SlideShare a Scribd company logo
1 of 56
MODEL
TRANSPORTASI
( Metode Batu Loncatan
/Stepping Stone )
PENJELASAN
Metode ini merupakan metode yang
digunakan untuk menguji soluasi awal yang
telah dilakukan sebelumnya baik metode
NWC, Least Cost, maupun VAM. Hal ini
dikarenakan solusi awal belum menjamin
biaya transptelah optimal, untuk itu
diperlukan pengujian lebih lanjut dengan
menggunakan solusi optimal.
Ada dua metode yang digunakan untuk
mendapat solusi optimal, yaitu :
1. Metode Batu Loncatan (Stepping Stone)
2. Metode MODI ( Modified Distribution
Method)
Suatu kasus pengujian dengan kedua metode
tersebut dikatakan telah optimal apabila
sudah tidak ada lagi penghematan biaya
(tanda negatif) pada prose eksekusi
menggunakan kedua metode tersebut.
1. Langah-langkah metode batu
loncatan (Stepping Stoen).
a. Mencari sel yang kosong
b. Melakukan loncatan pada sel yang terisi.
Keterangan :
1) Loncatan dapat dilakukan secara
vertikel/horizontal.
2) Dalam suatu loncatan tidak boleh dilakukan lebih
dari satu kali loncatan pada baris/kolom yang
sama tersebut.
3) Loncatan dapat dilakukan melewati sel lain
selama sel tersebut terisi.
4). Setelah loncatan pada baris, langkah selanjutnya
loncatan pada kolom dan sebaliknya.
5). Jumlah loncatan bersifat genap (dapat berjumlah
4,6,8 dst.
6). Perhatikan sela yang terisi pada loncatan
berikutnya untuk memastikan proses tersebut
tidak terhambat.
c. Lakukan perhitungan biaya pada sel yang kosong
tersebut, dimulai dari sel yang kosong.
d. Apabila semua telah bernilai positif berarti solusi awal
yang telah dikerjakan sebelumnya telah menghasilkan
biaya transportasi minimum, tetapi apabila masih
terdapat nilai negatif, maka dicari nilai negatif terbesar
(penghematan terbesar).
e. Apabila terdapat tanda negatif, alokasikan produk
dengan melihat proses d, akan tetapi yang dilihat
adalah isi dari sel tersebut. Tambahkan dan kurangkan
dengan isi sel negatif terkecil pada seluruh sel.
f. Lakukan langkah yang sama dengan mengulangi dari
langkah b sampai hasil perhitungan biaya tidak ada
yang bernilai negatif.
Sebelum dilakukan pengujian
menggunakan solusi optimum harus
dipastikan tidak terdapat degenerasi dan
redundansi. Degenerasi dan redundansi
maksudnya tidak terpenuhinya syarat
pengujian bahwa sel yang terisi harus
memenuhi syarat m + n – 1 (m=baris,
n=kolom). Pada degenerasi sel yang
terisi kurang dari persyaratan yang
ditentukan, sedangkan redundansi sel
yang terisi melebih persyaratan yang
ditentukan.
Selanjutnya dengan menggunakan solusi
awal yang telah dikerjakan sebelumnya
(NWC) dilakukan pengujian
menggunakan solusi optimal
menggunakan metode batu loncatan
untuk memastikan apakah biaya
transportasi tersebut telah minimum.
Pada kasus ini tidak terjadi degenerasi
dan redundansi, karena jumlah sel yang
terisi 5 dan memenuhi persyaratan (3 +
3 – 1 = 5).
Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi
Kapasitas
Pabrik
Pabrik
2.400
16
X
10
X
12
2.400
Jakarta
Pabrik
6.00
30
1.000
20
X
24
1.600
Bekasi
Pabrik
X
6
400
18
1.200
20
1.600
Tangerang
Kebutuhan
Pasar
3.000 1.400 1.200 5.600
Ke
Dari
Alokasi Produk dari Pabrik ke daerah pemasaran menurut
metode sudut barat laut (north west corne rules) dan
biaya transportasinya sbb
Dari Ke Jumlah Biaya per
unit
Biaya (Rp)
Jakarta Cirebon 2.400 16.000 38.400.000
Bekasi Cirebon 600 30.000 18.000.000
Bekasi Bandung 1.000 20.000 20.000.000
Tangerang Bandung 400 18.000 7.200.000
Tangerang Sukabumi 1.200 20.000 24.000.000
Total Biaya 107.600.000
Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi
Kapasitas
Pabrik
Pabrik
2.400
16
X
10
X
12
2.400
Jakarta
Pabrik
6.00
30
1.000
20
X
24
1.600
Bekasi
Pabrik
X
6
400
18
1.200
20
1.600
Tangerang
Kebutuhan
Pasar
3.000 1.400 1.200 5.600
Ke
Dari
PERCOBAAN KE-1
Sel yang kosong adalah (J-B); (J-S);(B-S);
dan (T-C). Pergerakan batu loncatan
dimulai dari sel yang kosong (Jakarta-
Bandung) menuju ke Jakarta –Cirebon
selanjutnya ke Bekasi-Cirebon dan
terakhir ke Bekasi-Bandung sebelum
akhirnya kembali ke sel semula.
Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi
Kapasitas
Pabrik
Pabrik
2.400
16
X
10
X
12
2.400
Jakarta
Pabrik
6.00
30
1.000
20
X
24
1.600
Bekasi
Pabrik
X
6
400
18
1.200
20
1.600
Tangerang
Kebutuhan
Pasar
3.000 1.400 1.200 5.600
Ke
Dari
Pergerakan batu loncatan dimulai dari sel
yang kosong (Jakarta- Sukabumi) menuju ke
(Jakarta–Cirebon) selanjutnya ke (Bekasi-
Bandung), kemudian menuju ke (Tangerang-
Bandung) ke (Bekasi-Bandung), ke
(Tangerang-Bandung) dan terakhir
(Tangerang-Sukabumi) sebelum akhirnya
kembali ke sel semula.
Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi
Kapasitas
Pabrik
Pabrik
2.400
16
X
10
X
12
2.400
Jakarta
Pabrik
6.00
30
1.000
20
X
24
1.600
Bekasi
Pabrik
X
6
400
18
1.200
20
1.600
Tangerang
Kebutuhan
Pasar
3.000 1.400 1.200 5.600
Ke
Dari
Pergerakan batu loncatan dimulai
dari sel yang kosong (Bekasi-
Sukabumi) ke (Bekasi-Bandung) ke
Tangerang Bandung dan terakhir ke
(Tangerang-Sukabumi) sebelum
akhirnya kembali ke sel semula.
Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi
Kapasitas
Pabrik
Pabrik
2.400
16
X
10
X
12
2.400
Jakarta
Pabrik
600
30
1.000
20
X
24
1.600
Bekasi
Pabrik
X
6
400
18
1.200
20
1.600
Tangerang
Kebutuhan
Pasar
3.000 1.400 1.200 5.600
Ke
Dari
Pergerakan batu loncatan dimulai
dari sel yang kosong (Tangerang-
Cirebon) ke (Tangerang-Bandung) ke
(Bekasi Bandung) dan terakhir ke
(Bekasi-Cirebon) sebelum akhirnya
kembali ke sel semula.
Sel yang Kosong,
J-B = 10-16+30-20 = 4
J-S = 12-16+30-20+18-20 = 4
B-S = 24-20+18-20 = 2
T-C = 20-30+6-18 = -22
Nilai tersebut yang terendah(nilai
negatif) adalah -22 pada sel TC
Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi
Kapasitas
Pabrik
Pabrik
2.400
16
X
10
X
12
2.400
Jakarta
Pabrik
600-400
30
1.000+400
20
X
24
1.600
Bekasi
Pabrik
400
6
400-400
18
1.200
20
1.600
Tangerang
Kebutuhan
Pasar
3.000 1.400 1.200 5.600
Ke
Dari
Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi
Kapasitas
Pabrik
Pabrik
2.400
16
X
10
X
12
2.400
Jakarta
Pabrik
200
30
1.400
20
X
24
1.600
Bekasi
Pabrik
400
6
X
18
1.200
20
1.600
Tangerang
Kebutuhan
Pasar
3.000 1.400 1.200 5.600
Ke
Dari
Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi
Kapasitas
Pabrik
Pabrik
2.400
16
X
10
X
12
2.400
Jakarta
Pabrik
200
30
1.400
20
X
24
1.600
Bekasi
Pabrik
400
6
X
18
1.200
20
1.600
Tangerang
Kebutuhan
Pasar
3.000 1.400 1.200 5.600
Ke
Dari
PERCOBAN KE-2
SEL KOSONG ADALAH (J-B); (J-S); (B-S); (T-B)
Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi
Kapasitas
Pabrik
Pabrik
2.400
16
X
10
X
12
2.400
Jakarta
Pabrik
200
30
1.400
20
X
24
1.600
Bekasi
Pabrik
400
6
X
18
1.200
20
1.600
Tangerang
Kebutuhan
Pasar
3.000 1.400 1.200 5.600
Ke
Dari
Pergerakan batu loncatan dimulai dari sel
yang kosong (Jakarta- Bandung) menuju
ke (Jakarta–Cirebon) selanjutnya ke
(Bekasi-Cirebon), dan terakhir ke (Bekasi-
Bandung), sebelum akhirnya kembali ke
sel semula.
Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi
Kapasitas
Pabrik
Pabrik
2.400
16
X
10
X
12
2.400
Jakarta
Pabrik
200
30
1.400
20
X
24
1.600
Bekasi
Pabrik
400
6
X
18
1.200
20
1.600
Tangerang
Kebutuhan
Pasar
3.000 1.400 1.200 5.600
Ke
Dari
Pergerakan batu loncatan dimulai dari sel
yang kosong (Jakarta- Sukabumi) menuju
ke (Jakarta–Cirebon) selanjutnya ke
(Tangerangi-Cirebon), dan terakhir ke
(Tangerang-Sukabumi), sebelum
akhirnya kembali ke sel semula.
Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi
Kapasitas
Pabrik
Pabrik
2.400
16
X
10
X
12
2.400
Jakarta
Pabrik
200
30
1.400
20
X
24
1.600
Bekasi
Pabrik
400
6
X
18
1.200
20
1.600
Tangerang
Kebutuhan
Pasar
3.000 1.400 1.200 5.600
Ke
Dari
Pergerakan batu loncatan dimulai dari sel
yang kosong (Bekasi - Sukabumi) menuju
ke (Tangerang–Cirebon) selanjutnya ke
(Tangerangi-Cirebon), dan terakhir ke
(Tangerang-Sukabumi), sebelum
akhirnya kembali ke sel semula.
Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi
Kapasitas
Pabrik
Pabrik
2.400
16
X
10
X
12
2.400
Jakarta
Pabrik
200
30
1.400
20
X
24
1.600
Bekasi
Pabrik
400
6
X
18
1.200
20
1.600
Tangerang
Kebutuhan
Pasar
3.000 1.400 1.200 5.600
Ke
Dari
Pergerakan batu loncatan dimulai dari sel
yang kosong (Tangerang-Bandung)
menuju ke (Bekasi-Bandung) selanjutnya
ke (Bekasi-Cirebon), dan terakhir ke
(Tangerang-Cirebon), sebelum akhirnya
kembali ke sel semula.
Sel yang Kosong,
J-B = 10-16+30-20 = 4
J-S = 12-16+30-24 = -18
B-S = 24-30+ 6-20 = -20
T-B = 18-20+30-6 = 22
Masih Nilai yang terendah(nilai negatif)
yaitu -20 pada sel TB
Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi
Kapasitas
Pabrik
Pabrik
2.400
16
X
10
X
12
2.400
Jakarta
Pabrik 200-
200
30
1.400
20
(0+200)
24
1.600
Bekasi
Pabrik 400+
200
6
X
18 1.200-
200
20
1.600
Tangerang
Kebutuhan
Pasar
3.000 1.400 1.200 5.600
Ke
Dari
Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi
Kapasitas
Pabrik
Pabrik
2.400
16
X
10
X
12
2.400
Jakarta
Pabrik
X
30
1.400
20
200
24
1.600
Bekasi
Pabrik
600
6
X
18
1.000
20
1.600
Tangerang
Kebutuhan
Pasar
3.000 1.400 1.200 5.600
Ke
Dari
SEL YANG KOSONG (J-B); (J-S); (B-C); (T-B)
Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi
Kapasitas
Pabrik
Pabrik
2.400
16
X
10
X
12
2.400
Jakarta
Pabrik
X
30
1.400
20
200
24
1.600
Bekasi
Pabrik
600
6
X
18
1.000
20
1.600
Tangerang
Kebutuhan
Pasar
3.000 1.400 1.200 5.600
Ke
Dari
PERCOBAAN KE 3
Pergerakan batu loncatan dimulai dari sel
yang kosong (Jakarta- Bandung) menuju ke
(Jakarta–Cirebon) selanjutnya ke
(Tangerang-Cirebon), kemudian menuju ke
(Tangerang-Sukabumi) ke (Bekasi-
Sukabumi), dan terakhir ke (Bekasi-Bandung)
sebelum akhirnya kembali ke sel semula.
Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi
Kapasitas
Pabrik
Pabrik
2.400
16
X
10
X
12
2.400
Jakarta
Pabrik
X
30
1.400
20
200
24
1.600
Bekasi
Pabrik
600
6
X
18
1.000
20
1.600
Tangerang
Kebutuhan
Pasar
3.000 1.400 1.200 5.600
Ke
Dari
PERCOBAAN KE 3
Pergerakan batu loncatan dimulai dari sel
yang kosong (Jakarta- Sukabumi) menuju
ke (Jakarta–Cirebon) selanjutnya ke
(Tangerang-Cirebon), dan terakhir
menuju ke (Tangerang-Sukabumi)
sebelum akhirnya kembali ke sel semula.
Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi
Kapasitas
Pabrik
Pabrik
2.400
16
X
10
X
12
2.400
Jakarta
Pabrik
X
30
1.400
20
200
24
1.600
Bekasi
Pabrik
600
6
X
18
1.000
20
1.600
Tangerang
Kebutuhan
Pasar
3.000 1.400 1.200 5.600
Ke
Dari
PERCOBAAN KE 3
Pergerakan batu loncatan dimulai dari sel
yang kosong (Bekasi-Cirebon) menuju ke
(Tangerang–Cirebon) selanjutnya ke
(Tangerang-Sukabumi), dan terakhir
menuju ke (Bekasi-Sukabumi) sebelum
akhirnya kembali ke sel semula.
Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi
Kapasitas
Pabrik
Pabrik
2.400
16
X
10
X
12
2.400
Jakarta
Pabrik
X
30
1.400
20
200
24
1.600
Bekasi
Pabrik
600
6
X
18
1.000
20
1.600
Tangerang
Kebutuhan
Pasar
3.000 1.400 1.200 5.600
Ke
Dari
PERCOBAAN KE 3
Pergerakan batu loncatan dimulai dari sel
yang kosong (Tangerang-Bandung)
menuju ke (Tangerang–Sukabumi)
selanjutnya ke (Bekasi-Sukabumi), dan
terakhir menuju ke (Bekasi-Bandung)
sebelum akhirnya kembali ke sel semula.
Sel yang Kosong,
J-B = 10-16+6-20+24-20 = -16
J-S = 12-16+6-20 = -18
B-C = 30-6+20-24 = 20
T-B = 18-20+24-20 = 2
Masih Nilai yang terendah(nilai negatif)
yaitu -18 pada sel TB
Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi
Kapasitas
Pabrik
Pabrik 2.400
-1000
16
X
10
X (0+1000
12
2.400
Jakarta
Pabrik
X
30
1.400
20
200
24
1.600
Bekasi
Pabrik 600+
1000
6
X
18 1.000-
1000
20
1.600
Tangerang
Kebutuhan
Pasar
3.000 1.400 1.200 5.600
Ke
Dari
Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi
Kapasitas
Pabrik
Pabrik
1.400
16
X
10
1.000
12
2.400
Jakarta
Pabrik
X
30
1.400
20
200
24
1.600
Bekasi
Pabrik
1.600
6
X
18
X
20
1.600
Tangerang
Kebutuhan
Pasar
3.000 1.400 1.200 5.600
Ke
Dari
Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi
Kapasitas
Pabrik
Pabrik
1.400
16
X
10
1.000
12
2.400
Jakarta
Pabrik
X
30
1.400
20
200
24
1.600
Bekasi
Pabrik
1.600
6
X
18
X
20
1.600
Tangerang
Kebutuhan
Pasar
3.000 1.400 1.200 5.600
Ke
Dari
PERCOBAAN KE-4
SEL KOSONG (J-B); (B-C); (T-B); (T-S)
Pergerakan batu loncatan dimulai dari sel
yang kosong (Jakarta-Bandung) menuju
ke (Bekasi-Bandung) selanjutnya ke
(Bekasi-Sukabumi), dan terakhir menuju
ke (Jakarta-Sukabumi) sebelum
akhirnya kembali ke sel semula.
Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi
Kapasitas
Pabrik
Pabrik
1.400
16
X
10
1.000
12
2.400
Jakarta
Pabrik
X
30
1.400
20
200
24
1.600
Bekasi
Pabrik
1.600
6
X
18
X
20
1.600
Tangerang
Kebutuhan
Pasar
3.000 1.400 1.200 5.600
Ke
Dari
PERCOBAAN KE-4
SEL KOSONG (J-B); (B-C); (T-B); (T-S)
Pergerakan batu loncatan dimulai dari sel
yang kosong (Bekasi-Cirebon) menuju ke
(Bekasi-Sukabumi) selanjutnya ke
(Jakarta-Sukabumi), dan terakhir menuju
ke (Jakarta-Cirebon) sebelum akhirnya
kembali ke sel semula.
Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi
Kapasitas
Pabrik
Pabrik
1.400
16
X
10
1.000
12
2.400
Jakarta
Pabrik
X
30
1.400
20
200
24
1.600
Bekasi
Pabrik
1.600
6
X
18
X
20
1.600
Tangerang
Kebutuhan
Pasar
3.000 1.400 1.200 5.600
Ke
Dari
SEL KOSONG (J-B); (B-C); (T-B); (T-S)
Pergerakan batu loncatan dimulai dari sel
yang kosong (Tangerang-Bandung)
menuju ke (Bekasi-Bandung) selanjutnya
ke (Bekasi-Sukabumi) selanjutnya
(Jakarta-Sukabumi), ke (Jakarta-Cirebon)
dan terakhir menuju ke (Tangerang-
Cirebon) sebelum akhirnya kembali ke
sel semula.
Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi
Kapasitas
Pabrik
Pabrik
1.400
16
X
10
1.000
12
2.400
Jakarta
Pabrik
X
30
1.400
20
200
24
1.600
Bekasi
Pabrik
1.600
6
X
18
X
20
1.600
Tangerang
Kebutuhan
Pasar
3.000 1.400 1.200 5.600
Ke
Dari
SEL KOSONG (J-B); (B-C); (T-B); (T-S)
Pergerakan batu loncatan dimulai dari sel
yang kosong (Tangerang- Sukabumi)
menuju ke (Jakarta-Cirebon) dan terakhir
menuju ke (Tangerang-Cirebon)
sebelum akhirnya kembali ke sel semula.
Sel yang Kosong,
J-B = 10- -20+24-12 = 2
B-C = 30-24+12-16 = 2
T-B = 18-20+24-12+16-6 = 20
T-S = 20-12+16-6 = 18
Hasil perhitungan tidak ditemukan nilai
negatif (penghematan biaya), maka proses
eksekusi telah selesai.
Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi
Kapasitas
Pabrik
Pabrik
1.400
16
X
10
1.000
12
2.400
Jakarta
Pabrik
X
30
1.400
20
200
24
1.600
Bekasi
Pabrik
1.600
6
X
18
X
20
1.600
Tangerang
Kebutuhan
Pasar
3.000 1.400 1.200 5.600
Ke
Dari
Alokasi Produk dari Pabrik ke daerah pemasaran
menurut metode Batu Loncatan (Stepping Stone) dan
biaya transportasinya sbb
Dari Ke Jumlah Biaya per
unit
Biaya (Rp)
Jakarta Cirebon 1.400 16.000 22.400.000
Jakarta Sukabumi 1.000 12.000 12.000.000
Bekasi Bandung 1.400 20.000 28.000.000
Bekasi Sukabumi 200 24.000 4.800.000
Tangerang Cirebon 1.600 6.000 9.600.000
Total Biaya 76.800.000
OPTIMAL TRANSPORTASI

More Related Content

What's hot

4 bunga nominal dan bunga efektif
4 bunga nominal dan bunga efektif4 bunga nominal dan bunga efektif
4 bunga nominal dan bunga efektifSimon Patabang
 
Metode Simplek Minimasi
Metode Simplek MinimasiMetode Simplek Minimasi
Metode Simplek MinimasiSiti Zuariyah
 
3 . analisis regresi linier berganda dua peubah
3 .  analisis regresi  linier berganda dua peubah3 .  analisis regresi  linier berganda dua peubah
3 . analisis regresi linier berganda dua peubahYulianus Lisa Mantong
 
Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)
Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)
Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)Kristalina Dewi
 
Aplikasi integral dalam bidang ekonomi
Aplikasi integral dalam bidang ekonomiAplikasi integral dalam bidang ekonomi
Aplikasi integral dalam bidang ekonomiNunu Nugraha
 
Metode Dualitas (Primal-Dual)
Metode Dualitas (Primal-Dual)Metode Dualitas (Primal-Dual)
Metode Dualitas (Primal-Dual)hazhiyah
 
Bab 12 keseimbangan pasar uang dan barang
Bab 12   keseimbangan pasar uang dan barangBab 12   keseimbangan pasar uang dan barang
Bab 12 keseimbangan pasar uang dan barangYusron Blacklist
 
Metode Simpleks - Riset Operasional
Metode Simpleks - Riset OperasionalMetode Simpleks - Riset Operasional
Metode Simpleks - Riset OperasionalLelys x'Trezz
 
Metode Transportasi (Masalah dalam Metode Transportasi)
Metode Transportasi (Masalah dalam Metode Transportasi)Metode Transportasi (Masalah dalam Metode Transportasi)
Metode Transportasi (Masalah dalam Metode Transportasi)hazhiyah
 
fungsi non linear dan penerapan ekonomi
fungsi non linear dan penerapan ekonomifungsi non linear dan penerapan ekonomi
fungsi non linear dan penerapan ekonomiAchmad Pradana
 
Tabel t, z dan f dan chi kuadrat
Tabel t, z dan f dan chi kuadratTabel t, z dan f dan chi kuadrat
Tabel t, z dan f dan chi kuadratIr. Zakaria, M.M
 
Bab i stepping stone
Bab i stepping stoneBab i stepping stone
Bab i stepping stonefetara17
 
Diferensial fungsi-majemuk
Diferensial fungsi-majemukDiferensial fungsi-majemuk
Diferensial fungsi-majemukDani Ibrahim
 
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)Muhammad Ali Subkhan Candra
 

What's hot (20)

Modul statistika-ii-part-2
Modul statistika-ii-part-2Modul statistika-ii-part-2
Modul statistika-ii-part-2
 
contoh soal program linear
contoh soal program linearcontoh soal program linear
contoh soal program linear
 
4 bunga nominal dan bunga efektif
4 bunga nominal dan bunga efektif4 bunga nominal dan bunga efektif
4 bunga nominal dan bunga efektif
 
Materi 8 (perilaku produsen)
Materi 8 (perilaku produsen)Materi 8 (perilaku produsen)
Materi 8 (perilaku produsen)
 
Metode Simplek Minimasi
Metode Simplek MinimasiMetode Simplek Minimasi
Metode Simplek Minimasi
 
3 . analisis regresi linier berganda dua peubah
3 .  analisis regresi  linier berganda dua peubah3 .  analisis regresi  linier berganda dua peubah
3 . analisis regresi linier berganda dua peubah
 
Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)
Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)
Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)
 
Aplikasi integral dalam bidang ekonomi
Aplikasi integral dalam bidang ekonomiAplikasi integral dalam bidang ekonomi
Aplikasi integral dalam bidang ekonomi
 
Metode Dualitas (Primal-Dual)
Metode Dualitas (Primal-Dual)Metode Dualitas (Primal-Dual)
Metode Dualitas (Primal-Dual)
 
Bab 12 keseimbangan pasar uang dan barang
Bab 12   keseimbangan pasar uang dan barangBab 12   keseimbangan pasar uang dan barang
Bab 12 keseimbangan pasar uang dan barang
 
Metode Simpleks - Riset Operasional
Metode Simpleks - Riset OperasionalMetode Simpleks - Riset Operasional
Metode Simpleks - Riset Operasional
 
Tabel f-0-05
Tabel f-0-05Tabel f-0-05
Tabel f-0-05
 
Metode Transportasi (Masalah dalam Metode Transportasi)
Metode Transportasi (Masalah dalam Metode Transportasi)Metode Transportasi (Masalah dalam Metode Transportasi)
Metode Transportasi (Masalah dalam Metode Transportasi)
 
Penerapan fungsi non linier
Penerapan fungsi non linierPenerapan fungsi non linier
Penerapan fungsi non linier
 
fungsi non linear dan penerapan ekonomi
fungsi non linear dan penerapan ekonomifungsi non linear dan penerapan ekonomi
fungsi non linear dan penerapan ekonomi
 
Fungsi non linier
Fungsi non linierFungsi non linier
Fungsi non linier
 
Tabel t, z dan f dan chi kuadrat
Tabel t, z dan f dan chi kuadratTabel t, z dan f dan chi kuadrat
Tabel t, z dan f dan chi kuadrat
 
Bab i stepping stone
Bab i stepping stoneBab i stepping stone
Bab i stepping stone
 
Diferensial fungsi-majemuk
Diferensial fungsi-majemukDiferensial fungsi-majemuk
Diferensial fungsi-majemuk
 
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
 

Similar to OPTIMAL TRANSPORTASI

Similar to OPTIMAL TRANSPORTASI (7)

Metode stepping stone revisi
Metode stepping stone revisiMetode stepping stone revisi
Metode stepping stone revisi
 
Transportasi vogel dan transhipment
Transportasi vogel dan transhipmentTransportasi vogel dan transhipment
Transportasi vogel dan transhipment
 
Model transportasi metode vam
Model transportasi metode vamModel transportasi metode vam
Model transportasi metode vam
 
Model transportasi metode vam
Model transportasi metode vamModel transportasi metode vam
Model transportasi metode vam
 
Metode Transportasi.ppt transportasi transport
Metode Transportasi.ppt transportasi transportMetode Transportasi.ppt transportasi transport
Metode Transportasi.ppt transportasi transport
 
Masalah transportasi penugasan
Masalah transportasi penugasanMasalah transportasi penugasan
Masalah transportasi penugasan
 
Masalah transportasi penugasan
Masalah transportasi penugasanMasalah transportasi penugasan
Masalah transportasi penugasan
 

More from UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU

ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
PERTEMUAN V KPN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR DAN MULTIFLIER.pptx
PERTEMUAN V KPN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR DAN MULTIFLIER.pptxPERTEMUAN V KPN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR DAN MULTIFLIER.pptx
PERTEMUAN V KPN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR DAN MULTIFLIER.pptxUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 

More from UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU (20)

ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
 
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptxANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
 
PERTEMUAN V KPN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR DAN MULTIFLIER.pptx
PERTEMUAN V KPN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR DAN MULTIFLIER.pptxPERTEMUAN V KPN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR DAN MULTIFLIER.pptx
PERTEMUAN V KPN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR DAN MULTIFLIER.pptx
 
PEREKONOMIAN DUA SEKTOR 9PEREKONOMIAN TERTUTUP).pptx
PEREKONOMIAN DUA SEKTOR 9PEREKONOMIAN TERTUTUP).pptxPEREKONOMIAN DUA SEKTOR 9PEREKONOMIAN TERTUTUP).pptx
PEREKONOMIAN DUA SEKTOR 9PEREKONOMIAN TERTUTUP).pptx
 
KONTRAK KULIAH PENGANTAR ILMU EKONOMI II.pdf
KONTRAK KULIAH PENGANTAR  ILMU EKONOMI II.pdfKONTRAK KULIAH PENGANTAR  ILMU EKONOMI II.pdf
KONTRAK KULIAH PENGANTAR ILMU EKONOMI II.pdf
 
PERTEMUAN 4 LINIER PROGRAMING METODE SIMPLEX.pptx
PERTEMUAN 4 LINIER PROGRAMING METODE SIMPLEX.pptxPERTEMUAN 4 LINIER PROGRAMING METODE SIMPLEX.pptx
PERTEMUAN 4 LINIER PROGRAMING METODE SIMPLEX.pptx
 
PERTEMUAN 3 LINIER PROGRAMING METODE GRAFIK.pptx
PERTEMUAN  3 LINIER PROGRAMING  METODE GRAFIK.pptxPERTEMUAN  3 LINIER PROGRAMING  METODE GRAFIK.pptx
PERTEMUAN 3 LINIER PROGRAMING METODE GRAFIK.pptx
 
PERTEMUAN 2 PEMODELAN RISET OPERASI.pptx
PERTEMUAN 2 PEMODELAN RISET OPERASI.pptxPERTEMUAN 2 PEMODELAN RISET OPERASI.pptx
PERTEMUAN 2 PEMODELAN RISET OPERASI.pptx
 
PENGERTIAN RISET OPERASI ATAU OPERATIONAL RESEARCH
PENGERTIAN RISET OPERASI ATAU OPERATIONAL RESEARCHPENGERTIAN RISET OPERASI ATAU OPERATIONAL RESEARCH
PENGERTIAN RISET OPERASI ATAU OPERATIONAL RESEARCH
 
KONTRAK KULIAH MATA KULIAH RISET OPERASI
KONTRAK KULIAH MATA KULIAH RISET OPERASIKONTRAK KULIAH MATA KULIAH RISET OPERASI
KONTRAK KULIAH MATA KULIAH RISET OPERASI
 
PENILAIAN KINERJA NEW.pptx
PENILAIAN KINERJA NEW.pptxPENILAIAN KINERJA NEW.pptx
PENILAIAN KINERJA NEW.pptx
 
9-KOMPENSASI.pptx
9-KOMPENSASI.pptx9-KOMPENSASI.pptx
9-KOMPENSASI.pptx
 
ORIENTASI-PELATIHAN.pptx
ORIENTASI-PELATIHAN.pptxORIENTASI-PELATIHAN.pptx
ORIENTASI-PELATIHAN.pptx
 
REKRUITMEN DAN SELEKSI TERBARU.pptx
REKRUITMEN DAN SELEKSI TERBARU.pptxREKRUITMEN DAN SELEKSI TERBARU.pptx
REKRUITMEN DAN SELEKSI TERBARU.pptx
 
REKRUITMEN.ppt
REKRUITMEN.pptREKRUITMEN.ppt
REKRUITMEN.ppt
 
2. DESAIN PEKERJAAN.pptx
2. DESAIN PEKERJAAN.pptx2. DESAIN PEKERJAAN.pptx
2. DESAIN PEKERJAAN.pptx
 
PERENCANAAN SDM.pptx
PERENCANAAN SDM.pptxPERENCANAAN SDM.pptx
PERENCANAAN SDM.pptx
 
PERTEMUAN I PERSPEKTIF MSDM.pptx
PERTEMUAN I  PERSPEKTIF MSDM.pptxPERTEMUAN I  PERSPEKTIF MSDM.pptx
PERTEMUAN I PERSPEKTIF MSDM.pptx
 
EKSTERNALITAS.pptx
EKSTERNALITAS.pptxEKSTERNALITAS.pptx
EKSTERNALITAS.pptx
 

Recently uploaded

1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptYanseBetnaArte
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 

Recently uploaded (20)

1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 

OPTIMAL TRANSPORTASI

  • 1. MODEL TRANSPORTASI ( Metode Batu Loncatan /Stepping Stone )
  • 2. PENJELASAN Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk menguji soluasi awal yang telah dilakukan sebelumnya baik metode NWC, Least Cost, maupun VAM. Hal ini dikarenakan solusi awal belum menjamin biaya transptelah optimal, untuk itu diperlukan pengujian lebih lanjut dengan menggunakan solusi optimal.
  • 3. Ada dua metode yang digunakan untuk mendapat solusi optimal, yaitu : 1. Metode Batu Loncatan (Stepping Stone) 2. Metode MODI ( Modified Distribution Method) Suatu kasus pengujian dengan kedua metode tersebut dikatakan telah optimal apabila sudah tidak ada lagi penghematan biaya (tanda negatif) pada prose eksekusi menggunakan kedua metode tersebut.
  • 4. 1. Langah-langkah metode batu loncatan (Stepping Stoen). a. Mencari sel yang kosong b. Melakukan loncatan pada sel yang terisi. Keterangan : 1) Loncatan dapat dilakukan secara vertikel/horizontal. 2) Dalam suatu loncatan tidak boleh dilakukan lebih dari satu kali loncatan pada baris/kolom yang sama tersebut. 3) Loncatan dapat dilakukan melewati sel lain selama sel tersebut terisi.
  • 5. 4). Setelah loncatan pada baris, langkah selanjutnya loncatan pada kolom dan sebaliknya. 5). Jumlah loncatan bersifat genap (dapat berjumlah 4,6,8 dst. 6). Perhatikan sela yang terisi pada loncatan berikutnya untuk memastikan proses tersebut tidak terhambat. c. Lakukan perhitungan biaya pada sel yang kosong tersebut, dimulai dari sel yang kosong.
  • 6. d. Apabila semua telah bernilai positif berarti solusi awal yang telah dikerjakan sebelumnya telah menghasilkan biaya transportasi minimum, tetapi apabila masih terdapat nilai negatif, maka dicari nilai negatif terbesar (penghematan terbesar). e. Apabila terdapat tanda negatif, alokasikan produk dengan melihat proses d, akan tetapi yang dilihat adalah isi dari sel tersebut. Tambahkan dan kurangkan dengan isi sel negatif terkecil pada seluruh sel. f. Lakukan langkah yang sama dengan mengulangi dari langkah b sampai hasil perhitungan biaya tidak ada yang bernilai negatif.
  • 7. Sebelum dilakukan pengujian menggunakan solusi optimum harus dipastikan tidak terdapat degenerasi dan redundansi. Degenerasi dan redundansi maksudnya tidak terpenuhinya syarat pengujian bahwa sel yang terisi harus memenuhi syarat m + n – 1 (m=baris, n=kolom). Pada degenerasi sel yang terisi kurang dari persyaratan yang ditentukan, sedangkan redundansi sel yang terisi melebih persyaratan yang ditentukan.
  • 8. Selanjutnya dengan menggunakan solusi awal yang telah dikerjakan sebelumnya (NWC) dilakukan pengujian menggunakan solusi optimal menggunakan metode batu loncatan untuk memastikan apakah biaya transportasi tersebut telah minimum. Pada kasus ini tidak terjadi degenerasi dan redundansi, karena jumlah sel yang terisi 5 dan memenuhi persyaratan (3 + 3 – 1 = 5).
  • 9. Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi Kapasitas Pabrik Pabrik 2.400 16 X 10 X 12 2.400 Jakarta Pabrik 6.00 30 1.000 20 X 24 1.600 Bekasi Pabrik X 6 400 18 1.200 20 1.600 Tangerang Kebutuhan Pasar 3.000 1.400 1.200 5.600 Ke Dari
  • 10. Alokasi Produk dari Pabrik ke daerah pemasaran menurut metode sudut barat laut (north west corne rules) dan biaya transportasinya sbb Dari Ke Jumlah Biaya per unit Biaya (Rp) Jakarta Cirebon 2.400 16.000 38.400.000 Bekasi Cirebon 600 30.000 18.000.000 Bekasi Bandung 1.000 20.000 20.000.000 Tangerang Bandung 400 18.000 7.200.000 Tangerang Sukabumi 1.200 20.000 24.000.000 Total Biaya 107.600.000
  • 11. Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi Kapasitas Pabrik Pabrik 2.400 16 X 10 X 12 2.400 Jakarta Pabrik 6.00 30 1.000 20 X 24 1.600 Bekasi Pabrik X 6 400 18 1.200 20 1.600 Tangerang Kebutuhan Pasar 3.000 1.400 1.200 5.600 Ke Dari PERCOBAAN KE-1
  • 12. Sel yang kosong adalah (J-B); (J-S);(B-S); dan (T-C). Pergerakan batu loncatan dimulai dari sel yang kosong (Jakarta- Bandung) menuju ke Jakarta –Cirebon selanjutnya ke Bekasi-Cirebon dan terakhir ke Bekasi-Bandung sebelum akhirnya kembali ke sel semula.
  • 13. Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi Kapasitas Pabrik Pabrik 2.400 16 X 10 X 12 2.400 Jakarta Pabrik 6.00 30 1.000 20 X 24 1.600 Bekasi Pabrik X 6 400 18 1.200 20 1.600 Tangerang Kebutuhan Pasar 3.000 1.400 1.200 5.600 Ke Dari
  • 14. Pergerakan batu loncatan dimulai dari sel yang kosong (Jakarta- Sukabumi) menuju ke (Jakarta–Cirebon) selanjutnya ke (Bekasi- Bandung), kemudian menuju ke (Tangerang- Bandung) ke (Bekasi-Bandung), ke (Tangerang-Bandung) dan terakhir (Tangerang-Sukabumi) sebelum akhirnya kembali ke sel semula.
  • 15. Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi Kapasitas Pabrik Pabrik 2.400 16 X 10 X 12 2.400 Jakarta Pabrik 6.00 30 1.000 20 X 24 1.600 Bekasi Pabrik X 6 400 18 1.200 20 1.600 Tangerang Kebutuhan Pasar 3.000 1.400 1.200 5.600 Ke Dari
  • 16. Pergerakan batu loncatan dimulai dari sel yang kosong (Bekasi- Sukabumi) ke (Bekasi-Bandung) ke Tangerang Bandung dan terakhir ke (Tangerang-Sukabumi) sebelum akhirnya kembali ke sel semula.
  • 17. Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi Kapasitas Pabrik Pabrik 2.400 16 X 10 X 12 2.400 Jakarta Pabrik 600 30 1.000 20 X 24 1.600 Bekasi Pabrik X 6 400 18 1.200 20 1.600 Tangerang Kebutuhan Pasar 3.000 1.400 1.200 5.600 Ke Dari
  • 18. Pergerakan batu loncatan dimulai dari sel yang kosong (Tangerang- Cirebon) ke (Tangerang-Bandung) ke (Bekasi Bandung) dan terakhir ke (Bekasi-Cirebon) sebelum akhirnya kembali ke sel semula.
  • 19. Sel yang Kosong, J-B = 10-16+30-20 = 4 J-S = 12-16+30-20+18-20 = 4 B-S = 24-20+18-20 = 2 T-C = 20-30+6-18 = -22 Nilai tersebut yang terendah(nilai negatif) adalah -22 pada sel TC
  • 20. Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi Kapasitas Pabrik Pabrik 2.400 16 X 10 X 12 2.400 Jakarta Pabrik 600-400 30 1.000+400 20 X 24 1.600 Bekasi Pabrik 400 6 400-400 18 1.200 20 1.600 Tangerang Kebutuhan Pasar 3.000 1.400 1.200 5.600 Ke Dari
  • 21. Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi Kapasitas Pabrik Pabrik 2.400 16 X 10 X 12 2.400 Jakarta Pabrik 200 30 1.400 20 X 24 1.600 Bekasi Pabrik 400 6 X 18 1.200 20 1.600 Tangerang Kebutuhan Pasar 3.000 1.400 1.200 5.600 Ke Dari
  • 22. Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi Kapasitas Pabrik Pabrik 2.400 16 X 10 X 12 2.400 Jakarta Pabrik 200 30 1.400 20 X 24 1.600 Bekasi Pabrik 400 6 X 18 1.200 20 1.600 Tangerang Kebutuhan Pasar 3.000 1.400 1.200 5.600 Ke Dari PERCOBAN KE-2 SEL KOSONG ADALAH (J-B); (J-S); (B-S); (T-B)
  • 23. Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi Kapasitas Pabrik Pabrik 2.400 16 X 10 X 12 2.400 Jakarta Pabrik 200 30 1.400 20 X 24 1.600 Bekasi Pabrik 400 6 X 18 1.200 20 1.600 Tangerang Kebutuhan Pasar 3.000 1.400 1.200 5.600 Ke Dari
  • 24. Pergerakan batu loncatan dimulai dari sel yang kosong (Jakarta- Bandung) menuju ke (Jakarta–Cirebon) selanjutnya ke (Bekasi-Cirebon), dan terakhir ke (Bekasi- Bandung), sebelum akhirnya kembali ke sel semula.
  • 25. Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi Kapasitas Pabrik Pabrik 2.400 16 X 10 X 12 2.400 Jakarta Pabrik 200 30 1.400 20 X 24 1.600 Bekasi Pabrik 400 6 X 18 1.200 20 1.600 Tangerang Kebutuhan Pasar 3.000 1.400 1.200 5.600 Ke Dari
  • 26. Pergerakan batu loncatan dimulai dari sel yang kosong (Jakarta- Sukabumi) menuju ke (Jakarta–Cirebon) selanjutnya ke (Tangerangi-Cirebon), dan terakhir ke (Tangerang-Sukabumi), sebelum akhirnya kembali ke sel semula.
  • 27. Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi Kapasitas Pabrik Pabrik 2.400 16 X 10 X 12 2.400 Jakarta Pabrik 200 30 1.400 20 X 24 1.600 Bekasi Pabrik 400 6 X 18 1.200 20 1.600 Tangerang Kebutuhan Pasar 3.000 1.400 1.200 5.600 Ke Dari
  • 28. Pergerakan batu loncatan dimulai dari sel yang kosong (Bekasi - Sukabumi) menuju ke (Tangerang–Cirebon) selanjutnya ke (Tangerangi-Cirebon), dan terakhir ke (Tangerang-Sukabumi), sebelum akhirnya kembali ke sel semula.
  • 29. Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi Kapasitas Pabrik Pabrik 2.400 16 X 10 X 12 2.400 Jakarta Pabrik 200 30 1.400 20 X 24 1.600 Bekasi Pabrik 400 6 X 18 1.200 20 1.600 Tangerang Kebutuhan Pasar 3.000 1.400 1.200 5.600 Ke Dari
  • 30. Pergerakan batu loncatan dimulai dari sel yang kosong (Tangerang-Bandung) menuju ke (Bekasi-Bandung) selanjutnya ke (Bekasi-Cirebon), dan terakhir ke (Tangerang-Cirebon), sebelum akhirnya kembali ke sel semula.
  • 31. Sel yang Kosong, J-B = 10-16+30-20 = 4 J-S = 12-16+30-24 = -18 B-S = 24-30+ 6-20 = -20 T-B = 18-20+30-6 = 22 Masih Nilai yang terendah(nilai negatif) yaitu -20 pada sel TB
  • 32. Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi Kapasitas Pabrik Pabrik 2.400 16 X 10 X 12 2.400 Jakarta Pabrik 200- 200 30 1.400 20 (0+200) 24 1.600 Bekasi Pabrik 400+ 200 6 X 18 1.200- 200 20 1.600 Tangerang Kebutuhan Pasar 3.000 1.400 1.200 5.600 Ke Dari
  • 33. Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi Kapasitas Pabrik Pabrik 2.400 16 X 10 X 12 2.400 Jakarta Pabrik X 30 1.400 20 200 24 1.600 Bekasi Pabrik 600 6 X 18 1.000 20 1.600 Tangerang Kebutuhan Pasar 3.000 1.400 1.200 5.600 Ke Dari SEL YANG KOSONG (J-B); (J-S); (B-C); (T-B)
  • 34. Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi Kapasitas Pabrik Pabrik 2.400 16 X 10 X 12 2.400 Jakarta Pabrik X 30 1.400 20 200 24 1.600 Bekasi Pabrik 600 6 X 18 1.000 20 1.600 Tangerang Kebutuhan Pasar 3.000 1.400 1.200 5.600 Ke Dari PERCOBAAN KE 3
  • 35. Pergerakan batu loncatan dimulai dari sel yang kosong (Jakarta- Bandung) menuju ke (Jakarta–Cirebon) selanjutnya ke (Tangerang-Cirebon), kemudian menuju ke (Tangerang-Sukabumi) ke (Bekasi- Sukabumi), dan terakhir ke (Bekasi-Bandung) sebelum akhirnya kembali ke sel semula.
  • 36. Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi Kapasitas Pabrik Pabrik 2.400 16 X 10 X 12 2.400 Jakarta Pabrik X 30 1.400 20 200 24 1.600 Bekasi Pabrik 600 6 X 18 1.000 20 1.600 Tangerang Kebutuhan Pasar 3.000 1.400 1.200 5.600 Ke Dari PERCOBAAN KE 3
  • 37. Pergerakan batu loncatan dimulai dari sel yang kosong (Jakarta- Sukabumi) menuju ke (Jakarta–Cirebon) selanjutnya ke (Tangerang-Cirebon), dan terakhir menuju ke (Tangerang-Sukabumi) sebelum akhirnya kembali ke sel semula.
  • 38. Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi Kapasitas Pabrik Pabrik 2.400 16 X 10 X 12 2.400 Jakarta Pabrik X 30 1.400 20 200 24 1.600 Bekasi Pabrik 600 6 X 18 1.000 20 1.600 Tangerang Kebutuhan Pasar 3.000 1.400 1.200 5.600 Ke Dari PERCOBAAN KE 3
  • 39. Pergerakan batu loncatan dimulai dari sel yang kosong (Bekasi-Cirebon) menuju ke (Tangerang–Cirebon) selanjutnya ke (Tangerang-Sukabumi), dan terakhir menuju ke (Bekasi-Sukabumi) sebelum akhirnya kembali ke sel semula.
  • 40. Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi Kapasitas Pabrik Pabrik 2.400 16 X 10 X 12 2.400 Jakarta Pabrik X 30 1.400 20 200 24 1.600 Bekasi Pabrik 600 6 X 18 1.000 20 1.600 Tangerang Kebutuhan Pasar 3.000 1.400 1.200 5.600 Ke Dari PERCOBAAN KE 3
  • 41. Pergerakan batu loncatan dimulai dari sel yang kosong (Tangerang-Bandung) menuju ke (Tangerang–Sukabumi) selanjutnya ke (Bekasi-Sukabumi), dan terakhir menuju ke (Bekasi-Bandung) sebelum akhirnya kembali ke sel semula.
  • 42. Sel yang Kosong, J-B = 10-16+6-20+24-20 = -16 J-S = 12-16+6-20 = -18 B-C = 30-6+20-24 = 20 T-B = 18-20+24-20 = 2 Masih Nilai yang terendah(nilai negatif) yaitu -18 pada sel TB
  • 43. Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi Kapasitas Pabrik Pabrik 2.400 -1000 16 X 10 X (0+1000 12 2.400 Jakarta Pabrik X 30 1.400 20 200 24 1.600 Bekasi Pabrik 600+ 1000 6 X 18 1.000- 1000 20 1.600 Tangerang Kebutuhan Pasar 3.000 1.400 1.200 5.600 Ke Dari
  • 44. Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi Kapasitas Pabrik Pabrik 1.400 16 X 10 1.000 12 2.400 Jakarta Pabrik X 30 1.400 20 200 24 1.600 Bekasi Pabrik 1.600 6 X 18 X 20 1.600 Tangerang Kebutuhan Pasar 3.000 1.400 1.200 5.600 Ke Dari
  • 45. Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi Kapasitas Pabrik Pabrik 1.400 16 X 10 1.000 12 2.400 Jakarta Pabrik X 30 1.400 20 200 24 1.600 Bekasi Pabrik 1.600 6 X 18 X 20 1.600 Tangerang Kebutuhan Pasar 3.000 1.400 1.200 5.600 Ke Dari PERCOBAAN KE-4 SEL KOSONG (J-B); (B-C); (T-B); (T-S)
  • 46. Pergerakan batu loncatan dimulai dari sel yang kosong (Jakarta-Bandung) menuju ke (Bekasi-Bandung) selanjutnya ke (Bekasi-Sukabumi), dan terakhir menuju ke (Jakarta-Sukabumi) sebelum akhirnya kembali ke sel semula.
  • 47. Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi Kapasitas Pabrik Pabrik 1.400 16 X 10 1.000 12 2.400 Jakarta Pabrik X 30 1.400 20 200 24 1.600 Bekasi Pabrik 1.600 6 X 18 X 20 1.600 Tangerang Kebutuhan Pasar 3.000 1.400 1.200 5.600 Ke Dari PERCOBAAN KE-4 SEL KOSONG (J-B); (B-C); (T-B); (T-S)
  • 48. Pergerakan batu loncatan dimulai dari sel yang kosong (Bekasi-Cirebon) menuju ke (Bekasi-Sukabumi) selanjutnya ke (Jakarta-Sukabumi), dan terakhir menuju ke (Jakarta-Cirebon) sebelum akhirnya kembali ke sel semula.
  • 49. Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi Kapasitas Pabrik Pabrik 1.400 16 X 10 1.000 12 2.400 Jakarta Pabrik X 30 1.400 20 200 24 1.600 Bekasi Pabrik 1.600 6 X 18 X 20 1.600 Tangerang Kebutuhan Pasar 3.000 1.400 1.200 5.600 Ke Dari SEL KOSONG (J-B); (B-C); (T-B); (T-S)
  • 50. Pergerakan batu loncatan dimulai dari sel yang kosong (Tangerang-Bandung) menuju ke (Bekasi-Bandung) selanjutnya ke (Bekasi-Sukabumi) selanjutnya (Jakarta-Sukabumi), ke (Jakarta-Cirebon) dan terakhir menuju ke (Tangerang- Cirebon) sebelum akhirnya kembali ke sel semula.
  • 51. Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi Kapasitas Pabrik Pabrik 1.400 16 X 10 1.000 12 2.400 Jakarta Pabrik X 30 1.400 20 200 24 1.600 Bekasi Pabrik 1.600 6 X 18 X 20 1.600 Tangerang Kebutuhan Pasar 3.000 1.400 1.200 5.600 Ke Dari SEL KOSONG (J-B); (B-C); (T-B); (T-S)
  • 52. Pergerakan batu loncatan dimulai dari sel yang kosong (Tangerang- Sukabumi) menuju ke (Jakarta-Cirebon) dan terakhir menuju ke (Tangerang-Cirebon) sebelum akhirnya kembali ke sel semula.
  • 53. Sel yang Kosong, J-B = 10- -20+24-12 = 2 B-C = 30-24+12-16 = 2 T-B = 18-20+24-12+16-6 = 20 T-S = 20-12+16-6 = 18 Hasil perhitungan tidak ditemukan nilai negatif (penghematan biaya), maka proses eksekusi telah selesai.
  • 54. Pasar Cirebon Pasar Bandung Pasar Sukabumi Kapasitas Pabrik Pabrik 1.400 16 X 10 1.000 12 2.400 Jakarta Pabrik X 30 1.400 20 200 24 1.600 Bekasi Pabrik 1.600 6 X 18 X 20 1.600 Tangerang Kebutuhan Pasar 3.000 1.400 1.200 5.600 Ke Dari
  • 55. Alokasi Produk dari Pabrik ke daerah pemasaran menurut metode Batu Loncatan (Stepping Stone) dan biaya transportasinya sbb Dari Ke Jumlah Biaya per unit Biaya (Rp) Jakarta Cirebon 1.400 16.000 22.400.000 Jakarta Sukabumi 1.000 12.000 12.000.000 Bekasi Bandung 1.400 20.000 28.000.000 Bekasi Sukabumi 200 24.000 4.800.000 Tangerang Cirebon 1.600 6.000 9.600.000 Total Biaya 76.800.000