1. OrganisasiPergerakanNasional(Budi Utomo, SarekatIslam, Indische
Partij, Muhammadiyah dan Lainnya)
Organisasi Pergerakan Nasional (Budi Utomo, Sarekat Islam, Indische
Partij, Muhammadiyah dan Lainnya)
1. Budi Utomo
Organisasi Budi Utomo (BU) didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 oleh para
mahasiswa STOVIA di Batavia dengan Sutomo sebagai ketuanya. Terbentuknya
organisasi tersebut atas ide dr. Wahidin Sudirohusodo yang sebelumnya telah
berkeliling Jawa untuk menawarkan idenya membentuk Studiefounds.
Gagasan Studiesfounds bertujuan untuk menghimpun dana guna memberikan
beasiswa bagi pelajar yang berprestasi, namun tidak mampu melanjutnya studinya.
Gagasan itu tidak terwujud, tetapi gagasan itu melahirkan Budi Utomo. Tujuan Budi
Utomo adalah memajukan pengajaran dan kebudayaan.
Tujuan tersebut ingin dicapai dengan usaha-usaha sebagai berikut:
1) memajukan pengajaran;
2) memajukan pertanian, peternakan dan perdagangan;
3) memajukan teknik dan industri
4) menghidupkan kembali kebudayaan.
Dilihat dari tujuannya, Budi Utomo bukan merupakan organisasi politik melainkan
merupakan organisasi pelajar dengan pelajar STOVIA sebagai intinya. Sampai
menjelang kongresnya yang pertama di Yogyakarta telah berdiri tujuh cabang Budi
Utomo, yakni di Batavia, Bogor, Bandung, Magelang, Yogyakarta, Surabaya, dan
Ponorogo.
Untuk mengonsolidasi diri (dengan dihadiri 7 cabangnya), Budi Utomo mengadakan
kongres yang pertama di Yogyakarta pada tanggal 3-5 Oktober 1908. Kongres
memutuskan hal-hal sebagai berikut.
1) Budi Utomo tidak ikut dalam mengadakan kegiatan politik.
2) Kegiatan Budi Utomo terutama ditujukan pada bidang pendidikan dan
kebudayaan.
3) Ruang gerak Budi Utomo terbatas pada daerah Jawa dan Madura.
4) Memilih R.T. Tirtokusumo, Bupati Karanganyar sebagai ketua.
5) Yogyakarta ditetapkan sebagai pusat organisasi.
Sampai dengan akhir tahun 1909, telah berdiri 40 cabang Budi Utomo dengan
jumlah anggota mencapai 10.000 orang. Akan tetapi, dengan adanya kongres
tersebut tampaknya terjadi pergeseran pimpinan dari generasi muda ke generasi tua.
Banyak anggota muda yang menyingkir dari barisan depan, dan anggota Budi
Utomo kebanyakan dari golongan priayi dan pegawai negeri. Dengan demikian, sifat
protonasionalisme dari para pemimpin yang tampak pada awal berdirinya Budi
Utomo terdesak ke belakang. Strategi perjuangan BU pada dasarnya bersifat
kooperatif.
2. Mulai tahun 1912 dengan tampilnya Notodirjo sebagai ketua menggantikan R.T.
Notokusumo, Budi Utomo ingin mengejar ketinggalannya. Akan tetapi, hasilnya
tidak begitu besar karena pada saat itu telah muncul organisasi-organisasi nasional
lainnya, seperti Sarekat Islam (SI) dan Indiche Partij (IP).
Namun demikian, Budi Utomo tetap mempunyai andil dan jasa yang besar dalam
sejarah pergerakan nasional, yakni telah membuka jalan dan memelopori gerakan
kebangsaan Indonesia. Itulah sebabnya tanggal 20 Mei ditetapkan sebagai hari
Kebangkitan Nasional yang kita peringati setiap tahun hingga sekarang.
2. Sarekat Islam (SI)
Tiga tahun setelah berdirinya Budi Utomo, yakni tahun 1911 berdirilah Sarekat
Dagang Islam ( SDI ) di Solo oleh H. Samanhudi, seorang pedagang batik dari
Laweyan Solo.
Organisasi Sarekat Dagang Islam berdasar pada dua hal berikut ini.
a. Agama Islam.
b. Ekonomi, yakni untuk memperkuat diri dari pedagang Cina yang berperan sebagai
leveransir (seperti kain putih, malam, dan sebagainya).
Atas prakarsa H.O.S. Cokroaminoto, nama Sarekat Dagang Islam kemudian diubah
menjadi Sarekat Islam ( SI ), dengan tujuan untuk memperluas anggota sehingga
tidak hanya terbatas pada pedagang saja.
Berdasarkan Akte Notaris pada tanggal 10 September 1912, ditetapkan
tujuan Sarekat Islam sebagai berikut:
1) memajukan perdagangan;
2) membantu para anggotanya yang mengalami kesulitan dalam bidang usaha
(permodalan);
3) memajukan kepentingan rohani dan jasmani penduduk asli;
4) memajukan kehidupan agama Islam.
Melihat tujuannya tidak tampak adanya kegiatan politik. Akan tetapi, Sarekat
Islam dengan gigih selalu memperjuangkan keadilan dan kebenaran terhadap
penindasan dan pemerasan oleh pemerintah kolonial. Dengan demikian, di samping
tujuan ekonomi juga ditekankan adanya saling membantu di antara anggota. Itulah
sebabnya dalam waktu singkat, Sarekat Islam berkembang menjadi anggota massa
yang pertama di Indonesia. Sarekat Islam merupakan gerakan nasionalis,
demokratis dan ekonomis, serta berasaskan Islam dengan haluan kooperatif.
Mengingat perkembangan Sarekat Islam yang begitu pesat maka timbullah
kekhawatiran dari pihak Gubernur Jenderal Indenberg sehingga
permohonan Sarekat Islam sebagai organisasi nasional yang berbadan hukum
ditolak dan hanya diperbolehkan berdiri secara lokal. Pada tahun 1914 telah berdiri
56 Sarekat Islam lokal yang diakui sebagai badan hukum.
3. Pada tahun 1915 berdirilah Central Sarekat Islam (CSI) yang berkedudukan di
Surabaya. Tugasnya ialah membantu menuju kemajuan dan kerjasama antar Sarekat
Islam lokal. Pada tanggal 17–24 Juni 1916 diadakan Kongres SI Nasional Pertama di
Bandung yang dihadiri oleh 80 Sarekat Islam lokal dengan anggota 360.000 orang
anggota. Dalam kongres tersebut telah disepakati istilah "nasional", dimaksudkan
bahwa Sarekat Islam menghendaki persatuan dari seluruh lapisan masyarakat
Indonesia menjadi satu bangsa.
Sifat Sarekat Islam yang demokratis dan berani serta berjuang terhadap kapitalisme
untuk kepentingan rakyat kecil sangat menarik perhatian kaum sosialis kiri yang
tergabung dalam Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) pimpinan
Sneevliet (Belanda), Semaun, Darsono, Tan Malaka, dan Alimin (Indonesia).
Itulah sebabnya dalam perkembangannya Sarekat Islam pecah menjadi dua
kelompok berikut ini.
1) Kelompok nasionalis religius ( nasionalis keagamaan) yang dikenal
dengan Sarekat Islam Putih dengan asas perjuangan Islam di bawah pimpinan
H.O.S. Cokroaminoto.
2) Kelompok ekonomi dogmatis yang dikenal dengan nama Sarekat Islam Merah
dengan haluan sosialis kiri di bawah pimpinan Semaun dan Darsono.
3. Indische Partij (IP)
Indische Partij (IP) didirikan di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912 oleh Tiga
Serangkai, yakni Douwes Dekker (Setyabudi Danudirjo), dr. Cipto Mangunkusumo,
dan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara).
Organisasi ini mempunyai cita-cita untuk menyatukan semua golongan yang ada di
Indonesia, baik golongan Indonesia asli maupun golongan Indo, Cina, Arab, dan
sebagainya. Mereka akan dipadukan dalam kesatuan bangsa dengan membutuhkan
semangat nasionalisme Indonesia. Cita-cita Indische Partij banyak disebar-luaskan
melalui surat kabar De Expres. Di samping itu juga disusun program kerja sebagai
berikut:
1) meresapkan cita-cita nasional Hindia (Indonesia).
2) memberantas kesombongan sosial dalam pergaulan, baik di bidang pemerintahan,
maupun kemasyarakatan.
3) memberantas usaha-usaha yang membangkitkan kebencian antara agama yang
satu dengan yang lain.
4) memperbesar pengaruh pro-Hindia di lapangan pemerintahan.
5) berusaha untuk mendapatkan persamaan hak bagi semua orang Hindia.
6) dalam hal pengajaran, kegunaannya harus ditujukan untuk kepentingan ekonomi
Hindia dan memperkuat mereka yang ekonominya lemah.
Melihat tujuan dan cara-cara mencapai tujuan seperti tersebut di atas maka dapat
diketahui bahwa Indische Partij berdiri di atas nasionalisme yang luas menuju
Indonesia merdeka. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Indische
Partij merupakan partai politik pertama di Indonesia dengan haluan kooperasi.
Dalam waktu yang singkat telah mempunyai 30 cabang dengan anggota lebih kurang
7.000 orang yang kebanyakan orang Indo.
4. Oleh karena sifatnya yang progresif menyatakan diri sebagai partai politik dengan
tujuan yang tegas, yakni Indonesia merdeka sehingga pemerintah menolak untuk
memberikan badan hukum dengan alasan Indische Partij bersifat politik dan hendak
mengancam ketertiban umum. Walaupun demikian, para pemimpin Indische
Partij masih terus mengadakan propaganda untuk menyebarkan gagasan-
gagasannya.
Satu hal yang sangat menusuk perasaan pemerintah Hindia Belanda adalah tulisan
Suwardi Suryaningrat yang berjudul Als ik een Nederlander was (seandainya saya
seorang Belanda) yang isinya berupa sindiran terhadap ketidakadilan di daerah
jajahan. Oleh karena kegiatannya sangat mencemaskan pemerintah Belanda maka
pada bulan Agustus 1913 ketiga pemimpin Indische Partij dijatuhi hukuman
pengasingan dan mereka memilih Negeri Belanda sebagai tempat pengasingannya.
Dengan diasingkannya ketiga pemimpin Indische Partij maka kegiatan Indische
Partij makin menurun. Selanjutnya, Indische Partij berganti nama menjadi Partai
Insulinde dan pada tahun 1919 berubah lagi menjadi National Indische Partij
(NIP). National Indische Partij tidak pernah mempunyai pengaruh yang besar di
kalangan rakyat dan akhirnya hanya merupakan perkumpulan orang-orang
terpelajar.
4. Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada tanggal
18 November 1912. Asas perjuangannya ialah Islam dan kebangsaan Indonesia,
sifatnya nonpolitik. Muhammadiyah bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, dan
sosial menuju kepada tercapainya kebahagiaan lahir batin.
Tujuan Muhammadiyah ialah sebagai berikut.
1) memajukan pendidikan dan pengajaran berdasarkan agama Islam;
2) mengembangkan pengetahuan ilmu agama dan cara-cara hidup menurut agama
Islam.
Untuk mencapai tujuan tersebut, usaha yang dilakukan oleh Muhammadiyah adalah
sebagai berikut:
1) mendirikan sekolah-sekolah yang berdasarkan agama Islam ( dari TK sampai
dengan perguruan tinggi);
2) mendirikan poliklinik-poliklinik, rumah sakit, rumah yatim, dan masjid;
3) menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan.
Muhammadiyah berusaha untuk mengembalikan ajaran Islam sesuai dengan Al-
Qur'an dan Hadis. Itulah sebabnya penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran
agama Islam secara modern dan memperteguh keyakinan tentang agama Islam
sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenarnya. Kegiatan Muhammadiyah
juga telah memperhatikan pendidikan wanita yang dinamakan Aisyiah, sedangkan
untuk kepanduan disebut Hizbut Wathon ( HW ).
5. Sejak berdiri di Yogyakarta (1912) Muhammadiyah terus mengalami perkembangan
yang pesat. Sampai tahun 1913, Muhammadiyah telah memiliki 267 cabang yang
tersebar di Pulau Jawa. Pada tahun 1935, Muhammadiyah sudah mempunyai 710
cabang yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi.
5. Gerakan Pemuda
Gerakan pemuda Indonesia, sebenarnya telah dimulai sejak berdirinya Budi Utomo,
namun sejak kongresnya yang pertama perannya telah diambil oleh golongan tua
(kaum priayi dan pegawai negeri) sehingga para pemuda kecewa dan keluar dari
organisasi tersebut. Baru beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 7 Maret
1915 di Batavia berdiri Trikoro Dharmo oleh R. Satiman Wiryosanjoyo, Kadarman,
dan Sunardi. Trikoro Dharmo yang diketui oleh R. Satiman Wiryosanjoyo
merupakan oeganisasi pemuda yang pertama yang anggotanya terdiri atas para siswa
sekolah menengah berasal dari Jawa dan Madura. Trikoro Dharmo, artinya tiga
tujuan mulia, yakni sakti, budi, dan bakti. Tujuan perkumpulan ini adalah sebagai
berikut:
1) mempererat tali persaudaraan antar siswa-siswi bumi putra pada sekolah
menengah dan perguruan kejuruan;
2) menambah pengetahuan umum bagi para anggotanya;
3) membangkitkan dan mempertajam peranan untuk segala bahasa dan budaya.
Tujuan tersebut sebenarnya baru merupakan tujuan perantara. Adapun tujuan yang
sebenarnya adalah seperti apa yang termuat dalam majalah Trikoro Dharmo yakni
mencapai Jawa raya dengan jalan memperkokoh rasa persatuan antara pemuda-
pemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali, dan Lombok. Oleh karena sifatnya yang masih
Jawa sentris maka para pemuda di luar Jawa (tidak berbudaya Jawa) kurang
senang.
Untuk menghindari perpecahan, pada kongresnya di Solo pada tanggal 12 Juni 1918
namanya diubah menjadi Jong Java (Pemuda Jawa). Sesuai dengan anggaran
dasarnya, Jong Java ini bertujuan untuk mendidik para anggotanya supaya kelak
dapat menyumbangkan tenaganya untuk membangun Jawa raya dengan jalan
mempererat persatuan, menambah pengetahuan, dan rasa cinta pada budaya
sendiri.
Sejalan dengan munculnya Jong Java, pemuda-pemuda di daerah lain juga
membentuk organisasi-organisasi, seperti Jong Sumatra Bond, Pasundan, Jong
Minahasa, Jong Ambon, Jong Selebes, Jong Batak, Pemuda Kaum Betawi, Sekar
Rukun, Timorees Verbond, dan lain-lain. Pada dasarnya semua organisasi itu masih
bersifat kedaerahan, tetapi semuanya mempunyai cita-cita ke arah kemajuan
Indonesia, khususnya memajukan budaya dan daerah masing-masing.
6. 6. Taman Siswa
Sekembalinya dari tanah pengasingannya di Negeri Belanda (1919), Suwardi
Suryaningrat menfokuskan perjuangannya dalam bidang pendidikan. Pada tanggal 3
Juli 1922 Suwardi Suryaningrat (lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara)
berhasil mendirikan perguruan Taman Siswa di Yogyakarta. Dengan berdirinya
Taman Siswa, Suwardi Suryaningrat memulai gerakan baru bukan lagi dalam bidang
politik melainkan bidang pendidikan, yakni mendidik angkatan muda dengan jiwa
kebangsaan Indonesia berdasarkan akar budaya bangsa.
Sekolah Taman Siswa dijadikan sarana untuk menyampaikan ideologi nasionalisme
kebudayaan, perkembangan politik, dan juga digunakan untuk mendidik calon-calon
pemimpin bangsa yang akan datang. Dalam hal ini, sekolah merupakan wahana
untuk meningkatkan derajat bangsa melalui pengajaran itu sendiri. Selain
pengajaran bahasa (baik bahasa asing maupun bahasa Indonesia), pendidikan
Taman Siswa juga memberikan pelajaran sejarah, seni, sastra (terutama sastra Jawa
dan wayang), agama, pendidikan jasmani, dan keterampilan (pekerjaan tangan)
merupakan kegiatan utama perguruan Taman Siswa.
Penididikan Taman Siswa dilakukan dengan sistem "among" dengan pola belajar
"asah, asih dan asuh". Dalam hal ini diwajibkan bagi para guru untuk bersikap dan
berlaku "sebagai pemimpin" yakni di depan memberi contoh, di tengah dapat
memberikan motivasi, dan di belakang dapat memberikan pengawasan yang
berpengaruh. Prinsip pengajaran inilah yang kemudian dikenal dengan pola
kepemimpinan "Ing ngarsa sung tulodho, ing madya mangun karsa, tut wuri
handayani ". Pola kepemimpinan ini sampai sekarang masih menjadi ciri
kepemimpinan nasional.
Berkat jasa dan perjuangannya yakni mencerdaskan kehidupan menuju Indonesia
merdeka maka tanggal 2 Mei (hari kelahiran Ki Hajar Dewantara) ditetapkant
sebagai hari Pendidikan Nasional. Di samping itu, "Tut Wuri Handayani" sebagai
semboyan terpatri dalam lambang Departemen Pendidikan Nasional.
7. Partai Komunis Indonesia (PKI)
Benih-benih paham Marxis dibawa masuk ke Indonesia oleh seorang Belanda yang
bernama H.J.F.M. Sneevliet. Atas dasar Marxisme inilah kemudian pada tanggal 9
Mei 1914 di Semarang, Sneevliet bersama-sama dengan J.A. Brandsteder, H.W.
Dekker, dan P. Bersgma berhasil mendirikan Indische Sociaal Democratische
Vereeniging (ISDV). Ternyata ISDV tidak dapat berkembang sehingga Sneevliet
melakukan infiltrasi (penyusupan) kader-kadernya ke dalam tubuh SI dengan
menjadikan anggota-anggota ISDV sebagai anggota SI, dan sebaliknya anggota-
anggota SI menjadi anggota ISDV.
Dengan cara itu Sneevliet dan kawan-kawannya telah mempunyai pengaruh yang
kuat di kalangan SI, lebih-lebih setelah berhasil mengambil alih beberapa pemimpin
SI, seperti Semaun dan Darsono. Mereka inilah yang dididik secara khusus untuk
menjadi tokoh-tokoh Marxisme tulen. Akibatnya SI Cabang Semarang yang sudah
berada di bawah pengaruh ISDV semakin jelas warna Marxisnya dan selanjutnya
terjadilah perpecahan dalam tubuh SI.
7. Pada tanggal 23 Mei 1923 ISDV diubah menjadi Partai Komunis Hindia dan
selanjutnya pada bulan Desember 1920 menjadi Partai Komunis Indonesia. (PKI).
Susunan pengurus PKI , antara lain Semaun (ketua), Darsono (wakil ketua),
Bersgma (sekretaris), dan Dekker (bendahara).
PKI semakin aktif dalam percaturan politik dan untuk menarik massa maka dalam
propagandanya PKI menghalalkan secara cara. Sampai-sampai tidak segan-segan
untuk mempergunakan kepercayaan rakyat kepada ayat-ayat Al - Qur'an dan Hadis
bahkan juga Ramalan Jayabaya dan Ratu Adil.
Kemajuan yang diperolehnya ternyata membuat PKI lupa diri sehingga
merencanakan suatu petualangan politik. Pada tanggal 13 November 1926 PKI
melancarkan pemberontakan di Batavia dan disusul di daerah-daerah lain, seperti
Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Di Sumatra Barat pemberontakan PKI
dilancarkan pada tanggal 1 Januari 1927. Dalam waktu yang singkat semua
pemberontakan PKI tersebut berhasil ditumpas. Akhirnya, ribuan rakyat ditangkap,
dipenjara, dan dibuang ke Tanah Merah dan Digul Atas (Papua).
8. Partai Nasional Indonesia (PNI)
Algemene Studie Club di Bandung yang didirikan oleh Ir. Soekarno pada tahun 1925
telah mendorong para pemimpin lainnya untuk mendirikan partai politik, yakni
Partai Nasional Indonesia ( PNI). PNI didirikan di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927
oleh 8 pemimpin, yakni dr. Cipto Mangunkusumo, Ir. Anwari, Mr. Sartono, Mr.
Iskak, Mr. Sunaryo, Mr. Budiarto, Dr. Samsi, dan Ir. Soekarno sebagai ketuanya.
Kebanyakan dari mereka adalah mantan anggota Perhimpunan Indonesia di Negeri
Belanda yang baru kembali ke tanah air.
Radikal PNI telah kelihatan sejak awal berdirinya. Hal ini terlihat dari anggaran
dasarnya bahwa tujuan PNI adalah Indonesia merdeka dengan strategi
perjuangannya nonkooperasi. Untuk mencapai tujuan tersebut maka PNI berasaskan
pada self help, yakni prinsip menolong diri sendiri, artinya memperbaiki keadaan
politik, ekonomi, dan sosial budaya yang telah rusak oleh penjajah dengan kekuatan
sendiri; nonkooperatif, yakni tidak mengadakan kerja sama dengan pemerintah
Belanda; Marhaenisme, yakni mengentaskan massa dari kemiskinan dan
kesengsaraan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, PNI telah menetapkan program kerja sebagaimana
dijelaskan dalam kongresnya yang pertama di Surabaya pada tahun 1928, seperti
berikut.
1) Usaha politik, yakni memperkuat rasa kebangsaan (nasionalisme) dan kesadaran
atas persatuan bangsa Indonesia, memajukan pengetahuan sejarah kebangsaan,
mempererat kerja sama dengan bangsa-bangsa Asia, dan menumpas segala
rintangan bagi kemerdekaan diri dan kehidupan politik.
2) Usaha ekonomi, yakni memajukan perdagangan pribumi, kerajinan, serta
mendirikan bank-bank dan koperasi.
8. 3) Usaha sosial, yaitu memajukan pengajaran yang bersifat nasional, meningkatkan
derajat kaum wanita, memerangi pengangguran, memajukan transmigrasi,
memajukan kesehatan rakyat, antara lain dengan mendirikan poliklinik.
Untuk menyebarluaskan gagasannya, PNI melakukan propaganda-propaganda, baik
lewat surat kabar, seperti Banteng Priangan di Bandung dan Persatuan Indonesia di
Batavia, maupun lewat para pemimpin khususnya Ir. Soekarno sendiri. Dalam waktu
singkat, PNI telah berkembang pesat sehingga menimbulkan kekhaw-tiran di pihak
pemerintah Belanda. Pemerintah kemudian memberikan peringatan kepada
pemimpin PNI agar menahan diri dalam ucapan, propaganda, dan tindakannya.
Dengan munculnya isu bahwa PNI pada awal tahun 1930 akan mengadakan
pemberontakan maka pada tanggal 29 Desember 1929, pemerintah Hindia Belanda
mengadakan penggeledahan secara besar-besaran dan menangkap empat
pemimpinnya, yaitu Ir. Soerkarno, Maskun, Gatot Mangunprojo dan Supriadinata.
Mereka kemudian diajukan ke pengadilan di Bandung.
Dalam sidang pengadilan, Ir. Soerkarno mengadakan pembelaan dalam judul
Indonesia Menggugat. Atas dasar tindakan melanggar Pasal "karet" 153 bis dan Pasal
169 KUHP, para pemimpin PNI dianggap mengganggu ketertiban umum dan
menentang kekuasaan Belanda sehingga dijatuhi hukuman penjara di Penjara
Sukamiskin Bandung. Sementara itu, pimpinan PNI untuk sementara dipegang oleh
Mr. Sartono dan dengan pertimbangan demi keselamatan maka pada tahun 1931
oleh pengurus besarnya PNI dibubarkan. Hal ini menimbulkan pro dan kontra.
Mereka yang pro pembubaran, mendirikan partai baru dengan nama Partai
Indonesia (Partindo) di bawah pimpinan Mr. Sartono. Kelompok yang kontra, ingin
tetap melestarikan nama PNI dengan mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia
(PNI-Baru) di bawah pimpinan Drs. Moh. Hatta dan Sutan Syahrir.
9. Gerakan Wanita
Munculnya gerakan wanita di Indonesia, khusunya di Jawa dirintis oleh R.A. Kartini
yang kemudian dikenal sebagai pelopor pergerakan wanita Indonesia. R.A. Kartini
bercita-cita untuk mengangkat derajat kaum wanita Indonesia melalui pendidikan.
Cita-citanya tersebut tertulis dalam surat-suratnya yang kemudian berhasil
dihimpun dalam sebuah buku yang diterjemahkan dalam judul Habis Gelap
Terbitlah Terang. Cita-cita R.A. Kartini ini mempunyai persamaan dengan Raden
Dewi Sartika yang berjuang di Bandung.
Semasa Pergerakan Nasional maka muncul gerakan wanita yang bergerak di bidang
pendidikan dan sosial budaya. Organisasi-organisasi yang ada, antara lain sebagai
berikut.
1) Putri Mardika di Batavia (1912) dengan tujuan membantu keuangan bagi wanita-
wanita yang akan melanjutkan sekolahnya. Tokohnya, antara lain R.A. Saburudin,
R.K. Rukmini, dan R.A. Sutinah Joyopranata.
2) Kartinifounds, yang didirikan oleh suami istri T.Ch. van Deventer (1912) dengan
membentuk sekolah-sekolah Kartinibagi kaum wanita, seperti di Semarang, Batavia,
Malang, dan Madiun.
9. 3) Kerajinan Amal Setia, di Koto Gadang Sumatra Barat oleh Rohana Kudus (1914).
Tujuannya meningkatkan derajat kaum wanita dengan cara memberi pelajaran
membaca, menulis, berhitung, mengatur rumah tangga, membuat kerajinan, dan
cara pemasarannya.
4) Aisyiah, merupakan organisasi wanita Muhammadiyah yang didirikan oleh Ny.
Hj. Siti Walidah Ahmad Dahlan (1917). Tujuannya untuk memajukan pendidikan
dan keagamaan kaum wanita.
5) Organisasi Kewanitaan lain yang berdiri cukup banyak, misalnya Pawiyatan
Wanito di Magelang (1915), Wanito Susilo di Pemalang (1918), Wanito Rukun
Santoso di Malang, Budi Wanito di Solo, Putri Budi Sejati di Surabaya (1919), Wanito
Mulyo di Yogyakarta (1920), Wanito Utomo dan Wanito Katolik di Yogyakarta
(1921), dan Wanito Taman Siswa (1922).
Organisasi wanita juga muncul di Sulawesi Selatan dengan nama Gorontalosche
Mohammadaanche Vrouwenvereeniging. Di Ambon dikenal dengan nama Ina Tani
yang lebih condong ke politik. Sejalan dengan berdirinya organisasi wanita, muncul
juga surat kabar wanita yang bertujuan untuk menyebarluaskan gagasan dan
pengetahuan kewanitaan. Surat kabar milik organisasi wanita, antara lain Putri
Hindia di Bandung, Wanito Sworo di Brebes, Sunting Melayu di Bukittinggi, Esteri
Utomo di Semarang, Suara Perempuan di Padang, Perempunan Bergolak di Medan,
dan Putri Mardika di Batavia.
Puncak gerakan wanita, yaitu dengan diselenggarakannya Kongres Perempuan
Indonesia I pada tanggal 22–25 Desember 1928 di Yogyakarta. Kongres
menghasilkan bentuk perhimpunan wanita berskala nasional dan berwawasan
kebangsaan, yakni Perikatan Perempuan Indonesia (PPI). Dalam Kongres Wanita II
di Batavia pada tanggal 28–31 Desember 1929 PPI diubah menjadi Perikatan
Perhimpunan Isteri Indonesia (PPII). Kongres Wanita I merupakan awal dari
bangkitnya kesadaran nasional di kalangan wanita Indonesia sehingga tanggal 22
Desember ditetapkan sebagai hari Ibu.
BOEDI OETOMO
Budi Utomo lahir dari inspirasi yang dikemukakan oleh Ngabehi Wahidin Soedirohusodo, seorang
dokter Jawa dan termasuk priayi, dalam tahun 1906-1907. Di saat itu beliau sedang melakukan
kampanye di kalangan priayi di Pulau Jawa. pada akhir tahun 1907, Wahidin bertemu Soetomo,
Goenawan Mangoenkoesoemo, Goembrek, Saleh, dan Soeleman. Pertemuan tersebut membahas
tentang nasib bangsa yang sangat buruk dan selalu dianggap bodoh dan tidak bermartabat oleh bangsa
lain (Belanda), serta bagaimana cara memperbaiki keadaan yang amat buruk dan tidak adil itu. Para
pejabat pangreh praja (sekarang pamong praja) kebanyakan hanya memikirkan kepentingan sendiri
dan jabatan. Dalam praktik mereka pun tampak menindas rakyat dan bangsa sendiri, misalnya dengan
menarik pajak sebanyak-banyaknya untuk menyenangkan hati atasan dan para penguasa Belanda.
Para pemuda mahasiswa itu juga menyadari bahwa mereka membutuhkan sebuah organisasi untuk
mewadahi mereka,seperti halnya golongan-golongan lain yang mendirikan perkumpulan hanya untuk
golongan mereka seperti Tiong Hoa Hwee Koan untuk orang Tionghoa dan Indische Bond untuk
orang Indo-Belanda. Pemerintah Hindia Belanda jelas juga tidak bisa diharapkan mau menolong dan
memperbaiki nasib rakyat kecil kaum pribumi, bahkan sebaliknya, merekalah yang selama ini
10. menyengsarakan kaum pribumi dengan mengeluarkan peraturan-peraturan yang sangat merugikan
rakyat kecil.
Para pemuda itu akhirnya berkesimpulan bahwa merekalah yang harus mengambil prakarsa menolong
rakyatnya sendiri. Pada waktu itulah muncul gagasan Soetomo untuk mendirikan sebuah perkumpulan
yang akan mempersatukan semua orang Jawa,Sunda, dan Madura yang diharapkan bisa dan bersedia
memikirkan serta memperbaiki nasib bangsanya. Perkumpulan ini tidak bersifat eksklusif tetapi
terbuka untuk siapa saja tanpa melihat kedudukan, kekayaan, atau pendidikannya.
Pada awalnya,para pemuda itu berjuang untuk penduduk yang tinggal di Pulau Jawa dan Madura,
yang untuk mudahnya disebut saja suku bangsaJawa. Mereka mengakuibahwa mereka belum
mengetahui nasib, aspirasi, dan keinginan suku-suku bangsa lain di luar Pulau Jawa,terutama
Sumatera, Sulawesi, dan Maluku. Apa yang diketahui adalah bahwa Belanda menguasai suatu
wilayah yang disebut Hindia (Timur) Belanda (Nederlandsch Oost-Indie),tetapisejarah penjajahan
dan nasib suku-suku bangsa yang ada di wilayah itu bermacam-macam,begitu pula kebudayaannya.
Dengan demikian, sekali lagi pada awalnya Budi Utomo memang memusatkan perhatiannya pada
penduduk yang mendiami Pulau Jawa dan Madura saja karena,menurut anggapan para pemuda itu,
penduduk Pulau Jawa dan Madura terikat oleh kebudayaan yang sama. Pertemuan tersebut berhasil
mendorong didirikannya organisasi. Pada hari Rabu, 20 Mei 1908 di Btaviatepatnya di salah satu
ruang belajar STOVIA,Soetomo menjelaskan gagasannya. Dia menyatakan bahwa hari depan bangsa
dan Tanah Air ada di tangan mereka. Maka lahirlah Boedi Oetomo. Dan kemudian Soetomo ditunjuk
sebagai ketuanya. Tanggal berdirinya Boedi Oetomo hingga saat ini diperingati oleh bangsa
Indonesia sebagaiHari Kebangkitan Nasional. Pada awalberdirinya hingga bulan Oktober 1908,
Boedi Oetomo merupakan organisasi pelajar dengan pelajar STOVIA sebagaianggota intinya. Tujuan
Boedi Oetomo dituliskan secara samar-samar,yaitu "kemajuan bagi hindia". Ruang geraknya masih
terbatas di Jawa dan Madura dengan tidak membedakan keturunan,jenis kelamin dan agama. Hingga
menjelang kongres pertama terdapat 8 cabang Boedi Oetomo yaitu Batavia, Bogor, Bandung,
Yogyakarta I, Yogyakarta II, Magelang, Surabaya dan Probolinggo. Setelah cita-cita Boedi Oetomo
mendapat dukungan yang luas dari kalangan cendekiawan Jawa,kaum pelajar mulai menyingkir dari
barisan depan. Karena para pemuda juga menyadari bahwa tugas mereka sebagaimahasiswa
kedokteran masih banyak, di samping harus berorganisasi. Oleh karena itu, sebagian dari mereka
menginginkan "kaum tua"-lah yang harus memimpin Budi Utomo, sedangkan para pemuda sendiri
akan menjadi motor yang akan menggerakkan organisasi itu. ketika kongres Boedi Oetomo
berlangsung di Yogyakarta, kongres tersebut mengangkat Tirtokusumo, Bupati Karanganyar,sebagai
ketua baru dan Yogyakarta sebagai pusatnya. Namun, dalamperkembangannya Tirtokusumo sebagai
ketua yang baru lebih cenderung memperhatikan reaksi dari pemerintah kolonial daripada reaksi
penduduk pribumi. Setelah persetujuan dari pemerintah kolonial sebagai badan hukum diberikan,
diharapkan organisasi Boedi Oetomo akan lebih melancarkan kegiatannya secara luas. Akan tetapi,
yang terjadi malah sebaliknya, Boedi Oetomo segera menjadi lamban. Hal itu disebabkan adanya
kesulitan keuangan dan banyak Bupati yang sebelumnya menjadi anggota Boedi Oetomo, mendirikan
organisasi sendiri. Perkembangan selanjutnya merupakan periode yang paling lamban bagi Boedi
Oetomo. Aktivitasnya hanya terbatas pada penerbitan majalah bulanan Goerge Desa dan beberapa
petisi kepada pemerintah agar meningkatkan mutu sekolah menengah pertama. Pemerintah kolonial
yang mengawasi perkembangan boedi Oetomo sejak berdirinya dengan penuh perhatian akhirnya
pengaruh Boedi Oetomo terhadap kaum pribumi tidak begitu besar. Ketika Perang Dunia terjadi pada
tahun 1914, ada usaha untuk mengembalikan usaha kekuatan Boedi Oetomo. Adanya bahaya
intervensi pihak asing ke wilayah Indonesia menjadi alasan bagi bagi Boedi Oetomo untuk mengjukan
usul tentang perlunya wajib militer bagi kaum pribumi. kemudian dikirim misi ke Belanda oleh
11. komite Indie Weerbaar ( Hindia yang berketahanan ). periode tahun 1916-1917 merupakan masa yang
sangat amat berhasil bagi Boedi Oetomo. Dwidjosewoyo sebagai wakil Boedi Oetomo dalam misi
tersebut berhasil melakukan pendekatan dengan pemimpin-pemimpin Belanda.Namun, usulan tentang
wajib militer gagal. sebagai gantinya, dikeluarkan undang-undang tentang pembentukan
volksraad(Dewan Rakyat) yang disahkan pada Bulan Desember 1916. Saat terjadi krisis pada Bulan
November 1918 di NegeriBelanda, mereka menuntut perubahan bagi volksraad dan kebijakan
pemerintah kolonial pada umumnya. Oleh karena itu, pada tahun 1919 dibentuk suatu komisi untuk
mengadakan penyelidikan perlunya perbaikan ketatanegaraan. Akhirnya Boedi Oetomo menyadari
tentang perlunya suatu gerakan politik dan menggalang dukungan massa sehingga unsur-unsur radikal
dalam tubuh Boedi Oetomo pun mulai besar pengaruhnya. akan tetapi, segera setelah itu
kebijakanplitik yang ;lebih kerasdilakukan oleh Gubernur Jendral Mr. D.Fock dan anggaran
pendidikan dikurangi secara drastis. Akibatnya, terjadi perpecahan antara golongan moderat dan
radikal di dalam Boedi Oetomo. Pada tahun 1924, Dr. Soetomoyang merasa tidak puas dengan Boedi
Oetomo mendirikan Indonesische Studie Club di Surabayayang kemudian berkembang menjadi
Persatuan Bangsa Indonesia(PBI). Sebab utama pembentukan Indonesische Studie Club adalah Dr.
Soetomo dan juga pemimpin Nasionalislainnya menganggap asas "Kebangsaan Jawa"dan Boedi
Oetomo tidak sesuailagi. Karena Boedi Oetomo tidak pernah mendapatkan dukungan massa,
kedudukannya secara politik kurang begitu penting. Namun, satu hal yang penting adalah dari dal;am
Boedi Oetomo telah muncl benih semangat nasional yang pertama.
SAREKAT ISLAM
Organisasi Sarekat Dagang Islam (SDI) pada awalnya merupakan perkumpulan pedagang-pedagang
Islam. Organisasi ini dirintis oleh Haji Samanhudi di Solo pada tahun 1911, dengan tujuan awaluntuk
menghimpun para pedagang pribumi Muslim (khususnya pedagang batik) agar dapat bersaing dengan
pedagang-pedagang besar timur. Pada saat itu, pedagang-pedagang tersebut telah lebih maju usahanya
dan memiliki hak dan status yang lebih tinggi dari pada penduduk Indonesia lainnya. Kebijakan yang
sengaja diciptakan oleh pemerintah Hindia-Belanda tersebut kemudian menimbulkan perubahan sosial
karena timbulnya kesadaran di antara kaum pribumi.
SDI merupakan organisasi ekonomi yang berdasarkan pada agama Islam dan perekonomian rakyat
sebagai dasar penggeraknya. Di bawah pimpinan H. Samanhudi, perkumpulan ini berkembang pesat
hingga menjadi perkumpulan yang berpengaruh.Setahun kemudian, pada bulan November 1912,
nama SDI diubah menjadi Sarekat Islam (SI) dengan ketuanya Haji Oemar Said Tjokroaminoto . Hal
ini dilakukan agar keanggotaannya lebih luas, bukan hanya dari kalangan pedagang. Permasalahan
utama yang menjadi inti perlawanan Sarekat Islam ditunjukkan terhadap setiap bentuk penindasan dan
kesombongan rasial.Berbeda dengan Boedi Oetomo, keanggotaan Sarekat Islam bersifat terbuka
sehingga berhasil menyentuh lapisan masyarakat bawah yang sejak berabad-abad paling banyak
menderita. Jika ditinjau dari anggaran dasarnya,dapat disimpulkan tujuan SI adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan jiwa dagang.
2. Membantu anggota-anggota yang mengalami kesulitan dalam bidang usaha.
3. Memajukan pengajaran dan semua usaha yang mempercepat naiknya derajat bumiputra.
4. Memperbaiki pendapat-pendapat yang keliru mengenai agama Islam.
5. Hidup menurut perintah agama.
SI tidak membatasi keanggotaannya hanya untuk masyarakat Jawa dan Madura saja. Tujuan SI adalah
membangun persaudaraan,persahabatan dan tolong-menolong di antara muslim dan mengembangkan
12. perekonomian rakyat. Keanggotaan SI terbuka untuk semua lapisan masyarakat muslim. Pada waktu
SI mengajukan diri sebagai Badan Hukum, awalnya Gubernur Jendral Idenburg menolak. Badan
Hukum hanya diberikan pada SI lokal. Walaupun dalam anggaran dasarnya tidak terlihat adanya
unsur politik, tapi dalam kegiatannya SI menaruh perhatian besar terhadap unsur-unsur politik dan
menentang ketidakadilan serta penindasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial. Artinya SI
memiliki jumlah anggota yang banyak sehingga menimbulkan kekhawatiran pemerintah Belanda. SI
merupakan organisasi pertama di Indonesia yang antara tahun 1917 dan 1920 pengaruhnya sangat
terasa dalam perkembangan politik Indonesia. Coraknya yang demokratis dan kesiapannya untuk
berjuang secara radikal mendekatkan beberapa cabang SI beserta pemimpinnya kepada ajaran Marxis.
Penggunaan teori Marxis untuk perjuangan melawan imperialisme dipelopori oleh SI cabang
Semarang yang dipimpin oleh Semaun dan Darsono. Masuknya ajaran-ajaran marxis menimbulkan
krisis dalam tubuh SI antara pendukung paham Islam dan penganut ajaran Marxis. Perdebatan seru
terjadi antara H.A. Agus Salim-Abdul Muis pada satu pihak dengan Semaun-Tan Malaka pada lain
pihak. Pada tahun 1921, melalui kebijakan " Disiplin Partai" golongan kiri dalam tubuh SI dapat
disingkirkan . Kebijakan "Disiplin Partai" melarang anggota SI memiliki anggota ganda dalam
organisasi pergerakan nasional. Mereka terdepak dan menamakan dirinya Sarekat Rakyat (SR).
Aktivitas SI yang lebih mengutamakan politik tidak disetujui oleh sebagian anggotanya. Mereka
menginginkan SI lebih banyak memperhatikan masalah-masalah keagamaan. Dalam kondisi itu, SI
memutuskan untuik bekerja sama dengan pemerintahan kolonial dan berganti nama menjadi Partai
Sarekat Islam. Sehubungan dengan semakin luasnyasemangat persatuan setelah Sumpah Pemuda,
nama tersebut diubah menjadi PartaiSerikat Islam Indonesia (PSII) pad tahun 1930 dengan ketuanya
Haji Agus Salim.
INDISCHE PARTIJ
Indische Partij berdiri di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912. organisasi ini juga dimaksudkan
sebagai pengganti organisasi Indische Bond, sebagai organisasi kaum Indo dan Eropa di Indonesia
yang didirikan pada tahun 1898. Ketiga tokoh pendiri Indische Partij dikenal sebagai tiga serangkai,
yaitu E.F.E Douwes Dekker(Danudirja Setiabudhi), Cipto Mangunkusumo dan Suwardi
Suryadiningrat( Ki Hajar Dewantara). Indische Partij, yang berdasarkan golongan Indo yang makmur,
merupakan partai pertama yang menuntut kemerdekaan Indonesia.
Partaiini berusaha didaftarkan status badan hukumnya pada pemerintah kolonial Hindia Belanda
tetapi ditolak pada tanggal 11 Maret 1913, penolakan dikeluarkan oleh Gubernur Jendral Idenburg
sebagai wakil pemerintah Belanda di negara jajahan. Alasan penolakkannya adalah karena organisasi
ini dianggap oleh pemerintah kolonial saat itu dapat membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan
bergerak dalam sebuah kesatuan untuk menentang pemerintah kolonial Belanda.
Pada tahun 1913 partai ini dilarang karena tuntutan kemerdekaan itu, dan sebagian besar anggotanya
berkumpul lagi dalam Serikat Insulinde dan Comite Boemi Poetra.
PERHIMPUNAN INDONESIA
Pada September 1922, saat pergantian ketua antara Dr.Soetomo dan Herman Kartawisastra.
organisasi ini berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging. Saat itu istilah "Indonesier" dan kata
sifat "Indonesich" sudah tenar digunakan oleh para pemrakarsa Politik etis. Para anggota Indonesische
juga memutuskan untuk menerbitkan kembali majalah Hindia Poetra dengan Mohammad Hatta
13. sebagai pengasuhnya. Majalah ini terbit dwi bulanan, dengan 16 halaman dan biaya langganan
seharga 2,5 gulden setahun. Penerbitan kembali Hindia Poetra ini menjadi sarana untuk menyebarkan
ide-ide antikolonial. Dalam 2 edisi pertama, Hatta menyumbangkan tulisan kritik mengenai praktek
sewa tanah industri gula Hindia Belanda yang merugikan petani.
Saat Iwa Koesoemasoemantrimenjadi ketua pada 1923, Indonesische mulai menyebarkan ide non-
kooperasi yang mempunyai arti berjuang demi kemerdekaan tanpa bekerjasama dengan Belanda.
Tahun 1924, saat M. Nazir Datuk Pamoentjak menjadi ketua, nama majalah Hindia Poetra berubah
menjadi Indonesia Merdeka.Tahun 1925 saat Soekiman Wirjosandjojo nama organisasi ini resmi
berubah menjadi Perhimpunan Indonesia (PI).
Hatta menjadi Voorzitter (Ketua) PI terlama yaitu sejak awal tahun 1926 hingga 1930, sebelumnya
setiap ketua hanya menjabat selama setahun. Perhimpunan Indonesia kemudian menggalakkan secara
terencana propaganda tentang Perhimpunan Indonesia ke luar negeri Belanda.
Tokoh-tokoh lain yang menjadi anggota organisasi ini antara lain: Achmad Soebardjo, Soekiman
Wirjosandjojo, Arnold Mononutu, Prof Mr Sunario Sastrowardoyo, Sastromoeljono, Abdul Madjid,
Sutan Sjahrir, Sutomo, Ali Sastroamidjojo, dll.
PARTAI KOMUNIS INDONESIA
Partaiini didirikan atas inisiatif tokoh sosialis Belanda, Henk Sneevliet pada 1914, dengan nama
Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV) atau Persatuan Sosial Demokrat Hindia
Belanda). Keanggotaan awal ISDV pada dasarnya terdiri atas 85 anggota dari dua partai sosialis
Belanda, yaitu SDAP (PartaiBuruh Sosial Demokratis) dan SDP (PartaiSosial Demokratis), yang
aktif di Hindia Belanda
Pada Oktober 101 SM ISDV mulai aktif dalam penerbitan dalam bahasa Belanda, "Het Vrije Woord"
(Kata yang Merdeka). Editornya adalah Adolf Baars.
Pada saat pembentukannya, ISDV tidak menuntut kemerdekaan Indonesia. Pada saat itu, ISDV
mempunyai sekitar 100 orang anggota, dan dari semuanya itu hanya tiga orang yang merupakan
warga pribumi Indonesia. Namun demikian, partai ini dengan cepat berkembang menjadi radikal dan
anti kapitalis. Di bawah pimpinan Sneevliet partai ini merasa tidak puas dengan kepemimpinan SDAP
di Belanda, dan yang menjauhkan diri dari ISDV. Pada 1917, kelompok reformis dari ISDV
memisahkan diri dan membentuk partainya sendiri, yaitu PartaiDemokrat Sosial Hindia.
Pada 1917 ISDV mengeluarkan penerbitannya sendiri dalam bahasa Melayu, "Soeara Merdeka".
Di bawah kepemimpinan Sneevliet, ISDV yakin bahwa Revolusi Oktober seperti yang terjadi di Rusia
harus diikuti Indonesia. Kelompok ini berhasil mendapatkan pengikut di antara tentara-tentara dan
pelaut Belanda yang ditempatkan di Hindia Belanda. Dibentuklah "Pengawal Merah" dan dalam
waktu tiga bulan jumlah mereka telah mencapai 3.000 orang. Pada akhir 1917, para tentara dan pelaut
itu memberontak di Surabaya, sebuah pangkalan angkatan laut utama di Indonesia saat itu, dan
membentuk sebuah dewan soviet. Para penguasa kolonial menindas dewan-dewan soviet di Surabaya
dan ISDV. Para pemimpin ISDV dikirim kembali ke Belanda, termasuk Sneevliet. Para pemimpin
pemberontakan di kalangan militer Belanda dijatuhi hukuman penjara hingga 40 tahun.
ISDV terus melakukan kegiatannya, meskipun dengan cara bergerak di bawah tanah. Organisasi ini
kemudian menerbitkan sebuah terbitan yang lain, Soeara Ra’jat. Setelah sejumlah kader Belanda
14. dikeluarkan dengan paksa, ditambah dengan pekerjaan di kalangan Sarekat Islam, keanggotaan
organisasi ini pun mulai berubah dari mayoritas warga Belanda menjadi mayoritas orang Indonesia.
Pembentukan Partai Komunis
Pada awalnya PKI adalah gerakan yang berasimilasi ke dalam Sarekat Islam. Keadaan yang semakin
parah dimana ada perselisihan antara para anggotanya, terutama di Semarang dan Yogyakarta
membuat Sarekat Islam melaksanakan disiplin partai. Yakni melarang anggotanya mendapat gelar
ganda di kancah perjuangan pergerakan indonesia. Keputusan tersebut tentu saja membuat para
anggota yang beraliran komunis kesal dan keluar dari partai dan membentuk partai baru yang disebut
ISDV. Pada Kongres ISDV di Semarang (Mei 1920), nama organisasi ini diubah menjadi Perserikatan
Komunis di Hindia. Semaoen diangkat sebagai ketua partai.
PKH adalah partai komunis pertama di Asia yang menjadi bagian dari Komunis Internasional. Henk
Sneevliet 1920. mewakili partai ini pada kongresnya kedua Komunis Internasional pada
Pada 1924 nama partai ini sekali lagi diubah, kali ini adalah menjadi PartaiKomunis Indonesia
(PKI).
Pemberontakan 1926
Pada November 1926 PKI memimpin pemberontakan melawan pemerintahan kolonial di Jawa Barat
dan Sumatra Barat. PKI mengumumkan terbentuknya sebuah republik. Pemberontakan ini
dihancurkan dengan brutal oleh penguasa kolonial. Ribuan orang dibunuh dan sekitar 13.000 orang
ditahan. Sejumlah 1.308 orang, umumnya kader-kader partai, dikirim ke Boven Digul, sebuah kamp
tahanan di Papua . Beberapa orang meninggal di dalam tahanan. Banyak aktivis politik non-komunis
yang juga menjadi sasaran pemerintahan kolonial, dengan alasan menindas pemberontakan kaum
komunis. Pada 1927 PKI dinyatakan terlarang oleh pemerintahan Belanda. Karena itu, PKI kemudian
bergerak di bawah tanah.
Rencana pemberontakan itu sendiri sudah dirancang sejak lama. Yakni di dalam perundingan rahasia
aktivis PKI di Prambanan. Rencana itu ditolak tegas oleh Tan Malaka, salah satu tokoh utama PKI
yang mempunyai banyak massa terutama di Sumatra. Penolakan tersebut membuat Tan Malaka di cap
sebagai pengikut Leon Trotsky yang juga sebagai tokoh sentralperjuangan Revolusi Rusia. Walau
begitu, beberapa aksi PKI justru terjadi setelah pemberontakan di Jawa terjadi. Semisal
Pemberontakan Silungkang di Sumatra.
Pada masa awalpelarangan ini, PKI berusaha untuk tidak menonjolkan diri, terutama karena banyak
dari pemimpinnya yang dipenjarakan. Pada 1935 pemimpin PKI Moeso kembali dari pembuangan di
Moskwa, Uni Soviet, untuk menata kembali PKI dalam gerakannya di bawh tanah. Namun Moeso
hanya tinggal sebentar di Indonesia. Kini PKI bergerak dalam berbagai front, seperti misalnya
Gerindo dan serikat-serikat buruh. Di Belanda, PKI mulai bergerak di antara mahasiswa-mahasiswa
Indonesia di kalangan organisasi nasionalis, Perhimpoenan Indonesia , yang tak lama kemudian
berada di dalam kontrol PKI .
Peristiwa Madiun 1948
Pada 8 Desember 1947 sampai 17 Januari 1948 pihak Republik Indonesia dan pendudukan
BelandaPerundingan Renville. Hasil kesepakatan perundingan Renville dianggap menguntungkan
posisi Belanda. Sebaliknya,RI menjadi pihak yang dirugikan dengan semakin sempit wilayah yang
dimiliki.Oleh karena itu, kabinet Amir Syarifuddin diaggap merugikan bangsa, kabinet tersebut
15. dijatuhkan pada 23 Januari 1948. Ia terpaksa menyerahkan mandatnya kepada presiden dan digantikan
kabinet Hatta.
Selanjutnya Amir Syarifuddin membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) pada 28 Juni 1948.
Kelompok politik ini berusaha menempatkan diri sebagaioposisi terhadap pemerintahan dibawah
kabinet Hatta. FDR bergabung dengan PartaiKomunis Indonesia (PKI) merencanakan suatu
perebutan kekuasaan.
Beberapa aksiyang dijalankan kelompok ini diantaranya dengan melancarkan propaganda
antipemerintah, mengadakan demonstrasi-demonstrasi, pemogokan, menculik dan membunuh lawan-
lawan politik, serta menggerakkan kerusuhan dibeberapa tempat.
Sejalan dengan peristiwa itu, datanglah Muso seorang tokoh komunis yang sejak lama berada di
Moskow, Uni Soviet. Ia menggabungkan diri dengan Amir Syarifuddin untuk menentang pemerintah,
bahkan ia berhasil mengambil alih pucuk pimpinan PKI. Setelah itu, ia dan kawan-kawannya
meningkatkan aksi teror, mengadu domba kesatuan-kesatuan TNI dan menjelek-jelekan
kepemimpinan Soekarno-Hatta. Puncak aksiPKI adalah pemberotakan terhadap RI pada 18
September 1948 di Madiun, Jawa Timur.T ujuan pemberontakan itu adalah meruntuhkan negara RI
dan menggantinya dengan negara komunis. Dalam aksi ini beberapa pejabat, perwira TNI, pimpinan
partai, alim ulama dan rakyat yang dianggap musuh dibunuh dengan kejam. Tindakan kekejaman ini
membuat rakyat marah dan mengutuk PKI. Tokoh-tokoh pejuang dan pasukan TNI memang sedang
menghadapi Belanda, tetapi pemerintah RI mampu bertindak cepat. Panglima Besar Soedirman
memerintahkan Kolonel Gatot Subroto di Jawa Tengah dan Kolonel Sungkono di Jawa Timur untuk
menjalankan operasi penumpasan pemberontakan PKI. Pada 30 September 1948, Madiun dapat
diduduki kembali oleh TNI dan polisi. Dalam operasi ini Muso berhasil ditembak mati sedangkan
Amir Syarifuddin dan tokoh-tokoh lainnya ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.
Bangkit kembali
Pada 1950, PKI memulai kembali kegiatan penerbitannya, dengan organ-organ utamanya yaitu Harian
RakjatBintang Merah. Pada 1950-an, PKI mengambil posisi sebagaipartai nasionalis di bawah
pimpinan D.N. Aidit, dan mendukung kebijakan-kebijakan anti kolonialis dan anti Barat yang diambil
oleh Presiden Soekarno. Aidit dan kelompok di sekitarnya, termasuk pemimpin-pemimpin muda
seperti Sudisman, Lukman, Njoto dan Sakirman, menguasai pimpinan partai pada 1951. Pada saat itu,
tak satupun di antara mereka yang berusia lebih dari 30 tahun. Di bawah Aidit, PKI berkembang
dengan sangat cepat,dari sekitar 3.000-5.000 anggota pada 1950, menjadi 165 000 pada 1954 dan
bahkan 1,5 juta pada 1959
Pada Agustus 1951, PKI memimpin serangkaian pemogokan militan, yang diikuti oleh tindakan-
tindakan tegas terhadap PKI di Medan dan Jakarta. Akibatnya, para pemimpin PKI kembali bergerak
di bawah tanah untuk sementara waktu.
PARTAI NASIONALINDONESIA
PartaiNasional Indonesia (PNI) dibentuk di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927 dengan tokoh-
tokohnya Ir.Soekarno, Iskaq, Budiarto, Cipto Mangunkusumo, Tilaar, Soedjadi, Sunaryo. Dalam
pengurus dasar PNI,Ir.Soekarno ditunjuk sebagai ketua, Iskaq sebagai sekertaris/bendahara,dan
Dr.Samsi sebagaikomisaris. Sementara itu, dalam perekrutan anggota disebutkan bahwa mantan PKI
tidak diperkenankan menjadi anggota PNI,juga pegawai negeri yang memungkinkan berperan
sebagai mata-mata pemerintah kolonial.
16. Dalam anggaran dasarnya dinyatakan bahwa tujuan PNI adalah bekerja untuk kemerdekaan
Indonesia. Tujuan tersebut hendak dicapai dengan asas "Percaya Pada DiriSendiri". Artinya
memperbaiki keadaan politik, ekonomi danm sosial dengan kekuatan dan kebiasaan sendiri. Sifatnya
yang non-kooperatif diwujudkan antara lain dengan tidak ikut dalam dewan-dewan yang dibentuk
oleh pemerintah kolonial.
Cabang-cabang pertama PNI didirikan di Bandung, Surabaya, dan Batavia. Menyusul kemudian
dalam tahun 1928 berdiri beberapa cabang lainnya, seperti di Jogjakarta,Semarang, Pekalongan,
Palembang, Makasar dan Manado. Akhirnya, jumlah anggota PNI meningkat secara drastis. Kenaikan
tersebut merupakan hasil dari propaganda yang sanmgat aktif dilakukan. Jelas sekali bahwa
popularitas rapat-rapat umum yang diselenggarakan oleh PNI itu disebabkan oleh pengaruh
Ir.Soekarno dengan pidato-pidatonya yang sangat menarik perhatian rakyat.
Ada dua macam cara dilakukan oleh PNI untuk memperkuat diri dan pengaruhnya di dalam
masyarakat.
a. Usaha ke dalam, yaitu usaha-usaha terhadap lingkungan sendiri, antara lain mengadakan kursus-
kursus, mendirikan sekolah-sekolah dan bank-bank.
b. Usaha ke l;uar dengan memperkuat opini publik terhadap tujuan PNI,antara lain melalui rapat-
rapat umum dan menerbitkan surat kabar Banteng Priangan diBandung dan Persatuan Indonesia di
Batavia.
Kegian PNI yang cepat dapat menarik masa yang sangat mencemaskan pemerintah kolonial Belanda.
Gubernur Jendral yang berkuasa pada waktu itu dalam pembukaan sidang Volskraad pada tanggal 15
Mei 1928 mengharapkan kesadaran rakyat terhadap Nasionalisme yang ekstrem. Dikemukakan juga
bahwa sikap non-kooperatif yang dijalnkan oleh PNI bersifat bermusuhan terhadap pemerintah.
Meskipun ada peringatan halus tersebut,cabang-cabang PNI malah bermunculan di berbagai wilayah
Indonesia.
Propraganda PNI menimbulkan zaman baru dalam pikiran dan perasaan orang Indonesia. Dalam
melaksanakan kegiatannya, PNI juga banyak dibantu oleh tokoh-tokoh mantan Perhimpunan
Indonesia. Apabila dibandingkan dengan jumlah anggota Serekat Islam , jumlah anggota PNI jauh
lebih kecil. Akan tetapi, pengaruh Ir.Soekarno sebagai pemimpin PNI dan pemimpin Indonesia telah
meluas dan meresap di kalangan masyarakat Indonesia.
Sukses yang diciptai oleh PNI tidak lepas dari paham yang dianutnya, yaitu marhaenime. kata
marhaen menurut Soekarno adalah nama seorang petani kecil yang di jumpainya dan menurutnya
mewakili kelas sosial yang rendah (dapat dibandingkan dengan sebagai golongan proletar).
Tindakan progresip PNI dilakukan dengan melakukan rapat-rapat umum yang selalu dibanjiri massa.
hal itu tidak lepas dari peran Ir. Soekarno sebagaiorator ulung. oleh karena itu, pemerintah kolonial
mengangap tindakan PNI sebagaihasutan terhadap rakyat, bahkan di anggap sebagai serangan kaum
komunis kedua setelah pemberontakan PKI tahun 1926.
Kemajuan yang dicapai oleh PNI juga telah menghawatirkan orang-orang reaksioner belanda di
Indonesia. mereka kemudian membentuk Vanderlandsche Club pada tahun 1929. organisasi itu
kemudian mendesak kepada pemerintah kolonial agar menganbil tindakan yang tegas terhadap PNI.
Peningkatan kegiatan rapat-rapat umum di cabang-cabang sejak bulan Mei 1929 menimbulkan
suasana yang tegang. Pemerintah kolonial Belanda lebih banyak melakukan pengawasan secara tegas
17. terhadap kegiatan-kegiatan PNI yang dianggap membahayakan keamanan dan ketertiban. Akhirnya,
pemerintah Hindia Belanda beanggapan bahwa tiba saatnya untuk melakukan tindakan terhadap PNI.
Bahkan, Gubernur Jendral de Graeff telah mendapatkan tekanan dari golongan konservatif Belanda
yang tergabung dalam Vanderlandsche Club untuk bertindak tegas karena mereka berkeyakinan
bahwa PNI melanjutkan teka-teki PKI.
Pemerintah Hindia Belanda kemudian melakukan penangkapan-penangkapan dan penggeledahan-
penggeledahan di banyak tempat. Pada tanggal 29 Desember 1929, Ir.Soekarno(ketua PNI), R.Gatot
Mangkupraja(sekertaris II PB PNI ), Maskoen Sumadireja(sekertaris II pengurus PNI cabang
Bnadung), dan Supriadinata(anggota PNI cabang Bandung) ditangkap oleh polisi Jogjakarta.
Empat tokoh PNI ditangkap tersebut kemudian diajukan ke pengadilan di Bandung. Sidang
pengadilan itu dilakukan pada tanggal 18 Agustus 1930. Dalam sidang tersebut,Ir.Soekarno
membacakan pidato pembelaan berjudul Indonesia Menggugat. Dalam pidato pembelaannya itu,
Ir.Soekarno menandaskan "kini telah jelasbahwa pergerakan nasional di Indonesia bukanlah bikinan
kaumintelektual dan kaun komunis saja, tetapi merupakan reaksi umumyang wajar dari rakyat
jajhan yang dalambatinnya telah merdeka. revolusi industrinya adalah revolusi zaman sekarang,
sekarang bukan revolusinya sekelompok kelompok kecil kaumintelektual, tetapi revolusinya bagian
terbesar rakyat Dunia yang terbelakang dan diperbodoh ". Pada tanggal22 Desember 1930, para
pemimpin PNI tersebut dijatuhi hukuman penjara di Suka Miskin, Bandung.