2. PENDAHULUAN
AutoimunitasAutoimunitas respons imun terhadap antigen jaringanrespons imun terhadap antigen jaringan
sendiri, disebabkan kegagalan mekanisme normal yangsendiri, disebabkan kegagalan mekanisme normal yang
berperan untuk mempertahankan self-tolerance sel B, sel Tberperan untuk mempertahankan self-tolerance sel B, sel T
atau keduanyaatau keduanya
Populasi : 3,5 % menderita penyakit autoimun, lebih banyakPopulasi : 3,5 % menderita penyakit autoimun, lebih banyak
pada wanitapada wanita
Ditemukan auto antibodiDitemukan auto antibodi
Faktor yang berperan / etiologi :Faktor yang berperan / etiologi :
- Infeksi dan kemiripan molekular- Infeksi dan kemiripan molekular
- sequestered antigen- sequestered antigen
- kegagalan autoregulasi- kegagalan autoregulasi
- aktivasi sel B poliklonal- aktivasi sel B poliklonal
- obat-obatan- obat-obatan
- keturunan- keturunan
- lingkungan- lingkungan
3. SPEKTRUM PENYAKIT AUTOIMUNSPEKTRUM PENYAKIT AUTOIMUN
Spektrum sangat luas ; organ spesifikSpektrum sangat luas ; organ spesifik sistemik (non-sistemik (non-
organ spesifik)organ spesifik)
Organ spesifik : organ tunggal, respons langsung thdOrgan spesifik : organ tunggal, respons langsung thd
antigen didalam organ tsbtantigen didalam organ tsbt
Non-organ spesifik : organ multipel, respons autoimunNon-organ spesifik : organ multipel, respons autoimun
terhadap molekul yang tersebar diseluruh tubuh terutama,terhadap molekul yang tersebar diseluruh tubuh terutama,
terutama molekul intra selulerterutama molekul intra seluler
4. TOLERANSI DIRI
Autoimunitas dan toleransi diri
- untuk menghindari penyakit autoimun, pembentukan sel T
dan B yang autoreaktif harus dicegah melalui eliminasi / down
regulation. Sel T (CD4) berperan penting
Toleransi timus
- perkembangan di timus berperan penting dalam eliminasi sel
T yang dapat mengenali peptida protein diri (proses positive
selection) reseptor sel T yang gagal berikatan dengan
molekul MHC di timus akan mati melalui apoptosis
Toleransi perifer
- kontrol lini kedua mengatur sel autoreaktif
5. TOLERANSI DIRI ……………………..
Ignorance
terjadi karena keberadaan antigen terasing di organ
avaskuler spt humor viterus pada mata. Ag tsbt secara
selektif tidak terlihat oleh sistem imun
Pemisahan sel T autoreaktif dengan autoantigen
Anergi dan kostimulasi
Supresi penghambatan populasi sel T yang dapat
mengenal antigen yang sama (sel T supresor)
Toleransi sel B bekerja pada sistem perifer
6. PATOGENESIS
Pelepasan antigen sekuester
Penurunan fungsi sel T supresor
Peningkatan aktivitas sel Th, pintas sel T
Defek timus
Klon abnormal, defek induksi toleransi
Sel B refrakter terhadap sinyal supresor
Defek makrofag
Defek sel stem
Defek jaringan idotip-antiidotip
Gen abnormal : gen respons imun, gen imunoglobulin
Faktor virus
Faktor hormon
7. MEKANISME RUSAKNYA TOLERANSI
Mengatasi toleransi perifer
- berkaitan dgn infeksi dan kerusakan jaringan yang non spesifik
- toleransi perifer yang rusak akibat akses antigen diri yg tidak
tepat pd APC, ekspresi lokal molekul kostimulator yg tdk tepat /
perubahan cara molekul diri dipresentasikan ke sistem imun
Kemiripan molekul
kesamaan struktur protein diri dengan protein mikroorganisme :
ekspansi populasi sel T yg responsif yg dpt mengenal peptida diri
Mekanisme kerusakan jaringan
Diperantarai oleh antibodi (hipersensitivitas tipe II dan III) atau
aktivasi makrofag oleh sel T CD4 atau sel T sitotoksik (IV)
8. PENYAKIT AUTOIMUN MENURUT MEKANISMEPENYAKIT AUTOIMUN MENURUT MEKANISME
1.1. Melalui autoantibodiMelalui autoantibodi autoantigen (AIHA, ITP, Grave,autoantigen (AIHA, ITP, Grave,
Hashimoto, miksedema primer, miastenia gravis, seliak)Hashimoto, miksedema primer, miastenia gravis, seliak)
2.2. Melalui antibodi dan sel TMelalui antibodi dan sel T terbentuk kompleks imunterbentuk kompleks imun
RA dan LES (sistemik), sindrome sjogren, guillain bare,RA dan LES (sistemik), sindrome sjogren, guillain bare,
miastenis gravis, grave, DM, hashimoto, ITP, pemfigus,miastenis gravis, grave, DM, hashimoto, ITP, pemfigus,
dermatomiositis (organ)dermatomiositis (organ)
3.3. Melalui kompleks antigen-antibodiMelalui kompleks antigen-antibodi LES, miastenia gravis,LES, miastenia gravis,
DM tipe I, sklerosis multipelDM tipe I, sklerosis multipel
4.4. Melalui komplemenMelalui komplemen LESLES
9. PENYAKIT AUTOIMUN MENURUT SISTEM ORGANPENYAKIT AUTOIMUN MENURUT SISTEM ORGAN
Darah, saluran cerna, jantung, paru, ginjal, SSP, endokrin, kulit, otot, alatDarah, saluran cerna, jantung, paru, ginjal, SSP, endokrin, kulit, otot, alat
reproduksi, telinga, tenggorok, matareproduksi, telinga, tenggorok, mata
Dibentuk antibodi terhadap antigen jaringan sel alat tubuh alat tubuh semdiriDibentuk antibodi terhadap antigen jaringan sel alat tubuh alat tubuh semdiri
Kadang terdapat antibodi yang tumpang tindihKadang terdapat antibodi yang tumpang tindih
HematologiHematologi
Saluran cerna (anemia pernisiosa, aklorhidria, hepatitis autoimun, sirosis bilierSaluran cerna (anemia pernisiosa, aklorhidria, hepatitis autoimun, sirosis bilier
primer, penyakit inflamasi usus)primer, penyakit inflamasi usus)
Jantung : miokarditis, kardiomiopati, sindroma pasca perikardiotomi dan sindromaJantung : miokarditis, kardiomiopati, sindroma pasca perikardiotomi dan sindroma
pasca infark miokard (penyakit Dressler)pasca infark miokard (penyakit Dressler)
Ginjal : nefropati imunoglobulin A, nefropati membran, sindroma nefropati idiopatik,Ginjal : nefropati imunoglobulin A, nefropati membran, sindroma nefropati idiopatik,
glomerulonefritis mesangiokapiler, GN yang berhubungan dengan infeksi, nefritisglomerulonefritis mesangiokapiler, GN yang berhubungan dengan infeksi, nefritis
tubulointerstitial, sindrom Goodpasturetubulointerstitial, sindrom Goodpasture
Susunan saraf : Guillan Barre, vaskulitis, sklerosis multipel, mielitis transversa,Susunan saraf : Guillan Barre, vaskulitis, sklerosis multipel, mielitis transversa,
neurotis optik, sindrom Devicneurotis optik, sindrom Devic
Endokrin : hipofisis limfositik, tirotoksikosis (Grave), goiter, tiroiditis Hashimoto,Endokrin : hipofisis limfositik, tirotoksikosis (Grave), goiter, tiroiditis Hashimoto,
hipoparatiroidisme, DMhipoparatiroidisme, DM
Reproduksi : endometriosis, infertilitasReproduksi : endometriosis, infertilitas
10. Aotoimun yang berhubungan dengan infeksi
A.A. Virus dan autoimunitas : virus adeno dan Coksaki, hepatitis CVirus dan autoimunitas : virus adeno dan Coksaki, hepatitis C
B.B. Bakteri dan autoimunitas : karditis reumatik, sindroma Reiter,Bakteri dan autoimunitas : karditis reumatik, sindroma Reiter,
eritema nodusumeritema nodusum
Autoimun yang berhubungan dengan obat
A.A. Antibodi antifosfolipid : clorpromazin, fenotiazin, quinidinAntibodi antifosfolipid : clorpromazin, fenotiazin, quinidin
B.B. Pemfigus : efek direk terhadap epidermis atau indirek melaluiPemfigus : efek direk terhadap epidermis atau indirek melalui
modifikasi sistem imunmodifikasi sistem imun
C.C. Kelainan hati : halotan, influran, eritrosin, sulfonamid, dsbKelainan hati : halotan, influran, eritrosin, sulfonamid, dsb
D.D. Psoriasis :Psoriasis :
- berhubungan dgn IFN-- berhubungan dgn IFN-α,, IFN-β, GM-CSF dan IL-2
-- ββ-blocker dapat menginduksi psoriasis-blocker dapat menginduksi psoriasis
11. PENGOBATAN
Prinsip : supresi respons imun atau mengganti fungsi organ
yang rusak
Kontrol metabolik
Obat antiinflamasi
Imunosupresan
Kontrol imunologis riset