1. Teori perkembangan kognitif Piaget membahas tahap-tahap perkembangan kognitif anak, yaitu sensorimotor, pra-operasional, operasional konkrit, dan operasional formal.
2. Pada setiap tahap terjadi proses asimilasi dan akomodasi untuk membangun skema pemikiran.
3. Penerapan teori Piaget dalam pendidikan meliputi pendekatan konstruktivis dan fasilitasi belajar mandiri melalui pengalaman.
2. Penyair Amerika Abad ke-20 Marianna Moore mengatakan “Pikiran
adalah sesuatu yang bernyanyi”
Perkembangan Kognitif
3. Dalam memahami dunia, anak – anak sebuah skema, yaitu sebuah
konsep atau kerangka yang eksis dalam pikiran seseorang yang
dipakai untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikan
informasi. Misalnya seorang anak berusia 6 tahun mengetahui
bahwa lima mainan kecil dapat disimpan di dalam kotak kecil
berukuran sama berarti anak sudah memanfaatkan skema angka dan
jumlah
Ada 2 proses atas cara anak menggunakan dan mengadaptasi skema
mereka, yaitu dengan asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi, yaitu suatu proses mental yang terjadi ketika seorang anak
memasukkan pengetahuan baru ke dalam pengetahuan yang sudah
ada.
Akomodasi, yaitu suatu proses mental yang terjadi ketika anak
menyesuaikan diri dengan informasi baru.
Teori Jean Piaget
4. Seorang gadis 8 tahun diberi palu dan paku untuk menggantungkan
sebuah gambar di dinding. Dia belum pernah menggunakan palu dan
paku tersebut, kemudian dia melihat orang dewasa menggunakan palu
dan paku tersebut, maka gadis itu mengetahui bahwa palu adalah
benda yang harus dipegang di bagian gagang bawah dan biasanya
dipukulkan berkali – kali ke paku itu. Setelah mengetahui hal tersebut,
maka gadis itu akan memasukkan pengetahuannya ke dalam skema
yang dimilikinya (Asimilasi).
Akan tetapi palu itu berat, sehingga dia memegangnya di bagian atas.
Gadis itu memukulkan terlalu keras, sehingga pakunya bengkok dan
oleh karenanya dan dia harus menyesuaikan tekanan pukulannya.
Penyesuaian ini mencerminkan kemampuannya untuk mengubah
sedikit pemahamannya terhadap apa yang dilihatnya (Akomodasi)
Contoh Asimilasi dan Akomodasi
5. Organisasi merupakan konsep Piaget tentang pengelompokan
perilaku yang terpisah ke dalam sistem kognitif yang lebih tertib dan
lancar; penataan perilaku ke dalam kategori – kategori.
Penggunaan organisasi meningkatkan kemampuan jangka panjang.
Misalnya: Anak yang memiliki gagasan samar dalam menggunakan
palu, maka kemungkinan akan memiliki gagasan yang kabur untuk
menggunakan alat lainnya. Setelah mempelajari penggunaan setiap
alat, maka anak akan mengkaitkan penggunaan alat - alat tersebut
atau mengorganisasikan pengetahuannya, agar mereka menguasai
cara penggunaan alat tersebut.
Organisasi
6. Ekuilibrasi merupakan suatu mekanisme untuk menjelaskan
bagaimana anak bergerak dari satu tahap pemikiran ke tahap
selanjutnya. Pergeseran ini terjadi saat anak mengalami konflik
kognitif atau disekuilibrium dalam usahanya untuk memahami
dunianya. Pada akhirnya, anak memecahkan konflik itu dan
mendapatkan keseimbangan pemikiran.
Contoh: jika anak percaya bahwa jumlah benda cair akan berubah
jika dituangkan ke dalam wadah yang berbeda, anak itu mungkin
akan kebingungan untuk menjawab pertanyaan di mana cairan
“ekstra” itu muncul dan apakah memang benar – benar ada
penambahan cairan.
Dalam kehidupan sehari –hari, anak – anak terus menerus
menghadapi kasus yang berlawanan dan tidak konsistenan
Ekuilibrasi
7. Tahap Sensorimotor (Dari kelahiran – 2 tahun)
Bayi membangun pemahaman dunia dengan mengoordinasikan
pengalaman inderawi (melihat dan mendengar) dan tindakan fisik/
gerakan motor (menggapai, menyentuh). Bayi melangkah maju dari
tindakan instingtual dan refleksif untuk beradaptasi dengan dunia.
Menjelang periode sensorimotorik, anak bisa membedakan antara
dirinya dan dunia sekitarnya dan menyadari bahwa objek tetap ada
ari waktu ke waktu.
Tahap Perkembangan Kognitif Piaget
8. Anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata dan gambar. Kata dan gambar ini
merefleksikan peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui koneksi informasi
inderawi dan tindakan fisik.
Pemikiran praoperasional dibagi ke dalam 2 subtahap, yaitu subtahap fungsi simbolis
dan sub tahap pemikiran intuitif.
Subtahap fungsi simbolis (2 – 4 th), ditandai dengan berkembangnya kemampuan
untuk merepresentasikan objek yang tidak hadir dan meningkatkannya pemikiran
simbolis, muncul egosentrisme dan animisme. Misalnya anak usia 3 tahun
mengambar tampak aneh (mewarnai matahari berwarna biru, langit berwarna hijau,
dan gambar mobil di atas awan) atau sebagai contoh interaksi seorang anak yang
sedang ditelhon ayahnya dari kantor:
Ayah : Jingga, mama ada di rumah?
Jingga : (diam tetapi menganggukkan kepala)
Ayah : Jingga, apa aku bisa bicara dengan mama?
Jingga : (Mengangguk lagi tetapi tetap diam)
Jawaban jingga bersifat egosentris karena dia tidak mempertimbangkan perspektif
ayahnya; dia tidak menyadari bahwa ayahnya tidak dapat melihat dirinya
menganggukkan kepala.
Tahap pra-operasional (2-7 th)
9. Disebut intuitif karena anak – anak tampaknya merasa yakin
terhadap pengetahuan dan pemahaman mereka, tetapi tidak
menyadari bagaimana mereka bisa mengetahui apa – apa yang ingin
mereka ketahui. Artinya, mereka mengatakan bahwa mereka tahu
seuatu tetapi mereka mengetahuinya tanpa menggunakan
pemikiran rasional.
Misalnya apabila seorang anak berusia 4 tahun diberi tugas
membagi kawan – kawannya ke dalam kelompok berdasarkan teman
dan berdasarkan jenis kelamin lelaki dan perempuan, maka si anak
mngkin tidak dapat mengelompokkan teman lelaki, teman
perempuan, lelaki yang bukan teman dan gadis yang bukan teman.
Subtahap pemikiran intuitif (4-7 th)
10. pada tahap ini anak berpikir secara operasional dan penalaran
intuitif meski hanya dalam situasi konkret; kemampuan klasifikasi
sudah ada tetapi belum bisa memahami problem abstrak.
Pada tahap operasional kongkrit anak sudah memahami hubungan
antar kelas melalui 2 penugasan, yaitu seriation dan transitivity.
Seriation, yaitu operasi konkret yang melibatkan stimuli pengurutan
di sepanjang dimensi kuantitatif. Misalnya, siswa diminta
mengurutkan lidi yang berbeda panjangnya dari yang terpendek ke
yang terpanjang.
Transitivity, yaitu kemampuan untuk mengkombinasikan hubungan
secara logis untuk memahami kesimpulan tertentu. Misalnya ada 3
buah batang lidi A (paling panjang), B (panjang menengah) dan C
(paling pendek), maka anak diusia ini sudah bisa menyimpulkan
bahwa A>B, B>C, dan A>C.
Pada tahap ini anak sudah mampu membaca tentang pohon
keluarga atau silsilah keluarga dan mengklasifikasikannya.
Tahap Operasional Kongkrit (7 – 11 th)
11. Selain memiliki kemampuan abstraksi, pemikir operasional formal
juga memiliki kemampuan untuk melakukan idealisasi dan
membayangkan kemungkinan – kemungkinan.
Dalam tahap ini remaja dapat mengembangkan hipotesis untuk
memecahkan problem dna menarik kesimpulan secara sistematis.
Banyak remaja tidak sabar terhadap cita – cita mereka sendiri.
Mereka juga tidak sabar menghadapi problem untuk mewujudkan
cita- cita tersebut. Mereka mulai berpikir idealis dan seolah seperti
ilmuwan. Mereka menyusun rencana untuk memecahkan masalah
dan secara sistematis menguji solusinya
Tahap Operasional Formal (11 th – Dewasa)
12. 1. Gunakan Pendekatan Konstruktivis, anak akan belajar dengan lebih
baik jika mereka aktif dan mencari solusi sendiri. Untuk semua mata
pelajaran, murid lebih baik diajari untuk membuat penemuan,
memikirkannya, dan mendiskusikannya, bukan dengan diajari
menyalin apa – apa yang dikatakan atau dilakukan oleh guru.
2. Fasilitasi murid untuk belajar. Guru yang efektif harus merancang
situasi yang membuat murid belajar dengan bertindak (learning by
doing)
3. Pertimbangkan pengetahuan dan tingkatkan pemikiran anak. Murid
tidak datang ke sekolah dengan kepala kosong, sehingga guru harus
menginterpretasikan apa yang dikatakan murid dan merespons
dengan memberikan wacana yang sesuai dengan tingkat pemikiran
murid.
4. Gunakan penilaian terus menerus. Makna yang disusun oleh
individu tidak dapat diukur dengan test standar, melainkan
menggunakan penilaian kemajuan secara individual
Penerapan Teori Piaget untuk Pendidikan Anak
13. 5. Tingkatkan kemampuan intelektual murid. Pembelajaran anak harus
berjalan secara alamiah, anak tidak boleh di desak dan ditekan untuk
berprestasi terlalu banyak di awal perkembangan mereka sebelum
mereka siap. Misalnya ketika bayi, sudah ditunjukkan dengan berbagia
kartu huruf atau kata supaya bayi cepat membaca adalah hal yang buru
– buru dan tidak akan ada gunanya.
6. Jadikan ruang kelas menjadi ruang eksplorasi dan penemuan. Guru
mendorong interaksi antar murid selama pembelajaran dan permainan,
sebab sudut pandang murid yang berbeda dapat menambah kemajuan
berpikir.
14. Santrok, J.W. (2017). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media
Gorup
Sumber Pustaka