Perkembangan kognitif remaja ditandai dengan kemampuan berpikir secara abstrak dan logis. Remaja mulai mampu memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Konsekuensinya termasuk kesadaran diri yang tinggi dan pengambilan keputusan yang lebih matang. Transisi ke sekolah menengah sering menimbulkan stres bagi remaja karena lingkungan baru dan tanggung jawab akademik yang lebih besar
2. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif adalah perubahan
kemampuan mental seperti belajar, memori,
menalar, berpikir, dan bahasa. Jean Piaget
mengemukakan bahwa pada masa remaja
terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari
struktur otak yang telah sempurna dan
lingkungan sosial yang semakin luas untuk
eksperimentasi memungkinkan remaja untuk
berpikir abstrak. Perkembangan kognitif
remaja, dalam pandangan Jean Piaget
merupakan periode terakhir dan tertinggi. Jean
Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif
ini sebagai tahap operasional formal
Dimulai dari usia 11 tahun – dewasa.
(Papalia & Olds, 2001)
3. Karakteristik Tahap Operasional formal
Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan
untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan
menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.
Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal
seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat
segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih,
namun ada “gradasi abu-abu” di antaranya.
Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat
pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar
lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara
fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan
psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang
tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai
tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan
berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap
menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
5. Kesadaran diri dan fokus diri
Menurut Piaget, ada 2 citra keliru tentang hubungan antara diri dan orang
lain:
1. Penonton Imajiner
Keyakinan remaja bahwa mereka menjadi fokus perhatian dan kepedulian
oranglain. Sering menghabiskan waktu lama memeriksa setiap detail
penampilan mereka dan sensitive terhadap kritik public. Bagi remaja, yang
meyakini setiap orang sedang memantau kinerja mereka, ucapan kritis dari
orangtua atau guru dapat membuat mereka malu. Evaluasi dari oranglain
memiliki dampak nyata bagi harga diri, penerimaan teman sebaya, dan
dukungan sosial, dan nilai emosional.
Contoh: remaja akan merasa diamati orang lain, ketika ada jerawat yang
muncul di pipinya, sehingga berupaya menutupinya
2. Fabel Pribadi
Oleh karena yakin orang lain sedang memerhatikan dan berpikir tentang
mereka, remaja menumbuhkan suatu pandangan tentang betapa pentingnya
diri mereka, perasaan bahwa mereka istimewa dan unik
Contoh: seorang remaja yang sedih saat cintanya bertepuk sebelah tangan,
melawan ucapan manis ibunya:”Bu, engkau tidak tahu bagaimana rasanya
jatuh cinta!”
6. Mengatasi dampak kemampuan
kognitif baru remaja
Ungkapan Pemikiran Saran
Kepekaan terhadap kritik pribadi Hindari mencari – cari kesalahan pada diri remaja di
depan orang lain. Jika masalahnya penting, tunggu
hingga anda bisa berbicara dengan remaja tersebut
Perasaan berlebihan terhadap
keunikan pribadi
Kenali karakter unik remaja, pada saat yang tepat,
tumbuhkan perspektif yang lebih berimbang dengan
mengatakan bahwa anda pernah memiliki perasaan
serupa saat remaja
Idealisme dan kritik Respon dengan sabar harapan besar dan komentar
kritis si remaja. Tunjukkan ciri-ciri positif dari si
target dengan membantu si remaja melihat bahwa
semua masyarakat dan orang memiliki kelebihan
dan kelemahan
Kesulitan mengambil keputusan
sehari-hari
Hindari mengambil keputusan untuk si remaja. Beri
contoh pengambilan keputusan yang efektif dan
saran-saran diplomatis perihal pro dan kontra dari
alternative pilihan, kemungkinan beragam hasil,
dan belajar dari pilihan-pilihan buruk
7. Idealisme dan kritisme
Kemampuan remaja untuk memikirkan beragam
kemungkinan membuka dunia idaman.
Remaja dapat membayangkan sistem keluarga,
agama, politik, dan moral alternative, dan mereka
ingin mendalami semua sistem tersebut
Kesenjangan antara idealisme remaja dengan orang
dewasa, memunculkan ketegangang antara
orangtua dan anak.
Remaja menjadi seorang pengkritik yang suka
mencari-cari kekurangan
11. Transisi Sekolah
Ketika Sabrina mulai duduk di SMP, dia
meninggalkan kelas 6 yang lebih kecil dan
akrab menuju sekolah yang jauh lebih
besar.”Aku tidak mengenal kebanyakan
anak di kelas saya, dan guruku tidak tahu
aku,keluh Sabrina pada ibunya di akhir
minggu pertamanya. “selain itu, ada
banyak PR. Aku mendapatkan tugas di
setiap kelas yang aku ikuti sekaligus. Aku
tidak bisa melakukan semua ini.” dia
berteriak berurai, air mata
12. Dampak Transisi Sekolah
Masalah penyesuaian
Siswa menganggap pengalaman belajar di SMP
kurang baik bila dibandingkan ketika waktu SD.
Mereka menganggap guru mereka kurang
memperhatikan mereka, kurang ramah, kurang
adil dalam memberi nilai, dan lebih
menekankan persaingan. Akibatnya banyak anak
muda kurang mampu secara akademik, dan
motivasi mereka menurun. Kurangnya
berprestasi juga ditambah dengan kurangnya
adaptasi dengan masa pubertas yang sedang
dialami.
13. Cara menumbuhkan prestasi tinggi selama masa
remaja
Faktor Deskripsi
Praktik pengasuhan
anak
Pengasuhan otoritatif
Pengambilan keputusan bersama antara orangtua dan remaja
Orangtua terlibat dalam pendidikan remaja
Pengaruh teman
sebaya
Penghargaan dan dukungan teman sebaya terhadap pendidikan
remaja
Karakteristik sekolah Guru yang hangat dan mendukung, mengembangkan hubungan
pribadi dengan orangtua, dan memperlihatkan pada mereka
bagaimana mendukung pembelajaran anak remaja mereka.
Aktivitas pembelajaran yang menumbuhkan pemikiran tingkat
tinggi. Partisipasi aktif siswa dalam aktivitas pembelajaran
dan pengambilan keputusan di ruang kelas
Jadwal pekerjaan Komitmen kerja yang terbatas kurang dari 15 jam per minggu’
Pendidikan kejuruan berkualitas tinggi bagi remaja non
perguruan tinggi
14. Putus Sekolah
Konsekuensi Putus Sekolah:
1. Pelajar yang tidak tamat SMA memiliki literasi yang
lebih rendah, sehingga memiliki keterampilan yang
dipandang rendah oleh pemberi kerja
2. Memiliki tingkat pekerjaan yang lebih rendah
dibandingkan lulusan SMA dan bergaji kecil dan berganti
pekerjaan dari waktu ke waktu
3. Tinggi dalam pelanggaran norma
Faktor – faktor putus sekolah
1. Latar belakang keluarga (orangtua tunggal, broken
home, menganggur, orangtua yang juga putus sekolah)
2. Gagal memperoleh nilai baik dan mendapat tekanan di
sekolah
15. lanjutan
Strategi pencegahan pada remaja yang berpotensi putus sekolah
1. Pengajaran dan bimbingan tambahan yang menawarkan
perhatian yang bersifat pribadi. Dilakukan dengan cara: siswa
ditempatkan pada kelas kecil dengan didampingi mentor
2. Pelatihan kejuruan berkualitas tinggi. Dilakukan dengan cara
memadukan antara pengalaman akademik dengan dunia kerja
3. Usaha untuk mengatasi banyak faktor dalam kehidupan siswa
yang terkait dengan putus sekolah. Dilakukan dengan cara
membuat program yang melibatkan orangtua
4. Partisipasi dalam kegiatan ekstrakulikuler. Dengan cara menarik
siswa yang termarginalkan ke dalam komunitas kegiatan sekolah
16. Daftar Pustaka
Berk, L.E.2012. Development Through The Life Span:
Dari Prenatal Sampai Remaja. Yogyakarta:Pustaka
Pelajar
Monks, F.J.,Knoers,A.M.P.,Haditono,S.R.Psikologi
Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya.
Yogyakarta:UGM Press
Sarwono, S.W. 2015.Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali
Pers