SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
Perpotongan Garis-Garis 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Garis adalah salah satu objek elementer dalam matematika, khususnya
geometri. Karena merupakan objek elementer, garis biasanya tidak didefinisikan.
Garis lurus adalah garis yang menghubungkan dua titik dengan jarak yang terdekat.
persamaan garis lurus merupakan persamaan dimana variable x dan y memiliki
pangkat tertinggi yaitu satu. Adapun bentuk umum persamaan garis lurus yaitu π‘Žπ‘₯ +
𝑏𝑦 + 𝑐 = 0. Dalam sebuah system koordinat, jika terdapat dua buah garis, maka
terdapat tiga kemungkinan yaitu garis tersebut sejajar, berimpit ataupun berpotongan
dimana masing-masing dari ketiga hal tersebut memiliki ciri tersendiri. Dalam materi
geometri analitik sebelumnya telah dijelaskan tentang cara menggambar sebuah grafik
yaitu dengan memisalkan sebarang nilai x dari berbagai titik untuk mencari titik
koordinat yang selanjutnya akan dihubungkan menjadi sebuah garis lurus yang mana
telah kita ketahui sbelumnya bahwa garis tersebut merupakan hasil dari kumpulan
titik-titik yang tak hingga batas. Namun terkadang dengan metode tersebut kita sering
kesulitan untuk mencari titi potong dari garis tersebut. Adapun untuk memahami lebih
lanjut tentang materi garis lurus, pada makalah ini kami akan membahas materi
kelanjutan dari garis lurus yaitu mengenai Perpotongan Garis-Garis.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalanya yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan perpotongan garis?
2. Bagaimana cara menentukan titik potong dari perpotongan garis?
C. Tujuan
Makalah ini betujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah geometri analitik
sekaligus memberikan informasi mengenai perpotongan gari-garis pada sebuah garis
lurus.
Perpotongan Garis-Garis 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perpotongan Garis-Garis
Titik potong antar dua garis, berarti titik itu terletak pada garis pertama maupun
pada garis kedua. Mencari koordinat titik potong antara dua garis adalah mencari
penyelesaian dari sistem persamaan linier dengan dua variable[1].
Tinjau dua persamaan linier π‘Ž1 π‘₯ + 𝑏1 𝑦 + 𝑐1 = 0, dan π‘Ž2 π‘₯ + 𝑏2 𝑦 + 𝑐2 = 0
dengan π‘Ž1, π‘Ž2, 𝑏1, 𝑏2 β‰  0. Tiap persamaan linier ini mewakili sebuah garis pada
bidang[2]. Namakanlah garis-garis tersebut l1 dan l2. Karena sebuah titik (x,y) terletak
pada sebuah garis jika dan hanya jika bilangan-bilangan x dan y memenuhi persamaan
garis tersebut, maka pemecahan sistem persamaan tersebut akan bersesuaian dengan
titik perpotongan dari garis l1 dan l2
[3]. Adapun dua buah garis kita katakan
bepotongan apabila garis tersebut terletak pada satu bidang datar dan kedua garis
tersebut berpotongan disalah satu titiknya. Ada tiga kemungkinan:
a. Garis l1 mungkin sejajar dengan garis l2, dimana di dalam kasus ini tidak ada
perpotongan, dan sebagai konsekuensinya maka tidak ada pemecahan untuk
sistem tersebut.
b. Garis l1 mungkin berpotongan dengan garis l2 di hanya satu titik, dimana dalam
kasus ini kedua garis tersebut mempunyai satu titik potong sehingga sistem
persamaan tersebut mempunyai satu pemecahan.
c. Garis l1 mungkin berimpit dengan garis l2, dimana dalam kasus ini terdapat tak
terhingga banyaknya titik perpotongan, dan sebagai konsekuensinya maka tak
terhingga banyaknya pemecahan untuk sistem tersebut. Hal tersebut digambarkan
dalam grafik berikut[4]:
(a) (b) (c)
x
y
x
y
x
y
l1
l2
l1
l1 l2l2
Perpotongan Garis-Garis 3
Gambar 1
(a) Tidak ada pemecahan, (b) Satu Pemecahan, (c) Tak terhingga banyaknya
pemecahan.
B. Menentukan Titik Potong Garis
Menurut aljabar ada beberapa cara untuk menyelesaikan sistem persamaan
linier, antara lain dengan metode subtitusi, eliminasi, matriks, dan determinan[5].
1. Menggunakan Metode Subtitusi:
Untuk mencari titik potong terhadap kedua garis menggunakan metode
subtitusi dilakukan dengan cara menyatakan salah satu variabel ke dalam variabel
lainnya pada salah satu persamaan, kemudian mensubtitusikannya ke persamaan lain.
Contoh 1:
Tentukan titik potong dari persamaan berikut:
3π‘₯ βˆ’ 𝑦 = 10
π‘₯ βˆ’ 2𝑦 = 0
Penyelesaian:
Misalkan,
3π‘₯ βˆ’ 𝑦 = 10… … …… … … ( 𝑖)
π‘₯ βˆ’ 2𝑦 = 0 …… … …… … . (𝑖𝑖)
ο‚· Cara 1 (mensubtitusi y)
Pada persamaan (i) nyatakan variable y ke dalam variable x:
3π‘₯ βˆ’ 𝑦 = 10
𝑦 = 3π‘₯ βˆ’ 10… … .. (𝑖𝑖𝑖)
Subtitusikn persamaan (iii) ke persaman ke persamaan (ii):
π‘₯ βˆ’ 2𝑦 = 0
β†’ π‘₯ βˆ’ 2(3π‘₯ βˆ’ 10) = 0 ↔ π‘₯ βˆ’ 6π‘₯ + 20 = 0
↔ βˆ’5π‘₯ + 20 = 0
↔ βˆ’5π‘₯ = βˆ’20
↔ π‘₯ =
βˆ’20
βˆ’5
↔ π‘₯ = 4
Subtitusikan x = 4 ke persamaan ke (iii):
Perpotongan Garis-Garis 4
𝑦 = 3π‘₯ βˆ’ 10 β†’ 𝑦 = 3(4) βˆ’ 10
↔ 𝑦 = 12 βˆ’ 10
↔ 𝑦 = 2
π‘—π‘Žπ‘‘π‘–,titik potong kedua garis tersebut yaitu (4,2)
ο‚· Cara 2 (Mensubtitusi x):
Pada persamaan (ii), nyatakan variable x ke dalam variable y:
π‘₯ βˆ’ 2𝑦 = 0
π‘₯ = 2𝑦 …… … …(𝑖𝑣)
Subtitusikan (iv) ke (i), sehingga menjadi:
3(2𝑦) βˆ’ 𝑦 = 10
↔ 5𝑦 = 10
↔ 𝑦 = 2
Subtitusikan y = 2 ke (iv):
π‘₯ = 2𝑦
↔ π‘₯ = 2(2)
↔ π‘₯ = 4
Jadi, diperoleh titik potong kedua garis tersebut yaitu (4,2)
2. Menggunakan Metode Eliminasi:
Untuk mencari titik potong terhadap kedua garis menggunakan metode
eliminasi dilakukan dengan cara menghilangkan salah satu variabelnya.
Contoh 2:
Tentukan titik potong dari persamaan berikut:
3π‘₯ βˆ’ 𝑦 = 10
π‘₯ βˆ’ 2𝑦 = 0
Penyelesaian:
Misalkan,
3π‘₯ βˆ’ 𝑦 = 10… … …… … … ( 𝑖)
π‘₯ βˆ’ 2𝑦 = 0 …… … …… … . (𝑖𝑖)
Mengeliminasi/menghilangkan x:
Perpotongan Garis-Garis 5
3π‘₯ βˆ’ 𝑦 = 10 Γ— 1 3π‘₯ βˆ’ 𝑦 = 10
π‘₯ βˆ’ 2𝑦 = 0 Γ— 3 3π‘₯ βˆ’ 6𝑦 = 0
5𝑦 = 10
𝑦 = 2
Mengeliminasi/menghilangkan y:
3π‘₯ βˆ’ 𝑦 = 10 Γ— 2 6π‘₯ βˆ’ 2𝑦 = 20
π‘₯ βˆ’ 2𝑦 = 0 Γ— 2 π‘₯ βˆ’ 2𝑦 = 0
5π‘₯ = 20
π‘₯ = 4
Jadi, diperoleh titik potong kedua garis tersebut yaitu (4,2)
3. Matriks
Matriks dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu sistem persamaan linear.
Cara menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan matriks yaitu
mengubah bentuk persamaan ke dalam bentuk matriks[6]. Selanjutnya matriks tersebut
di selesaikan untuk mencari titik (x,y) dimana pada metode matriks ini juga
menggunakan invers pada matriks. Berikut langkah-langkah untuk mencari titik
potong garis dalam sebuah sistem persamaan menggunakan metode matriks.
Bentuk umum persamaan linear:
π‘Ž1 π‘₯ + 𝑏1 𝑦 + 𝑐1 = 0 β†’ π‘Ž1 π‘₯ + 𝑏1 𝑦 = βˆ’π‘1
π‘Ž2 π‘₯ + 𝑏2 𝑦 + 𝑐2 = 0 β†’ π‘Ž2 π‘₯ + 𝑏2 𝑦 = βˆ’π‘2
Di ubah dalam bentuk matriks menjadi;
(
π‘Ž1 𝑏1
π‘Ž2 𝑏2
) (
π‘₯
𝑦
) = (
βˆ’π‘1
βˆ’π‘2
)
Pada matriks, jika A = (
π‘Ž1 𝑏1
π‘Ž2 𝑏2
) maka: π΄βˆ’1
=
1
det 𝐴
(
𝑏2 βˆ’π‘1
βˆ’π‘Ž2 π‘Ž1
) =
1
π‘Ž1 𝑏2βˆ’π‘Ž2 𝑏1
(
𝑏2 βˆ’π‘1
βˆ’π‘Ž2 π‘Ž1
)
Sehingga diperoleh: ( π‘₯
𝑦
) =
1
π‘Ž1 𝑏2βˆ’π‘Ž2 𝑏1
(
𝑏2 βˆ’π‘1
βˆ’π‘Ž2 π‘Ž1
) (βˆ’π‘
βˆ’π‘
) [7]
Contoh
Selesaikan system persamaan linear berikut dengan matriks!
{
3π‘₯ βˆ’ 𝑦 = 10
π‘₯ βˆ’ 2𝑦 = 0
[
Perpotongan Garis-Garis 6
Penyelesaian:
Kita nyatakan dulu system persamaan tersebut dalam bentuk matriks, yaitu:
(
3 βˆ’1
1 βˆ’2
)(
π‘₯
𝑦
) = (
10
0
)
Sehingga:
⇔ (
π‘₯
𝑦
) =
1
3(βˆ’2)βˆ’ 1 βˆ’ (βˆ’1)
(
βˆ’2 1
βˆ’1 3
) (
10
0
)
⇔ (
π‘₯
𝑦
) =
1
βˆ’6 + 1
(
βˆ’2 1
βˆ’1 3
)(
10
0
)
⇔ (
π‘₯
𝑦
) =
1
βˆ’5
(
βˆ’2(10)+ 1(0)
βˆ’1(10)+ 3(0)
)
⇔ (
π‘₯
𝑦
) =
1
βˆ’5
(
βˆ’20
βˆ’10
)
⇔ (
π‘₯
𝑦
) = (
4
2
)
Diperoleh nilai x = 4 dan y = 2, sehingga koordinat titik pototng kedua persamaan
garis tersebut yaitu (4,2)
4. Determinan
Selain menggunakan sifat invers pada matriks (metode ke-3) dalam mencari
titik potong dari suatu sistem persamaan garis juga dapat diselesaikan dengan
determinan.
Bentuk umum persamaan garis yaitu:
π‘Ž1 π‘₯ + 𝑏1 𝑦 + 𝑐1 = 0
π‘Ž2 π‘₯ + 𝑏2 𝑦 + 𝑐2 = 0 ,
maka:
π‘Ž1 π‘₯ + 𝑏1 𝑦 = βˆ’π‘1
π‘Ž2 π‘₯ + 𝑏2 𝑦 = βˆ’π‘2 ,
Jika diselesaikan dengan metode eliminasi, maka di dapat:
Eliminasi y:
π‘Ž1 π‘₯ + 𝑏1 𝑦 = βˆ’π‘1 Γ— 𝑏2 β†’ π‘Ž1 𝑏2 π‘₯ + 𝑏1 𝑏2 𝑦 = βˆ’π‘1 𝑏2
π‘Ž2 π‘₯ + 𝑏2 𝑦 = βˆ’π‘2 Γ— 𝑏1 β†’ π‘Ž2 𝑏1 π‘₯ + 𝑏1 𝑏2 𝑦 = βˆ’π‘2 𝑏1
Perpotongan Garis-Garis 7
⇔ π‘Ž1 𝑏2 π‘₯ βˆ’ π‘Ž2 𝑏1 π‘₯ = βˆ’π‘1 𝑏2 + 𝑐2 𝑏1
⇔ π‘₯(π‘Ž1 𝑏2 βˆ’ π‘Ž2 𝑏1) = βˆ’π‘1 𝑏2 + 𝑐2 𝑏1
⇔ π‘₯ =
𝑐2 𝑏1 βˆ’ 𝑐1 𝑏2
π‘Ž1 𝑏2 βˆ’ π‘Ž2 𝑏1
Diperoleh π‘₯ =
𝑐2 𝑏1βˆ’π‘1 𝑏2
π‘Ž1 𝑏2βˆ’π‘Ž2 𝑏1
, atau dapat dituliskan dengan π‘₯ =
|
βˆ’π‘1 𝑏1
βˆ’π‘2 𝑏2
|
|
π‘Ž1 𝑏1
π‘Ž2 𝑏2
|
dimana
|
βˆ’π‘1 𝑏1
βˆ’π‘2 𝑏2
| = 𝑐2 𝑏1 βˆ’ 𝑐1 𝑏2 yang tidak lain merupakan determinan dari (
βˆ’π‘1 𝑏1
βˆ’π‘2 𝑏2
).
Eliminasi x:
π‘Ž1 π‘₯ + 𝑏1 𝑦 = βˆ’π‘1 Γ— π‘Ž2 β†’ π‘Ž1 π‘Ž2 π‘₯ + 𝑏1 π‘Ž2 𝑦 = βˆ’π‘1 π‘Ž2
π‘Ž2 π‘₯ + 𝑏2 𝑦 = βˆ’π‘2 Γ— π‘Ž1 β†’ π‘Ž2 π‘Ž1 π‘₯ + π‘Ž1 𝑏2 𝑦 = βˆ’π‘2 π‘Ž1
⇔ 𝑏1 π‘Ž2 𝑦 βˆ’ π‘Ž1 𝑏2 𝑦 = βˆ’π‘1 π‘Ž2 + 𝑐2 π‘Ž1
⇔ 𝑦( 𝑏1 π‘Ž2 βˆ’ π‘Ž1 𝑏2) = βˆ’π‘1 π‘Ž2 + 𝑐2 π‘Ž1
⇔ 𝑦 =
π‘Ž1 𝑐2 βˆ’ π‘Ž2 𝑐1
π‘Ž2 𝑏1 βˆ’ π‘Ž1 𝑏2
⇔ 𝑦 =
π‘Ž2 𝑐1 βˆ’ π‘Ž1 𝑐2
π‘Ž2 𝑏1 βˆ’ π‘Ž1 𝑏2
Diperoleh 𝑦 =
π‘Ž2 𝑐1βˆ’π‘Ž1 𝑐2
π‘Ž2 𝑏1βˆ’π‘Ž1 𝑏2
, atau dapat dituliskan dengan 𝑦 =
|
π‘Ž1 βˆ’π‘1
π‘Ž2 βˆ’π‘2
|
|
π‘Ž1 𝑏1
π‘Ž2 𝑏2
|
dimana
|
π‘Ž1 βˆ’π‘1
π‘Ž2 βˆ’π‘2
| = π‘Ž2 𝑐1 βˆ’ π‘Ž1 𝑐2 yang tidak lain merupakan determinan dari (
π‘Ž1 βˆ’π‘1
π‘Ž2 βˆ’π‘2
). [7]
Contoh
Selesaikan sistem persamaan linear berikut dengan determinan!
{
3π‘₯ βˆ’ 𝑦 βˆ’ 10 = 0
π‘₯ βˆ’ 2𝑦 = 0
Perpotongan Garis-Garis 8
Penyelesaian:
π‘₯ =
|
βˆ’π‘1 𝑏1
βˆ’π‘2 𝑏2
|
|
π‘Ž1 𝑏1
π‘Ž2 𝑏2
|
, maka:
⇔ π‘₯ =
|
βˆ’(βˆ’10) βˆ’1
βˆ’(0) βˆ’2
|
|
3 βˆ’1
1 βˆ’2
|
=
0(βˆ’1)βˆ’ (10)(βˆ’2)
1(βˆ’1)βˆ’ 3(βˆ’2)
=
20
5
= 4
𝑦 =
|
π‘Ž1 βˆ’π‘1
π‘Ž2 βˆ’π‘2
|
|
π‘Ž1 𝑏1
π‘Ž2 𝑏2
|
, maka:
⇔ 𝑦 =
|
3 βˆ’(βˆ’10)
1 βˆ’(0)
|
|3 βˆ’1
1 βˆ’2
|
=
1(10) βˆ’ 3(0)
1(βˆ’1) βˆ’ 3(βˆ’2)
=
10
5
= 2
Diperoleh koordinat titik potong dari sistem persamaan tersebut yaitu (4,2)
Gambar 2
Pasangan x dan y adalah koordinat titik potong dari garis l1 dan l2. Kita tinjau
berbagai kemungkinan. [8]
Perhatikan contoh berikut:
Contoh 1.
Carilah koordinat titik potong antara 𝑔1: 2π‘₯ βˆ’ 𝑦 + 3 = 0 dan garis 𝑔2: π‘₯ + 3𝑦 βˆ’
4 = 0.
Secara determinan:
1
1
(0,0)
(2,1)
(4,2)
(0,10/3)
x-2y=0
3x-y-10=0
Perpotongan Garis-Garis 9
Penyelesaian:
2π‘₯ βˆ’ 𝑦 + 3 = 0
π‘₯ + 3𝑦 βˆ’ 4 = 0
π‘₯ =
|
βˆ’3 βˆ’1
4 3
|
|
2 βˆ’1
1 3
|
=
βˆ’9 + 4
6 + 1
= βˆ’
5
7
𝑦 =
|
2 βˆ’3
1 4
|
|
2 βˆ’1
1 3
|
=
8 + 3
6 + 1
=
11
7
Jadi titik potong 𝑔1 dan 𝑔2 adalah titik
(βˆ’
5
7
,
11
7
)
Gambar 3
Terlihat |
π‘Ž1 𝑏1
π‘Ž2 𝑏2
| = π‘Ž1 𝑏2 βˆ’ π‘Ž2 𝑏1 β‰  0 atau |
2 βˆ’1
1 3
|= 6 + 1 = 7, π‘‘π‘Žπ‘›
π‘Ž1
π‘Ž2
β‰ 
𝑏1
𝑏2
π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’
2
1
β‰ 
11
7
dan kedua garis tersebut perpotongan pada satu titik yaitu (βˆ’
5
7
,
11
7
).
Contoh 2:
Diketahui persamaan garis berikut:
{
3π‘₯ βˆ’ 𝑦 βˆ’ 5 = 0
6π‘₯ βˆ’ 2𝑦 βˆ’ 4 = 0
Tentukan titik potong serta sketsakan grafiknya!
Penyelesaian:
π‘₯ =
|
βˆ’π‘1 𝑏1
βˆ’π‘2 𝑏2
|
|
π‘Ž1 𝑏1
π‘Ž2 𝑏2
|
maka:
Kesimpulannya yaitu:
Jika |
π‘Ž1 𝑏1
π‘Ž2 𝑏2
| = π‘Ž1 𝑏2 βˆ’ π‘Ž2 𝑏1 β‰  0, π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’
π‘Ž1
π‘Ž2
β‰ 
𝑏1
𝑏2
maka dua garis tersebut berpotongan
di satu titik. [9]
1
1
(-5/7,11/7)
(1,1)
(0,3)
(1,5)
(4,0)
2x-y+3=0
x+3y-4=0
Perpotongan Garis-Garis 10
⇔ π‘₯ =
|
βˆ’(βˆ’5) βˆ’1
βˆ’(βˆ’4) βˆ’2
|
|
3 βˆ’1
6 βˆ’2
|
=
4(βˆ’1)βˆ’ 5(βˆ’2)
6(βˆ’1)βˆ’ 3(βˆ’2)
=
βˆ’4 + 10
βˆ’6 + 6
=
6
0
= ∞
𝑦 =
|
π‘Ž1 βˆ’π‘1
π‘Ž2 βˆ’π‘2
|
|
π‘Ž1 𝑏1
π‘Ž2 𝑏2
|
, maka:
⇔ 𝑦 =
|
3 βˆ’(βˆ’5)
6 βˆ’(βˆ’4)
|
|
3 βˆ’1
6 βˆ’2
|
=
6(5)βˆ’3(4)
6(βˆ’1)βˆ’3(βˆ’2)
=
30βˆ’12
βˆ’6+6
=
18
0
= ∞
Gambar 4
Terlihat |
π‘Ž1 𝑏1
π‘Ž2 𝑏2
| = π‘Ž1 𝑏2 βˆ’ π‘Ž2 𝑏1 = 0 atau |
3 βˆ’1
6 βˆ’2
|= 6(βˆ’1)βˆ’ 3(βˆ’2) =
0, π‘‘π‘Žπ‘›
π‘Ž1
π‘Ž2
β‰ 
𝑏1
𝑏2
π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’
3
6
=
βˆ’1
βˆ’2
dan kedua garis tersebut tidak memiliki titik potong.
Contoh 3.
Diketahui persamaan garis berikut:
{
3π‘₯ βˆ’ 𝑦 βˆ’ 5 = 0
6π‘₯ βˆ’ 2𝑦 βˆ’ 10 = 0
Tentukan titik potong serta sketsakan grafiknya!
1
1
(1,-2)
(0,-5)
(0,-2)
(1,1)
6x-2y-4=0
3x-y-5=0
Kesimpulannya yaitu:
Jika |
π‘Ž1 𝑏1
π‘Ž2 𝑏2
| = π‘Ž1 𝑏2 βˆ’ π‘Ž2 𝑏1 = 0, π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’
π‘Ž1
π‘Ž2
=
𝑏1
𝑏2
π‘‘π‘Žπ‘›
π‘Ž1
π‘Ž2
=
𝑏1
𝑏2
β‰ 
𝑐1
𝑐1
maka garis
tersebut sejajar (dianggap tidak berpotongan). [10]
Perpotongan Garis-Garis 11
Penyelesaian:
π‘₯ =
|
βˆ’π‘1 𝑏1
βˆ’π‘2 𝑏2
|
|
π‘Ž1 𝑏1
π‘Ž2 𝑏2
|
maka:
⇔ π‘₯ =
|
βˆ’(βˆ’5) βˆ’1
βˆ’(βˆ’10) βˆ’2
|
|
3 βˆ’1
6 βˆ’2
|
=
10(βˆ’1)βˆ’ 5(βˆ’2)
6(βˆ’1)βˆ’ 3(βˆ’2)
=
βˆ’10 + 10
βˆ’6 + 6
=
0
0
= ∞
𝑦 =
|
π‘Ž1 βˆ’π‘1
π‘Ž2 βˆ’π‘2
|
|
π‘Ž1 𝑏1
π‘Ž2 𝑏2
|
, maka:
⇔ 𝑦 =
|
3 βˆ’(βˆ’5)
6 βˆ’(βˆ’10)
|
|
3 βˆ’1
6 βˆ’2
|
=
6(5) βˆ’ 3(10)
6(βˆ’1) βˆ’ 3(βˆ’2)
=
30 βˆ’ 30
βˆ’6 + 6
=
0
0
= ∞
Terlihat bahwa kedua persamaan garis tersebut memiliki tak hingga banyak titik
koordinat yang berpotongan diantara kedua garis tersebut. Meskipun pada contoh 2 diperoleh
titik (x,y) = (∞,∞) namun pendefinisiannya berbeda. Pada contoh 2 kedua garis tersebut
sejajar (tidak ada titik perpotongan) sedangkan pada contoh ini kedua garis tersebut
berpotongan pada semua titik atau garis itu sendiri. Hal itu dapat dilihat pada grafik dibawah
ini.
Gambar 5
1
1
6x-2y-10=0
(0,-5)
(1,-2)
(2,1)
3x-y-5=0
Perpotongan Garis-Garis 12
Kesimpulannya yaitu:
Jika |
π‘Ž1 𝑏1
π‘Ž2 𝑏2
| = |
π‘Ž1 𝑐1
π‘Ž2 𝑐2
| = |
𝑐1 𝑏1
𝑐2 𝑏2
| atau
π‘Ž1
π‘Ž2
=
𝑏1
𝑏2
=
𝑐1
𝑐1
maka kedua garis
tersebut berimpit (titik potongnya banyak sekali, yaitu garis itu sendiri) [11]
.
Perpotongan Garis-Garis 13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa, Dua buah garis kita
katakan bepotongan apabila garis tersebut terletak pada satu bidang datar dan kedua
garis tersebut berpotongan, atau ada titik yang dilewatinya secara bersama.. Setiap
persamaan mewakili sebuah garis pada bidang, adapun tiga kemungkinan yaitu, garis
tersebut akan sejajar, berimpit atau berpotongan. Untuk mencari penyelesaian atau
titik potong dari persamaan grafik itu sendiri yaitu ada 4 cara, yakni; metode subtitusi,
eliminasi, matriks maupun determinan.
B. Saran
Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi teman-teman dan
saran kami supaya makalah ini dibaca dan dipelajari agar dapat membantu teman-
teman dalam.
Perpotongan Garis-Garis 14
DAFTAR PUSTAKA
Anton, Howard. 1983. .Aljabar Linier Elementer Edisi Ke-3. Jakarta: Erlangga
Suherman, Maman.1986. Buku Materi Pokok Geometri Analitik Datar 1-3. Jakarta:
Karunika
Jakarta
Waluyo, Slamet dkk. 2006. Matematika 2 SMA/MA. Jakarta: Bumi Aksara
[1], [2] Suherman, Maman.1986. Buku Materi Pokok Geometri Analitik Datar 1-3.
Jakarta: Karunika Jakarta, Hlm 2.33
[3] Anton, Howard. 1983. .Aljabar Linier Elementer Edisi Ke-3. Jakarta: Erlangga,
Hlm 3
[4] Anton, Howard. 1983. .Aljabar Linier Elementer Edisi Ke-3. Jakarta: Erlangga,
Hlm 4
[5] Suherman, Maman.1986. Buku Materi Pokok Geometri Analitik Datar 1-3. Jakarta:
Karunika Jakarta, Hlm 2.33
[6] Waluyo, Slamet dkk. 2006. Matematika 2 SMA/MA. Jakarta: Bumi Aksara, Hlm
140
[7] Waluyo, Slamet dkk. 2006. Matematika 2 SMA/MA. Jakarta: Bumi Aksara, Hlm
141
[8], [9], [10], [11], Suherman, Maman.1986. Buku Materi Pokok Geometri Analitik Datar 1-
3. Jakarta: Karunika Jakarta, Hlm 2.33

More Related Content

What's hot

Geometri datar dra. kusni- m.si
Geometri datar   dra. kusni- m.siGeometri datar   dra. kusni- m.si
Geometri datar dra. kusni- m.siKiki Ni
Β 
3. newton raphson method
3. newton raphson method3. newton raphson method
3. newton raphson methodokti agung
Β 
Sebaran peluang-bersama
Sebaran peluang-bersamaSebaran peluang-bersama
Sebaran peluang-bersamaWelly Dian Astika
Β 
Grafik fungsi rasional
Grafik fungsi rasionalGrafik fungsi rasional
Grafik fungsi rasionalIg Fandy Jayanto
Β 
Materi Barisan Matematika
Materi Barisan MatematikaMateri Barisan Matematika
Materi Barisan MatematikaHafsa RI
Β 
Matriks elementer
Matriks elementerMatriks elementer
Matriks elementerkartika amelia
Β 
Aksioma insidensi dalam geometri euclid final
Aksioma insidensi dalam geometri euclid finalAksioma insidensi dalam geometri euclid final
Aksioma insidensi dalam geometri euclid finalagusloveridha
Β 
Akar Kompleks dan Akar berulang PD orde 2
Akar Kompleks dan Akar berulang PD orde 2Akar Kompleks dan Akar berulang PD orde 2
Akar Kompleks dan Akar berulang PD orde 2Dian Arisona
Β 
Sub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoSub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoYadi Pura
Β 
Contoh ruang metrik
Contoh ruang metrikContoh ruang metrik
Contoh ruang metrikLusiana Lusiana
Β 
Fungsi pecah fungsi rasional
Fungsi pecah  fungsi rasional Fungsi pecah  fungsi rasional
Fungsi pecah fungsi rasional Ig Fandy Jayanto
Β 
Teori bilangan bab ii
Teori bilangan bab iiTeori bilangan bab ii
Teori bilangan bab iiSeptian Amri
Β 
Setengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri Transformasi
Setengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri TransformasiSetengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri Transformasi
Setengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri TransformasiJujun Muhamad Jubaerudin
Β 
Soal dan pembahasan integral permukaan
Soal dan pembahasan integral permukaanSoal dan pembahasan integral permukaan
Soal dan pembahasan integral permukaanUniversitas Negeri Padang
Β 
Persamaan garis lurus
Persamaan garis lurusPersamaan garis lurus
Persamaan garis lurusblackcatt
Β 

What's hot (20)

Geometri datar dra. kusni- m.si
Geometri datar   dra. kusni- m.siGeometri datar   dra. kusni- m.si
Geometri datar dra. kusni- m.si
Β 
3. newton raphson method
3. newton raphson method3. newton raphson method
3. newton raphson method
Β 
Fungsi linear
Fungsi linearFungsi linear
Fungsi linear
Β 
Sebaran peluang-bersama
Sebaran peluang-bersamaSebaran peluang-bersama
Sebaran peluang-bersama
Β 
Grafik fungsi rasional
Grafik fungsi rasionalGrafik fungsi rasional
Grafik fungsi rasional
Β 
Materi Barisan Matematika
Materi Barisan MatematikaMateri Barisan Matematika
Materi Barisan Matematika
Β 
Perpotongan dua persamaan
Perpotongan dua persamaanPerpotongan dua persamaan
Perpotongan dua persamaan
Β 
Matriks elementer
Matriks elementerMatriks elementer
Matriks elementer
Β 
Aksioma insidensi dalam geometri euclid final
Aksioma insidensi dalam geometri euclid finalAksioma insidensi dalam geometri euclid final
Aksioma insidensi dalam geometri euclid final
Β 
Akar Kompleks dan Akar berulang PD orde 2
Akar Kompleks dan Akar berulang PD orde 2Akar Kompleks dan Akar berulang PD orde 2
Akar Kompleks dan Akar berulang PD orde 2
Β 
Sub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoSub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup fakto
Β 
Contoh ruang metrik
Contoh ruang metrikContoh ruang metrik
Contoh ruang metrik
Β 
Fungsi pecah fungsi rasional
Fungsi pecah  fungsi rasional Fungsi pecah  fungsi rasional
Fungsi pecah fungsi rasional
Β 
Analisis real
Analisis realAnalisis real
Analisis real
Β 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1c
Β 
Geometri analitik ruang
Geometri analitik ruangGeometri analitik ruang
Geometri analitik ruang
Β 
Teori bilangan bab ii
Teori bilangan bab iiTeori bilangan bab ii
Teori bilangan bab ii
Β 
Setengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri Transformasi
Setengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri TransformasiSetengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri Transformasi
Setengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri Transformasi
Β 
Soal dan pembahasan integral permukaan
Soal dan pembahasan integral permukaanSoal dan pembahasan integral permukaan
Soal dan pembahasan integral permukaan
Β 
Persamaan garis lurus
Persamaan garis lurusPersamaan garis lurus
Persamaan garis lurus
Β 

Viewers also liked

Tempat kedudukan
Tempat kedudukanTempat kedudukan
Tempat kedudukanNur Fadzri
Β 
Makalah geometri koordinat
Makalah geometri koordinatMakalah geometri koordinat
Makalah geometri koordinatyudi230991
Β 
Analisis Vektor ( Bidang )
Analisis Vektor ( Bidang )Analisis Vektor ( Bidang )
Analisis Vektor ( Bidang )Phe Phe
Β 
GEOMETRI RUANG-garis & bidang sejajar, perpotongan tiga buah bidang, dua bida...
GEOMETRI RUANG-garis & bidang sejajar, perpotongan tiga buah bidang, dua bida...GEOMETRI RUANG-garis & bidang sejajar, perpotongan tiga buah bidang, dua bida...
GEOMETRI RUANG-garis & bidang sejajar, perpotongan tiga buah bidang, dua bida...Agung Wee-Idya
Β 
Bab ii pengantar topologi
Bab ii pengantar topologiBab ii pengantar topologi
Bab ii pengantar topologiMayawi Karim
Β 
sejarah sistem koordinat kartesius
sejarah sistem koordinat kartesiussejarah sistem koordinat kartesius
sejarah sistem koordinat kartesiusyanililis
Β 
Geometri analitik bidang lingkaran
Geometri analitik bidang  lingkaran Geometri analitik bidang  lingkaran
Geometri analitik bidang lingkaran barian11
Β 
Dasar dasar aljabar linier
Dasar dasar aljabar linierDasar dasar aljabar linier
Dasar dasar aljabar linierL Yudhi Prihadi
Β 
20130224 mata kuliah sistem geometri
20130224 mata kuliah sistem geometri20130224 mata kuliah sistem geometri
20130224 mata kuliah sistem geometriNilna Ma'Rifah
Β 
Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan psikologis dan teori-teorinya
Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan psikologis dan teori-teorinyaFaktor faktor yang mempengaruhi perkembangan psikologis dan teori-teorinya
Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan psikologis dan teori-teorinyaMayawi Karim
Β 
Determinan dan invers matriks
Determinan dan invers matriksDeterminan dan invers matriks
Determinan dan invers matriksSMKN 9 Bandung
Β 
Geometri bidang datar (kelompok 1) MATEMATIKA KELAS X
Geometri bidang datar (kelompok 1) MATEMATIKA KELAS XGeometri bidang datar (kelompok 1) MATEMATIKA KELAS X
Geometri bidang datar (kelompok 1) MATEMATIKA KELAS XAwanda Gita
Β 
(8.6.1) soal dan pembahasan persamaan garis lurus, matematika sltp kelas 8
(8.6.1) soal dan pembahasan persamaan garis lurus, matematika sltp kelas 8(8.6.1) soal dan pembahasan persamaan garis lurus, matematika sltp kelas 8
(8.6.1) soal dan pembahasan persamaan garis lurus, matematika sltp kelas 8kreasi_cerdik
Β 

Viewers also liked (15)

Tempat kedudukan
Tempat kedudukanTempat kedudukan
Tempat kedudukan
Β 
Makalah geometri koordinat
Makalah geometri koordinatMakalah geometri koordinat
Makalah geometri koordinat
Β 
Geometri analitik-datar1
Geometri analitik-datar1Geometri analitik-datar1
Geometri analitik-datar1
Β 
Analisis Vektor ( Bidang )
Analisis Vektor ( Bidang )Analisis Vektor ( Bidang )
Analisis Vektor ( Bidang )
Β 
GEOMETRI RUANG-garis & bidang sejajar, perpotongan tiga buah bidang, dua bida...
GEOMETRI RUANG-garis & bidang sejajar, perpotongan tiga buah bidang, dua bida...GEOMETRI RUANG-garis & bidang sejajar, perpotongan tiga buah bidang, dua bida...
GEOMETRI RUANG-garis & bidang sejajar, perpotongan tiga buah bidang, dua bida...
Β 
Bab ii pengantar topologi
Bab ii pengantar topologiBab ii pengantar topologi
Bab ii pengantar topologi
Β 
sejarah sistem koordinat kartesius
sejarah sistem koordinat kartesiussejarah sistem koordinat kartesius
sejarah sistem koordinat kartesius
Β 
Geometri analitik bidang lingkaran
Geometri analitik bidang  lingkaran Geometri analitik bidang  lingkaran
Geometri analitik bidang lingkaran
Β 
Dasar dasar aljabar linier
Dasar dasar aljabar linierDasar dasar aljabar linier
Dasar dasar aljabar linier
Β 
20130224 mata kuliah sistem geometri
20130224 mata kuliah sistem geometri20130224 mata kuliah sistem geometri
20130224 mata kuliah sistem geometri
Β 
Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan psikologis dan teori-teorinya
Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan psikologis dan teori-teorinyaFaktor faktor yang mempengaruhi perkembangan psikologis dan teori-teorinya
Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan psikologis dan teori-teorinya
Β 
Determinan dan invers matriks
Determinan dan invers matriksDeterminan dan invers matriks
Determinan dan invers matriks
Β 
Geometri bidang datar (kelompok 1) MATEMATIKA KELAS X
Geometri bidang datar (kelompok 1) MATEMATIKA KELAS XGeometri bidang datar (kelompok 1) MATEMATIKA KELAS X
Geometri bidang datar (kelompok 1) MATEMATIKA KELAS X
Β 
Lingkaran
LingkaranLingkaran
Lingkaran
Β 
(8.6.1) soal dan pembahasan persamaan garis lurus, matematika sltp kelas 8
(8.6.1) soal dan pembahasan persamaan garis lurus, matematika sltp kelas 8(8.6.1) soal dan pembahasan persamaan garis lurus, matematika sltp kelas 8
(8.6.1) soal dan pembahasan persamaan garis lurus, matematika sltp kelas 8
Β 

Similar to Pembahasan Makalah Perpotongan Garis Geometri Analitik

Materi Aljabar Persamaan Linear
Materi Aljabar Persamaan LinearMateri Aljabar Persamaan Linear
Materi Aljabar Persamaan LinearSriwijaya University
Β 
STD BAB 4 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN.pptx
STD BAB 4 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN.pptxSTD BAB 4 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN.pptx
STD BAB 4 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN.pptxChristian227136
Β 
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Sistem Persamaan Linear Dua VariabelSistem Persamaan Linear Dua Variabel
Sistem Persamaan Linear Dua VariabelChristian Lokas
Β 
Tugas Bahan Ajar MK Matematika "Persamaan dan Fungsi Linear"
Tugas Bahan Ajar MK Matematika "Persamaan dan Fungsi Linear"Tugas Bahan Ajar MK Matematika "Persamaan dan Fungsi Linear"
Tugas Bahan Ajar MK Matematika "Persamaan dan Fungsi Linear"Muhammad Lyan Pratama
Β 
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Sistem Persamaan Linear Dua VariabelSistem Persamaan Linear Dua Variabel
Sistem Persamaan Linear Dua VariabelEman Mendrofa
Β 
PPT SISTEM PERSAMAAN LINEAR DAN PROGRAM LINEAR.pptx
PPT SISTEM PERSAMAAN LINEAR DAN PROGRAM LINEAR.pptxPPT SISTEM PERSAMAAN LINEAR DAN PROGRAM LINEAR.pptx
PPT SISTEM PERSAMAAN LINEAR DAN PROGRAM LINEAR.pptx02RiniHandayani
Β 
Materi Aljabar Fungsi Pecahan Rasional
Materi Aljabar Fungsi Pecahan RasionalMateri Aljabar Fungsi Pecahan Rasional
Materi Aljabar Fungsi Pecahan RasionalSriwijaya University
Β 
PPT Matematika.pptx
PPT Matematika.pptxPPT Matematika.pptx
PPT Matematika.pptxNurunNadia2
Β 
Sistem persamaan linear tiga variabel
Sistem persamaan linear tiga variabelSistem persamaan linear tiga variabel
Sistem persamaan linear tiga variabelAna Sugiyarti
Β 
Spldv sudah jadi
Spldv sudah jadiSpldv sudah jadi
Spldv sudah jadieky45
Β 
Hubungan antar garis - Matematika Kelas XI
Hubungan antar garis - Matematika Kelas XIHubungan antar garis - Matematika Kelas XI
Hubungan antar garis - Matematika Kelas XIDicky Armansyah
Β 
Kelas x bab 5
Kelas x bab 5Kelas x bab 5
Kelas x bab 5pitrahdewi
Β 
Kelas x bab 5
Kelas x bab 5Kelas x bab 5
Kelas x bab 5pitrahdewi
Β 

Similar to Pembahasan Makalah Perpotongan Garis Geometri Analitik (20)

Materi Aljabar Persamaan Linear
Materi Aljabar Persamaan LinearMateri Aljabar Persamaan Linear
Materi Aljabar Persamaan Linear
Β 
GAR-1.pptx
GAR-1.pptxGAR-1.pptx
GAR-1.pptx
Β 
STD BAB 4 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN.pptx
STD BAB 4 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN.pptxSTD BAB 4 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN.pptx
STD BAB 4 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN.pptx
Β 
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Sistem Persamaan Linear Dua VariabelSistem Persamaan Linear Dua Variabel
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Β 
Tugas Bahan Ajar MK Matematika "Persamaan dan Fungsi Linear"
Tugas Bahan Ajar MK Matematika "Persamaan dan Fungsi Linear"Tugas Bahan Ajar MK Matematika "Persamaan dan Fungsi Linear"
Tugas Bahan Ajar MK Matematika "Persamaan dan Fungsi Linear"
Β 
spdv,spltv,and sptldv
spdv,spltv,and sptldvspdv,spltv,and sptldv
spdv,spltv,and sptldv
Β 
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Sistem Persamaan Linear Dua VariabelSistem Persamaan Linear Dua Variabel
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Β 
PPT SISTEM PERSAMAAN LINEAR DAN PROGRAM LINEAR.pptx
PPT SISTEM PERSAMAAN LINEAR DAN PROGRAM LINEAR.pptxPPT SISTEM PERSAMAAN LINEAR DAN PROGRAM LINEAR.pptx
PPT SISTEM PERSAMAAN LINEAR DAN PROGRAM LINEAR.pptx
Β 
SPL3 Variabel.pptx
SPL3 Variabel.pptxSPL3 Variabel.pptx
SPL3 Variabel.pptx
Β 
Materi Aljabar Fungsi Pecahan Rasional
Materi Aljabar Fungsi Pecahan RasionalMateri Aljabar Fungsi Pecahan Rasional
Materi Aljabar Fungsi Pecahan Rasional
Β 
PPT Matematika.pptx
PPT Matematika.pptxPPT Matematika.pptx
PPT Matematika.pptx
Β 
Draft 2
Draft 2Draft 2
Draft 2
Β 
Sistem persamaan linear tiga variabel
Sistem persamaan linear tiga variabelSistem persamaan linear tiga variabel
Sistem persamaan linear tiga variabel
Β 
Spldv sudah jadi
Spldv sudah jadiSpldv sudah jadi
Spldv sudah jadi
Β 
Fungsi kuadrat
Fungsi kuadratFungsi kuadrat
Fungsi kuadrat
Β 
Hubungan antar garis - Matematika Kelas XI
Hubungan antar garis - Matematika Kelas XIHubungan antar garis - Matematika Kelas XI
Hubungan antar garis - Matematika Kelas XI
Β 
Kelas x bab 5
Kelas x bab 5Kelas x bab 5
Kelas x bab 5
Β 
Kelas x bab 5
Kelas x bab 5Kelas x bab 5
Kelas x bab 5
Β 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
Β 
Aljabar
AljabarAljabar
Aljabar
Β 

More from Mayawi Karim

Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum (Makalah Pengembangan Kurikulum)
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum (Makalah Pengembangan Kurikulum)Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum (Makalah Pengembangan Kurikulum)
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum (Makalah Pengembangan Kurikulum)Mayawi Karim
Β 
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)Mayawi Karim
Β 
Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)Mayawi Karim
Β 
Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Mayawi Karim
Β 
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Mayawi Karim
Β 
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum (Jurnal)
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum (Jurnal)Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum (Jurnal)
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum (Jurnal)Mayawi Karim
Β 
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum
Pengertian, Peran dan Fungsi KurikulumPengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum
Pengertian, Peran dan Fungsi KurikulumMayawi Karim
Β 
Pengujian Hipotesis (Makalah Pengantar Statistika)
Pengujian Hipotesis (Makalah Pengantar Statistika)Pengujian Hipotesis (Makalah Pengantar Statistika)
Pengujian Hipotesis (Makalah Pengantar Statistika)Mayawi Karim
Β 
Hakikat Belajar dan Pembelajaran
Hakikat Belajar dan PembelajaranHakikat Belajar dan Pembelajaran
Hakikat Belajar dan PembelajaranMayawi Karim
Β 

More from Mayawi Karim (9)

Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum (Makalah Pengembangan Kurikulum)
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum (Makalah Pengembangan Kurikulum)Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum (Makalah Pengembangan Kurikulum)
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum (Makalah Pengembangan Kurikulum)
Β 
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Β 
Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Β 
Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Β 
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Β 
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum (Jurnal)
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum (Jurnal)Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum (Jurnal)
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum (Jurnal)
Β 
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum
Pengertian, Peran dan Fungsi KurikulumPengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum
Β 
Pengujian Hipotesis (Makalah Pengantar Statistika)
Pengujian Hipotesis (Makalah Pengantar Statistika)Pengujian Hipotesis (Makalah Pengantar Statistika)
Pengujian Hipotesis (Makalah Pengantar Statistika)
Β 
Hakikat Belajar dan Pembelajaran
Hakikat Belajar dan PembelajaranHakikat Belajar dan Pembelajaran
Hakikat Belajar dan Pembelajaran
Β 

Recently uploaded

tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
Β 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
Β 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
Β 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
Β 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
Β 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
Β 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
Β 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
Β 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
Β 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
Β 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
Β 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
Β 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
Β 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
Β 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
Β 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
Β 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
Β 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
Β 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
Β 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
Β 

Recently uploaded (20)

tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
Β 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
Β 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Β 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Β 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
Β 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
Β 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Β 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
Β 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Β 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Β 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
Β 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
Β 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Β 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Β 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Β 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
Β 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Β 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
Β 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
Β 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
Β 

Pembahasan Makalah Perpotongan Garis Geometri Analitik

  • 1. Perpotongan Garis-Garis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Garis adalah salah satu objek elementer dalam matematika, khususnya geometri. Karena merupakan objek elementer, garis biasanya tidak didefinisikan. Garis lurus adalah garis yang menghubungkan dua titik dengan jarak yang terdekat. persamaan garis lurus merupakan persamaan dimana variable x dan y memiliki pangkat tertinggi yaitu satu. Adapun bentuk umum persamaan garis lurus yaitu π‘Žπ‘₯ + 𝑏𝑦 + 𝑐 = 0. Dalam sebuah system koordinat, jika terdapat dua buah garis, maka terdapat tiga kemungkinan yaitu garis tersebut sejajar, berimpit ataupun berpotongan dimana masing-masing dari ketiga hal tersebut memiliki ciri tersendiri. Dalam materi geometri analitik sebelumnya telah dijelaskan tentang cara menggambar sebuah grafik yaitu dengan memisalkan sebarang nilai x dari berbagai titik untuk mencari titik koordinat yang selanjutnya akan dihubungkan menjadi sebuah garis lurus yang mana telah kita ketahui sbelumnya bahwa garis tersebut merupakan hasil dari kumpulan titik-titik yang tak hingga batas. Namun terkadang dengan metode tersebut kita sering kesulitan untuk mencari titi potong dari garis tersebut. Adapun untuk memahami lebih lanjut tentang materi garis lurus, pada makalah ini kami akan membahas materi kelanjutan dari garis lurus yaitu mengenai Perpotongan Garis-Garis. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalanya yaitu: 1. Apa yang dimaksud dengan perpotongan garis? 2. Bagaimana cara menentukan titik potong dari perpotongan garis? C. Tujuan Makalah ini betujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah geometri analitik sekaligus memberikan informasi mengenai perpotongan gari-garis pada sebuah garis lurus.
  • 2. Perpotongan Garis-Garis 2 BAB II PEMBAHASAN A. Perpotongan Garis-Garis Titik potong antar dua garis, berarti titik itu terletak pada garis pertama maupun pada garis kedua. Mencari koordinat titik potong antara dua garis adalah mencari penyelesaian dari sistem persamaan linier dengan dua variable[1]. Tinjau dua persamaan linier π‘Ž1 π‘₯ + 𝑏1 𝑦 + 𝑐1 = 0, dan π‘Ž2 π‘₯ + 𝑏2 𝑦 + 𝑐2 = 0 dengan π‘Ž1, π‘Ž2, 𝑏1, 𝑏2 β‰  0. Tiap persamaan linier ini mewakili sebuah garis pada bidang[2]. Namakanlah garis-garis tersebut l1 dan l2. Karena sebuah titik (x,y) terletak pada sebuah garis jika dan hanya jika bilangan-bilangan x dan y memenuhi persamaan garis tersebut, maka pemecahan sistem persamaan tersebut akan bersesuaian dengan titik perpotongan dari garis l1 dan l2 [3]. Adapun dua buah garis kita katakan bepotongan apabila garis tersebut terletak pada satu bidang datar dan kedua garis tersebut berpotongan disalah satu titiknya. Ada tiga kemungkinan: a. Garis l1 mungkin sejajar dengan garis l2, dimana di dalam kasus ini tidak ada perpotongan, dan sebagai konsekuensinya maka tidak ada pemecahan untuk sistem tersebut. b. Garis l1 mungkin berpotongan dengan garis l2 di hanya satu titik, dimana dalam kasus ini kedua garis tersebut mempunyai satu titik potong sehingga sistem persamaan tersebut mempunyai satu pemecahan. c. Garis l1 mungkin berimpit dengan garis l2, dimana dalam kasus ini terdapat tak terhingga banyaknya titik perpotongan, dan sebagai konsekuensinya maka tak terhingga banyaknya pemecahan untuk sistem tersebut. Hal tersebut digambarkan dalam grafik berikut[4]: (a) (b) (c) x y x y x y l1 l2 l1 l1 l2l2
  • 3. Perpotongan Garis-Garis 3 Gambar 1 (a) Tidak ada pemecahan, (b) Satu Pemecahan, (c) Tak terhingga banyaknya pemecahan. B. Menentukan Titik Potong Garis Menurut aljabar ada beberapa cara untuk menyelesaikan sistem persamaan linier, antara lain dengan metode subtitusi, eliminasi, matriks, dan determinan[5]. 1. Menggunakan Metode Subtitusi: Untuk mencari titik potong terhadap kedua garis menggunakan metode subtitusi dilakukan dengan cara menyatakan salah satu variabel ke dalam variabel lainnya pada salah satu persamaan, kemudian mensubtitusikannya ke persamaan lain. Contoh 1: Tentukan titik potong dari persamaan berikut: 3π‘₯ βˆ’ 𝑦 = 10 π‘₯ βˆ’ 2𝑦 = 0 Penyelesaian: Misalkan, 3π‘₯ βˆ’ 𝑦 = 10… … …… … … ( 𝑖) π‘₯ βˆ’ 2𝑦 = 0 …… … …… … . (𝑖𝑖) ο‚· Cara 1 (mensubtitusi y) Pada persamaan (i) nyatakan variable y ke dalam variable x: 3π‘₯ βˆ’ 𝑦 = 10 𝑦 = 3π‘₯ βˆ’ 10… … .. (𝑖𝑖𝑖) Subtitusikn persamaan (iii) ke persaman ke persamaan (ii): π‘₯ βˆ’ 2𝑦 = 0 β†’ π‘₯ βˆ’ 2(3π‘₯ βˆ’ 10) = 0 ↔ π‘₯ βˆ’ 6π‘₯ + 20 = 0 ↔ βˆ’5π‘₯ + 20 = 0 ↔ βˆ’5π‘₯ = βˆ’20 ↔ π‘₯ = βˆ’20 βˆ’5 ↔ π‘₯ = 4 Subtitusikan x = 4 ke persamaan ke (iii):
  • 4. Perpotongan Garis-Garis 4 𝑦 = 3π‘₯ βˆ’ 10 β†’ 𝑦 = 3(4) βˆ’ 10 ↔ 𝑦 = 12 βˆ’ 10 ↔ 𝑦 = 2 π‘—π‘Žπ‘‘π‘–,titik potong kedua garis tersebut yaitu (4,2) ο‚· Cara 2 (Mensubtitusi x): Pada persamaan (ii), nyatakan variable x ke dalam variable y: π‘₯ βˆ’ 2𝑦 = 0 π‘₯ = 2𝑦 …… … …(𝑖𝑣) Subtitusikan (iv) ke (i), sehingga menjadi: 3(2𝑦) βˆ’ 𝑦 = 10 ↔ 5𝑦 = 10 ↔ 𝑦 = 2 Subtitusikan y = 2 ke (iv): π‘₯ = 2𝑦 ↔ π‘₯ = 2(2) ↔ π‘₯ = 4 Jadi, diperoleh titik potong kedua garis tersebut yaitu (4,2) 2. Menggunakan Metode Eliminasi: Untuk mencari titik potong terhadap kedua garis menggunakan metode eliminasi dilakukan dengan cara menghilangkan salah satu variabelnya. Contoh 2: Tentukan titik potong dari persamaan berikut: 3π‘₯ βˆ’ 𝑦 = 10 π‘₯ βˆ’ 2𝑦 = 0 Penyelesaian: Misalkan, 3π‘₯ βˆ’ 𝑦 = 10… … …… … … ( 𝑖) π‘₯ βˆ’ 2𝑦 = 0 …… … …… … . (𝑖𝑖) Mengeliminasi/menghilangkan x:
  • 5. Perpotongan Garis-Garis 5 3π‘₯ βˆ’ 𝑦 = 10 Γ— 1 3π‘₯ βˆ’ 𝑦 = 10 π‘₯ βˆ’ 2𝑦 = 0 Γ— 3 3π‘₯ βˆ’ 6𝑦 = 0 5𝑦 = 10 𝑦 = 2 Mengeliminasi/menghilangkan y: 3π‘₯ βˆ’ 𝑦 = 10 Γ— 2 6π‘₯ βˆ’ 2𝑦 = 20 π‘₯ βˆ’ 2𝑦 = 0 Γ— 2 π‘₯ βˆ’ 2𝑦 = 0 5π‘₯ = 20 π‘₯ = 4 Jadi, diperoleh titik potong kedua garis tersebut yaitu (4,2) 3. Matriks Matriks dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu sistem persamaan linear. Cara menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan matriks yaitu mengubah bentuk persamaan ke dalam bentuk matriks[6]. Selanjutnya matriks tersebut di selesaikan untuk mencari titik (x,y) dimana pada metode matriks ini juga menggunakan invers pada matriks. Berikut langkah-langkah untuk mencari titik potong garis dalam sebuah sistem persamaan menggunakan metode matriks. Bentuk umum persamaan linear: π‘Ž1 π‘₯ + 𝑏1 𝑦 + 𝑐1 = 0 β†’ π‘Ž1 π‘₯ + 𝑏1 𝑦 = βˆ’π‘1 π‘Ž2 π‘₯ + 𝑏2 𝑦 + 𝑐2 = 0 β†’ π‘Ž2 π‘₯ + 𝑏2 𝑦 = βˆ’π‘2 Di ubah dalam bentuk matriks menjadi; ( π‘Ž1 𝑏1 π‘Ž2 𝑏2 ) ( π‘₯ 𝑦 ) = ( βˆ’π‘1 βˆ’π‘2 ) Pada matriks, jika A = ( π‘Ž1 𝑏1 π‘Ž2 𝑏2 ) maka: π΄βˆ’1 = 1 det 𝐴 ( 𝑏2 βˆ’π‘1 βˆ’π‘Ž2 π‘Ž1 ) = 1 π‘Ž1 𝑏2βˆ’π‘Ž2 𝑏1 ( 𝑏2 βˆ’π‘1 βˆ’π‘Ž2 π‘Ž1 ) Sehingga diperoleh: ( π‘₯ 𝑦 ) = 1 π‘Ž1 𝑏2βˆ’π‘Ž2 𝑏1 ( 𝑏2 βˆ’π‘1 βˆ’π‘Ž2 π‘Ž1 ) (βˆ’π‘ βˆ’π‘ ) [7] Contoh Selesaikan system persamaan linear berikut dengan matriks! { 3π‘₯ βˆ’ 𝑦 = 10 π‘₯ βˆ’ 2𝑦 = 0 [
  • 6. Perpotongan Garis-Garis 6 Penyelesaian: Kita nyatakan dulu system persamaan tersebut dalam bentuk matriks, yaitu: ( 3 βˆ’1 1 βˆ’2 )( π‘₯ 𝑦 ) = ( 10 0 ) Sehingga: ⇔ ( π‘₯ 𝑦 ) = 1 3(βˆ’2)βˆ’ 1 βˆ’ (βˆ’1) ( βˆ’2 1 βˆ’1 3 ) ( 10 0 ) ⇔ ( π‘₯ 𝑦 ) = 1 βˆ’6 + 1 ( βˆ’2 1 βˆ’1 3 )( 10 0 ) ⇔ ( π‘₯ 𝑦 ) = 1 βˆ’5 ( βˆ’2(10)+ 1(0) βˆ’1(10)+ 3(0) ) ⇔ ( π‘₯ 𝑦 ) = 1 βˆ’5 ( βˆ’20 βˆ’10 ) ⇔ ( π‘₯ 𝑦 ) = ( 4 2 ) Diperoleh nilai x = 4 dan y = 2, sehingga koordinat titik pototng kedua persamaan garis tersebut yaitu (4,2) 4. Determinan Selain menggunakan sifat invers pada matriks (metode ke-3) dalam mencari titik potong dari suatu sistem persamaan garis juga dapat diselesaikan dengan determinan. Bentuk umum persamaan garis yaitu: π‘Ž1 π‘₯ + 𝑏1 𝑦 + 𝑐1 = 0 π‘Ž2 π‘₯ + 𝑏2 𝑦 + 𝑐2 = 0 , maka: π‘Ž1 π‘₯ + 𝑏1 𝑦 = βˆ’π‘1 π‘Ž2 π‘₯ + 𝑏2 𝑦 = βˆ’π‘2 , Jika diselesaikan dengan metode eliminasi, maka di dapat: Eliminasi y: π‘Ž1 π‘₯ + 𝑏1 𝑦 = βˆ’π‘1 Γ— 𝑏2 β†’ π‘Ž1 𝑏2 π‘₯ + 𝑏1 𝑏2 𝑦 = βˆ’π‘1 𝑏2 π‘Ž2 π‘₯ + 𝑏2 𝑦 = βˆ’π‘2 Γ— 𝑏1 β†’ π‘Ž2 𝑏1 π‘₯ + 𝑏1 𝑏2 𝑦 = βˆ’π‘2 𝑏1
  • 7. Perpotongan Garis-Garis 7 ⇔ π‘Ž1 𝑏2 π‘₯ βˆ’ π‘Ž2 𝑏1 π‘₯ = βˆ’π‘1 𝑏2 + 𝑐2 𝑏1 ⇔ π‘₯(π‘Ž1 𝑏2 βˆ’ π‘Ž2 𝑏1) = βˆ’π‘1 𝑏2 + 𝑐2 𝑏1 ⇔ π‘₯ = 𝑐2 𝑏1 βˆ’ 𝑐1 𝑏2 π‘Ž1 𝑏2 βˆ’ π‘Ž2 𝑏1 Diperoleh π‘₯ = 𝑐2 𝑏1βˆ’π‘1 𝑏2 π‘Ž1 𝑏2βˆ’π‘Ž2 𝑏1 , atau dapat dituliskan dengan π‘₯ = | βˆ’π‘1 𝑏1 βˆ’π‘2 𝑏2 | | π‘Ž1 𝑏1 π‘Ž2 𝑏2 | dimana | βˆ’π‘1 𝑏1 βˆ’π‘2 𝑏2 | = 𝑐2 𝑏1 βˆ’ 𝑐1 𝑏2 yang tidak lain merupakan determinan dari ( βˆ’π‘1 𝑏1 βˆ’π‘2 𝑏2 ). Eliminasi x: π‘Ž1 π‘₯ + 𝑏1 𝑦 = βˆ’π‘1 Γ— π‘Ž2 β†’ π‘Ž1 π‘Ž2 π‘₯ + 𝑏1 π‘Ž2 𝑦 = βˆ’π‘1 π‘Ž2 π‘Ž2 π‘₯ + 𝑏2 𝑦 = βˆ’π‘2 Γ— π‘Ž1 β†’ π‘Ž2 π‘Ž1 π‘₯ + π‘Ž1 𝑏2 𝑦 = βˆ’π‘2 π‘Ž1 ⇔ 𝑏1 π‘Ž2 𝑦 βˆ’ π‘Ž1 𝑏2 𝑦 = βˆ’π‘1 π‘Ž2 + 𝑐2 π‘Ž1 ⇔ 𝑦( 𝑏1 π‘Ž2 βˆ’ π‘Ž1 𝑏2) = βˆ’π‘1 π‘Ž2 + 𝑐2 π‘Ž1 ⇔ 𝑦 = π‘Ž1 𝑐2 βˆ’ π‘Ž2 𝑐1 π‘Ž2 𝑏1 βˆ’ π‘Ž1 𝑏2 ⇔ 𝑦 = π‘Ž2 𝑐1 βˆ’ π‘Ž1 𝑐2 π‘Ž2 𝑏1 βˆ’ π‘Ž1 𝑏2 Diperoleh 𝑦 = π‘Ž2 𝑐1βˆ’π‘Ž1 𝑐2 π‘Ž2 𝑏1βˆ’π‘Ž1 𝑏2 , atau dapat dituliskan dengan 𝑦 = | π‘Ž1 βˆ’π‘1 π‘Ž2 βˆ’π‘2 | | π‘Ž1 𝑏1 π‘Ž2 𝑏2 | dimana | π‘Ž1 βˆ’π‘1 π‘Ž2 βˆ’π‘2 | = π‘Ž2 𝑐1 βˆ’ π‘Ž1 𝑐2 yang tidak lain merupakan determinan dari ( π‘Ž1 βˆ’π‘1 π‘Ž2 βˆ’π‘2 ). [7] Contoh Selesaikan sistem persamaan linear berikut dengan determinan! { 3π‘₯ βˆ’ 𝑦 βˆ’ 10 = 0 π‘₯ βˆ’ 2𝑦 = 0
  • 8. Perpotongan Garis-Garis 8 Penyelesaian: π‘₯ = | βˆ’π‘1 𝑏1 βˆ’π‘2 𝑏2 | | π‘Ž1 𝑏1 π‘Ž2 𝑏2 | , maka: ⇔ π‘₯ = | βˆ’(βˆ’10) βˆ’1 βˆ’(0) βˆ’2 | | 3 βˆ’1 1 βˆ’2 | = 0(βˆ’1)βˆ’ (10)(βˆ’2) 1(βˆ’1)βˆ’ 3(βˆ’2) = 20 5 = 4 𝑦 = | π‘Ž1 βˆ’π‘1 π‘Ž2 βˆ’π‘2 | | π‘Ž1 𝑏1 π‘Ž2 𝑏2 | , maka: ⇔ 𝑦 = | 3 βˆ’(βˆ’10) 1 βˆ’(0) | |3 βˆ’1 1 βˆ’2 | = 1(10) βˆ’ 3(0) 1(βˆ’1) βˆ’ 3(βˆ’2) = 10 5 = 2 Diperoleh koordinat titik potong dari sistem persamaan tersebut yaitu (4,2) Gambar 2 Pasangan x dan y adalah koordinat titik potong dari garis l1 dan l2. Kita tinjau berbagai kemungkinan. [8] Perhatikan contoh berikut: Contoh 1. Carilah koordinat titik potong antara 𝑔1: 2π‘₯ βˆ’ 𝑦 + 3 = 0 dan garis 𝑔2: π‘₯ + 3𝑦 βˆ’ 4 = 0. Secara determinan: 1 1 (0,0) (2,1) (4,2) (0,10/3) x-2y=0 3x-y-10=0
  • 9. Perpotongan Garis-Garis 9 Penyelesaian: 2π‘₯ βˆ’ 𝑦 + 3 = 0 π‘₯ + 3𝑦 βˆ’ 4 = 0 π‘₯ = | βˆ’3 βˆ’1 4 3 | | 2 βˆ’1 1 3 | = βˆ’9 + 4 6 + 1 = βˆ’ 5 7 𝑦 = | 2 βˆ’3 1 4 | | 2 βˆ’1 1 3 | = 8 + 3 6 + 1 = 11 7 Jadi titik potong 𝑔1 dan 𝑔2 adalah titik (βˆ’ 5 7 , 11 7 ) Gambar 3 Terlihat | π‘Ž1 𝑏1 π‘Ž2 𝑏2 | = π‘Ž1 𝑏2 βˆ’ π‘Ž2 𝑏1 β‰  0 atau | 2 βˆ’1 1 3 |= 6 + 1 = 7, π‘‘π‘Žπ‘› π‘Ž1 π‘Ž2 β‰  𝑏1 𝑏2 π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’ 2 1 β‰  11 7 dan kedua garis tersebut perpotongan pada satu titik yaitu (βˆ’ 5 7 , 11 7 ). Contoh 2: Diketahui persamaan garis berikut: { 3π‘₯ βˆ’ 𝑦 βˆ’ 5 = 0 6π‘₯ βˆ’ 2𝑦 βˆ’ 4 = 0 Tentukan titik potong serta sketsakan grafiknya! Penyelesaian: π‘₯ = | βˆ’π‘1 𝑏1 βˆ’π‘2 𝑏2 | | π‘Ž1 𝑏1 π‘Ž2 𝑏2 | maka: Kesimpulannya yaitu: Jika | π‘Ž1 𝑏1 π‘Ž2 𝑏2 | = π‘Ž1 𝑏2 βˆ’ π‘Ž2 𝑏1 β‰  0, π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’ π‘Ž1 π‘Ž2 β‰  𝑏1 𝑏2 maka dua garis tersebut berpotongan di satu titik. [9] 1 1 (-5/7,11/7) (1,1) (0,3) (1,5) (4,0) 2x-y+3=0 x+3y-4=0
  • 10. Perpotongan Garis-Garis 10 ⇔ π‘₯ = | βˆ’(βˆ’5) βˆ’1 βˆ’(βˆ’4) βˆ’2 | | 3 βˆ’1 6 βˆ’2 | = 4(βˆ’1)βˆ’ 5(βˆ’2) 6(βˆ’1)βˆ’ 3(βˆ’2) = βˆ’4 + 10 βˆ’6 + 6 = 6 0 = ∞ 𝑦 = | π‘Ž1 βˆ’π‘1 π‘Ž2 βˆ’π‘2 | | π‘Ž1 𝑏1 π‘Ž2 𝑏2 | , maka: ⇔ 𝑦 = | 3 βˆ’(βˆ’5) 6 βˆ’(βˆ’4) | | 3 βˆ’1 6 βˆ’2 | = 6(5)βˆ’3(4) 6(βˆ’1)βˆ’3(βˆ’2) = 30βˆ’12 βˆ’6+6 = 18 0 = ∞ Gambar 4 Terlihat | π‘Ž1 𝑏1 π‘Ž2 𝑏2 | = π‘Ž1 𝑏2 βˆ’ π‘Ž2 𝑏1 = 0 atau | 3 βˆ’1 6 βˆ’2 |= 6(βˆ’1)βˆ’ 3(βˆ’2) = 0, π‘‘π‘Žπ‘› π‘Ž1 π‘Ž2 β‰  𝑏1 𝑏2 π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’ 3 6 = βˆ’1 βˆ’2 dan kedua garis tersebut tidak memiliki titik potong. Contoh 3. Diketahui persamaan garis berikut: { 3π‘₯ βˆ’ 𝑦 βˆ’ 5 = 0 6π‘₯ βˆ’ 2𝑦 βˆ’ 10 = 0 Tentukan titik potong serta sketsakan grafiknya! 1 1 (1,-2) (0,-5) (0,-2) (1,1) 6x-2y-4=0 3x-y-5=0 Kesimpulannya yaitu: Jika | π‘Ž1 𝑏1 π‘Ž2 𝑏2 | = π‘Ž1 𝑏2 βˆ’ π‘Ž2 𝑏1 = 0, π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’ π‘Ž1 π‘Ž2 = 𝑏1 𝑏2 π‘‘π‘Žπ‘› π‘Ž1 π‘Ž2 = 𝑏1 𝑏2 β‰  𝑐1 𝑐1 maka garis tersebut sejajar (dianggap tidak berpotongan). [10]
  • 11. Perpotongan Garis-Garis 11 Penyelesaian: π‘₯ = | βˆ’π‘1 𝑏1 βˆ’π‘2 𝑏2 | | π‘Ž1 𝑏1 π‘Ž2 𝑏2 | maka: ⇔ π‘₯ = | βˆ’(βˆ’5) βˆ’1 βˆ’(βˆ’10) βˆ’2 | | 3 βˆ’1 6 βˆ’2 | = 10(βˆ’1)βˆ’ 5(βˆ’2) 6(βˆ’1)βˆ’ 3(βˆ’2) = βˆ’10 + 10 βˆ’6 + 6 = 0 0 = ∞ 𝑦 = | π‘Ž1 βˆ’π‘1 π‘Ž2 βˆ’π‘2 | | π‘Ž1 𝑏1 π‘Ž2 𝑏2 | , maka: ⇔ 𝑦 = | 3 βˆ’(βˆ’5) 6 βˆ’(βˆ’10) | | 3 βˆ’1 6 βˆ’2 | = 6(5) βˆ’ 3(10) 6(βˆ’1) βˆ’ 3(βˆ’2) = 30 βˆ’ 30 βˆ’6 + 6 = 0 0 = ∞ Terlihat bahwa kedua persamaan garis tersebut memiliki tak hingga banyak titik koordinat yang berpotongan diantara kedua garis tersebut. Meskipun pada contoh 2 diperoleh titik (x,y) = (∞,∞) namun pendefinisiannya berbeda. Pada contoh 2 kedua garis tersebut sejajar (tidak ada titik perpotongan) sedangkan pada contoh ini kedua garis tersebut berpotongan pada semua titik atau garis itu sendiri. Hal itu dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Gambar 5 1 1 6x-2y-10=0 (0,-5) (1,-2) (2,1) 3x-y-5=0
  • 12. Perpotongan Garis-Garis 12 Kesimpulannya yaitu: Jika | π‘Ž1 𝑏1 π‘Ž2 𝑏2 | = | π‘Ž1 𝑐1 π‘Ž2 𝑐2 | = | 𝑐1 𝑏1 𝑐2 𝑏2 | atau π‘Ž1 π‘Ž2 = 𝑏1 𝑏2 = 𝑐1 𝑐1 maka kedua garis tersebut berimpit (titik potongnya banyak sekali, yaitu garis itu sendiri) [11] .
  • 13. Perpotongan Garis-Garis 13 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa, Dua buah garis kita katakan bepotongan apabila garis tersebut terletak pada satu bidang datar dan kedua garis tersebut berpotongan, atau ada titik yang dilewatinya secara bersama.. Setiap persamaan mewakili sebuah garis pada bidang, adapun tiga kemungkinan yaitu, garis tersebut akan sejajar, berimpit atau berpotongan. Untuk mencari penyelesaian atau titik potong dari persamaan grafik itu sendiri yaitu ada 4 cara, yakni; metode subtitusi, eliminasi, matriks maupun determinan. B. Saran Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi teman-teman dan saran kami supaya makalah ini dibaca dan dipelajari agar dapat membantu teman- teman dalam.
  • 14. Perpotongan Garis-Garis 14 DAFTAR PUSTAKA Anton, Howard. 1983. .Aljabar Linier Elementer Edisi Ke-3. Jakarta: Erlangga Suherman, Maman.1986. Buku Materi Pokok Geometri Analitik Datar 1-3. Jakarta: Karunika Jakarta Waluyo, Slamet dkk. 2006. Matematika 2 SMA/MA. Jakarta: Bumi Aksara [1], [2] Suherman, Maman.1986. Buku Materi Pokok Geometri Analitik Datar 1-3. Jakarta: Karunika Jakarta, Hlm 2.33 [3] Anton, Howard. 1983. .Aljabar Linier Elementer Edisi Ke-3. Jakarta: Erlangga, Hlm 3 [4] Anton, Howard. 1983. .Aljabar Linier Elementer Edisi Ke-3. Jakarta: Erlangga, Hlm 4 [5] Suherman, Maman.1986. Buku Materi Pokok Geometri Analitik Datar 1-3. Jakarta: Karunika Jakarta, Hlm 2.33 [6] Waluyo, Slamet dkk. 2006. Matematika 2 SMA/MA. Jakarta: Bumi Aksara, Hlm 140 [7] Waluyo, Slamet dkk. 2006. Matematika 2 SMA/MA. Jakarta: Bumi Aksara, Hlm 141 [8], [9], [10], [11], Suherman, Maman.1986. Buku Materi Pokok Geometri Analitik Datar 1- 3. Jakarta: Karunika Jakarta, Hlm 2.33