2. PERNAHKAN ANDA MERASAKAN JENUH SAAT BELAJAR?
PERNAHKAH ANDA LUPA SAAT MENGINGAT SUATU PELAJARAN?
BERBAGAI MACAM GAYA DAN METODE BELAJAR SUDAH DIJALANI, TAPI KOK TIDAK BERHASIL YA?
BAGAIMANA MENCIPTAKAN KONDISI PEMBELAJARAN YANG ASIK DAN KONDUSIF?
COBA SIMAK MATERI YANG AKAN KAMI SAMPAIKAN YA..
SEMOGA KITA DAPAT SOLUSINYA
JAWAB YA TEMAN-TEMAN
MAU TAHU SOLUSINYA?INSYAALLAH, SEMUA ADA
SOLUSINYA SOBAT.
5. DEFINISI
TRANSFER
BELAJAR
Pemindahan keterampilan hasil belajar dari satu situasi kesituasi
lainnya (Rebeer 1988)
Kata “pemindahan keterampilan” tidak berkonotasi hilangnya
keterampilan melakukan sesuatu pada masa lalu karena diganti
dengan keterampilan baru pada masa sekarang.
pemindahan pengaruh atau pengaruh keterampilan melakukan sesuatu
terhadap tercapainya keterampilan melakukan sesuatu lainnya
7. RAGAM TRANSFER BELAJAR
Gagne (baca: Gaenye)
,
•Transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar
TRANSFER POSITIF
•transfer yang berefek buruk terhadap kegiatan belajar
TRANSFER NEGATIF
•yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar
pengetahuan/ keterampilan yang lebih tinggiTRANSFER VERTIKAL
• yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar
pengetahuan/ keterampilan yang sederajatTRANSFER LATERAL
8. TERJADINYA TRANSFER BELAJAR POSITIF &
TRANSFER DARI SHORT-TERM MEMORY ke LONG-
TERM MEMORY
Oleh: LASRI ZAKIAH
9. TERJADINYA TRANSFER POSITIF
Transfer positif dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila guru
membantu untuk belajar dalam situasi tertentu yang mempermudah
siswa tersebut belajar dalam situasi-situasi lainnya. Dalam hal ini,
transfer positif menurut Barlow (1985) adalah learning in one situation
helpful in other situations, yakni belajar dalam suatu situasi yang dapat
membantu belajar dalam situasi-situasi lain.
apabila situasi belajarnya dibuat sama atau mirip dengan
situasi sehari-hari yang akan ditempati siswa tersebut kelak
dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang
telah ia pelajari di sekolah
10. TERJADINYA TRANSFER NEGATIF
Transfer negatif, menurut Anderson (1990) dan Lawson (1991) tak perlu
dirisaukan lantaran sangat jarang terjadi. Kesulitan belajar siswa yang
selama ini diduga terjadi karena adanya transfer negatif, sebenarnya
masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Sebab, sementara ini
gangguan konflik (interference) antara ingatan fakta dalam memori
manusia hampir tak pernah terjadi atau mengganggu perolehan
keterampilan baru. Alhasil, kesulitan belajar yang dialami siswa
mungkin disebabkan oleh faktor-faktor antara lain seperti yang dibahas
segera setelah pembahasan ini usai.
11. MODEL PEMROSESAN INFORMASI
Psoses Kontrol eksekutif
(Perhatian, Pemilihan Strategi, Pemantauan dsb)
StimulusdariLingkungan
Ingatan Jangka Pendek
(Ingatan yang bekerja)
Ingatan jangka
Panjang
Pemrosesan
asli
Register Inderawi
RECEPTOR
kerusakan
HILANG HILANG
Kerusakandan
gangguan
lupa
Elaborasi & Organisasi
Retrieval & Rekonstruksi
12. PERBEDAAN INGATAN JANGKA PENDEK &
INGATAN JANGKA PANJANG
Jenis-jenis ingatan input kapasitas Maintenance Retrieval
Jangka pendek sangat cepat Terbatas Sangat sebentar Segera/cepat
Jangka panjang Relatif lambat Praktis dan tak
terbatas
Praktis dan tak
terbatas
Tergantung pada
penyusunan
13. KIAT-KIAT YANG DAPAT MEMBANTU TRANSFER
PENGETAHUAN (dari ingatan jangka pendek ke
ingatan jangka panjang) Stenberg
TRANSFER Ingatan Jpe-Ingatan Jpa
REHEARSAL
METAMEMORY
CONSOLIATION
14. • Consolidation. Dalam melakukan konsolidasi, siswa hendaknya
mengintegrasikan pengetahuan/informasi baru dengan
pengetahuan/informasi yang sebelumnya telah ada dalam ingatan atau
memori
• Metamemory secara sederhana berarti diatas atau diluar kelaziman
memori dan ia merupakan salah satu komponen metacognition. Strategi
metamemory dapat berupa mnemonic devices yakni bermacam-macam
alat rekayasa akal.
• Rehearsal. Hafalan atau menghafal (rehearsal) baik secara overt (atau
dengan suatu suara keras) atau secara covert (tersembunyi atau terdengar)
merupakan salah satu cara yang baik dalam mempertahankan informasi
dan pengetahuan dalam memori.
16. LUPA DALAM BELAJAR
Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk
menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang
sebelumnya telah kita pelajari. Secara sederhana Gulo
(1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai
ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang
pernah dipelajari atau dialami dengan demikian, lupa
bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan
pengetahuan dari akal kita.
17. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB LUPA
gangguan
konflik antara
item-item
informasi
atau materi
yang ada
dalam sistem
memori siswa
adanya
tekanan
terhadap
item yang
telah ada
baik sengaja
ataupun
tidak.
Adanya
perubahan
situasi
lingkungan
antara waktu
belajar dan
waktu
mengingat
kembali
Adanya
perubahan
sikap dan
minat siswa
terhadap
proses dan
situasi belajar
tertentu.
materi
pelajaran
yang tidak
disukai tidak
pernah
digunakan
atau dihafal
siswa
perubahan
urat syaraf
otak
18. KIAT MENGURANGI LUPA DALAM BELAJAR & MASALAH
INGAT & LUPA DALAM BELAJAR
Oleh: M.ZAMZAM
19. MENGAPA KITA LUPA???
• Mengapa kita lupa? Kemampuan kita menyimpan informasi luar biasa,
tetapi mengapa kita lupa? Hilangnya informasi dari ingatan jangka pendek
disebabkan oleh dua hal: pertama gangguan, kedua waktu. Mengingat hal-
hal yang baru mengganggu mengingat hal-hal yang lama. Pada satu saat
tertentu, kemampuan ingatan jangka pendek yang terbatas itu penuh
dengan informasi-informasi baru sehingga hilanglah informasi-informasi
yang lama. Informasi juga hilang dari ingatan jangka pendek karena
usangnya waktu. Semakin lama informasi di dalam ingatan jangka pendek
semakin lemahnya dia dan akhirnya hilang lenyap tak berbekas.
• Informasi yang hilang dari ingatan jangka pendek itu benar-benar lenyap.
Tetapi informasi yang tersimpan di dalam ingatan jangka panjang tidak
pernah hilang dan selalu dapat diingat kembali asalkan kondisinya tepat.
20. KIAT MENGURANGI LUPA DALAM BELAJAR
Overlearning: (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melibihi batas
penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu.
Extra Study Time: (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan
alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi (kekerapan)
aktifitas belajar.
Mnemonic Device: (muslihat memori) diantaranya Rima, Singkatan,
Metode LOSAI, & Sistem kata kunci.
21. MENGATASI KEMUNGKINAN TERLUPAKANNYA
MATERI PELAJARAN YANG TELAH DISAJIKAN
GURU OLEH MURID
BERIKAN
MOTIVASI
ME-REVIEW
PELAJARAN
SEBELUMNYA
ADAKAN
KESINAMBUNGAN
ANTAR MATERI
SEBELUMNYA DENGAN
MATERI SELANJUTNYA
MENANYAKAN SESUATU
YANG BERHUBUNGAN
DENGAN MATERI YANG
TELAH DISAJIKAN
22. PERISTIWA JENUH DALAM BELAJAR, CARA MENGATASINYA,
& FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKANNYA
Oleh: MA’LA YU’LABI
23. JENUH DALAM BELAJAR
Kejenuhan belajar ialah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk
belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil (Reber, 1988). Seorang siswa
yang mengalami kejenuhan belajar merasa seakan-akan pengetahuan
dan kecakapan yang diperoleh dari belajar tidak ada kemajuan.
Seorang siswa yang sedang dalam keadaan jenuh sistem akalnya tak
dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan dalam memproses item-
item informasi atau pengalaman baru, sehingga kemajuan belajarnya
seakan-akan “jalan di tempat”.
25. FAKTOR YANG MENYEBABKAN KELETIHAN
MENTAL
• Karena kecemasan siswa terhadap dampak negatif yang ditimbulkan
oleh keletihan itu sendiri;
• Karena kecemasan siswa terhadap standar/patokan keberhasilan
bidang-bidang studi tertentu yang dianggap terlalu tinggi terutama
ketika siswa tersebut sedang merasa bosan mempelajari bidang-
bidang studi tadi.
• Karena siswa berada ditengah-tengah situasi kompetitif yang ketat
dan menuntut lebih banyak kerja intelek yang berat;
• Karena siswa mempercayai konsep kinerja akademik yang optimum,
sedangkan dia sendiri menilai belajarnya sendiri hanya berdasarkan
ketentuan yang ia bikin sendiri (self-imposed).
26. MENGATASI KEJENUHAN
• Melakukan istirahat dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang
bergizi dengan takaran yang cukup;
• Pengubahan atau penjadwalan kembali jam-jam dari hari-hari belajar yang
dianggap lebih memungkinkan siswa belajar lebih giat;
• Pengubahan atau penataan kembali lingkungan belajar siswa yang meliputi
pengubahan posisi meja tulis, lemari, rak buku, alat-alat perlengkapan
belajar dan sebagainya sampai memungkinkan siswa merasa berada di
sebuah kamar baru yang lebih menyenangkan untuk belajar;
• Memberikan motivasi dan stimulasi baru agar siswa merasa terdorong
untuk belajar lebih giat daripada sebelumnya;
• Siswa harus berbuat nyata (tidak menyerah atau tinggal diam) dengan cara
mencoba belajar dan belajar lagi.
28. MOTIVASI BELAJAR
Motivasi belajar adalah dorongan yang timbul pada diri siswa, secara
disadari atau tidak disadari, untuk melakukan suatu pembelajaran
dengan tujuan tertentu
motivasi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
(1) Motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang. Motivasi jenis
ini seringkali disebut dengan motivasi intrinsik. Misalnya:
seorang siswa, tanpa disuruh oleh siapa pun, setiap malam
membaca buku pelajaran yang esok harinya akan dijelaskan
oleh gurunya.
(2) Motivasi dari luar yang berupa usaha pembentukan dari orang
lain. Motivasi jenis ini seringkali disebut motivasi ekstrinsik
29. INDIKATOR SISWA YANG MEMPUNYAI
MOTIVASI
• Memiliki gairah yang tinggi
• Penuh semangat
• Memiliki rasa penasaran atau rasa ingin tahu yang tinggi
• Mampu “jalan sendiri” ketika guru meminta siswa mengerjakan
sesuatu
• Memiliki rasa percaya diri
• Memiliki daya konsentrasi yang lebih tinggi
• Kesulitan dianggap sebagai tantangan yang harus dihadapi
• Memiliki kesabaran dan daya juang yang tinggi.
30. INDIKATOR SISWA YANG MEMILIKI MOTIVASI
RENDAH
• Perhatian terhadap pelajaran kurang
• Semangat juangnya rendah
• Mengerjakan sesuatu merasa seperti diminta membawa beban berat
• Sulit untuk bisa “jalan sendiri” ketika dierikan tugas
• Memiliki ketergantungan kepada orang lain
• Mereka bisa jalan kalau sudah “dipaksa”
• Daya konsentrasi kurang. Secara fisik mereka berada dalam kelas, tapi
pikirannya mungkin berada di luar kelas
• Mereka cenderung menjadi pembuat kegaduhan
• Mudah berkeluh kesah dan pesimis ketika menghadapi kesulitan.
31. PENGEMBANGAN MOTIVASI BELAJAR SUBJEK
DIDIK
selain dilakukan melalui upaya secara langsung oleh guru, dapat juga
dilakukan oleh siswa itu sendiri dengan menggunakan “Model Latihan
Motivasi Diri” (Self-motivation Training Model). Model ini
dikembangkan berdasarkan “Teknik Pantau Diri” (Self-monitoring) dari
Cormier dan Cormier. Dengan menggunakan Latihan Motivasi Diri,
siswa dituntut secara aktif mengembangkan motivasi belajarnya sendiri
melalui aktivitasnya sendiri dan memantaunya sendiri.
32. FORMAT PANTAU DIRI
• Mengembangkan motivasi intrinsik
• Memantau motivasi ekstrinsik
• Mendepskripsikan kegiatan
• Memantau dan medepskripsikan kemajuan kegiatan
• Memilih mentor
• Membuat kesimpulan
33. NEEDS & DRIVES
NEEDS (KEBUTUHAN)
DRIVES (DORONGAN)
MENDAPATKAN
SERTIFIKAT/GELAR
MEMBAHAGIAKAN ORANGTUA
MENJADI CENDEKIAWAN
MENJADI ORANG YANG
BERMANFAAT
MEMEROLEH KARIER YANG BAIK
Manusia sebagai makhluk berakal dan makhluk
yang dapat berikhtiar untuk dapat memilih
pandangan hidup.
Sehingga manusia butuh akan ilmu sebagai
pemuas akal
Manusia butuh ilmu dan pendidikan untuk dapat
memaksimalkan potensi fitrahnya
Manusia butuh petunjuk dan pedoman dalam
hidupnya
MENCARI RIDHO ALLAH
34. Orang Tua bekerja keras untuk menghidupi anaknya dan orang tua ingin
anaknya mempunyai kehidupan yang lebih baik daripada orang tuanya.
Pantaskah kita membayar jerih payah, tetesan keringat mereka, dan
pengorbanan mereka dengan cara menyia-nyiakan fasilitas yang
mereka berikan (pendidikan)?
Tidak ada kata terlambat untuk memulai suatu perubahan.
berikhtiarlah tanpa henti sampai kita dapat menuai hasilnya