC DRUGS (DMARDs)
• Garam emas adalah gold standard bagi DMARD.
  Khasiatnya tidak diragukan lagi meski sering
  timbul efek samping. Auro sodium tiomalat
  (AST) diberikan intramuskular, dimulai dengan
  dosis percobaan pertama sebesar 10 mg,
  seminggu kemudian disusul dosis kedua sebesar
  20 mg. Seminggu kemudian diberikan dosis
  penuh 50 mg/minggu selama 20 minggu. Dapat
  dilanjutkan dengan dosis tambahan sebesar 50
  mg tiap 2 minggu sampai 3 bulan. Jika
  diperlukan, dapat diberikan dosis 50 mg setiap
  3 minggu sampai keadaan remisi tercapai.
GOUT
DEFENISI
• Gout adalah penyakit yang disebabkan
  penimbunan kristal monosodium urat
  monohidrat di jaringan akibat adanya
  supersaturasi asam urat.
• Gout ditandai dengan peningkatan kadar
  urat dalam serum, serangan artritis gout
  akut, terbentuknya tofus, nefropati
  gout dan batu asam urat.
EPIDEMIOLOGI
• Arthritis gout lebih sering terjadi pada
  laki-laki   dibandingkan     perempuan,
  puncaknya pada dekade ke-5. Di
  Indonesia, arthritis gout terjadi pada
  usia yang lebih muda, sekitar 32% pada
  pria berusia kurang dari 34 tahun. Pada
  wanita, kadar asam urat umumnya
  rendah dan meningkat setelah usia
  menopause.
ETIOLOGI
• Gejala arthritis gout akut disebabkan
  oleh reaksi inflamasi jaringan terhadap
  pembentukan kristal monosodium urat
  monohidrat. Karena itu, dilihat dari
  penyebabnya, penyakit ini termasuk
  dalam golongan kelainan metabolic.
• Asam urat merupakan zat sisa yang
  dibentuk oleh tubuh pada saat
  regenerasi sel.
PATOGENESIS
• Gout Primer (90% dari semua kasus): Mayoritas
  bersifat idiopatik (>95%), memiliki pewarisan yang
  multifaktorial dan berkaitan dengan produksi
  berlebih asam urat dengan ekskresi asam urat yang
  normal atau meningkat atau produksi asam urat yang
  normal dengan ekskresi yang kurang; penggunaan
  alkohol dan obesitas merupakan faktor predisposisi.

• Gout Sekunder (10% dari semua hasus): Sebagian
  besar berkaitan dengan peningkatan pergantian
  asam nukleat yang terjadi pada hemolisis kronik,
  polisitemia, leukemia dan limfoma.
GOLONGAN MAKANAN
          MENGANDUNG PURIN
Golongan A
Makanan yang mengandung purin tinggi ( 150-800mg/100gr
makanan ).
Contoh : jeroan, udang, remis, kerang, ekstrak daging ( abon /
dendeng ), sardin, ragi, alkohol.

Golongan B
Makanan yang mengandung purin sedang ( 50-150mg/100gr
makanan ).
Contoh : kacang-kacangan kering, bayam, kembang kol, asparagus,
buncis, jamur, singkong, pepaya, kangkung.

Golongan C
Makanan yang mengandung purin rendah ( 0-50mg/100gr makanan
).
Contoh : keju, susu, telur, sayuran lain, buah-buahan.
GAMBARAN KLINIS
Hiperurisemia asimptomatik
    Pada stadium ini kadar asam urat tinggi.
    Tidak ada gejala arthritis, tofi, urolitiasis.

Arthritis gout akut
    Perjalanannya eksplosif, diduga ada faktor presipitasi.
    Serangan bersifat monoartikuler.
    50% lokasi pada MTP 1.
    Serangannya biasanya pada malam hari.
    Self-limiting dalam 10 hari -> jika diobati sembuh dalam 3
     hari.
    Kadar asam urat tidak selalu tinggi dalam darah.
    Pada pria timbul pada usia 30-45tahun, wanita pada saat
     pasca menopause.
Interkritikal gout
     Fase tenang setelah serangan pertama.
     Berlangsung 6 bulan-2 tahun, bahkan sampai 5 atau 10 tahun.
     Pada fase ini dapat terjadi kerusakan sendi.

Arthritis pirai kronik dengan tofus
    Mulai dari serangan pertama sampai kronisitas memerlukan
      waktu 11 tahun.
    Serangan bersifat poliartikuler.
    Tofus terbentuk bila kadar asam urat >9mg%, terdiri dari
      monosodium urat yang dikelilingi oleh sel inflamasi.
    Lokasi tofus: tulang rawan, tendon, sinovial, lemak, katup
      mitral, miokard, mata dan laring.
    Tofus subkutan bisa ditemukan pada jari, pergelangan
      tangan, telinga, prepatella dan olekranon.
DIAGNOSIS
Menurut criteria ACR ( American Collage of Rheumatology )
diagnosis dapat ditegakkan jika:
A. menemukan monosodium urat dalam cairan sinovial atau
B. ditemukan tofus yang mengandung kristal MSU atau
C. ditemukan 6 dari 12 kriteria dibawah ini:
   1.   inflamasi maksimal hari pertama
   2.   arthritis monoartikuler
   3.   kulit diatas sendi kemerahan
   4.   bengkak + nyeri pada MTP1
   5.   dicurigai tofi
   6.   hiperurisemia
   7.   pembengkakan sebuah sendi asimetrik pada foto roentgen
   8.   kista subkortikal tanpa erosi pada foto roentgen
   9.   kultur cairan sendi selama serangan inflamasi negative
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Radiologi foto polos
PENATALAKSANAAN
NSAID
Merupakan terapi lini pertama untuk pasien yang mengalami
serangan gout akut dengan mengurangi rasa nyeri.
• Indometasin dengan dosis 150-200 mg/hari selama 2-3
  hari dan 75-100 mg/hari untuk minggu berikutnya.

Kolkisin
Merupakan terapi spesifik dan efektif bagi pasien gout akut.
Mekanisme :
• Menghentikan inflamasi ( tanpa mengurangi kadar asam
  urat    )   dengan   cara    berikatan    dengan    tubulin
  depolimerisasi    → menghambat mobilitas granulosit →
  memblok difisi sel → menghambat sintesis dan pelepasan
  leukotrien.
Allopurinol
Suatu analog purin yang dapat menjadi obat pilihan bagi
pasien Gout kronik.
Mekanisme :
• Menurunkan produksi asam urat dengan cara mengambat
   enzim Xanthin Oksidase dalam mengkatalisis Hipoxanthin
   dan Xanthin.

Probenesid dan Sulpinfirazon
Mekanisme :
• Meningkatkan eliminasi asam urat melalui urin ( urkosurik )
  sehingga kadar asam urat dalam darah menurun.
KOMPLIKASI
1. Nefrolitiasis urat : insiden terbentuknya
   kembali batu. Insiden meningkat dengan
   peningkatan eksresi asam urat. PH urine
   menurun, riwayat keluarga atau diri
   sendiri pernah memiliki batu asam urat.

2. Gagal ginjal akut : dapat terjadi setelah
   pelepasan massif asam urat yang
   berlansung pada pasien yang telah
   mengalami pengobatan karena kelainan
   mielo- atau limfoproliferatif.
Terimakasih atas perhatiannya

More Related Content

What's hot (20)

7. peritonitis
7. peritonitis7. peritonitis
7. peritonitis
 
Artritis gout
Artritis goutArtritis gout
Artritis gout
 
Fraktur
FrakturFraktur
Fraktur
 
Osteoarthritis dan Artritis Gout
Osteoarthritis dan Artritis GoutOsteoarthritis dan Artritis Gout
Osteoarthritis dan Artritis Gout
 
Fraktur tibia
Fraktur tibiaFraktur tibia
Fraktur tibia
 
Osteoarthritis
OsteoarthritisOsteoarthritis
Osteoarthritis
 
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusOrkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
 
Kista Bartholini
Kista BartholiniKista Bartholini
Kista Bartholini
 
Askep fraktur
Askep frakturAskep fraktur
Askep fraktur
 
Tumor tulang shb
Tumor tulang shbTumor tulang shb
Tumor tulang shb
 
Patofisiologi hipertensi
Patofisiologi hipertensiPatofisiologi hipertensi
Patofisiologi hipertensi
 
Angina pectoris stabil
Angina pectoris stabilAngina pectoris stabil
Angina pectoris stabil
 
Isk
IskIsk
Isk
 
Supraventrikuler takikardi
Supraventrikuler takikardiSupraventrikuler takikardi
Supraventrikuler takikardi
 
Konjungtivitis
KonjungtivitisKonjungtivitis
Konjungtivitis
 
Tumor Tulang (Bone Neoplasma)
Tumor Tulang (Bone Neoplasma)Tumor Tulang (Bone Neoplasma)
Tumor Tulang (Bone Neoplasma)
 
Nyeri pinggang bawah
Nyeri pinggang bawahNyeri pinggang bawah
Nyeri pinggang bawah
 
osteoarthritis.ppt
osteoarthritis.pptosteoarthritis.ppt
osteoarthritis.ppt
 
Fraktur
FrakturFraktur
Fraktur
 
Luka Bakar
Luka BakarLuka Bakar
Luka Bakar
 

Viewers also liked

Presentasi referat geriatri
Presentasi referat geriatriPresentasi referat geriatri
Presentasi referat geriatriAihara Tsukiyama
 
PLENO KELOMPOK 5 MODUL 6 BLOK 3B
PLENO KELOMPOK 5 MODUL 6 BLOK 3BPLENO KELOMPOK 5 MODUL 6 BLOK 3B
PLENO KELOMPOK 5 MODUL 6 BLOK 3BMonica Fermanda
 
Hubungan penyakit periodontal dengan rheumatoid ppt
Hubungan penyakit periodontal dengan rheumatoid pptHubungan penyakit periodontal dengan rheumatoid ppt
Hubungan penyakit periodontal dengan rheumatoid pptira sembiring
 
Modul 4 (skenario terminologi)
Modul 4 (skenario terminologi)Modul 4 (skenario terminologi)
Modul 4 (skenario terminologi)indra0eiphe
 
Skenario 3 perdarahan 7b
Skenario 3 perdarahan 7bSkenario 3 perdarahan 7b
Skenario 3 perdarahan 7bAi Coryde
 
Diet penyakit kantung empedu
Diet penyakit kantung empeduDiet penyakit kantung empedu
Diet penyakit kantung empeduwokwok
 
Seminar wound revise
Seminar wound reviseSeminar wound revise
Seminar wound reviseyudhasetya01
 
Kelompok 11 dr. atthariq muskulo jadi+doa
Kelompok 11 dr. atthariq muskulo jadi+doaKelompok 11 dr. atthariq muskulo jadi+doa
Kelompok 11 dr. atthariq muskulo jadi+doaMahasiswa
 
Modul 3 Skenario 2 Muskuloskeletal
Modul 3 Skenario 2 MuskuloskeletalModul 3 Skenario 2 Muskuloskeletal
Modul 3 Skenario 2 Muskuloskeletalsandranamahen
 
Skenario A blok 12 th 2013 (Infark miokard)
Skenario A blok 12 th 2013 (Infark miokard)Skenario A blok 12 th 2013 (Infark miokard)
Skenario A blok 12 th 2013 (Infark miokard)Amanda Putri Utami
 
Pengobatan asam urat
Pengobatan asam uratPengobatan asam urat
Pengobatan asam uratSolusiHerbal
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisyudhasetya01
 
kelainan kongenital muskuloskeletalblog
kelainan kongenital muskuloskeletalblogkelainan kongenital muskuloskeletalblog
kelainan kongenital muskuloskeletalblogyudhasetya01
 
Makalah Infark Miokard Akut dan contoh kasus
Makalah Infark Miokard Akut dan contoh kasusMakalah Infark Miokard Akut dan contoh kasus
Makalah Infark Miokard Akut dan contoh kasusSelvia Agueda
 

Viewers also liked (20)

Presentasi referat geriatri
Presentasi referat geriatriPresentasi referat geriatri
Presentasi referat geriatri
 
PLENO KELOMPOK 5 MODUL 6 BLOK 3B
PLENO KELOMPOK 5 MODUL 6 BLOK 3BPLENO KELOMPOK 5 MODUL 6 BLOK 3B
PLENO KELOMPOK 5 MODUL 6 BLOK 3B
 
Hubungan penyakit periodontal dengan rheumatoid ppt
Hubungan penyakit periodontal dengan rheumatoid pptHubungan penyakit periodontal dengan rheumatoid ppt
Hubungan penyakit periodontal dengan rheumatoid ppt
 
nyeri sendi
nyeri sendinyeri sendi
nyeri sendi
 
Nyeri ekstremitas
Nyeri ekstremitasNyeri ekstremitas
Nyeri ekstremitas
 
Skenario 2 amy
Skenario 2 amySkenario 2 amy
Skenario 2 amy
 
Modul 4 (skenario terminologi)
Modul 4 (skenario terminologi)Modul 4 (skenario terminologi)
Modul 4 (skenario terminologi)
 
Skenario 3 perdarahan 7b
Skenario 3 perdarahan 7bSkenario 3 perdarahan 7b
Skenario 3 perdarahan 7b
 
Diet penyakit kantung empedu
Diet penyakit kantung empeduDiet penyakit kantung empedu
Diet penyakit kantung empedu
 
Seminar wound revise
Seminar wound reviseSeminar wound revise
Seminar wound revise
 
Kelompok 11 dr. atthariq muskulo jadi+doa
Kelompok 11 dr. atthariq muskulo jadi+doaKelompok 11 dr. atthariq muskulo jadi+doa
Kelompok 11 dr. atthariq muskulo jadi+doa
 
Kasus hati hepatitis
Kasus hati hepatitisKasus hati hepatitis
Kasus hati hepatitis
 
Modul 3 Skenario 2 Muskuloskeletal
Modul 3 Skenario 2 MuskuloskeletalModul 3 Skenario 2 Muskuloskeletal
Modul 3 Skenario 2 Muskuloskeletal
 
Skenario A blok 12 th 2013 (Infark miokard)
Skenario A blok 12 th 2013 (Infark miokard)Skenario A blok 12 th 2013 (Infark miokard)
Skenario A blok 12 th 2013 (Infark miokard)
 
Pengobatan asam urat
Pengobatan asam uratPengobatan asam urat
Pengobatan asam urat
 
Nyeri sendi
Nyeri sendiNyeri sendi
Nyeri sendi
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
 
kelainan kongenital muskuloskeletalblog
kelainan kongenital muskuloskeletalblogkelainan kongenital muskuloskeletalblog
kelainan kongenital muskuloskeletalblog
 
Kasus sistem saraf
Kasus sistem sarafKasus sistem saraf
Kasus sistem saraf
 
Makalah Infark Miokard Akut dan contoh kasus
Makalah Infark Miokard Akut dan contoh kasusMakalah Infark Miokard Akut dan contoh kasus
Makalah Infark Miokard Akut dan contoh kasus
 

Similar to Pleno skenario 5 blok dms kelompok 11

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MUSKULOSKELETAL PADA KASUS METABOLIK.pptx
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MUSKULOSKELETAL PADA KASUS METABOLIK.pptxPENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MUSKULOSKELETAL PADA KASUS METABOLIK.pptx
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MUSKULOSKELETAL PADA KASUS METABOLIK.pptxDirgaYusa4
 
Rematik usia lanjut final pp mandarin
Rematik usia lanjut final pp mandarinRematik usia lanjut final pp mandarin
Rematik usia lanjut final pp mandarinfernleaf4
 
NYERI OSTEOARTRITIS.basgfsfsfgsyyhwbvscxcvbx
NYERI OSTEOARTRITIS.basgfsfsfgsyyhwbvscxcvbxNYERI OSTEOARTRITIS.basgfsfsfgsyyhwbvscxcvbx
NYERI OSTEOARTRITIS.basgfsfsfgsyyhwbvscxcvbxssuserd986061
 
Asuhankeperawatanpadapenyakitpaget 121019130433-phpapp02
Asuhankeperawatanpadapenyakitpaget 121019130433-phpapp02Asuhankeperawatanpadapenyakitpaget 121019130433-phpapp02
Asuhankeperawatanpadapenyakitpaget 121019130433-phpapp02rentini Joentak
 
Asuhan keperawatan pada penyakit paget
Asuhan keperawatan pada penyakit pagetAsuhan keperawatan pada penyakit paget
Asuhan keperawatan pada penyakit pagetOkta-Shi Sama
 
nyeri sendi pada dewasa dan tatalaksanaa
nyeri sendi pada dewasa dan tatalaksanaanyeri sendi pada dewasa dan tatalaksanaa
nyeri sendi pada dewasa dan tatalaksanaaklinikanugerah2021
 
PPT PATOBIOLOGI G. MUSKOLUSKELETAL.pptx
PPT PATOBIOLOGI G. MUSKOLUSKELETAL.pptxPPT PATOBIOLOGI G. MUSKOLUSKELETAL.pptx
PPT PATOBIOLOGI G. MUSKOLUSKELETAL.pptxyenaharmelayati1
 
Tulang.pptx tik
Tulang.pptx tikTulang.pptx tik
Tulang.pptx tikrizkiadi
 
Edukasi Awam Osteoporosis.pptx
Edukasi Awam Osteoporosis.pptxEdukasi Awam Osteoporosis.pptx
Edukasi Awam Osteoporosis.pptxAliAbdullah291997
 
fdokumen.com_osteoporosis-ppt-55c0937b773b4.pptx
fdokumen.com_osteoporosis-ppt-55c0937b773b4.pptxfdokumen.com_osteoporosis-ppt-55c0937b773b4.pptx
fdokumen.com_osteoporosis-ppt-55c0937b773b4.pptxsuryadi_wirawan
 
110665563-Osteoporosis-Ppt.pptx
110665563-Osteoporosis-Ppt.pptx110665563-Osteoporosis-Ppt.pptx
110665563-Osteoporosis-Ppt.pptxfifi994176
 

Similar to Pleno skenario 5 blok dms kelompok 11 (20)

Ppt tutorial
Ppt tutorialPpt tutorial
Ppt tutorial
 
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MUSKULOSKELETAL PADA KASUS METABOLIK.pptx
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MUSKULOSKELETAL PADA KASUS METABOLIK.pptxPENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MUSKULOSKELETAL PADA KASUS METABOLIK.pptx
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MUSKULOSKELETAL PADA KASUS METABOLIK.pptx
 
Rematik usia lanjut final pp mandarin
Rematik usia lanjut final pp mandarinRematik usia lanjut final pp mandarin
Rematik usia lanjut final pp mandarin
 
Osteoatritis irahmal
Osteoatritis irahmalOsteoatritis irahmal
Osteoatritis irahmal
 
Osteoporosis shb
Osteoporosis shbOsteoporosis shb
Osteoporosis shb
 
NYERI OSTEOARTRITIS.basgfsfsfgsyyhwbvscxcvbx
NYERI OSTEOARTRITIS.basgfsfsfgsyyhwbvscxcvbxNYERI OSTEOARTRITIS.basgfsfsfgsyyhwbvscxcvbx
NYERI OSTEOARTRITIS.basgfsfsfgsyyhwbvscxcvbx
 
Asuhankeperawatanpadapenyakitpaget 121019130433-phpapp02
Asuhankeperawatanpadapenyakitpaget 121019130433-phpapp02Asuhankeperawatanpadapenyakitpaget 121019130433-phpapp02
Asuhankeperawatanpadapenyakitpaget 121019130433-phpapp02
 
Asuhan keperawatan pada penyakit paget
Asuhan keperawatan pada penyakit pagetAsuhan keperawatan pada penyakit paget
Asuhan keperawatan pada penyakit paget
 
nyeri sendi pada dewasa dan tatalaksanaa
nyeri sendi pada dewasa dan tatalaksanaanyeri sendi pada dewasa dan tatalaksanaa
nyeri sendi pada dewasa dan tatalaksanaa
 
370504081-Lp-Rematik.docx
370504081-Lp-Rematik.docx370504081-Lp-Rematik.docx
370504081-Lp-Rematik.docx
 
7 artritis-rhematoi-67-73
7 artritis-rhematoi-67-737 artritis-rhematoi-67-73
7 artritis-rhematoi-67-73
 
PPT PATOBIOLOGI G. MUSKOLUSKELETAL.pptx
PPT PATOBIOLOGI G. MUSKOLUSKELETAL.pptxPPT PATOBIOLOGI G. MUSKOLUSKELETAL.pptx
PPT PATOBIOLOGI G. MUSKOLUSKELETAL.pptx
 
Catatan pbl 2
Catatan pbl 2Catatan pbl 2
Catatan pbl 2
 
Tulang.pptx tik
Tulang.pptx tikTulang.pptx tik
Tulang.pptx tik
 
Tulang.pptx tik
Tulang.pptx tikTulang.pptx tik
Tulang.pptx tik
 
Tulang.pptx tik
Tulang.pptx tikTulang.pptx tik
Tulang.pptx tik
 
Tulang.pptx tik
Tulang.pptx tikTulang.pptx tik
Tulang.pptx tik
 
Edukasi Awam Osteoporosis.pptx
Edukasi Awam Osteoporosis.pptxEdukasi Awam Osteoporosis.pptx
Edukasi Awam Osteoporosis.pptx
 
fdokumen.com_osteoporosis-ppt-55c0937b773b4.pptx
fdokumen.com_osteoporosis-ppt-55c0937b773b4.pptxfdokumen.com_osteoporosis-ppt-55c0937b773b4.pptx
fdokumen.com_osteoporosis-ppt-55c0937b773b4.pptx
 
110665563-Osteoporosis-Ppt.pptx
110665563-Osteoporosis-Ppt.pptx110665563-Osteoporosis-Ppt.pptx
110665563-Osteoporosis-Ppt.pptx
 

Pleno skenario 5 blok dms kelompok 11

  • 1. PLENO SKENARIO 5 “NYERI LUTUT” KELOMPOK 11 BLOK DERMATOMUSKULOSKELETAL Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2012
  • 2. Anggota Kelompok 11 1. Annisa Nuraisa Djausal 1118011010 2. Cici Yuliana Sari 1118011025 3. Fariz Fadly Tanjung 1118011039 4. Ferina Dwi Marinda 1118011044 5. Jihan Nurlela 1118011063 6. Muhammad Yogie Fadli 1118011082 7. Niluh Ita Pasyanti 1118011085 8. Ratih Nur Indah Siregar 1118011106 9. Selvia Farahdina 1118011124 10. Tegar Dwi Prakoso N 1118011133
  • 3. SKENARIO Seorang perempuan umur 57 tahun, ibu Rumah Tangga, dibawa ke poliklinik denga keluhan nyeri kedua lutut yang dialami sejak 4 bulan terakhir ini, terutama saat beraktivitas, sulit berdiri dari posisi jongkok. Bengkak dan kemerahan pada kedua lutut. Nyeri juga dirasakan pada jari-jari tangan. Berat badan 65 kg, Tinggi Badan 158 cm. Akibat nyeri yang terus-menerus pasien mengaku menjadi sulit tidur, sering berdebar-debar karena mengkhawatirkan penyakitnya yang tak kunjung sembuh meskipun telah berulang kali minum obat yang dibeli di warung. Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dokter memberikan obat dan merujuk ke bagian fisioterapi.
  • 4. Gejala pada pasien dan DD • Umur > 50 tahun dan wanita (OA) • Nyeri kedua lutut (simetris) sejak 4 bulan (RA) • Nyeri saat aktivitas (OA) • Bengkak kemerahan simetris (RA) • IMT = 26 / gemuk (OA) • Nyeri pada jari tangan (OA,RA,Gout)
  • 6. Osteoartritis STANDAR KOMPETENSI : 4 • DEFINISI Osteoartritis (OA) ialah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini bersifat kronik, berjalan progresif lambat, tidak meradang, dan ditandai oleh adanya dterioasi dan abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru pada permukaan persendian. (Patofisiologi, Sylvia)
  • 7. Faktor Resiko 1. UMUR Hampir tidak pernah pada anak-anak Jarang pada umur < 40 tahun Sering pada umur > 60 tahun 2. JENIS KELAMIN < 45 tahun Pria = Wanita > 50 tahun Pria < Wanita
  • 8. 3. SUKU BANGSA Pada kulit hitam dan asia lebih jarang dari pada Kaukasia. 4. GENETIK Adanya mutasi dalam gen prokolagen II
  • 9. 5. KEGEMUKAN DAN PENYAKIT METABOLIK • Obesitas meningkatkan resiko OA. • Selain faktor mekanis akibat obesitas maka faktor metabolik juga berperan. • Pasien OA mempunyai resiko penyakit jantung Koroner dan Hipertesi yang lebih besar dapiada orang-orang tanpa OA.
  • 10. 6. CEDERA SENDI, PEKERJAAN, DAN OLAH RAGA • Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus meningkatkan resiko OA. • Cedera sendi dan olah raga yang sering menimbulkan cedera sendi berkaitan dengan OA yang lebih tinggi.
  • 11. 7. KELAIANAN PERTUMBUHAN • Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha (misalnya penyakit Perthes dan dislokasi kongenital paha) telah dikaitkan dengan timbulnya OA paha pada usia muda.
  • 12. KLASIFIKASI OA  Osteoartritis primer disebabkan oleh tekanan yang berlebihan pada sendi yang menahan berat tubuh atau tekanan yang normal pada sendi yang lemah.  OA primer sering menyerang sendi jari-jari, panggul dan lutut, tulang belakang servikal dan lumbal, serta ibu jari.  Obesitas juga meningkatkan tekanan pada sendi yang menahan berat badan.  OA primer sering dicetuskan kerusakan enzim, penyakit tulang, dan gangguan fungsi hati.
  • 13. KLASIFIKASI OA Osteoartritis sekunder disebabkan oleh trauma kronik atau tiba-tiba pada sendi. OA sekunder dapat terjadi pada beberapa sendi. OA sekunder berhubungan dengan beberapa faktor, antara lain: 1. Trauma, termasuk trauma olah raga 2. Stress yang berulang berhubungan dengan pekerjaan 3. Episode artritis gout atau artritis septik yang berulang 4. Postur tubuh yang kurang baik atau kelainan tulang yang disebabkan oleh perkembangan yang tidak normal 5. Kelainan metabolik dan endokrin
  • 14. Patogenesis OA A. Tulang rawan sendi Stage I : Gangguan atau perubahan matriks kartilago.  peningkatan konsentrasi air o.k gangguan mekanik, degradasi makromolekul matriks, atau perubahan metabolisme kondrosit. Stage II : Respon kondrosit terhadap gangguan atau perubahan matriks.  Respon ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun. Stage III : Penurunan respon kondrosit.  Kegagalan respon kondrosit untuk menggantikan atau mempertahankan jaringan mengakibatkan kerusakan tulang rawan sendi disertai dan diperparah oleh penurunan respon kondrosit.
  • 15. B. Perubahan Tulang. • peningkatan densitas tulang subchondral, • pembentukan rongga-rongga yang menyerupai kista yang mengandung jaringan myxoid, fibrous, atau kartilago. • Peningkatan densitas tulang merupakan akibat dari pembentukan lapisan tulang baru pada trabekula biasanya merupakan tanda awal dari penyakit degenerasi sendi pada tulang subchondral. • Remodeling tulang disertai dengan kerusakan tulang sendi rawan mengubah bentuk sendi dan dapat mengakibatkan shortening dan ketidakstabilan tungkai yang terlibat. • Pertumbuhan osteofit diikuti dengan perubahan tulang rawan sendi serta tulang subchondral dan metafiseal.
  • 16. C. Jaringan Periartikuler. Kerusakan tulang rawan sendi mengakibatkan perubahan sekunder dari synovium, ligamen, kapsul, serta otot yang menggerakan sendi yang terlibat. Membran sinovial sering mengalami reaksi inflamasi ringan serta sedang dan dapat berisi fragmen-fragmen dari tulang rawan sendi.Semakin lama ligamen, kapsul dan otot menjadi contracted. Kurangnya penggunaan sendi dan penurunan ROM mengakibatkan atropi otot. Perubahan sekunder ini sering mengakibatkan kekakuan sendi dan kelemahan tungkai.
  • 17. PATOFISIOLOGI OA Perubahan morfologi pada OA 1. kerusakan fokal kartilago sendi yang progresif 2. pembentukan tulang baru (osteofit) Hal tersebut terjadi karena ketidak seimbangan faktor degradatif dan regeneratif.
  • 18. DEGRADATIF REGENERATIF ENZIM ENZIM lisosomal protease (cathepsin), Tissue inhibitor of metalloproteinases Plasmin (TIMP) Matrix metalloproteinases / MMPs Plasminogen activator inhibitor-1 (PAI-1) (stromelysin, collagenase, dan gelatinase) SITOKIN FAKTOR PERTUMBUHAN Interleukin-1 (IL-1) Insulin-like growth factor-1 (IGF-1), Transforming growth factor- β (TGF-β) Basic fibroblast growth factor yang berfungsi merangsang sintesis proteoglikan. RADIKAL BEBAS Nitric oxide (NO)
  • 19. Genetic predisposition Multiple etiological factors Changed chondrocyte function / Mechanical stress Release of destructive enzymes Alteration of proteoglikan matrix Alteration of collagen matrix Mineralization Cartilage changes Synovial inflamation Cartilage destruction Symptomatic Osteoarthritis
  • 21.
  • 23. GAMBARAN KLINIS • Nyeri sendi • Nyeri bersifat tumpul dan bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. • Nyeri malam hari, yang mengganggu tidur. • Nyeri pada OA akibat radikulopati, misalnya pada OA servikal dan lumbal. OA lumbal yang menimbulkan stenosis spinal mungkin menimbulkan keluhan nyeri di betis, yang biasa disebut dengan claudicatio intermitten.
  • 24. • Hambatan gerakan sendi • Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri. • Kaku pagi • Kurang dari 30 menit.
  • 25. • Krepitasi • Rasa gemertak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit. Muncul pada keadaan yang lebih lanjut dari OA. • Pembesaran sendi • Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (seringkali terlihat di lutut atau tangan) secara pelan-pelan membesar.
  • 26. DIAGNOSIS PEMERIKSAAN FISIK 1. Krepitasi 2. Hambatan gerak 3. Pembengkakan sendi yang seringkali asimetri 4. Tanda-tanda peradangan 5. Perubahan bentuk (deformitas) sendi yang permanen 6. Perubahan gaya berjalan
  • 27. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK • Radiografi sendi yang terkena Gambaran radiografi sendi yang menyokong diagnosis OA ialah : 1. Penyempitan celah / rongga sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian yang menganggung beban) 2. Peningkatan densitas (sklerosis) tulang subkondral 3. Kista tulang 4. Osteofit pada pinggir sendi (marginal osteophytes) 5. Perubahan struktur anatomi sendi
  • 28. Kriteria perubahan radiologi menurut Kellgren & Lawrence KRITERIA PERUBAHAN 1 Pembentukan osteofit pada sisi sendi atau pada perlekatan ligamentum 2 Periarticular ossicles (kista), ditemukan terutama pada sendi DIP dan PIP 3 Penyempitan rongga sendi disebabkan karena sklerosis tulang subkondral 4 Daerah kista dengan dinding sklerotik pada tulang subkondral 5 Perubahan bentuk ujung tulang, sebagian besar pada kaput femoralis
  • 29. Gambaran Radiologi pada Osteoartritis Gambaran sendi tungkai normal Adanya pembentukan osteofit dan penyempitan celah sendi pada sendi tungkai
  • 30. Gambaran Radiologi pada Osteoartritis Gambaran sendi panggul normal Adanya pembentukan osteofit pada sendi panggul
  • 31. Gambaran Radiologi pada Osteoartritis Pembentukan sklerosis subkondral Osteofit pada Osteoartritis erosif sendi jari tangan (pada tahap lanjut) (DIP 1)
  • 32. Gambaran Radiologi pada Osteoartritis
  • 33. KRITERIA DIAGNOSA (Altman dkk,1986) Klinis 1. Umur >50 th 2. Stifness<30 menit 3. Krepitasi 4. Nyeri tekan 5. Pembesaran tulang daerah sendi 6. Tak terlihat tanda radang (Nyeri sendi+minimal 3 dari 6 gejala di atas)
  • 34. KRITERIA DIAGNOSA (Altman dkk,1986) Klinis dan Radiologis 1. Umur > 50 tahun 2. Stiffness<30 menit 3. Krepitasi 4. Osteofit ( Osteofit + minimal 1 dari 3 gejala klinis di atas)
  • 35. PEMERIKSAAN PENUNJANG LAIN • Arthroscopy Arthroscopy merupakan metode langsung untuk melihat sinovium dan mengklasifikasikan tingkat keparahan berdasarkan gambaran kartilago. Grade Description Swelling and softening of cartilage. Edema and cellular 1 infiltrate 2 Superficial fibrillation 3 Deeper and large cartilage fibrillation 4 Visualisation of underlying subchondral bone
  • 36. PENATALAKSANAAN Early  Hilangkan nyeri  Latihan gerak sendi  Kurangi BB Intermediate  Dekompresi subkondral  Redistribusi BB pada tulang rawan yg sehat Late  Operasi(Artrodesis,Osteotomie,Artroplasty)
  • 37. FARMAKOLOGI Pada dasarnya terapi farmakologi pada OA dapat dikelompokkan ke dalam 3 kelompok, yaitu : 1. Medikamentosa sistemik •Analgesik •Anti-inflamasi non steroid (AINS) •Obat-obat penghambat progresivitas penyakit 2. Medikamentosa topikal 3. Medikamentosa intraartikular Kortikosteroid Viscosupplementation
  • 38. Medikamentosa sistemik Analgesik • Parasetamol (asetamonifen) dosis 2,6 – 4 g/hari. Anti-inflamasi non steroid (AINS) • Ibuprofen 400 mg PO; maksimal 2400 mg/hari. • Aspirin • COX-2 (COX-2 inhibitors), seperti :Rofecoxib, Celecoxib.
  • 39. Medikamentosa sistemik Obat-obat penghambat progresivitas penyakit. Chondroprotective agent Menghambat Degradasi Matriks • Tetrasiklin dan derivat • Glikosaminoglikan • Vitamin C, superoksida dismutase Meningkatkan sintesis matriks • Asam Hialurotan • Glikosaminoglikan • Kondroin sulfat.
  • 41. Medikamentosa intraartikular • Kortikosteroid • Viscosupplementation • Asam Hialuronat • Platelete Rich Plasma (PRP)
  • 42.
  • 43. Non Farmakologik • Perlindungan sendi • Menggunakan tongkat, tidak beraktivitas berlebihan, istirahat yang periodik. • Diet • Obesitas meningkatkan faktor resiko perkembangan osteoartritis • Defisiensi vitamin C akan memicu perkembangan kartilago menjadi lemah • Defisiensi Vitamin D meningkatkan resiko terjadinya penyempitan celah sendi dan perkembangan OA.
  • 44. Non Farmakologik • Fisioterapi Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan OA, yang meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan yang tepat. Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi OA.
  • 45. OPERASI • osteotomi :untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian. • Debridemen sendi: menghilangkan fragmen tulang rawan sendi. • Pembersihan osteofit, atroplasti total atau parsial, dan atrodesis. Kondroplasti (atroplasti abrasi) telah mempeoleh perhatian untuk pengobatan OA. • Total Knee Replacement
  • 47. KOMPLIKASI Komplikasi yang utama pada OA adalah nyeri. Tingkat nyeri berbeda- beda, dari ringan menjadi berat. PENCEGAHAN Pencegahan primer dan sekunder sebaiknya dipikirkan dalam pengobatan OA. Mengatur berat badan ideal merupakan faktor utama untuk mencegah OA pada sendi-sendi yang menahan tubuh. Asupan vitamin D juga mempengaruhi osteoarthritis. Asupan yang kurang berhubungan dengan peningkatan progresifitas OA. PROGNOSIS Prognosis OA umumnya baik. Dengan obat-obat konservatif, sebagian besar nyeri pasien dapat teratasi. Hanya kasus-kasus yang berat memerlukan operasi
  • 48. RHEUMATOID ARTHRITIS STANDAR KOMPETENSI : 2 • DEFINISI • Rheumatoid arthritis (RA) adalah penyakit autoimun kronik yang menyerang sendi dan disebabkan adanya peradangan oleh sitokin, kemokin dan metaloprostease. • Artritis Reumatoid ditandai dengan adanya peradangan dari lapisan selaput sendi (sinovium) yang mana menyebabkan sakit, kekakuan, hangat, bengkak dan merah. Peradangan sinovium dapat menyerang dan merusak tulang dan kartilago.
  • 49. Epidemiologi Prevalensi Artritis Reumatoid adalah sekitar 1 persen populasi (berkisar antara 0,3 sampai 2,1 persen).15 Artritis Reumatoid lebih sering dijumpai pada wanita, dengan perbandingan wanita dan pria sebesar 3:1.7 Perbandingan ini mencapai 5:1 pada wanita dalam usia subur.
  • 50. Etiologi Penyebab Artritis Reumatoid masih belum diketahui secara pasti tetapi terdapat beberapa kemungkinan. 1. Genetik, seseorang dengan HLA-DR4 memiliki resiko relatif 4:1 untuk menderita penyakit ini. 2. Hormonal, Kecenderungan wanita untuk menderita AR dan sering dijumpainya remisi pada wanita yang sedang hamil. 3. Infeksi, Walaupun hingga kini belum berhasil dilakukan isolasi suatu mikroorganisme dari jaringan sinovial. Agen infeksiusnya adalah adalah bakteri, mikoplasma atau virus
  • 51. PATOFISIOLOGI Pada arthritis rheumatoid, reaksi autoimun terjadi dalam jaringan synovial. Proses fagosistosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membrane synovial dan akhirnya pembentukkan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degenerative dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot.
  • 52. GAMBARAN KLINIS • Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan demam. • Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi- sendi interfalangs distal. • Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat generalisata tatapi terutama menyerang sendi-sendi. • Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik. • Deformitas: kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit. • Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar sepertiga orang dewasa penderita arthritis rheumatoid. • Manifestasi ekstra-artikular: artritis reumatoid juga dapat menyerang organ-organ lain di luar sendi.
  • 54. PENATALAKSANAAN Farmakologi Terapi simptomatis.  Analgesik  Antiinflamasi  Kortikosteroid  NSAID Terapi kausatif  DISEASE-MODIFYING ANTI- RHEUMATIC DRUGS (DMARDs)
  • 55. TERAPI SIMPTOMATIS. 1. Analgetic : 4. Anti inflamasi non steroid (NSAID)  paracetamol (1-2 gr/hari) Ibuprofen (600-1200  codein (30 mg tiap 4 jam) mg/hari) Naproxen (375-750 mg/hari) Piroxicam (10-40 mg/hari) 2. Anti inflamasi : Profenid (100-600 mg/hari)  Aspirin ( 5 gr/ hari) Ketoprofen (100-200  Indomethasin (25-150 mg/hari) mg/hari)  Phenylbutazone (200-400 mg/hari)  Oxyphenbutazone (200-400 mg/hari) 3. Corticosteroid :  Diberikan pada nyeri yang kuat  Dosis minimal  Prednisone 10 -15 mg/hari  Hydrocortisone asetate intra articular 20-50 mg
  • 56. TERAPI KAUSATIF • Klorokuin, paling banyak digunakan karena harganya terjangkau, namun efektivitasnya lebih rendah dibandingkan dengan yang lain. Dosis anjuran klorokuin fosfat 250 mg/hari hidrosiklorokuin 400 mg/hari. • Sulfasalazin dalam bentuk tablet bersalut enteric digunakan dalam dosis 1 x 500 mg/hari, ditingkatkan 500 mg per minggu, sampai mencapai dosis 4 x 500 mg. Setelah remisi tercapai, dosis dapat diturunkan hingga 1 g/hari untuk dipakai dalam jangka panjang sampai tercapai remisi sempurna.
  • 57. DISEASE-MODIFYING ANTI- RHEUMATIC DRUGS (DMARDs) • D-penisilamin, kurang disukai karena bekerja sangat lambat. Digunakan dalam dosis 250-300 mg/hari, kemudian dosis ditingkatkan setiap 2-4 minggu sebesar 250-300 mg/hari untuk mencapai dosis total 4x 250-300 mg/hari. • Metotreksat sangat mudah digunakan dan waktu mula kerjanya relatif pendek dibandingkan dengan yang lain. Dosis dimulai 5-7,5 mg setiap minggu. Bila dalam 4 bulan tidak menunjukkan perbaikan, dosis harus ditingkatkan. Dosis jarang melebihi 20 mg/minggu.
  • 58. DISEASE-MODIFYING ANTI- RHEUMATIC DRUGS (DMARDs) • Garam emas adalah gold standard bagi DMARD. Khasiatnya tidak diragukan lagi meski sering timbul efek samping. Auro sodium tiomalat (AST) diberikan intramuskular, dimulai dengan dosis percobaan pertama sebesar 10 mg, seminggu kemudian disusul dosis kedua sebesar 20 mg. Seminggu kemudian diberikan dosis penuh 50 mg/minggu selama 20 minggu. Dapat dilanjutkan dengan dosis tambahan sebesar 50 mg tiap 2 minggu sampai 3 bulan. Jika diperlukan, dapat diberikan dosis 50 mg setiap 3 minggu sampai keadaan remisi tercapai.
  • 59. GOUT DEFENISI • Gout adalah penyakit yang disebabkan penimbunan kristal monosodium urat monohidrat di jaringan akibat adanya supersaturasi asam urat. • Gout ditandai dengan peningkatan kadar urat dalam serum, serangan artritis gout akut, terbentuknya tofus, nefropati gout dan batu asam urat.
  • 60. EPIDEMIOLOGI • Arthritis gout lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan, puncaknya pada dekade ke-5. Di Indonesia, arthritis gout terjadi pada usia yang lebih muda, sekitar 32% pada pria berusia kurang dari 34 tahun. Pada wanita, kadar asam urat umumnya rendah dan meningkat setelah usia menopause.
  • 61. ETIOLOGI • Gejala arthritis gout akut disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan terhadap pembentukan kristal monosodium urat monohidrat. Karena itu, dilihat dari penyebabnya, penyakit ini termasuk dalam golongan kelainan metabolic. • Asam urat merupakan zat sisa yang dibentuk oleh tubuh pada saat regenerasi sel.
  • 62. PATOGENESIS • Gout Primer (90% dari semua kasus): Mayoritas bersifat idiopatik (>95%), memiliki pewarisan yang multifaktorial dan berkaitan dengan produksi berlebih asam urat dengan ekskresi asam urat yang normal atau meningkat atau produksi asam urat yang normal dengan ekskresi yang kurang; penggunaan alkohol dan obesitas merupakan faktor predisposisi. • Gout Sekunder (10% dari semua hasus): Sebagian besar berkaitan dengan peningkatan pergantian asam nukleat yang terjadi pada hemolisis kronik, polisitemia, leukemia dan limfoma.
  • 63. GOLONGAN MAKANAN MENGANDUNG PURIN Golongan A Makanan yang mengandung purin tinggi ( 150-800mg/100gr makanan ). Contoh : jeroan, udang, remis, kerang, ekstrak daging ( abon / dendeng ), sardin, ragi, alkohol. Golongan B Makanan yang mengandung purin sedang ( 50-150mg/100gr makanan ). Contoh : kacang-kacangan kering, bayam, kembang kol, asparagus, buncis, jamur, singkong, pepaya, kangkung. Golongan C Makanan yang mengandung purin rendah ( 0-50mg/100gr makanan ). Contoh : keju, susu, telur, sayuran lain, buah-buahan.
  • 64. GAMBARAN KLINIS Hiperurisemia asimptomatik  Pada stadium ini kadar asam urat tinggi.  Tidak ada gejala arthritis, tofi, urolitiasis. Arthritis gout akut  Perjalanannya eksplosif, diduga ada faktor presipitasi.  Serangan bersifat monoartikuler.  50% lokasi pada MTP 1.  Serangannya biasanya pada malam hari.  Self-limiting dalam 10 hari -> jika diobati sembuh dalam 3 hari.  Kadar asam urat tidak selalu tinggi dalam darah.  Pada pria timbul pada usia 30-45tahun, wanita pada saat pasca menopause.
  • 65. Interkritikal gout  Fase tenang setelah serangan pertama.  Berlangsung 6 bulan-2 tahun, bahkan sampai 5 atau 10 tahun.  Pada fase ini dapat terjadi kerusakan sendi. Arthritis pirai kronik dengan tofus  Mulai dari serangan pertama sampai kronisitas memerlukan waktu 11 tahun.  Serangan bersifat poliartikuler.  Tofus terbentuk bila kadar asam urat >9mg%, terdiri dari monosodium urat yang dikelilingi oleh sel inflamasi.  Lokasi tofus: tulang rawan, tendon, sinovial, lemak, katup mitral, miokard, mata dan laring.  Tofus subkutan bisa ditemukan pada jari, pergelangan tangan, telinga, prepatella dan olekranon.
  • 66. DIAGNOSIS Menurut criteria ACR ( American Collage of Rheumatology ) diagnosis dapat ditegakkan jika: A. menemukan monosodium urat dalam cairan sinovial atau B. ditemukan tofus yang mengandung kristal MSU atau C. ditemukan 6 dari 12 kriteria dibawah ini: 1. inflamasi maksimal hari pertama 2. arthritis monoartikuler 3. kulit diatas sendi kemerahan 4. bengkak + nyeri pada MTP1 5. dicurigai tofi 6. hiperurisemia 7. pembengkakan sebuah sendi asimetrik pada foto roentgen 8. kista subkortikal tanpa erosi pada foto roentgen 9. kultur cairan sendi selama serangan inflamasi negative
  • 68. PENATALAKSANAAN NSAID Merupakan terapi lini pertama untuk pasien yang mengalami serangan gout akut dengan mengurangi rasa nyeri. • Indometasin dengan dosis 150-200 mg/hari selama 2-3 hari dan 75-100 mg/hari untuk minggu berikutnya. Kolkisin Merupakan terapi spesifik dan efektif bagi pasien gout akut. Mekanisme : • Menghentikan inflamasi ( tanpa mengurangi kadar asam urat ) dengan cara berikatan dengan tubulin depolimerisasi → menghambat mobilitas granulosit → memblok difisi sel → menghambat sintesis dan pelepasan leukotrien.
  • 69. Allopurinol Suatu analog purin yang dapat menjadi obat pilihan bagi pasien Gout kronik. Mekanisme : • Menurunkan produksi asam urat dengan cara mengambat enzim Xanthin Oksidase dalam mengkatalisis Hipoxanthin dan Xanthin. Probenesid dan Sulpinfirazon Mekanisme : • Meningkatkan eliminasi asam urat melalui urin ( urkosurik ) sehingga kadar asam urat dalam darah menurun.
  • 70. KOMPLIKASI 1. Nefrolitiasis urat : insiden terbentuknya kembali batu. Insiden meningkat dengan peningkatan eksresi asam urat. PH urine menurun, riwayat keluarga atau diri sendiri pernah memiliki batu asam urat. 2. Gagal ginjal akut : dapat terjadi setelah pelepasan massif asam urat yang berlansung pada pasien yang telah mengalami pengobatan karena kelainan mielo- atau limfoproliferatif.