Dokumen tersebut membahas gangguan stress pasca trauma (PTSD). PTSD timbul setelah seseorang mengalami peristiwa traumatis dan bereaksi dengan rasa takut. Dokumen ini menjelaskan definisi, epidemiologi, etiologi, kriteria diagnosis, prognosis dan pengobatan PTSD. Pengobatan utama PTSD adalah obat SSRI seperti sertraline, dengan prognosis pulihnya sekitar 50% pasien setelah satu tahun.
2. Topik Bahasan :
Latar belakang
Kajian pustaka
• Definisi PTSD
• Epidemiologi PTSD
• Etiologi dan Patogenesis PTSD
• Kriteria Diagnosis berdasarkan DSM-5, PPDGJ III dan DSM IV
• Prognosis dan tatalaksana
Ringkasan
3. Latar belakang
■ Setelah mengalami traumatis, normal untuk
merasa takut, sedih dan cemas.
■ Tetapi, apabila keadaan tersebut tidak
hilang dan merasa terjebak dengan
perasaan yang menetap terhadap bahaya
dan kenangan yang menyakitkan, mungkin
orang tersebut menderita gangguan stress
pasca trauma (PTSD).
■ Pada DSM–5, gangguan yang menyerupai
PTSD disebut acute stress disorder,
dimana gejala yang timbul bertahan dalam
kurun waktu 3 hari sampai dengan 1 bulan
(Chris dkk, 2014).
4. ■ Bila gejala tersebut bertahan hingga
lebih dari 4 minggu, didiagnosis
PTSD.
■ Jika kita bandingkan dengan kriteria
diagnosis DSM IV & PPDGJ III
sebelumnya tampak adanya
perbedaan kriteria diagnosis antara
dengan DSM-5 yang terbaru saat ini.
■ Perbedaan kriteria diagnosis tersebut
akan dibahasan dalam tinjauan
pustakan ini.
5. KAJIAN PUSTAKA
■ Gangguan stress pascatrauma
(posttraumatic stress disorder–PTSD)
suatu sindrom yang timbul setelah
seseorang melihat, terlibat didalam, atau
mendengar stresor traumatik yang ekstrim
dan bereaksi terhadap pengalaman
tersebut dengan rasa takut dan tidak
berdaya, sehingga mereka secara menetap
menghidupkan kembali peristiwa tersebut,
dan mencoba menghindari mengingat hal
itu
Definisi PTSD
(Yehuda, 2014)
6. ( dikutip dari Sthal, 2013)
Karakteristik Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)
7. ■ Prevalensi PTSD 8% populasi umum
■ Prevalensi seumur hidup perempuan 10-12% dan 5-
6% pada laki-laki.
■ Pada kelompok resiko tinggi yang mengalami
peristiwa traumatis angka prevalensi seumur
hidupnya 5-75%.
■ PTSD dapat terjadi pada usia berapapun dengan
prevalensi tersering dewasa muda akibat pajanan
situasi penginduksi.
■ Trauma pada laki-laki biasanya berupa pengalaman
berperang sedangkan pada perempuan kekerasan
dan perkosaan.
■ Cenderung terjadi pada orang yang lajang, bercerai,
janda, menarik diri secara sosial, atau tingkat
sosioekonomi rendah
Epidemiologi PTSD
(Robert dkk, 2009; Saigh dkk, 2013)
8. Faktor Predisposisi
a) Adanya gangguan psikiatrik sebelum trauma baik pada individu yang
bersangkutan maupun keluarganya;
b) Adanya trauma masa kanak, seperti kekerasan fisik maupun seksual;
c) Kecenderungan untuk mudah menjadi khawatir;
d) Ciri kepribadian ambang, paranoid, dependen, atau antisosial;
e) Mempunyai karakter yang bersifat introvert atau isolasi sosial; adanya problem
menyesuaikan diri;
f) Adanya kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi secara bermakna;
g) Terpapar oleh kejadian–kejadian dalam kehidupan yang luar biasa sebelumnya
baik tunggal maupun ganda dan dirasakan secara subjektif oleh individu yang
bersangkutan sebagai suatu kondisi atau peristiwa yang menimbulkan
penderitaan bagi dirinya.
(James dkk, 2014):
9. PTSD
Biologi
Stressor
Pola asuh
Perilaku
kognitif
Patofisiologi PTSD
• Aktivasi kembali trauma pada masa kanak-kanak
• Pengalaman perang,
• Penyiksaan, bencana
alam,
• Penyerangan, perkosaan,
• Kecelakaan serius
• Orang yang mengalaminya tidak
mampu memproses
• atau merasionalisasikan trauma
pencetus gangguan ini
Sistem otak : amigdala
merespon peristiwa
traumatik
10. • Cemas pada PTSD dipicu tidak hanya dari stimulus external tetapi juga dari memori seseorang.
• Memori traumatik yang tersimpan pada hipokampus dapat mengaktivasi amigdala, mengaktivasi
region otak yang lain dan menghasilkan respon takut.
• Ini dinamakan Re-experiencing yang sering tampak pada gejala dari PTSD
(dikutip dari Sthal, 2013)
11. • Perasaan takut melalui sikap seperti menghindar (Avoidance) yang diatur oleh amigdala dan
periaqueductus gray (PAG) yang berhubungan secara timbal balik.
• Avoidance pada kasus ini adalah respon motorik dan kemungkinan dapat disamakan dengan ancaman.
(dikutip dari Sthal, 2013)
12. Sistem Simpatis dan Parasimpatis
■ Sejumlah studi menemukan peningkatan konsentrasi epinefrin urin 24 jam pada
veteran dengan PTSD dan peningkatan katekolamin urin pada perempuan yang
mengalami penyiksaan seksual. Pada PTSD, reseptor β-adrenergik limfosit dan
α-trombosit mengalami downregulation, kemungkinan sebagai respon terhadap
peningkatan kronis katekolamin.
13. Sistem
Kortisol■ Sejumlah studi
menunjukkan
konsentrasi kortisol
bebas rendah pada
plasma dan urin
penderita PTSD.
■ Terdapat pengingkatan
reseptor glukortikoid
pada limfosit dan
percobaan dengan
corticotropin releasing
hormone (CRF) eksogen
menunjukkan respon
adenocorticotropic
hormone (ACTH) yang
tumpul.
CRF
CRH
ACTH
15. ■ Gejala PTSD muncul setelah kejadian traumatis, bisa tertunda mulai dari 1
minggu atau hingga 30 tahun, dengan fluktuasi dari waktu ke waktu dan menjadi
paling intens pada periode stress.
■ Jika tidak diobati, sekitar 30% pasien akan menjadi pulih kembali, 40% berlanjut
memiliki gejala ringan, 20% berlanjut dengan gejala sedang, dan 10% tidak
akan mengalami perubahan gejala atau bahkan bertambah buruk.
■ Setelah 1 tahun, sekitar 50% dari pasien akan menjadi pulih.
■ Prognosis yang baik dapat terlihat pada onset gejala yang cepat, kurang dari 6
bulan, fungsi premorbid yang baik, dukungan sosial yang kuat, dan tidak adanya
gangguan psikiatri, medis, atau gangguan terkait zat lain atau faktor resiko
lainnya.
■ Orang yang sangat muda dan sangat tua biasanya lebih mengalami kesulitan
ketika menghadapi trauma daripada orang dengan umur pertengahan
Prognosis dan Tatalaksana PTSD
(Yehuda, 2014)
16. Tatalaksana
■ Lini pertama golongan SSRIs, seperti Sertraline (Zoloft) dan Paroxetine (Paxil),
karena keberhasilan, tingkat tolerir, dan juga tingkat keamanan obat itu.
■ SSRI mengurangi semua gejala PTSD dan sangat efektif dalam memperbaiki
gejala khas PTSD, tidak hanya gejala yang mirip depresi atau gangguan ansietas
lainnya. Dosis SSRI yang sering digunakan seperti Fluoxetin 10-60 mg/hr,
Sertaline 50-200 mg/hr atau Fluvoxamine 50-300 mg/hr.
■ Buspirone (BuSpar) adalah obat serotonergik yang juga bisa dipakai.
(Hackmann dkk, 2010; Nenad & Lars, 2010).
17. ■ Obat-obat lain yang mungkin bermanfaat pada PTSD adalah obat golongan
trisiklik, yaitu Imipramine (Tolfanil) dan juga Amitriptyline (Elavil) , Monoamine
Oxidase Inhibitors (MAOIs); (misalnya: Phenelzine (Nardil), Trazodone
(Desyrel), dan anti-konvulsan (misalnya: Karbamazepine (Tegretol), Valproate
(Depakene).
■ Pada beberapa penelitian pemberian Reversible Monoamine Oxidase Inhibitors
(RIMAS) juga bermanfaat memberikan perbaikan pada pasien PTSD.
■ Penggunaan agen anti-adrenergik seperti Clonidine (Catapres) dan Propranolol
(Inderal), direkomendasikan karena teori hiperaktivitas noradrenergik pada
gangguan ini.
■ Tidak ada data positif yang mendukung penggunaan obat anti psikotik
(misalnya: Haloperidol (Haldol), sehingga penggunaan obat ini digunakan untuk
kontrol jangka pendek pada agresif yang parah dan juga agitasi
18. RINGKASAN
■ Gangguan stress pascatrauma (PTSD) adalah suatu sindrom yang timbul setelah
seseorang melihat, terlibat didalam, atau mendengar stressor traumatik yang ekstrim dan
bereaksi terhadap pengalaman tersebut dengan rasa takut dan tidak berdaya, sehingga
mereka secara menetap menghidupkan kembali peristiwa tersebut, dan mencoba
menghindari mengingat hal itu.
■ Kriteria diagnosis PTSD dengan menggunakan DSM–5 atau PPDGJ–III.
■ Pendekatan paling penting pada pasien trauma adalah dengan memberi dukungan dan
semangat untuk membicarakan kejadian dan memberikan pengajaran mengenai berbagai
mekanisme koping. Pemberian obat sedatif dan hipnotik juga dapat membantu. Lini
pertama terapi PTSD adalah Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs), seperti
Sertraline (Zoloft) dan Paroxetine (Paxil).
■ Jika tidak diobati, sekitar 30% pasien akan menjadi pulih kembali, 40% berlanjut memiliki
gejala ringan, 20% berlanjut dengan gejala sedang, dan 10% tidak akan mengalami
perubahan gejala atau bahkan bertambah buruk. setelah 1 tahun, sekitar 50% akan
menjadi pulih.