SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
Alih Kode
dan
Campur
Kode
Intan Zahra 1703456
Lita Tania 1705340
Stefanie Dita 1702708
Definisi Alih Kode
Istilah kode dipakai untuk menyebut salah satu varian di dalam hierarki
kebahasaan, sehingga selain kode yang mengacu kepada bahasa (seperti bahasa
Inggris, Belanda, Jepang, Indonesia), juga mengacu kepada variasi bahasa, seperti
varian regional (bahasa Jawa dialek Banyuwas, Jogja-Solo, Surabaya), juga varian
kelas sosial disebut dialek sosial atau sosiolek (bahasa Jawa halus dan kasar),
varian ragam dan gaya dirangkum dalam laras bahasa (gaya sopan, gaya hormat,
atau gaya santai), dan varian kegunaan atau register (bahasa pidato, bahasa doa,
dan bahasa lawak).
Kenyataan seperti di atas menunjukkan bahwa hierarki kebahasaan dimulai dari
bahasa/language pada level paling atas disusul dengan kode yang terdiri atas
varian, ragam, gaya, dan register.
Kode
• Scotton menganggap bahwa alih kode merupakan penggunaan dua varian atau varietas
linguistik atau lebih dalam percakapan atau interaksi yang sama.
• Apple (1976:79 melalui Chaer dan Agustina,2010: 107-108) mendefinisikan alih kode itu
sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa karena berubah situasi. Appel memberikan
batasan alih kode sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya suatu
situasi.
• Hymes (1875) menyatakan alih kode itu bukan hanya terjadi antarbahasa, tetapi dapat juga
terjadi antar ragam-ragam atau gaya-gaya yang terdapat dalam suatu bahasa.
• Nababan berasumsi konsep alih kode ini mencakup juga kejadian di mana kita beralih dari
satu ragam fungsiolek ke ragam lain atau dari satu dialek ke dialek yang lain.
Alih kode pada hakikatnya merupakan pergantian pemakaian bahasa atau dialek. Rujukannya
adalah komunitas bahasa atau dialek. Para penutur yang sedang beralih kode dari minimum
dua komunitas dari bahasa-bahasa (dialek) yang sedang mereka praktekkan. Sebaliknya
pergantian (alih) ragam bukan berarti berganti komunitas. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa alih kode hanya dilakukan oleh dua pihak yang memiliki dua komunitas
bahasa yang sama. Sedangkan alih ragam hanya terjadi di satu komunitas dan satu bahasa
saja.
Alih Kode
• Alih kode (code switching) adalah peristiwa peralihan dari satu kode ke kode yang
lain. Misalnya penutur menggunakan bahasa Indonesia beralih menggunakan bahasa
Jawa. Alih kode merupakan salah satu aspek ketergantungan bahasa
(languagedependency) dalam masyarakat multilingual. Dalam masyarakat
multilingual sangat sulit seorang penutur mutlak hanya menggunakan satu bahasa.
Dalam alih kode masing-masing bahasa masih cenderung mengdukung fungsi
masing-masing dan dan masing-masing fungsi sesuai dengan konteksnya.
• Alih kode (code switching) adalah peristiwa peralihan dari satu kode ke kode yang
lain. Misalnya penutur menggunakan bahasa Sunda beralih menggunakan bahasa
Makassar, atau penutur menggunakan bahasa Jawa kemudian beralih menggunakan
bahasa Bugis.
• Alih kode merupakan salah satu aspek ketergantungan bahasa (languagedependency)
dalam masyarakat multilingual. Dalam masyarakat multilingual sangat sulit seorang
penutur mutlak hanya menggunakan satu bahasa karena kita ketahui bahwa dalam
suatu masyarakat terdapat lebih dari satu suku. Dalam alih kode masing-masing
bahasa masih cenderung mendukung fungsi masing-masing dan dan masing-masing
fungsi sesuai dengan konteksnya.
Alih Kode
Definisi Campur
Kode
Campur kode (code-mixing) terjadi apabila seorang penutur menggunakan suatu
bahasa secara dominan mendukung suatu tuturan disisipi dengan unsur bahasa
lainnya. Hal ini biasanya berhubungan dengan karakteristk penutur, seperti latar
belakang sosial, tingkat pendidikan, rasa keagamaan. Biasanya ciri menonjolnya berupa
kesantaian atau situasi informal. Namun bisa terjadi karena keterbatasan bahasa,
ungkapan dalam bahasa tersebut tidak ada padanannya, sehingga ada keterpaksaan
menggunakan bahasa lain, walaupun hanya mendukung satu fungsi. Campur kode
termasuk juga konvergense kebahasaan (linguistic convergence).
• Menurut Nababan dalam Arthur Yap (1978) Campur kode adalah penggunaan lebih
dari satu bahasa atau kode dalam suatu wacana menurut pola-pola yang belum
jelas.
Campur kode juga ditandai oleh adanya pemakaian dua bahasa (ragam bahasa) atau
lebih oleh seorang penutur dalam suatu peristiwa tutur .Oleh karena itu,campur kode
merupakan salah satu aspek dari saling ketergantungan bahasa( language dependency
) di dalam masyarakat multilingual.
• Menurut Fasold campur kode ialah fenomena yang lebih lembut daripada
fenomena alih kode.Dalam campur kode terdapat serpihan-serpihan suatu bahasa
yang digunakan oleh seorang penutur, tetapi pada dasarnya dia menggunakan satu
bahasa yang tertentu. Serpihan disini dapat berbentuk kata, frasa atau unit bahasa
yang lebih besar
• Kachru (dalam Suwito, 1983: 76)mendefinisikan campur kode sebagai pemakaian
dua bahasa atau lebih dengan saling memasukkan unsur-unsur bahasa yang satu ke
dalam bahasa yang lain secara konsisten .
• Kridalaksana (2001: 35) berpendapat bahwa campur kode adalah (1 ) interferensi,
(2)penggunaan satuanlingual bahasa dari satu bahasa ke bahasa lain untuk
memperluas gaya bahasa atauragam bahasa; termasuk di dalamnya pemakaian kata,
klausa, idiom, sapaan, dansebagainya.
Latar Belakang Alih
Kode dan Campur
Kode
Beberapa faktor yang menyebabkan alih kode adalah:
1. Penutur
Seorang penutur kadang dengan sengaja beralih kode terhadap mitra tutur karena suatu
tujuan. Misalnya mengubah situasi dari resmi menjadi tidak resmi atau sebaliknya.
2. Mitra Tutur
Mitra tutur yang latar belakang kebahasaannya sama dengan penutur biasanya beralih kode
dalam wujud alih varian dan bila mitra tutur berlatar belakang kebahasaan berbeda cenderung
alih kode berupa alih bahasa.
3. Hadirnya Penutur Ketiga
Untuk menetralisasi situasi dan menghormati kehadiran mitra tutur ketiga, biasanya penutur
dan mitra tutur beralih kode, apalagi bila latar belakang kebahasaan mereka berbeda.
4. Pokok Pembicaraan
Pokok Pembicaraan atau topik merupakan faktor yang dominan dalam menentukan terjadinya
alih kode. Pokok pembicaraan yang bersifat formal biasanya diungkapkan dengan ragam baku,
dengan gaya netral dan serius dan pokok pembicaraan yang bersifat informal disampaikan
dengan bahasa tak baku, gaya sedikit emosional, dan serba seenaknya.
5. Untuk membangkitkan rasa humor
Biasanya dilakukan dengan alih varian, alih ragam, atau alih gaya bicara.
6. Untuk sekadar bergengsi
Walaupun faktor situasi, lawan bicara, topik, dan faktor sosio-situasional tidak mengharapkan
adanya alih kode, terjadi alih kode, sehingga tampak adanya pemaksaan, tidak wajar, dan
cenderung tidak komunikatif.
Latar Belakang Alih Kode
Kalau kita menelusuri penyebab terjadinya alih kode, maka maka kita kembalikan kepada pokok
persoalan sosiolinguistik seperti yang di kemukakan fishman (1976 : 15), yaitu’’ siapa berbicara,
dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan dan dengan tujuan apa’’. Namun dalam berbagai
kepustakaan linguistik secara umum penyebab terjadinya alih kode itu karena ada beberapa
faktor, yaitu :
1. pembicara atau penutur
seorang penutur atau pembicara terkadang melakukan alih kode terhadap mitra tuturnya
karena ada maksud dan tujuan tertentu.Misalnya, seorang mahasiswa setelah beberapa saat
berbicara dengan dosennya mengenai nilai mata kuliahnya yang tundah dan dia baru tahu
bahwa dosennya itu berasal dari daerag yang sama dan juga mempunyai bahasa ibu yang sama
pula. Agar urusannya cepat beres, maka mahasiswa tersebut melakukan alih kode dari bahasa
indonesia ke bahasa daerahnya agar semuanya bisa berjalan lancar dalam mengurus nilainya.
2. Pendengar atau lawan tutur
Lawan bicara atau lawan tutur dapat menyebabkan terjadinya alih kode karena si penutur ingin
mengimbangi kemampuan berbahasa lawan bicaranya. Misalnya, penutur bugis berusaha
mengimbangi lawan bicaranya yang kebetulan orang mandar dengan menggunakan bahasa
mandar pula.
3. Perubahan situasi karena hadirnya orang ketiga
Kehadiran orang ketiga yang tidak berlatar belakang bahasa yang sama dengan yang di gunakan
oleh penutur dan lawan bicara yang sedang berbicara. Misalnya, si A dan si B sementara
bercakap bugis, kemudian si C tibab – tiba datang dan tidak menguasai bahasa bugis. Maka si A
dan si B beralih kode dari bahasa bugis ke bahasa indonesia.
Penyebab terjadinya alih kode:
4. Perubahan dari formal ke informal atau sebaliknya
Situasi ini biasanya terjadi di sekolah, kampus, atau kantor, karena ketika kita sementara
kuliah bahasa yang di gunakan itu adalah bahasa formal, begitupun ketika kita berada di
kantor. Akan tetapi setelah perkuliahan selesai, itu berarti berakhir juga situasi formal,
begitupun di kantor ketika yang di bicarakan tentang surat menyurat maka situasinya itu
formal, tetapi ketika pribadi seseorang yang di surati, maka situasinya berubah menjadi tidak
formal, dan saat itulah terjadi alih kode dari bahasa indonesia diganti dengan bahasa daerah.
5. Perubahan topik pembicaraan
Topikn pembicaraan merupakan hal dominan yang menentukan terjadinya alih kode. Pokok
pembicaraan yang bersifat formal biasanya di ungkapakan dengan ragam baku dengan gaya
netral dan serius. Sedangkan pokok pembicaraan yang bersifat informal di sampaikan dengan
bahasa tak baku, gaya sedikit emosional, dan serba seenaknya.
6. Untuk sekedar bergengsi
Walaupun faktor situasi, lawan bicara, topik, dan faktor sosio – siuasional tidak
mengharapkan adanya alih kode, terjadinya alih kode, sehingga tampak adanya pemaksaan,
hal tidak wajar, dan cenderung tidak komunikatif.
Dari kelima faktor diatas ,itulah yang secara umum lazim di kemukakan sebagai penyebab
terjadinya alih kode.
Macam macam alih kode :
Suwito (1983 : 69) membedakan adanya dua macam alih kode, yaitu
1. Alih kode intern
Dikatakan alih kode intern karena berlangsung antar bahasa senidiri, seperti dari
bahasa indonesia ke bahasa jawa, atau sebaliknya.
2. Alih kode ekstern
Alih kode yang terjadi antar bahasa sendiri ( salah satu bahasa atau ragam yang ada
dalam verbal repertoir masyarakat tuturnya) dengan bahasa asing.
Souepomo poedjosoedomo (1979 : 38) membagi alih kode menjadi dua macam pula,
yaitu:
1. Alih kode permanen
Dalam alih kode ini seorang penutur secara tetap mengganti kode tutur terhadap lawan
bicaranya (mitra tuturnya).
2. kode sementara
Alih kode sementara merupakan alih kode yang dilakukan seorang penutur pada saat
bicara dengan menggunakan kode tutur yang biasa dipakai dengan berbagai alasan.
Peralihan menggunakan kedua kode tutur ini terjadi begitu saja di tengah – tengah
kalimat atau bagian wacananya dan peralihan kode tutur ini tidak berlangsung lama
karena penutur kembali menggunakan kode tuturnya seperti semula.
Jenis-jenis Alih Kode
Alih Kode Metaforis
Alih kode metaforis yaitu alih kode yang terjadi jika ada pergantian topik. Sebagai contoh A dan
B adalah teman kuliah, awalnya mereka menggunakan ragam bahasa Indonesia resmi dalm
diskusi di perkuliahan, setelah diskusi selesai, mereka kemudian menganti topik pembicaraan
mengenai kos karena kebetulan mereka teman satu kos. Pergantian topik ini juga mempengaruhi
pergantian bahasa yang mereka lakukan dengan menggunakan bahasa daerah. Kebetulan A dan
B tinggal di daerah yang sama dan dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa daerah
tersebut. Pada contoh ini terjadi perubahan topik dari urusan perkuliahan berubah menjadi
masalah kos sehingga termasuk alih kode metaforis (Spolsky, 1998: 50).
Selain alih kode metaforis Suwito dalam Chaer dan Agustina (2010:114) juga membagi alih kode
menjadi dua jenis yaitu, alih kode intern dan alih kode ekstern.
• Alih kode intern yaitu alih kode yang berlangsung antarbahasa sendiri, seperti dari bahasa
Indonesia ke bahasa Jawa, atau sebaliknya.
• Sedangkan alih kode ekstern yaitu alih kode yang terjadi antara bahasa (salah satu bahasa
atau ragam yang ada dalam verbal repertoir masyarakat tuturnya) dengan bahasa
asing.Contohnya bahasa Indonesia ke bahasa Jepang, atau sebaliknya.
Campur kode dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Campur kode ke dalam (innercode-mixing):
Campur kode yang bersumber dari bahasa asli dengan segala
variasinya
2. Campur kode ke luar (outer code-mixing):
campur kode yang berasal dari bahasa asing.
Latar Belakang dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
1. Attitudinal Type : Tipe yang berlatar belakang pada sikap penutur.
2. Linguistik Type : Tipe yang berlatar belakang pada kebahasaan.
Kedua tipe itu saling bergantung dan tidak jarang bertumpang tindih (overlap). Misalnya
bercampur kode bahasa Belanda di Indonesia menunjukkan bahwa penuturnya termasuk
orang “tempo doeloe”, terpelajar dan “bukan orang sembarangan”. Sedangkan campur kode
dengan bahasa Inggris dapat memberi kesan bahwa si penutur “orang masa kini”,
berpendidikan cukup dan mempunyai hubungan luas.
Dengan demikian campur kode terjadi karena adanya hubungan timbal balik antara peranan
penutur, bentuk bahasa, dan fungsi bahasa. Artinya penutur yang mempunyai latar belakang
sosial tertentu. Pemilihan campur kode demikian dimaksudkan untuk menunjukkan status
sosial dan identitas pribadinya di dalam masyarakat.
Latar Belakang Campur Kode
S = Situasi (act situation), mencakup latar dan suasana
P = Partisipant, mencakup penutur, pengirim, pendengar, dan penerima.
E = End (tujuan), mencakup bentuk pesan dan isi pesan.
A = Act Sequence (urutan tindak), mencakup bentuk pesan dan isi pesan
K = Key ( kunci)
I = Instrumentalities (peranti, perabotan), mencakup saluran dan bentuk
tutur.
N = Norms (norma), mencakup norma interaksi dan norma interpretasi
G = Genre
(Sumarsono dan Partana, 2004: 325)
Faktor-faktor terjadinya alih kode dan campur kode sebagai berikut berikut.
a. Penutur
b. Mitra tutur
c. Hadirnya penutur ketiga.
d. Tempat tinggal dan waktu tuturan berlangsung
e. Modus tuturan
f. Topik tuturan
Penyebab Utama Terjadinya Alih Kode Dan
Campur Kode
Dalam kegiatan komunikasi pada masyarakat multilingual alih kode dan campur kode
pada umumnya dilakukan antara lain untuk tujuan-tujuan berikut.
a. Mengakrabkan suasana
b. Menghormati lawan bicara
c. Meyakinkan topik pembicaraan
d. Untuk membangkitkan rasa humor
e. Untuk sekadar bergaya atau bergengsi
Fungsi dan Tujuan Penggunaan Alih Kode
dan Campur Kode
Perbedaan Alih
Kode dan Campur
Kode
Perbedaan lain antara alihkode dengan campur kode ialah pertama, alih kode itu
mengarah pada terjemahan dan padanan istilah code switching, sedangkan campur kode
merupakan terjemahan dan padanan istilah kodemixing dalam bahasa Inggris. Kedua,
dalam alih kode ada kondisi yang menuntut penutur beralih kode, dan hal itu menjadi
kesadaran penutur, sedangkan campur kode terjadi tanpa ada kondisi yang menuntut
pencampuran kode itu. Dan ketiga, pada alih kode penutur menggunakan dua varian baik
dalam bahasa yang sama maupun dalam bahasa yang berbeda. Pada campur kode yang
terjadi bukan peralihan kode, tetapi bercampurnya unsur suatu kode ke kode yang sedang
digunakan oleh penutur.
Campur kode patut dibedakan dari alih kode. Alih bahasa sepenuhnya terjadi karena
perubahan sosiokultural dalam situasi berbahasa. Perubahan-perubahan dimaksudkan
meliputi faktor-faktor seperti hubungan antara pembicara dan pendengar, laras bahasa,
tujuan berbicara, topik yang dibahas, waktu dan tempat berbincang.[4]
• Thelander membedakan alih kode dan campur kode bahwa dalam suatu peristiwa
tutur terjadi peralihan dari satu klausa suatu bahasa ke klausa bahasa lain (alih kode).
Tetapi apabila dalam suatu peristiwa tutur klausa atau frasa yang digunakan terdiri atas
klausa atau frasa campuran (hybrid cluases/hybrid phrases) dan masing-masing klausa
atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsinya sendiri itulah disebut sebagai campur
kode.
Contoh-Contoh
Campur Kode
Beberapa macam wujud campur kode:
a. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata
Contoh :
Mangka sering kali sok sering ada kata-kata seolah-olah bahasa daerah itu kurang penting
Padahal sering kali sering ada kata-kata seolah-olah bahasa daerah itu kurang penting
“Padahal sering kali ada anggapan bahwa bahasa daerah itu kurang penting”.
b. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa
Contoh :
Nah karena saya sudah kadhung apik sama dia, ya tak teken
Nah karena saya sudah terlanjur baik dengan dia, ya saya tanda tangan
“Nah karena saya sudah benar-benar baik dengan dia, maka saya tanda tangani”.
c. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud baster
Banyak klap malam yang harus ditutup.
Hendaknya segera diadakan hutanisasi kembali.
d. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud perulangan kata
Contoh :
Sudah waktunya kita menghindari backing-backingan dan klik-klikan.
Saya sih bolah-boleh saja, asal dia tidak tonya-tanya lagi.
e. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud ungkapan atau idiom
Contoh :
Pada waktu ini hendaknya kita hindari cara bekerja alon-alon asal kelakon
f. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud klausa
Contoh :
Parhne me sima ki bahut ruci hai vah kahti hai education in necessary for life
Belajar bagi sima dari banyak perhatian adalah ia berkata adalah pendidikan adalah
perlu untuk hidup
Sima sangat menaruh perhatian pada belajar. Ia berkata, “Pendidikan sangat
diperlukan dalam kehidupan”.
Masyarakat di filiphina menyebut gejala ini “halo-
halo” atau “mix-mix”, yakni campuran antara bahasa
inggris dengan salah satu bahasa daerah di filipina. Di
Indonesia dikenal bahasa “gado-gado” yang
diibaratkan sebagai sajian gado-gado, yakni campuran
dari berbagai macam sayur-sayuran. Dengan bahasa
gado-gado, yakni campuran antara bahasa Indonesia
dengan bahasa salah satu daerah.
Sumber: Internet (Google)

More Related Content

What's hot

Bahasa standar,nonstandar, dan bahasa ilmiah
Bahasa standar,nonstandar, dan bahasa ilmiahBahasa standar,nonstandar, dan bahasa ilmiah
Bahasa standar,nonstandar, dan bahasa ilmiahNanda Saragih
 
Equivalency in translation studies
Equivalency in translation studiesEquivalency in translation studies
Equivalency in translation studiesYahyaChoy
 
Bahasa indonesia (Paragraf)
Bahasa indonesia (Paragraf)Bahasa indonesia (Paragraf)
Bahasa indonesia (Paragraf)Christian Lokas
 
Hakikat Bahasa Indonesia
Hakikat Bahasa IndonesiaHakikat Bahasa Indonesia
Hakikat Bahasa Indonesia1231011994
 
KOHESI, KOHERENSI, DAN JENIS WACANA BAHASA INDONESIA
KOHESI, KOHERENSI, DAN JENIS WACANA BAHASA INDONESIAKOHESI, KOHERENSI, DAN JENIS WACANA BAHASA INDONESIA
KOHESI, KOHERENSI, DAN JENIS WACANA BAHASA INDONESIAEman Syukur
 
semantik dalam bahasa indonesia
semantik dalam bahasa indonesiasemantik dalam bahasa indonesia
semantik dalam bahasa indonesiaNUR DIANA
 
Pengertian tentang makna & teori pendekatannya
Pengertian tentang makna & teori pendekatannyaPengertian tentang makna & teori pendekatannya
Pengertian tentang makna & teori pendekatannyaEniphh Abah Muniph
 
Linguistik umum 1,2
Linguistik umum 1,2Linguistik umum 1,2
Linguistik umum 1,2Imam Suwandi
 
Berbagai kajian-linguistik
Berbagai kajian-linguistikBerbagai kajian-linguistik
Berbagai kajian-linguistikUchy Fahrel
 
Linguistics varieties and multilingual nations
Linguistics varieties and multilingual nationsLinguistics varieties and multilingual nations
Linguistics varieties and multilingual nationsSyefta Permata
 
Linguistik sistemik fungsional
Linguistik sistemik fungsional Linguistik sistemik fungsional
Linguistik sistemik fungsional iwan setiawan
 
Deiksi dan Jarak
Deiksi dan JarakDeiksi dan Jarak
Deiksi dan JarakSantuso
 
Cognitive semantics, semantics
Cognitive semantics, semanticsCognitive semantics, semantics
Cognitive semantics, semanticsVivaAs
 

What's hot (20)

Pragmatik
PragmatikPragmatik
Pragmatik
 
Fonologi
FonologiFonologi
Fonologi
 
Bahasa standar,nonstandar, dan bahasa ilmiah
Bahasa standar,nonstandar, dan bahasa ilmiahBahasa standar,nonstandar, dan bahasa ilmiah
Bahasa standar,nonstandar, dan bahasa ilmiah
 
Equivalency in translation studies
Equivalency in translation studiesEquivalency in translation studies
Equivalency in translation studies
 
Bahasa indonesia (Paragraf)
Bahasa indonesia (Paragraf)Bahasa indonesia (Paragraf)
Bahasa indonesia (Paragraf)
 
Kohesi gramatikal 2
Kohesi gramatikal 2Kohesi gramatikal 2
Kohesi gramatikal 2
 
Makalah Bahasa baku dan bahasa nonbaku
Makalah Bahasa baku dan bahasa nonbakuMakalah Bahasa baku dan bahasa nonbaku
Makalah Bahasa baku dan bahasa nonbaku
 
Hakikat Bahasa Indonesia
Hakikat Bahasa IndonesiaHakikat Bahasa Indonesia
Hakikat Bahasa Indonesia
 
KOHESI, KOHERENSI, DAN JENIS WACANA BAHASA INDONESIA
KOHESI, KOHERENSI, DAN JENIS WACANA BAHASA INDONESIAKOHESI, KOHERENSI, DAN JENIS WACANA BAHASA INDONESIA
KOHESI, KOHERENSI, DAN JENIS WACANA BAHASA INDONESIA
 
Linguistik sinkronik dan linguistik diakronik
Linguistik sinkronik dan linguistik diakronikLinguistik sinkronik dan linguistik diakronik
Linguistik sinkronik dan linguistik diakronik
 
semantik dalam bahasa indonesia
semantik dalam bahasa indonesiasemantik dalam bahasa indonesia
semantik dalam bahasa indonesia
 
Pengertian tentang makna & teori pendekatannya
Pengertian tentang makna & teori pendekatannyaPengertian tentang makna & teori pendekatannya
Pengertian tentang makna & teori pendekatannya
 
Linguistik umum 1,2
Linguistik umum 1,2Linguistik umum 1,2
Linguistik umum 1,2
 
Berbagai kajian-linguistik
Berbagai kajian-linguistikBerbagai kajian-linguistik
Berbagai kajian-linguistik
 
Linguistics varieties and multilingual nations
Linguistics varieties and multilingual nationsLinguistics varieties and multilingual nations
Linguistics varieties and multilingual nations
 
Linguistik sistemik fungsional
Linguistik sistemik fungsional Linguistik sistemik fungsional
Linguistik sistemik fungsional
 
Diksi (pilihan kata)
Diksi (pilihan kata)Diksi (pilihan kata)
Diksi (pilihan kata)
 
Sosiolinguistik (1).ppt
Sosiolinguistik (1).pptSosiolinguistik (1).ppt
Sosiolinguistik (1).ppt
 
Deiksi dan Jarak
Deiksi dan JarakDeiksi dan Jarak
Deiksi dan Jarak
 
Cognitive semantics, semantics
Cognitive semantics, semanticsCognitive semantics, semantics
Cognitive semantics, semantics
 

Similar to ALIH KODE DAN CAMPUR KODE

Similar to ALIH KODE DAN CAMPUR KODE (20)

Code switching
Code switchingCode switching
Code switching
 
Alih kode dan campur kode
Alih kode dan campur kodeAlih kode dan campur kode
Alih kode dan campur kode
 
Alih kode dan campur kode
Alih kode dan campur kodeAlih kode dan campur kode
Alih kode dan campur kode
 
Alih kode dan campur kode
Alih kode dan campur kodeAlih kode dan campur kode
Alih kode dan campur kode
 
Makalah Alih Kode dan Campur Kode
Makalah Alih Kode dan Campur KodeMakalah Alih Kode dan Campur Kode
Makalah Alih Kode dan Campur Kode
 
Beda Alih kode dan Campur kode
Beda Alih kode dan Campur kodeBeda Alih kode dan Campur kode
Beda Alih kode dan Campur kode
 
Ragam Bahasa Indonesia
Ragam Bahasa IndonesiaRagam Bahasa Indonesia
Ragam Bahasa Indonesia
 
sosiolinguistik linguistik sastra indonesia
sosiolinguistik linguistik sastra indonesiasosiolinguistik linguistik sastra indonesia
sosiolinguistik linguistik sastra indonesia
 
4-ALIH KODE DAN CAMPUR KODE.pptx
4-ALIH KODE DAN CAMPUR KODE.pptx4-ALIH KODE DAN CAMPUR KODE.pptx
4-ALIH KODE DAN CAMPUR KODE.pptx
 
Alih kode
Alih kodeAlih kode
Alih kode
 
Makalah Ragam Bahasa Indonesia
Makalah Ragam Bahasa IndonesiaMakalah Ragam Bahasa Indonesia
Makalah Ragam Bahasa Indonesia
 
Intro to sociolinguistics
Intro to sociolinguisticsIntro to sociolinguistics
Intro to sociolinguistics
 
Pemilihan bahasa dan perubahan bahasa
Pemilihan bahasa dan perubahan bahasaPemilihan bahasa dan perubahan bahasa
Pemilihan bahasa dan perubahan bahasa
 
Ragam_Bahasa.pptx
Ragam_Bahasa.pptxRagam_Bahasa.pptx
Ragam_Bahasa.pptx
 
Ragam Bahasa
Ragam BahasaRagam Bahasa
Ragam Bahasa
 
Teks 4 ragam bahasa
Teks  4 ragam bahasaTeks  4 ragam bahasa
Teks 4 ragam bahasa
 
Materi.docx
Materi.docxMateri.docx
Materi.docx
 
Siska yuliana
Siska yulianaSiska yuliana
Siska yuliana
 
RAGAM BAHASA.pptx
RAGAM BAHASA.pptxRAGAM BAHASA.pptx
RAGAM BAHASA.pptx
 
BINDO_Ragam Bahasa.pptx
BINDO_Ragam Bahasa.pptxBINDO_Ragam Bahasa.pptx
BINDO_Ragam Bahasa.pptx
 

More from Lita Tania

PROBLEMATIK BAHASA DALAM TATARAN SEMANTIK
PROBLEMATIK BAHASA DALAM TATARAN SEMANTIK PROBLEMATIK BAHASA DALAM TATARAN SEMANTIK
PROBLEMATIK BAHASA DALAM TATARAN SEMANTIK Lita Tania
 
CIRI PEMBEDA DIALEK
CIRI PEMBEDA DIALEKCIRI PEMBEDA DIALEK
CIRI PEMBEDA DIALEKLita Tania
 
IHWAL DIALEKTOLOGI
IHWAL DIALEKTOLOGIIHWAL DIALEKTOLOGI
IHWAL DIALEKTOLOGILita Tania
 
MASYARAKAT BAHASA
MASYARAKAT BAHASA MASYARAKAT BAHASA
MASYARAKAT BAHASA Lita Tania
 
IHWAL SOSIOLINGUISTIK
IHWAL SOSIOLINGUISTIKIHWAL SOSIOLINGUISTIK
IHWAL SOSIOLINGUISTIKLita Tania
 
KEDWIBAHASAAN (BILINGUALISME)
KEDWIBAHASAAN (BILINGUALISME)KEDWIBAHASAAN (BILINGUALISME)
KEDWIBAHASAAN (BILINGUALISME)Lita Tania
 
VARIASI BAHASA
VARIASI BAHASAVARIASI BAHASA
VARIASI BAHASALita Tania
 

More from Lita Tania (9)

PROBLEMATIK BAHASA DALAM TATARAN SEMANTIK
PROBLEMATIK BAHASA DALAM TATARAN SEMANTIK PROBLEMATIK BAHASA DALAM TATARAN SEMANTIK
PROBLEMATIK BAHASA DALAM TATARAN SEMANTIK
 
CIRI PEMBEDA DIALEK
CIRI PEMBEDA DIALEKCIRI PEMBEDA DIALEK
CIRI PEMBEDA DIALEK
 
RAGAM DIALEK
RAGAM DIALEKRAGAM DIALEK
RAGAM DIALEK
 
IHWAL DIALEKTOLOGI
IHWAL DIALEKTOLOGIIHWAL DIALEKTOLOGI
IHWAL DIALEKTOLOGI
 
MASYARAKAT BAHASA
MASYARAKAT BAHASA MASYARAKAT BAHASA
MASYARAKAT BAHASA
 
IHWAL SOSIOLINGUISTIK
IHWAL SOSIOLINGUISTIKIHWAL SOSIOLINGUISTIK
IHWAL SOSIOLINGUISTIK
 
DIGLOSIA
DIGLOSIADIGLOSIA
DIGLOSIA
 
KEDWIBAHASAAN (BILINGUALISME)
KEDWIBAHASAAN (BILINGUALISME)KEDWIBAHASAAN (BILINGUALISME)
KEDWIBAHASAAN (BILINGUALISME)
 
VARIASI BAHASA
VARIASI BAHASAVARIASI BAHASA
VARIASI BAHASA
 

Recently uploaded

Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE

  • 1. Alih Kode dan Campur Kode Intan Zahra 1703456 Lita Tania 1705340 Stefanie Dita 1702708
  • 3. Istilah kode dipakai untuk menyebut salah satu varian di dalam hierarki kebahasaan, sehingga selain kode yang mengacu kepada bahasa (seperti bahasa Inggris, Belanda, Jepang, Indonesia), juga mengacu kepada variasi bahasa, seperti varian regional (bahasa Jawa dialek Banyuwas, Jogja-Solo, Surabaya), juga varian kelas sosial disebut dialek sosial atau sosiolek (bahasa Jawa halus dan kasar), varian ragam dan gaya dirangkum dalam laras bahasa (gaya sopan, gaya hormat, atau gaya santai), dan varian kegunaan atau register (bahasa pidato, bahasa doa, dan bahasa lawak). Kenyataan seperti di atas menunjukkan bahwa hierarki kebahasaan dimulai dari bahasa/language pada level paling atas disusul dengan kode yang terdiri atas varian, ragam, gaya, dan register. Kode
  • 4. • Scotton menganggap bahwa alih kode merupakan penggunaan dua varian atau varietas linguistik atau lebih dalam percakapan atau interaksi yang sama. • Apple (1976:79 melalui Chaer dan Agustina,2010: 107-108) mendefinisikan alih kode itu sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa karena berubah situasi. Appel memberikan batasan alih kode sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya suatu situasi. • Hymes (1875) menyatakan alih kode itu bukan hanya terjadi antarbahasa, tetapi dapat juga terjadi antar ragam-ragam atau gaya-gaya yang terdapat dalam suatu bahasa. • Nababan berasumsi konsep alih kode ini mencakup juga kejadian di mana kita beralih dari satu ragam fungsiolek ke ragam lain atau dari satu dialek ke dialek yang lain. Alih kode pada hakikatnya merupakan pergantian pemakaian bahasa atau dialek. Rujukannya adalah komunitas bahasa atau dialek. Para penutur yang sedang beralih kode dari minimum dua komunitas dari bahasa-bahasa (dialek) yang sedang mereka praktekkan. Sebaliknya pergantian (alih) ragam bukan berarti berganti komunitas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa alih kode hanya dilakukan oleh dua pihak yang memiliki dua komunitas bahasa yang sama. Sedangkan alih ragam hanya terjadi di satu komunitas dan satu bahasa saja. Alih Kode
  • 5. • Alih kode (code switching) adalah peristiwa peralihan dari satu kode ke kode yang lain. Misalnya penutur menggunakan bahasa Indonesia beralih menggunakan bahasa Jawa. Alih kode merupakan salah satu aspek ketergantungan bahasa (languagedependency) dalam masyarakat multilingual. Dalam masyarakat multilingual sangat sulit seorang penutur mutlak hanya menggunakan satu bahasa. Dalam alih kode masing-masing bahasa masih cenderung mengdukung fungsi masing-masing dan dan masing-masing fungsi sesuai dengan konteksnya. • Alih kode (code switching) adalah peristiwa peralihan dari satu kode ke kode yang lain. Misalnya penutur menggunakan bahasa Sunda beralih menggunakan bahasa Makassar, atau penutur menggunakan bahasa Jawa kemudian beralih menggunakan bahasa Bugis. • Alih kode merupakan salah satu aspek ketergantungan bahasa (languagedependency) dalam masyarakat multilingual. Dalam masyarakat multilingual sangat sulit seorang penutur mutlak hanya menggunakan satu bahasa karena kita ketahui bahwa dalam suatu masyarakat terdapat lebih dari satu suku. Dalam alih kode masing-masing bahasa masih cenderung mendukung fungsi masing-masing dan dan masing-masing fungsi sesuai dengan konteksnya. Alih Kode
  • 7. Campur kode (code-mixing) terjadi apabila seorang penutur menggunakan suatu bahasa secara dominan mendukung suatu tuturan disisipi dengan unsur bahasa lainnya. Hal ini biasanya berhubungan dengan karakteristk penutur, seperti latar belakang sosial, tingkat pendidikan, rasa keagamaan. Biasanya ciri menonjolnya berupa kesantaian atau situasi informal. Namun bisa terjadi karena keterbatasan bahasa, ungkapan dalam bahasa tersebut tidak ada padanannya, sehingga ada keterpaksaan menggunakan bahasa lain, walaupun hanya mendukung satu fungsi. Campur kode termasuk juga konvergense kebahasaan (linguistic convergence). • Menurut Nababan dalam Arthur Yap (1978) Campur kode adalah penggunaan lebih dari satu bahasa atau kode dalam suatu wacana menurut pola-pola yang belum jelas. Campur kode juga ditandai oleh adanya pemakaian dua bahasa (ragam bahasa) atau lebih oleh seorang penutur dalam suatu peristiwa tutur .Oleh karena itu,campur kode merupakan salah satu aspek dari saling ketergantungan bahasa( language dependency ) di dalam masyarakat multilingual. • Menurut Fasold campur kode ialah fenomena yang lebih lembut daripada fenomena alih kode.Dalam campur kode terdapat serpihan-serpihan suatu bahasa yang digunakan oleh seorang penutur, tetapi pada dasarnya dia menggunakan satu bahasa yang tertentu. Serpihan disini dapat berbentuk kata, frasa atau unit bahasa yang lebih besar
  • 8. • Kachru (dalam Suwito, 1983: 76)mendefinisikan campur kode sebagai pemakaian dua bahasa atau lebih dengan saling memasukkan unsur-unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain secara konsisten . • Kridalaksana (2001: 35) berpendapat bahwa campur kode adalah (1 ) interferensi, (2)penggunaan satuanlingual bahasa dari satu bahasa ke bahasa lain untuk memperluas gaya bahasa atauragam bahasa; termasuk di dalamnya pemakaian kata, klausa, idiom, sapaan, dansebagainya.
  • 9. Latar Belakang Alih Kode dan Campur Kode
  • 10. Beberapa faktor yang menyebabkan alih kode adalah: 1. Penutur Seorang penutur kadang dengan sengaja beralih kode terhadap mitra tutur karena suatu tujuan. Misalnya mengubah situasi dari resmi menjadi tidak resmi atau sebaliknya. 2. Mitra Tutur Mitra tutur yang latar belakang kebahasaannya sama dengan penutur biasanya beralih kode dalam wujud alih varian dan bila mitra tutur berlatar belakang kebahasaan berbeda cenderung alih kode berupa alih bahasa. 3. Hadirnya Penutur Ketiga Untuk menetralisasi situasi dan menghormati kehadiran mitra tutur ketiga, biasanya penutur dan mitra tutur beralih kode, apalagi bila latar belakang kebahasaan mereka berbeda. 4. Pokok Pembicaraan Pokok Pembicaraan atau topik merupakan faktor yang dominan dalam menentukan terjadinya alih kode. Pokok pembicaraan yang bersifat formal biasanya diungkapkan dengan ragam baku, dengan gaya netral dan serius dan pokok pembicaraan yang bersifat informal disampaikan dengan bahasa tak baku, gaya sedikit emosional, dan serba seenaknya. 5. Untuk membangkitkan rasa humor Biasanya dilakukan dengan alih varian, alih ragam, atau alih gaya bicara. 6. Untuk sekadar bergengsi Walaupun faktor situasi, lawan bicara, topik, dan faktor sosio-situasional tidak mengharapkan adanya alih kode, terjadi alih kode, sehingga tampak adanya pemaksaan, tidak wajar, dan cenderung tidak komunikatif. Latar Belakang Alih Kode
  • 11. Kalau kita menelusuri penyebab terjadinya alih kode, maka maka kita kembalikan kepada pokok persoalan sosiolinguistik seperti yang di kemukakan fishman (1976 : 15), yaitu’’ siapa berbicara, dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan dan dengan tujuan apa’’. Namun dalam berbagai kepustakaan linguistik secara umum penyebab terjadinya alih kode itu karena ada beberapa faktor, yaitu : 1. pembicara atau penutur seorang penutur atau pembicara terkadang melakukan alih kode terhadap mitra tuturnya karena ada maksud dan tujuan tertentu.Misalnya, seorang mahasiswa setelah beberapa saat berbicara dengan dosennya mengenai nilai mata kuliahnya yang tundah dan dia baru tahu bahwa dosennya itu berasal dari daerag yang sama dan juga mempunyai bahasa ibu yang sama pula. Agar urusannya cepat beres, maka mahasiswa tersebut melakukan alih kode dari bahasa indonesia ke bahasa daerahnya agar semuanya bisa berjalan lancar dalam mengurus nilainya. 2. Pendengar atau lawan tutur Lawan bicara atau lawan tutur dapat menyebabkan terjadinya alih kode karena si penutur ingin mengimbangi kemampuan berbahasa lawan bicaranya. Misalnya, penutur bugis berusaha mengimbangi lawan bicaranya yang kebetulan orang mandar dengan menggunakan bahasa mandar pula. 3. Perubahan situasi karena hadirnya orang ketiga Kehadiran orang ketiga yang tidak berlatar belakang bahasa yang sama dengan yang di gunakan oleh penutur dan lawan bicara yang sedang berbicara. Misalnya, si A dan si B sementara bercakap bugis, kemudian si C tibab – tiba datang dan tidak menguasai bahasa bugis. Maka si A dan si B beralih kode dari bahasa bugis ke bahasa indonesia. Penyebab terjadinya alih kode:
  • 12. 4. Perubahan dari formal ke informal atau sebaliknya Situasi ini biasanya terjadi di sekolah, kampus, atau kantor, karena ketika kita sementara kuliah bahasa yang di gunakan itu adalah bahasa formal, begitupun ketika kita berada di kantor. Akan tetapi setelah perkuliahan selesai, itu berarti berakhir juga situasi formal, begitupun di kantor ketika yang di bicarakan tentang surat menyurat maka situasinya itu formal, tetapi ketika pribadi seseorang yang di surati, maka situasinya berubah menjadi tidak formal, dan saat itulah terjadi alih kode dari bahasa indonesia diganti dengan bahasa daerah. 5. Perubahan topik pembicaraan Topikn pembicaraan merupakan hal dominan yang menentukan terjadinya alih kode. Pokok pembicaraan yang bersifat formal biasanya di ungkapakan dengan ragam baku dengan gaya netral dan serius. Sedangkan pokok pembicaraan yang bersifat informal di sampaikan dengan bahasa tak baku, gaya sedikit emosional, dan serba seenaknya. 6. Untuk sekedar bergengsi Walaupun faktor situasi, lawan bicara, topik, dan faktor sosio – siuasional tidak mengharapkan adanya alih kode, terjadinya alih kode, sehingga tampak adanya pemaksaan, hal tidak wajar, dan cenderung tidak komunikatif. Dari kelima faktor diatas ,itulah yang secara umum lazim di kemukakan sebagai penyebab terjadinya alih kode.
  • 13. Macam macam alih kode : Suwito (1983 : 69) membedakan adanya dua macam alih kode, yaitu 1. Alih kode intern Dikatakan alih kode intern karena berlangsung antar bahasa senidiri, seperti dari bahasa indonesia ke bahasa jawa, atau sebaliknya. 2. Alih kode ekstern Alih kode yang terjadi antar bahasa sendiri ( salah satu bahasa atau ragam yang ada dalam verbal repertoir masyarakat tuturnya) dengan bahasa asing. Souepomo poedjosoedomo (1979 : 38) membagi alih kode menjadi dua macam pula, yaitu: 1. Alih kode permanen Dalam alih kode ini seorang penutur secara tetap mengganti kode tutur terhadap lawan bicaranya (mitra tuturnya). 2. kode sementara Alih kode sementara merupakan alih kode yang dilakukan seorang penutur pada saat bicara dengan menggunakan kode tutur yang biasa dipakai dengan berbagai alasan. Peralihan menggunakan kedua kode tutur ini terjadi begitu saja di tengah – tengah kalimat atau bagian wacananya dan peralihan kode tutur ini tidak berlangsung lama karena penutur kembali menggunakan kode tuturnya seperti semula.
  • 14. Jenis-jenis Alih Kode Alih Kode Metaforis Alih kode metaforis yaitu alih kode yang terjadi jika ada pergantian topik. Sebagai contoh A dan B adalah teman kuliah, awalnya mereka menggunakan ragam bahasa Indonesia resmi dalm diskusi di perkuliahan, setelah diskusi selesai, mereka kemudian menganti topik pembicaraan mengenai kos karena kebetulan mereka teman satu kos. Pergantian topik ini juga mempengaruhi pergantian bahasa yang mereka lakukan dengan menggunakan bahasa daerah. Kebetulan A dan B tinggal di daerah yang sama dan dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa daerah tersebut. Pada contoh ini terjadi perubahan topik dari urusan perkuliahan berubah menjadi masalah kos sehingga termasuk alih kode metaforis (Spolsky, 1998: 50). Selain alih kode metaforis Suwito dalam Chaer dan Agustina (2010:114) juga membagi alih kode menjadi dua jenis yaitu, alih kode intern dan alih kode ekstern. • Alih kode intern yaitu alih kode yang berlangsung antarbahasa sendiri, seperti dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa, atau sebaliknya. • Sedangkan alih kode ekstern yaitu alih kode yang terjadi antara bahasa (salah satu bahasa atau ragam yang ada dalam verbal repertoir masyarakat tuturnya) dengan bahasa asing.Contohnya bahasa Indonesia ke bahasa Jepang, atau sebaliknya.
  • 15. Campur kode dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Campur kode ke dalam (innercode-mixing): Campur kode yang bersumber dari bahasa asli dengan segala variasinya 2. Campur kode ke luar (outer code-mixing): campur kode yang berasal dari bahasa asing. Latar Belakang dapat digolongkan menjadi dua, yaitu : 1. Attitudinal Type : Tipe yang berlatar belakang pada sikap penutur. 2. Linguistik Type : Tipe yang berlatar belakang pada kebahasaan. Kedua tipe itu saling bergantung dan tidak jarang bertumpang tindih (overlap). Misalnya bercampur kode bahasa Belanda di Indonesia menunjukkan bahwa penuturnya termasuk orang “tempo doeloe”, terpelajar dan “bukan orang sembarangan”. Sedangkan campur kode dengan bahasa Inggris dapat memberi kesan bahwa si penutur “orang masa kini”, berpendidikan cukup dan mempunyai hubungan luas. Dengan demikian campur kode terjadi karena adanya hubungan timbal balik antara peranan penutur, bentuk bahasa, dan fungsi bahasa. Artinya penutur yang mempunyai latar belakang sosial tertentu. Pemilihan campur kode demikian dimaksudkan untuk menunjukkan status sosial dan identitas pribadinya di dalam masyarakat. Latar Belakang Campur Kode
  • 16. S = Situasi (act situation), mencakup latar dan suasana P = Partisipant, mencakup penutur, pengirim, pendengar, dan penerima. E = End (tujuan), mencakup bentuk pesan dan isi pesan. A = Act Sequence (urutan tindak), mencakup bentuk pesan dan isi pesan K = Key ( kunci) I = Instrumentalities (peranti, perabotan), mencakup saluran dan bentuk tutur. N = Norms (norma), mencakup norma interaksi dan norma interpretasi G = Genre (Sumarsono dan Partana, 2004: 325) Faktor-faktor terjadinya alih kode dan campur kode sebagai berikut berikut. a. Penutur b. Mitra tutur c. Hadirnya penutur ketiga. d. Tempat tinggal dan waktu tuturan berlangsung e. Modus tuturan f. Topik tuturan Penyebab Utama Terjadinya Alih Kode Dan Campur Kode
  • 17. Dalam kegiatan komunikasi pada masyarakat multilingual alih kode dan campur kode pada umumnya dilakukan antara lain untuk tujuan-tujuan berikut. a. Mengakrabkan suasana b. Menghormati lawan bicara c. Meyakinkan topik pembicaraan d. Untuk membangkitkan rasa humor e. Untuk sekadar bergaya atau bergengsi Fungsi dan Tujuan Penggunaan Alih Kode dan Campur Kode
  • 18. Perbedaan Alih Kode dan Campur Kode
  • 19. Perbedaan lain antara alihkode dengan campur kode ialah pertama, alih kode itu mengarah pada terjemahan dan padanan istilah code switching, sedangkan campur kode merupakan terjemahan dan padanan istilah kodemixing dalam bahasa Inggris. Kedua, dalam alih kode ada kondisi yang menuntut penutur beralih kode, dan hal itu menjadi kesadaran penutur, sedangkan campur kode terjadi tanpa ada kondisi yang menuntut pencampuran kode itu. Dan ketiga, pada alih kode penutur menggunakan dua varian baik dalam bahasa yang sama maupun dalam bahasa yang berbeda. Pada campur kode yang terjadi bukan peralihan kode, tetapi bercampurnya unsur suatu kode ke kode yang sedang digunakan oleh penutur. Campur kode patut dibedakan dari alih kode. Alih bahasa sepenuhnya terjadi karena perubahan sosiokultural dalam situasi berbahasa. Perubahan-perubahan dimaksudkan meliputi faktor-faktor seperti hubungan antara pembicara dan pendengar, laras bahasa, tujuan berbicara, topik yang dibahas, waktu dan tempat berbincang.[4] • Thelander membedakan alih kode dan campur kode bahwa dalam suatu peristiwa tutur terjadi peralihan dari satu klausa suatu bahasa ke klausa bahasa lain (alih kode). Tetapi apabila dalam suatu peristiwa tutur klausa atau frasa yang digunakan terdiri atas klausa atau frasa campuran (hybrid cluases/hybrid phrases) dan masing-masing klausa atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsinya sendiri itulah disebut sebagai campur kode.
  • 21. Beberapa macam wujud campur kode: a. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata Contoh : Mangka sering kali sok sering ada kata-kata seolah-olah bahasa daerah itu kurang penting Padahal sering kali sering ada kata-kata seolah-olah bahasa daerah itu kurang penting “Padahal sering kali ada anggapan bahwa bahasa daerah itu kurang penting”. b. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa Contoh : Nah karena saya sudah kadhung apik sama dia, ya tak teken Nah karena saya sudah terlanjur baik dengan dia, ya saya tanda tangan “Nah karena saya sudah benar-benar baik dengan dia, maka saya tanda tangani”. c. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud baster Banyak klap malam yang harus ditutup. Hendaknya segera diadakan hutanisasi kembali. d. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud perulangan kata Contoh : Sudah waktunya kita menghindari backing-backingan dan klik-klikan. Saya sih bolah-boleh saja, asal dia tidak tonya-tanya lagi.
  • 22. e. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud ungkapan atau idiom Contoh : Pada waktu ini hendaknya kita hindari cara bekerja alon-alon asal kelakon f. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud klausa Contoh : Parhne me sima ki bahut ruci hai vah kahti hai education in necessary for life Belajar bagi sima dari banyak perhatian adalah ia berkata adalah pendidikan adalah perlu untuk hidup Sima sangat menaruh perhatian pada belajar. Ia berkata, “Pendidikan sangat diperlukan dalam kehidupan”.
  • 23. Masyarakat di filiphina menyebut gejala ini “halo- halo” atau “mix-mix”, yakni campuran antara bahasa inggris dengan salah satu bahasa daerah di filipina. Di Indonesia dikenal bahasa “gado-gado” yang diibaratkan sebagai sajian gado-gado, yakni campuran dari berbagai macam sayur-sayuran. Dengan bahasa gado-gado, yakni campuran antara bahasa Indonesia dengan bahasa salah satu daerah. Sumber: Internet (Google)