Dokumen tersebut membahas tentang pendekatan klinis terhadap nyeri sendi. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan definisi nyeri sendi dan bagian-bagian tubuh yang terkait, etiologi penyebabnya seperti faktor imun, metabolik, genetik dan lingkungan, patofisiologi dan gejalanya, serta pendekatan diagnosis berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan diagnosa banding untuk rheumatoid arthritis, gout arthritis, dan osteoarthritis.
3. Definisi Nyeri Sendi
Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang nyata atau yang
berpotensial untuk menimbulkan kerusakan jaringan. Nyeri didefinisikan
sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan eksistensinya
diketahui bila seseorang pernah mengalaminya. Menurut International
Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah pengalaman perasaan
emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual
maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
Sendi adalah pertemuan antara dua tulang atau lebih, sendi
memberikan adanya segmentasi pada rangka manusia dan memberikan
kemungkinan variasi pergerakan diantara segmen-segmen serta kemungkinan
variasi pertumbuhan. Nyeri sendi adalah suatu akibat yang diberikan tubuh
karena pengapuran atau akibat penyakit lain.
4. Etiologi Nyeri Sendi
a. Mekanisme imunitas
Penderita nyeri sendi mempunyai auto anti body di dalam serumnya yang di kenal sebagai
faktor rematoid anti bodynya adalah suatu faktor antigama globulin (IgM) yang bereaksi
terhadap perubahan IgG titer yang lebih besar 1:100, Biasanaya di kaitkan dengan vaskulitis
dan prognosis yang buruk.
b. Faktor metabolik
Faktor metabolik dalam tubuh erat hubungannya dengan proses autoimun.
c. Faktor genetik dan faktor pemicu lingkungan
Penyakit nyeri sendi terdapat kaitannya dengan pertanda genetik. Juga dengan masalah
lingkungan, Persoalan perumahan dan penataan yang buruk dan lembab juga memicu
pennyebab nyeri sendi.
d. Faktor usia
Degenerasi dari organ tubuh menyebabkan usia lanjut rentan terhadap penyakit baik yang
bersifat akut maupun kronik
11. Rheumatoid Arthritis merupakan penyakit inflamasi autoimun sistemik, kronik dan ekstraserbatif pada
persendian dengan target jaringan synovial.
Patofisiologi
• Serangan pertama karakteristiknya berupa SINOVITIS (inflamasi pada jaringan synovial sendi)
• Sinovium menebal Hiperemisis Akumulasi cairan dalam ruang sendi Pannus
• Pannus : granulasi jaringan vasculer, berisi sel inflamasi yang mengikis “Articular Cartilage”
dan pada akhirnya merusak tulang adhesi jaringan ikat
Rheumatoid Arthritis (RA)
12. Etiologi dan Faktor risiko
Arthritis RA terjadi akibat adanya predisposisi genetic, terutama HLA-DR4 dan
HLA-DR1, yang menimbulkan reaksi imunologis pada membrane synovium. RA
lebih sering terjadi pada perempuan dengan rasio 3:1 jika dibandingkan
dengan laki-laki, serta insidensitertinggi ditemukan pada usia 20-45 tahun.
Selain pengaruh genetic, factor RA yang lain ialah kemungkinan infeksi
bacterial, virus serta kebiasaan merokok
Rheumatoid Arthritis (RA)
13. Klinis
• Gejala konstitusional : penurunan berat badan, malaise, depresi, demam, dan kakeksia
• Kekakuan sendi pada pagi hari
• Sinovitis : kemerahan, bengkak, panas, maupun nyeri.
• Keterbatasan gerak
Pemeriksaan Penunjang
• Darah perifer : anemia, trombositosis, peningkatan LED dan C-reactive protein
• Analisis cairan sendi inflamasi : leukosit 5.000-50.000/L, PMN >50%, protein meningkat, glukosa
menurun, uji bekuan mucin buruk, kristal (-), kultur bakteri (-)
• Faktor rheumatoid (RF) serum umumnya positif.
Rheumatoid Arthritis (RA)
15. Gout Arthritis
Gout adalah suatu kumpulan gejala yang timbul akibat adanya deposisi kristal monosodium
urat pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat didalam cairan ekstraseluler .
Disebut gout apabila serangan inflamasi terjadi pada articular atau periarticular seperti
bursa dan tendon.
Patogenesis
Apabila konsentrasi asam urat dalam serum lebih besar dari 7 mg/dl Monosodium urat
membentuk kristal dan dapat menyebabkan penumpukan kristal monosodium urat. Kristal
monosodium urat yang menumpuk akan berinteraksi dengan fagosit yang memicu reaksi
inflamasi untuk mencegah kerusakan jaringan.
17. Gout Arthritis
Rekomendasi diagnosis
1. Hiperurisemia tanpa gejala klinis ditandai dengan kadar asam urat serum > 6.8 mg/dl.
2. Serangan artritis gout akut ditandai dengan nyeri hebat, nyeri sentuh/tekan, onset tiba-tiba, disertai bengkak
dengan atau tanpa eritema yang mencapai puncak dalam 6−12 jam pada satu sendi (monoartritis akut). Manifestasi
klinis gout yang tipikal, yaitu podagra berulang disertai hiperurisemia.
3. Diagnosis definitif gout ditegakkan apabila ditemukan kristal MSU pada cairan sendi atau aspirasi tofi.
4. Penemuan kristal MSU dari sendi yang tidak mengalami radang dapat menjadi diagnosis definitif gout pada fase
interkritikal.
5. Direkomendasikan pemeriksaan rutin kristal MSU terhadap semua sampel cairan sendi bersumber dari sendi
dengan inflamasi terutama pada kasus yang belum terdiagnosis.
6. Diagnosis gout akut, gout fase interkritikal, gout kronis dapat ditegakkan dengan kriteria ACR/EULAR 2015.
7. Harus dilakukan evaluasi terhadap faktor risiko gout, penyakit komorbiditas termasuk gambaran sindrom metabolik
(obesitas, hiperglikemia, hiperlipidemia, hipertensi).
8. Gout dan artritis septik bisa merupakan kejadian koinsiden, sehingga pada saat dicurigai terjadi artritis septik harus
dilakukan pemeriksaan pengecatan Gram dan kultur cairan sendi, walaupun telah didapatkan kristal MSU.
18. Gout Arthritis
Rekomendasi diagnosis
9. Kadar asam urat serum merupakan faktor risiko penting gout, namun nilai kadarnya dalam serum tidak dapat
memastikan maupun mengeksklusi adanya gout oleh karena banyak orang mengalami hiperurisemia namun tidak
menderita gout, disamping itu pada serangan gout akut sangat mungkin terjadi saat kadar serum akan normal.
10. Ekskresi asam urat dari ginjal sebaiknya diukur kadarnya pada pasien gout dengan kondisi khusus, terutama pada
mereka yang memiliki riwayat keluarga, gout onset muda yaitu usia <25 tahun atau yang memiliki riwayat batu
ginjal.
11. Pemeriksaan radiografi dapat memberikan gambaran tipikal pada gout kronis dan sangat berguna untuk melakukan
diagnosis banding. Namun, tidak banyak manfaat untuk mengkonfirmasi diagnosis pada fase dini atau gout akut
19. Gout Arthritis
Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan lab serum urat darah, asam urat urine 24 jam
• Pemeriksaan analisis cairan sendi :
Temuan kristal monosodium urat
Cairan sendi sesuai kondisi inflamasi (leukosit 5000-80.000/mm3). Predominan
neutrophil kultur (-)
• Pemeriksaan radiografi dapat memberikan gambaran tipikal pada gout kronis dan sangat
berguna untuk melakukan diagnosis banding. Namun, tidak banyak manfaat untuk
mengkonfirmasi diagnosis pada fase dini atau gout akut.
21. Osteoarthritis
Osteoarthritis merupakan suatu penyakit degenerative akibat kegagalan sendi yang bersifat
kronis dan menyerang persendian, terutama kartilago sendi.
Patogenesis
Osteoarthritis timbul akibat gangguan metabolisme kartilago dan kerusakan proteoglikan
dengan etiologic beragam, salah satunya jejas mekanis dan kimiawi pada synovial sendi.
Ketika sendi mengalami jejas, akan terjadi replikasi kondrosit dan produksi matriks baru.
Kondrosit akan mensintesis DNA dan kolagen serta proteoglikan. Akan tetapi, terjadi ketidak
seimbangan antara sintesis dengan degradasi kolagen dan protein tersebut. Peningkatan
produk hasil degradasi matriks kartilago akan berkumpul di sendi sehingga mengakiatkan
inflamasi.
22. Osteoarthritis
Etiologi
• Usia lebih dari 40
• Jenis kelamin : Wanita sering pada lutut, pria sering pada panggul
• Obesitas
• Abnormalitas metabolic (predisposisi penyakit jantung coroner, dm, hipertensi)
• Cedera sendi (aktivitas, pekerjaan, olahraga dll)
• Kepadatan tulang
Manifestasi klinis
• Nyeri sendi yang bertambah saat aktivitas dan berkurang saat beristirahat
• Kekakuan sendi pada pagi hari
• Deformitas sendi yang permanen
• Perubahan gaya berjalan dan ganguan fungsi sendi
• Pembengkakan sendi yang asimetris akibat adanya efusi dan osteofit
• Tanda inflamasi akut sendi : peningkatan sushu, nyeri tekan, gangguan gerak, kemerahan
23. Osteoarthritis
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium dapat ditemui tanda peradangan. Tidak ditemukan abnomalitas pada
pemeriksaan imunologi. Hasil pemeriksaan lab pada OA umumnya menunjukkan hasil yang
normal, begitu pula pada pemriksaan imunologinya.
Pemeriksaan Radiologi: rontgen genu untuk mengetahui:
o Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada daerah yang
menanggung beban)
o Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral
o Adanya kecurigaan Kista tulang
o Osteofit pada pinggir sendi
o Perubahan struktur anatomi sendi