Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan, hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta medium pembicaraan.
1. VARIASI BAHASA
Nama Anggota Kelompok
1. Intan Zahra 1703456
2. Lita Tania 1705340
3. Stefany Dita 1702708
Pengertian
h penggunaan bahasa menurut
asarkan topik yang dibicarakan,
n orang yang dibicarakan serta
KBBI, 2005: 920)
wa variasi bahasa merupakan
an-perbedaan dalam suatu
as sosial, ekonomi, latar belakang,
sebagainya
iasi bahasa adalah bentuk-bentuk
sing-masing memiliki pola
hasa sebagai keragaman bahasa
eraksi sosial yang dilakukan oleh
eragam.
IASI BAHASA
Interferensi
ubahan sistem suatu
ahasa tersebut dengan
ng bilingual (Weinreich
04: 121) menyebut
di akibat terbawanya
ke dalam bahasa atau
i sebagai penggunaan
cara individual dalam
atan ekskul”.
n interferensi fonologi,
Integrasi
secara sistematis
h merupakan bagian
i oleh pemakainya
er dan Agustina
unsur-unsur bahasa
ahasa tertentu dan
asa tersebut.
n bahwa integrasi
asa lain yang terbawa
lakukan, dan dipakai
ang menerima atau
Alih
kode
&
Campuran
Kode
sebagai
ah bahasa atau
ang lain
67).
yang
gaimana yang
10:85). Pokok-
pada saat
Indonesia
Bentuk-Bentuk
n variasi
a,
misalnya,
man yang
kata nani
di Bali.
ahasa
tahun
leh
maem
kan
wasa.
Kajian
Sumber
Variasi
Bahasa
2. SELAMAT DATANG
VARIASI BAHASA
Pengertian
Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut
pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan,
hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta
medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920)
Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan
istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu
bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang,
pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya
Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk
bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola
menyerupai pola umum bahasa induknya
Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa
yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam.
PENGERTIAN VARIASI BAHASA
Interferensi
ubahan sistem suatu
ahasa tersebut dengan
ng bilingual (Weinreich
04: 121) menyebut
di akibat terbawanya
ke dalam bahasa atau
i sebagai penggunaan
cara individual dalam
atan ekskul”.
n interferensi fonologi,
Integrasi
secara sistematis
h merupakan bagian
i oleh pemakainya
er dan Agustina
unsur-unsur bahasa
ahasa tertentu dan
asa tersebut.
n bahwa integrasi
asa lain yang terbawa
lakukan, dan dipakai
ang menerima atau
Alih
kode
&
Campuran
Kode
sebagai
ah bahasa atau
ang lain
67).
yang
gaimana yang
10:85). Pokok-
pada saat
Indonesia
Bentuk-Bentuk
n variasi
a,
misalnya,
man yang
kata nani
di Bali.
ahasa
tahun
leh
maem
kan
wasa.
Kajian
Sumber
Variasi
Bahasa
3. SELAMAT DATANG
DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM
TEMPLATE POWERPOINT GRATIS
Pengertian
Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut
pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan,
hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta
medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920)
Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan
istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu
bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang,
pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya
Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk
bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola
menyerupai pola umum bahasa induknya
Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa
yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam.
PENGERTIAN VARIASI BAHASA
Interferensi
SEBAB-SEBAB TERJADINYA VARIASI BAHASA
1. Interferensi
Interferensi digunakan untuk menyebut adanya
perubahan sistem suatu bahasa sehubungan dengan
adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-
unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual
(Weinreich dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120),
Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004:
121) menyebut interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”,
yang terjadi akibat terbawanya kebiasaan-kebiasaan
ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau
dialek kedua.
Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi
sebagai penggunaan unsur bahasa lain oleh bahasawan
yang bilingual secara individual dalam suatu bahasa.
Integrasi
secara sistematis
h merupakan bagian
i oleh pemakainya
er dan Agustina
unsur-unsur bahasa
ahasa tertentu dan
asa tersebut.
n bahwa integrasi
asa lain yang terbawa
lakukan, dan dipakai
ang menerima atau
Alih
kode
&
Campuran
Kode
sebagai
ah bahasa atau
ang lain
67).
yang
gaimana yang
10:85). Pokok-
pada saat
Indonesia
Bentuk-Bentuk
n variasi
a,
misalnya,
man yang
kata nani
di Bali.
ahasa
tahun
leh
maem
kan
wasa.
Kajian
Sumber
Variasi
Bahasa
4. SELAMAT DATANG
DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM
TEMPLATE POWERPOINT GRATIS
Pengertian
Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut
pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan,
hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta
medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920)
Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan
istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu
bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang,
pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya
Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk
bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola
menyerupai pola umum bahasa induknya
Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa
yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam.
PENGERTIAN VARIASI BAHASA
Interferensi
1. Interferensi
Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu
bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan
unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich
dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120),
Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut
interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya
kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau
dialek kedua.
Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan
unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam
suatu bahasa.
Contoh interferensi:
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”.
Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi,
morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini.
Fonologi
Contoh interferensi:
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan
ekskul”.
Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian
interferensi fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon
berikut ini.
Analisis Contoh:
Interferensi Fonologi
Interferensi fonologi terdapat pada
kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa
Jawa, karena menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang
seharusnya diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/
merupakan kasus interferensi fonologi, karena bunyi /h/
seharusnya tetap dituturkan.
Integrasi
secara sistematis
h merupakan bagian
i oleh pemakainya
er dan Agustina
unsur-unsur bahasa
ahasa tertentu dan
asa tersebut.
n bahwa integrasi
asa lain yang terbawa
lakukan, dan dipakai
ang menerima atau
Alih
kode
&
Campuran
Kode
sebagai
ah bahasa atau
ang lain
67).
yang
gaimana yang
10:85). Pokok-
pada saat
Indonesia
Bentuk-Bentuk
n variasi
a,
misalnya,
man yang
kata nani
di Bali.
ahasa
ahun
leh
maem
kan
wasa.
Kajian
Sumber
Variasi
Bahasa
5. SELAMAT DATANG
DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM
TEMPLATE POWERPOINT GRATIS
Pengertian
Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut
pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan,
hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta
medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920)
Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan
istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu
bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang,
pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya
Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk
bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola
menyerupai pola umum bahasa induknya
Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa
yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam.
PENGERTIAN VARIASI BAHASA
Interferensi
1. Interferensi
Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu
bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan
unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich
dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120),
Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut
interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya
kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau
dialek kedua.
Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan
unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam
suatu bahasa.
Contoh interferensi:
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”.
Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi,
morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini.
Fonologi
Interferensi Fonologi
Interferensi fonologi terdapat pada
kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena
menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya
diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus
interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan.
Morfologi
Interferensi Morfologi
Interferensi morfologi terdapat pada
kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena
adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks
{ke-an} dengan
kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka
terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke
dalam bahasa Indonesia sehingga
menjadi ketiduran. Kata ketiduran merupakan
penyimpangan morfologi, dalam bahasa
Indonesia struktur kata tersebut haruslah
berbentuk: tertidur.
Integrasi
secara sistematis
h merupakan bagian
i oleh pemakainya
er dan Agustina
unsur-unsur bahasa
ahasa tertentu dan
asa tersebut.
n bahwa integrasi
asa lain yang terbawa
lakukan, dan dipakai
ang menerima atau
Alih
kode
&
Campuran
Kode
sebagai
ah bahasa atau
ang lain
67).
yang
gaimana yang
10:85). Pokok-
pada saat
Indonesia
Bentuk-Bentuk
n variasi
a,
misalnya,
man yang
kata nani
di Bali.
ahasa
ahun
leh
maem
kan
wasa.
Kajian
Sumber
Variasi
Bahasa
6. SELAMAT DATANG
DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM
TEMPLATE POWERPOINT GRATIS
Pengertian
Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut
pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan,
hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta
medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920)
Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan
istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu
bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang,
pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya
Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk
bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola
menyerupai pola umum bahasa induknya
Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa
yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam.
PENGERTIAN VARIASI BAHASA
Interferensi
1. Interferensi
Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu
bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan
unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich
dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120),
Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut
interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya
kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau
dialek kedua.
Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan
unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam
suatu bahasa.
Contoh interferensi:
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”.
Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi,
morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini.
Fonologi
Interferensi Fonologi
Interferensi fonologi terdapat pada
kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena
menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya
diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus
interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan.
Morfologi
Interferensi Morfologi
Interferensi morfologi terdapat pada
kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena
adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks {ke-an}
dengan kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka
terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke dalam
bahasa Indonesia sehingga menjadi ketiduran.
Kata ketiduran merupakan penyimpangan morfologi,
dalam bahasa Indonesia struktur kata tersebut haruslah
berbentuk: tertidur.
Sintaksis
Interferensi Sintaksis
Tuturan yang diujarkan siswa I, tidak
terinterferensi sintaksis bahasa Jawa, hanya
penggunaan bahasanya masih terinterferensi
morfologi.
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya habis
kegiatan ekskul.
Sebagai koreksi dalam bahasa Indonesia
struktur kalimat tersebut berbentuk:
“malam tadi aku tertidur karena sore harinya
melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler”.
Integrasi
secara sistematis
h merupakan bagian
i oleh pemakainya
er dan Agustina
unsur-unsur bahasa
ahasa tertentu dan
asa tersebut.
n bahwa integrasi
asa lain yang terbawa
lakukan, dan dipakai
ang menerima atau
Alih
kode
&
Campuran
Kode
sebagai
ah bahasa atau
ang lain
67).
yang
gaimana yang
10:85). Pokok-
pada saat
Indonesia
Bentuk-Bentuk
n variasi
a,
misalnya,
man yang
kata nani
di Bali.
ahasa
ahun
leh
maem
kan
wasa.
Kajian
Sumber
Variasi
Bahasa
7. SELAMAT DATANG
DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM
TEMPLATE POWERPOINT GRATIS
Pengertian
Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut
pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan,
hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta
medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920)
Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan
istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu
bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang,
pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya
Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk
bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola
menyerupai pola umum bahasa induknya
Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa
yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam.
PENGERTIAN VARIASI BAHASA
Interferensi
1. Interferensi
Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu
bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan
unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich
dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120),
Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut
interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya
kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau
dialek kedua.
Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan
unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam
suatu bahasa.
Contoh interferensi:
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”.
Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi,
morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini.
Fonologi
Interferensi Fonologi
Interferensi fonologi terdapat pada
kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena
menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya
diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus
interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan.
Morfologi
Interferensi Morfologi
Interferensi morfologi terdapat pada
kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena
adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks {ke-an}
dengan kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka
terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke dalam
bahasa Indonesia sehingga menjadi ketiduran.
Kata ketiduran merupakan penyimpangan morfologi,
dalam bahasa Indonesia struktur kata tersebut haruslah
berbentuk: tertidur.
Sintaksis
Interferensi Sintaksis
Tuturan yang diujarkan siswa I, tidak terinterferensi
sintaksis bahasa Jawa, hanya penggunaan bahasanya
masih terinterferensi morfologi.
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya habis kegiatan
ekskul.
Sebagai koreksi dalam bahasa Indonesia struktur kalimat
tersebut berbentuk:
“malam tadi aku tertidur karena sore harinya
melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler”.
Leksikon
Interferensi Leksikon
Melalui tuturan siswa I, dapat diidentifikasi
tuturan bahasa kedua ini terinterferensi
leksikon bahasa Ibu Jawa. Hal ini dibuktikan
pada saat siswa I dalam menuturkan
kata ketiduran terdengar pelafalan bahasa
Jawa, yakni adanya penuturan
bunyi ketidhuran dengan pelafalan dan
artikulasi khas tuturan orang Jawa
Integrasi
secara sistematis
h merupakan bagian
i oleh pemakainya
er dan Agustina
unsur-unsur bahasa
ahasa tertentu dan
asa tersebut.
n bahwa integrasi
asa lain yang terbawa
lakukan, dan dipakai
ang menerima atau
Alih
kode
&
Campuran
Kode
sebagai
ah bahasa atau
ang lain
67).
yang
gaimana yang
10:85). Pokok-
pada saat
Indonesia
Bentuk-Bentuk
n variasi
a,
misalnya,
man yang
kata nani
di Bali.
ahasa
ahun
leh
maem
kan
wasa.
Kajian
Sumber
Variasi
Bahasa
8. SELAMAT DATANG
DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM
TEMPLATE POWERPOINT GRATIS
Pengertian
Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut
pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan,
hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta
medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920)
Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan
istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu
bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang,
pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya
Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk
bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola
menyerupai pola umum bahasa induknya
Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa
yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam.
PENGERTIAN VARIASI BAHASA
Interferensi
1. Interferensi
Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu
bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan
unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich
dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120),
Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut
interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya
kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau
dialek kedua.
Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan
unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam
suatu bahasa.
Contoh interferensi:
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”.
Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi,
morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini.
Fonologi
Interferensi Fonologi
Interferensi fonologi terdapat pada
kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena
menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya
diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus
interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan.
Morfologi
Interferensi Morfologi
Interferensi morfologi terdapat pada
kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena
adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks {ke-an}
dengan kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka
terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke dalam
bahasa Indonesia sehingga menjadi ketiduran.
Kata ketiduran merupakan penyimpangan morfologi,
dalam bahasa Indonesia struktur kata tersebut haruslah
berbentuk: tertidur.
Sintaksis
Interferensi Sintaksis
Tuturan yang diujarkan siswa I, tidak terinterferensi
sintaksis bahasa Jawa, hanya penggunaan bahasanya
masih terinterferensi morfologi.
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya habis kegiatan
ekskul.
Sebagai koreksi dalam bahasa Indonesia struktur kalimat
tersebut berbentuk:
“malam tadi aku tertidur karena sore harinya
melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler”.
Leksikon
Interferensi Leksikon
Melalui tuturan siswa I, dapat diidentifikasi
tuturan bahasa kedua ini terinterferensi leksikon
bahasa Ibu Jawa. Hal ini dibuktikan pada
saat siswa I dalam menuturkan
kata ketiduran terdengar pelafalan bahasa Jawa,
yakni adanya penuturan bunyi ketidhuran dengan
pelafalan dan artikulasi khas tuturan orang Jawa
Integrasi
2. Integrasi
Kridalaksana, (1993:83), mengatakan bahwa integrasi
adalah penggunaan secara sistematis unsur bahasa lain
seolah-olah merupakan bagian dari bahasa itu tanpa
disadari oleh pemakainya.
Menurut Mackey dalam Chaer dan Agustina (2004:
128), integrasi adalah unsur-unsur bahasa lain yang
digunakan dalam bahasa tertentu dan dianggap sudah
menjadi bahasa tersebut.
Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi adalah
unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa masuk sudah
dianggap, diperlakukan, dan dipakai sebagai bagian dan
bahasa yang menerima atau yang memasukinya.
Alih
kode
&
Campuran
Kode
sebagai
ah bahasa atau
ang lain
67).
yang
gaimana yang
10:85). Pokok-
pada saat
Indonesia
Bentuk-Bentuk
n variasi
a,
misalnya,
man yang
kata nani
di Bali.
ahasa
ahun
leh
maem
kan
wasa.
Kajian
Sumber
Variasi
Bahasa
9. SELAMAT DATANG
DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM
TEMPLATE POWERPOINT GRATIS
Pengertian
Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut
pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan,
hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta
medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920)
Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan
istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu
bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang,
pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya
Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk
bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola
menyerupai pola umum bahasa induknya
Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa
yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam.
PENGERTIAN VARIASI BAHASA
Interferensi
1. Interferensi
Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu
bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan
unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich
dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120),
Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut
interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya
kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau
dialek kedua.
Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan
unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam
suatu bahasa.
Contoh interferensi:
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”.
Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi,
morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini.
Fonologi
Interferensi Fonologi
Interferensi fonologi terdapat pada
kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena
menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya
diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus
interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan.
Morfologi
Interferensi Morfologi
Interferensi morfologi terdapat pada
kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena
adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks {ke-an}
dengan kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka
terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke dalam
bahasa Indonesia sehingga menjadi ketiduran.
Kata ketiduran merupakan penyimpangan morfologi,
dalam bahasa Indonesia struktur kata tersebut haruslah
berbentuk: tertidur.
Sintaksis
Interferensi Sintaksis
Tuturan yang diujarkan siswa I, tidak terinterferensi
sintaksis bahasa Jawa, hanya penggunaan bahasanya
masih terinterferensi morfologi.
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya habis kegiatan
ekskul.
Sebagai koreksi dalam bahasa Indonesia struktur kalimat
tersebut berbentuk:
“malam tadi aku tertidur karena sore harinya
melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler”.
Leksikon
Interferensi Leksikon
Melalui tuturan siswa I, dapat diidentifikasi
tuturan bahasa kedua ini terinterferensi leksikon
bahasa Ibu Jawa. Hal ini dibuktikan pada
saat siswa I dalam menuturkan
kata ketiduran terdengar pelafalan bahasa Jawa,
yakni adanya penuturan bunyi ketidhuran dengan
pelafalan dan artikulasi khas tuturan orang Jawa
Integrasi
2. Integrasi
Integrasi adalah penggunaan secara sistematis unsur bahasa lain seolah-
olah merupakan bagian dari bahasa itu tanpa disadari oleh pemakainya
(Kridalaksana, 1993: 83).
Menurut Mackey dalam Chaer dan Agustina (2004: 128), integrasi adalah
unsur-unsur bahasa lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan
dianggap sudah menjadi bahasa tersebut.
Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi adalah unsur-unsur dari
bahasa lain yang terbawa masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan
dipakai sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau yang
memasukinya.
Contoh
Proses integrasi memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur yang
berintegrasi tersebut harus disesuaikan, baik lafalnya, ejaannya, maupun
tata bakunya. Berikut ini adalah contoh integrasi.
1. Integrasi Audial
Dongkrak -> dome kracht
Pelopor -> vooloper
Sakelar -> schakelaar
2. Integrasi Visual
System -> sistem
Hierarchy -> hierarki
Reportoire -> repertoire
3. Integrasi Penerjemahan Langsung
Joint venture -> usaha patungan
Balance budget -> anggaran berimbang
Samen werking -> kerja sama
4. Integrasi Penerjemhan Konsep.
Medication -> pengobatan
Brother in law -> ipar laki-laki
Job description -> ketentuan kerja
Alih
kode
&
Campuran
Kode
sebagai
ah bahasa atau
ang lain
67).
yang
gaimana yang
10:85). Pokok-
pada saat
Indonesia
Bentuk-Bentuk
n variasi
a,
misalnya,
man yang
kata nani
di Bali.
ahasa
ahun
leh
maem
kan
wasa.
Kajian
Sumber
Variasi
Bahasa
10. SELAMAT DATANG
DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM
TEMPLATE POWERPOINT GRATIS
Pengertian
Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut
pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan,
hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta
medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920)
Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan
istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu
bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang,
pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya
Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk
bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola
menyerupai pola umum bahasa induknya
Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa
yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam.
PENGERTIAN VARIASI BAHASA
Interferensi
1. Interferensi
Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu
bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan
unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich
dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120),
Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut
interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya
kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau
dialek kedua.
Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan
unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam
suatu bahasa.
Contoh interferensi:
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”.
Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi,
morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini.
Fonologi
Interferensi Fonologi
Interferensi fonologi terdapat pada
kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena
menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya
diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus
interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan.
Morfologi
Interferensi Morfologi
Interferensi morfologi terdapat pada
kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena
adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks {ke-an}
dengan kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka
terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke dalam
bahasa Indonesia sehingga menjadi ketiduran.
Kata ketiduran merupakan penyimpangan morfologi,
dalam bahasa Indonesia struktur kata tersebut haruslah
berbentuk: tertidur.
Sintaksis
Interferensi Sintaksis
Tuturan yang diujarkan siswa I, tidak terinterferensi
sintaksis bahasa Jawa, hanya penggunaan bahasanya
masih terinterferensi morfologi.
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya habis kegiatan
ekskul.
Sebagai koreksi dalam bahasa Indonesia struktur kalimat
tersebut berbentuk:
“malam tadi aku tertidur karena sore harinya
melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler”.
Leksikon
Interferensi Leksikon
Melalui tuturan siswa I, dapat diidentifikasi
tuturan bahasa kedua ini terinterferensi leksikon
bahasa Ibu Jawa. Hal ini dibuktikan pada
saat siswa I dalam menuturkan
kata ketiduran terdengar pelafalan bahasa Jawa,
yakni adanya penuturan bunyi ketidhuran dengan
pelafalan dan artikulasi khas tuturan orang Jawa
Integrasi
2. Integrasi
Integrasi adalah penggunaan secara sistematis
unsur bahasa lain seolah-olah merupakan bagian
dari bahasa itu tanpa disadari oleh pemakainya
(Kridalaksana, 1993: 83).
Menurut Mackey dalam Chaer dan Agustina
(2004: 128), integrasi adalah unsur-unsur bahasa
lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan
dianggap sudah menjadi bahasa tersebut.
Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi
adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa
masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai
sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau
yang memasukinya.
Contoh
Proses integrasi memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur
yang berintegrasi tersebut harus disesuaikan, baik lafalnya,
ejaannya, maupun tata bakunya. Berikut ini adalah contoh integrasi.
1. Integrasi Audial
Dongkrak -> dome kracht
Pelopor -> vooloper
Sakelar -> schakelaar
2. Integrasi Visual
System -> sistem
Hierarchy -> hierarki
Reportoire -> repertoire
3. Integrasi Penerjemahan Langsung
Joint venture -> usaha patungan
Balance budget -> anggaran berimbang
Samen werking -> kerja sama
4. Integrasi Penerjemhan Konsep.
Medication -> pengobatan
Brother in law -> ipar laki-laki
Job description -> ketentuan kerja
Alih
kode
&
Campuran
Kode
3. AHLI KODE DAN CAMPUR KODE
A. ALIH KODE
Chaer, (1994:67) mengartikan alih kode sebagai beralihnya
penggunaan suatu kode (entah bahasa atau ragam bahasa tertentu)
ke dalam kode yang lain (bahasa atau bahasa lain)
Terdapat pokok persoalan sosiolinguistik yang menyebabkan
terjadinya alih kode. Sebagaimana yang dikemukakan Aslinda dan
Syafyahya, (2010:85). Pokok-pokok persoalan tersebut meliputi :
a) siapa yang berbicara;
b) dengan bahasa apa;
c) kepada siapa;
d) kapan;
e) dengan tujuan apa.
Contoh peristiwa alih kode dapat dilihat pada saat peralihan dari
bahasa daerah ke bahasa Indonesia
Bentuk-Bentuk
n variasi
a,
misalnya,
man yang
kata nani
di Bali.
ahasa
ahun
leh
maem
kan
wasa.
Kajian
Sumber
Variasi
Bahasa
11. SELAMAT DATANG
DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM
TEMPLATE POWERPOINT GRATIS
Pengertian
Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut
pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan,
hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta
medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920)
Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan
istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu
bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang,
pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya
Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk
bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola
menyerupai pola umum bahasa induknya
Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa
yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam.
PENGERTIAN VARIASI BAHASA
Interferensi
1. Interferensi
Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu
bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan
unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich
dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120),
Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut
interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya
kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau
dialek kedua.
Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan
unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam
suatu bahasa.
Contoh interferensi:
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”.
Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi,
morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini.
Fonologi
Interferensi Fonologi
Interferensi fonologi terdapat pada
kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena
menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya
diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus
interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan.
Morfologi
Interferensi Morfologi
Interferensi morfologi terdapat pada
kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena
adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks {ke-an}
dengan kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka
terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke dalam
bahasa Indonesia sehingga menjadi ketiduran.
Kata ketiduran merupakan penyimpangan morfologi,
dalam bahasa Indonesia struktur kata tersebut haruslah
berbentuk: tertidur.
Sintaksis
Interferensi Sintaksis
Tuturan yang diujarkan siswa I, tidak terinterferensi
sintaksis bahasa Jawa, hanya penggunaan bahasanya
masih terinterferensi morfologi.
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya habis kegiatan
ekskul.
Sebagai koreksi dalam bahasa Indonesia struktur kalimat
tersebut berbentuk:
“malam tadi aku tertidur karena sore harinya
melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler”.
Leksikon
Interferensi Leksikon
Melalui tuturan siswa I, dapat diidentifikasi
tuturan bahasa kedua ini terinterferensi leksikon
bahasa Ibu Jawa. Hal ini dibuktikan pada
saat siswa I dalam menuturkan
kata ketiduran terdengar pelafalan bahasa Jawa,
yakni adanya penuturan bunyi ketidhuran dengan
pelafalan dan artikulasi khas tuturan orang Jawa
Integrasi
2. Integrasi
Integrasi adalah penggunaan secara sistematis
unsur bahasa lain seolah-olah merupakan bagian
dari bahasa itu tanpa disadari oleh pemakainya
(Kridalaksana, 1993: 83).
Menurut Mackey dalam Chaer dan Agustina
(2004: 128), integrasi adalah unsur-unsur bahasa
lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan
dianggap sudah menjadi bahasa tersebut.
Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi
adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa
masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai
sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau
yang memasukinya.
Contoh
Proses integrasi memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur
yang berintegrasi tersebut harus disesuaikan, baik lafalnya,
ejaannya, maupun tata bakunya. Berikut ini adalah contoh integrasi.
1. Integrasi Audial
Dongkrak -> dome kracht
Pelopor -> vooloper
Sakelar -> schakelaar
2. Integrasi Visual
System -> sistem
Hierarchy -> hierarki
Reportoire -> repertoire
3. Integrasi Penerjemahan Langsung
Joint venture -> usaha patungan
Balance budget -> anggaran berimbang
Samen werking -> kerja sama
4. Integrasi Penerjemhan Konsep.
Medication -> pengobatan
Brother in law -> ipar laki-laki
Job description -> ketentuan kerja
Alih
kode
&
Campuran
Kode
A. Alih Kode
Chaer, (1994:67) mengartikan alih kode sebagai
beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau
ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain
(bahasa atau bahasa lain) (Chaer, 1994: 67).
Terdapat pokok persoalan sosiolinguistik yang
menyebabkan terjadinya alih kode. Sebagaimana yang
dikemukakan Aslinda dan Syafyahya, (2010:85). Pokok-
pokok persoalan tersebut meliputi :
a) siapa yang berbicara;
b) dengan bahasa apa;
c) kepada siapa;
d) kapan;
e) dengan tujuan apa.
Contoh peristiwa alih kode dapat dilihat pada saat
peralihan dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia
Alih
kode
&
Campuran
Kode
B. CAMPUR KODE
Appel dalam Chaer dan Agustina (2004: 107)
mendefinisikan campur kode sebagai gejala peralihan
pemakaian bahasa karena perubahan situasi.
Thelander dalam Chaer dan Agustina (2004: 115)
mengatakan bahwa campur kode terjadi apabila di
dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa maupun
frasafrasa yang digunakan terdiri dari klausa dan frasa
campuran dan masing masing klausa atau frasa itu
tidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri.
Chaer (1994:69) mengatakan bahwa campur kode
adalah dua kode atau lebih digunakan bersama tanpa
alasan, dan biasanya terjadi dalam situasi santai.
Bentuk-Bentuk
n variasi
a,
misalnya,
man yang
kata nani
di Bali.
ahasa
ahun
leh
maem
kan
wasa.
Kajian
Sumber
Variasi
Bahasa
12. SELAMAT DATANG
DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM
TEMPLATE POWERPOINT GRATIS
Pengertian
Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut
pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan,
hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta
medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920)
Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan
istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu
bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang,
pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya
Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk
bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola
menyerupai pola umum bahasa induknya
Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa
yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam.
PENGERTIAN VARIASI BAHASA
Interferensi
1. Interferensi
Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu
bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan
unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich
dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120),
Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut
interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya
kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau
dialek kedua.
Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan
unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam
suatu bahasa.
Contoh interferensi:
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”.
Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi,
morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini.
Fonologi
Interferensi Fonologi
Interferensi fonologi terdapat pada
kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena
menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya
diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus
interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan.
Morfologi
Interferensi Morfologi
Interferensi morfologi terdapat pada
kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena
adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks {ke-an}
dengan kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka
terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke dalam
bahasa Indonesia sehingga menjadi ketiduran.
Kata ketiduran merupakan penyimpangan morfologi,
dalam bahasa Indonesia struktur kata tersebut haruslah
berbentuk: tertidur.
Sintaksis
Interferensi Sintaksis
Tuturan yang diujarkan siswa I, tidak terinterferensi
sintaksis bahasa Jawa, hanya penggunaan bahasanya
masih terinterferensi morfologi.
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya habis kegiatan
ekskul.
Sebagai koreksi dalam bahasa Indonesia struktur kalimat
tersebut berbentuk:
“malam tadi aku tertidur karena sore harinya
melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler”.
Leksikon
Interferensi Leksikon
Melalui tuturan siswa I, dapat diidentifikasi
tuturan bahasa kedua ini terinterferensi leksikon
bahasa Ibu Jawa. Hal ini dibuktikan pada
saat siswa I dalam menuturkan
kata ketiduran terdengar pelafalan bahasa Jawa,
yakni adanya penuturan bunyi ketidhuran dengan
pelafalan dan artikulasi khas tuturan orang Jawa
Integrasi
2. Integrasi
Integrasi adalah penggunaan secara sistematis
unsur bahasa lain seolah-olah merupakan bagian
dari bahasa itu tanpa disadari oleh pemakainya
(Kridalaksana, 1993: 83).
Menurut Mackey dalam Chaer dan Agustina
(2004: 128), integrasi adalah unsur-unsur bahasa
lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan
dianggap sudah menjadi bahasa tersebut.
Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi
adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa
masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai
sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau
yang memasukinya.
Contoh
Proses integrasi memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur
yang berintegrasi tersebut harus disesuaikan, baik lafalnya,
ejaannya, maupun tata bakunya. Berikut ini adalah contoh integrasi.
1. Integrasi Audial
Dongkrak -> dome kracht
Pelopor -> vooloper
Sakelar -> schakelaar
2. Integrasi Visual
System -> sistem
Hierarchy -> hierarki
Reportoire -> repertoire
3. Integrasi Penerjemahan Langsung
Joint venture -> usaha patungan
Balance budget -> anggaran berimbang
Samen werking -> kerja sama
4. Integrasi Penerjemhan Konsep.
Medication -> pengobatan
Brother in law -> ipar laki-laki
Job description -> ketentuan kerja
Alih
kode
&
Campuran
Kode
A. Alih Kode
Chaer, (1994:67) mengartikan alih kode sebagai
beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau
ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain
(bahasa atau bahasa lain) (Chaer, 1994: 67).
Terdapat pokok persoalan sosiolinguistik yang
menyebabkan terjadinya alih kode. Sebagaimana yang
dikemukakan Aslinda dan Syafyahya, (2010:85). Pokok-
pokok persoalan tersebut meliputi :
a) siapa yang berbicara;
b) dengan bahasa apa;
c) kepada siapa;
d) kapan;
e) dengan tujuan apa.
Contoh peristiwa alih kode dapat dilihat pada saat
peralihan dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia
Alih
kode
&
Campuran
Kode
B. CAMPUR KODE
Appel dalam Chaer dan Agustina (2004: 107)
mendefinisikan campur kode sebagai gejala
peralihan pemakaian bahasa karena perubahan
situasi.
Thelander dalam Chaer dan Agustina (2004: 115)
mengatakan bahwa campur kode terjadi apabila
di dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa
maupun frasafrasa yang digunakan terdiri dari
klausa dan frasa campuran dan masing masing
klausa atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsi
sendiri-sendiri.
Chaer (1994:69) mengatakan bahwa campur
kode adalah dua kode atau lebih digunakan
bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi
dalam situasi santai.
Wujud
Wujud Campur Kode Berdasarkan Unsur-Unsur
Pembentuknya
Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang terlibat di
dalamnya, Suwito (1983: 78) membedakan campur kode
menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut.
a. Penyisipan Unsur Berwujud Kata
B. Penyisipan Unsur Berwujud Baster
C. Penyisipan Unsur Berwujud Perulangan
D. Penyisipan Unsur Berwujud Frasa
E. Penyisipan Unsur Berwujud Klausa
F. Penyisipan Unsur Berwujud Ungkapan/Idiom
Bentuk-Bentuk
n variasi
a,
misalnya,
man yang
kata nani
di Bali.
ahasa
ahun
leh
maem
kan
wasa.
Kajian
Sumber
Variasi
Bahasa
13. SELAMAT DATANG
DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM
TEMPLATE POWERPOINT GRATIS
Pengertian
Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut
pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan,
hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta
medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920)
Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan
istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu
bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang,
pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya
Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk
bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola
menyerupai pola umum bahasa induknya
Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa
yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam.
PENGERTIAN VARIASI BAHASA
Interferensi
1. Interferensi
Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu
bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan
unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich
dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120),
Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut
interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya
kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau
dialek kedua.
Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan
unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam
suatu bahasa.
Contoh interferensi:
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”.
Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi,
morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini.
Fonologi
Interferensi Fonologi
Interferensi fonologi terdapat pada
kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena
menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya
diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus
interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan.
Morfologi
Interferensi Morfologi
Interferensi morfologi terdapat pada
kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena
adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks {ke-an}
dengan kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka
terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke dalam
bahasa Indonesia sehingga menjadi ketiduran.
Kata ketiduran merupakan penyimpangan morfologi,
dalam bahasa Indonesia struktur kata tersebut haruslah
berbentuk: tertidur.
Sintaksis
Interferensi Sintaksis
Tuturan yang diujarkan siswa I, tidak terinterferensi
sintaksis bahasa Jawa, hanya penggunaan bahasanya
masih terinterferensi morfologi.
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya habis kegiatan
ekskul.
Sebagai koreksi dalam bahasa Indonesia struktur kalimat
tersebut berbentuk:
“malam tadi aku tertidur karena sore harinya
melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler”.
Leksikon
Interferensi Leksikon
Melalui tuturan siswa I, dapat diidentifikasi
tuturan bahasa kedua ini terinterferensi leksikon
bahasa Ibu Jawa. Hal ini dibuktikan pada
saat siswa I dalam menuturkan
kata ketiduran terdengar pelafalan bahasa Jawa,
yakni adanya penuturan bunyi ketidhuran dengan
pelafalan dan artikulasi khas tuturan orang Jawa
Integrasi
2. Integrasi
Integrasi adalah penggunaan secara sistematis
unsur bahasa lain seolah-olah merupakan bagian
dari bahasa itu tanpa disadari oleh pemakainya
(Kridalaksana, 1993: 83).
Menurut Mackey dalam Chaer dan Agustina
(2004: 128), integrasi adalah unsur-unsur bahasa
lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan
dianggap sudah menjadi bahasa tersebut.
Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi
adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa
masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai
sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau
yang memasukinya.
Contoh
Proses integrasi memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur
yang berintegrasi tersebut harus disesuaikan, baik lafalnya,
ejaannya, maupun tata bakunya. Berikut ini adalah contoh integrasi.
1. Integrasi Audial
Dongkrak -> dome kracht
Pelopor -> vooloper
Sakelar -> schakelaar
2. Integrasi Visual
System -> sistem
Hierarchy -> hierarki
Reportoire -> repertoire
3. Integrasi Penerjemahan Langsung
Joint venture -> usaha patungan
Balance budget -> anggaran berimbang
Samen werking -> kerja sama
4. Integrasi Penerjemhan Konsep.
Medication -> pengobatan
Brother in law -> ipar laki-laki
Job description -> ketentuan kerja
Alih
kode
&
Campuran
Kode
A. Alih Kode
Chaer, (1994:67) mengartikan alih kode sebagai
beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau
ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain
(bahasa atau bahasa lain) (Chaer, 1994: 67).
Terdapat pokok persoalan sosiolinguistik yang
menyebabkan terjadinya alih kode. Sebagaimana yang
dikemukakan Aslinda dan Syafyahya, (2010:85). Pokok-
pokok persoalan tersebut meliputi :
a) siapa yang berbicara;
b) dengan bahasa apa;
c) kepada siapa;
d) kapan;
e) dengan tujuan apa.
Contoh peristiwa alih kode dapat dilihat pada saat
peralihan dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia
Alih
kode
&
Campuran
Kode
B. CAMPUR KODE
Appel dalam Chaer dan Agustina (2004: 107)
mendefinisikan campur kode sebagai gejala
peralihan pemakaian bahasa karena perubahan
situasi.
Thelander dalam Chaer dan Agustina (2004: 115)
mengatakan bahwa campur kode terjadi apabila
di dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa
maupun frasafrasa yang digunakan terdiri dari
klausa dan frasa campuran dan masing masing
klausa atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsi
sendiri-sendiri.
Chaer (1994:69) mengatakan bahwa campur
kode adalah dua kode atau lebih digunakan
bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi
dalam situasi santai.
Wujud
Wujud Campur Kode Berdasarkan Unsur-
Unsur Pembentuknya
Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang
terlibat di dalamnya, Suwito (1983: 78)
membedakan campur kode menjadi beberapa
macam, yaitu sebagai berikut.
a. Penyisipan Unsur Berwujud Kata
B. Penyisipan Unsur Berwujud Baster
C. Penyisipan Unsur Berwujud Perulangan
D. Penyisipan Unsur Berwujud Frasa
E. Penyisipan Unsur Berwujud Klausa
F. Penyisipan Unsur Berwujud Ungkapan/Idiom
Faktor
Faktor Penyebab Terjadinya Campur Kode
Latar belakang terjadinya campur kode dapat
digolongkan menjadi dua (Suwito , 1983: 77),
yaitu sebagai berikut
a. Latar Belakang Sikap Penutur
b. Kebahasaan
Bentuk-Bentuk
n variasi
a,
misalnya,
man yang
kata nani
di Bali.
ahasa
ahun
leh
maem
kan
wasa.
Kajian
Sumber
Variasi
Bahasa
14. SELAMAT DATANG
DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM
TEMPLATE POWERPOINT GRATIS
Pengertian
Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut
pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan,
hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta
medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920)
Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan
istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu
bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang,
pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya
Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk
bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola
menyerupai pola umum bahasa induknya
Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa
yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam.
PENGERTIAN VARIASI BAHASA
Interferensi
1. Interferensi
Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu
bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan
unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich
dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120),
Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut
interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya
kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau
dialek kedua.
Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan
unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam
suatu bahasa.
Contoh interferensi:
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”.
Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi,
morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini.
Fonologi
Interferensi Fonologi
Interferensi fonologi terdapat pada
kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena
menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya
diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus
interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan.
Morfologi
Interferensi Morfologi
Interferensi morfologi terdapat pada
kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena
adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks {ke-an}
dengan kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka
terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke dalam
bahasa Indonesia sehingga menjadi ketiduran.
Kata ketiduran merupakan penyimpangan morfologi,
dalam bahasa Indonesia struktur kata tersebut haruslah
berbentuk: tertidur.
Sintaksis
Interferensi Sintaksis
Tuturan yang diujarkan siswa I, tidak terinterferensi
sintaksis bahasa Jawa, hanya penggunaan bahasanya
masih terinterferensi morfologi.
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya habis kegiatan
ekskul.
Sebagai koreksi dalam bahasa Indonesia struktur kalimat
tersebut berbentuk:
“malam tadi aku tertidur karena sore harinya
melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler”.
Leksikon
Interferensi Leksikon
Melalui tuturan siswa I, dapat diidentifikasi
tuturan bahasa kedua ini terinterferensi leksikon
bahasa Ibu Jawa. Hal ini dibuktikan pada
saat siswa I dalam menuturkan
kata ketiduran terdengar pelafalan bahasa Jawa,
yakni adanya penuturan bunyi ketidhuran dengan
pelafalan dan artikulasi khas tuturan orang Jawa
Integrasi
2. Integrasi
Integrasi adalah penggunaan secara sistematis
unsur bahasa lain seolah-olah merupakan bagian
dari bahasa itu tanpa disadari oleh pemakainya
(Kridalaksana, 1993: 83).
Menurut Mackey dalam Chaer dan Agustina
(2004: 128), integrasi adalah unsur-unsur bahasa
lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan
dianggap sudah menjadi bahasa tersebut.
Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi
adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa
masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai
sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau
yang memasukinya.
Contoh
Proses integrasi memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur
yang berintegrasi tersebut harus disesuaikan, baik lafalnya,
ejaannya, maupun tata bakunya. Berikut ini adalah contoh integrasi.
1. Integrasi Audial
Dongkrak -> dome kracht
Pelopor -> vooloper
Sakelar -> schakelaar
2. Integrasi Visual
System -> sistem
Hierarchy -> hierarki
Reportoire -> repertoire
3. Integrasi Penerjemahan Langsung
Joint venture -> usaha patungan
Balance budget -> anggaran berimbang
Samen werking -> kerja sama
4. Integrasi Penerjemhan Konsep.
Medication -> pengobatan
Brother in law -> ipar laki-laki
Job description -> ketentuan kerja
Alih
kode
&
Campuran
Kode
A. Alih Kode
Chaer, (1994:67) mengartikan alih kode sebagai
beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau
ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain
(bahasa atau bahasa lain) (Chaer, 1994: 67).
Terdapat pokok persoalan sosiolinguistik yang
menyebabkan terjadinya alih kode. Sebagaimana yang
dikemukakan Aslinda dan Syafyahya, (2010:85). Pokok-
pokok persoalan tersebut meliputi :
a) siapa yang berbicara;
b) dengan bahasa apa;
c) kepada siapa;
d) kapan;
e) dengan tujuan apa.
Contoh peristiwa alih kode dapat dilihat pada saat
peralihan dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia
Alih
kode
&
Campuran
Kode
B. CAMPUR KODE
Appel dalam Chaer dan Agustina (2004: 107)
mendefinisikan campur kode sebagai gejala
peralihan pemakaian bahasa karena perubahan
situasi.
Thelander dalam Chaer dan Agustina (2004: 115)
mengatakan bahwa campur kode terjadi apabila
di dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa
maupun frasafrasa yang digunakan terdiri dari
klausa dan frasa campuran dan masing masing
klausa atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsi
sendiri-sendiri.
Chaer (1994:69) mengatakan bahwa campur
kode adalah dua kode atau lebih digunakan
bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi
dalam situasi santai.
Wujud
Wujud Campur Kode Berdasarkan Unsur-
Unsur Pembentuknya
Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang
terlibat di dalamnya, Suwito (1983: 78)
membedakan campur kode menjadi beberapa
macam, yaitu sebagai berikut.
a. Penyisipan Unsur Berwujud Kata
B. Penyisipan Unsur Berwujud Baster
C. Penyisipan Unsur Berwujud Perulangan
D. Penyisipan Unsur Berwujud Frasa
E. Penyisipan Unsur Berwujud Klausa
F. Penyisipan Unsur Berwujud Ungkapan/Idiom
Faktor
Faktor Penyebab Terjadinya Campur
Kode
Latar belakang terjadinya campur kode
dapat digolongkan menjadi dua (Suwito ,
1983: 77), yaitu sebagai berikut
a. Latar Belakang Sikap Penutur
b. Kebahasaan
Contoh
Contoh campur kode yang diambil dari buku
Chaer dan Agustina (2004: 124), yaitu sebagai
berikut.
1. Mereka akan merried bulan depan. Mereka
akan menikah bulan depan‟.
2. Nah, karena saya sudah kadhung apik sama
dia, ya saya tanda tangan saja. Karena saya
sudah benar-benar percaya dengan dia, maka
saya tanda tangan saja‟.
Bentuk-Bentuk
n variasi
a,
misalnya,
man yang
kata nani
di Bali.
ahasa
ahun
leh
maem
kan
wasa.
Kajian
Sumber
Variasi
Bahasa
15. SELAMAT DATANG
DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM
TEMPLATE POWERPOINT GRATIS
Pengertian
Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut
pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan,
hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta
medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920)
Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan
istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu
bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang,
pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya
Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk
bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola
menyerupai pola umum bahasa induknya
Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa
yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam.
PENGERTIAN VARIASI BAHASA
Interferensi
1. Interferensi
Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu
bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan
unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich
dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120),
Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut
interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya
kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau
dialek kedua.
Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan
unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam
suatu bahasa.
Contoh interferensi:
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”.
Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi,
morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini.
Fonologi
Interferensi Fonologi
Interferensi fonologi terdapat pada
kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena
menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya
diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus
interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan.
Morfologi
Interferensi Morfologi
Interferensi morfologi terdapat pada
kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena
adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks {ke-an}
dengan kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka
terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke dalam
bahasa Indonesia sehingga menjadi ketiduran.
Kata ketiduran merupakan penyimpangan morfologi,
dalam bahasa Indonesia struktur kata tersebut haruslah
berbentuk: tertidur.
Sintaksis
Interferensi Sintaksis
Tuturan yang diujarkan siswa I, tidak terinterferensi
sintaksis bahasa Jawa, hanya penggunaan bahasanya
masih terinterferensi morfologi.
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya habis kegiatan
ekskul.
Sebagai koreksi dalam bahasa Indonesia struktur kalimat
tersebut berbentuk:
“malam tadi aku tertidur karena sore harinya
melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler”.
Leksikon
Interferensi Leksikon
Melalui tuturan siswa I, dapat diidentifikasi
tuturan bahasa kedua ini terinterferensi leksikon
bahasa Ibu Jawa. Hal ini dibuktikan pada
saat siswa I dalam menuturkan
kata ketiduran terdengar pelafalan bahasa Jawa,
yakni adanya penuturan bunyi ketidhuran dengan
pelafalan dan artikulasi khas tuturan orang Jawa
Integrasi
2. Integrasi
Integrasi adalah penggunaan secara sistematis
unsur bahasa lain seolah-olah merupakan bagian
dari bahasa itu tanpa disadari oleh pemakainya
(Kridalaksana, 1993: 83).
Menurut Mackey dalam Chaer dan Agustina
(2004: 128), integrasi adalah unsur-unsur bahasa
lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan
dianggap sudah menjadi bahasa tersebut.
Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi
adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa
masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai
sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau
yang memasukinya.
Contoh
Proses integrasi memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur
yang berintegrasi tersebut harus disesuaikan, baik lafalnya,
ejaannya, maupun tata bakunya. Berikut ini adalah contoh integrasi.
1. Integrasi Audial
Dongkrak -> dome kracht
Pelopor -> vooloper
Sakelar -> schakelaar
2. Integrasi Visual
System -> sistem
Hierarchy -> hierarki
Reportoire -> repertoire
3. Integrasi Penerjemahan Langsung
Joint venture -> usaha patungan
Balance budget -> anggaran berimbang
Samen werking -> kerja sama
4. Integrasi Penerjemhan Konsep.
Medication -> pengobatan
Brother in law -> ipar laki-laki
Job description -> ketentuan kerja
Alih
kode
&
Campuran
Kode
A. Alih Kode
Chaer, (1994:67) mengartikan alih kode sebagai
beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau
ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain
(bahasa atau bahasa lain) (Chaer, 1994: 67).
Terdapat pokok persoalan sosiolinguistik yang
menyebabkan terjadinya alih kode. Sebagaimana yang
dikemukakan Aslinda dan Syafyahya, (2010:85). Pokok-
pokok persoalan tersebut meliputi :
a) siapa yang berbicara;
b) dengan bahasa apa;
c) kepada siapa;
d) kapan;
e) dengan tujuan apa.
Contoh peristiwa alih kode dapat dilihat pada saat
peralihan dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia
Alih
kode
&
Campuran
Kode
B. CAMPUR KODE
Appel dalam Chaer dan Agustina (2004: 107)
mendefinisikan campur kode sebagai gejala
peralihan pemakaian bahasa karena perubahan
situasi.
Thelander dalam Chaer dan Agustina (2004: 115)
mengatakan bahwa campur kode terjadi apabila
di dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa
maupun frasafrasa yang digunakan terdiri dari
klausa dan frasa campuran dan masing masing
klausa atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsi
sendiri-sendiri.
Chaer (1994:69) mengatakan bahwa campur
kode adalah dua kode atau lebih digunakan
bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi
dalam situasi santai.
Wujud
Wujud Campur Kode Berdasarkan Unsur-
Unsur Pembentuknya
Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang
terlibat di dalamnya, Suwito (1983: 78)
membedakan campur kode menjadi beberapa
macam, yaitu sebagai berikut.
a. Penyisipan Unsur Berwujud Kata
B. Penyisipan Unsur Berwujud Baster
C. Penyisipan Unsur Berwujud Perulangan
D. Penyisipan Unsur Berwujud Frasa
E. Penyisipan Unsur Berwujud Klausa
F. Penyisipan Unsur Berwujud Ungkapan/Idiom
Faktor
Faktor Penyebab Terjadinya Campur
Kode
Latar belakang terjadinya campur kode
dapat digolongkan menjadi dua (Suwito ,
1983: 77), yaitu sebagai berikut
a. Latar Belakang Sikap Penutur
b. Kebahasaan
Contoh
Contoh campur kode yang diambil dari buku
Chaer dan Agustina (2004: 124), yaitu
sebagai berikut.
1. Mereka akan merried bulan depan.
Mereka akan menikah bulan depan‟.
2. Nah, karena saya sudah kadhung apik
sama dia, ya saya tanda tangan saja. Karena
saya sudah benar-benar percaya dengan dia,
maka saya tanda tangan saja‟.
Alih
kode
&
Campuran
Kode
C. Bahasa Gaul
Dalam konteks kekinian, bahasa
gaul merupakan dialek bahasa
Indonesia non-formal yang
digunakan di suatu daerah atau
komunitas tertentu.
Bentuk-Bentuk
n variasi
a,
misalnya,
man yang
kata nani
di Bali.
ahasa
ahun
leh
maem
kan
wasa.
Kajian
Sumber
Variasi
Bahasa
16. SELAMAT DATANG
DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM
TEMPLATE POWERPOINT GRATIS
Pengertian
Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut
pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan,
hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta
medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920)
Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan
istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu
bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang,
pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya
Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk
bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola
menyerupai pola umum bahasa induknya
Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa
yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam.
PENGERTIAN VARIASI BAHASA
Interferensi
1. Interferensi
Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu
bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan
unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich
dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120),
Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut
interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya
kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau
dialek kedua.
Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan
unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam
suatu bahasa.
Contoh interferensi:
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”.
Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi,
morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini.
Fonologi
Interferensi Fonologi
Interferensi fonologi terdapat pada
kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena
menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya
diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus
interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan.
Morfologi
Interferensi Morfologi
Interferensi morfologi terdapat pada
kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena
adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks {ke-an}
dengan kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka
terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke dalam
bahasa Indonesia sehingga menjadi ketiduran.
Kata ketiduran merupakan penyimpangan morfologi,
dalam bahasa Indonesia struktur kata tersebut haruslah
berbentuk: tertidur.
Sintaksis
Interferensi Sintaksis
Tuturan yang diujarkan siswa I, tidak terinterferensi
sintaksis bahasa Jawa, hanya penggunaan bahasanya
masih terinterferensi morfologi.
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya habis kegiatan
ekskul.
Sebagai koreksi dalam bahasa Indonesia struktur kalimat
tersebut berbentuk:
“malam tadi aku tertidur karena sore harinya
melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler”.
Leksikon
Interferensi Leksikon
Melalui tuturan siswa I, dapat diidentifikasi
tuturan bahasa kedua ini terinterferensi leksikon
bahasa Ibu Jawa. Hal ini dibuktikan pada
saat siswa I dalam menuturkan
kata ketiduran terdengar pelafalan bahasa Jawa,
yakni adanya penuturan bunyi ketidhuran dengan
pelafalan dan artikulasi khas tuturan orang Jawa
Integrasi
2. Integrasi
Integrasi adalah penggunaan secara sistematis
unsur bahasa lain seolah-olah merupakan bagian
dari bahasa itu tanpa disadari oleh pemakainya
(Kridalaksana, 1993: 83).
Menurut Mackey dalam Chaer dan Agustina
(2004: 128), integrasi adalah unsur-unsur bahasa
lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan
dianggap sudah menjadi bahasa tersebut.
Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi
adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa
masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai
sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau
yang memasukinya.
Contoh
Proses integrasi memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur
yang berintegrasi tersebut harus disesuaikan, baik lafalnya,
ejaannya, maupun tata bakunya. Berikut ini adalah contoh integrasi.
1. Integrasi Audial
Dongkrak -> dome kracht
Pelopor -> vooloper
Sakelar -> schakelaar
2. Integrasi Visual
System -> sistem
Hierarchy -> hierarki
Reportoire -> repertoire
3. Integrasi Penerjemahan Langsung
Joint venture -> usaha patungan
Balance budget -> anggaran berimbang
Samen werking -> kerja sama
4. Integrasi Penerjemhan Konsep.
Medication -> pengobatan
Brother in law -> ipar laki-laki
Job description -> ketentuan kerja
Alih
kode
&
Campuran
Kode
A. Alih Kode
Chaer, (1994:67) mengartikan alih kode sebagai
beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau
ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain
(bahasa atau bahasa lain) (Chaer, 1994: 67).
Terdapat pokok persoalan sosiolinguistik yang
menyebabkan terjadinya alih kode. Sebagaimana yang
dikemukakan Aslinda dan Syafyahya, (2010:85). Pokok-
pokok persoalan tersebut meliputi :
a) siapa yang berbicara;
b) dengan bahasa apa;
c) kepada siapa;
d) kapan;
e) dengan tujuan apa.
Contoh peristiwa alih kode dapat dilihat pada saat
peralihan dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia
Alih
kode
&
Campuran
Kode
B. CAMPUR KODE
Appel dalam Chaer dan Agustina (2004: 107)
mendefinisikan campur kode sebagai gejala
peralihan pemakaian bahasa karena perubahan
situasi.
Thelander dalam Chaer dan Agustina (2004: 115)
mengatakan bahwa campur kode terjadi apabila
di dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa
maupun frasafrasa yang digunakan terdiri dari
klausa dan frasa campuran dan masing masing
klausa atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsi
sendiri-sendiri.
Chaer (1994:69) mengatakan bahwa campur
kode adalah dua kode atau lebih digunakan
bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi
dalam situasi santai.
Wujud
Wujud Campur Kode Berdasarkan Unsur-
Unsur Pembentuknya
Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang
terlibat di dalamnya, Suwito (1983: 78)
membedakan campur kode menjadi beberapa
macam, yaitu sebagai berikut.
a. Penyisipan Unsur Berwujud Kata
B. Penyisipan Unsur Berwujud Baster
C. Penyisipan Unsur Berwujud Perulangan
D. Penyisipan Unsur Berwujud Frasa
E. Penyisipan Unsur Berwujud Klausa
F. Penyisipan Unsur Berwujud Ungkapan/Idiom
Faktor
Faktor Penyebab Terjadinya Campur
Kode
Latar belakang terjadinya campur kode
dapat digolongkan menjadi dua (Suwito ,
1983: 77), yaitu sebagai berikut
a. Latar Belakang Sikap Penutur
b. Kebahasaan
Contoh
Contoh campur kode yang diambil dari buku
Chaer dan Agustina (2004: 124), yaitu
sebagai berikut.
1. Mereka akan merried bulan depan.
Mereka akan menikah bulan depan‟.
2. Nah, karena saya sudah kadhung apik
sama dia, ya saya tanda tangan saja. Karena
saya sudah benar-benar percaya dengan dia,
maka saya tanda tangan saja‟.
Alih
kode
&
Campuran
Kode
C. Bahasa Gaul
Dalam konteks kekinian, bahasa gaul merupakan
dialek bahasa Indonesia non-formal yang
digunakan di suatu daerah atau komunitas
tertentu.
Bentuk-Bentuk
Abdul Chaer dan Agustina mengklasifikasikan variasi bahasa sebagai
berikut.
1. Variasi Bahasa dari Segi Penutur
Idiolek
Misalnya warna suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat pada
seseorang.
Dialek
Misalnya perbedaan dialek dari segi kosa kata misalnya, kata nani
digunakan sebagai sapaan kepada teman yang akrab oleh masyarakat
Singaraja di Bali, tetapi kata nani ini tidak digunakan oleh masyarakat
Klungkung di Bali.
Kronolek atau dialek temporal
Misalnya kata bokap dan nyokap merupakan bahasa yang berkembang
saat ini, sedangkan pada 20 tahun sebelumnya kata-kata tersebut belum
dikenal oleh masyarakat.
Sosiolek atau dialek social
Variasi bahasa berdasarkan usia. Misalnya, ata maem yang digunakan
oleh anak-anak untuk menyatakan aktivitas makan dan berbeda dengan
orang dewasa.
Kajian
Sumber
Variasi
Bahasa
17. SELAMAT DATANG
DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM
TEMPLATE POWERPOINT GRATIS
Pengertian
Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut
pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan,
hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta
medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920)
Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan
istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu
bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang,
pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya
Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk
bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola
menyerupai pola umum bahasa induknya
Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa
yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam.
PENGERTIAN VARIASI BAHASA
Interferensi
1. Interferensi
Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu
bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan
unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich
dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120),
Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut
interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya
kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau
dialek kedua.
Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan
unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam
suatu bahasa.
Contoh interferensi:
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”.
Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi,
morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini.
Fonologi
Interferensi Fonologi
Interferensi fonologi terdapat pada
kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena
menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya
diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus
interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan.
Morfologi
Interferensi Morfologi
Interferensi morfologi terdapat pada
kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena
adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks {ke-an}
dengan kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka
terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke dalam
bahasa Indonesia sehingga menjadi ketiduran.
Kata ketiduran merupakan penyimpangan morfologi,
dalam bahasa Indonesia struktur kata tersebut haruslah
berbentuk: tertidur.
Sintaksis
Interferensi Sintaksis
Tuturan yang diujarkan siswa I, tidak terinterferensi
sintaksis bahasa Jawa, hanya penggunaan bahasanya
masih terinterferensi morfologi.
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya habis kegiatan
ekskul.
Sebagai koreksi dalam bahasa Indonesia struktur kalimat
tersebut berbentuk:
“malam tadi aku tertidur karena sore harinya
melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler”.
Leksikon
Interferensi Leksikon
Melalui tuturan siswa I, dapat diidentifikasi
tuturan bahasa kedua ini terinterferensi leksikon
bahasa Ibu Jawa. Hal ini dibuktikan pada
saat siswa I dalam menuturkan
kata ketiduran terdengar pelafalan bahasa Jawa,
yakni adanya penuturan bunyi ketidhuran dengan
pelafalan dan artikulasi khas tuturan orang Jawa
Integrasi
2. Integrasi
Integrasi adalah penggunaan secara sistematis
unsur bahasa lain seolah-olah merupakan bagian
dari bahasa itu tanpa disadari oleh pemakainya
(Kridalaksana, 1993: 83).
Menurut Mackey dalam Chaer dan Agustina
(2004: 128), integrasi adalah unsur-unsur bahasa
lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan
dianggap sudah menjadi bahasa tersebut.
Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi
adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa
masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai
sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau
yang memasukinya.
Contoh
Proses integrasi memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur
yang berintegrasi tersebut harus disesuaikan, baik lafalnya,
ejaannya, maupun tata bakunya. Berikut ini adalah contoh integrasi.
1. Integrasi Audial
Dongkrak -> dome kracht
Pelopor -> vooloper
Sakelar -> schakelaar
2. Integrasi Visual
System -> sistem
Hierarchy -> hierarki
Reportoire -> repertoire
3. Integrasi Penerjemahan Langsung
Joint venture -> usaha patungan
Balance budget -> anggaran berimbang
Samen werking -> kerja sama
4. Integrasi Penerjemhan Konsep.
Medication -> pengobatan
Brother in law -> ipar laki-laki
Job description -> ketentuan kerja
Alih
kode
&
Campuran
Kode
A. Alih Kode
Chaer, (1994:67) mengartikan alih kode sebagai
beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau
ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain
(bahasa atau bahasa lain) (Chaer, 1994: 67).
Terdapat pokok persoalan sosiolinguistik yang
menyebabkan terjadinya alih kode. Sebagaimana yang
dikemukakan Aslinda dan Syafyahya, (2010:85). Pokok-
pokok persoalan tersebut meliputi :
a) siapa yang berbicara;
b) dengan bahasa apa;
c) kepada siapa;
d) kapan;
e) dengan tujuan apa.
Contoh peristiwa alih kode dapat dilihat pada saat
peralihan dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia
Alih
kode
&
Campuran
Kode
B. CAMPUR KODE
Appel dalam Chaer dan Agustina (2004: 107)
mendefinisikan campur kode sebagai gejala
peralihan pemakaian bahasa karena perubahan
situasi.
Thelander dalam Chaer dan Agustina (2004: 115)
mengatakan bahwa campur kode terjadi apabila
di dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa
maupun frasafrasa yang digunakan terdiri dari
klausa dan frasa campuran dan masing masing
klausa atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsi
sendiri-sendiri.
Chaer (1994:69) mengatakan bahwa campur
kode adalah dua kode atau lebih digunakan
bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi
dalam situasi santai.
Wujud
Wujud Campur Kode Berdasarkan Unsur-
Unsur Pembentuknya
Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang
terlibat di dalamnya, Suwito (1983: 78)
membedakan campur kode menjadi beberapa
macam, yaitu sebagai berikut.
a. Penyisipan Unsur Berwujud Kata
B. Penyisipan Unsur Berwujud Baster
C. Penyisipan Unsur Berwujud Perulangan
D. Penyisipan Unsur Berwujud Frasa
E. Penyisipan Unsur Berwujud Klausa
F. Penyisipan Unsur Berwujud Ungkapan/Idiom
Faktor
Faktor Penyebab Terjadinya Campur
Kode
Latar belakang terjadinya campur kode
dapat digolongkan menjadi dua (Suwito ,
1983: 77), yaitu sebagai berikut
a. Latar Belakang Sikap Penutur
b. Kebahasaan
Contoh
Contoh campur kode yang diambil dari buku
Chaer dan Agustina (2004: 124), yaitu
sebagai berikut.
1. Mereka akan merried bulan depan.
Mereka akan menikah bulan depan‟.
2. Nah, karena saya sudah kadhung apik
sama dia, ya saya tanda tangan saja. Karena
saya sudah benar-benar percaya dengan dia,
maka saya tanda tangan saja‟.
Alih
kode
&
Campuran
Kode
C. Bahasa Gaul
Dalam konteks kekinian, bahasa gaul merupakan
dialek bahasa Indonesia non-formal yang
digunakan di suatu daerah atau komunitas
tertentu.
Bentuk-Bentuk
Abdul Chaer dan Agustina mengklasifikasikan variasi
bahasa sebagai berikut.
1. Variasi Bahasa dari Segi Penutur
Idiolek
Misalnya warna suara, pilihan kata, gaya bahasa,
susunan kalimat pada seseorang.
Dialek
Misalnya perbedaan dialek dari segi kosa kata misalnya,
kata nani digunakan sebagai sapaan kepada teman yang
akrab oleh masyarakat Singaraja di Bali, tetapi kata nani
ini tidak digunakan oleh masyarakat Klungkung di Bali.
Kronolek atau dialek temporal
Misalnya kata bokap dan nyokap merupakan bahasa
yang berkembang saat ini, sedangkan pada 20 tahun
sebelumnya kata-kata tersebut belum dikenal oleh
masyarakat.
Sosiolek atau dialek social
Variasi bahasa berdasarkan usia. Misalnya, ata maem
yang digunakan oleh anak-anak untuk menyatakan
aktivitas makan dan berbeda dengan orang dewasa.
Bentuk-Bentuk
2. Variasi bahasa berdasarkan pendidikan
Misalnya Kata spesifik, implementasi, dan proporsional misalnya
digunakan oleh masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi.
Masyarakat yang hanya lulusan SD umumnya tidak menggunakan
kata-kata tersebut, tetapi mereka menggunakan kata khusus
untuk menggantikan kata spesifik.
3. Variasi bahasa berdasarkan seks
Misalnya sarung,, peci, kumis, merupakan kata yang
berhubungan dengan laki-laki, sedangkan kosa kata seperti
menstruasi, sanggul, lipstik, bra, hamil, kerudung, merupakan
kata yang berhubungan dengan wanita.
4. Variasi bahasa berdasarkan pekerjaan
Guru misalnya menggunakan kata-kata siswa, kurikulum, ujian
semester, rapor, dan lain-lain, berbeda dengan variasi bahasa
dokter yang menggunakan jarum suntik, resep, obat dan lain-
lain.
Kajian
Sumber
Variasi
Bahasa
18. SELAMAT DATANG
DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM
TEMPLATE POWERPOINT GRATIS
Pengertian
Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut
pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan,
hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta
medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920)
Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan
istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu
bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang,
pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya
Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk
bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola
menyerupai pola umum bahasa induknya
Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa
yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam.
PENGERTIAN VARIASI BAHASA
Interferensi
1. Interferensi
Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu
bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan
unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich
dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120),
Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut
interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya
kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau
dialek kedua.
Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan
unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam
suatu bahasa.
Contoh interferensi:
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”.
Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi,
morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini.
Fonologi
Interferensi Fonologi
Interferensi fonologi terdapat pada
kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena
menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya
diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus
interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan.
Morfologi
Interferensi Morfologi
Interferensi morfologi terdapat pada
kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena
adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks {ke-an}
dengan kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka
terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke dalam
bahasa Indonesia sehingga menjadi ketiduran.
Kata ketiduran merupakan penyimpangan morfologi,
dalam bahasa Indonesia struktur kata tersebut haruslah
berbentuk: tertidur.
Sintaksis
Interferensi Sintaksis
Tuturan yang diujarkan siswa I, tidak terinterferensi
sintaksis bahasa Jawa, hanya penggunaan bahasanya
masih terinterferensi morfologi.
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya habis kegiatan
ekskul.
Sebagai koreksi dalam bahasa Indonesia struktur kalimat
tersebut berbentuk:
“malam tadi aku tertidur karena sore harinya
melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler”.
Leksikon
Interferensi Leksikon
Melalui tuturan siswa I, dapat diidentifikasi
tuturan bahasa kedua ini terinterferensi leksikon
bahasa Ibu Jawa. Hal ini dibuktikan pada
saat siswa I dalam menuturkan
kata ketiduran terdengar pelafalan bahasa Jawa,
yakni adanya penuturan bunyi ketidhuran dengan
pelafalan dan artikulasi khas tuturan orang Jawa
Integrasi
2. Integrasi
Integrasi adalah penggunaan secara sistematis
unsur bahasa lain seolah-olah merupakan bagian
dari bahasa itu tanpa disadari oleh pemakainya
(Kridalaksana, 1993: 83).
Menurut Mackey dalam Chaer dan Agustina
(2004: 128), integrasi adalah unsur-unsur bahasa
lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan
dianggap sudah menjadi bahasa tersebut.
Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi
adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa
masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai
sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau
yang memasukinya.
Contoh
Proses integrasi memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur
yang berintegrasi tersebut harus disesuaikan, baik lafalnya,
ejaannya, maupun tata bakunya. Berikut ini adalah contoh integrasi.
1. Integrasi Audial
Dongkrak -> dome kracht
Pelopor -> vooloper
Sakelar -> schakelaar
2. Integrasi Visual
System -> sistem
Hierarchy -> hierarki
Reportoire -> repertoire
3. Integrasi Penerjemahan Langsung
Joint venture -> usaha patungan
Balance budget -> anggaran berimbang
Samen werking -> kerja sama
4. Integrasi Penerjemhan Konsep.
Medication -> pengobatan
Brother in law -> ipar laki-laki
Job description -> ketentuan kerja
Alih
kode
&
Campuran
Kode
A. Alih Kode
Chaer, (1994:67) mengartikan alih kode sebagai
beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau
ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain
(bahasa atau bahasa lain) (Chaer, 1994: 67).
Terdapat pokok persoalan sosiolinguistik yang
menyebabkan terjadinya alih kode. Sebagaimana yang
dikemukakan Aslinda dan Syafyahya, (2010:85). Pokok-
pokok persoalan tersebut meliputi :
a) siapa yang berbicara;
b) dengan bahasa apa;
c) kepada siapa;
d) kapan;
e) dengan tujuan apa.
Contoh peristiwa alih kode dapat dilihat pada saat
peralihan dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia
Alih
kode
&
Campuran
Kode
B. CAMPUR KODE
Appel dalam Chaer dan Agustina (2004: 107)
mendefinisikan campur kode sebagai gejala
peralihan pemakaian bahasa karena perubahan
situasi.
Thelander dalam Chaer dan Agustina (2004: 115)
mengatakan bahwa campur kode terjadi apabila
di dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa
maupun frasafrasa yang digunakan terdiri dari
klausa dan frasa campuran dan masing masing
klausa atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsi
sendiri-sendiri.
Chaer (1994:69) mengatakan bahwa campur
kode adalah dua kode atau lebih digunakan
bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi
dalam situasi santai.
Wujud
Wujud Campur Kode Berdasarkan Unsur-
Unsur Pembentuknya
Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang
terlibat di dalamnya, Suwito (1983: 78)
membedakan campur kode menjadi beberapa
macam, yaitu sebagai berikut.
a. Penyisipan Unsur Berwujud Kata
B. Penyisipan Unsur Berwujud Baster
C. Penyisipan Unsur Berwujud Perulangan
D. Penyisipan Unsur Berwujud Frasa
E. Penyisipan Unsur Berwujud Klausa
F. Penyisipan Unsur Berwujud Ungkapan/Idiom
Faktor
Faktor Penyebab Terjadinya Campur
Kode
Latar belakang terjadinya campur kode
dapat digolongkan menjadi dua (Suwito ,
1983: 77), yaitu sebagai berikut
a. Latar Belakang Sikap Penutur
b. Kebahasaan
Contoh
Contoh campur kode yang diambil dari buku
Chaer dan Agustina (2004: 124), yaitu
sebagai berikut.
1. Mereka akan merried bulan depan.
Mereka akan menikah bulan depan‟.
2. Nah, karena saya sudah kadhung apik
sama dia, ya saya tanda tangan saja. Karena
saya sudah benar-benar percaya dengan dia,
maka saya tanda tangan saja‟.
Alih
kode
&
Campuran
Kode
C. Bahasa Gaul
Dalam konteks kekinian, bahasa gaul merupakan
dialek bahasa Indonesia non-formal yang
digunakan di suatu daerah atau komunitas
tertentu.
Bentuk-Bentuk
Abdul Chaer dan Agustina mengklasifikasikan variasi
bahasa sebagai berikut.
1. Variasi Bahasa dari Segi Penutur
Idiolek
Misalnya warna suara, pilihan kata, gaya bahasa,
susunan kalimat pada seseorang.
Dialek
Misalnya perbedaan dialek dari segi kosa kata misalnya,
kata nani digunakan sebagai sapaan kepada teman yang
akrab oleh masyarakat Singaraja di Bali, tetapi kata nani
ini tidak digunakan oleh masyarakat Klungkung di Bali.
Kronolek atau dialek temporal
Misalnya kata bokap dan nyokap merupakan bahasa
yang berkembang saat ini, sedangkan pada 20 tahun
sebelumnya kata-kata tersebut belum dikenal oleh
masyarakat.
Sosiolek atau dialek social
Variasi bahasa berdasarkan usia. Misalnya, ata maem
yang digunakan oleh anak-anak untuk menyatakan
aktivitas makan dan berbeda dengan orang dewasa.
Variasi
Bahasa
1
2. Variasi bahasa berdasarkan pendidikan
Misalnya Kata spesifik, implementasi, dan proporsional
misalnya digunakan oleh masyarakat yang memiliki
pendidikan tinggi. Masyarakat yang hanya lulusan SD
umumnya tidak menggunakan kata-kata tersebut, tetapi
mereka menggunakan kata khusus untuk menggantikan
kata spesifik.
3. Variasi bahasa berdasarkan seks
Misalnya sarung,, peci, kumis, merupakan kata yang
berhubungan dengan laki-laki, sedangkan kosa kata
seperti menstruasi, sanggul, lipstik, bra, hamil,
kerudung, merupakan kata yang berhubungan dengan
wanita.
4. Variasi bahasa berdasarkan pekerjaan
Guru misalnya menggunakan kata-kata siswa,
kurikulum, ujian semester, rapor, dan lain-lain, berbeda
dengan variasi bahasa dokter yang menggunakan jarum
suntik, resep, obat dan lain-lain.
Bentuk-Bentuk
5. Variasi bahasa berdasarkan tingkat
kebangsawanan
Misalnya di Bali, masyarakat yang memiliki kasta
brahmana mengunakan kata ngajeng untuk aktivitas
makan, sedangkan masyarakat sudra menggunakan
kata medaar untuk aktivitas makan.
6. Variasi bahasa berdasarkan keadaan sosial
ekonomi
Misalnya masyarakat menengah ke bawah
menggunakan kata nasi aking dan nasi gaplek,
sedangkan masyarakat menengah ke atas
menggunakan kata pizza, pasta, dan lain-lain untuk
mengacu pada jenis makanan.
Kajian
Sumber
Variasi
Bahasa
19. SELAMAT DATANG
DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM
TEMPLATE POWERPOINT GRATIS
Pengertian
Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut
pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan,
hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta
medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920)
Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan
istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu
bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang,
pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya
Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk
bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola
menyerupai pola umum bahasa induknya
Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa
yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam.
PENGERTIAN VARIASI BAHASA
Interferensi
1. Interferensi
Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu
bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan
unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich
dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120),
Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut
interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya
kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau
dialek kedua.
Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan
unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam
suatu bahasa.
Contoh interferensi:
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”.
Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi,
morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini.
Fonologi
Interferensi Fonologi
Interferensi fonologi terdapat pada
kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena
menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya
diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus
interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan.
Morfologi
Interferensi Morfologi
Interferensi morfologi terdapat pada
kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena
adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks {ke-an}
dengan kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka
terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke dalam
bahasa Indonesia sehingga menjadi ketiduran.
Kata ketiduran merupakan penyimpangan morfologi,
dalam bahasa Indonesia struktur kata tersebut haruslah
berbentuk: tertidur.
Sintaksis
Interferensi Sintaksis
Tuturan yang diujarkan siswa I, tidak terinterferensi
sintaksis bahasa Jawa, hanya penggunaan bahasanya
masih terinterferensi morfologi.
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya habis kegiatan
ekskul.
Sebagai koreksi dalam bahasa Indonesia struktur kalimat
tersebut berbentuk:
“malam tadi aku tertidur karena sore harinya
melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler”.
Leksikon
Interferensi Leksikon
Melalui tuturan siswa I, dapat diidentifikasi
tuturan bahasa kedua ini terinterferensi leksikon
bahasa Ibu Jawa. Hal ini dibuktikan pada
saat siswa I dalam menuturkan
kata ketiduran terdengar pelafalan bahasa Jawa,
yakni adanya penuturan bunyi ketidhuran dengan
pelafalan dan artikulasi khas tuturan orang Jawa
Integrasi
2. Integrasi
Integrasi adalah penggunaan secara sistematis
unsur bahasa lain seolah-olah merupakan bagian
dari bahasa itu tanpa disadari oleh pemakainya
(Kridalaksana, 1993: 83).
Menurut Mackey dalam Chaer dan Agustina
(2004: 128), integrasi adalah unsur-unsur bahasa
lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan
dianggap sudah menjadi bahasa tersebut.
Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi
adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa
masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai
sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau
yang memasukinya.
Contoh
Proses integrasi memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur
yang berintegrasi tersebut harus disesuaikan, baik lafalnya,
ejaannya, maupun tata bakunya. Berikut ini adalah contoh integrasi.
1. Integrasi Audial
Dongkrak -> dome kracht
Pelopor -> vooloper
Sakelar -> schakelaar
2. Integrasi Visual
System -> sistem
Hierarchy -> hierarki
Reportoire -> repertoire
3. Integrasi Penerjemahan Langsung
Joint venture -> usaha patungan
Balance budget -> anggaran berimbang
Samen werking -> kerja sama
4. Integrasi Penerjemhan Konsep.
Medication -> pengobatan
Brother in law -> ipar laki-laki
Job description -> ketentuan kerja
Alih
kode
&
Campuran
Kode
A. Alih Kode
Chaer, (1994:67) mengartikan alih kode sebagai
beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau
ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain
(bahasa atau bahasa lain) (Chaer, 1994: 67).
Terdapat pokok persoalan sosiolinguistik yang
menyebabkan terjadinya alih kode. Sebagaimana yang
dikemukakan Aslinda dan Syafyahya, (2010:85). Pokok-
pokok persoalan tersebut meliputi :
a) siapa yang berbicara;
b) dengan bahasa apa;
c) kepada siapa;
d) kapan;
e) dengan tujuan apa.
Contoh peristiwa alih kode dapat dilihat pada saat
peralihan dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia
Alih
kode
&
Campuran
Kode
B. CAMPUR KODE
Appel dalam Chaer dan Agustina (2004: 107)
mendefinisikan campur kode sebagai gejala
peralihan pemakaian bahasa karena perubahan
situasi.
Thelander dalam Chaer dan Agustina (2004: 115)
mengatakan bahwa campur kode terjadi apabila
di dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa
maupun frasafrasa yang digunakan terdiri dari
klausa dan frasa campuran dan masing masing
klausa atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsi
sendiri-sendiri.
Chaer (1994:69) mengatakan bahwa campur
kode adalah dua kode atau lebih digunakan
bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi
dalam situasi santai.
Wujud
Wujud Campur Kode Berdasarkan Unsur-
Unsur Pembentuknya
Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang
terlibat di dalamnya, Suwito (1983: 78)
membedakan campur kode menjadi beberapa
macam, yaitu sebagai berikut.
a. Penyisipan Unsur Berwujud Kata
B. Penyisipan Unsur Berwujud Baster
C. Penyisipan Unsur Berwujud Perulangan
D. Penyisipan Unsur Berwujud Frasa
E. Penyisipan Unsur Berwujud Klausa
F. Penyisipan Unsur Berwujud Ungkapan/Idiom
Faktor
Faktor Penyebab Terjadinya Campur
Kode
Latar belakang terjadinya campur kode
dapat digolongkan menjadi dua (Suwito ,
1983: 77), yaitu sebagai berikut
a. Latar Belakang Sikap Penutur
b. Kebahasaan
Contoh
Contoh campur kode yang diambil dari buku
Chaer dan Agustina (2004: 124), yaitu
sebagai berikut.
1. Mereka akan merried bulan depan.
Mereka akan menikah bulan depan‟.
2. Nah, karena saya sudah kadhung apik
sama dia, ya saya tanda tangan saja. Karena
saya sudah benar-benar percaya dengan dia,
maka saya tanda tangan saja‟.
Alih
kode
&
Campuran
Kode
C. Bahasa Gaul
Dalam konteks kekinian, bahasa gaul merupakan
dialek bahasa Indonesia non-formal yang
digunakan di suatu daerah atau komunitas
tertentu.
Bentuk-Bentuk
Abdul Chaer dan Agustina mengklasifikasikan variasi
bahasa sebagai berikut.
1. Variasi Bahasa dari Segi Penutur
Idiolek
Misalnya warna suara, pilihan kata, gaya bahasa,
susunan kalimat pada seseorang.
Dialek
Misalnya perbedaan dialek dari segi kosa kata misalnya,
kata nani digunakan sebagai sapaan kepada teman yang
akrab oleh masyarakat Singaraja di Bali, tetapi kata nani
ini tidak digunakan oleh masyarakat Klungkung di Bali.
Kronolek atau dialek temporal
Misalnya kata bokap dan nyokap merupakan bahasa
yang berkembang saat ini, sedangkan pada 20 tahun
sebelumnya kata-kata tersebut belum dikenal oleh
masyarakat.
Sosiolek atau dialek social
Variasi bahasa berdasarkan usia. Misalnya, ata maem
yang digunakan oleh anak-anak untuk menyatakan
aktivitas makan dan berbeda dengan orang dewasa.
Variasi
Bahasa
1
2. Variasi bahasa berdasarkan pendidikan
Misalnya Kata spesifik, implementasi, dan proporsional
misalnya digunakan oleh masyarakat yang memiliki
pendidikan tinggi. Masyarakat yang hanya lulusan SD
umumnya tidak menggunakan kata-kata tersebut, tetapi
mereka menggunakan kata khusus untuk menggantikan
kata spesifik.
3. Variasi bahasa berdasarkan seks
Misalnya sarung,, peci, kumis, merupakan kata yang
berhubungan dengan laki-laki, sedangkan kosa kata
seperti menstruasi, sanggul, lipstik, bra, hamil,
kerudung, merupakan kata yang berhubungan dengan
wanita.
4. Variasi bahasa berdasarkan pekerjaan
Guru misalnya menggunakan kata-kata siswa,
kurikulum, ujian semester, rapor, dan lain-lain, berbeda
dengan variasi bahasa dokter yang menggunakan jarum
suntik, resep, obat dan lain-lain.
Variasi
Bahasa
1
5. Variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan
Misalnya di Bali, masyarakat yang memiliki kasta
brahmana mengunakan kata ngajeng untuk aktivitas
makan, sedangkan masyarakat sudra menggunakan kata
medaar untuk aktivitas makan.
6. Variasi bahasa berdasarkan keadaan sosial ekonomi
Misalnya masyarakat menengah ke bawah menggunakan
kata nasi aking dan nasi gaplek, sedangkan masyarakat
menengah ke atas menggunakan kata pizza, pasta, dan
lain-lain untuk mengacu pada jenis makanan.
Bentuk-Bentuk
Soepomo dalam Dasar-Dasar Linguistik (2003:55-61)
mengemukakan bahwa variasi bahasa terdiri dari ebagai berikut :
1. Variasi Kronologis
Misalnya:
A. Bahasa Kawi Jawa Kuno: Pada masa sebelum akhir Majapahit.
Contohnya:
“Mangkana ling sang prabhu, samahur sang tapisira”
(Katakanlah sewajarnya olehmu kepadaku, demikian kata sang
prabhu)
B. Bahasa Jawa Baru : pada masa sekarang. Contohnya: “Kandhane
wong mau dakpikir ya bener, mula aku daknunggang kebo.”
(Perkataan orang tadi aku pikir ya benar, maka aku menaiki kerbau.)
2. Variasi Geografis.
Contohnya dalam dialek bahasa Jawa, yaitu dialek Banyumas, dialek
Tegal, dialek Osing, dialek standar, dan sebagainya. Misalnya, dalam
dialek Banyumas “ko garep meng ngendi Na?” = kamu mau kemana
Na?, dalam dialek standar “kowe meh nangendi Na?” = kamu mau
kemana Na?
Kajian
Sumber
Variasi
Bahasa