Dalam perspektif Islam, penyakit hati sering diidentikkan dengan beberapa sifat buruk atau tingkah laku tercela (al-akhlaq al-mazmumah), seperti dengki, iri hati, arogan, emosional dan seterusnya.
1. P E N YA K I T H AT I D A N C A R A P E N G O B ATA N N YA
Sumber: Tulisan Dr. HM. Zainuddin, MA
(2015).
2. Pandangan Islam t ent ang Penyakit H at i
Dalam perspektif Islam, penyakit hati sering diidentikkan dengan beberapa sifat
buruk atau tingkah laku tercela (al-akhlaq al-mazmumah), seperti dengki, iri hati,
arogan, emosional dan seterusnya.
Hasan Muhammad as-Syarqawi dalam kitabnya Nahw ‘Ilmiah Nafsi, membagi
penyakit hati dalam sembilan bagian, yaitu: pamer (riya’), marah (al-ghadhab), lalai
dan lupa (al-ghaflah wan nisyah), was-was (al-was-wasah), frustrasi (al-ya’s), rakus
(tama’), terperdaya (al-ghurur), sombong (al-ujub), dengki dan iri hati (al-hasd wal
hiqd).
3. ْتَحُلَص اَذِا ًةَغْضُم ِدَسَجْال ىِف َّنِا َو َالَاَف اَذِا َو ُهُّلُك ُدَسَجْال َحُلَصْتَدَس
ُبْلَقْال َيِه َو َالَا ُهُّلُك ُدَسَجْال َدَسَف(رالبخارى واه)
“ Ketahuilah, didalam tubuh manusia ada segumpal daging. Apabila
segumpal daging itu baik,baiklah tubuh seluruhnya, dan apabila daging
itu rusak, rusaklah tubuh seluruhnya. Ketahuilah olehmu, bahwa
segumpal daging itu adalah qalbu )hati(” (H.R. Bukhari).
4. Riya’ (pamer)
Islam memberikan terapi riya’ ini dengan cara mengikis nafsu syahwat sedikit demi
sedikit dan menanamkan sifat merendahkan diri (tawadhu’) dengan melihat kebesaran
Allah SWT.
Dalam riya’ terdapat unsur kepura-puraan, munafik, seluruh tingkah-lakunya
cenderung mengharap pujian orang lain, senang kepada kebesaran dan
kekuasaan. Over acting, menutup-nutupi kejelekannya dan seterusnya. Sifat yang
demikian ini digambarkan dalam al-Qur’an surat an-Nisa’: 142 dan at-Taubah:67 dan
juga hadits Nabi: “Yang paling aku kuatirkan terhadap umatku adalah riya’ dan
syahwat yang tersembunyi’.
5. Marah (al-ghadhab)
Al-Ghazali berpendapat, bahwa cara untuk menanggulangi kemarahan sampai batas
yang seimbang dengan jalan mujahadah untuk kemudian menanamkan jiwa sabar dan
kasih sayang. Dalam hal ini Nabi bersabdanya: “Tidaklah orang dikatakan kuat itu
adalah orang yang pandai berkelai, tetapi orang kuat adalah orang yang mampu
menahan amarahnya”.
Marah pada hakikatnya adalah memuncaknya kepanikan di kepala, lalu menguasai otak
atau pikiran dan akhirnya kepada perasaan. Kondisi semacam ini seringkali sulit untuk
dikendalikan. Nabi melarang orang yang sedang marah untuk melakukan putusan atau
memutuskan sesuatu perkara sebagaimana sabdanya: “Seseorang tidak boleh
membuat keputusan diantara dua orang (yang berselisih) sementara ia dalam keadaan
marah”.
6. Rasa Bangga Diri (al-ujub)
Perasaan membanggakan diri )‘ujub) sedikit berbeda dengan perasaan sombong
(kibr). Menurut al-Ghazali, kibr merupakan perasaan yang muncul pad diri
seseorang, di mana ia menganggap dirinya lebih baik dan lebih utama dari orang
lain. Sedangkan ‘Ujub lebih terfokus kepada rasa kagum terhadap diri sendiri, suka
membanggakan dan menonjolkan diri sendiri dan dapat menimbulkan sikap
sombong, angkuh serta merendahkan orang lain.
Cara mengatasinya adalah dengan selalu mengingat Allah SWT, tanamkan pada
diri sendiri bahwa kita mendapatkan sesuatu bukan karena kemampuan kita tapi
karena dari Allah SWT.
7. Lalai dan Lupa
(al-ghaflah wan nisyah)
Lalai dan lupa termasuk salah satu dari penyakit mental. Lupa oleh sebagian
psikolog juga digambarkan sebagai persoalan yang telah dilalaui sebelumnya.
Proses kelupaan juga sangat erat kaitannya dengan waktu dan konsentrasi
seseorang terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi.
Di sisi lain lupa merupakan sifat asal (tabiat) manusia. Tabiat inilah yang kadang-
kadang membuat manusia lupa akan hal-hal yang penting, lalai akan Allah swt, dan
perintah-Nya, sementara setan selalu menggodanya. Dari aspek ini kita melihat
keberhasilan iblis dalam menggoda Adam as
Cara penyakit hati ini adalah dengan mengurasi pikiran-pikiran yang tidak penting,
sehingga otak punya space untuk mengingat hal-hal penting
8. Was-Was
(al-was-wasah)
Para ulama memandang bahwa penyakit was-was merupakan akibat dari bisikan hati dan
adanya angan-angan keduniaan yang didasarkan pada hawa nafsu dan kesenangan duniawi.
Penyakit was-was juga merupakan penyakit yang muncul akibat gangguan setan.
As-Samarqandi, seperti yang dikutip oleh As-Syarqawi menyebutkan bahwa setan senantiasa
berusaha menggoda dang memperdaya manusia. Jalan yang ditempuhnya adalah antara
lain: melalui sifat su’uzzan baik kepada Allah maupun kepada manusia, melalui kemewahan
hidup, melalui sikap menghina orang lain, hasut, dengki, bakhil, riya’, kikir, tamak, dan
sebagainya.
Menurut as-Samarqandi cara mengatasi penyakit ini adalah dengan cara memperkuat
keyakinan (iman) kepada Allah dan berpuasa diri (qana’ah) akan karunia dan nikmat yang
telah diberikan-Nya.
9. Frustrasi (al-ya’s)
Frustrasi (al-ya’s) menurut as-Syarqawi adalah putus harapan dan cita. Munculnya
perasaan ini biasanya ketika seseorang berhadapan dengan macam-macam cobaan dan
persoalan hidup yang bertolak belakang dengan hawa nafsunya. Sifat tersebut sangat
dicela oleh agama
Sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an, Allah swt melarang manusia berputus asa akan
rahmat-Nya, sebagaimana firman-Nya:
“Jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tiada berputus ada sari
rahmat Allah kecuali kaum yang kafir”. (Q.S. Yusuf: 87).
10. Salah satu cara mengobatinya dengan mengingat arti surat surat Alam Nasyroh,
Allah Ta’ala berfirman,
ِْمسِبِيم ِحَّالر ِنٰـَمْحَّالر ِ َّاَّلل
﴿ َك َْردَص َكَل ْح َرْشَن ْمَلَأ١﴿ َك َر ْزِو َنكَع َانْعَض َو َو ﴾٢﴿ َك َرْهَظ َضَقنَأ ِيذَّال ﴾٣﴿ َك َرْكِذ َكَل َانْعَف َر َو ﴾٤﴿ اًْرسُي ِْرسُعْال َعَم َّنِإَف ﴾٥ِْرسُعْال َعَم َّنِإ ﴾
اًْرسُي﴿٦﴿ ْبَصانَف َتْغ َرَف اَذِإَف ﴾٧ٰىَلِإ َو ﴾َِّكِب َر﴿ َبغ ْارَف٨﴾
Artinya:
1). Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?
2). Dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu
3). Yang memberatkan punggungmu ?
4). Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu ,
5). Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan
6). Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan
7). Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain ,
8). Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap
11. Rakus (tama’)
Tamak atau rakus adalah keinginan yang berlebih-lebihan yang didasari oleh kemauan
hawa nafsu yang tidak terkendali.
Menurut as-Syarqawi, cara membendung sifat tamak ini ad lah dengan membiasakan
diri dengan zuhud dan qana’ah sehingga dengan demikian ia akan bebas dari
perbuatan hawa nafsu.
12. Terperdaya
(al-ghurur)
Terpedaya (al-ghurur) merupakan suatu jenis penyakit mental yang diakibatkan oleh salah
persepsi tentang kehiduppan duniawi dan juga lupa tentang penciptanya.
Pemahaman yang tidak benar terhdap kehidupan duniawi dimaksudkan salah, bahwa
dunia dianggap segala-galanya,
Menurut Islam, untuk menggulangi penyakit di atas adalah dengan terapi iman, sebab
dengan iman seseorang akan menyadari bahwa kehidupan dunia sesungguhnya bersifat
sementara (Ibid).
Sebagaimana Allah berfirman dalam beberapa ayat-Nya, bahwa dunia ini hanyalah
permainan dan senda-gurau saja (lihat: Q.S. Al-An’am: 32, Al-Ankabut: 64, Al-Hadid: 20,
Muhammad: 36).
13. Dengki dan Iri Hati (al-
hasd wal hiqd).
Secara umum dapat dikatakan, bahwa rasa iri muncul akibat kegagalan seseorang dalam
mencapai sesuatu tujuan. Oleh sebab itu emosi ini sangat kompleks, dan pada dasarnya terdiri
atas rasa ingin memiliki.
As-Syarqawi mejelaskan bahwa emosi ini secara garis besar diklasifikasikan menjadi dua
macam:
•Iri yang melahirkan kompetisi sehat (al-munafasah);
•Iri yang melahirkan kompetisi tidak sehat (al-hiqd wal hasad).
14. Sumber
Tulisan Dr. HM. Zainuddin, MA (2015).
https://www.uin-malang.ac.id/r/151001/penyakit-hati-dan-cara-pengobatannya.html