1. PERKEMBANGAN KOGNITIF
PESERTA DIDIK
Secara sederhana, pada buku karangan (Desmita, 2009) dijelaskan kemampuan
kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta
kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Dengan
berkembangnya kemampuan kognitif ini akan memudahkan peserta didik menguasai
pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak mampu melanjutkan fungsinya
dengan wajar dalam interaksinya dengan masyarakat dan lingkungan.
Sehingga dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif adalah salah satu
aspek perkembangan peserta didikyang berkaitan dengan pengetahuan, yaitu semua
proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan
memikirkan lingkungannya, sesuai buku karangan (Desmita, 2009).
Teori perkembangan kognitif, menurut Pieget Perkembangan kognitif seorang
anak terjadi secara bertahap, lingkungan tidak tidak dapat mempengaruhi
perkembangan pengetahuan anak. Seorang anak tidak dapat menerima pengetahuan
secara langsung dan tidak bisa langsung menggunakan pengetahuan tersebut, tetapi
pengetahuan akan didapat secara bertahap dengan cara belajar secara aktif
dilingkungan sekolah.
Kemudian, pandangan perkembangan kognitif menurut Vygotsky berbeda
dengan piaget. Vygotsky lebih menekankan pada konsep sosiokultural, yaitu konteks
sosial dan interaksi dengan orang lain dalam proses belajar anak. Vygotsky juga yakin
suatu pembelajaran tidak hanya terjadi saat disekolah atau dari guru saja, tetapi suatu
pembelajaran dapat terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum
pernah dipelajari disekolah namun tugas-tugas itu bisa dikerjakannya dengan baik,
misalnya di masyarakat.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan dan dapat dipahami bahwa
kognitif atau pemikiran adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi untuk
menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran,
ingatan dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh
pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua
proses psikologis yang berkaitan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan,
2. mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai dan memikirkan lingkungannya.
(Desmita, 2009).
ProsesPerkembanganKognitif
Dalam pembahasan proses perkembangan kognitif, ada dua alternative proses
perkembangan kognitif yaitu pada teori dan tahap-tahap perkembangan yang
dikemukakan oleh Piaget dan proses perkembangan kognitif oleh para pakar psikologi
pemprosesan informasi.
1. Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Piaget meyakini bahwa pemikiran seorang anak berkembang dari bayi sampai dia
dewasa. Menurut teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang
baru di lahirkan sampai mengijak usia dewasa mengalami empat tingkat
perkembangan kognitif, yaitu tahap sensori-motorik (dari lahir sampai 2 tahun), tahap
pra-operasional (usia 2 sampai 7 tahun), tahap konkret-operasional (usia 7 sampai 11
tahun), dan tahap operasional formal (usia 11 tahun ke atas), dalam buku karangan
Desmita(2009:101) dan (Anwar Holil,2008).
a. Tahap Sensori-Motorik (usia 0-2 tahun)
Desmita (2009:101) Dikatakan bahwa bayi bergerak dari tindakan reflex instinktif
pada saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis. Bayi membangun suatu
pemahaman tentang dunia melalui pengkoordinasian pengalaman-pengalaman
sensor dengan tindakan fisik.
b. Tahap Pra-Operasional (usia 2-7 tahun)
Pada tahap ini anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata dari
berbagai gambar. Kata dan gambar-gambar ini menunjukkan adanya peningkatan
pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi indrawi dan tindakan fisik
(Desmita, 2009).
c. Tahap Konkret-Operasional (usia 7-11 tahun)
Ditahap ini anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang
konkret dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda
(Desmita, 2009). Tetapi dalam tahapan konkret-operasional masih mempunyai
kekurangan yaitu, anak mampu untuk melakukan aktivitas logis tertentu tetapi hanya
dalam situasi yang konkrit. Dengan kata lain, bila anak dihadapkan dengan suatu
3. masalah secara verbal, yaitu tanpa adanya bahan yang konkrit, maka ia belum
mampu untuk menyelesaikan masalah ini dengan baik.
d. Tahap Operasional Formal (usia 11 tahun-dewasa)
Ditahap ini remaja berfikir dengan cara yang lebih abstrak, logis, dan lebih idealistik.
Karakteristik PerkembanganKognitifPeserta Didik
Karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Masa kanak-kanak awal
a) Pengertian perkembangan kognitif masa kanak-kanak awal
Jean Piaget menanamkan masa kanak-kanak awal. Dari sekitar usia 2 sampai 7
tahun, sebagai tahap praoperasional, karena anak-anak belum siap untuk terlibat
dalam operasi atau manipulasi mental yang mensyaratkan pemikiran logis.
Karakteristik perkembangan dalam tahap kedua adalah perluasan penggunaan
pemikiran simbolis, atau kemampuan representional, yang pertama kali muncul pada
akhir tahap sensorimotor. Menurut Montessori (Hurlock, 1978) anak usia 3-6 tahun
adalah anak yang sedang berada dalam periode sensitif atau masa peka, yaitu
suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan
sehingga tidak terhambat perkembangannya. Anak taman kanak-kanak adalah anak
yang sedang berada dalam rentang usia 4-6 tahun, yang merupakan sosok individu
yang sedang berada dalam proses perkembangan. Proses pendidikan bagi anak usia
4-6 tahun secara formal dapat ditempuh di taman kanak-kanak.
b) Kemampuan yang mampu dikuasai anak
Pada tahap ini kemampuan anak berada pada tahap praoperasional. Dikatakan
praoperasional karena pada tahap ini anak belum memahami. Fase praoperasional
dapat dibagi ke dalam tiga subfase, yaitu subfase fungsi simbolis, subfase berpikir
secara egosentris dan subfase berpikir secara intuitif. Fase ini rnemberikan andil yang
besar bagi perkembangan kognitif anak. Pada fase praoperasional, anak tidak berpikir
secara operasional yaitu suatu proses berpikir yang dilakukan dengan jalan
menginternalisasi suatu aktivitas yang memungkinkan anak mengaitkannya dengan
kegiatan yang telah dilakukannya sebelumnya. Fase ini merupakan fase permulaan
bagi anak untuk membangun kemampuannya dalam menyusun pikirannya. Oleh
sebab itu, cara berpikir anak pada fase ini belum stabil dan tidak terorganisasi secara
baik.
4. Fase praoperasional mencakup tiga aspek, yang memiliki kemampuan yaitu:
1. Berpikir Simbolik
Berpikir simbolik yaitu kemampuan untuk berpikir tentang objek dan peristiwa
walaupun objek dan peristiwa tersebut tidak hadir secara fisik (nyata) di hadapan
anak.Subfase fungsi simbolis terjadi pada usia 2 - 4 tahun. Pada masa ini, anak telah
memiliki kemampuan untuk menggarnbarkan suatu objek yang secara fisik tidak hadir.
Contoh kemampuan ini membuat anak dapat rnenggunakan balok-balok kecil untuk
membangun rumah-rumahan, menyusun puzzle, dan kegiatan lainnya. Pada masa ini,
anak sudah dapat menggambar manusia secara sederhana. Pada fase
praoperasional, anak mulai menyadari bahwa pemahamannya tentang benda-benda
di sekitarnya tidak hanya dapat dilakukan melalui kegiatan sensorimotor, akan tetapi
juga dapat dilakukan melalui kegiatan yang bersifat simbolis. Anak tidak harus berada
dalam kondisi kontak sensorimotorik dengan objek, orang, atau peristiwa untuk
memikirkan hal tersebut. Anak dapat membanyangkan objek atau orang tersebut
memiliki sifat yang berbeda dengan yang sebenarnya.
Contoh: Citra bertanya kepada ibunya tentang gajah yang mereka lihat
dalamperjalanan mereka ke sirkus beberapa bulan yang lalu.
2. Berpikir Egosentris
Aspek berpikir secara egosentris, yaitu cara berpikir tentang benar atau tidak benar,
setuju atau tidak setuju, berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh sebab itu, anak
belum dapat meletakkan cara pandangnya di sudut pandang orang lain. Menurut
Piaget, pemikiran itu khas bersifat egosentris, anak pada tahap ini sulit
membayangkan bagaimana segala sesuatunya tampak dari perspektif orang lain.
Subfase berpikir secara egosentris terjadi pada usia 2-4 tahun. Berpikir secara
egosentris ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk memahami perspektif atau cara
berpikir orang lain. Anak berasumsi bahwa orang lain berpikir, menerima dan merasa
sebagaimana yang mereka lakukan.
5. Contoh: Clara menyadari bahwa dia harus mebalik buku agar ayahnya dapat melihat
gambar yang dia minta untuk diterangkan. Dia malah memegang buku di depan
wajahnya sehingga hanya dia sendiri yang dapat malihat buku tersebut.
3. Berpikir lntuitif
Fase berpikir secara intuitif, yaitu kemarnpuan untuk menciptakan sesuatu, seperti
menggambar atau menyusun balok, akan tetapi tidak mengetahui dengan pasti alasan
untuk melakukannya. Subfase berpikir secata intuitif tenadi pada usia 4 - 7 tahun.
Masa ini disebut subfase berpikir secara intuitif karena pada saat ini anak
kelihatannva mengerti dan mengetahui sesuatu. Contoh: Ani menyusun balok meniadi
rumah-rumahan, akan tetapi pada hakikatnya Ani tidak mengetahui alasan-alasan
yang menyebabkan balok itu dapat disusun meniadi rumah. Dengan kata lain, anak
belum memiliki kemampuan untuk berpikir secara kritis tentang apa yang ada dibalik
suatu kejadian.
Kemampuan lain yang dikuasai anak tahap ini adalah:
a. Memahamiidentitas
Anak memahami bahwa perubahan di permukaan tidak mengubah karakter alamiah
sesuatu.
Contoh: Boris mengetahui bahwa gurunya sedang berbusana bajak laut tetapi orang
itu tetap gurunya yang berada di dalam kostum.
b. Memahamisebab akibat
Anak mengetahui bahwa peristiwa memiliki sebab dan akibat.
Contoh: Anas melihat bola menggelinding dari balik tembok, lalu dia melihat belakang
tembok untuk mencari siapa yang menendang bola tersebut.
c. Mampu mengklasifikasi
Anak mengorganisir objek, orang, dan peristiwa kedalam kategori yang memiliki
makna.
Contoh: Susan memilah mainannya ke kelompok bagus dan jelek.
d. Memahamiangka
6. Anak dapat berhitung dan bekerja dengan angka.
Contoh: Rosa membagi permen kepada teman-temannya dan menghitung permen
yang dia punya untuk memastikan setiap orang mendapatkan permen yang sama.
e. Empati
Anak menjadi lebih mampu untuk membayangkan apa yang dirasakan oleh orang lain.
Contoh: Budi mencoba untuk menenangkan temannya yang sedang kecewa dan
menangis.
f. Teoripikiran
Anak menjadi lebih dasar akan aktivitas mental dan fungsi pikirannya.
Contoh: Putri ingin menyimpan beberapa potong coklat untuk dirinya sendiri, karena
itu ia menyimpan coklat dari adiknya ke dalam kotak pensil. Dia mengetahui bahwa
coklatnya akan aman didalam kotak tersebut karena sang adik tidak akan mencarinya
ke tempat yang biasanya tidak terdapat coklat.
Batasan pemikiranpraoperasional(merujukkepada piaget),yaitu:
Sentrasi:ketidakmampuan untuk decenter
Anak fokus kepada satu aspek dari situasi dan mengabaikan yang lain.
Contoh: Timon menggoda adik perempuannya bahwa ia memiliki juice yang lebih
kerena juice-nya dituangkan ke dalam gelas yang panjang dan ramping sedangkan
milik adiknya dituangkan dalam gelas yang pendek dan melebar.
·
Irreversibility
Anak gagal memahami bahwa beberapa operasi atau tindakan dapat dibalik,
dikembalikan ke situasi semula.
Contoh: Timon tidak menyadari bahwa juice dalam tiap gelas dapat dikembalikan ke
dalam kotak juice yang merupakan tempat semula juice tersebut, dan berlawanan
dengan klaim miliknya lebih banyak dibandingkan milik sang adik.
· Fokus kepadasituasi,bukan kepada transformasi
Anak gagal memahami nilai penting transformasi antar pernyataan
7. Contoh: Dalam tugas percakapan, Timon tidak memahami bahwa tranformasi bentuk
cairan (dituangkan dari satu tempat ke tempat yang lain) tidak mengubah jumlah.
·
Penalarantransduktif
Diskripsi: Anak tidak menggunakan penalaran deduktif atau induktif, mereka malah
melompat dari satu penalaran ke yang lain dan mencari sebab ketika tidak
menemukannya.
Contoh: Sarah memarahi adiknya, kemudian adiknya jatuh sakit, sarah menyimpulkan
bahwa yang menyebabkan adiknya sakit adalah dia.
·
Animisme
Diskripsi: Anak mengatributkan kehidupan kepada objek yang tidak hidup.
Contoh: Amanda mengatakan bahwa musim semi mencoba untuk datang dan musim
gugur berkata, “saya tidak mau pergi! Saya tidak mau pergi!”.
·
Ketidakmampuan membedakanpenampakan dengankenyataan
Diskripsi: Anak merasa bingung dengan apa yang sebenarnya penampilan.
Contoh: Budi merasa bingung dengan spon yang dibuat berbentuk batu. Dia
menyatakan bahwa benda tersebut berbentuk seperti batu dan benar-benar batu.
Ø Tahap perkembangan bahasa berbicara pada masa kanak-kanak
awal
Perkembangan bahasa terbagi atas dua periode besar, yaitu: periode Prelinguistik
(0-1 tahun) dan Linguistik (1-5 tahun). Mulai periode linguistik inilah mulai hasrat anak
mengucapkan kata kata yang pertama, yang merupakan saat paling menakjubkan
bagi orang tua. Periode linguistik terbagi dalam tiga fase besar, yaitu:
1. Fase satu kata atau Holofrase
Pada fase ini anak mempergunakan satu kata untuk menyatakan pikiran yang kornpleks,
baik yang bcrupa keinginan, perasaan atau temuannya tanpa pcrbedaan yang jelas.
8. Misalnya kata duduk, bag: anak dapat berarti “saya mau duduk”, atau kursi tempat
duduk, dapat juga berarti “mama sedang duduk”. Orang tua baru dapat mengerti dan
memahami apa yang dimaksudkan oleh anak tersebut, apabila kiia tahu dalam
konteks apa kata tersrbut diucapkan, sambil mcngamati mimik (ruut muka) gerak serta
bahasa tubuh lainnya. Pada umumnya kata pertama yang diurapkan oleh anak adalah
kata benda, setelah beberapa waktu barulah disusul dengan kata kerja.
2. Fase lebih darisatu kata
Fase dua kata muncul pada anak berusia sekkar 18 bulan. Pada fase ini anak sudah
dapat membuat kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata. Kalimat tersebut kadang-
kadang terdiri dari pokok kalimat dan predikat, kadang-kadang pokok kalimat dengan
obyek dengan tata bahasa yang tidak benar. Setelah dua kata, muncullah kalimat
dengan tiga kata, diikuti oleh empat kata dan seterusnya. Pada periode ini bahasa
yang digunakan oleh anak tidak lagi egosentris, dari dan uniuk dirinya sendiri. Mulailah
mcngadakan komunikasi dengan orang lain secara lancar. Orang tua mulai
melakukan tanya jawab dengan anak secara sederhana. Anak pun mulai dapat
bercerita dengan kalimat-kalimatnya sendiri yang sederhana.
3. Fase ketiga adalah fase diferensiasi
Periode terakhir dari masa balita yang bcrlangsung antara usia dua setengah sampai lima
tahun. Keterampilan anak dalam berbicara mulai lancar dan berkembang pesat.
Dalam berbicara anak bukan saja menambah kosakatanya yang mengagumkan akan
tetapi anak mulai mampu mengucapkan kata demi kata sesuai dengan jenisnya,
terutama dalam pemakaian kata benda dan kata kerja. Anak telah mampu
mempergunakan kata ganti orang “saya” untuk menyebut dirinya, mampu
mempergunakan kata dalam bentuk jamak, awalan, akhiran dan berkomunikasi lebih
lancar lagi dengan lingkungan. Anak mulai dapat mengkritik, bertanya, menjawab,
memerintah, memberitahu dan bentuk-bentuk kalimat lain yang umum untuk satu
pembicaraan “gaya” dewasa.
Ø Kemampuan memori yang berkembang pada masa kanak-kanak
awal
· Model pemprosesan informasi mendeskripsikan tiga tahap dalam mengingat yaitu:
9. 1. Encoding: proses di mana informasi dipersiapkan untuk penyimpanan jangka panjang
dan pemanggilan kembali di kemudian hari.
2. Storage: penyimpanan ingatan untuk penggunaan di masa depan.
3. Retrieval: proses di mana informasi diakses atau dipanggil kembali dari penyimpanan
ingatan.
· Pada semua usia, mengenal dapat dilakukan lebih baik dari mengingat, akan tetapi
kedua kemampuan tersebut meningkat pada masa anak-anak awal.
· Membentuk memori anak. Memori tentang pengalaman pada masa anak-anak
awal jarang sekali yang terjadi secara disengaja: anak kecil biasanya mengingat
peristiwa yang membuat kesan yang sangat kuat, dan dan sebagian besar dari
memori sadar awal, ini tampaknya bersifat jangka pendek. Cara seorang anak
membentuk memori permanen ada tiga tipe yaitu:
1. Memori generic: memori yang menghasilkan script bagi rutinitas yang akrab untuk
memandu perilaku. Script adalah catatan umum yang akrab dan berulang,
dipergunakan untuk memandu perilaku. Misalnya: seorang anak bisa saja
memiliki script untuk menaiki bus ke sekolah atau makan siang di rumah nenek.
2. Memori episodis: memori jangka panjang tentang peristiwa yang kerap terjadi dan
akrab, dihubungkan dengan tempat dan waktu.
3. Memori autobiografis: memori tentang peristiwa tertentu dalam kehidupan seseorang.
Misalnya: seorang anak mengingat saat dia pergi ke kebun binatang. Karena ke kebun
binatang itu dia mengingat peristiwa baru dan unik, dia juga mengingat detail dari
perjalanan tersebut hingga beberapa tahun.
2. Masa Kanak-kanakAkhir
Menurut teori Piaget, pemikiran anak – anak usia sekolah dasar disebut
pemikiran Operasional Konkrit (Concret Operational Thought), artinya aktivitas
mental yang difokuskan pada objek – objek peristiwa nyata atau konkrit. Masa ini
berlangsung padamasa kanak-kanak akhir. Dalam upaya memahami alam sekitarnya,
mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari pancaindera,
karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh
mata dengan kenyataan sesungguhnya. Dalam keadaan normal, pada periode ini
pikiran anak berkembang secara berangsur – angsur. Jika pada periode sebelumnya,
daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada periode ini daya
10. pikir anak sudah berkembang ke arah yang lebih konkrit, rasional dan objektif. Daya
ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada pada stadium
belajar.
Dalam masa ini, anak telah mengembangkan 3 macam proses yang disebut
dengan operasi – operasi, yaitu :
a) Negasi (Negation), yaitu pada masa konkrit operasional, anak memahami
hubungan-hubungan antara benda atau keadaan yag satu dengan benda atau
keadaan yang lain.
b) Hubungan Timbal Balik (Resiprok), yaitu anak telah mengetahui hubungan sebab-
akibat dalam suatu keadaan.
c) Identitas, yaitu anak sudah mampu mengenal satu persatu deretan benda-benda
yang ada.
Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula untuk mengetahui suatu
perbuatan tanpa melihat bahwa perbuatan tersebut ditunjukkan. Jadi, pada tahap ini
anak telah memiliki struktur kognitif yang memungkinkanya dapat berfikir untuk
melakukan suatu tindakan, tanpa ia sendiri bertindak secara nyata.
KEMAJUAN KOGNITIF
· Pemikiran spasial
Contoh : Dani dapat menggunakan peta atau model untuk membantunya mencari
objek tersembunyi dan dapat memberikan arah untuk menemukan benda tersebut
kepada orang lain. Dia dapat menemukan jalan ke sekolah dan pulang ke rumah,
dapat memperkirakan jarak, dapat menilai berapa waktu yang dibutuhkan untuk pergi
dari satu tempat ke tempat yang lain.
· Sebab akibat
Contoh : Doni mengetahui atribut fisik objek mana yang akan memengaruhi hasil
(misalnya, jumlah objek berpengaruh sedangkan jumlah warna tidak). Tetapi dia
belum mengetahui faktor spesial mana seperti posisi dan penempatan objek, yang
membuat perbedaan.
· Klasifikasi
Kemampuan mengategorisasi membantu anak untuk berpikir secara logis.
11. Contoh : elena dapat memilah objek ke dalam beberapa kategori, seperti bentuk,
warna, atau keduanya. Dia mengetahui bahwa subkelas (mawar) memiliki anggota
yang lebih sedikit dibandingkan dengan kelas yang menjadi induknya (bunga).
· Seriasidan kesimpulan transitif
Kemampuan untuk mengenali hubungan antara dua objek dengan mengetahui
hubungan antara masing-masing objek tersebut dan objek ketiga.
Contoh : nina dapat mengatur kumpulan tongkat sesuai urutan, dari yang paling
pendek ke yang paling panjang, dan dapat memasukkan tongkat berukuran
menengah ke tempat yang tepat. Dia mengetahui apabila satu tongkat lebih panjang
dibandingkan tongkat kedua, dan tongkat kedua lebih panjang dari tongkat ketiga,
maka tongkat pertama lebih panjang dari tongkat ketiga.
· Penalaran induktifdan deduktif
Penalaran induktif merupakan tipe penalaran logis yang bergerak dari yang
observasi khusus terhadap anggota kelas hingga mencapai kesimpulan tentang kelas
tersebut. Dan penalaran deduktif merupakan tipe penalaran logis yang bergeneral dari
premis umum tentang sebuah kelas kepada sebuah kesimpulan tentang anggota
tertentu atau beberapa anggota dari kelas tersebut.
Contoh : Dara dapat memecahkan masalah induktif maupun deduktif dan mengetahui
bahwa kesimpulan induktif (yang didasarkan pada beberapa premis tertentu) memiliki
tingkat kepastian yang lebih rendah dibandingkan dengan kesimpulan deduktif
(didasarkan kepada premis umum).
· Konservasi
Dalam memecahkan berbagai masalah konservasi, anak-anak yang berada dalam
tahap operasi konkret dapat mencari jawabannya dalam kepala mereka: mereka tidak
harus mengukur atau menimbang objek tersebut.
Contoh : Pada usia 7 tahun, Andre mengetahui apabila bola tanah liat digulung
menjadi bentuk sosis, maka ia memiliki jumlah tanah liat yang sama (konservasi
substansi). Pada usia 9 tahun, dia mengetahui bahwa berat bola dan sosis sama. Baru
pada usia awal remaja, dia mengetahui bahwa keduanya meluberkan jumlah cairan
yang sama jika keduanya diletakkan dalam segelas air.
POKOK BAHASAN KOGNITIF
a. Perkembangan Memori
12. Cara otak menyimpan informasi dipercaya bersifat universal, walaupun efisiensi
dari sistem tersebut bervariasi dari orang ke orang (Siegler, 1998). Model pemrosesan
informasi menggambarkan otak memiliki tiga “gudang”, yaitu:
1. Memori sensoris (sensory memory) adalah sistem penyimpanan awal “tangki
penampungan” sementara bagi informasi sensoris yang masuk. Ingatan sensoris
menunjukkan sedikit perubahan berkaitan dengan usia; sebagaimana yang telah kita
saksikan, bayi pun memilii ingatan sensoris.
2. Memori kerja (working memory) adalah sebuah “gudang” jangka pendek bagi
informasi yang sedang dikerjakan oleh seseorang pada saat ini; dan informasi
tersebut adalah informasi yang berusaha untuk dipahami, diingat, atau dipikirkan.
3. Memori jangka panjang (long-term memory) adalah sebuah “gudang” dengan
kapasitas penyimpanan yang tidak terbatas, yang menyimpan informasi dalam jangka
waktu yang lama.
Ø Metamemori: Memahami memori
Antara anak usia 5 dan 7 tahun, lobus frontal mengalami perkembangan signifikan
dan reorganisasi, memungkinkan peningkatan pemanggilan kembali
dan metamemori, pengetahuan tentang proses memori (Janowsky & Carper, 1996).
Anak-anak TK dan tingkat pertama mengetahui bahwa orang akan mengingat lebih
baik jika mereka belajar lebih lama, orang akan melupakan sesuatu seiring dengan
berjalannya waktu, dan akan lebih mudah untuk mempelajari kembali sesuatu yang
telah dipelajari daripada mempelajarinya untuk pertama kali.
Ø Mnemonik: Strategi untuk Mengingat
Selama periode ini, memori jangka pendek anak telah berkembang dengan baik.
Akan tetapi, memori jangka panjang tidak terjadi banyak peningkatan dengan disertai
adanya keterbatasan – keterbatasan. Untuk mengurangi keterbatasan tersebut, anak
berusaha menggunakan teknik untuk membantu ingatan (strategi mnemonik) yang
digunakan untuk meningkatkan memori. Terdapat 4 macam strategi mnemonik, yaitu:
a. Bantuan memori eksternal : Terpancing oleh sesuatu dari luar orang tersebut.
Pada anak usia 5 dan 6 tahun dapat melakukan hal ini, tetapi yang berusia 8 tahun
lebih sering berpikir untuk melakukannya.
Contoh : Roni membuat daftar yang harus dia lakukan hari ini.
b. Rehearsal (Pengulangan) : Suatu strategi meningkatkan memori dengan cara
mengulang berkali-kali informasi yang telah disampaikan.
13. Pada anak usia 6 dan 7 tahun dapat diajari untuk melakukan hal ini, anak usia 7 tahun
melaksanakannya secara spontan.
Contoh : tim berulang-ulang menyebutkan huruf dalam kata ejaannya sampai dia
mengetahuinya.
c. Organization (Organisasi) : Pengelompokan dan pengkategorian sesuatu yang
digunakan untuk mesningkatkan memori.
Sebagian besar anak tidak dapat melakukan hal ini sampai mereka berusia 10 tahun,
tetapi anak yang lebih muda dapat diajari melakukannya.
Contoh : anak SD sering mengingat nama-nama teman sekelasnya menurut susunan
dimana mereka duduk dalam satu kelas.
d. Elaborasi : mengasosiasikan item yang akan diingat dengan sesuatu yang lain
seperti frasa, scene, atau cerita.
Anak yang berusia lebih tua lebih sering melakukan ini secara spontan dan mengingat
lebih baik apabila mereka membuat asosiasi mereka sendiri; anak yang lebih muda
akan mengingat lebih baik apabila ada orang lain yang membuatkannya untuk mereka.
Contoh : Yolanda mengingat garis nada musik (E,G,B,D,F) dengan
mengasosiasikannya dengan frasa “Every good boy does fine”.
b. Perkembangan Pemikiran Kritis
Perkembangan pemikiran kritis yaitu pemahaman atau refleksi terhadap
permasalahan secara mendalam, mempertahankan pikiran agar tetap terbuka, tidak
mempercayai begitu saja informasi-informasi yang datang dari berbagai sumber serta
mampu befikir secara reflektif dan evaluatif.
c. Perkembangan Kreativitas
Dalam tahap ini, anak-anak mempunyai kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang baru. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan, terutama
lingkungan sekolah.
d. Perkembangan Bahasa
Selama masa anak-anak awal, perkembangan bahasa terus berlanjut.
Perkembangan bahasa pada usia sekolah yaitu antara lain:
a) Aspek pada penggunaan bahasa adalah narasi dan percakapan.
Umumnya pada usia ini, tugas komunikasi menjadi kompleks dan sulit , sehingga
anak-anak usia ini mengalami kesulitan untuk memahami perasann orang lain, lalu
anak usia 5-6 tahun cenderung kurang mampu mengkomunikasikan informasi dari
14. anak yang lebih tua, jadi informasi yang abstrak belum mampu dikomuikasikan pada
anak-anak.
b) Meningkatnya jumlah pembendaharaan dan spesifikasi definisi.
Dalam masa pertumbuhan pemahaman kata dan hubungannya berlangsung terus
menerus, sehingga mereka dapat memperkaya perbendaharaan katanya lebih
banyak melalui bacaan-bacaan yang sifatnya konstekstual, peningkatan tersebut
mungkin setelah kelas empat SD. Namun walaupun terjadi peningkatan
perbendaharaan kata tidak selalu anak dapat memahami makna suatu kata atau
kalimat. Karena, dapat terjadi bila anak tidak menguasai perbendaharaan dari semua
kata di dalam kalimat, tapi anak itu dapat memahami makna kata atau kalimat secara
tepat. Sebaliknya, anak yang menguasai arti dari seluruh kata dalam suatu kalimat
tertentu tidak dapat memahami makna kata atau suatu kalimat. Untuk itu dalam
memaknai suatu kata ataupun kalimat diperlukan lebih banyak kemampuan
menjustifikasi suatu kata atau kalimat daripada sekedar mengetahui arti kata.
3. Masa Remaja
· Pengertian perkembangan kognitif remaja
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli
perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap
pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya
para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-
masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang
sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak
alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas
berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu
berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa
adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya
dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan
pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi,
prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini,
para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.
Perkembangan kognitif remaja mencapai tahap operasional formal yang
memungkinkan remaja berpikir secara abstrak dan komplek, sehingga remaja mampu
mengambil keputusan untuk dirinya. Selama masa remaja, kemampuan untuk
15. mengerti masalah-masalah kompleks berkembang secara bertahap. Masa remaja
adalah awal dari tahap pikiran formal operasional, yang mungkin dapat dicirikan
sebagai pemikiran yang melibatkan logika pengurangan atau deduksi. Tahap ini
terjadi di semua orang tanpa memandang pendidikan dan pengalaman mereka.
Namun, bukti riset tidak mendukung hipotesis itu yang menunjukkan bahwa
kemampuan remaja untuk menyelesaikan masalah kompleks adalah fungsi dari
proses belajar dan pendidikan yang terkumpul.
Unsur yang terpenting dalam mengembangkan pemikiran seseorang adalah
latihan dan pengalaman. Latihan berpikir, merumuskan masalah dan
memecahkannya, serta mengambil kesimpulan akan membantu seseorang untuk
mengembangkan pemikirannya ataupun intelegensinya. Piaget membedakan dua
macam pengalaman, yaitu :
1. Pengalaman fisis: terdiri dari tindakan atau aksi seseorang terhadap objek yang di
hadapi untuk mengabstraksi sifat-sifatnya.
2. Pengalaman matematis-logis: terdiri dari tindakan terhadap objek untuk
mempelajari akibat tindakan-tindakan terhadap objek itu.
Kemampuan yang dimiliki pada tahap operasional formal ini adalah:
a. Abstrak
Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang
benar-benar terjadi. Mampu memunculkan kemungkinan-kemungkinan hipotesis atau
dalil-dalil dan penalaran yang benar-benar abstrak.
b. Fleksibel dan kompleks
Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang
suatu hal. Mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri, orang lain, dan
dunia, serta membandingkan diri mereka dengan orang lain dan standard-standard
ideal ini. Berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai tahap operasi konkret
yang hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal. Hal ini
memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis. Remaja sudah mampu memikirkan
suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan (Santrock, 2001).
Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki
efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu
16. memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang
dapat membahayakan dirinya. Di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia),
masih banyak sekali remaja yang belum mampu berpikir dewasa. Sebagian masih
memiliki pola pikir yang sangat sederhana. Hal ini terjadi karena sistem pendidikan di
Indonesia banyak menggunakan metode belajar mengajar satu arah atau ceramah,
sehingga daya kritis belajar seorang anak kurang terasah. Bisa juga pola asuh orang
tua yang cenderung masih memperlakukan remaja seperti anak-anak sehingga
mereka tidak punya keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan
usianya. Seharusnya seorang remaja harus sudah mencapai tahap perkembangan
pemikiran abstrak supaya saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa
berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.
c. Logis
Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka
mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan
(Santrock, 2001). Mulai mampu mengembangkan hipotesis atau dugaan terbaik akan
jalan keluar suatu masalah, menyusun rencana-rencana untuk memecahkan
masalah-masalah dan menguji pemecahan-pemecahan masalah secara
sistematis.Misal : Dalam pengambilan keputusan oleh remaja mulai dari pemikiran,
keputusan sampai pada konsekuensinya, bagaimana lingkungannya yang
menunjukkan peran lingkungan dalam membantu pengambilan keputusan pada
remaja.
Masalah PerkembanganKognitifPeserta Didik
a. Masa kanak-kanak awal
Permasalahan membaca pada masa ini masih dengan cara dieja, pemahamannya
hanya satu kata dan terkadang anak sulit diajak belajar membaca.
Solusi: Membaca diikuti kata-kata bergambar agar menari anak untuk membaca.
b. Masa kanak-kanak akhir
Permasalahan membaca dan pemahaman di SD saat ini umumnya menggunakan
sistem klasikal yang menempatkan kecepatan memahami isi bacaan berdasarkan
17. kecepatan rata-rata memahami isi buku atau siswa merasa bahwa pembelajaran
membaca pemahaman yang dilakukan oleh guru terlalu cepat.
Solusi: Guru mengefektifkan pembelajaran membaca interpretatif dengan
mengelompokkan siswa menjadi 8 kelompok dengan memahami isi bacaan & sharing.
c. Masa Remaja
Permasalahan membaca pemahaman di masa SMP/SMA lebih ke kurang memahami
isi bacaan.
Solusi: Seharusnya dengan membaca pemahaman secara serius
Kesimpulan
Perkembangan kognitif pada peserta didik merupakan suatu pembahasan yang
cukup penting bagi pengajar maupun orang tua. Perkembangan kognitif pada anak
merupakan kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan
melakukan penalaran dan pemecahan masalah yang termasuk dalam proses
psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan
lingkungannya.
Dalam memahami perkembangan kognitif, kita harus mengetahui proses
perkembangan kognitif tersebut. Selain itu karakteristik perkembangan kognitif
18. peserta didik juga harus dapat dipahami semua pihak. Dengan pemahaman pada
karakteristik perkembangan peserta didik, pengajar dan orang tua dapat mengetahui
sebatas apa perkembangan yang dimiliki anak didiknya sesuai dengan usia mereka
masing-masing, sehingga pengajar dan orang tua dapat menerapkan ilmu yang
sesuai dengan kemampuan kognitif masing-masing anak didik.
Meskipun banyak hal dan kendala dalam perkembangan kognitif anak,
setidaknya kita sebagai calon pengajar maupun sebagai orang tua harus memahami
tentang perkembangan kognitif dan tahap-tahap karakteristik perkembangan
kognitif agar kita mampu mengetahui perkembangan kemampuan kognitif masing-
masing anak.
19. Daftar Pustaka
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Fatimah, E. 2010. Psikologi Perkembangan (perkembangan peserta didik). Bandung:
CV Pustaka Setia.
E. Papalia, Dian.,dkk. 200. Human Development (Psikologi Perkembangan) Edisi
Kesembilan. Jakarta: Kencana.
LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) & ISPI (Ikatan Sarjana Pendidikan
Indonesia). 2003. Jurnal Ilmu Pendidikan jilid 10 nomor 3. Madiun: IKIP PGRI.
Holil, A. 2008. Teori perkembangan kognitif Piaget. (online).
(http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/teori-perkembangan-kognitif-piaget.html,
diakses 2 November 2010).
Arya. 2010. Perkembangan kognitif pada anak. (online).
(http://ilmupsikologi.wordpress.com/2010/03/31/perkembangan-kognitif-pada-anak/,
diakses 2 November 2010).
Joesafira. 2010. Perkembangan kognitif pada anak. (online).
(http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/perkembangan-kognitif-pada-anak.html,
diakses 2 November 2010).
Wiriana, 2008. Perkembangan kognitif pada anak. (online).
(http://www.doctoc.com/docs/20992333/perkembangankognitif-padaanak, diakses 4
November 2010).