Terbentuknya kesadaran nasional dan perkembangan pergerakan kebangsaan indonesia
ORGANISASI NASIONAL
1. ORGANISASI-ORGANISASI PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA
1. Boedi Oetomo
Dengan semangat hendak meningkatkan semangat masyarakat, Mas
Ngabehi Wahidin Soediro Husodo, seorang doktor jawa dan
termasuk seorang priayi, tahun 1906-1907 melakukan kempanye di
kalangan priayi di Pulau Jawa.
Pada akhir 1907, Wahidin bertemu dengan Soetomo, pelajar
STOVIA di Batavia. Pertemuan tersebut berhasil mendorong
didirikannya organisasi yang diberi nama Boedi Oetomo pada
hari rabu tanggal 20 Mei 1908 di Batavia. Soetomo kemudian
ditunjuk sebagai ketuanya. Tanggal berdirinya Boedi Oetomo
hingga saat ini diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
2. 2. Sarekat Islam
Pada akhir 1911, Haji Samanhudi di Solo menghimpun
para pengusaha batik di dalam sebuah organisasi yang
bercorak agama dan ekonomi, yaitu Sarekat Dagang Islam (SDI).
Setahun kemudian pada bulan November 1912 nama SDI diganti
menjadi Sarekat Islam (SI) dengan ketuanya Haji Oemar Said
Cokroaminoto, sedangkan Samanhudi sebagai ketua kehormatan.
Perubahan nama tersebut bertujuan agar keanggotaannya
menjadi luas, bukan hanya dari kalangan pedagang. Apabila
dilihat dari anggaran dasarnya, tujuan pendirian Sarekat Islam
adalah sebagai berikut.
A. Mengembangkan jiwa dagang.
B. Memberikan bantuan kepada anggota-anggota yang
kesulitan.
C. Memajukan pengajaran dan semua.
D. Menentang pendapat-pendapat yang keliru tentang agama
Islam.
Aktivitas SI lebih mengutamakan politik tidak disetujui oleh
sebagian besar anggotanya. Mereka menginginkan SI
memperhatikan masalah-masalah keagamaan. Dalam kondisi itu SI
memutuskan untuk bekerja sama dengan pemerintahan kolonial dan
berganti nama menjadi Partai Sarikat Islam. Sehubungan dengan
meluasnya semangat persatuan dan Sumpah Pemuda, nama tersebut
diubah menjadi Partai Sarikat Islam Indonesia (PSII) pada
tahun 1930 dengan ketuanya Haji Agus Salim.
3. H.UMAR SAIT
KETUA PERTAMA SDI
3. Indische Partij
Indische Partij berdiri di Bandung pada tanggal 25 Desember
1912. Organisasi ini juga dimaksudkan sebagai pengganti
Indische Bond. Sebagai organisasi kaum Indonesia dan Eropa
yang didirikan pada tahun 1898. Ketiga tokoh pendiri Indische
Partij dikenal dengan Tiga Serangkai, yaitu Douwes Dekker
(Danudirdja Setiabudi), dr. Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi
Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Indische Partij merupakan
pergerakan nasional yang bersifat politik murni dengan
semangat nasionalisme modern.
Indische Partij berdiri atas dasar nasionalisme yang luas
menuju kemerdekaan Indonesia. Indonesia dianggap sebagai
National Home bagi semua orang, baik penduduk bumi putera
maupun keturunan Belanda, Cina, dan Arab, yang mengaku
Indonesia sebagai tanah air dan kebangsaannya. Paham ini pada
waktu itu dikenal sebagai Indisch Nasionalisme, yang
selanjutnya melalui perhimpunan Indonesia dan PNI, diubah
menjadi Indonesische Nationalisme atau Nasional Indonesia. Hal
itulah yang menyatakan bahwa Indische Partij sebagai partai
politik pertama di Indonesia.
4.
5. 4. Perhimpunan Indonesia
Perhimpunan Indonesia didirikan pada tahun 1908 oleh orang-
orang Indonesia yang berada di Belanda, antara lain Sutan
Kasayangan dan R.N Noto Suroto. Mula-mula organisasi itu
bernama Indische Vereeniging. Akan tetapi sejak berakhirnya
Perang Dunia I perasaan anti kolonialisme dan imperialisme di
kalangan pemimpin-pemimpin Indische Vereeniging semakin
menonjol.
Pada tahun 1922, Indische Vereeniging berubah menjadi
Indonesische Vereeniging. Sejak tahun 1925, selain nama dalam
bahasa Belanda juga digunakan dalam bahasa Indonesia, yaitu
Perhimpunan Indonesia. Oleh karena itu, semakin tegas bahwa PI
bergerak dalam bidang politik.
Dalam kalangan pergerakan nasional di Indonesia, pengaruh PI
cukup besar. Beberapa organisasi pergerakan nasional mulai
lahir karena mendapatkan inspirasi dari PI, seperti
Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) tahun 1926,
Partai Nasional Indonesia (PNI) tahun 1927, dan Jong Indonesia
(Pemuda Indonesia) tahun 1927.
6. 5. Partai Komunis Indonesia
Ketika Sosial Democratische Arbeiderspartij (SDAP) di Belanda
pada tahun 1918 mengumumkan dirinya menjadi Partai Komunis
Belanda (CPN), para anggota ISDV dari golongan Eropa
mengusulkan mengikuti jejak itu. Oleh karena itu, pada tanggal
23 Mei 1920 diubah lagi menjadi Partai Komunis Indonesia
(PKI). Di dalam susunan pengurus baru terbentuk tertera antara
lain Semaun sebagai ketua, Darsono sebagai wakil ketua,
Bergsma sebagai sekretaris, Dekker sebagai bendahara, serta
Baars dan Sugono sebagai anggota pengurus. PKI tumbuh menjadi
partai politik dengah jumlah yang sangat besar. Akan tetapi
karena jumlah anggotanya intinya kecil, partai itu kurang
dapat mengontrol dan menanamkan disiplin kepada anggotanya.
Setelah berhasil menempatkan dirinya sebagai partai besar,
PKI merasa sudah kuat untuk melakukan pemberontakan pada tahun
1926. Hampir sepuluh tahun kemudian, Komitern mengirimkan
seorang tokoh komunis kembali ke Indonesia. Tokoh tersebut
ialah Musso yang pada bulan April 1935 mendarat di Surabaya.
Dengan bantuan Joko Sujono, Pamuji, dan Achmad Sumadi, ia
membentuk yang diberi nama PKI Ilegal. Kegiatan utama kaum
komunis kemudian disalurkan melalui Gerakan Rakyat Indonesia
(Gerindo) dengan tokoh utamanya Amir Syarifudin.
6. Partai Nasional Indonesia
Partai Nasional Indonesia (PNI) dibentuk di Bandung pada
tanggal 4 Juli 1927 dengan tokoh-tokohnya Ir. Soekarno, Iskaq,
7. Budiarto, Cipto Mangunkusumo, Tilaar, Soedjadi, dan Soenaryo.
Dalam pengurus besar PNI, Ir. Soekarno ditunjuk sebagai ketua,
Iskaq sebagai sekretaris/bendahara, dan Dr. Samsi sebagai
komisaris. Sementara itu dalam perekrutan anggota disebutkan
bahwa mantan anggota PKI tidak diperkenankan menjadi anggota
PNI, juga pegawai negeri yang memungkinkan berperan sebagai
mata-mata pemerintah kolonial. Ada dua macam cara yang
dilakukan oleh PNI untuk memperkuat diri dan pengaruhnya di
dalam masyarakat, yaitu:
a. Usaha ke dalam: Usaha-usaha terhadap lingkungan sendiri,
antara lain mengadakan kursus-kursus, mendirikan sekolah-
sekolah dan bank-bank.
b. Usaha ke luar: Dengan memeperkuat opini publik terhadap
tujuan PNI, antara lain melalui rapat-rapat umum dan
menerbitkan surat kabar Benteng Priangan di Bandung dan
Persatuan Indonesia di Batavia.
Peningkatan kegiatan rapat-rapat umum di cabang-cabang sejak
bulan Mei 1929 menimbulkan suasana yang tegang. Pemerintah
kolonial Belanda lebih banyak melakukan pengawasan secara
tegas terhadap kegiata-kegiatan PNI yang dianggap membahayakan
keamanan dan ketertiban. Sering kali polisi menghentikan
pidato karena dianggap telah menghasut rakyat.
Akhirnya pemerintah Hindia Belanda beranggapan bahwa tiba
saatnya untuk melakukan tindakan terhadap PNI. Bahkan Gubernur
Jenderal de Graef telah mendapatkan tekanan dari konservatif
Belanda yang tergabung dalam Vanderlansche Club untuk
bertindak tegas karena mereka berkeyakinan bahwa PNI
melanjutkan taktik PKI.
8. 7.MUHAMMADIYYAH
Muhammadiyah dibangun oleh KH Ahmad Dahlan sebagi hasil kongkrit dari telaah
dan pendalaman (tadabbur) terhadap Alquranul Karim. Faktor inilah yang sebenarnya paling
utama yang mendorong berdirinya Muhammadiyah, sedang faktor-faktor lainnya dapat
dikatakan sebagai faktor penunjang atau faktor perangsang semata. Dengan ketelitiannya
yang sangat memadai pada setiap mengkaji ayat-ayat Alquran, khususnya ketika menelaah
surat Ali Imran, ayat:104, maka akhirnya dilahirkan amalan kongkret, yaitu lahirnya
Persyarikatan Muhammadiyah. Kajian serupa ini telah dikembangkan sehingga dari hasil
kajian ayat-ayat tersebut oleh KHR Hadjid dinamakan “Ajaran KH Ahmad Dahlan dengan
kelompok 17, kelompok ayat-ayat Alquran”, yang didalammya tergambar secara jelas asal-
usul ruh, jiwa, nafas, semangat Muhammadiyah dalam pengabdiyannya kepada Allah SWT.
Dari latar belakang berdirinya Muhammadiyah seperti di atas jelaslah bahwa sesungguhnya
kelahiran Muhammadiyah itu tidak lain karena diilhami, dimotivasi, dan disemangati oleh
ajaran-ajaran Al-Qur’an karena itupula seluruh gerakannya tidak ada motif lain kecuali
semata-mata untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam. Segala yang dilakukan
9. Muhammadiyah, baik dalam bidang pendidikan dan pengajaran, kemasyarakatan,
kerumahtanggaan, perekonomian, dan sebagainya tidak dapat dilepaskan dari usaha untuk
mewujudkan dan melaksankan ajaran Islam. Tegasnya gerakan Muhammadiyah hendak
berusaha untuk menampilkan wajah Islam dalam wujud yang riil, kongkret, dan nyata, yang
dapat dihayati, dirasakan, dan dinikmati oleh umat sebagai rahmatan lil’alamin.
Muhammadiyah sebagai Gerakan Dakwah Islam
Ciri kedua dari gerakan Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan dakwah Islamiyah. Ciri
yang kedua ini muncul sejak dari kelahirannya dan tetap melekat tidak terpisahkan dalam jati
diri Muahammadiyah. Sebagaimana telah diuraikan dalam bab terdahulu bahwa faktor utama
yang mendorong berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah berasal dari pendalaman KHA
Dahlan terdapat ayat-ayat Alquran Alkarim, terutama sekali surat Ali Imran, Ayat:104.
Berdasarkan Surat Ali Imran, ayat : 104 inilah Muhammadiyah meletakkan khittah atau
strategi dasar perjuangannya, yaitu dakwah (menyeru, mengajak) Islam, amar ma’ruf nahi
munkar dengan masyarakat sebagai medan juangnya. Gerakan Muhammadiyah berkiprah di
tengah-tengah masyarakat bangsa Indonesia dengan membangun berbagai ragam amal usaha
yang benar-benar dapat menyentuh hajat orang banyak seperti berbagai ragam lembaga
pendidikan sejak taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, membangun sekian banyak
rumah sakit, panti-panti asuhan dan sebagainya. Semua amal usaha Muhammadiyah seperti
itu tidak lain merupakan suatu manifestasi dakwah islamiyah. Semua amal usaha diadakan
dengan niat dan tujuan tunggal, yaitu untuk dijadikan sarana dan wahana dakwah Islamiyah.
Muhammadiyah sebagi Gerakan Tajdid
Ciri ke tiga yang melekat pada Persyarikatan Muhammadiyah adalah sebagai Gerakan
Tajdid atau Gerakan Reformasi. Muhammadiyah sejak semula menempatkan diri sebagai
salah satu organisasi yang berkhidmat menyebarluaskan ajaran Agama Islam sebagaimana
yang tercantum dalam Alquran dan Assunah, sekaligus memebersihkan berbagai amalan
umat yang terang-trangan menyimpang dari ajaran Islam, baik berupa khurafat, syirik,
maupun bid’ah lewat gerakan dakwah. Muhammadiyah sebagai salah satu mata rantai dari
gerakan tajdid yang diawali oleh ulama besar Ibnu Taimiyah sudah barang tentu ada
kesamaaan nafas, yaitu memerangi secara total berbagai penyimpangan ajaran Islam seperti
syirik, khurafat, bid’ah dan tajdid, sbab semua itu merupakan benalu yang dapat merusak
akidah dan ibadah seseorang.
10. Sifat Tajdid yang dikenakan pada gerakan Muhammadiyah sebenarnya tidak hanya
sebatas pengertian upaya memurnikan ajaran Islam dari berbagai kotoran yang menempel
pada tubuhnya, melainkan juga termasuk upaya Muhammadiyah melakukan berbagai
pembaharuan cara-cara pelaksanaan Islam dalam kehidupan bermasyarakat, semacam
memperbaharui cara penyelenggaraan pendidikan, cara penyantunan terhadap fakir miskin
dan anak yatim, cara pengelolaan zakat fitrah dan zakat harta benda, cara pengelolaan rumah
sakit, pelaksanaan sholat Id dan pelaksanaan kurba dan sebagainya.
Untuk membedakan antara keduanya maka tajdid dalam pengertian pemurnian dapat
disebut purifikasi (purification) dan tajdid dalam pembaharuan dapat disebut reformasi
(reformation). Dalam hubungan dengan salah satu ciri Muhammadiyah sebagai gerakan
tajdid, maka Muhammadiyah dapat dinyatakan sebagai Gerakan Purifikasi dan Gerakan
Reformasi.