SlideShare a Scribd company logo
1 of 34
VARIASI BAHASA
Nama Anggota Kelompok
1. Intan Zahra 1703456
2. Lita Tania 1705340
3. Stefany Dita 1702708
Pengertian
h penggunaan bahasa menurut
asarkan topik yang dibicarakan,
n orang yang dibicarakan serta
KBBI, 2005: 920)
wa variasi bahasa merupakan
an-perbedaan dalam suatu
as sosial, ekonomi, latar belakang,
sebagainya
iasi bahasa adalah bentuk-bentuk
sing-masing memiliki pola
hasa sebagai keragaman bahasa
eraksi sosial yang dilakukan oleh
eragam.
IASI BAHASA
Interferensi
ubahan sistem suatu
ahasa tersebut dengan
ng bilingual (Weinreich
04: 121) menyebut
di akibat terbawanya
ke dalam bahasa atau
i sebagai penggunaan
cara individual dalam
atan ekskul”.
n interferensi fonologi,
Integrasi
secara sistematis
h merupakan bagian
i oleh pemakainya
er dan Agustina
unsur-unsur bahasa
ahasa tertentu dan
asa tersebut.
n bahwa integrasi
asa lain yang terbawa
lakukan, dan dipakai
ang menerima atau
Alih
kode
&
Campuran
Kode
sebagai
ah bahasa atau
ang lain
67).
yang
gaimana yang
10:85). Pokok-
pada saat
Indonesia
Bentuk-Bentuk
n variasi
a,
misalnya,
man yang
kata nani
di Bali.
ahasa
tahun
leh
maem
kan
wasa.
Kajian
Sumber
Variasi
Bahasa
SELAMAT DATANG
VARIASI BAHASA
Pengertian
Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut
pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan,
hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta
medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920)
Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan
istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu
bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang,
pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya
Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk
bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola
menyerupai pola umum bahasa induknya
Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa
yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam.
PENGERTIAN VARIASI BAHASA
Interferensi
ubahan sistem suatu
ahasa tersebut dengan
ng bilingual (Weinreich
04: 121) menyebut
di akibat terbawanya
ke dalam bahasa atau
i sebagai penggunaan
cara individual dalam
atan ekskul”.
n interferensi fonologi,
Integrasi
secara sistematis
h merupakan bagian
i oleh pemakainya
er dan Agustina
unsur-unsur bahasa
ahasa tertentu dan
asa tersebut.
n bahwa integrasi
asa lain yang terbawa
lakukan, dan dipakai
ang menerima atau
Alih
kode
&
Campuran
Kode
sebagai
ah bahasa atau
ang lain
67).
yang
gaimana yang
10:85). Pokok-
pada saat
Indonesia
Bentuk-Bentuk
n variasi
a,
misalnya,
man yang
kata nani
di Bali.
ahasa
tahun
leh
maem
kan
wasa.
Kajian
Sumber
Variasi
Bahasa
SELAMAT DATANG
DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM
TEMPLATE POWERPOINT GRATIS
Pengertian
Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut
pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan,
hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta
medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920)
Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan
istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu
bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang,
pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya
Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk
bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola
menyerupai pola umum bahasa induknya
Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa
yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam.
PENGERTIAN VARIASI BAHASA
Interferensi
SEBAB-SEBAB TERJADINYA VARIASI BAHASA
1. Interferensi
Interferensi digunakan untuk menyebut adanya
perubahan sistem suatu bahasa sehubungan dengan
adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-
unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual
(Weinreich dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120),
Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004:
121) menyebut interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”,
yang terjadi akibat terbawanya kebiasaan-kebiasaan
ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau
dialek kedua.
Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi
sebagai penggunaan unsur bahasa lain oleh bahasawan
yang bilingual secara individual dalam suatu bahasa.
Integrasi
secara sistematis
h merupakan bagian
i oleh pemakainya
er dan Agustina
unsur-unsur bahasa
ahasa tertentu dan
asa tersebut.
n bahwa integrasi
asa lain yang terbawa
lakukan, dan dipakai
ang menerima atau
Alih
kode
&
Campuran
Kode
sebagai
ah bahasa atau
ang lain
67).
yang
gaimana yang
10:85). Pokok-
pada saat
Indonesia
Bentuk-Bentuk
n variasi
a,
misalnya,
man yang
kata nani
di Bali.
ahasa
tahun
leh
maem
kan
wasa.
Kajian
Sumber
Variasi
Bahasa
SELAMAT DATANG
DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM
TEMPLATE POWERPOINT GRATIS
Pengertian
Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut
pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan,
hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta
medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920)
Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan
istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu
bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang,
pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya
Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk
bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola
menyerupai pola umum bahasa induknya
Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa
yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam.
PENGERTIAN VARIASI BAHASA
Interferensi
1. Interferensi
Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu
bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan
unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich
dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120),
Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut
interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya
kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau
dialek kedua.
Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan
unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam
suatu bahasa.
Contoh interferensi:
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”.
Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi,
morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini.
Fonologi
Contoh interferensi:
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan
ekskul”.
Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian
interferensi fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon
berikut ini.
Analisis Contoh:
Interferensi Fonologi
Interferensi fonologi terdapat pada
kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa
Jawa, karena menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang
seharusnya diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/
merupakan kasus interferensi fonologi, karena bunyi /h/
seharusnya tetap dituturkan.
Integrasi
secara sistematis
h merupakan bagian
i oleh pemakainya
er dan Agustina
unsur-unsur bahasa
ahasa tertentu dan
asa tersebut.
n bahwa integrasi
asa lain yang terbawa
lakukan, dan dipakai
ang menerima atau
Alih
kode
&
Campuran
Kode
sebagai
ah bahasa atau
ang lain
67).
yang
gaimana yang
10:85). Pokok-
pada saat
Indonesia
Bentuk-Bentuk
n variasi
a,
misalnya,
man yang
kata nani
di Bali.
ahasa
ahun
leh
maem
kan
wasa.
Kajian
Sumber
Variasi
Bahasa
SELAMAT DATANG
DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM
TEMPLATE POWERPOINT GRATIS
Pengertian
Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut
pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan,
hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta
medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920)
Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan
istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu
bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang,
pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya
Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk
bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola
menyerupai pola umum bahasa induknya
Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa
yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam.
PENGERTIAN VARIASI BAHASA
Interferensi
1. Interferensi
Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu
bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan
unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich
dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120),
Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut
interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya
kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau
dialek kedua.
Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan
unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam
suatu bahasa.
Contoh interferensi:
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”.
Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi,
morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini.
Fonologi
Interferensi Fonologi
Interferensi fonologi terdapat pada
kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena
menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya
diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus
interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan.
Morfologi
Interferensi Morfologi
Interferensi morfologi terdapat pada
kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena
adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks
{ke-an} dengan
kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka
terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke
dalam bahasa Indonesia sehingga
menjadi ketiduran. Kata ketiduran merupakan
penyimpangan morfologi, dalam bahasa
Indonesia struktur kata tersebut haruslah
berbentuk: tertidur.
Integrasi
secara sistematis
h merupakan bagian
i oleh pemakainya
er dan Agustina
unsur-unsur bahasa
ahasa tertentu dan
asa tersebut.
n bahwa integrasi
asa lain yang terbawa
lakukan, dan dipakai
ang menerima atau
Alih
kode
&
Campuran
Kode
sebagai
ah bahasa atau
ang lain
67).
yang
gaimana yang
10:85). Pokok-
pada saat
Indonesia
Bentuk-Bentuk
n variasi
a,
misalnya,
man yang
kata nani
di Bali.
ahasa
ahun
leh
maem
kan
wasa.
Kajian
Sumber
Variasi
Bahasa
SELAMAT DATANG
DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM
TEMPLATE POWERPOINT GRATIS
Pengertian
Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut
pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan,
hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta
medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920)
Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan
istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu
bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang,
pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya
Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk
bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola
menyerupai pola umum bahasa induknya
Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa
yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam.
PENGERTIAN VARIASI BAHASA
Interferensi
1. Interferensi
Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu
bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan
unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich
dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120),
Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut
interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya
kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau
dialek kedua.
Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan
unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam
suatu bahasa.
Contoh interferensi:
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”.
Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi,
morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini.
Fonologi
Interferensi Fonologi
Interferensi fonologi terdapat pada
kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena
menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya
diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus
interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan.
Morfologi
Interferensi Morfologi
Interferensi morfologi terdapat pada
kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena
adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks {ke-an}
dengan kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka
terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke dalam
bahasa Indonesia sehingga menjadi ketiduran.
Kata ketiduran merupakan penyimpangan morfologi,
dalam bahasa Indonesia struktur kata tersebut haruslah
berbentuk: tertidur.
Sintaksis
Interferensi Sintaksis
Tuturan yang diujarkan siswa I, tidak
terinterferensi sintaksis bahasa Jawa, hanya
penggunaan bahasanya masih terinterferensi
morfologi.
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya habis
kegiatan ekskul.
Sebagai koreksi dalam bahasa Indonesia
struktur kalimat tersebut berbentuk:
“malam tadi aku tertidur karena sore harinya
melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler”.
Integrasi
secara sistematis
h merupakan bagian
i oleh pemakainya
er dan Agustina
unsur-unsur bahasa
ahasa tertentu dan
asa tersebut.
n bahwa integrasi
asa lain yang terbawa
lakukan, dan dipakai
ang menerima atau
Alih
kode
&
Campuran
Kode
sebagai
ah bahasa atau
ang lain
67).
yang
gaimana yang
10:85). Pokok-
pada saat
Indonesia
Bentuk-Bentuk
n variasi
a,
misalnya,
man yang
kata nani
di Bali.
ahasa
ahun
leh
maem
kan
wasa.
Kajian
Sumber
Variasi
Bahasa
SELAMAT DATANG
DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM
TEMPLATE POWERPOINT GRATIS
Pengertian
Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut
pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan,
hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta
medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920)
Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan
istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu
bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang,
pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya
Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk
bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola
menyerupai pola umum bahasa induknya
Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa
yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam.
PENGERTIAN VARIASI BAHASA
Interferensi
1. Interferensi
Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu
bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan
unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich
dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120),
Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut
interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya
kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau
dialek kedua.
Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan
unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam
suatu bahasa.
Contoh interferensi:
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”.
Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi,
morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini.
Fonologi
Interferensi Fonologi
Interferensi fonologi terdapat pada
kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena
menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya
diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus
interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan.
Morfologi
Interferensi Morfologi
Interferensi morfologi terdapat pada
kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena
adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks {ke-an}
dengan kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka
terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke dalam
bahasa Indonesia sehingga menjadi ketiduran.
Kata ketiduran merupakan penyimpangan morfologi,
dalam bahasa Indonesia struktur kata tersebut haruslah
berbentuk: tertidur.
Sintaksis
Interferensi Sintaksis
Tuturan yang diujarkan siswa I, tidak terinterferensi
sintaksis bahasa Jawa, hanya penggunaan bahasanya
masih terinterferensi morfologi.
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya habis kegiatan
ekskul.
Sebagai koreksi dalam bahasa Indonesia struktur kalimat
tersebut berbentuk:
“malam tadi aku tertidur karena sore harinya
melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler”.
Leksikon
Interferensi Leksikon
Melalui tuturan siswa I, dapat diidentifikasi
tuturan bahasa kedua ini terinterferensi
leksikon bahasa Ibu Jawa. Hal ini dibuktikan
pada saat siswa I dalam menuturkan
kata ketiduran terdengar pelafalan bahasa
Jawa, yakni adanya penuturan
bunyi ketidhuran dengan pelafalan dan
artikulasi khas tuturan orang Jawa
Integrasi
secara sistematis
h merupakan bagian
i oleh pemakainya
er dan Agustina
unsur-unsur bahasa
ahasa tertentu dan
asa tersebut.
n bahwa integrasi
asa lain yang terbawa
lakukan, dan dipakai
ang menerima atau
Alih
kode
&
Campuran
Kode
sebagai
ah bahasa atau
ang lain
67).
yang
gaimana yang
10:85). Pokok-
pada saat
Indonesia
Bentuk-Bentuk
n variasi
a,
misalnya,
man yang
kata nani
di Bali.
ahasa
ahun
leh
maem
kan
wasa.
Kajian
Sumber
Variasi
Bahasa
SELAMAT DATANG
DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM
TEMPLATE POWERPOINT GRATIS
Pengertian
Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut
pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan,
hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta
medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920)
Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan
istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu
bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang,
pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya
Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk
bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola
menyerupai pola umum bahasa induknya
Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa
yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam.
PENGERTIAN VARIASI BAHASA
Interferensi
1. Interferensi
Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu
bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan
unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich
dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120),
Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut
interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya
kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau
dialek kedua.
Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan
unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam
suatu bahasa.
Contoh interferensi:
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”.
Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi,
morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini.
Fonologi
Interferensi Fonologi
Interferensi fonologi terdapat pada
kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena
menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya
diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus
interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan.
Morfologi
Interferensi Morfologi
Interferensi morfologi terdapat pada
kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena
adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks {ke-an}
dengan kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka
terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke dalam
bahasa Indonesia sehingga menjadi ketiduran.
Kata ketiduran merupakan penyimpangan morfologi,
dalam bahasa Indonesia struktur kata tersebut haruslah
berbentuk: tertidur.
Sintaksis
Interferensi Sintaksis
Tuturan yang diujarkan siswa I, tidak terinterferensi
sintaksis bahasa Jawa, hanya penggunaan bahasanya
masih terinterferensi morfologi.
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya habis kegiatan
ekskul.
Sebagai koreksi dalam bahasa Indonesia struktur kalimat
tersebut berbentuk:
“malam tadi aku tertidur karena sore harinya
melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler”.
Leksikon
Interferensi Leksikon
Melalui tuturan siswa I, dapat diidentifikasi
tuturan bahasa kedua ini terinterferensi leksikon
bahasa Ibu Jawa. Hal ini dibuktikan pada
saat siswa I dalam menuturkan
kata ketiduran terdengar pelafalan bahasa Jawa,
yakni adanya penuturan bunyi ketidhuran dengan
pelafalan dan artikulasi khas tuturan orang Jawa
Integrasi
2. Integrasi
Kridalaksana, (1993:83), mengatakan bahwa integrasi
adalah penggunaan secara sistematis unsur bahasa lain
seolah-olah merupakan bagian dari bahasa itu tanpa
disadari oleh pemakainya.
Menurut Mackey dalam Chaer dan Agustina (2004:
128), integrasi adalah unsur-unsur bahasa lain yang
digunakan dalam bahasa tertentu dan dianggap sudah
menjadi bahasa tersebut.
Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi adalah
unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa masuk sudah
dianggap, diperlakukan, dan dipakai sebagai bagian dan
bahasa yang menerima atau yang memasukinya.
Alih
kode
&
Campuran
Kode
sebagai
ah bahasa atau
ang lain
67).
yang
gaimana yang
10:85). Pokok-
pada saat
Indonesia
Bentuk-Bentuk
n variasi
a,
misalnya,
man yang
kata nani
di Bali.
ahasa
ahun
leh
maem
kan
wasa.
Kajian
Sumber
Variasi
Bahasa
SELAMAT DATANG
DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM
TEMPLATE POWERPOINT GRATIS
Pengertian
Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut
pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan,
hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta
medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920)
Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan
istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu
bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang,
pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya
Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk
bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola
menyerupai pola umum bahasa induknya
Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa
yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam.
PENGERTIAN VARIASI BAHASA
Interferensi
1. Interferensi
Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu
bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan
unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich
dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120),
Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut
interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya
kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau
dialek kedua.
Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan
unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam
suatu bahasa.
Contoh interferensi:
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”.
Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi,
morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini.
Fonologi
Interferensi Fonologi
Interferensi fonologi terdapat pada
kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena
menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya
diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus
interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan.
Morfologi
Interferensi Morfologi
Interferensi morfologi terdapat pada
kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena
adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks {ke-an}
dengan kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka
terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke dalam
bahasa Indonesia sehingga menjadi ketiduran.
Kata ketiduran merupakan penyimpangan morfologi,
dalam bahasa Indonesia struktur kata tersebut haruslah
berbentuk: tertidur.
Sintaksis
Interferensi Sintaksis
Tuturan yang diujarkan siswa I, tidak terinterferensi
sintaksis bahasa Jawa, hanya penggunaan bahasanya
masih terinterferensi morfologi.
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya habis kegiatan
ekskul.
Sebagai koreksi dalam bahasa Indonesia struktur kalimat
tersebut berbentuk:
“malam tadi aku tertidur karena sore harinya
melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler”.
Leksikon
Interferensi Leksikon
Melalui tuturan siswa I, dapat diidentifikasi
tuturan bahasa kedua ini terinterferensi leksikon
bahasa Ibu Jawa. Hal ini dibuktikan pada
saat siswa I dalam menuturkan
kata ketiduran terdengar pelafalan bahasa Jawa,
yakni adanya penuturan bunyi ketidhuran dengan
pelafalan dan artikulasi khas tuturan orang Jawa
Integrasi
2. Integrasi
Integrasi adalah penggunaan secara sistematis unsur bahasa lain seolah-
olah merupakan bagian dari bahasa itu tanpa disadari oleh pemakainya
(Kridalaksana, 1993: 83).
Menurut Mackey dalam Chaer dan Agustina (2004: 128), integrasi adalah
unsur-unsur bahasa lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan
dianggap sudah menjadi bahasa tersebut.
Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi adalah unsur-unsur dari
bahasa lain yang terbawa masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan
dipakai sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau yang
memasukinya.
Contoh
Proses integrasi memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur yang
berintegrasi tersebut harus disesuaikan, baik lafalnya, ejaannya, maupun
tata bakunya. Berikut ini adalah contoh integrasi.
1. Integrasi Audial
Dongkrak -> dome kracht
Pelopor -> vooloper
Sakelar -> schakelaar
2. Integrasi Visual
System -> sistem
Hierarchy -> hierarki
Reportoire -> repertoire
3. Integrasi Penerjemahan Langsung
Joint venture -> usaha patungan
Balance budget -> anggaran berimbang
Samen werking -> kerja sama
4. Integrasi Penerjemhan Konsep.
Medication -> pengobatan
Brother in law -> ipar laki-laki
Job description -> ketentuan kerja
Alih
kode
&
Campuran
Kode
sebagai
ah bahasa atau
ang lain
67).
yang
gaimana yang
10:85). Pokok-
pada saat
Indonesia
Bentuk-Bentuk
n variasi
a,
misalnya,
man yang
kata nani
di Bali.
ahasa
ahun
leh
maem
kan
wasa.
Kajian
Sumber
Variasi
Bahasa
SELAMAT DATANG
DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM
TEMPLATE POWERPOINT GRATIS
Pengertian
Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut
pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan,
hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta
medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920)
Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan
istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu
bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang,
pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya
Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk
bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola
menyerupai pola umum bahasa induknya
Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa
yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam.
PENGERTIAN VARIASI BAHASA
Interferensi
1. Interferensi
Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu
bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan
unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich
dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120),
Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut
interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya
kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau
dialek kedua.
Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan
unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam
suatu bahasa.
Contoh interferensi:
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”.
Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi,
morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini.
Fonologi
Interferensi Fonologi
Interferensi fonologi terdapat pada
kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena
menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya
diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus
interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan.
Morfologi
Interferensi Morfologi
Interferensi morfologi terdapat pada
kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena
adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks {ke-an}
dengan kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka
terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke dalam
bahasa Indonesia sehingga menjadi ketiduran.
Kata ketiduran merupakan penyimpangan morfologi,
dalam bahasa Indonesia struktur kata tersebut haruslah
berbentuk: tertidur.
Sintaksis
Interferensi Sintaksis
Tuturan yang diujarkan siswa I, tidak terinterferensi
sintaksis bahasa Jawa, hanya penggunaan bahasanya
masih terinterferensi morfologi.
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya habis kegiatan
ekskul.
Sebagai koreksi dalam bahasa Indonesia struktur kalimat
tersebut berbentuk:
“malam tadi aku tertidur karena sore harinya
melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler”.
Leksikon
Interferensi Leksikon
Melalui tuturan siswa I, dapat diidentifikasi
tuturan bahasa kedua ini terinterferensi leksikon
bahasa Ibu Jawa. Hal ini dibuktikan pada
saat siswa I dalam menuturkan
kata ketiduran terdengar pelafalan bahasa Jawa,
yakni adanya penuturan bunyi ketidhuran dengan
pelafalan dan artikulasi khas tuturan orang Jawa
Integrasi
2. Integrasi
Integrasi adalah penggunaan secara sistematis
unsur bahasa lain seolah-olah merupakan bagian
dari bahasa itu tanpa disadari oleh pemakainya
(Kridalaksana, 1993: 83).
Menurut Mackey dalam Chaer dan Agustina
(2004: 128), integrasi adalah unsur-unsur bahasa
lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan
dianggap sudah menjadi bahasa tersebut.
Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi
adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa
masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai
sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau
yang memasukinya.
Contoh
Proses integrasi memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur
yang berintegrasi tersebut harus disesuaikan, baik lafalnya,
ejaannya, maupun tata bakunya. Berikut ini adalah contoh integrasi.
1. Integrasi Audial
Dongkrak -> dome kracht
Pelopor -> vooloper
Sakelar -> schakelaar
2. Integrasi Visual
System -> sistem
Hierarchy -> hierarki
Reportoire -> repertoire
3. Integrasi Penerjemahan Langsung
Joint venture -> usaha patungan
Balance budget -> anggaran berimbang
Samen werking -> kerja sama
4. Integrasi Penerjemhan Konsep.
Medication -> pengobatan
Brother in law -> ipar laki-laki
Job description -> ketentuan kerja
Alih
kode
&
Campuran
Kode
3. AHLI KODE DAN CAMPUR KODE
A. ALIH KODE
Chaer, (1994:67) mengartikan alih kode sebagai beralihnya
penggunaan suatu kode (entah bahasa atau ragam bahasa tertentu)
ke dalam kode yang lain (bahasa atau bahasa lain)
Terdapat pokok persoalan sosiolinguistik yang menyebabkan
terjadinya alih kode. Sebagaimana yang dikemukakan Aslinda dan
Syafyahya, (2010:85). Pokok-pokok persoalan tersebut meliputi :
a) siapa yang berbicara;
b) dengan bahasa apa;
c) kepada siapa;
d) kapan;
e) dengan tujuan apa.
Contoh peristiwa alih kode dapat dilihat pada saat peralihan dari
bahasa daerah ke bahasa Indonesia
Bentuk-Bentuk
n variasi
a,
misalnya,
man yang
kata nani
di Bali.
ahasa
ahun
leh
maem
kan
wasa.
Kajian
Sumber
Variasi
Bahasa
SELAMAT DATANG
DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM
TEMPLATE POWERPOINT GRATIS
Pengertian
Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut
pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan,
hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta
medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920)
Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan
istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu
bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang,
pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya
Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk
bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola
menyerupai pola umum bahasa induknya
Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa
yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam.
PENGERTIAN VARIASI BAHASA
Interferensi
1. Interferensi
Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu
bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan
unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich
dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120),
Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut
interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya
kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau
dialek kedua.
Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan
unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam
suatu bahasa.
Contoh interferensi:
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”.
Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi,
morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini.
Fonologi
Interferensi Fonologi
Interferensi fonologi terdapat pada
kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena
menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya
diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus
interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan.
Morfologi
Interferensi Morfologi
Interferensi morfologi terdapat pada
kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena
adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks {ke-an}
dengan kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka
terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke dalam
bahasa Indonesia sehingga menjadi ketiduran.
Kata ketiduran merupakan penyimpangan morfologi,
dalam bahasa Indonesia struktur kata tersebut haruslah
berbentuk: tertidur.
Sintaksis
Interferensi Sintaksis
Tuturan yang diujarkan siswa I, tidak terinterferensi
sintaksis bahasa Jawa, hanya penggunaan bahasanya
masih terinterferensi morfologi.
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya habis kegiatan
ekskul.
Sebagai koreksi dalam bahasa Indonesia struktur kalimat
tersebut berbentuk:
“malam tadi aku tertidur karena sore harinya
melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler”.
Leksikon
Interferensi Leksikon
Melalui tuturan siswa I, dapat diidentifikasi
tuturan bahasa kedua ini terinterferensi leksikon
bahasa Ibu Jawa. Hal ini dibuktikan pada
saat siswa I dalam menuturkan
kata ketiduran terdengar pelafalan bahasa Jawa,
yakni adanya penuturan bunyi ketidhuran dengan
pelafalan dan artikulasi khas tuturan orang Jawa
Integrasi
2. Integrasi
Integrasi adalah penggunaan secara sistematis
unsur bahasa lain seolah-olah merupakan bagian
dari bahasa itu tanpa disadari oleh pemakainya
(Kridalaksana, 1993: 83).
Menurut Mackey dalam Chaer dan Agustina
(2004: 128), integrasi adalah unsur-unsur bahasa
lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan
dianggap sudah menjadi bahasa tersebut.
Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi
adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa
masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai
sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau
yang memasukinya.
Contoh
Proses integrasi memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur
yang berintegrasi tersebut harus disesuaikan, baik lafalnya,
ejaannya, maupun tata bakunya. Berikut ini adalah contoh integrasi.
1. Integrasi Audial
Dongkrak -> dome kracht
Pelopor -> vooloper
Sakelar -> schakelaar
2. Integrasi Visual
System -> sistem
Hierarchy -> hierarki
Reportoire -> repertoire
3. Integrasi Penerjemahan Langsung
Joint venture -> usaha patungan
Balance budget -> anggaran berimbang
Samen werking -> kerja sama
4. Integrasi Penerjemhan Konsep.
Medication -> pengobatan
Brother in law -> ipar laki-laki
Job description -> ketentuan kerja
Alih
kode
&
Campuran
Kode
A. Alih Kode
Chaer, (1994:67) mengartikan alih kode sebagai
beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau
ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain
(bahasa atau bahasa lain) (Chaer, 1994: 67).
Terdapat pokok persoalan sosiolinguistik yang
menyebabkan terjadinya alih kode. Sebagaimana yang
dikemukakan Aslinda dan Syafyahya, (2010:85). Pokok-
pokok persoalan tersebut meliputi :
a) siapa yang berbicara;
b) dengan bahasa apa;
c) kepada siapa;
d) kapan;
e) dengan tujuan apa.
Contoh peristiwa alih kode dapat dilihat pada saat
peralihan dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia
Alih
kode
&
Campuran
Kode
B. CAMPUR KODE
Appel dalam Chaer dan Agustina (2004: 107)
mendefinisikan campur kode sebagai gejala peralihan
pemakaian bahasa karena perubahan situasi.
Thelander dalam Chaer dan Agustina (2004: 115)
mengatakan bahwa campur kode terjadi apabila di
dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa maupun
frasafrasa yang digunakan terdiri dari klausa dan frasa
campuran dan masing masing klausa atau frasa itu
tidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri.
Chaer (1994:69) mengatakan bahwa campur kode
adalah dua kode atau lebih digunakan bersama tanpa
alasan, dan biasanya terjadi dalam situasi santai.
Bentuk-Bentuk
n variasi
a,
misalnya,
man yang
kata nani
di Bali.
ahasa
ahun
leh
maem
kan
wasa.
Kajian
Sumber
Variasi
Bahasa
SELAMAT DATANG
DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM
TEMPLATE POWERPOINT GRATIS
Pengertian
Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut
pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan,
hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta
medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920)
Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan
istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu
bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang,
pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya
Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk
bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola
menyerupai pola umum bahasa induknya
Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa
yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam.
PENGERTIAN VARIASI BAHASA
Interferensi
1. Interferensi
Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu
bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan
unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich
dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120),
Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut
interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya
kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau
dialek kedua.
Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan
unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam
suatu bahasa.
Contoh interferensi:
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”.
Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi,
morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini.
Fonologi
Interferensi Fonologi
Interferensi fonologi terdapat pada
kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena
menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya
diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus
interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan.
Morfologi
Interferensi Morfologi
Interferensi morfologi terdapat pada
kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena
adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks {ke-an}
dengan kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka
terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke dalam
bahasa Indonesia sehingga menjadi ketiduran.
Kata ketiduran merupakan penyimpangan morfologi,
dalam bahasa Indonesia struktur kata tersebut haruslah
berbentuk: tertidur.
Sintaksis
Interferensi Sintaksis
Tuturan yang diujarkan siswa I, tidak terinterferensi
sintaksis bahasa Jawa, hanya penggunaan bahasanya
masih terinterferensi morfologi.
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya habis kegiatan
ekskul.
Sebagai koreksi dalam bahasa Indonesia struktur kalimat
tersebut berbentuk:
“malam tadi aku tertidur karena sore harinya
melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler”.
Leksikon
Interferensi Leksikon
Melalui tuturan siswa I, dapat diidentifikasi
tuturan bahasa kedua ini terinterferensi leksikon
bahasa Ibu Jawa. Hal ini dibuktikan pada
saat siswa I dalam menuturkan
kata ketiduran terdengar pelafalan bahasa Jawa,
yakni adanya penuturan bunyi ketidhuran dengan
pelafalan dan artikulasi khas tuturan orang Jawa
Integrasi
2. Integrasi
Integrasi adalah penggunaan secara sistematis
unsur bahasa lain seolah-olah merupakan bagian
dari bahasa itu tanpa disadari oleh pemakainya
(Kridalaksana, 1993: 83).
Menurut Mackey dalam Chaer dan Agustina
(2004: 128), integrasi adalah unsur-unsur bahasa
lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan
dianggap sudah menjadi bahasa tersebut.
Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi
adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa
masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai
sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau
yang memasukinya.
Contoh
Proses integrasi memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur
yang berintegrasi tersebut harus disesuaikan, baik lafalnya,
ejaannya, maupun tata bakunya. Berikut ini adalah contoh integrasi.
1. Integrasi Audial
Dongkrak -> dome kracht
Pelopor -> vooloper
Sakelar -> schakelaar
2. Integrasi Visual
System -> sistem
Hierarchy -> hierarki
Reportoire -> repertoire
3. Integrasi Penerjemahan Langsung
Joint venture -> usaha patungan
Balance budget -> anggaran berimbang
Samen werking -> kerja sama
4. Integrasi Penerjemhan Konsep.
Medication -> pengobatan
Brother in law -> ipar laki-laki
Job description -> ketentuan kerja
Alih
kode
&
Campuran
Kode
A. Alih Kode
Chaer, (1994:67) mengartikan alih kode sebagai
beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau
ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain
(bahasa atau bahasa lain) (Chaer, 1994: 67).
Terdapat pokok persoalan sosiolinguistik yang
menyebabkan terjadinya alih kode. Sebagaimana yang
dikemukakan Aslinda dan Syafyahya, (2010:85). Pokok-
pokok persoalan tersebut meliputi :
a) siapa yang berbicara;
b) dengan bahasa apa;
c) kepada siapa;
d) kapan;
e) dengan tujuan apa.
Contoh peristiwa alih kode dapat dilihat pada saat
peralihan dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia
Alih
kode
&
Campuran
Kode
B. CAMPUR KODE
Appel dalam Chaer dan Agustina (2004: 107)
mendefinisikan campur kode sebagai gejala
peralihan pemakaian bahasa karena perubahan
situasi.
Thelander dalam Chaer dan Agustina (2004: 115)
mengatakan bahwa campur kode terjadi apabila
di dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa
maupun frasafrasa yang digunakan terdiri dari
klausa dan frasa campuran dan masing masing
klausa atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsi
sendiri-sendiri.
Chaer (1994:69) mengatakan bahwa campur
kode adalah dua kode atau lebih digunakan
bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi
dalam situasi santai.
Wujud
Wujud Campur Kode Berdasarkan Unsur-Unsur
Pembentuknya
Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang terlibat di
dalamnya, Suwito (1983: 78) membedakan campur kode
menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut.
a. Penyisipan Unsur Berwujud Kata
B. Penyisipan Unsur Berwujud Baster
C. Penyisipan Unsur Berwujud Perulangan
D. Penyisipan Unsur Berwujud Frasa
E. Penyisipan Unsur Berwujud Klausa
F. Penyisipan Unsur Berwujud Ungkapan/Idiom
Bentuk-Bentuk
n variasi
a,
misalnya,
man yang
kata nani
di Bali.
ahasa
ahun
leh
maem
kan
wasa.
Kajian
Sumber
Variasi
Bahasa
SELAMAT DATANG
DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM
TEMPLATE POWERPOINT GRATIS
Pengertian
Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut
pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan,
hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta
medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920)
Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan
istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu
bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang,
pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya
Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk
bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola
menyerupai pola umum bahasa induknya
Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa
yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam.
PENGERTIAN VARIASI BAHASA
Interferensi
1. Interferensi
Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu
bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan
unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich
dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120),
Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut
interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya
kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau
dialek kedua.
Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan
unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam
suatu bahasa.
Contoh interferensi:
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”.
Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi,
morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini.
Fonologi
Interferensi Fonologi
Interferensi fonologi terdapat pada
kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena
menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya
diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus
interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan.
Morfologi
Interferensi Morfologi
Interferensi morfologi terdapat pada
kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena
adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks {ke-an}
dengan kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka
terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke dalam
bahasa Indonesia sehingga menjadi ketiduran.
Kata ketiduran merupakan penyimpangan morfologi,
dalam bahasa Indonesia struktur kata tersebut haruslah
berbentuk: tertidur.
Sintaksis
Interferensi Sintaksis
Tuturan yang diujarkan siswa I, tidak terinterferensi
sintaksis bahasa Jawa, hanya penggunaan bahasanya
masih terinterferensi morfologi.
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya habis kegiatan
ekskul.
Sebagai koreksi dalam bahasa Indonesia struktur kalimat
tersebut berbentuk:
“malam tadi aku tertidur karena sore harinya
melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler”.
Leksikon
Interferensi Leksikon
Melalui tuturan siswa I, dapat diidentifikasi
tuturan bahasa kedua ini terinterferensi leksikon
bahasa Ibu Jawa. Hal ini dibuktikan pada
saat siswa I dalam menuturkan
kata ketiduran terdengar pelafalan bahasa Jawa,
yakni adanya penuturan bunyi ketidhuran dengan
pelafalan dan artikulasi khas tuturan orang Jawa
Integrasi
2. Integrasi
Integrasi adalah penggunaan secara sistematis
unsur bahasa lain seolah-olah merupakan bagian
dari bahasa itu tanpa disadari oleh pemakainya
(Kridalaksana, 1993: 83).
Menurut Mackey dalam Chaer dan Agustina
(2004: 128), integrasi adalah unsur-unsur bahasa
lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan
dianggap sudah menjadi bahasa tersebut.
Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi
adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa
masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai
sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau
yang memasukinya.
Contoh
Proses integrasi memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur
yang berintegrasi tersebut harus disesuaikan, baik lafalnya,
ejaannya, maupun tata bakunya. Berikut ini adalah contoh integrasi.
1. Integrasi Audial
Dongkrak -> dome kracht
Pelopor -> vooloper
Sakelar -> schakelaar
2. Integrasi Visual
System -> sistem
Hierarchy -> hierarki
Reportoire -> repertoire
3. Integrasi Penerjemahan Langsung
Joint venture -> usaha patungan
Balance budget -> anggaran berimbang
Samen werking -> kerja sama
4. Integrasi Penerjemhan Konsep.
Medication -> pengobatan
Brother in law -> ipar laki-laki
Job description -> ketentuan kerja
Alih
kode
&
Campuran
Kode
A. Alih Kode
Chaer, (1994:67) mengartikan alih kode sebagai
beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau
ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain
(bahasa atau bahasa lain) (Chaer, 1994: 67).
Terdapat pokok persoalan sosiolinguistik yang
menyebabkan terjadinya alih kode. Sebagaimana yang
dikemukakan Aslinda dan Syafyahya, (2010:85). Pokok-
pokok persoalan tersebut meliputi :
a) siapa yang berbicara;
b) dengan bahasa apa;
c) kepada siapa;
d) kapan;
e) dengan tujuan apa.
Contoh peristiwa alih kode dapat dilihat pada saat
peralihan dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia
Alih
kode
&
Campuran
Kode
B. CAMPUR KODE
Appel dalam Chaer dan Agustina (2004: 107)
mendefinisikan campur kode sebagai gejala
peralihan pemakaian bahasa karena perubahan
situasi.
Thelander dalam Chaer dan Agustina (2004: 115)
mengatakan bahwa campur kode terjadi apabila
di dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa
maupun frasafrasa yang digunakan terdiri dari
klausa dan frasa campuran dan masing masing
klausa atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsi
sendiri-sendiri.
Chaer (1994:69) mengatakan bahwa campur
kode adalah dua kode atau lebih digunakan
bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi
dalam situasi santai.
Wujud
Wujud Campur Kode Berdasarkan Unsur-
Unsur Pembentuknya
Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang
terlibat di dalamnya, Suwito (1983: 78)
membedakan campur kode menjadi beberapa
macam, yaitu sebagai berikut.
a. Penyisipan Unsur Berwujud Kata
B. Penyisipan Unsur Berwujud Baster
C. Penyisipan Unsur Berwujud Perulangan
D. Penyisipan Unsur Berwujud Frasa
E. Penyisipan Unsur Berwujud Klausa
F. Penyisipan Unsur Berwujud Ungkapan/Idiom
Faktor
Faktor Penyebab Terjadinya Campur Kode
Latar belakang terjadinya campur kode dapat
digolongkan menjadi dua (Suwito , 1983: 77),
yaitu sebagai berikut
a. Latar Belakang Sikap Penutur
b. Kebahasaan
Bentuk-Bentuk
n variasi
a,
misalnya,
man yang
kata nani
di Bali.
ahasa
ahun
leh
maem
kan
wasa.
Kajian
Sumber
Variasi
Bahasa
SELAMAT DATANG
DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM
TEMPLATE POWERPOINT GRATIS
Pengertian
Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut
pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan,
hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta
medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920)
Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan
istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu
bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang,
pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya
Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk
bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola
menyerupai pola umum bahasa induknya
Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa
yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam.
PENGERTIAN VARIASI BAHASA
Interferensi
1. Interferensi
Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu
bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan
unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich
dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120),
Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut
interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya
kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau
dialek kedua.
Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan
unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam
suatu bahasa.
Contoh interferensi:
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”.
Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi,
morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini.
Fonologi
Interferensi Fonologi
Interferensi fonologi terdapat pada
kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena
menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya
diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus
interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan.
Morfologi
Interferensi Morfologi
Interferensi morfologi terdapat pada
kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena
adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks {ke-an}
dengan kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka
terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke dalam
bahasa Indonesia sehingga menjadi ketiduran.
Kata ketiduran merupakan penyimpangan morfologi,
dalam bahasa Indonesia struktur kata tersebut haruslah
berbentuk: tertidur.
Sintaksis
Interferensi Sintaksis
Tuturan yang diujarkan siswa I, tidak terinterferensi
sintaksis bahasa Jawa, hanya penggunaan bahasanya
masih terinterferensi morfologi.
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya habis kegiatan
ekskul.
Sebagai koreksi dalam bahasa Indonesia struktur kalimat
tersebut berbentuk:
“malam tadi aku tertidur karena sore harinya
melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler”.
Leksikon
Interferensi Leksikon
Melalui tuturan siswa I, dapat diidentifikasi
tuturan bahasa kedua ini terinterferensi leksikon
bahasa Ibu Jawa. Hal ini dibuktikan pada
saat siswa I dalam menuturkan
kata ketiduran terdengar pelafalan bahasa Jawa,
yakni adanya penuturan bunyi ketidhuran dengan
pelafalan dan artikulasi khas tuturan orang Jawa
Integrasi
2. Integrasi
Integrasi adalah penggunaan secara sistematis
unsur bahasa lain seolah-olah merupakan bagian
dari bahasa itu tanpa disadari oleh pemakainya
(Kridalaksana, 1993: 83).
Menurut Mackey dalam Chaer dan Agustina
(2004: 128), integrasi adalah unsur-unsur bahasa
lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan
dianggap sudah menjadi bahasa tersebut.
Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi
adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa
masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai
sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau
yang memasukinya.
Contoh
Proses integrasi memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur
yang berintegrasi tersebut harus disesuaikan, baik lafalnya,
ejaannya, maupun tata bakunya. Berikut ini adalah contoh integrasi.
1. Integrasi Audial
Dongkrak -> dome kracht
Pelopor -> vooloper
Sakelar -> schakelaar
2. Integrasi Visual
System -> sistem
Hierarchy -> hierarki
Reportoire -> repertoire
3. Integrasi Penerjemahan Langsung
Joint venture -> usaha patungan
Balance budget -> anggaran berimbang
Samen werking -> kerja sama
4. Integrasi Penerjemhan Konsep.
Medication -> pengobatan
Brother in law -> ipar laki-laki
Job description -> ketentuan kerja
Alih
kode
&
Campuran
Kode
A. Alih Kode
Chaer, (1994:67) mengartikan alih kode sebagai
beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau
ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain
(bahasa atau bahasa lain) (Chaer, 1994: 67).
Terdapat pokok persoalan sosiolinguistik yang
menyebabkan terjadinya alih kode. Sebagaimana yang
dikemukakan Aslinda dan Syafyahya, (2010:85). Pokok-
pokok persoalan tersebut meliputi :
a) siapa yang berbicara;
b) dengan bahasa apa;
c) kepada siapa;
d) kapan;
e) dengan tujuan apa.
Contoh peristiwa alih kode dapat dilihat pada saat
peralihan dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia
Alih
kode
&
Campuran
Kode
B. CAMPUR KODE
Appel dalam Chaer dan Agustina (2004: 107)
mendefinisikan campur kode sebagai gejala
peralihan pemakaian bahasa karena perubahan
situasi.
Thelander dalam Chaer dan Agustina (2004: 115)
mengatakan bahwa campur kode terjadi apabila
di dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa
maupun frasafrasa yang digunakan terdiri dari
klausa dan frasa campuran dan masing masing
klausa atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsi
sendiri-sendiri.
Chaer (1994:69) mengatakan bahwa campur
kode adalah dua kode atau lebih digunakan
bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi
dalam situasi santai.
Wujud
Wujud Campur Kode Berdasarkan Unsur-
Unsur Pembentuknya
Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang
terlibat di dalamnya, Suwito (1983: 78)
membedakan campur kode menjadi beberapa
macam, yaitu sebagai berikut.
a. Penyisipan Unsur Berwujud Kata
B. Penyisipan Unsur Berwujud Baster
C. Penyisipan Unsur Berwujud Perulangan
D. Penyisipan Unsur Berwujud Frasa
E. Penyisipan Unsur Berwujud Klausa
F. Penyisipan Unsur Berwujud Ungkapan/Idiom
Faktor
Faktor Penyebab Terjadinya Campur
Kode
Latar belakang terjadinya campur kode
dapat digolongkan menjadi dua (Suwito ,
1983: 77), yaitu sebagai berikut
a. Latar Belakang Sikap Penutur
b. Kebahasaan
Contoh
Contoh campur kode yang diambil dari buku
Chaer dan Agustina (2004: 124), yaitu sebagai
berikut.
1. Mereka akan merried bulan depan. Mereka
akan menikah bulan depan‟.
2. Nah, karena saya sudah kadhung apik sama
dia, ya saya tanda tangan saja. Karena saya
sudah benar-benar percaya dengan dia, maka
saya tanda tangan saja‟.
Bentuk-Bentuk
n variasi
a,
misalnya,
man yang
kata nani
di Bali.
ahasa
ahun
leh
maem
kan
wasa.
Kajian
Sumber
Variasi
Bahasa
SELAMAT DATANG
DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM
TEMPLATE POWERPOINT GRATIS
Pengertian
Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut
pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan,
hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta
medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920)
Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan
istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu
bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang,
pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya
Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk
bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola
menyerupai pola umum bahasa induknya
Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa
yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam.
PENGERTIAN VARIASI BAHASA
Interferensi
1. Interferensi
Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu
bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan
unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich
dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120),
Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut
interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya
kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau
dialek kedua.
Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan
unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam
suatu bahasa.
Contoh interferensi:
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”.
Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi,
morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini.
Fonologi
Interferensi Fonologi
Interferensi fonologi terdapat pada
kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena
menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya
diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus
interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan.
Morfologi
Interferensi Morfologi
Interferensi morfologi terdapat pada
kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena
adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks {ke-an}
dengan kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka
terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke dalam
bahasa Indonesia sehingga menjadi ketiduran.
Kata ketiduran merupakan penyimpangan morfologi,
dalam bahasa Indonesia struktur kata tersebut haruslah
berbentuk: tertidur.
Sintaksis
Interferensi Sintaksis
Tuturan yang diujarkan siswa I, tidak terinterferensi
sintaksis bahasa Jawa, hanya penggunaan bahasanya
masih terinterferensi morfologi.
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya habis kegiatan
ekskul.
Sebagai koreksi dalam bahasa Indonesia struktur kalimat
tersebut berbentuk:
“malam tadi aku tertidur karena sore harinya
melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler”.
Leksikon
Interferensi Leksikon
Melalui tuturan siswa I, dapat diidentifikasi
tuturan bahasa kedua ini terinterferensi leksikon
bahasa Ibu Jawa. Hal ini dibuktikan pada
saat siswa I dalam menuturkan
kata ketiduran terdengar pelafalan bahasa Jawa,
yakni adanya penuturan bunyi ketidhuran dengan
pelafalan dan artikulasi khas tuturan orang Jawa
Integrasi
2. Integrasi
Integrasi adalah penggunaan secara sistematis
unsur bahasa lain seolah-olah merupakan bagian
dari bahasa itu tanpa disadari oleh pemakainya
(Kridalaksana, 1993: 83).
Menurut Mackey dalam Chaer dan Agustina
(2004: 128), integrasi adalah unsur-unsur bahasa
lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan
dianggap sudah menjadi bahasa tersebut.
Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi
adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa
masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai
sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau
yang memasukinya.
Contoh
Proses integrasi memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur
yang berintegrasi tersebut harus disesuaikan, baik lafalnya,
ejaannya, maupun tata bakunya. Berikut ini adalah contoh integrasi.
1. Integrasi Audial
Dongkrak -> dome kracht
Pelopor -> vooloper
Sakelar -> schakelaar
2. Integrasi Visual
System -> sistem
Hierarchy -> hierarki
Reportoire -> repertoire
3. Integrasi Penerjemahan Langsung
Joint venture -> usaha patungan
Balance budget -> anggaran berimbang
Samen werking -> kerja sama
4. Integrasi Penerjemhan Konsep.
Medication -> pengobatan
Brother in law -> ipar laki-laki
Job description -> ketentuan kerja
Alih
kode
&
Campuran
Kode
A. Alih Kode
Chaer, (1994:67) mengartikan alih kode sebagai
beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau
ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain
(bahasa atau bahasa lain) (Chaer, 1994: 67).
Terdapat pokok persoalan sosiolinguistik yang
menyebabkan terjadinya alih kode. Sebagaimana yang
dikemukakan Aslinda dan Syafyahya, (2010:85). Pokok-
pokok persoalan tersebut meliputi :
a) siapa yang berbicara;
b) dengan bahasa apa;
c) kepada siapa;
d) kapan;
e) dengan tujuan apa.
Contoh peristiwa alih kode dapat dilihat pada saat
peralihan dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia
Alih
kode
&
Campuran
Kode
B. CAMPUR KODE
Appel dalam Chaer dan Agustina (2004: 107)
mendefinisikan campur kode sebagai gejala
peralihan pemakaian bahasa karena perubahan
situasi.
Thelander dalam Chaer dan Agustina (2004: 115)
mengatakan bahwa campur kode terjadi apabila
di dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa
maupun frasafrasa yang digunakan terdiri dari
klausa dan frasa campuran dan masing masing
klausa atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsi
sendiri-sendiri.
Chaer (1994:69) mengatakan bahwa campur
kode adalah dua kode atau lebih digunakan
bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi
dalam situasi santai.
Wujud
Wujud Campur Kode Berdasarkan Unsur-
Unsur Pembentuknya
Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang
terlibat di dalamnya, Suwito (1983: 78)
membedakan campur kode menjadi beberapa
macam, yaitu sebagai berikut.
a. Penyisipan Unsur Berwujud Kata
B. Penyisipan Unsur Berwujud Baster
C. Penyisipan Unsur Berwujud Perulangan
D. Penyisipan Unsur Berwujud Frasa
E. Penyisipan Unsur Berwujud Klausa
F. Penyisipan Unsur Berwujud Ungkapan/Idiom
Faktor
Faktor Penyebab Terjadinya Campur
Kode
Latar belakang terjadinya campur kode
dapat digolongkan menjadi dua (Suwito ,
1983: 77), yaitu sebagai berikut
a. Latar Belakang Sikap Penutur
b. Kebahasaan
Contoh
Contoh campur kode yang diambil dari buku
Chaer dan Agustina (2004: 124), yaitu
sebagai berikut.
1. Mereka akan merried bulan depan.
Mereka akan menikah bulan depan‟.
2. Nah, karena saya sudah kadhung apik
sama dia, ya saya tanda tangan saja. Karena
saya sudah benar-benar percaya dengan dia,
maka saya tanda tangan saja‟.
Alih
kode
&
Campuran
Kode
C. Bahasa Gaul
Dalam konteks kekinian, bahasa
gaul merupakan dialek bahasa
Indonesia non-formal yang
digunakan di suatu daerah atau
komunitas tertentu.
Bentuk-Bentuk
n variasi
a,
misalnya,
man yang
kata nani
di Bali.
ahasa
ahun
leh
maem
kan
wasa.
Kajian
Sumber
Variasi
Bahasa
SELAMAT DATANG
DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM
TEMPLATE POWERPOINT GRATIS
Pengertian
Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut
pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan,
hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta
medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920)
Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan
istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu
bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang,
pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya
Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk
bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola
menyerupai pola umum bahasa induknya
Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa
yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam.
PENGERTIAN VARIASI BAHASA
Interferensi
1. Interferensi
Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu
bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan
unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich
dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120),
Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut
interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya
kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau
dialek kedua.
Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan
unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam
suatu bahasa.
Contoh interferensi:
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”.
Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi,
morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini.
Fonologi
Interferensi Fonologi
Interferensi fonologi terdapat pada
kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena
menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya
diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus
interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan.
Morfologi
Interferensi Morfologi
Interferensi morfologi terdapat pada
kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena
adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks {ke-an}
dengan kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka
terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke dalam
bahasa Indonesia sehingga menjadi ketiduran.
Kata ketiduran merupakan penyimpangan morfologi,
dalam bahasa Indonesia struktur kata tersebut haruslah
berbentuk: tertidur.
Sintaksis
Interferensi Sintaksis
Tuturan yang diujarkan siswa I, tidak terinterferensi
sintaksis bahasa Jawa, hanya penggunaan bahasanya
masih terinterferensi morfologi.
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya habis kegiatan
ekskul.
Sebagai koreksi dalam bahasa Indonesia struktur kalimat
tersebut berbentuk:
“malam tadi aku tertidur karena sore harinya
melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler”.
Leksikon
Interferensi Leksikon
Melalui tuturan siswa I, dapat diidentifikasi
tuturan bahasa kedua ini terinterferensi leksikon
bahasa Ibu Jawa. Hal ini dibuktikan pada
saat siswa I dalam menuturkan
kata ketiduran terdengar pelafalan bahasa Jawa,
yakni adanya penuturan bunyi ketidhuran dengan
pelafalan dan artikulasi khas tuturan orang Jawa
Integrasi
2. Integrasi
Integrasi adalah penggunaan secara sistematis
unsur bahasa lain seolah-olah merupakan bagian
dari bahasa itu tanpa disadari oleh pemakainya
(Kridalaksana, 1993: 83).
Menurut Mackey dalam Chaer dan Agustina
(2004: 128), integrasi adalah unsur-unsur bahasa
lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan
dianggap sudah menjadi bahasa tersebut.
Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi
adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa
masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai
sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau
yang memasukinya.
Contoh
Proses integrasi memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur
yang berintegrasi tersebut harus disesuaikan, baik lafalnya,
ejaannya, maupun tata bakunya. Berikut ini adalah contoh integrasi.
1. Integrasi Audial
Dongkrak -> dome kracht
Pelopor -> vooloper
Sakelar -> schakelaar
2. Integrasi Visual
System -> sistem
Hierarchy -> hierarki
Reportoire -> repertoire
3. Integrasi Penerjemahan Langsung
Joint venture -> usaha patungan
Balance budget -> anggaran berimbang
Samen werking -> kerja sama
4. Integrasi Penerjemhan Konsep.
Medication -> pengobatan
Brother in law -> ipar laki-laki
Job description -> ketentuan kerja
Alih
kode
&
Campuran
Kode
A. Alih Kode
Chaer, (1994:67) mengartikan alih kode sebagai
beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau
ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain
(bahasa atau bahasa lain) (Chaer, 1994: 67).
Terdapat pokok persoalan sosiolinguistik yang
menyebabkan terjadinya alih kode. Sebagaimana yang
dikemukakan Aslinda dan Syafyahya, (2010:85). Pokok-
pokok persoalan tersebut meliputi :
a) siapa yang berbicara;
b) dengan bahasa apa;
c) kepada siapa;
d) kapan;
e) dengan tujuan apa.
Contoh peristiwa alih kode dapat dilihat pada saat
peralihan dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia
Alih
kode
&
Campuran
Kode
B. CAMPUR KODE
Appel dalam Chaer dan Agustina (2004: 107)
mendefinisikan campur kode sebagai gejala
peralihan pemakaian bahasa karena perubahan
situasi.
Thelander dalam Chaer dan Agustina (2004: 115)
mengatakan bahwa campur kode terjadi apabila
di dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa
maupun frasafrasa yang digunakan terdiri dari
klausa dan frasa campuran dan masing masing
klausa atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsi
sendiri-sendiri.
Chaer (1994:69) mengatakan bahwa campur
kode adalah dua kode atau lebih digunakan
bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi
dalam situasi santai.
Wujud
Wujud Campur Kode Berdasarkan Unsur-
Unsur Pembentuknya
Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang
terlibat di dalamnya, Suwito (1983: 78)
membedakan campur kode menjadi beberapa
macam, yaitu sebagai berikut.
a. Penyisipan Unsur Berwujud Kata
B. Penyisipan Unsur Berwujud Baster
C. Penyisipan Unsur Berwujud Perulangan
D. Penyisipan Unsur Berwujud Frasa
E. Penyisipan Unsur Berwujud Klausa
F. Penyisipan Unsur Berwujud Ungkapan/Idiom
Faktor
Faktor Penyebab Terjadinya Campur
Kode
Latar belakang terjadinya campur kode
dapat digolongkan menjadi dua (Suwito ,
1983: 77), yaitu sebagai berikut
a. Latar Belakang Sikap Penutur
b. Kebahasaan
Contoh
Contoh campur kode yang diambil dari buku
Chaer dan Agustina (2004: 124), yaitu
sebagai berikut.
1. Mereka akan merried bulan depan.
Mereka akan menikah bulan depan‟.
2. Nah, karena saya sudah kadhung apik
sama dia, ya saya tanda tangan saja. Karena
saya sudah benar-benar percaya dengan dia,
maka saya tanda tangan saja‟.
Alih
kode
&
Campuran
Kode
C. Bahasa Gaul
Dalam konteks kekinian, bahasa gaul merupakan
dialek bahasa Indonesia non-formal yang
digunakan di suatu daerah atau komunitas
tertentu.
Bentuk-Bentuk
Abdul Chaer dan Agustina mengklasifikasikan variasi bahasa sebagai
berikut.
1. Variasi Bahasa dari Segi Penutur
Idiolek
Misalnya warna suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat pada
seseorang.
Dialek
Misalnya perbedaan dialek dari segi kosa kata misalnya, kata nani
digunakan sebagai sapaan kepada teman yang akrab oleh masyarakat
Singaraja di Bali, tetapi kata nani ini tidak digunakan oleh masyarakat
Klungkung di Bali.
Kronolek atau dialek temporal
Misalnya kata bokap dan nyokap merupakan bahasa yang berkembang
saat ini, sedangkan pada 20 tahun sebelumnya kata-kata tersebut belum
dikenal oleh masyarakat.
Sosiolek atau dialek social
Variasi bahasa berdasarkan usia. Misalnya, ata maem yang digunakan
oleh anak-anak untuk menyatakan aktivitas makan dan berbeda dengan
orang dewasa.
Kajian
Sumber
Variasi
Bahasa
SELAMAT DATANG
DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM
TEMPLATE POWERPOINT GRATIS
Pengertian
Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut
pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan,
hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta
medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920)
Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan
istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu
bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang,
pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya
Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk
bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola
menyerupai pola umum bahasa induknya
Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa
yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam.
PENGERTIAN VARIASI BAHASA
Interferensi
1. Interferensi
Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu
bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan
unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich
dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120),
Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut
interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya
kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau
dialek kedua.
Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan
unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam
suatu bahasa.
Contoh interferensi:
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”.
Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi,
morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini.
Fonologi
Interferensi Fonologi
Interferensi fonologi terdapat pada
kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena
menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya
diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus
interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan.
Morfologi
Interferensi Morfologi
Interferensi morfologi terdapat pada
kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena
adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks {ke-an}
dengan kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka
terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke dalam
bahasa Indonesia sehingga menjadi ketiduran.
Kata ketiduran merupakan penyimpangan morfologi,
dalam bahasa Indonesia struktur kata tersebut haruslah
berbentuk: tertidur.
Sintaksis
Interferensi Sintaksis
Tuturan yang diujarkan siswa I, tidak terinterferensi
sintaksis bahasa Jawa, hanya penggunaan bahasanya
masih terinterferensi morfologi.
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya habis kegiatan
ekskul.
Sebagai koreksi dalam bahasa Indonesia struktur kalimat
tersebut berbentuk:
“malam tadi aku tertidur karena sore harinya
melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler”.
Leksikon
Interferensi Leksikon
Melalui tuturan siswa I, dapat diidentifikasi
tuturan bahasa kedua ini terinterferensi leksikon
bahasa Ibu Jawa. Hal ini dibuktikan pada
saat siswa I dalam menuturkan
kata ketiduran terdengar pelafalan bahasa Jawa,
yakni adanya penuturan bunyi ketidhuran dengan
pelafalan dan artikulasi khas tuturan orang Jawa
Integrasi
2. Integrasi
Integrasi adalah penggunaan secara sistematis
unsur bahasa lain seolah-olah merupakan bagian
dari bahasa itu tanpa disadari oleh pemakainya
(Kridalaksana, 1993: 83).
Menurut Mackey dalam Chaer dan Agustina
(2004: 128), integrasi adalah unsur-unsur bahasa
lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan
dianggap sudah menjadi bahasa tersebut.
Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi
adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa
masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai
sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau
yang memasukinya.
Contoh
Proses integrasi memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur
yang berintegrasi tersebut harus disesuaikan, baik lafalnya,
ejaannya, maupun tata bakunya. Berikut ini adalah contoh integrasi.
1. Integrasi Audial
Dongkrak -> dome kracht
Pelopor -> vooloper
Sakelar -> schakelaar
2. Integrasi Visual
System -> sistem
Hierarchy -> hierarki
Reportoire -> repertoire
3. Integrasi Penerjemahan Langsung
Joint venture -> usaha patungan
Balance budget -> anggaran berimbang
Samen werking -> kerja sama
4. Integrasi Penerjemhan Konsep.
Medication -> pengobatan
Brother in law -> ipar laki-laki
Job description -> ketentuan kerja
Alih
kode
&
Campuran
Kode
A. Alih Kode
Chaer, (1994:67) mengartikan alih kode sebagai
beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau
ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain
(bahasa atau bahasa lain) (Chaer, 1994: 67).
Terdapat pokok persoalan sosiolinguistik yang
menyebabkan terjadinya alih kode. Sebagaimana yang
dikemukakan Aslinda dan Syafyahya, (2010:85). Pokok-
pokok persoalan tersebut meliputi :
a) siapa yang berbicara;
b) dengan bahasa apa;
c) kepada siapa;
d) kapan;
e) dengan tujuan apa.
Contoh peristiwa alih kode dapat dilihat pada saat
peralihan dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia
Alih
kode
&
Campuran
Kode
B. CAMPUR KODE
Appel dalam Chaer dan Agustina (2004: 107)
mendefinisikan campur kode sebagai gejala
peralihan pemakaian bahasa karena perubahan
situasi.
Thelander dalam Chaer dan Agustina (2004: 115)
mengatakan bahwa campur kode terjadi apabila
di dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa
maupun frasafrasa yang digunakan terdiri dari
klausa dan frasa campuran dan masing masing
klausa atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsi
sendiri-sendiri.
Chaer (1994:69) mengatakan bahwa campur
kode adalah dua kode atau lebih digunakan
bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi
dalam situasi santai.
Wujud
Wujud Campur Kode Berdasarkan Unsur-
Unsur Pembentuknya
Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang
terlibat di dalamnya, Suwito (1983: 78)
membedakan campur kode menjadi beberapa
macam, yaitu sebagai berikut.
a. Penyisipan Unsur Berwujud Kata
B. Penyisipan Unsur Berwujud Baster
C. Penyisipan Unsur Berwujud Perulangan
D. Penyisipan Unsur Berwujud Frasa
E. Penyisipan Unsur Berwujud Klausa
F. Penyisipan Unsur Berwujud Ungkapan/Idiom
Faktor
Faktor Penyebab Terjadinya Campur
Kode
Latar belakang terjadinya campur kode
dapat digolongkan menjadi dua (Suwito ,
1983: 77), yaitu sebagai berikut
a. Latar Belakang Sikap Penutur
b. Kebahasaan
Contoh
Contoh campur kode yang diambil dari buku
Chaer dan Agustina (2004: 124), yaitu
sebagai berikut.
1. Mereka akan merried bulan depan.
Mereka akan menikah bulan depan‟.
2. Nah, karena saya sudah kadhung apik
sama dia, ya saya tanda tangan saja. Karena
saya sudah benar-benar percaya dengan dia,
maka saya tanda tangan saja‟.
Alih
kode
&
Campuran
Kode
C. Bahasa Gaul
Dalam konteks kekinian, bahasa gaul merupakan
dialek bahasa Indonesia non-formal yang
digunakan di suatu daerah atau komunitas
tertentu.
Bentuk-Bentuk
Abdul Chaer dan Agustina mengklasifikasikan variasi
bahasa sebagai berikut.
1. Variasi Bahasa dari Segi Penutur
Idiolek
Misalnya warna suara, pilihan kata, gaya bahasa,
susunan kalimat pada seseorang.
Dialek
Misalnya perbedaan dialek dari segi kosa kata misalnya,
kata nani digunakan sebagai sapaan kepada teman yang
akrab oleh masyarakat Singaraja di Bali, tetapi kata nani
ini tidak digunakan oleh masyarakat Klungkung di Bali.
Kronolek atau dialek temporal
Misalnya kata bokap dan nyokap merupakan bahasa
yang berkembang saat ini, sedangkan pada 20 tahun
sebelumnya kata-kata tersebut belum dikenal oleh
masyarakat.
Sosiolek atau dialek social
Variasi bahasa berdasarkan usia. Misalnya, ata maem
yang digunakan oleh anak-anak untuk menyatakan
aktivitas makan dan berbeda dengan orang dewasa.
Bentuk-Bentuk
2. Variasi bahasa berdasarkan pendidikan
Misalnya Kata spesifik, implementasi, dan proporsional misalnya
digunakan oleh masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi.
Masyarakat yang hanya lulusan SD umumnya tidak menggunakan
kata-kata tersebut, tetapi mereka menggunakan kata khusus
untuk menggantikan kata spesifik.
3. Variasi bahasa berdasarkan seks
Misalnya sarung,, peci, kumis, merupakan kata yang
berhubungan dengan laki-laki, sedangkan kosa kata seperti
menstruasi, sanggul, lipstik, bra, hamil, kerudung, merupakan
kata yang berhubungan dengan wanita.
4. Variasi bahasa berdasarkan pekerjaan
Guru misalnya menggunakan kata-kata siswa, kurikulum, ujian
semester, rapor, dan lain-lain, berbeda dengan variasi bahasa
dokter yang menggunakan jarum suntik, resep, obat dan lain-
lain.
Kajian
Sumber
Variasi
Bahasa
SELAMAT DATANG
DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM
TEMPLATE POWERPOINT GRATIS
Pengertian
Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut
pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan,
hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta
medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920)
Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan
istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu
bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang,
pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya
Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk
bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola
menyerupai pola umum bahasa induknya
Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa
yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam.
PENGERTIAN VARIASI BAHASA
Interferensi
1. Interferensi
Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu
bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan
unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich
dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120),
Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut
interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya
kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau
dialek kedua.
Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan
unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam
suatu bahasa.
Contoh interferensi:
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”.
Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi,
morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini.
Fonologi
Interferensi Fonologi
Interferensi fonologi terdapat pada
kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena
menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya
diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus
interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan.
Morfologi
Interferensi Morfologi
Interferensi morfologi terdapat pada
kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena
adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks {ke-an}
dengan kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka
terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke dalam
bahasa Indonesia sehingga menjadi ketiduran.
Kata ketiduran merupakan penyimpangan morfologi,
dalam bahasa Indonesia struktur kata tersebut haruslah
berbentuk: tertidur.
Sintaksis
Interferensi Sintaksis
Tuturan yang diujarkan siswa I, tidak terinterferensi
sintaksis bahasa Jawa, hanya penggunaan bahasanya
masih terinterferensi morfologi.
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya habis kegiatan
ekskul.
Sebagai koreksi dalam bahasa Indonesia struktur kalimat
tersebut berbentuk:
“malam tadi aku tertidur karena sore harinya
melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler”.
Leksikon
Interferensi Leksikon
Melalui tuturan siswa I, dapat diidentifikasi
tuturan bahasa kedua ini terinterferensi leksikon
bahasa Ibu Jawa. Hal ini dibuktikan pada
saat siswa I dalam menuturkan
kata ketiduran terdengar pelafalan bahasa Jawa,
yakni adanya penuturan bunyi ketidhuran dengan
pelafalan dan artikulasi khas tuturan orang Jawa
Integrasi
2. Integrasi
Integrasi adalah penggunaan secara sistematis
unsur bahasa lain seolah-olah merupakan bagian
dari bahasa itu tanpa disadari oleh pemakainya
(Kridalaksana, 1993: 83).
Menurut Mackey dalam Chaer dan Agustina
(2004: 128), integrasi adalah unsur-unsur bahasa
lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan
dianggap sudah menjadi bahasa tersebut.
Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi
adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa
masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai
sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau
yang memasukinya.
Contoh
Proses integrasi memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur
yang berintegrasi tersebut harus disesuaikan, baik lafalnya,
ejaannya, maupun tata bakunya. Berikut ini adalah contoh integrasi.
1. Integrasi Audial
Dongkrak -> dome kracht
Pelopor -> vooloper
Sakelar -> schakelaar
2. Integrasi Visual
System -> sistem
Hierarchy -> hierarki
Reportoire -> repertoire
3. Integrasi Penerjemahan Langsung
Joint venture -> usaha patungan
Balance budget -> anggaran berimbang
Samen werking -> kerja sama
4. Integrasi Penerjemhan Konsep.
Medication -> pengobatan
Brother in law -> ipar laki-laki
Job description -> ketentuan kerja
Alih
kode
&
Campuran
Kode
A. Alih Kode
Chaer, (1994:67) mengartikan alih kode sebagai
beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau
ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain
(bahasa atau bahasa lain) (Chaer, 1994: 67).
Terdapat pokok persoalan sosiolinguistik yang
menyebabkan terjadinya alih kode. Sebagaimana yang
dikemukakan Aslinda dan Syafyahya, (2010:85). Pokok-
pokok persoalan tersebut meliputi :
a) siapa yang berbicara;
b) dengan bahasa apa;
c) kepada siapa;
d) kapan;
e) dengan tujuan apa.
Contoh peristiwa alih kode dapat dilihat pada saat
peralihan dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia
Alih
kode
&
Campuran
Kode
B. CAMPUR KODE
Appel dalam Chaer dan Agustina (2004: 107)
mendefinisikan campur kode sebagai gejala
peralihan pemakaian bahasa karena perubahan
situasi.
Thelander dalam Chaer dan Agustina (2004: 115)
mengatakan bahwa campur kode terjadi apabila
di dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa
maupun frasafrasa yang digunakan terdiri dari
klausa dan frasa campuran dan masing masing
klausa atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsi
sendiri-sendiri.
Chaer (1994:69) mengatakan bahwa campur
kode adalah dua kode atau lebih digunakan
bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi
dalam situasi santai.
Wujud
Wujud Campur Kode Berdasarkan Unsur-
Unsur Pembentuknya
Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang
terlibat di dalamnya, Suwito (1983: 78)
membedakan campur kode menjadi beberapa
macam, yaitu sebagai berikut.
a. Penyisipan Unsur Berwujud Kata
B. Penyisipan Unsur Berwujud Baster
C. Penyisipan Unsur Berwujud Perulangan
D. Penyisipan Unsur Berwujud Frasa
E. Penyisipan Unsur Berwujud Klausa
F. Penyisipan Unsur Berwujud Ungkapan/Idiom
Faktor
Faktor Penyebab Terjadinya Campur
Kode
Latar belakang terjadinya campur kode
dapat digolongkan menjadi dua (Suwito ,
1983: 77), yaitu sebagai berikut
a. Latar Belakang Sikap Penutur
b. Kebahasaan
Contoh
Contoh campur kode yang diambil dari buku
Chaer dan Agustina (2004: 124), yaitu
sebagai berikut.
1. Mereka akan merried bulan depan.
Mereka akan menikah bulan depan‟.
2. Nah, karena saya sudah kadhung apik
sama dia, ya saya tanda tangan saja. Karena
saya sudah benar-benar percaya dengan dia,
maka saya tanda tangan saja‟.
Alih
kode
&
Campuran
Kode
C. Bahasa Gaul
Dalam konteks kekinian, bahasa gaul merupakan
dialek bahasa Indonesia non-formal yang
digunakan di suatu daerah atau komunitas
tertentu.
Bentuk-Bentuk
Abdul Chaer dan Agustina mengklasifikasikan variasi
bahasa sebagai berikut.
1. Variasi Bahasa dari Segi Penutur
Idiolek
Misalnya warna suara, pilihan kata, gaya bahasa,
susunan kalimat pada seseorang.
Dialek
Misalnya perbedaan dialek dari segi kosa kata misalnya,
kata nani digunakan sebagai sapaan kepada teman yang
akrab oleh masyarakat Singaraja di Bali, tetapi kata nani
ini tidak digunakan oleh masyarakat Klungkung di Bali.
Kronolek atau dialek temporal
Misalnya kata bokap dan nyokap merupakan bahasa
yang berkembang saat ini, sedangkan pada 20 tahun
sebelumnya kata-kata tersebut belum dikenal oleh
masyarakat.
Sosiolek atau dialek social
Variasi bahasa berdasarkan usia. Misalnya, ata maem
yang digunakan oleh anak-anak untuk menyatakan
aktivitas makan dan berbeda dengan orang dewasa.
Variasi
Bahasa
1
2. Variasi bahasa berdasarkan pendidikan
Misalnya Kata spesifik, implementasi, dan proporsional
misalnya digunakan oleh masyarakat yang memiliki
pendidikan tinggi. Masyarakat yang hanya lulusan SD
umumnya tidak menggunakan kata-kata tersebut, tetapi
mereka menggunakan kata khusus untuk menggantikan
kata spesifik.
3. Variasi bahasa berdasarkan seks
Misalnya sarung,, peci, kumis, merupakan kata yang
berhubungan dengan laki-laki, sedangkan kosa kata
seperti menstruasi, sanggul, lipstik, bra, hamil,
kerudung, merupakan kata yang berhubungan dengan
wanita.
4. Variasi bahasa berdasarkan pekerjaan
Guru misalnya menggunakan kata-kata siswa,
kurikulum, ujian semester, rapor, dan lain-lain, berbeda
dengan variasi bahasa dokter yang menggunakan jarum
suntik, resep, obat dan lain-lain.
Bentuk-Bentuk
5. Variasi bahasa berdasarkan tingkat
kebangsawanan
Misalnya di Bali, masyarakat yang memiliki kasta
brahmana mengunakan kata ngajeng untuk aktivitas
makan, sedangkan masyarakat sudra menggunakan
kata medaar untuk aktivitas makan.
6. Variasi bahasa berdasarkan keadaan sosial
ekonomi
Misalnya masyarakat menengah ke bawah
menggunakan kata nasi aking dan nasi gaplek,
sedangkan masyarakat menengah ke atas
menggunakan kata pizza, pasta, dan lain-lain untuk
mengacu pada jenis makanan.
Kajian
Sumber
Variasi
Bahasa
SELAMAT DATANG
DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM
TEMPLATE POWERPOINT GRATIS
Pengertian
Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut
pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan,
hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta
medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920)
Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan
istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu
bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang,
pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya
Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk
bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola
menyerupai pola umum bahasa induknya
Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa
yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam.
PENGERTIAN VARIASI BAHASA
Interferensi
1. Interferensi
Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu
bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan
unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich
dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120),
Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut
interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya
kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau
dialek kedua.
Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan
unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam
suatu bahasa.
Contoh interferensi:
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”.
Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi,
morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini.
Fonologi
Interferensi Fonologi
Interferensi fonologi terdapat pada
kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena
menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya
diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus
interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan.
Morfologi
Interferensi Morfologi
Interferensi morfologi terdapat pada
kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena
adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks {ke-an}
dengan kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka
terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke dalam
bahasa Indonesia sehingga menjadi ketiduran.
Kata ketiduran merupakan penyimpangan morfologi,
dalam bahasa Indonesia struktur kata tersebut haruslah
berbentuk: tertidur.
Sintaksis
Interferensi Sintaksis
Tuturan yang diujarkan siswa I, tidak terinterferensi
sintaksis bahasa Jawa, hanya penggunaan bahasanya
masih terinterferensi morfologi.
Tadi malam aku ketiduran karena sorenya habis kegiatan
ekskul.
Sebagai koreksi dalam bahasa Indonesia struktur kalimat
tersebut berbentuk:
“malam tadi aku tertidur karena sore harinya
melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler”.
Leksikon
Interferensi Leksikon
Melalui tuturan siswa I, dapat diidentifikasi
tuturan bahasa kedua ini terinterferensi leksikon
bahasa Ibu Jawa. Hal ini dibuktikan pada
saat siswa I dalam menuturkan
kata ketiduran terdengar pelafalan bahasa Jawa,
yakni adanya penuturan bunyi ketidhuran dengan
pelafalan dan artikulasi khas tuturan orang Jawa
Integrasi
2. Integrasi
Integrasi adalah penggunaan secara sistematis
unsur bahasa lain seolah-olah merupakan bagian
dari bahasa itu tanpa disadari oleh pemakainya
(Kridalaksana, 1993: 83).
Menurut Mackey dalam Chaer dan Agustina
(2004: 128), integrasi adalah unsur-unsur bahasa
lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan
dianggap sudah menjadi bahasa tersebut.
Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi
adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa
masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai
sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau
yang memasukinya.
Contoh
Proses integrasi memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur
yang berintegrasi tersebut harus disesuaikan, baik lafalnya,
ejaannya, maupun tata bakunya. Berikut ini adalah contoh integrasi.
1. Integrasi Audial
Dongkrak -> dome kracht
Pelopor -> vooloper
Sakelar -> schakelaar
2. Integrasi Visual
System -> sistem
Hierarchy -> hierarki
Reportoire -> repertoire
3. Integrasi Penerjemahan Langsung
Joint venture -> usaha patungan
Balance budget -> anggaran berimbang
Samen werking -> kerja sama
4. Integrasi Penerjemhan Konsep.
Medication -> pengobatan
Brother in law -> ipar laki-laki
Job description -> ketentuan kerja
Alih
kode
&
Campuran
Kode
A. Alih Kode
Chaer, (1994:67) mengartikan alih kode sebagai
beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau
ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain
(bahasa atau bahasa lain) (Chaer, 1994: 67).
Terdapat pokok persoalan sosiolinguistik yang
menyebabkan terjadinya alih kode. Sebagaimana yang
dikemukakan Aslinda dan Syafyahya, (2010:85). Pokok-
pokok persoalan tersebut meliputi :
a) siapa yang berbicara;
b) dengan bahasa apa;
c) kepada siapa;
d) kapan;
e) dengan tujuan apa.
Contoh peristiwa alih kode dapat dilihat pada saat
peralihan dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia
Alih
kode
&
Campuran
Kode
B. CAMPUR KODE
Appel dalam Chaer dan Agustina (2004: 107)
mendefinisikan campur kode sebagai gejala
peralihan pemakaian bahasa karena perubahan
situasi.
Thelander dalam Chaer dan Agustina (2004: 115)
mengatakan bahwa campur kode terjadi apabila
di dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa
maupun frasafrasa yang digunakan terdiri dari
klausa dan frasa campuran dan masing masing
klausa atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsi
sendiri-sendiri.
Chaer (1994:69) mengatakan bahwa campur
kode adalah dua kode atau lebih digunakan
bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi
dalam situasi santai.
Wujud
Wujud Campur Kode Berdasarkan Unsur-
Unsur Pembentuknya
Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang
terlibat di dalamnya, Suwito (1983: 78)
membedakan campur kode menjadi beberapa
macam, yaitu sebagai berikut.
a. Penyisipan Unsur Berwujud Kata
B. Penyisipan Unsur Berwujud Baster
C. Penyisipan Unsur Berwujud Perulangan
D. Penyisipan Unsur Berwujud Frasa
E. Penyisipan Unsur Berwujud Klausa
F. Penyisipan Unsur Berwujud Ungkapan/Idiom
Faktor
Faktor Penyebab Terjadinya Campur
Kode
Latar belakang terjadinya campur kode
dapat digolongkan menjadi dua (Suwito ,
1983: 77), yaitu sebagai berikut
a. Latar Belakang Sikap Penutur
b. Kebahasaan
Contoh
Contoh campur kode yang diambil dari buku
Chaer dan Agustina (2004: 124), yaitu
sebagai berikut.
1. Mereka akan merried bulan depan.
Mereka akan menikah bulan depan‟.
2. Nah, karena saya sudah kadhung apik
sama dia, ya saya tanda tangan saja. Karena
saya sudah benar-benar percaya dengan dia,
maka saya tanda tangan saja‟.
Alih
kode
&
Campuran
Kode
C. Bahasa Gaul
Dalam konteks kekinian, bahasa gaul merupakan
dialek bahasa Indonesia non-formal yang
digunakan di suatu daerah atau komunitas
tertentu.
Bentuk-Bentuk
Abdul Chaer dan Agustina mengklasifikasikan variasi
bahasa sebagai berikut.
1. Variasi Bahasa dari Segi Penutur
Idiolek
Misalnya warna suara, pilihan kata, gaya bahasa,
susunan kalimat pada seseorang.
Dialek
Misalnya perbedaan dialek dari segi kosa kata misalnya,
kata nani digunakan sebagai sapaan kepada teman yang
akrab oleh masyarakat Singaraja di Bali, tetapi kata nani
ini tidak digunakan oleh masyarakat Klungkung di Bali.
Kronolek atau dialek temporal
Misalnya kata bokap dan nyokap merupakan bahasa
yang berkembang saat ini, sedangkan pada 20 tahun
sebelumnya kata-kata tersebut belum dikenal oleh
masyarakat.
Sosiolek atau dialek social
Variasi bahasa berdasarkan usia. Misalnya, ata maem
yang digunakan oleh anak-anak untuk menyatakan
aktivitas makan dan berbeda dengan orang dewasa.
Variasi
Bahasa
1
2. Variasi bahasa berdasarkan pendidikan
Misalnya Kata spesifik, implementasi, dan proporsional
misalnya digunakan oleh masyarakat yang memiliki
pendidikan tinggi. Masyarakat yang hanya lulusan SD
umumnya tidak menggunakan kata-kata tersebut, tetapi
mereka menggunakan kata khusus untuk menggantikan
kata spesifik.
3. Variasi bahasa berdasarkan seks
Misalnya sarung,, peci, kumis, merupakan kata yang
berhubungan dengan laki-laki, sedangkan kosa kata
seperti menstruasi, sanggul, lipstik, bra, hamil,
kerudung, merupakan kata yang berhubungan dengan
wanita.
4. Variasi bahasa berdasarkan pekerjaan
Guru misalnya menggunakan kata-kata siswa,
kurikulum, ujian semester, rapor, dan lain-lain, berbeda
dengan variasi bahasa dokter yang menggunakan jarum
suntik, resep, obat dan lain-lain.
Variasi
Bahasa
1
5. Variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan
Misalnya di Bali, masyarakat yang memiliki kasta
brahmana mengunakan kata ngajeng untuk aktivitas
makan, sedangkan masyarakat sudra menggunakan kata
medaar untuk aktivitas makan.
6. Variasi bahasa berdasarkan keadaan sosial ekonomi
Misalnya masyarakat menengah ke bawah menggunakan
kata nasi aking dan nasi gaplek, sedangkan masyarakat
menengah ke atas menggunakan kata pizza, pasta, dan
lain-lain untuk mengacu pada jenis makanan.
Bentuk-Bentuk
Soepomo dalam Dasar-Dasar Linguistik (2003:55-61)
mengemukakan bahwa variasi bahasa terdiri dari ebagai berikut :
1. Variasi Kronologis
Misalnya:
A. Bahasa Kawi Jawa Kuno: Pada masa sebelum akhir Majapahit.
Contohnya:
“Mangkana ling sang prabhu, samahur sang tapisira”
(Katakanlah sewajarnya olehmu kepadaku, demikian kata sang
prabhu)
B. Bahasa Jawa Baru : pada masa sekarang. Contohnya: “Kandhane
wong mau dakpikir ya bener, mula aku daknunggang kebo.”
(Perkataan orang tadi aku pikir ya benar, maka aku menaiki kerbau.)
2. Variasi Geografis.
Contohnya dalam dialek bahasa Jawa, yaitu dialek Banyumas, dialek
Tegal, dialek Osing, dialek standar, dan sebagainya. Misalnya, dalam
dialek Banyumas “ko garep meng ngendi Na?” = kamu mau kemana
Na?, dalam dialek standar “kowe meh nangendi Na?” = kamu mau
kemana Na?
Kajian
Sumber
Variasi
Bahasa
SEBAB
SEBAB
SEBAB
SEBAB
SEBAB
SEBAB
SEBAB
SEBAB
SEBAB
SEBAB
SEBAB
SEBAB
SEBAB
SEBAB
SEBAB

More Related Content

What's hot

Presentasi sosiolinguistik
Presentasi sosiolinguistikPresentasi sosiolinguistik
Presentasi sosiolinguistikRiskyfujilestari
 
Pemilihan bahasa dan perubahan bahasa
Pemilihan bahasa dan perubahan bahasaPemilihan bahasa dan perubahan bahasa
Pemilihan bahasa dan perubahan bahasalinguistikid
 
Variasi bahasa -Sosiolinguistik (S1)
Variasi bahasa -Sosiolinguistik (S1)Variasi bahasa -Sosiolinguistik (S1)
Variasi bahasa -Sosiolinguistik (S1)Ibnu Saefullah
 
Bilingualism and diglosia
Bilingualism and diglosiaBilingualism and diglosia
Bilingualism and diglosiaYahyaChoy
 
ragam bahasa indonesia tulis ilmiah
ragam bahasa indonesia tulis ilmiahragam bahasa indonesia tulis ilmiah
ragam bahasa indonesia tulis ilmiahAnang Dwi Purwanto
 
Pelbagai jenis bahasa
Pelbagai  jenis bahasaPelbagai  jenis bahasa
Pelbagai jenis bahasaSuedi Ahmad
 
Beda Alih kode dan Campur kode
Beda Alih kode dan Campur kodeBeda Alih kode dan Campur kode
Beda Alih kode dan Campur kodeMuqtaf Hasan
 
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF “Leksikostatistik Bahasa Melayu Deli dengan B...
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF  “Leksikostatistik Bahasa Melayu Deli dengan B...LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF  “Leksikostatistik Bahasa Melayu Deli dengan B...
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF “Leksikostatistik Bahasa Melayu Deli dengan B...Undergraduate Degree Alumnae
 
Tugasan hbml3403 linguistik dan sosiolinguistik
Tugasan hbml3403 linguistik dan sosiolinguistikTugasan hbml3403 linguistik dan sosiolinguistik
Tugasan hbml3403 linguistik dan sosiolinguistikAhmad NazRi
 
Pp konsep dasar sosiolinguistik
Pp konsep dasar sosiolinguistikPp konsep dasar sosiolinguistik
Pp konsep dasar sosiolinguistikDiana NakEmak
 
Presentasi Ragam Bahasa Indonesia
Presentasi Ragam Bahasa IndonesiaPresentasi Ragam Bahasa Indonesia
Presentasi Ragam Bahasa Indonesiagoogle
 
Penggunaan campur kode dan variasi bahasa pada dialek
Penggunaan campur kode dan variasi bahasa pada dialekPenggunaan campur kode dan variasi bahasa pada dialek
Penggunaan campur kode dan variasi bahasa pada dialekSugenk Abimanyu
 
Penelitian Sosiolinguistik
Penelitian SosiolinguistikPenelitian Sosiolinguistik
Penelitian SosiolinguistikPradicta Nurhuda
 

What's hot (20)

Presentasi sosiolinguistik
Presentasi sosiolinguistikPresentasi sosiolinguistik
Presentasi sosiolinguistik
 
Pemilihan bahasa dan perubahan bahasa
Pemilihan bahasa dan perubahan bahasaPemilihan bahasa dan perubahan bahasa
Pemilihan bahasa dan perubahan bahasa
 
Variasi bahasa -Sosiolinguistik (S1)
Variasi bahasa -Sosiolinguistik (S1)Variasi bahasa -Sosiolinguistik (S1)
Variasi bahasa -Sosiolinguistik (S1)
 
Bilingualisme
BilingualismeBilingualisme
Bilingualisme
 
Bilingualism and diglosia
Bilingualism and diglosiaBilingualism and diglosia
Bilingualism and diglosia
 
ragam bahasa indonesia tulis ilmiah
ragam bahasa indonesia tulis ilmiahragam bahasa indonesia tulis ilmiah
ragam bahasa indonesia tulis ilmiah
 
Kuliah a1
Kuliah a1Kuliah a1
Kuliah a1
 
ragam bahasa
ragam bahasaragam bahasa
ragam bahasa
 
Pelbagai jenis bahasa
Pelbagai  jenis bahasaPelbagai  jenis bahasa
Pelbagai jenis bahasa
 
Beda Alih kode dan Campur kode
Beda Alih kode dan Campur kodeBeda Alih kode dan Campur kode
Beda Alih kode dan Campur kode
 
Bab 4
Bab 4Bab 4
Bab 4
 
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF “Leksikostatistik Bahasa Melayu Deli dengan B...
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF  “Leksikostatistik Bahasa Melayu Deli dengan B...LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF  “Leksikostatistik Bahasa Melayu Deli dengan B...
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF “Leksikostatistik Bahasa Melayu Deli dengan B...
 
variasi dan jenis bahasa
variasi dan jenis bahasavariasi dan jenis bahasa
variasi dan jenis bahasa
 
Tugasan hbml3403 linguistik dan sosiolinguistik
Tugasan hbml3403 linguistik dan sosiolinguistikTugasan hbml3403 linguistik dan sosiolinguistik
Tugasan hbml3403 linguistik dan sosiolinguistik
 
Pp konsep dasar sosiolinguistik
Pp konsep dasar sosiolinguistikPp konsep dasar sosiolinguistik
Pp konsep dasar sosiolinguistik
 
Ragam Bahasa
Ragam BahasaRagam Bahasa
Ragam Bahasa
 
Presentasi Ragam Bahasa Indonesia
Presentasi Ragam Bahasa IndonesiaPresentasi Ragam Bahasa Indonesia
Presentasi Ragam Bahasa Indonesia
 
linguistik historis komparatif
linguistik historis komparatiflinguistik historis komparatif
linguistik historis komparatif
 
Penggunaan campur kode dan variasi bahasa pada dialek
Penggunaan campur kode dan variasi bahasa pada dialekPenggunaan campur kode dan variasi bahasa pada dialek
Penggunaan campur kode dan variasi bahasa pada dialek
 
Penelitian Sosiolinguistik
Penelitian SosiolinguistikPenelitian Sosiolinguistik
Penelitian Sosiolinguistik
 

Similar to SEBAB

(New) variasi dan jenis bahasa [makalah kelompok 3]
(New) variasi dan jenis bahasa [makalah kelompok 3](New) variasi dan jenis bahasa [makalah kelompok 3]
(New) variasi dan jenis bahasa [makalah kelompok 3]Faiezt Al-mumtaz
 
BAB 3_KEPELBAGAIAN BAHASA DAN BUDAYA.pdf
BAB 3_KEPELBAGAIAN BAHASA DAN BUDAYA.pdfBAB 3_KEPELBAGAIAN BAHASA DAN BUDAYA.pdf
BAB 3_KEPELBAGAIAN BAHASA DAN BUDAYA.pdfzulaikha zubir
 
Sosiolinguistik_2.ppt
Sosiolinguistik_2.pptSosiolinguistik_2.ppt
Sosiolinguistik_2.pptSlemAdi
 
sosiolingusitik-pelbagai variasi dan jenis bahasa
sosiolingusitik-pelbagai variasi dan jenis bahasasosiolingusitik-pelbagai variasi dan jenis bahasa
sosiolingusitik-pelbagai variasi dan jenis bahasaAjengIlla
 
VARIASI FONOLOGI BAHASA MELAYU DIALEK PONTIANAK YANG DIGUNAKAN MASYARAKAT SIA...
VARIASI FONOLOGI BAHASA MELAYU DIALEK PONTIANAK YANG DIGUNAKAN MASYARAKAT SIA...VARIASI FONOLOGI BAHASA MELAYU DIALEK PONTIANAK YANG DIGUNAKAN MASYARAKAT SIA...
VARIASI FONOLOGI BAHASA MELAYU DIALEK PONTIANAK YANG DIGUNAKAN MASYARAKAT SIA...PUTUEKARESPATI
 
Fungsi dan ragam bahasa
Fungsi dan ragam bahasaFungsi dan ragam bahasa
Fungsi dan ragam bahasaRisa Octaviani
 

Similar to SEBAB (20)

Ragam Bahasa Indonesia
Ragam Bahasa IndonesiaRagam Bahasa Indonesia
Ragam Bahasa Indonesia
 
Sosiolinguistik (1).ppt
Sosiolinguistik (1).pptSosiolinguistik (1).ppt
Sosiolinguistik (1).ppt
 
Ruj lingusosilinguistik
Ruj lingusosilinguistikRuj lingusosilinguistik
Ruj lingusosilinguistik
 
(New) variasi dan jenis bahasa [makalah kelompok 3]
(New) variasi dan jenis bahasa [makalah kelompok 3](New) variasi dan jenis bahasa [makalah kelompok 3]
(New) variasi dan jenis bahasa [makalah kelompok 3]
 
Makalah sistem sapaan bahasa muna
Makalah sistem sapaan bahasa munaMakalah sistem sapaan bahasa muna
Makalah sistem sapaan bahasa muna
 
Makalah sistem sapaan bahasa muna
Makalah sistem sapaan bahasa munaMakalah sistem sapaan bahasa muna
Makalah sistem sapaan bahasa muna
 
Makalah sistem sapaan bahasa muna
Makalah sistem sapaan bahasa munaMakalah sistem sapaan bahasa muna
Makalah sistem sapaan bahasa muna
 
Makalah sistem sapaan bahasa muna
Makalah sistem sapaan bahasa munaMakalah sistem sapaan bahasa muna
Makalah sistem sapaan bahasa muna
 
BAB 3_KEPELBAGAIAN BAHASA DAN BUDAYA.pdf
BAB 3_KEPELBAGAIAN BAHASA DAN BUDAYA.pdfBAB 3_KEPELBAGAIAN BAHASA DAN BUDAYA.pdf
BAB 3_KEPELBAGAIAN BAHASA DAN BUDAYA.pdf
 
Sosiolinguistik_2.ppt
Sosiolinguistik_2.pptSosiolinguistik_2.ppt
Sosiolinguistik_2.ppt
 
Materi Bahasa Indonesia semester 5
Materi Bahasa Indonesia semester 5Materi Bahasa Indonesia semester 5
Materi Bahasa Indonesia semester 5
 
sosiolingusitik-pelbagai variasi dan jenis bahasa
sosiolingusitik-pelbagai variasi dan jenis bahasasosiolingusitik-pelbagai variasi dan jenis bahasa
sosiolingusitik-pelbagai variasi dan jenis bahasa
 
VARIASI FONOLOGI BAHASA MELAYU DIALEK PONTIANAK YANG DIGUNAKAN MASYARAKAT SIA...
VARIASI FONOLOGI BAHASA MELAYU DIALEK PONTIANAK YANG DIGUNAKAN MASYARAKAT SIA...VARIASI FONOLOGI BAHASA MELAYU DIALEK PONTIANAK YANG DIGUNAKAN MASYARAKAT SIA...
VARIASI FONOLOGI BAHASA MELAYU DIALEK PONTIANAK YANG DIGUNAKAN MASYARAKAT SIA...
 
Lahjah (Dialek)
Lahjah (Dialek)Lahjah (Dialek)
Lahjah (Dialek)
 
Seful anwar
Seful anwarSeful anwar
Seful anwar
 
Fungsi dan ragam bahasa
Fungsi dan ragam bahasaFungsi dan ragam bahasa
Fungsi dan ragam bahasa
 
Filsafat.ppt
Filsafat.pptFilsafat.ppt
Filsafat.ppt
 
Bahasa dan faktor luar bahasa
Bahasa dan faktor luar bahasaBahasa dan faktor luar bahasa
Bahasa dan faktor luar bahasa
 
Kajian linguistik-umum-bab-3
Kajian linguistik-umum-bab-3Kajian linguistik-umum-bab-3
Kajian linguistik-umum-bab-3
 
bahasa baku.pdf
bahasa baku.pdfbahasa baku.pdf
bahasa baku.pdf
 

Recently uploaded

Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 

Recently uploaded (20)

Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 

SEBAB

  • 1. VARIASI BAHASA Nama Anggota Kelompok 1. Intan Zahra 1703456 2. Lita Tania 1705340 3. Stefany Dita 1702708 Pengertian h penggunaan bahasa menurut asarkan topik yang dibicarakan, n orang yang dibicarakan serta KBBI, 2005: 920) wa variasi bahasa merupakan an-perbedaan dalam suatu as sosial, ekonomi, latar belakang, sebagainya iasi bahasa adalah bentuk-bentuk sing-masing memiliki pola hasa sebagai keragaman bahasa eraksi sosial yang dilakukan oleh eragam. IASI BAHASA Interferensi ubahan sistem suatu ahasa tersebut dengan ng bilingual (Weinreich 04: 121) menyebut di akibat terbawanya ke dalam bahasa atau i sebagai penggunaan cara individual dalam atan ekskul”. n interferensi fonologi, Integrasi secara sistematis h merupakan bagian i oleh pemakainya er dan Agustina unsur-unsur bahasa ahasa tertentu dan asa tersebut. n bahwa integrasi asa lain yang terbawa lakukan, dan dipakai ang menerima atau Alih kode & Campuran Kode sebagai ah bahasa atau ang lain 67). yang gaimana yang 10:85). Pokok- pada saat Indonesia Bentuk-Bentuk n variasi a, misalnya, man yang kata nani di Bali. ahasa tahun leh maem kan wasa. Kajian Sumber Variasi Bahasa
  • 2. SELAMAT DATANG VARIASI BAHASA Pengertian Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan, hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920) Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang, pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola menyerupai pola umum bahasa induknya Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam. PENGERTIAN VARIASI BAHASA Interferensi ubahan sistem suatu ahasa tersebut dengan ng bilingual (Weinreich 04: 121) menyebut di akibat terbawanya ke dalam bahasa atau i sebagai penggunaan cara individual dalam atan ekskul”. n interferensi fonologi, Integrasi secara sistematis h merupakan bagian i oleh pemakainya er dan Agustina unsur-unsur bahasa ahasa tertentu dan asa tersebut. n bahwa integrasi asa lain yang terbawa lakukan, dan dipakai ang menerima atau Alih kode & Campuran Kode sebagai ah bahasa atau ang lain 67). yang gaimana yang 10:85). Pokok- pada saat Indonesia Bentuk-Bentuk n variasi a, misalnya, man yang kata nani di Bali. ahasa tahun leh maem kan wasa. Kajian Sumber Variasi Bahasa
  • 3. SELAMAT DATANG DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM TEMPLATE POWERPOINT GRATIS Pengertian Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan, hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920) Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang, pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola menyerupai pola umum bahasa induknya Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam. PENGERTIAN VARIASI BAHASA Interferensi SEBAB-SEBAB TERJADINYA VARIASI BAHASA 1. Interferensi Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur- unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120), Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau dialek kedua. Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam suatu bahasa. Integrasi secara sistematis h merupakan bagian i oleh pemakainya er dan Agustina unsur-unsur bahasa ahasa tertentu dan asa tersebut. n bahwa integrasi asa lain yang terbawa lakukan, dan dipakai ang menerima atau Alih kode & Campuran Kode sebagai ah bahasa atau ang lain 67). yang gaimana yang 10:85). Pokok- pada saat Indonesia Bentuk-Bentuk n variasi a, misalnya, man yang kata nani di Bali. ahasa tahun leh maem kan wasa. Kajian Sumber Variasi Bahasa
  • 4. SELAMAT DATANG DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM TEMPLATE POWERPOINT GRATIS Pengertian Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan, hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920) Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang, pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola menyerupai pola umum bahasa induknya Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam. PENGERTIAN VARIASI BAHASA Interferensi 1. Interferensi Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120), Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau dialek kedua. Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam suatu bahasa. Contoh interferensi: Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”. Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini. Fonologi Contoh interferensi: Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”. Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini. Analisis Contoh: Interferensi Fonologi Interferensi fonologi terdapat pada kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan. Integrasi secara sistematis h merupakan bagian i oleh pemakainya er dan Agustina unsur-unsur bahasa ahasa tertentu dan asa tersebut. n bahwa integrasi asa lain yang terbawa lakukan, dan dipakai ang menerima atau Alih kode & Campuran Kode sebagai ah bahasa atau ang lain 67). yang gaimana yang 10:85). Pokok- pada saat Indonesia Bentuk-Bentuk n variasi a, misalnya, man yang kata nani di Bali. ahasa ahun leh maem kan wasa. Kajian Sumber Variasi Bahasa
  • 5. SELAMAT DATANG DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM TEMPLATE POWERPOINT GRATIS Pengertian Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan, hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920) Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang, pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola menyerupai pola umum bahasa induknya Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam. PENGERTIAN VARIASI BAHASA Interferensi 1. Interferensi Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120), Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau dialek kedua. Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam suatu bahasa. Contoh interferensi: Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”. Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini. Fonologi Interferensi Fonologi Interferensi fonologi terdapat pada kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan. Morfologi Interferensi Morfologi Interferensi morfologi terdapat pada kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks {ke-an} dengan kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke dalam bahasa Indonesia sehingga menjadi ketiduran. Kata ketiduran merupakan penyimpangan morfologi, dalam bahasa Indonesia struktur kata tersebut haruslah berbentuk: tertidur. Integrasi secara sistematis h merupakan bagian i oleh pemakainya er dan Agustina unsur-unsur bahasa ahasa tertentu dan asa tersebut. n bahwa integrasi asa lain yang terbawa lakukan, dan dipakai ang menerima atau Alih kode & Campuran Kode sebagai ah bahasa atau ang lain 67). yang gaimana yang 10:85). Pokok- pada saat Indonesia Bentuk-Bentuk n variasi a, misalnya, man yang kata nani di Bali. ahasa ahun leh maem kan wasa. Kajian Sumber Variasi Bahasa
  • 6. SELAMAT DATANG DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM TEMPLATE POWERPOINT GRATIS Pengertian Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan, hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920) Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang, pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola menyerupai pola umum bahasa induknya Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam. PENGERTIAN VARIASI BAHASA Interferensi 1. Interferensi Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120), Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau dialek kedua. Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam suatu bahasa. Contoh interferensi: Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”. Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini. Fonologi Interferensi Fonologi Interferensi fonologi terdapat pada kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan. Morfologi Interferensi Morfologi Interferensi morfologi terdapat pada kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks {ke-an} dengan kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke dalam bahasa Indonesia sehingga menjadi ketiduran. Kata ketiduran merupakan penyimpangan morfologi, dalam bahasa Indonesia struktur kata tersebut haruslah berbentuk: tertidur. Sintaksis Interferensi Sintaksis Tuturan yang diujarkan siswa I, tidak terinterferensi sintaksis bahasa Jawa, hanya penggunaan bahasanya masih terinterferensi morfologi. Tadi malam aku ketiduran karena sorenya habis kegiatan ekskul. Sebagai koreksi dalam bahasa Indonesia struktur kalimat tersebut berbentuk: “malam tadi aku tertidur karena sore harinya melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler”. Integrasi secara sistematis h merupakan bagian i oleh pemakainya er dan Agustina unsur-unsur bahasa ahasa tertentu dan asa tersebut. n bahwa integrasi asa lain yang terbawa lakukan, dan dipakai ang menerima atau Alih kode & Campuran Kode sebagai ah bahasa atau ang lain 67). yang gaimana yang 10:85). Pokok- pada saat Indonesia Bentuk-Bentuk n variasi a, misalnya, man yang kata nani di Bali. ahasa ahun leh maem kan wasa. Kajian Sumber Variasi Bahasa
  • 7. SELAMAT DATANG DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM TEMPLATE POWERPOINT GRATIS Pengertian Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan, hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920) Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang, pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola menyerupai pola umum bahasa induknya Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam. PENGERTIAN VARIASI BAHASA Interferensi 1. Interferensi Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120), Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau dialek kedua. Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam suatu bahasa. Contoh interferensi: Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”. Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini. Fonologi Interferensi Fonologi Interferensi fonologi terdapat pada kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan. Morfologi Interferensi Morfologi Interferensi morfologi terdapat pada kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks {ke-an} dengan kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke dalam bahasa Indonesia sehingga menjadi ketiduran. Kata ketiduran merupakan penyimpangan morfologi, dalam bahasa Indonesia struktur kata tersebut haruslah berbentuk: tertidur. Sintaksis Interferensi Sintaksis Tuturan yang diujarkan siswa I, tidak terinterferensi sintaksis bahasa Jawa, hanya penggunaan bahasanya masih terinterferensi morfologi. Tadi malam aku ketiduran karena sorenya habis kegiatan ekskul. Sebagai koreksi dalam bahasa Indonesia struktur kalimat tersebut berbentuk: “malam tadi aku tertidur karena sore harinya melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler”. Leksikon Interferensi Leksikon Melalui tuturan siswa I, dapat diidentifikasi tuturan bahasa kedua ini terinterferensi leksikon bahasa Ibu Jawa. Hal ini dibuktikan pada saat siswa I dalam menuturkan kata ketiduran terdengar pelafalan bahasa Jawa, yakni adanya penuturan bunyi ketidhuran dengan pelafalan dan artikulasi khas tuturan orang Jawa Integrasi secara sistematis h merupakan bagian i oleh pemakainya er dan Agustina unsur-unsur bahasa ahasa tertentu dan asa tersebut. n bahwa integrasi asa lain yang terbawa lakukan, dan dipakai ang menerima atau Alih kode & Campuran Kode sebagai ah bahasa atau ang lain 67). yang gaimana yang 10:85). Pokok- pada saat Indonesia Bentuk-Bentuk n variasi a, misalnya, man yang kata nani di Bali. ahasa ahun leh maem kan wasa. Kajian Sumber Variasi Bahasa
  • 8. SELAMAT DATANG DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM TEMPLATE POWERPOINT GRATIS Pengertian Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan, hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920) Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang, pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola menyerupai pola umum bahasa induknya Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam. PENGERTIAN VARIASI BAHASA Interferensi 1. Interferensi Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120), Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau dialek kedua. Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam suatu bahasa. Contoh interferensi: Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”. Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini. Fonologi Interferensi Fonologi Interferensi fonologi terdapat pada kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan. Morfologi Interferensi Morfologi Interferensi morfologi terdapat pada kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks {ke-an} dengan kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke dalam bahasa Indonesia sehingga menjadi ketiduran. Kata ketiduran merupakan penyimpangan morfologi, dalam bahasa Indonesia struktur kata tersebut haruslah berbentuk: tertidur. Sintaksis Interferensi Sintaksis Tuturan yang diujarkan siswa I, tidak terinterferensi sintaksis bahasa Jawa, hanya penggunaan bahasanya masih terinterferensi morfologi. Tadi malam aku ketiduran karena sorenya habis kegiatan ekskul. Sebagai koreksi dalam bahasa Indonesia struktur kalimat tersebut berbentuk: “malam tadi aku tertidur karena sore harinya melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler”. Leksikon Interferensi Leksikon Melalui tuturan siswa I, dapat diidentifikasi tuturan bahasa kedua ini terinterferensi leksikon bahasa Ibu Jawa. Hal ini dibuktikan pada saat siswa I dalam menuturkan kata ketiduran terdengar pelafalan bahasa Jawa, yakni adanya penuturan bunyi ketidhuran dengan pelafalan dan artikulasi khas tuturan orang Jawa Integrasi 2. Integrasi Kridalaksana, (1993:83), mengatakan bahwa integrasi adalah penggunaan secara sistematis unsur bahasa lain seolah-olah merupakan bagian dari bahasa itu tanpa disadari oleh pemakainya. Menurut Mackey dalam Chaer dan Agustina (2004: 128), integrasi adalah unsur-unsur bahasa lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan dianggap sudah menjadi bahasa tersebut. Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau yang memasukinya. Alih kode & Campuran Kode sebagai ah bahasa atau ang lain 67). yang gaimana yang 10:85). Pokok- pada saat Indonesia Bentuk-Bentuk n variasi a, misalnya, man yang kata nani di Bali. ahasa ahun leh maem kan wasa. Kajian Sumber Variasi Bahasa
  • 9. SELAMAT DATANG DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM TEMPLATE POWERPOINT GRATIS Pengertian Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan, hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920) Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang, pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola menyerupai pola umum bahasa induknya Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam. PENGERTIAN VARIASI BAHASA Interferensi 1. Interferensi Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120), Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau dialek kedua. Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam suatu bahasa. Contoh interferensi: Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”. Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini. Fonologi Interferensi Fonologi Interferensi fonologi terdapat pada kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan. Morfologi Interferensi Morfologi Interferensi morfologi terdapat pada kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks {ke-an} dengan kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke dalam bahasa Indonesia sehingga menjadi ketiduran. Kata ketiduran merupakan penyimpangan morfologi, dalam bahasa Indonesia struktur kata tersebut haruslah berbentuk: tertidur. Sintaksis Interferensi Sintaksis Tuturan yang diujarkan siswa I, tidak terinterferensi sintaksis bahasa Jawa, hanya penggunaan bahasanya masih terinterferensi morfologi. Tadi malam aku ketiduran karena sorenya habis kegiatan ekskul. Sebagai koreksi dalam bahasa Indonesia struktur kalimat tersebut berbentuk: “malam tadi aku tertidur karena sore harinya melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler”. Leksikon Interferensi Leksikon Melalui tuturan siswa I, dapat diidentifikasi tuturan bahasa kedua ini terinterferensi leksikon bahasa Ibu Jawa. Hal ini dibuktikan pada saat siswa I dalam menuturkan kata ketiduran terdengar pelafalan bahasa Jawa, yakni adanya penuturan bunyi ketidhuran dengan pelafalan dan artikulasi khas tuturan orang Jawa Integrasi 2. Integrasi Integrasi adalah penggunaan secara sistematis unsur bahasa lain seolah- olah merupakan bagian dari bahasa itu tanpa disadari oleh pemakainya (Kridalaksana, 1993: 83). Menurut Mackey dalam Chaer dan Agustina (2004: 128), integrasi adalah unsur-unsur bahasa lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan dianggap sudah menjadi bahasa tersebut. Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau yang memasukinya. Contoh Proses integrasi memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur yang berintegrasi tersebut harus disesuaikan, baik lafalnya, ejaannya, maupun tata bakunya. Berikut ini adalah contoh integrasi. 1. Integrasi Audial Dongkrak -> dome kracht Pelopor -> vooloper Sakelar -> schakelaar 2. Integrasi Visual System -> sistem Hierarchy -> hierarki Reportoire -> repertoire 3. Integrasi Penerjemahan Langsung Joint venture -> usaha patungan Balance budget -> anggaran berimbang Samen werking -> kerja sama 4. Integrasi Penerjemhan Konsep. Medication -> pengobatan Brother in law -> ipar laki-laki Job description -> ketentuan kerja Alih kode & Campuran Kode sebagai ah bahasa atau ang lain 67). yang gaimana yang 10:85). Pokok- pada saat Indonesia Bentuk-Bentuk n variasi a, misalnya, man yang kata nani di Bali. ahasa ahun leh maem kan wasa. Kajian Sumber Variasi Bahasa
  • 10. SELAMAT DATANG DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM TEMPLATE POWERPOINT GRATIS Pengertian Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan, hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920) Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang, pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola menyerupai pola umum bahasa induknya Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam. PENGERTIAN VARIASI BAHASA Interferensi 1. Interferensi Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120), Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau dialek kedua. Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam suatu bahasa. Contoh interferensi: Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”. Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini. Fonologi Interferensi Fonologi Interferensi fonologi terdapat pada kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan. Morfologi Interferensi Morfologi Interferensi morfologi terdapat pada kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks {ke-an} dengan kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke dalam bahasa Indonesia sehingga menjadi ketiduran. Kata ketiduran merupakan penyimpangan morfologi, dalam bahasa Indonesia struktur kata tersebut haruslah berbentuk: tertidur. Sintaksis Interferensi Sintaksis Tuturan yang diujarkan siswa I, tidak terinterferensi sintaksis bahasa Jawa, hanya penggunaan bahasanya masih terinterferensi morfologi. Tadi malam aku ketiduran karena sorenya habis kegiatan ekskul. Sebagai koreksi dalam bahasa Indonesia struktur kalimat tersebut berbentuk: “malam tadi aku tertidur karena sore harinya melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler”. Leksikon Interferensi Leksikon Melalui tuturan siswa I, dapat diidentifikasi tuturan bahasa kedua ini terinterferensi leksikon bahasa Ibu Jawa. Hal ini dibuktikan pada saat siswa I dalam menuturkan kata ketiduran terdengar pelafalan bahasa Jawa, yakni adanya penuturan bunyi ketidhuran dengan pelafalan dan artikulasi khas tuturan orang Jawa Integrasi 2. Integrasi Integrasi adalah penggunaan secara sistematis unsur bahasa lain seolah-olah merupakan bagian dari bahasa itu tanpa disadari oleh pemakainya (Kridalaksana, 1993: 83). Menurut Mackey dalam Chaer dan Agustina (2004: 128), integrasi adalah unsur-unsur bahasa lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan dianggap sudah menjadi bahasa tersebut. Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau yang memasukinya. Contoh Proses integrasi memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur yang berintegrasi tersebut harus disesuaikan, baik lafalnya, ejaannya, maupun tata bakunya. Berikut ini adalah contoh integrasi. 1. Integrasi Audial Dongkrak -> dome kracht Pelopor -> vooloper Sakelar -> schakelaar 2. Integrasi Visual System -> sistem Hierarchy -> hierarki Reportoire -> repertoire 3. Integrasi Penerjemahan Langsung Joint venture -> usaha patungan Balance budget -> anggaran berimbang Samen werking -> kerja sama 4. Integrasi Penerjemhan Konsep. Medication -> pengobatan Brother in law -> ipar laki-laki Job description -> ketentuan kerja Alih kode & Campuran Kode 3. AHLI KODE DAN CAMPUR KODE A. ALIH KODE Chaer, (1994:67) mengartikan alih kode sebagai beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain (bahasa atau bahasa lain) Terdapat pokok persoalan sosiolinguistik yang menyebabkan terjadinya alih kode. Sebagaimana yang dikemukakan Aslinda dan Syafyahya, (2010:85). Pokok-pokok persoalan tersebut meliputi : a) siapa yang berbicara; b) dengan bahasa apa; c) kepada siapa; d) kapan; e) dengan tujuan apa. Contoh peristiwa alih kode dapat dilihat pada saat peralihan dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia Bentuk-Bentuk n variasi a, misalnya, man yang kata nani di Bali. ahasa ahun leh maem kan wasa. Kajian Sumber Variasi Bahasa
  • 11. SELAMAT DATANG DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM TEMPLATE POWERPOINT GRATIS Pengertian Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan, hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920) Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang, pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola menyerupai pola umum bahasa induknya Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam. PENGERTIAN VARIASI BAHASA Interferensi 1. Interferensi Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120), Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau dialek kedua. Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam suatu bahasa. Contoh interferensi: Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”. Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini. Fonologi Interferensi Fonologi Interferensi fonologi terdapat pada kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan. Morfologi Interferensi Morfologi Interferensi morfologi terdapat pada kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks {ke-an} dengan kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke dalam bahasa Indonesia sehingga menjadi ketiduran. Kata ketiduran merupakan penyimpangan morfologi, dalam bahasa Indonesia struktur kata tersebut haruslah berbentuk: tertidur. Sintaksis Interferensi Sintaksis Tuturan yang diujarkan siswa I, tidak terinterferensi sintaksis bahasa Jawa, hanya penggunaan bahasanya masih terinterferensi morfologi. Tadi malam aku ketiduran karena sorenya habis kegiatan ekskul. Sebagai koreksi dalam bahasa Indonesia struktur kalimat tersebut berbentuk: “malam tadi aku tertidur karena sore harinya melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler”. Leksikon Interferensi Leksikon Melalui tuturan siswa I, dapat diidentifikasi tuturan bahasa kedua ini terinterferensi leksikon bahasa Ibu Jawa. Hal ini dibuktikan pada saat siswa I dalam menuturkan kata ketiduran terdengar pelafalan bahasa Jawa, yakni adanya penuturan bunyi ketidhuran dengan pelafalan dan artikulasi khas tuturan orang Jawa Integrasi 2. Integrasi Integrasi adalah penggunaan secara sistematis unsur bahasa lain seolah-olah merupakan bagian dari bahasa itu tanpa disadari oleh pemakainya (Kridalaksana, 1993: 83). Menurut Mackey dalam Chaer dan Agustina (2004: 128), integrasi adalah unsur-unsur bahasa lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan dianggap sudah menjadi bahasa tersebut. Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau yang memasukinya. Contoh Proses integrasi memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur yang berintegrasi tersebut harus disesuaikan, baik lafalnya, ejaannya, maupun tata bakunya. Berikut ini adalah contoh integrasi. 1. Integrasi Audial Dongkrak -> dome kracht Pelopor -> vooloper Sakelar -> schakelaar 2. Integrasi Visual System -> sistem Hierarchy -> hierarki Reportoire -> repertoire 3. Integrasi Penerjemahan Langsung Joint venture -> usaha patungan Balance budget -> anggaran berimbang Samen werking -> kerja sama 4. Integrasi Penerjemhan Konsep. Medication -> pengobatan Brother in law -> ipar laki-laki Job description -> ketentuan kerja Alih kode & Campuran Kode A. Alih Kode Chaer, (1994:67) mengartikan alih kode sebagai beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain (bahasa atau bahasa lain) (Chaer, 1994: 67). Terdapat pokok persoalan sosiolinguistik yang menyebabkan terjadinya alih kode. Sebagaimana yang dikemukakan Aslinda dan Syafyahya, (2010:85). Pokok- pokok persoalan tersebut meliputi : a) siapa yang berbicara; b) dengan bahasa apa; c) kepada siapa; d) kapan; e) dengan tujuan apa. Contoh peristiwa alih kode dapat dilihat pada saat peralihan dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia Alih kode & Campuran Kode B. CAMPUR KODE Appel dalam Chaer dan Agustina (2004: 107) mendefinisikan campur kode sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa karena perubahan situasi. Thelander dalam Chaer dan Agustina (2004: 115) mengatakan bahwa campur kode terjadi apabila di dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa maupun frasafrasa yang digunakan terdiri dari klausa dan frasa campuran dan masing masing klausa atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri. Chaer (1994:69) mengatakan bahwa campur kode adalah dua kode atau lebih digunakan bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi dalam situasi santai. Bentuk-Bentuk n variasi a, misalnya, man yang kata nani di Bali. ahasa ahun leh maem kan wasa. Kajian Sumber Variasi Bahasa
  • 12. SELAMAT DATANG DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM TEMPLATE POWERPOINT GRATIS Pengertian Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan, hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920) Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang, pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola menyerupai pola umum bahasa induknya Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam. PENGERTIAN VARIASI BAHASA Interferensi 1. Interferensi Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120), Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau dialek kedua. Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam suatu bahasa. Contoh interferensi: Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”. Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini. Fonologi Interferensi Fonologi Interferensi fonologi terdapat pada kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan. Morfologi Interferensi Morfologi Interferensi morfologi terdapat pada kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks {ke-an} dengan kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke dalam bahasa Indonesia sehingga menjadi ketiduran. Kata ketiduran merupakan penyimpangan morfologi, dalam bahasa Indonesia struktur kata tersebut haruslah berbentuk: tertidur. Sintaksis Interferensi Sintaksis Tuturan yang diujarkan siswa I, tidak terinterferensi sintaksis bahasa Jawa, hanya penggunaan bahasanya masih terinterferensi morfologi. Tadi malam aku ketiduran karena sorenya habis kegiatan ekskul. Sebagai koreksi dalam bahasa Indonesia struktur kalimat tersebut berbentuk: “malam tadi aku tertidur karena sore harinya melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler”. Leksikon Interferensi Leksikon Melalui tuturan siswa I, dapat diidentifikasi tuturan bahasa kedua ini terinterferensi leksikon bahasa Ibu Jawa. Hal ini dibuktikan pada saat siswa I dalam menuturkan kata ketiduran terdengar pelafalan bahasa Jawa, yakni adanya penuturan bunyi ketidhuran dengan pelafalan dan artikulasi khas tuturan orang Jawa Integrasi 2. Integrasi Integrasi adalah penggunaan secara sistematis unsur bahasa lain seolah-olah merupakan bagian dari bahasa itu tanpa disadari oleh pemakainya (Kridalaksana, 1993: 83). Menurut Mackey dalam Chaer dan Agustina (2004: 128), integrasi adalah unsur-unsur bahasa lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan dianggap sudah menjadi bahasa tersebut. Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau yang memasukinya. Contoh Proses integrasi memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur yang berintegrasi tersebut harus disesuaikan, baik lafalnya, ejaannya, maupun tata bakunya. Berikut ini adalah contoh integrasi. 1. Integrasi Audial Dongkrak -> dome kracht Pelopor -> vooloper Sakelar -> schakelaar 2. Integrasi Visual System -> sistem Hierarchy -> hierarki Reportoire -> repertoire 3. Integrasi Penerjemahan Langsung Joint venture -> usaha patungan Balance budget -> anggaran berimbang Samen werking -> kerja sama 4. Integrasi Penerjemhan Konsep. Medication -> pengobatan Brother in law -> ipar laki-laki Job description -> ketentuan kerja Alih kode & Campuran Kode A. Alih Kode Chaer, (1994:67) mengartikan alih kode sebagai beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain (bahasa atau bahasa lain) (Chaer, 1994: 67). Terdapat pokok persoalan sosiolinguistik yang menyebabkan terjadinya alih kode. Sebagaimana yang dikemukakan Aslinda dan Syafyahya, (2010:85). Pokok- pokok persoalan tersebut meliputi : a) siapa yang berbicara; b) dengan bahasa apa; c) kepada siapa; d) kapan; e) dengan tujuan apa. Contoh peristiwa alih kode dapat dilihat pada saat peralihan dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia Alih kode & Campuran Kode B. CAMPUR KODE Appel dalam Chaer dan Agustina (2004: 107) mendefinisikan campur kode sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa karena perubahan situasi. Thelander dalam Chaer dan Agustina (2004: 115) mengatakan bahwa campur kode terjadi apabila di dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa maupun frasafrasa yang digunakan terdiri dari klausa dan frasa campuran dan masing masing klausa atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri. Chaer (1994:69) mengatakan bahwa campur kode adalah dua kode atau lebih digunakan bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi dalam situasi santai. Wujud Wujud Campur Kode Berdasarkan Unsur-Unsur Pembentuknya Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang terlibat di dalamnya, Suwito (1983: 78) membedakan campur kode menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut. a. Penyisipan Unsur Berwujud Kata B. Penyisipan Unsur Berwujud Baster C. Penyisipan Unsur Berwujud Perulangan D. Penyisipan Unsur Berwujud Frasa E. Penyisipan Unsur Berwujud Klausa F. Penyisipan Unsur Berwujud Ungkapan/Idiom Bentuk-Bentuk n variasi a, misalnya, man yang kata nani di Bali. ahasa ahun leh maem kan wasa. Kajian Sumber Variasi Bahasa
  • 13. SELAMAT DATANG DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM TEMPLATE POWERPOINT GRATIS Pengertian Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan, hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920) Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang, pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola menyerupai pola umum bahasa induknya Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam. PENGERTIAN VARIASI BAHASA Interferensi 1. Interferensi Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120), Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau dialek kedua. Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam suatu bahasa. Contoh interferensi: Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”. Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini. Fonologi Interferensi Fonologi Interferensi fonologi terdapat pada kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan. Morfologi Interferensi Morfologi Interferensi morfologi terdapat pada kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks {ke-an} dengan kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke dalam bahasa Indonesia sehingga menjadi ketiduran. Kata ketiduran merupakan penyimpangan morfologi, dalam bahasa Indonesia struktur kata tersebut haruslah berbentuk: tertidur. Sintaksis Interferensi Sintaksis Tuturan yang diujarkan siswa I, tidak terinterferensi sintaksis bahasa Jawa, hanya penggunaan bahasanya masih terinterferensi morfologi. Tadi malam aku ketiduran karena sorenya habis kegiatan ekskul. Sebagai koreksi dalam bahasa Indonesia struktur kalimat tersebut berbentuk: “malam tadi aku tertidur karena sore harinya melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler”. Leksikon Interferensi Leksikon Melalui tuturan siswa I, dapat diidentifikasi tuturan bahasa kedua ini terinterferensi leksikon bahasa Ibu Jawa. Hal ini dibuktikan pada saat siswa I dalam menuturkan kata ketiduran terdengar pelafalan bahasa Jawa, yakni adanya penuturan bunyi ketidhuran dengan pelafalan dan artikulasi khas tuturan orang Jawa Integrasi 2. Integrasi Integrasi adalah penggunaan secara sistematis unsur bahasa lain seolah-olah merupakan bagian dari bahasa itu tanpa disadari oleh pemakainya (Kridalaksana, 1993: 83). Menurut Mackey dalam Chaer dan Agustina (2004: 128), integrasi adalah unsur-unsur bahasa lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan dianggap sudah menjadi bahasa tersebut. Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau yang memasukinya. Contoh Proses integrasi memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur yang berintegrasi tersebut harus disesuaikan, baik lafalnya, ejaannya, maupun tata bakunya. Berikut ini adalah contoh integrasi. 1. Integrasi Audial Dongkrak -> dome kracht Pelopor -> vooloper Sakelar -> schakelaar 2. Integrasi Visual System -> sistem Hierarchy -> hierarki Reportoire -> repertoire 3. Integrasi Penerjemahan Langsung Joint venture -> usaha patungan Balance budget -> anggaran berimbang Samen werking -> kerja sama 4. Integrasi Penerjemhan Konsep. Medication -> pengobatan Brother in law -> ipar laki-laki Job description -> ketentuan kerja Alih kode & Campuran Kode A. Alih Kode Chaer, (1994:67) mengartikan alih kode sebagai beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain (bahasa atau bahasa lain) (Chaer, 1994: 67). Terdapat pokok persoalan sosiolinguistik yang menyebabkan terjadinya alih kode. Sebagaimana yang dikemukakan Aslinda dan Syafyahya, (2010:85). Pokok- pokok persoalan tersebut meliputi : a) siapa yang berbicara; b) dengan bahasa apa; c) kepada siapa; d) kapan; e) dengan tujuan apa. Contoh peristiwa alih kode dapat dilihat pada saat peralihan dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia Alih kode & Campuran Kode B. CAMPUR KODE Appel dalam Chaer dan Agustina (2004: 107) mendefinisikan campur kode sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa karena perubahan situasi. Thelander dalam Chaer dan Agustina (2004: 115) mengatakan bahwa campur kode terjadi apabila di dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa maupun frasafrasa yang digunakan terdiri dari klausa dan frasa campuran dan masing masing klausa atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri. Chaer (1994:69) mengatakan bahwa campur kode adalah dua kode atau lebih digunakan bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi dalam situasi santai. Wujud Wujud Campur Kode Berdasarkan Unsur- Unsur Pembentuknya Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang terlibat di dalamnya, Suwito (1983: 78) membedakan campur kode menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut. a. Penyisipan Unsur Berwujud Kata B. Penyisipan Unsur Berwujud Baster C. Penyisipan Unsur Berwujud Perulangan D. Penyisipan Unsur Berwujud Frasa E. Penyisipan Unsur Berwujud Klausa F. Penyisipan Unsur Berwujud Ungkapan/Idiom Faktor Faktor Penyebab Terjadinya Campur Kode Latar belakang terjadinya campur kode dapat digolongkan menjadi dua (Suwito , 1983: 77), yaitu sebagai berikut a. Latar Belakang Sikap Penutur b. Kebahasaan Bentuk-Bentuk n variasi a, misalnya, man yang kata nani di Bali. ahasa ahun leh maem kan wasa. Kajian Sumber Variasi Bahasa
  • 14. SELAMAT DATANG DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM TEMPLATE POWERPOINT GRATIS Pengertian Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan, hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920) Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang, pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola menyerupai pola umum bahasa induknya Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam. PENGERTIAN VARIASI BAHASA Interferensi 1. Interferensi Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120), Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau dialek kedua. Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam suatu bahasa. Contoh interferensi: Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”. Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini. Fonologi Interferensi Fonologi Interferensi fonologi terdapat pada kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan. Morfologi Interferensi Morfologi Interferensi morfologi terdapat pada kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks {ke-an} dengan kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke dalam bahasa Indonesia sehingga menjadi ketiduran. Kata ketiduran merupakan penyimpangan morfologi, dalam bahasa Indonesia struktur kata tersebut haruslah berbentuk: tertidur. Sintaksis Interferensi Sintaksis Tuturan yang diujarkan siswa I, tidak terinterferensi sintaksis bahasa Jawa, hanya penggunaan bahasanya masih terinterferensi morfologi. Tadi malam aku ketiduran karena sorenya habis kegiatan ekskul. Sebagai koreksi dalam bahasa Indonesia struktur kalimat tersebut berbentuk: “malam tadi aku tertidur karena sore harinya melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler”. Leksikon Interferensi Leksikon Melalui tuturan siswa I, dapat diidentifikasi tuturan bahasa kedua ini terinterferensi leksikon bahasa Ibu Jawa. Hal ini dibuktikan pada saat siswa I dalam menuturkan kata ketiduran terdengar pelafalan bahasa Jawa, yakni adanya penuturan bunyi ketidhuran dengan pelafalan dan artikulasi khas tuturan orang Jawa Integrasi 2. Integrasi Integrasi adalah penggunaan secara sistematis unsur bahasa lain seolah-olah merupakan bagian dari bahasa itu tanpa disadari oleh pemakainya (Kridalaksana, 1993: 83). Menurut Mackey dalam Chaer dan Agustina (2004: 128), integrasi adalah unsur-unsur bahasa lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan dianggap sudah menjadi bahasa tersebut. Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau yang memasukinya. Contoh Proses integrasi memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur yang berintegrasi tersebut harus disesuaikan, baik lafalnya, ejaannya, maupun tata bakunya. Berikut ini adalah contoh integrasi. 1. Integrasi Audial Dongkrak -> dome kracht Pelopor -> vooloper Sakelar -> schakelaar 2. Integrasi Visual System -> sistem Hierarchy -> hierarki Reportoire -> repertoire 3. Integrasi Penerjemahan Langsung Joint venture -> usaha patungan Balance budget -> anggaran berimbang Samen werking -> kerja sama 4. Integrasi Penerjemhan Konsep. Medication -> pengobatan Brother in law -> ipar laki-laki Job description -> ketentuan kerja Alih kode & Campuran Kode A. Alih Kode Chaer, (1994:67) mengartikan alih kode sebagai beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain (bahasa atau bahasa lain) (Chaer, 1994: 67). Terdapat pokok persoalan sosiolinguistik yang menyebabkan terjadinya alih kode. Sebagaimana yang dikemukakan Aslinda dan Syafyahya, (2010:85). Pokok- pokok persoalan tersebut meliputi : a) siapa yang berbicara; b) dengan bahasa apa; c) kepada siapa; d) kapan; e) dengan tujuan apa. Contoh peristiwa alih kode dapat dilihat pada saat peralihan dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia Alih kode & Campuran Kode B. CAMPUR KODE Appel dalam Chaer dan Agustina (2004: 107) mendefinisikan campur kode sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa karena perubahan situasi. Thelander dalam Chaer dan Agustina (2004: 115) mengatakan bahwa campur kode terjadi apabila di dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa maupun frasafrasa yang digunakan terdiri dari klausa dan frasa campuran dan masing masing klausa atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri. Chaer (1994:69) mengatakan bahwa campur kode adalah dua kode atau lebih digunakan bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi dalam situasi santai. Wujud Wujud Campur Kode Berdasarkan Unsur- Unsur Pembentuknya Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang terlibat di dalamnya, Suwito (1983: 78) membedakan campur kode menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut. a. Penyisipan Unsur Berwujud Kata B. Penyisipan Unsur Berwujud Baster C. Penyisipan Unsur Berwujud Perulangan D. Penyisipan Unsur Berwujud Frasa E. Penyisipan Unsur Berwujud Klausa F. Penyisipan Unsur Berwujud Ungkapan/Idiom Faktor Faktor Penyebab Terjadinya Campur Kode Latar belakang terjadinya campur kode dapat digolongkan menjadi dua (Suwito , 1983: 77), yaitu sebagai berikut a. Latar Belakang Sikap Penutur b. Kebahasaan Contoh Contoh campur kode yang diambil dari buku Chaer dan Agustina (2004: 124), yaitu sebagai berikut. 1. Mereka akan merried bulan depan. Mereka akan menikah bulan depan‟. 2. Nah, karena saya sudah kadhung apik sama dia, ya saya tanda tangan saja. Karena saya sudah benar-benar percaya dengan dia, maka saya tanda tangan saja‟. Bentuk-Bentuk n variasi a, misalnya, man yang kata nani di Bali. ahasa ahun leh maem kan wasa. Kajian Sumber Variasi Bahasa
  • 15. SELAMAT DATANG DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM TEMPLATE POWERPOINT GRATIS Pengertian Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan, hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920) Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang, pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola menyerupai pola umum bahasa induknya Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam. PENGERTIAN VARIASI BAHASA Interferensi 1. Interferensi Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120), Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau dialek kedua. Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam suatu bahasa. Contoh interferensi: Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”. Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini. Fonologi Interferensi Fonologi Interferensi fonologi terdapat pada kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan. Morfologi Interferensi Morfologi Interferensi morfologi terdapat pada kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks {ke-an} dengan kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke dalam bahasa Indonesia sehingga menjadi ketiduran. Kata ketiduran merupakan penyimpangan morfologi, dalam bahasa Indonesia struktur kata tersebut haruslah berbentuk: tertidur. Sintaksis Interferensi Sintaksis Tuturan yang diujarkan siswa I, tidak terinterferensi sintaksis bahasa Jawa, hanya penggunaan bahasanya masih terinterferensi morfologi. Tadi malam aku ketiduran karena sorenya habis kegiatan ekskul. Sebagai koreksi dalam bahasa Indonesia struktur kalimat tersebut berbentuk: “malam tadi aku tertidur karena sore harinya melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler”. Leksikon Interferensi Leksikon Melalui tuturan siswa I, dapat diidentifikasi tuturan bahasa kedua ini terinterferensi leksikon bahasa Ibu Jawa. Hal ini dibuktikan pada saat siswa I dalam menuturkan kata ketiduran terdengar pelafalan bahasa Jawa, yakni adanya penuturan bunyi ketidhuran dengan pelafalan dan artikulasi khas tuturan orang Jawa Integrasi 2. Integrasi Integrasi adalah penggunaan secara sistematis unsur bahasa lain seolah-olah merupakan bagian dari bahasa itu tanpa disadari oleh pemakainya (Kridalaksana, 1993: 83). Menurut Mackey dalam Chaer dan Agustina (2004: 128), integrasi adalah unsur-unsur bahasa lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan dianggap sudah menjadi bahasa tersebut. Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau yang memasukinya. Contoh Proses integrasi memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur yang berintegrasi tersebut harus disesuaikan, baik lafalnya, ejaannya, maupun tata bakunya. Berikut ini adalah contoh integrasi. 1. Integrasi Audial Dongkrak -> dome kracht Pelopor -> vooloper Sakelar -> schakelaar 2. Integrasi Visual System -> sistem Hierarchy -> hierarki Reportoire -> repertoire 3. Integrasi Penerjemahan Langsung Joint venture -> usaha patungan Balance budget -> anggaran berimbang Samen werking -> kerja sama 4. Integrasi Penerjemhan Konsep. Medication -> pengobatan Brother in law -> ipar laki-laki Job description -> ketentuan kerja Alih kode & Campuran Kode A. Alih Kode Chaer, (1994:67) mengartikan alih kode sebagai beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain (bahasa atau bahasa lain) (Chaer, 1994: 67). Terdapat pokok persoalan sosiolinguistik yang menyebabkan terjadinya alih kode. Sebagaimana yang dikemukakan Aslinda dan Syafyahya, (2010:85). Pokok- pokok persoalan tersebut meliputi : a) siapa yang berbicara; b) dengan bahasa apa; c) kepada siapa; d) kapan; e) dengan tujuan apa. Contoh peristiwa alih kode dapat dilihat pada saat peralihan dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia Alih kode & Campuran Kode B. CAMPUR KODE Appel dalam Chaer dan Agustina (2004: 107) mendefinisikan campur kode sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa karena perubahan situasi. Thelander dalam Chaer dan Agustina (2004: 115) mengatakan bahwa campur kode terjadi apabila di dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa maupun frasafrasa yang digunakan terdiri dari klausa dan frasa campuran dan masing masing klausa atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri. Chaer (1994:69) mengatakan bahwa campur kode adalah dua kode atau lebih digunakan bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi dalam situasi santai. Wujud Wujud Campur Kode Berdasarkan Unsur- Unsur Pembentuknya Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang terlibat di dalamnya, Suwito (1983: 78) membedakan campur kode menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut. a. Penyisipan Unsur Berwujud Kata B. Penyisipan Unsur Berwujud Baster C. Penyisipan Unsur Berwujud Perulangan D. Penyisipan Unsur Berwujud Frasa E. Penyisipan Unsur Berwujud Klausa F. Penyisipan Unsur Berwujud Ungkapan/Idiom Faktor Faktor Penyebab Terjadinya Campur Kode Latar belakang terjadinya campur kode dapat digolongkan menjadi dua (Suwito , 1983: 77), yaitu sebagai berikut a. Latar Belakang Sikap Penutur b. Kebahasaan Contoh Contoh campur kode yang diambil dari buku Chaer dan Agustina (2004: 124), yaitu sebagai berikut. 1. Mereka akan merried bulan depan. Mereka akan menikah bulan depan‟. 2. Nah, karena saya sudah kadhung apik sama dia, ya saya tanda tangan saja. Karena saya sudah benar-benar percaya dengan dia, maka saya tanda tangan saja‟. Alih kode & Campuran Kode C. Bahasa Gaul Dalam konteks kekinian, bahasa gaul merupakan dialek bahasa Indonesia non-formal yang digunakan di suatu daerah atau komunitas tertentu. Bentuk-Bentuk n variasi a, misalnya, man yang kata nani di Bali. ahasa ahun leh maem kan wasa. Kajian Sumber Variasi Bahasa
  • 16. SELAMAT DATANG DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM TEMPLATE POWERPOINT GRATIS Pengertian Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan, hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920) Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang, pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola menyerupai pola umum bahasa induknya Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam. PENGERTIAN VARIASI BAHASA Interferensi 1. Interferensi Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120), Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau dialek kedua. Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam suatu bahasa. Contoh interferensi: Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”. Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini. Fonologi Interferensi Fonologi Interferensi fonologi terdapat pada kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan. Morfologi Interferensi Morfologi Interferensi morfologi terdapat pada kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks {ke-an} dengan kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke dalam bahasa Indonesia sehingga menjadi ketiduran. Kata ketiduran merupakan penyimpangan morfologi, dalam bahasa Indonesia struktur kata tersebut haruslah berbentuk: tertidur. Sintaksis Interferensi Sintaksis Tuturan yang diujarkan siswa I, tidak terinterferensi sintaksis bahasa Jawa, hanya penggunaan bahasanya masih terinterferensi morfologi. Tadi malam aku ketiduran karena sorenya habis kegiatan ekskul. Sebagai koreksi dalam bahasa Indonesia struktur kalimat tersebut berbentuk: “malam tadi aku tertidur karena sore harinya melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler”. Leksikon Interferensi Leksikon Melalui tuturan siswa I, dapat diidentifikasi tuturan bahasa kedua ini terinterferensi leksikon bahasa Ibu Jawa. Hal ini dibuktikan pada saat siswa I dalam menuturkan kata ketiduran terdengar pelafalan bahasa Jawa, yakni adanya penuturan bunyi ketidhuran dengan pelafalan dan artikulasi khas tuturan orang Jawa Integrasi 2. Integrasi Integrasi adalah penggunaan secara sistematis unsur bahasa lain seolah-olah merupakan bagian dari bahasa itu tanpa disadari oleh pemakainya (Kridalaksana, 1993: 83). Menurut Mackey dalam Chaer dan Agustina (2004: 128), integrasi adalah unsur-unsur bahasa lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan dianggap sudah menjadi bahasa tersebut. Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau yang memasukinya. Contoh Proses integrasi memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur yang berintegrasi tersebut harus disesuaikan, baik lafalnya, ejaannya, maupun tata bakunya. Berikut ini adalah contoh integrasi. 1. Integrasi Audial Dongkrak -> dome kracht Pelopor -> vooloper Sakelar -> schakelaar 2. Integrasi Visual System -> sistem Hierarchy -> hierarki Reportoire -> repertoire 3. Integrasi Penerjemahan Langsung Joint venture -> usaha patungan Balance budget -> anggaran berimbang Samen werking -> kerja sama 4. Integrasi Penerjemhan Konsep. Medication -> pengobatan Brother in law -> ipar laki-laki Job description -> ketentuan kerja Alih kode & Campuran Kode A. Alih Kode Chaer, (1994:67) mengartikan alih kode sebagai beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain (bahasa atau bahasa lain) (Chaer, 1994: 67). Terdapat pokok persoalan sosiolinguistik yang menyebabkan terjadinya alih kode. Sebagaimana yang dikemukakan Aslinda dan Syafyahya, (2010:85). Pokok- pokok persoalan tersebut meliputi : a) siapa yang berbicara; b) dengan bahasa apa; c) kepada siapa; d) kapan; e) dengan tujuan apa. Contoh peristiwa alih kode dapat dilihat pada saat peralihan dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia Alih kode & Campuran Kode B. CAMPUR KODE Appel dalam Chaer dan Agustina (2004: 107) mendefinisikan campur kode sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa karena perubahan situasi. Thelander dalam Chaer dan Agustina (2004: 115) mengatakan bahwa campur kode terjadi apabila di dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa maupun frasafrasa yang digunakan terdiri dari klausa dan frasa campuran dan masing masing klausa atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri. Chaer (1994:69) mengatakan bahwa campur kode adalah dua kode atau lebih digunakan bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi dalam situasi santai. Wujud Wujud Campur Kode Berdasarkan Unsur- Unsur Pembentuknya Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang terlibat di dalamnya, Suwito (1983: 78) membedakan campur kode menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut. a. Penyisipan Unsur Berwujud Kata B. Penyisipan Unsur Berwujud Baster C. Penyisipan Unsur Berwujud Perulangan D. Penyisipan Unsur Berwujud Frasa E. Penyisipan Unsur Berwujud Klausa F. Penyisipan Unsur Berwujud Ungkapan/Idiom Faktor Faktor Penyebab Terjadinya Campur Kode Latar belakang terjadinya campur kode dapat digolongkan menjadi dua (Suwito , 1983: 77), yaitu sebagai berikut a. Latar Belakang Sikap Penutur b. Kebahasaan Contoh Contoh campur kode yang diambil dari buku Chaer dan Agustina (2004: 124), yaitu sebagai berikut. 1. Mereka akan merried bulan depan. Mereka akan menikah bulan depan‟. 2. Nah, karena saya sudah kadhung apik sama dia, ya saya tanda tangan saja. Karena saya sudah benar-benar percaya dengan dia, maka saya tanda tangan saja‟. Alih kode & Campuran Kode C. Bahasa Gaul Dalam konteks kekinian, bahasa gaul merupakan dialek bahasa Indonesia non-formal yang digunakan di suatu daerah atau komunitas tertentu. Bentuk-Bentuk Abdul Chaer dan Agustina mengklasifikasikan variasi bahasa sebagai berikut. 1. Variasi Bahasa dari Segi Penutur Idiolek Misalnya warna suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat pada seseorang. Dialek Misalnya perbedaan dialek dari segi kosa kata misalnya, kata nani digunakan sebagai sapaan kepada teman yang akrab oleh masyarakat Singaraja di Bali, tetapi kata nani ini tidak digunakan oleh masyarakat Klungkung di Bali. Kronolek atau dialek temporal Misalnya kata bokap dan nyokap merupakan bahasa yang berkembang saat ini, sedangkan pada 20 tahun sebelumnya kata-kata tersebut belum dikenal oleh masyarakat. Sosiolek atau dialek social Variasi bahasa berdasarkan usia. Misalnya, ata maem yang digunakan oleh anak-anak untuk menyatakan aktivitas makan dan berbeda dengan orang dewasa. Kajian Sumber Variasi Bahasa
  • 17. SELAMAT DATANG DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM TEMPLATE POWERPOINT GRATIS Pengertian Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan, hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920) Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang, pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola menyerupai pola umum bahasa induknya Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam. PENGERTIAN VARIASI BAHASA Interferensi 1. Interferensi Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120), Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau dialek kedua. Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam suatu bahasa. Contoh interferensi: Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”. Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini. Fonologi Interferensi Fonologi Interferensi fonologi terdapat pada kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan. Morfologi Interferensi Morfologi Interferensi morfologi terdapat pada kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks {ke-an} dengan kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke dalam bahasa Indonesia sehingga menjadi ketiduran. Kata ketiduran merupakan penyimpangan morfologi, dalam bahasa Indonesia struktur kata tersebut haruslah berbentuk: tertidur. Sintaksis Interferensi Sintaksis Tuturan yang diujarkan siswa I, tidak terinterferensi sintaksis bahasa Jawa, hanya penggunaan bahasanya masih terinterferensi morfologi. Tadi malam aku ketiduran karena sorenya habis kegiatan ekskul. Sebagai koreksi dalam bahasa Indonesia struktur kalimat tersebut berbentuk: “malam tadi aku tertidur karena sore harinya melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler”. Leksikon Interferensi Leksikon Melalui tuturan siswa I, dapat diidentifikasi tuturan bahasa kedua ini terinterferensi leksikon bahasa Ibu Jawa. Hal ini dibuktikan pada saat siswa I dalam menuturkan kata ketiduran terdengar pelafalan bahasa Jawa, yakni adanya penuturan bunyi ketidhuran dengan pelafalan dan artikulasi khas tuturan orang Jawa Integrasi 2. Integrasi Integrasi adalah penggunaan secara sistematis unsur bahasa lain seolah-olah merupakan bagian dari bahasa itu tanpa disadari oleh pemakainya (Kridalaksana, 1993: 83). Menurut Mackey dalam Chaer dan Agustina (2004: 128), integrasi adalah unsur-unsur bahasa lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan dianggap sudah menjadi bahasa tersebut. Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau yang memasukinya. Contoh Proses integrasi memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur yang berintegrasi tersebut harus disesuaikan, baik lafalnya, ejaannya, maupun tata bakunya. Berikut ini adalah contoh integrasi. 1. Integrasi Audial Dongkrak -> dome kracht Pelopor -> vooloper Sakelar -> schakelaar 2. Integrasi Visual System -> sistem Hierarchy -> hierarki Reportoire -> repertoire 3. Integrasi Penerjemahan Langsung Joint venture -> usaha patungan Balance budget -> anggaran berimbang Samen werking -> kerja sama 4. Integrasi Penerjemhan Konsep. Medication -> pengobatan Brother in law -> ipar laki-laki Job description -> ketentuan kerja Alih kode & Campuran Kode A. Alih Kode Chaer, (1994:67) mengartikan alih kode sebagai beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain (bahasa atau bahasa lain) (Chaer, 1994: 67). Terdapat pokok persoalan sosiolinguistik yang menyebabkan terjadinya alih kode. Sebagaimana yang dikemukakan Aslinda dan Syafyahya, (2010:85). Pokok- pokok persoalan tersebut meliputi : a) siapa yang berbicara; b) dengan bahasa apa; c) kepada siapa; d) kapan; e) dengan tujuan apa. Contoh peristiwa alih kode dapat dilihat pada saat peralihan dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia Alih kode & Campuran Kode B. CAMPUR KODE Appel dalam Chaer dan Agustina (2004: 107) mendefinisikan campur kode sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa karena perubahan situasi. Thelander dalam Chaer dan Agustina (2004: 115) mengatakan bahwa campur kode terjadi apabila di dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa maupun frasafrasa yang digunakan terdiri dari klausa dan frasa campuran dan masing masing klausa atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri. Chaer (1994:69) mengatakan bahwa campur kode adalah dua kode atau lebih digunakan bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi dalam situasi santai. Wujud Wujud Campur Kode Berdasarkan Unsur- Unsur Pembentuknya Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang terlibat di dalamnya, Suwito (1983: 78) membedakan campur kode menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut. a. Penyisipan Unsur Berwujud Kata B. Penyisipan Unsur Berwujud Baster C. Penyisipan Unsur Berwujud Perulangan D. Penyisipan Unsur Berwujud Frasa E. Penyisipan Unsur Berwujud Klausa F. Penyisipan Unsur Berwujud Ungkapan/Idiom Faktor Faktor Penyebab Terjadinya Campur Kode Latar belakang terjadinya campur kode dapat digolongkan menjadi dua (Suwito , 1983: 77), yaitu sebagai berikut a. Latar Belakang Sikap Penutur b. Kebahasaan Contoh Contoh campur kode yang diambil dari buku Chaer dan Agustina (2004: 124), yaitu sebagai berikut. 1. Mereka akan merried bulan depan. Mereka akan menikah bulan depan‟. 2. Nah, karena saya sudah kadhung apik sama dia, ya saya tanda tangan saja. Karena saya sudah benar-benar percaya dengan dia, maka saya tanda tangan saja‟. Alih kode & Campuran Kode C. Bahasa Gaul Dalam konteks kekinian, bahasa gaul merupakan dialek bahasa Indonesia non-formal yang digunakan di suatu daerah atau komunitas tertentu. Bentuk-Bentuk Abdul Chaer dan Agustina mengklasifikasikan variasi bahasa sebagai berikut. 1. Variasi Bahasa dari Segi Penutur Idiolek Misalnya warna suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat pada seseorang. Dialek Misalnya perbedaan dialek dari segi kosa kata misalnya, kata nani digunakan sebagai sapaan kepada teman yang akrab oleh masyarakat Singaraja di Bali, tetapi kata nani ini tidak digunakan oleh masyarakat Klungkung di Bali. Kronolek atau dialek temporal Misalnya kata bokap dan nyokap merupakan bahasa yang berkembang saat ini, sedangkan pada 20 tahun sebelumnya kata-kata tersebut belum dikenal oleh masyarakat. Sosiolek atau dialek social Variasi bahasa berdasarkan usia. Misalnya, ata maem yang digunakan oleh anak-anak untuk menyatakan aktivitas makan dan berbeda dengan orang dewasa. Bentuk-Bentuk 2. Variasi bahasa berdasarkan pendidikan Misalnya Kata spesifik, implementasi, dan proporsional misalnya digunakan oleh masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi. Masyarakat yang hanya lulusan SD umumnya tidak menggunakan kata-kata tersebut, tetapi mereka menggunakan kata khusus untuk menggantikan kata spesifik. 3. Variasi bahasa berdasarkan seks Misalnya sarung,, peci, kumis, merupakan kata yang berhubungan dengan laki-laki, sedangkan kosa kata seperti menstruasi, sanggul, lipstik, bra, hamil, kerudung, merupakan kata yang berhubungan dengan wanita. 4. Variasi bahasa berdasarkan pekerjaan Guru misalnya menggunakan kata-kata siswa, kurikulum, ujian semester, rapor, dan lain-lain, berbeda dengan variasi bahasa dokter yang menggunakan jarum suntik, resep, obat dan lain- lain. Kajian Sumber Variasi Bahasa
  • 18. SELAMAT DATANG DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM TEMPLATE POWERPOINT GRATIS Pengertian Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan, hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920) Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang, pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola menyerupai pola umum bahasa induknya Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam. PENGERTIAN VARIASI BAHASA Interferensi 1. Interferensi Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120), Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau dialek kedua. Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam suatu bahasa. Contoh interferensi: Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”. Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini. Fonologi Interferensi Fonologi Interferensi fonologi terdapat pada kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan. Morfologi Interferensi Morfologi Interferensi morfologi terdapat pada kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks {ke-an} dengan kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke dalam bahasa Indonesia sehingga menjadi ketiduran. Kata ketiduran merupakan penyimpangan morfologi, dalam bahasa Indonesia struktur kata tersebut haruslah berbentuk: tertidur. Sintaksis Interferensi Sintaksis Tuturan yang diujarkan siswa I, tidak terinterferensi sintaksis bahasa Jawa, hanya penggunaan bahasanya masih terinterferensi morfologi. Tadi malam aku ketiduran karena sorenya habis kegiatan ekskul. Sebagai koreksi dalam bahasa Indonesia struktur kalimat tersebut berbentuk: “malam tadi aku tertidur karena sore harinya melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler”. Leksikon Interferensi Leksikon Melalui tuturan siswa I, dapat diidentifikasi tuturan bahasa kedua ini terinterferensi leksikon bahasa Ibu Jawa. Hal ini dibuktikan pada saat siswa I dalam menuturkan kata ketiduran terdengar pelafalan bahasa Jawa, yakni adanya penuturan bunyi ketidhuran dengan pelafalan dan artikulasi khas tuturan orang Jawa Integrasi 2. Integrasi Integrasi adalah penggunaan secara sistematis unsur bahasa lain seolah-olah merupakan bagian dari bahasa itu tanpa disadari oleh pemakainya (Kridalaksana, 1993: 83). Menurut Mackey dalam Chaer dan Agustina (2004: 128), integrasi adalah unsur-unsur bahasa lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan dianggap sudah menjadi bahasa tersebut. Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau yang memasukinya. Contoh Proses integrasi memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur yang berintegrasi tersebut harus disesuaikan, baik lafalnya, ejaannya, maupun tata bakunya. Berikut ini adalah contoh integrasi. 1. Integrasi Audial Dongkrak -> dome kracht Pelopor -> vooloper Sakelar -> schakelaar 2. Integrasi Visual System -> sistem Hierarchy -> hierarki Reportoire -> repertoire 3. Integrasi Penerjemahan Langsung Joint venture -> usaha patungan Balance budget -> anggaran berimbang Samen werking -> kerja sama 4. Integrasi Penerjemhan Konsep. Medication -> pengobatan Brother in law -> ipar laki-laki Job description -> ketentuan kerja Alih kode & Campuran Kode A. Alih Kode Chaer, (1994:67) mengartikan alih kode sebagai beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain (bahasa atau bahasa lain) (Chaer, 1994: 67). Terdapat pokok persoalan sosiolinguistik yang menyebabkan terjadinya alih kode. Sebagaimana yang dikemukakan Aslinda dan Syafyahya, (2010:85). Pokok- pokok persoalan tersebut meliputi : a) siapa yang berbicara; b) dengan bahasa apa; c) kepada siapa; d) kapan; e) dengan tujuan apa. Contoh peristiwa alih kode dapat dilihat pada saat peralihan dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia Alih kode & Campuran Kode B. CAMPUR KODE Appel dalam Chaer dan Agustina (2004: 107) mendefinisikan campur kode sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa karena perubahan situasi. Thelander dalam Chaer dan Agustina (2004: 115) mengatakan bahwa campur kode terjadi apabila di dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa maupun frasafrasa yang digunakan terdiri dari klausa dan frasa campuran dan masing masing klausa atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri. Chaer (1994:69) mengatakan bahwa campur kode adalah dua kode atau lebih digunakan bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi dalam situasi santai. Wujud Wujud Campur Kode Berdasarkan Unsur- Unsur Pembentuknya Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang terlibat di dalamnya, Suwito (1983: 78) membedakan campur kode menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut. a. Penyisipan Unsur Berwujud Kata B. Penyisipan Unsur Berwujud Baster C. Penyisipan Unsur Berwujud Perulangan D. Penyisipan Unsur Berwujud Frasa E. Penyisipan Unsur Berwujud Klausa F. Penyisipan Unsur Berwujud Ungkapan/Idiom Faktor Faktor Penyebab Terjadinya Campur Kode Latar belakang terjadinya campur kode dapat digolongkan menjadi dua (Suwito , 1983: 77), yaitu sebagai berikut a. Latar Belakang Sikap Penutur b. Kebahasaan Contoh Contoh campur kode yang diambil dari buku Chaer dan Agustina (2004: 124), yaitu sebagai berikut. 1. Mereka akan merried bulan depan. Mereka akan menikah bulan depan‟. 2. Nah, karena saya sudah kadhung apik sama dia, ya saya tanda tangan saja. Karena saya sudah benar-benar percaya dengan dia, maka saya tanda tangan saja‟. Alih kode & Campuran Kode C. Bahasa Gaul Dalam konteks kekinian, bahasa gaul merupakan dialek bahasa Indonesia non-formal yang digunakan di suatu daerah atau komunitas tertentu. Bentuk-Bentuk Abdul Chaer dan Agustina mengklasifikasikan variasi bahasa sebagai berikut. 1. Variasi Bahasa dari Segi Penutur Idiolek Misalnya warna suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat pada seseorang. Dialek Misalnya perbedaan dialek dari segi kosa kata misalnya, kata nani digunakan sebagai sapaan kepada teman yang akrab oleh masyarakat Singaraja di Bali, tetapi kata nani ini tidak digunakan oleh masyarakat Klungkung di Bali. Kronolek atau dialek temporal Misalnya kata bokap dan nyokap merupakan bahasa yang berkembang saat ini, sedangkan pada 20 tahun sebelumnya kata-kata tersebut belum dikenal oleh masyarakat. Sosiolek atau dialek social Variasi bahasa berdasarkan usia. Misalnya, ata maem yang digunakan oleh anak-anak untuk menyatakan aktivitas makan dan berbeda dengan orang dewasa. Variasi Bahasa 1 2. Variasi bahasa berdasarkan pendidikan Misalnya Kata spesifik, implementasi, dan proporsional misalnya digunakan oleh masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi. Masyarakat yang hanya lulusan SD umumnya tidak menggunakan kata-kata tersebut, tetapi mereka menggunakan kata khusus untuk menggantikan kata spesifik. 3. Variasi bahasa berdasarkan seks Misalnya sarung,, peci, kumis, merupakan kata yang berhubungan dengan laki-laki, sedangkan kosa kata seperti menstruasi, sanggul, lipstik, bra, hamil, kerudung, merupakan kata yang berhubungan dengan wanita. 4. Variasi bahasa berdasarkan pekerjaan Guru misalnya menggunakan kata-kata siswa, kurikulum, ujian semester, rapor, dan lain-lain, berbeda dengan variasi bahasa dokter yang menggunakan jarum suntik, resep, obat dan lain-lain. Bentuk-Bentuk 5. Variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan Misalnya di Bali, masyarakat yang memiliki kasta brahmana mengunakan kata ngajeng untuk aktivitas makan, sedangkan masyarakat sudra menggunakan kata medaar untuk aktivitas makan. 6. Variasi bahasa berdasarkan keadaan sosial ekonomi Misalnya masyarakat menengah ke bawah menggunakan kata nasi aking dan nasi gaplek, sedangkan masyarakat menengah ke atas menggunakan kata pizza, pasta, dan lain-lain untuk mengacu pada jenis makanan. Kajian Sumber Variasi Bahasa
  • 19. SELAMAT DATANG DI DESAIN OLEH SOFTWARESOLUSINDO.COM TEMPLATE POWERPOINT GRATIS Pengertian Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan, hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta medium pembicaraan. (KBBI, 2005: 920) Markamah, (2001:220), menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang, pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya Aslind (2007: 17) berpendapat bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola menyerupai pola umum bahasa induknya Chaer (2010:62) mendefinsikan variasi bahasa sebagai keragaman bahasa yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam. PENGERTIAN VARIASI BAHASA Interferensi 1. Interferensi Interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan penutur yang bilingual (Weinreich dalam Chaer dan Agustina, 2004: 120), Hartman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004: 121) menyebut interferensi sebagai sebuah“kekeliruan”, yang terjadi akibat terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau dialek kedua. Kridalaksana (1993: 84) mendefinisikan interferensi sebagai penggunaan unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam suatu bahasa. Contoh interferensi: Tadi malam aku ketiduran karena sorenya abis kegiatan ekskul”. Tuturan tersebut dapat dianalisis berdasarkan kajian interferensi fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon berikut ini. Fonologi Interferensi Fonologi Interferensi fonologi terdapat pada kata habis. Kata tersebut terinterferensi fonologi bahasa Jawa, karena menghilangnya huruf /h/ pada kata habis, yang seharusnya diujarkan habis. Menghilangnya fonem /h/ merupakan kasus interferensi fonologi, karena bunyi /h/ seharusnya tetap dituturkan. Morfologi Interferensi Morfologi Interferensi morfologi terdapat pada kata ketiduran. Kata ketiduran terbentuk karena adanya afiksasi dari bahasa Jawa yaitu konfiks {ke-an} dengan kata turu menjadi keturuan atau keturon, maka terjadilah interferensi morfologi yang masuk ke dalam bahasa Indonesia sehingga menjadi ketiduran. Kata ketiduran merupakan penyimpangan morfologi, dalam bahasa Indonesia struktur kata tersebut haruslah berbentuk: tertidur. Sintaksis Interferensi Sintaksis Tuturan yang diujarkan siswa I, tidak terinterferensi sintaksis bahasa Jawa, hanya penggunaan bahasanya masih terinterferensi morfologi. Tadi malam aku ketiduran karena sorenya habis kegiatan ekskul. Sebagai koreksi dalam bahasa Indonesia struktur kalimat tersebut berbentuk: “malam tadi aku tertidur karena sore harinya melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler”. Leksikon Interferensi Leksikon Melalui tuturan siswa I, dapat diidentifikasi tuturan bahasa kedua ini terinterferensi leksikon bahasa Ibu Jawa. Hal ini dibuktikan pada saat siswa I dalam menuturkan kata ketiduran terdengar pelafalan bahasa Jawa, yakni adanya penuturan bunyi ketidhuran dengan pelafalan dan artikulasi khas tuturan orang Jawa Integrasi 2. Integrasi Integrasi adalah penggunaan secara sistematis unsur bahasa lain seolah-olah merupakan bagian dari bahasa itu tanpa disadari oleh pemakainya (Kridalaksana, 1993: 83). Menurut Mackey dalam Chaer dan Agustina (2004: 128), integrasi adalah unsur-unsur bahasa lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan dianggap sudah menjadi bahasa tersebut. Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau yang memasukinya. Contoh Proses integrasi memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur yang berintegrasi tersebut harus disesuaikan, baik lafalnya, ejaannya, maupun tata bakunya. Berikut ini adalah contoh integrasi. 1. Integrasi Audial Dongkrak -> dome kracht Pelopor -> vooloper Sakelar -> schakelaar 2. Integrasi Visual System -> sistem Hierarchy -> hierarki Reportoire -> repertoire 3. Integrasi Penerjemahan Langsung Joint venture -> usaha patungan Balance budget -> anggaran berimbang Samen werking -> kerja sama 4. Integrasi Penerjemhan Konsep. Medication -> pengobatan Brother in law -> ipar laki-laki Job description -> ketentuan kerja Alih kode & Campuran Kode A. Alih Kode Chaer, (1994:67) mengartikan alih kode sebagai beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain (bahasa atau bahasa lain) (Chaer, 1994: 67). Terdapat pokok persoalan sosiolinguistik yang menyebabkan terjadinya alih kode. Sebagaimana yang dikemukakan Aslinda dan Syafyahya, (2010:85). Pokok- pokok persoalan tersebut meliputi : a) siapa yang berbicara; b) dengan bahasa apa; c) kepada siapa; d) kapan; e) dengan tujuan apa. Contoh peristiwa alih kode dapat dilihat pada saat peralihan dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia Alih kode & Campuran Kode B. CAMPUR KODE Appel dalam Chaer dan Agustina (2004: 107) mendefinisikan campur kode sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa karena perubahan situasi. Thelander dalam Chaer dan Agustina (2004: 115) mengatakan bahwa campur kode terjadi apabila di dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa maupun frasafrasa yang digunakan terdiri dari klausa dan frasa campuran dan masing masing klausa atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri. Chaer (1994:69) mengatakan bahwa campur kode adalah dua kode atau lebih digunakan bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi dalam situasi santai. Wujud Wujud Campur Kode Berdasarkan Unsur- Unsur Pembentuknya Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang terlibat di dalamnya, Suwito (1983: 78) membedakan campur kode menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut. a. Penyisipan Unsur Berwujud Kata B. Penyisipan Unsur Berwujud Baster C. Penyisipan Unsur Berwujud Perulangan D. Penyisipan Unsur Berwujud Frasa E. Penyisipan Unsur Berwujud Klausa F. Penyisipan Unsur Berwujud Ungkapan/Idiom Faktor Faktor Penyebab Terjadinya Campur Kode Latar belakang terjadinya campur kode dapat digolongkan menjadi dua (Suwito , 1983: 77), yaitu sebagai berikut a. Latar Belakang Sikap Penutur b. Kebahasaan Contoh Contoh campur kode yang diambil dari buku Chaer dan Agustina (2004: 124), yaitu sebagai berikut. 1. Mereka akan merried bulan depan. Mereka akan menikah bulan depan‟. 2. Nah, karena saya sudah kadhung apik sama dia, ya saya tanda tangan saja. Karena saya sudah benar-benar percaya dengan dia, maka saya tanda tangan saja‟. Alih kode & Campuran Kode C. Bahasa Gaul Dalam konteks kekinian, bahasa gaul merupakan dialek bahasa Indonesia non-formal yang digunakan di suatu daerah atau komunitas tertentu. Bentuk-Bentuk Abdul Chaer dan Agustina mengklasifikasikan variasi bahasa sebagai berikut. 1. Variasi Bahasa dari Segi Penutur Idiolek Misalnya warna suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat pada seseorang. Dialek Misalnya perbedaan dialek dari segi kosa kata misalnya, kata nani digunakan sebagai sapaan kepada teman yang akrab oleh masyarakat Singaraja di Bali, tetapi kata nani ini tidak digunakan oleh masyarakat Klungkung di Bali. Kronolek atau dialek temporal Misalnya kata bokap dan nyokap merupakan bahasa yang berkembang saat ini, sedangkan pada 20 tahun sebelumnya kata-kata tersebut belum dikenal oleh masyarakat. Sosiolek atau dialek social Variasi bahasa berdasarkan usia. Misalnya, ata maem yang digunakan oleh anak-anak untuk menyatakan aktivitas makan dan berbeda dengan orang dewasa. Variasi Bahasa 1 2. Variasi bahasa berdasarkan pendidikan Misalnya Kata spesifik, implementasi, dan proporsional misalnya digunakan oleh masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi. Masyarakat yang hanya lulusan SD umumnya tidak menggunakan kata-kata tersebut, tetapi mereka menggunakan kata khusus untuk menggantikan kata spesifik. 3. Variasi bahasa berdasarkan seks Misalnya sarung,, peci, kumis, merupakan kata yang berhubungan dengan laki-laki, sedangkan kosa kata seperti menstruasi, sanggul, lipstik, bra, hamil, kerudung, merupakan kata yang berhubungan dengan wanita. 4. Variasi bahasa berdasarkan pekerjaan Guru misalnya menggunakan kata-kata siswa, kurikulum, ujian semester, rapor, dan lain-lain, berbeda dengan variasi bahasa dokter yang menggunakan jarum suntik, resep, obat dan lain-lain. Variasi Bahasa 1 5. Variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan Misalnya di Bali, masyarakat yang memiliki kasta brahmana mengunakan kata ngajeng untuk aktivitas makan, sedangkan masyarakat sudra menggunakan kata medaar untuk aktivitas makan. 6. Variasi bahasa berdasarkan keadaan sosial ekonomi Misalnya masyarakat menengah ke bawah menggunakan kata nasi aking dan nasi gaplek, sedangkan masyarakat menengah ke atas menggunakan kata pizza, pasta, dan lain-lain untuk mengacu pada jenis makanan. Bentuk-Bentuk Soepomo dalam Dasar-Dasar Linguistik (2003:55-61) mengemukakan bahwa variasi bahasa terdiri dari ebagai berikut : 1. Variasi Kronologis Misalnya: A. Bahasa Kawi Jawa Kuno: Pada masa sebelum akhir Majapahit. Contohnya: “Mangkana ling sang prabhu, samahur sang tapisira” (Katakanlah sewajarnya olehmu kepadaku, demikian kata sang prabhu) B. Bahasa Jawa Baru : pada masa sekarang. Contohnya: “Kandhane wong mau dakpikir ya bener, mula aku daknunggang kebo.” (Perkataan orang tadi aku pikir ya benar, maka aku menaiki kerbau.) 2. Variasi Geografis. Contohnya dalam dialek bahasa Jawa, yaitu dialek Banyumas, dialek Tegal, dialek Osing, dialek standar, dan sebagainya. Misalnya, dalam dialek Banyumas “ko garep meng ngendi Na?” = kamu mau kemana Na?, dalam dialek standar “kowe meh nangendi Na?” = kamu mau kemana Na? Kajian Sumber Variasi Bahasa