SlideShare a Scribd company logo
1 of 48
Download to read offline
Oleh :
Dr. Durrotul Djannah, SpS
Cont..
Klasifikasi epilepsi menurut ILAE
Epilepsi
Parsial Umum
• Sederhan
a
• Kompleks
• Umum
sekunder
• Absen
• Mioklonik
• Tonik
• Klonik
• Tonik-klonik
• Atonik
Tak Tergolongkan
Epilepsi parsial
Epilepsi parsial adalah epilepsi yang
memiliki focus epilepticus (pusat epilepsi)
terbatas di sebelah hemisphere (belahan
otak) saja.
1) Parsial sederhana
2) Parsial kompleks
3) Umum sekunder
1) Serangan parsial sederhana
(kesadaran tidak terganggu)
– Dengan gejala motorik, contoh
pergerakan tangan dan kaki yang
tidak normal (menggelepar,
mengangkat secara kaku)
– Dengan gejala sensorik, contoh:
sensasi rasa gatal
– Dengan gejala otonom, contoh:
gerakan dibawah sadar
(automatisme) seperti
menggerakan tangan tanpa
diinginkan.
– Dengan gejala psikis, contoh:
perasaan bingung
1) Serangan parsial
kompleks (kesadaran
terganggu)
– Serangan parsial
sederhana diikuti
dengan gangguan
kesadaran
– Gangguan kesadaran
saat awal serangan
1) Serangan umum sekunder (generalisasi
sekunder)
– Berawal dari serangan parsial sederhana
kemudian menjadi umum tonik-klonik (lihat
penjelasan epilepsi tonik-klonik)
– Berawal dari serangan parsial kompleks
kemudian menjadi umum tonik-klonik
– Parsial sederhana menjadi parsial kompleks
menjadi tonik-klonik
Serangan umum
Epilepsi umum adalah epilepsi yang memiliki focus
epilepticus di kedua belah hemisphere dan
kejadian epilepsi ini mempengaruhi kesadaran, hal
ini disebabkan area distribusi secara bilateral
(kedua arah atau bolak-balik) terganggu yaitu
kortikal dan subkortikal (dari korteks dan menuju
korteks).
1) Absen
2) Mioklonik
3) Tonik
4) Klonik
5) Tonik-klonik
6) Atonik
1) Absens (Lena)
Kejang yang ditandai dengan
terhentinya tingkah laku seseorang
dan berhubungan dengan aktivitas
lonjakan gelombang pada EEG (alat
pengukur gelombang).
– Memiliki durasi singkat (5-10 detik)
– Penderita tampak seperti tak seperti
terjadi apa-apa
– Gerakan mulut seperti mengunyah
– Kerap terjadi sejak masa kanak-kanak
– Menggerak-gerakan mata ke atas dan
kebawah (eyelid movement)
1)Mioklonik
Kejadian singkat (<100 ms) dan
hampir seperti satu kali sentakan atau
lebih secara tiba-tiba dan tanpa
sadar, yang diakibatkan oleh aktivitas
neuronal abnormal berlebih atau
sinkronisasi dan berhubungan
dengan lonjakan pada EEG.
– Biasanya terjadi pada pagi hari, setelah
bangun tidur pasien mengalami sentakan
yang tiba-tiba
– Bisa bersifat ringan, timbul gerakan tanpa
diketahui orang lain
– Bersifat parah, hingga menyebabkan jatuh
dan terluka
– Berkala, tiba-tiba sampai tak terduga
1)Klonik
Kejang epileptik yang ditandai
dengan gerakan menghentak
secara berkala pada tangan dan
kaki, kadang-kadang terjadi pada
kedua sisi tubuh (kanan, kiri).
– Berdurasi 1 menit sampai
hitungan jam
– Kejang clonic berbeda dengan
kejang clonic pada GTCS yang
terjadi sebagai fase lanjutan dari
kejang tonic
– Kejang ini berbeda juga dengan
kejang lain yang biasanya
ditandai dengan adanya
komponen tonic bercampur
komponen myoclonic atau kejang
absence.
1)Tonik
Kejang epileptik yang ditandai
dengan kekakuan otot sekujur
tubuh secara tiba-tiba dan
mungkin hingga terjatuh.
– Mengangkat kepala dari
keadaan tidur, bergerakan mata
dan alis
– Membuka mata, bola mata
mengarah ke atas
– Mulut terbuka dan lidah menjulur
ke satu arah
– Kadang disertai menangis.
1)Atonik (Astatik)
Kejang umum yang
ditandai dengan
kehilangan kekuatan otot
secara tiba-tiba.
– Jarang terjadi
– Pasien tiba-tiba
kehilangan kekuatan otot
jatuh, tapi bisa segera
bangkit.
1)Tonik-klonik
Kejang epileptik yang mula-mula
ditandai dengan kekakuan otot,
diikuti hentakan berkala pada tangan,
biasanya berlangsung dalam
beberapa menit.
– Merupakan bentuk paling banyak terjadi
– Pasien tiba-tiba jatuh, kejang, nafas
terengah-engah, keluar air liur
– Bisa terjadi ngompol, atau menggigit
lidah
– Terjadi beberapa menit, kemudian
diikuti lemah, kebingungan, sakit kepala
atau tidur
– Tampak menyakitkan tetapi sebenarnya
tidak sama sekali.
PATOFISIOLOGI
Tak tergolongkan
Parsial Umum
Kejang
Hiper eksitasi
Gangguan neuronal
Etiologi
PATOFISIOLOGI
Secara umum patofisiologi epilepsi diakibatkan oleh tidak seimbangnya neuron
eksitasi dan inhibisi. Untuk lebih mengenal epilepsi lebih jauh kita harus bahas
terlebih dahulu mekanisme eksitasi dan inhibisi secara mendasar.
Eksitasi adalah alat atau proses tapi bukan substansi signaling (perangkat
pensignalan), hanya sebagai respon sel postsinaptik (sel penerima
neurotransmitter) terhadap substansi pensignalan tersebut.
Inhibisi adalah aktivitas hiperpolarisasi (menjadi lebih polar) secara ionik untuk
merubah potensial transmembran dari keadaan ledakan treshold (ambang
pembuka untuk eksitasi).
Eksitasi (berlebihan)
•Ion masuk - Na+, Ca2+
•Neurotransmitter yang berpengaruh glutamat, aspartat, asetilkolin
Inhibisi (kurang)
•Ion masuk - CI-, arus K+ keluar
•Neurotransmitter yang berpengaruh - GABA
Dasar-dasar neurotransmisi
Mutasi genetik pada kanal ion
• Prevalensi epilepsi menurut data WHO tahun 2005, total
43.704.000 orang dengan epilepsi dilaporkan dari 108 negara, yang
mencakup 85.4% dari negara keseluruhan.
• Jumlah orang yang menderita epilepsi adalah 8.93 per 1000 orang
(SD 8.14, median 7.59) yang diperoleh dari 105 negara.
• Jumlah orang dengan epilepsi berbeda-beda disetiap negara:
– 12,59 per 1000 populasi di Amerika
– 11,29 per 1000 populasi di Afrika
– 9.97 per 1000 populasi di Asia tenggara
– 9,4 per 1000 populasi di Mediterania timur
– 8,23 per 1000 populasi di Eropa
– 3,66 per 1000 populasi di barat Pasifik
• Jumlah orang dengan epilepsi berdasarkan tingkat ekonomi:
– 7,99 per 1000 populasi di negara dengan tingkat penghasilan tinggi
– 9,50 per 1000 populasi di negara dengan tingkat penghasilan rendah
World Health Organization. Atlas: Epilepsy Care in the World. WHO 2005;20-22
Prevalensi epilepsi
Peta persebaran epilepsi di dunia
World Health Organization. Atlas: Epilepsy Care in the World. WHO 2005;21
Prevalensi Epilepsi Berdasarkan Klasifikasi di dunia,
WHO 1992
Hauser WA. Epilepsia. 1992;33(suppl 4):S10.
PREVALENSI EPILEPSI
• Prevalensi kejadian epilepsi di RS. DR Kariadi
(Husam. Perbedaan usia dan jenis kelamin pada jenis epilepsi di rsup dr. Kariadi. Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro 2008;vii-viii)
PREVALENSI EPILEPSI
• Prevalensi berdasarkan jenis bangkitan
(Husam. Perbedaan usia dan jenis kelamin pada jenis epilepsi di rsup dr. Kariadi. Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro 2008;ix)
PREVALENSI EPILEPSI
BERDASARKAN ETIOLOGI
• Penyakit serebro vaskuler 11 – 21%.
• Trauma kepala 2 – 6%.
• Tumor 4 – 7%.
• Infeksi SSP 0 – 3%.
• Idiopatik 54 – 65%.
BERDASARKAN JENIS BANGKITAN
• Parsial 55%.
• Umum 45%.
• Pengecualian di 2 negara yaitu Pakistan (P:U =
19,5:80,5) dan Turki (P:U = 34,6:65,4).
(Neligan, 2011)
PROGNOSIS
• Satu dari tiga orang yang pernah mengalami
satu kali kejang tanpa provokasi akan
mengalami kejang kedua lima tahun kemudian.
Pengobatan dianjurkan untuk mencegah kejang
berulang, bukan untuk mencegah epilepsi.
Tanpa diobati, setelah kejang kedua
berlangsung 75% akan terjadi kejang susulan
satu atau dua tahun kemudian (WHO, 2005).
(Reynold E. Atlas: Epilepsy care in the world (Global Campaign Against Epilepsy). WHO 2005:23)
PEMILIHAN ANTIEPILEPSI
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam memilih suatu antiepilepsi.
Faktor-faktor apa saja yang bisa menjadi
acuan?
Simak beberapa statement berikut.
FAKTOR YG BERHUBUNGAN DENGAN OBAT Pasien
• Khasiat • Jenis Kelamin
• Untuk tipe kejang tertentu • Usia
• Sebagai monotherapy • Co medikasi
• Keamanan dan Tolerabilitas • Comorbiditas
• Efek samping Neurologis • Pilihan Pasien
• Pengaruh terhadap fungsi luhur
• Reaksi Idiosynkrasi
• Efek terhadap berat badan
• Efek Kosmetik
• Efek terhadap tulang
• Efek Reproduktif endokrin
• Teratogenisitas
• Karakteristik Farmacokinetik
• Bioavailabilitas
• Distribusi
• Rute eliminasi
• Interaksi obat
• Dosis
• Dosis titrasi
• Dosis individualisasi
• Frekwensi Dosis
Faktor yang
mempengaruhi
pemilihan OAE
• Jobst BC, Holmes GL, CNS Drugs
(2004);18: pp. 617–628.
• Glauser T,Ben-Menachem
E,Bourgeois B, et alEpilepsia
(2006);47: pp. 1094–1120
Drug related factor (Faktor yang berhubungan
dengan obat)
Efficacy
• For particular seizure type
Pemilihan OAE sebagian ditentukan berdasarkan jenis
kejang dan sindroma epilepsi, yang ditetapkan oleh
penilaian secara klinis dengan pemeriksaan
laboratorium, elektrofisiologi, dan investigasi radiografis.
Penggunaan OAE berspektrum luas yang dapat
menanggulangi kejang parsial dan kejang umum
diperlukan ketika dijumpai jenis kejang campuran, dan
ketika kejang sulit untuk ditentukan. OAE yang
menyediakan penanggulangan kejang parsial dan
kejang umum antara lain carbamazepine, lamotrigine,
oxcarbazepine, phenytoin, topiramate, valproate,
levetiracetam dan zonisamide.
Biton V. Choosing an Antiepileptic Drug for Newly
Diagnosed Epilepsy. US NEUROLOGICAL DISEASE
2006:1-8
• As monotherapy
Secara mendasar monoterapi lebih baik
dibandingkan politerapi untuk epilepsi,
karena monoterapi bisa setara atau
bahkan lebih efektif dibandingkan dengan
politerapi untuk mengontrol kejang dengan
menurunkan risiko efek samping dan
interaksi obat.
Biton V. Choosing an Antiepileptic Drug for Newly
Diagnosed Epilepsy. US NEUROLOGICAL DISEASE
2006:1-8
Safety and Tolerability
• Efek samping neurologis
– Beberapa OAE dapat menyebabkan efek samping
neurologis, kejadian yang paling sering terjadi antara
lain mengantuk (carbamazepine, gabapentin,
phenobarbital, pregabalin, zonisamide), pusing
(gabapentin, lamotrigine, pregabalin, zonisamide),
dan tremor (carbamazepine, dan valproate).
– Efek samping lain yang bersifat serius, irreversible
dan jarang terjadi antara lain neuropatik perifer yang
berhubungan dengan penggunaan phenytoin dan
barbiturates, dan ataxia permanen berhubungan
dengan penggunaan phenytoin.
Biton V. Choosing an Antiepileptic Drug for Newly
Diagnosed Epilepsy. US NEUROLOGICAL DISEASE
2006:1-8
• Effect on Body Weight
– Hal penting yang menyangkut efek kenaikan
berat badan oleh OAE dalam hal pemilihan
obat, tergantung pada kebutuhan pasien
secara luas, risiko dan keunggulan suatu
terapi untuk pasien tersebut
– Kenaikan berat badan dapat memicu
kelebihan berat badan atau obesitas, yang
bisa mengakibatkan peningkatan risiko
penyakit kardiovaskuler dan stoke, diabetes
mellitus tipe 2, dan hipertensi
Biton V. Choosing an Antiepileptic Drug for Newly
Diagnosed Epilepsy. US NEUROLOGICAL DISEASE
2006:1-8
• Cosmetic effects
Beberapa OAE dihubungkan dengan efek
kosmetik spesifik yang dapat mempengaruhi
pemilihan OAE, dimana efek tersebut memiliki
tingkat keparahan yang bervariasi, dan reaksi
pasien terhadap OAE tersebut. Cosmetic effects
umumnya berkembang dengan dilakukannya
pengobatan jangka panjang dan biasa terjadi
pada OAE generasi pertama seperti phenytoin
yang dihubungkan dengan hirsutism dan
gingival hyperplasia, dan valproate yang
dihubungkan dengan alopecia
Biton V. Choosing an Antiepileptic Drug for Newly
Diagnosed Epilepsy. US NEUROLOGICAL DISEASE
2006:1-8
• Teratogenicity
– Pengobatan epilepsi selama kehamilan
ditujukan untuk mengontrol kejang selama
kehamilan dan menghindari kerusakan secara
fatal. Beberapa OAE generasi lama seperti
phenobarbital, phenytoin, dan valproat
ditetapkan memiliki efek teratogenik.
– Teratogenisitas untuk OAE generasi kedua
belum sepenuhnya ditetapkan.
Biton V. Choosing an Antiepileptic Drug for Newly
Diagnosed Epilepsy. US NEUROLOGICAL DISEASE
2006:1-8
Pharmacokinetic characteristics
• Karakteristik farmakokinetik suatu OAE
mempengaruhi khasiat, keamanan, profil
tolerabilitas, administrasi, dimana hal tersebut
dapat dijadikan kunci determinasi dalam
pemilihan OAE.
• Secara ideal, OAE memiliki bioavailabilitas oral
yang tinggi, waktu paruh dijangkau dalam dosis
1x sehari atau 2x sehari, farmakokinetik yang
linear, ikatan plasma protein yang minimal, tidak
dimetabolisme di hati dan tidak memiliki interaksi
obat.
Biton V. Choosing an Antiepileptic Drug for Newly
Diagnosed Epilepsy. US NEUROLOGICAL DISEASE
2006:1-8
• Bioavailability
– Bioavailabilitas oral yang tinggi sangat
penting karena memberikan kebutuhan
secara frekwentif untuk administrasi obat
sehari-hari.
– Dari mulai obat diadministrasikan secara oral,
absorpsi gastrointestinal yang baik dan
bioavailabilitas oral yang sempurna menjadi
hal penting untuk memastikan konsentrasi
obat di dalam plasma
Biton V. Choosing an Antiepileptic Drug for Newly Diagnosed Epilepsy. US NEUROLOGICAL DISEASE 2006:1-8
Perucca E , Johannessen S. The ideal pharmacokinetic properties of an antiepileptic drug: how close does levetiracetam come?.
Epileptic Disord 2003; 5 (Suppl 1): S17–S26
• Distribution
Aspek utama dari distribusi obat yang
mempengaruhi pemilihan suatu OAE
adalah jumlah ikatan protein. Ikatan
protein yang tinggi merupakan hal yang
dianggap merugikan, karena hanya OAE
yang tidak terikat (ikatan protein rendah)
yang dapat masuk melewati blood-brain
barrier (sawar darah otak) dan
menghasilkan aktivitas biologis
Biton V. Choosing an Antiepileptic Drug for Newly
Diagnosed Epilepsy. US NEUROLOGICAL DISEASE
2006:1-8
• Route of Elimination
Metabolisme obat secara hepatik
berhubungan dengan tingginya risiko
interaksi obat yang signifikan secara klinis,
dapat menggaunggu fungsi hormonal
yang mengarah pada efek yang tidak
diinginkan dan toksisitas
Biton V. Choosing an Antiepileptic Drug for Newly
Diagnosed Epilepsy. US NEUROLOGICAL DISEASE
2006:1-8
• Drug Interactions
– Semua OAE memiliki potensi untuk berinteraksi
dengan OAE yang lain atau dengan obat-obatan dari
kelas terapeutik lain
– Umumnya, OAE yang mengalami metabolisme
aecara hepatik berhubungan dengan bermacam-
macam interaksi obat. Beberapa OAE seperti
lamotrigine dan valproate dimetabolisme oleh
konjugasi glucuronic acid, oleh karena itu obat-obatan
seperti obat kontrasepsi secara oral yang
menginduksi dan menghambat glucuronidasi akan
mempengaruhi metabolisme OAE tersebut
Biton V. Choosing an Antiepileptic Drug for Newly Diagnosed Epilepsy. US
NEUROLOGICAL DISEASE 2006:1-8
Dosing Requirements
Beberapa pertimbangan sering dihubung-
hubungkan dengan pemberian dosis dalam
hal pemilihan suatu OAE. Faktor yang
berpengaruh terhadap pemberian dosis
bervariasi, sesuai dengan kebutuhan dan
pilihan dari setiap pasien secara individual.
Biton V. Choosing an Antiepileptic Drug for Newly
Diagnosed Epilepsy. US NEUROLOGICAL DISEASE
2006:1-8
• Dose Titration
Periode titrasi yang singkat dengan hasil
pencapaian yang cepat diiringi pemberian
dosis yang efektif menjadi hal penting
dalam suatu pemilihan OAE, terutama
pada pasien yang memiliki kejang
frekwentif bahkan parah
Biton V. Choosing an Antiepileptic Drug for Newly
Diagnosed Epilepsy. US NEUROLOGICAL DISEASE
2006:1-8
• Dose Individualization
– Seberapa banyak obat harus diberikan untuk
mencapai dosis optimal, berbeda pada setiap OAE.
Kebutuhan individualisasi dosis dan TDM dilakukan
untuk memperkirakan relasi antara konsentrasi suatu
OAE dan efek secara klinis, umumnya memiliki
hubungan yang terbalik dalam hal prediktabilitas
farmakokinetik suatu obat
– Sebagian besar OAE generasi kedua memiliki profil
farmakokinetik yang bisa di prediksi dibandingkan
dengan OAE generasi pertama
Biton V. Choosing an Antiepileptic Drug for Newly
Diagnosed Epilepsy. US NEUROLOGICAL DISEASE
2006:1-8
• Dosing Frequency
Frekwensi dosis memegang peranan
penting dalam pemilihan obat, hal ini
berpengaruh terhadap kenyamanan
pasien dalam menjalani pengobatan, dan
sangat diperlukan pada saat maintenance
konsentrasi terapeutik OAE di dalam
darah dan pengendalian kejang.
Biton V. Choosing an Antiepileptic Drug for Newly
Diagnosed Epilepsy. US NEUROLOGICAL DISEASE
2006:1-8
• Cost
Meskipun harga OAE generasi pertama
umumnya lebih murah dibandingkan dengan
OAE generasi kedua, biaya tambahan lain baik
secara langsung maupun secara tidak langsung
berkontribusi terhadap profil ekonomi dari suatu
terapi.
Contoh: TDM (Therapeutical Drug Monitoring)
dilkukan untuk memonitor efektivitas OAE
selama terapi, secara tidak langsung hal ini
membutuhkan biaya tambahan.
Biton V. Choosing an Antiepileptic Drug for Newly
Diagnosed Epilepsy. US NEUROLOGICAL DISEASE
2006:1-8
Patient-Related Factors
• Gender
– OAE mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
hormon endokrin, dan interaksi antara OAE
dan hormon dapat menyebabkan reaksi yang
tidak diinginkan pada saat pengontrolan
kejang dan pemberian obat
– Keterkaitan tersebut mempengaruhi
kesehatan wanita pengidap epilepsi
Biton V. Choosing an Antiepileptic Drug for Newly
Diagnosed Epilepsy. US NEUROLOGICAL DISEASE
2006:1-8
• Age
Usia tua dan muda masing-masing
terhubung dengan pertimbangan secara
spesifik yang mempengaruhi pemilihan
OAE. Epilepsi pada anak-anak akan sukar
untuk ditangani, disebabkan frekwensi
kekambuhan dari kejang yang bersifat
parah, dan tingkat kejadian
keterbelakangan mental yang tinggi serta
abnormalitas kognisi dan tingkah laku
Biton V. Choosing an Antiepileptic Drug for Newly
Diagnosed Epilepsy. US NEUROLOGICAL DISEASE
2006:1-8
NICE guideline 2012
Menurut NICE guideline 2012 Strategi
penggunaan antiepilepsi harus secara
individu yang mengacu pada jenis
bangkitan, sindroma, pengobatan tambahan,
penyakit penyerta, usia, gaya hidup,
keluarga, dan karir.
NCGC. The Epilepsies: The diagnosis and management of the epilepsies in adults and children in primary
and secondary care. National Clinical Guideline Centre 2012; 20:129
Thank You!

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Obat obat anti jamur
Obat obat anti jamurObat obat anti jamur
Obat obat anti jamur
 
Obat-obatan Antipsikotik (terjemahan bahasa indonesia, 2.0)
Obat-obatan Antipsikotik (terjemahan bahasa indonesia, 2.0)Obat-obatan Antipsikotik (terjemahan bahasa indonesia, 2.0)
Obat-obatan Antipsikotik (terjemahan bahasa indonesia, 2.0)
 
Abses peritonsilar
Abses peritonsilarAbses peritonsilar
Abses peritonsilar
 
SWAMEDIKASI
SWAMEDIKASISWAMEDIKASI
SWAMEDIKASI
 
keseimbangan asam-basa dan gas darah
keseimbangan asam-basa dan gas darahkeseimbangan asam-basa dan gas darah
keseimbangan asam-basa dan gas darah
 
Overdosis opiat
Overdosis opiatOverdosis opiat
Overdosis opiat
 
Guideline stroke-2011
Guideline stroke-2011Guideline stroke-2011
Guideline stroke-2011
 
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAIPenatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
 
2018 New Update Guidelines of Acute Coronary Syndrome, Indonesian Heart Assoc...
2018 New Update Guidelines of Acute Coronary Syndrome, Indonesian Heart Assoc...2018 New Update Guidelines of Acute Coronary Syndrome, Indonesian Heart Assoc...
2018 New Update Guidelines of Acute Coronary Syndrome, Indonesian Heart Assoc...
 
Cedera Kepala -- Refreshment Meeting
Cedera Kepala -- Refreshment MeetingCedera Kepala -- Refreshment Meeting
Cedera Kepala -- Refreshment Meeting
 
Elektrolit
ElektrolitElektrolit
Elektrolit
 
sirosis hepatis
sirosis hepatissirosis hepatis
sirosis hepatis
 
Gastritis
GastritisGastritis
Gastritis
 
peningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranialpeningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranial
 
Referat Ruptur Ginjal
Referat Ruptur GinjalReferat Ruptur Ginjal
Referat Ruptur Ginjal
 
Mata Kuliah Blok Forensik
Mata Kuliah Blok ForensikMata Kuliah Blok Forensik
Mata Kuliah Blok Forensik
 
Trauma abdomen
Trauma abdomenTrauma abdomen
Trauma abdomen
 
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorLaporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
 
Ca mammae
Ca mammaeCa mammae
Ca mammae
 
Farmakologi Analgetik
Farmakologi AnalgetikFarmakologi Analgetik
Farmakologi Analgetik
 

Similar to KLASIFIKASI EPILEPSI

PPT_State of the Art and Challenges in Epilepsy.pptx
PPT_State of the Art and Challenges in Epilepsy.pptxPPT_State of the Art and Challenges in Epilepsy.pptx
PPT_State of the Art and Challenges in Epilepsy.pptxssuser13bf79
 
Patofisologi farmasi semster2
Patofisologi farmasi semster2Patofisologi farmasi semster2
Patofisologi farmasi semster2Nova Lestary
 
Farmakoterapi EPILEPSI, farmasi, penyakit
Farmakoterapi EPILEPSI, farmasi, penyakitFarmakoterapi EPILEPSI, farmasi, penyakit
Farmakoterapi EPILEPSI, farmasi, penyakitLisaSofitriana
 
Epilepsi _ status epileptikus.pptx
Epilepsi _ status epileptikus.pptxEpilepsi _ status epileptikus.pptx
Epilepsi _ status epileptikus.pptxsocmed6
 
CRS EPILEPSI ATONIK MARSYA.pdf
CRS EPILEPSI ATONIK MARSYA.pdfCRS EPILEPSI ATONIK MARSYA.pdf
CRS EPILEPSI ATONIK MARSYA.pdfAmiratulhusna1
 
Ppt dedek selvi
Ppt dedek selviPpt dedek selvi
Ppt dedek selviYani West
 
Anti headache dan vertigo
Anti headache dan vertigoAnti headache dan vertigo
Anti headache dan vertigoFadhol Romdhoni
 
Clinical study oksa
Clinical study oksaClinical study oksa
Clinical study oksashintasissy
 
Patofisiologi kelainan sistem persarafan
Patofisiologi kelainan sistem persarafanPatofisiologi kelainan sistem persarafan
Patofisiologi kelainan sistem persarafanardiners
 

Similar to KLASIFIKASI EPILEPSI (20)

EPILEPSI.pptx
EPILEPSI.pptxEPILEPSI.pptx
EPILEPSI.pptx
 
PPT_State of the Art and Challenges in Epilepsy.pptx
PPT_State of the Art and Challenges in Epilepsy.pptxPPT_State of the Art and Challenges in Epilepsy.pptx
PPT_State of the Art and Challenges in Epilepsy.pptx
 
Patofisologi farmasi semster2
Patofisologi farmasi semster2Patofisologi farmasi semster2
Patofisologi farmasi semster2
 
Farmakoterapi EPILEPSI, farmasi, penyakit
Farmakoterapi EPILEPSI, farmasi, penyakitFarmakoterapi EPILEPSI, farmasi, penyakit
Farmakoterapi EPILEPSI, farmasi, penyakit
 
Epilepsi s1-va
Epilepsi s1-vaEpilepsi s1-va
Epilepsi s1-va
 
Epilepsi _ status epileptikus.pptx
Epilepsi _ status epileptikus.pptxEpilepsi _ status epileptikus.pptx
Epilepsi _ status epileptikus.pptx
 
Epilepsi
EpilepsiEpilepsi
Epilepsi
 
Askep Epilepsi.pptx
Askep Epilepsi.pptxAskep Epilepsi.pptx
Askep Epilepsi.pptx
 
38128375 epilepsi
38128375 epilepsi38128375 epilepsi
38128375 epilepsi
 
CRS EPILEPSI ATONIK MARSYA.pdf
CRS EPILEPSI ATONIK MARSYA.pdfCRS EPILEPSI ATONIK MARSYA.pdf
CRS EPILEPSI ATONIK MARSYA.pdf
 
Kejang
KejangKejang
Kejang
 
Ppt dedek selvi
Ppt dedek selviPpt dedek selvi
Ppt dedek selvi
 
Tugas eke AKPER PEMKAB MUNA
Tugas eke  AKPER PEMKAB MUNATugas eke  AKPER PEMKAB MUNA
Tugas eke AKPER PEMKAB MUNA
 
Farmakologi antiepilepsi
Farmakologi antiepilepsiFarmakologi antiepilepsi
Farmakologi antiepilepsi
 
Anti headache dan vertigo
Anti headache dan vertigoAnti headache dan vertigo
Anti headache dan vertigo
 
Kelompok 5 Skenario 1.pptx
Kelompok 5 Skenario 1.pptxKelompok 5 Skenario 1.pptx
Kelompok 5 Skenario 1.pptx
 
Clinical study oksa
Clinical study oksaClinical study oksa
Clinical study oksa
 
Patofisiologi kelainan sistem persarafan
Patofisiologi kelainan sistem persarafanPatofisiologi kelainan sistem persarafan
Patofisiologi kelainan sistem persarafan
 
Gadar_Neurologi.ppt
Gadar_Neurologi.pptGadar_Neurologi.ppt
Gadar_Neurologi.ppt
 
EPILEPSI
EPILEPSIEPILEPSI
EPILEPSI
 

Recently uploaded

PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptxAzwarArifkiSurg
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 

Recently uploaded (20)

PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 

KLASIFIKASI EPILEPSI

  • 1. Oleh : Dr. Durrotul Djannah, SpS
  • 2. Cont.. Klasifikasi epilepsi menurut ILAE Epilepsi Parsial Umum • Sederhan a • Kompleks • Umum sekunder • Absen • Mioklonik • Tonik • Klonik • Tonik-klonik • Atonik Tak Tergolongkan
  • 3. Epilepsi parsial Epilepsi parsial adalah epilepsi yang memiliki focus epilepticus (pusat epilepsi) terbatas di sebelah hemisphere (belahan otak) saja. 1) Parsial sederhana 2) Parsial kompleks 3) Umum sekunder
  • 4. 1) Serangan parsial sederhana (kesadaran tidak terganggu) – Dengan gejala motorik, contoh pergerakan tangan dan kaki yang tidak normal (menggelepar, mengangkat secara kaku) – Dengan gejala sensorik, contoh: sensasi rasa gatal – Dengan gejala otonom, contoh: gerakan dibawah sadar (automatisme) seperti menggerakan tangan tanpa diinginkan. – Dengan gejala psikis, contoh: perasaan bingung
  • 5. 1) Serangan parsial kompleks (kesadaran terganggu) – Serangan parsial sederhana diikuti dengan gangguan kesadaran – Gangguan kesadaran saat awal serangan
  • 6. 1) Serangan umum sekunder (generalisasi sekunder) – Berawal dari serangan parsial sederhana kemudian menjadi umum tonik-klonik (lihat penjelasan epilepsi tonik-klonik) – Berawal dari serangan parsial kompleks kemudian menjadi umum tonik-klonik – Parsial sederhana menjadi parsial kompleks menjadi tonik-klonik
  • 7. Serangan umum Epilepsi umum adalah epilepsi yang memiliki focus epilepticus di kedua belah hemisphere dan kejadian epilepsi ini mempengaruhi kesadaran, hal ini disebabkan area distribusi secara bilateral (kedua arah atau bolak-balik) terganggu yaitu kortikal dan subkortikal (dari korteks dan menuju korteks). 1) Absen 2) Mioklonik 3) Tonik 4) Klonik 5) Tonik-klonik 6) Atonik
  • 8. 1) Absens (Lena) Kejang yang ditandai dengan terhentinya tingkah laku seseorang dan berhubungan dengan aktivitas lonjakan gelombang pada EEG (alat pengukur gelombang). – Memiliki durasi singkat (5-10 detik) – Penderita tampak seperti tak seperti terjadi apa-apa – Gerakan mulut seperti mengunyah – Kerap terjadi sejak masa kanak-kanak – Menggerak-gerakan mata ke atas dan kebawah (eyelid movement)
  • 9. 1)Mioklonik Kejadian singkat (<100 ms) dan hampir seperti satu kali sentakan atau lebih secara tiba-tiba dan tanpa sadar, yang diakibatkan oleh aktivitas neuronal abnormal berlebih atau sinkronisasi dan berhubungan dengan lonjakan pada EEG. – Biasanya terjadi pada pagi hari, setelah bangun tidur pasien mengalami sentakan yang tiba-tiba – Bisa bersifat ringan, timbul gerakan tanpa diketahui orang lain – Bersifat parah, hingga menyebabkan jatuh dan terluka – Berkala, tiba-tiba sampai tak terduga
  • 10. 1)Klonik Kejang epileptik yang ditandai dengan gerakan menghentak secara berkala pada tangan dan kaki, kadang-kadang terjadi pada kedua sisi tubuh (kanan, kiri). – Berdurasi 1 menit sampai hitungan jam – Kejang clonic berbeda dengan kejang clonic pada GTCS yang terjadi sebagai fase lanjutan dari kejang tonic – Kejang ini berbeda juga dengan kejang lain yang biasanya ditandai dengan adanya komponen tonic bercampur komponen myoclonic atau kejang absence.
  • 11. 1)Tonik Kejang epileptik yang ditandai dengan kekakuan otot sekujur tubuh secara tiba-tiba dan mungkin hingga terjatuh. – Mengangkat kepala dari keadaan tidur, bergerakan mata dan alis – Membuka mata, bola mata mengarah ke atas – Mulut terbuka dan lidah menjulur ke satu arah – Kadang disertai menangis.
  • 12. 1)Atonik (Astatik) Kejang umum yang ditandai dengan kehilangan kekuatan otot secara tiba-tiba. – Jarang terjadi – Pasien tiba-tiba kehilangan kekuatan otot jatuh, tapi bisa segera bangkit.
  • 13. 1)Tonik-klonik Kejang epileptik yang mula-mula ditandai dengan kekakuan otot, diikuti hentakan berkala pada tangan, biasanya berlangsung dalam beberapa menit. – Merupakan bentuk paling banyak terjadi – Pasien tiba-tiba jatuh, kejang, nafas terengah-engah, keluar air liur – Bisa terjadi ngompol, atau menggigit lidah – Terjadi beberapa menit, kemudian diikuti lemah, kebingungan, sakit kepala atau tidur – Tampak menyakitkan tetapi sebenarnya tidak sama sekali.
  • 14. PATOFISIOLOGI Tak tergolongkan Parsial Umum Kejang Hiper eksitasi Gangguan neuronal Etiologi
  • 15. PATOFISIOLOGI Secara umum patofisiologi epilepsi diakibatkan oleh tidak seimbangnya neuron eksitasi dan inhibisi. Untuk lebih mengenal epilepsi lebih jauh kita harus bahas terlebih dahulu mekanisme eksitasi dan inhibisi secara mendasar. Eksitasi adalah alat atau proses tapi bukan substansi signaling (perangkat pensignalan), hanya sebagai respon sel postsinaptik (sel penerima neurotransmitter) terhadap substansi pensignalan tersebut. Inhibisi adalah aktivitas hiperpolarisasi (menjadi lebih polar) secara ionik untuk merubah potensial transmembran dari keadaan ledakan treshold (ambang pembuka untuk eksitasi). Eksitasi (berlebihan) •Ion masuk - Na+, Ca2+ •Neurotransmitter yang berpengaruh glutamat, aspartat, asetilkolin Inhibisi (kurang) •Ion masuk - CI-, arus K+ keluar •Neurotransmitter yang berpengaruh - GABA
  • 17. Mutasi genetik pada kanal ion
  • 18. • Prevalensi epilepsi menurut data WHO tahun 2005, total 43.704.000 orang dengan epilepsi dilaporkan dari 108 negara, yang mencakup 85.4% dari negara keseluruhan. • Jumlah orang yang menderita epilepsi adalah 8.93 per 1000 orang (SD 8.14, median 7.59) yang diperoleh dari 105 negara. • Jumlah orang dengan epilepsi berbeda-beda disetiap negara: – 12,59 per 1000 populasi di Amerika – 11,29 per 1000 populasi di Afrika – 9.97 per 1000 populasi di Asia tenggara – 9,4 per 1000 populasi di Mediterania timur – 8,23 per 1000 populasi di Eropa – 3,66 per 1000 populasi di barat Pasifik • Jumlah orang dengan epilepsi berdasarkan tingkat ekonomi: – 7,99 per 1000 populasi di negara dengan tingkat penghasilan tinggi – 9,50 per 1000 populasi di negara dengan tingkat penghasilan rendah World Health Organization. Atlas: Epilepsy Care in the World. WHO 2005;20-22 Prevalensi epilepsi
  • 19. Peta persebaran epilepsi di dunia World Health Organization. Atlas: Epilepsy Care in the World. WHO 2005;21
  • 20. Prevalensi Epilepsi Berdasarkan Klasifikasi di dunia, WHO 1992 Hauser WA. Epilepsia. 1992;33(suppl 4):S10.
  • 21. PREVALENSI EPILEPSI • Prevalensi kejadian epilepsi di RS. DR Kariadi (Husam. Perbedaan usia dan jenis kelamin pada jenis epilepsi di rsup dr. Kariadi. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro 2008;vii-viii)
  • 22. PREVALENSI EPILEPSI • Prevalensi berdasarkan jenis bangkitan (Husam. Perbedaan usia dan jenis kelamin pada jenis epilepsi di rsup dr. Kariadi. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro 2008;ix)
  • 23. PREVALENSI EPILEPSI BERDASARKAN ETIOLOGI • Penyakit serebro vaskuler 11 – 21%. • Trauma kepala 2 – 6%. • Tumor 4 – 7%. • Infeksi SSP 0 – 3%. • Idiopatik 54 – 65%. BERDASARKAN JENIS BANGKITAN • Parsial 55%. • Umum 45%. • Pengecualian di 2 negara yaitu Pakistan (P:U = 19,5:80,5) dan Turki (P:U = 34,6:65,4). (Neligan, 2011)
  • 24. PROGNOSIS • Satu dari tiga orang yang pernah mengalami satu kali kejang tanpa provokasi akan mengalami kejang kedua lima tahun kemudian. Pengobatan dianjurkan untuk mencegah kejang berulang, bukan untuk mencegah epilepsi. Tanpa diobati, setelah kejang kedua berlangsung 75% akan terjadi kejang susulan satu atau dua tahun kemudian (WHO, 2005). (Reynold E. Atlas: Epilepsy care in the world (Global Campaign Against Epilepsy). WHO 2005:23)
  • 25.
  • 27. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih suatu antiepilepsi. Faktor-faktor apa saja yang bisa menjadi acuan? Simak beberapa statement berikut.
  • 28. FAKTOR YG BERHUBUNGAN DENGAN OBAT Pasien • Khasiat • Jenis Kelamin • Untuk tipe kejang tertentu • Usia • Sebagai monotherapy • Co medikasi • Keamanan dan Tolerabilitas • Comorbiditas • Efek samping Neurologis • Pilihan Pasien • Pengaruh terhadap fungsi luhur • Reaksi Idiosynkrasi • Efek terhadap berat badan • Efek Kosmetik • Efek terhadap tulang • Efek Reproduktif endokrin • Teratogenisitas • Karakteristik Farmacokinetik • Bioavailabilitas • Distribusi • Rute eliminasi • Interaksi obat • Dosis • Dosis titrasi • Dosis individualisasi • Frekwensi Dosis Faktor yang mempengaruhi pemilihan OAE • Jobst BC, Holmes GL, CNS Drugs (2004);18: pp. 617–628. • Glauser T,Ben-Menachem E,Bourgeois B, et alEpilepsia (2006);47: pp. 1094–1120
  • 29. Drug related factor (Faktor yang berhubungan dengan obat) Efficacy • For particular seizure type Pemilihan OAE sebagian ditentukan berdasarkan jenis kejang dan sindroma epilepsi, yang ditetapkan oleh penilaian secara klinis dengan pemeriksaan laboratorium, elektrofisiologi, dan investigasi radiografis. Penggunaan OAE berspektrum luas yang dapat menanggulangi kejang parsial dan kejang umum diperlukan ketika dijumpai jenis kejang campuran, dan ketika kejang sulit untuk ditentukan. OAE yang menyediakan penanggulangan kejang parsial dan kejang umum antara lain carbamazepine, lamotrigine, oxcarbazepine, phenytoin, topiramate, valproate, levetiracetam dan zonisamide. Biton V. Choosing an Antiepileptic Drug for Newly Diagnosed Epilepsy. US NEUROLOGICAL DISEASE 2006:1-8
  • 30. • As monotherapy Secara mendasar monoterapi lebih baik dibandingkan politerapi untuk epilepsi, karena monoterapi bisa setara atau bahkan lebih efektif dibandingkan dengan politerapi untuk mengontrol kejang dengan menurunkan risiko efek samping dan interaksi obat. Biton V. Choosing an Antiepileptic Drug for Newly Diagnosed Epilepsy. US NEUROLOGICAL DISEASE 2006:1-8
  • 31. Safety and Tolerability • Efek samping neurologis – Beberapa OAE dapat menyebabkan efek samping neurologis, kejadian yang paling sering terjadi antara lain mengantuk (carbamazepine, gabapentin, phenobarbital, pregabalin, zonisamide), pusing (gabapentin, lamotrigine, pregabalin, zonisamide), dan tremor (carbamazepine, dan valproate). – Efek samping lain yang bersifat serius, irreversible dan jarang terjadi antara lain neuropatik perifer yang berhubungan dengan penggunaan phenytoin dan barbiturates, dan ataxia permanen berhubungan dengan penggunaan phenytoin. Biton V. Choosing an Antiepileptic Drug for Newly Diagnosed Epilepsy. US NEUROLOGICAL DISEASE 2006:1-8
  • 32. • Effect on Body Weight – Hal penting yang menyangkut efek kenaikan berat badan oleh OAE dalam hal pemilihan obat, tergantung pada kebutuhan pasien secara luas, risiko dan keunggulan suatu terapi untuk pasien tersebut – Kenaikan berat badan dapat memicu kelebihan berat badan atau obesitas, yang bisa mengakibatkan peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler dan stoke, diabetes mellitus tipe 2, dan hipertensi Biton V. Choosing an Antiepileptic Drug for Newly Diagnosed Epilepsy. US NEUROLOGICAL DISEASE 2006:1-8
  • 33. • Cosmetic effects Beberapa OAE dihubungkan dengan efek kosmetik spesifik yang dapat mempengaruhi pemilihan OAE, dimana efek tersebut memiliki tingkat keparahan yang bervariasi, dan reaksi pasien terhadap OAE tersebut. Cosmetic effects umumnya berkembang dengan dilakukannya pengobatan jangka panjang dan biasa terjadi pada OAE generasi pertama seperti phenytoin yang dihubungkan dengan hirsutism dan gingival hyperplasia, dan valproate yang dihubungkan dengan alopecia Biton V. Choosing an Antiepileptic Drug for Newly Diagnosed Epilepsy. US NEUROLOGICAL DISEASE 2006:1-8
  • 34. • Teratogenicity – Pengobatan epilepsi selama kehamilan ditujukan untuk mengontrol kejang selama kehamilan dan menghindari kerusakan secara fatal. Beberapa OAE generasi lama seperti phenobarbital, phenytoin, dan valproat ditetapkan memiliki efek teratogenik. – Teratogenisitas untuk OAE generasi kedua belum sepenuhnya ditetapkan. Biton V. Choosing an Antiepileptic Drug for Newly Diagnosed Epilepsy. US NEUROLOGICAL DISEASE 2006:1-8
  • 35. Pharmacokinetic characteristics • Karakteristik farmakokinetik suatu OAE mempengaruhi khasiat, keamanan, profil tolerabilitas, administrasi, dimana hal tersebut dapat dijadikan kunci determinasi dalam pemilihan OAE. • Secara ideal, OAE memiliki bioavailabilitas oral yang tinggi, waktu paruh dijangkau dalam dosis 1x sehari atau 2x sehari, farmakokinetik yang linear, ikatan plasma protein yang minimal, tidak dimetabolisme di hati dan tidak memiliki interaksi obat. Biton V. Choosing an Antiepileptic Drug for Newly Diagnosed Epilepsy. US NEUROLOGICAL DISEASE 2006:1-8
  • 36. • Bioavailability – Bioavailabilitas oral yang tinggi sangat penting karena memberikan kebutuhan secara frekwentif untuk administrasi obat sehari-hari. – Dari mulai obat diadministrasikan secara oral, absorpsi gastrointestinal yang baik dan bioavailabilitas oral yang sempurna menjadi hal penting untuk memastikan konsentrasi obat di dalam plasma Biton V. Choosing an Antiepileptic Drug for Newly Diagnosed Epilepsy. US NEUROLOGICAL DISEASE 2006:1-8 Perucca E , Johannessen S. The ideal pharmacokinetic properties of an antiepileptic drug: how close does levetiracetam come?. Epileptic Disord 2003; 5 (Suppl 1): S17–S26
  • 37. • Distribution Aspek utama dari distribusi obat yang mempengaruhi pemilihan suatu OAE adalah jumlah ikatan protein. Ikatan protein yang tinggi merupakan hal yang dianggap merugikan, karena hanya OAE yang tidak terikat (ikatan protein rendah) yang dapat masuk melewati blood-brain barrier (sawar darah otak) dan menghasilkan aktivitas biologis Biton V. Choosing an Antiepileptic Drug for Newly Diagnosed Epilepsy. US NEUROLOGICAL DISEASE 2006:1-8
  • 38. • Route of Elimination Metabolisme obat secara hepatik berhubungan dengan tingginya risiko interaksi obat yang signifikan secara klinis, dapat menggaunggu fungsi hormonal yang mengarah pada efek yang tidak diinginkan dan toksisitas Biton V. Choosing an Antiepileptic Drug for Newly Diagnosed Epilepsy. US NEUROLOGICAL DISEASE 2006:1-8
  • 39. • Drug Interactions – Semua OAE memiliki potensi untuk berinteraksi dengan OAE yang lain atau dengan obat-obatan dari kelas terapeutik lain – Umumnya, OAE yang mengalami metabolisme aecara hepatik berhubungan dengan bermacam- macam interaksi obat. Beberapa OAE seperti lamotrigine dan valproate dimetabolisme oleh konjugasi glucuronic acid, oleh karena itu obat-obatan seperti obat kontrasepsi secara oral yang menginduksi dan menghambat glucuronidasi akan mempengaruhi metabolisme OAE tersebut Biton V. Choosing an Antiepileptic Drug for Newly Diagnosed Epilepsy. US NEUROLOGICAL DISEASE 2006:1-8
  • 40. Dosing Requirements Beberapa pertimbangan sering dihubung- hubungkan dengan pemberian dosis dalam hal pemilihan suatu OAE. Faktor yang berpengaruh terhadap pemberian dosis bervariasi, sesuai dengan kebutuhan dan pilihan dari setiap pasien secara individual. Biton V. Choosing an Antiepileptic Drug for Newly Diagnosed Epilepsy. US NEUROLOGICAL DISEASE 2006:1-8
  • 41. • Dose Titration Periode titrasi yang singkat dengan hasil pencapaian yang cepat diiringi pemberian dosis yang efektif menjadi hal penting dalam suatu pemilihan OAE, terutama pada pasien yang memiliki kejang frekwentif bahkan parah Biton V. Choosing an Antiepileptic Drug for Newly Diagnosed Epilepsy. US NEUROLOGICAL DISEASE 2006:1-8
  • 42. • Dose Individualization – Seberapa banyak obat harus diberikan untuk mencapai dosis optimal, berbeda pada setiap OAE. Kebutuhan individualisasi dosis dan TDM dilakukan untuk memperkirakan relasi antara konsentrasi suatu OAE dan efek secara klinis, umumnya memiliki hubungan yang terbalik dalam hal prediktabilitas farmakokinetik suatu obat – Sebagian besar OAE generasi kedua memiliki profil farmakokinetik yang bisa di prediksi dibandingkan dengan OAE generasi pertama Biton V. Choosing an Antiepileptic Drug for Newly Diagnosed Epilepsy. US NEUROLOGICAL DISEASE 2006:1-8
  • 43. • Dosing Frequency Frekwensi dosis memegang peranan penting dalam pemilihan obat, hal ini berpengaruh terhadap kenyamanan pasien dalam menjalani pengobatan, dan sangat diperlukan pada saat maintenance konsentrasi terapeutik OAE di dalam darah dan pengendalian kejang. Biton V. Choosing an Antiepileptic Drug for Newly Diagnosed Epilepsy. US NEUROLOGICAL DISEASE 2006:1-8
  • 44. • Cost Meskipun harga OAE generasi pertama umumnya lebih murah dibandingkan dengan OAE generasi kedua, biaya tambahan lain baik secara langsung maupun secara tidak langsung berkontribusi terhadap profil ekonomi dari suatu terapi. Contoh: TDM (Therapeutical Drug Monitoring) dilkukan untuk memonitor efektivitas OAE selama terapi, secara tidak langsung hal ini membutuhkan biaya tambahan. Biton V. Choosing an Antiepileptic Drug for Newly Diagnosed Epilepsy. US NEUROLOGICAL DISEASE 2006:1-8
  • 45. Patient-Related Factors • Gender – OAE mempengaruhi dan dipengaruhi oleh hormon endokrin, dan interaksi antara OAE dan hormon dapat menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan pada saat pengontrolan kejang dan pemberian obat – Keterkaitan tersebut mempengaruhi kesehatan wanita pengidap epilepsi Biton V. Choosing an Antiepileptic Drug for Newly Diagnosed Epilepsy. US NEUROLOGICAL DISEASE 2006:1-8
  • 46. • Age Usia tua dan muda masing-masing terhubung dengan pertimbangan secara spesifik yang mempengaruhi pemilihan OAE. Epilepsi pada anak-anak akan sukar untuk ditangani, disebabkan frekwensi kekambuhan dari kejang yang bersifat parah, dan tingkat kejadian keterbelakangan mental yang tinggi serta abnormalitas kognisi dan tingkah laku Biton V. Choosing an Antiepileptic Drug for Newly Diagnosed Epilepsy. US NEUROLOGICAL DISEASE 2006:1-8
  • 47. NICE guideline 2012 Menurut NICE guideline 2012 Strategi penggunaan antiepilepsi harus secara individu yang mengacu pada jenis bangkitan, sindroma, pengobatan tambahan, penyakit penyerta, usia, gaya hidup, keluarga, dan karir. NCGC. The Epilepsies: The diagnosis and management of the epilepsies in adults and children in primary and secondary care. National Clinical Guideline Centre 2012; 20:129